BAB I PENDAHULUAN. satu konsepsi modern diajukan oleh Joseph Scumpeter 1. Pemilu atau yang disebut dengan Pemilihan Umum merupakan salah satu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. satu konsepsi modern diajukan oleh Joseph Scumpeter 1. Pemilu atau yang disebut dengan Pemilihan Umum merupakan salah satu"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu pilar utama dari sebuah demokrasi. Salah satu konsepsi modern diajukan oleh Joseph Scumpeter 1 Pemilu atau yang disebut dengan Pemilihan Umum merupakan salah satu pilar dan poin penting dalam sebuah negara dalam membentuk pemerintahannya. Pemilu yang merupakan bagian dari demokrasi. Beberapa tokoh politik menyarankan memang bahwa sebuah negara yang mengadopsi sistem politik haruslah melakukan pemilihan umum secara langsung untuk memilih pemimpin mereka. Di dalam negara yang demokratis kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat, hal ini terlihat jelas melalui pengertian dari demokrasi menurut Abraham Lincoln yaitu didefinisikan sebagai government of the people, by the people, for the people atau pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. 2 Ketika suatu negara melakukan pemilihan umum untuk menentukan pemimpinnya, maka saat itu pula terjadi partisipasi dan keinginan rakyat untuk ikut terlibat dalam pemilihan umum tersebut. Herbet McClosky menjelaskan bahwa 1 Joseph Scumpeter, Capitalism, Socialism, and Democracy, New York : Harper., 1947 dikutip dari oleh Isabella Tarigan, skripsi Partisipasi Politik Dan Pemilihan Umum (Suatu Studi tentang Perilaku Politik Masyarakat di Kelurahan Dataran Tinggi Kecamatan Binjai Timur Pada Pemilihan Presiden tahun 2009 ). hal 1. 2 Effendi Bahtiar Islam dan Demokrasi: Mencari Sebuah Sinesta yang Memungkinkan dalam M. Nasir Tamara dan Elza Peldi Taher,(ed), Agama dan Dialog antar Peradaban. Paramadina, Jakarta. Cet. I hal 86 dikutip dari Islam dan Demokrasi Oleh: Muhammad Abduh hal, 6. 1

2 partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan kekuasaan dan secara langsung atau tidak langsung, serta dalam proses kebijakan umum. 3 Dengan ikut serta dalam melakukan pemilu maka secara tidak langsung kita telah berpartisipasi dalam membangun bangsa dan negara ini. Dalam hal ini, keaktifan dan keikutsertaan masyarakat menjadi peran penting dalam pemilu. Penulis dapat mengasumsikan bahwa peran dan keaktifan masyarakat merupakan perilaku dalam berpolitik, walau hanya terjadi pada tingkat individu. Sejak tahun 2004 Indonesia melaksanakan pemilihan legislatif yang menjadi sarana bagi rakyat Indonesia untuk menentukan calon-calon pemimpin dalam DPD, DPR, dan DPRD, dan bagi rakyat daerah untuk menetukan pemipin dalam DPRD baik tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Dalam pemilihan legislatif rakyat menjadi objek yang akan melaksanakan proses dalam menghasilkan suara, secara khusus pemilihan legislatif pada tahun 2014 pada provinsi Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara dengan ibukota Medan yang terdiri dari 21 kecamatan dan dengan jumlah penduduk kota medan berjumlah juta jiwa dan jmlah penduduk di sumut sebesar Juta jiwa.jumlah pemilih pada pemilu legislatif pada tahun 3 Miriam Budiarjo, 1998, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta; Gramedia, dikutip dari B. Prasetyo, Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemiliha Kepala Daerah Langsung di desa Wonokampir Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo Tahun Hal7-8. 2

3 2014 provinsi Sumatera Utara juta pemilih 4 yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan ras. Perilaku pemilih yang merupakan bentuk dalam perilaku politik. Perilaku pemilih adalah keikutsertaan warga dalam pemilu sebagai rangkaian pembuat keputusan. Tindakan tersebut merupakan respon terhadap lingkungan politik tertentu yang berkenaan dengan distribusi dan pemanfaatan kekuasaan dalam masyrakat, bangsa, dan negara yang muncul dengan berbagai bentuk. Ada suatu hal yang menarik jika membahas mengenai partisipasi politik dan perilaku pemilih itu sendiri dalam menentukan pilihannya dalam pemilihan umum. Dalam penelitian yang Penulis lakukan mengenai perilaku politik etnis Tionghoa, Penulis ingin menggambarkan dan mendeskripsikan sedikit hal mengenai perilaku etnis Tionghoa ini dalam memilih pemimpin yang mereka pilih. Perilaku pemilih dan partisipasi politik pemilih merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perilaku pemilih merupakan aspek penting dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan suatu pemilihan umum. Di dalam penelitian ini yang ingin ditekankan ialah bagaimana perilaku pemilih dalam pelaksanaan dan keikutsertaan proses voting ataupun pemberian suara dalam pemilihan umum baik tingkat nasional maupun tingkat lokal. Perilaku politik seseorang itu bisa berbeda-beda. Beberapa hal yang telah dijelaskan diatas merupakan beberapa beberapa bentuk dari perilaku politik individu. 4 diakses pada hari 28 September 2015 pukul WIB 3

4 Ikut serta dan bergabung dalam partai politik juga merupakan bentuk dari perilaku politik. Hal ini dikarenakan bahwa partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara dan menjalankan kebijakan-kebijakan untuk negara. Perilaku pemilih dalam pemilihan legislatif itu sangat penting, dikarenakan apabila pelaksanaan pemilihan legislatif itu berjalan sukses, maka tentu saja perilaku pemilih itu sukses juga. Sebelumnya kita telah membahas mengenai sedikit konsep mengenai perilaku dan partisipasi masyarakat dalam politik. Pada dasanya sebelum kita mengkaji ke sana kita perlu mengetahui bahwa perilaku politik itu ada dikarenakan suatu negara yang menganut sistem demokrasi memberika kebebasan kepada rakyatnya untuk memilih mana yang menurut masyarakat yang paling baik. Kita perlu berterima kasih dengan adanya sistem politik demokrasi ini, jika tidak ada sistem politik seperti ini, maka tentu saja kita tidak akan pernah mengenal apa itu Pemilu, apa itu preferensi politik, partisipasi politik sampai perilaku pemilih dalam pelaksanaan salah satu aktivitas politik yakni Pemilu. Perilaku pemilih dalam pemilukada itu sangat penting. karena di dalam menentukan apakah pemilukada itu berhasil, maka perilaku pemilih masyarakatnya akan menjadi faktor penetu yang penting pula. Bila didalam pelaksanaan pemilukada ternyata dapat dilihat bahwa masyarakat tidak mengambil bagian didalamnya, misalnya dapat dilihat dengan tingginya angka gollput, berarti pemilukada kurang 4

5 berhasil dilaksanakan. Terbukti dengan masyarakatnya yang kurang memberi perhatian pada peserta demokrasi tersebut. 5 Keterlibatan orang Tionghoa Indonesia di ajang politik bukan merupakan fenomena baru, tetapi bagaimana hal ini bangkit atau jatuh tergantung pada kebijakan masingmasing rezim terhadap orang Tionghoa di Indonesia. Hal ini terlihat dari faktor sejarah migrasi pada masa kolonialisme dan derajat penetrasi etnis Tionghoa dengan kebudayaan lokal juga memberikan pengaruh yang besar bagi ketersinggungan etnis ini dengan dunia politik. Jika pada masa kolonial orientasi politik etnis terbagi dalam tiga corak, maka setelah Indonesia merdeka sikap mereka terpecah dalam beberapa kelompok, yakni integrasionis, asimilasionis dan cukong. Masing-masing kelompok ini menempuh cara politik yang berbeda-beda dalam pencapaian tujuannya. 6 Perubahan ini terlihat dari rezim Soeharto ke rezim reformasi, terjadinya transisi demokrasi, yaitu periode yang merupakan rentangan waktu dari runtuhnya pemerintahan non demokratik sampai terbentuknya pememrintahan demoratik. 7 Studi konsolidasi demokrasi mecakup peningkatan secara prinsipil komitmen seluruh elemen masyarakat dalam aturan Demokrasi. Legitimasi demokrasi sebuah proses panjang mengurangi kemungkinan pembalikan demokratisasi, erosi Demokrasi. Demokrasi konsolidasi apabila aktor-aktor politik, partai kelompok 5 Joko J Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hal.3, dikutip dari Caharyadi Tarigan skripsi Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 hal 5 6 Achmad Akmaluddin Orientasi Politik Etnis Tionghoa di Batauraja Kabupaten Ogan Komering Ulu Hal; 2. 7 Larry Diamond. Dan Marc. F.Planter Konsolidasi Demokrasi di Pasifik Asia, dalam Aklesius Jemadu, HI Kawasan di Asia Pasifik, Pascasarjana Unpar Bandung.hal:56 5

6 kepentingan dalam masyarakat menganggap tindakan demokratois sebagai alternatife utama dalam meraih kekuasaan dan tidak ada aktor atau kelompok yang mempunyai kalim veto dalam tindakan pembuatan keputusan. 8 Lokasi penelitian akan dilakukan di Kelurahan Sekip, Kecamatan Medan Petisah. Keterlibatan masyarakat etnis Tionghoa di dalam Pemilihan Umum Legislatif pada 9 april 2014 yang lalu merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam memilih wakil rakyat. Di Kelurahan sekip terdapat 16 (enam belas) TPS dengan jumlah daftar pemilih tetap sebanyak 6725 orang. Pada penelitian ini, penulis memfokuskan perilaku politik etnis Tionghoa pada pemilihan umum legislatif kota Medan tahun 2014, dimana Kelurahan Sekip memiliki penduduk etnis Tionghoa sebanyak 75% dari total populasi di kelurahan Sekip 9. yang selanjutnya ingin menampilkan ke mana ataupun pada caleg yang mana masyarakat etnis Tionghoa di Kelurahan Sekip memberikan pilihannya. Selain itu, penelitian ini juga menelusuri hal-hal yang mendasari dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan politik etnis Tionghoa di Kelurahan Sekip tersebut. Masyarakat etnis Tionghoa yang berada di negara Indonesia berhak untuk memberikan suaranya pada Pemilu. Sebagai warga negara etnis Tionghoa khususnya 8 Taher, Taarmizi (1997). Masyarakat Cina: Ketahanan Nasional dan Integrasi Bangsa Indonesia. Jakarta: Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat hal:24. 9 Wawancara dengan sekertaris kelurahan sekip, Hafizal Darus, SH, kantor kelurahan sekip, 23 oktober 2015, pukul wib. 6

7 di Kelurahan Sekip berhak untuk ikut dan berpartisipasi dalam setiap pemilihan umum. B. Rumusan masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah menganalisis apa saja faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih etnis Tionghoa dalam menentukan pilihannya dan cenderung termasuk dalam kategori apakah perilaku masyarakat kelurahan sekip pada pemilihan legislatif Kota Medan 2014, etnis Tionghoa kelurahan Sekip diharapkan dapat memilih tidak berdasarkan etnisitas seperti pada penelitian Rika Sulastri Dalimunthe di kecamatan Medan Polonia, yang menyatakan bahwa Etnisitas/suku kurang berpengaruh terhadap prefrensi politik responden yang berasal dari etnis Tionghoa di Kelurahan Polonia. 10 C. Pertanyaan Penelitian Adapun yang menjadi pertanyaan penelitian di dalam analisa penelitian kuantitatif ini adalah apa faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih etnis Tionghoa dalam memilih calon legislatif kota Medan pada Pemilu Legislatif tahun 2014 yang lalu. 10 Dalimunthe, Rika Sulastri, 2011.skripsi Etnisitas dan Prefrensi Politik (studi Kasus: masyarakat Etnis Tionghoa Di Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Kelurahan Polonia.Hal 67. 7

8 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian yang di kemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk menggambarkan pilihan dan perilaku pemilih etnis Tionghoa di Kelurahan Sekip pada Pemilu Legislatif kota tahun 2014 lalu. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih etnis Tionghoa pada Pemilu Legislatif kota Medan tahun 2014 lalu. E. Manfaat penelitian 1 Bagi Penulis penelitian ini sangat bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan menulis karya ilmiah. Selain itu dapat menambah pengetahuan penulis preferensi politik dan perilaku pemilih dalam menentukan pilihannya dalam Pemilu. 2. Secara Akademis, Penelitian ini diharapkan berfungsi sebagai referensi tambahan bagi mahasiswa Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 3. Penelitian ini bermanfaat dalam memberikan informasi tambahan mengenai etnisitas dan kaitannya dengan ilmu politik. Serta penelitian ini di harapkan menjadi acuan ke depannya untuk mengembangkan Pemilukada yang Demokratis di Kota Medan. 8

9 F. Keragka teori Dalam melakukan suatu penelitian, seorang peneliti perlu mengungkapkan dan memakai teori atapun penjelasan lainnya dalam memecahkan permasalahan yang ditelitinya. Penjelasan tersebut yang merupakan teori-teori dari peneliti lain dipakai sebagai landasan berpikir untuk memecahkan dan memperdalam analisis mengenai permasalahan dalam penelitian. Untuk itulah perlu disusun kerangka teori yang membuat pokokpokok pemikiran yang menggambarkan bagaimana masalah penelitian yang akan diperdalam. Kerangka teori merupakan dasar untuk melakukan suatu penelitian dan teori yang dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial-politik yang akan dianalisa oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti ingin mempergunakan beberapa teori dan konsep yang sangat berhubungan dengan proposal penelitian yang akan dilakukannya. Teori dan konsep tersebut yakni preferensi politik, perilaku pemilih, dan konsep etnisitas. F.1 Perilaku Pemilih Perilaku pemilih yang merupakan bentuk dalam perilaku politik. Perilaku memilih adalah keikutsertaan warga dalam pemilu sebagai rangkaian pembuat keputusan. Tindakan tersebut merupakan respon terhadap lingkungan politik tertentu 9

10 yang berkenaan dengan distribusi dan pemanfaatan kekuasaan dalam masyrakat, bangsa, dan negara yang muncul dengan berbagai bentuk. Dalam perspektif ekonomi politik secara umum, teori pilihan rasional berusaha mengembangkan aksioma-aksioma tentang pilihan terbaik dan preferensi yang sudah digagas oleh pakar-pakar Klasik dan Neoklasik sebelumnya. Rasionalitas yang dikembangkan oleh pakar-pakar ekonomi politik baru, terutama dalam pilihan rasional, terkait dengan konsep-konsep seperti kesukaan atau preferensi (preference), kepercayaan (beliefs), peluang (opportunities), dan tindakan (action). Menurut William H. Riker dalam Political Science and Rational Choice (1994), model pilihan rasional terdiri atas elemen-elemen berikut: 1. Para aktor dapat merangking tujuan-tujuan, nilai-nilai, selera, dan strategistrategi mereka. 2. Para aktor dapat memilih alternatif terbaik yang bisa memaksimumkan kepuasan mereka. Dari elemen-elemen di atas, komponen utama pilihan rasional adalah perangkingan. 11 Firmanzah mencoba membangun tipologi pemilih berdasarkan pertimbangan bahwa pemilih mengangkut pandangan objektif sekaligus subjektif ketika memilih sebuah partai atau seorang kontestan. Bahwa dalam diri masingmasing pemilih terdapat dua orientasi sekaligus yaitu; (1) orientasi policy-problemsolving, dan (2) orientasi ideologi. Ketika pemilih menilai partai politik atau seorang kontestan dari kacamata policy-problem-solving, yang terpenting bagi mereka adalah sejauh mana para kontestan mampu menawarkan program kerja atas 11 Deliarnov Ekonomi Politik, Jakarta; Penerbit Erlangga. 10

11 solusi dari suatu permasalahan yang ada. Pemilih akan cenderung objektif memilih partai politk atau kontestan yang memiliki kepekaan terhadap masalah nasional dan kejelasan program kerja. Partai politik atau kontestan yang arah kebijakkannya tidak jelas akan cenderung tidak dipilih. Sementara pemilih yang lebih mementingkan ikatan ideologi suatu partai atau seorang kontestan, akan lebih menekankan aspekaspek subjektivitas seperti kedekatan nilai, budaya, agama, moralitas, norma, emosi dan psikografis. Semakin dekat kesamaan partai politik atau calon kontestan, pemilih jenis ini akan cenderung memberikan suaranya ke partai atau kontestan tersebut. 12 Penyampaian informasi berupa program kerja dan kebijakan pasangan calon kepada konstituen menggunakan media media pidato kampanye secara langsung, atau tidak langsung. Untuk itu diperlukan analisis mendalam dan lebih komprehensif sangat dibutuhkan untuk memahami perilaku politik. Kondisi pemilih adalah dimensi yang sangat kompleks. Begitu banyak karakteristik pemilihnya akan menjadi terbatas jika hanya didasarkan pada pendukung atau massa mengambang. Para pendukung maupun non-pendukung sama-sama memiliki karakteristik sebagai pemilih rasional dan non-rasional Firmanzah Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal Dapat dilihat pada jurnal: Bakran Suni. Program Kerja Calon Kepala Daerah dan Tipologi Pemilih Dalam Pilkada.Fisip Universitas Tanjung Pura 11

12 F.1.2 Kategori Pemilih 1. Pemilih Rasional Dalam kategori pertama ini terdapat pemilih rasional (rational voter), di mana pemilih memiliki orientasi tinggi pada policy-problem-solving dan berorientasi rendah untuk faktor ideologi.pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam program kerjanya. Kinerja partai atau calon kontestan biasanya termanivestasikan pada reputasi dan citra (image) yang berkembang di masyarakat. Dalam konteks ini yang lebih utama bagi partai politik dan kontestan adalah mencari cara agar mereka bisa membangun reputasi di depan publik dengan mengedepankan kebijakan untuk mengatasi permasalahan nasional. Pemilih jenis ini memilki ciri khas yang tidak begitu mementingkan ikatan ideologi suatu partai politik atau seorang kontestan. Analisis kognitif dan pertimbangan logis sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan. Hal yang terpenting begi jenis pemilih ini adalah apa yang bisa (dan yang telah) dilakukan oleh sebuah partai atau kontestan daripada paham dan nilai partai dan kontestan. Dalam konfigurasi pertama ini terdapat pemilih rasional (rational voter), di mana pemilih memiliki orientasi tinggi pada policy-problem-solving dan berorientasi rendah untuk faktor ideologi. Pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam program kerjanya. Program kerja atau platform partai bisa dianalisis dalam dua hal: (1) kinerja partai di masa lampau (back ward looking), 12

13 dan (2) tawaran program untuk menyelesaikan permasalahan nasional yang ada (forward-looking). Pemilih tidak hanya melihat program kerja atau platform partai yang berorientasi ke masa depan, tetapi juga menganalisis apa saja yang telah dilakukan oleh partai tersebut di masa lampau. Dalam konteks ini yang lebih utama bagi partai politik dan kontestan adalah mencari cara agar mereka bisa membangun reputasi di depan publik dengan mengedepankan kebijakan untuk mengatasi permasalahan nasional Pemilih Kritis Pemilih jenis ini merupakan perpaduan antara tingginya orientasi pada kemampuan partai politik atau seorang kontestan dalam menuntaskan permasalahan bangsa maupun tingginya orientasi mereka akan hal-hal yang bersifat ideologis. Pentingnya ikatan ideologis membuat loyalitas pemilih terhadap sebuah partai atau seorang kontestan cukup tinggi dan tidak semudah rational vote untuk berpaling ke partai lain. Proses untuk menjadi pemilih jenis ini bisa terjadi melalui dua mekanisme. Pertama, jenis pemilih ini menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan untuk menentukan kepada partai politik mana mereka akan berpihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang akan atau yang telah dilakukan. Kedua, bisa juga terjadi sebaliknya, pemilih tertarik dulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah partai/kontestan baru kemudian mencoba memahami nilai-nilai dan faham yang melatarbelakangi pembuatan sebuah kebijakan. 14 Ibid., hal

14 Pemilih yang kritis ini akan selalu menganalisis kaitan antara sistem nilai partai (ideologi) dengan kebijakan yang dibuat. Tiga kemungkinan akan muncul ketika terdapat perbedaan antara nilai ideologi dengan platform partai: (1) memberikan kritik internal, (2) frustasi, dan (3) membuat partai baru yang memiliki kemiripan karakteristik ideologi dengan partai lama. Kritik internal merupakan manifestasi ketidaksetujuan akan sebuah kebijakan partai politik atau seorang kontestan. Ketika pemilih merasa kritikannya tidak difasilitasi oleh mekanisme internal partai politik, mereka cenderung menyuarakannya melalui mekanisme eksternal partai, umpamanya melalui media massa seperti televisi, radio, dan sebagainya. Frustasi merupakan posisi yang sulit bagi pemilih jenis ini. Di satu sisi, mereka merasa bahwa ideologi suatu partai atau seorang kontestan adalah yang paling sesuai dengan karakter mereka, tapi di sisi lain mereka merasakan adanya ketidaksesuaian dengan kebijakan yang akan dilakukan partai. Biasanya pemilih ini akan melihat-lihat dahulu (wait and see) sebelum munculnya ide kemungkinan yang ketiga, yaitu membentuk partai baru. Pembuatan partai biasanya harus dipelopori oleh tokoh-tokoh yang tidak puas atas kebijakan suatu partai. Mereka memiliki kemampuan untuk menggalang massa, ide, konsep, dan reputasi untuk membuat partai tandingan dengan nilai ideologi yang biasanya tidak berbeda jauh dengan partai sebelumnya Ibid., hal

15 3. Pemilih Tradisional Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai, asal-usul, paham dan agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai politik. biasanya pemilih jenis ini lebih mengutamakan figur dan kepribadian pemimpin dan nilai historis sebuah partai politik atau seorang kontestan. Salah satu karakteristik mendasar jenis pemilih ini adalah tingkat pendidikan yang rendah dan sangat konservatif dalam memegang nilai serta faham yang dianut. Pemilih tradisional adalah jenis pemilih yang bisa dimobilisasi selama periode kampanye. Loyalitas tinggi merupakan salah satu ciri khas yang paling kelihatan bagi pemilih jenis ini. Ideologi dianggap sebagai satu landasan dalam membuat suatu keputusan serta bertindak, dan kadang kebenarannya tidak bisa diganggu-gugat Pemilih Skeptis Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideologi cukup tinggi dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan, juga tidak menjadikan kebijakan sebagai sesuatu yang penting. Keinginan untuk terlibat dalam sebuah partai politik pada pemilih jenis ini sangat kurang, karena ikatan ideologis mereka memang rendah sekali. Mereka juga kurang memedulikan platform dan kebijakan sebuah partai politik. Kalaupun berpartisipasi dalam pemungutan suara, biasanya mereka melakukannya secara acak atau random. Mereka berkeyakinan bahwa siapapun dan partai apapun yang memenangkan pemilu tidak akan bisa membawa bangsa ke arah perbaikan yang 16 Ibid., hal

16 mereka harapkan. Selain itu, mereka tidak memiliki ikatan emosional dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan. 17 G. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu pengkajian dalam menjawab serta mempelajari peraturan yang terdapat dalam suatu penelitian.ditinjau dari sudut filsafat, metodologi penelitian merupakan epistimologi penelitian, yaitu yang menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian. 18 G.1. Jenis Penelitian Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Jenis penelitian ini digunakan karena peneliti ingin menggambarkan Perilaku Politik Etnis TIonghoa di Kelurahan Sekip pada Pemilihan Legislatitf 2014 di Kota Medan.G.2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Daerah Kelurahan Sekip kecamatan Medan Petisah. Pemilihan lokasi di daerah ini karena peneliti melihat bahwa populasi etnis 17 Ibid., hal Prof. Dr. Husni Usman, M.Pd., M.T dan Purmono Setiady Akbar, M.Pd Metodologi PenelitianSosial, Jakarta: Bumi Aksara. hal

17 Tionghoa di kelurahan Sekip merupakan populasi terbesar dibandingkan dengan kelurahan lain di kecamatan Medan Petisah. G.3. Populasi dan Sampel G.3.1 Populasi Populasi adalah wilayah yang terdiri dari objek atau subjek penelitian yang mempunyai kuantitas tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditetapkan kesimpulannya. Populasi memiliki lambang (N). Dalam hal ini populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat etnis Tionghoa yang terdaftar sebagai daftar pemilih tetap (DPT) di Kelurahan Sekip, Kota Medan. Populasi masyarakat ataupun penduduk yang terdapat di Kelurahan Sekip berjumlah jiwa, kemudian populasi yang terdaftar dalam DPT berjumlah jiwa, sedangkan Populasi etnis Tionghoa yang terdapat dalam DPT berjumlah 5250 jiwa. Data diperoleh setelah menganalisis DPT Kelurahan Sekip yang diperoleh melalui KPU kota Medan. G.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi yang menggunakan cara tertentu. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah masyarakat etnis tionghoa yang memilih pada pemilihan legislatif 2014 di Kelurahan Sukaramai 2, kota Medan yang berusia 17 tahun keatas atau yang sudah menikah dan berdomisili di kelurahan 17

18 Sekip. Untuk menentukan jumlah sampel dalam kuisioner peneliti menggunakan rumus Taro Yamane, sebagai berikut 19 : Keterangan: n: jumlah sampel N: jumlah populasi etnis tionghoa : presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90 % Maka diperoleh sampel pada penelitian ini yang berjumlah 90 orang, namun untuk kemudahan mengambil data penulis menyebarkan kuesioner sebanyak 100 responden, Selanjutnya maka dilakukan pengumpulan data dan analisa data. Tingkat presisi yang dimaksud disini adalah rentang dimana nilai sebenarnya dari populasi yang diperkirakan. Semakin besar tingkat kesalahan yang ditoleransi 19 Prasetry, Bambang Metode Penelitian Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa. Hal 81 18

19 maka semakin kecil jumlah sampel yang diambil. Dan sebalikanya jika semakin kecil presesi maka akan semakin sedikit tingkat kesalahan G.4. Sumber Data Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan maka penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut. Data sekunder: mencari data dan informasi melalui buku-buku, interner, jurnal dan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Cara ini sering dikenal dengan kata lain atau sering disebut dengan library research. Data primer: data yang didasarkan pada peninjauan langsung pada objek yang diteliti untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. Studi lapangan yang dilakukan dengan datang langsung kelokasi penelitian dengan cara menyebarkan angket artau kuisioner kepada responden yang dijadikan sebagai sampel penelitian. G.5. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan teknik yang relevan untuk mendapatkan data yang akurat yaitu dengan penelitian lapangan (field reaserch) vdan penelitian kepustakaan (library research). Dalam mengumpulkan data peneliti melakukan: 1. Penelitian Lapangan (field Reaserch): penyebaran kuisioner yang akan diberikan kepada informan yaitu masyarakat Etnis Tionghoa di Kelurahan 19

20 Sekip. Teknik pengeumpulan data penelitian ini juga berupa observasi. Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dijalankan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, dengan jalan pencatatan dan pengamatan secara sistematis Pengumpulan data penelitian kepustakaan (library reaserch) yaitu: Dengan mendapatkan data dari buku-buku, jurnal, dokumen lembaga dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian. G.6. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian ini ingin menggambarkan dan melukiskan objek yang diamati berdasarkan fakta-fakta yang ada dilapangan setelah dilakukannya penelitian. G.7. Sistematika Penelitian Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan terperinci, serta untuk mempermudah isi dari penelitian ini, maka penulis memba gi penulisan penelitian ini ke dalam empat bab. Dengan begitu, susunan sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 20 Imam Gunawan, S Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hal

21 BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, Pertanyaan Penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini lebih ditujukan dan mengambarkan segala sesuatu mengenai objek penelitian yaitu perilaku politik etnis tionghoa di Kelurahan Sekip, yang diharapkan mampu mewakili keseluruhan pemilih Tionghoa di kota Medan. BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Bab ini berisi penyajian data dan fakta serta analisa data dengan metode kuantitatif dan perhitungan statistika mengenai penelitian ini, dan persentasi pemilih etnis tionghoa dalam memberikan suaranya dalam pemilukada. Selain itu menampilkan penyajian data yang diperoleh baik itu data primer maupun data sekunder. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi mengenai kesimpulan. Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis. 21

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang pemilihan umum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang pemilihan umum 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Pemilih 1. Definisi Pemilih Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, pemilih diartikan sebagai Warga Negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang

BAB II KAJIAN TEORETIK. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang BAB II KAJIAN TEORETIK Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian ang akan dilakukan, adalah teori mengenai

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 12 Dr. Fakultas PASCASARJANA Perilaku Pemilih Heri Budianto.M.Si Program Studi Magister Ilmu Komunikasi http://mercubuana.ac.id Konsep dan Definisi Perilaku Pemilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menyatakan bahwa, masyarakat Tionghoa bukanlah kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menyatakan bahwa, masyarakat Tionghoa bukanlah kelompok yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Etnis Tionghoa merupakan kaum minoritas dan marginal sehingga keberadaan etnis Tionghoa selalu diwarnai berbagai macam peristiwa yang menarik untuk diamati di ranah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan kesempatan yang seluas-luasnya dalam mengikutsertakan warga negaranya dalam proses politik, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Tingkat Partisipasi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Pada Pemilu Presiden 2014 Partisipasi merupakan salah satu aspek penting dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Walau pemilihan umum seringkali dijadikan alat legitimasi bagi rezim otoriter.

BAB I PENDAHULUAN. Walau pemilihan umum seringkali dijadikan alat legitimasi bagi rezim otoriter. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum merupakan salah satu instrument terpenting dalam sistem politik-demokratik modern. Pemilihan umum bahkan telah menjadi parameter utama bagi masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan disebagianbesar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi

Lebih terperinci

Nuruddin Abdullah 1. Kata Kunci: status sosial ekonomi, sosialisasi politik, media massa, partisipasi politik masyarakat.

Nuruddin Abdullah 1. Kata Kunci: status sosial ekonomi, sosialisasi politik, media massa, partisipasi politik masyarakat. ejournal Ilmu Pemerintahan, Volume 4, Nomor 4, 2016 : 1627-1638 ISSN 0000-0000, ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI DAN SOSIALISASI POLITIK MELALUI MEDIA MASSA TERHADAP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa atau yang disebut dangan nama lainnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah suatu kesatuan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan 32 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi Indonesia. Disebut tahun politik antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang melibatkan setidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik

Lebih terperinci

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL oleh : Timbul Hari Kencana NPM. 10144300021 PROGRAM

Lebih terperinci

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada oleh AA Gde Putra, SH.MH Demokrasi (pengertian Umum) Bentuk sistem pemerintahan yang setiap warganya memiliki kesetaraan

Lebih terperinci

BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya

BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN 2014 A. Perilaku Pemilih Dan Pilpres 2014 Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya mempunyai orientasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilih kelompok pemula di Indonesia dari pemilu ke pemilu terus bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap yang terdaftar tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada suatu negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi sebagai pilar penting dalam sistem politik sebuah Negara, termasuk Indonesia yang sudah diterapkan dalam pemilihan secara langsung seperti legislatif, Presiden

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu-isu dan kebijakan politik sangat menentukan perilaku pemilih, tapi terdapat pula sejumlah faktor penting lainnya. Sekelompok orang bisa saja memilih sebuah

Lebih terperinci

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu instrumen terpenting dalam sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh warga negara adalah keikutsertaan dalam pemilihan umum. politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara

BAB I PENDAHULUAN. oleh warga negara adalah keikutsertaan dalam pemilihan umum. politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep demokrasi dapat diartikan sebagai suatu pemerintahan yang berasal dari rakyat untuk rakyat karenanya salah satu pilar demokrasi adalah partisipasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya

Lebih terperinci

Tingkahlaku Politik Etnis Tionghoa Pada Pemilukada 2010 Di Kota Medan

Tingkahlaku Politik Etnis Tionghoa Pada Pemilukada 2010 Di Kota Medan Tingkahlaku Politik Etnis Tionghoa Pada Pemilukada 2010 Di Kota Medan LIDYA MAHDALENA Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan, Jl. Dr. Sofyan No.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia setiap 5 tahun sekali mempunyai agenda besar dalam pesta demokrasinya dan agenda besar tersebut tak lain adalah Pemilu. Terhitung sejak tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena pemilih pemula selalu menarik untuk didiskusikan pada setiap momen pemilihan umum baik nasional maupun di daerah. Jumlah mereka yang sangat besar bagaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI KECAMATAN SAMBOJA

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI KECAMATAN SAMBOJA ejournal Ilmu Pemerintahan, 2017, 5 (4): 1693-1704 ISSN 2477-2458 (Online), ISSN 2477-2631 (cetak) ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk mewujudkan partisipasi rakyat. Pemilihan umum

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk mewujudkan partisipasi rakyat. Pemilihan umum 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu ciri dari demokrasi yang digunakan untuk mewujudkan partisipasi rakyat. Pemilihan umum dianggap penting dalam proses dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Partisipasi politik masyarakat merupakan syarat pokok yang harus dilakukan oleh setiap warga negara terutama pada negara yang menganut paham demokrasi. Tingginya

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1 PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL Muryanto Amin 1 Pendahuluan Konstitusi Negara Republik Indonesia menuliskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan

Lebih terperinci

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 JURNAL PENELITIAN OLEH: NILUH VITA PRATIWI G2G115106 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara langsung dapat berlangsung tertib dan lancar. Animo masyarakat yang besar atas pesta demokrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat sebagai bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan

BAB I PEDAHULUAN. Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi berarti suatu pengorganisasian negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peralihan kekuasaan dari rezim Orde Baru ke Orde Reformasi merubah tata pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan tuntutan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemilihan umum. Perilaku memilih dapat ditujukan dalam memberikan suara. Kepala Daerah dalam Pemilukada secara langsung.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemilihan umum. Perilaku memilih dapat ditujukan dalam memberikan suara. Kepala Daerah dalam Pemilukada secara langsung. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Pemilih Keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan, yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN 83 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Persepsi Masyarakat Pada Hasil Survei Tentang Elektabilitas Calon Presiden & Calon Wakil Presiden 2014 Di negara-negara demokrasi, ada berbagai cara

Lebih terperinci

Muhamad Ramli Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat

Muhamad Ramli Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat 320 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013 PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DESA KADUNDUNG KECAMATAN LABUAN AMAS UTARA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG

Lebih terperinci

xiv digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

xiv digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac. DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Indikator Variabel... 13 Tabel 3.1 Jumlah Populasi Mahasiswa... 41 Tabel 3.2 Jumlah Sampel Mahasiswa... 43 Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r... 50 Tabel 4.1 Perilaku

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi tahun 1998 merupakan langkah awal sistem demokrasi di indonesia yang membawa pada sistem politk yang sifatnya terbuka. Hal tersebut memungkinkan setiap

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi. Pemilu menjadi sarana pembelajaran dalam mempraktikkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan politik suatu negara, negara tidak lepas dari corak budaya yang ada dalam masyarakatnya. Peran masyarakat dalam kehidupan politik sangat tergantung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Voting Behavior. Perilaku pemilih (voting behavior) merupakan tingkah laku seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Voting Behavior. Perilaku pemilih (voting behavior) merupakan tingkah laku seseorang 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Voting Behavior 1. Definisi Voting Behavior Perilaku pemilih (voting behavior) merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan pilihannya yang dirasa paling disukai atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, hal ini terlihat dimanifestasikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, hal ini terlihat dimanifestasikan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem politik yang menganut paham demokrasi, rakyat dipandang sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, hal ini terlihat dimanifestasikan melalui pemilihan umum

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Persepsi Masyarakat Pada Caleg Secara teoritis, pemilihan umum baik itu legislatif maupun eksekutif yang diselenggarakan secara langsung dapat berperan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Prilaku Pemilih Para ahli ilmu politik menyebutkan bahwa tingkah laku individu dalam pemungutan suara pada kegiatan pemilu disebut dengan konsep

Lebih terperinci

PERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang

PERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang PERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang Oleh : Radityo Pambayun Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 PENDIDIKAN PEMILIH (VOTER S EDUCATION) BAGI PEMILIH PEMULA SERTA URGENSINYA DALAM PEMBANGUNAN DEMOKRASI 1 Suryanef, 2 Al

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara demokrasi yang wilayahnya luas dan rakyatnya banyak. Sehingga, demokrasi tidak mungkin dilaksanakan secara langsung. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah atau seringkali

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah atau seringkali I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum kepala daerah wakil kepala daerah atau seringkali disebut pilkada atau pemilukada, adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah wakil kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I 1.1.Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Reformasi yang dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di segala bidang,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN 2013 Andika Dirsa 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas

Lebih terperinci

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Pemilihan Umum Kepala Daerah (pemilukada) dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni pemilukada langsung dan pemilukada tidak langsung. Faktor utama yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, DPRD, dan DPD) dan Gubernur Provinsi Lampung. Sedangkan di bulan Juli 2014, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parameter paling utama untuk melihat ada atau tidaknya pembangunan politik di sebuah negara adalah demokrasi. Meskipun sebenarnya demokrasi tidak sepenuhnya menjadi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon 95 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon Kepala Daerah dalam pilkada Sidoarjo 2010 Pemilihan kepala daerah secara langsung

Lebih terperinci

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah (pemilukada) adalah rangkaian panjang dari proses penentuan kepala daerah yang bakal menjadi pemimpin suatu daerah untuk lima tahun (satu periode).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut berbagai kajiannya tentang politik, para sarjana politik sepakat bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang paling baik. Sistem ini telah memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Partai Gerindra sebagai realitas sejarah dalam sistem perpolitikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Partai Gerindra sebagai realitas sejarah dalam sistem perpolitikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Partai Gerindra sebagai realitas sejarah dalam sistem perpolitikan di Indonesia, untuk yang kedua kalinya menjadi peserta di Pemilu 2014. Sebagai partai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kamus besar Bahasa Indonesia adalah uang sogok. 1 Politik uang adalah

BAB II LANDASAN TEORI. kamus besar Bahasa Indonesia adalah uang sogok. 1 Politik uang adalah BAB II LANDASAN TEORI A. Money Politic 1. Definisi Money Politic Money politic dalam Bahasa Indonesia adalah suap, arti suap dalam buku kamus besar Bahasa Indonesia adalah uang sogok. 1 Politik uang adalah

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PARTISIPASI POLITIK DAN PEMILIHAN UMUM (Suatu Studi tentang Perilaku Politik Masyarakat di Kelurahan Dataran Tinggi Kecamatan Binjai Timur Pada Pemilihan Presiden tahun 2009) Oleh Nama : Isabella Tarigan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 01 Demokrasi dan Komunikasi Pemasaran Politik Fakultas PASCASARJANA Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Dr. Heri Budianto.M.Si Pengertian Demokrasi Demokrasi secara

Lebih terperinci

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU SEKILAS PEMILU 2004 Pemilihan umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN A. CALEG PEREMPUAN DI KELURAHAN TEWAH MENGALAMI REKRUTMEN POLITIK MENDADAK Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum merupakan suatu sarana untuk memilih orang agar dapat mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut sistem demokrasi,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan perilaku pemilih memiliki signifikansi yang kuat. Terdapat hubungan positif antara konsumsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. 31 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pemilihan tipe penelitian deskriptif ini dimaksudkan untuk melakukan pengukuran

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA. Panduan wawancara ini bersifat terbuka sebagai penuntun di lapangan penelitian, untuk

PANDUAN WAWANCARA. Panduan wawancara ini bersifat terbuka sebagai penuntun di lapangan penelitian, untuk DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Jalan Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Gedung Meneng 35145 Telp. (0721) 704626 Fax. (0721)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum Pengertian Budaya Politik adalah pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak Disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Mencari Format Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Rangka Terwujudnya Persatuan Dan Kesatuan Berdasarkan UUD 1945 di Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan aplikasi berbagai disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan aplikasi berbagai disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek politik di Indonesia telah berkembang sedemikian pesat dengan memanfaatkan aplikasi berbagai disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal ini didorong oleh

Lebih terperinci

Perilaku Pemilih Masyarakat Etnis Simalungun Pada. Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 (Studi Kasus : Desa Sondi Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten

Perilaku Pemilih Masyarakat Etnis Simalungun Pada. Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 (Studi Kasus : Desa Sondi Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Perilaku Pemilih Masyarakat Etnis Simalungun Pada Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 (Studi Kasus : Desa Sondi Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun) DISUSUN OLEH : MARIA N. C. SARAGIH 050906059

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi berlangsung. Pada Pemilu kali ini terdapat 38 Partai Politik untuk tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi berlangsung. Pada Pemilu kali ini terdapat 38 Partai Politik untuk tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilu 2009 merupakan pemilu ketiga yang dilaksanakan selama Era Reformasi berlangsung. Pada Pemilu kali ini terdapat 38 Partai Politik untuk tingkat Nasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan sistem pemerintahan demokrasi yang dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan jalannya pemerintahan. Warga negara

Lebih terperinci