BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Matematika Belajar merupakan hal yang sangat dasar bagi manusia dan merupakan proses yang terjadi tiada henti-hentinya. Belajar adalah suatu proses di dalam kepribadian manusia, perubahan tersebut ditempatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas. Belajar adalah proses yang aktif, dimana proses yang mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu melalui berbagai pengalaman. Beberapa ahli psikologi mendefinisikan pengertian tentang belajar. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang aktif dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif konstan dan berbekas sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri maupun dari interaksi dengan lingkungan. (Winkel, 1987; Purwanto, 1996; Nursalim,dkk, 2007) Perubahan tingkah laku saat belajar dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik dari yang tidak dapat menjadi dapat dan dari yang tidak tahu menjadi tahu, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Bentuk perubahan tingkah laku yang disebut belajar diperoleh dari pengalaman dan latihan, perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja. Lebih lanjut, perubahan tersebut akan bersifat permanen dalam artian berbekas dan tidak mudah hilang. Proses lain yang menghasilkan perubahan tingkah laku namun tidak termasuk belajar adalah kematangan. Kematangan dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan dari organisme-organisme secara fisiologis misalnya perubahan sifat-sifat fisik seperti tinggi dan berat badan, kekuatan fisik, keadaan mabuk, lelah, dan jenuh. (Sagala, 2005; Nursalim, dkk, 2007) Salah satu indikator bahwa siswa telah mengalami pembelajaran adalah adanya hasil belajar. Hasil belajar merupakan gambaran tingkat kemampuan, keterampilan, serta penguasaan siswa tehadap sasaran belajar pada topik bahasan yang telah dipelajari dan ditandai adanya perubahan perilaku belajar siswa yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. (Sudjana, 1990; Abdurrahman, 2003) 7

2 Kemampuan yang dicakup sebagai hasil belajar, diklasifikasilan oleh Bloom (dalam Winkel,1987), Suparno (2001), Dimyati dan Mudjiono (2009) menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pertama, pada ranah kognitif tingkatan dimulai dari pengetahuan tentang fakta-fakta sampai kepada proses intelektual yang tinggi yakni mampu mengevaluasi sejumlah fakta. Dimulai dari pengetahuan, hal ini didasarkan pada ingatan akan hal-hal yang pernah di pelajari dalam ingatan baik itu sebuah fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui. Tingkatan selanjutnya adalah pemahaman yang mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Setelah menangkap makna bahan yang telah dipelajari, maka dapat dilanjutkan ke penerapan (aplikasi) yang mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada masalah yang bersifat konkret dan baru. Kemudian pada tingkatan analisa, kemampuan digunakan untuk menguraikan bahan-bahan yang telah dipelajari menjadi bagianbagian sehingga struktur dari yang dipelajari itu menjadi lebih jelas. Tingkatan sintesa didapatkan sebuah suatu kesatuan atau pola yang baru. Tingkatan terakhir yakni evaluasi, dimana kemampuan untuk memberi penilaian terhadap bahan atau fakta berdasarkan kriteriakriteria tertentu. Kedua adalah ranah afektif. Ranah afektif diawali pada tingkatan penerimaan, yakni kepekaan akan adanya suatu perangsang dan ketersediaan untuk memperhatikan rangsangan tersebut. Tingkatan selanjutnya adalah partisipasi, dimana adanya respons untuk memperhatikan secara aktif dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan. Tingkatan penilaian/penentuan sikap, mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan harapan itu. Kemudian pada tingkatan organisasi dicakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Dan pada tingkatan terakhir adalah waktunya dalam pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Ketiga adalah ranah psikomotorik yang terdiri dari tujuh tingkatan. Diawali dengan persepsi, yakni kemampuan memilah-milah hal-hal secara khas, serta menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut. Berikutnya dengan tingkatan kesiapan yang dituntut kemampuan penempatan diri dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Gerakan tersebut dapat dibedakan menjadi tiga gerakan yakni gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, dan gerakan kompleks. Gerakan terbimbing mencakup 8

3 kemampuan melakukan gerakan sesuai dengan contoh atau gerakan peniruan. Gerakan yang terbiasa mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. Sedangkan gerakan kompleks mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat. Penyesuaian pola gerakan, pada tingkatan ini dicakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Tingkatan terakhir adalah kreativitas, pada tingkatan ini mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa diri. Semua perubahan di bidang tersebut merupakan suatu hasil belajar dan mengakibatkan individu berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Perubahan akibat belajar itu akan bertahan lama, bahkan sampai taraf tertentu tidak menghilang lagi. Kemampuan yang diperoleh, menjadi milik pribadi yang tidak akan dihapus begitu saja. Hasil belajar itu tidak akan menghilang begitu saja. Hal tersebut kemungkian terjadi jika ada proses belajar yang baru atau terjadi kelainan atau bahkan kerusakan dalam otak yang dapat mengganggu fungsi ingatan. (Winkel, 1987) Merujuk pada pemikiran Gagne, hasil belajar dapat berupa : 1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. 2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. 3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. 4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar jika siswa tersebut berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional. (Abdurrahman, 2003 ) Pencapaian tujuan dalam pelajaran matematika, siswa harus mempelajari matematika secara bertahap dan berurutan serta mendasarkan pada pengalaman belajar yang telah dilalui. Mempelajari konsep B yang mendasarkan pada konsep A, siswa perlu memahami konsep A terlebih dahulu. Tanpa memahami kosep A, tidak mungkin siswa akan memahami konsep B. (Hudojo, 1988) Matematika selalu berkenaan dengan dengan ide atau gagasan, struktur, dan hubungan yang diatur secara logik sehingga 9

4 dapat dikatakan bahwa matematika itu berkaitan dengan konsepkonsep abstrak. Belajar matematika dapat didefinisikan sebagai belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang di pelajari untuk selanjutnya dicari hubungan-hubungan antara konsep dan struktur matematika tersebut. Siswa lebih mudah mengingat matematika jika yang dipelajari merupakan bahan dengan pola terstruktur. (Bruner (dalam Hudojo, 1988)) Berbagai perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar matematika terdiri dari empat aspek yaitu fakta, konsep, prinsip dan skill. Pertama, fakta adalah segala sesuatu yang sesuai dengan kenyataan atau sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, misalnya simbol, angka, notasi. Kedua, konsep adalah suatu ide abstrak yang dimungkinkan untuk mengelompokkan benda-benda (objek) ke dalam contoh/bukan contoh. Konsep memuat tiga dimensi yaitu: 1) Internalisasi pengembangan pola mental yang memberikan pada kita untuk merasakan dan menggunakan konsep tersebut. 2) Verbalisasi atau kemampuan mendefinisikan konsep tersebut. 3) Nama artinya mengetahui nama yang memberikan pada konsep-konsep tersebut. Beberapa contoh konsep adalah persegi, persegi panjang, lingkaran. Ketiga, prinsip dimaksudkan sebagai pola hubungan fungsional antara konsep-konsep. Prinsip-prinsip pokok disebut hukum/ teorema yang disajikan dalam bentuk rumus. Prinsip penjumlahan dua bilangan real misalnya komutatif, dua garis lurus yang tidak sejajar dan terletak dalam suatu bidang datar akan berpotongan di satu titik. Keempat, skill (keterampilan) adalah keterampilan mental untuk menjalankan prosedur dalam menyelesaikan masalah atau suatu kemampuan memberikan jawaban yang berarti dan cepat. Kemampuan untuk menyelesaikan materi pengukuran luas daerah persegi dan persegi panjang merupakan salah satu contoh dari skill. (Darwati, 2011) 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia, banyak dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar efektif. Para pakar dibidang pendidikan dan psikologi mencoba mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut. Para pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat memberikan intervensi positif untuk meningkatkan hasil belajar yang akan diperoleh jika faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar telah berhasil diketahuinya. Sehubungan dengan hal tersebut, secara garis besar faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dijabarkan menjadi dua 10

5 macam, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Pertama faktor internal, merupakan faktor dari dalam diri manusia. Faktor internal dapat dikategorikan sebagai faktor biologis yang meliputi usia, kematangan, dan kesehatan ; faktor psikologis yang meliputi kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar. Kedua faktor eksternal merupakan faktor dari luar diri manusia. Faktor eksternal dapat dikategorikan sebagai faktor manusia yang meliputi keluarga, sekolah, masyarakat; faktor non manusia yang meliputi alam benda, hewan, lingkungan fisik. (Arikunto, 1980) 3. Modul a. Pengertian Di Indonesia, istilah Modul untuk pertama kali dikumandangkan dalam satu forum rapat antara 8 Proyek Perintis Sekolah Pembangunan di Cibulan, Bogor pada bulan Februari Pembelajaran modul merupakan salah satu jenis pembelajaran individual yang bertujuan untuk mengupayakan serta memberi kesempatan kepada siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, kecepatan, dan caranya sendiri. Di antara berbagai metode pembelajaran individual pembelajaran modul termasuk metode yang paling baru yang menggabungkan keuntungan-keuntungan dari berbagai pembelajaran individual lainnya seperti tujuan instruksional khusus, belajar menurut kecepatan masing-masing, balikan atau feedback yang banyak. (Nasution, 2010) Pembelajaran individual merupakan suatu usaha yang sistematik dan terencana yang digunakan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang melekat pada pembelajaran klasikal maupun konvensional dan mengimplementasikan langkahlangkah instruksional sedemikian rupa, sehingga semua siswa didampingi dalam belajarnya secara efektif dan efisien. (Winkel, 1978) Suryosubroto (1983) memaparkan bahwa modul dijadikan tumpuan harapan sebagai sistem penyampaian dalam proses belajar mengajar untuk mengubah situasi belajar mengajar yang lebih merangsang, mengaktifkan siswa untuk membaca dan belajar memecahkan masalah sendiri di bawah pengawasan dan bimbingan guru yang selalu siap menolong siswa yang mengalami kesulitan. Walaupun ada bermacam-macam batasan tentang modul, namun secara garis besar modul dapat didefinisikan sebagai 11

6 suatu paket program pengajaran terkecil yang memuat satu unit konsep yang terdiri atas rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas serta nantinya dipelajari siswa sendiri secara perseorangan. (Russel (dalam Vembriarto, 1981); Winkel, 1987; Wijaya, 1991; Nasution, 2010) Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembalajaran dengan menggunakan modul merupakan strategi tertentu dalam menyelenggarakan pembelajaran individual secara agak menyeluruh. Pembelajaran modul adalah suatu usaha penyelenggaraan pembelajaran individual yang memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih kepada unit berikutnya. Penyajiannya dalam bentuk yang bersifat self-intruction, sehingga setiap siswa dapat menentukan kecepatan dan intensitas belajarnya sendiri. b. Tujuan Pembelajaran Modul Menurut Prastowo (2011) tujuan dari pada pembelajaran modul antara lain adalah memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, mengurangi peran guru yang dominan di dalam kelas, melatih kejujuran siswa, mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar siswa, melatih siswa untuk mengukur tingkat penguasaannya sendiri terhadap materi yang telah dipelajari. Selain memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri berdasarkan kecepatan belajar masing-masing, Nasution (2008) juga menambahkan tiga tujuan lainnya dari pembelajaran modul. Tujuan pertama, memberi kesempatan kepada siswa untuk memilih diantara sekian banyak topik dalam rangka suatu program. Kedua, mengadakan penilaian yang sering tentang kemajuan dan kelemahan siswa. Ketiga, memberi modul remedial untuk mengolah kembali seluruh bahan yang telah diberikan guna pemantapan dan perbaikan dengan metode lain untuk mempermudah siswa dalam memahami materi. c. Ciri-ciri Pembelajaran Modul Penerapan pembelajaran modul merupakan usaha pembaharuan dalam bidang pembelajaran. Ciri-ciri pembaharuan melalui pembelajaran modul adalah sebagai berikut : 1) Siswa dapat belajar secara individual (self-instructional), 2) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara khusus, 3) Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga perubahan tingkah laku yang terjadi pada 12

7 diri siswa dapat segera diketahui. 4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk maju berkelanjutan sesuai dengan kemampuannya masing-masing, 5) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, 6) Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa, 7) Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajarnya. (Vembriarto, 1981); Wijaya, 1991) d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Modul Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran modul di atas, terlihat bahwa pembelajaran di kelas tidak lagi di dominasi oleh kegiatan guru. Pembelajaran modul menuntut siswa untuk berperan aktif. Vembriarto (1981) menyebutkan tujuh keunggulan dari pembelajaran modul, keunggulan tersebut adalah: 1) Memberi motivasi yang kuat kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2) Siswa dapat belajar menurut kecepatan pemahamannya masing-masing. 3) Siswa secara aktif terlibat dalam proses belajar. 4) Guru mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk menolong siswa secara individual dalam memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan pada waktu mereka belajar. 5) Siswa dapat mengetrapkan belajarnya dalam kehidupan nyata. 6) Siswa memperoleh informasi berulang-ulang tentang kemajuan belajar yang telah dicapainya. 7) Guru dapat mengetahui metode-metode belajar manakah yang paling efisien. Nasution (2010) juga menambahkan bahwa melalui pembelajaran modul siswa dan guru dapat merasakan keuntungan. Keuntungan penggunaan modul bagi siswa antara lain 1) Modul memberikan feedback, sehingga siswa dapat mengetahui tingkat hasil belajarnya, dengan demikian kesalahan dapat segera diperbaiki, 2) Setiap siswa mendapat kesempatan untuk mencapai nilai tertinggi dengan menguasai bahan pelajaran secara tuntas, 3) Tujuan modul harus jelas, spesifik, dan dapat dicapai oleh murid, 4) Memotivasi siswa untuk lebih memahami materi dengan langkah-langkah yang teratur, 5) Penggunaan modul bersifat fleksibel, dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa baik dari kecepatan belajar, cara belajar, ataupun bahan belajar, 6) Timbul rasa kerjasama baik antar murid maupun guru dengan murid, 7) Memberi kesempatan untuk pelajaran remidial. Selain untuk siswa, pembelajaran modul juga memberikan keuntungan bagi guru, antara lain : 1) Memberi rasa puas kepada guru karena kesuksesan yang dicapai oleh siswa, 2) Memberi 13

8 kesempatan lebih banyak kepada guru untuk memberi bantuan dan perhatian kepada siswa, 3) Guru lebih mempunyai banyak waktu untuk memberi ceramah dan pelajaran tambahan sebagai pengayaan, 4) Guru terbebas dari rutinitas yaitu melakukan persiapan pelajaran karena semuanya sudah tersedia di modul, 5) Antar sekolah maupun perguruan tinggi dapat bertukar modul, 6) Mendorong guru lebih bersikap ilmiah tentang profesinya, 7) Evaluasi formatif lebih mudah dilakukan. Di samping keunggulan tersebut, pembelajaran modul juga memiliki beberapa kelemahan. Mulyasa (2006) berpendapat bahwa dalam penyusuan modul yang baik membutuhkan keahlian tertentu, jadi dapat dikatakan bahwa sukses atau gagalnya suatu modul bergantung pada penyusunnya. Selain itu penyusunan modul membutuhkan manajemen pendidikan yang sangat berbeda dari pembelajaran konvensional. Intensitas waktu yang diperlukan siswa dalam menyelesaikan modul berbeda-beda, bergantung pada kecepatan dan kemampuan masing-masing, sehingga sangat sulit menentukan proses penjadwalan dan kelulusan siswa. Nasution (2010) juga memaparkan kelemahan dari modul yang berakibat bagi siswa, guru, maupun administrator. Kesulitan bagi siswa sendiri adalah belajar secara mandiri yang dibutuhkan kedisiplinan, sehingga mau tidak mau siswa harus sanggup mengatur waktu dan memaksa diri untuk belajar. Apabila siswa yang sudah terbiasa pasif maka akan mengalami kesulitan ketika harus beralih ke metode yang baru yakni dengan modul. Kesulitan bagi guru yaitu, dalam menyiapkan modul yang baik dibutuhkan banyak waktu, keahlian dan keterampilan yang cukup. Ada kemungkinan guru merasa kehilangan gengsi karena kedudukan guru yang tinggi yaitu sebagai pusat pengetahuan akan banyak berkurang dengan pembelajaran modul ini. Kecepatan belajar siswa yang berbeda-beda akan menimbulkan dalam satu waktu siswa tidak mempelajari bahan yang sama sehingga guru harus menjawab pertanyaan siswa yang berbedabeda pula. Kesulitan yang dialami oleh administrator saat menggunakan modul yakni membutuhkan banyak biaya dan tenaga. Namun biaya itu harus dikaitkan dengan perbaikan mutu belajar, pemantapan hasil belajar dan pemupukan sikap belajar yang positif, sehingga pembelajaran modul tetap dapat dibenarkan. 14

9 e. Prinsip Pembelajaran Modul Penyusunan modul tidaklah mudah, harus disesuaikan dengan minat, perhatian dan kebutuhan. Penyusunan modul dibutuhkan prinsip-prinsip didalamnya. Wijaya (1991) memaparkan delapan prinsip penyusunan modul, antara lain : modul disusun sebaiknya menurut prosedur pengembangan sistem instruksional, modul disusun berdasarkan atas tujuantujuan instruksional khusus, penyusunan modul harus menarik dan selalu merangsang siswa untuk berpikir, dalam hal-hal tertentu informasi tentang materi pelajaran dilengkapi oleh gambar atau alat-alat peraga lainnya, modul harus memungkinkan pengetahuan multimedia yang relevan dengan tujuan, waktu mengerjakan modul sebaiknya berkisar antara 4 sampai dengan 8 jam pelajaran dan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikannya secara individual. f. Komponen-komponen Modul Modul terdiri dari beberapa komponen yang perlu diperhatikan. Komponennya ada enam, yaitu : lembaran petunjuk guru untuk bahan persiapannya, lembaran kegiatan siswa sebagi teks bacaan modul, lembaran kerja sebagai alat untuk mencocokan hasil pekerjaan siswa di lembaran kerja, lembaran tes berisi pertanyaan-pertanyaan dan kunci lembaran tes sebagai pegangan guru dalam menetapkan angka hasil belajar. (Wijaya, 1991; Winkel, 1987) Petunjuk guru terdiri dari petunjuk secara umum dan petunjuk secara khusus. Petunjuk secara umum berisikan fungsi modul tersebut serta kedudukannya dalam kesatuan program pengajaran, kemampuan khusus yang perlu dikuasai terlebih dahulu sebagai prasyarat dan penjelasan singkat tentang istilahistilah. Sedangkan petunjuk khusus berisikan topik yang dikembangkan dalam modul tersebut, kelas yang bersangkutan, waktu yang diperlukan untuk modul itu, tujuan instruksional, pokok-pokok materi yang dibahas, prosedur pengerjaan modul, kegiatan guru dan murid, serta alat yang dipergunakan dan penilaian (prosedur dan alatnya). Lembaran kegiatan siswa berisikan petunjuk untuk murid mengenai topik yang dibahas, pengarahan umum, dan waktu yang tersedia untuk mengerjakannya, tujuan pelajaran yaitu yang berupa tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai dengan modul yang bersangkutan, pokok-pokok materi dan rinciannya, alat-alat pelajaran yang dipergunakan, petunjuk khusus tentang 15

10 langkah-langkah kegiatan belajar yang harus ditempuh, yang diberikan secara terinci dan berkelanjutan, diselingi dengan pelaksanaan kegiatan. Lembaran kerja siswa berisi tugas-tugas atau persoalanpersoalan yang harus dikerjakan oleh murid setelah mempelajari lembaran kegiatan murid. Kunci jawaban untuk lembaran kerja siswa berisi jawaban yang diharapkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan oleh murid pada waktu melaksanakan kegiatan belajar belajar dengan mempergunakan lembaran kerja. Kunci jawaban ini membantu siswa untuk mengoreksi sendiri pekerjaan yang telah dilaksanakan. Lembaran tes berisi soal-soal untuk menilai keberhasilan murid dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam modul tersebut. Sedangkan kunci jawaban untuk lembaran tes berisi jawaban yang benar untuk setiap soal yang ada dalam lembaran penilaian, ialah untuk digunakan sebagai alat koreksi sendiri terhadap pekerjaan yang dilakukan. g. Langkah-langkah Penyusunan Modul Penyusunan modul yang baik diperlukan beberapa langkah. Sabri (2007) menyebutkan tujuh langkah dalam penyusunan modul, langkah-langkah tersebut adalah : 1) Merumuskan tujuan secara jelas dan spesifik dalam bentuk mengamati kelakuan siswa, 2) Urutan tujuan-tujuan yang menentukan langkahlangkah yang harus diikuti dalam modul, 3) Test diagnostik untuk mengukur pengetahuan dan kemampuan siswa serta latar belakang mereka sebagai prasyarat untuk menempuh modul, 4) Menyusun alasan pentingnya modul ini bagi siswa, 5)Kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing siswa dalam mencapai kompetensi-kompetensi dan merumuskan dalam tujuan, 6) Menyusun posttes untuk mengukur hasil belajar siswa, 7) Menyiapkan sumber-sumber berupa bacaan yang dibutuhkan siswa. Hamdani (2011) juga memaparkan urutan dalam penyusunan modul, antara lain : 1) Menetapkan judul modul yang akan disusun, 2) Menyiapkan buku-buku sumber dan buku referensi lainnya; 3) Melakukan identifikasi terhadap kompetensi dasar, melakukan kajian terhadap materi pembelajaran, serta merancang bentuk kegiatan pembelajaran yang sesuai, 4) Mengidentifikasi indikator pencapaian kompetensi dan merancang bentuk dan jenis penilaian yang disajikan, 5) Merancang format penulisan modul, 6) Penyusunan draf modul, 7) Melakukan validasi dan finalisasi terhadap draf modul. 16

11 h. Format Modul Agar dapat menghasilkan modul pembelajaran yang mampu memerankan fungsi dan perannya dalam pembelajaran yang efektif, modul perlu dirancang sebaik mungkin sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai. Format sebuah modul menurut Hamdani (2011) meliputi : 1) Halaman sampul yang berisi judul pokok bahasan dan logo. Halaman sampul juga berisi nama penulis, nama mata pelajaran, dan keterangan yang dianggap perlu ditambahkan. 2) Pokok bahasan, berisi seperti yang tertulis pada standar kompetensi. 3) Pengantar berisi kedudukan modul dalam suatu mata pelajaran, ruang lingkup materi modul, serta kaitan antar pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan. 4) Kompetensi dasar dikutip dari standar isi (kurikulum). Satu kompetensi dasar biasanya dirancang menjadi beberapa kegiatan belajar, tergantung pada keluasan dan kedalaman materi. 5) Kompetensi dasar dikutip dari standar isi kurikulum, satu kompetensi dasar biasanya dibuat untuk satu kegiatan belajar. 6) Tujuan pembelajaran yaitu merupakan rumusan gambaran tentang kemampuan tertentu yang harus dicapai oleh siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajar tertentu. 7) Kegiatan belajar, dalam satu modul biasanya terdiri dari satu sampai tiga kegiatan belajar atau bahkan lebih, sesuai dengan silabus dan RPP 8) Judul kegiatan belajar ditulis secara singkat, tetapi menggambarkan keseluruhan isi materi pembelajaran 9) Uraian dan contoh, pada bagian ini sebelum menuliskan uraian dan contoh harus ditulis judul dan sub unit kecil terlebih dahulu. Uraian materi ditulis dengan bahasa sederhana, tetapi tidak mengurangi substansi materi, uraian disampaikan dalam bentuk bertutur sehingga memberi kesan seolah-olah guru berada di depan siswa. Contoh juga harus disertakan secara lengkap dan jelas sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi. 10) Latihan yang ada di dalam modul merupakan alat untuk menguji kemampuan siswa. Saat siswa mengerjakan tugas dan soal-soal dalam latihan, siswa dapat mengukur seberapa besar kemampuannya menguasai pokok-pokok materi. 17

12 Hendaknya latihan juga disertai dengan petunjuk-petunjuk praktis dan jelas. 11) Bagian rangkuman ditulis pokok-pokok materi yang telah disajikan dalam uraian dan contoh 12) Test formatif dibuat untuk mengukur kemajuan belajar siswa dalam satu unit pembelajaran. Test formatif biasanya dibuat dalam bentuk objektif (benar salah, pilihan ganda, isian/melengkapi kalimat, menjodohkan atau memasangkan sesuatu ) 13) Umpan balik dan tindak lanjut yaitu memberikan rumus yang dapat digunakan untuk memaknai pencapaian hasil belajar siswa sehingga dapat diberikan umpan balik dan tindak lanjut yang harus digunakan. 14) Kunci jawaban diberikan pada halaman yang berbeda dengan maksud agar siswa dapat mengukur kemampuan sendiri. 15) Daftar pustaka mencantumkan daftar kepustakaan yang dijadikan sumber dalam penyusunan modul i. Validasi Modul Valid dapat diartikan jika suatu instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Validitas dapat dilakukan dengan meminta pendapat dari para ahli (judgment experts). Setelah instrumen dikonstruksikan berdasarkan aspekaspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta memberikan pendapat atau saran. Kemungkinan para ahli memberikan pendapat instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, atau dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang dignakan minimal tiga orang, umumnya telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti. (Sugiyono, 2011) Modul merupakan instrumen pembelajaran dalam penelitian. Modul dapat memberikan peran terhadap variabel hasil belajar yang hendak diukur. Agar data hasil belajar yang diperoleh adalah valid, maka modul juga harus dalam keadaan valid. B. Hasil Kajian yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini dapat dilihat dari uraian berikut. Pertama adalah hasil penelitian Supriyanto (2002) dengan judul Perbedaan Hasil Pembelajaran dengan Modul dan secara Klasikal Bagi Siswa Kelas 1 SLTP Terbuka 262 Jakarta Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi mengajar yang lebih 18

13 efektif antara strategi mengajar menggunakan modul dan strategi mengajar secara klasikal terhadap hasil belajar keterampilan elektronika. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa strategi mengajar dengan menggunakan modul lebih efektif dibandingkan dengan strategi mengajar secara klasikal terhadap hasil belajar keterampilan elektronika pada siswa kelas 1 SLTP Terbuka 262 Jakarta Timur. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar yang diperoleh pada kelompok yang diberi strategi mengajar dengan menggunakan modul yakni adanya peningkatan nilai rata-rata tes awal sebesar 7,25 menjadi 8,42 pada tes akhir. Sedangkan pada kelompok yang diberi strategi mengajar secara klasikal hanya memperoleh nilai rata-rata tes awal sebesar 7,1 menjadi 7,75 pada tes akhir. Hasil penelitian yang sejenis juga didapat dari penelitian Supartini (2007) terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Sragen pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Penelitian ini diambil dua sampel kelas, yakni sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitan didapatkan nilai rata-rata siswa yang diberi pengajaran terprogram tipe cabang yang dilengkapi modul sebesar 7,31 sedangkan nilai rata-rata siswa yang diberi pengajaran klasikal sebesar 6,73. Hasil perhitungan tersebut menyatakan bahwa pengajaran terprogram yang dilengkapi modul lebih baik hasil belajarnya dibandingkan penggunaan pengajaran metode klasikal. Penelitian lain yang menyebutkan bahwa pengajaran modul lebih unggul adalah Amrin (2010) dengan judul Pengaruh Pembelajaran Sistem Modul Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD dan Citrawati (2006) dengan judul Pengembangan Pembelajaran Biologi dengan Menggunakan Modul Berorientasi Siklus Belajar dan Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Siswa di SMA. Penelitian yang dilakukan oleh keduanya menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan modul lebih baik dibandingkan dengan menggunakan cara konvensional. Selain itu respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan modul adalah positif atau baik. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2007) yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar Kimia antara siswa yang diberi Modul Matematika Dasar dan siswa tanpa diberi Modul Matematika Dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan pada taraf signifikansi 5% antara siswa yang diajar dengan pembelajaran Kimia berbantuan Modul Matematika Dasar dan siswa yang diajar tanpa menggunakan Modul Matematika Dasar. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada hasil belajar juga diperoleh dari penelitian Dwiarto (2008) yang berjudul Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Metode Modul dengan 19

14 Metode Ceramah pada Pembelajaran Elektronika Digital di SMK Tunas Harapan Pati. Hali ini terbukti dari hasil t hitung = dengan tingkat signifikansi C. Kerangka Berfikir Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika pada semua jenjang pendidikan masih sekitar 34 %. Kurikulum matematika yang padat menyebabkan pengajaran matematika di sekolah-sekolah cenderung didominasi proses transfer of knowledge saja dan tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan sendiri ke arah mana mereka berekplorasi dan menemukan pengetahuan yang bermakna bagi diri mereka. (Drost (dalam Masykur 2008)) Mungkin hal tersebut menjadi satu alasan pembelajaran konvensional masih sering diterapkan. Adanya kurikulum yang sangat padat maka guru harus pandai memanfaatkan waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan pembelajaran yang paling tepat dalam situasi ini adalah pembelajaran konvensional itu sendiri. Pembaharuan pembelajaran di sekolah terutama pembelajaran matematika sudah saatnya untuk dilakukan. Perubahan sistem pembelajaran ini ditujukan untuk menarik perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang sedang dibicarakan, menjaga kestabilan proses pembelajaran baik secara fisik maupun mental, membangkitkan motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran, mengatasi situasi dan mengurangi kejenuhan dalam proses pembelajaran, dan memberikan kemungkinan layanan pembelajaran individual. (Marno, 2008) Salah satu bentuk pembelajaran individual adalah modul. Modul merupakan suatu paket pengajaran yang memuat satu unit konsep dari bahan pelajaran yang disajikan secara self-instructional dengan maksud siswa belajar secara mandiri. Tujuannya agar memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum beralih ke unit berikutnya. Melalui pembelajaran modul setiap siswa dapat menentukan kecepatan dan intensitasnya sendiri. Pembelajaran modul dirasa sesuai dengan matematika, karena matematika adalah ilmu yang tersusun secara runtut sehingga dalam penyusunan bahan pangajaran tidak akan mengalami banyak kesulitan. Bagi siswa sendiri juga tidak akan mengalami kesulitan karena bahan pengajarannya sudah tersusun secara sistematis. Penelitian Citrawati (2006) dan Amrin (2010), keduanya menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan modul lebih baik dibandingkan dengan menggunakan cara konvensional. Selain 20

15 itu respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan modul adalah positif atau baik. Adanya keserasian antara pembelajaran modul dengan matematika itu sendiri, maka diharapkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika akan lebih baik. Data tentang hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang telah berhasil didapatkan. Berdasarkan analisis data tersebut diperoleh bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan, maka pada tahap awal dilakukan pretes untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum menggunakan modul. Tahap selanjutnya guru memberi perlakuan dengan menerapkan pembelajaran menggunakan modul. Setelah pembelajaran modul berhasil diterapkan, dilanjutkan dengan pemberian posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran modul. Hasil pretes dan posttest yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui signifikansi perbedaan hasil belajar dari keduanya. Adanya beberapa keunggulan modul, maka diharapkan hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan modul lebih baik dari hasil belajar matematika siswa sebelum menggnakan modul. Paradigma penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir Kelas VIIB SMP Negeri 2 Tuntang Sebelum menggunakan modul Kelas VIIB SMP Negeri 2 Tuntang Setelah menggunakan modul Pre-test Post-test Hasil belajar Ada perbedaan yang signifikan 21

16 D. HIPOTESIS Berdasarkan kajian teori dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Ada perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan bagi siswa kelas VIIB SMP Negeri 2 Tuntang sebelum menggunakan modul dan setelah menggunakan modul pada sub pokok bahasan keliling dan luas segiempat. 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, matematika menjadi salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai siswa. Hal ini sangatlah beralasan karena matematika tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Nasution (2010) memaparkan bahwa belajar terjadi jika ada hasilnya yang dapat diperlihatkan. Belajar terjadi hanya dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan salah satu hal yang penting dalam proses pembelajaran. Ada banyak tokoh yang memberikan definisi mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang signifikan sebelum siswa menggunakan modul dan setelah menggunakan modul pada sub pokok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II akan menjelaskan tentang kajian teori, kajian penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis. Teori-teori yang digunakan akan dijelaskan dalam kajian teori. Kajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Make a Match 2.1.1 Pengertian Model pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran sebagai hasil penurunan teori psikologi pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Rosdakarya, 2009) Nana Sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar. (Bandung: PT Remaja

BAB II KAJIAN TEORI. Rosdakarya, 2009) Nana Sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar. (Bandung: PT Remaja BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Anda, tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah belajar. Kata ini, secara efektif sudah anda kenali sejak anda bersekolah di kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan pendorong bagi perbuatan siswa. Menyangkut soal mengapa siswa berbuat demikian dan apa tujuannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Role Playing (model bermain peran) a Pengertian Role playing atau bermain peran menurut Zaini, dkk (2008:98) adalah suatu aktivitas pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto, 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar (Winkel,1965 : 51) Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Thursan Hakim (2005: 21) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik.untuk mencapai tujuan yang berlangsung dalam lingkungan. Pendidikan bukan sekedar

Lebih terperinci

Ernidalisma Guru Matematika dan Kepala Sekolah SMP N 30 Pekanbaru. Kata kunci: metode pembelajaran learning start with a question, hasil belajar.

Ernidalisma Guru Matematika dan Kepala Sekolah SMP N 30 Pekanbaru. Kata kunci: metode pembelajaran learning start with a question, hasil belajar. PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LEARNING START WITH A QUESTION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII-6 SMP NEGERI 30 PEKANBARU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ernidalisma Guru Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching, Pembelajaran Konvensional, Kemampuan Komunikasi Matematis dan Skala Sikap 1. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Reciprocal Teaching

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA

UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENDAHULUAN Kesuksesan pelaksanaan pembelajaran karena adanya rancangan pembelajaran yang dilakukan dengan baik. Hal ini menjadi kewajiban bagi para guru termasuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 HAKEKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Belajar adalah modifikasi atau mempeteguh kelakuan melalui pengalaman, belajar adalah proses dan bukan suatu hasil Belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Metode Pembelajaran Di dalam mengajar ilmu pengetahuan, metode menurut Soedomo Hadi (2008: 109) metode adalah cara bekerja menurut aturan-aturan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Problem Posing Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu (1) informasi verbal; (2) keterampilan

Lebih terperinci

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil 46 2. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama Menurut Lewis Thomas dan Elaine B. Johnson ( 2014, h. 164) kerjasama adalah pengelompokan yang terjadi di antara makhlukmakhluk hidup yang kita kenal. Kerja sama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No.1 ISSN 2354-614X Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Eksperimen Eksperimen adalah bagian yang sulit dipisahkan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium maupun di alam terbuka. Metode ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Belajar Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk

BAB II KAJIAN TEORI. menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Menari Keterampilan adalah hasil belajar pada ranah psikomotorik, yang terbentuk menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk mengerjakan atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 Pengertian Belajar Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah merupakan proses perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut Sardiman belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. strategi pembelajaran itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian

BAB II KAJIAN TEORI. strategi pembelajaran itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1.Pengertian Teknik Pembelajaran Suyono dan Hariyanto menjelaskan teknik pembelajaran adalah upaya untuk menjamin agar seluruh siswa di dalam kelas diberikan berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB II REMEDIASI HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN. A. Pembelajaran Remediasi Menggunakan Metode Eksperimen

BAB II REMEDIASI HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN. A. Pembelajaran Remediasi Menggunakan Metode Eksperimen BAB II REMEDIASI HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN A. Pembelajaran Remediasi Menggunakan Metode Eksperimen 1. Pengertian Pengajaran Remediasi Pengajaran remediasi dalam proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dipahami kemudian dilihat, diamati hingga membuat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dipahami kemudian dilihat, diamati hingga membuat seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi salah satu hal yang penting bagi setiap manusia. Melalui pendidikan seseorang dapat belajar mengenai banyak hal, mulai dari hal yang tidak

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research terdiri dari tiga kata, yaitu penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan prinsip kerjasama adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan kepada siswa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian Relevan 1. Deskripsi Teori a. Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori ini berisi tentang beberapa pendapat para ahli mengenai pembelajaran IPA, metode pembelajaran mind mapping, hasil belajar, penerapan mind mapping

Lebih terperinci

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Terdapat dua kata berbeda dari istilah tersebut, yakni efektivitas dan pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

Lebih terperinci

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS Minarni Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

Eko Budiono, Hadi Susanto PENDAHULUAN

Eko Budiono, Hadi Susanto PENDAHULUAN PENYUSUNAN DAN PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN BERDASAR KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI SUB POKOK BAHASAN ANALISA KUANTITATIF UNTUK SOAL-SOAL DINAMIKA SEDERHANA PADA KELAS X SEMESTER I SMA Eko Budiono, Hadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Proses tersebut sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Proses tersebut sekaligus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Proses tersebut sekaligus mengandung pengertian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran Mind Mapping a. Pengertian Media Pembelajaran Mind Mapping Sadiman (dalam Rianti, 2012, h.9) menjelaskan media pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Observasi Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang sangat berperan dalam perkembangan dunia. Matematika sangat penting untuk mengembangkan kemampuan dalam pemecahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Teori Belajar dan Pembelajaran 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Dalam kajian pustaka ini dipaparkan berbagai macam teori tentang Hasil Belajar, Ilmu Pengetahuan Alam, Pembelajaran IPA itu sendiri serta Langkahlangkah pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajar mata pelajaran matematika di MI adalah kurangnya pengetahuan bagi

BAB I PENDAHULUAN. mengajar mata pelajaran matematika di MI adalah kurangnya pengetahuan bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang menyangkut pengelolaan proses belajar mengajar mata pelajaran matematika di MI adalah kurangnya pengetahuan bagi guru MI, serta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tujuannya untuk mengetahui kekurangan yang terjadi agar kegiatan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tujuannya untuk mengetahui kekurangan yang terjadi agar kegiatan yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Evaluasi merupakan proses penilaian yang dilakukan setelah melakukan kegiatan. Tujuannya untuk mengetahui kekurangan yang terjadi agar kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju mundurnya suatu bangsa karena pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice

BAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Metode Pembelajaran Drill And Practice 2.1.1. Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice Sebelum mendefinisikan tentang metode drill, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa kini di seluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap status pendidikan. Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital dalam usahanya untuk mempertahankan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Sistematis oleh karena proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Belajar Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, nilai, sikap, dan tingkah laku.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan IPA di SD Ketrampilan proses adalah salah satu pendekatan, disamping pendekatan yang menekankan pada fakta dan pendekatan konsep, yang digunakan

Lebih terperinci