PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK ANTARA MAHASISWA YANG AKTIF DENGAN YANG TIDAK AKTIF DALAM ORGANISASI KEMAHASISWAAN PEMA USU SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK ANTARA MAHASISWA YANG AKTIF DENGAN YANG TIDAK AKTIF DALAM ORGANISASI KEMAHASISWAAN PEMA USU SKRIPSI"

Transkripsi

1 PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK ANTARA MAHASISWA YANG AKTIF DENGAN YANG TIDAK AKTIF DALAM ORGANISASI KEMAHASISWAAN PEMA USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi prasyaratan Ujian sarjana Psikologi Oleh DINI AHMAINI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GANJIL, 2009/2010 Dini Ahmaini : Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Mahasiswa Yang Aktif Dengan Yang Tidak Aktif Dalam

2 LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul: Perbedaan prokrastinasi akademik antara mahasiswa yang aktif pada PEMA USU dengan yang tidak adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku. Medan, Desember 2009 DINI AHMAINI NIM Dini Ahmaini : Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Mahasiswa Yang Aktif Dengan Yang Tidak Aktif Dalam

3 Perbedaan prokrastinasi akademik antara mahasiswa yang aktif pada PEMA USU dengan yang tidak Dini Ahmaini dan Sri Supriyantini ABSTRAK Orang tua memiliki tugas penting dalam pendidikan anak, salah satunya adalah menentukan sekolah sebagai tempat anak menuntut ilmu. Di samping sekolah umum, saat ini sekolah alam dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan sekolah untuk anak selain sekolah umum. Sekolah alam merupakan sekolah alternatif yang berbasis lingkungan yang sedang berkembang di Indonesia. Sekolah alam bertujuan untuk mendidik siswa agar siswa tumbuh menjadi manusia yang tidak saja mampu memanfaatkan, namun juga dapat mencintai dan memelihara alam. Sikap orang tua terhadap sekolah alam akan menggambarkan bagaimana pemikiran, perasaan, dan kecenderungan berperilaku orang tua terhadap sekolah alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap orang tua terhadap sekolah alam. Alat ukur yang digunakan adalah skala sikap terhadap sekolah alam dengan reliabilitas (r) = 0.94 yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori tiga komponen sikap (Azwar, 2003) terhadap empat komponen sekolah alam (Mogensen & Mayer, 2005), yaitu pendidikan dan paedagogi, hubungan internal, hubungan eksternal, dan lingkungan fisik sekolah alam. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah incidental sampling. Sampel berjumlah 100 orang tua yang bekerja di Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap orang tua terhadap sekolah alam mayoritas berada pada kategori positif yaitu 66 orang (66%), kategori netral 34 orang (34%) dan tidak ada yang bersikap negatif. Pada komponen pendidikan dan paedagogi sekolah alam, 67 orang (67%) berada pada kategori positif, 33 orang (33%) netral, dan tidak subjek yang bersikap negatif. Pada komponen hubungan internal, 62 orang (62%) berada pada kategori positif, 38 orang (38%) netral, dan tidak ada subjek bersikap negatif. Pada komponen hubungan eksternal, 66 orang (66%) berada pada kategori positif, 34 orang (34%) netral, dan tidak ada yang bersikap negatif. Pada komponen lingkungan fisik, sebanyak 70 orang (70%) berada pada kategori positif, 30 orang (30%) netral, dan tidak ada subjek yang bersikap negatif. Sedangkan pada komponen kognitif, 67 orang (67%) berada pada kategori positif, 33 orang (33%) netral, dan tidak ada yang negatif. Pada komponen afektif, 77 orang (77%) berada pada kategori positif, 23 orang (23%) netral, dan tidak ada yang negatif. Pada komponen konatif, 50 orang (50%) berada pada kategori positif, 50 orang (50%) netral, dan tidak ada yang negatif. Kata kunci : prokrastinasi akademik, mahasiswa Dini Ahmaini : Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Mahasiswa Yang Aktif Dengan Yang Tidak Aktif Dalam

4 The difference of procrastination academic between active student of PEMA USU and not Dini Ahmaini and Sri Supriyantini ABSTRACT Parents have task in education of children, one of them is to determine the school as place for children to get knowledge. Beside public school, now ecoschool can be made as one of school options for children. Eco-school is an alternative school based on environment developing in Indonesia. Eco-school aims to educate the students to grow to be human not only can utilize, but also can love and maintain the nature. The attitude of parents on eco-school will describe the mode of thinking, feelings, and tendency of behavior as parents on eco-school. This research aims to know the description of parent attitude towards ecoschool. Measurement tools that was used is attitude scale on eco-school with reliability (r) = 0.94 arranged by researcher based on three components theory of attitude (Azwar, 2003) on four components of eco-school (Morgan & Mogensen, 2005), namely education and pedagogy, internal structural relation, external structural relation, and physical environment. The method used was descriptive quantitative method. Sampling technique used was incidental sampling. The total sample was 100 parents working in North Sumatera University. The results of research indicated that attitude of parents against eco-school is majority in positive category, namely 66 peoples (66%), neutral category 34 peoples (34%), and none of negative attitude. In component of education and pedagogy of eco-school, 67 peoples (67%) are in positive category, 33 peoples (33%) neutral, and none of negative attitude. In component of internal structural relation, 62 peoples (62%) are in positive category, 38 peoples (38%) neutral, and none of negative attitude. In component of external structural relation, 66 peoples (66%) are in positive category, 34 peoples (34%) neutral, and none of negative attitude. In component of physical environment, 70 peoples (70%) are in positive category, 30 peoples (30%) neutral, and none of negative attitude. While in cognitive component, 67 peoples (67%) are in positive category, 33 peoples (33%) neutral, and none of negative category. In affective component, 77 peoples (77%) are in positive category, 23 peoples (23%) neutral, and none of negative attitude. In behavioral component, 50 peoples (50%) are in positive category, 50 peoples (50%) neutral, and none of negative category. Key Words : academic procrastination, student Dini Ahmaini : Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Mahasiswa Yang Aktif Dengan Yang Tidak Aktif Dalam

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas ridha-nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal seminar ini. Adapun judul proposal seminar ini adalah PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK ANTARA MAHASISWA YANG AKTIF DENGAN YANG TIDAK AKTIF DALAM ORGANISASI KEMAHASISWAAN PEMA USU. Proposal penelitian ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Seminar di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Tidak dapat disangkal butuh usaha yang keras, kegigihan dan kesabaran untuk menyelesaikannya. Namun disadari, karya ini tidak akan selesai tanpa orangorang tercinta di sekeliling penulis yang telah mendukung dan membantu. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada : Ibu Sri Supriyantini, M.Si, Psi, selaku dosen yang menjadi pembimbing dalam menyelesaikan proposal seminar ini. Terima kasih yang sebanyakbanyaknya atas kesabaran dan bimbingan, serta dukungannya. Ibu Desvi Yanti Mukhtar, M.Si., psikolog, Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd., Ibu Lita Hadiati, S.Psi.,psikolog, Fasti Rola, M.Psi, Bang Tarmidi, M.Psi, dan Kak Dian Mpsi., psikolog selaku dosen pengampu pada Mata kuliah Seminar bagian Pendidikan. Untuk dosen-dosen Psikologi USU atas semua ilmu yang telah diberikan, mudah-mudahan ilmu ini dapat berguna dan dapat diterapkan dengan baik. Dini Ahmaini : Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Mahasiswa Yang Aktif Dengan Yang Tidak Aktif Dalam

6 Untuk keluarga penulis, kedua orangtua ku dan adik-adik ku (Sari dan Dila) yang telah memberikan dukungan moril dan materil selama penulis menyelesaikan penelitian ini. Untuk abang ku, terima kasih atas semua bantuannya baik moril maupun materil serta kasih sayangnya. Untuk Ira, Dinda, Stevie, Tika, Lily, Yenni, dan semua teman-temanku Angkatan 2005 yang selalu menemani, memberikan support, masukan, dan memberikan semangat. Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah dari Allah SWT. Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal seminar ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis dengan segala kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan penelitian ini. Harapan penulis semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi pihakpihak yang terkait, lingkungan akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Medan, serta para pembaca pada umumnya. Medan, 1 Desember 2009 Penulis Dini Ahmaini Dini Ahmaini : Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Mahasiswa Yang Aktif Dengan Yang Tidak Aktif Dalam

7 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...iii DAFTAR TABEL...vi DAFTAR GAMBAR...viii DAFTAR LAMPIRAN...ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah...1 B. Identifikasi masalah...10 C. Tujuan Penelitian...11 D. Manfaat Penelitian...11 E. Sistematika Penelitian...12 BAB II LANDASAN TEORI A. Prokrastinasi Akademik Pengertian ptokrastinasi akdemik Jenis-jenis tugas pada prokrastinasi akademik Ciri-ciri prokrastinasi akademik Faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik Karakteristik prokrastinasi akademik Akibat prokrastinasi akademik...23 B. Organisasi Kemahasiswaan Pengertian mahasiswa Pengertian organisasi kemahasiswaan...24 Dini Ahmaini : Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Mahasiswa Yang Aktif Dengan Yang Tidak Aktif Dalam

8 3. Bentuk organisasi kemahasiswaan Organisasi kemahasiswaan di USU...26 a. Bentuk organisasi kemahasiswaan di USU...26 b. Tujuan organisasi kemahasiswaan di USU...28 c. Sifat organisasi kemahasiswaan USU...28 d. Pemerintahan mahasiswa (PEMA) fakultas...28 C. Keaktifan Dalam Organisasi Kemahasiswaan...29 D. Hubungan Prokrastinasi Akademik Dengan Keaktifan Dalam Organisasi Kemahasiswaan...30 E. Hipotesa...32 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi variabel...34 B. Definisi Operasional Variabel Penelitian...35 C. Populasi dan Sampel...36 D. Metode pengambilan data...38 E. Analisa Instrumen...39 F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian...43 F.1. Tahap Persiapan...43 F.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian...44 H. Metoda Analisis Data...44 BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian...46 A.1. Jenis Kelamin Subjek Penelitian...46 A.2. Usia Subjek Penelitian...47 A.3. Gambaran Prokrastinasi Akademik Subjek Penelitian...48 B. Hasil Penelitian...49 B.1. Uji Asumsi...49 B.2. Hasil Analisa Data...51 C. Hasil Tambahan...54 C.1. Gambaran Skor Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Jenis Kelamin...55 C.2. Gambaran Skor Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Usia..55 C.3. Gambaran Skor Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Stambuk...56 Dini Ahmaini : Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Mahasiswa Yang Aktif Dengan Yang Tidak Aktif Dalam

9 D. Pembahasan...57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...59 B. Saran...60 DAFTAR PUSTAKA...62 Dini Ahmaini : Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Mahasiswa Yang Aktif Dengan Yang Tidak Aktif Dalam

10 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Blueprint Skala Prokrastinasi Akademik 39 Tabel 2 Distribusi Aitem-aitem Prokrastinasi Akademik pada saat Penelitian 41 Tabel 3 Reliabilitas Skala Prokrastinasi Akademik 43 Tabel 4 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin 46 Tabel 5 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia 47 Tabel 6 Gambaran Subjek Berdasarkan Stambuk 48 Tabel 7 Gambaran Skor Prokrastinasi Akademik 48 Tabel 8 Hasil Uji Coba Normalitas 49 Tabel 9 Uji Homogenitas 50 Tabel 10 Gambaran Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa yang Aktif dan Tidak Aktif PEMA 51 Tabel 11 Hasil Perhitungan Uji t 51 Tabel 12 Kategorisasi Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Aktif PEMA 53 Tabel 13 Kategorisasi Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Tidak Aktif PEMA 54 Tabel 14 Gambaran Skor Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Jenis Kelamin 55 Dini Ahmaini : Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Mahasiswa Yang Aktif Dengan Yang Tidak Aktif Dalam

11 Tabel 15 Gambaran Skor Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Usia 55 Tabel 16 Gambaran Skor Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Stambuk 56 Dini Ahmaini : Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Mahasiswa Yang Aktif Dengan Yang Tidak Aktif Dalam

12 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A Uji Reliabilitas dan Validitas Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Aktif PEMA LAMPIRAN B Uji Reliabilitas dan Validitas Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Tidak Aktif PEMA LAMPIRAN C LAMPIRAN D Alat Ukur yang Digunakan Data Mentah Prokrastinasi Akademik saat Penelitian Pada Mahasiswa Aktif PEMA LAMPIRAN E Data Mentah Prokrastinasi Akademik saat Penelitian Pada Mahasiswa Tidak Aktif PEMA LAMPIRAN F LAMPIRAN G Hasil Pengolahan Data Hasil-hasil Tambahan

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting artinya untuk mewujudkan tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan suatu bangsa sangat bergantung pada kualitas manusia yang ada di negara tersebut khususnya generasi muda. Salah satu jalur strategis yang dapat digunakan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas itu tentunya adalah jalur pendidikan (Ibrahim dalam Sulistianingsih, 2005). Mahasiswa dapat dikatakan sebagai kelompok dari generasi muda yang sedang belajar atau menuntut ilmu di Perguruan Tinggi, dengan jurusan atau program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan, belajar berorganisasi, belajar bermasyarakat dan belajar menjadi pemimpin. Kelompok ini menyandang sejumlah atribut diantaranya sebagai kelompok inti pemuda, kelompok cendekia atau golongan intelekual, calon pemimpin masa depan, manusia idealis dan kritis karena di pundak mahasiswa sebagian besar nasib masa depan suatu bangsa dipertaruhkan (As ari, 2007). Keberhasilan mahasiswa dalam menempuh studi dapat dilihat dari prestasi akademik. Menurut Azwar (1999), pencapaian prestasi akademik tidak terlepas dari beberapa faktor, salah satunya faktor sosial, dimana mahasiswa memiliki banyak peran yang harus dijalankan. Suparno (2001) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak tercapainya prestasi belajar, salah satunya ketidakmampuan mengatur

14 tugas nonakademik sehingga menyita waktu belajar yang pada akhirnya, mengganggu kedisplinan dalam memenuhi dan menyelesaikan tugas-tugas akademik. Djamarah (2002) mengatakan bahwa selama menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal baik pelajar atau mahasiswa, tidak akan terlepas dari keharusan mengerjakan tugas-tugas studi. Guru atau dosen pasti memberikan tugas dengan batas waktu tertentu untuk pengumpulan tugas. Oleh karena itu, seorang mahasiswa harus memakai rentang waktu dalam satu hari yaitu 24 jam dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas-tugas studinya sampai pada waktu pengumpulan tugas tersebut. Masalah pengaturan waktu inilah yang menjadi persoalan bagi mahasiswa. Djamarah (2002) menemukan banyak pelajar dan mahasiswa mengeluh karena tidak dapat membagi waktu dengan baik, kapan harus memulai dan mengerjakan sesuatu. Adanya kecenderungan untuk tidak segera memulai ketika menghadapi suatu tugas merupakan indikasi dari perilaku menunda dan kelalaian dalam mengatur waktu dan merupakan faktor penting yang menyebabkan individu menunda dalam melakukan dan menyelesaikan tugas (Knaus, 1986). Perilaku menunda mengerjakan dan menyelesaikan sesuatu disebut dengan prokrastinasi. Orang yang melakukan perilaku menunda disebut penunda (prokrastinator). Gejala perilaku menunda (prokrarastinasi) lebih banyak dimanifestasikan dalam dunia pendidikan yang sering disebut dengan prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik itu sendiri terjadi karena adanya keyakinan irrasional yang dimiliki oleh seseorang. Keyakinan irrasional tersebut dapat disebabkan oleh suatu kesalahan dalam mempersepsikan tugas akademik, seseorang memandang tugas sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan (Burka dan Yuen, 1983; Solomon dan

15 Rothblum, 1984). Oleh karena itu, seseorang merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugasnya secara memadai, sehingga menunda-nunda dalam menyelesaikan tugas. Menurut Knaus (1992), prokrastinasi dapat mempengaruhi keberhasilan akademik dan pribadi mahasiswa. Apabila kebiasaan menunda ini muncul terus-menerus pada mahasiswa, tentu akan memberikan dampak negatif dalam akademik (Rothblum, Solomon, & Mukarami, 1986). Menurunnya prestasi merupakan prokrastinasi yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dan menyebabkan Indeks Prestasi (IP) yang rendah, namun hal ini tidak menunjukkan bahwa mahasiswa yang baik prestasinya tidak akan pernah melakukan perilaku menunda (Orpen dalam Tuckman, 1999). Penelitian di Amerika Utara menggambarkan keadaan pendidikan yaitu, kira-kira 70% pelajar memunculkan prokrastinasi. Konsekuensi negatif dari prokrastinasi ini seperti performa yang kurang, mutu kehidupan individu berkurang, pengaruh negatif dan menurunnya prestasi (Ferrari dalam Schouwenburg, dkk, 2004). Knaus (1986), memperkirakan bahwa 90% mahasiswa melakukan prokrastinasi, ada 25% yang menunda secara parah atau kronis dan diantara mereka biasanya putus kuliah atau drop-out dari masa studinya. Prokrastinasi juga sudah menyebar di kalangan umum, yang secara kronis terjadi pada 15-20% orang dewasa (Harriot & Ferrari dalam Schouwenbwrg, dkk, 2004). Prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa banyak terjadi di perguruan tinggi (Solomon & Rothblum dalam Holmes, 2000). Beberapa penelitian yang mendukung hal tersebut adalah penelitian Ellis dan Knaus (dalam Holmes, 2000) yang melaporkan 70% mahasiswa Amerika melakukan prokrastinasi. Solomon dan Rothblum

16 juga meneliti hal yang sama terhadap 291 mahasiswa Amerika dengan mendapatkan hasil yang lebih spesifik yaitu lebih dari 40% partisipan selalu melakukan prokrastinasi dalam tugas menulis (dalam Young & Fritzsche, 2002). Beberapa ahli juga menemukan bahwa di tingkat perguruan tinggi terjadi prokrastinasi dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan dan prokrastinasi itu menjadi gaya hidup hampir pada mayoritas mahasiswa (Rothblum, Solomon & Mukarani, dalam Civington, 1992). Persentase mahasiswa yang menunda-nunda dan tertahan di perkuliahan dengan alasan-alasan akademis cukup tinggi. Jumlah tersebut semakin meningkat seiring dengan semakin lama seorang mahasiswa berada di perguruan tinggi. Setiap tahun jumlah mahasiswa yang melakukan prokrastinasi dalam satu angkatan terus meningkat seiring dengan bertambah lamanya masa studi. Secara teoritis, bertambah lamanya masa studi merupakan salah satu indikasi dari prokrastinasi dalam dunia akademik (Solomon dan Rothblum, 1984). Hasil penelitian yang dilakukan Lidya Catrunada (2008) juga membuktikan secara empirik bahwa subjek dengan jenis kelamin perempuan memiliki kecenderungan prokrastinasi yang lebih tinggi dibandingkan subjek dengan jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan angkatan diperoleh hasil bahwa subjek angkatan 2001 cenderung lebih tinggi melakukan prokrastinasi akademik. Hal ini juga terjadi pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU). Berdasarkan penelitian prokrastinasi akademis yang dilakukan oleh Sari, dkk (2008) kepada 66 mahasiswa Fakultas Psikologi USU menunjukkan sebesar 48.5% atau sebanyak 32 mahasiswa melakukan prokrastinasi dalam tugas mengarang, 78.8% atau sebanyak 52 mahasiswa melakukan prokrastinasi dalam belajar untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian, 65.2% atau sebanyak 43 mahasiswa melakukan

17 prokrastinasi dalam tugas membaca, 51.5% atau 34 mahasiswa melakukan prokrastinasi dalam menghadiri pertemuan/diskusi, 40.9% atau sebanyak 27 mahasiswa melakukan prokrastinasi dalam tugas administratif dan sebanyak 63.6% atau 42 mahasiswa melakukan prokrastinasi secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara berikut ini: aku memang suka juga nunda ngerjain tugas. kalo udah mau dikumpul aja baru dikerjain (Komunikasi Personal, 2 Mei 2009). batas pengumpulan tugas kadang kan lama, jadi aku main dulu, setelah itu baru ngerjain tugas. itupun kalo udah mau dikumpul aja (Komunikasi Personal, 2 Mei 2009). Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya prokrastinasi akademik pada mahasiswa yaitu keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan organisasi (Biordy, dalam Larson 1991). Ditengah-tengah kewajiban utama yang ada, terdapat mahasiswa yang melakukan hal di luar legitimasi tersebut yaitu, dengan ikut serta dalam aktivitas organisasi. Orientasi organisasi kemudian menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam aktivitas perkuliahan karena mahasiswa tidak hanya fokus pada kewajiban kuliah tapi juga aktivitas organisasi yang menjadi fokus perhatian yang tidak kalah pentingnya (Sentosa, 2008). Organisasi kemahasiswaan termasuk salah satu faktor yang menyebabkan mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik. Menurut As ari (2007), ada dua bentuk organisasi kemahasiswaan yaitu organisasi intra kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi intra kampus yaitu organisasi yang berada di dalam kampus, yang ruang lingkup kegiatan dan anggotanya hanya terbatas pada mahasiswa yang ada di kampus tersebut atau sewaktu-waktu melibatkan peserta dari luar. Organisasi intra ini terbagi dalam dua bagian, yaitu pertama, berdasarkan ruang lingkupnya yang terdiri dari

18 organisasi tingkat jurusan (ruang lingkupnya satu jurusan), organisasi tingkat fakultas (ruang lingkupnya satu fakultas) dan organisasi tingkat universitas (ruang lingkupnya tingkat universitas). Kedua, organisasi berdasarkan minat dan bakat atau lebih dikenal dengan nama Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan ruang lingkupnya ada yang setingkat fakultas dan yang lebih banyak setingkat universitas. Organisasi ekstra kampus merupakan organisasi yang berada di luar kampus, di mana ruang lingkup dan anggotanya adalah mahasiswa seperguruan tinggi atau lintas perguruan tinggi. Universitas Sumatera Utara juga memiliki dua bentuk organisasi kemahasiswaan, yaitu organisasi intra kampus dan organisasi ekstra kampus. Pada penelitian ini, peneliti fokus pada organisasi intra kampus berdasarkan ruang lingkup satu fakultas atau disebut juga organisasi tingkat fakultas. Organisasi tingkat fakultas di Universitas Sumatera Utara disebut dengan PEMA Fakultas. PEMA Fakultas salah satu organisasi kemahasiswaan yang memiliki banyak program kerja, sehingga anggotanya yang terdiri dari beberapa divisi memiliki kegiatan organisasi yang padat sesuai dengan program kerjanya. Fenomena yang terjadi pada anggota PEMA, khususnya PEMA Fakultas, akibat banyaknya kegiatan organisasi kemahasiswaan menyebabkan mereka menunda dalam mengerjakan tugas-tugas akademik, bahkan sampai menunda dalam menyelesaikan studinya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara berikut ini: masuk organisasi merupakan pilihan dengan segala konsekuensi juga gak terlepas dari konsekuensi kuliah. Memang masuk organisasi sangat menyita waktu dan pikiran. Kuliah jadi asal-asalan. Aku aja jadi nunda skripsi ku karena sibuk kegiatan organisasi (Komunikasi Personal, tanggal 11 Mei 2009). terkadang jadwal kuliah yang padat sering berbenturan dengan kegiatan organisasi yang tinggi. Ini yang buat fokus akademik jadi terganggu (Komunikasi Personal, tanggal 11 Mei 2009).

19 Bagi seorang mahasiswa yang berkeinginan untuk berorganisasi sekaligus studinya tidak terganggu, ada anggapan masyarakat bahwa studi akan terganggu karena mementingkan organisasi dan berakhir dengan drop out atau lulus tidak pada waktunya (Forum Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Heru Basuki M.PSI (2007) menunjukan bahwa pada mahasiswa yang aktif di organisasi kampus cenderung mengalami konflik antar peran (inter-role conflict). Pada mahasiswa yang tidak bisa mengatasi konflik peran yang dialaminya, ada kecenderungan untuk kurang bisa menjalankan perannya diperkuliahan sehingga akan mempengaruhi nilai akademik dan konsentrasi kuliahnya, sedangkan pada mahasiswa yang mampu untuk mengatasi konflik peran yang dialaminya, cenderung bisa menjalankan kedua perannya dengan baik. Meskipun terkadang konsentersi kuliahnya juga terganggu, namun tidak terjadi dalam jangka waktu yang lama. Selain itu pada sebagian mahasiswa yang aktif di organisasi kampus cenderung lebih mengutamakan organisasi dari pada kuliah, karena mereka lebih menyukai peran mereka di organisasi. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa mereka yang kuliah, dan aktif di organisasi, malah bisa mengatur waktunya dengan baik. Setiap waktunya bermanfaat dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Bila dibandingkan dengan orang yang tidak terjun dalam sebuah organisasi waktunya hanya untuk kuliah. Masalah studi yang sering ditakutkan oleh mahasiswa yang ingin terjun kedalam organisasi lebih disebabkan karena ketidakmampuan dalam mengatur waktu (Forum Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia, 2007).

20 Ada juga pandangan masyarakat bahwa masuk dalam organisasi bukanlah jadi faktor penghambat utama dalam studi seseorang karena seorang mahasiswa atau mahasiswi yang kuliah saja, tidak bisa dijamin segera bisa merampungkan studinya. Bukan karena tidak pandai, malas dan suka keluyuran, tapi banyak juga mahasiswa yang akhirnya lambat menyelesaikan masa studinya. Namun tidak sedikit mahasiswa yang berkecimpung dalam organisasi malah bisa cepat lulus karena mahasiswa bisa membagi waktu dan tidak membiarkan waktu yang dilalui terbuang percuma tanpa diisi dengan kegiatan yang berarti dan banyak pula diantara mereka justru semakin bersemangat dan tekun dalam belajar (Forum Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia, 2007). Ada juga penelitian yang mengatakan bahwa mahasiswa yang menjadi ikut dalam sebuah organisasi kemahasiswaan menunjukkan prestasi yang imbang, artinya aktivitas mereka di organisasi tidak menjadikannya halangan untuk tetap fokus pada kewajiban kuliah mereka. Ini memberikan dampak pada mereka untuk membuat menajemen waktu yang baik dalam mengatur aktivitas perkuliahan di satu sisi dan organisasi di sisi lainnya. Oleh karena itu, mereka tidak menunda-nunda waktu yang ada dan berusaha untuk menyelesaikan tugas tepat waktu sehingga semua aktivitas yang ia lakukan tidak terbelengkalai (Sentosa, 2008). Seorang mahasiswa akan memperoleh nilai tambah, jika ia tidak hanya sibuk dengan nilai akademis tetapi juga aktif berorganisasi karena dengan berorganisasi seseorang akan terbiasa bekerjasama dengan orang lain (work as a team), memiliki jiwa kepemimpinan (work as a leader), terbiasa bekerja dengan manajemen (work with management). Kemampuan tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia yang

21 sebenarnya. Terkadang seorang mahasiswa aktivis organisasi menemui kendala dalam membagi waktu antara kuliah dan organisasi (Firdaus, 2008). Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, ditemukan bahwa ada sebagian mahasiswa yang tidak ingin ikut dalam kegiatan organisasi. Berbagai alasan yang mendasari seorang mahasiswa tidak ingin ikut dalam organisasi termasuk organisasi kemahasiswaan di tingkat fakultas, salah satu alasan yaitu karena takut nilai atau prestasi akademik mereka akan turun dan mereka juga berpendapat bahwa kegiatan organisasi yang banyak akan membuat mahasiswa menunda dalam mengerjakan tugas akademik dan lebih mendahulukan kegiatan organisasi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara berikut ini: Saya malas ikut organisasi karena organisasi menghabiskan waktu dan takut kuliah jadi terganggu (Komunikasi Personal, tanggal 26 Mei 2009). Kalau saya sih karena sibuk kuliah dan takut kuliah terganggu jadi gak pengen masuk organisasi. Jadi sekarang cuma fokus kuliah aja (Komunikasi Personal, tanggal 26 Mei 2009). Sesuai dengan komunikasi personal diatas, beberapa mahasiswa berpendapat bahwa mahasiswa yang tidak berorganisasi akan lebih mampu untuk menyelesaikan kuliah dan mengerjakannya dengan lebih baik dan lebih tepat waktu karena mereka bisa lebih fokus pada akademik. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan prokrastinasi akademis antara mahasiswa yang aktif dan tidak aktif dalam organisasi kemahasiswaan PEMA Fakultas di Universitas Sumatera Utara (USU).

22 B. Identifikasi Permasalahan Penelitian ini untuk melihat perbedaan prokrastinasi akademik antara mahasiswa yang aktif organisasi dengan yang tidak aktif dalam organisasi PEMA Fakultas dan untuk melihat apakah mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan PEMA Fakultas lebih prokrastinator daripada mahasiswa yang tidak ikut organisasi. C. Tujuan Penelitian Penelitan ini secara khusus bertujuan untuk menguji apakah ada perbedaan prokrastinasi akademik antara mahasiswa yang aktif dan tidak aktif dalam organisasi kemahasiswaan PEMA Fakultas di Universitas Sumatera Utara. Bagi mahasiswa dapat memberi informasi tentang prokrastinasi yang diakibatkan keikutsertaan dalam organisasi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi pendidikan khususnya tentang prokrastinasi akademik yang berkaitan dengan keaktifan dalam organisasi. 2. Manfaat praktis Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak universitas ataupun fakultas, sehingga pihak universitas dan fakultas dapat memberikan pembinaan pada mahasiswa, khususnya dalam mengatasi perilaku

23 prokrastinasi. Bagi mahasiswa dapat memberikan umpan balik tentang prokrastinasi akademik yang terjadi pada masing-masing mahasiswa USU. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan teori Terdiri dari pengertian prokrastinasi akademik, jenis-jenis tugas pada prokrastinasi akademik, ciri-ciri prokrastinasi akademik, faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik, pengertian mahasiswa, pengertian organisasi kemahasiswaan, bentuk organisasi kemahasiswaan, organisasi kemahasiswaan di USU, yang terdiri dari bentuk organisasi kemahasiswaan di USU, tujuan organisasi kemahasiswaan di USU, sifat organisasi kemahasiswaan di USU, pemerintahan mahasiswa, keaktifan dalam organisasi kemahasiswaan serta hubungan antara prokrastinasi akademik dengan keaktifan dalam organisasi kemahasiswaan. BAB III : Metode penelitian Terdiri dari identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi, sampel, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, validitas dan reliabilias dan metode analisa data

24 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian 1.Pengertian prokrastinasi akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok atau jika digabungkan menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya (Gufron, 2003). Pada akhirnya, penundaan atau penghindaran tugas yang kemudian disebut prokrastinasi tidak selalu diartikan sama dalam perspektif budaya dan bahasa manusia. Misalnya, pada bangsa Mesir kuno mengartikan prokrastinasi dengan dua arti, yaitu menunjukkan suatu kebiasaan yang berguna untuk menghindari kerja yang penting dan usaha yang implusif, juga menunjukkan suatu arti kebiasaan yang berbahaya akibat kemalasan dalam menyelesaikan suatu tugas yang penting untuk nafkah hidup, seperti mengerjakan ladang ketika waktu menanam sudah tiba. Jadi, pada abad lalu prokrastinasi bermakna positif bila penunda sebagai upaya konstruktif untuk menghindari keputusan implusif dan tanpa pemikiran yang matang, dan bermakna negatif bila dilakukan karena malas atau tanpa tujuan yang pasti (Gufron, 2003). Kebiasaan menunda tugas sudah menjadi gaya hidup pada mayoritas mahasiswa. Dewey (dalam Knaus, 2004) mengatakan bahwa individu yang melakukan penundaan

25 biasanya setelah menetapkan suatu tujuan, individu akan secara pasif menunggu pencapaian tujuan dan tidak berusaha hingga tercapainya tujuan tersebut. Pada kalangan ilmuwan istilah prokrastinasi untuk menunjukkan pada suatu kecenderungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan, pertama kali digunakan oleh Brown dan Holzman (dalam Gufron, 2003). Seseorang yang mempunyai kecenderungan untuk menunda, atau tidak segera memulai suatu pekerjaan, menghadapi pekerjaan atau tugas disebut sebagai seseorang yang melakukan prokrastinasi. Tidak peduli apakah penundaan tersebut mempunyai alasan atau tidak. Setiap penundaan dalam menghadapi suatu tugas disebut prokrastinasi. Milgram, Mey tal dan Levison (dalam Charlebois, 2007) mengungkapkan prokrastinasi akademis adalah salah satu tipe prokrastinasi dari lima tipe prokrastinasi yang ada, empat prokrastinasi lainnya adalah prokrastinasi umum atau prokrastinasi rutinitas kehidupan, prokrastinasi dalam membuat keputusan, prokrastinasi neurotis dan prokrastinasi kompulsif atau disfungsional. Karakteristik prokrastinasi akademis yang membuat prokrastinasi ini berbeda dari prokrastinasi lainnya adalah prokrastinasi ini khusus terjadi pada konteks tugas-tugas akademis. Gufron (2003) menyebutkan bahwa prokrastinasi dikatakan sebagai salah satu perilaku yang tidak efisien dalam penggunaan waktu dan adanya kecenderungan untuk tidak segera memulai pekerjaan ketika menghadapi suatu tugas. Noran (dalam Akinsola, Tella & Tella, 2007) mendefinisikan prokrastinasi akademis sebagai bentuk penghindaran dalam mengerjakan tugas yang seharusnya diselesaikan oleh individu. Individu yang melakukan prokrastinasi lebih memilih

26 menghabiskan waktu dengan teman atau pekerjaan lain yang sebenarnya tidak begitu penting daripada mengerjakan tugas yang harus diselesaikan dengan cepat. Menurut Silver (dalam Gufron, 2003) seseorang yang melakukan prokrastinasi tidak bermaksud untuk menghindari atau tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapi. Akan tetapi, mereka hanya menunda-nunda untuk mengerjakannya, sehingga menyita waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Penundaan tersebut menyebabkan seseorang gagal menyelesaikan tugas tepat waktu. Ellis dan Knaus (dalam Gufron, 2003) mengatakan bahwa prokrastinasi adalah kebiasaan penundaan yang tidak bertujuan dan proses penghindaran tugas, yang seharusnya hal itu tidak perlu dilakukan seseorang karena adanya ketakutan untuk gagal, serta adanya pandangan bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan benar, dan penundaan yang telah menjadi respon tetap atau kebiasaan dapat dipandang sebagai suatu trait prokrastinasi. Burka dan Yuen (dalam Solomon & Rothblum, 1984) menegaskan kembali dengan menyebutkan adanya aspek irrasional yang dimiliki oleh seorang prokrastinator. Seorang prokratinator memiliki pandangan bahwa suatu tugas harus diselesaikan dengan sempurna, sehingga dia merasa lebih aman untuk tidak melakukannya dengan segera, karena itu akan menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal, dengan kata lain penundaan yang dikategorikan sebagai prokrastinasi adalah apabila penundaan tersebut sudah merupakan kebiasaan atau pola yang menetap yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi suatu tugas, dan penundaan tersebut disebabkan oleh adanya keyakinankeyakinan yang irrasional dalam memandang tugas.

27 Prokrastinator sebenarnya sadar bahwa dirinya menghadapi tugas-tugas yang penting dan bermanfaat bagi dirinya, akan tetapi dengan sengaja menunda-nunda secara berulang-ulang, sehingga muncul perasaan tidak nyaman, cemas, dan merasa bersalah dalam dirinya. Suatu penundaan dikatakan sebagai prokrastinasi, apabila penundaan itu dilakukan pada tugas yang penting, dilakukan berulang-ulang secara sengaja dan menimbulkan perasaan tidak nyaman, secara subyektif dirasakan oleh seseorang prokrastinator (Solomon dan Rothblum, 1984), sedangkan Millgram (dalam Gufron, 2003) mengatakan bahwa prokrastinasi adalah suatu perilaku spesifik, yang meliputi : (1) suatu perilaku yang melibatkan unsur penundaan, baik untuk memulai maupun menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas, (2) menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih jauh, misalnya keterlambatan menyelesaikan tugas maupun kegagalan dalam mengerjakan tugas, (3) melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku prokrastinasi sebagai suatu tugas yang penting untuk dikerjakan, misalnya tugas kantor, tugas sekolah, maupun tugas rumah tangga, (4) menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan, misalnya perasaan cemas, perasaan bersalah, marah, panik, dan sebagainya. Ferrari dkk, (dalam Gufron, 2003) menyimpulkan bahwa pengertian prokrastinasi dapat dipandang dari berbagai batasan tertentu, yaitu: (1) prokrastinasi hanya sebagai perilaku penundaan, yaitu bahwa setiap perbuatan untuk menunda dalam mengerjakan suatu tugas disebut sebagai prokrastinasi, tanpa mempermasalahkan tujuan serta alasan penundaan yang dilakukan, (2) prokrastinasi sebagai suatu kebiasaan atau pola perilaku yang dimiliki individu, yang mengarah kepada trait, penundaan yang dilakukan sudah

28 merupakan respon tetap yang selalu dilakukan seseorang dalam menghadapi tugas, biasanya disertai oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional, (3) prokrastinasi sebagai suatu trait kepribadian, dalam pengertian ini prokrastinasi tidak hanya sebuah perilaku penundaan saja, akan tetapi prokrastinasi merupakan suatu trait yang melibatkan komponen-komponen perilaku maupun struktur mental lain yang saling terkait yang dapat diketahui secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan beberapa pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademis adalah perilaku penundaan yang khusus terjadi di dalam konteks tugas-tugas akademis dimana pelakunya melakukan penundaan, baik untuk memulai maupun menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas, menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih jauh, melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku prokrastinasi sebagai suatu tugas yang penting untuk dikerjakan, dan menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan. 2. Jenis-jenis tugas pada prokrastinasi akademik Prokrastinasi dapat dilakukan pada beberapa jenis pekerjaan. Peterson (dalam Gufron, 2003) mengatakan bahwa seseorang dapat melakukan prokrastinasi hanya pada hal-hal tertentu saja atau pada semua hal, sedangkan jenis-jenis tugas yang sering ditunda oleh prokratinator, yaitu pada tugas pembuatan keputusan, tugas-tugas rumah tangga, aktivitas akademik, pekerjaan kantor dan lainnya. Prokrastinasi akademik dan non-akademik sering menjadi istilah yang digunakan oleh para ahli untuk membagi jenis-jenis tugas di atas. Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas

29 akdemik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus. Prokrastinasi non-akademik adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non-formal atau tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya tugas rumah tangga, tugas sosial, tugas kantor dan lain sebagainya (Ferrari, dkk., 1995 dalam Gufron, 2003). Menurut Green, 1982 (dalam Gufron, 2003) jenis tugas yang menjadi obyek prokrastinasi akademik adalah tugas yang berhubungan dengan kinerja akademik. Perilaku-perilaku yang mencirikan penundaan dalam tugas akademik dipilah dari perilaku lainnya dan dikelompokkan menjadi unsur prokrastinasi akademik. Adapun Solomon dan Rothblum (1984) menyebutkan enam area akademik untuk melihat jenis-jenis tugas yang sering diprokrastinasi oleh pelajar, yaitu : tugas mengarang, belajar menghadapi ujian, membaca, kinerja administratif, menghadiri pertemuan, dan kinerja akademik secara keseluruhan. Tugas mengarang meliputi penundaan melaksanakan kewajiban atau tugas-tugas menulis, misalnya menulis makalah, laporan, atau tugas mengarang lainnya. Tugas belajar menghadapi ujian mencakuup penundaan belajar untuk menghadapi ujian misalnya ujian tengah semester, akhir semester, atau ulangan mingguan. Tugas membaca meliputi adanya penundaan untuk membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan tugas akademik yang diwajibkan. Kinerja tugas administratif, seperti menyalin catatan, mendaftarkan diri dalam presensi kehadiran, daftar peserta praktikum dan sebagainya. Menghadiri pertemuan, yaitu penundaan maupun keterlambatan dalam menghadiri pelajaran, praktikum dan pertemuan- pertemuan lainnya serta penundaan dalam kinerja akademik secara keseluruhan yaitu menunda mengerjakan atau menyelesaikan tugastugas akademik secara keseluruhan.

30 3. Ciri-ciri prokrastinasi akademik Ferrari, Johnson dan McCown (dalam Gufron, 2003) mengatakan bahwa prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-ciri tertentu berupa: a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi. Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda untuk mulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya. b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas. Seorang prokratinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Terkadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti, lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik. c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh

31 orang lain maupun rencana-rencana yang telah ia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah seseorang tersebut tentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba orang tersebut tidak juga melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan, sehingga menyebabkan keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai. d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri prokrastinasi akademik adalah penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.

32 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik Biordy (dalam Larson, 1991) mengemukakan, faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik yang dapat dikategorikan menjadi tiga macam yaitu: a. Karakteristik tugas yang dipersepsikan mahasiwa sebagai tugas yang menyenangkan atau membosankan mempengaruhi mahasiswa untuk menunda penyelesaian tugas. Karakteristik tugas yang membosankan pada umumnya membuat mahasiswa melakukan penundaan terhadap suatu tugas. b. Faktor kepribadian prokrastinator. Individu yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan lebih cenderung melakukan prokrastinasi. c. Faktor situasional, gangguan atau distraksi lingkungan mempengaruhi seseorang untuk menunda pekerjaan. 5. Karakteristik prokrastinasi Menurut Young (2004), karakteristik orang yang melakukan perilaku menunda yaitu: a. Kurang dapat mengatur waktu b. Percaya diri yang rendah c. Menggap diri terlalu sibuk jika harus mengerjakan tugas d. Keras kepala, dalam arti mengganggap orang lain tidak dapat memaksanya mengerjakan pekerjaan e. Memanipulasi tingkah laku orang lain dan menggangap pekerjaan tidak dapat dilakukan tanpanya

33 f. Menjadikan penundaan sebagai coping untuk menghindari tekanan g. Merasa dirinya sebagai korban yang tidak memahami mengapa tidak dapat mengerjakan sesuatu yang dapat dikerjakan orang lain. Selain itu, karakteristik individu yang melakukan perilaku menunda (Sapadin & Maquire dalam Sirois, 2004) adalah: a. Perfeksionisme, yaitu mengerjakan sesuatu yang dirasa kurang sempurna. b. Pemimpi, yaitu banyak mempunyai ide besar tapi tidak dilakukan. c. Pencemas, yaitu tidak berpikir tugas dapat berjalan dengan baik tetapi tidak takut apa yang dilakukan lebih jelek atau gagal. d. Penentang, yaitu tidak mau diperintah atau dinasehati orang lain. e. Pembuat masalah. f. Terlalu banyak tugas. 6. Akibat prokrastinasi Perilaku menunda dapat mempengaruhi keberhasilan akademik dan pribadi individu (Kanus, 1992). Sirois (2004) mengemukakan konsekuensi negatif yang timbul dari perilaku menunda, yaitu: a. Performa akademik yang rendah b. Stres yang tinggi c. Menyebabkan penyakit d. Kecemasan yang tinggi Bruno (1998) menyatakan bahwa perilaku menunda mempengaruhi mutu kehidupan seseorang dan merendahkan segala yang ada dalam diri individu. Djamarah (2002)

34 menemukan bahwa banyak mahasiswa yang gelisah akibat menunda-nunda penyelesaian tugas seperti tidur kurang nenyak, duduk tidak tenang, berjalan terburu-buru, istirahat tidak dapat dinikmati. Menurut Knaus (1992), prokrastinasi dapat mempengaruhi keberhasilan akademik dan pribadi mahasiswa. Apabila kebiasaan menunda ini muncul terus-menerus pada mahasiswa, tentu akan memberikan dampak negatif dalam kehidupan akademik (Rothblum, Solomon, & Mukarami, 1986). Menurunnya prestasi merupakan prokrastinasi yang dapat mempengaruhi prestasi dan menyebabkan Indeks Prestasi (IP) yang rendah (Orpen dalam Tuckman, 1999). B.Organisasi Kemahasiswaan 1. Pengertian mahasiswa Mahasiswa adalah orang yang belajar diperguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftara sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008). Masa mahasiswa meliputi rentang umur 18/19 tahun sampai 24/25 tahun. Rentang umur mahasiswa ini masah dapat dibagi atas periode 18/19 tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa dari semester 1 sampai dengan semeter IV, dan periode 21/22 tahun sampai 24/25 tahun, yaitu mahasiswa semester V sampai dengan semester VIII (Winkel, 1997). 2. Pengertian organisasi kemahasiswaan Menurut Schein (dalam Muhammad, 2000)., organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.

35 Berdasarkan Kepmen Dikbud nomor:155/u/1998 (dalam Widayanti, 2005) organisasi kemahasiswaan merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam proses pendidikan di perguruan tinggi. Keberadaan organisasi mahasiswa merupakan wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan, peningkatan kecendekiawan, integritas kepribadian, menanamkan sikap ilmiah, dan pemahaman tentang arah profesi dan sekaligus meningkatkan kerjasama serta menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan. 3. Bentuk organisasi kemahasiswaan Pada saat ini, dikenal dua macam organisasi mahasiswa ( As ari, 2007) yaitu organisasi intra kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi intra kampus yaitu organisasi yang berada di dalam kampus, yang ruang lingkup kegiatan dan anggotanya hanya terbatas pada mahasiswa yang ada di kampus tersebut atau sewaktu-waktu melibatkan peserta dari luar. Organisasi intra ini terbagi dalam dua bagian, yaitu pertama, berdasarkan ruang lingkupnya yang terdiri dari organisasi tingkat jurusan (ruang lingkupnya satu jurusan), organisasi tingkat fakultas (ruang lingkupnya satu fakultas) dan organisasi tingkat universitas (ruang lingkupnya tingkat universitas). Kedua, organisasi berdasarkan minat dan bakat atau lebih dikenal dengan nama Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan ruang lingkupnya ada yang setingkat fakultas dan yang lebih banyak setingkat universitas. Organisasi ekstra kampus merupakan organisasi yang berada di luar kampus, di mana ruang lingkup dan anggotanya adalah mahasiswa seperguruan tinggi atau lintas perguruan tinggi.

36 Pada dasarnya organisasi kemahasiswaan (dalam Widayanti, 2005) adalah wahana berlatih mahasiswa sepenuhnya diselenggarakan oleh, untuk, dan dari mahasiswa. Oleh karena itu, keberadaan, bentuk, dan tempat kedudukan sepenuhnya tergantung dari prakarsa dan kemauan mahasiswa. Walaupun demikian organisasi kemahasiswaan di dalam kampus beserta aktivitasnya harus semata-mata ditujukan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan mahasiswa sejalan dengan misi perguruan tinggi yang bersangkutan. 4. Organisasi kemahasiswaan di universitas sumatera utara (USU) Organisasi kemahasiswaan di Universitas Sumatera Utara adalah sebagai media bagi mahasiswa dalam menumbuhkembangkan visi keintelektualan, sikap ilmiah dan komitmen yang progresif dalam menyuarakan kebenaran dan keadilan sehingga terbentuk insan akademis yang memiliki kemandirian, kepemimpinan dan kepedulian terhadap lingkungan (Sumber: Tata Laksana Organisasi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara). a. Bentuk organisasi kemahasiswaan di universitas sumatera utara (USU) Ada beberapa bentuk organisasi kemahasiswaan di Universitas Sumatera Utara yaitu: 1. Organisasi kemahasiswaan di tingkat Universitas yang merupakan perwakilan tertinggi mahasiswa USU sebagai lembaga legislatif disebut sebagai Majelis Mahasiswa yang selanjutnya disingkat dengan nama MM USU.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI ADE RIZA RAHMA RAMBE

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI ADE RIZA RAHMA RAMBE HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi prasyaratan Ujian sarjana Psikologi Oleh ADE RIZA RAHMA RAMBE 051301136

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Secara bahasa, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendukung maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditentukan namun kualitas dari tugas masing-masing mahasiswa cenderung

BAB 1 PENDAHULUAN. ditentukan namun kualitas dari tugas masing-masing mahasiswa cenderung 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa merupakan seorang peserta didik yang memiliki status tinggi di hadapan masyarakat, mereka sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi untuk belajar ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

EMA SAFITRI

EMA SAFITRI 1 GAMBARAN KECEMASAN AKADEMIK SISWA DI SMA NEGERI UNGGUL ACEH TIMUR S k r i p s i Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh: EMA SAFITRI 051301056 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Semakin tinggi penguasaan seseorang terhadap suatu bidang, semakin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Inggris yaitu procrastination yang berarti

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Inggris yaitu procrastination yang berarti BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Inggris yaitu procrastination yang berarti menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya. Prokrastinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa sangat diharapkan dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap kemajuan bangsa, juga

Lebih terperinci

SKRIPSI SITI ANNISA RIZKI

SKRIPSI SITI ANNISA RIZKI HUBUNGAN PROKRASTINASI AKADEMIS DAN KECURANGAN AKADEMIS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh SITI ANNISA

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI IKLIM SEKOLAH TERHADAP STUDENT ENGAGEMENT PADA SISWA SMA SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI MUHAMMAD ANGGY FAJAR PURBA

PENGARUH PERSEPSI IKLIM SEKOLAH TERHADAP STUDENT ENGAGEMENT PADA SISWA SMA SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI MUHAMMAD ANGGY FAJAR PURBA PENGARUH PERSEPSI IKLIM SEKOLAH TERHADAP STUDENT ENGAGEMENT PADA SISWA SMA SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: MUHAMMAD ANGGY FAJAR PURBA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian prokrastinasi Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

GAMBARAN E-READINESS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI TRISA NOVIA

GAMBARAN E-READINESS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI TRISA NOVIA GAMBARAN E-READINESS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh TRISA NOVIA 071301048 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi dan memiliki fakultas-fakultas, dalam fakultas tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi dan memiliki fakultas-fakultas, dalam fakultas tersebut BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Universitas adalah bentuk lembaga pendidikan lanjutan yang dinamakan perguruan tinggi dan memiliki fakultas-fakultas, dalam fakultas tersebut mempunyai jurusan-jurusan

Lebih terperinci

GAMBARAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BERMUATAN MULTIKULTURAL (STUDI PADA SISWA SMA YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN)

GAMBARAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BERMUATAN MULTIKULTURAL (STUDI PADA SISWA SMA YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN) GAMBARAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BERMUATAN MULTIKULTURAL (STUDI PADA SISWA SMA YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa dalam Peraturan Pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah: Peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa akhir program S1 harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa merupakan bagian dari civitas akademika yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa merupakan bagian dari civitas akademika yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan bagian dari civitas akademika yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Mahasiswa yang berada pada jenjang pendidikan di perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan keaslian penelitian 1.1 Latar Belakang Memasuki era perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam suatu pendidikan formal, seperti SMA/SMK terdapat dua kegiatan yang tidak dapat terpisahkan yaitu belajar dan pembelajaran. Kedua kegiatan tersebut melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga mahasiswa dapat memilih perguruan tinggi yang hendak mereka masuki. Dalam memilih perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan dan merupakan kunci utama untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat memotivasi terciptanya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Nadya Putri Delwis FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GENAP, 2013/2014

SKRIPSI. Nadya Putri Delwis FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GENAP, 2013/2014 PERBEDAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA SINGLE SEX SCHOOLS DAN COEDUCATIONAL SCHOOLS DI KOTA PADANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: Nadya Putri Delwis 101301024 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan mendapatkan pelajaran dan pengalaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI IKLIM KELAS TERHADAP PENGGUNAAN STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING SISWA KELAS X DAN XI UNGGULANPADA SMA NEGERI 3 MEDAN SKRIPSI

PENGARUH PERSEPSI IKLIM KELAS TERHADAP PENGGUNAAN STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING SISWA KELAS X DAN XI UNGGULANPADA SMA NEGERI 3 MEDAN SKRIPSI PENGARUH PERSEPSI IKLIM KELAS TERHADAP PENGGUNAAN STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING SISWA KELAS X DAN XI UNGGULANPADA SMA NEGERI 3 MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan budaya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jejaring Sosial Facebook 2.1.1 Pengertian Jejaring Sosial Facebook Pengertian jejaring sosial menurut Wikipedia (2012) adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fenomena yang kerap terjadi di kalangan mahasiswa adalah prokrastinasi akademik. Menurut Lay (LaForge, 2005) prokrastinasi berarti menunda dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, pendidikan terbagi menjadi tiga jenis, yang pertama adalah pendidikan non formal (seperti kursus dan les), yang kedua adalah pendidikan informal

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: Prokrastinasi Akademik, Mahasiswa, Organisasi Kemahasiswaan

Abstrak. Kata Kunci: Prokrastinasi Akademik, Mahasiswa, Organisasi Kemahasiswaan PERBEDAAN TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK ANTARA MAHASISWA YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF DALAM ORGANISASI KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Sariyatul Ilyana, Indah Sri Utami, dan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PROKRASTINASI AKADEMIK BERDASARKAN KEAKTIFAN DALAM ORGANISASI KEMAHASISWAAN

PERBANDINGAN PROKRASTINASI AKADEMIK BERDASARKAN KEAKTIFAN DALAM ORGANISASI KEMAHASISWAAN PERBANDINGAN PROKRASTINASI AKADEMIK BERDASARKAN KEAKTIFAN DALAM ORGANISASI KEMAHASISWAAN Wan Shurna Alaihimi 1, Arneliwati 2, Misrawati 3 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau Email: wshurna@gmail.com

Lebih terperinci

PERBEDAAN SELF CONFIDENCE SISWA SMP YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF DALAM ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) DI SMPN 1 PERBAUNGAN SKRIPSI

PERBEDAAN SELF CONFIDENCE SISWA SMP YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF DALAM ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) DI SMPN 1 PERBAUNGAN SKRIPSI PERBEDAAN SELF CONFIDENCE SISWA SMP YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF DALAM ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) DI SMPN 1 PERBAUNGAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut manusia untuk bisa bertindak dan menghasilkan karya. Mahasiswa sebagai anggota dari suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan bisa berupa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni menciptakan persaingan yang cukup ketat dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja memiliki kecenderungan untuk tumbuh berkembang guna mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai masa remaja.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini. Bagian pertama menerangkan tentang prilaku prokrastinasi akademik, bagian kedua menerangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu aspek yang penting dalam kehidupan adalah kesuksesan atau kegagalan di bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara. Landasan teori ini

Lebih terperinci

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu cara yang digunakan agar sesorang mendapatkan berbagai macam ilmu. Pendidikan dapat diperoleh secara formal maupun informal. Pendidikan secara formal seperti

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi. Oleh SURI HANDAYANI DAMANIK

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi. Oleh SURI HANDAYANI DAMANIK HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG KETERAMPILAN GURU MENGAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS AKSELERASI UNTUK MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA SWASTA AL-AZHAR MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Prokrastinasi akademik merupakan masalah serius yang membawa konsekuensi bagi pelakunya (Gunawinata dkk., 2008: 257). Konsekuensi dari perilaku prokrastinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. Orang rela membayar mahal untuk dapat mengecap pendidikan di perguruan tinggi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar seorang siswa sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pembelajarannya. Sesuai dengan pendapat Roestiah (2001), belajar yang efisien dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG Rojil Gufron Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa terdiri dari dua kata yaitu maha yang berarti besar dan siswa yang berarti orang yang sedang melakukan pembelajaran, jadi mahasiswa merupakan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak terlepas dari dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada keseharian, ada berbagai peran yang dijalani oleh individu, salah satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali pekerjaan, tantangan,

Lebih terperinci

GAMBARAN COPING STRESS PADA WANITA MADYA DALAM MENGHADAPI PRAMENOPAUSE SKRIPSI HILMAYANI NASUTION

GAMBARAN COPING STRESS PADA WANITA MADYA DALAM MENGHADAPI PRAMENOPAUSE SKRIPSI HILMAYANI NASUTION GAMBARAN COPING STRESS PADA WANITA MADYA DALAM MENGHADAPI PRAMENOPAUSE SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: HILMAYANI NASUTION 041301009 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai subyek menuntut ilmu di perguruan tinggi tidakakan terlepas dari keaktivan belajar dan mengerjakan tugas. Salah satu kriteria yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat membantu dalam meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini pemerintah berupaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self Efficacy Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. 3. kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. 3. kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap manusia. Melalui pendidikan seseorang akan mendapatkan berbagai pengetahuan, keterampilan, kecakapan serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Procrastination 1. Pengertian Procrastination Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan awalan pro yang berarti mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan sedang menempuh proses pendidikan di Perguruan Tinggi. Pada umumnya mahasiswa berusia antara 18-24 tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa 2.1.1. Pengertian Prokrastinasi Para ahli mempunyai pandangan yang berbeda mengenai prokrastinasi. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai gambaran dari penelitian secara keseluruhan. Isi dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di Indonesia, SMP berlaku sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di Universitas X Bandung didirikan berdasarkan pertimbangan praktis, yakni melengkapi syarat untuk

Lebih terperinci

SIKAP TERHADAP JINAMEE TINGGI PADA MASYARAKAT ACEH

SIKAP TERHADAP JINAMEE TINGGI PADA MASYARAKAT ACEH SIKAP TERHADAP JINAMEE TINGGI PADA MASYARAKAT ACEH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi OLEH: CUT RAFYQA FADHILAH 101301005 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERAUTARA Genap,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN GURU DENGAN SIKAP GURU TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI GURU. SKRIPSI Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi.

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN GURU DENGAN SIKAP GURU TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI GURU. SKRIPSI Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi. HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN GURU DENGAN SIKAP GURU TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI GURU SKRIPSI Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh : SUCI RAHMA NIO 041301108 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan studi adalah pengelolaan waktu atau disiplin waktu. Mengelola waktu berarti mengarah pada

Lebih terperinci

PERBEDAAN KECEMASAN KOMUNIKASI ANTARA MAHASISWA YANG MENGIKUTI PENDEKATAN PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DENGAN TEACHER CENTERED LEARNING

PERBEDAAN KECEMASAN KOMUNIKASI ANTARA MAHASISWA YANG MENGIKUTI PENDEKATAN PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DENGAN TEACHER CENTERED LEARNING PERBEDAAN KECEMASAN KOMUNIKASI ANTARA MAHASISWA YANG MENGIKUTI PENDEKATAN PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DENGAN TEACHER CENTERED LEARNING SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR ANTARA WANITA MENIKAH DENGAN WANITA BELUM MENIKAH (SINGLE) SKRIPSI

PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR ANTARA WANITA MENIKAH DENGAN WANITA BELUM MENIKAH (SINGLE) SKRIPSI PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR ANTARA WANITA MENIKAH DENGAN WANITA BELUM MENIKAH (SINGLE) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh : SULASTRIE 071301003

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK 1. Pengertian prokrastinasi Prokrastinasi merupakan suatu fenomena yang seringkali terjadi saat ini terlebih dikalangan pelajar. Milgram (Ferrari, dkk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konseling konselor penddikan, dalam bidang industri HRD (Human Resources

BAB I PENDAHULUAN. konseling konselor penddikan, dalam bidang industri HRD (Human Resources BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan S1 psikologi merupakan bagian dari jenjang pendidikan tinggi tenaga kerja seperti dalam bidang pendidikan menjadi guru bimbingan dan konseling konselor penddikan,

Lebih terperinci

GAMBARAN SIKAP MAHASISWA UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA TERHADAP TUGAS DAN WEWENANG WILAYATUL HISBAH DI KOTA LANGSA SKRIPSI SRI WULANDARI

GAMBARAN SIKAP MAHASISWA UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA TERHADAP TUGAS DAN WEWENANG WILAYATUL HISBAH DI KOTA LANGSA SKRIPSI SRI WULANDARI GAMBARAN SIKAP MAHASISWA UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA TERHADAP TUGAS DAN WEWENANG WILAYATUL HISBAH DI KOTA LANGSA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: SRI WULANDARI 081301009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan merupakan aset bagi perusahaan, setiap perusahaan membutuhkan karyawan untuk dapat melangsungkan kegiatan dan mengembangkan kualitas produknya. Karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi sekarang ini, manusia dituntut untuk dapat menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting, namun sampai sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2005: 11). Unsur-unsur dalam dakwah adalah subjek (da i), objek (mad u), materi,

BAB I PENDAHULUAN. 2005: 11). Unsur-unsur dalam dakwah adalah subjek (da i), objek (mad u), materi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dakwah menurut Al-Bahy Al-Khauly adalah usaha mengubah situasi kepada yang lebih baik dan sempurna, baik dalam individu maupun masyarakat (Awaludin Pimay, 2005: 11).

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA KARYAWAN SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA KARYAWAN SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA KARYAWAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi OLEH FITRI DIAN ADLINA 101301091 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Prokrastinasi Akademik. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Prokrastinasi Akademik. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan BAB II LANDASAN TEORI A. Prokrastinasi Akademik 1. Definisi prokrastinasi akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi PENGARUH BULLYING DI TEMPAT KERJA TERHADAP BURNOUT PADA KARYAWAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: CITRA WAHYUNI 111301109 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN MEMBACA CEPAT TERHADAP PEMAHAMAN BACAAN

PENGARUH PELATIHAN MEMBACA CEPAT TERHADAP PEMAHAMAN BACAAN PENGARUH PELATIHAN MEMBACA CEPAT TERHADAP PEMAHAMAN BACAAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh YESSY LIANA PUTRI 051301035 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP 137 JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP 137 JAKARTA Hubungan Antara Prokrastinasi Akademik Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP 137 Jakarta HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP 137 JAKARTA Andini Megiantara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan subjek yang menuntut ilmu diperguruan tinggi memiliki tanggung jawab pada saat kuliah berlangsung dan menyelesaikan kuliahnya. Mahasiswa

Lebih terperinci

GAMBARAN SELF-EFFICACY PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA YANG BERASAL DARI PAPUA SKRIPSI. Rony Syahputra

GAMBARAN SELF-EFFICACY PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA YANG BERASAL DARI PAPUA SKRIPSI. Rony Syahputra GAMBARAN SELF-EFFICACY PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA YANG BERASAL DARI PAPUA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh : Rony Syahputra 111301048 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Masalah menyontek selalu terjadi dalam dunia pendidikan dan selalu terkait dengan tes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara. Maju tidaknya suatu negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang sering didengungkan oleh para pendidik. Hal ini menekankan pentingnya pendidikan bagi setiap

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP SIKAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN BERMUATAN MULTIKULTURAL DI SMK YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA (YPSIM)

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP SIKAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN BERMUATAN MULTIKULTURAL DI SMK YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA (YPSIM) PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP SIKAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN BERMUATAN MULTIKULTURAL DI SMK YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA (YPSIM) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode saat ini merupakan zaman modern, Negara Indonesia dituntut untuk mampu menjadi sebuah negara yang hebat dan mampu bersaing di era globalisasi dan diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan sosok intelektual yang dikenal dengan sikap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan sosok intelektual yang dikenal dengan sikap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa merupakan sosok intelektual yang dikenal dengan sikap idealisnya, dihormati dan dipercaya masyarakat sebagai agen perubahan yang mampu menentukan nasib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pengetahuan akademik bagi mahasiswanya. Mahasiswa tidak hanya dituntut secara akademik, tetapi

Lebih terperinci

PERBEDAAN IMPULSE BUYING PRODUK FASHION MUSLIMAH PADA ANGGOTA KOMUNITAS HIJABERS DAN NON-HIJABERS DI KOTA MEDAN SKRIPSI SUWINTA

PERBEDAAN IMPULSE BUYING PRODUK FASHION MUSLIMAH PADA ANGGOTA KOMUNITAS HIJABERS DAN NON-HIJABERS DI KOTA MEDAN SKRIPSI SUWINTA PERBEDAAN IMPULSE BUYING PRODUK FASHION MUSLIMAH PADA ANGGOTA KOMUNITAS HIJABERS DAN NON-HIJABERS DI KOTA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Skripsi Oleh SUWINTA 071301079

Lebih terperinci

PENGARUH EFIKASI DIRI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA YANG BEKERJA SKRIPSI

PENGARUH EFIKASI DIRI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA YANG BEKERJA SKRIPSI PENGARUH EFIKASI DIRI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA YANG BEKERJA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh SUSI TRISNAWATY 091301026

Lebih terperinci

HUBUNGAN ACADEMIC SELF CONCEPT DENGAN TASK COMMITMENT PADA SISWA SMA PROGRAM AKSELERASI DI MEDAN

HUBUNGAN ACADEMIC SELF CONCEPT DENGAN TASK COMMITMENT PADA SISWA SMA PROGRAM AKSELERASI DI MEDAN HUBUNGAN ACADEMIC SELF CONCEPT DENGAN TASK COMMITMENT PADA SISWA SMA PROGRAM AKSELERASI DI MEDAN SKRIPSI Ditujukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: CINTHYA MERDEKAWATY 101301111

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prokrastinasi merupakan salah satu masalah dalam lingkungan akademis dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen (dalam Dahlan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab. sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab. sumber daya manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian individu melalui proses atau kegiatan tertentu (pengajaran, bimbingan/latihan)

Lebih terperinci