BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi pajak adalah fungsi penerimaan (budgetair). Hal ini dapat dilihat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi pajak adalah fungsi penerimaan (budgetair). Hal ini dapat dilihat"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini, pajak masih menjadi sumber pendapatan utama Indonesia. Salah satu fungsi pajak adalah fungsi penerimaan (budgetair). Hal ini dapat dilihat dari pos pendapatan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang menunjukan bagian penerimaan yang berasal dari pajak jauh lebih besar dibanding penerimaan negara lainnya. APBN tahun 2012 menunjukkan pajak menjadi sekitar 75% dari total sumber penerimaan dalam negeri APBN, dan pada tahun 2013 angka ini naik menjadi sekitar 78%. Pendapatan pajak yang tinggi itu bukan merupakan pajak yang dibayarkan hanya oleh sebagian orang saja. Hal ini dapat dilihat dari Laporan Tahunan DJP Tahun 2011 yang menunjukkan rasio Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar dan SPT yang disampaikan kepatuhan yang hanya mencapai 18,1% dan 7,73% dari total seluruh jumlah orang yang aktif bekerja di Indonesia pada tahun Dari angka tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi masih rendah. Pajak berarti pungutan wajib, berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang dsb (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Pemungutan pajak di Indonesia didasarkan atas Undang Undang Dasar 1945 Pasal 23A yang menyebutkan bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur oleh undang undang. Untuk meningkatkan

2 2 penerimaan pajak, pemerintah melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh pada tahun 1984, pada mulanya Indonesia menganut official assessment system lalu berubah menjadi self assessment system. Official assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang seluruh tanggung jawab terletak pada petugas pajak, baik besarnya pajak terutang wajib pajak dan juga resiko pajak yang mungkin akan timbul sedangkan self assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar (Waluyo,2008). Penerapan self assessment system akan efektif apabila kondisi kepatuhan sukarela (voluntary compliance) pada masyarakat telah terbentuk. Kepatuhan yang tinggi menjadi tulang punggung self assessment system maka pemahaman dan kesadaran yang tinggi dari wajib pajak merupakan faktor terpenting untuk melaksanakan kepatuhan sistem tersebut. Mc Mahon (2001) dalam Berutu (2013) Kepatuhan adalah sebuah sikap yang rela untuk melakukan segala sesuatu, yang didalamnya didasari kesadaran maupun adanya paksaan, yang membuat perilaku sesorang dapat sesuai yang diharapkan. Kepatuhan wajib pajak diidentifikasi dari kepatuhan dalam mendaftarkan diri, menyetor kembali Surat Pemberitahuan (SPT), menghitung dan membayar pajak terutang serta membayar tunggakan pajak (Rohmawati dan Rasmini, 2012). Keputusan Menteri Keuangan No.544/KMK.04/2000 tentang Kriteria Wajib Pajak Patuh, yaitu jika memenuhi kriteria berikut ini : 1) Tepat waktu dalam menyampaikan surat pemberitahuan untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir.

3 3 2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak 3) Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir. 4) Dalam dua tahun pajak terakhir menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 UU KUP, dan dalam hal wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk tiap- tiap jenis pajak yang terutang paling banyak lima persen. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak memengaruhi laba rugi fiskal. Laporan auditnya harus disusun dalam bentuk panjang (long form report) yang menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal. Dalam hal wajib pajak yang laporan keuangannya tidak diaudit oleh akuntan publik dipersyaratkan untuk memenuhi ketentuan pada angka 1, 2, 3, dan 4 di atas. Meskipun jumlah wajib pajak di Indonesia semakin tahun meningkat bukan berarti tidak ada kendala yang dapat menghambat upaya meningkatkan tax ratio. Tax ratio seringkali menjadi alat ukur kinerja pada sektor perpajakan, tax gap salah satu penghambat meningkatnya tax ratio. Sommerfield,et al (1994) dalam Berutu (2013) menyatakan bahwa tax gap merupakan besarnya sejumlah penerimaan pajak yang hilang karena adanya ketidakpatuhan dari wajib pajak, yang bentuknya berupa

4 4 penghasilan yang tidak dilaporkan maupun pengurangan penghasilan yang lebih dilaporkan. Perkembangan penerimaan perpajakan dalam tahun dapat dilihat dalam gambar Gambar 1.1 Perkembangan Penerimaan Perpajakan Pada Tahun Tax gap bukan merupakan satu satunya pengaruh besarnya tax ratio. Kasus - kasus pajak yang terjadi, ketidakpatuhan antara wajib pajak dan fiskus dapat menjadi penyebab pengaruh perkembangan tax ratio. Pemicunya adalah seringkali para pengelola pajak mendapatkan sejumlah uang dari wajib pajak yang memiliki usaha yang besar dan orang orang kaya yang tidak mau membayarkan beban pajaknya dengan utuh hanya membayar tidak lebih dari setengah beban pajaknya atau sekitar 30-40% saja. Akibatnya, kepatuhan wajib pajak sulit meningkat karena pola pikirnya terhadap diri sendiri maupun terhadap pengelola pajak. Teori daya pikul menyatakan pajak haruslah sama beratnya untuk setiap orang, pajak harus dibayar menurut daya pikul seseorang yang dapat diukur berdasar besarnya penghasilan (Resmi,2011).

5 5 Kepatuhan Wajib Pajak adalah perilaku wajib pajak yang taat dan melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan (Nowak, 1989). Self assessment system menuntut peran aktif masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, tentu pemahaman dan kesadaran wajib pajak menjadi tonggak utamanya. Pemahaman tersebut meliputi pengisian Surat Pemberitahuan (SPT), penghitungan pajak, penyetoran pajak (pembayaran), dan pelaporan atas pajaknya. Apabila wajib pajak tidak paham atau tidak mengerti terkait perpajakan tentu akan menghambat bagi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. Pemahaman tentang peraturan perpajakan akan memudahkan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan (Masruroh, 2013). Hardiningsih (2011) menyebutkan bahwa wajib pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas akan cenderung menjadi wajib pajak yang tidak patuh. Berangkat dari pemahaman akan menimbulkan kesadaran dari wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya. Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, mengakui, menghargai, dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta memiliki kesanggupan dan kemauan untuk memenuhi kewajiban pajaknya (Rohmawati dan Rasmini, 2012). Menurut Suryadi (2006) dalam kesadaran wajib pajak akan meningkat jika masyarakat memiliki persepsi positif tentang pajak. Meningkatkan pemahaman perpajakan pada masyarakat baik formal maupun informal akan memberikan dampak positif terhadap kesadaran wajib pajak. Pemahaman wajib pajak dan kesadaran wajib pajak bukan satu satunya faktor yang mempengaruhi perilaku wajib pajak, menurut ( ada beberapa hal yang harus dirubah dalam pemikiran masyarakat salah satunya

6 6 prasangka buruk masyarakat terhadap petugas pajak harus dirubah menjadi prasangka baik. Untuk merubah prasangka wajib pajak tersebut tentu dibutuhkan pelayanan yang memuaskan dari petugas pajak, tidak hanya pelayanan petugas pajak saja yang perlu dikembangkan namun jenis pelayanan yang mempermudah wajib pajak pun harus terus dikembangkan (Pranadata 2014). Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kepada wajib pajak sebagai pelanggan sehingga meningkatkan kepatuhan dalam bidang perpajakan (Supadmi, 2009). Oleh karena itu, kualitas pelayanan yang diberikan oleh aparat pajak diduga sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Kualitas pelayanan dapat diukur melalui lima dimensi kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh (Parasuraman et al. 1988), yaitu kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurances), empati (empathy) dan bukti fisik (tangibles). Selain kualitas pelayanan, faktor eksternal lainnya yang dilakukan oleh petugas wajib pajak diperlukan juga adanya sanksi yang menjadi alat kontrol bagi wajib pajak. Pengenaan sanksi bertujuan untuk mencegah ketidakpatuhan wajib pajak. Wajib pajak akan patuh membayar pajak apabila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya. Undang - undang Nomor 6 Tahun 1983, tugas Direktorat Jenderal Pajak adalah berperan aktif dalam melaksanakan pengendalian administrasi pemungutan pajak yang meliputi tugas-tugas pembinaan, penelitian, pengawasan,dan penerapan sanksi administrasi. Ketegasan Direktorat Jenderal Pajak dalam menerapkan sanksi kepada wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya sangat diperlukan sehingga terbentuk perilaku kepatuhan wajib pajak.

7 7 Penelitian ini mereplika penelitian yang dilakukan oleh (Masruroh, 2013) dengan variabel independen kemanfaatan NPWP, Pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan, sanksi perpajakan. Namun pada penelitian ini menghilangkan variabel kemanfaatan NPWP dengan menggantinya dengan variabel kesadaran wajib pajak dengan alasan bahwa banyak wajib pajak yang baru mendaftarkan dirinya untuk mendapatkan NPWP hanya memenuhi kewajibannya sebagai karyawan pada instansi tempat mereka bekerja atau kepentingan lainnya dan bukan untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dengan demikian dapat disimpulkan kemanfaatan NPWP tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sesuai dengan hasil penelitian Masruroh (2013) bahwa kemanfaatan NPWP tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya, penelitian ini akan menganalisis tingkat kepatuhan wajib pajak dengan variabel yang telah digunakan oleh penelitian terdahulu, variabel yang digunakan adalah pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan pajak dan sanksi perpajakan. Perbedaannya hanyalah pada objek penelitian yang akan digunakan. Objek responden diambil dari wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada KPP Pratama Salatiga dengan karakteristik Wajib Pajak Orang Pribadi adalah wajib pajak yang melakukan usaha atau bekerja bebas tanpa ikatan instansi. Variabel tersebut digunakan karena hasil penelitian sebelumnya berbeda beda, sehingga penelitian dirasa kurang memuaskan. Penelitian yang dilakukan Masruroh (2013) dan Rajif (2012) menyatakan bahwa pemahaman wajib pajak secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, namun pada penelitian yang dilakukan oleh

8 8 Pranadata (2014) menyatakan bahwa pemahaman wajib pajak tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Masruroh (2013) menyatakan kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, namun pada penelitian penelitian lain, penelitian yang dilakukan Rohmawati & Rasmini (2012),Rajif (2012), Sapriadi (2013), (Pranadata, 2014) menyatakan bahwa kualitas pelayanan berpangaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan variabel sanksi pajak pada penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati & Rasmini (2012), Indriyani & Sukartha (2014), Pranadata (2014) menyatakan bahwa Sanksi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Misi KPP Pratama Salatiga adalah Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan undang undang perpajakan secara adil di wilayah Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga. Visi KPP Pratama Salatiga adalah Menjadi Kantor Pelayanan Pajak Penghimpun penerima pajak yang optimal Di Wilayah Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga KPP Pratama Salatiga hingga per 1 Oktober 2014 mencatat untuk wajib pajak orang pribadi (WP OP) yang melakukan usaha telah terdaftar sebanyak dan yang efektif sebanyak Namun WP OP yang melakukan usaha yang menyampaikan SPT hanya yang menunjukan tingkat kepatuhan WP OP yang bekerja bebas di Kab. Semarang tahun 2014 sebesar 26,56%. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Salatiga diketahui pula bahwa tingkat kepatuhan WP OP yang melakukan usaha di Kabupaten Semarang cenderung menurun dari tahun ke tahun meskipun jumlah wajib pajak yang terdaftar semakin meningkat. Diketahui pula jumlah WP OP yang Efektif

9 9 sangat rendah dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar. Tingkat kepatuhan WP OP yang melakukan usaha dalam menyampaikan SPT di Kabupaten Semarang selama 4 (empat) tahun sejak 2011 hingga 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini. Tabel 1.1 Tingkat Kepatuhan WP OP Yang Melakukan Usaha di KPP Pratama Salatiga Tahun No Tahun Pajak Wajib Pajak Terdaftar Wajib Pajak Efektif Wajib Pajak Yang Menyampaikan SPT Tingkat Kepatuhan ,1% ,69% ,11% ,56% Sumber : Dashboard Kepatuhan SPT, KPP Pratama Salatiga, 2014 Objek penelitian yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang merupakan bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa atau usaha di Kabupaten Semarang. Wajib Pajak Orang Pribadi yang menyelenggarakan kegiatan usaha dan tidak terikat oleh suatu ikatan dengan pemberi kerja. Wajib pajak orang pribadi yang dimkasud adalah tenaga ahli, seniman, olahragawan, pemberi jasa, pedagang, pengusaha dan lain lain. Alasan pemilihan sampel adalah karena tenaga ahli, seniman, olahragawan dan lain lain menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Wajib Pajak Oramg Pribadi yang bersangkutan memiliki pengalaman langsung dalam menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar serta langsung berinteraksi dengan aparat pajak dibandingkan pegawai atau karyawan.

10 10 Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan perlu dilakukan pengujian terhadap pengaruh pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan pajak, dan sanksi perpajakan. Maka penliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis pengaruh pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan pajak, dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Salatiga 1.2 Rumusan Masalah Tax ratio merupakan salah satu alat ukur kinerja Direktorat Jendral pajak. Direktorat Jendral Pajak terus berupaya meningkatkan penerimaan pajak dengan meningkatkan wajib pajak terdaftar. Namun hal itu tidak diiringi dengan meningkatnya kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban perpajakannya dari tahun ke tahun masih menunjukkan persentase yang tidak mengalami peningkatan secara berarti. Hal ini didasarkan pada perbandingan jumlah wajib pajak yang melaporkan SPT sedikit sekali dengan jumlah total wajib pajak efektif. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian mengenai variabel yang diduga dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, variabel itu adalah pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan pajak, dan sanksi perpajakan. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah pemahaman wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?

11 11 2. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak? 3. Apakah kualitas pelayanan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak? 4. Apakah sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak? 1.3 Tujuan Penelitian Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. 2. Untuk menganalisis pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. 3. Untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. 4. Untuk menganalisis pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin penulis peroleh dari penelitian ini diantaranya adalah: 1. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperdalam ilmu mengenai dengan kepatuhan wajib pajak.

12 12 2. Bagi Direktorat Jenderal Pajak, penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak melalui peningkatan kualitas pelayanan pajak dan pemberian sanksi yang tegas. 3. Bagi Wajib Pajak, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pemahaman tentang pentingnya meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. 4. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian tentang kepatuhan perpajakan berikutnya dan dapat dijadikan literatur bagi penelitian selanjutnya. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini bertujuan untuk memudahkan pembahasan dan penyusunan laporan tugas ini. Sistematika skripsi ini terdiri dari beberapa bab yang saling berhubungan satu dengan yang lain, dengan susunan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang teori teori yang melandasi penelitian, kerangka konseptual yang digunakan, hipotesis penelitian, dan penelitian terdahulu. BAB III METODE PENELITIAN

13 13 Berisi uraian mengenai variabel penelitian dan definisi operasional penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan mengenai deskripsi objek penelitian analisis data dan pembahasan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran saran yang berhubungan dengan penelitian yang serupa di masa yang akan datang.

14 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Teori Atribusi (Atribution Theory) Tingkat kepatuhan wajib pajak dapat dilihat dari perilaku wajib pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak itu sendiri. Ketika seseorang menilai atau mengamati perilaku orang lain hal yang sangat mempengaruhi adalah kondisi internal maupun eksternal pada orang tersebut. Suatu tindakan merupakan suatu akibat atau efek yang terjadi karena adanya sebab. Menjelaskan penilaian terhadap tingkah laku seseorang dengan mempresepsi apakah tindakan seseorang terkendali secara internal (disposisional) atau eksternal (situasional) adalah pengertian dari teori atribusi (Robbins, 2008). Pada dasarnya, teori atribusi menyatakan bahwa bila individu individu mengamati perilaku seseorang, mereka mencoba untuk untuk menentukan apakah itu ditimbulkan secara internal atau eksternal (Robbins, 2008). Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini berada dibawah kendali pribadi itu sendiri atau berasal dari faktor internal seperti ciri kepribadian, kesadaran, dan kemampuan. Sedangkan perilaku eksternal adalah perilaku yang dipengaruhi dari luar, artinya individu akan terpaksa berperilaku karena situasi.penilaian seseorang terhadap prilaku orang lain tergantung pada tiga faktor yaitu consensus, consistency, distinctiveness. Saat tiga hal yang pertama (consensus, consistency, distinctiveness) dipadukan, maka seseorang dapat mempresepsi apakah tindakan tersebut terkendali

15 15 secara internal (disposisional) atau eksternal (situasional) ini akan kelihatan faktor mana yang lebih mendorong prilaku seseorang. Konsensus artinya seseorang bereaksi bila dibandingankan dengan orangorang lain, terhadap stimulus tertentu atau dalam tempat dan waktu yang sama apakah orang sekitar juga melakukan hal yang sama. Konsisten adalah jika setiap perilaku yang dilakukan, dibandingkan dengan perilaku sebelumnya menunjukan pada reaksi (tinggi rendahnya konsensus yang dicapai) yang konsisten, maka akan semakin kuat dugaan perilaku konsisten dari orang tersebut jika konsensusnya sama tinggi atau sama rendah dengan prilaku sebelumnya. Namun jika konsensusnya berbeda derajat tinggi rendahnya, berarti derajat konsisten perilakunya menurun. Ada saling mempengaruhi antara konsensus dan konsistensi. Kekhususan (distinctiveness) adalah menilai perbedaan tingkah laku sejauh mana orang yang kita atribusi tersebut memberikan respon yang berbeda terhadap berbagai stimulus yang kategorinya lama. Maksudnya menilai bahwa tindakan seseorang berbeda dari satu situasi ke situasi lainnya. Jadi suatu tingkah laku dikatakan distingtif jika benar-benar berbeda pada satu situasi atau tugas dengan situasi atau tugas lainnya. Dan derajat ke-berbedaannya hanya akan menurun jika orang tersebut menunjukkan perilaku yang sama dalam berbagai situasi. Secara singkat dapat digambarkan untuk menentukan atribusi atas prilaku seseorang dengan model sebagai berikut: a. Jika konsensus tinggi + konsistensi tinggi + distingtif tinggi = atribut situasional/external.

16 16 b. Jika konsensus tinggi + konsistensi rendah + distingtif tinggi= atribut external (situasional). c. Jika konsensus rendah + konsistensi tinggi + distingtif rendah= internal /disposisional. Teori atribusi relevan untuk menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak yang digunakan dalam model penelitian ini. Kepatuhan wajib pajak dapat dikaitkan dengan sikap wajib pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak itu sendiri. Persepsi seseorang untuk membuat penilaian mengenai orang lain sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal orang lain tersebut Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) Menurut (Bandura, 1977 dalam Robbins 2008), mengamati model dan mengulangi perilaku yang dilakukan oleh model bukanlah sekedar imitasi sederhana, seseorang dapat belajar lewat pengamatan dan pengalaman langsung. Pembelajaran observasi juga melibatkan proses kognitif aktif yang meliputi 4 komponen yaitu: atensi, retensi, reproduksi dan penguatan. Atensi atau proses perhatian yaitu orang hanya akan belajar dari seseoramg atau model jika mereka telah mengenal dan menaruh perhatian pada orang atau model tersebut. Pada umumnya seseorang memperhatikan pada sesuatu yang memikat, berhasil, menarik, dan popular. Perilaku yang sederhana dan menjolok mata lebih mudah diperhatikan dari pada yang tidak jelas. Retensi atau proses penahanan adalah proses mengingat tindakan suatu model setelah model tidak lagi

17 17 mudah tersedia. Pengamat tidak perlu melakukan pengulangan atau mempraktekkan secara fisik tetapi dapat saja secara kognitif, yaitu: membayangkan dan memvisualisasikan dalam pikirannya. Proses reproduksi adalah mengubah ide gambaran, atau ingatan menjadi tindakan. Proses penguatan adalah proses yang mana individu individu disediakan rangsangan positif atau ganjaran supaya berperilaku sesuai dengan model, umumnya seorang akan cenderung untuk memperagakan perilaku yang ditirunya jika hal tersebut menghasilkan hal yang berharga atau diiinginkan Kepatuhan Wajib Pajak Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001) kepatuhan berarti menurut, taat pada perintah, aturan dan sebagainya. Wajib Pajak adalah orang atau badan yang menurut ketentuan perundang undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan ( Lumbantoruan 1990). Kepatuhan Wajib Pajak adalah perilaku wajib pajak yang taat dan melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan Nowak,(1989). Kepatuhan wajib pajak memiliki pengertian suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan, mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar dan membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

18 18 Nurmantu (2005) menyatakan terdapat dua macam kepatuhan yakni kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang undang perpajakan. Sedangkan kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana secara substantif memenuhi semua ketentuan material perpajakan yakni sesuai isi dan jiwa undang undang perpajakan. Kepatuhan dapat diidentifikasi mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitauan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Salah satu contoh dari kepatuhan formal adalah jika seorang wajib pajak tepat waktu dalam penyampaian Surat Pemberitauan Pajak (SPT PPh) Tahunan sebelum jatuh tempo. Akan tetapi seorang wajib pajak yang sudah memenuhi kepatuhan formal belum tentu memenuhi kepatuhan material, namun wajib pajak yang sudah memenuhi kepatuhan material pasti sudah meliputi kepatuhan formal. Kepatuhan material adalah wajib pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap dan benar Surat Pemberitauan (SPT) sesuai ketentuan dan menyampaikan ke KPP sebelum batas waktu berakhir. Gunadi (2005) dalam Masruroh (2013) menjelaskan bahwa kepatuhan pajak (tax compliance) adalah wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman, dalam penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi. Resmi (2011) menyatakan Teori Kewajiban Pajak Mutlak/Bakti : mendasarkan pada paham Organische Staatsleer, paham ini mengajarkan bahwa

19 19 karena sifat suatu negara maka timbulah hak mutlak untuk memungut pajak. Orang - orang tidaklah berdiri sendiri, dengan tidak adanya persekutuan tidak lah akan ada individu, maka persekutuan yang menjelma menjadi negara berhak atas satu dan yang lain, akhirnya setiap orang menginsyafi bahwa menjadi suatu kewajiban asli untuk membuktikan tanda baktinya terhadap negara dalam bentuk pembayaran pajak. Direktur Jenderal Pajak telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor SE- 02/PJ/2008 Tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu sebagai turunan dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007. Dalam Surat Edaran tersebut disebutkan bahwa Wajib Pajak Patuh adalah wajib pajak yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai wajib pajak yang memenuhi kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 Tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak. Kriteria tertentu dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 adalah : a. Tepat waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) dalam 3 tahun terakhir. b. Penyampaian SPT Masa yang terlambat dalam tahun terakhir untuk Masa Pajak dari Januari sampai Nopember tidak lebih dari 3 masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut. c. SPT Masa yang terlambat seperti dimaksud dalam huruf b telah disampaikan tidak lewat batas waktu penyampaian SPT Masa untuk masa pajak berikutnya.

20 20 d. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, meliputi keadaan pada tanggal 31 Desember tahun sebelum penetapan sebagai Wajib Pajak Patuh dan tidak termasuk utang pajak yang belum melewati batas akhir pelunasan. e. Laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama tiga tahun berturut-turut dengan ketentuan disusun dalam bentuk panjang (long form report) dan menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal bagi Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan dan juga pendapat akuntan atas laporan keuangan yang diaudit ditandatangani oleh akuntan publik yang tidak dalam pembinaan lembaga pemerintah pengawas akuntan publik. f. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasar pada putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 tahun terakhir Pemahaman Wajib Pajak Pemahaman dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001) adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Pemahaman wajib pajak adalah proses wajib pajak memahami terhadap sistem pemungutan pajak yang ada di Indonesia dan segala macam peraturan perpajakan yang berlaku. Sistem yang berlaku di Indonesia adalah self assessment system yang merupakan sistem yang mempercayakan sepenuhnya kepada wajib pajak untuk menghitung, membayarkan,

21 21 dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang. Sistem pemungutan ini tentu diperlukan berbagai macam peraturan yang digunakan sebagai alat kontrol. Pemahaman wajib pajak juga berpengaruh terhadap sukses atau tidaknya penerapan self assessment system. Resmi, (2011) mengatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak. Semua ketentuan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan dengan baik oleh wajib pajak apabila wajib pajak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keempat hal berikut: 1. Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar, sehingga wajib pajak harus memiliki pemahaman yang cukup mengenai pengisian SPT. 2. Penghitungan pajak sesuai dengan pajak terutang yang ditanggung oleh wajib pajak, sehingga wajib pajak harus memiliki pemahaman yang cukup dalam menghitung pajak terutang yang ditanggung oleh wajib pajak. 3. Penyetoran pajak (pembayaran) secara tepat waktu sesuai yang ditentukan, sehingga wajib pajak harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyetoran pajak. 4. Pelaporan atas pajaknya ke kantor pajak setempat oleh wajib pajak. Hardiningsih (2011) menyatakan wajib pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas akan cenderung menjadi wajib pajak yang tidak patuh. Demikian pula sebaliknya, semakin wajib pajak paham mengenai peraturan perpajakan, maka wajib pajak akan cenderung menjadi wajib pajak yang patuh. Hal ini yang menjadi dasar adanya dugaan bahwa berangkat dari pemahaman wajib pajak

22 22 berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Penggunaan variabel pemahaman peraturan perpajakan ini didukung dengan hasil penelitian Pranadata (2014), Masruroh (2013) menunjukkan bahwa pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak Kesadaran Wajib Pajak Kesadaran menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001) adalah keadaan yang dimengerti, hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang, kesadaran seseorang akan nilai nilai yang terdapat di diri manusia mengenai hukum yang ada, kesadaran seseorang akan pengetahuan bahwa suatu perilaku tertentu diatur oleh hukum. Sedangkan pajak adalah semua perihal tentang perpajakan. Kesadaran wajib pajak merupakan suatu keadaan disaat wajib pajak mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan secara benar dan sukarela, masyarakat harus terus diajak untuk mengetahui, mengakui, menghargai dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku untuk mewujudkan sadar dan peduli pajak (Manik Asri,2009) dalam (Indriyani & Sukartha,2014). Susilawati & Budhiarta (2013) kesadaran wajib pajak merupakan sebuah itikad baik seseorang untuk memenuhi kewajiban membayar pajak berdasarkan hati nuraninya yang tulus ikhlas. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak, maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan (Muliary & Ery,2011). Meningkatnya kesadaran akan menumbuhkan motivasi wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Menurut Suryadi (2006) kesadaran wajib pajak akan meningkat jika masyarakat memiliki persepsi positif tentang pajak. Penilaian positif masyarakat wajib pajak

23 23 terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh pemerintah akan menggerakan masyarakat untuk memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak. Sebagaimana diketahui bahwa dalam sistem perpajakan yang baru, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui self assessment system. Pemberian kepercayaan dalam hal ini self assessment system menuntut wajib pajak sadar dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Maka dengan meningkatkan kesadaran wajib pajak dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Penggunaan variabel kesadaran wajib pajak ini didukung dengan hasil penelitian Rohmawati & Rasmini (2012), Susilawati & Budhiarta (2013), Indriyani (2014) juga menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Wajib pajak dikatakan memiliki kesadaran (Manik Asri 2009 dalam Muliari dan Ery (2011)) apabila sesuai dengan hal hal berikut: 1. Menaati adanya undang undang dan ketentuan perpajakan. 2. Mengerti fungsi pajak untuk pembiayaan negara 3. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan sukarela 4. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar (mengakui) Kualitas Pelayanan Pajak Kualitas dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001) adalah tingkat baik buruknya sesuatu, derajat atau taraf dan mutu. Sedangkan Nugroho (2005) menyatakan kualitas adalah kesuluruhan ciri ciri dan karakteristik dari suatu produk atau jasa menyangkut kemampuan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan yang telah ditentukan atau yang bersifat laten. Pelayanan dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001) adalah perihal atau cara melayani, usaha melayani

24 24 kebutuhan oralng lain dengan jasa, kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli atau jasa. Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar tercipta kepuasan dan keberhasilan Boediono (2003). Kualitas pelayanan pajak merupakan salah satu hal yang meningkatkan minat wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan diharapkan petugas pelayanan pajak harus memiliki kompetensi yang baik terkait segala hal yang berhubungan dengan perpajakan di Indonesia. Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada wajib pajak dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus menerus (Supadmi, 2009). Apabila pelayanan yang diberikan oleh aparat pajak tidak memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak, berarti pelayanan pajak tidak berkualitas. Pelayanan yang tidak berkualitas akan menurunkan minat kepatuhan wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya, sebaliknya jika pelayanan yang diberikan berkualitas akan memberikan kepuasan kepada wajib pajak sehingga akan mendorong kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya kembali. Maklumat Pelayanan KPP Pratama Salatiga berbunyi Dengan ini, kami menyatakan sanggup menyelenggarakan pelayanan sesuai standar pelayanan yang telah ditetapkan dan apabila tidak menepati janji ini kami siap menerima sanksi sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku. Kualitas pelayanan dapat diukur melalui lima dimensi kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh (Parasuraman et al. 1988), yaitu kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurances), empati (empathy) dan bukti fisik

25 25 (tangibles). Unsur penting yang menjadi ukuran kualitas pelayanan pajak adalah memiliki staf profesional yang mampu memecahkan setiap permasalahan wajib pajak, ramah, dan dapat berinteraksi dengan baik kepada seluruh wajib pajak,selain memiliki staf profesional fasilitas kantor dan letak lokasi menjadi ukuran kualitas pelayanan. Tempat yang nyaman yang meliputi ruang tunggu, tempat parkir, letak yang strategis yang juga akan menjadikan minat wajib pajak untuk kembali membayarkan kewajiban perpajakannya Sanksi Perpajakan Membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban tetapi juga merupakan hak wajib pajak, yaitu hak untuk ikut berperan serta menyumbangkan dana bagi pelaksanaan pembangunan nasional (Lumbantoruan 1990). Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan akan dituruti atau ditaati atau dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2009). Dalam teori atribusi, sanksi perpajakan merupakan penyebab eksternal karena berasal dari luar wajib pajak atau akibat dari paksaan situasi (Masruroh, 2013). Persepsi wajib pajak tentang pemberian sanksi akan mempengaruhi penilaian masing masing wajib pajak untuk berperilaku patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Dalam teori pembelajaran sosial, wajib pajak dapat belajar dengan mengamati wajib pajak lain dan mengalami langsung pemberian sanksi yang dikenakan aparat pajak kepada wajib pajak apabila melanggar norma perpajakan. Sanksi pajak merupakan alat kontrol yang mengontrol agar wajib pajak tetap

26 26 memenuhi kewajiban perpajakannya dikarenakan dengan adanya kerugian yang akan didapat oleh wajib pajak apabila tidak membayarkan pajak yang secara otomatis akan membuat wajib pajak harus berpikir apabila tidak ingin memenuhi kewajiban perpajakannya. Pelaksanaan sanksi pajak yang tegas sangat diperlukan untuk mengontrol kepatuhan wajib pajak. Dalam undang undang perpajakan terdapat dua jenis sanksi, yaitu sanksi pidana dan administrasi. Sanksi pidana adalah sanksi berupa siksaan atau penderitaan, merupakan salah suatu alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi. Sedangkan sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian negara, khususnya yang berupa denda, bunga dan kenaikan. Apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka hukuman berupa denda atau pidana akan dihadapi oleh wajib pajak. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa ada dua macam sanksi, yaitu : 1. Sanksi administrasi yang terdiri dari : a. Sanksi administrasi berupa denda. b. Sanksi administrasi berupa bunga. c. Sanksi administrasi berupa kenaikan. 2. Sanksi pidana yang terdiri dari : a. Pidana kurungan. b. Pidana penjara.

27 Penelitian terdahulu Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai kepatuhan wajib pajak yang dapat ditunjukkan pada tabel sebagai berikut : Tabel. 2.1 Penelitian Terdahulu NO Peneliti Variabel Yang Digunakan Alat Analisis Hasil Penelitian 1 Muliari dan Setiawan (2010) Variabel independen: Persepsi tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak Variabel dependen: Kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi Analisis Regresi berganda Persepsi wajib pajak tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dansignifikan pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi 2 Rajif (2012) 3 Rohmawati dan Rasmini (2012) Variabel independen: Pemahaman, kualitas pelayanan dan ketegasan sanksi pajakan Variabel dependen: Kepatuhan pajak pengusaha UKM Variabel independen : kesadaran wajib pajak, penyuluhan, kualitas dan sanksi perpajakan Variabel dependen : kepatuhan wajib pajak orang pribadi Analisis Regresi berganda Analisis Regresi berganda Variabel pemahaman, kualitas pelayanan dan ketegasan sanksi Perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan pajak pengusaha UKM Kesadaran, penyuluhan, kualitas pelayanan, sanksi perpajakan berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Denpasar

28 28 4 Masruruoh (2013) 5 Sapriadi (2013) 6 Indriyani dan Sukartha (2014) 7 Pranadata (2014) Variabel independen : menggunakan kemanfaatan NPWP, Pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan, sanksi perpajakan Variabel dependen : kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kabupaten Tegal Variabel independen : Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, Kesadaran Wajib Pajak Variabel dependen : Kepatuhan Wajib Pajak PBB Variabel independen : tanggung jawab moral, kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan dan kualitas pelayanan Variabel dependen : kepatuhan pelaporan wajib pajak badan Variabel independen: pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan perpajakan dan pelaksanaan sanksi pajak Analisis Regresi Logistik Analisis Regresi Berganda Analisis Regresi Berganda Analisis Regresi Berganda Barat (1) pemahaman wajib pajak secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, (2) kemanfaatan NPWP, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak Kualitas Pelayanan pajak, Sanksi Pajak, Kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak Tanggung jawab moral, kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan dan kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan pelaporan wajib pajak badan di KPP Pratama Badung Utara. (1) Pemahaman wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib

29 29 8 Susmiatun & Kusmuriyanto, (2014) Variabel dependen : kepatuhan wajib pajak orang pribadi Variabel independen : Pengetahuan Perpajakan, Ketegasan Sanksi Perpajakan, Keadilan Perpajakan Variabel dependen : Kepatuhan wajib Pajak UMKM Analisis Regresi Berganda pajak, (2) kualitas pelayanan dan sanksi dan sanksi pajak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak 1. Pengetahuan perpajakan secara parsial berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM di Kota SemaranG. 2. Ketegasan sanksi perpajakan dan keadilan perpajakan secara parsial tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM di Kota Semarang 2.2 Kerangka Konseptual Pemahaman Wajib Pajak X1 Kesadaran Wajib Pajak X2 Kualitas Pelayanan Pajak X3 Sanksi Perpajakan X4 H1 H2 H3 H4 Kepatuhan Wajib Pajak Y Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

30 Hipotesis Pengaruh Pemahaman Wajib P ajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pemahaman wajib Pajak adalah pemahaman wajib pajak terhadap sistem pemungutan pajak yang ada di Indonesia dan segala macam peraturan perpajakan yang berlaku. Sistem pemungutan pajak di Indonesia adalah self assessment system. Wajib pajak memiliki kewajiban untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Pelaksanaan kewajiban perpajakan dapat terpenuhi dengan baik apabila wajib pajak memiliki pemahaman yang baik mengenai peraturan perpajakan yang berlaku. Hardiningsih (2011) mengatakan bahwa wajib pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas akan cenderung menjadi wajib pajak yang tidak patuh. Berdasarkan teori atribusi, pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan merupakan penyebab internal yang dapat mempengaruhi persepsi wajib pajak dalam membuat keputusan mengenai perilaku kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Berdasarkan teori pembelajaran sosial wajib pajak dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsungnya mengenai peran pemahaman yang dimiliki wajib pajak tentang peraturan perpajakan dalam membantu wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal ini yang menjadi dasar adanya dugaan bahwa pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian Masruruoh (2013), menujukan bahwa pemahaman wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan penjabaran diatas, maka diajukan hipotesis pertama sebagai berikut : H1 : Pemahaman wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

31 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, mengakui, menghargai dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta memiliki kesanggupan dan kemauan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Kesadaran wajib pajak merupakan sebuah itikad baik seseorang untuk memenuhi kewajiban membayar pajak berdasarkan hati nuraninya yang tulus ikhlas. Meningkatnya kesadaran akan menumbuhkan motivasi wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak, maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan (Muliari dan Ery,2011). Dianutnya self assessment system membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap kesadaran warga masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary compliance). Hasil Penelitian Rohmawati & Rasmini (2012), Susilawati & Budiartha (2013), Dharma & Suardana (2014), Indriyani & Sukartha (2014) menunjukan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan penjabaran diatas, maka diajukan hipotesis kedua sebagai berikut : H2 : Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada wajib pajak dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus menerus (Supadmi,2009). Untuk meningkatkan kepuasan wajib pajak yang diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan dalam hal perpajakan diperlukan kuantitas dan kualitas

32 32 pelayanan yang semakin baik (Supadmi,2009). Apabila aparat pajak tidak memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak dalam melayani wajib pajak, berarti pelayanan yang diberikan tidak berkualitas. Pelayanan yang berkualitas akan memberikan kepuasan kepada wajib pajak sehingga akan mendorong kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya kembali. Berdasarkan teori atribusi, kualitas pelayanan termasuk penyebab eksternal yang mempengaruhi wajib pajak dalam perilaku kepatuhan wajib pajaknya. Berdasarkan teori pembelajaran sosial, wajib pajak dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung mengenai bagaimana aparat pajak memberikan pelayanan kepada wajib pajak. Hasil penelitian Rohmawati & Rasmini (2012), Dharma & Suardana (2014), Indriyani & Sukartha (2014), Pranadata (2014) menunujukan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan penjabaran diatas munculah hipotesis yang ketiga sebagai berikut : H3 : Kualitas Pelayanan Pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak 3.4 Pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan teori atribusi Sanksi pajak merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi Wajib pajak dalam membuat penilaian mengenai perilaku kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Berdasarkan teori pembelajaran sosial, wajib pajak dapat mengamati atau mengalami langsung melalui pemberian sanksi pajak terhadap wajib pajak yang melanggar norma perpajakan. Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan akan dituruti atau ditaati atau dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak

33 33 melanggar norma perpajakan (Mardiasmo,2009). Penerapan sanksi perpajakan bertujuan untuk memberikan efek jera kepada wajib pajak yang melanggar norma perpajakan sehingga tercipta kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya (Masruroh,2013). Sanksi pajak akan semakin membuat wajib pajak merasa rugi sehingga wajib pajak lebih memilih untuk patuh melaksanakan kewajibannya. Penelitian yang telah dilakukan Rohmawati & Rasmini 2012), Susilawati & Budiartha (2013), Indriyani dan Sukartha (2014), Pranadata (2014) menunjukan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.. berdasarkan hal tersebut, maka muncul dugaan : H4 : Sanksi Perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

34 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel-variabel tersebut terdiri dari variabel independen dan dependen. Menurut (Sekaran, 2003) variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain baik secara positif maupun secara negatif. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemahaman wajib pajak (X1), kesadaran wajib pajak (X2), kualitas pelayanan pajak (X3), dan sanksi perpajakan (X4). Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti (Sekaran, 2003). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Y). Definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Kepatuhan Wajib Pajak adalah perilaku wajib pajak yang taat dan melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Kepatuhan pajak ini dilihat dari dua aspek yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Indikator yang menjadi pertanyaan kepatuhan wajib pajak mengacu pada indikator yang telah digunakan dalam kuesioner penelitian Handayani (2009) dalam Muliari dan Ery (2011) sebagai berikut: a. Wajib Pajak mengisi formulir SPT dengan benar, lengkap dan jelas b. Wajib pajak melakukan perhitungan dengan benar

35 35 c. Wajib pajak melakukan pembayaran tepat waktu d. Wajib pajak melakukan pelaporan tepat waktu e. Wajib pajak tidak pernah menerima surat teguran Indikator variabel kepatuhan wajib pajak berupa pernyataan ya atau tidak.pengukuran variabel kepatuhan wajib pajak menggunakan variabel dummy, dengan kriteria sebagai berikut : a. Jika kelima indikator di atas tidak terpenuhi maka wajib pajak tersebut dikategorikan sebagai wajib pajak tidak patuh dan diberi skor = 0. b. Jika kelima indikator di atas terpenuhi maka wajib pajak tersebut dikategorikan sebagai wajib pajak patuh dan diberi skor = Pemahaman Wajib Pajak Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak Resmi (2011). Indikator yang menjadi pertanyaan pemahaman wajib pajak (Ekawati,2008 dalam Rajif 2012) sebagai berikut : a. Wajib Pajak memiliki pemahaman yang cukup mengenai pengisian SPT. b. Wajib Pajak memahami dalam menghitung pajak terutang yang ditanggung oleh wajib pajak. c. Wajib pajak memahami mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyetoran pajak. d. Wajib pajak memahami sanksi atas keterlambatan pembayaran dan pelaporan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan alat yang digunakan pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori yang Relevan 1. Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) Teori pembelajaran sosial mengatakan bahwa seseorang dapat belajar lewat pengamatan dan pengalaman langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Salah satu sumber pembiayaan Negara adalah dari sektor perpajakan. Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undangundang Nomor 6 tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Tentang Wajib Pajak 2.1.1 Pengertian Wajib Pajak Wajib Pajak adalah Orang Pribadi dan Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut pasal 1 ayat 1 UU KUP No.28 tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pajak merupakan penerimaan terbesar Indonesia. Pajak merupakan alat yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pajak merupakan penerimaan terbesar Indonesia. Pajak merupakan alat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini pajak merupakan penerimaan terbesar Indonesia. Pajak merupakan alat yang digunakan pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pajak Menurut Pasal 1 ayat 1 UU No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Atribusi Kepatuhan wajib pajak terkait dengan sikap wajib pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak itu sendiri. Persepsi seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan perbaikan, pembangunan, dan kemajuan negara ini salah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan perbaikan, pembangunan, dan kemajuan negara ini salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melakukan perbaikan, pembangunan, dan kemajuan negara ini salah satunya yaitu berasal dari pembayaran pajak masyarakat negara ini, tetapi melihat dari situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perpajakan memiliki bermacam peraturan yang telah diatur dalam perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami semua aturan perpajakan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepatuhan Menurut Mahon (2001) kepatuhan adalah sebuah sikap yang rela untuk melakukan segala sesuatu, yang di dalamnya didasari kesadaran maupun adanya paksaan, yang membuat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) bahwa (2013:9) Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) bahwa (2013:9) Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Menurut Azwar dalam bukunya berjudul Sikap Manusia dikatakan bahwa (2013:9) Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting. Pendapatan tersebut nantinya digunakan untuk pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting. Pendapatan tersebut nantinya digunakan untuk pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rendahnya tingkat penerimaan pajak di Indonesia merupakan fenomena yang terus menerus terjadi. Padahal pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia saat ini bersumber dari dalam negeri yaitu pajak. yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia saat ini bersumber dari dalam negeri yaitu pajak. yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sedang berkembang. Untuk mewujudkan perekonomian yang mandiri, pemerintah mulai mengurangi pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Yang Relevan 1. Teori Pengharapan Teori pengharapan kadang disebut juga teori ekspektansi atau expectancy theory of motivation dikemukakan oleh Victor Vroom pada tahun 1964.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori Ada 3 teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Teori Atribusi, Theory of Planned Behavior, dan Teori Pembelajaran Sosial. 1. Teori Atribusi (Artibution

Lebih terperinci

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Persepsi atas Efektivitas Sistem Perpajakan, Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kemauan Ikut Tax Amnesty Nama : Ni Luh Elya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Atribusi (Atribution Theory) Secara sederhana atribusi dapat diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang mencari kejelasan sebab-sebab dari perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini bangsa Indonesia sedang dan akan terus melaksanakan pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variable Penelitian Pada bab ini Penulis akan menjelaskan konsep, konstruk, dan variable penelitian sebagai berikut. 2.1.1 Pengertian Pajak Soemitro dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang mendukung faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, yaitu : 1. Kepatuhan Wajib Pajak Menurut kamus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan Wajib Pajak membutuhkan teori sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan Wajib Pajak membutuhkan teori sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA D. Landasan Teori Penelitian tentang Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi, Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran Perpajakan, Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor, seperti yang kita ketahui diantaranya yaitu dari sektor internal dan juga dari sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan baik secara nominal maupun

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan baik secara nominal maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepatuhan pajak merupakan masalah klasik yang dihadapi di hampir semua negara yang menerapkan sistem perpajakan (Hutagaol, 2007). Kepatuhan Wajib Pajak dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana yang penting bagi pembiayaan nasional. yaitu mulai berlakunya sistem pemungutan pajak self assessment system sejak

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana yang penting bagi pembiayaan nasional. yaitu mulai berlakunya sistem pemungutan pajak self assessment system sejak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, Pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Indonesia. Dominan dimaksud karena sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kewajiban pembangunan bangsa, maka pemerintah harus memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber dana negara salah satunya yaitu

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Theory of Planned Behavior Dalam Theory of Planned Behavior (TPB) dijelaskan bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh individu muncul karena adanya niat untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak membutuhkan kajian teori sebagai berikut : digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak membutuhkan kajian teori sebagai berikut : digunakan untuk membayar pengeluaran umum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh peraturan perpajakan, sosialisasi perpajakan, kesadaran dan persepsi wajib pajak terhadap ketaatan membayar pajak membutuhkan kajian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Pengertian Pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut memberikan berbagai definisi tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan tumpuan sumber penerimaan negara Indonesia. Hal ini terlihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang menunjukkan bahwa sektor

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan,

Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Tingkat Kepatuahn Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tabanan. Nama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Theory of Planned Behavior Dalam Theory of Planned Behavior (TPB) dijelaskan bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh individu muncul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rerangka Teori 1. Teori Atribusi (Atribution Theory) Teori Atribusi adalah teori kepatuhan Wajib Pajak terkait dengan sikap Wajib Pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin diandalkan dalam kepentingan pembangunan serta pembiayaan pemerintah adalah pajak. Pajak merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 TEORI II.1.1. Definisi pajak UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN memberikan definisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Theory of Planned

BAB II LANDASAN TEORI. Teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Theory of Planned BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori Teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Theory of Planned Behavior, Teori Atribusi (Artibution Theory), dan Social Learning Theory (Teori Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal tersebut dilakukan dengan menerapkan self assessment system dan

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal tersebut dilakukan dengan menerapkan self assessment system dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan dalam negeri yang terbesar, digunakan untuk membiayai pengeluaran dan pembangunan pemerintah. Berdasarkan data Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah suatu negara, terutama Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya sangat memerlukan dana yang jumlahnya semakin tahun semakin meningkat. Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang merupakan Kantor Pelayanan Pajak pemekaran dari Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees (yang sekarang bernama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung yang diperoleh dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan dalam perkembangan ekonomi, khususnya dalam pembangunan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. dan dalam perkembangan ekonomi, khususnya dalam pembangunan karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan bernegara dan dalam perkembangan ekonomi, khususnya dalam pembangunan karena pajak merupakan sumber

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan serta pembiayaan pengeluaran pemerintah (Pratiwi dan. Putu, 2014). Dengan besarnya penerimaan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan serta pembiayaan pengeluaran pemerintah (Pratiwi dan. Putu, 2014). Dengan besarnya penerimaan pajak BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara memiliki peran yang sangat besar dan semakin diandalkan dalam kepentingan pembangunan serta pembiayaan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara membutuhkan dana yang besar untuk membiayai segala kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah untuk pengeluaran rutin seperti gaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan mengandalkan dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan mengandalkan dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan mengandalkan dua sumber pokok, yaitu sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri, sebagaimana yang tercantum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, antara lain dengan cara menggali, mendorong, dan. mengembangkan sumber-sumber penerimaan dari dalam negeri agar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, antara lain dengan cara menggali, mendorong, dan. mengembangkan sumber-sumber penerimaan dari dalam negeri agar BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Saat ini pajak merupakan sumber utama dana penerimaan negara Indonesia. Sasaran utama kebijakan peningkatan penerimaan keuangan negara di Indonesia, antara lain dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat. untuk menyelenggarakan pemerintahan.

BAB II KAJIAN TEORI. menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat. untuk menyelenggarakan pemerintahan. BAB II KAJIAN TEORI A. Pajak Menurut Waluyo (2009), pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak mempunyai kontribusi cukup tinggi dalam penerimaan negara. Pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Pajak mempunyai kontribusi cukup tinggi dalam penerimaan negara. Pada beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak mempunyai kontribusi cukup tinggi dalam penerimaan negara. Pada beberapa tahun terakhir ini, penerimaan dari sektor fiskal mempunyai proporsisi lebih dari 50%

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL Oleh: Amanita Novi Yushita, SE amanitanovi@uny.ac.id *Makalah ini disampaikan pada Program Pengabdian pada Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Perkembangan yang ada di Indonesia dapat dilihat dari adanya peningkatan pembangunan yang direncanakan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalangan awam memahami pajak sebagai sebuah pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan Pemerintah dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Yang Relevan 1. Teori Atribusi (Atribution Theory) Atribusi merupakan salah satu proses pembentukan kesan. Atribusi mengacu pada bagaimana orang menjelaskan penyebab perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian landasan teori akan dijelaskan mengenai beberapa teori yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian landasan teori akan dijelaskan mengenai beberapa teori yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI Pada bagian landasan teori akan dijelaskan mengenai beberapa teori yang menjelaskan variabel penelitian. Beberapa teori tersebut berkaitan dengan definisi maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) : BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pajak a. Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam bukunya Mardiasmo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Sumber penerimaan internal adalah pendapatan pajak sedangkan eksternal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Atribusi Kepatuhan wajib pajak terkait dengan sikap wajib pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak itu sendiri. Persepsi seseorang untuk membuat penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan roda pemerintahan, kesejahteraan rakyat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan roda pemerintahan, kesejahteraan rakyat merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan roda pemerintahan, kesejahteraan rakyat merupakan fokus utama pemerintah. Melaksanakan pembangunan menjadi salah satu hal penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjadi Negara yang lebih maju, Indonesia sebagai negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjadi Negara yang lebih maju, Indonesia sebagai negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjadi Negara yang lebih maju, Indonesia sebagai negara berkembang terus melakukan perkembangan nasional, yaitu dengan mewujudkan masyarakat yang bersatu, berdaulat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam peraturan perundang-undangan maupun sistem. wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, maka

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam peraturan perundang-undangan maupun sistem. wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep otonomi daerah dewasa ini, diikuti dengan adanya perubahanperubahan, baik dalam peraturan perundang-undangan maupun sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pemeriksaan menurut UU KUP Pasal 1 angka 24 adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan

Lebih terperinci

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal atau kontraprestasi yang langsung

Lebih terperinci

Terdapat definisi mengenai kepatuhan Wajib Pajak yang dikemukan oleh Safri Nurmantu. dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut:

Terdapat definisi mengenai kepatuhan Wajib Pajak yang dikemukan oleh Safri Nurmantu. dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut: KEPATUHAN PAJAK DAN TAX EVASION Terdapat definisi mengenai kepatuhan Wajib Pajak yang dikemukan oleh Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut: Kepatuhan Wajib Pajak dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Self Assessment System Self assessment system yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintahan dan pembangunan. Pajak bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintahan dan pembangunan. Pajak bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk pembiayaan pemerintahan dan pembangunan. Pajak bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan baik untuk belanja rutin maupun pembangunan (Suryadi, 2006). Masih menurut Suryadi, bagi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan fenomena yang selalu berkembang di masyarakat, karena akan selalu ada perubahan kebijakan-kebijakan di bidang pajak. Terlebih karena dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah (dalam triliun) Persentase (%) No Tahun Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah (dalam triliun) Persentase (%) No Tahun Anggaran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pemerintah Negara Indonesia yang tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Kesejahteraan bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Kesadaran..., Dhio, Fakultas Ekonomi 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Kesadaran..., Dhio, Fakultas Ekonomi 2015 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia, sehingga tidak mengherankan ketika pemerintah kemudian membuat aturan yang diharapkan mampu menambah penerimaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu BAB II LANDASAN TEORI Dalam penelitian ini penulis akan membahas atau menganalisis hubungan antara pemeriksaan pajak dengan kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara-negara umumnya memiliki wewenang untuk memberikan peraturan tentang pajak kepada warga negaranya, namun untuk aturannya sendiri tergantung kebijakan dari negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan bernegara dan dalam perkembangan ekonomi, khususnya dalam pembangunan karena pajak merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian pajak menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Resmi (2011):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian pajak menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Resmi (2011): 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Pengertian pajak menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Resmi (2011): Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buku perpajakan Mardiasmo (2008) : a. Iuran dari rakyat kepada negara. b. Berdasarkan undang-undang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buku perpajakan Mardiasmo (2008) : a. Iuran dari rakyat kepada negara. b. Berdasarkan undang-undang. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pajak Penelitian tentang pengaruh kewajiban moral, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak penghasilan membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Landasan teori a. Theory of planned behavior (TPB) Dalam theory of planned behavior (TPB) dijelaskan bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh individu muncul karna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Atribusi (Atribution Theory) Pada dasarnya teori atribusi mengasumsikan penyebab perilaku seseorang, bahwa seseorang mencoba untuk menentukan mengapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Kepatuhan Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Menurut Undang-Undang (UU) no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Menurut Undang-Undang (UU) no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendapatan Negara merupakan sumber utama belanja negara disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara yang meliputi penerimaan bukan pajak dan penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Dasar Pemikiran) Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 80% dari penerimaan negara. Direktorat Jenderal Pajak sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 80% dari penerimaan negara. Direktorat Jenderal Pajak sebagai bagian dari BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan tumpuan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan, penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan Negara terbesar saat ini yaitu mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara adalah pajak. Pajak merupakan iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK MELALUI KUALITAS PELAYANAN. NI LUH SUPADMI Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana ABSTRACT

MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK MELALUI KUALITAS PELAYANAN. NI LUH SUPADMI Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana ABSTRACT MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK MELALUI KUALITAS PELAYANAN NI LUH SUPADMI Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana ABSTRACT Self assessment system of Indonesian taxation demands high

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (APBN) dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. (APBN) dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dapat dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang gencar-gencarnya melakukan pembangunan disegala sektor, dengan tujuan untuk mensejahterakan rakyat. Salah satu faktor pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menciptakan stabilitas nasional maka dilakukanlah Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus dan berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan pemerintah yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1. Pajak 2.1.1.1. Definisi Pajak Pajak merupakan iuran yang dipungut oleh pemerintah kepada rakyat yang sifatnya dipaksakan, tanpa

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak. Kantor Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemerintah di Indonesia selalu berusaha untuk mengelola dan menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemerintah di Indonesia selalu berusaha untuk mengelola dan menjalankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah di Indonesia selalu berusaha untuk mengelola dan menjalankan aktivitas negara dengan cara mengurangi utang diluar negeri dan meningkatkan pendapatan dalam

Lebih terperinci