KONSEP TENTANG HOME DAN IDENTITAS ARSITEKTUR HUNIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEP TENTANG HOME DAN IDENTITAS ARSITEKTUR HUNIAN"

Transkripsi

1 KONSEP TENTANG HOME DAN IDENTITAS ARSITEKTUR HUNIAN Yuni Setyo Pramono Dosen Arsitektur FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Aspek non fisik yang menyangkut proses kegiatan dalam bermukim di suatu hunian, harus ditinjau dari berbagai aspek dan sudut pandang, yaitu: bagaimana mereka mengungkapkan konsep-konsep tentang home (dalam hal ini terkait dengan kebutuhan dasar tentang hunian), latar belakang sosial-budaya (dalam hal ini adalah kondisi sosiokultural, sosio-ekonomi, sosio-ekologi dan sosio-politis), tingkatan ekspektasi, preferensi, eksperiensi, dan satisfaksi hunian (dalam hal ini menyangkut harapan, pilihan, pengalaman dan kepuasan dalam proses bermukim), attachment (perasaan manusia terhadap tempat tinggal yang terkait dengan identitasnya) serta kualitas permukiman mereka, baik secara fisik maupun non fisik (yang pada gilirannya akan menciptakan kekhasan/identitas arsitektur huniannya). Kata Kunci: Hunian, Konsep Home, Identitas Hunian. PENDAHULUAN Arsitektur adalah kristalisasi dari pandangan hidup manusia yang bukan semata-mata menyangkut teknik dan estetika bangunan atau terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok, seperti ranah keteknikan, ranah seni, atau ranah sosial. Arsitektur hadir dalam realitas kehidupan manusia sehari-hari, merupakan ruang fisik aktivitas manusia yang memungkinkan pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya serta menciptakan hubungan antara ruang dalam bangunan dan ruang di luar bangunan. Bentuk arsitektur tidak hanya diartikan sebagai produk saja, melainkan juga sebagai proses karena adanya persepsi dan imajinasi manusia sebagai penghuninya. Dalam teori human ecology disebutkan hunian sebagai suatu hasil karya arsitektur manusia penghuninya merupakan sebuah sistem lingkungan hidup yang mempunyai ketergantungan dan kesetimbangan antara eco system (sistem lingkungan hidup) dan social system (sistem lingkungan sosial). Eco system terdiri dari unsur boitik dan abiotik yang memuat kondisi fisik dan fisiologis lingkungan dalam suatu standar untuk mencapai kenyamanan dan kepuasan fisik maupun fisiologis; sedangkan social system memuat unsur jiwa manusia sebagai pribadi dan sosial yang 1

2 Spectra Nomor 11 Volume VI Januari 2008: 1-7 memiliki kehendak untuk memenuhi kebutuhan psikologis dalam berkegiatan dan berperilaku dengan lingkungannya. Sebuah keluarga dalam kaitannya dengan lingkungan eco system merupakan suatu unit organisasi manusia yang berkembang secara individu, namun memiliki tujuan, pola hidup dan komitmen secara bersamasama untuk mendiami suatu lingkungan pemukiman berdasarkan sumberdaya yang ada. Sumberdaya tersebut terdiri dari fisik (lingkungan alam) dan non fisik (lingkungan sosial), sehingga secara fisikal dan psikologikal akan mendukung sistem kehidupan dan penghidupan masyarakat untuk mencapai kenyamanan dan kepuasan bermukim. Kepuasan bermukim, menurut Mc. Andrew (1993), ditentukan oleh rona lingkungan fisik yang meliputi iklim, teknologi, sumber daya alam, selera dan sumberdaya lingkungan, serta rona lingkungan non fisik yang meliputi privasi, hubungan sosial, bentuk kekerabatan/kekeluargaan, status, identitas, rasa aman, dan teritori. Sedangkan Lang (1987) menyatakan bahwa arsitektur hunian merupakan perwujudan/bentuk keberadaan penghuni untuk berlindung, menempa pengalaman, bergerak, mencerap, mencipta, berfikir dan bercerita tentang kehidupan dan penghidupannya. Oleh karena itu, akan selalu terjadi hubungan timbal balik antara penghuni dan huniannya, sehingga perubahan apapun (sosio-kultural dan sosioekonomi) yang terjadi pada manusia sebagai penghuni akan mempengaruhi arsitektur huniannya. KEBUTUHAN HUNIAN DAN KONSEP TENTANG HOME Kartono (2000) menyatakan bahwa tradisi menghuni pada berbagai masyarakat memiliki corak yang beranekaragam sesuai dengan kebudayaan yang dipangku masyarakatnya. Dari tempat berlindung sederhana berupa goa, tenda, sampai dengan bentuk rumah tinggal yang dikenal saat ini. Secara mendasar bentuk rumah tinggal sebagai hunian pada awal peradaban merujuk kepada kebutuhan kebutuhan hidup paling mendasar bagi penghuninya. Menurut Widyarthara (2003) terdapat lima kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh manusia bilamana dia ingin eksis hidup di dunia ini, yaitu: pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Urutan tersebut di atas disusun berdasarkan keutamaan pada pemenuhan kehidupan saat ini serta mendatang. Kurangnya pemenuhan kebutuhan akan pangan, misalnya, niscaya pemenuhan kebutuhan berikutnya akan sangat sulit untuk dipenuhi. Bila hal pertama serta utama tersebut dapat dipenuhi, maka kebutuhan berikutnya akan mendapatkan prioritas pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan manusia akan hunian, bila ditinjau dari tingkatan dan budaya masyarakat penghuninya, menurut Maslow (1954), didapatkan adanya enam penjenjangan, yaitu: (1) psychological needs (kebutuhan akan makan, minum, istirahat), (2) safety and security needs (kebutuhan akan 2

3 keamanan terhadap iklim, pencurian), (3) affiliation/social needs (kebutuhan berinteraksi sosial antar manusia), (4) self-esteem needs (kebutuhan akan penghargaan, status, peran), (5) self actualization needs (kebutuhan akan aktualisasi ekspresi diri) dan (6) cognitive and aesthetic needs (kebutuhan akan nilai dan rasa keindahan). Pemenuhan kebutuhan akan hunian tersebut, menurut Lang (1994), sangat dipengaruhi oleh bentuk/karkateristik penghuni (introvet, ekstrovet), pengalaman hidup (balita, anak-anak, remaja, dewasa, orangtua), latar budaya (sistem nilai dan simbol kultural), aturan sosial kemasyarakatan yang ada (misalnya masalah gender), serta kondisi lingkungan yang spesifik. Sedangkan persepsi akan arti pentingnya rumah, menurut Silas (1999), adalah: (1) rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, setelah sandang dan pangan disamping pendidikan dan kesehatan, yang berfungsi sebagai tempat pelindung dan pengaman manusia dari pengaruh dan gangguan alam/cuaca maupun makhluk lain, (2) rumah beserta lingkungannya (dalam hal ini pemukiman) merupakan pusat kegiatan keluarga, pendidikan, pembentukan kepribadian dan nilai budaya suatu komunitas serta sebagai tempat persemaian generasi yang akan datang yang dapat melambangkan peradaban manusia serta dapat menjadi cermin jati diri dan taraf hidup penghuninya sebagai gambaran peri kehidupan dan penghidupan yang menyeluruh. Terdapat tiga istilah tentang rumah sebagai tempat tinggal, yaitu shelter (sebagai suatu tempat berlindung secara fisik), house (sebagai tempat bagi manusia untuk melakukan kegiatan sehari-hari) dan home (sebagai tempat tinggal atau hunian bagi seseorang atau keluarga yang merupakan sebuah lingkungan psiko-sosial). Dengan demikian, pengertian dari rumah lebih banyak diungkakan sebagai home, yaitu sebuah tempat tinggal (fisik) seseorang atau keluarga untuk melakukan aktivitas sehari-hari (sosial) dan sebagai tempat berlangsungnya proses pengembangan diri (budaya). Dalam teori human sattlement disebutkan bahwa suatu permukiman merupakan suatu bagian wilayah (tempat) dimana para pemukim tinggal, berkiprah dalam kegiatan kerja dan usaha, berhubungan dengan sesama pemukim sebagai suatu masyarakat serta memenuhi berbagai kegiatan kehidupan manusia. Dengan demikian, permukiman adalah suatu kawasan yang memiliki 3 (tiga) komponen pokok, yaitu sebagai tempat tinggal (place), sebagai tempat berkarya dan berusaha (work) serta sebagai tempat bermasyarakat (folk). Pemukiman sebagai suatu sistem merupakan sebuah lingkungan hidup manusia mempunyai ketergantungan dan kesetimbangan antara eco system dan social system. Eco system terdiri dari unsur boitik dan abiotik yang memuat kondisi fisik dan fisiologis lingkungan dalam suatu standar untuk mencapai kenyamanan dan kepuasan fisik maupun fisiologis; sedangkan social system memuat unsur jiwa manusia sebagai pribadi dan sosial untuk memenuhi kebutuhan psikologis dalam berkegiatan dan berperilaku dengan lingkungannya. 3

4 Spectra Nomor 11 Volume VI Januari 2008: 1-7 Dengan demikian, kebutuhan akan rumah (hunian) dipengaruhi oleh faktor gaya hidup penghuni sesuai dengan standar hidupnya untuk memenuhi tujuan dan nilai dari kebutuhannya yang diwujudkan dalam persepsi dan perilaku terhadap rumah. Sedangkan standar hidup tersebut tergantung dari tingkat pendidikan, tahap kehidupan, status sosio-ekonomi, okupasi dan kondisi sosio-kultural masyarakatnya. RONA LINGKUNGAN DAN ASPEK SOSIAL BUDAYA Pada masa lalu pembangunan rumah dapat berarti tanda adanya kehidupan dan aktivitas masyarakat penghuninya. Kehidupan ditentukan oleh agama, kebudayaan dan masyarakat, dimana rumah dalam hal ini adalah hunian memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan jatidiri manusia, karena rumah merupakan tempat dimana pertama kali manusia mengenal alam dan lingkungannya. Istilah lingkungan mengandung banyak sekali pengertian. Bagi arsitek, istilah lingkungan dapat berarti bangunan atau lansekap. Disamping itu, banyak ahli meng-kategorikan lingkungan menjadi lingkungan fisik, sosial, psikologi dan perilaku. Lingkungan yang memiliki potensi kuat dalam mempengaruhi perilaku manusia dibagi menjadi lingkungan geografik, lingkungan hidup dan lingkungan budaya. Ketika lingkungan terpisah dari budaya, maka lingkungan diartikan sebagai latar atau rona fisik yang menjadi tempat manusia melaksanakan hajat kehidupan dan penghidupannya (budaya). Dengan demikian, maka lingkungan lebih menunjuk pada kondisi fisik alam dan buatan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan rona lingkungan adalah suatu latar dimana manusia berada atau pernah berada dan terikat dalam tatanan tertentu yang berlaku di dalamnya. Hal ini menunjukkan adanya faktor tempat (alami atau buatan) dan faktor sistem yang berlaku (sosial maupun budaya). Menurut Sarwono (1995), manusia akan selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan mempertimbangkan unsur kelayakan huni (habitability), yaitu menyangkut seberapa jauh suatu lingkungan dapat memenuhi kebutuhan manusia. Penyesuaian tersebut terdiri dari adaptasi, yaitu mengubah tingkah laku sesuai dengan lingkungannya dan adjusment, yaitu mengubah lingkungan agar sesuai dengan tingkah lakunya. Rumah sebagai hunian adalah refleksi dari hubungan antara kebudayaan dan lingkungan, dimana bisa dilihat bagaimana sebuah kebudayaan terhubung dengan lingkungannya. Desain suatu rumah akan menunjukkan dan mengidentifikasikan berbagai hal, yaitu iklim dan faktor lingkungan, sumber teknologi yang tersedia, struktur keluarga dan sistem kekerabatan, agama, kosmologi serta pandangan hidup yang dianut oleh masyarakat penghuninya. Apa yang dihasilkan oleh manusia itu terbentuk karena ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya manusia atau dengan kata lain 4

5 akibat sosial budaya manusianya. Membangun rumah merupakan suatu fenomena budaya, dimana bentuk dan organisasinya sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dimana ia berada. Dengan demikian, lingkungan fisik yang terbentuk akan mencerminkan kekuatan-kekuatan sosio-kultural, termasuk adat, kepercayaan, hubungan kekerabatan, organisasi sosial, cara hidup dan hubungan sosial antar individu. Peran budaya dalam suatu lingkungan binaan dapat dilihat dari 3 (tiga) sudut pandang, yaitu: tempat yang menyangkut karakteristik lokasi, iklim, topografi, kekhasan kondisi alam dan sebagainya, kelompok yang menyangkut pelaku yang terlibat, kebutuhan, keinginan dan sebagainya serta fenomena tingkah laku sosial yang menyangkut adat istiadat, religi, ritual dan sebagainya. Sedangkan dalam sistem religi terdapat unsur-unsur khusus, yaitu: emosi, sistem keyakinan, upacara keagamaan dan kesatuan umat. Hubungan antara lingkungan dengan proses perilaku individu dalam lingkungan hunian akan menghasilkan skemata pemanfaatan lingkungan yaitu: (1) setting fisik yang akan mempengaruhi persepsi, kognisi dan afeksi, respon emosi, perilaku spasial serta persepsi terhadap hasil perilaku, (2) setting sosial yang mempengaruhi motivasi dan kebutuhan. Pemanfaatan Lingkungan Persepsi Kognisi dan Afeksi Perilaku Spasial Respon Emosional Persepsi terhadap Hasil Perilaku Setting Fisik Skemata Motivasi/Kebutuhan Setting Sosial Gambar 1. Setting Fisik dan Sosial dalam Skemata Pemanfataan Lingkungan 5

6 Spectra Nomor 11 Volume VI Januari 2008: 1-7 Dengan demikian, manusia merupakan pusat dari lingkungan dan sekaligus menjadi bagian dari lingkungan, karena setiap individu dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya. Keunikan yang dimiliki setiap individu akan mewarnai lingkungannya, sebaliknya keunikan lingkungan juga akan mempengaruhi perilaku individunya; karena lingkungan bukan hanya menjadi wadah aktivitas manusia, namun juga menjadi bagian integral dari pola perilaku manusia. IDENTITAS HUNIAN Dalam konteks identitas arsitektur hunian, maka hal yang cukup penting dari sebuah hunian adalah dampak yang ditimbulkannya terhadap kehidupan penghuninya dan bukan hanya wujud fisiknya saja. Oleh karenanya, terdapat 3 (tiga) hal yang menjadi prioritas proses bermukim terhadap fisik perumahan, yaitu opportunity (kesempatan berkembang), security (keamanan) dan identity (identitas/kekhasan). Di sisi lain, identitas (identity) adalah salah satu dari kebutuhan manusia untuk mengekspresikan apa adanya manusia sebagai makhluk yang unik. Sebagai suatu simbol identitas yang menjadi ciri khas, maka hunian merupakan perlindungan dasar dari keberadaan diri, selain juga memberikan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan psikologis. Pengaturan fisik dari hunian akan membantu untuk mengenali jatidiri dan merupakan pencerminan dari hal-hal yang bersifat pribadi. Atau dengan kata lain hunian merefleksikan nilai-nilai yang dianut penghuninya. Sebagai pemenuhan dan pencerminan identitas karakteristik penghuni sesuai dengan perkembangan sosial yang terjadi, maka kecenderungan konsep membangun arsitektur hunian akan direpresentasikan terhadap tata cara membangun secara fisik (menyangkut sistem teknologi, pemakaian, material kesesuaian iklim) serta proses bermukim secara non fisik (keterkaitan dengan kondisi budaya, religi dan perilaku masyarakat), sebagaimana dikemukakan oleh Rapoport (1969). Dengan demikian, sebagai suatu corak/gaya sebuah periode/masa, arsitektur akan berkembang sejalan dengan konteks perkembangan budaya. Namun, perkembangan hanya terjadi ketika timbul motivasi keagamaan dan kreativitas seni serta teknologi ketrampilan yang cukup baik sebagai sumber ekonomi yang memberikan harmonisasi kemanusiaan. S I M P U L A N Rumah (hunian) adalah refleksi nyata secara fisik dari budaya manusia penghuni dengan segala aspeknya (perilaku, aktivitas, ruang, kenyamanan, penampilan, dan lingkungan, termasuk pola kehidupan sosialnya), sehingga selain semata-mata sebagai fungsi ideologi, maka kata rumah memiliki pengertian pula sebagai ekspresi diri sendiri, tetenger dan monumen kehidupan manusia penghuninya. 6

7 Dengan demikian, bentukan arsitektural sebuah rumah merupakan identitas dan jatidiri penghuninya. Kehidupan sosial masyarakat sebuah komunitas tertentu dalam suatu setting lingkungan fisik akan menciptakan keseimbangan yang menyeluruh terhadap pola kehidupan dan penghidupannya, menyangkut tingkat-tingkat ekspektasi, preferensi, eksperiensi, dan satisfaksi bermukim. Hal tersebut pada akhirnya akan menimbulkan ikatan/pertalian emosi antara manusia penghuni dengan tempat tinggalnya sesuai dengan persepsi dan kognisi masing-masing individu. PUSTAKA ACUAN Altman, Irwin and Martin Chemers Culture and Environment. California: Wadsworth, Inc. Amiranti, Sri, Manajemen dan Aspek Non Fisik dalam Pemukiman. Kertas Kerja. Pascasarjana Arsitektur. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Frick, Heinz Arsitektur dan Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hummon, David M Community Attachment: Community Sentiment and Sense of Place. New York. Kartono, J. Lukito Studi Peran Wanita pada Desain Rumah Tinggal. Jurnal Demensi Teknik Arsitektur Vol. 28 No. 2. Surabaya: Universitas Kristen Petra. Koentjoroningrat Kebudayaan dan Mentalitas Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Lang, John Creating Architectural Theory: The Role of Behavioral Sciences in Environment Design. New York. Laurents, Joyce M Studi Perilaku Lingkungan. Surabaya: Universitas Kristen Petra. Newmark and Thompson Self, Space and Shelter: An Introduction to Housing. New York: Harper and Row Publizer Inc. Rapoport, Amos Human Aspects of Urban Form. Toward a Man-Environment Approach to Urban Form and Design. Pergamon Press. Sarwono, Sarlito Wirawan Psikologi Lingkungan. Jakarta: PT. Gramedia. Silas, Johan Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman. Paper. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Siswono, Yudhohusodo Rumah Untuk Seluruh Rakyat. Jakarta. 7

COMMUNITY ATTACHMENT: SUATU TINJAUAN RASA KEDAERAHAN MASYARAKAT DALAM PROSES BERMUKIM

COMMUNITY ATTACHMENT: SUATU TINJAUAN RASA KEDAERAHAN MASYARAKAT DALAM PROSES BERMUKIM Spectra Nomor 12 Volume VI Juli 2008: 5462 COMMUNITY ATTACHMENT: SUATU TINJAUAN RASA KEDAERAHAN MASYARAKAT DALAM PROSES BERMUKIM Yuni Setyo Pramono Dosen Arsitektur FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Tradisi sosial

Lebih terperinci

Pengantar Perancangan BANGUNAN RUMAH TINGGAL Baju Arie Wibawa, ST, MT. Pertemuan 01 MK. Perancangan Bangunan Tunggal

Pengantar Perancangan BANGUNAN RUMAH TINGGAL Baju Arie Wibawa, ST, MT. Pertemuan 01 MK. Perancangan Bangunan Tunggal PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PGRI SEMARANG Pengantar Perancangan BANGUNAN RUMAH TINGGAL Baju Arie Wibawa, ST, MT. Pertemuan 01 MK. Perancangan Bangunan Tunggal Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

Hubungan Arsitektur dan Budaya. Oleh: Nuryanto, S.Pd., M.T. Bahan Ajar Arsitektur Vernakular Jurusan Arsitektur-FPTK UPI-2010

Hubungan Arsitektur dan Budaya. Oleh: Nuryanto, S.Pd., M.T. Bahan Ajar Arsitektur Vernakular Jurusan Arsitektur-FPTK UPI-2010 Hubungan Arsitektur dan Budaya Oleh: Nuryanto, S.Pd., M.T. Bahan Ajar Arsitektur Vernakular Jurusan Arsitektur-FPTK UPI-2010 Budaya dan Peradaban Budaya: Totalitas dari pola-pola perilaku yang terproyeksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terus mengalami perkembangan, studi ini membahas tentang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terus mengalami perkembangan, studi ini membahas tentang BAB I PENDAHULUAN Dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan rumah sebagai kebutuhan dasar manusia yang terus mengalami perkembangan, studi ini membahas tentang pendekatan-pendekatan yang melibatkan keputusan-keputusan

Lebih terperinci

SILABUS. Mata Kuliah Permukiman

SILABUS. Mata Kuliah Permukiman SILABUS Mata Kuliah Permukiman SILABUS Nama mata Kuliah : Perencanaan Permukiman Bobot : 2 SKS Status Mata Kuliah : Inti A. Rasional Sesuai dengan UU RI Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dsn Permukiman

Lebih terperinci

DR. M.S. BARLIANA, MPd, MT. IAI. semester satu TA 312 PENGANTAR A R S I T E K T U R PERUMAHAN

DR. M.S. BARLIANA, MPd, MT. IAI. semester satu TA 312 PENGANTAR A R S I T E K T U R PERUMAHAN DR. M.S. BARLIANA, MPd, MT. IAI PENGANTAR A R S I T E K T U R PERUMAHAN TA 312 semester satu D3 TEKNIK ARSITEKTUR PERUMAHAN Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur Universitas Pendidikan Indonesia 1 RUMAH

Lebih terperinci

Community Attachment pada Transformasi Desain Bangunan. Permukiman di sekitar Kawasan Pecinan

Community Attachment pada Transformasi Desain Bangunan. Permukiman di sekitar Kawasan Pecinan Permukiman di sekitar Kawasan Pecinan 1) 1) Jurusan T. Arsitektur Unmer Malang, E-mail: pindotutuko@yahoo.com Abstrak Orang Cina mayoritas sebagai pedagang, jadi kawasan Pecinan merupakan pusat perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SJ, mengungkapkan bahwa perlu kematangan pribadi agar proses

BAB I PENDAHULUAN. SJ, mengungkapkan bahwa perlu kematangan pribadi agar proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam Psikologi Hidup Rohani (1995), Romo Mardi Prasetya SJ, mengungkapkan bahwa perlu kematangan pribadi agar proses internalisasi pembinaan spiritualitas di seminari

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1. Latar Belakang Pemilihan Tema Gambaran beberapa kata kunci dengan pengelompokan dalam tapak dan sekitarnya, dengan pendekatan pada tema : Diagram 3.1.Latar Belakang Pemilihan

Lebih terperinci

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDDIKAN INDONESIA DESKRIPSI MATERI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDDIKAN INDONESIA DESKRIPSI MATERI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDDIKAN INDONESIA DESKRIPSI MATERI Nama Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Semester Jenjang Dosen Deskripsi Materi : Psikologi : : IV : S1 : DR. M. Syaom

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Permukiman tradisional nelayan suku Makasar dengan permukiman resettlement Untia memiliki banyak perbedaan dibanding persamaan ditinjau dari aspek budaya dan gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan produk budaya yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Permukiman, perkotaan dan lansekap suatu daerah terbentuk sebagai hasil dari sistem kebudayaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan data instrumen yang dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian yang dapat menjawab tujuan penelitian yaitu: 1. Seperti apa sense of place

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni

Lebih terperinci

manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya. Di sisi lain,

manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya. Di sisi lain, 17 BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1. Latar Belakang Tema Beberapa dekade belakangan ini, hubungan antara perilaku manusia dan lingkungan fisik telah menarik perhatian para peneliti dari ilmu sosial ataupun

Lebih terperinci

terarah menurut SNI kriteria kenyamanan adalah (aksesibilitas), kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal,

terarah menurut SNI kriteria kenyamanan adalah (aksesibilitas), kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal, 2.2. Kenyamanan Secara harfiah pengertian kenyamanan dapat kita lihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan yang nyaman. Untuk memenuhi suatu keadaan yang nyaman maka harus mampu memenuhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi Menurut Sadli (1976) persepsi adalah suatu proses yang aktif dan memegang peranan bukan hanya stimulus/perangsang yang mengenainya, tetapi sebagai keseluruhan dengan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada 5 area dalam Kampung Sangiang Santen dan 7 area dalam Kampung Cicukang selama tiga periode waktu (pukul 08.00-17.00),

Lebih terperinci

*Fattah Hanurawan *) Program Studi Psikologi Universitas Negeri Malang

*Fattah Hanurawan *) Program Studi Psikologi Universitas Negeri Malang 1 PERSPEKTIF PSIKOLOGI SOSIAL TERHADAP PENERAPAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN BERIMBANG UNTUK PENGEMBANGAN INDIVIDU, KELUARGA, DAN KOMUNITAS YANG SEHAT DAN BERKELANJUTAN *Fattah Hanurawan *) Program

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SOSIAL-EKONOMI NELAYAN PADA KAWASAN WISATA PANTAI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN

KARAKTERISTIK SOSIAL-EKONOMI NELAYAN PADA KAWASAN WISATA PANTAI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN KARAKTERISTIK SOSIAL-EKONOMI NELAYAN PADA KAWASAN WISATA PANTAI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN studi kasus : Permukiman Nelayan Kenjeran - Surabaya Wiwik Widyo W. Jurusan Teknik Arsitektur,

Lebih terperinci

Konsep Desain Partisi Dengan Sistem Modular Untuk Hunian Dengan Lahan Terbatas Di Surabaya

Konsep Desain Partisi Dengan Sistem Modular Untuk Hunian Dengan Lahan Terbatas Di Surabaya Konsep Desain Partisi Dengan Sistem Modular Untuk Hunian Dengan Lahan Terbatas Di Surabaya Ratna Puspitasari 1, Faza Wahmuda 2 Jurusan Desain Produk, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Email: ratna.puspitasari03@gmail.com

Lebih terperinci

LINGKUNGAN PEMASARAN GLOBAL: LINGKUP SOSIAL BUDAYA

LINGKUNGAN PEMASARAN GLOBAL: LINGKUP SOSIAL BUDAYA LINGKUNGAN PEMASARAN GLOBAL: LINGKUP SOSIAL BUDAYA 1. ASPEK DASAR DARI BUDAYA Budaya adalah cara hidup yang dibentuk oleh sekelompok manusia yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya Mencari

Lebih terperinci

GERAK DAN POLA SOSIALISASI MANUSIA DI DALAM RUANG UNTUK MELINDUNGI TERITORIAL LINGKUNGANNYA

GERAK DAN POLA SOSIALISASI MANUSIA DI DALAM RUANG UNTUK MELINDUNGI TERITORIAL LINGKUNGANNYA GERAK DAN POLA SOSIALISASI MANUSIA DI DALAM RUANG UNTUK MELINDUNGI TERITORIAL LINGKUNGANNYA Mahendra Wardhana Jurusan Desain Interior/Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara

Lebih terperinci

KONSEP KEBUDAYAAN. Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan

KONSEP KEBUDAYAAN. Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan KONSEP KEBUDAYAAN Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan Apakah Kebudayaan Hofstede (dalam Berry, 1997): Merupakan seperangkat asumsi, keyakinan, nilai, dan persepsi yang khas Parsudi Suparlan (1998): Merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Amos Rapoport arsitektur dibentuk dari latar belakang kebudayaan dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi dua bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan

Lebih terperinci

Dr.Ir. Edi Purwanto, MT

Dr.Ir. Edi Purwanto, MT i MEMAHAMI CITRA KOTA TEORI, METODE, DAN PENERAPANNYA Dr.Ir. Edi Purwanto, MT Diterbitkan Oleh: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang 2014 ii MEMAHAMI CITRA KOTA TEORI, METODE, DAN PENERAPANNYA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN POLA SPASIAL KAMPUNG PADA SENTRA USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA (UBR)

PERKEMBANGAN POLA SPASIAL KAMPUNG PADA SENTRA USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA (UBR) Pindo Tutuko, Perkembangan Pola Spasial Kampung pada Sentra Usaha Berbasis Rumah Tangga (UBR) 39 PERKEMBANGAN POLA SPASIAL KAMPUNG PADA SENTRA USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA (UBR) Pindo Tutuko* Program Studi

Lebih terperinci

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan 5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan(SNTT) PENGARUH POLA TATA RUANG RUMAH DERET TERHADAP KUANTITAS PENGGUNAAN RUANG

Simposium Nasional Teknologi Terapan(SNTT) PENGARUH POLA TATA RUANG RUMAH DERET TERHADAP KUANTITAS PENGGUNAAN RUANG PENGARUH POLA TATA RUANG RUMAH DERET TERHADAP KUANTITAS PENGGUNAAN RUANG Zuraida Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No 59 Surabaya *Email: daizza.zura@gmail.com

Lebih terperinci

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

PSIKOLOGI LINGKUNGAN PROF. DR. M.S. BARLIANA, MPd, MT. M. ARIEZ MUSTHOFA, MSi PSIKOLOGI LINGKUNGAN semester empat S1 PSIKOLOGI Universitas Pendidikan Indonesia M.S. BARLIANA METODE PERANCANGAN 01 STRATEGI PERANCANGAN DENGAN

Lebih terperinci

ARSITEKTUR HUMANISTIK MENURUT TEORI MASLOW

ARSITEKTUR HUMANISTIK MENURUT TEORI MASLOW Arsitektur Humanistik Menurut Teori Maslow (Hariyono) ARSITEKTUR HUMANISTIK MENURUT TEORI MASLOW Paulus Hariyono Program Studi Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik Soegijapranata

Lebih terperinci

Rumah Impian Mahasiswa

Rumah Impian Mahasiswa TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Rumah Impian Mahasiswa R. Kartika Abdassah (1), Gustav Anandhita (2), Mega Sesotyaningtyas (3) (1) Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai

Lebih terperinci

ARSITEKTUR DAN SOSIAL BUDAYA SUMATERA UTARA

ARSITEKTUR DAN SOSIAL BUDAYA SUMATERA UTARA ARSITEKTUR DAN SOSIAL BUDAYA SUMATERA UTARA Penulis: Julaihi Wahid Bhakti Alamsyah Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN. kebutuhan ruang, dan implementasi desain layout pada fungsi industri sepatu. dalam hunian terhadap transformasi dan kebutuhan ruang.

BAB 6 KESIMPULAN. kebutuhan ruang, dan implementasi desain layout pada fungsi industri sepatu. dalam hunian terhadap transformasi dan kebutuhan ruang. BAB 6 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dari penelitian ini diperoleh beberapa pola transformasi bentuk yang terjadi pada objek penelitian yaitu industri sepatu dalam hunian, presentase analisa tatanan

Lebih terperinci

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang : LANDASAN SOSIOLOGIS PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS : Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari

Lebih terperinci

PERUBAHAN BENTUK DAN FUNGSI HUNIAN PADA RUMAH SUSUN PASCA PENGHUNIAN

PERUBAHAN BENTUK DAN FUNGSI HUNIAN PADA RUMAH SUSUN PASCA PENGHUNIAN PERUBAHAN BENTUK DAN FUNGSI HUNIAN PADA RUMAH SUSUN PASCA PENGHUNIAN Luthfiah Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Tadulako Abstrak Tinggal di rumah susun berbeda dengan tinggal di rumah kampung.

Lebih terperinci

Geo Image 6 (1) (2017) Geo Image.

Geo Image 6 (1) (2017) Geo Image. Geo Image 6 (1) (2017) Geo Image http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI PEMUKIMAN DALAM MENENTUKAN LOKASI PERUMAHAN DI PERUMAHAN BUKIT SUKOREJO DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN

DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN MANUSIA DAN KEPRIBADIAN DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia tersebut. Ciri-ciri watak seseorang

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik Emmelia Tricia Herliana (1) Himasari Hanan (2) (1) Mahasiswa Program Doktor Arsitektur,

Lebih terperinci

Historical Attachment sebagai Daya Tarik Place Studi Kasus: Masjid Salman, Bandung

Historical Attachment sebagai Daya Tarik Place Studi Kasus: Masjid Salman, Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Historical Attachment sebagai Daya Tarik Place Dhini Dewiyanti Perancangan Arsitektur, Teknik Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung Abstrak Place dibentuk oleh hubungan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan gedung perpustakaan merupakan upaya menyediakan wadah informasi baik dalam bentuk buku maupun bentuk bahan lainnya bagi para pemustaka. Keberadaanya

Lebih terperinci

Evaluasi Penataan Ruang Kawasan Pengrajin Keramik Berwawasan Lingkungan Perilaku di Kelurahan Dinoyo, Kota Malang

Evaluasi Penataan Ruang Kawasan Pengrajin Keramik Berwawasan Lingkungan Perilaku di Kelurahan Dinoyo, Kota Malang Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2018 ISSN 2085-4218 Evaluasi Penataan Ruang Kawasan Pengrajin Keramik Berwawasan Lingkungan Perilaku di Kelurahan Dinoyo, Kota Malang Adhi Widyarthara

Lebih terperinci

D.03 PERAN RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG SOSIALISASI ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA

D.03 PERAN RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG SOSIALISASI ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA D.03 PERAN RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG SOSIALISASI ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA Suryaning Setyowati Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta suryanings@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kawasan-kawasan strategis, perkembangan ini ditunjang dengan adanya tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. kawasan-kawasan strategis, perkembangan ini ditunjang dengan adanya tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sebuah kota terjadi dengan sangat pesat terutama sekali di kawasan-kawasan strategis, perkembangan ini ditunjang dengan adanya tuntutan dari kebutuhan

Lebih terperinci

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 70 Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur Laksmi Dewayani dan Nur Endah Nuffida Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

DESKRIPSI SILABUS SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH PERMASALAHAN ARSITEKTUR TA SKS

DESKRIPSI SILABUS SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH PERMASALAHAN ARSITEKTUR TA SKS DESKRIPSI SILABUS SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH PERMASALAHAN ARSITEKTUR TA 517 4 SKS PENYUSUN : Drs. R. IRAWAN SURASETJA, MT. NIP : 131694513 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN

Lebih terperinci

APLIKASI LANGGAM ARSITEKTUR MELAYU SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN MENUJU KOTA BERKELANJUTAN

APLIKASI LANGGAM ARSITEKTUR MELAYU SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN MENUJU KOTA BERKELANJUTAN APLIKASI LANGGAM ARSITEKTUR MELAYU SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN MENUJU KOTA BERKELANJUTAN Fakultas Teknik Universitas Riau, Email: hidayat79_iium@yahoo.com Abstract Perkembangan kota yang berkelanjutan (sustainable

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

RUMAH TINGGAL. Eko Sri Haryanto, S.Sn, M.Sn

RUMAH TINGGAL. Eko Sri Haryanto, S.Sn, M.Sn RUMAH TINGGAL Eko Sri Haryanto, S.Sn, M.Sn LATAR BELAKANG Rumah adalah sesuatu bangunan yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia karena rumah merupakan kebutuhan primer bagi manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A Tinjauan Pustaka Kajian penelitian terdahulu dimaksudkan untuk dijadikan perbandingan dengan penelitian yang dilakukan dan untuk menentukan variabel penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN (PS ALB)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN (PS ALB) PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN (PS ALB) VISI Program Magister Arsitektur Lingkungan Binaan adalah menjadikan pusat pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang arsitektur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Piramida Hirarki Kebutuhan (Sumber : en.wikipedia.org)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Piramida Hirarki Kebutuhan (Sumber : en.wikipedia.org) Bab 1 Pendahuluan - 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Masyarakat perkotaan sebagai pelaku utama kegiatan di dalam sebuah kota, memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

Lebih terperinci

Dinamika Ruang Arsitektur pada Permukiman Migran Madura di Kelurahan Kotalama Malang

Dinamika Ruang Arsitektur pada Permukiman Migran Madura di Kelurahan Kotalama Malang TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Dinamika Ruang Arsitektur pada Permukiman Migran Madura di Kelurahan Kotalama Malang Damayanti Asikin (1), Antariksa (2), Lisa Dwi Wulandari (3) (1) Laboratorium Desain Permukiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

Pengaruh Ritual Budaya Dalam Penataan Pola Permukiman (Studi Kasus : Ritual Bersih Desa Di Kota Malang)

Pengaruh Ritual Budaya Dalam Penataan Pola Permukiman (Studi Kasus : Ritual Bersih Desa Di Kota Malang) Ritual Budaya Dalam Pola Permukiman Debby Budi Susanti Pengaruh Ritual Budaya Dalam Penataan Pola Permukiman (Studi Kasus : Ritual Bersih Desa Di Kota Malang) Debby Budi Susanti 1) 1) Dosen Prodi Arsitektur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindungi manusia dari pengaruh alam, sementara pendapatan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindungi manusia dari pengaruh alam, sementara pendapatan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sosial Ekonomi Masyarakat Kehidupan sosial ekonomi adalah hal-hal yang didasarkan atas kriteria tempat tinggal dan pendapatan. Tempat tinggal yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Attachment Attachment atau kelekatan merupakan teori yang diungkapkan pertama kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. Ketika seseorang

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data.

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data. 219 BAB VI PENUTUP Dari hasil analisa terhadap ulos dalam konsep nilai inti berdasarkan konteks sosio-historis dan perkawinan adat Batak bagi orang Batak Toba di Jakarta. Juga analisa terhadap ulos dalam

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1 Subdit PEBT PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL Dra. Dewi Indrawati MA 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keragaman budaya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di usia republik yang sudah melebihi setengah abad ini, sudah sepatutnya bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas

Lebih terperinci

FAKTOR PENENTU ORIENTASI RUMAH DI PERMUKIMAN NELAYAN DUSUN SALARANG KABUPATEN MAROS

FAKTOR PENENTU ORIENTASI RUMAH DI PERMUKIMAN NELAYAN DUSUN SALARANG KABUPATEN MAROS PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK FAKTOR PENENTU ORIENTASI RUMAH DI PERMUKIMAN NELAYAN DUSUN SALARANG KABUPATEN MAROS Ria Wikantiri, Venni Veronica & Marwah M. Jurusan Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 218 Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal Ariq Amrizal Haqy, dan Endrotomo Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan barang dan jasa pada suatu badan usaha dan perusahaan. Proses

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan barang dan jasa pada suatu badan usaha dan perusahaan. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi merupakan pusat pelaksanaan kegiatan yang konkrit bagi pengadaan barang dan jasa pada suatu badan usaha dan perusahaan. Proses produksi merupakan bagian terpenting

Lebih terperinci

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah TEMU ILMIAH IPLBI 206 Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah Riska Amelia Rachman (), Hanson E. Kusuma (2) () Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Bosowa (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal penting dalam agenda bisnis. Para pemimpin perusahaan yang berhasil adalah mereka yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan saat ini, banyak terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Dengan

Lebih terperinci

LINGKUNGAN PERMUKIMAN MASYARAKAT KOTA DEPOK LAMA (Kajian Permukiman Kota)

LINGKUNGAN PERMUKIMAN MASYARAKAT KOTA DEPOK LAMA (Kajian Permukiman Kota) LINGKUNGAN PERMUKIMAN MASYARAKAT KOTA DEPOK LAMA (Kajian Permukiman Kota) Dimyati Jurusan Arsitektur, Fakultas Sipil & Perencanaan, Universitas Gunadarma dimyati@staff.gunadarma.ac.id ABSTRAK Pemukiman

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix DAFTAR ISI halaman SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI i DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Permasalahan.. 5 1.3 Keaslian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Bab ini berisi uraian berbagai teori tentang kepuasan kerja yang menjadi dasar dalam penelitian ini. Pertama-tama akan dibahas tentang kepuasan kerja, kemudian diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibukota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam beraktivitas di ruang kota pasti akan disajikan pemandangan yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan menjadi bagian

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN VII.1. Penelitian perubahan tata ruang ini menemukan 3 macam fenomena, yaitu (1) perubahan ruang, (2) perubahan ruang-ruang, dan (3) ruang yang tetap. Temuan pertama (1) perubahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Dalam bidang pemasaran dan periklanan, saat ini nilai digunakan untuk membedakan dan menempatkan sebuah merek dagang. Dapat dikatakan bahwa nilai ini menjadi dasar bagi pembagian

Lebih terperinci

2014 PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI KOTA CIMAHI

2014 PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya Pendidikan dalam membangun sumberdaya manusia yang cerdas pada suatu negara, mejadikan banyak negara di dunia yang mewajibkan rakyatnya untuk mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu sangat penting bagi

Lebih terperinci

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X G-48 Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya Fanny Florencia Cussoy, dan I Gusti Ngurah Antaryama

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Bandung Technological Park. : Jl. Rancanumpang, Gedebage. Luas Lahan Perancangan

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Bandung Technological Park. : Jl. Rancanumpang, Gedebage. Luas Lahan Perancangan 33 BAB III DESKRIPSI PROYEK A. Gambaran Umum Nama Proyek Status Proyek Lokasi Luas Lahan Perancangan : Bandung Technological Park : fiktif : Jl. Rancanumpang, Gedebage : 1,95 Ha Batas Lahan : Utara Timur

Lebih terperinci

Keterikatan Pekarangan terhadap Ruang Dalam berdasarkan Atribut Privasi pada Kawasan Hunian Jeron Beteng Kraton Yogyakarta

Keterikatan Pekarangan terhadap Ruang Dalam berdasarkan Atribut Privasi pada Kawasan Hunian Jeron Beteng Kraton Yogyakarta TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Keterikatan Pekarangan terhadap Ruang Dalam berdasarkan Atribut Privasi pada Kawasan Hunian Jeron Beteng Kraton Yogyakarta Nova Purnama Lisa Perencanaan dan Perancangan Kota, Behavior

Lebih terperinci

4. Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal (Kamus Bahasa Indonesia, 1997).

4. Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal (Kamus Bahasa Indonesia, 1997). Definisi Rumah Tinggal 1. Dalam pengertian yang luas, rumah bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dengan manusia dalam melakukan aktivitas bersama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dengan manusia dalam melakukan aktivitas bersama. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ruang Publik Pada umunya, ruang publik merupakan suatu ruang terbuka yang dapat mendukung kebutuhan manusia akan tempat-tempat berkumpul dan wadah untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masuknya kebudayaan baru dan

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masuknya kebudayaan baru dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masuknya kebudayaan baru dan munculnya peningkatan kebutuhan mendorong terjadinya perubahan pada karakteristik lamban baik secara bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Indonesia merupakan negara yang kaya akan produk seni. Berbagai produk seni yang khas dapat ditemukan di hampir seluruh daerah

Lebih terperinci

Physical Milieu Ruang Komunal Desa Adat (Pakraman) Tenganan Pegeringsingan Bali

Physical Milieu Ruang Komunal Desa Adat (Pakraman) Tenganan Pegeringsingan Bali TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Physical Milieu Ruang Komunal Desa Adat (Pakraman) Tenganan Pegeringsingan Bali Mahasiswa S3, Sejarah Teori dan Kritik Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Pengembangan Kebijakan,

Lebih terperinci