DETERMINAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA. Oleh : Ki Supriyoko

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DETERMINAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA. Oleh : Ki Supriyoko"

Transkripsi

1 DETERMINAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Faktor atau determinan apa saja yang berpengaruh terhadap mutu pendidikan dasar, utamanya SD, di Indonesia? Sejauhmanakah pengaruh faktor guru dalam mutu pendidikan dasar tersebut? Apabila pertanyaan tersebut disampaikan kepada para pendidik kirakira jawabnya di sekitar sarana pendidikan, fasilitas belajar, kemampuan guru, bimbingan orang tua, dan sejenisnya. Demikian pula kalau pertanyaan tersebut disampaikan kepada para pengelola pendidikan umumnya seperti pegawai dinas pendidikan, pengurus yayasan pendidikan, pegawai sekolah, dsb. Jawaban atas pertanyaan tersebut kiranya hampir sama dengan jawaban pendidik. Hampir dapat dipastikan jarang di antara mereka yang menjawab dengan hal-hal yang berskala internasional seperti krisis ekonomi, merebaknya teknologi informasi, gaya kepemimpinan presiden, dan sejenisnya. Namun demikian ternyata hal itu berbeda kalau dalam menjawab pertanyaan tersebut digunakan pendekatan Future Search Conference (FSC), sebuah pendekatan baru di Indonesia. Bahkan di negara tempat metode ini dikembangkan, yaitu Amerika Serikat, termasuk baru pula.

2 2 B. MELIBATKAN BANYAK PIHAK Beberapa waktu yang lalu United Nations Children's Fund (Unicef) menjadi sponsor penyelenggaraan workshop mengenai peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia. Dalam acara yang diselenggarakan di sebuah hotel atau tempat pertemuan di dekat kantor Depdiknas Jakarta tersebut hadir lebih dari seratus orang yang berkepentingan terhadap pendidikan dasar seperti siswa SD dan SMP, guru SD dan SMP, kepala sekolah berbagai satuan pendidikan, orang tua, pengurus asosiasi pendidikan, perencana pendidikan, bupati, ketua Bappeda, aktivis LSM, pimpinan Depdiknas, Depag, Bappenas, anggota DPR, MPR, serta perwakilan badan internasional Unesco, Plan International dan Unicef sendiri. Dilihat dari latar belakang yang sangat heterogen, pertemuan ini cukup representatif bagi para yang berkepentingan terhadap pendidikan dasar di Indonesia. Sesuai dengan tema workshop maka pembicaraan pokok dalam acara tersebut tentang usaha peningkatan mutu pendidikan dasar di Indonesia; dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang pernah dihadapi dalam tiga puluh tahun terakhir, masalah yang sedang dihadapi hari ini, sampai dengan impian sepuluh tahun yang akan datang. Dari masalah yang dihadapi masa lalu sampai dengan impian pada`masa depan itulah kemudian strategi peningkatan mutu pendidikan dasar dikembangkan. Salah satu hal yang menarik dalam workshop yang mengaplikasi FSC tersebut, satu pendekatan baru dalam mengakomodasi aspirasi guna menentukan strategi pencapaian tujuan tertentu, ialah dilibatkannya banyak orang yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembuatan keputusan.

3 3 Pelibatan banyak pihak dalam pengambilan keputusan penting relatif merupakan barang asing di Indonesia sampai saat ini. Ambillah contoh yang sangat aktual sekarang ini; ketika kurikulum sekolah yang dikemas dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan oleh pemerintah apakah para guru, kepala sekolah, siswa, dan orang tua banyak yang telah dilibatkan? Rasanya tidak! Dalam pengembangan KTSP di SD misalnya, rasanya tidak banyak guru SD yang dilibatkan sejak membangun konsep sampai hal-hal teknis yang sering terjadi di kelas dan atau di sekolah. Kalau pun ada guru SD yang dilibatkan dapat dipastikan jumlahnya sangat sedikit dan daya representativitasnya sangat rendah. Apakah siswa SD juga dilibatkan di dalam penyusunan KTSP di SD? Kalau pertanyaan ini diajukan kepada 100 orang Indonesia rasanya mereka semua akan menjawab tidak; artinya tidak ada siswa SD yang dilibatkan dalam penyusunan KTSP di SD. Selama ini siswa SD kita sepertinya dipandang sebelah mata menyangkut hal-hal yang dipandang strategis seperti penyusunan kurikulum, penentuan ujian, dsb. Meskipun siswa tersebut yang akan memakai atau menjalani namun tidak dilibatkan dalam proses penyusunannya. Dalam pendekatan FSC ternyata lain; dalam hal ini banyak pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan dasar dilibatkan secara langsung dalam proses pengambilan keputusannya. Pada kasus ini seorang anak SD atau SMP dihargai sama pendapatnya dengan seorang anggota DPR RI, seorang ibu rumah tangga orang tua siswa dihargai harapannya seperti seorang bupati, seorang guru pendapatnya dihargai sama dengan seorang pimpinan departemen, dan sebagainya.

4 4 C. GLOBALISASI DAN KRISIS Sebagaimana yang ditemakan dalam workshop, hampir semua yang hadir menyatakan bahwa pendidikan dasar khususnya SD memang sangat menentukan kemajuan suatu negara karena kualitas pendidikan dasar amat menentukan kualitas suatu bangsa. Secara empirik tidak pernah ada negara yang maju kalau kualitas bangsanya rendah, pada sisi yang lain tidak pernah ada bangsa yang kualitasnya tinggi apabila kualitas pendidikan dasarnya rendah. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Jepang, Taiwan, Singapura, dsb, semuanya memiliki kualitas pendidikan dasar yang sangat memadai. Keadaan tersebut di atas sangat disadari oleh peserta workshop. Namun yang diragukan, jangan-jangan hal yang sangat penting tersebut justru tidak pernah disadari oleh para pemimpin nasional sebagai pengambil kebijakan politis bangsa Indonesia. Selanjutnya ada hal yang cukup menarik untuk dicermati bersama yaitu ketika kepada para peserta workshop diberi waktu untuk menganalisis determinan kualitas pendidikan dasar. Ternyata hasil yang diperoleh hasil adalah sbb: faktor globalisasi mendapatkan skor 56 dari skor kemungkinan tertinggi 232 atau 24 persen; krisis ekonomi, sosial dan politik 54 atau 23 persen; proses belajar mengajar di sekolah 34 atau 15 persen; sarana dan fasilitas belajar 32 atau 14 persen; peraturan pendidikan 27 atau 12 persen; bantuan masyarakat terhadap pendidikan 17 atau 7 persen; dan faktor lainnya seperti terjadinya eforia politik; dsb. sebesar 12 atau 5 persen. 232 adalah angka tertinggi berdasar banyaknya alternatif menurut peserta.

5 5 Penskoran tersebut di atas merupakan common sense atau suatu pandangan umum, bukan pandangan pakar atau praktisi pendidikan saja. Artinya, menurut pendapat umum terjadinya proses globalisasi yang tengah melanda dunia dan terjadinya krisis ekonomi, sosial dan politik di Indonesia sangat berdampak pada kualitas pendidikan dasar di Indonesia. Dua faktor ini bahkan pengaruhnya lebih tinggi daripada faktor-faktor yang lainnya. Hasil seperti inilah yang tidak pernah terbayangkan oleh para praktisi dan pakar pendidikan selama ini. Bagaimana logikanya sehingga faktor globalisasi sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan dasar di Indonesia? Jawabnya tidaklah terlalu sulit. Dalam era globalisasi sekarang ini semua orang yang ingin maju dituntut dapat berkomunikasi dengan bangsa lain menggunakan bahasa internasional, yaitu Bahasa Inggris, padahal kenyataannya lulusan SD dan SMP di Indonesia mayoritas tidak dapat berbahasa Inggris. Dengan demikian pendidikan dasar di Indonesia dituntut untuk dapat menjadikan lulusannya akrab dengan Bahasa Inggris. Ilustrasi lain dalam era globalisasi sekarang ini ada semacam tuntutan pada semua orang untuk familiar dengan teknologi komunikasi seperti telpon, telegram, faksimile, komputer, dan internet. Bahkan menurut laporan UNDP, penggunaan komputer dan internet telah dijadikan indikator dari masyarakat global. Itulah sebabnya siswa sekolah dasar di negara-negara maju sudah mulai diakrabkan dengan penggunaan komputer dan internat, misalnya saja siswa SD di Jepang sudah difasilitasi dengan laptop atau komputer kecil yang canggih dalam proses belajar mengajarnya, sementara siswa SD di Australia sudah dikenalkan dengan internet.

6 6 Implikasinya, siswa pendidikan dasar di Indonesia seharusnya juga sudah mulai dikenalkan dengan komputer dan internet dalam arti penggunaannya pada proses belajar mengajar. Namun begitu dalam kenyataannya teknologi komunikasi seperti itu sekarang masih merupakan benda asing. Bahwa sebagian SD sudah mengenalkan komputer kepada siswa rasanya memang benar, namun demikian jumlahnya masih sangat terbatas. Mengenai pengaruh krisis ekonomi, sosial, dan politik terhadap kualitas pendidikan dasar lebih mudah untuk dijelaskan. Semenjak krisis berlangsung di Indonesia yang secara riil dimulai pada pertengahan tahun 1997 sampai sekarang ternyata penambahan sarana pendidikan dan fasilitas belajar menjadi seret. Dalam realitasnya banyak gedung SD yang roboh tidak dapat diperbaiki karena kesulitan anggaran dan banyak laboratorium sekolah yang tidak bisa dioperasionalkan karena tidak ada duit yang cukup untuk membeli peralatan dan bahan. Secara nasional bahkan angka putus sekolah semakin naik, sedangkan angka melanjutkan studi justru menurun. Setelah ditelusuri penyebabnya ternyata banyak orang tua yang kesulitan keuangan untuk membayar sekolah anaknya. Di sisi lain banyaknya oknum siswa yang terlibat narkoba dan tawuran pelajar kiranya tidak dapat dilepaskan dari terjadinya krisis sosial dan politik. Ilustrasi tersebut di atas menunjukkan bahwa faktor globalisasi yang melanda dunia dan faktor krisis ekonomi, sosial dan politik yang melanda Indonesia benar-benar berpengaruh pada kualitas pendidikan dasar. Inilah yang barangkali jarang kita sadari.

7 7 D. MENCARI SOLUSI Harus diakui bahwa kualitas pendidikan dasar Indonesia masih belum memuaskan sampai saat ini. Tidak usah dibandingkan negara maju, dengan negara tetangga atau negara sekitar saja Indonesia kalah bersaing. Bank Dunia dalam Education in Indonesia: From Crisis to Recovery (1998) melaporkan kemampuan membaca siswa SD Indonesia paling rendah dibandingkan siswa sederajat dari Hong Kong, Malaysia, Filipina dan Thailand. Untuk penguasaan Matematika sama saja. Menurut laporan IEA dalam Trends of International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2003 (2003), prestasi Matematika siswa grade 8, atau SMP tingkat 2, hanya berada pada ranking ke-35 dari 44 negara; sementara prestasi Sains berada pada ranking ke-37 dari 44 negara. Memang sudah banyak yang telah dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat untuk mensolusi hal tersebut, namun demikian hasilnya belum banyak dirasakan. Dalam rangka mencari solusi tersebut barangkali ada baiknya dilihat pengalaman Australia yang tiga puluh tahun yang lalu mengalami hal yang sama dengan Indonesia. Sekitar tiga puluh tahun yang lalu pendidikan dasar di Australia, baik pendidikan untuk kulit putih maupun kulit berwarna (Aborigin), sangat memprihatinkan kondisi dan kualitasnya. Sistem pendidikan dasar yang diadopsi dari Inggris tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Sarana dan fasilitas belajar terbatas, kualitas guru kurang memadai, dan anak-anak sekolah tidak dapat berprestasi. Pendek kata kualitas pendidikan dasar di Australia masih rendah.

8 8 Untuk menghadapi kenyataan tersebut pada Desember 1972 perdana menteri Australia membentuk The Interim Committee for the Australian Schools Commission (ICASC). Komisi yang salah satu tugasnya mencari akar permasalahan persekolahan dan alternatif solusinya ini bertanggung jawab kepada menteri pendidikan. Badan ini beranggotakan sepuluh orang. Setelah bekerja, setahun kemudian badan ini sudah bisa menghasilkan laporan setebal 170 halaman yang didalamnya membahas tujuh masalah utama yang dihadapi pendidikan dasar di Australia. Bahkan didalamnya dilengkapi 49 rekomendasi yang konkret untuk mensolusinya, antara lain meningkatkan kualitas guru. Ketika pemerintah Australia mulai memperhatikan dan menjalankan rekomendasi tersebut di tahun-tahun yang berikutnya maka pendidikan dasar di Australia mulai bangkit. Memang perjalanannya tidak secepat kereta api ekspres karena sifat pendidikan itu sendiri yang evolusioner. Kalau sekarang ini pendidikan dasar di Australia termasuk yang terbaik di dunia hal itu tidak dapat dilepaskan dari usaha-usaha yang dilakukan sejak awal tahun 70-an tersebut. Rekomendasi yang pernah dialami Australia tersebut, yaitu meningkatkan kualitas guru ternyata berlaku pula di Indonesia. Dalam workshop FSC tersebut salah satu rekomendasi yang diusulkan oleh peserta adalah meningkatkan kualitas guru. Rupanya para peserta workshop dari berbagai latar belakang tersebut banyak yang menyadari bahwa guru sangat menentukan kinerja pendidikan dasar, sementara di sisi lain disadari pula bahwa kualitas guru di Indonesia masih rendah. Atas dasar inilah kemudian muncul rekomendasi untuk meningkatkan kualitas guru, utamanya guru SD.

9 9 Apabila kualtas guru SD di Indonesia diukur dengan pendidikannya memang demikianlah adanya. Sebagai salah satu penjabaran UU Sisdiknas sekarang kita telah memiliki PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pasal 29 ayat (2) PP tersebut menyebutkan Pendidik pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a) kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1), b) latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain, atau psikologi; dan c) sertifikat profesi guru untuk SD/MI. Bagaimana realitasnya? Menurut data Balitbang Depdiknas dalam Statistik Persekolahan SD 2004/2005 (2005) di Indonesia terdapat sekolah; dari jumlah tersebut terdapat guru. Apabila dicermati dari pendidikannya maka sebanyak 855 orang atau 0,07 persen berpendidikan pascasarjana, orang atau 12,86 persen berpendidikan sarjana keguruan, dan orang atau 1,14 persen berpendidikan sarjana nonkeguruan. Dengan demikian guru yang berkualitas, dalam arti yang memenuhi PP tersebut tidak lebih dari 15 persen terhadap keseluruhan guru SD di Indonesia. Bagaimana dengan SMP? Pada dasarnya sama saja hanya angkanya yang bervariasi. Angka-angka tersebut di atas kiranya memperkuat rekomendasi yang pernah dihasilkan dalam workshop FSC tentang peningkatan pendidikan dasar di Indonesia. Seandainya saja rekomendasi tersebut terus dilaksanakan dan diintensifkan pelaksanaannya, barangkali kualitas guru SD (dan SMP) di Indonesia sudah mengalami peningkatan secara signifikan; apalagi kalau kualitas guru itu tidak semata-mata diukur dari pendidikannya, misal intensitas komunikasi dengan siswa.

10 10 E. KESIMPULAN Memang banyak faktor sebagai determinan mutu pendidikan dasar di Indonesia; namun untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan dasar, utamanya SD di Indonesia maka peningkatan kualitas guru kiranya menjadi alternatif yang tidak mungkin dapat ditolak. Australia sudah membuktikan, dengan meningkatkan kualitas guru maka meningkat pula mutu pendidikan dasarnya meskipun untuk dapat merealisasikannya diperlukan waktu yang tidak singkat!!!***** >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> Prof. Dr. H. Ki Supriyoko, M.Pd. adalah Anggota Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah (BAN S/M); Pengasuh Pesantren Ar-Raudhah Yogyakarta, dan Wakil Presiden Pan-Pacific Association of Private Education (PAPE) yang bermarkas di Tokyo, Jepang KAPASITAS: KATA (WORDS)

Majalah METODIKA, terbit di Jakarta, Edisi IV Oktober 2006

Majalah METODIKA, terbit di Jakarta, Edisi IV Oktober 2006 Majalah METODIKA, terbit di Jakarta, Edisi IV Oktober 2006 PEMANTAPAN KINERJA PENDIDIKAN MELALUI PROFESIONALISME GURU Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Kinerja pendidikan nasional telah lama menunjukkan

Lebih terperinci

Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi April 2007

Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi April 2007 Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi April 2007 MENGEMBANGKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI)

Lebih terperinci

Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Juli 2007

Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Juli 2007 Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Juli 2007 MENGEMBANGKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Kalau kita buka Oxford Advance Learner s

Lebih terperinci

A. PENGANTAR PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN ANAK DI DAERAH BENCANA ALAM. Oleh : Ki Supriyoko

A. PENGANTAR PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN ANAK DI DAERAH BENCANA ALAM. Oleh : Ki Supriyoko PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN ANAK DI DAERAH BENCANA ALAM Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Setelah terjadi gempa bumi yang berkekuatan 5,9 Skala Richter di Yogyakarta Bulan Mei 2006 yang lalu, kejadian demi

Lebih terperinci

Majalah FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi III Juli 2006

Majalah FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi III Juli 2006 Majalah FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi III Juli 2006 PEMBIASAAN BERFIKIR KRITIS ANAK TAMAN KANAK-KANAK Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Ketika masih kuliah pada program doktor pertengahan tahun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting karena pendidikan merupakan pondasi pembangunan suatu bangsa. Jika pendidikan tidak berjalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu berpikir kritis di era globalisasi. Salah satunya dengan

Lebih terperinci

Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Januari 2007

Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Januari 2007 Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Januari 2007 PROFESI, PROFESIONAL, PROFESIONALISME, DAN PROFESIONALITAS GURU DALAM UNDANG-UNDANG Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Semenjak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup peserta didik secara optimal dalam rangka mewujudkan bangsa Indonesia yang berperadaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan berkualitas merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan. Namun dalam kenyataanya, untuk menghasilkan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pendidikan dalam suatu negara harus diawasi dan dievaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan sistem pendidikan yang digunakan. Berhasil tidaknya

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni 1996 RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko Barangkali kita masih teringat akan pengalaman sekitar dua atau tiga tahun lalu

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober 1990 KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko Mencermati dengan seksama terhadap gambaran besar tentang kependudukan dan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING. Direktorat Jenderal Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING. Direktorat Jenderal Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING Direktorat Jenderal Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional 1 SEKOLAH INTERNASIONAL DASAR HUKUM: 1. PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN

STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran serta Strategi Pencapaian 1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan, dan sasaran program studi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan setiap individu adalah melalui proses pendidikan. Melalui proses pendidikan diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional.

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong terjadinya kompetisi bagi lembaga pendidikan yang tidak hanya bersifat lokal atau regional saja, tetapi juga internasional. Kompetisi global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan negara dalam isi pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut, jalan yang harus ditempuh adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek kehidupan masyarakat termasuk di bidang pendidikan. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek kehidupan masyarakat termasuk di bidang pendidikan. Kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi yang saat ini terjadi di Indonesia mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan masyarakat termasuk di bidang pendidikan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

CATATAN ATAS PRIORITAS PENDIDIKAN DALAM RKP 2013

CATATAN ATAS PRIORITAS PENDIDIKAN DALAM RKP 2013 CATATAN ATAS PRIORITAS PENDIDIKAN DALAM RKP 2013 1. Perkembangan Pendidikan di Indonesia 1 Indonesia menargetkan 100 persen angka partisipasi kasar (gross enrollment rates) di tingkat sekolah dasar dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASlONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASlONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASlONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING Dl INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2016-2020 RS S1 01 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016 KATA PENGANTAR Berkat rahmat Allah dan dengan kerja keras tim penyusun bersama

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN KRETERIA SEKOLAH STANDAR, MANDIRI, DAN BERTARAF INTERNASIONAL

STUDI PENGEMBANGAN KRETERIA SEKOLAH STANDAR, MANDIRI, DAN BERTARAF INTERNASIONAL STUDI PENGEMBANGAN KRETERIA SEKOLAH STANDAR, MANDIRI, DAN BERTARAF INTERNASIONAL Latar Belakang Era globalisasi yang ditandai dengan perubahan yang sangat pesat dan persaingan antar negara yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah agen untuk menciptakan generasi yang berkarakter, intelektual, dan berdedikasi tinggi. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN PROGRAM MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012-2017 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perolehan Skor Rata-Rata Siswa Indonesia Untuk Sains

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perolehan Skor Rata-Rata Siswa Indonesia Untuk Sains BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan adanya upaya peningkatan mutu pendidikan maka evaluasi terhadap segala aspek yang berhubungan dengan kualitas pendidikan terus dilakukan. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek kehidupan masyarakat termasuk di bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek kehidupan masyarakat termasuk di bidang pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi yang saat ini terjadi di Indonesia mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan masyarakat termasuk di bidang pendidikan. Kemajuan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DAN KESIAPAN LPTK DALAM MENDUKUNG PROGRAM SERTIFIKASI GURU

PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DAN KESIAPAN LPTK DALAM MENDUKUNG PROGRAM SERTIFIKASI GURU PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DAN KESIAPAN LPTK DALAM MENDUKUNG PROGRAM SERTIFIKASI GURU HAND OUT Disampaikan pada kegiatan Forum Wartawan Pendidikan Wisma Depdiknas Argamulya, Bogor, Sabtu, 16 September2006

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM IMERSI DI SMP NEGERI 3 PATI

EFEKTIVITAS MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM IMERSI DI SMP NEGERI 3 PATI EFEKTIVITAS MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM IMERSI DI SMP NEGERI 3 PATI TESIS Diajukan Kepada: Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Magister Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasal 5 ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak. memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. pasal 5 ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak. memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menyelenggarakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20/2003 Bab IV pasal 5 ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu.

Lebih terperinci

Filsafat, Kebijakan Dasar dan Perkembangan Pendidikan Swasta di Indonesia

Filsafat, Kebijakan Dasar dan Perkembangan Pendidikan Swasta di Indonesia Filsafat, Kebijakan Dasar dan Perkembangan Pendidikan Swasta di Indonesia M Prof. Dr. Ki Supriyoko, M.Pd. Direktur Pan-Pasific Association of Private Education (PAPE) eski bukan satu-satunya determinan,

Lebih terperinci

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN PERAN BUDAYA DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN PERAN BUDAYA DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN PERAN BUDAYA DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Oleh : PROF.DR. KI SUPRIYOKO, M.Pd. Makalah Disampaikan Pada : SEMINAR PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL VIII TEMA PENEGAKAN HUKUM DALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu mendapatkan perhatian khusus di Indonesia. Rendahnya kemampuan siswa di bidang matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh tingkat kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya para siswa di tingkat pendidikan Sekolah Dasar hingga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya para siswa di tingkat pendidikan Sekolah Dasar hingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang wajib dipelajari oleh setiap siswa pada jenjang pendidikan manapun. Di Indonesia khususnya para

Lebih terperinci

STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Kode Dokumen : Revisi ke : Tanggal : 15 April 2015 Diajukan Oleh Disetujui oleh : Tim Penjaminan Mutu : Direktur Naproni, S. T., M. Kom. NIK. 0106003 SISTEM PENJAMINAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2003 bahwa

BAB I PENDAHULUAN. International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2003 bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak orang mengatakan mutu pendidikan Indonesia, terutama dalam mata pelajaran matematika masih rendah, hal tersebut diperkuat dengan data UNESCO yang menunjukkan

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA PERIODE

PROGRAM KERJA PERIODE PROGRAM KERJA PERIODE 2012-2016 PROGRAM KERJA PERIODE 2012-2016 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kode Dokumen : 00601 02000 Revisi : 3 Tanggal : 13 Desember 2012 Diajukan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemampuan memecahkan masalah merupakan satu aspek yang sangat. penting dalam pembelajaran. Behrman, Kliegman, dan Arvin (2000: 130)

I. PENDAHULUAN. Kemampuan memecahkan masalah merupakan satu aspek yang sangat. penting dalam pembelajaran. Behrman, Kliegman, dan Arvin (2000: 130) 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan memecahkan masalah merupakan satu aspek yang sangat penting dalam pembelajaran. Behrman, Kliegman, dan Arvin (2000: 130) mengatakan bahwa pentingnya kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. maju apabila rakyatnya memiliki pendidikan yang tinggi dan berkualitas,

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. maju apabila rakyatnya memiliki pendidikan yang tinggi dan berkualitas, BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Suatu negara dan bangsa akan menjadi negara dan bangsa yang maju apabila rakyatnya

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 234/U/2000

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 234/U/2000 KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 234/U/2000 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN PERGURUAN TINGGI MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 118

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Karenanya, pendidikan tidak boleh dianggap sepele karena dengan pendidikan harkat dan martabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan negara saat ini tidak terlepas dari mutu SDM-nya. Salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan mutu SDM adalah pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Menurut laporan Education for all (EFA ) Global

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Menurut laporan Education for all (EFA ) Global BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan indikator kemajuan suatu bangsa yang sangat penting dalam membentuk fondasi kompetensi bangsa tersebut. Berbicara tentang pendidikan tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk siap menghadapi persaingan dengan negara lain. Untuk dapat bersaing dan bertahan maka setiap

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU Oleh : Lailatussaadah Dosen Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar-Raniry Email: lailamnur27@gmail.com ABSTRAK Kinerja guru merupakan hasil, kemajuan dan prestasi kerja guru

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Literasi sains adalah kemampuan seseorang untuk memahami sains, dan kemampuan seseorang untuk menerapkan sains bagi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Melalui pendidikan potensi seseorang akan berkembang dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan Indonesia saat ini masih belum sesuai harapan dibanding dengan negara-negara maju. Asisten Direktur Jenderal untuk Pendidikan dari The United

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan. Sebagaimana tercantum pada paduan KTSP untuk pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya peningkatan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi sendiri mulai muncul tahun 1944, namun mulai digunakan oleh para ekonom barat tahun 1960, 72 tahun setelah istilah tersebut muncul. Sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempurnaan yang terjadi pada setiap aspek pendidikan. Penyempurnaan

BAB I PENDAHULUAN. penyempurnaan yang terjadi pada setiap aspek pendidikan. Penyempurnaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan nasional ditandai dengan penyempurnaan yang terjadi pada setiap aspek pendidikan. Penyempurnaan kurikulum dari kurikulum 1994

Lebih terperinci

PENERAPAN PANCASILA SEBAGAI PENDIDIKAN DI INDONESIA. Tugas Akhir Pancasila

PENERAPAN PANCASILA SEBAGAI PENDIDIKAN DI INDONESIA. Tugas Akhir Pancasila PENERAPAN PANCASILA SEBAGAI PENDIDIKAN DI INDONESIA Tugas Akhir Pancasila DI SUSUN OLEH : Nama : Nikodemus Anton Sebrang Setiawan NIM : 11.01.2911 Jurusan : Teknik Informatika Program study : D3 Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empirik kita bisa mengamati bahwa bangsa-bangsa di Eropa dan Amerika,

BAB I PENDAHULUAN. empirik kita bisa mengamati bahwa bangsa-bangsa di Eropa dan Amerika, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat mempengaruhi kualitas suatu bangsa. Secara empirik kita bisa mengamati bahwa bangsa-bangsa di Eropa dan Amerika, bahkan beberapa negara tetangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, yang tidak didukung dengan pendidikan yang kuat (Joesoef,

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, yang tidak didukung dengan pendidikan yang kuat (Joesoef, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa, tidak ada bangsa yang maju, yang tidak didukung dengan pendidikan yang kuat (Joesoef, kompas 2011). Pendapat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG KEINSINYURAN: Harapan Baru Tingkatkan Profesionalisme Insinyur Oleh: Wiwin Sri Rahyani*

UNDANG-UNDANG KEINSINYURAN: Harapan Baru Tingkatkan Profesionalisme Insinyur Oleh: Wiwin Sri Rahyani* UNDANG-UNDANG KEINSINYURAN: Harapan Baru Tingkatkan Profesionalisme Insinyur Oleh: Wiwin Sri Rahyani* Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyelesaikan pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Keinsinyuran

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa depan bangsa sangat tergantung pada kondisi pendidikan karena pendidikan merupakan investasi masa depan bangsa dimana anak bangsa dididik agar bisa meneruskan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK Oleh: RIRIS KATHARINA HANDRINI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

Majalah PUSARA, Edisi Juli TAMANSISWA DI ERA DESENTRALISASI PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko

Majalah PUSARA, Edisi Juli TAMANSISWA DI ERA DESENTRALISASI PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko Majalah PUSARA, Edisi Juli 2007 TAMANSISWA DI ERA DESENTRALISASI PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko Telah terbuktikan oleh sejarah bahwa perjalanan Tamansiswa telah melewati dua jaman sekaligus; masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kehidupan masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat, memiliki

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KELAS KHUSUS INTERNASIONAL DI UNIVERSITAS INDONESIA REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA,

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KELAS KHUSUS INTERNASIONAL DI UNIVERSITAS INDONESIA REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA, Menimbang KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 547/SK/R/UI/2005 Tentang PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KELAS KHUSUS INTERNASIONAL DI UNIVERSITAS INDONESIA REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika dikehidupan nyata. Selain itu, prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. matematika dikehidupan nyata. Selain itu, prestasi belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi yang semakin berkembang pesat, akan timbul dampak bagi siswa, yaitu semakin kompleksnya permasalahan yang akan dihadapi. Para siswa sekolah

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN APA, BAGAIMANA, DAN MENGAPA

STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN APA, BAGAIMANA, DAN MENGAPA STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN APA, BAGAIMANA, DAN MENGAPA Kualitas SNP (Isi, Kompetensi Lulusan, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Sarana dan Prasarana, Pengelolaan, Penilaian, Proses, Biaya) SPM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 183) mendefinisikan prestasi sekolah sebagai hasil atau tingkat keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. 183) mendefinisikan prestasi sekolah sebagai hasil atau tingkat keberhasilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi sekolah sebagai indikator mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sumber daya sekolah lainnya. Sagala (2007: 183) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN S 00500-0000 Lampiran Surat Keputusan Ketua STMIK KHARISMA Makassar Nomor: 505/B/STMIK Ketua/VII/2016 PUSAT PENJAMINAN MUTU (P2M) STMIK KHARISMA MAKASSAR Gedung Kampus STMIK KHARISMA Lantai II Jl. Baji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah pendidikan di Indonesia adalah siswa Indonesia belum dapat bersaing dengan siswa negara lain. Padahal tuntutan persaingan dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASlONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASlONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASlONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING Dl INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia

BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia Liliana Muliastuti, Ketua Umum Afiliasi Pengajar dan Pegiat BIPA Pengantar Optimisme terhadap peluang bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional cenderung

Lebih terperinci

TESIS. Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Penyusunan Tesis

TESIS. Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Penyusunan Tesis PERSEPSI GURU TENTANG IKLIM ORGANISASI SEKOLAH, MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS TERHADAP PRESTASI KERJA GURU DI SMP NEGERI KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TESIS Diajukan kepada Program Pascasarjana

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 Abstrak Evaluasi kinerja penyelenggaraan rintisan SMA bertaraf

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 Tahapan

Lebih terperinci

Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Januari 2007

Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Januari 2007 Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Januari 2007 MENGEMBANGKAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Banyak pengertian kompetensi yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN BAB I BAB I BAB I 1 A Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) merupakan perwujudan dari tekad melakukan reformasi pendidikan untuk menjawab tuntutan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR: 1941/D/KEP/KP/2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR: 1941/D/KEP/KP/2014 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR: 1941/D/KEP/KP/2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KERJA SAMA PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN MENENGAH OLEH

Lebih terperinci

INDONESIAKU 9/17/2013 NEGERI SURGA YANG TER DI MUKA BUMI

INDONESIAKU 9/17/2013 NEGERI SURGA YANG TER DI MUKA BUMI By Munif Chatib INDONESIAKU NEGERI SURGA YANG TER DI MUKA BUMI Penghasil bahan tambang terbesar: Timah : No. 1 di dunia Batu bara: No. 3 di dunia Tembaga: No. 4 di dunia Nikel: No. 5 di dunia Emas: No.

Lebih terperinci

STANDAR NON AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA TAHUN JAKARTA

STANDAR NON AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA TAHUN JAKARTA STANDAR NON AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA TAHUN 2007 2012 JAKARTA 2007 KATA PENGANTAR Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (UAJ) adalah sebuah universitas swasta yang didirikan pada tahun 1960

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan dunia pendidikan sebagai faktor penentu tercapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Perjalanan sejarah hidup umat manusia tidak terlepas dari proses pendidikan yang menjadi salah satu kebutuhan dari setiap manusia. Berdasarkan

Lebih terperinci

A. PENGANTAR. MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SOSIAL PADA GURU INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko

A. PENGANTAR. MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SOSIAL PADA GURU INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SOSIAL PADA GURU INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Kalau dikumpulkan terdapat belasan bahkan puluhan pengertian atau pun definisi kompetensi. Kalau kita buka Oxford Advance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Suharyanto NIM S

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Suharyanto NIM S 0 EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) YANG DIMODIFIKASI PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan pengaruh pada seluruh sendi kehidupan manusia, baik secara positif maupun negatif. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan atau kesuksesan pelaksanaan kepemimpinan kepala. sekolah dalam mengelola organisasi pendidikan dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan atau kesuksesan pelaksanaan kepemimpinan kepala. sekolah dalam mengelola organisasi pendidikan dipengaruhi oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan atau kesuksesan pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola organisasi pendidikan dipengaruhi oleh kemampuan untuk melakukan kegiatan

Lebih terperinci

!"#! $%&!'!'() ARMAN DARMAWAN F , -./)/

!#! $%&!'!'() ARMAN DARMAWAN F , -./)/ !"#! $%&!'!'() '*$+ ARMAN DARMAWAN F 100 030 136, -./)/ i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa inggris di Indonesia sebagai bahasa asing merupakan salah satu pengaruh rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 INSTRUMEN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) 1. Periksalah kelengkapan Perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109

BAB I PENDAHULUAN. menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan

Lebih terperinci

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. A. Rasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional

Lebih terperinci