Bab IV Studi Kasus dan Analisis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Studi Kasus dan Analisis"

Transkripsi

1 Bab IV Studi Kasus dan Analisis IV.1 Umum Dalam bab ini akan diuraikan penerapan teori-teori yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya pada suatu studi kasus. Studi kasus yang diambil adalah platform tipe jacket. Dari studi kasus ini akan dilakukan beberapa tahap analisis yaitu : 1. Menentukan sambungan kritis yang akan digunakan dalam penentuan indeks kehandalan fatigue dan remaining life. Penentuan sambungan kritis ini menggunakan program SACS dengan analisis fatigue spektral. 2. Menentukan indeks kehandalan fatigue berdasarkan informasi adanya retak. Indeks ini diilustrasikan dalam bentuk kurva yang menggambarkan hubungan indeks kehandalan terhadap umur layan struktur sambungan kritis. 3. Menentukan remaining life sambungan kritis mengacu pada indeks kehandalan. Remaining life dan indeks kehandalan fatigue pada poin di atas, ditentukan berdasakan metode fracture mechanics. IV.2 Deskripsi Studi Kasus Dalam penentuan indeks kehandalan fatigue dan remaining life berdasarkan metode fracture mechanics menggunakan platform tipe jacket sebagai studi kasus. Struktur yang menjadi objek studi merupakan konvensional jacket platform empat kaki. Bracing horizontal ditempatkan pada elevasi m, m, m, m, dan m dari MLW. 72

2 Informasi penting lainnya berkaitan dengan struktur studi kasus adalah sebagai berikut : a. Umum Struktur anjungan lepas pantai dalam studi kasus ini merupakan struktur yang dikategorikan sebagai production platform. Platfotm ini terletak di sekitar kawasan lepas pantai Kalimantan Timur. Platform ini berdiri pada kedalaman m di bawah chart datum MLW dan memiliki umur layan 25 tahun. b. Struktur Dek Anjungan mempunyai dua level dek dengan spesifikasi elevasi sebagai berikut : Main deck EL. (+) m Cellar Deck EL. (+) 8.55 m c. Orientasi Platform N m A Y X B 17.02m 17.41m 10.5m Gambar IV. 1 Orientasi struktur. 73

3 d. Data Lingkungan Untuk analisis fatigue, beban lingkungan yang diperhitungkan hanya akibat gelombang saja. Data gelombang yang ada berupa scatter diagram sebanyak 6 arah yang dikarakterisasikan oleh tiga parameter yaitu tinggi gelombang signifikan, perioda puncak dan arah datangnya. 2 arah gelombang lainnya tidak memiliki kejadian gelombang. Informasi lengkap mengenai data gelombang ini disajikan pada bagian Lampiran A. e. Marine Growth Marine Growth diaplikasikan pada seluruh member di bawah MLW dengan massa jenis 1400 kg/m 3. Secara lebih rinci Marine Growth yang diaplikasikan pada platform ini ditunjukkan dalam Tabel IV.1. Tabel IV. 1 Marine growth Water Depth Marine Growth Thickness (mm) MHW to EL. (-) 15m 100 EL. (-) 15m to EL. (-) 30m 50 EL. (-) 30m to EL. (-) 50m 25 EL. (-) 50m to Mudline 0 f. Koefisien drag dan inersia Nilai koefisien Cd dan Cm diambil berdasarkan rekomendasi API RP2A untuk analisis fatigue. Tabel IV. 2 Koefisien drag dan inersia API RP2A Condition C D C M PSI - superelement for fatigue 0.50 (smooth) 2.00 (smooth) 0.80 (rough) 2.00 (rough) 74

4 IV.3 Pemodelan dan Beban Pada studi kasus ini, struktur dimodelkan secara tiga dimensi dengan bantuan modul interaktif precede pada software SACS. Komponen utama struktur yang dimodelkan meliputi topside, jacket, boatlanding, dan riser. Pada pemodelan beban struktur studi kasus digunakan dua cara berdasarkan jenis beban yang bekerja. Untuk kategori beban fungsional (beban peralatan, beban hidup, kelengkapan dek, dll), beban diaplikasikan langsung pada model struktur. Sedangkan untuk kategori beban lingkungan, beban diatur oleh modul seastate yang terdapat pada software SACS. Tampilan model struktur (hanya menampilkan bagian jacket-nya saja) dapat dilihat pada gambar berikut ini. Untuk bagian lengkap model ditunjukkan dalam Lampiran B. Gambar IV. 2 Model struktur studi kasus (bagian jacket). 75

5 IV.4 Analisis Fatigue Spektral dalam Software SACS IV.4.1 Analisis Stuktur (Inplace Statik dan Analisis Fatigue) Pada sub bab ini akan dijelaskan secara singkat terkait dengan analisis struktur anjungan lepas pantai tipe jacket pada software SACS. Ada beberapa analisis struktur yang harus dilakukan terhadap anjungan lepas pantai tipe jacket, diantaranya analisa inplace-statik dan fatigue. Terdapat perbedaan diantara keduanya. Analisis inplace statik merupakan analisis yang dilakukan terhadap platform ketika platform sudah berada di lokasi operasionalnya. Platform akan dianalisis sebagai sebuah struktur lengkap, terhadap berbagai kondisi pembebanan. Beban yang dipertimbangkan dalam analisis in-place ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu beban dasar dan beban kombinasi. Beban dasar meliputi berat struktur di udara, buoyancy, peralatan, kelengkapan deck, crane, angin, gelombang, dan arus. Selain beban-beban diatas, penting juga untuk memperhatikan pengaruh dari marine growth. Pada analisa inplace statik yang menjadi tinjauan adalah kekuatan (strength) struktur akibat gaya axial, shear, maupun bending yang ditimbulkan beban di atas. Di samping itu analisa inplace statik mempertimbangkan joint punching shear. Adapun hasil analisa inplace statik ditekankan pada kelayakan rasio tegangan member (unity check), joint puching shear check, dan faktor keamanan (safety factor) pile. Sedangkan pada analisa fatigue yang menjadi objek tinjauan lebih ditekankan pada struktur yang mengalami beban siklis. Umumnya bagian strktur yang ditinjau adalah sambungan, karena pada sambungan terdapat perubahan geometri elemen struktur dan adanya daerah inhomogenitas material, misalnya adanya retakan mikro (micro crack) akibat pengelasan antar member. Karakteristik sambungan inilah yang rawan terhadap beban siklis meskipun di bawah level beban yang menyebakan kegagalan pada analisa inplace statik. Hasil analisa fatigue ditekankan pada damage dan fatigue life yang merupakan parameter yang 76

6 dipengaruhi oleh jumlah siklis beban yang terjadi dan jumlah siklus beban yang menyebabkan kegagalan. Bila suatu platform lama diinspeksi dan akan dinilai kelayakannya, maka kapasitas platform tersebut harus layak tidak hanya berdasarkan analisis inplace statik tapi juga harus layak berdasarkan analisis fatigue. Bila pada hasil analisis inplace statik tidak layak/kritis maka perlu penanganan tertentu, misalnya strengthening pada bagian yang kritis. Sedangkan bila hasil analisis fatigue menunjukkan hasil yang kritis maka perlu dilakukan perbaikan pada sambungan misalnya pengelasan sambungan kritis, sehingga mengurangi/menghilangkan retak kritis. Penanganan ini dilakukan sesuai dengan hasil analisis struktur platform tersebut dengan mengacu data inspeksi. Pada tesis ini lebih ditekankan pada tinjauan analisis fatigue yang melandasi analisis indeks kehandalan fatigue dan remaining life berdasarkan metode fracture mechanics. Analisis fatigue menggunakan software SACS dengan analisis fatigue spektral. Adapun prosedur umum dalam analisis fatigue spektral software SACS dapat dilihat pada flow chart berikut ini. 77

7 Gambar IV. 3 Prosedur analisis fatigue spektral software SACS. 78

8 IV.4.2 Linierisasi Pondasi (Modul PSI/Pile Soil Interaction) Tujuan dari langkah ini adalah mendapatkan properti kekakuan tanah dan menyederhanakan model struktur fondasi. Input langkah ini adalah model struktur studi kasus dan data tanah yang kemudian diproses oleh software SACS melalui running PSI (Pile Soil Interaction). Linierisasi dilakukan dengan mengaplikasikan beban gelombang berdasarkan tinggi gelombang centre of damage pada seluruh pile head struktur. Gelombang ini dianggap memberikan kontribusi yang signifikan dalam kerusakan fatigue. Beban gelombang centre of damage tersebut dikombinasikan dengan beban fungsional yang bekerja pada struktur dan diaplikasikan pada masing-masing arah X dan Y (arah ortogonal). Tinggi gelombang centre of damage adalah sebagai berikut: H d T d = 1.64 m = 4.94 detik Hasil dari linierisasi pondasi adalah matrik kekakuan tiga dimensi. Berikut ini adalah contoh matriks kekakuan pondasi ekivalen untuk pilehead 101P hasil running PSI. Arah diagonal Gambar IV. 4 Matrik kekakuan pilehead 101P Terlihat pada matriks kekakuan pada Gambar IV.4 simetris pada arah diagonal matrik tersebut. 79

9 IV.4.3 Analisis Dinamika Struktur Tujuan langkah ini untuk mendapatkan karakteristik penting dinamika struktur diantaranya natural period, matrik massa, dan modes shape. Modul dynpac software SACS melakukan analisis dinamik ini. Modul dynpac dapat mengkalkulasi secara otomatis massa struktur untuk elemen yang dimodelkan. Pada keseluruhan analisis dinamik ini, program seastate akan terus diaktifkan untuk mensimulasikan konsep massa tambah (added mass) dan massa fluida yang terperangkap dalam elemen tubular. Hasil perhitungan massa dalam analisis dinamik ini diperlihatkan pada Gambar IV.5 berikut Gambar IV. 5 Hasil perhitungan massa. Salah satu yang menarik untuk diperhatikan dalam Gambar IV.5. adalah massa tambahan (added mass). Massa tambahan dari submerge members sebagai akibat pergerakan relatif struktur terhadap fluida (dalam arah X dan Y) memberikan kontribusi signifikan terhadap massa total yaitu 21.07% dari KN. Hasil analisis dinamik yang lain ditunjukkan dalam Gambar IV.6 yang menampilkan karakteristik 25 modes free vibration dan periode naturalnya. 80

10 Gambar IV. 6 Hasil analisis dinamika struktur. IV.4.4 Analisis Respon Gelombang Tujuan dari analisis ini adalah menghitung respon dinamik struktur anjungan lepas pantai akibat beban gelombang. Lebih spesifik, pada analisis spektral fatigue, analisis wave response digunakan untuk mendapatkan global transfer function dan juga untuk membangkitkan gaya pada pembentukan fungsi transfer range tegangan. 81

11 Fungsi transfer global yang terdiri dari fungsi transfer base shear dan overturning moment. Pada proses pembentukan kedua fungsi transfer tersebut dibutuhkan informasi mengenai data gelombang dan data hidrodinamik lainnya. Informasi tersebut disimpan dalam modul seastate pada software SACS. Perhitungan fungsi transfer dengan menggunakan data pada seastate secara garis besar diuraikan sebagai berikut: 1. Setiap nilai pada grafik fungsi transfer overturning moment dan base shear didapatkan dengan memberikan gelombang airy pada seastate yang mempunyai frekuensi dan steepness konstan (dalam studi kasus ini 1:22) serta dengan arah tertentu. Untuk satu siklus perioda gelombang akan dilakukan step through crest position sebanyak 18 kali. Sebagai ilustrasi penjelasan ini ditunjukkan informasi studi kasus untuk gelombang arah sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar IV.7. Gambar IV. 7 Parameter penentuan fungsi transfer base shear dan overturning moment untuk gelombang arah

12 Dari langkah ini didapatkan nilai overturning moment dan base shear-nya sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar IV.8. Gambar IV. 8 Nilai overturning moment dan base shear hasil dari gelombang arah Untuk nilai maksimum overturning moment dan base shear pada langkah 1 selanjutnya dibagi dengan amplitudo gelombang dan menjadi satu titik pada grafik hubungan antara perioda gelombang dengan fungsi transfer overturning moment atau base shear. Sebagai ilustrasi dicontohkan satu nilai maks fungsi transfer overturning moment atau base shear untuk arah gelombang 135 dan kemudian nilai maksimumnya dibagi dengan amplitudo gelombang, sebagaimana ditunjukkan dalam perhitungan berikut: 83

13 MAXIMUM MOMENT AT TIME PHASE MAXIMUM SHEAR AT TIME PHASE KN-M SECS 280 DEGREES KN SECS 280 DEGREES Tinggi Gelombang 1.77 M Amplitudo M Nilai transfer function - overturning moment KN-M/M - base shear KN/M Untuk semua nilai maksimum hasil langkah 1 dan 2 dapat diplot nilai transfer function overturning moment dan base shear-nya (untuk arah gelombang 135) sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar IV.9 dan IV.10. Gambar IV. 9 Fungsi transfer base shear untuk arah

14 Gambar IV. 10 Fungsi overturning moment untuk arah IV.4.5 Analisis Fatigue Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendapatkan fatigue life untuk setiap sambungan pada struktur jacket. Beberapa kriteria dan parameter penting yang digunakan dalam analisis kerusakan fatigue pada studi kasus ini meliputi: Struktur digunakan untuk masa layan 25 tahun. Analisis fatigue menggunakan safety factor 2, sehingga umur fatigue minimum adalah 50 tahun. Perhitungan kerusakan fatigue berdasarkan kurva S-N API X Prime Curve With Thickness Correction. Faktor konsentrasi tegangan pada sambungan akan dihitung berdasarkan persamaan empiris Efthymiou. Spektrum energi gelombang yang digunakan adalah spektrum gelombang Jonswap dengan parameter gamma, γ =1.0 Untuk analisis kerusakan fatigue ini dilakukan dengan modul fatigue damage pada software SACS. Pada analisis fatigue spektral, hubungan antara range tegangan dengan tinggi gelombang sebagai fungsi dari frekuensi dinyatakan oleh 85

15 suatu fungsi transfer. Range tegangan yang dimaksud adalah range tegangan akibat beban gelombang siklis yang dipilih pada analisis wave response, yaitu untuk tiap arah dengan steepness konstan. Berdasarkan persamaan SCF yang dipilih, maka range tegangan hot spot di lokasi tertentu pada suatu komponen sambungan dapat ditentukan berdasarkan range tegangan nominal. Sedangkan penentuan transfer function range tegangan hot spot di lokasi tersebut diperoleh dengan membagi range tegangan hot spot oleh tinggi gelombang yang menyebabkannya. Untuk setiap komponen sambungan, transfer function ditentukan di delapan titik dengan interval antar titik sebesar 45 deg. Kedelapan titik pada sambungan dapat dilihat pada gambar berikut ini. Keterangan gambar: T = Top TL = Top Left TR = Top Right L = Left R = Right BL = Bottom Left Gambar IV. 11 Diskritisasi penampang tubular pada analisis fatigue. Tahap selanjutnya adalah penentuan spektrum respons tegangan hot-spot di suatu titik yang merupakan hasil perkalian anatara spektrum energi gelombang dengan kuadrat fungsi transfer tegangan hot-spot. Bentuk persamaan ini dapat dituliskan sebagai berikut : S σ 2 ( f ) H ( f ) S ( f ) dimana: = (IV. 1) η S η ( f ) = spektrum gelombang teoritis S σ ( f ) = spektrum respon range tegangan hot-spot 86

16 H ( f ) = fungsi transfer range tegangan hot-spot Total kerusakan akibat satu sea states ditentukan melalui persamaan berikut ini: 2 N s s exp RMS NF ( S) 2 σrms D= ds σ (IV. 2) dimana: s = range tegangan hot-spot S = jumlah siklus tegangan yang menyebabkan kegagalan (didapatkan dari NF ( ) RMS, i kurva S-N yang dipilih) 2 σ = ( ) ( ) z H f S 0 i f df (nilai RMS dari range tegangan) at N = = ekspektasi dari jumlah siklus tegangan berdasarkan spektrum selama T masa layan tertentu. Total ekspektasi kerusakan untuk seluruh sea state dalam rentang waktu umur rencana merupakan jumlah kerusakan yang diakibatkan oleh masing-masing sea state. Ekspektasi umur fatigue ditentukan dengan membagi umur rencana dengan total ekspektasi kerusakan. Gambar IV.12 berikut merupakan hasil analisis fatigue struktur studi kasus pada sambungan yang memiliki umur fatigue di bawah yang disyaratkan. 87

17 Gambar IV. 12 Hasil analisis fatigue. IV.5 Analisis Indeks Kehandalan Komponen Sambungan IV.5.1 Pemilihan Sambungan Kritis Komponen sambungan yang akan ditentukan kurva indeks kehandalannya adalah komponen sambungan dengan umur fatigue yang tidak memenuhi umur rencana, yaitu selama 50 tahun. Disamping itu juga akan ditentukan kurva indeks kehandalan dari beberapa komponen sambungan utama yang memiliki umur fatigue paling minimum.. Berdasarkan hasil analisis fatigue spektral, terdapat sambungan dengan umur fatigue di bawah 50 tahun, yaitu sambungan 1584 pada chord member dengan umur fatigue tahun dan sambungan 1584 pada brace member dengan umur fatigue tahun. Sambungan-sambungan ini dianggap sebagai sambungan kritis dan dijadikan sebagai bahan analisis kehandalan fatigue. 88

18 IV.5.2 Formulasi Fungsi Performansi Persamaan fungsi performansi akhir analisis kehandalan spektral fatigue untuk suatu komponen sambungan dapat dituliskan kembali sebagai berikut: gx ( ) = ln A mln Y ln ln m/2 1 m/2 1 a0 ai C mln SCF 2ln ln ln dimana A = π m / 2 ( ) ( ) ( ) ( ) ( T ) ( B ) ( D ) 1 / ( m 2 1) m m ( 2) Γ 1 + B = 2 F a o a i = kedalaman retak awal (mm) = kedalaman retak kritis (mm) diambil sama dengan tebal penampang. Y = faktor koreksi intensitas tegangan akibat jenis geometri retak, kondisi permukaan, prilaku beban dsb. C dan m = parameter penjalaran retak. SCF = faktor konsentrasi tegangan T D F = umur layan = akumulasi kerusakan fatigue hasil analisis spektral IV.5.3 Properti Variabel Acak Analisis Kehandalan Fatigue Tabel IV. 3 Properti parameter model stokastik reliabilitas fatigue. Variabel Distribusi Mean COV Referensi SCF Log Normal (19) m tetap 3.23 (20) C Log Normal 1E (21) a o asumsi Y Log Normal (19) 89

19 IV.5.4 Perhitungan Kurva Indeks Kehandalan Tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai indeks kehandalan β tiap komponen sambungan yang dipilih berdasarkan fungsi performansi akhir kehandalan fatigue, parameter stokastik yang telah diketahui, dan parameter yang diperoleh dari perhitungan fatigue spektral yang terdapat pada sambungan kritis yaitu sambungan 1584 pada chord member yang mengalami kerusakan (pada posisi left) dengan umur fatigue tahun dan sambungan 1584 pada brace member yang mengalami kerusakan (pada posisi left) dengan umur fatigue tahun. Salah satu parameter stokastik yaitu retak awal (crack initiation) diasumsikan diperoleh dari hasil inspeksi sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel IV.4. Tabel IV. 4 Retak awal hasil inspeksi (asumsi). Hasil Inspeksi Distribusi Mean (mm) COV Ukuran Retak 1 Log Normal Ukuran Retak 2 Log Normal Ukuran Retak 3 Log Normal Ukuran Retak 4 Log Normal Ukuran Retak 5 Log Normal Ukuran Retak 6 Log Normal Ukuran Retak 7 Log Normal Ukuran Retak 8 Log Normal Perhitungan rinci indeks kehandalan fatigue berdasarkan data-data inspeksi untuk kedua member di atas diperlihatkan pada Lampiran C. Sebagai ilustrasi lebih mudah hasil perhitungan ditunjukkan dalam kurva indeks kehandalan yang menggambarkan hubungan antara indeks kehandalan dan tahun layan. Kurva tersebut ditunjukkan dalam Gambar IV.13 (sambungan 1584 chord) dan Gambar IV.14 (sambungan 1584 brace). 90

20 Indeks Kehandalan Fatigue CHORD JOINT 1584 Ukuran Retak 1 Ukuran Retak 2 Ukuran Retak 3 Ukuran Retak 4 Ukuran Retak 5 Ukuran Retak 6 Ukuran Retak 7 Ukuran Retak T (Tahun) Gambar IV. 13 Kurva indeks kehandalan fatigue sambungan 1584 chord. Indeks Kehandalan Fatigue BRACE JOINT 1584 Ukuran Retak 1 Ukuran Retak 2 Ukuran Retak 3 Ukuran Retak 4 Ukuran Retak 5 Ukuran Retak 6 Ukuran Retak 7 Ukuran Retak T (Tahun) Gambar IV. 14 Kurva indeks kehandalan fatigue sambungan 1584 brace. 91

21 Dari Gambar IV.13 dan IV.14, dapat disimpulkan 1. untuk setiap kurva indeks kehandalan menunjukkan adanya korelasi antara indeks kehandalan fatigue dan umur layan yaitu semakin bertambah umur layan stuktur semakin menurun indeks kehandalannya. 2. Pada Gambar IV.13 ditunjukkan 8 kurva indeks kehandalan yang masingmasing berdasarkan data inspeksi retak awal. Kedelapan kurva tersebut dibentuk berdasarkan parameter stokastik yang sama. Hanya parameter stokastik retak awal saja yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa retak awal merupakan parameter yang sensitif. Pengaruhnya sangat signifikan terhadap nilai indeks kehandalan. Makin besar retak awal, nilai indeks kehandalannya semakin menurun. Kesimpulan ini juga berlaku pada kurva-kurva indeks kehandalan pada Gambar IV.14. IV.6 Remaining Life Bila dikaitkan dengan penilaian terhadap sambungan, kurva indeks kehandalan dapat digunakan untuk menilai keamanan suatu sambungan dari sisi umur sisanya (remaining life). Dalam konteks ini diperlukan parameter atau indikator yang menyatakan bahwa suatu komponen sambungan telah memenuhi kriteria keamanan yang disyaratkan. Indikator ini biasa disebut target indeks kehandalan atau indeks kehandalan minimum suatu komponen sambungan. Berdasarkan target indeks kehandalan ini, remaining life sambungan dapat ditentukan dan kemudian dikaitkan dengan umur layan yang disyaratkan. Onoufriou (1999) dalam penelitiannya telah menentukan target indeks kehandalan yang dapat dijadikan pijakan untuk menilai keamanan suatu platform dalam konteks reliabilitas, sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel IV.5 (18). 92

22 Tabel IV. 5 Target indeks kehandalan. Tipe sambungan Konsekuensi Target indeks Kegagalan kehandalan Main leg Sangat serius 4.2 Elevation brace Serius 3.7 Skirt pile brace Tidak serius 3.1 Jika target indeks kehandalan di atas diaplikasikan pada indeks kehandalan sambungan 1584 baik chord maupun brace member, maka terdapat hal yang menarik untuk diperhatikan. Berdasarkan pengamatan pada model struktur, dapat dilihat bahwa sambungan 1584 chord member dapat dikategorikan sebagai sambungan tipe elevation brace. Dengan menarik secara horizontal garis lurus dari target indeks kehandalan sebesar 3.7 ke setiap kurva indeks kehandalan, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar IV.15, maka remaining life dapat ditentukan dari titik singgung antara garis lurus tersebut dengan kurva indeks kehandalan. Hal yang sama juga dilakukan dalam penentuan remaining life sambungan 1584 brace member yang juga termasuk elevation bracing dengan target indeks kehandalan minimumnya sebesar 3.7. Tabel IV.6 menunjukkan remaining life untuk sambungan Tabel IV. 6 Remaining life sambungan Ukuran Retak Remaining Life (tahun) Chord Brace Ukuran Retak Ukuran Retak Ukuran Retak Ukuran Retak Ukuran Retak Ukuran Retak Ukuran Retak Ukuran Retak

23 Indeks Kehandalan Fatigue CHORD JOINT 1584 Indeks Target (3.7) Ukuran Retak 1 Ukuran Retak 2 Ukuran Retak 3 Ukuran Retak 4 Ukuran Retak 5 Ukuran Retak 6 Ukuran Retak 7 Ukuran Retak T (Tahun) Gambar IV. 15 Penentuan remaining life sambungan 1584 chord member. 9 Indeks Kehandalan Fatigue BRACE JOINT 1584 Indeks Target (3.7) Ukuran Retak 1 Ukuran Retak 2 Ukuran Retak 3 Ukuran Retak 4 Ukuran Retak 5 Ukuran Retak 6 Ukuran Retak 7 Ukuran Retak T (Tahun) Gambar IV. 16 Penentuan remaining life sambungan 1584 brace member. 94

24 Berdasarkan Tabel IV.6 dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai retak awal maka remaining life sambungan semakin berkurang. Hal ini dapat dipahami karena kapasitas sambungan berkurang dengan adanya retak, sehingga remaining life juga berkurang. Informasi remaining life pada sambungan ini dapat diambil beberapa manfaat, diantaranya: 1. sambungan dapat mendukung struktur dalam batas waktu yang ditentukan dari remaining lifenya. 2. remaining life yang ditentukan berdasaran indeks kehandalan ini dapat dijadikan dasar interval waktu kapan inspeksi selanjutnya dilakukan. Metode inilah yang kemudian dikenal dengan istilah Reliability Based Inspection. Artinya inspeksi selanjutnya dilakukan ketika struktur telah melewati batas remaining lifenya. Dengan kata lain bila dikaitkan dengan indeks kehandalan, maka inspeksi selanjutnya dilakukan saat indeks kehandalan mencapai batas nilai target indeks kehandalannya. Sebagai ilustrasi lebih jauh, dapat melihat sambungan 1584 bagian chord dengan ukuran retak awal 1 yang berdistribusi log nomal dengan rata-rata 0.01 mm dan coefisien of variance 100%. Berdasarkan target indeks kehandalan 3.7 maka remaining life sambungan tersebut 17 tahun (lihat Tabel IV.6). Artinya berdasarkan informasi ini, sambungan ini perlu dilakukan inspeksi selanjutnya pada waktu 17 tahun dari saat penilaian. Dengan kata lain, inspeksi selanjutnya dilakukan pada saat nilai indeks kehandalannya mencapai 3.7 yaitu 17 tahun kemudian setelah masa penilaian. Dalam inspeksi selanjutnya ini dapat dilakukan tindakan penanganan terhadap sambungan yang memiliki cacat. Penanganan ini dapat berupa pengelasan retak awal, sehingga retak awal dapat dihilangkan ataupun dikurangi dalam batas toleransi yang diharapkan. Dari tindakan ini kapasitas sambungan bertambah, sehingga indeks kehandalannya dan remaining life-nya juga bertambah. 95

25 Bab IV Studi Kasus dan Analisis IV.1 Umum IV.2 Deskripsi Studi Kasus IV.3 Pemodelan dan Beban IV.4 Analisis Fatigue Spektral dalam Software SACS IV.4.1 Analisis Stuktur (Inplace Statik dan Analisis Fatigue) IV.4.2 Linierisasi Pondasi (Modul PSI/Pile Soil Interaction) IV.4.3 Analisis Dinamika Struktur IV.4.4 Analisis Respon Gelombang IV.4.5 Analisis Fatigue IV.5 Analisis Indeks Kehandalan Komponen Sambungan IV.5.1 Pemilihan Sambungan Kritis IV.5.2 Formulasi Fungsi Performansi IV.5.3 Properti Variabel Acak Analisis Kehandalan Fatigue IV.5.4 Perhitungan Kurva Indeks Kehandalan IV.6 Remaining Life Gambar IV. 1 Orientasi struktur Gambar IV. 2 Model struktur studi kasus (bagian jacket) Gambar IV. 3 Prosedur analisis fatigue spektral software SACS Gambar IV. 4 Matrik kekakuan pilehead 101P Gambar IV. 5 Hasil perhitungan massa Gambar IV. 6 Hasil analisis dinamika struktur Gambar IV. 7 Parameter penentuan fungsi transfer base shear dan Gambar IV. 8 Nilai overturning moment dan base shear Gambar IV. 9 Fungsi transfer base shear untuk arah Gambar IV. 10 Fungsi overturning moment untuk arah Gambar IV. 11 Diskritisasi penampang tubular pada analisis fatigue Gambar IV. 12 Hasil analisis fatigue

26 Gambar IV. 13 Kurva indeks kehandalan fatigue sambungan 1584 chord Gambar IV. 14 Kurva indeks kehandalan fatigue sambungan 1584 brace Gambar IV. 15 Penentuan remaining life sambungan 1584 chord member Gambar IV. 16 Penentuan remaining life sambungan 1584 brace member Tabel IV. 1 Marine growth Tabel IV. 2 Koefisien drag dan inersia API RP2A Tabel IV. 3 Properti parameter model stokastik reliabilitas fatigue Tabel IV. 4 Retak awal hasil inspeksi (asumsi) Tabel IV. 5 Target indeks kehandalan Tabel IV. 6 Remaining life sambungan

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pada tanggal 27 Maret 1980 terjadi peristiwa runtuhnya anjungan lepas pantai Alexander Kielland yang beroperasi di perairan Laut Utara dan menelan korban jiwa. Peristiwa

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL

BAB 5 ANALISIS HASIL BAB 5 ANALISIS HASIL 5.1 ANALISIS HASIL IN-PLACE Hasil run program SACS untuk analisis in-place pada kondisi operasional dan ekstrem untuk beberapa keadaan tinggi muka air laut yang berubah akan dipaparkan

Lebih terperinci

6 Analisa Seismik. 6.1 Definisi. Bab

6 Analisa Seismik. 6.1 Definisi. Bab Bab 6 6 Analisa Seismik 6.1 Definisi Gempa bumi dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori : intensitas lemah, sedang dan kuat. Intensitas ini ditentukan oleh percepatan gerakan tanah, yang dinyatakan dengan

Lebih terperinci

BAB 3 DESKRIPSI KASUS

BAB 3 DESKRIPSI KASUS BAB 3 DESKRIPSI KASUS 3.1 UMUM Anjungan lepas pantai yang ditinjau berada di Laut Jawa, daerah Kepulauan Seribu, yang terletak di sebelah Utara kota Jakarta. Kedalaman laut rata-rata adalah 89 ft. Anjungan

Lebih terperinci

4 Analisis Inplace BAB Kombinasi Pembebanan (Load Combination)

4 Analisis Inplace BAB Kombinasi Pembebanan (Load Combination) BAB 4 4 Analisis Inplace Analisis inplace adalah analisis yang dilakukan terhadap platform ketika platform sudah berada eksisting di lokasinya. Platform akan dianalisis sebagai sebuah struktur lengkap

Lebih terperinci

5 Analisa Fatigue. 5.1 Definisi. wave cinematic factor 1,0 dan conductor shielding factor 1,0 untuk gelombang fatigue. Nilai. Bab

5 Analisa Fatigue. 5.1 Definisi. wave cinematic factor 1,0 dan conductor shielding factor 1,0 untuk gelombang fatigue. Nilai. Bab Bab 5 5 Analisa Fatigue 5.1 Definisi Struktur baja yang mengalami fluktuasi tegangan dalam jumlah yang banyak dapat mengalami retak bahkan pada tegangan yang kecil. Fluktuasi tegangan disebabkan oleh beban

Lebih terperinci

5 Analisis Seismic BAB 5

5 Analisis Seismic BAB 5 BAB 5 5 Analisis Seismic Analisis seismik merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan struktur (dalam hal ini digunakan model struktur yang sama dengan model pada analisis Inplace) terhadap

Lebih terperinci

6 Analisis Fatigue BAB Parameter Analisis Fatigue Kurva S-N

6 Analisis Fatigue BAB Parameter Analisis Fatigue Kurva S-N BAB 6 6 Analisis Fatigue 6.1 Parameter Analisis Fatigue Analisis fatigue dilakukan untuk mengecek kekuatan struktur terhadap pembebanan siklik dari gelombang. Dengan melakukan analisis fatigue, kita dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Analisis Linier Statik Pada analisis linier statik akan dilakukan perhitungan rasio tegangan sebelum dan sesudah terjadi penurunan. Pada analisis ini, stuktur akan berperilaku

Lebih terperinci

5 Pemodelan Struktur

5 Pemodelan Struktur Bab 5 5 Pemodelan Struktur 5.1 Konfigurasi Umum Jacket Anjungan yang dimodelkan dalam Tugas Akhir ini merupakan suatu bangunan fixed platform tipe jacket yang memiliki 4 buah kaki yang terpancang ke dalam.

Lebih terperinci

Sensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 4 PEMODELAN

Sensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 4 PEMODELAN BAB 4 PEMODELAN 4.1 PENDAHULUAN Pemodelan merupakan langkah selanjutnya setelah diperoleh data yang diperlukan. Pemodelan dalam analisis anjungan lepas pantai pada umumnya dapat dibagi menjadi dua: a.

Lebih terperinci

BAB 4 STUDI KASUS 4.1 UMUM

BAB 4 STUDI KASUS 4.1 UMUM BAB 4 STUDI KASUS 4.1 UMUM Platform LProcess merupakan struktur anjungan lepas pantai tipe jacket dengan struktur empat kaki dan terdiri dari dua deck untuk fasilitas Process. Platform ini terletak pada

Lebih terperinci

Oleh: Sulung Fajar Samudra Dosen Pembimbing: Ir. Murdjito, M.Sc. Eng Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D MRINA

Oleh: Sulung Fajar Samudra Dosen Pembimbing: Ir. Murdjito, M.Sc. Eng Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D MRINA Oleh: Sulung Fajar Samudra 4309100082 Dosen Pembimbing: Ir. Murdjito, M.Sc. Eng Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D MRINA Jurusan Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Sensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 1 PENDAHULUAN

Sensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam laut di Indonesia, khususnya minyak dan gas, memiliki potensi bagi Indonesia. Dalam usaha mengoptimalkan potensi tersebut perlu dilakukan pemanfaatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN FIXED TRIPOD STEEL STRUCTURE JACKET PADA LINGKUNGAN MONSOON EKSTRIM

PERENCANAAN FIXED TRIPOD STEEL STRUCTURE JACKET PADA LINGKUNGAN MONSOON EKSTRIM PERENCANAAN FIXED TRIPOD STEEL STRUCTURE JACKET PADA LINGKUNGAN MONSOON EKSTRIM Edwin Dwi Chandra, Mudji Irmawan dan Murdjito Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Kajian Buoyancy Tank Untuk Stabilitas Fixed Offshore Structure Sebagai Antisipasi Penambahan Beban Akibat Deck Extension

Kajian Buoyancy Tank Untuk Stabilitas Fixed Offshore Structure Sebagai Antisipasi Penambahan Beban Akibat Deck Extension Kajian Buoyancy Tank Untuk Stabilitas Fixed Offshore Structure Sebagai Antisipasi Penambahan Beban Akibat Deck Extension 1 Muflih Mustabiqul Khoir, Wisnu Wardhana dan Rudi Walujo Prastianto Jurusan Teknik

Lebih terperinci

IMADUDDIN ABIL FADA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

IMADUDDIN ABIL FADA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 IMADUDDIN ABIL FADA 3106100077 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 ANALISA PUSHOVER DENGAN KONDISI GEMPA 800 TAHUN PADA STRUKTUR

Lebih terperinci

Susunan Lengkap Laporan Perancangan

Susunan Lengkap Laporan Perancangan 1 Susunan Lengkap Laporan Perancangan Susunan lengkap Laporan Perancangan harus mengikuti outline sebagaimana di bawah ini: Halaman Judul Lembar Pengesahan Ringkasan (Summary) Daftar Isi Daftar Lampiran

Lebih terperinci

Analisis Kegagalan Akibat Kepecahan Pada Sambungan Ponton dan Kolom Struktur Semisubmersible Essar Wildcat

Analisis Kegagalan Akibat Kepecahan Pada Sambungan Ponton dan Kolom Struktur Semisubmersible Essar Wildcat Analisis Kegagalan Akibat Kepecahan Pada Sambungan Ponton dan Kolom Struktur Semisubmersible Essar Wildcat Oleh: Maresda Satria 4309100086 Dosen Pembimbing : 1. Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M. Sc., Ph.D

Lebih terperinci

Perancangan Struktur Jacket dantopside Anjungan Lepas Pantai Ditinjau dari Analisis Inplace

Perancangan Struktur Jacket dantopside Anjungan Lepas Pantai Ditinjau dari Analisis Inplace Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Perancangan Struktur Jacket dantopside Anjungan Lepas Pantai Ditinjau dari Analisis Inplace YUNIZAR PUTRA

Lebih terperinci

3 Kriteria Desain dan Pemodelan

3 Kriteria Desain dan Pemodelan Bab 3 3 Kriteria Desain dan Pemodelan 3.1 Deskripsi Anjungan Lepas Pantai 3.1.1 Jacket dan Pile Anjungan lepas pantai yang dianalisis pada laporan ini merupakan suatu struktur anjungan rangka batang (fixed

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDALAN FATIGUE DAN REMAINING LIFE ANJUNGAN LEPAS PANTAI TIPE JACKET BERDASARKAN METODE FRACTURE MECHANICS TESIS M.

ANALISIS KEHANDALAN FATIGUE DAN REMAINING LIFE ANJUNGAN LEPAS PANTAI TIPE JACKET BERDASARKAN METODE FRACTURE MECHANICS TESIS M. ANALISIS KEHANDALAN FATIGUE DAN REMAINING LIFE ANJUNGAN LEPAS PANTAI TIPE JACKET BERDASARKAN METODE FRACTURE MECHANICS TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS Elemen yang Tidak Memenuhi Persyaratan Kekuatan API RP 2A WSD

BAB 5 ANALISIS Elemen yang Tidak Memenuhi Persyaratan Kekuatan API RP 2A WSD BAB 5 ANALISIS 5.1 ANALISIS LINIER Penurunan yang terjadi pada dasar laut menyebabkan peningkatan beban lingkungan,, terutama beban gelombang yang dibebankan pada struktur anjungan lepas pantai. Hal ini

Lebih terperinci

RESPONS DINAMIK JACKET STEEL PLATFORM AKIBAT GELOMBANG LAUT DENGAN RIWAYAT WAKTU

RESPONS DINAMIK JACKET STEEL PLATFORM AKIBAT GELOMBANG LAUT DENGAN RIWAYAT WAKTU RESPONS DINAMIK JACKET STEEL PLATFORM AKIBAT GELOMBANG LAUT DENGAN RIWAYAT WAKTU Hans Darwin Yasin NRP : 0021031 Pembimbing : Olga Pattipawaej, Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

ANALISA STOKASTIK BEBAN-BEBAN ULTIMATE PADA SISTEM TAMBAT FPSO SEVAN STABILIZED PLATFORM

ANALISA STOKASTIK BEBAN-BEBAN ULTIMATE PADA SISTEM TAMBAT FPSO SEVAN STABILIZED PLATFORM PRESENTATION FINAL PROJECT ANALISA STOKASTIK BEBAN-BEBAN ULTIMATE PADA SISTEM TAMBAT FPSO SEVAN STABILIZED PLATFORM Oleh : Fajri Al Fath 4305 100 074 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Abstrak Abstrak Kenaikan harga minyak dan gas pada tahun 1973 telah mendorong pertumbuhan industri offshore termasuk usaha mencari ladang-ladang minyak dan gas baru di perairan yang lebih dalam dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE ANALISIS

BAB 3 METODE ANALISIS BAB 3 METODE ANALISIS 3.1 ANALISIS LINIER STATIK Analisis linier statik dilakukan dengan menghitung rasio tegangan sebelum dan sesudah terjadi penurunan. Stuktur akan berperilaku linier, jika leleh pertama

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE GEDUNG PERLUASAN PABRIK BARU PT INTERBAT - SIDOARJO YANG MENGACU PADA SNI

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE GEDUNG PERLUASAN PABRIK BARU PT INTERBAT - SIDOARJO YANG MENGACU PADA SNI TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE GEDUNG PERLUASAN PABRIK BARU PT INTERBAT - SIDOARJO YANG MENGACU PADA SNI 1726-2012 Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata

Lebih terperinci

PERKIRAAN UMUR KONSTRUKSI KAPAL DENGAN ANALISA FATIGUE: STUDI KASUS PADA KAPAL TANKER DWT. Oleh: OKY ADITYA PUTRA

PERKIRAAN UMUR KONSTRUKSI KAPAL DENGAN ANALISA FATIGUE: STUDI KASUS PADA KAPAL TANKER DWT. Oleh: OKY ADITYA PUTRA PERKIRAAN UMUR KONSTRUKSI KAPAL DENGAN ANALISA FATIGUE: STUDI KASUS PADA KAPAL TANKER 24.000 DWT Oleh: OKY ADITYA PUTRA 4106 100 040 LATAR BELAKANG Metode perhitungan konvensional memiliki banyak kekurangan

Lebih terperinci

SENSITIVITY ANALYSIS STRUKTUR ANJUNGAN LEPAS PANTAI TERHADAP PENURUNAN DASAR LAUT

SENSITIVITY ANALYSIS STRUKTUR ANJUNGAN LEPAS PANTAI TERHADAP PENURUNAN DASAR LAUT SENSITIVITY ANALYSIS STRUKTUR ANJUNGAN LEPAS PANTAI TERHADAP PENURUNAN DASAR LAUT LAPORAN TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab 1

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab 1 Bab 1 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam mineral di Indonesia memilik potensi yang cukup besar untuk dieksplorasi, terutama untuk jenis minyak dan gas bumi. Sumber mineral di Indonesia sebagian

Lebih terperinci

PERHITUNGAN SCF UNTUK ANALISA FATIGUE PADA SAMBUNGAN STRUKTUR ANJUNGAN LEPAS PANTAI

PERHITUNGAN SCF UNTUK ANALISA FATIGUE PADA SAMBUNGAN STRUKTUR ANJUNGAN LEPAS PANTAI VOLUME 13, NO. 2, EDISI XXXII JUNI 2005 PERHITUNGAN SCF UNTUK ANALISA FATIGUE PADA SAMBUNGAN STRUKTUR ANJUNGAN LEPAS PANTAI Ricky L. Tawekal 1 ABSTRACT Fatigue is one of the failure modes on offshore structures

Lebih terperinci

1. Bagaimana cara melakukan perancangan fixed platform dengan bracing yang berbeda?

1. Bagaimana cara melakukan perancangan fixed platform dengan bracing yang berbeda? LATAR BELAKANG Indonesia merupakan 5 negara terbesar penghasil MIGAS di dunia, Letak sumur penghasil mayoritas berada pada perairan dangkal, < 100 m Indonesia terletak pada 6 o LU - 11 o LS dan 95 o BT

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) 1-7 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) 1-7 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) 1-7 1 Analisis Pengaruh Peninggian Platform Akibat Subsidence Dengan Pendekatan Dinamis Berbasis Keandalan Sulung Fajar Samudra, Murdjito, dan Daniel M. Rosyid

Lebih terperinci

PERENCANAAN INSPEKSI JACKET OFFSHORE PLATFORM BERDASARKAN PENDEKATAN RELIABILITAS FATIGUE TESIS

PERENCANAAN INSPEKSI JACKET OFFSHORE PLATFORM BERDASARKAN PENDEKATAN RELIABILITAS FATIGUE TESIS PERENCANAAN INSPEKSI JACKET OFFSHORE PLATFORM BERDASARKAN PENDEKATAN RELIABILITAS FATIGUE TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh

Lebih terperinci

ANALISA UMUR KELELAHAN STRUKTUR SATELITE WELLHEAD PLATFORM SISTEM PERANGKAAN BRACE N DAN BRACE X

ANALISA UMUR KELELAHAN STRUKTUR SATELITE WELLHEAD PLATFORM SISTEM PERANGKAAN BRACE N DAN BRACE X Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013 ANALISA UMUR KELELAHAN STRUKTUR SATELITE WELLHEAD PLATFORM SISTEM PERANGKAAN BRACE N DAN BRACE X Hamzah & Juswan Staf

Lebih terperinci

FITRIANY NIM :

FITRIANY NIM : ANALISA KELELAHAN SAMBUNGAN T DAN K DENGAN PENAMBAHAN PENGUAT TUBULAR DAN GUSSET PLATE PADA STRUKTUR BANGUNAN LEPAS PANTAI TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembebanan akibat gelombang laut pada struktur-struktur lepas pantai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembebanan akibat gelombang laut pada struktur-struktur lepas pantai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembebanan akibat gelombang laut pada struktur-struktur lepas pantai dipengaruhi oleh faktor-faktor internal struktur dan kondisi eksternal yang mengikutinya.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN GAYA LATERAL DAN MOMEN YANG BEKERJA PADA JACKET PLATFORM TERHADAP GELOMBANG AIRY DAN GELOMBANG STOKES

PERHITUNGAN GAYA LATERAL DAN MOMEN YANG BEKERJA PADA JACKET PLATFORM TERHADAP GELOMBANG AIRY DAN GELOMBANG STOKES PERHITUNGAN GAYA LATERAL DAN MOMEN YANG BEKERJA PADA JACKET PLATFORM TERHADAP GELOMBANG AIRY DAN GELOMBANG STOKES Selvina NRP: 1221009 Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D. ABSTRAK Aktivitas bangunan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 PENDAHULUAN 4.1.1 Asumsi dan Batasan Seperti yang telah disebutkan pada bab awal tentang tujuan penelitian ini, maka terdapat beberapa asumsi yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Jacket merupakan suatu struktur bawah yang terletak di bawah platform / rig / deck dari suatu bangunan lepas pantai. Jacket dikembangkan untuk operasi di laut dangkal

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Bentuk portal 5 tingkat

Gambar 4.1 Bentuk portal 5 tingkat BAB IV METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan di Yogyakarta pada bulan September Desember 2016. B. Model Struktur Dalam penelitian ini digunakan model struktur portal beton bertulang

Lebih terperinci

Analisa Kekuatan Ultimate Struktur Jacket Wellhead Tripod Platform akibat Penambahan Conductor dan Deck Extension

Analisa Kekuatan Ultimate Struktur Jacket Wellhead Tripod Platform akibat Penambahan Conductor dan Deck Extension JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Analisa Kekuatan Ultimate Struktur Jacket Wellhead Tripod Platform akibat Penambahan Conductor dan Deck Extension Fahmi Nuriman, Handayanu, dan Rudi Walujo

Lebih terperinci

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( ) BAB 4 STUDI KASUS Struktur rangka baja ringan yang akan dianalisis berupa model standard yang biasa digunakan oleh perusahaan konstruksi rangka baja ringan. Model tersebut dianggap memiliki performa yang

Lebih terperinci

Kehandalan Kriteria Desain Anjungan Lepas Pantai Studi Kasus Jacket 4 Kaki berdasarkan Analisis In-Place Metode API RP2A WSD dan LRFD

Kehandalan Kriteria Desain Anjungan Lepas Pantai Studi Kasus Jacket 4 Kaki berdasarkan Analisis In-Place Metode API RP2A WSD dan LRFD Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Sipil Itenas No.x Vol. xx Agustus 2015 Kehandalan Kriteria Desain Anjungan Lepas Pantai Studi Kasus Jacket 4 Kaki berdasarkan Analisis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Surat Pernyataan iv Kata Pengantar v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI xviii DAFTAR LAMPIRAN xxiii ABSTRAK xxiv ABSTRACT

Lebih terperinci

Beban hidup yang diperhitungkan pada dermaga utama adalah beban hidup merata, beban petikemas, dan beban mobile crane.

Beban hidup yang diperhitungkan pada dermaga utama adalah beban hidup merata, beban petikemas, dan beban mobile crane. Bab 4 Analisa Beban Pada Dermaga BAB 4 ANALISA BEBAN PADA DERMAGA 4.1. Dasar Teori Pembebanan Dermaga yang telah direncanakan bentuk dan jenisnya, harus ditentukan disain detailnya yang direncanakan dapat

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN ULTIMAT PADA KONSTRUKSI DECK JACKET PLATFORM AKIBAT SLAMMING BEBAN SLAMMING GELOMBANG

ANALISA KEKUATAN ULTIMAT PADA KONSTRUKSI DECK JACKET PLATFORM AKIBAT SLAMMING BEBAN SLAMMING GELOMBANG ANALISA KEKUATAN ULTIMAT PADA KONSTRUKSI DECK JACKET PLATFORM AKIBAT SLAMMING BEBAN SLAMMING GELOMBANG Moch.Ibnu Hardiansah*1, Murdjito*2, Rudi Waluyo Prastianto*3 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH MARINE GROWTH TERHADAP INTEGRITAS JACKET STRUCTURE Anom Wijaya Daru 1, Murdjito 2, Handayanu 3

ANALISIS PENGARUH MARINE GROWTH TERHADAP INTEGRITAS JACKET STRUCTURE Anom Wijaya Daru 1, Murdjito 2, Handayanu 3 ANALISIS PENGARUH MARINE GROWTH TERHADAP INTEGRITAS JACKET STRUCTURE Anom Wijaya Daru 1, Murdjito 2, Handayanu 3 1 Mahasiswa Teknik Kelautan ITS, 2,3 Staf pengajar Teknik Kelautan ITS Abstrak Analisis

Lebih terperinci

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh

Lebih terperinci

PEMODELAN NUMERIK RESPON DINAMIK STRUKTUR TURBIN ANGIN AKIBAT PEMBEBANAN GELOMBANG AIR DAN ANGIN

PEMODELAN NUMERIK RESPON DINAMIK STRUKTUR TURBIN ANGIN AKIBAT PEMBEBANAN GELOMBANG AIR DAN ANGIN PEMODELAN NUMERIK RESPON DINAMIK STRUKTUR TURBIN ANGIN AKIBAT PEMBEBANAN GELOMBANG AIR DAN ANGIN Medianto NRP : 0321050 Pembimbing : Olga Pattipawaej, Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok

Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok Julfikhsan Ahmad Mukhti Program Studi Sarjana Teknik Kelautan ITB, FTSL, ITB julfikhsan.am@gmail.com Kata

Lebih terperinci

Perancangan Dermaga Pelabuhan

Perancangan Dermaga Pelabuhan Perancangan Dermaga Pelabuhan PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kompetensi mahasiswa program sarjana Teknik Kelautan dalam perancangan dermaga pelabuhan Permasalahan konkret tentang aspek desain dan analisis

Lebih terperinci

Analisis Fatigue Top Side Support Structure Silindris Seastar Tension Leg Platform (TLP) Akibat Beban Lingkungan North Sea

Analisis Fatigue Top Side Support Structure Silindris Seastar Tension Leg Platform (TLP) Akibat Beban Lingkungan North Sea JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-207 Analisis Fatigue Top Side Support Structure Silindris Seastar Tension Leg Platform (TLP) Akibat Beban Lingkungan North Sea Mirba H. Dwi

Lebih terperinci

KAJIAN KEKUATAN KOLOM-PONTON SEMISUBMERSIBLE DENGAN KONFIGURASI DELAPAN KOLOM BERPENAMPANG PERSEGI EMPAT AKIBAT EKSITASI GELOMBANG

KAJIAN KEKUATAN KOLOM-PONTON SEMISUBMERSIBLE DENGAN KONFIGURASI DELAPAN KOLOM BERPENAMPANG PERSEGI EMPAT AKIBAT EKSITASI GELOMBANG KAJIAN KEKUATAN KOLOM-PONTON SEMISUBMERSIBLE DENGAN KONFIGURASI DELAPAN KOLOM BERPENAMPANG PERSEGI EMPAT AKIBAT EKSITASI GELOMBANG YOSIA PRAKOSO 4310 100 017 PEMBIMBING: Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.

Lebih terperinci

ANALISA FATIGUE AKIBAT TEKANAN INTERNAL SIKLIS PADA DENTED PIPE

ANALISA FATIGUE AKIBAT TEKANAN INTERNAL SIKLIS PADA DENTED PIPE TUGAS AKHIR MO 091336 ANALISA FATIGUE AKIBAT TEKANAN INTERNAL SIKLIS PADA DENTED PIPE DISUSUN OLEH : NUGRAHA PRAYOGA (4305.100.050) DOSEN PEMBIMBING Ir. JUSUF SUTOMO, M.Sc Dr. Ir. WISNU WARDHANA, SE, M.Sc

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 ANALISA SERVICE LIFE EXTENSION PADA WELL TRIPOD PLATFORM DI LAUT JAWA Pugoh Aji Leksono, Wisnu Wardana dan J. J. Sudjono Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Dampak Scouring Pada Integritas Jacket Structure dengan Pendekatan Statis Berbasis Keandalan

Analisis Dampak Scouring Pada Integritas Jacket Structure dengan Pendekatan Statis Berbasis Keandalan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-191 Analisis Dampak Scouring Pada Integritas Jacket Structure dengan Pendekatan Statis Berbasis Keandalan Edit Hasta Prihantika,

Lebih terperinci

3 Pembebanan dan Pemodelan Struktur

3 Pembebanan dan Pemodelan Struktur BAB 3 3 Pembebanan dan Pemodelan Struktur 3.1 Deskripsi Platform Anjungan yang dianalisis adalah sebuah struktur baja yang dirancang tidak berpenghuni, terdiri atas 4 kaki jacket dengan pile di dalam kaki

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN Edita S. Hastuti NRP : 0521052 Pembimbing Utama : Olga Pattipawaej, Ph.D Pembimbing Pendamping : Yosafat Aji Pranata,

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. xxiii

DAFTAR ISTILAH. xxiii DAFTAR ISTILAH Allowable stress : tegangan ijin Ballast : bantalan perletakan struktur Barge bumper : pelindung struktur dari tumbukan kapal tongkang Batter : kemiringan lengan/kaki struktur penyangga

Lebih terperinci

Manual SACS - Analysis Inplace

Manual SACS - Analysis Inplace Manual SACS - Analysis Inplace Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah : Kumpulkan 3 file dalam 1 folder, dimana isi file tersebut antara lain : a. SACINP b. PSIINP c. JCNINP SACINP PSIINP JCNINP Memuat

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA STRUKTUR

BAB 3 DINAMIKA STRUKTUR BAB 3 DINAMIKA STRUKTUR Gerakan dari struktur terapung akan dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya, dimana terdapat gaya gaya luar yang bekerja pada struktur dan akan menimbulkan gerakan pada struktur. Untuk

Lebih terperinci

4 Dasar untuk Analisis Struktur

4 Dasar untuk Analisis Struktur Bab 4 4 Dasar untuk Analisis Struktur 4.1 Deskripsi Platform Anjungan yang dianalisis adalah sebuah struktur baja yang dirancang tidak berpenghuni, terdiri atas 4 kaki jacket dengan pile di dalam kaki

Lebih terperinci

DESAIN ANJUNGAN LEPAS PANTAI TIPE JACKET 4 KAKI

DESAIN ANJUNGAN LEPAS PANTAI TIPE JACKET 4 KAKI DESAIN ANJUNGAN LEPAS PANTAI TIPE JACKET 4 KAKI LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan sebagai syarat untuk kelulusan tahap Sarjana pada Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung Oleh : Muhammad Syadli

Lebih terperinci

Analisa Ultimate Strenght Fixed Platform Pasca Subsidence

Analisa Ultimate Strenght Fixed Platform Pasca Subsidence Analisa Ultimate Strenght Fixed Platform Pasca Subsidence Ir. Murdjito, MSc.Eng 1, Sholihin, ST, MT 1, Ayu Febrianita Santoso Putri 2 1)Staff pengajar Teknik Kelautan, FTK-ITS, Surabaya 2) Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh III. METODE PENELITIAN Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh rumah tangga yaitu tabung gas 3 kg, dengan data: Tabung 3 kg 1. Temperature -40 sd 60 o C 2. Volume 7.3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi utama dunia yang dibentuk dari proses geologi yang sama. Sehingga, minyak dan gas bumi sering ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam mendisain sebuah sistem kontrol untuk sebuah plant yang parameterparameternya tidak berubah, metode pendekatan standar dengan sebuah pengontrol yang parameter-parameternya

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil pada studi untuk mendapatkan konfigurasi kabel yang paling efektif pada struktur SFT dan juga setelah dilakukan analisa perencanaan

Lebih terperinci

KAJIAN EFEK PARAMETER BASE ISOLATOR TERHADAP RESPON BANGUNAN AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN METODE ANALISIS RIWAYAT WAKTU DICKY ERISTA

KAJIAN EFEK PARAMETER BASE ISOLATOR TERHADAP RESPON BANGUNAN AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN METODE ANALISIS RIWAYAT WAKTU DICKY ERISTA KAJIAN EFEK PARAMETER BASE ISOLATOR TERHADAP RESPON BANGUNAN AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN METODE ANALISIS RIWAYAT WAKTU TUGAS AKHIR DICKY ERISTA 06 0404 106 BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Pada penelitian ini, data teknis yang digunakan adalah data teknis dari struktur bangunan gedung Binus Square. Berikut adalah parameter dari komponen

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS

BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS Berdasarkan pemodelan aliran, telah diketahui bahwa penutupan LCV sebesar 3% mengakibatkan perubahan kondisi aliran. Kondisi yang paling penting untuk dicermati adalah

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER BAB I EALUASI KINERJA DINDING GESER 4.1 Analisis Elemen Dinding Geser Berdasarkan konsep gaya dalam yang dianut dalam SNI Beton 2847-2002, elemen struktur dinding geser tidak dicek terhadap kegagalan gesernya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak dan gas merupakan bahan bakar yang sangat penting di dunia. Meskipun saat ini banyak dikembangkan bahan bakar alternatif, minyak dan gas masih menjadi bahan bakar

Lebih terperinci

Perhitungan Struktur Bab IV

Perhitungan Struktur Bab IV Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang

Lebih terperinci

ANALISA DINAMIK DAN DESAIN DONUT FENDER DI TELUK BINTUNI

ANALISA DINAMIK DAN DESAIN DONUT FENDER DI TELUK BINTUNI ANALISA DINAMIK DAN DESAIN DONUT FENDER DI TELUK BINTUNI ZULKIFLI NUR KURNIAWAN 1 PEMBIMBING : MUSLIM MUIN, Ph.D 2 Program Studi Sarjana Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 DATA TANAH DAN DESAIN AWAL

BAB 3 DATA TANAH DAN DESAIN AWAL BAB 3 DATA TANAH DAN DESAIN AWAL Jembatan Cable Stayed Menado merupakan jembatan yang direncanakan dibangun untuk melengkapi sistem jaringan Menado Ring Road sisi barat untuk mengakomodasi kebutuhan jaringan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas sekilas tentang konsep Strength Based Design dan

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas sekilas tentang konsep Strength Based Design dan BAB II DASAR TEORI II.1 Umum Pada bab ini akan dibahas sekilas tentang konsep Strength Based Design dan uraian konsep Performance Based Design, yang selanjutnya akan lebih terfokus pada perencanaan struktur

Lebih terperinci

SIDANG P3 TUGAS AKHIR ALLISSA SUWONDO P

SIDANG P3 TUGAS AKHIR ALLISSA SUWONDO P SIDANG P3 TUGAS AKHIR ALLISSA SUWONDO P 4305100079 Dosen Pembimbing1 Bpk.Yoyok Setyo Hadiwidodo, ST., MT. 197111051995121001 Dosen Pembimbing2 Sholihin, ST., MT. 19690828200012100 JUDUL: Deteksi Kerusakan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Pada Studi Pustaka ini akan membahas mengenai dasar-dasar dalam merencanakan struktur untuk bangunan bertingkat. Dasar-dasar perencanaan tersebut berdasarkan referensi-referensi

Lebih terperinci

Output Program GRL WEAP87 Untuk Lokasi BH 21

Output Program GRL WEAP87 Untuk Lokasi BH 21 4.2.4.4 Output Program GRL WEAP87 Untuk Lokasi BH 21 Tabel 4.17 Daya Dukung Ultimate, final set lokasi BH 21 Rult Blow Count Ton Blows / ft. 74 6.5 148 1.5 223 15.4 297 22.2 371 26.8 445 32.5 519 39.8

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Umum Dalam mendesain suatu pondasi bored pile, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Langkah pertama adalah menentukan jenis pondasi yang akan digunakan. Dalam mengambil

Lebih terperinci

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH Youfrie Roring Marthin D. J. Sumajouw, Servie O. Dapas Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI 4.1 ALTERNATIF PERKUATAN FONDASI CAISSON Dari hasil bab sebelumnya, didapatkan kondisi tiang-tiang sekunder dari secant pile yang membentuk fondasi

Lebih terperinci

Analisis Fatigue Life pada Bracket Oil Tanker dengan Beban Sloshing

Analisis Fatigue Life pada Bracket Oil Tanker dengan Beban Sloshing JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) G 42 Analisis Fatigue Life pada Bracket Oil Tanker dengan Beban Sloshing Muhamad Gifari Rusdi, M. Nurul Misbah, dan Totok Yulianto Departemen

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. memiliki tampilan input seperti pada gambar 4.1 berikut.

BAB 4 PEMBAHASAN. memiliki tampilan input seperti pada gambar 4.1 berikut. BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Program Dalam membantu perhitungan maka akan dibuat suatu program bantu dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic. Adapun program tersebut memiliki tampilan input

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-41

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-41 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-41 Analisis Integritas Struktur Kaki Jack-up yang Mengalami Retak dengan Pendekatan Ultimate Strength; Studi Kasus Jack-up

Lebih terperinci

Analisa Riser Protection pada Fixed Jacket Platform Akibat Beban Tubrukan Kapal

Analisa Riser Protection pada Fixed Jacket Platform Akibat Beban Tubrukan Kapal Analisa Riser Protection pada Fixed Jacket Platform Akibat Beban Tubrukan Kapal Syamsul Bachri Usman 1, Murdjito 2, Handayanu 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan, FTK-ITS 2 Staf Pengajar Jurusan teknik

Lebih terperinci

SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010

SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010 SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010 Analisa Resiko pada Reducer Pipeline Akibat Internal Corrosion dengan Metode RBI (Risk Based Inspection) Oleh: Zulfikar A. H. Lubis 4305 100

Lebih terperinci

Struktur yang menjadi studi kasus pada tugas akhir ini adalah struktur lepas pantai tipe jacket 4 kaki yang memiliki kriteria sebagai berikut:

Struktur yang menjadi studi kasus pada tugas akhir ini adalah struktur lepas pantai tipe jacket 4 kaki yang memiliki kriteria sebagai berikut: Bab 3 STUDI KASUS 3.1 Data Struktur 3.1.1 Data Umum Struktur yang menjadi studi kasus pada tugas akhir ini adalah struktur lepas pantai tipe jacket 4 kaki yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Jenis

Lebih terperinci

Analisa Resiko pada Mooring Line Point Mooring) Akibat Beban Kelelahan

Analisa Resiko pada Mooring Line Point Mooring) Akibat Beban Kelelahan Tugas Akhir Analisa Resiko pada Mooring Line SPM (Single( Point Mooring) Akibat Beban Kelelahan Oleh : Henny Triastuti Kusumawardhani (4306100018) Dosen Pembimbing : 1. Prof. Ir. Daniel M.Rosyid,Ph.D 2.

Lebih terperinci

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR BAGIAN BAWAH DERMAGA PONTON DI BABO PAPUA BARAT

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR BAGIAN BAWAH DERMAGA PONTON DI BABO PAPUA BARAT ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR BAGIAN BAWAH DERMAGA PONTON DI BABO PAPUA BARAT Ilman Kurniadi 1 dan Muslim Muin Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1)

DAFTAR NOTASI. A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1) DAFTAR NOTASI A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1) a c a m1 / 3 a m /k s B : Koefisien-koefisien yang membentuk elemen matrik tridiagonal dan dapat diselesaikan dengan metode eliminasi Gauss : amplitudo

Lebih terperinci

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline Sidang Tugas Akhir Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline HARIONO NRP. 4309 100 103 Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ir. Handayanu, M.Sc 2. Yoyok Setyo H.,ST.MT.PhD

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI a BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Pada pelaksanaan Tugas Akhir ini, kami menggunakan software PLAXIS 3D Tunnel 1.2 dan Group 5.0 sebagai alat bantu perhitungan. Kedua hasil perhitungan software ini akan dibandingkan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS STATIK DAN ANALISIS DINAMIK PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK SESUAI SNI

PERBANDINGAN ANALISIS STATIK DAN ANALISIS DINAMIK PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK SESUAI SNI PERBANDINGAN ANALISIS STATIK DAN ANALISIS DINAMIK PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK SESUAI SNI 03-1726-2002 TUGAS AKHIR RICA AMELIA 050404014 BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Statik Ekivalen

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Statik Ekivalen BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statik Ekivalen Analisis statik ekivalen adalah salah satu metode menganalisis struktur gedung terhadap pembebanan gempa dengan menggunakan beban gempa nominal statik

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR TERHADAP BEBAN GEMPA (SNI )

ANALISIS STRUKTUR TERHADAP BEBAN GEMPA (SNI ) ANALISIS STRUKTUR TERHADAP BEBAN GEMPA (SNI 1726 2012) 1. DATA PERHITUNGAN Letak bangunan berdiri di, DATA BANGUNAN Bandung Ketinggian Bangunan, (m) 18.1 Jenis Pemanfaatan Bangunan Gudang penyimpanan Sistem

Lebih terperinci

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural. 5 II. KAJIAN LITERATUR A. Konsep Bangunan Tahan Gempa Secara umum, menurut UBC 1997 bangunan dikatakan sebagai bangunan tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: 1. Struktur yang direncanakan harus

Lebih terperinci