BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHLUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki keunikan tersendiri berupa keindahan panorama alam dan budayanya, sehingga menarik perhatian wisatawan. Perkembangan pariwisata di Pulau Bali tidak dapat dilepaskan dari kedatangan bangsa Belanda pada tahun 1579 yang dipimpin oleh Cournelis De Houtman. Tahun 1827 untuk pertama kali Belanda membangun kantor dagangnya di daerah Kuta. Pada tahun 1920 sekumpulan ilmuan Barat mendatangi Pulau Bali dengan tujuan untuk meneliti dan mengenal budaya yang ada di Pulau Bali baik agama, adat istiadat, kesusastraan, peninggalan sejarah dan arkeologi. Para ilmuan yang datang ke Bali terdapat pelukis, pengarang dan penyair yang kemudian menggambarkan keindahan alam dan budaya yang ada di Pulau Bali. Hal ini sekaligus sebagai media promosi. Kondisi tersebut menarik wisatawan Eropa yang kemudian datang berkunjung ke pulau Bali (Kencana, 2010). Wisatawan yang datang ke Pulau Bali pada umumnya tertarik akan keindahan alam, keunikan budaya, dan keramahan masyarakat Bali. Pada tahun 2012 wisatawan yang datang berkunjung ke Pulau Bali berjumlah orang. Tahun 2013 wisatawan yang berkunjung ke Bali mengalami peningkatan sebesar 13,37% menjadi berjumlah orang (Disparda Provinsi Bali). Kunjungan wisatawan baik domestik maupun internasional diperkirakan akan 1

2 2 semakin meningkat di tahun-tahun mendatang. Hal ini dikarenakan adanya perubahan perkembangan pariwisata dunia yang semakin mengedapankan keunikan budaya, keindahan alam, dan kelengkapan fasilitas pendukung pariwisata yang kesemuanya ada di pulau Bali. Kabupaten Tabanan adalah salah satu kabupaten di Bali yang terletak sekitar 35 km di sebelah barat Ibu Kota Provinsi Bali. Luas Kabupaten Tabanan adalah 839,33 km2 atau sekitar 14,9% dari luas Provinsi Bali. Kabupaten Tabanan terbagi atas 10 kecamatan antara lain Kecamatan Tabanan, Selemadeg Timur, Selemadeg Barat, Selemadeg, Pupuan, Penebel, Marga, Kerambitan, Kediri dan Baruriti. Sebanyak ha atau sekitar 28% dari luas lahan yang ada di Kabupaten Tabanan merupakan lahan persawahan. Karena itu Kabupaten Tabanan dikenal sebagai daerah agraris dengan petani sebagai salah satu soko guru perekonomian di Kabupaten Tabanan. Subak Jatiluwih adalah salah satu subak yang terletak di Desa Jatiluwih Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan. Subak Jatiluwih terkenal dengan keindahan panorama alam pegunungan dan pemandangan persawahan yang indah. Selain itu kondisi alam di Subak Jatiluwih yang masih asri dan alami karena jauh dari polusi udara serta kondisi udara yang sangat sejuk sangat cocok untuk pengembangan wisata alam. Air pegunungan dan mata air yang ada digunakan untuk sumber air minum dan sumber air pertanian. Cara pengolahan lahan pertanian yang masih tradisonal yakni menggunakan sapi atau kerbau untuk membajak sawah serta alat bajak tradisional menarik para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk datang berkunjung.

3 3 Pada tahun 2012 kunjungan wisatawan ke Jatiluwih berjumlah wisatawan, sedangkan pada tahun 2013 kunjungan wisatawan meningkat menjadi wisatawan (DISPARDA Provinsi Bali). Berdasarkan tren kunjungan wisatawan tersebut, diperkirakan tingkat kunjungan wisatawan ke Jatiluwih akan meningkat di tahun-tahun mendatang. Meningkatnya tingkat kunjungan wisatawan ke Jatiluwih membawa pengaruh terhadap pengembangan dan pembangunan di Subak Jatiluwih maupun Desa Jatiluwih pada umumnya. Pembangunan dan pengembangan tersebut pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan kelengkapan fasilitas pendukung pariwisata di Jatiluwih seperti pembangunan penginapan guest house, rumah makan atau restoran, café dan beberapa aktivitas pariwisata lainnya seperti rafting, horse ridding dan lain sebagainya. Kegiatan dan pengembangan pariwisata bertujuan untuk menggerakkan perekonomian nasional dan daerah, meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat. Pengembangan pariwisata melibatkan berbagai sektor kehidupan. Oleh karena itu pariwisata mempunyai pengaruh atau dampak yang cukup luas, baik terhadap sektor ekonomi, sosial, budaya, politik maupun lingkungan. Laju kerusakan lingkungan disebabkan pengembangan pariwisata diperkirakan akan meningkat. Potensi kerusakan lingkungan perlu dilakukan upaya-upaya meminimalisasi dengan strategi kelestarian lingkungan, salah satunya melalui kegiatan pengembangan ekowisata (Ecotourism). Ekowisata merupakan suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan lingkungan yang mengikuti kaedah keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Secara umum pengembangan

4 4 ekowisata harus dapat meningkatkan kualitas hubungan antar manusia, meningkatkan kualitas hidup bermasyarakat setempat dan menjaga kualitas lingkungan. Pengembangan ekowisata diharapkan dapat memberikan dampak positip terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat (Wood, 2002). Subak Jatiluwih merupakan bagian dari Kawasan Catur Angga Batukaru sebagai penerima nominasi Warisan Budaya Dunia atau World Cultural Heritage dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun Program Warisan Budaya Dunia dari UNESCO bertujuan untuk mengkatalog, menamakan dan melestarikan tempat-tempat yang sangat penting dan berarti bagi umat manusia sehingga dapat menjadi warisan bagi generasi berikutnya. Status sebagai warisan budaya dunia diberikan dengan evaluasi atau penilaian terus menerus tiap tahunnya. Status warisan budaya dunia tersebut bisa masuk dalam kategori bahaya, bahkan hingga dihapus, apabila situs tersebut mendapat ancaman atau bahaya yang memiliki efek buruk pada karakteristik situs tersebut. Ancaman tersebut dapat berupa penurunan jumlah spesies yang terancam punah, kerusakan keindahan alam karena kegiatan manusia seperti penebangan, pencemaran, permukiman, pertambangan, proyek pembangunan, konflik bersenjata, bencana alam dan lain sebagainya. Salah satu contoh situs warisan budaya dunia di Indonesia yang masuk kategori bahaya adalah Hutan Hujan tropis di Sumatera ( Status Subak Jatiluwih sebagai bagian dari Kawasan Catur Angga Batukaru penerima nominasi warisan budaya dunia dari UNESCO dan adaanya peningkatan kunjungan wisatawan, serta posisinya yang terletak di bagian hulu

5 5 Pulau Bali merupakan kawasan yang disucikan oleh masyarakat Bali. Oleh karena itu dalam mengembangkan kawasan tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih sehingga pengembangan pariwisata yang dilakukan dapat memberikan manfaat bukan hanya pada bidang sosial dan ekonomi masyarakat sekitar namun juga pada pelestarian lingkungan di Kawasan Subak Jatiluwih. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Apa potensi dan kendala pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih? 2. Bagaimana pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih pada saat ini? 3. Bagaimana strategi pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih di masa mendatang? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut.

6 Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dan merumuskan strategi pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan pemerintah Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi potensi dan kendala pengelolaan ekowisata di Subak Jatiluwih sebagai daya tarik pariwisata. 2. Mengetahui bagaimana gambaran pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih pada kondisi sekarang. 3. Mengetahui bagaimana strategi pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih di masa mendatang. 1.4 Maanfaat Penelitian Manfaat Akademik Perumusan strategi pengelolaan lingkungan dan pengembangan potensi ekowisata yang ada di Subak Jatiluwih bagi akademisi dapat memperkaya wacana aplikasi pengelolaan lingkungan berbasis ekowisata. Disamping itu sebagai referensi penelitian lebih lanjut tentang pengelolaan ekowisata yang ada di Subak Jatiluwih maupun Pulau Bali pada umumnya Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menumbuh kembangkan partisipasi aktip masyarakat dalam pengelolaan lingkungan ekowisata yang ada di Subak

7 7 Jatiluwih dan memberikan pengetahuan strategi pengelolaan lingkungan dan pengembangan ekowisata yang ada di Subak Jatiluwih di masa mendatang. Disamping hal tersebut penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar kajian penerapan kebijakan dan peran institusi dalam pengelolaan lingkungan ekowisata yang ada di Subak Jatiluwih sehingga pengembangan pariwisata yang ada di Subak Jatiluwih dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan pelestarian lingkungan. Kebijakan dan peran institusi yang dilaksanakan diharapkan lebih menitikberatkan pada kelestarian lingkungan, keterlibatan secara aktif masyarakat, wisatawan dan bersifat lintas sektor.

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka pada bagian ini akan diuraikan beberapa hasil penelitian mutakhir sebelumnya yang dianggap relevan dan berhubungan dengan penelitian ini, terutama tentang pengelolaan ekowisata. Tujuan pembahasan penelitian terdahulu dapat menambah wawasan, memahami dan memanfaatkan metoda dan sebagai pembanding agar menghasilkan strategi untuk mengatasi berbagai kendala yang mungkin muncul. Penelitian Sudiarso (2004) menunjukkan bahwa pengembangan pariwisata yang ada di Taman Nasional Tengger bermuara pada masyarakarat Tengger itu sendiri, karena masyarakat Tengger yang menikmati hasil dari pariwisata melalui kegiatan-kegiatan perekonomian yang berhubungan dengan pariwisata seperti penyewaan kuda, kendaraan bermotor, jeep, dan penginapan berupa homestay. Pada penelitian ini juga didapat fakta bahwa masyarakat Tengger mengontrol dengan ketat kepemilikan jasa-jasa atau kegiatan perekonomian yang berhubungan dengan pariwisata. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar mereka dapat menikmati hasil pariwisata di Tengger berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Pemanfaatan Taman Nasional Tengger Semeru Jawa Timur untuk tujuan pariwisata dapat dilakukan sepanjang 8

9 9 tidak merusak lingkungan dan memberikan kontribusi bagi pelestarian lingkungan dan budaya serta peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Penelitian Pamulardi (2006) mendapatkan bahwa Desa Wisata Tingkir Salatiga mempunyai potensi alam dan sosial budaya untuk dikembangkan sebagai obyek wisata berbasis agrowisata. Pemerintah Kota Salatiga belum serius dalam mengembangkan potensi di Desa Wisata Tingkir, hal tersebut dapat dilihat dari sudah dilakukanya studi kelayakan sejak tahun 2003 namun hingga tahun 2006 belum ada upaya untuk mengembangkan dan membangun Desa Wisata Tingkir. Pengembangan Desa Wisata Tingkir dapat dilakukan dengan menambah obyek wisata baru berupa agrowisata karena tersedianya lahan pertanian yang luas dan letaknya yang strategis. Dalam pengembangannya untuk memenuhi sarana penginapan dapat memanfaatkan rumah-rumah penduduk sebagai homestay sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Pengembangan potensi agrowisata hendaknya dilakukan oleh masyarakat sekitar dan pihak swasta, pemerintah bertindak sebagai fasilitator dan motivator agar hasil yang didapat lebih maksimal. Penelitian Kurnianto (2008) mendapatkan bahwa pola pemanfaatan lahan di Kawasan Waduk Cacaban Kabupaten Tegal tidak seauai dengan peruntukannya sehingga tidak mendukung upaya konservasi tanah dan kelestarian Waduk Cacaban. Potensi pengembangan ekowisata di Kawasan Waduk Cacaban secara spesifik dibedakan sesuai dengan daerah peruntukannya, seperti kawasan lindung digunakan untuk pengembangan agroforest dengan kombinasi agrisilvikultur dengan tanaman jati sebagai tanaman utama. Kawasan utama

10 10 waduk dikembangkan sebagai pusat sejarah dan edukasi tentang fungsi waduk. Kawasan perairan dapat dikembangkan budidaya perairan dan wisata tirta. Kawasan pengembangan wisata intensif dapat dikembangkan sebagai kawasan agroforest, seni dan budaya. Kawasan penyangga dapat dikembangkan sebagai kawasan agroforest dengan kombinasi agrosilvopastura dan budaya. Penelitian Asso (2008) menunjukkan bahwa Lembah Baliem mempunyai ketersediaan sumber daya ekowisata yang sangat melimpah, beranekaragam, unik, mempesona dan masih sangat alami. Sumber daya ekowisata tersebut antara lain berupa danau, telaga, gua, patung dan bangunan bersejarah serta panorama alam yang indah yang masih sangat alami. Kendala pengembangan ekowisata ketidakjelasan keterlibatan di Lembah stakeholder, baliem umumnya keterbatasan dikarenakan pengetahuan dalam mengelola sumber daya, keterbatasan akses dan sarana tranportasi ke Lembah Baliem juga berimplikasi pada keberlangsungan dan pengembangan potensi ekowisata di Lembah Baliem. Pengembangan kepariwisataan di Lembah Baliem belum dapat menggerakkan perekonomian masyarakat sehingga masyarakat belum melihat pengembangan ekowisata sebagai salah satu sumber mata pencaharian yang menjanjikan. Pengembangan pariwisata di Lembah Baliem pada saat dilakukan penelitian masih berpedoman pada pengembangan pariwisata yang bersifat masal dengan menjadikan kebudayaan masyarakat Suku Dani sebagai primadona daya tarik wisata. Penelitian Widowati (2012) mendapatkan bahwa potensi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen adalah berupa kawah yang memiliki air tiga

11 11 warna, sumur belerang dengan api biru atau bluefire, panorama kawah, keberagaman flora yang berjumlah >31 dan terdapat beberapa tumbuhan langka seperti anggrek dan Vaccinium serta keberagaman fauna yang beberapa diantaranya termasuk jenis burung langka dan unik seperti walek kepala ungu (Ptylinopus Porphyreus) dan Cekakak Jawa (Halycyon Cynoventris). Hasil evaluasi dan analisis terhadap prinsip dan kriteria ekowisata didapatkan bahwa prinsip dan kriteria pengembangan pariwisata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan peran serta masyarakat sekitar dalam pengambilan keputusan belum tercapai. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk mencapai tujuan dan kriteria ekowisata antara lain dengan cara meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata seperti pelatihan membuat souvenir, makanan tradisional hingga pelatihan untuk menjadi local guide. Penelitian Suryawan (2012) menunjukkan bahwa potensi ekowisata di Desa Cau Blayu terbagi menjadi sejumlah elemen yaitu elemen fisik berupa topografi wilayah, kondisi hidrologi, tata guna lahan. Elemen budaya berupa keberadaan sejumlah pura seperti Pura Titi Gantung, Pura Dukuh yang memiliki sejarah dan kegiatan upacara yang menarik. Elemen ekologis dimana Desa Cau Blayu yang berdekatan dengan DTW Sanggeh sehingga pada musim musim tertentu sering terjadi migrasi monyet menuju Desa Cau Blayu. Potensi lainnya adalah perilaku masyarakat sekitar yang bermatapencaharian sebagai petani baik sawah maupun kebun yang dapat dimanfaatkan sebagai atraksi wisata. Pada saat penelitian dilakukan belum ada mekanisme pengelolaan potensi ekowisata di Desa

12 12 Cau Blayu baik oleh desa adat maupun desa dinas. Oleh karena itu dibutuhkan pengenalan yang lebih luas dan terarah sehingga lebih banyak orang mengetahui potensi ekowisata di Desa Cau Blayu. Selain itu dalam pengembangan kegiatan ekowisata di Desa Cau Blayu dibutuhkan kerjasama dengan pihak lain seperti operator tur, pengelola akomodasi dan pemerintah. Berdasarkan analisis, strategi yang diterapkan adalah strategi integrasi secara vertikal yang lebih khas dan lebih memanfaatkan potensi atau kekuatan dan peluang yang ada. 2.2 Konsep Dalam penelitian ini akan dikaji beberapa konsep sebagai berikut Potensi Ekowisata Potensi dalam kepariwisataan dapat diartikan sebagai suatu modal atau aset yang dimiliki oleh suatu daerah tujuan wisata dan dapat diekploitasi untuk kepentingan-kepentingan ekonomi yang secara ideal terangkum didalamnya perhatian terhadap aspek-aspek budaya. Suarka (2010) menjelaskan bahwa potensi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat disuatu daerah yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata, potensi tersebut dapat dibagi dua yaitu potensi budaya dan potensi alamiah. Potensi budaya meliputi potensi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat seperti adat istiadat, mata pencaharian dan kesenian, sedangkan potensi alamiah adalah potensi yang berupa potensi fisik, geografis alam, termasuk jenis flora dan fauna pada suatu daerah. Ekowisata merupakan kegiatan pariwisata yang bertanggung jawab secara lingkungan dan alam, memberikan kontribusi yang positip terhadap

13 13 konservasi lingkungan dan memperhatikan kesejahteraan masyarakat lokal Ekowisata merupakan salah satu aspek yang sangat terkait dengan lingkungan, perkembangangan diharapkan mampu melestarikan sumber daya alam dan lingkungan (Suksma, 2009). Banyak kajian telah dilakukan terkait dengan ekowisata, namun secara umum perkembangan ekowisata sangat terkait dengan pelestarian lingkungan dan budaya suatu daerah. Dari definisi potensi dan ekowisata diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa potensi ekowisata adalah suatu modal atau aset (baik berupa potensi budaya dan alamiah) yang dimiliki oleh suatu daerah, yang dapat dikembangkan untuk kegiatan wisata yang bertanggung jawab secara lingkungan, memberikan kontribusi yang positip terhadap konservasi lingkungan, dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar Pengelolaan Lingkungan Ekowisata Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pengelolaan diartikan sebagai suatu proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan secara berkelanjutan. Wardoyo (dalam Suryawan, 2012) mendefinsikan pengelolaan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu. Dari penjelasan definisi pengelolaan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah serangkaian kebijakan yang diambil atau dilakukan yang memuat mekanisme perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan

14 14 memanfaatkan semua sumber daya yang ada untuk menghasilkan tujuan tertentu yang sudah ditetapkan. Lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada, dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lainnya. Menurut Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhuk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain. Dari beberapa definisi lingkungan tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan bukan hanya lingkungan fisik semata, namun juga termasuk perilaku manusia itu sendiri (sosial dan budaya), dan bahkan lingkungan spiritual. Oleh karena itu lingkungan juga termasuk lingkungan fisik (Abiotik), lingkungan biotik serta lingkungan sosial dan budaya. Ekowisata merupakan kegiatan pariwisata yang bertanggung jawab secara lingkungan dan alam, memberikan kontribusi yang positip terhadap konservasi lingkungan dan memperhatikan kesejahteraan masyarakat lokal Ekowisata merupakan salah satu aspek yang sangat terkait dengan lingkungan, perkembangangan diharapkan mampu melestarikan sumber daya alam dan lingkungan (Suksma, 2009). Banyak kajian telah dilakukan terkait dengan ekowisata, namun secara umum perkembangan ekowisata sangat terkait dengan pelestarian lingkungan dan budaya suatu daerah.

15 15 Dari definisi pengelolaan, lingkungan dan ekowisata sebelumnya dapat dirumuskan konsep pengelolaan lingkungan ekowisata adalah serangkaian kebijakan yang dilakukan mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan untuk memanfaatkan lingkungan dan semua modal atau aset (baik berupa potensi budaya dan alamiah) yang dimiliki oleh suatu daerah, untuk dapat dikembangkan menjadi suatu kegiatan wisata yang bertanggung jawab secara lingkungan, memberikan kontribusi yang positip terhadap konservasi lingkungan, dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Oleh karena itu pengelolaan potensi ekowisata harus bisa meminimalisir dampak negatip dari perkembangan pariwisata masal yang umumnya memberikan ancaman terhadap kelestarian budaya, dimana budaya lebih dikomersialkan dan mengancam kelestarian sumber daya alam dengan mengekploitasinya Strategi Pengelolaan Strategi adalah suatu rangkaian kebijakan atau tindakan yang dilakukan terus menerus oleh suatu lembaga atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan kemampuan internal yang dimiliki. Strategi selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Strategi juga merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.

16 16 Pengelolaan merupakan istilah yang erat hubungannya dengan manajemen. Manajemen merupakan bentuk terjemahan dari kata management yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti pengelolaan. Manajemen meliputi empat proses yaitu Planning atau perencanaan, Organizing atau pengorganisasian, Actuating atau pelaksanaan/penggerakan dan Controlling atau pengendalian. Sedangkan menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pengelolaan diartikan sebagai suatu proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan secara berkelanjutan. Secara umum konsep strategi pengelolaan dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kebijakan atau tindakan yang dilakukan secara terus menerus, dengan memanfaatkan peluang, ancaman dan sumber daya serta kemampuan yang dimiliki, pada setiap tahap perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya secara berkelanjutan. Dengan demikian pengamatan lingkungan eksternal dan internal merupakan proses awal dari konsep strategi pengelolaan, dilanjutkan dengan perencanaan yang keberadaanya diperlukan untuk memberikan arah dan patokan dalam suatu kegiatan. Pengorganisasian berkaitan dengan penyatuan seluruh sumber daya dan kemampuan yang ada untuk bersinergi dalam mempersiapkan pelaksanaan kegiatan. Tahap selanjutnya adalah pengarahan dan pelaksanaan kegiatan yang selalu berpedoman pada perencanaan yang telah ditetapkan. Tahap terakhir adalah pengawasan yang meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi untuk memperbaiki program kegiatan berikutnya sehingga tujuan yang telah direncanakan tercapai dengan baik.

17 Landasan Teori Dalam menganalisis strategi pengelolaan potensi ekowisata di Subak Jatiluwih diperlukan teori-teori sebagai tuntunan yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut Teori Perencanaan Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang pertama kali harus dilakukan. Menurut Suandy (2006) perencanaan adalah proses penentuan tujuan organisasi. Dalam ilmu manajemen fungsi pokok dari manajemen adalah perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Dalam tingkat yang lebih rumit dimana terdapat pengaruh internal dan eksternal yang cenderung sulit dikendalikan, perencanaan dapat diartikan mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor yang tidak dapat dikontrol (uncontrolable) yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut (Tarigan, 2005). Menurut Yoeti (2006) ada beberapa alasan mengapa perencanaan sangat diperlukan. a. Memberikan Pengarahan Dengan adanya perencanaan para pelaksana dalam suatu organisasai atau tim dapat mengetahui apa yang akan dilakukan, ke arah mana akan dituju dan apa yang akan dicapai. b. Membimbing Kerjasama Perencanaan dapat membimbing para petugas atau pelaksana untuk tidak berkerja menurut kemauannya sendiri. Dengan adanya perencanaan, para

18 18 petugas dan pelaksana merasa sebagai bagian dari sebuah tim, dan bergantung pada tugas lainnya. c. Menciptakan koordinasi Dalam suatu organisasi atau proyek banyak keahlian dibutuhkan, apabila masing-masing keahlian berjalan terpisah kemungkinan tujuan dari organisasi atau proyek tersebut tidak akan tercapai, oleh karena itu sangat diperlukan adanya koordinasi antara beberapa keahlian dan kegiatan yang akan dilakukan. d. Menjamin tercapainya kemajuan Perencanaan pada umumnya mengariskan suatu program yang hendak dilakukan meliputi tugas yang dikerjakan dan tanggung jawab tiap individu atau tim dalam suatu organisasi atau proyek. Apabila terdapat penyimpangan antara yang direncanakan dengan pelaksanaanya hal tersebut dapat dihindarkan dengan melakukan koreksi, sehingga akan mempercepat penyelesain suatu proyek atau kegiatan. e. Memperkecil Resiko Perencanaan meliputi pengumpulan data yang releven (baik yang tersedia maupun yang tidak tersedia) dan secara hati-hati, menelaah segala kemungkinan yang terjadi sebelum mengambil suatu keputusan. Suatu keputusan yang diambil atas dasar intuisi tanpa melakukan penelitian pasar atau tanpa melakukan perhitungan rates of return on invesment, sangat memungkinkan akan menghadapi resiko besar. Oleh karena itu perencanaan dapat memperkecil resiko yang akan timbul di kemudian hari.

19 19 f. Mendorong pelaksanaan Perencanaan dilakukan agar suatu organisasi dapat memperoleh kemajuan secara sistematis dalam mencapai hasil yang diinginkan melalui inisiatif sendiri. Disamping hal tersebut dalam suatu perencanaan diperlukan suatu kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Dengan demikian untuk mengetahui data yang perlu dikumpulkan, memerlukan tujuan yang hendak dicapai terlebih dahulu, sedangkan untuk mencapai suatu tujuan (objectives) diperlukan suatu pemikiran (thought) yang khusus. Oleh karena itu perencanaan (planning) merupakan suatu mata rantai yang esensial antara pemikiran (thought) dan pelaksanaan (action). Salah satu bagian atau kegiatan dalam perencanaan adalah menentukan strategi yang akan digunakan. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya konsep mengenai strategi terus berkembang, hal tersebut ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep mengengai strategi selama 30 tahun terakhir. Chandler (1962) merumuskan strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Markus (1984) mendefinisikan strategi sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Argyris dkk. (1985) menyatakan bahwa strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat memengaruhi organisasi. Hamel dan Prahalad (1995) mendefinisikan strategi

20 20 sebagai tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan di masa depan dan hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Sedangkan Halim mengartikan strategi sebagai suatu cara dimana organisasi atau lembaga akan mencapai tujuannya sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan kemampuan internal. Jadi apabila disimpulkan dari beberapa definisi diatas maka strategi dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan terus menerus oleh suatu lembaga atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan kemampuan internal yang dimiliki. Strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Menurut Umar (2005) pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga level atau tingkatan strategi sebagai berikut. a. Strategi Korporasi atau Strategi Perusahaan Strategi korporasi atau strategi perusahaan adalah strategi yang menggambarkan arah perusahaan atau organisasi secara keseluruhan, mengenai sikap perusahaan terhadap arah pertumbuhan dan manajemen berbagai bisnis dan lini produk maupun jasa untuk mencapai keseimbangan portofolio. b. Strategi Bisnis atau Strategi Bersaing

21 21 Strategi bisnis atau strategi bersaing biasanya dikembangkan pada level divisi dan menekankan pada perbaikan posisi persaingan produk barang atau jasa perusahaan atau organisasi dalam industri khusus atau segmen pasar yang dilayani oleh divisi tersebut. c. Strategi Fungsional Strategi fungsional adalah strategi yang menekankan pada pemaksimalan sumber daya produktivitas, strategi fungsional dikembangkan untuk mengumpulkan bersama-sama berbagai aktivitas dan kompetensi guna memperbaiki kinerja perusahaan atau organisasi. Gambar 2.1 menunjukkan bagaimana tiga level atau tingkatan strategi membentuk lingkungan eksternal dari level berikutnya pada suatu perusahaan atau organisasi. Kantor Pusat Perusahaan Unit Bisnis Strategis Produksi Unit Bisnis Strategis Keuangan Strategi Perusahaan Unit Bisnis Strategis Pemasaran SDM Gambar 2.1. Tingkatan Strategi (Umar, 2005) Strategi Bisnis (Level Divisi) Strategi Fungsional

22 22 Menurut Hunger dan Wheelen (2003) proses manajemen strategis meliputi empat elemen dasar sebagai berikut. a. Pengamatan Lingkungan (Environmental Scanning). Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan eksternal untuk melihat kesempatan dan ancaman, serta lingkungan internal untuk melihat kekuatan dan kelemahan. Faktor-faktor yang paling penting untuk masa depan perusahaan disebut faktor-faktor strategis. b. Perumusan Strategi. Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen yang efektif dari peluang dan ancaman lingkungan yang dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Perumusan strategi meliputi penentuan misi perusahaan, tujuan yang akan dicapai, pengembangan strategi dan menetapkan pedoman kebijakan. c. Implementasi Strategi Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Proses tersebut meliputi perubahan budaya secara menyeluruh, struktur dan atau sistem manajemen dari organisasi secara keseluruhan. d. Evaluasi dan pengendalian Evaluasi dan pengendalian adalah proses monitor dan perbandingan kinerja antara kinerja yang sesungguhnya dengan kinerja yang diinginkan. Informasi hasil perbandingan tersebut dapat digunakan dalam melakukan tindakan perbaikan dan memecahkan masalah, selain itu evaluasi dan pengendalian

23 23 juga dapat menunjukkan secara tepat kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan mendorong perbaikan strategi. Alur proses manajemen strategis akan ditampilkan pada Gambar 2.2 berikut. Pengamatan Lingkungan Perumusan Strategi Implementasi Strategi Eksternal dan Internal Misi Program Tujuan Evaluasi & pengendalian Kinerja Anggaran Strategi & Kebijakan Prosedur Umpan Balik Gambar 2.2. Proses Manajemen Strategis (Hunger dan Wheelen, 2003) Dalam strategi pengelolaan potensi ekowisata di Subak Jatiluwih, teori perencanaan digunakan untuk merencanakan pengelolaan potensi ekowisata agar dapat bermanfaat bukan saja pada bidang sosial dan ekonomi namun juga terhadap pelestarian lingkungan di Subak Jatiluwih. Langkah pertama untuk merencanakan strategi pengelolaan dimulai dengan pengamatan lingkungan baik lingkungan internal dan eksternal, lingkungan internal tediri dari kekukan dan kelemahan serta potensi-potensi yang ada di Subak Jatiluwih, sedangkan lingkungan eksternal terdiri dari peluang dan ancaman yang dapat memperngaruhi

24 24 kondisi di Subak Jatiluwih. Langkah kedua adalah perumusan strategi. Hal tersebut dilakukan dengan menentukan misi, tujuan dan strategi atau kebijakan yang akan diterapkan dalam pengelolaan potensi ekowsaita di Subak Jatiluwih. Langkah ketiga adalah mengimplementasikan strategi atau kebijakan tersebut melalui program dan anggaran. Langkah terakhir adalah evaluasi dan pengendalian atas strategi atau kebijakan yang diimplementasikan. Hal tersebut dilakukan perbandingan kinerja dalam mengelola potensi ekowisata di Subak Jatiluwih antara kinerja yang sesungguhnya dengan kinerja yang diinginkan, selain hal tersebut proses evaluasi juga memperbaiki kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi pengelolaan potensi ekowisata sebelumnya dan mendorong perbaikan strategi sehingga sesuai dengan visi dan tujuan yang ditetapkan Teori Pengelolaan Istilah pengelolaan erat hubungannya dengan manajemen. Manajemen merupakan bentuk terjemahan dari kata management yang berasal dari bahasa Inggris yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti pengelolaan. Tery (dalam Burhanudin, 2009) menyatakan bahwa manajemen meliputi empat proses yaitu Planning atau perencanaan, Organizing atau pengorganisasian, Actuating atau pelaksanaan dan Controlling atau pengendalian. Sedangkan menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pengelolaan diartikan sebagai suatu proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan secara berkelanjutan.

25 25 Pengelolaan juga berarti suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu. Secara umum pengelolaan dapat juga diartikan sebagai upaya strategis untuk pencapaian tujuan, rumusan mekanisme kerja, rangkaian kebijakan yang perlu diambil atau dilakukan untuk mengembangkan organisasi. Menurut Wardoyo (dalam Suryawan, 2012) pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari penjelasan beberapa definisi pengelolaan dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah serangkaian kebijakan yang diambil atau dilakukan yang memuat mekanisme perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memanfaatkan semua sumber daya yang ada untuk menghasilkan tujuan tertentu yang sudah ditetapkan. Unsur-unsur pengelolaan menurut Tery (dalam Burhanudin, 2009) adalah: a. Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan perhitungan dan penentuan tentang apa yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, dimana hal tersebut menyangkut tempat, oleh siapa atau siapa yang melaksanakan dan bagaimana tata cara mencapai hal tersebut. Perencanaan merupakan suatu proses yang dilakukan terus menerus setiap kali timbul sesuatu yang baru, untuk mempersiapkan serangkaian keputusan dalam melakukan tindakan untuk mencapai tujuan dalam organisasi, dengan atau tanpa menggunakan sumbersumber yang ada. Sebuah perencanaan yang baik adalah yang dilakukan

26 26 secara rasional, sistematis dan analitis serta dapat dilaksanakan dan menjadi panduan langkah-langkah selanjutnya. b. Pengorganisasian (Organizing) Dalam suatu organisasi diperlukan adanya kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Organisasi merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, pengelompokan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan dalam organisasi orang-orang yang dipilih harus memiliki kemampuan dan kompetensi dalam melakukan tugas atau posisi tertentu. Oleh karena itu perlu dalam pengorganisasian yang perlu diperhatikan adalah proses perekrutan, penempatan, pemberian pelatihan dan pengembangan anggota-anggota dalam sebuah organisasi. c. Pelaksanaan atau Pengarahan (Actuating) Pelaksanaan atau pengarahan adalah keinginan untuk membuat orang lain mengikuti keinginan yang telah ditentukan dengan menggunakan kekuatan pribadi atau kekuasaan secara efektif demi kepentingan jangka panjang perusahaan, termasuk didalamnya memberitahukan kepada orang apa yang harus dilakukan dengan tujuan agar tugas-tugas yang dilaksanakan dapat terlaksana dengan baik. Pelaksanaan atau pengarahan juga berarti bahwa pimpinan atau manajer mengarahkan, memimpin dan mempengaruhi bawahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Manajer atau pimpinan tidak melakukan semua kegiatan sendiri melainkan menyelesaikan tugas-tugas

27 27 esensial melalui orang-orang lain, dan menciptakan iklim yang dapat membantu para bawahan melakukan pekerjaan dengan baik. Fungsi pengarahan dan pelaksanaan adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi kerja secara maksimal serta menciptaan lingkungan kerja yang sehat, dinamis untuk mencapai tujuan dari sebuah organisasi. d. Pengendalian (Controlling) Pengawasan adalah kegiatan membandingkan atau mengukur kegiatan yang sedang atau sudah dilakukan dengan kriteria, norma-norma standar atau rencana-rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan merupakan bagian terakhir dari fungsi manajemen yang dilaksanakan untuk mengetahui apakah semua kegiatan telah dapat dilaksanakan dan berjalan sesuai rencana, apa hambatan dalam pelaksanaan, serta untuk meningatkan efesiensi dan efektifitas organisasi. Dengan demikian, perencanaan merupakan proses awal dari suatu kegiatan pengelolaan yang keberadaanya sangat diperlukan dalam memberikan arah dan patokan dalam suatu kegiatan. Pengorganisasian berkaitan dengan penyatuan seluruh sumber daya yang ada untuk bersinergi dalam mempersiapkan pelaksanaan kegiatan. Tahap selanjutnya adalah pengarahan dan pelaksanaan kegiatan yang selalu berpedoman pada perencanaan yang telah ditetapkan. Tahap terakhir adalah pengawasan yang meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi untuk memperbaiki program kegiatan berikutnya sehingga tujuan yang telah direncanakan tercapai dengan baik.

28 Lingkungan Lingkungan adalah suatu sistem komplek yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme. Setiap organisme hidup dalam lingkungannya masing-masing. Faktor-faktor yang ada dalam lingkungan selain berinteraksi dengan organisme juga berinteraksi dengan sesama faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian lain dari lingkungan tersebut. Oleh karena itu, untuk dapat memahami faktor-faktor lingkungan digolongkan menjadi dua kategori yaitu (Irwan, 2012): a. Lingkungan Abiotik Lingkungan abiotik adalah unsur lingkungan yang terdiri dari benda-benda tidak hidup seperti suhu, udara, cahaya, atmosfer, tanah, air, api, iklim dan lain sebagainya. b. Lingkungan Biotik Lingkungan Biotik adalah unsur lingkungan yang terdiri dari mahluk hidup seperti manusia, hewan, tumbuhan, mikroba dan lain sebagainya. Menurut Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhuk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain. Menurut Otto Soemarwoto (dalam Wesnawa, 2005) mendefinisikan lingkungan sebagai jumlah semua benda dan kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita, oleh

29 29 karena itu lingkungan harus diartikan secara luas yaitu tidak saja lingkungan fisik dan biologi namun juga lingkungan ekonomi, sosial dan budaya. Dari beberapa definisi lingkungan tersebut dapat ditarik suatu benang merah bahwa lingkungan terdiri dari lingkungan fisik (Abiotik/A), lingkungan biotik (B) serta lingkungan sosial dan budaya (C). Keadaan lingkungan dan ketiga komponennya saling terikat dan saling mempengaruhi. Sebagai contoh keberadaan tanaman bunga di Bali didukung oleh budaya masyarakat Bali yang memerlukan berbagai jenis bunga untuk kebutuhan sesaji, sehingga komponen sosial dan budaya secara tidak langsung mendukung peningkatan keanekaragaman hayati (komponen B). Suarna (2007) menghubungkan lingkungan yang berkearifan lokal dengan etika lingkungan. Etika lingkungan adalah sebagai landasan dasar dari pengelolaan lingkungan yang berkearifan lokal. Kearifan lokal adalah sesuatu yang telah dilakukan secara turun-temurun dalam suatu kawasan tertentu, dan hal itu telah dianggap baik dan telah teruji oleh waktu, yang menyebabkan terjadinya keberlanjutan. Sementara itu, etika adalah ketentuan tentang apa yang boleh dan tak boleh dilakukan oleh seseorang dalam suatu kawasan tertentu, sehingga memungkinkan terjadinya keberlanjutan. Gambar 2.3 akan menjelaskan hubungan antara unsur-unsur lingkungan seperti unsur abiotik (A), biotik (B), dan budaya atau Culture (C), yang saling saling berkaitan dengan berlandaskan pada etika lingkungan (E).

30 30 A B C E Gambar 2.3. Etika Lingkungan Sebagai Dasar Pengelolaan Lingkungan Berkearifan Lokal (Suarna, 2007) Ekowisata Ekowisata atau ecotourism berasal dari dua kata yaitu eco atau ecology yang dalam bahasa Indonesia berarti ekologis dan kata tourism yang berarti wisata atau perjalanan. Ekowisata adalah adalah suatu bentuk pariwisata berbasis alam. The International Ecotourism Society (TIES) yang sebelumnya dikenal sebagai The Ecotourism Society (TES) pada tahun 1991 mengartikan ekowisata sebagai perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah alami yang melestarikan lingkungan dan menopang kesejahteraan masyarakat lokal. World Conservation Union pada 1996 menyatakan pengertian ekowisata sebagai perjalanan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan kunjungan ke daerah alami untuk menikmati dan menghargai alam (dan semua fitur budaya yang ada baik dulu dan sekarang) mempromosikan konservasi, memiliki dampak negatif rendah dari kedatangan pengunjung, dan menyediakan keterlibatan sosial ekonomi yang menguntungkan masyarakat setempat

31 31 Zifer (1989) menyatakan bahwa ekowisata adalah a form of tourism inpsired by the natural history of an area, including its indigeniouse cultures, the ecototist visit underdeveloped areas in the spirit of the appreciation, participation and sesitivity. Namun, pada hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian alam (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Sejak tahun 1990 oleh LSM, ahli pembangunan dan akademisi ekowisata diformulasikan sebagai alat pembangunan berkelanjutan, karena ekowisata mengacu pada seperangkat komponen dan prinsip dan untuk segmen pasar tertentu. Wood (2002) menjabarkan komponen ekowisata adalah sebagai berikut. a. Berkontribusi untuk konservasi keanekaragaman hayati. b. Menopang kesejahteraan masyarakat setempat. c. Menambah pengalaman belajar. d. Melibatkan tindakan yang bertanggung jawab dari pihak wisatawan dan industri pariwisata. e. Diberikan kepada kelompok usaha kecil. f. Penggunaan sumber daya tak terbarukan serendah mungkin. g. Menekankan partisipasi masyarakat setempat baik kepemilikan maupun peluang bisnis, terutama bagi masyarakat pedesaan. Prinsip-prinsip ekowisata menurut Wood (2002) adalah sebagai berikut. a. Meminimalkan dampak negatif terhadap alam dan budaya setempat.

32 32 b. Mendidik wisatawan pentingnya konservasi. c. Menekankan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab, bekerja sama dengan pemerintah daerah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan setempat dan memberikan manfaat konservasi. d. Sumber pendapatan langsung untuk konservasi dan pengelolaan kawasan alam. e. Menekankan perlunya zonasi pariwisata regional dan rencana pengelolaan pengunjung untuk salah satu daerah atau kawasan alam yang dijadwalkan untuk menjadi tujuan ekowisata. f. Menekankan penggunaan studi dasar lingkungan dan sosial, serta program pemantauan jangka panjang, untuk menilai dan mengurangi dampak negatip. g. Memaksimalkan manfaat ekonomi, bisnis dan masyarakat setempat yang tinggal di daerah sekitar. h. Memastikan bahwa pengembangan pariwisata tidak melebihi batas sosial dan lingkungan yang dapat diterima yang ditentukan para peneliti dengan penduduk setempat. i. Bergantung pada infrastruktur yang dikembangkan selaras dengan lingkungan, meminimalkan penggunaan bahan bakar fosil, melestarikan tanaman lokal dan satwa liar, dan pencampuran dengan lingkungan alam dan budaya. Ekowisata merupakan bagian dari komponen pariwisata berkelanjutan. Gambar 2.4 memberikan gambaran posisi dari ekowisata dalam proses pengembangan bentuk-bentuk pariwisata berkelanjutan. Gambar 2.4 juga

33 33 memberikan gambaran bahwa ekowisata pada dasarnya merupakan bagian utama dari wisata alam yang berkelanjutan, dan merupakan elemen dari wisata desa dan wisata budaya. Gambar 2.4. Ekowisata sebagai suatu konsep pembangunan berkelanjutan (Wood, 2002) Pada saat ini ekowisata telah berkembang, wisata tidak hanya sekedar untuk melakukan pengamatan burung, mengendarai kuda, menelusuri hutan belantara, namun telah terkait dengan konsep pelestarian hutan dan penduduk lokal. Ekowisata ini kemudian merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan konservasi, oleh karena itu ekowisata disebut sebagai perjalanan wisata yang bertanggung jawab. Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi, bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga

34 34 menggunakan strategi konservasi, dengan demikian ekowisata sangat tepat dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam juga dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari para eco-traveler. Dalam ekowisata pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sementara konservasi merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumber daya alam untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, hal tersebut sejalan dengan definisi yang dinyatakan oleh The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (1980), bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini dan mendatang Potensi Ekowisata Ekowisata saat ini menjadi salah satu pilihan untuk mempromosikan suatu lingkungan yang khas dengan tetap menjaga kelestarianya, sekaligus menjadi suatu kawasan kunjungan wisata sehinga dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Potensi ekowisata adalah semua obyek baik alam, budaya dan buatan yang memerlukan banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan (Damanik dan Weber, 2006). Dengan berlakunya Undang Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, istilah obyek wisata diganti menjadi daya tarik wisata yang mengandung pengertian segala sesuatu keunikan, keindahan dan nilai berupa

35 35 keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjai sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Dari definisi potensi ekowisata sebelumnya dapat disimpulkan bahwa potensi ekowisata kelangsungan hidupnya sangat peka terhadap kerusakan lingkungan. Potensi ekowisata tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang baik. Pengembangan potensi ekowisata harus memperhatikan terjaganya mutu lingkungan, sebab dalam mengembangkan ekowisata lingkungan dan keunikan budaya itulah yang sebenarnya dijual. Potensi ekowisata berhubungan erat dengan penawaran wisata, menurut Damanik dan Weber (2006) terdapat empat elemen penawaran wisata yaitu atraksi yang dapat diartikan sebagai daya tarik wisata baik yang bersifat nampak (tangible) maupun yang tidak nampak (intangible) yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Atraksi dapat dibagi menjadi atraksi alam, budaya dan buatan. Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dari, ke dan selama di daerah tujuan wisata, mulai dari darat, laut sampai udara, dan tidak hanya menyangkut aspek kuantitas namun juga mutu, ketepatan waktu, kenyamanan dan keselamatan. Amenitas adalah infrastruktur yang tidak berkaitan langsung dengan pariwisata, namun menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan seperti bank, penukaran uang, telekomunikasi, dan persewaan kendaraan. Ancillary adalah lembaga pariwisata. Wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari Daerah Tujuan Wisata (DTW) apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan dan terlindungi untuk

36 36 melaporkan maupun mengajukan kritik dan saran kepada lembaga yang menangani pariwisata di suatu DTW. Potensi kawasan ekowisata di Indonesia sangat besar. Daya tarik tersebut tersebar di darat baik dalam kawasan hutan konservasi maupun di laut (dalam bentuk taman nasional laut). Kajian atas sembilan kawasan konservasi di Indonesia, dilakukan oleh Dirjen Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) dan RAKATA pada tahun 2000, memperlihatkan tidak saja keunikan tetapi juga keragaman objek merupakan potensi besar pengembangan ekowisata. Hampir semua daya tarik wisata (DTW) tersebut sudah beroperasi dan banyak menarik wisatawan (Damanik dan Weber, 2006). Keanekaragaman DTW menjadi salah satu keunggulan komparatif produk pariwisata di pasar internasional namun demikian harus diakui bahwa DTW tersebut secara faktual belum mampu memenuhi standar produk yang dapat dijual di pasar. Banyak DTW yang hanya menawarkan objek apa adanya, dalam arti hampir tanpa kemasan dan juga tanpa target pasar yang jelas. Keragaman DTW tersebut hanya memberikan keuntungan optimal apabila dikembangkan berdasarkan hasil-hasil perencanaan yang terukur Subak Pengertian subak secara normatif dapat ditemui pada Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 1972 tentang Sistem Irigasi. Dalam Perda tersebut subak didefinisikan sebagai suatu masyarakat hukum adat yang memiliki karakteristik

37 37 sosio-agraris-religius yang merupakan perkumpulan petani yang mengeola air irigasi pada lahan persawahan. Pengertian subak pada perda tersebut terlihat terlalu bersifat umum, sehingga tidak mampu lagi menjawab perkembangan sosial yang melibatkan subak seperti semakin meningkatnya jumlah subak seiring dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Bali yang memberikan hibah setiap tahun kepada semua subak yang ada di Bali yang menyebabkan peningkatan jumlah subak tiap tahunnya. Windia dan Wiguna (2013) mendefinisikan subak sebagai suatu organisasi petani pengelola air irigasi yang memiliki kawasan sawah, sumber air, pura subak dan bersifat otonom. Dari definisi subak tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa subak memiliki batasan-batasan yaitu memiliki area persawahan, memiliki sumber air irigasi baik dari mata air, dam, empelan, bangunan pembagi air atau temuku. Memiliki Pura Subak baik berupa bedugul atau ulunsui dan bersifat otonom. Dengan pengertian subak tersebut menjadikan luas subak di Bali sangat bervariasi, ada subak yang luasnya hanya tiga hektar atau bahkan hingga 300 hektar. Hal tersebut memang sudah terjadi sejak jaman dulu kala. Semua sawah yang ada di Bali pasti tergabung ke dalam subak tertentu, selain luasnya yang bervariasi, struktur pengurus, jumlah anggota, peraturan (awig-awig) dan iuran anggotanya juga sangat bervariasi. Hal tersebut menyebabkan lembaga subak di Bali bersifat spesifik lokal, fleksibel dan otonom, hal tersebut dapat disebut sebagai salah satu kekuatan subak di Bali. Sketsa dari sistem subak yang ada di Bali seperti pada Gambar 2.5.

38 38 Gambar 2.5. Sketsa Sistem Subak di Bali (Windia dan Wiguna, 2013) Selanjutnya Pusposutardjo dan Arif (dalam Windia dan Wiguna, 2013) meninjau subak sebagai sistem teknologi dari suatu sosio kultural masyarakat yang menyimpulkan bahwa sistem irigasi termasuk subak merupakan suatu proses transformasi sistem kultural masyarakat yang pada dasarnya memiliki tiga sub sistem yaitu, sub sistem budaya (termasuk pola pikir, norma dan nilai), sub sistem sosial (termasuk ekonomi), dan sub sistem kebendaan (termasuk teknologi). Kekuatan sistem irigasi yang berlandaskan sosio kultural masyarakat adalah karena kemampuannya untuk menyerap teknologi yang berkembang pada kurun waktu tertentu, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan budaya yang ada di lingkungan sekitar. Di samping beberapa kekuatan tersebut, sistem irigasi yang bersifat sosio kultural juga memiliki beberapa kelemahan antara lain tidak sanggup menahan intervensi dari pihak luar, khususnya yang berkaitan dengan alih fungsi lahan yang sangat cepat, apabila jumlah sawah menjadi sedikit

39 39 maka pengelolaan subak akan semakin sulit yang pada akhirnya akan menghancurkan sistem subak itu sendiri. 2.4 Model Penelitian Status Subak Jatiluwih sebagai bagian dari Kawasan Catur Angga Batukaru penerima nominasi warisan budaya dunia dari UNESCO dan dalam Peraturan Daerah RTRW Provinsi Bali merupakan kawasan strategis dari sudut pandang sosial budaya, oleh karena itu dalam pengembangan Subak Jatiluwih agar dapat memberikan manfaat sosial, ekonomi bagi masyarakat sekitar serta pelestarian lingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan kegiatan ekowisata di Subak Jatiluwih. Pengembangan Subak Jatiluwih sebagai daerah ekowisata perlu diketahui potensi dan kendala pengelolaan lingkungan ekowisata yang ada di Subak Jatiluwih, bagaimana gambaran pengelolaan potensi lingkungan ekowisata yang ada di masa sekarang dan bagaimana strategi pengelolaannya di masa depan. Permasalahan tersebut dijawab dengan melakukan analisis menggunakan beberapa teori seperti teori strategi, teori pengelolaan, teori potensi, lingkungan dan teori ekowisata serta beberapa konsep yang digunakan seperti konsep potensi ekowisata, konsep pengelolaan lingkungan ekowisata dan konsep strategi pengelolaan, sehingga dihasilkan potensi dan kendala pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih, gambaran pengelolaan lingkungan di Subak Jatiluwih pada masa sekarang dan strategi pengelolaan lingkungan di Subak Jatiluwih di masa yang akan datang. Strategi pengelolaan yang sudah ditentukan tersebut kemudian dianalisis kembali untuk merumuskan strategi yang paling baik

40 40 atau menentukan skala prioritas atau rangking dari strategi-strategi yang akan diimplementasikan dalam pengelolaan lingkungan ekowisata Subak Jatiluwih. Tiap-tiap strategi yang telah ditentukan kemudian dijabarkan dalam bentuk beberapa program kerja yang mencermikan strategi tersebut. Proses penjabaran program-program kerja lebih mengacu kepada interpretasi dari strategi utama. Model dari penelitian ini akan ditampilkan pada Gambar 2.6. Lingkungan Subak Jatiluwih 1. Status sebagai Warisan Budaya Dunia Dari UNESCO. 2. Meningkatnya kunjungan wisatawan 3. Meningkatnya pembangunan dan pengembangan pariwisata. 4. Laju kerusakan lingkungan akibat pembangunan dan pengembangan pariwisata diperkirakan akan meningkat. 5. Pengelolalaannya belum maksimal. 6. Merupakan kawasan strategis dari sudut sosial budaya Teori Ekowisata Teori Potensi Apa potensi dan kendala pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih? Bagaimana strategi pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih di masa mendatang? Teori Lingkungan Bagaimana pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih pada saat ini? Teori Perencanaan Teori Pengelolaan Gambar 2.6. Model Penelitian

41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini secara detail memaparkan keadaan dan kondisi yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih. Lingkungan tersebut meliputi kondisi fisik (abiotik), kondisi flora dan fauna (biotik) kondisi sosial, kondisi ekonomi masyarakat (culture) dan pengelolaan lingkungan ekowisata pada saat ini, disertai dengan data-data dan fakta yang berhubungan dengan hal tersebut, untuk dapat menggali potensi lingkungan ekowisata yang ada. Setelah mendapatkan potensi lingkungan ekowisata, data tersebut digabungkan dengan peraturan atau kebijakan yang ada dan status Subak Jatiluwih sebagai warisan budaya dunia untuk mendapatkan strategi pengelolaan potensi lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih di masa depan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini termasuk penelitian eksploratif (Explorative research). Hal tersebut dapat dilihat dari tujuan dari penelitian ini, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi potensi lingkungan ekowisata dan merumuskan strategi pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih. Dengan demikian dapat menjawab tantangan bagaimana pariwisata dapat berkontribusi secara nyata terhadap kelestarian lingkungan dan dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. 41

42 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Subak Jatiluwih, Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan. Subak Jatiluwih berjarak tempuh kurang lebih 30 menit dari kota Kecamatan atau sekitar 14 km dan berjarak tempuh kurang lebih 50 menit atau sekitar 26 km memiliki dari kota kabupaten. Subak Jatiluwih dengan luas wilayah sekitar 348 ha, seperti digambarkan pada Gambar 3.1. Pemilihan lokasi dan waktu penelitian dilaksanakan secara sengaja atau purposive dengan pertimbangan sebagai berikut. a. Status Subak Jatiluwih adalah bagian dari Kawasan Catur Angga Batukaru penerima warisan budaya dunia dari UNESCO, sehingga kelestariannya harus dijaga agar tetap menjadi kebangaan masyarakat Bali. b. Dalam Perda RTRW Provinsi Bali Kawasan Jatiluwih merupakan salah satu kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya, sehingga dalam pengembangannya harus sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. c. Adanya kunjungan wisatawan baik wisatawan domestik dan mancanegara ke Subak Jatiluwih yang terus meningkat dari tahun ke tahun. d. Berpotensi untuk dikembangkan menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) berbasis ekowisata. e. Pengelolalaan lingkunganya belum maksimal sehingga belum dapat memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar.

43 43 Gambar 3.1. Lokasi Penelitian di Subak Jatiluwih (Sumber Citra Google Earth dan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali)

44 Jenis dan Sumber Data Jenis Data Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu sebagai berikut. 1. Data kualitatif, adalah data yang berbentuk uraian berupa rangkaian kata-kata atau kalimat. Data kualitatif dalam penelitian ini antara lain adalah data kondisi fisik, kondisi sosial, kondisi ekonomi, dan pengelolaan serta faktor kekuatan, kelemahan dan faktor ancaman maupun peluang di Subak Jatiluwih 2. Data kuantitatif, adalah data yang berbentuk angka yang dapat dikuantifikasi yang umumnya berupa angka pasti, baik dengan satuan maupun dalam bentuk ordinal. Data kuantitatif dalam penelitian ini antara lain, luas sawah, banyaknya wisatawan, pembobotan, perangkingan dan penilaian narasumber terhadap hal-hal yang ditanyakan Sumber Data Pada penelitian ini terdapat dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data primer adalah data yang diperloleh dari sumber pertama atau secara langsung diperoleh pada tempat penelitian di Subak Jatiluwih, baik secara lisan maupun tertulis dari informan dan narasumber. Data tersebut meliputi hasil observasi, wawancara dengan informan baik dari

45 45 instansi pemerinah, dan pengurus subak serta data hasil pengisian angket. 2. Sumber sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari pihak pertama melainkan dari pihak-pihak tertentu terkait dengan penelitian ini. Data tersebut dapat berupa dokumen atau arsip resmi seperti luas dan pemilik Subak Jatiluwih serta data kunjungan wisatawan. 3.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini baik dalam proses identifikasi, pengumpulan data, analisis data dan pengambilan keputusan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Perangkat Keras Berupa Komputer, kamera digital, dan global positioning system (GPS). 2. Perangkat Lunak, antara lain adalah: Microsoft Excel untuk proses analisis data, dan Microsoft Word untuk penulisan laporan. 3. Angket Pembobotan, Angket Rating Faktor, Angket Atractive Score dan pedoman wawancara. Angket Pembobotan dan Angket Rating Faktor digunakan untuk menentukan bobot dan rating pada masing-masing faktor internal dan eksternal dalam Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dan Exsternal Factor Analysis Summary (EFAS). Angket Attractive Score

46 46 digunakan untuk menentukan nilai ketertarikan relatif untuk masingmasing strategi yang dipilih pada analisis Quantitative Strategies Planning Matrixs (QSPM). Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui potensi lingkungan ekowisata dan pengelolaan lingkungan ekowisata yang sudah dilakukan pada kondisi eksisting. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Secara umum metoda pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Observasi. Obyek observasi yang digunakan adalah tempat penelitian dilakukan yaitu di Subak Jatiluwih dengan melihat interaksi antara kegiatankegiatan yang sedang dilakukan atau akan dilakukan, dan identifikasi pelaku atau orang yang memainkan peran atau kegiatan tertentu yang berhubungan dengan potensi lingkungan ekowisata, pengelolaan lingkungan dan kondisi wilayah secara menyeluruh. 2. Wawancara. Kegiatan wawancara dilakukan terhadap sejumlah narasumber dan responden yang dianggap mempunyai komptensi di dalam penelitian ini terutama pada pengelolaan potensi lingkungan ekowisata dan pengelolaan yang sudah dilakukan. 3. Dokumentasi.

47 47 Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data langsung tentang kondisi di wilayah penelitian dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih baik berupa buku, foto, dan peraturan. 3.6 Analisis Data Teknik pengolahan data yang akan digunakan adalah dengan menggunakan teknik induktif, yaitu dari fakta dan peristiwa yang diketahui secara konkrit, kemudian digenerasikan ke dalam suatu kesimpulan yang bersifat umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang empiris tentang lokasi penelitian. Dengan menggunakan analisis secara induktif, berarti pencarian data bukan dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian dilakukan. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif sedangkan untuk analisis strategi pengelolaan lingkungan ekowisata dilakukan dengan Internal Factor Analysis Summary (IFAS), Exsternal Factor Analysis Summary (EFAS), Matrik IFAS dan EFAS, analisis Strength Weakness Opportunities Threats (SWOT), serta Analisis Quantitative Strategies Planning Matrixs (QSPM). 1. Analisis Deskriptif Kualitatif Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui potensi ekowisata di Subak Jatiluwih, dengan menekankan pada penyimpulan induktif serta menganalisis dinamika antar fenomena yang ada dengan menggunakan

48 48 logika ilmiah. Terdapat dua macam analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Deskriptif Eksploratif Metoda ini menekankan pada penggalian informasi secara lebih mendalam dan terfokus pada tujuan hasil analisis yang akan dicapai. Mekanisme kerja penggunaan metoda ini lebih mengacu kepada proses mendeskripsikan tiap aspek kewilayahan seperti fisik, sosial, persepsi dan aspirasi masyarakat, serta kebijakan atau peraturan-peraturan yang memiliki keuinikan, keindahan, dan nilai sebagai sebuah daya tarik wisata berbasis ekowisata. b. Deskriptif Komparatif Penggunaan analisis ini bertujuan untuk membandingkan suatu penggambaran atau deskripsi dengan variabel tertentu seperti membandingkan antara gambaran karakteristik Subak Jatiluwih yang sesuai dengan kriteria kegiatan wisata berbasis lingkungan. Pada tahap lebih lanjut analisis deskriptif komparatif digunakan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian pengelolaan wisata yang telah dilakukan di Subak Jatiluwih. 2. Analisis IFAS dan EFAS Analisis ini dilakukan dengan melihat kondisi sekarang dengan meninjau pada faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan, serta faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman. Peluang berisikan berbagai hal yang membuka peluang seperti kebijakan baru, perubahan kondisi

49 49 sosial budaya, dukungan masyarakat, hal-hal yang terkait dengan kebijaksanaan yang bersifat administratif, birokratik dan lain-lain yang memberikan peluang bagi peningkatan kinerja dari pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih. Ancaman berisikan berbagai hal yang dapat mengancam pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih, antara lain karena perubahan kondisi sosial budaya yang kurang menguntungkan, menurunnya tingkat kesadaran masyarakat, dukungan instansi dan lain sebagainya. Kekuatan berisikan berbagai indikator lingkungan yang menggambarkan ekowisata di Subak faktor kekuatan Jatiluwih dalam pengelolaan mendukung peningkatan kinerja. Seperti status subak, tersedianya SDM yang berkualitas, kondisi lingkungan yang baik dan mendukung, kerjasama antar lembaga dan lain sebagainya. Kelemahan berisikan berbagai faktor yang kurang mendukung pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih seperti kurang tersedianya data dan informasi, rendahnya SDM, baik jumlah maupun mutu, rendahnya komunikasi dan kerjasama antar lembaga dan sebaginya. a. Analisis IFAS Internal Factor Analysis Summary (IFAS) digunakan untuk menganalisis faktor internal (kekutan dan kelemahan) yang telah diantisipasi kebedaraanya dengan tahapan sebagai berikut. 1. Membuat kelemahan). daftar faktor-faktor internal (kekuatan dan

50 50 2. Melakukan pembobotan dengan metoda berpasangan, sehingga total bobot sama dengan satu. 3. Memberikan peringkat (rating) antara 1 sampai 4 untuk masing masing faktor kekuatan dan kelemahan, dengan keterangan nilai 1 (sangat lemah), 2 (agak lemah), nilai 3 (cukup kuat) dan nilai 4 (sangat kuat). 4. Mengalikan antara bobot dengan peringkat (rating) dari masingmasing faktor untuk mendapatkan skornya. Nilai total adalah jumlah total dari masing-masing faktor. Nilai total skor dibawah 2,50 mengindikasikan lemahnya faktor internal, sedangkan nilai total skor diatas 2,50 mengindikasikan kuatnya faktor internal. Matriks IFAS seperti ditampilkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Matriks Internal Factor Analysis Summary (IFAS) Faktor-Faktor Internal Bobot KEKUATAN: Kekuatan 1 Kekuatan 2 Kekuatan 3 KELEMAHAN: Kelemahan 1 Kelemahan 2 Kelemahan 3 TOTAL 1,0 Rating Bobot X Rating Ket.

51 51 b. Analisis EFAS Exsternal Factor Analysis Summary (EFAS) digunakan untuk menganalisis faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang telah diketahui kebedaraanya dengan tahapan sebagai berikut. 1. Membuat daftar faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman). 2. Melakukan pembobotan dengan metoda berpasangan, sehingga total bobot sama dengan satu. 3. Memberikan peringkat (rating) antara 1 sampai 4 untuk masing masing faktor peluang dan ancaman, dengan keterangan nilai 1 (sangat lemah), 2 (agak lemah), nilai 3 (cukup kuat) dan nilai 4 (sangat kuat). 4. Mengalikan antara bobot dengan peringkat (rating) dari masingmasing faktor untuk mendapatkan skornya. Nilai total adalah jumlah total dari masing-masing faktor. Nilai total skor dibawah 2,50 mengindikasikan lemahnya faktor eksternal, sedangkan nilai total skor di atas 2,50 mengindikasikan kuatnya faktor eksternal. Matriks EFAS seperti ditampilkan pada Tabel 3.2.

52 52 Tabel 3.2. Matriks Exsternal Factor Analysis Summary (EFAS) Faktor-Faktor Eksternal Bobot PELUANG: Peluang 1 Peluang 2 Peluang 3 ANCAMAN: Ancaman 1 Ancaman 2 Ancaman 3 TOTAL 3. Rating Bobot X Rating Ket. 1,0 Matriks IFAS EFAS Matriks Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dan Exsternal Factor Analysis Summary (EFAS) diperlukan untuk memposisikan strategi yang digunakan oleh suatu lembaga atau perusahaan. Matriks IFAS dan EFAS terdiri dua sumbu yaitu total skor dari tabel IFAS pada sumbu X dan total skor dari tabel EFAS pada sumbu Y. Matriks IFAS dan EFAS terdiri dari sembilan sel seperti ditampilkan pada Tabel 3.3.

53 53 Tabel 3.3. Matriks Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dan Exsternal Factor Analysis Summary (EFAS) 4,0 Pertumbuhan Konsentrasi via integrasi horisontal IV Pertumbuhan Konsentrasi via integrasi Horisontal Stabilitas Strategi Laba Stabilitas Berhenti sejenak atau lanjut dengan 2,0 VII Rendah (1,0 1,99) Pertumbuhan Diversifikasi Konsentris 1,0 1,0 II Pertumbuhan Konsentrasi via integrasi vertikal 3,0 Menengah (2,0 2,99) 2,0 3,0 I Tinggi (3,0 4,0) Lemah (1,0 1,99) Sedang (2,0 2,99) Kuat (3,0 4,0) III Pertumbuhan Berputar V VIII Pertumbuhan Diversifikasi Konglomerat VI Pengurangan Perusahaan terikat atau jual habis kewapadaan IX Pengurangan Kebangkrutan atau likuidasi Sumber: Hunger dan Wheelen, 2003 Matriks IFAS EFAS menghasilkan sembilan sel dengan tiga implikasi strategi yang berbeda (Hunger dan Wheelen, 2003), sebagai berikut. a. Sel I, II dan V strategi yang diterapkan adalah strategi pertumbuhan baik konsentrasi yaitu ekspansi dalam industri perusahaan yang sekarang atau diversifikasi yaitu pertumbuhan yang diperoleh dari luar industri yang sekarang yaitu pada sel VII dan VIII. b. Sel IV dan V strategi yang diterapkan adalah strategi stabilitas dengan menjaga dan mempertahankan misi dan tujuan tanpa perubahan yang signifikan dalam arah stategis.

54 54 c. Sel III, VI dan IX strategi yang diterapkan adalah strategi pengurangan dalam lingkup dan ukuran upaya perusahaan. 4. Analisis SWOT Analisis Strength Weakness Opportunities Threats (SWOT) merupakan alat (tool) yang dapat dipakai untuk menganalisis kualitatif. Rangkuti (2013) mengatakan, Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi kebijakan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Dalam upaya mewujudkan pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih terdapat empat hal yang dapat digunakan untuk merencanakan pengembangan ekowisata tersebut, antara lain sebagai berikut. a. Strategi yang meningkatkan indikator kekuatan atau Strength (S), dengan cara memanfaatkan indikator peluang-peluang atau Opportunities (O) yang dimilki, disebut dengan strategi S-O. b. Strategi yang meningkatkan indikator kekuatan atau Strength (S) untuk menimimalkan ancaman-ancaman atau Threats (T) yang muncul, disebut dengan strategi S-T. c. Strategi yang meminimalkan kelemahan atau Weakness (W) yang ada dengan memanfaatkan peluang-peluang atau Opportunities (O) yang dimiliki, disebut dengan strategi W-O.

55 55 d. Strategi mengurangi kelemahan atau Weakness (W) yang dimilki untuk memperkecil atau mengilangkan ancaman atau Threats (T) yang muncul, disebut dengan strategi W-T. Hasil akhir dari analisis SWOT tersebut menjabarkan strategi-strategi alternatif dalam pengembangan ekowisata di Subak Jatiluwih, seperti ditampilkan pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Matriks Strength Weakness Opportunities Threats (SWOT) Internal Eksnternal Strenghts (S) Susunan Daftar Kekuatan Strategi S-O Opportunities (O) Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Threats (T) Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman Susunan Daftar Peluang Susunan daftar Ancaman Strategi S-T Weakness (W) Susunan Daftar Kelemahan Strategi W-O Mengurangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang Strategi W-T Memperkecil kelemahan untuk menghindari ancaman 5. Analisis QSPM (Quantitative Strategies Planning Matrixs) Setelah disusun analisis SWOT dan didapatkan anternatif strategi pilihan terhadap pengelolaan lingkungan Subak Jatiluwih berbasis ekowisata, dilanjutkan dengan analisis QSPM (Quantitative Strategies Planning Matrixs). Analisis QSPM adalah suatu alat atau tools yang digunakan untuk menetapkan ketertarikan relatif dari strategi alternatif

56 56 yang telah dipilih untuk merumuskan strategi yang paling baik atau menentukan skala prioritas untuk strategi yang akan diimplementasikan. Adapun langkah2 dalam menyusun analisis QSPM adalah sebagai berikut. a. Memasukan faktor internal dan eksternal dari masing-masing strategi ekowisata. b. Menentukan bobot faktor internal dan eksternal dari masingmasing strategi ekowisata. c. Menentukan AS (Attractive Score) yang merupakan nilai yang menunjukkan ketertarikan relatif untuk masing-masing strategi yang dipilih. Batasan nilai yang digunakan untuk nilai AS adalah: nilai 1 untuk strategi yang dianggap tidak menarik, nilai 2 untuk strategi yang dianggap agak menarik, nilai 3 untuk strategi yang dianggap menarik, dan nilai 4 untuk strategi yang dianggap sangat menarik. d. Menentukan nilai TAS (Total Attractive Score), yaitu dengan mengalikan bobot faktor dengan nilai AS (Attractive Score) masing-masing strategi ekowisata. e. Menjumlahkan semua nilai TAS (Total Attractive Score) pada penilaian faktor internal dan eksternal. Dari perbandingan total nilai TAS (Total Attractive Score) antar strategi, didapat urutan strategi yang menjadi pilihan untuk dapat diimplementasikan, semakin tinggi nilai total TAS (Total Attractive Score) strategi

57 57 tersebut menjadi pilihan utama atau pertama untuk diimplementasikan, sedangkan nilai total TAS (Total Attractive Score) terendah menjadi pilihan strategi paling akhir untuk diimplementasikan. Hasil akhir dari Analisis QSPM adalah mendapatkan alternatif strategi pengelolaan yang paling baik atau urutan skala prioritas strategi pengelolaan yang akan diimplementasikan dalam pengelolaan lingkungan ekowisata di Desa Jatiluwih, seperti ditampilkan pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Tabel Analisis QSPM (Quantitative Strategies Planning Matrik). (Umar, 2005) Strategi Alternatif Faktor-Faktor Bobot Strategi 1 AS Faktor Internal 1. Kekuatan 2. Kelemahan TOTAL Faktor eksternal 1. Peluang 2. Ancaman TOTAL TOTAL NILAI TAS Strategi 2 AS TAS Strategi AS TAS

58 BAB IV GAMBARAN UMUM SUBAK JATILUWIH 4.1. Kondisi Lingkungan Subak Jatiluwih Secara umum Subak Jatiluwih berada pada ketinggian antara mdpl, oleh karena itu kontur lahan di Kawasan Jatiluwih didominasi oleh lahan bergelombang. Morfologi lahan di Kawasan Jatiluwih merupakan daerah perbukitan dan pegunungan, di mana terdapat empat gunung berdekatan yaitu Gunung Batukaru (2.276 m), Gunung Sangiyang (2.097 m), Gunung Pohen (2.055 m) dan Gunung Adeng (1.811 m). Wilayah permukaan tanah Kawasan Jatiluwih tersusun oleh formasi geologi yang beragam. Batuan yang lebih muda adalah tufa dan endapan lahar Buyan-Bratan dan Batur yang terbentuk pada era kuarter. Sementara pada daerah pegunungan terdapat batuan gunung api dari kerucut-kerucut Gunung Pohen, Gunung Sangiyang dan Gunung Adeng. Berdasarkan formasi geologi tersebut maka Kawasan Jatiluwih merupakan wilayah yang subur untuk pertanian karena sebagian besar berupa endapan dari serentetan gunung api yang terletak di sisi bagian utara memanjang dari ujung barat sampai ujung timur wilayahnya. Kondisi klimatologi Kawasan Jatiluwih pada umumnya mengikuti kondisi klimatologi Kabupaten Tabanan yang mempunyai iklim tropis dengan curah hujan rata-rata cukup tinggi. Suhu rata-rata di Kawasan Jatiluwih mencapai 27ºC dengan suhu terendah 24ºC dan suhu tertinggi 30ºC. Kelembaban udara berkisar antara 74 77% dan curah hujan tahunan rata-rata berkisar

59 mm. Tipe hujan dicirikan dengan turunnya hujan bermusim yang umumnya pada bulan Nopember sampai Mei, dan musim kemarau pada bulan April sampai September. Berdasarkan kondisi iklim dan curah hujan tersebut masyarakat di Kawasan Jatiluwih banyak yang mengembangkan kegiatan pada bidang pertanian dan perkebunan Subak Jatiluwih Subak Jatiluwih adalah suatu lahan persawahan yang terletak di Desa Jatiluwih Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan. Secara keseluruhan luas Subak Jatiluwih adalah 348 ha. Subak Jatiluwih terbagi atas tujuh sub subak atau tempek, dengan panjang saluran irigasi dari sumber air hingga ke sawah tiap petani mencapai m (Dinas Kebudayaan Provinsi Bali). Sumber air irigasi di Subak Jatiluwih didapat dari mata air, air terjun dan beberapa sungai yang melintasi Subak Jatiluwih seperti Sungai Yeh Ho, Sungai Yeh Baat, Sungai Munduk Abangan dan Sungai Yeh Pusut. Gambar 4.1 berikut menampilkan wilayah Subak Jatiluwih.

60 60 Gambar 4.1 Wilayah Subak Jatiluwih (Sumber: Citra Google Earth dan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali)

61 61 Subak Jatiluwih dipimpin oleh seorang pekaseh yang saat ini dipimpin oleh Nyoman Sutama dan terdiri tujuh sub subak atau tempek yang masingmasing dipimpim oleh klian tempek. Anggota Subak Jatiluwih bukan hanya berasal dari Desa Jatilwuih saja namun juga berasal dari berbagai desa di sekitar Desa Jatiluwih hingga ke Kecamatan Penebel. Anggota Subak Jatiluwih atau biasa disebut dengan krama subak dibedakan dalam tiga kelompok sebagai berikut. 1. Krama Pengayah atau anggota aktif, yaitu anggota subak yang secara aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan subak seperti gotong royong, pemeliharaan, perbaikan fasilitas subak, upacara-upacara keagamaan yang dilakukan oleh subak, rapat subak dan lain sebagainya. 2. Krama Pengempel atau anggota pasif, yaitu anggota subak yang karena alasan tertentu tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan-kegiatan subak. Sebagai gantinya anggota ini membayar dengan sejumlah beras atau uang yang biasa disebut pengoot atau pengampel, yang besarannya disepakati dalam rapat anggota subak menjelang musim tanam. 3. Krama Leluputan atau anggota khusus, yaitu anggota subak yang dibebaskan dari berbagai kewajiban anggota subak, karena yang bersangkutan memegang jabatan tertentu di dalam masyarakat seperti Pemangku suatu pura, Bendesa Adat (pimpinan desa adat), Perbekel (Kepala Desa), Sulinggih dan lain sebagainya. Struktur organisasi pada Subak Jatiluwih digambarkan pada gambar 4.2 sebagai berikut.

62 62 Rapat Anggota Subak (Paruman Kerama) Pekaseh/Kelihan Subak (Nyoman Sutama) Penyarikan/Juru Surat (Sekretaris) I Wayan Semara Jaya Petengen/Juru Raksa (Bendahara) I Ketut Witra Kelihan Tempek Telabah Gede (Nyoman Sudarma) Kelihan Tempek Besi Kalung (Nyoman Kudus) Kelihan Tempek Kedamaian (Ketut Wita) Kelihan Tempek Uma Duwi (Nyoman Suryanata) Kelihan Tempek Gunung Sari (Gede Susila) Kelihan Tempek Kesambi (I Nengah Suardana) Kelihan Tempek Umakayu (Gede Supartha) Gambar 4.2 Struktur Organisasi Subak Jatiluwih (Sumber: Hasil Wawancara dengan Pekaseh Subak Jatiluwih) Sub Subak Umakayu Sub Subak atau Tempek Umakayu adalah salah satu sub Subak Jatiluwih yang terletak di hulu, bahkan paling hulu di antara sub subak atau tempek lainnya. Sub Subak Umakayu memiliki luas sekitar 44 ha dengan jumlah anggota subak sebanyak kurang lebih 30 orang. Sub Subak Umakayu memiliki sebuah bedugul dengan sumber air utama terletak di Pangkung Mekayu di

63 63 kawasan hutan di bagian hulu subak, dengan debit air yang cukup besar. Setidaknya terdapat tiga sumber air lainya yang juga mengaliri Sub Subak Umakayu. Gambar 4.3 mengambarkan wilayah Sub Subak Umakayu. Gambar 4.3 Wilayah Sub Subak Umakayu (Sumber : Citra Google Earth dan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali)

64 64 Kondisi saluran irigasi pada Sub Subak Umakayu sebagian besar dalam kondisi yang kurang baik, sehingga banyak air irigasi yang mengalir di saluran irigasi tidak seluruhnya sampai ke kawasan subak. Oleh karena itu banyaknya sumber mata air yang dimiliki Sub Subak Umakayu tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga memungkinkan terjadinya kekeringan pada musim kemarau. Pemandangan alam di Sub Subak Umakayu sangat indah sehingga berpeluang untuk dikembangkan pada bidang pariwisata alam Sub Subak Gunung Sari Sub Subak Gunung Sari terletak berbatasan dengan Sub Subak Umakayu. Sub Subak Gunung Sari memiliki luas sekitar 52 ha dengan jumlah anggota subak sebanyak kurang lebih 57 orang. Sub Subak Gunung Sari mempunyai beberapa sumber air irigasi di antaranya adalah mata air dan Air Terjun Suranadi. Air terjun tersebut terletak di hulu Desa Gunung Sari dan merupakan sumber air irigasi yang sangat potensial untuk mengaliri subak. Air terjun tersebut tidak hanya mengaliri Sub Subak Gunung Sari namun juga pada Sub Subak Telabah Gede. Banyaknya sumber air di Sub Subak Gunung Sari menyebabkan subak Gunung sari jarang mengalami kekeringan. Namun kerusakan aliran irigasi yang tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan debit air dari tersebut kurang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mengaliri subak. Selain sebagai sumber air irigasi, air terjun pada Sub Subak Gunung sari juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata berbasis alam. Gambar 4.4 mengambarkan wilayah Sub Subak Gunung sari.

65 65 Gambar 4.4 Wilayah Sub Subak Gunung Sari (Sumber : Citra Google Earth dan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali)

66 Sub Subak Telabah Gede Sub Subak Telabah Gede adalah sub subak yang sering disebut dengan Subak Jatiluwih, karena Sub Subak Telabah Gede terletak di tengah-tengah jalan utama Desa Jatiluwh. Sub Subak Telabah Gede memiliki luas 114 ha dengan jumlah anggota subak kurang lebih sekitar 110 orang. Sub Subak Telabah Gede memiliki pemandangan yang sangat indah dan banyak dikunjungi wisatawan. Sub Subak Telabah Gede mempunyai sebuah Pura Bedugul (Pura sebagai pemujaan Dewi Sri atau Dewi Kesuburan) yang terletak di lokasi yang sangat strategis yaitu hulu subak. Sub Subak Telabah Gede hanya memiliki satu sumber air yang berada di bagian hulu subak, berjarak 3 km dari sawah terdekat yang kemudian dialirkan ke bendung Jatiluwih. Di bendung ini terdapat saluran untuk menyalurkan air irigasi ke Sub Subak Gunung Sari yang kondisinya rusak sehingga banyak air irigasi yang hilang dalam perjalanan. Oleh kerena itu Sub Subak Telabah Gede sangat rawan mengalami kekeringan pada musim kemarau. Gambar 4.5 mengambarkan wilayah Sub Subak Telabah Gede.

67 67 Gambar 4.5 Wilayah Sub Subak Telabah Gede (Sumber : Citra Google Earth dan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali)

68 Sub Subak Kedamaian Sub Subak Kedamaian memiliki luas 46 ha dengan jumlah pemilik lahan sekitar 60 orang. Sesuai dengan namanya Sub Subak Kedamaian mampu memberikan suasana yang sangat damai apabila kita berkunjung, yaitu dengan pemandangan hamparan sawah yang indah. Sub Subak Kedamaian memiliki sebuah bedugul yang sangat sederhana. Ulun Suwi Sub Subak Kedamaian terletak di Pura Luhur Puncak Petali. Sumber air Sub Subak Kedamaian berasal dari empelan Sungai Yeh Baat yang terletak di bagian hulu Sub Subak Telabah Gede. Sub Subak Kedamaian berbatasan dengan tiga sub Subak Jatiluwih yaitu Sub Subak Telabah Gede, Sub Subak Besi Kalung dan Sub Subak Umadui serta berbatasan dengan Subak Wangaya Betan. Letak Sub Subak Kedamaian yang lebih tinggi membuat Sub Subak Kedamaian sangat strategis, dari tempat tertentu kita dapat melihat keindahan Sub Subak Besi Kalung dan Pura Luhur Besi Kalung yang sangat mengesankan. Gambar 4.6 mengambarkan wilayah Sub Subak Kedamaian.

69 69 Gambar 4.6 Wilayah Sub Subak Kedamaian. (Sumber : Citra Google Earth dan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali)

70 Sub Subak Kesambi Sub Subak Kesambi secara keseluruhan memiliki luas 35 ha dengan anggota pemilik lahan sebanyak 57 orang. Sub Subak Kesambi adalah bagian dari Subak Jatiluwih yang terletak paling barat. Sumber air Sub Subak Kesambi berada di tengah hutan, berupa air air terjun Yeh Pusut dengan debit yang besar, namun tidak semua air dialirkan ke Subak Kesambi. Aliran air irigasi Sub Subak Kesambi mengalir mengikuti tebing yang cukup curam dan berada di tengah hutan di bagian kanan Pura Luhur Petali untuk kawasan persawahan di bagian timur permukiman Banjar Kesambi. Untuk area persawahan yang terletak di sebelah barat permukiman Banjar Kesambi mengambil sumber air dari sumber yang ada di bagian bawah, namun secara geografis letaknya hampir berdekatan dengan sumber air di bagian atas. Kondisi saluran irigasi yang rusak serta melalui medan yang susah menyebabkan Sub Subak Kesambi sering mengalami kekeringan, namun karena letak Sub Subak Kesambi yang terpisah dari sub subak lainnya serta jauh dari pusat kunjungan wisatawan kondisi tersebut kurang mendapat perhatian. Gambar 4.7 mengambarkan wilayah Sub Subak Kesambi.

71 71 Gambar 4.7 Wilayah Sub Subak Kesambi. (Sumber : Citra Google Earth dan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali)

72 Sub Subak Besi Kalung Sub Subak Besi Kalung terletak di sebelah timur Sub Subak Kedamaian. Luas Sub Subak Besi Kalung adalah 45 ha dengan jumlah pemilik lahan 55 orang. Seperti kebanyakan Sub Subak Jatiluwih, Sub Subak Besi kalung juga memiliki penoramana persawahan bertingkat yang indah dan alami, selain itu di bawah Sub Subak Besi Kalung juga terdapat Pura Luhur besi Kalung sebagai salah satu Catur Angga Batukaru yang masuk dalam situs warisan budaya dunia dari UNESCO serta sekaligus sebagai Ulun Suwi Sub Subak Besi Kalung. Sumber air Sub Subak Besi Kalung berasal dari Empelan Besikalung yang terletang di Tukad Sekalung. Air irigasi Sub Subak Besi Kalung cukup besar, selain daripada itu sistem aliran air irigasi pada Sub Subak Besi Kalung cukup baik sehingga jarang mengalami kekeringan. Pembangian air irigasi di Sub Subak Besi Kalung dibagi menjadi dua pembagian utama yaitu aliran barat untuk subak yang posisinya lebih tinggi dan aliran bawah yang terletak di sebelah Pura Luhur Besi Kalung untuk subak yang posisinya dibawah. Gambar 4.8 mengambarkan wilayah Sub Subak Besi Kalung.

73 73 Gambar 4.8 Wilayah Sub Subak Besi Kalung. (Sumber : Citra Google Earth dan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali)

74 Sub Subak Umadui Sub Subak atau tempek Umadui merupakan bagian dari Subak Jatuluwih yang terletak paling hilir. Luas Sub Subak Umadui kurang lebih adalah 9,5 ha dengan sekitar 45 orang pemilik lahan. Sub Subak Umadui berbatasan langsung dengan Sub Subak Kedamaian. Selain itu Sub Subak Umadui juga berbatasan langsung dengan Subak Soka dan Subak Wangaya Betan yang juga masuk dalam situs warisan budaya dunia dari UNESCO pada tahun Sumber air Sub Subak Umadui berasal dari empelan umadui di Sungai Tukad Yeh Baat, selain daripada itu karena letak Sub Subak Umadui di bagian hilir yang otomatis lebih rendah dari sub subak lainya, Sub Subak Umadui juga memiliki sumber air irigasi dari beberapa sub subak diatasnya seperti dari Sub Subak Telabah Gede, Sub Subak Besi Kalung dan Sub Subak Gunung Sari. Gambar 4.9 mengambarkan wilayah Sub Subak Umadui.

75 75 Gambar 4.9 Wilayah Sub Subak Umadui. (Sumber : Citra Google Earth dan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali)

76 BAB V POTENSI DAN KENDALA PENGELOLAAN LINGKUNGAN EKOWISATA 5.1. Identifikasi Potensi Lingkungan Ekowisata di Subak Jatiluwih Potensi lingkungan ekowisata adalah semua obyek baik berupa fisik, budaya dan buatan, baik yang memerlukan penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan maupun yang tidak membutuhkan penanganan. Potensi lingkungan ekowisata bukan hanya berbentuk fisik biotik dan abiotik semata, namun juga termasuk aktifitas dan perilaku manusia itu sendiri yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari (sosial dan budaya), dan bahkan berbentuk spiritual. Potensi lingkungan ekowisata yang ada di Subak Jatiluwih dapat dikelola dan dikembangkan dalam bentuk paket-paket wisata yang ramah lingkungan. Pengelolaan dan pengembangan potensi lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih diharapkan dapat dikelola oleh anggota subak atau setidaknya melibatkan anggota Subak Jatiluwih. Keterbilatan anggota subak dalam pengelolaan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan dan tambahan pendapatan kepada anggota subak, seiring dengan minimnya pendapatan yang didapat dari mengelola sawah. Kondisi lingkungan yang masih sangat alami dan asri dapat dijadikan sebagai modal utama untuk pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih. Kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan alam terutama sumber- 76

77 77 sumber air dan saluranya merupakan salah satu pendukung pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih Potensi Abiotik Potensi abiotik di Subak Jatiluwih berhubungan dengan kondisi tanah, air, batu dan udara yang ada di Subak Jatiluwih yang dapat dikelola untuk kegiatan-kegiatan pariwisata berbasis lingkungan. Adapun potensi abiotik yang dimiliki Subak Jatiluwih adalah sebagai berikut. 1. Potensi Panorama Persawahan Subak Jatiluwih memiliki keindahan panorama persawahan bertingkat yang ada hampir di semua sub subak. Luas dan banyaknya pemandangan persawahan di Subak Jatiluwih memberikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Ada banyak pilihan pemandangan persawahan di Subak Jatiluwih, ada yang terletak di pinggir jalan utama, adalah pula yang harus melalui jalur sepeda atau bahkan dengan berjalan kaki. Kondisi pemandangan persawahan yang ada di Subak Jatiluwih mumnya terbagi atas empat musim, yaitu musim metekap atau mengolah sawah, musim pertumbuhan dan musim panen serta musim pasca panen. Masingmasing musim memiliki pemandangan yang berbeda beda. Pada musim metekap umumnya pemandangan persawahan akan sedikit tergenang air dan nampak bersih. Pada musim pertumbuhan atau setelah padi ditanam dan tumbuh, pemandangan persawahan di Subak Jatiluwih akan menjadi hijau. Pada musim panen pemandangan persawahan akan berwarna kuning seiring dengan tumbuhnya bulir-bulir padi yang siap panen. Sedangkan pada musim

78 78 pasca panen umumnya pemandangan persawahan akan ditutupi jerami-jerami sisa hasil panen. Gambar 5.1 berikut memperlihatkan panomara persawahan di Sub Subak Uma Kayu pada musim metekap. Gambar 5.1 Pemandangan Sub Subak Uma Kayu pada Musim Metekap (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015) 2. Potensi Panorama Pura Luhur Besi Kalung Pura Luhur Besi Kalung terletak di bagian bawah Sub Subak Besi Kalung, sedangkan Sub Subak Besi Kalung terletak di sebelah timur Sub Subak Kedamian, oleh karena itu untuk dapat menikmati panorama Pura Luhur Besi Kalung dapat dilakukan dari Sub Subak Kedamaian baik dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda dari pintu masuk Sub Subak Telabah Gede. Pura Luhur Besi Kalung merupakan salah satu Pura Ulun Suwi bagi beberapa Sub

79 79 Subak yang ada di Subak Jatiluwih selain Pura Luhur Puncak Petali. Gambar 5.2 berikut memperlihatkan panomara Pura Luhur Besi Kalung dari Sub Subak Kedamaian. Gambar 5.2 Panorama Pura Luhur Besi Kalung dari Sub Subak Kedamaian (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015) 3. Potensi Mata Air Mata air banyak ditemui di beberapa wilayah di Subak Jatilwih. Mata air merupakan salah satu sumber air utama yang digunakan untuk mengaliri areal persawahan, oleh karena itu kelestarianya sangat dijaga oleh anggota subak. Letak mata air di Subak Jatiluwih sangat bervariasi, ada yang terletak di tengah areal persawahan, ada pula yang terletak di tengah hutan. Salah satu

80 80 mata air yang terletak di areal persawahan adalah mata air yang terletak di Pura Cantik Kuning yang terletak di Sub Subak Gunung Sari. Mata air yang ada di Pura Cantik Kuning menyerupai mata air pada Pura Tirtla Empul di Tampak Siring namun dalam debit yang lebih kecil seperti digambarkan pada Gambar 5.3. Gambar 5.3 Mata Air di Pura Cantik Kuning (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015) Sumber mata air yang terletak di tengah hutan dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata dengan memanfaatkan anggota subak untuk memandu melakukan kegiatan tracking, selain berguna bagi wisatawan dan dapat menambah pendapatan anggota subak, kegiatan tracking ke sumber mata air

81 81 juga berguna untuk mengontrol saluran irigasi dari sumber mata air ke areal persawahan. Salah satu mata air yang terdapat di tengah hutan dengan jalur dan pemandangan yang menarik terletak digambarkan pada Gambar 5.4 berikut. Gambar 5.4 Mata Air Sumber Air Irigasi di Subak Umakayu yang terletak di tengah Hutan (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015) 4. Potensi Air terjun Selain memiliki panorama pemandangan persawahan yang indah, Subak Jatiluwih juga memiliki potensi berupa air terjun. Terdapat tiga air terjun di Subak Jatiluwih. Ketiga air terjun tersebut terletak di hulu Subak Jatiluwih atau tepatnya di Sub Subak Uma Kayu, Sub Subak Kesambi dan Sub Subak

82 82 Gunung Sari. Air terjun tersebut digunakan sebagai sumber air irgasi. Lokasi air terjun tersebut ada yang berlokasi di tengah hutan ada pula yang terletak berdekatan dengan areal persawahan. Ketiga air terjun tersebut dapat dicapai dengan jalan kaki dengan pemandangan alam yang indah dan masih alami. Pada saat ini hanya beberapa warga lokal yang sering mendatangi ketiga air terjun tersebut. Gambar 5.5 berikut memperlihatkan air terjun Suranadi yang terletak Sub Subak Uma Kayu. Gambar 5.5 Air Terjun Suranadi di Sub Subak Uma Kayu (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015)

83 83 5. Potensi Air Panas Sumber air panas yang ada di Subak Jatiluwih terletak di Sub Subak Besi Kalung, bersebelahan dengan aliran sungai. Lokasi sumber air panas tersebut sangat mudah dicapai baik dengan bejalan kaki maupun mengendarai sepeda atau motor. Kondisi sumber air panas tersebut sangat tidak terawat dan jarang dikunjungi oleh para wisatawan, hanya beberapa warga lokal yang kadang mengunjungi, hal tersebut dikarenakan lokasi sumber air panas tersebut berdekatan dengan peternakan ayam dan pabrik air minum. Apabila dilakukan pembenahan dan penataan sumber air panas tersebut sangat berpotensi dijadikan tempat tujuan wisata. Gambar menggambarkan kondisi sumber air panas di Subak Jatiluwih. Gambar 5.6 Sumber Air Panas di Sub Subak Besi Kalung (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015) 5.6 berikut

84 84 6. Potensi Sungai Letak Subak Jatiluwih di dataran tinggi membuat Subak Jatiluwih banyak dilalui sungai. Sungai-sungai tersebut mempunyai peran yang sangat vital yaitu untuk mengalirkan air ke areal persawahan yang dilalui. Kondisi sungai di Subak Jatiluwih sangat alami dan asri, air yang jernih dan debit air yang besar serta ditambah batu-batu besar sisa letusan gunung menambah keindahan sungai. Kondisi sungai di Subak Jatiluwih sangat berpotensi dikelola untuk berbagai kegiatan wisata, namun pengembangan kegiatan wisata harus dapat menjaga kelestarian dan keindahaanya. Kegitan yang mungkin dilakukan antara lain tracking menyusuli aliran sungai. Gambar 5.7 menggambarkan kondisi sungai di Sub Subak Uma Kayu. Gambar 5.7 Kondisi Sungai di Sub Subak Uma Kayu (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015)

85 85 7. Potensi Lainnya Banyaknya potensi alam yang indah di Subak Jatiluwih, dapat dikelola menjadi paket-paket wisata yang ramah lingkungan, salah satu kegiatan wisata yang sangat mudah dikelola dan sudah mempunyai prasarana dan sarana yang cukup memadai adalah kegiatan tracking dan cycling. Jalur cycling pada umunya terdapat pada sub subak yang memiliki jalan pada tengah-tengah areal persawahan. Salah satu jalur cycling yang memiliki pemandangan alam yang indah dengan jalur yang cukup panjang dengan melintasi Sub Subak Telabah Gede, Sub Subak Kedamaian dan Sub Subak Besi Kalung seperti pada Gambar 5.8. Gambar 5.8 Jalur Cycling yang melintasi tiga sub subak (Sumber: Citra Google Earth dan Hasil Observasi Tahun 2015)

86 86 Semua jalur cycling dapat digunakan sebagai jalur tracking. Jalur tracking tersedia hampir di semua sub subak, mulai dari jalur yang pendek dan ringan hingga jalur yang agak jauh dan melalui hutan hutan. Jalur tracking tersebut biasa dilalui oleh anggota subak untuk mengecek aliran irigasi dari sumber air seperti mata air dan air terjun. Salah satu jalur tracking yang memiliki jarak sedang dan memiliki pemandangan yang indah serta jalur yang menarik dan berujung pada mata air atau air terjun terdapat di Sub Subak Umakayu seperti pada Gambar 5.9. Gambar 5.9 Jalur Tracking pada Sub Subak Uma Kayu (Sumber: Citra Google Earth dan Hasil Observasi Tahun 2015)

87 Potensi Biotik Potensi biotik yang ada di Subak Jatiluwih berhubungan dengan tanaman dan hewan yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata berbasis lingkungan. Hampir tidak ada aktivitas anggota subak yang tidak luput dari kegiatan upacara. Semua kegiatan upacara yang dilakukan memerlukan beberapa bahan-bahan yang bersumber dari alam baik berupa tanaman maupun hewan, oleh karena itu anggota Subak Jatiluwih senantiasa merawat dan memelihara tanaman yang akan digunakan sebagai sarana pada upacara-upacara tersebut. Subak Jatiluwih terkenal akan produksi berasnya terutama beras merah, beras merah yang dihasilkan Subak Jatiluwih telah dipasarkan hingga manca negara dan ada beberapa yang telah memiliki sertifikat SNI Pangan Organik. Beras merah yang dihasilksan dari Subak Jatiluwih memiliki varietas beras merah organik unggulan karena tidak menggunakan pestisida dan telah diwariskan secara turun menurun. Beras merah yang dihasilkan bukan hanya di untuk dimakan, bahkan untuk diminum dengan cara menyeduh beras merah hingga menghasilkan teh beras merah. Teh beras merah mempunyai cita rasa dan tekstur yang berbeda dengan teh pada umumnya, selain itu teh beras merah juga dipercaya mempunyai beberapa manfaat antara lain sebagai anti oksidan, memperkuat stamina, melancarkan peredaran darah, memperbaiki pencernaan dan lain sebagainya. Gambar 5.10 menampilkan teh beras merah produksi Subak Jatiluwih yang sudah dikemas sedemikian rupa.

88 88 Gambar 5.10 Teh Beras Merah Produksi Subak Jatiluwih (Sumber: Burung Kokokan atau dalam bahasan Indonesia sering disebut Burung Bangau atau Kuntul. Burung Kokokan merupakan satwa dalam ekosistem perairan yang biasa ditemukan pada kawasan danau, pantai, dan rawa. Burung Kokokan merupakan burung yang telah mengalami kelangkaan, beberapa spesies famili burung ini sudah termasuk dalam daftar satwa liar yang dilindungi sepeti tertuang dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 dan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun Burung Kokokan dapat dijumpai di beberapa titik di Subak Jatiluwih seperti di Sub Subak Telabah Gede, Sub Subak Kedamaian dan Sub Subak Umadui. Jumlah burung Kokokan yang ada di Subak Jatiluwih memang tidak sebanyak yang ada di Desa Petulu Gianyar, namun dengan meningkatnya kesadaran anggota subak dan anggota masyarakat untuk menjaga kelestarian alam

89 89 serta adanya peraturan desa untuk melarang kegiatan menembak, jumlah burung kokokan mungkin dapat bertambah. Burung Kokokan yang ada di Subak Jatiluwih dapat dikelola menjadi daya tarik wisata berupa kegiatan birds watching dengan membuat tempat seperti bale atau kubu sederhana yang dapat digunakan untuk melihat burung kokokan. Gambar 5.11 Berikut mengambarkan burung kokokan di Subak Jatiluwih. Gambar 5.11 Potensi Burung Kokokan di Subak Jatiluwih (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015) Potensi Sosial Budaya Potensi sosial budaya yang ada di Subak Jatiluwih pada umumnya berhubungan dengan upacara adat yang dilakukan baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia maupun manusia dengan

90 90 lingkunganya. Potensi sosial budaya juga berhubungan dengan bangunan tradisional, sejarah, teknologi dan makanan tradisional yang berhubungan dengan Subak Jatiluwih. Potensi sosial budaya yang ada di Subak Jatiluwih antara lain: 1. Keberadaan organisasi subak dari tingkat tempek subak atau Sub Subak, subak gede, sampai subak agung, bagaimana sistem pembagian kerja antar tempek dalam subak, pembagian sumber daya serta hak kewajiban antar anggota, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota subak seperti mengolah lahan (membajak, mengaru, mencangkul memperbaiki pematang dan saluran air, menanam padi, menyiang dan memanen) apabila dikemas sedemikian rupa dan pemandu wisata mampu menjelaskanya dengan baik serta melibatkan wisatawan dalam kegiatan petani tentu akan sangat menarik bagi wisatawan dan memperkaya pengetahuan wisatawan mengenai subak. 2. Teknologi sistem pembagian air yang digunakan pada Subak Jatiluwih yang masih bersifat tradisional seperti nyorog, nugel bumbung, pelampias dengan perangkat fisik sederhana seperti aungan (terowongan), tembuku, tali kunda tentu sangat menarik untuk jelaskan kepada wisatawan sehingga dapat memperkaya wawasan wisatawan yang datang ke Subak Jatiluwih. 3. Potensi mitos pada waktu Ratu Bethara Sesuwunan di Pura Puncak Petali Melancaran. Rombongan masyarakat yang mengiringi biasanya berjumlah hingga ratusan orang, walaupun sudah dibuatkan jalan tetapi rombongan kurang berkenan melalui jalan yang ada dan tetap melalui areal persawahan. Rombongan masyarakat yang jumlahnya banyak tersebut menginjak tanaman padi di areal persawahan yang dilalui, namun anehnya dikemudian hari

91 91 tanaman yang terinjak injak tersebut dapat tumbuh kembali dengan normal dan tidak terpengaruh gangguan hama tanpa ada yang rusak atau mati. 4. Adanya 13 upacara adat yang dilakukan mulai dari mencari air irigasi, mengolah sawah, pembibitan, menanam, memelihara, memanen hingga pemanfaatan padi sebagai sumber pangan. Upacara-upacara tersebut apabila dikemas dengan cerita yang disertai gambar-gambar kegiatanya atau melihat langsung dan ikut serta dalam kegiatan anggota subak yang sedang melakukan upacara tentu akan dapat menarik dan menambah wawasan wisatawan yang datang. Tiga belas upacara yang dilakukan antara lain sebagai berikut (hasil wawancara dan Windia dan Wiguna, 2013): a. Mapag Toyo (menjemput air), tujuan dari upacara ini adalah untuk menjemput air irigasi yang kelak akan digunakan untuk mengalirih areal persawahan. Upacara ini biasanya dilakukan di bendungan atau tempat pembagi air. b. Ngendagin merupakan upacara yang dilakukan apabila anggota subak akan memulai mengolah lahan. Upacara ini bertujuan untuk memohon ijin kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasi sebagai Betara Sri agar memberikan kelancaran dan kehidupan c. Ngurit atau Mawiwih Pantun adalah upcara yang dilakukan pada saat membenihkan padi yang nantinya akan ditanam. d. Ngerasikan, yaitu upacara yang dilakukan setelah sawah dibersihkan dan diratakan sebelum benih padi ditanam. Upacara ini dilakukan di hulu maupun di hilir sawah.

92 92 e. Nandur atau menanam padi. Sebelum menanam benih padi, sawah yang akan ditanami harus sudah bersih dan layak untuk ditanami, waktu penanaman biasanya mencari hari baik yang perhitungannya disesuaikan dengan kelahiran anggota subak atau biasa disebut mitra satru. f. Upacara pada saat padi berumur satu bulan. Padi pada saat berumur satu bulan ditandai dengan tumbuhnya tiga buku (ruas) pada batang padi, yang diandaikan sebagai anak yang sudah lincah. g. Upacara pada saat padi berumur dua bulan, upacara ini dilakukan sebagai wujud syukur kepada Tuhan karena padi yang ditanam sudah berkembang baik. h. Upacara pada saat padi berumur tiga bulan. Padi pada saat berumur tiga bulan diibaratkan sebagai manusia yang sudah menginjak masa remaja atau sudah akil balik, upacara dilakukan selain sebagai wujud syukur juga memohon kepada Tuhan agar perkembangan tanaman padi sesuai yang diharapkan. i. Upacara Meikuh Lasan. Upacara ini dilakukan pada saat padi tumbuh malai, sehingga nampak seperti ekor kadal, oleh karena itu upcara ini dinamai Meikuh Lasan. Upacara ini bertujuan untuk memohon kepada Tuhan agar malai yang sudah tumbuh dapat berkembang baik sehingga dapat dipanen pada saatnya nanti. j. Upacara Memanen Padi, merias Nini Kaki dan Nini Manuh. Upacara ini dilakukan sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas manisfestasinya

93 93 sebagai Dewi Sri yang telah memberikan kelancaran, kesuksesan dalam bertani. k. Upacara Padi di Lumbung. Upacara ini dilakukan untuk memohon kepada Tuhan agar padi yang telah dipanen dapat disimpan dengan aman sehingga dapat digunakan sebagai bahan makanan hingga panen berikutnya. l. Upacara Menurunkan Padi. Upacara ini dilakukan pada saat padi di lumbung akan diturunkan untuk digunakan sebagai bahan pangan. Upacara ini bertujuan agar padi yang akan diolah menjadi nasi dan berguna dan memberikan kebaikan bagi siapa saja yang memakanya. m. Upacara Mrelina Dewa Nini. Upacara ini bertujuan untuk melebur Dewa Nini yang digunakan pada saat menaikan padi ke lumbung dan sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas anugerah yang diberikan dalam hal suksesnya bertani Kendala Pengelolaan Potensi Lingkungan Potensi lingkungan yang ada di Subak Jatiluwih sangat indah, alami dan beragam, namun dalam pengelolaanya ada beberapa kendala yang dapat menghambat. Kendala-kendala tersebut harus dapat ditangani dan dikelola dengan baik melalui kerjasama antar anggota subak dengan para pengusaha pariwisata di Desa Jatilwuih serta Pemerintah Daerah. Penanganan kendala-kendala tersebut diharapkan dapat memberikan daya dukung dalam pengelolaan lingkungan ekowisata dan kepuasan wisatawan serta keberlangsungan subak. Kendala-

94 94 kendala yang muncul dalam pengelolaan potensi ekowisata di Subak Jatiluwih antara lain sebagai berikut Kendala Sarana, Prasarana Jalan dan Selokan Kendala sarana dan prasarana jalan yang ada secara garis besar terbagi menjadi dua kendala yaitu kendala jalan penghubung menuju Subak Jatilwuih dan yang kedua adalah kendala jalan di Subak Jatiluwih menuju potensi ekowisata. Kendala jalan penghubung menuju Subak Jatiluwih berupa rusak dan kecilnya jalan menuju Subak Jatiluwih, terutama dari Desa Senganan hingga Desa Soko. Rusaknya jalan di dari Desa Senganan ke Desa Soko disebabkan kurang baiknya kondisi jalan yang ada sehingga pada musim hujan air hujan tidak turun ke selokan namun menggenang di jalan. Kondisi tersebut diperparah dengan kurang baiknya selokan yang ada, sehingga kadang air dari selokan naik dan menggenang di badan jalan. Naik dan menggenangnya air dari selokan ke badan yang tidak diperbaiki dengan segera menyebabkan rusaknya badan jalan. Gambar 5.12 Menggambarkan kondisi jalan yang rusak di Desa Bugbugan menuju ke Subak Jatiluwih.

95 95 Gambar 5.12 Kondisi Jalan yang Rusak menuju Subak Jatiluwih (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015) Kendala kedua adalah kurang baiknya kondisi jalan menuju potensi ekowisata. Kendala kedua ini sudah mendapatkan penanganan dengan dilakukanya perbaikan jalan di tengah Subak Jatiluwih, namun perbaikan yang dilakukan sebatas perbaikan akses jalan setapak di Subak Jatiluwih yang dekat dengan jalan utama yang sering didatangi wisatawan, sedangkan untuk akses jalan menuju air terjun dan di subak bagian dalam masih kurang memadai. Kendalakendala ini tentu dapat menganggu kegiatan masyarakat dan wisatawan yang datang ke Subak Jatiluwih terutama pada saat musim hujan. Gambar 5.13 memperliatkan proses perbaikan jalan di Subak Jatiluwih.

96 96 Gambar 5.13 Perbaikan Jalan di Subak Jatiluwih (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015) Kendala Air dan Saluran Irigasi Pertanian sawah seperti subak memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap air. Subak merupakan organisasi petani pengelola air yang membimbing petani dalam berbagi air secara adil, proporsional dan transparan, namun seiring berjalanya waktu dan terjadinya perubahan cuaca, berkurangnya debit air dari sumber mata air dan banyak kerusakan saluran irigrasi baik karena faktor alam maupun manusia membuat persaingan mendapatkan air antar anggota subak semakin tinggi dan berpotensi menjadi konflik antar anggota. Selain daripada itu rusaknya saluran irigasi dan berkurang debit air dapat menimbulkan

97 97 kekeringan yang pada akhirnya merugikan anggota subak dan wisatawan. Kekeringan bahkan dapat terjadi pada musim hujan seperti sekarang ini. Ada tiga Sub Subak yang rawan mengalami kekeringan yaitu Sub Subak Telabah Gede, Sub Subak Kesambi dan Sub Subak Gunung sari. Gambar 5.14 Berikut memperlihatkan kekeringan yang terjadi di Sub Subak Telabah Gede. Gambar 5.14 Kekeringan yang terjadi di Sub Subak Telabah Gede (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015) Kendala Parkir Lahan parkir yang memadai saat ini hanya terdapat di Desa Soko. Desa soko terletak di luar desa tepatnya di sebelah timur Desa Jatiluwih. Lahan parkir di Desa Soko dalam kondisi memadai, baik dan rapi dengan menggunakan

98 98 paving, namun lahan parkir tersebut hanya memadai untuk kendaraan roda dua dan roda empat, sedangkan di Desa Jatiluwih para wisatawan yang berkunjung ke Subak Jatiluwih biasa memarkir kendaraanya di bahu jalan, karena sampai saat penelitian dilakukan belum ada lahan parkir untuk umum yang memadai di Desa Jatiluwih. Lahan parkir yang tersedia bersifat khusus diperuntukan bagi pengunjung rumah makan dan café yang ada di sepanjang jalan utama. Penggunaan bahu jalan sebagai tempat parkir tentu sangat mengganggu pemandangan dan dapat menyebabkan kemacetan, hal tersebut dikarenakan kebanyakan pengunjung yang berkunjung ke Subak Jatiluwih melalui jalur Desa Senganan dan kembali melalui jalur yang sama. Gambar 5.15 Berikut menggambarkan kondisi parkir yang menggunakan badan. Gambar 5.15 Kondisi parkir di Jalan Utama Desa Jatiluwih (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015)

99 Kendala Pencemaran dari Peternakan Ayam Desa Jatiluwih seperti kebanyakan desa di Kecamatan Penebel terdapat banyak usaha peternakan ayam, baik peternakan ayam pedaging maupun ayam petelor. Banyaknya usaha peternakan ayam selain meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat juga membawa dampak negatif bagi lingkungan. Salah satu dampak negatif dari usaha peternakan ayam adalah menimbulkan bau yang kurang sedap, belum lagi anggapan masyarakat bahwa meningkatnya jumlah lalat disebabkan banyaknya peternakan ayam. Banyaknya usaha peternakan ayam di Subak Jatiluwih dapat menganggu pengelolaan lingkungan pariwisata di Subak Jatiluwih. Hendaknya dibentuk peraturan tentang jumlah peternakan ayam dan tata letak peternakan ayam diluar daerah-daerah yang sering dikunjungi wisatawan. Salah satu usaha peternakan ayam yang kemungkinan dapat menganggu pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih terdapat di bagian bawah Sub Subak Besi Kalung dan berdekatan dengan sumber air panas seperti digambarkan pada Gambar 5.16.

100 100 Gambar 5.16 Usaha peternakan ayam di Sub Subak Besi Kalung (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015) Kendala Longsor Karakteristik topografi, curah hujan dan jenis tanah yang ada di wilayah Subak Jatiluwih sangat berpotesi untuk terjadinya longsor. Longsor sering terjadi terutama pada musim hujan. Longsor tidak hanya merugikan areal persawahan yang terkena longsor saja namun apabila longsor terjadi pada daerah yang berguna untuk menyalurkan air atau saluran irigasi hal tersebut harus ditangani dengan segera, karena dapat mengurangi jumlah pasokan air ke areal persawahan yang pada akhirnya dapat menyebabkan kekeringan dan mematikan tanaman padi. Pada saat penelitian dilakukan ada beberapa daerah di Subak Jatiluwih yang sudah

101 101 terjadi longsor, bahkan pada daerah yang berfungsi untuk mengaliri air, sehingga perlu dilakukan pemasangan pipa untuk mengaliri air ke areal persawahan yang membutuhkan. Gambar 5.17 Menggambarkan longsor pada saluran irigasi yang sudah mendapat penanganan. Gambar 5.17 Longsor pada saluran irigrasi subak (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015) Kendala SDM dan Motivasi Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam pengelolaan lingkungan ekowisata di suatu wilayah. Salah satu tujuan pengelolaan ekowisata di Subak Jatiluwih adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggota subak, hal tersebut dapat dilakukan dengan melibatkan anggota subak dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ekowisata, bukan dengan mendatangkan

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki BAB I PENDAHLUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki keunikan tersendiri berupa keindahan panorama alam dan budayanya, sehingga menarik perhatian wisatawan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. penelitian mutakhir sebelumnya yang dianggap relevan dan berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. penelitian mutakhir sebelumnya yang dianggap relevan dan berhubungan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka pada bagian ini akan diuraikan beberapa hasil penelitian mutakhir sebelumnya yang dianggap relevan

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. potensi wisata, yaitu potensi fisik dan potensi budayayang bisa dikembangkan dengan

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. potensi wisata, yaitu potensi fisik dan potensi budayayang bisa dikembangkan dengan BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya berkaitan dengan pengembangan potensi ekowisata, dilakukan oleh Suryawan (2014), di Desa Cau Belayu,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini membahas mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, serta metodologi penyusunan landasan konseptual laporan seminar tugas akhir dengan judul

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Ekowisata Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai lawan dari wisata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dusun ini terletak 20 km di sebelah utara pusat Propinsi Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan adat istiadat yang berbeda,yang mempunyai banyak pemandangan alam yang indah berupa pantai,danau,laut,gunung,sungai,air

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdirinya hotel dan restoran di kawasan wisata dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hidup, sebagai akibat dari pembangunan pariwisata yang tidak terpadu. Sebagai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Sakti Pulau Nusa Penida Provinsi Bali. Untuk lebih jelas peneliti mencantumkan denah yang bisa peneliti dapatkan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bandung Selatan memiliki sebuah kawasan wisata potensial, yaitu kawasan wisata Ciwidey. Di kawasan tersebut terdapat empat tujuan wisata utama, diantaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekowisata 2.1.1 Pengertian Ekowisata Ekowisata didefinisikan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) dalam Fennel (1999) sebagai suatu bentuk perjalanan wisata ke area

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Subak telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) oleh

BAB I PENDAHULUAN. Subak telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subak telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui The United Nations Educational and Cultural Organization (UNESCO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata terjadi karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum di ketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan di daerah tropis dengan luas laut dua pertiga dari luas negara secara keseluruhan. Keberadaan Indonesia di antara dua benua dan

Lebih terperinci

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010 KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata selama ini terbukti menghasilkan berbagai keuntungan secara ekonomi. Namun bentuk pariwisata yang menghasilkan wisatawan massal telah menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia

Lebih terperinci

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) Oleh : GITA ALFA ARSYADHA L2D 097 444 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali. DIY juga menjadi salah satu propinsi yang menjadi pusat pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan 5 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam dan menarik untuk di kembangkan sebagai obyek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam dan menarik untuk di kembangkan sebagai obyek dan daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis Indonesia yang sangat strategis karena berada di dua benoa yakni Benoa Asia dan Benoa Australia sehingga Indonesia mempunyai iklim tropis dan hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR EKOWISATA. Chafid Fandeli *)

PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR EKOWISATA. Chafid Fandeli *) Ekowisata, ekoturisme, ecotourism Ekowisata menurut The Ecotourism Society (1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata Perencanaan merupakan suatu bentuk alat yang sistematis yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan dan maksud tertentu melalui pengaturan, pengarahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik itu alam pegunungan (pedesaan), alam bawah laut, maupun pantai.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati 1 Konservasi Lingkungan Lely Riawati 2 Dasar Hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata secara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 170 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis yang telah penulis lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Sorake,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Obyek Wisata Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata dan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan ( something to see).

Lebih terperinci

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, hal ini terjadi karena pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam ini, hampir merata terdapat di seluruh wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, dan membentang antara garis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia wisata di Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya tempat wisata yang berdiri dimasing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan konservasi mempunyai peran yang sangat besar terhadap perlindungan keanekaragaman hayati. Kawasan konservasi juga merupakan pilar dari hampir semua strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam. Potensi tersebut menciptakan peluang pengembangan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU 1. Latar Belakang Sebagai modal dasar untuk mengembangkan kepariwisataannya yaitu alam dan budaya tersebut meliputi alam dengan segala isi dan bentuknya baik berupa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Hipotesis 1 yang menyatakan Kualitas Obyek Wisata berupa Atraksi (Attraction), Fasilitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang mengandalkan sektor pariwisata

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan (nusantara) yang terdiri dari 17.508 pulau Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki karakteristik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata mempersiapkan 10 destinasi wisata unggulan yang akan menjadi prioritas kunjungan wisatawan di tahun 2016, dan Flores

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian

Lebih terperinci

Sistematika presentasi

Sistematika presentasi Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan Wiwik D Pratiwi Sistematika presentasi Mengapa? Apa prinsipnya? Apa pertimbangannya? Apa elemen-elemen strategisnya? Apa hal-hal yang diperlukan bila berdasar pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya alam maupun kebudayaan unik dan tidak dimiliki oleh Negara lain. Oleh karena itu, Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

Oleh : ERINA WULANSARI [ ] MATA KULIAH TUGAS AKHIR [PW 09-1333] PENELITIAN TUGAS AKHIR Oleh : ERINA WULANSARI [3607100008] PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu bagian dari sebuah bentuk pertumbuhan ekonomi, keberhasilan pengembangan industri pariwisata memerlukan rancangan yang detail dan komprehensif baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata menjadi industri yang berpengaruh besar terhadap perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Berkembangnya sektor pariwisata terlihat dari munculnya atraksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata pariwisata berasal dari kata bahasa sangskerta yang terdiri atas dua kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya alam hayati yang melimpah. Sumber daya alam hayati di Indonesia dan ekosistemnya mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah,

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Letaknya berdekatan dengan tempat wisata makam raja-raja Mataram. Menurut cerita

Lebih terperinci

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati dan dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas terbesar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang melimpah. Kekayaan hayati Indonesia dapat terlihat dari banyaknya flora dan fauna negeri ini. Keanekaragaman sumber

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bobonaro merupakan sebuah kabupaten yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan banyaknya potensi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016) PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016) A. Latar Belakang Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata dan Rekreasi Undang- Undang No.9 Tahun 1990 mendefinisikan wisata sebagai perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara

Lebih terperinci