BAB II TEORI DASAR TELEVISI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TEORI DASAR TELEVISI"

Transkripsi

1 BAB II TEORI DASAR TELEVISI 2.1 Sistem Televisi Pada dasarnya sebuah gambar pada layar pesawat televisi adalah suatu susunan dari banyaknya daerah-daerah kecil. Setiap daerah kecil dari gambar tersebut merupakan suatu rincian gambar atau elemen gambar, yang disebut pixel. Semua elemen ini bersama-sama mengandung informasi visual pada layar. Jika elemen ini ditransmisikan dan direproduksi dalam tingkat cahaya atau bayangan yang sama seperti yang asli dan pada posisi yang sesuai, maka gambar direproduksi (lihat gambar 2.1). Gambar 2.1. Dasar metoda pembentukan sebuah gambar 6

2 7 Pada tabung kamera, bayangan yang jatuh diuraikan menjadi banyak elemen gambar dan pesan tiap elemen gambar (pesan bayangan gelap dan warna) berubah dari waktu ke waktu, karena obyek kamera yang berubah. Elemenelemen gambar ini dibentuk dalam suatu deretan garis horisontal, yang terbentuk dari deretan titik, secara berurutan, dari atas ke bawah. Oleh kamera TV elemenelemen ini diubah menjadi sinyal listrik yang menyatakan kuat cahaya dan warna elemen gambar, diambil satu persatu untuk dikirimkan. 2.2 Pengulasan (Scaning) Untuk menghasilkan sinyal gambar dari seluruh elemen gambar yang terdapat pada objek pandang, maka dilakukan pengulasan (scaning) terhadap objek pandang tersebut oleh berkas elektron. Masing-masing elemen gambar discanning pada suatu saat tertentu secara berurutan. Gambar 2.2. memperlihatkan prinsip dasar dari pengulasan sebuah gambar. Dimulai dari sisi kiri atas, berkas elektron bergerak dari kiri ke kanan layar sepanjang garis 1.1 (pada gambar ini anggaplah anda sedang memandang layar tabung gambar dari depan). Setelah berkas mencapai sisi kanan layar pada titik 1, berkas tersebut bergerak cepat ke sisi kiri layar kembali mengikuti garis putus-putus 1.2. Selama pergerakan balik ini, tidak ada informasi gambar yang ditransmisikan. Garis 1.1 dinamakan garis jejak atau trace, sedangkan garis 1.2 disebut garis balik (return trace atau retrace). Setelah menyelesaikan garis balik, berkas elektron ini berada disisi kiri layar pada titik 2. Selanjutnya berkas elektron bergerak lagi dari kiri ke kanan layar untuk membuat garis jejak berikutnya. Peristiwa ini diulangi untuk seluruh bidang gambar.

3 8 Gambar 2.2. Prinsip Dasar Pengulasan (Scanning) Peristiwa yang disebutkan diatas merupakan penjelasan dari proses pengulasan (scanning). Dalam kenyataannya proses pengulasan gambar televisi mengalami modifikasi yang diperlukan. Berkas elektron bergerak pergi balik seluas bidang gambar penuh dari layar tabung gambar walaupun ada tidaknya gambar yang akan direproduksi. Tanpa informasi gambar, berkas elektron membentuk bidang terang persegi pada layar tabung gambar yang tersusun dari garis-garis jejak. Bidang terang (tanpa gambar) persegi sepenuh layar disebut raster. Setelah garis jejak mencapai sisi bawah raster, maka berkas elektron bergerak dengan cepat kembali ke sisi atas untuk memulai lagi proses pengulasan. Apa yang terlihat pada layar televisi adalah sejumlah raster lengkap yang muncul dalam setiap detik. Idealnya gambar yang muncul dalam tiap detik harus besar jumlahnya atau frekuensi frame harus tinggi agar mata tidak melihat masing-masing gambar satu persatu yang membentuk gerakan yang menyambung. Dimana tingkat terang (brightness) layar dipengaruhi oleh kecepatan berkas elektron yang bergerak diseluruh permukaan bidang layar. Makin cepat berkas elektron bergerak, makin

4 9 sukar untuk mendapatkan tingkat terang yang memadai. Disatu sisi, frekuensi gambar yang makin tinggi akan semakin lebar bidang frekuensi (bandwidth) transmisi yang diperlukan. Pada sistem pengulasan 625 garis, ditetapkan sejumlah 25 gambar perdetik, sedang pada sistem pengulasan 525 garis, sejumlah 30 gambar perdetik. Namun pemunculan 25 atau 30 gambar perdetik masih mengesankan ber-kedip atau flicker pada mata meskipun telah menghasilkan kesan gerakan gambar yang kontinyu. Sebab itu untuk menghindari kesan flicker, maka setiap gambar dibagi menjadi 2 bagian yang disebut field, sehingga dalam setiap detik akan muncul 50 field (pada sistem 625 garis) atau 60 field (pada sistem 525 garis). Dengan cara ini, mata kini mendapatkan hasil gambar tanpa kedip disamping gerakan gambar yang kontinyu. Pada televisi masing-masing gambar (frame) dibagi menjadi 2 field dengan cara pengulasan sisipan (Interlaced Scanning). Dengan cara ini garisgaris pengulasan dari field yang satu diletakkan disela-sela atau disisipkan pada garis-garis pengulasan field yang lainnya. Pada gambar 2.3. ditunjukkan cara kerja pengulasan bersisipan ( interlaced scanning ). Garis-garis pengulasan field 1 dimulai dari sisi kiri atas layar. Garis-garis ini berakhir ditengah layar bagian bawah. Setelah itu berkas elektron bergerak kembali keatas atau memulai pengulasan field 2 yang dimulai dari tengah-tengah layar bagian atas dan membuat garis pengulas disela-sela garis pengulas yang telah dibuat dalam field sebelumnya. Garis-garis pengulas dari field 2 ini berakhir pada sisi kanan bawah layar, kemudian berkas elektron bergerak kembali keatas pada posisi kiri atas layar sampai seperti kedudukan awal field 1.

5 10 Gambar 2.3. Pengulasan bersisipan (Interlaced Scanning) 2.3 Sistem Phase Alternating Line (PAL) Sistim ini dikembangkan oleh ahli Televisi Jerman, sebagai perbaikan dari kekurangan sistem NTSC. Penyelidikan sistem PAL dilakukan sejak tahun 1956 kemudian pada tahun 1963 sistem ini disarankan untuk dijadikan standar Televisi di Eropah dan ternyata mendapat sambutan baik, sehingga pada tahun 1967 hampir seluruh Eropah sudah memakainya. Dibandingkan Sistem PAL, Sistem NTSC sangat peka terhadap cacat Fase (Phase Differential Distortion) hal ini berdampak bahwa Sistem NTSC memiliki kekurangan, seperti sebagai berikut : 1. Rumitnya saluran penghubung, terutama sinyal gambar dari Studio (VTR, Chargen dan sebagainya) akan menimbulkan parasitik Reaktansi. 2. Band Pass Filter (BPF) yang tidak sempurna akan mengakibatkan fase berubah terhadap frekuensi (group delay).

6 11 Cacat fase tersebut diatas tidak boleh lebih besar dari 5 %, sistem NTSC memperbaiki cacat tersebut dengan umpan balik atau mengkompensasi di tempat yang diperkirakan fasenya perlu diperbaiki, makin banyak tempat perbaikan fase maka semakin rumit sistem tersebut. Sistem PAL memperbaiki cacat fase dengan cara merubah fase sub carrier yang tegak lurus dari 90 ke 270 secara bergantian menurut tiap-tiap garis penelusuran (scanning). Dimana pendeteksiannya dengan perantaraan elektronik switch dan delay line, dengan demikian cacat fase akan terkoreksi. 2.4 Pemilihan Sinyal Warna Dalam pemilihan sinyal warna hal yang terpenting adalah bagaimana mengambil informasi warna berdasarkan sifat warna dasar dan sifat penglihatan manusia terhadap warna, sehingga didapatkan hasil sebaik mungkin dan warna yang dihasilkan di tabung gambar mendekati warna aslinya. Hal tersebut diatas diperoleh dengan cara apabila suatu kamera TV Warna sederhana yang mempunyai tiga tabung pengambil gambar, untuk masingmasing warna dasar Merah, Hijau dan Biru dihadapkan pada benda yang tidak berwarna atau benda putih. Sensitivitas dari tabung pengambil gambar diatur sedemikian rupa sehingga tegangan keluaran dari masing-masing adalah sama, maka tegangan keluaran dari masing-masing tabung adalah harga satuan dari warna dasar Merah, Hijau dan Biru.

7 12 Bila warna putih ingin terlihat pada tabung TV warna, atau sinyal luminan ingin dihasilkan dari ketiga warna satuan dari warna dasar, perbandingan dari harga satuan warna dasar ini adalah : 30% untuk ER (Elektron gun Red) 59% untuk EG (Elektron gun Green) 11% untuk EB (Elektron gun Blue)...(2.1) Sinyal luminan yang dihasilkan disingkat dengan sinyal Y, akan berjumlah 100% atau nilainya akan sama dengan masing-masing satuan warna dasar. Bila diambil 30% ER + 59% EG + 11% EB dari suatu kamera warna akan diperoleh sinyal Luminance Y atau sinyal TV hitam putih (Monochrome). Begitu juga sebaliknya jika ingin menghasilkan gambar hitam putih pada pesawat penerima TV warna, 30% EY dimasukkan ke dalam Electron Gun R, 59% EY dimasukkan ke Electron Gun G dan 11% EY dimasukkan kedalam Elektron Gun B, penjelasan dapat dilihat pada Gambar dibawah ini : Gambar 2.4. Cara mendapatkan gambar Monochrome dari luminance Y pada pesawat TV Warna

8 13 Dengan demikian dapat dilihat bahwa sinyal luminance Y merupakan penjumlahan dari warna dasar dengan perbandingan tertentu, warna serta kepekatan warna suatu benda tergantung kepada perbandingan warna dasar yang dihasilkan oleh benda tersebut. Setiap warna mempunyai nilai luminance atau brightness yang sesuai dengan jumlah perbandingan dari masing-masing nilai warna dasar yang dipunyainya. Pada tingkat kepekatan warna yang paling tinggi adalah warna merah harga EY = 0.30, warna hijau harga EY = 0.59 dan warna biru harga EY = Terlihat juga bahwa Y yang paling tinggi yaitu 1, diperoleh dari warna putih dan harga Y untuk warna yang lain akan selalu kurang dari 1. Untuk mendapatkan kompabilitas antara TV warna dan TV hitam putih dan berdasarkan kepada hubungan antara R, G dan B dari warna benda dengan harga/nilai Luminan Y-nya, maka untuk TV warna sinyal yang disalurkan adalah: 1. Brightness atau Harga Luminance Y, merupakan sinyal TV hitam putih. 2. Harga R dan B atau dua diantara ketiga komponen warna dasar. Komponen warna dasar yang ketiga dapat dicari dari hubungan harga Y dengan masing-masing harga/nilai R, G dan B yaitu: Luminan Y = 0.30 ER EG EB...(2.2) Supaya sinyal warna dan sinyal luminan tidak saling mengganggu, bila yang akan disalurkan adalah sesuatu yang tidak berwarna (R=B=G=Y), saluran signal warna harus tidak menyalurkan informasi warna, maka untuk saluran warna yang dilewatkan adalah sinyal pembeda warna (Colour Difference Signal).

9 14 Sinyal pembeda warna diperoleh dari hasil komponen warna dasar dikurangi dengan komponen luminan yaitu: (ER EY), (EG EY), atau (EB EY)...(2.3) Dari persamaan Y = 0.30 ER EG EB, diperoleh : (ER EY) = 0.70 ER 0.59 EG 0.11 EB (EG EY) = -0.3 ER EG 0.11 EB atau (EB-EY) = -0.3 ER 0.59 EG EB Untuk Gambar yang tidak bewarna, harga R=G=B=Y=1, maka akan didapat sinyal pembeda warna = 0. Jadi pada sistem TV warna sinyal-sinyal yang disalurkan adalah 1. Sinyal Luminan Y yang sama dengan sinyal TV Hitam Putih, 2. Sinyal pembeda warna 2 buah. Sedangkan di pesawat penerima tinggal menjumlahkan sinyal luminan Y dengan sinyal pembeda warna. Untuk mendapatkan warna dasar merah, hijau, biru adalah sebagai berikut: EY + (ER-EY) = ER EY + (EG-EY) = EG EY + (EB-EY) = EB...(2.4) Keuntungan dari metode penjumlahan warna diatas adalah jika sinyal tidak berwarna yang disalurkan (hitam-putih), maka sinyal pembeda warna menjadi 0 dan tidak ada sinyal warna yang dipancarkan, jadi rangkaian warna pada penerima tidak bekerja dan tidak ada Noise atau tidak ada latar belakang warna pada layar tabung gambar.

10 15 Untuk lebih jelas mengapa sinyal pembeda warna menjadi 0 untuk pandangan hitam-putih, berikut ini kita ambil pandangan putih. ER = EG = EB = 1.0 EY = 0.3 ER EG EB EY = 0.3 x x x 1.0 = (2.5) Sehingga : (ER EY) = = 0 (EG EY) = = 0 (EB EY) = = 0 Jelaslah sinyal pembeda warna sama dengan 0, dan hasil yang sama kan diperoleh jika pandangan warna abu-abu atau hitam sebagai pengganti pandangan putih. Meskipun ketiga sinyal pembeda warna berasal dari Master Control, yang disalurkan/dipancarkan hanya dua diantara tiga sinyal pembeda warna, dan pada pesawat penerima akan memproses untuk memunculkan sinyal pembeda warna yang ketiga, sinyal pembeda warna yang dipancarkan adalah (ER EY) dan (EB EY). Untuk mendapatkan sinyal pembedaan warna yang ketiga (EG EY), sinyal pembeda warna (ER EY) dan (EB EY) di Invert menjadi (ER EY) dan - (EB EY), Sinyal pembeda warna ketiga (EG EY) didapatkan sebagai berikut : EY = 0.3 ER EG EB EY = 0.3 EY EY EY 0 = 0.3 (ER - EY) (EG - EY) (EB EY)

11 (EG EY) = - 0.3(ER EY) (EB EY) (EG EY) = (ER EY) 0.19(EB EY)...(2.6) Proses ini dilakukan pada pesawat penerima (Receiver ), dengan demikian seluruh pesawat penerima tinggal menambahkan -(ER EY) dan -(EB EY) dengan perbandingan 0.51 : Tabel 2.1. Memperlihatkan urutan warna yang dimulai dari putih dan diakhiri dengan hitam. Urutan ini dinamakan Colour Bar Pattern yang terdiri dari tiga warna primer dan tiga warna sekunder. Tabel ini juga dilengkapi dengan nilai untuk R, G dan B adalah 1 atau 0. Sebagai ilustrasi bagaimana tabel ini disusun, kita ambil warna kuning dan menghitung komponen-komponen sinyalnya : Untuk Warna Kuning, ER = EG = 1.0 EB = 0 Diperoleh : EY = 0.3 ER EG EB EY = (0.3 x 1.0) + (0.59 x 1.0) + (0.11 x 0) EY = (2.7) Maka : ER EY = = 0.11 EG EY = = 0.11 EB EY = =

12 17 Tanda negatif didepan sinyal pembeda warna biru, maksudnya adalah tabung gambar warna biru tidak bekerja pada saat pandangan sinyal berwarna kuning. Tabel 2.1. Nilai dari Y, R, G, B dan Sinyal Pembeda Warna untuk menentukan kepekatan warna WARNA R G B Y ER - EY EG - EY EB - EY PUTIH KUNING CYAN HIJAU UNGU MERAH BIRU HITAM Gambar 2.5. Colour Bar Patern

13 Sinyal V dan U Sinyal pembeda warna (ER EY) dan (EB EY) pada tabel 2.1, mempunyai amlitudo yang dibandingkan dengan sinyal luminan (1.0) adalah +0.7 untuk (ER EY) dan untuk (EB EY). Apabila sinyal tersebut dimodulasikan pada EY normal, maka pembawa/carrier gambar akan mendesak kedalam daerah pulsa sinkronisasi dan akan melebar masuk kebawah Zero Carrier Level dengan demikian Cross Talk sinyal warna akan muncul pada sinyal luminan. Untuk menghindari pengaruh tersebut, kedua sinyal pembeda warna amplitudonya diturunkan. Sinyal yang sudah diturunkan amlitudonya dinamakan sinyal V dan U. Dimana Amplitudo sinyal : V = (ER EY) U = (EB EY)...(2.8) Penurunan Amplitudo tidak akan menimbulkan kesulitan pada penerima, karena dengan mudah penerima dapat mengatur penguatan kedua sinyal pembeda warna kembali kepada amplitudo semula. Hasil penyelidikan lebih lanjut dari sifat penglihatan mata yang normal dalam melihat berbagai kombinasi warna, ketajaman untuk melihat perbedaan warna tidaklah sama untuk seluruh warna. Mata dapat membedakan lebih jelas perbedaan dalam daerah warna oranye dan cyan daripada warna hijau dan ungu. Oleh sebab itu bidang frekuensi yang dibutuhkan untuk menyalurkan warna disekitar warna oranye dan cyan akan lebih besar dibandingkan dengan

14 19 bidang frekuensi yang dibutuhkan untuk warna didaerah hijau dan magenta / ungu. Berdasarkan perbedaan bidang frekuensi yang dibutuhkan oleh kedua daerah diatas, maka untuk meletakan frekuensi Sub-Carrier setinggi mungkin dalam bidang frekuensi video, dipilih warna Oranye cyan sebagai sinyal warna yang dimodulasikan ke Sub Carrier yang fasenya berubah dari 90 ke 270, dan sinyal ini dinamakan sinyal V = (ER EB), sedangkan untuk daerah warna Hijau magenta sebagai sinyal warna yang dimodulasikan ke Sub Carrier yang berfase 0 sinyal ini dinamakan sinyal U = (EB EY). Tabel 2.2. Memperlihatkan urutan warna yang dimulai dari putih dan diakhiri dengan hitam. Tabel ini juga dilengkapi dengan nilai sinyal U dan sinyal V. Sebagai ilustrasi bagaimana tabel ini disusun, kita ambil contoh warna Ungu untuk menghitung komponen sinyal U dan sinyal V. Untuk warna Ungu ER = EG = EB = 1.0 Diperoleh : Y = 0.3 ER EG EB Y = (0.3 x 1.0) + (0.59 x 1.0) + (0.11 x 1.0) = 0.41 Dan : ER EY = = 0.59 EG EY = = EB EY = = 0.59 U = (EB EY) = x 0.59 = 0.29 V = (ER EY) = x 0.59 = (2.9) Maka Amplitudo dari Warna Ungu yaitu U² + V² = 0.59

15 Tabel 2.2 Nilai dari Y, R, G, B dan Amplitudo Sinyal Pembeda Warna U dan V 20 Dari Hasil Tabel 2.2 kita dapat meng-ilustrasikan fase dari berbagai macam komponen warna seperti terlihat di gambar (2.6) Gambar 2.6. Fase dari berbagai komponen warna

16 Modulasi Tegak Lurus (Quadrature Modulation) Untuk memodulasikan sinyal V dan sinyal U, menggunakan teknik modulasi tegak lurus dengan sub-carrier ditekan, sinyal V dan U di modulasikan dengan sistim amplitudo modulasi pada dua sub-carrier yang mempunyai frekuensi yang sama tetapi berbeda fase 90. Selain itu bentuk yang khusus dari Amplitudo Modulasi, karena subcarrier itu sendiri ditekan. Amplitudo kedua sideband / jalur sisi sebanding dengan amplitudo Signal V dan U, jadi apabila sinyal warna hilang maka tidak ada sideband / jalur sisi yang dipancarkan. Jadi tidak ada gangguan beat pattern antara sinyal pembawa/carrier luminan dan chrominance (warna). Proses modulasi tegak lurus dilaksanakan oleh sepasang modulator seimbang yang rangkaian outputnya saling berhubungan (Gbr 2.7). Gambar 2.7 Rangkaian Balanced Modulator

17 22 Sinyal masukan terdiri dari sinyal V dan U, masukan sub-carrier mempunyai frekuensi yang sama tapi fase yang berbeda 90. Rangkaian Modulator Seimbang memenuhi karateristik yang diinginkan yaitu tidak menghasilkan keluaran/output apabila kedua sinyal V dan U tidak ada. Untuk memperbaiki cacat fase, sistem P.A.L mempunyai cara sebagai berikut : 1. Sub Carrier yang dimodulasi sinyal V diubah-ubah fasenya secara bergantian dari 90 ke 270, maka sinyal V untuk setiap garis scanning akan selalu berlawanan arah. 2. Dengan Menggunakan Elektronik switch dan Delay Line. Gambar 2.8. Koreksi Cacat Fase

18 23 Dengan memperhatikan gambar 2.8, misalnya warna F1 merupakan sinyal yang seharusnya diterima oleh pesawat penerima. Tetapi dengan adanya cacat fase θ pada garis ke n dari gambar, yang diterima adalah Fa. Pada garis ke n + 1 pesawat penerima akan menerima sinyal Fb dengan cacat fase yang sama arahnya dengan cacat yang dialami Fa, yaitu berjarak θ dari tempat Fb yang seharusnya (yaitu F2). Jadi disini fase bergeser sebesar θ kearah yang berlawanan dengan arah jarum jam. Bila pada pesawat penerima bisa diatur sehingga sinyal Fb dengan komponennya -Vb dan Vb dapat diprosentasikan bersama sinyal Fa, dengan terlebih dulu Fb dijadikan sinyal Fc dengan membalik Vb menjadi Vb, maka jumlah Fa dan Fc akan menghasilkan sinyal baru yang sefase dengan F1 dan bila amplitudonya dibagi dua hasilnya selalu berlawanan arah pada dua garis gambar yang berurutan pada prosentasi bersama sinyal U (=F) di pesawat penerima disatukan menjadi satu garis, jika ada kesalahan fase maka kesalahan itu akan saling menghapuskan, disini cacat fase sudah terkoreksi. Sistem PAL juga memiliki kekurangan, tetapi tidak terlalu sensitif dibanding sistem NTSC yaitu pada sistem PAL bila makin besar cacat fase yang dialami, makin berkurang amplitudo sinyal hasil koreksi, akibatnya adalah warna yang dihasilkan kepekatannya akan berkurang. Bila cacat fase sampai 90 maka sinyal warna akan hilang dan gambar menjadi hitam putih.

19 Pemilihan Frekuensi Sub Carrier Sistem PAL Dalam pemilihan sub carrier pada sistem PAL ada dua hal yang perlu diperhatikan : Adanya sub carrier pada sistem TV warna tidak boleh mengganggu sinyal luminan. Baik pada sistem TV warna maupun pada TV Hitam Putih yang menerima sinyal tersebut. Sinyal luminan tidak boleh mengganggu sinyal chrominan. Pentingnya pemilihan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Walaupun bidang tanggap frekuensi dari bidang frekuensi gambar adalah rata, tetapi distribusi enersi dalam bidang itu tidaklah demikian. Untuk rata-rata gambar enersi terbesar terkumpul pada komponen frekuensi rendah dan makin tinggi frekuensinya, maka enersinya makin kecil. Sub Carrier dengan modulasi sinyal warna akan membentuk pola spektrum enersi seperti sinyal luminan dan kelipatan dari frekuensi scanning gambar, tetapi spektrum tersebut berpusat pada frekuensi sub carrier. Bila enersi dari kedua spektrum tadi frekuensinya berhimpit maka pada gambar yang dihasilkan sinyal warna dan sinyal luminan akan saling mengganggu dan Beat / Dot Pattern akan timbul. Gambar 2.9. Spektrum Enersi dari Sinyal Gambar dengan Sub-Carrier Warna

20 25 Bila frekuensi sub carrier dipilih sedemikian rupa sehingga terletak diantara spektrum enersi dari sinyal luminan, maka masing-masing spektrum enersi akan terletak terpisah. Kondisi diatas akan dicapai bila frekuensi sub-carrier merupakan : Fsc = ( n + ¾) FL + Ff/2...(2.8) Dimana : Fsc : Frekuensi Sub Carrier N : Bilangan konstanta (283) FL Ff ¾ : Frekuensi Garis (15625 Hz) : Frekuensi Bingkai (50 Hz) : Aspek Ratio Maka untuk frekuensi sub-carrier sistem PAL dengan jumlah garis 625, diperoleh: Fsc = ( n + ¾) FL + Ff/2 = (283 + ¾) x Hz + 25 Hz = Mhz 2.8. Sinyal Pemadaman / Pengosongan (blanking signal) dan Sinyal Sinkronisasi (Synchronizing Signal) Pada kamera TV, informasi berupa kuat cahaya dan informasi warna diubah menjadi sinyal listrik yang bersesuaian. Agar informasi ini dapat diterima dan direproduksi dengan benar pada pesawat penerima TV, maka perlu adanya penyesuaian atau penyelarasan antara proses pengulasan yang dilakukan pada kamera dengan yang dilakukan pada TV. Proses ini disebut sebagai sinkronisasi.

21 26 Pada pemancar TV dibuat suatu pulsa-pulsa berbentuk persegi yang mempunyai frekuensi yang sama dengan frekuensi pengulasan, dan dengan menggunakan pulsa ini maka titik mula pengulasan pada tabung kamera dan tabung gambar dapat diatur bersamaan. Pada tiap akhir dari garis pengulasan (horisontal dan vertikal) akan dipancarkan satu pulsa penyelarasan atau sinkronisasi yang bersamaan dengan perioda Retrace. Karena dalam proses pengulasan memiliki dua daerah waktu yaitu pengulasan horisontal dan pengulasan vertikal, maka haruslah dikirimkan dua buah pulsa sinkronisasi. Gambar Pulsa pulsa Sonkronisasi Horisontal dan Vertikal Pada pengulasan horisontal waktu yang diperlukan untuk pengulasan/scanning satu garis lengkap dengan retrace adalah sebesar H, yaitu 1/15,625 detik atau 64 μs dengan lebar pulsa pengosongan dan pulsa sinkronisasi seperti yang ditunjukan pada gambar Pada perioda pengosongan horisontal bagian yang mendahului pulsa sinkronisasi disebut Front Porch atau serambi depan dan bagian yang mengikuti disebut Back Porch atau serambi Belakang.

22 27 Gambar Rincian perioda Blanking horisontal dan pulsa sinkronisasi Dan pada pengulasan vertikal, lebar pulsa pengosongan vertikal adalah 0,08 V dengan V adalah waktu yang diperlukan untuk pengulasan satu field yaitu 1/50 detik. Maka waktu yang diperlukan untuk pengosongan vertikal atau VBI (Vertical Blanking Interval) adalah sebesar 0,08 x 1/50 detik = 1600 μs. Waktu sebesar ini dapat memuat sebanyak 1600 μ / 64 μ = 25 garis pengulasan horizontal. Jadi akan ada maksimum 25 garis yang dikosongkan setiap field atau 50 garis setiap frame gambar. Dimana ada 16 garis pengulasan horisontal yang terbuang setiap field atau 32 garis setiap frame gambar. Garis pengulasan horisontal yang tidak terpakai ini dapat digunakan untuk mengirimkan sinyal-sinyal penguji dan sinyal-sinyal acuan (V.I.T.S. Vertical Insertion Test Signal). Selain itu garis garis ini dapat pula dimanfaatkan untuk pengiriman pesan seperti Teleteks yang dapat memberikan informasi dalam bentuk karakter halaman halaman seperti layaknya suatu surat kabar.

23 gambar sinyal pemadaman dan sinkronisasi vertikal 28

24 Penggabungan sinyal hasil modulasi Kedua sinyal pembeda warna yang telah dimodulasikan yaitu (R-Y) dan (B-Y) oleh frekwensi pembawa warna, Selanjutnya digabungkan pada sebuah tingkat penjumlah (adder stage). Sinyal gabungan ini disebut sinyal chrominan (chrominance signal ) Penggabungan sinyal luminan dan chrominan Akhirnya sinyal chrominan digabungkan dengan sinyal luminan yang sudah lengkap berisi sinyal pemadaman horizontal dan vertikal serta sinyal sinkronisasi horizontal dan vertikal. Gabungan antara sinyal composit video dengan sinyal chrominan ini merupakan sinyal gambar lengkap warna (color composite video signal) atau CCVS. Untuk jelasnya, proses encoding yang telah diuraikan digambarkan pada gambar 2.13 dan Gambar Blok Diagram Prinsip Teknik Encoding

25 30 Gambar Blok Diagram Prinsip Teknik Encoding Bentuk sinyal gambar lengkap warna (CCVS) hasil dari proses encoding dapat dilihat pada gambar 2.15, disertai dengan urutan sinyal-sinyal yang membentuknya. Contoh gambar yang diambil adalah balok-balok warna (color bars) seperti yang sering dijumpai pada teknik tv warna sebagai salah satu sinyal uji. Gambar Sinyal gambar lengkap CCVS proses Encoding

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM VIDEO KAMERA VIDEO KELOMPOK : 6 ISA MAHFUDI NIM KELAS / Abs : JTD-2A / 13

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM VIDEO KAMERA VIDEO KELOMPOK : 6 ISA MAHFUDI NIM KELAS / Abs : JTD-2A / 13 LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM VIDEO KAMERA VIDEO KELOMPOK Oleh : 3 ISA MAHFUDI NAMA ISA MAHFUDI : ISA MAHFUDI NIM. 1141160018 NIM (NIM. 1141160018) : 1141160018 KELAS / Abs : JTD-2A / 13 KELOMPOK : 6 Kelompok

Lebih terperinci

BAB III FRAME SYNCHRONIZER FA-9100 SEBAGAI KWALITAS SINYAL VIDEO

BAB III FRAME SYNCHRONIZER FA-9100 SEBAGAI KWALITAS SINYAL VIDEO BAB III FRAME SYNCHRONIZER FA-9100 SEBAGAI KWALITAS SINYAL VIDEO 3.1 Sinyal Video Sinyal video dihasilkan dari kombinasi antar sinyal-sinyal elektronik dan merupakan standar televisi. Sinyal video yang

Lebih terperinci

PEMBACAAN & PENYAJIAN GAMBAR

PEMBACAAN & PENYAJIAN GAMBAR TELEVISI Paul Nipkow mengembangkan teknologi berputar-disc untuk mengirim gambar pada tahun 1884. Ia menemukan gagasan membedah gambar dan mengirimnya secara berurutan. Penemuan tabung sinar katode (1897)

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN. Memperbaiki Sistem Penerima Televisi HAMDANI TEKNIK ELEKTRONIKA (AUDIO-VIDEO)

MODUL PEMBELAJARAN. Memperbaiki Sistem Penerima Televisi HAMDANI TEKNIK ELEKTRONIKA (AUDIO-VIDEO) MODUL PEMBELAJARAN Memperbaiki Sistem Penerima Televisi HAMDANI TEKNIK ELEKTRONIKA (AUDIO-VIDEO) SMK-TR PANCA BUDI MEDAN 2016 TEKNIK DASAR TELEVISI SINYAL VIDEO COMPOSITE DAN FUNGSINYA Video Composite

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN SAW FILTER SEBAGAI FILTER SINYAL IF

BAB III PENGGUNAAN SAW FILTER SEBAGAI FILTER SINYAL IF BAB III PENGGUNAAN SAW FILTER SEBAGAI FILTER SINYAL IF 3.1. Pendahuluan Fungsi SAW Filter sendiri dalam unit IF pada televisi adalah untuk memberikan bentuk respon sinyal IF yang dihasilkan dari tuner

Lebih terperinci

Display Analog. Max resolution(x-px Y-px Z-Hz) 1 RCA, BNC,TV Aerial Plug, Mini-VGA,DIN 5- pin [2] Composite video.

Display Analog. Max resolution(x-px Y-px Z-Hz) 1 RCA, BNC,TV Aerial Plug, Mini-VGA,DIN 5- pin [2] Composite video. Compo Display Analog Signal standard name Composite video SCART S-Video(a.k.a. separate video, split video, supervideo, and Y/C) Connector Max resolution(x-px Y-px (i) @ Z-Hz) 1 RCA, BNC,TV Aerial Plug,

Lebih terperinci

VIII. PRINSIP PER-TELEVISI-AN

VIII. PRINSIP PER-TELEVISI-AN V. PRNSP PER-TELEVS-AN V.1 BANDWDTH DAN PENGERTAN KANAL TV Sebagaimana diketahui sinyal TV terdiri atas : 1. Sinyal video yang lazim disebut sebagai sinyal gambar 2. Sunyal audio yang merupakan sinyal

Lebih terperinci

VIDEO By y N ur N ul ur Ad A h d ay a a y n a ti t 1

VIDEO By y N ur N ul ur Ad A h d ay a a y n a ti t 1 VIDEO By Nurul Adhayanti 1 VIDEO teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. Biasanya menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau media digital.

Lebih terperinci

Waktu : 4 x 50 Menit Topik : Pengenalan Televisi Kode : 05/ELK-ELA166/2008 Judul : Colour Matrix dan Vidio Amplifier

Waktu : 4 x 50 Menit Topik : Pengenalan Televisi Kode : 05/ELK-ELA166/2008 Judul : Colour Matrix dan Vidio Amplifier LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI DISPLAY DAN TELEVISI OLEH : MUHAMMAD HUSIN 2005 / 66350 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK TEKNIK ELEKTRONIKA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2008 A. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

BAB VI TELEVISI. Gambar 6.1 Pengiriman Gambar secara Berurutan. Gambar 6.2 Penguraian Gambar dengan Jumlah Titik yang Berbeda

BAB VI TELEVISI. Gambar 6.1 Pengiriman Gambar secara Berurutan. Gambar 6.2 Penguraian Gambar dengan Jumlah Titik yang Berbeda 706 6.1 Prinsip Pengiriman Gambar BAB VI TELEVISI 6.1.1 Penguraian Gambar dan Penyusunan Gambar Dengan mata, kita dapat melihat sebuah gambar dalam sekali pandang. Dalam pesawat televisi, sebagai media

Lebih terperinci

Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal

Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal dua macam sumber informasi, yaitu ide-ide yang bersumber dari

Lebih terperinci

Pendahuluan 1.1 Latar Belakang. Dasar Teori

Pendahuluan 1.1 Latar Belakang. Dasar Teori Televisi Hitam Putih Danang Dwi D, Deni Ade P, Hilda K, Yunianto Panji N Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang Abstrak Televisi

Lebih terperinci

Blok Diagram Sebuah Osiloskop

Blok Diagram Sebuah Osiloskop OSILOSKOP BAB VI Kegunaan Osiloskop Untuk mengamati secara visual tingkah tegangan bolak balik dan tegangan searah. Sebagai alat ukur: tegangan searah dan tegangan bolak balik. : tegangan (Vpp) berbagai

Lebih terperinci

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto,

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto, Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto, http://sigitkus@ub.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Pemodulasi yang merepresentasikan pesan yang akan dikirim, dan

Lebih terperinci

Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat

Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat Yogo Tri Saputro 17411549 Teknik Elektro Latar Belakang Pada dasarnya pemancar

Lebih terperinci

Sistem Pemancar Televisi

Sistem Pemancar Televisi Akhmad Rudyanto Putu Rio Aditya Linda Wulandari Yuli Fitriani 2207.100.624 2207.100.638 2207.100.645 2207.100.649 1 Sistem Pemancar Televisi Memancarkan sinyal RF (audio & video) melalui gelombang elektromagnetik

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH / KODE : TEKNIK RADIO DAN TELEVISI / AK SEMESTER / SKS : VI / 2

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH / KODE : TEKNIK RADIO DAN TELEVISI / AK SEMESTER / SKS : VI / 2 Pertemuan Pokok Bahasan dan TIU ke 1 Elemen Dasar Sistem Komunikasi Radio Menjelaskan elemenelemen dasar Sistem Komunikasi Radio Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar 1. Sumber 2. Penguat 3. Modulator

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

Jenis-jenis monitor. Monitor TFT LCD

Jenis-jenis monitor. Monitor TFT LCD Jenis-jenis monitor Monitor Catoda Ray Tube (CRT) Monitor ini merupakan monitor yang mempunyai tabung yang memproduksi elektron untuk menembak layar, sehingga tercipta gambar di layar seperti cara kerja

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau 7 BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau komponen yang digunakan, antara lain teori tentang: 1. Sistem Monitoring Ruangan 2. Modulasi Digital

Lebih terperinci

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A VI. ANALISA DATA Percobaan SSB dan DSB yang pertama sinyal audio dengan gelombang sinus 1kHz dan amplitudo 2Vpp dimodulasi dengan carrier. Sinyal audio digabung

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng

DASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng DASAR TELEKOMUNIKASI Kholistianingsih, S.T., M.Eng KONTRAK PEMBELAJARAN UAS : 35% UTS : 35% TUGAS : 20% KEHADIRAN : 10% KEHADIRAN 0 SEMUA KOMPONEN HARUS ADA jika ada satu komponen yang kosong NILAI = E

Lebih terperinci

Sinyal pembawa berupa gelombang sinus dengan persamaan matematisnya:

Sinyal pembawa berupa gelombang sinus dengan persamaan matematisnya: Modulasi Amplitudo (Amplitude Modulation, AM) adalah proses menumpangkan sinyal informasi ke sinyal pembawa (carrier) dengan sedemikian rupa sehingga amplitudo gelombang pembawa berubah sesuai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB II NOISE. Dalam sistem komunikasi, keberhasilan penyampaian informasi dari pengirim

BAB II NOISE. Dalam sistem komunikasi, keberhasilan penyampaian informasi dari pengirim BAB II NOISE.1 Umum Dalam sistem komunikasi, keberhasilan penyampaian informasi dari pengirim (transmitter) kepada penerima (receiver) tergantung pada seberapa akurat penerima dapat menerima sinyal yang

Lebih terperinci

PENGUBAH SINYAL VGA KE SISTEM PAL. Fathurrozah [T ] Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

PENGUBAH SINYAL VGA KE SISTEM PAL. Fathurrozah [T ] Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang 1 PENGUBAH SINYAL VGA KE SISTEM PAL Fathurrozah [T101930438] Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK Pesawat penerima televisi dapat dipakai sebagai suatu alternatif

Lebih terperinci

Untuk pensinyalan digital, suatu sumber data g(t) dapat berupa digital atau analog yang di encode menjadi suatu sinyal digital x(t)

Untuk pensinyalan digital, suatu sumber data g(t) dapat berupa digital atau analog yang di encode menjadi suatu sinyal digital x(t) Data Encoding 1. Pengenalan Teknik Encoding dan modulasi : Untuk pensinyalan digital, suatu sumber data g(t) dapat berupa digital atau analog yang di encode menjadi suatu sinyal digital x(t) Untuk pensinyalan

Lebih terperinci

BAB II TEKNIK PENGKODEAN

BAB II TEKNIK PENGKODEAN BAB II TEKNIK PENGKODEAN 2.1 Pendahuluan Pengkodean karakter, kadang disebut penyandian karakter, terdiri dari kode yang memasangkan karakter berurutan dari suatu kumpulan dengan sesuatu yang lain. Seperti

Lebih terperinci

Rijal Fadilah. Transmisi & Modulasi

Rijal Fadilah. Transmisi & Modulasi Rijal Fadilah Transmisi & Modulasi Pendahuluan Sebuah sistem komunikasi merupakan suatu sistem dimana informasi disampaikan dari satu tempat ke tempat lain. Misalnya tempat A yang terletak ditempat yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 169 /DIRJEN/2002 T E N T A N G

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 169 /DIRJEN/2002 T E N T A N G KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 169 /DIRJEN/2002 T E N T A N G PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEVISI SIARAN SISTEM ANALOG DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI Menimbang

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK 4 SOFYAN AGU YESSICA RATTU YULINA JEUJANAN FRIDEAL HORMAN YEFTA SUPIT

TUGAS KELOMPOK 4 SOFYAN AGU YESSICA RATTU YULINA JEUJANAN FRIDEAL HORMAN YEFTA SUPIT SINYAL SYSTEM TUGAS KELOMPOK 4 SOFYAN AGU YESSICA RATTU YULINA JEUJANAN FRIDEAL HORMAN YEFTA SUPIT Pengkodean Data / Data encoding Dalam proses kerjanya komputer mengolah data secara digital, melalui sinyal

Lebih terperinci

Teknik Telekomunikasi

Teknik Telekomunikasi Teknik Telekomunikasi Konsep Dasar Telekomunikasi Jenis-jenis Telekomunikasi Sinyal Modulasi Pengkodean Dosen Pengampu : Muhammad Riza Hilmi, ST. Email : rizahilmi@gmail.com Konsep Dasar Telekomunikasi

Lebih terperinci

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan Pendahuluan Pengkodean karakter, kadang disebut penyandian karakter, terdiri dari kode yang memasangkan karakter berurutan dari suatu

Lebih terperinci

PRINSIP UMUM. Bagian dari komunikasi. Bentuk gelombang sinyal analog sebagai fungsi waktu

PRINSIP UMUM. Bagian dari komunikasi. Bentuk gelombang sinyal analog sebagai fungsi waktu TEKNIK MODULASI PRINSIP UMUM PRINSIP UMUM Bagian dari komunikasi Bentuk gelombang sinyal analog sebagai fungsi waktu PRINSIP UMUM Modulasi merupakan suatu proses dimana informasi, baik berupa sinyal audio,

Lebih terperinci

1. OSILOSKOP. Osiloskop adalah alat ukur yang dapat menunjukkan kepada anda 'bentuk' dari sinyal listrik dengan

1. OSILOSKOP. Osiloskop adalah alat ukur yang dapat menunjukkan kepada anda 'bentuk' dari sinyal listrik dengan SRI SUPATMI,S.KOM 1. OSILOSKOP Osiloskop adalah alat ukur yang dapat menunjukkan kepada anda 'bentuk' dari sinyal listrik dengan menunjukkan grafik dari tegangan terhadap waktu pada layarnya. Sebuah graticule

Lebih terperinci

Pertemuan 10 PRINSIP KOMUNIKASI LISTRIK. Dahlan Abdullah Website :

Pertemuan 10 PRINSIP KOMUNIKASI LISTRIK. Dahlan Abdullah   Website : Pertemuan 10 PRINSIP KOMUNIKASI LISTRIK Dahlan Abdullah Email : dahlan@unimal.ac.id Website : http://www.dahlan.web.id Pendahuluan Dalam setiap komunikasi salah satunya selalu diperlukan sumber informasi

Lebih terperinci

Terminal Telekomunikasi (1/2)

Terminal Telekomunikasi (1/2) PERANGKAT TERMINAL TELEKOMUNIKASI Ir. Roedi Goernida, MT. (roedig@yahoo.com) Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2010 1 Terminal Telekomunikasi (1/2)

Lebih terperinci

- S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI

- S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI - S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI Dengan kemajuan teknologi, telekomunikasi menjadi lebih cepat, lebih andal dan lebih murah dibandingkan dengan metode komunikasi

Lebih terperinci

Pemancar&Penerima Televisi

Pemancar&Penerima Televisi Pemancar&Penerima Televisi Pemancar Bagian yg sangat vital bagi stasiun penyiaran radio&tv agar tetap mengudara Pemancar TV dibagi 2 bagian utama: sistem suara&sistem gambar Diubah menjadi gelombang elektromagnetik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KUALITAS VIDEO VIRTUAL STUDIO. Video virtual studio merupakan perpaduan antara video dan graphis,

BAB IV ANALISA KUALITAS VIDEO VIRTUAL STUDIO. Video virtual studio merupakan perpaduan antara video dan graphis, BAB IV ANALISA KUALITAS VIDEO VIRTUAL STUDIO Video virtual studio merupakan perpaduan antara video dan graphis, dimana background dengan warna biru di studio diganti dengan gambar dari komputer graphis,

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Perkembangan Teknologi Telekomunikasi Sistem Televisi. Adri Priadana ilkoomadri.com

Perkembangan Teknologi Telekomunikasi Sistem Televisi. Adri Priadana ilkoomadri.com Perkembangan Teknologi Telekomunikasi Sistem Televisi Adri Priadana ilkoomadri.com TELEVISI Penemuan tabung sinar katode (1897) menimbulkan gagasan untuk dimanfaatkan sebagai penyaji gambar, namun masih

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK RADIO DAN TELEVISI KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK RADIO DAN TELEVISI KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar 1 Elemen Dasar Sistem Komunikasi Radio elemen-elemen dasar Sistem Komunikasi Radio 1. Sumber Mahasiswa menjelaskan maksud sumber tsb 2. Penguat Mahasiswa dapat menjelaskan jenis penguat yg digunakan 3.

Lebih terperinci

10/10/2017. Teknologi Display SISTEM KOORDINAT DAN BENTUK DASAR GEOMETRI (OUTPUT PRIMITIF) CRT CRT. Raster Scan Display

10/10/2017. Teknologi Display SISTEM KOORDINAT DAN BENTUK DASAR GEOMETRI (OUTPUT PRIMITIF) CRT CRT. Raster Scan Display 1 2 SISTEM KOORDINAT DAN BENTUK DASAR GEOMETRI (OUTPUT PRIMITIF) Teknologi Display Cathode Ray Tubes (CRT) Liquid Crystal Display (LCD) 3 4 CRT Elektron ditembakkan dari satu atau lebih electron gun Kemudian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

ENCODING DAN TRANSMISI. Budhi Irawan, S.Si, M.T

ENCODING DAN TRANSMISI. Budhi Irawan, S.Si, M.T ENCODING DAN TRANSMISI Budhi Irawan, S.Si, M.T ENCODING Encoding atau penyandian atau pengodean adalah teknik yang digunakan untuk mengubah sebuah karakter pada informasi digital kedalam bentuk biner sehingga

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Pendahuluan Telekomunikasi = Tele -- komunikasi Tele = jauh Komunikasi = proses pertukaran informasi Telekomunikasi = Proses pertukaran

Lebih terperinci

BINARY PHASA SHIFT KEYING (BPSK)

BINARY PHASA SHIFT KEYING (BPSK) BINARY PHASA SHIFT KEYING (BPSK) Sigit Kusmaryanto http://sigitkus@ub.ac.id I Pendahuluan Modulasi adalah proses penumpangan sinyal informasi pada sinyal pembawa sehingga menghasilkan sinyal termodulasi.

Lebih terperinci

Pertemuan 11 TEKNIK MODULASI. Dahlan Abdullah, ST, M.Kom Website :

Pertemuan 11 TEKNIK MODULASI. Dahlan Abdullah, ST, M.Kom   Website : Pertemuan 11 TEKNIK MODULASI Dahlan Abdullah, ST, M.Kom Email : dahlan.unimal@gmail.com Website : http://www.dahlan.web.id PENDAHULUAN Sebuah sistem komunikasi merupakan suatu sistem dimana informasi disampaikan

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA Teknik Pengkodean Sinyal. Fery Antony, ST Universitas IGM

KOMUNIKASI DATA Teknik Pengkodean Sinyal. Fery Antony, ST Universitas IGM KOMUNIKASI DATA Teknik Pengkodean Sinyal Fery Antony, ST Universitas IGM Gambar Teknik Pengkodean dan Modulasi a) Digital signaling: sumber data g(t), berupa digital atau analog, dikodekan menjadi sinyal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

BAB 7 ALAT-ALAT UKUR. 7.1 Alat Ukur Mekanik Pengaris Jangka Sorong

BAB 7 ALAT-ALAT UKUR. 7.1 Alat Ukur Mekanik Pengaris Jangka Sorong BAB 7 ALAT-ALAT UKUR 7.1 Alat Ukur Mekanik Macam-macam alat ukur mekanik yang digunakan dalam dunia teknik, antara lain : Gambar 7.3 Penggaris pita 7.1.1 Pengaris Penggaris adalah sebuah alat pengukur

Lebih terperinci

Types of video display

Types of video display Display Technologies 28 September 2014 1 Types of video display Cathode Ray Tubes (CRTs) TVs, RGB monitors, o-scopes Flat-Panel Displays PDAs, laptops, calculators, digital watches 28 September 2014 2

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh : Nila Feby Puspitasari Data digital, sinyal digital - Merupakan bentuk paling sederhana dari pengkodean digital - Data digital ditetapkan satu level tegangan untuk biner satu

Lebih terperinci

TEKNIK DAN MODEL KOMUNIKASI

TEKNIK DAN MODEL KOMUNIKASI Modul 2 TEKNIK DAN MODEL KOMUNIKASI. PENDAHULUAN Pertama kali jaringan PSTN diciptakan hanya untuk pengiriman sinyal analog dalam hal ini datanya berupa suara. Namun belakangan ini data yang dikirim tidak

Lebih terperinci

Dasar-dasar Penyiaran

Dasar-dasar Penyiaran Modul ke: Dasar-dasar Penyiaran Gelombang Electro Magnetic & Pengaturan Frekuensi Fakultas Ilmu Komunikasi Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi Broadcasting Gelombang Electro Magnetic Gelombang

Lebih terperinci

Modulasi. S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

Modulasi. S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto Modulasi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto 1 AM Analog FM Modulasi PM ASK Digital ASK FSK PSK voltage Amplitudo, Frekuensi, Phase 180 0 +90 0 B A C -90 0 0 0 C A cycle (T) B 0 π 2π Amplitude (V) (t)

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM PENGOLAHAN SINYAL VIDEO PADA EXCITER NEC PCU-1120SSP/1 DI STASIUN TRANSMISI TRANS TV SEMARANG

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM PENGOLAHAN SINYAL VIDEO PADA EXCITER NEC PCU-1120SSP/1 DI STASIUN TRANSMISI TRANS TV SEMARANG MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM PENGOLAHAN SINYAL VIDEO PADA EXCITER NEC PCU-1120SSP/1 DI STASIUN TRANSMISI TRANS TV SEMARANG M. Hidayat Al Rizqy (L2F008056), Yuli Christiyono, S.T., M.T. (1968071197021001)

Lebih terperinci

BAB IV SINYAL DAN MODULASI

BAB IV SINYAL DAN MODULASI DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB IV SINYAL DAN MODULASI IF Pengertian Sinyal Untuk menyalurkan data dari satu tempat ke tempat yang lain, data akan diubah menjadi sebuah bentuk sinyal. Sinyal adalah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Modulasi Modulasi (mapping) adalah proses perubahan karakteristik dari sebuah gelombang carrier atau pembawa aliran bit informasi menjadi simbol-simbol. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi, mencari

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG MAKALAH Disusun oleh : M. Dwi setiyo 14670015 INFORMATIKA 3A Program Studi Informatika Fakultas Teknik UNIVERSITAS PGRI SEMARANG Oktober, 2015 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Stasiun Relay, Interferensi Siaran&Stándar Penyiaran

Stasiun Relay, Interferensi Siaran&Stándar Penyiaran Stasiun Relay, Interferensi Siaran&Stándar Penyiaran Stasiun Relay Fungsi stasiun relay : menerima gelombang elektromagnetik dari stasiun pemancar, kemudian memancar luaskan gelombang itu didaerahnya.

Lebih terperinci

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop Adobe Photoshop CS3 Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop Mengapa Photoshop? Adobe Photoshop adalah perangkat lunak yang menjadi standar dalam industri digital imaging. Sekarang, memiliki keahlian dalam menggunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM. menjadi tiga bit (tribit) serial yang diumpankan ke pembelah bit (bit splitter)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM. menjadi tiga bit (tribit) serial yang diumpankan ke pembelah bit (bit splitter) BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulator 8-QAM Gambar 2.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM Dari blok diagram diatas dapat diuraikan bahwa pada modulator 8-QAM sinyal data yang dibangkitkan oleh rangkaian pembangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PSD Bab I Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN. PSD Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Pengolahan Sinyal Digital (Digital Signal Processing, disingkat DSP) adalah suatu bagian dari sain dan teknologi yang berkembang pesat selama 40 tahun terakhir. Perkembangan ini terutama

Lebih terperinci

Rijal Fadilah. Transmisi Data

Rijal Fadilah. Transmisi Data Rijal Fadilah Transmisi Data Review Sistem Komunikasi Data Entitas yg melambangkan suatu pengertian Jenis : data analog & data digital Signal / Sinyal Suatu bentuk/cara utk menyalurkan data Jenis : signal

Lebih terperinci

Modulasi Sudut / Modulasi Eksponensial

Modulasi Sudut / Modulasi Eksponensial Modulasi Sudut / Modulasi Eksponensial Modulasi sudut / Modulasi eksponensial Sudut gelombang pembawa berubah sesuai/ berpadanan dengan gelombang informasi kata lain informasi ditransmisikan dengan perubahan

Lebih terperinci

Computer Graphic. Output Primitif dan Algoritma Garis. Erwin Yudi Hidayat. Computer Graphics C Version 2 Ed by Donald Hearn

Computer Graphic. Output Primitif dan Algoritma Garis. Erwin Yudi Hidayat. Computer Graphics C Version 2 Ed by Donald Hearn Computer Graphic Output Primitif dan Algoritma Garis Erwin Yudi Hidayat erwin@dsn.dinus.ac.id Computer Graphics C Version 2 Ed by Donald Hearn Addison Wesley is an imprint of erwin@dsn.dinus.ac.id CG -

Lebih terperinci

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 721 6.2. Mata dan Warna 6.2.1 Spektrum warna Radiasi cahaya tampak menempati pita frekuensi relatif pendek pada spektrum energi gelombang elektromagnetik-kira-kira antara 400nm dan 700nm. Sebagai contoh,

Lebih terperinci

Analisis Processor Utama IC STV 2286 Pada Televisi Berwarna Polytron MX / 20323

Analisis Processor Utama IC STV 2286 Pada Televisi Berwarna Polytron MX / 20323 1 Analisis Processor Utama IC STV 2286 Pada Televisi Berwarna Polytron MX / 20323 Toni Suhartanto *, Darjat **, Ajub Ajulian Z. ** Abstrak Televisi berwarna merupakan sebuah peralatan elektronik yang terdiri

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT

PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT 1 Hilridya Sagita, 2 Eri Prasetyo dan 3 Arifin 1,2 Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Jakarta 3 STMIK Bidakara,

Lebih terperinci

DESAIN DAN UJI COBA SINK SEPARATOR SEBAGAI PENGKONDISI SINYAL UNTUK SISTEM PENDETEKSI KEJERNIHAN VIDEO PADA TELEVISI ANALOG

DESAIN DAN UJI COBA SINK SEPARATOR SEBAGAI PENGKONDISI SINYAL UNTUK SISTEM PENDETEKSI KEJERNIHAN VIDEO PADA TELEVISI ANALOG DESAIN DAN UJI COBA SINK SEPARATOR SEBAGAI PENGKONDISI SINYAL UNTUK SISTEM PENDETEKSI KEJERNIHAN VIDEO PADA TELEVISI ANALOG Herti Miawarni 1*, Dwi Edi Setyawan 2, Eko Setijadi 2 1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Pokok Bahasan 2. Transmisi Digital

Pokok Bahasan 2. Transmisi Digital Pokok Bahasan 2 Transmisi Digital Pokok Bahasan 2 Pokok Bahasan Transmisi digital Sub Pokok Bahasan Pulsa-pulsa untuk transmisi basebandi NRZ, AMI Regenerasi Kriteria Nyquist Kompetensi Setelah mengikuti

Lebih terperinci

ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000

ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000 SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000 Mulia Raja Harahap, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

menggunakan sistem PAL (Phase Alternating Line), pemancar televisi digunakan untuk mengirimkan sinyal-sinyal suara dan sinyal-sinyal gambar

menggunakan sistem PAL (Phase Alternating Line), pemancar televisi digunakan untuk mengirimkan sinyal-sinyal suara dan sinyal-sinyal gambar X. BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Sistem Alat yang dibuat merupakan pemancar televisi berwama dengan menggunakan sistem PAL (Phase Alternating Line), pemancar televisi digunakan untuk mengirimkan

Lebih terperinci

MOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot

MOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot ACTION TOOLS OUTPUT INFORMATION MEKANIK MOTOR MOTOR DRIVER CPU SISTEM KENDALI SENSOR Gambar 1 Bagian-bagian Robot Gambar 1 menunjukkan bagian-bagian robot secara garis besar. Tidak seluruh bagian ada pada

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 206/207 JUDUL SINGLE SIDEBANDD-DOUBLE SIDEBAND (SSB-DSB) GRUP 2 3C PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK

Lebih terperinci

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung SINYAL & MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 1 Pengertian Sinyal Merupakan suatu perubahan amplitudo dari tegangan,

Lebih terperinci

Modulasi adalah proses modifikasi sinyal carrier terhadap sinyal input Sinyal informasi (suara, gambar, data), agar dapat dikirim ke tempat lain, siny

Modulasi adalah proses modifikasi sinyal carrier terhadap sinyal input Sinyal informasi (suara, gambar, data), agar dapat dikirim ke tempat lain, siny Modulasi Modulasi adalah proses modifikasi sinyal carrier terhadap sinyal input Sinyal informasi (suara, gambar, data), agar dapat dikirim ke tempat lain, sinyal tersebut harus ditumpangkan pada sinyal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENELITIAN TERDAHULU Sebelumnya penelitian ini di kembangkan oleh mustofa, dkk. (2010). Penelitian terdahulu dilakukan untuk mencoba membuat alat komunikasi bawah air dengan

Lebih terperinci

Computer Graphic. Output Primitif dan Algoritma Garis. Erwin Yudi Hidayat.

Computer Graphic. Output Primitif dan Algoritma Garis. Erwin Yudi Hidayat. Computer Graphic Output Primitif dan Algoritma Garis Erwin Yudi Hidayat erwin@research.dinus.ac.id Computer Graphics C Version 2 Ed by Donald Hearn Addison Wesley is an imprint of erwin@research.dinus.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran. BAB II DASAR TEORI Dalam bab dua ini penulis akan menjelaskan teori teori penunjang utama dalam merancang penguat audio kelas D tanpa tapis LC pada bagian keluaran menerapkan modulasi dengan tiga aras

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2012/2013 JUDUL ( FSK) FREQUENCY SHIFT KEYING GRUP 1 TELKOM 3D PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

Image Formation & Display

Image Formation & Display Image Formation & Display Disarikan oleh: Dinisfu Sya ban (0403100596) SEKOLAH TINGGI SANDI NEGARA BOGOR 2007 1 Pendahuluan Image adalah suatu uraian bagaimana suatu parameter yang bervariasi dari suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kardiawarman, Ph.D. Modul 7 Fisika Terapan 1

PENDAHULUAN. Kardiawarman, Ph.D. Modul 7 Fisika Terapan 1 PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Rangkaian Elektronika Dalam eknologi Audio Visual yang mencakup: teknik pemancar dan penerima audio, serta pemancar dan penerima audio-video.

Lebih terperinci

Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015

Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015 PENGENALAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI Modul : 08 Teknik Modulasi Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015 PengTekTel-Modul:08 PengTekTel-Modul:08 Apa itu Modulasi? Modulasi adalah pengaturan parameter

Lebih terperinci

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dewasa ini dunia telekomunikasi berkembang sangat pesat. Banyak transmisi yang sebelumnya menggunakan analog kini beralih ke digital. Salah satu alasan bahwa sistem

Lebih terperinci

Dari sisi pembawa, cara menumpang di pesawat terbang akan berbeda dengan menumpang di mobil, bus, truk, kapal laut, perahu, atau kuda. Hal yang sama j

Dari sisi pembawa, cara menumpang di pesawat terbang akan berbeda dengan menumpang di mobil, bus, truk, kapal laut, perahu, atau kuda. Hal yang sama j SISTEM RADIO Komunikasi radio menggunakan gelombang elektromagnetis yang dipancarkan lewat atmosfer bumi atau ruang bebas untuk membawa informasi melalui jarak-jarak yang panjang tanpa menggunakan kawat.

Lebih terperinci

BAB 4 MODULASI DAN DEMODULASI. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan mengenai sistem modulasi-demodulasi

BAB 4 MODULASI DAN DEMODULASI. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan mengenai sistem modulasi-demodulasi BAB 4 MODULASI DAN DEMODULASI Kompetensi: Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan mengenai sistem modulasi-demodulasi (modem). Mendesain dan merangkai contoh modulasi dengan perpaduan piranti elektronika

Lebih terperinci

B A B III SINYAL DAN MODULASI

B A B III SINYAL DAN MODULASI B A B III SINYAL DAN MODULASI 4.1. Komponen Sinyal Untuk memperdalam komponen sinyal, maka dilihat dari fungsi waktu, sinyal elektromagnetik dapat dibedakan menjadi sinyal kontinyu dan diskrit. Sinyal

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI

BAB II SISTEM KOMUNIKASI BAB II SISTEM KOMUNIKASI 2.1 Sistem Komunikasi Digital Dalam mentransmisikan data dari sumber ke tujuan, satu hal yang harus dihubungkan dengan sifat data, arti fisik yang hakiki di pergunakan untuk menyebarkan

Lebih terperinci

M. Ihsan Z

M. Ihsan Z I. Tujuan Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu : 1. Mengidentifikasi blok-blok dan tata letak diagram dari syncron dan vertical amplifier 2. Mengidentifikasi komponen yang ada pada

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T. Konversi Data Digital ke Sinyal Digital. Karakteristik Line Coding. Tujuan Line Coding

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T. Konversi Data Digital ke Sinyal Digital. Karakteristik Line Coding. Tujuan Line Coding Konversi Data Digital ke Sinyal Digital Pada transmisi digital, data yang dihasilkan oleh transmitter berupa data digital dan ditransmisikan dalam bentuk sinyal digital menuju ke receiver (penerima). Pada

Lebih terperinci

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016 LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016 JUDUL AMPITUDE SHIFT KEYING GRUP 4 3A PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Lebih terperinci