BAB I PENDAHULUAN. perpajakan yang digunakan oleh pemerintah untuk membiayai. adalah tercapainya tujuan nasional seperti yang tercantum pada

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendapatan terbesar pada penerimaan negara adalah dari sektor perpajakan yang digunakan oleh pemerintah untuk membiayai pembangunan nasional. Bagi pemerintah Indonesia, tujuan pembangunan adalah tercapainya tujuan nasional seperti yang tercantum pada pembukaan Undang-undang Dasar 1945 (Chairil Anwar Pohan, 2013). Untuk menjalankan roda pemerintah dan pembangunan nasional maka pemerintah perlu memperhatikan dan menjaga penerimaan negara, yang salah satu penerimaan negara yang paling aman dan handal adalah dari sektor penerimaan pajak. Peranan pajak semakin besar dan signifikan dalam menyumbang penerimaan negara, hal ini dapat dilihat dari terus meningkatnya pendapatan pemerintah dari pajak dalam APBN, yang selanjutnya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pembangunan maupun untuk biaya rutin rumah tangga (Chairil Anwar Pohan, 2013). Berikut adalah data penerimaan negara Indonesia dalam APBN selama periode 5 (Lima) tahun terakhir. 1

2 Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Negara Dalam Milyaran Sumber : Badan Pusat Statistik Table 1.1 menyatakan bahwa sumber penerimaan keuangan negara dalam negeri selama lima tahun terakhir terbesar pada penerimaan perpajakan, khususnya pada Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Dominasi pajak sebagai penerimaan negara terbesar merupakan hal yang sangat wajar, hal ini dikarenakan penerimaan negara bukan pajak seperti sumber daya alam khususnya minyak bumi dan gas alam tidak bisa diandalkan dikarenakan penerimaan sumber daya alam dipengaruhi oleh perkembangan nilai tukar rupiah, harga minyak mentah, waktu yang relatif terbatas dan tingkat lifting minyak. Hal ini menunjukan bahwa penerimaan negara paling aman dan handal yang dimiliki bangsa Indonesia adalah dari perpajakan sehingga pemerintah Indonesia harus 2

3 selalu menjaganya karena digunakan untuk mensejahterakan rakyat Indonesia. Begitu besarnya peran pajak bagi penerimaan negara, sudah seharusnya pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang sangat khusus pada sistem perpajakan, dikarenakan tidak mudah untuk membuat Wajib Pajak untuk selalu taat membayar pajak dan mematuhi kewajiban perpajakannya. Salah satu cara yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah dengan mereformasi sistem perpajakan yang awalnya adalah official assesment system menjadi self assesment system. Self assessment system merupakan sebuah sistem reformasi perpajakan di Indonesia yang menggantikan peraturan-peraturan perpajakan yang dibuat oleh kolonial Belanda, sistem ini menggantikan official assessment system yang berlaku sebelumnya. Self assessment system adalah metode yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk menghitung dan memperhitungkan jumlah terutang pajak, membayar pajak, serta melaporkan pajak yang harus dibayar dengan penuh tanggung jawab dan kepercayaan penuh yang diberikan oleh pemerintah. Mardiasmo (2016), self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Pada kenyataannya tidak mudah untuk menerapkan sistem perpajakan yang telah direformasi pada tahun 1983, terlihat dari tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Indonesia salah satu negara yang hingga saat ini 3

4 masih memiliki masalah mengenai kepatuhan Wajib Pajak atau tax ratio Indonesia. Rendahnya tax ratio Indonesia menandakan bahwa untuk membayar pajak yang terutang Wajib Pajak masih memiliki tingkat pemahaman dan kemauan yang rendah. Isu mengenai rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak begitu sangat penting bagi bangsa Indonesia, dikarenakan dapat mengurangi penerimaan kas negara, karena hampir sebagian besar penerimaan negara bersumber dari perpajakan. Berikut adalah data mengenai pelaporan SPT Tahunan OP selama 5 tahun. Tabel 1.2 Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun Uraian Jumlah Wajib Pajak Terdaftar OP Jumlah Lapor Tahunan Manual OP Jumlah Lapor Tahunan e-filing OP Presentase Manual 46% 45% 27% 42% 27% Presentase e-filiing % 6% 20% Presentasi Kepatuhan 46% 45% 44% 48% 47% Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Kebon Jeruk Dua Tabel 1.2 menyatakan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Kebon Jeruk Dua tergolong masih rendah dimana presentase tersebut masih di bawah 50%. Pelaporan SPT Tahunan adalah berkisar 44% - 48% dari jumlah Wajib Pajak yang terdaftar. Presentase terendah kepatuhan pelaporan SPT Tahunan secara manual terjadi pada tahun 2014 dan tahun 2016 yaitu sebesar 27%. Dan 4

5 pada tahun 2012 mengalami kenaikan presentase yaitu 19%. Sedangkan kepatuhan pelaporan SPT Tahunan terendah menggunakan e-filing pada tahun 2015 terendah yaitu 6% walaupun pada tahun berikutnya mengalami kenaikan sekitar 14%. Dan apabila presentase keseluruhan kepatuhan pelaporan secara manual pada 5 (lima) tahun terakhir tingkat tertinggi yaitu sebesar 46% terjadi pada tahun 2012, sedangkan 5 (lima) tahun terakhir tingkat tertinggi pada kepatuhan pelaporan SPT Tahunan dengan menggunakan e-filing terjadi pada tahun 2016 yaitu 20%. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa presentase kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya masih tergolong rendah dan tentu ini tidak menguntungkan bagi pemerintah karena berdampak pada penerimaan kas negara yang digunakan untuk kepentingan bangsa dan negara yang digunakan untuk meningkatkan kesehjateraan rakyat indonesia yang dapat dirasakan secara bersama. Menurut James (2004), dalam penelitian Putu adtya Pranata dan Putu Ery Setiawan (2015) Pengertian kepatuhan pajak adalah Wajib Pajak bersedia melakukan kewajibannya tanpa paksaan dalam membayar pajak berdasarkan peraturan yang berlaku. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, salah satu faktor tingkat kepatuhan Wajib Pajak adalah dimulai dari IT sistem, perbaikan kualitas pegawai dan juga kepatuhan pembayar pajak. Itu sangat penting dalam rangka menaikkan tax ratio. ( 13/07/2017, 21:53). Dari beberapa penelitian mengenai kualitas pelayanan terjadi 5

6 ketidakkonsistenan. Salah satunya adalah dari Putu Aditya Pranata dan Putu Ery Setiawan (2015) yang menghasilkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak restoran di Dinas Pendapatan Kota Denpasar. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Eken Patmasari, dkk (2016) yang menghasilkan bahwa kualitas pelayanan tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini menunjukan bahwa kualitas pelayanan tidak memiliki hubungan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah khusunya dari Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak terhadap pelayanan publik yang lebih diarahkan sebagai suatu cara pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pelayanan pada Wajib Pajak bertujuan untuk menjaga kepuasan serta kebutuhan Wajib Pajak yang nantinya diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Faktor lain yang juga mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak adalah sanksi perpajakan. Dari beberapa penelitian mengenai sanksi perpajakan terjadi ketidakkonsistenan. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Shinung Sakti Hantoyo, dkk (2016) yang menghasilkan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Eka Maryati (2014) yang menghasilkan kesimpulan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara 6

7 sanksi pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan. Sanksi yang diberikan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi adalah sanksi administrasi berupa denda, bunga, atau pengenaan tarif yang lebih tinggi dan sanksi pidana yaitu berupa kurungan penjara. Sanksi administrasi yang diterapkan berupa pembayaran bunga dan kenaikan, sanksi administrasi ini diberikan berupa pembayaram kerugian kepada negara yang disebabkan oleh Wajib Pajak (Mardiasmo,2016). Selain faktor kualitas pelayanan pajak dan sanksi pajak dalam mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak juga dipengaruhi oleh peranan e- filing. Keputusan Dirjen Pajak nomor Kep-88/PJ/2004 yang dikeluarkan 21 Mei 2004 secara resmi meluncurkan suatu produk yakni e-filing atau electronic filing system. Diterapkan e-filing merupakan suatu langkah awal yang dilakukan Dirjen Pajak dalam rangka modernisasi sistem perpajakan di Indonesia yang diharapkan dapat memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik sehingga akan memberikan kepuasan bagi Wajib Pajak. Menurut Faisal (2009) dalam penelitian Sesa, dkk (2015) bahwa untuk dapat menggunakan e-filing Wajib Pajak harus mengajukan permohonan ke kantor pajak dan akan diberikan e-fin yaitu semacam indentitas online. Untuk memperoleh e-fin Wajib Pajak perlu melayangkan permohonan yang dilengkapi dengan fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP). 7

8 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Aprilia Kartini, dkk (2016) menyimpulkan bahwa penerapan e-filing mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Eugenia Sareba Sesa, dkk (2015) menyimpulkan bahwa penerapan e-filing tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan. Pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak harus berusaha lebih optimal dalam memberikan sosialisasi dan pengetahuan tentang manfaat dan kegunaan pada penerapan e-filing karena masih banyak Wajib Pajak yang bingung dan tidak tahu mengenai fasilitas ini. Mengacu pada uraian diatas, maka peneliti tertarik dan termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh kualitas pelayanan pajak, sanksi perpajakan dan penerapan e-filing pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di wilayah Jakarta Barat. Dengan menggunakan beberapa variabel yang berbeda dengan penelitian sebelumnya dan melakukan penyebaran kuesioner di lokasi tersebut, diharapkan dapat memberikan pengetahuan atau gambaran tentang pengaruh kualitas pelayanan pajak, sanksi perpajakan, dan penerapan e-filing pada kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Untuk itu penulis melakukan penelitian yang berjudul Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Penerapan E- Filing Terhadap Kepatuhan Wajib Orang Pribadi Pajak di KPP Pratama Kebon Jeruk Dua Jakarta Barat. 8

9 B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan Latar Belakang dan Judul Penelitian yang akan diteliti, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah kualitas pelayanan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi? 2. Apakah sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi? 3. Apakah penerapan e-filing berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi? C. Tujuan Penelitian Agar penelitian ini jelas maka tujuan yang dicapai adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. 2. Untuk mengetahui pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. 3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan e-filing terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. D. Kontribusi Penilitian Kontribusi dari penulisan skripsi ini antara lain adalah: 1. Bagi Penulis Penelitian ini merupakan aplikasi teori dan praktek yang selama ini diperoleh selama perkuliahan di Universitas Mercubuana dan agar menjadi referensi dan menambah ilmu serta informasi kepada 9

10 mahasiswa Indonesia, khususnya di bidang perpajakan yang selama ini menjadi sumber pendapatan negara. 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang sanksi-sanksi yang diberikan kepada Wajib Pajak jika tidak benar dalam membayar pajak dan telat penyampaian Surat Pemberitahuan Masa dan Tahunan. Dan adanya kemudahan dan kebermanfaatan sistem pelaporan Wajib Pajak dengan menggunakan e- filing. 3. Bagi Direktorat Jenderal Pajak Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan informasi yang bermanfaat sebagai masukan dan bahan evaluasi bagi pemerintah untuk memberikan pelayanan pajak yang prima, menegakkan sanksi perpajakan yang sesuai norma dan aturan pajak dan mempermudah sistem perpajakan khsusnya dalam hal pelaporan pajak yaitu penerapan e-filing. Selain itu memberikan informasi mengenai pengaruh kualitas pelayanan pajak, sanksi perpajakan, dan penerapan e-filing terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Kebon Jeruk Dua Jakarta Barat. 10