PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG
|
|
- Hartanti Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS UNIT KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai pelaksanaan tugas unit kepatuhan internal telah diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-23/BC/2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tugas Unit Kerja Kepatuhan Internal di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; b. bahwa organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah mengalami perubahan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.01/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi penegakan kepatuhan internal serta menyesuaikan dengan perkembangan organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, perlu mengatur kembali ketentuan mengenai pelaksanaan tugas unit kepatuhan internal di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang Pelaksanaan Tugas Unit Kepatuhan Internal di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan; 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.01/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; 5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.09/2017 tentang Pedoman Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Keuangan; 6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 448/PMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.5/PMK.01/2014 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 448/PMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai; 7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 449/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengujian dan Identifikasi Barang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.01/2012 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 449/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengujian dan Identifikasi Barang; 8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 152/KMK.09/2011 tentang Peningkatan Penerapan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan; 9. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 32/KMK.09/2013 tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan Pedoman Teknis Pemantauan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan; 10. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan; Menetapkan : MEMUTUSKAN : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG PELAKSANAAN TUGAS UNIT KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini yang dimaksud dengan:
2 1. Kepatuhan Internal adalah: a. kesesuaian pelaksanaan tugas unit kerja terhadap peraturan, kebijakan, rencana, tujuan, sasaran, dan ketentuan lain; dan b. kesesuaian ucapan, tulisan, sikap, perilaku, dan perbuatan pegawai terhadap kode etik, kode perilaku, disiplin pegawai, dan ketentuan lain. 2. Penegakan Kepatuhan Internal adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendorong, meningkatkan, memelihara, mempertahankan, dan/atau menjaga Kepatuhan Internal. 3. Unit Kepatuhan Internal yang selanjutnya disingkat UKI adalah unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang memiliki tugas dan fungsi di bidang Penegakan Kepatuhan Internal. 4. Pegawai adalah pegawai aparatur sipil negara termasuk calon pegawai aparatur sipil negara di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 5. Pengaduan Masyarakat adalah informasi yang disampaikan masyarakat termasuk Pegawai yang berisi keluhan, saran, dan/atau pujian yang berkaitan dengan perilaku Pegawai dan/atau pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai, administrasi, dan/atau fungsi lain di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 6. Pengawasan Kepatuhan Pelaksanaan Tugas yang selanjutnya disingkat PKPT adalah serangkaian kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh tim PKPT terhadap kegiatan pelaksanaan tugas pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai, administrasi, dan fungsi lain di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 7. Investigasi Internal adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh tim Investigasi Internal atas dugaan pelanggaran kode etik dan/atau disiplin pegawai yang dilakukan oleh Pegawai dalam rangka penentuan ada atau tidaknya pelanggaran kode etik dan/atau disiplin pegawai dan pelaku pelanggaran kode etik dan/atau disiplin pegawai. 8. Pengawasan Fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan secara fungsional baik intern pemerintah maupun ekstern pemerintah terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan untuk mencegah agar tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan. 9. Pemantauan Pengendalian Intern adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menilai kualitas sistem pengendalian intern sepanjang waktu. 10. Pengelolaan Kinerja adalah rangkaian kegiatan pemanfaatan sumber daya untuk meningkatkan kinerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi. 11. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 12. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai. 13. Direktorat adalah direktorat yang memiliki tugas dan fungsi di bidang Penegakan Kepatuhan Internal. 14. Direktur adalah direktur yang memiliki tugas dan fungsi di bidang Penegakan Kepatuhan Internal. 15. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal yang selanjutnya disebut Kanwil adalah kantor wilayah pada Direktorat Jenderal. 16. Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai yang selanjutnya disingkat KPUBC adalah kantor pelayanan utama pada Direktorat Jenderal. 17. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai yang selanjutnya disingkat KPPBC adalah kantor pengawasan dan pelayanan pada Direktorat Jenderal. 18. Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai yang selanjutnya disebut Pangsarop adalah pangkalan sarana operasi pada Direktorat Jenderal. 19. Balai Pengujian dan Identifikasi Barang yang selanjutnya disingkat BPIB adalah balai pengujian dan identifikasi barang pada Direktorat Jenderal. 20. Pejabat UKI adalah: a. Pegawai UKI; atau b. Pegawai lain yang ditugaskan oleh Direktur Jenderal, Direktur, pimpinan instansi vertikal, atau pimpinan unit pelaksana teknis atau berdasarkan tugas dan fungsinya berwenang untuk melaksanakan kegiatan Penegakan Kepatuhan Internal. BAB II KEDUDUKAN, TUGAS, DAN PERAN UKI Bagian Kesatu Kedudukan UKI Pasal 2 UKI terdiri dari: a. UKI yang berkedudukan pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal, yaitu Direktorat; b. UKI yang berkedudukan pada instansi vertikal, yaitu UKI pada Kanwil, KPUBC, dan KPPBC; dan c. UKI yang berkedudukan pada unit pelaksana teknis pada Direktorat Jenderal, yaitu UKI pada Pangsarop dan BPIB. Pasal 3 (1) Direktorat berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal. (2) UKI pada Kanwil, KPUBC, dan KPPBC berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan
3 instansi vertikal tempat kedudukannya. (3) UKI pada Pangsarop dan BPIB berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan unit pelaksana teknis tempat kedudukannya. Bagian Kedua Tugas UKI Pasal 4 (1) UKI memiliki tugas untuk melaksanakan Penegakan Kepatuhan Internal di lingkungan Direktorat Jenderal. (2) Penegakan Kepatuhan Internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh: a. Direktorat, terhadap Pegawai dan/atau unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal; b. UKI pada Kanwil, terhadap Pegawai dan/atau unit kerja di lingkungan Kanwil serta KPPBC, Pangsarop, dan BPIB yang berada di wilayah kerja Kanwil tempat kedudukannya; c. UKI pada KPUBC, terhadap Pegawai dan/atau unit kerja di lingkungan KPUBC tempat kedudukannya; d. UKI pada KPPBC, terhadap Pegawai dan/atau unit kerja di lingkungan KPPBC tempat kedudukannya; e. UKI pada Pangsarop, terhadap Pegawai dan/atau unit kerja di lingkungan Pangsarop tempat kedudukannya; dan f. UKI pada BPIB, terhadap Pegawai dan/atau unit kerja di lingkungan BPIB tempat kedudukannya. Bagian Ketiga Peran UKI Pasal 5 (1) Dalam pelaksanaan Penegakan Kepatuhan internal, UKI berperan sebagai pendukung pimpinan unit kerja dalam pengendalian pelaksanaan tugas dan penegakan ketentuan perilaku Pegawai yang berada di lingkungannya. (2) Peran UKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk memastikan: a. pelaksanaan tugas unit kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan, peraturan kedinasan, keputusan, standar, pedoman, prosedur, dan ketentuan lain; b. pelaksanaan tugas unit kerja sesuai dengan prinsip ekonomi, efektivitas, dan efisiensi; c. kinerja organisasi sesuai dengan visi, misi, tujuan, dan strategi organisasi yang ditetapkan; dan d. ucapan, tulisan, sikap, perilaku, dan perbuatan Pegawai sesuai dengan kode etik, kode perilaku, disiplin pegawai, dan/atau ketentuan lain. BAB III PENEGAKAN KEPATUHAN INTERNAL Bagian Kesatu Fungsi Penegakan Kepatuhan Internal Pasal 6 UKI harus melaksanakan Penegakan Kepatuhan Internal berdasarkan fungsi: a. pencegahan; b. pengawasan; c. penjaminan kualitas; dan d. pengelolaan kinerja. Bagian Kedua Fungsi Pencegahan Paragraf 1 Jenis Kegiatan Pasal 7 (1) Fungsi pencegahan dilaksanakan dalam rangka mengidentifikasi potensi dan mencegah terjadinya pelanggaran di bidang Kepatuhan internal. (2) Fungsi pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui kegiatan: a. edukasi pencegahan dan pemberantasan korupsi serta pencegahan pelanggaran kode etik dan disiplin pegawai;
4 b. pembinaan Pegawai; c. pengendalian gratifikasi; d. pemantauan perilaku dan gaya hidup Pegawai; e. pemantauan pemenuhan kewajiban Pegawai dalam pelaporan harta kekayaan dan perpajakan; f. pengolahan dan analisis data serta penyajian informasi; g. survei kinerja organisasi; dan h. penerimaan, verifikasi, dan administrasi Pengaduan Masyarakat. (3) Fungsi pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh unit pencegahan yang terdiri dari: a. unit kerja di lingkungan Direktorat yang melaksanakan fungsi pencegahan, atas pelaksanaan fungsi pencegahan di wilayah kerja Direktorat Jenderal; b. unit kerja di lingkungan UKI pada Kanwil yang memiliki fungsi pencegahan, atas pelaksanaan fungsi pencegahan di wilayah kerja Kanwil tempat kedudukannya; c. unit kerja di lingkungan UKI pada KPUBC yang memiliki fungsi pencegahan, atas pelaksanaan fungsi pencegahan di wilayah kerja KPUBC tempat kedudukannya; d. unit kerja di lingkungan UKI pada KPPBC yang memiliki fungsi pencegahan, atas pelaksanaan fungsi pencegahan di wilayah kerja KPPBC tempat kedudukannya; e. UKI pada Pangsarop, atas pelaksanaan fungsi pencegahan di wilayah kerja Pangsarop tempat kedudukannya; dan f. UKI pada BPIB, atas pelaksanaan fungsi pencegahan di wilayah kerja BPIB tempat kedudukannya. Paragraf 2 Edukasi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi serta Pencegahan Pelanggaran Kode Etik dan Disiplin Pegawai Pasal 8 Unit pencegahan harus melaksanakan edukasi pencegahan dan pemberantasan korupsi serta pencegahan pelanggaran kode etik dan disiplin pegawai dalam rangka meningkatkan pemahaman Pegawai dan/atau pihak lain terkait atas kepatuhan perilaku terhadap ketentuan tindak pidana korupsi, kode etik, kode perilaku, disiplin pegawai, dan/atau ketentuan lainnya. Pasal 9 Edukasi pencegahan dan pemberantasan korupsi serta pencegahan pelanggaran kode etik dan disiplin pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dapat dilaksanakan secara: a. langsung, antara lain melalui seminar, rapat koordinasi, sosialisasi, diseminasi, bimbingan teknis, workshop, rapat kerja, sarasehan, simposium, lokakarya, diskusi kelompok terarah, konsinyering, pertemuan, rapat teknis, dan/atau kegiatan sejenis; dan/atau b. tidak langsung, antara lain melalui media cetak, media elektronik, dan/atau media lainnya. Paragraf 3 Pembinaan Pegawai Pasal 10 Unit pencegahan harus melaksanakan pembinaan Pegawai dalam rangka: a. menguatkan mental, karakter, dan watak; b. memelihara rasa persatuan, kesatuan, dan kekeluargaan; c. mendorong etos kerja; dan d. menumbuhkan dan meningkatkan semangat, kesadaran dan wawasan kebangsaan Pegawai, guna mewujudkan Pegawai yang berintegritas, bermartabat tinggi, produktif, dan bertanggung jawab. Pasal 11 Pembinaan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat dilaksanakan melalui pengarahan, pemberian nasihat, konsultasi, komunikasi dialogis, diskusi, pemberian rekomendasi penghargaan, dan/atau kegiatan lainnya. Paragraf 4 Pengendalian Gratifikasi Pasal 12 Unit pencegahan harus melaksanakan pengendalian gratifikasi dalam rangka mencegah terjadinya tindak pidana
5 korupsi atas penerimaan gratifikasi oleh Pegawai yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau tugas Pegawai. Pasal 13 Pengendalian gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dilaksanakan melalui kegiatan: a. penerimaan laporan gratifikasi; b. reviu atas kelengkapan laporan gratifikasi; c. penerusan laporan gratifikasi; d. pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi penanganan dan pemanfaatan gratifikasi; dan e. pemantauan tindak lanjut rekomendasi penanganan dan pemanfaatan penanganan atas laporan gratifikasi. Paragraf 5 Pemantauan Perilaku dan Gaya Hidup Pegawai Pasal 14 Unit pencegahan harus melaksanakan pemantauan perilaku dan gaya hidup Pegawai dalam rangka memperoleh informasi terkait potensi pelanggaran kode etik, kode perilaku, disiplin pegawai, dan/atau ketentuan lainnya. Pasal 15 Pemantauan perilaku dan gaya hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan: a. analisis data dan informasi; dan/atau b. pengamatan secara terbuka dan/atau tertutup. Paragraf 6 Pengolahan dan Analisis Data, Penyajian Informasi, dan Pelaporan Pasal 16 (1) Unit Pencegahan harus melaksanakan: a. pengolahan dan analisis data; b. penyajian informasi; dan c. pelaporan, dalam rangka mewujudkan terciptanya basis data dan informasi Kepatuhan Internal yang sistematis dan terstruktur guna mendukung efektivitas dan efisiensi pelaksanaan Penegakan Kepatuhan Internal. (2) Pengolahan dan analisis data, penyajian informasi, dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan tugas UKI dan/atau sumber lainnya. Pasal 17 Pengolahan dan analisis data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a dilakukan melalui kegiatan: a. pengumpulan data; b. pengklasifikasian data; c. penilaian data; d. analisis data; dan e. evaluasi dan pemutakhiran data. Pasal 18 Penyajian Informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf b dilakukan melalui kegiatan: a. penyusunan informasi; b. pengklasifikasian informasi; c. penilaian informasi; d. analisis informasi; e. penuangan hasil analisis informasi; dan f. evaluasi dan pemutakhiran informasi. Pasal 19
6 Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c dilakukan melalui kegiatan penyampaian hasil analisis informasi sebagai bahan pelaksanaan Penegakan Kepatuhan Internal. Paragraf 7 Survei Kinerja Organisasi Pasal 20 (1) Unit pencegahan harus melaksanakan, memantau, dan/atau mendampingi survei kinerja organisasi dalam rangka mendorong partisipasi masyarakat dan/atau Pegawai sebagai pengguna layanan untuk menilai kinerja unit kerja penyelenggara layanan agar unit kerja penyelenggara layanan terdorong untuk meningkatkan kualitas dan inovasi layanan. (2) Survei kinerja organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. survei kinerja organisasi di bidang pelayanan kepabeanan dan cukai; b. survei kinerja organisasi di bidang pengawasan kepabeanan dan cukai; c. survei kinerja organisasi di bidang administrasi; d. survei kinerja organisasi di bidang fungsi lain Direktorat Jenderal; dan e. survei kinerja organisasi lainnya. Pasal 21 Survei kinerja organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) harus dilaksanakan melalui kegiatan: a. penyusunan kerangka utama survei yang dilaksanakan melalui kegiatan: 1. pendefinisian latar belakang, tujuan, dan ruang lingkup survei; 2. penentuan metode survei; 3. penyusunan tahapan kegiatan survei; dan 4. penyusunan instrumen survei; b. pengujian validitas dan reliabilitas instrumen survei; c. pelaksanaan survei yang dilaksanakan melalui kegiatan: 1. penentuan tim survei; 2. pendistribusian kuesioner; dan 3. pengumpulan data survei; d. analisis data survei yang dilaksanakan melalui kegiatan: 1. perekaman data survei; 2. pemeriksaan dan penyeleksian data survei; 3. pengolahan data survei; 4. penyajian data survei; dan 5. penyusunan laporan survei; dan e. penyampaian hasil survei. Paragraf 8 Pemantauan Pemenuhan Kewajiban Pegawai dalam Pelaporan Harta Kekayaan dan Perpajakan Pasal 22 Unit pencegahan harus melaksanakan pemantauan pemenuhan kewajiban pegawai dalam pelaporan harta kekayaan dan perpajakan dalam rangka mencegah pelanggaran atas kewajiban pelaporan harta kekayaan dan perpajakan. Pasal 23 Pemantauan pemenuhan kewajiban pegawai dalam pelaporan harta kekayaan dan perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 meliputi kegiatan: a. pemantauan kepatuhan penyampaian laporan harta kekayaan dan perpajakan; dan b. pemantauan kepatuhan pengumuman laporan harta kekayaan. Paragraf 9 Penerimaan, Verifikasi, dan Administrasi Pengaduan Masyarakat Unit pencegahan harus melaksanakan: a. penerimaan Pengaduan Masyarakat; b. verifikasi Pengaduan Masyarakat; dan c. administrasi Pengaduan Masyarakat, Pasal 24
7 dalam rangka mendorong peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan Pegawai serta pencegahan pelanggaran kode etik, kode perilaku, disiplin pegawai, dan/atau ketentuan lainnya. Pasal 25 Penerimaan Pengaduan Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a dilaksanakan oleh unit pencegahan melalui sarana Pengaduan Masyarakat di lingkungan Direktorat Jenderal. Pasal 26 (1) Verifikasi Pengaduan Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b dilaksanakan secara terpusat oleh unit kerja di lingkungan Direktorat yang melaksanakan fungsi pencegahan melalui kegiatan: a. penilaian kelengkapan Pengaduan Masyarakat; dan b. pengklasifikasian Pengaduan Masyarakat. (2) Dalam hal berdasarkan hasil verifikasi Pengaduan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1): a. Pengaduan Masyarakat dinyatakan lengkap, unit kerja di lingkungan Direktorat yang melaksanakan fungsi pencegahan harus melaksanakan distribusi atas Pengaduan Masyarakat kepada unit pengawasan untuk ditindaklanjuti; atau b. Pengaduan Masyarakat dinyatakan tidak lengkap, unit kerja di lingkungan Direktorat yang melaksanakan fungsi pencegahan harus menyampaikan kembali Pengaduan Masyarakat tersebut kepada pengadu untuk dilengkapi dan dalam hal Pengaduan Masyarakat tetap tidak lengkap dalam jangka waktu sesuai ketentuan, Pengaduan Masyarakat dinyatakan tidak dapat ditindaklanjuti. Pasal 27 Administrasi Pengaduan Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf c dilaksanakan oleh unit pencegahan melalui penatausahaan dan penyimpanan dokumen dan/atau barang terkait Pengaduan Masyarakat. Bagian Ketiga Fungsi Pengawasan Paragraf 1 Jenis Kegiatan Pasal 28 (1) Fungsi pengawasan dilaksanakan dalam rangka memastikan ada atau tidaknya pelanggaran di bidang Kepatuhan Internal. (2) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui kegiatan: a. PKPT; b. Investigasi Internal; dan c. tindak lanjut Pengaduan Masyarakat. (3) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh unit pengawasan yang terdiri dari: a. unit kerja di lingkungan Direktorat yang melaksanakan fungsi pengawasan, atas pelaksanaan fungsi pengawasan berupa PKPT, Investigasi Internal, dan tindak lanjut Pengaduan Masyarakat di wilayah kerja Direktorat Jenderal; b. unit kerja di lingkungan UKI pada Kanwil yang memiliki fungsi pengawasan, atas pelaksanaan fungsi pengawasan berupa PKPT, Investigasi internal, dan tindak lanjut Pengaduan Masyarakat di wilayah kerja Kanwil tempat kedudukannya; c. unit kerja di lingkungan UKI pada KPUBC yang memiliki fungsi pengawasan, atas pelaksanaan fungsi pengawasan berupa PKPT, Investigasi Internal, dan tindak lanjut Pengaduan Masyarakat di wilayah kerja KPUBC tempat kedudukannya; d. unit kerja di lingkungan UKI pada KPPBC yang memiliki fungsi pengawasan, atas pelaksanaan fungsi pengawasan berupa PKPT, Investigasi Internal, dan tindak lanjut Pengaduan Masyarakat di wilayah kerja KPPBC tempat kedudukannya; e. UKI pada Pangsarop, atas pelaksanaan fungsi pengawasan berupa tindak lanjut Pengaduan Masyarakat di wilayah kerja Pangsarop tempat kedudukannya; dan f. UKI pada BPIB, atas pelaksanaan fungsi pengawasan berupa tindak lanjut Pengaduan Masyarakat di wilayah kerja BPIB tempat kedudukannya. Paragraf 2 PKPT
8 Pasal 29 Unit pengawasan harus melaksanakan PKPT dalam rangka memastikan: a. kegiatan pelaksanaan tugas pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai, administrasi, dan fungsi lain di lingkungan Direktorat Jenderal telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, peraturan kedinasan, keputusan, dan ketentuan lain; dan b. kegiatan pelaksanaan tugas pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai, administrasi, dan fungsi lain di lingkungan Direktorat Jenderal telah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis. Pasal 30 (1) PKPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 terdiri dari: a. PKPT Umum; dan b. PKPT Khusus. (2) PKPT Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan secara terencana terhadap objek PKPT yang telah dituangkan dalam daftar rencana objek PKPT yang dibuat oleh Direktur. (3) PKPT Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan sewaktu-waktu dan dalam rangka penanganan segera terhadap objek PKPT yang ditentukan oleh Direktur atau pimpinan instansi vertikal yang membawahi unit pengawasan. Pasal 31 PKPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dilaksanakan melalui tahapan: a. perencanaan; b. pemeriksaan; c. penentuan temuan dan rekomendasi sementara; d. penentuan temuan dan rekomendasi akhir; dan e. pelaporan. Paragraf 3 Investigasi Internal Pasal 32 Unit pengawasan harus melaksanakan Investigasi Internal dalam rangka memastikan kesesuaian perilaku Pegawai dengan ketentuan kode etik dan/atau disiplin pegawai atas adanya dugaan pelanggaran kode etik dan/atau disiplin pegawai melalui kegiatan pembuktian: a. ada atau tidaknya pelanggaran kode etik dan/atau disiplin pegawai; dan b. pelaku pelanggaran kode etik dan/atau disiplin pegawai. Pasal 33 Investigasi Internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dilaksanakan melalui tahapan: a. perencanaan; b. pemeriksaan; c. penelitian; d. pemaparan kasus; dan e. pelaporan. Paragraf 4 Tindak Lanjut Pengaduan Masyarakat Pasal 34 Unit pengawasan harus melaksanakan tindak lanjut Pengaduan Masyarakat dalam rangka memastikan: a. pelaksanaan tugas Pegawai sesuai dengan standar pelayanan publik, kewajiban dan larangan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan terkait pelayanan publik, dan/atau prosedur pelaksanaan tugas lain; dan/atau b. perilaku Pegawai sesuai dengan kode etik, kode perilaku, disiplin pegawai, dan/atau ketentuan lainnya. Pasal 35 Tindak lanjut Pengaduan Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dilaksanakan melalui kegiatan: a. PKPT, dalam hal terdapat dugaan ketidaksesuaian dengan ketentuan, ketidakefisienan, ketidakefektifan,
9 dan/atau ketidakekonomisan pelaksanaan tugas Pegawai; b. Investigasi Internal, dalam hal terdapat dugaan pelanggaran kode etik dan/atau disiplin pegawai; dan/atau c. tindakan lainnya. Bagian Keempat Fungsi Penjaminan Kualitas Paragraf 1 Jenis Kegiatan Pasal 36 (1) Fungsi penjaminan kualitas dilaksanakan dalam rangka memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi. (2) Fungsi penjaminan kualitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui kegiatan: a. pengembangan perangkat dan Pemantauan Pengendalian Intern; dan b. koordinasi dan pengelolaan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional. (3) Fungsi penjaminan kualitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh unit penjaminan kualitas yang terdiri dari: a. unit kerja di lingkungan Direktorat yang melaksanakan fungsi penjaminan kualitas, atas pelaksanaan fungsi penjaminan kualitas di wilayah kerja Direktorat Jenderal; b. unit kerja di lingkungan UKI pada Kanwil yang memiliki fungsi penjaminan kualitas, atas pelaksanaan fungsi penjaminan kualitas di wilayah kerja Kanwil tempat kedudukannya; c. unit kerja di lingkungan UKI pada KPUBC yang memiliki fungsi penjaminan kualitas, atas pelaksanaan fungsi penjaminan kualitas di wilayah kerja KPUBC tempat kedudukannya; d. unit kerja di lingkungan UKI pada KPPBC yang memiliki fungsi penjaminan kualitas, atas pelaksanaan fungsi penjaminan kualitas di wilayah kerja KPPBC tempat kedudukannya; e. UKI pada Pangsarop, atas pelaksanaan fungsi penjaminan kualitas di wilayah kerja Pangsarop tempat kedudukannya; dan f. UKI pada BPIB, atas pelaksanaan fungsi penjaminan kualitas di wilayah kerja BPIB tempat kedudukannya. Paragraf 2 Pengembangan Perangkat dan Pemantauan Pengendalian Intern Pasal 37 Unit penjaminan kualitas harus melaksanakan pengembangan perangkat dan Pemantauan Pengendalian Intern dalam rangka memastikan kecukupan rancangan pengendalian intern serta pengendalian intern dilaksanakan sesuai dengan sistem, prosedur, dan ketentuan perundang-undangan. Pasal 38 Pengembangan perangkat dan Pemantauan Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dilaksanakan melalui kegiatan: a. pengembangan perangkat pengendalian intern; b. Pemantauan Pengendalian Utama (PPU); dan c. Pemantauan Efektivitas Implementasi dan Kecukupan Rancangan (PEIKR). Pasal 39 Pengembangan perangkat dan Pemantauan Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dilaksanakan oleh: a. unit kerja di lingkungan Direktorat yang melaksanakan fungsi penjaminan kualitas, atas pelaksanaan kegiatan: 1. pengembangan perangkat pengendalian intern di lingkungan Direktorat Jenderal; 2. Pemantauan Pengendalian Utama (PPU) di lingkungan Kantor Pusat Direktorat Jenderal; dan 3. Pemantauan Efektivitas Implementasi dan Kecukupan Rancangan (PEIKR) berupa: a) evaluasi pengendalian tingkat entitas pada unit kerja di lingkungan Kantor Pusat Direktorat Jenderal; b) pemantauan efektivitas implementasi pada unit kerja di lingkungan Kantor Pusat Direktorat Jenderal; dan c) evaluasi kecukupan rancangan pengendalian di lingkungan Direktorat Jenderal; b. unit kerja di lingkungan UKI pada Kanwil yang memiliki fungsi penjaminan kualitas, atas pelaksanaan kegiatan: 1. Pemantauan Pengendalian Utama (PPU) pada unit kerja di lingkungan Kanwil; dan
10 2. Pemantauan Efektivitas Implementasi dan Kecukupan Rancangan (PEIKR) berupa: a) evaluasi pengendalian tingkat entitas pada unit kerja di lingkungan Kanwil; dan b) pemantauan efektivitas implementasi pada unit kerja di lingkungan Kanwil; c. unit kerja di lingkungan UKI pada KPUBC yang memiliki fungsi penjaminan kualitas, atas pelaksanaan kegiatan: 1. Pemantauan Pengendalian Utama (PPU) pada unit kerja di lingkungan KPUBC; dan 2. Pemantauan Efektivitas Implementasi dan Kecukupan Rancangan (PEIKR) berupa: a) evaluasi pengendalian tingkat entitas pada unit kerja di lingkungan KPUBC; dan b) pemantauan efektivitas implementasi pada unit kerja di lingkungan KPUBC; d. unit kerja di lingkungan UKI pada KPPBC yang memiliki fungsi penjaminan kualitas, atas pelaksanaan kegiatan: 1. Pemantauan Pengendalian Utama (PPU) pada unit kerja di lingkungan KPPBC; dan 2. Pemantauan Efektivitas Implementasi dan Kecukupan Rancangan (PEIKR) berupa: a) evaluasi pengendalian tingkat entitas pada unit kerja di lingkungan KPPBC; dan b) pemantauan efektivitas implementasi pada unit kerja di lingkungan KPPBC; e. UKI pada Pangsarop yang memiliki fungsi penjaminan kualitas, atas pelaksanaan kegiatan: 1. Pemantauan Pengendalian Utama (PPU) pada unit kerja di lingkungan Pangsarop; dan 2. Pemantauan Efektivitas Implementasi dan Kecukupan Rancangan (PEIKR) berupa: a) evaluasi pengendalian tingkat entitas pada unit kerja di lingkungan Pangsarop; dan b) pemantauan efektivitas implementasi pada unit kerja di lingkungan Pangsarop; dan f. UKI pada BPIB yang memiliki fungsi penjaminan kualitas, atas pelaksanaan kegiatan: 1. Pemantauan Pengendalian Utama (PPU) pada unit kerja di lingkungan BPIB; dan 2. Pemantauan Efektivitas Implementasi dan Kecukupan Rancangan (PEIKR) berupa: a) evaluasi pengendalian tingkat entitas pada unit kerja di lingkungan BPIB; dan b) pemantauan efektivitas implementasi pada unit kerja di lingkungan BPIB. Paragraf 3 Koordinasi dan Pengelolaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Aparat Pengawasan Fungsional Pasal 40 Unit penjaminan kualitas harus melaksanakan koordinasi dan pengelolaan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional dalam rangka mendukung pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional dan memastikan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional dilaksanakan secara memadai. Pasal 41 Koordinasi dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dilaksanakan melalui kegiatan: a. pemantauan dan/atau pendampingan pelaksanaan pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional; b. pemantauan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional; c. pemantauan dan/atau koordinasi pembahasan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional; dan d. pemutakhiran data tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat Pengawasan Fungsional. Bagian Kelima Fungsi Pengelolaan Kinerja Pasal 42 Fungsi pengelolaan kinerja dilaksanakan dalam rangka mengarahkan kinerja organisasi telah sesuai dengan visi, misi, tujuan, dan strategi organisasi yang telah ditetapkan. Pasal 43 Fungsi pengelolaan kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan kinerja organisasi yang dilakukan melalui tahapan: a. perencanaan yang meliputi kegiatan: 1. perencanaan kinerja berdasarkan dokumen perencanaan; 2. pengkoordinasian penyusunan dan penetapan kontrak kinerja, manual indikator kinerja utama, dan matriks cascading; 3. penetapan batasan level cascading indikator kinerja utama organisasi ke unit kerja di bawahnya; 4. penetapan sasaran strategis dan/atau indikator kinerja utama yang bersifat mandatory untuk unit dan/atau pegawai di wilayah kerjanya; dan 5. penatausahaan dokumen perencanaan kinerja;
11 b. monitoring yang meliputi kegiatan: 1. pelaksanaan reviu kontrak kinerja, manual indikator kinerja utama, dan ketepatan cascading; 2. pelaksanaan monitoring dan evaluasi capaian kinerja organisasi; 3. penyusunan laporan capaian kinerja organisasi; 4. pengkoordinasian pelaksanaan monitoring dan evaluasi capaian kinerja seluruh pejabat/ pegawai di wilayah kerjanya; 5. pelaksanaan dialog kinerja organisasi, bimbingan, dan konsultasi; 6. pengkoordinasian pelaksanaan sosialisasi dan diseminasi manajemen kinerja berbasis balanced scorecard di wilayah kerjanya; dan 7. penatausahaan dokumen monitoring kinerja; dan c. penetapan hasil kinerja dan evaluasi yang meliputi kegiatan: 1. penghitungan nilai kinerja organisasi dan capaian kinerja pegawai pemilik peta; 2. pengkoordinasian penghitungan capaian kinerja pegawai bukan pemilik peta; 3. pelaksanaan reviu dan rekapitulasi hasil kinerja; dan 4. penatausahaan dokumen hasil kinerja. BAB IV WEWENANG PEJABAT UKI Pasal 44 Dalam pelaksanaan Penegakan Kepatuhan Internal, Pejabat UKI berwenang melaksanakan: a. permintaan keterangan tertulis kepada Pegawai dan/atau pihak lain; b. permintaan dokumen dan/atau barang kepada Pegawai dan/atau pihak lain; c. peminjaman dokumen dan/atau barang kepada Pegawai dan/atau pihak lain; d. pemanggilan terhadap Pegawai dan/atau pihak lain; e. wawancara terhadap Pegawai atau pihak lain; f. pengaksesan dan pengambilan data dan/atau informasi dalam sistem informasi di lingkungan Direktorat Jenderal; g. pemeriksaan tempat kerja meliputi pemeriksaan barang, dokumen, dan/atau sistem informasi di tempat kerja Pegawai; h. pengamatan secara terbuka dan/atau tertutup; i. perekaman audio dan/atau visual; j. permintaan tanggapan kepada Pegawai, pimpinan unit kerja, dan/atau pihak lain; k. pembuatan rekomendasi kepada Pegawai dan pimpinan unit kerja; l. permintaan bantuan teknis kepada Pegawai dan/atau pimpinan unit kerja; dan/atau m. kegiatan lain yang diperlukan terkait pelaksanaan Penegakan Kepatuhan Internal. Pasal 45 Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, Pejabat UKI wajib: a. melaksanakan Penegakan Kepatuhan internal sesuai dengan ketentuan; dan b. menjaga kerahasiaan dokumen, barang, data, dan informasi terkait Penegakan Kepatuhan Internal. Pasal 46 Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, Pegawai dan/atau pimpinan unit kerja wajib: a. melaporkan dugaan pelanggaran kode etik dan/atau disiplin pegawai kepada Pejabat UKI; b. memberikan keterangan secara benar dalam pelaksanaan permintaan keterangan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf a; c. memberikan dokumen dan/atau barang sesuai pemintaan dokumen dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf b; d. meminjamkan dokumen dan/atau barang sesuai pemintaan peminjaman dokumen dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c; e. menghadiri pemanggilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf d; f. memberikan keterangan secara benar dalam pelaksanaan wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf e; g. memberikan akses sistem informasi sesuai permintaan akses sistem informasi dalam pemeriksaan sistem informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf f; h. menunjukan dan/atau memberikan akses terhadap ruangan, bangunan, lapangan, tempat lain, dokumen, barang, dan/atau sistem informasi di tempat kerja Pegawai sesuai permintaan penunjukan dan permintaan akses dalam pemeriksaan tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf g; i. memberikan tanggapan atas permintaan tanggapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf j; j. menindaklanjuti rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf k; k. memberikan bantuan teknis yang memadai dalam pelaksanaan permintaan bantuan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf l; dan
12 l. bekerja sama dalam pelaksanaan kegiatan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf m. Pasal 47 Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, Pegawai dan/atau pimpinan unit kerja dilarang menghalangi dan/atau menghambat pelaksanaan Penegakan Kepatuhan Internal. BAB V REKOMENDASI UKI Pasal 48 Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Penegakan Kepatuhan Internal, UKI berwenang menyampaikan rekomendasi kepada Pegawai dan/atau pimpinan unit kerja berupa: a. penjatuhan sanksi kode etik berupa sanksi moral; b. penjatuhan hukuman disiplin pegawai; c. pemindahan pegawai; d. pemberian penghargaan; e. tuntutan ganti rugi atau tuntutan perbendaharaan; f. perbaikan sistem dan prosedur; g. penyempurnaan aparatur pemerintahan di bidang kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan; h. peningkatan daya guna dan hasil guna; i. peningkatan kualitas target yang ditetapkan atas kinerja organisasi dan Pegawai; dan/atau j. tindakan lainnya. Pasal 49 (1) Pegawai dan/atau pimpinan unit kerja yang menerima rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 wajib menindaklanjuti rekomendasi paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak rekomendasi diterima. (2) Dalam hal menemukan data dan/atau bukti yang berbeda dengan data dan/atau bukti yang digunakan sebagai dasar rekomendasi, Pegawai dan/atau pimpinan unit kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan usulan peninjauan kembali rekomendasi kepada UKI. (3) Terhadap usulan peninjauan kembali rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), UKI harus melaksanakan penelaahan berdasarkan data dan/atau bukti yang ada. (4) Dalam hal berdasarkan hasil telaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), UKI menyetujui materi usulan peninjauan kembali rekomendasi, UKI harus melaksanakan perbaikan dan menyampaikan hasil perbaikan rekomendasi kepada Pegawai dan/atau pimpinan unit kerja untuk ditindaklanjuti paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak hasil perbaikan rekomendasi diterima. (5) Dalam hal berdasarkan hasil telaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), UKI tidak menyetujui materi usulan peninjauan kembali rekomendasi, UKI harus menyampaikan klarifikasi yang menguatkan rekomendasi kepada Pegawai dan/atau pimpinan unit kerja untuk ditindaklanjuti paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak klarifikasi diterima. (6) Pegawai dan/atau pimpinan unit kerja yang menerima klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5 tidak dapat mengajukan usulan peninjauan kembali rekomendasi untuk kedua kalinya. Pasal 50 (1) UKI harus melaksanakan pemantauan terhadap rekomendasi yang disampaikan kepada Pegawai dan/atau pimpinan unit kerja yang menerima rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 secara periodik. (2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menyampaikan permintaan klarifikasi kepada Pegawai dan/atau pimpinan unit kerja yang menerima rekomendasi atas tindak lanjut rekomendasi yang disampaikan UKI. (3) Terhadap permintaan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pegawai dan/atau pimpinan unit kerja yang menerima rekomendasi wajib menjelaskan tindak lanjut rekomendasi dengan disertai data dan/atau bukti pendukung. BAB VI HUBUNGAN KERJA ANTAR UKI Bagian Kesatu Jenis Hubungan Kerja Pasal 51
13 (1) Hubungan kerja antara UKI dilaksanakan berdasarkan tugas dan fungsi yang dimiliki UKI. (2) Hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk hubungan kerja: a. fungsional; b. konsultatif; dan c. koordinatif. Bagian Kedua Hubungan Kerja Fungsional Pasal 52 (1) Hubungan kerja fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) huruf a dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan Penegakan Kepatuhan Internal sesuai dengan wewenang masing-masing UKI. (2) Hubungan kerja fungsional dilaksanakan melalui kegiatan yang meliputi: a. permintaan dan/atau pemberian data dan/atau informasi; b. permintaan dan/atau pemberian bantuan teknis; c. Penegakan Kepatuhan Internal secara bersama-sama; d. pelaporan hasil Penegakan Kepatuhan Internal; dan e. pemantauan dan evaluasi hasil Penegakan Kepatuhan Internal. (3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh UKI di lingkungan Direktorat Jenderal berdasarkan ketentuan mengenai tata laksana masing-masing kegiatan di bidang Penegakan Kepatuhan Internal. Bagian Ketiga Hubungan Kerja Konsultatif Pasal 53 (1) Hubungan kerja konsultatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) huruf b dilaksanakan dalam rangka menyamakan penafsiran atas peraturan dan/atau kebijakan di bidang Penegakan Kepatuhan Internal. (2) Hubungan kerja konsultatif dilakukan melalui kegiatan pemberian bimbingan teknis atas pelaksanaan tugas dan fungsi UKI. Pasal 54 Pemberian bimbingan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) dilaksanakan oleh: a. Direktorat terhadap UKI di seluruh lingkungan Direktorat Jenderal; dan b. UKI pada Kanwil terhadap UKI pada KPPBC, Pangsarop, dan BPIB di wilayah kerja Kanwil tempat kedudukanya. Bagian Keempat Hubungan Kerja Koordinatif Pasal 55 (1) Hubungan kerja koordinatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) huruf c dilaksanakan dalam rangka mencegah tumpang tindih serta menjamin efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan kebijakan di bidang Penegakan Kepatuhan Internal. (2) Hubungan kerja koordinatif dilaksanakan melalui kegiatan yang meliputi koordinasi penyusunan dan pelaksanaan program kerja, strategi, dan rencana kegiatan di bidang Penegakan Kepatuhan Internal. (3) Koordinasi penyusunan dan pelaksanaan program kerja, strategi, dan rencana kegiatan di bidang Penegakan Kepatuhan Internal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh: a. Direktorat terhadap UKI di seluruh lingkungan Direktorat Jenderal; dan b. UKI pada Kanwil terhadap UKI pada KPPBC, Pangsarop, dan BPIB di wilayah kerja Kanwil tempat kedudukanya. BAB VII PELAPORAN Pasal 56 (1) UKI pada Kanwil, KPUBC, KPPBC, Pangsarop, dan BPIB harus menyampaikan laporan hasil kegiatan Penegakan Kepatuhan Internal berupa: a. Laporan Edukasi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi serta Pencegahan Pelanggaran Kode
14 Etik dan Disiplin Pegawai; b. Laporan Pembinaan Pegawai; c. Laporan Pengendalian Gratifikasi; d. Laporan Pemantauan Perilaku dan Gaya Hidup Pegawai; e. Laporan PKPT; dan f. Laporan Investigasi Internal. (2) Laporan hasil kegiatan Penegakan Kepatuhan Internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dengan menggunakan contoh format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal ini. Pasal 57 (1) UKI pada KPPBC, Pangsarop, dan BPIB harus menyampaikan laporan hasil kegiatan Penegakan Kepatuhan Internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2) kepada UKI pada Kanwil di wilayah kerja tempat kedudukannya secara periodik setiap bulan paling lambat pada tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya. (2) UKI pada KPUBC harus menyampaikan laporan hasil kegiatan Penegakan Kepatuhan Internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2) kepada Direktorat secara periodik setiap bulan paling lambat pada tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya. (3) UKI pada Kanwil harus menyampaikan laporan hasil kegiatan Penegakan Kepatuhan Internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2) kepada Direktorat secara periodik setiap bulan paling lambat pada tanggal 14 (empat belas) bulan berikutnya. (4) Laporan hasil kegiatan Penegakan Kepatuhan Internal yang disampaikan UKI pada Kanwil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan kompilasi laporan hasil kegiatan Penegakan Kepatuhan Internal yang dibuat oleh UKI pada Kanwil serta UKI pada KPPBC, Pangsarop, dan BPIB. BAB VIII PEMANTAUAN DAN EVALUASI Pasal 58 (1) Direktorat harus melaksanakan pemantauan dan evaluasi secara periodik setiap 6 (enam) bulan terhadap Penegakan Kepatuhan Internal yang telah dilakukan UKI di lingkungan Direktorat Jenderal. (2) UKI pada Kanwil harus melaksanakan pemantauan dan evaluasi secara periodik setiap 6 (enam) bulan terhadap Penegakan Kepatuhan Internal yang telah dilakukan UKI pada KPPBC, Pangsarop, dan BPIB yang berkedudukan di wilayah kerjanya. (3) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan berdasarkan ketentuan mengenai tata laksana masing-masing kegiatan di bidang Penegakan Kepatuhan Internal. BAB IX PENATAUSAHAAN Pasal 59 UKI harus melaksanakan penatausahaan terhadap hasil penegakan kepatuhan internal beserta data atau bukti pendukung. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 60 Dengan berlakunya Peraturan Direktur Jenderal ini, Peraturan Direktur Jenderal Nomor P-23/BC/2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tugas Unit Kerja Kepatuhan Internal di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 61 Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini mulai berlaku 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 04 Agustus 2017 DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
15 -ttd- HERU PAMBUDI
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS UNIT KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang
Lebih terperinci2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
No.1494, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pengawasan Internal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN INTERNAL PADA KEMENTERIAN AGAMA
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88. 2016 KEMENLH-KEHUTANAN. Pengawasan Intern. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK-SETJEN/2015
Lebih terperinci2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M
No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 44 /BC/2010 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 44 /BC/2010 TENTANG PAKTA INTEGRITAS PEGAWAI DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1123, 2014 KEMEN KP. Pengawasan. Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lemb
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.233, 2015 BSN. Pengaduan Masyarakat. Penanganan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 23 /BC/2010 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 23 /BC/2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TUGAS UNIT KERJA KEPATUHAN INTERNAL
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1657, 2014 KEMENDIKBUD. Pengaduan. Penanganan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.5, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penilai Internal. Ditjen Kekayaan Negara. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 /PMK.06/2014 TENTANG
Lebih terperinciWALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2017
SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP
Lebih terperinci2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 ten
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.637, 2016 KEMENKEU. Ditjen KN. Penilai Pemerintah. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64/PMK.06/2016 TENTANG PENILAI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN
Lebih terperinci2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 200
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1382, 2016 PERPUSNAS. Pengaduan Masyarakat. Penanganan. Pedoman. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PW TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN INTERN PEMASYARAKATAN.
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PW.01.01 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN INTERN PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran Komisi Kejaksaan Republik Indonesia, perlu
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,
SALINAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH OLEH INSPEKTORAT KABUPATEN
Lebih terperinciBUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK
salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,
Lebih terperinci2017, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat
No.943, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Penyampaian LHKPN. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYAMPAIAN
Lebih terperinci2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian N
No.87,2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Pengaduan Publik. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN PENGADUAN PUBLIK DI LINGKUNGAN
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT
- 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENGADUAN MASYARAKAT DAN WHISTLEBLOWING DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinci2017, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang P
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1082, 2017 KEMENAG. Satuan Pengawasan Internal. Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG SATUAN PENGAWASAN
Lebih terperinci2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
No.1879, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. LHKPN. LHKASN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,
Lebih terperinci2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
No.862, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Penyampaian dan Pengumuman LHKPN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN DAN PENGUMUMAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No.1386, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pengaduan. Laporan. Penanganan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1386, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pengaduan. Laporan. Penanganan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA
Lebih terperinciDAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23
Lampiran I Surat Kepala Pusat KIKC Nomor : S- 119 /KIBC/2012 Tanggal : 26 Maret 2012 DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23 1. Merubah struktur UKKI dengan berubahnya status kantor sejalan dengan reformasi
Lebih terperinciOMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA
OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN APARATUR
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
No.1492, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNP2TKI. Penanganan Pengaduan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.817, 2012 PPATK. Organisasi. Tata Kerja. PPATK. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-07/1.01/PPATK/08/12 TENTANG ORGANISASI DAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.04/2007 TENTANG AUDIT KEPABEANAN MENTERI KEUANGAN,
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.04/2007 TENTANG AUDIT KEPABEANAN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 86 ayat
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 08/BC/2008 TENTANG
PERATURAN NOMOR P - 08/BC/2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, DAN TATA KERJA KOMISI KODE ETIK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan pasal 113A ayat (4) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995
Lebih terperinci2017, No Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4
No.1037, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Penyampaian LHKN. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,
BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM INTERNAL AUDIT (INTERNAL AUDIT CHARTER) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN/PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN APARAT PENGAWAS
Lebih terperinci2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.822, 2017 KEMENLU. Pengawasan Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN DI KEMENTERIAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,
PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1894, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Ditjen Pajak. Instansi Vertikal. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 206.2/PMK.01/2014 TENTANG
Lebih terperinci2016, No Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2124, 2016 KEMENKUMHAM. Laporan Pengaduan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
- 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA
Lebih terperinci-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.248, 2016 BPKP. Pengaduan. Penanganan. Mekanisme. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISME
Lebih terperincipenyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan sehingga terwujud pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme;
- v a Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/M-IND/PER/6/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Lebih terperinci2015, No Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.70, 2015 KEMENLU. Pelaporan. Tindak Lanjut. Pengelolaan. Pelanggaran. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciMENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN
Lebih terperinci2 Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1846, 2014 BSN. Pelanggaran. Sistem Pelaporan. Pedoman PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM PELAPORAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
No.985, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPK. Harta Kekayaan Penyelenggaraan Negara. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG TATA
Lebih terperinciBUPATI POLEWALI MANDAR
BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENGADUAN PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka membangun Kompolnas
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Sistem Penanganan Pengaduan. Tindak Pidana Korupsi.
No.95, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Sistem Penanganan Pengaduan. Tindak Pidana Korupsi. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APARAT PENGAWAS INTERN
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG
PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.
No.237, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1913, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Pengaduan Masyarakat. PERATURAN BADAN EKONOMI KREATIF NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN BADAN EKONOMI
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinci2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Re
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 103/PMK.09/2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DAN TINDAK LANJUT PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepoti
No.1244, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAR. LHKN Pencabutan. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA
Lebih terperinciMENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
Lebih terperinciPERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN PEMBIDANGAN KERJA KOMISI YUDISIAL
KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN PEMBIDANGAN KERJA KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA pkumham.go PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka membangun
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 13 TAHUN 2012
PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 13 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepoti
No.1194, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. LHKN. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN LAPORAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN INSPEKTORAT MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
Lebih terperinci2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1189, 2014 LPSK. Dugaan Pelanggaran. System Whistleblowing. PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG WHISTLEBLOWING SYSTEM ATAS DUGAAN
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN
Lebih terperinci2017, No.2-2- Keuangan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan dalam pemantauan pelaksanaan tindak lanjut sehingga perlu diganti; d. bah
No.2, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN BPK. Hasil Pemeriksaan. Tindak Lanjut. Pemantauan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6011) PERATURAN
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,
Lebih terperinci2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2015 KEMENHUB. Pengawasan. Pengendalian. Barang Milik Negara. Tata Cara Tetap. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 1 TAHUN 2015 TENTANG TATA
Lebih terperinciPIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT
LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 82 TANGGAL : 2 DESEMBER 2014 TENTANG : PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DENGAN
Lebih terperinci2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1035, 2017 OMBUDSMAN. Laporan. Penerimaan, Pemeriksaan, dan Penyelesaian. Pencabutan. PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT JENDERAL
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT JENDERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 812 TAHUN 2OI5 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Lebih terperinci- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
- 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN
PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam
Lebih terperinci2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.861, 2017 KEMEN-KP. Kode Etik PPNS Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN WHISTLEBLOWER DAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciNOMOR : 15 TAHUN 2010
1 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 15 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PEMERIKSAAN INSPEKTORAT KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang : DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1507, 2017 KEMENKUMHAM. Kode Etik. Kode Perilaku Pegawai. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG KODE
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.763, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Pokok-Pokok. Pengawasan. BNN. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI LINGKUNGAN
Lebih terperinci