TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG GEJALA ASKARIASIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK MURID SD X BANTARGEBANG, BEKASI
|
|
- Yuliana Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG GEJALA ASKARIASIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK MURID SD X BANTARGEBANG, BEKASI Mutiara Ramadhiani*, Saleha Sungkar** *Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia **Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Abstrak : Prevalensi askariasis di Jawa Barat mencapai 90% dan sebagian besar terjadi pada anak. Penyakit ini mudah ditemukan pada lingkungan yang padat dan sanitasi buruk seperti pada daerah Bantargebang. Askariasis dapat menimbulkan malnutrisi pada anak sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai gejala askariasis dengan karakteristik murid SD X Bantargebang, Bekasi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Pengambilan data dilakukan melalui pengisian kuesioner yang berisi 5 pertanyaan tentang gejala askariasis oleh 58 responden pada tanggal 17 Desember Data dianalisis dengan uji Kolmogorov- Smirnov menggunakan program SPSS 20. Hasil penelitian menyatakan tidak terdapat murid yang memiliki tingkat pengetahuan baik, 1( 1,7%) cukup, dan 57 (98,3%) kurang. Hasil analisis data menunjukan bahwa hubungan tingkat pengetahuan mengenai gejala askariasis dengan karakteristik demografi tidak berbeda bermakna (p>0,05). Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan murid mengenai gejala askariasis tergolong kurang dan tidak berhubungan dengan karakteristik murid SD X Bantargebang, Bekasi. Kata kunci: askariasis, Bantargebang, demografi, gejala askariasis, karakteristik, murid SD.
2 The Knowledge of Ascrasiasis Symptoms and its Association with Student's Characteristic at SD X Bantargebang, Bekasi Abstract : In Jawa Barat, the prevalence of ascariasis is 90% and most of them occur in children. Bantargebang is more at risk of being ascariasis because it has high population density and bad sanitation. Ascariasis changes a nutritional status into malnutrition and affect child s growth and development. The aim of this study is to know the association between the knowledge of ascaris symptomps and the student s demographic characteristics in SD X Bantargebang, Bekasi. This study was held on December 17th, 2011 with 58 of students who participate to answer 5 questions about ascariasis symptomps in questionnaire. The data are analyzed with Kolmogorovsmirov test using SPSS 20. The result shows that 57 stundents (98,7%) have poor knowledge, 1 student (1,72%) has fair knowledge, and none of them has a good knowledge. The analyzed data show that relationship between level of knowledge and demographic characteristics was not significant (p>0,05). In conclusion, students have poor knowledge of ascariasis symptomps and there is no association between the level of knowledge about ascariasis symptomps and the student s demographic characteristics in SD X Bantargebang, Bekasi. Keywords: ascariasis, ascariasis symptoms, Bantargebang, demographic characteristics, elementary student.
3 PENDAHULUAN Soil transmitted helminths (STH) merupakan cacing yang membutuhkan tanah di dalam siklus hidupnya. Tercatat sekitar 1,5 milyar orang di dunia terkena infeksi STH. 1 Salah satu contoh spesies dari soil transmitted helminths (STH) yang cukup banyak ditemukan pada masyarakat adalah Ascaris lumbricoides. 2 Askariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides. Kondisi lingkungan yang optimal untuk keberlangsungan hidup A. lumbricoides adalah keadaan iklim tropis dengan kelembaban yang tinggi, tanah liat, serta keadaan higiene dan sanitasi yang buruk. Indonesia mempunyai iklim dan kondisi yang sesuai untuk tempat hidup A. lumbricoides sehingga prevalensi askariasis tinggi. Daerah Bantargebang, Bekasi adalah lokasi pembuangan sampah akhir yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi serta tingkat kebersihan dan sanitasi yang buruk. Selain itu masih banyak ditemukan anak-anak yang bermain di tanah. Keadaan tersebut merupakan tempat yang baik bagi perjalan siklus hidup A. lumbricoides hingga dapat menyebabkan askariasis. Askariasis lebih banyak terjadi pada anak dikarenakan intensitas kontak dengan tanah yang lebih sering serta kurangnya kebersihan pada anak-anak. Sebanyak 40-60% penduduk Indonesia mengalami cacingan dan askariasis memiliki angka kejadian tertinggi terutama pada anak sekolah dasar. 3 Penyakit ini lambat laun dapat menimbulkan masalah lain seperti malnutrisi yang kemudian akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. 4 Oleh karena itu, masyarakat perlu mendapat informasi tentang gejala askariasis, agar mereka waspada terhadap infeksi A. lumbricoides. Melihat dari kondisi prevalensi dan dampak yang ditimbulkan dari askariasis, mengingatkan kita pentingnya pemberian penyuluhan mengenai A. lumbricoides, gejala askariasis, serta pencegahan dan pengobatan askariasis kepada anak-anak di daerah tersebut. Penyuluhan dilakukan di SD X yang terletak di Bantargebang, Bekasi karena merupakan salah satu sekolah dasar yang letaknya masih dekat dengan TPA dan masih terdapat sawah di sekitarnya. Anak murid yang dipilih untuk menjadi sampel adalah kelas 4, 5, dan 6 dikarenakan pertimbangan mengenai kematangan cara berfikir pada usia tersebut yang sudah dianggap baik. Pemberian informasi juga akan berjalan efektif apabila disesuaikan dengan karakteristik masyarakat tersebut. Judul Tingkat Pengetahuan tentang Gejala Askariasis dan Hubungannya dengan Karakteristik Murid SD X Bantargebang, Bekasi dipilih untuk mengetahui tingkat
4 pengetahuan anak SD mengenai gejala askariasis, dapat dilakukan upaya selanjutnya untuk mencegah terjadinya askariasis pada anak. TINJAUAN PUSTAKA A. lumbricoides Ascaris lumbricoides merupakan salah satu jenis cacing dari kelompok soil transmited helminthes. Keberadaannya cukup banyak di kehidupan manusia, diperkirakan 807-1,221 juta orang di dunia terinfeksi cacing ini. 5 Infeksi A. lumbricoides dapat menyebabkan askariasis yang diketahui memiliki prevalensi terbesar dibandingkan dengan penyakit akibat infeksi nematoda lainnya. 6 Parasit ini lebih mudah dijumpai pada kawasan yang padat penduduk, memiliki sanitasi yang buruk, beriklim tropis, serta memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi. Morfologi Ascaris lumbricoides merupakan salah satu jenis cacing dari kelas Nematoda atau biasa dikenal dengan sebutan cacing gelang. Cacing ini memiliki dua bentuk di dalam siklus hidupnya yaitu telur dan cacing dewasa. Telur A. lumbricoides memiliki struktur berbentuk oval dengan ukuran sekitar x mikron dan berwarna coklat kekuningan. Pada fase cacing, A. lumbricoides memiliki beberapa perbedaan fisik antara cacing jantan dan betina. Jika dilihat dari segi ukuran, cacing A. lumbricoides jantan memiliki panjang tubuh sekitar cm dengan diameter 2-4 mm, sedangkan cacing A. lumbricoides betina memiliki ukuran yang lebih panjang, yaitu sekitar cm dengan diameter 3-6 mm. Pada cacing jantan, bentuk ujung tubuhnya melingkar menuju arah ventral dimana disertai dengn 2 spikula. Perbedaan juga tampak pada ekornya yang berbentuk lurus dan runcing. Untuk bagian anterior, cacing jantan dan betina tidak memiliki perbedaan, keduanya sama-sama memiliki 3 buah bibir yang terletak pada mediodorsal dan ventrolateral. Ketiga bibir ini dilengkapi dengan sensor papillae. 7 Siklus Hidup Dalam upaya mempertahankan hidup dan berkembang biak, A. lumbricoides memiliki 2 tempat yang menunjang siklus hidupnya yaitu tubuh manusia dan tanah. Siklus hidup A. lumbricoides berawal dari telur yang dikeluarkan oleh cacing betina
5 dewasa di rongga usus manusia. Karakteristik lingkungan seperti tanah bertekstur liat, serta kelembapan yang tinggi juga mempengaruhi perkembangan telur menjadi bentuk infektif. Telur cacing dikatakan infektif apabila embrio dalam cacing telah berubah menjadi larva. Perubahan ini kurang lebih membutuhkan waktu 3 minggu. Apabila bentuk infektif ini tertelan dan masuk ke dalam saluran pencernan manusia, maka telur ini akan menetas pada usus manusia. Larva akan keluar dari telur tersebut dan menembus dinding usus halus hingga masuk ke vena portal hepatika. Larva ini juga akan terbawa ke berbagai organ seperti jantung bagian kanan dan paru tepatnya jaringan alveolus melalui sirkulasi portal. Dalam siklus hidupnya, larva akan mengalami dua kali molting saat berada di paru-paru. Setelah 10 hari berada di dalam paru-paru, larva berpindah menuju bronkus, trakea, laring hingga sampai pada faring. Kemudian larva tertelan kembali dan menjadi cacing dewasa di usus manusia dalam kurun waktu 6-8 minggu dan siap untuk bertelur kembali. 8,9 Gejala Klinis Askariasis tidak memiliki gejala spesifik yang dapat menjadi penanda pada penyakit ini. Gejala yang terjadi pada penyakit askariasis dapat muncul di berbagai organ, hal ini berdasarkan dimana lokasi cacing tersebut bermigrasi dan merusak organ tubuh. Beberapa gangguan yang biasa ditemukan pada askariasis antara lain berupa pneumonitits, malnutrisi, obstruksi intestinal, obstruksi biliaris, serta obstruksi pankreas. Penumonitis dapat terjadi ketika telur A. lumbricoides terbawa oleh sirkulasi darah menuju sistem pernafasan dan menetas di sana. Infeksi A. lumbricoides akan menyebakan reaksi yang bermanifestasi pada akumulasi eosinofil di parenkim paru disebut Loeffler s Syndrome. 10 Gejala klinis yang ditimbulkan antara lain timbulnya batuk dan demam. Pada foto toraks, ditemukan infiltrat paru yang bersifat sementara. Gejala lain juga dapat ditemukan pada saluran pencernaan yang disebabkan karena adanya migrasi cacing menuju sistem pencernaan. Pada keadaan tersebut akan terjadi malabsorpsi nutrisi pada saluran pencernaan, contohnya gangguan pada penyerapan protein, lemak, serta vitamin A. Hal yang paling dikhawatirkan adalah ketika hal tersebut terjadi pada anak. Pada usia anak, tubuh memerlukan nutrisi yang cukup untuk proses tumbuh dan kembang, sehingga terjadinya malabsorpsi nutrisi akan mempengaruhi tingkat nutrisi pada anak. Apabila keadaan tersebut dibiarkan, selanjutnya akan berdampak pada pertumbuhan anak yang terhambat, kemampuan fisik anak yang menurun, serta kemampuan kongnitif anak yang terganggu.
6 Selain gangguan penyerapan nutrisi, sejumlah cacing dapat menggumpal membentuk suatu bolus pada saluran pencernaan. Bolus ini dapat menyumbat rongga usus dan akan menimbulkan gejala abdomen akut yaitu penyumbatan usus (Ileus obstructive). 11 Migrasi cacing menuju ke beberapa organ lain seperti apendiks, duktus choledocus, dan duktus pakreatikus juga akan menyebabkan ectopic infection seperti apendisitis, obstruksi saluran empedu, pankreatitis akut. A. lumbricoides juga memiliki cairan yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi toksik pada tubuhnya. Reaksi tersebut akan menimbulkan gejala lain seperti demam yang disertai alergi, oedema wajah, dan iritasi saluran pernafasan. Epidemiologi Askariasis merupakan salah satu penyakit infeksi cacing Ascaris dengan prevalensi lebih tinggi dibandingkan jenis cacing lainnya seperti Trichuris dan Oxyuris. 6 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa cacing ini dapat berkembang dengan baik pada daerah yang memiliki karakteristik tertentu seperti suhu yang tropis. Ciri ini dapat kita temukan pada negara-negara berkembang di Asia Tenggara sehingga menjadikan angka kejadian askariasis terbanyak di dunia. Afrika dan Amerika Selatan menduduki urutan selanjutnya dalam jumlah infeksi askariasis. 12 Selain itu, sosial ekonomi dan kebersihan juga turut berperan terhadap prevalensi askariasis. Hal ini telihat dari prevalensi askariasis berdasarkan golongan sosial ekonomi dan kebersihan lingkungan yaitu 80% pada keadaan sosial ekonomi dan kebersihan lingkungan buruk, dan 33% pada sosial ekonomi dan kebersihan lingkungan baik. Diagnosis Askariasis Untuk mendiagnosis askaris dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan, namun pemeriksaan yang paling umum dilakukan adalah pemeriksaan telur cacing pada tinja manusia. Selain itu, terdapat pemeriksaan lain seperti radiologi, ultrasonografi, maupun penemuan cacing dewasa dari dalam tubuh yang dapat membantu untuk menegakkan diagnosis. Pada pemeriksaan tinja manusia, dapat dilakukan menggunakan sediaan apusan dari tinja untuk mendeteksi secara langsung keberadaan telur. Terdapat pula metode Kato Katz yang merupakan pemeriksaan secara kuantitatif terhadap telur Ascaris. Metode Kato Katz secara epidemiologi dikatakan mampu mengurangi morbiditas dan mortalitas
7 akibat infeksi parasit karena mencegah diagnosis yang salah. 13 Pengobatan dan Pencegahan Askariasis Terdapat beberapa macam obat yang diberikan untuk mengobati askariasis. Albendazol merupakan obat yang biasa digunakan dengan dosis tunggal yaitu 400 mg. Menurut penelitian, albendazol memiliki efikasi yang tinggi dalam penyembuhan infeksi STH. 14 Mebendazol juga dapat menjadi pilihan untuk pengobatan askariasis. Obat ini merupakan contoh obat cacing yang memiliki spectrum luas dan memiliki toleransi hospes yang baik. Pemberian obat ini dilakukan dengan dosis 100 mg dengan frekuensi dua kali sehari selama 3 hari. Obat ini diberikan pada usia lebih dari 2 tahun. 15 Pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan penurunan sel darah putih. Contoh obat lain yang dapat digunakan untuk mengobati askariasis adalah Pirantel Pamoat. Pirantel Pamoat digunakan dengan dosis tunggal, yaitu 11mg/kg berat badan. 16 Adapun efek samping yang diberikan dari pengkonsumsian obat ini antara lain sakit kepala, diare, dan muntah. Selain pengobatan secara farmakologi, askariasis perlu dicegah oleh manusia. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan askariasis, contohnya mencuci tangan agar tidak terjadi transmisi telur cacing ke dalam tubuh, menjaga kebersihan makan yang dikonsumsi, serta memperbaiki sanitasi di dalam lingkungan hidup. Pemberian edukasi kesehatan kepada masyarakat juga menjadi salah satu langkah pencegahan infeksi askariasis yang sangat penting. Pengetahuan Pengetahuan merupakan perubahan menjadi tahu akan suatu hal dalam bentuk kesan di pikiran yang telah didahului dengan pengamatan dari sistem penginderaan manusia terhadap suatu objek. Pengetahuan memiliki beberapa tingkatan dimulai dari awal pengenalan seseorang terhadap suatu hal. Setelah tahap ini, manusia akan merasa paham dan mampu mengaplikasikan pengetahuannya pada kehidupan. Manusia juga pada akhirnya akan mampu mengevaluasi kesesuaian pengetahuan yang dimiliki dengan nilai-nilai yang sudah ada. 17
8 METODE Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan subjek penelitian murid kelas 4,5, dan 6 pada SD X Bantargebang, Bekasi. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2011 bertempat di SD X Bantargebang, Bekasi. Seluruh murid (58 anak) dikumpulkan di dalam satu ruang kelas untuk diberikan penjelasan kegiatan mengenai kegiatan hari tersebut dan dimintakan persetujuan untuk mengisi kuesioner penelitian. Selama pengisian, para subjek berada di bawah bimbingan peneliti agar pengisian berjalan sesuai alur yang benar. Kemudian data dari kuesioner tersebut dikumpulkan dan dianalisis dengan program SPSS for windows versi 20 menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang gejala askariasis dengan variabel yang diteliti, yaitu jenis kelamin, usia, kelas, info terdahulu mengenai cacingan serta jumlah sumber informasi. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi Murid SD X Bantargebang, Bekasi Variabel Kategori Jumlah Kelompok usia (34,5%) (55,2%) >12 6 (10,2%) Tingkat pendidikan Kelas 4 27 (46,6%) Kelas 5 10 (17,2%) Kelas 6 21 (36,2%) Jenis kelamin Perempuan 28 (48,3%) Laki-laki 30 (51,7%) Informasi terdahulu Tahu 50 (86,2%) Tidak tahu 8 (13,8%) Sumber informasi <3 sumber 36 (62,1%) >3 sumber 22 (37,%) Tabel.1 menunjukan responden terbanyak berusia tahun (55,2%) diikuti dengan usia 9-10 (34,5%) dan usia >12 (10,2%), tingkat pendidikan berada di kelas 4 SD (46,6%) diikuti dengan kelas 6 (36,2%) dan kelas 5 (17,2%), jenis kelamin lakilaki (51,7%) diikuti dengan perempuan (48,3%) dan telah mendapat informasi tentang cacingan (86,2 %) dari < 3 sumber berbeda (62,1%).
9 Tabel 2 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Sumber Informasi Jumlah Sumber Informasi Jumlah Tidak mendapat informasi 8 (13,8%) 1 sumber informasi 9 (15,5%) 2 sumber informasi 19 (32,8%) 3 sumber informasi 21 (36,2%) 4 sumber informasi 1 (1,7%) Tabel 2 menunjukan mayoritas responden yakni 21 (36,2%) memiliki informasi dari 3 sumber yang berbeda, diikuti dengan 19 (32,8%) yang memiliki 2 sumber berbeda. Dari 58 responden terdapat 8 (13,8%) yang belum mendapat sumber informasi apapun mengenai infeksi askariasis. Tabel 3 Proporsi Skor Jawaban terhadap Pertanyaan Mengenai Gejala Askariasis Pertanyaan Skor Skor Maksimal Persentase 1. Cacing gelang dapat ,1% 2. Di dalam usus, cacing ,6% 3. Infeksi cacing gelang ,3% 4. Jika cacing gelang cukup % 5. Pada infeksi berat, larva ,9% Tabel 3 menunjukan bahwa responden yang menjawab benar terbanyak ada pada soal nomor 3 di kuesioner (39,3%) sedangkan soal nomor 5 merupakan soal yang paling banyak dijawab salah oleh responden (17,9%). Tabel 4 Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Gejala Askariasis dan Karakteristik Demografi Murid Variabel Kategori Tingkat Pengetahuan Gejala Nilai P Kurang Cukup Baik Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki 29 1 Kelas Kelas Kelas 5* 11 0 Kelas 6* 19 1 Info Terdahulu Tahu Tidak tahu 8 0 Sumber < Informasi Usia * 31 1 >12* 6 0 * digabung untuk kepentingan analisis data
10 Tabel 4 menunjukan bahwa tidak terdapat satu pun responden dengan tingkat pengetahuan tentang gejala askariasis yang baik. Jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup adalah 1 orang dan kurang 57 orang. Nilai P yang didapat dari uji Kolmogorov-Smirnov pada masing-masing karakteristik adalah 1. Hal tersebut diartikan bahwa nilai tidak berbeda bermakna (p > 0,05). DISKUSI Daerah Bantargebang dimana SD X berlokasi memiliki keadaan lingkungkan dengan tingkat kebersihan dan sanitasi yang buruk, padat penduduk, serta banyak ditemukan tanah di sekitar rumah masyarakat. Keadaan tersebut merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan A. Lumbricoides sehingga dapat menyebabkan askariasis. Keadaan tersebut mendasari dilakukannya penelitian untuk menjawab adakah hubungan tingkat pengetahuan dengan karakteristik demografi murid SD pada daerah ini. Dari penelitian didapatkan hasil bahwa mayoritas dari murid SD X di Bantargebang memiliki pengetahuan tentang gejala askariasis yang kurang. Hanya terdapat 1 ( 1,72%) murid yang tingkat pengetahuannya tergolong cukup, sedangkan 57 (98,28 %) lainnya tergolong kurang. Pengetahuan merupakan hal yang penting bagi seorang individu untuk membentuk sebuah perilaku. Mengingat rendahnya tingkat pengetahuan akan gejala askariasis pada murid SD X di Bantargebang, maka perlu dilakukan penyuluhan mengenai gejala askariasis. Penyuluhan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada murid SD di Bantargebang agar mereka lebih mengenali gejala askariasis serta dapat mengubah perilaku hidup bersih dan sehat guna mencegah askariasis lebih dini. Penyuluhan akan berhasil bila dilakukan tepat sasaran dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang yang disuluh. Berdasarkan penelitian, didapatkan hasil bahwa edukasi kesehatan efektif mencegah kejadian infeksi atau reinfkesi pada cacingan. 18 Pada umumnya, tingkat pengetahuan seorang individu akan meningkat seiring dengan pertambahan usia serta jumlah informasi yang didapatkan. Pada hasil yang didapat dari penelitian ini, tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang gejala askariasis dengan karakteristik demografi murid SD X
11 Bantargebang. Hal ini dikarenakan baik kelas 4, 5, maupun 6 tidak mendapatkan informasi mengenai gejala askariasis pada pelajaran di sekolahnya, sehingga tingkat pendidikan tidak memberikan perbedaan yang bermakna terhadap tingkat pengetahuan tentang gejala askariasis pada murid SD X Bantargebang, Bekasi. Selain itu, tempat bermain yang sama menyebabkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap informasi yang diterima, sehingga baik jenis kelamin maupun usia tidak menunjukan perbedaan yang bermakna terhadap tingkat pengetahuan tentang gejala askariasis. Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya oleh Hafizh. 19 Pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang gejala askariasis dengan tingkat pendidikan formal para murid tsanawiyah dan aliyah. Namun berbeda pula jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Benthem et al (dikutip dari Fadhlan 20 ), yang melaporkan bahwa wanita memiliki tingkat pengetahuan lebih baik dibanding pria. Kebiasaan wanita yang gemar berbincang dan bertukar informasi satu sama lain dikatakan sebagai penyebabnya. Tingkat pengetahuan tentang gejala askariasis diukur melalui 5 soal pada kuesioner, yaitu soal no. 1 sampai dengan 5. Masing-masing soal memiliki nilai maksimal sebesar 5 poin. Dari data pengetahuan mengenai gejala askariasis yang didapatkan, soal nomor 3 tentang dampak infeksi jangka panjang dari cacing gelang memiliki pencapaian skor tertinggi yaitu 114 dari total skor 290, sehingga dapat diartikan bahwa pengetahuan mengenai dampak jangka panjang dari infeksi cacing gelang merupakan hal yang paling diketahui oleh murid SD X Bantargebang. Hal tersebut disebabkan karena murid SD X sebelumnya sudah pernah mendengar informasi dampak dari infeksi cacing gelang di sekolahnya walaupun bukan melalui pelajaran. Hal ini juga sesuai dengan analisis kuesioner, yaitu 50 murid (86,2%) dari 18 murid (13,8%) telah mendapatkan informasi mengenai cacingan sebelumnya. Untuk pencapaian skor terendah terdapat pada soal nomor 5, yaitu 52 dari skor total 290. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pengetahuan yang paling tidak diketahui oleh mayoritas murid SD X adalah mengenai dampak yang ditimbulkan oleh larva cacing gelang pada infeksi berat. Pertanyaan tersebut dianggap sulit bagi murid SD X Bantargebang disebabkan karena mereka belum mengetahui fase hidup cacing dengan
12 baik, termasuk pengertian bentuk larva. Oleh karena itu, kurangnya pengetahuan tentang larva menyebabkan mereka tidak mengetahui dampak yang ditimbulkan larva cacing gelang pada infeksi berat. Selain itu ditemukan kata-kata sulit pada pilihan jawaban nomor 5 yang sulit dimengerti murid SD seperti radang paru dan tumor paru. KESIMPULAN Karakteristik demografi terbanyak pada murid SD X Bantargebang, Bekasi adalah 55,2% berusia tahun, 51,7% laki-laki, 46,6% berada di kelas 4 SD, 86,2% telah mengetahui tentang cacingan, dan 62,1% mendapatkan informasi tentang cacingan dari < 3 sumber informasi. Tingkat pengetahuan mengenai gejala askariasis pada SD X Bantargebang, Bekasi masih tergolong kurang, sesuai hasil yang didapat, yaitu 98,3% murid memiliki pengetahuan yang kurang sedangkan 1,7% lainnya memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Tidak ditemukan hubungan antara tingkat pengetahuan tentang gejala askariasis dengan karakteristik murid SD X Bantargebang, Bekasi. Daftar Pustaka 1. Centers for Disease Control and Prevention. Parasites: Soil-transmitted Helminths Diunduh dari [diakses tanggal 20 Juni 2013] 2. World Health Organization. Soil-transmitted Helminth Infections Diunduh dari [diakses tanggal 20 Juni 2013] 3. DEPKES RI. Prevalensi Cacingan di Indonesia. Jakarta : DEKES RI; Listorti JA, Doumani FM. Environmental Health: Bridging the Gaps. World Bank Discussion Paper. 2001;422: Centers for Disease Control and Prevention. Parasites-ascariasis Diunduh dari [diakses tanggal 20 Juni 2013]
13 6. Palmer PES, Reeder MM. The Imaging of Tropical Diseases with Epidemiological, Pathological and Clinical Correlation. Heidelberg: Springer; h Kotpal RL. Modern Text Book of Zoology: Invertebrates. New Delhi : Rastogi Publications; h Weischer B, Brown DJF. An Introduction to Nematode : General Nematology ; A Student's Textbook. Sofia : Pensoft; h Bethony J, Brooker S, Albinico M, Geiger SM, Loukas A, Diemert D, et al. Soil-transmitted Helmint Infections: Ascariasis, Trichuriasis, and Hookworm. Lancet May 6; 367(9521): Joob B, Wiwanitkit V. Loeffler s Syndrome, Pulmonary Ascariasis, in Thailand, Rare or Under-reported? J Thorac Dis 2012;4(3): Zheng PP, Wang BY, Wang F, Ao R, Wang Y. Esophageal Space-occupying Lesion Caused by Ascaris Lumbricoides. World J Gastroenterol 2012; 18(13): Available from: URL: Liacouras CA, Piccoli DA. Pediatric Gastroenterology : The Requisites in Pediatrics. Phildadelphia : Mosby Elsevier; h Endris M, Tekeste Z Lemma W. Comparison of The Kato-katz, Wet Mount, and Formol-ether Concentration Diagnostic Techniques for Intestinal Helminth Infections in Ethiopia. University of Gondar Diunduh dari [diakses tanggal 9 Juli 2013] 14. Keiser J, Utzinger J. Efficacy of Current Drugs Against Soil-transmitted Helminth Infections : Systemic Review and Meta-analysis Brunton LL, Lazo JS, Parker KL. Goodman & Gilman s The Pharmacological Basis of Therapeutics. 11 th ed. McGrawHill: USA; p Schwartz E. Tropical Diseases in Travelers. Chichester : Wiley-Blackwell ; p Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; Albright JW, Hidayati NR, Keys JB. Behavioral and Hygienic Characteristics of Primary Schoolchildren which Can be Modified to Reduce the Prevalence of
14 Geohelminth Infections: A study in Central Java, Indonesia. Southeast Asian J Trop Med Public Health Vol 36(3). 2005; Boenjamin HA. Tingkat Pengetahuan Mengenai Gejala Askariasis dan Hubungannya dengan Karakteristik Santri Pesantren X, Jakarta Timur [skripsi]. Jakarta : Universitas Indonesia; Fadhlan A. Tingkat Pengetahuan Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Bayah Mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD Setelah Penyuluhan [skripsi]. Jakarta : Universitas Indonesia; 2010
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trichuris trichiura Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi
Lebih terperinciABSTRAK Ascaris lumbricoides 82,4%-90,6%, 90%. Ascaris lumbricoides 97,8% 88%. 98,4% 96,2% Curcuma aeruginosa 60% 65%. 68% 4,1% 80,7% 29,4%
ABSTRAK Masalah penyakit parasit khususnya penyakit cacingan yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides adalah salah satu problema kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya di daerah Jakarta dan Jawa Barat,
Lebih terperinciHubungan Tingkat Pengetahuan tentang Ascaris Lumbricoides dengan Karakteristik Murid SD X, Bantargebang, Bekasi
Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Ascaris Lumbricoides dengan Karakteristik Murid SD X, Bantargebang, Bekasi Lusi Tania Rahmartani, Saleha Sungkar Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciUJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI
UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI Diajukan Oleh : Restian Rudy Oktavianto J500050011 Kepada : FAKULTAS
Lebih terperinciPengetahuan Mengenai Ascaris lumbricoides dan Hubungannya dengan Karakteristik Santri Pesantren X, Jakarta Timur. Eugene Dionysios, Saleha sungkar
Pengetahuan Mengenai Ascaris lumbricoides dan Hubungannya dengan Karakteristik Santri Pesantren X, Jakarta Timur Eugene Dionysios, Saleha sungkar 1. Program Studi Sarjana Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5 miliar orang atau 24% dari populasi
Lebih terperinciDistribusi Geografik. Etiologi. Cara infeksi
Distribusi Geografik Parasit ini ditemukan kosmopolit. Survey yang dilakukan beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi A. lumbricoides masih cukup tinggi, sekitar 60-90%. Etiologi Cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia masih menghadapi masalah tingginya prevalensi penyakit infeksi, terutama yang berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris Lumbricoides Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering dijumpai. Diperkirakan prevalensi di dunia berjumlah sekitar 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan permasalahan yang banyak ditemukan di masyarakat namun kurang mendapat perhatian. Di dunia lebih dari 2 milyar orang terinfeksi berbagai jenis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dan masih menghadapi berbagai masalah kesehatan, salah satu diantaranya adalah penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah.
Lebih terperinciEfektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur
Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur Julia Suwandi, Susy Tjahjani, Meilinah Hidayat Bagian Parasitologi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Trasmitted Helminth Soil Transmitted Helminth ( STH ) merupakan infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing yang penyebarannya melalui tanah. Cacing yang termasuk STH
Lebih terperinciJURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
PREVALENSI INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTH PADA MURID MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH DI DESA SIMBANG WETAN KECAMATAN BUARAN KOTA PEKALONGAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan sebagai syarat kelulusan program
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Cacingan Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang termasuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara tropis yang sedang berkembang seperti Indonesia, masih banyak penyakit yang masih menjadi permasalahan di dunia kesehatan, salah satunya adalah infeksi
Lebih terperincixvii Universitas Sumatera Utara
xvii BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminths Manusia merupakan hospes yang utama untuk beberapa nematoda usus. Sebagian besar dari nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan yang penting
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda merupakan spesies cacing terbesar yang hidup sebagai parasit.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil-transmitted helminths Nematoda merupakan spesies cacing terbesar yang hidup sebagai parasit. Cacing-cacing ini berbeda satu sama lain dalam habitat, daur hidup dan hubungan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Ada lebih dari 20 jenis cacing usus yang dapat menginfeksi manusia, namun
20 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminthiasis Ada lebih dari 20 jenis cacing usus yang dapat menginfeksi manusia, namun yang tersering penyebarannya di seluruh dunia adalah cacing gelang
Lebih terperinciPeran Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Murid SD X Bantar Gebang, Bekasi Mengenai Pencegahan dan Pengobatan Cacingan Sheli Azalea a, Saleha Sungkar b
Skripsi S1 Peran Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Murid SD X Bantar Gebang, Bekasi Mengenai Pencegahan dan Pengobatan Cacingan Sheli Azalea a, Saleha Sungkar b a Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Lebih terperinciPada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan
sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus bagian atas dan menjadi dewasa. Cacing betina yang dapat bertelur kira-kira 28 hari sesudah infeksi. 2. Siklus Tidak Langsung Pada siklus tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit parasit baik yang disebabkan oleh cacing, protozoa, maupun serangga parasitik pada manusia banyak terdapat di negara berkembang dan beriklim tropis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian kecacingan di Indonesia yang dilaporkan di Kepulauan Seribu ( Agustus 1999 ), jumlah prevalensi total untuk kelompok murid Sekolah Dasar (SD) (95,1 %),
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan cacing kelas nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing yang termasuk STH antara lain cacing
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminth Soil Transmitted Helminth adalah Nematoda Intestinal yang berhabitat di saluran pencernaan, dan siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif dan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren
ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR KELAS VI MENGENAI PENYAKIT KECACINGAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PULASAREN KOTA CIREBON TAHUN 2013 Mentari Inggit Anggraini,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Nematoda Nematoda berasal dari bahasa Yunani, Nema artinya benang. Nematoda adalah cacing yang bentuknya panjang, silindrik, tidak bersegmen dan tubuhnya bilateral
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecacingan (Ascariasis dan Trichuriasis) 1. Definisi Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing Ascaris lumbricoides dalam tubuh manusia. Spesies cacing yang
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Trichuris trichiura disebut juga cacing cambuk, termasuk golongan nematoda yang
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trichuris trichiura Trichuris trichiura disebut juga cacing cambuk, termasuk golongan nematoda yang hidup di sekum dan kolon ascending manusia. Pejamu utama T.trichiura adalah
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM
FAKTOR-FAKTOR RISIKO TERJADINYA INFEKSI KECACINGAN (ASCARIS LUMBRICOIDES DAN TRICHURIS TRICHIURA) PADA MURID SDN III SEPUTIH KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Yoga Wicaksana NIM 032010101062
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit pada saluran cerna dapat disebabkan oleh protozoa usus dan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Infeksi parasit pada saluran cerna dapat disebabkan oleh protozoa usus dan cacing usus. Penyakit yang disebabkan oleh cacing usus termasuk kedalam kelompok penyakit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang bersifat kronis yang ditularkan melalui tanah dan menyerang sekitar 2 milyar penduduk di dunia
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN MENGENAI MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP A.LUMBRICOIDES PADA GURU SD DI JAKARTA
UNIVERSITAS INDONESIA EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN MENGENAI MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP A.LUMBRICOIDES PADA GURU SD DI JAKARTA EDUCATION S EFFECTIVENESS TOWARDS MORPHOLOGY AND LIFE CYCLE
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cacing. Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi berat. 16 Infeksi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Kecacingan Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa cacing. Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi berat. 16 Infeksi
Lebih terperinciABSTRAK. Antonius Wibowo, Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto Lana, dr
ABSTRAK HUBUNGAN PERILAKU SISWA KELAS III DAN IV DENGAN HASIL PEMERIKSAAN FESES DAN KEADAAN TANAH TERHADAP INFEKSI SOIL TRANSMITED HELMINTHS DI SDN BUDI MULYA 3 CIPAGERAN-CIMAHI Antonius Wibowo, 2007.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor meningkatnya kejadian infeksi adalah kebiasaan hidup yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang higinis adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cacing Tambang dan Cacing Gelang 1. Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) a. Batasan Ancylostoma duodenale dan Necator americanus kedua parasit ini di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan penularannya melalui tanah. Di Indonesia terdapat lima species cacing
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecacingan 1. Definisi Kecacingan secara umum merupakan infeksi cacing (Soil transmitted helminthiasis) yang disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang prevalensinya sangat tinggi di Indonesia, terutama cacing usus yang ditularkan melalui tanah atau Soil Transmitted Helminth
Lebih terperinci: AMAR HAZWAN B ZAINAL ARIFFIN
Hubungan Infeksi Ascaris lumbricoides dengan Status Gizi pada Siswa-Siswi SD Negeri No.101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 Oleh : AMAR HAZWAN B ZAINAL ARIFFIN 080100324
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global, khususnya di negara-negara berkembang pada daerah tropis dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan dan hewan yang bersama-sama dengan kekuatan fisik dan kimia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Tanah memegang peranan penting bagi masyarakat. Kehidupan tumbuhan dan hewan yang bersama-sama dengan kekuatan fisik dan kimia murni menata tubuh tanah menjadi bagian-bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi cacing usus terutama yang ditularkan melalui tanah atau disebut soil-transmitted helmint infections merupakan salah satu infeksi paling umum di seluruh
Lebih terperinciPENGARUH PERILAKU HIDUP SEHAT TERHADAP KEJADIAN ASCARIASIS PADA SISWA SD NEGERI SEPUTIH III KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER
PENGARUH PERILAKU HIDUP SEHAT TERHADAP KEJADIAN ASCARIASIS PADA SISWA SD NEGERI SEPUTIH III KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Abdi Jauhari NIM 032010101009 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id
PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ascaris lumbricoides merupakan cacing gelang yang. termasuk ke dalam golongan Soil Transmitted Helminths
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ascaris lumbricoides merupakan cacing gelang yang termasuk ke dalam golongan Soil Transmitted Helminths (STH) yaitu cacing yang menginfeksi manusia dengan cara penularannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih dari satu miliar orang terinfeksi oleh Soil Transmitted Helminth (STH) (Freeman et al, 2015).
Lebih terperinciABSTRAK EFEK INFUSA DAUN GANDARUSA
ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm. f.) TERHADAP CACING Ascaris suum SECARA IN VITRO Manasye Jutan, 2014 ; Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr.,m.sc Askariasis adalah infeksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak Sekolah Dasar merupakan sasaran strategis dalam perbaikan gizi masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Helminthiasis Nematoda mempunyai jumlah spesies terbanyak di antara cacing-cacing yang hidup sebagai parasit. Cacing tersebut berbeda-beda dalam habitat,daur hidup dan hubungan
Lebih terperinciABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN
ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2007-2011 Eggi Erlangga, 2013. Pembimbing I : July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. Pembimbing
Lebih terperinciPengetahuan Mengenai Siklus Hidup A. lumbricoides dan Karakteristik Demografi Anak di Panti Asuhan Jakarta Timur Tahun 2012
Pengetahuan Mengenai Siklus Hidup A. lumbricoides dan Karakteristik Demografi Anak di Panti Asuhan Jakarta Timur Tahun 2012 Fiorella Andani Sihombing*, Saleha Sungkar** *Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Pada tahun 2007, infeksi cacing di seluruh dunia mencapai 650 juta sampai 1 milyar orang, dengan prevalensi paling tinggi di daerah tropis. Populasi di daerah pedesaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. manusia sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan kesehatan masyarakat. 7 Infeksi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kecacingan Kecacingan merupakan penyakit endemik dan kronik diakibatkan oleh cacing parasit dengan prevalensi tinggi, tidak mematikan, tetapi menggerogoti kesehatan
Lebih terperinciPREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI
PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh: KHOIRUN NISA NIM. 031610101084 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides atau disebut dengan askariasis merupakan salah satu penyakit yang banyak ditemui di masyarakat. Infeksi cacing nematoda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ascariasis yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides atau cacing gelang merupakan penyakit usus halus yang pada sebagian besar kasus ditandai dengan sedikit gejala
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Soil Transmitted Helminths STH (Soil Transmitted Helminths) adalah cacing golongan nematoda yang memerlukan tanah untuk perkembangan bentuk infektif. Di Indonesia
Lebih terperinciPemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau
Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau Lilly Haslinda, Esy Maryanti, Suri Dwi Lesmana, Mislindawati Abstrak
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
2.1 Helminthiasis Cacing merupakan parasit yang bisa terdapat pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes dari beberapa Nematoda usus. Sebagian besar daripada Nematoda
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit usus yaitu cacing dan protozoa. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infeksi parasit usus yaitu cacing dan protozoa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting di negara-negara berkembang, khususnya di daerah tropis
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang) 2.1.1. Askariasis Askariasis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides atau yang secara umum dikenal sebagai cacing
Lebih terperinciKey words: Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, nails hygiene
ARTIKEL PENELITIAN HIGIENITAS KUKU TANGAN DAN INFESTASI Ascaris lumbricoides DAN Trichuris tichiura PADA MURID SD NEGERI 4 MERANTI ANDAK KECAMATAN RUMBAI PESISIR PEKANBARU Deliyus Irman 1, Suri Dwi Lesmana
Lebih terperinciCONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER
PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI HASIL PEMERIKSAAN KECACINGAN di SD MUH. KEDUNGGONG, SD DUKUH NGESTIHARJO,SDN I BENDUNGAN dan SD CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Askariasis merupakan salah satu infeksi cacing yang paling sering ditemukan di dunia. Diperkirakan bahwa lebih dari 600.000.000 kasus di dunia terinfeksi askariasis.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Soil Transmitted Helminth (STH) atau penyakit kecacingan yang penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan masyarakat khususnya
Lebih terperinciFREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN
FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN Fitria Nelda Zulita, Gustina Indriati dan Armein Lusi Program Studi
Lebih terperinciPEMERIKSAAN NEMATODA USUS PADA FAECES ANAK TK (TAMAN KANAK- KANAK) DESA GEDONGAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO
PEMERIKSAAN NEMATODA USUS PADA FAECES ANAK TK (TAMAN KANAK- KANAK) DESA GEDONGAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO DETECTION OF INTESTINAL NEMATODE IN KINDERGARTEN STUDENTS FAECES AT GEDONGAN VILLAGE
Lebih terperinciABSTRAK PERBANDINGAN PREVALENSI INFEKSI CACING TULARAN TANAH DAN PERILAKU SISWA SD DI DATARAN TINGGI DAN SISWA SD DI DATARAN RENDAH
ABSTRAK PERBANDINGAN PREVALENSI INFEKSI CACING TULARAN TANAH DAN PERILAKU SISWA SD DI DATARAN TINGGI DAN SISWA SD DI DATARAN RENDAH Vita Victoria Sinarya, 2011 Pembimbing I: Dr. Meilinah Hidayat, dr.,
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI ASKARIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI SEPTEMBER 2011
ABSTRAK PREVALENSI ASKARIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2007- SEPTEMBER 2011 Buntoro Indra Dharmadi, 2011, Pembimbing I : dr, Freddy Tumewu A., M.S., Pembimbing II : Budi Widyarto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya parasit berupa cacing kedalam tubuh manusia karena menelan telur cacing. Penyakit ini paling umum tersebar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui tanah atau biasa disebut dengan cacing jenis soil transmitted
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Kecacingan 2.1.1 Definisi Kecacingan Helmintiasis (kecacingan) menurut WHO adalah infestasi satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil-Transmitted Helminths Cacing yang tergolong dalam kelompok Soil Transmitted Helminths (STH) adalah cacing yang dalam menyelesaikan siklus hidupnya memerlukan tanah yang
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Askariasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides. Parasit ini bersifat kosmopolitan karena tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit halus)cacing tersebut menggulung dan berbentuk kumparan dan biasanya mempunyai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya adalah penyakit infeksikecacingan yang ditularkan melalui tanah(soil transmitted
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soil Transmitted Helminths (STH) adalah cacing golongan nematoda usus yang penularannya melalui tanah. Dalam siklus hidupnya, cacing ini membutuhkan tanah untuk proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Soil-transmitted helminthiasis merupakan. kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Soil-transmitted helminthiasis merupakan kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing parasit usus, antara lain Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hygiene Perorangan Hygiene perorangan disebut juga kebersihan diri, kesehatan perorangan atau personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah Yunani
Lebih terperinciEka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT KECACINGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA SISWA KELAS IV, V DAN VI DI SD NEGERI 47 KOTA MANADO ABSTRACT Eka Muriani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Hal ini dapat dimengerti mengingat bahwa Indonesia
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI IBU TENTANG PENCEGAHAN ASCARIASIS ( CACINGAN ) PADA BALITA DI PUSKESMAS TAHTUL YAMAN KOTA JAMBI TAHUN 2015
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI IBU TENTANG PENCEGAHAN ASCARIASIS ( CACINGAN ) PADA BALITA DI PUSKESMAS TAHTUL YAMAN KOTA JAMBI TAHUN 2015 DESCRIPTION OF KNOWLEDGE AND MOTHER S MOTAVATION TOWARD PREVENTION
Lebih terperinciABSTRAK. Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH)
v ABSTRAK HUBUNGAN PERILAKU HIGIENITAS DIRI DAN SANITASI SEKOLAH DENGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA KELAS III-VI SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 5 DELOD PEKEN TABANAN TAHUN 2014 Infeksi kecacingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kecacingan merupakan salah satu diantara banyak penyakit yang menjadi masalah masyarakat di Indonesia. Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah merupakan bagian yang terbesar dari sel, mencapai lebih kurang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Air adalah merupakan bagian yang terbesar dari sel, mencapai lebih kurang 70 80%. Air sangat penting bagi kehidupan jasad renik ataupun kehidupan pada umumnya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Soil-Transmitted Helminths (STH) STH adalah cacing yang dalam siklus hidupnya memerlukan tanah yang sesuai untuk berkembang menjadi bentuk infektif. Ukuran sangat bervariasi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Soil Transmitted Helminths (STHs) Soil Transmitted Helminths (STHs) adalah kelompok parasit golongan nematoda usus yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia melalui
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN PENYAKIT CACINGAN (HELMINTHIASIS) PADA WALI MURID SDN 1, 2, 3, DAN 4 MULYOAGUNG, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR
Jurnal Preventia, Vol... No... Juli 2017 2 GAMBARAN PENGETAHUAN PENYAKIT CACINGAN (HELMINTHIASIS) PADA WALI MURID SDN 1, 2, 3, DAN 4 MULYOAGUNG, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR Dhia Irfan Hanif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah terjadinya pengindraan terhadap suatu objek menggunakan panca indra manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helmithiasis) disebut juga penyakit infeksi kecacingan STH, masih merupakan problema kesehatan
Lebih terperinciEFEK PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MURID MENGENAI GEJALA ASKARIASIS DI SD X, BANTAR GEBANG, BEKASI
Skripsi S1 EFEK PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MURID MENGENAI GEJALA ASKARIASIS DI SD X, BANTAR GEBANG, BEKASI Oviliani Wijayanti a, Saleha Sungkar b a Program Studi Pendidikan Dokter
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmited Helminths Nematoda adalah cacing yang tidak bersegmen, bilateral simetris, mempunyi saluran cerna yang berfungsi penuh. Biasanya berbentuk silindris serta panjangnya
Lebih terperinciKata kunci: Infeksi, Personal Hygiene, Soil Trasmitted Helminth
Gambaran Perilaku Personal Hygiene yang Berhubungan dengan Infeksi Soil Trasmitted Helminth pada Anak Sekolah Dasar (Studi Kasus di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang) Rozzaq Alhanif Islamudin*),
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingan Menurut asal katanya helminth berasal dari kata Yunani yang berarti cacing. Cacing merupakan hewan yang terdiri dari banyak sel yang membangun suatu jaringan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cacing Tambang Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di perbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di
Lebih terperinciABSTRAK. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pevalensi Askariasis pada kelas III,IV,dan V di SD MI AI-Inayah Kelurahan Sarijadi Kotamadya Bandung
ABSTRAK Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pevalensi Askariasis pada kelas III,IV,dan V di SD MI AI-Inayah Kelurahan Sarijadi Kotamadya Bandung Betty W.Y.N, 2003, Pembimbing I : Meilinah Hidayat dr.,m.kes
Lebih terperinci