viii ABSTRAK Kata kunci : kualitas laporan barang, sistem pengendalian intern, kemampuan sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi viii
|
|
- Ivan Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 viii ABSTRAK PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN, KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA, DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA KUALITAS LAPORAN BARANG MILIK DAERAH DI PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR Aset tetap atau barang milik daerah merupakan salah satu faktor paling strategis dalam pengelolaan keuangan daerah. Masalah pelaporan aset atau barang milik daerah masih menjadi topik utama dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP) yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh sistem pengendalian intern, kemampuan sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi pada kualitas laporan barang milik daerah. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 42 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Kabupaten Gianyar yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data tentang sistem pengendalian intern, kemampuan sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi dilakukan melalui penyebaran kuisioner, sedangkan pengumpulan data tentang kualitas laporan barang milik daerah dilakukan melalui pengevaluasian tingkat kesesuaian laporan barang milik daerah dengan kriteria yang dibuat berdasarkan Permendagri Nomor 17 Tahun Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh positif pada kualitas laporan barang milik daerah, kemampuan sumber daya manusia berpengaruh positif pada kualitas laporan barang milik daerah dan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif pada kualitas laporan barang milik daerah. Kata kunci : kualitas laporan barang, sistem pengendalian intern, kemampuan sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi viii
2 ix ABSTRACT THE EFFECT OF THE INTERNAL CONTROL SYSTEMS, HUMAN RESOURCES ABILITY, AND INFORMATION TECHNOLOGY UTILIZATION ON QUALITY OF LOCAL GOVERNMENT ASSETS REPORT IN GIANYAR LOCAL GOVERNMENT Local government assets are one of the most strategic factors in the local government financial management. Reporting issues of local government assets still become a major topic in the examination report (LHP) that conducted by the Supreme Audit Board of Indonesia (BPK RI). This research aimed to get empirical evidence of the effect of the internal control system, human resource ability and information technology utilization on quality of local government assets report. The amount of samples in this research were 42 work units (SKPD) on Gianyar local government, that selected by purposive sampling method. The data about internal control systems, human resource ability and information technology utilization was collected by the use of questionnaire, while the data about quality of local government assets report was collected by evaluate the compliance level of assets report with established criteria based Permendagri No. 17 in The analysis technique used is multiple linear regression analysis. The result of analysis showed that the internal control system has positive effect on quality of local government assets report, human resource ability has positive effect on quality of local government assets report and information technology utilization has positive effect on quality of local government assets report. Keywords : quality of assets report, internal control systems, human resource ability, information technology utilization ix
3 x DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TESIS... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix RINGKASAN... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR. xv DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR LAMPIRAN.. xvii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Stewardship Theory Teori Regulasi Barang Milik Daerah Penatausahaan Barang Milik Daerah Kualitas Laporan Barang Milik Daerah Sistem Pengendalian Intern Kemampuan Sumber Daya Manusia Pemanfaatan Teknologi Informasi Penelitian Terdahulu BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian xii x
4 xi 3.3 Hipotesis Penelitian Pengaruh Sistem Pengendalian Intern pada Kualitas Laporan Barang Milik Daerah Pengaruh Kemampuan Sumber Daya Manusia pada Kualitas Laporan Barang Milik Daerah Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi pada Kualitas Laporan Barang Milik Daerah BAB IV METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi, Waktu dan Ruang Lingkup Penelitian Penentuan Sumber Data Data Menurut Sifatnya Data Menurut Sumbernya Metode Pengumpulan Data Populasi Sampel Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Definisi Operasional Instrumen Penelitian Bentuk instrumen penelitian Penyusunan instrumen Uji Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Analisis Data Uji Asumsi Klasik Uji Hipotesis BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Gambaran Umum Responden Hasil Uji Instrumen Penelitian Analisis Deskriptif Statistik Transformasi Data Ordinal Menjadi Data Interval Hasil Uji Asumsi Klasik Analisis Regresi Linear Berganda Pembahasan Hasil Penelitian xiii
5 xii Pengaruh Sistem Pengendalian Intern pada Kualitas Laporan Barang Milik Daerah Pengaruh Kemampuan Sumber Daya Manusia pada Kualitas Laporan Barang Milik Daerah Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi pada Kualitas Laporan Barang Milik Daerah BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii xiv
6 xiii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Gambar 3.2 Konsep Penelitian Gambar 4.1 Rancangan Penelitian xiii xv
7 xiv DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Opini LKPD Th Berdasarkan Tingkat Pemerintahan... 2 Tabel 1.2 Opini LKPD Tahun Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/Kota Se-Provinsi Bali... 2 Tabel 2.1 Asumsi Dasar Stewardship Theory Tabel 4.1 Sampel Penelitian Tabel 5.1 Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner Tabel 5.2 Profil Responden Tabel 5.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Tabel 5.4 Statistik Deskriptif Variabel Tabel 5.5 Jangkauan Data Penelitian Tabel 5.6 Panjang Interval Kelas Tabel 5.7 Klasifikasi Variabel Kualitas Laporan Barang Milik Daerah Tabel 5.8 Klasifikasi Variabel Sistem Pengendalian Intern Tabel 5.9 Klasifikasi Variabel Kemampuan Sumber Daya Manusia Tabel 5.10 Klasifikasi Variabel Pemanfaatan Teknologi Informasi Tabel 5.11 Hasil Uji Normalitas Tabel 5.12 Hasil Uji Multikolinearitas Tabel 5.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas Tabel 5.14 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda xvi xiv
8 xv DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Ringkasan penelitian sebelumnya Lampiran 2 Daftar Nama-Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Gianyar Lampiran 3 Surat Pengantar Kuisioner Lampiran 4 Kuisioner Penelitian Lampiran 5 Kriteria untuk mengevaluasi tingkat kesesuaian laporan barang milik daerah Lampiran 6 Tabulasi Data Lampiran 7 Hasil Pengevaluasian Data Laporan Barang Milik Daerah 121 Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 10 Statistik Deskriptif Lampiran 11 Hasil Uji Normalitas Lampiran 12 Hasil Uji Multikolinieritas Lampiran 13 Hasil Uji Heteroskedastisitas Lampiran 14 Hasil Uji Regresi Linear Berganda xvii
9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan desentralisasi dalam sistem pemerintahan memunculkan harapan besar pada terjadinya tata pemerintahan yang lebih baik di daerah-daerah. Harapan tersebut muncul karena sistem tersebut memungkinkan terjadinya pengambilan keputusan pada tingkat lokal yang lebih dekat dengan masyarakat. Dengan demikian, setiap keputusan dapat lebih merefleksikan pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat. Suatu pemerintahan yang baik, adalah pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsinya secara optimal yaitu melaksanakan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance). Manajemen pemerintahan yang efektif sangat dibutuhkan agar berbagai urusan pemerintahan yang dilimpahkan kewenanganya kepada daerah dapat terselenggara secara maksimal serta dapat dipertanggungjawabkan secara baik kepada publik. Untuk lebih meningkatkan kapasitas daerah dalam mengelola pembangunan daerah, pemerintah juga telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang selanjutnya diikuti dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Melalui kebijakan ini pemerintah secara aktif mendorong terjadinya reformasi dibidang keuangan daerah. Alasan yang mendasari perlunya reformasi keuangan daerah yaitu mendorong pengelolaan keuangan daerah yang berbasis kinerja, dan mendorong terwujudnya akuntabilitas publik di bidang keuangan daerah 1
10 2 Salah satu indikator dari good governance adalah kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Untuk mengetahui kualitas LKPD, maka berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan, LKPD diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) dan LKPD dianggap baik apabila memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Tabel 1.1 Opini LKPD Tahun Berdasarkan Tingkat Pemerintahan Tahun Opini LKPD WTP WDP TW TMP Total Sumber : IHPS I BPK RI Tahun 2015 dan Tahun 2016 Tabel 1.2 Opini LKPD Tahun Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota Se-Provinsi Bali Pemerintahan Opini LKPD Tahun 2011 s.d Provinsi Bali WDP WDP WTP DPP WTP WTP Kab. Badung WTP DPP WTP TW WTP WTP Kab. Bangli WDP WDP TMP WDP WDP Kab. Buleleng WDP WDP WDP WTP WTP Kab. Gianyar WDP WDP WDP WTP WTP Kab. Jembrana WDP WDP WDP WTP WTP Kab. Karangasem WDP WDP WDP WDP WTP Kab. Klungkung WDP WDP WDP WDP WTP Kab. Tabanan WDP TMP WDP WTP WTP Kota Denpasar WDP WTP WTP WTP WTP Sumber : IHPS I BPK RI Tahun 2015 dan Tahun 2016 Keterangan : WTP = Wajar Tanpa Pengecualian WTP DPP = Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas WDP = Wajar Dengan Pengecualian TW = Tidak Wajar TMP = Tidak Memberikan Pendapat
11 3 Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2015 dan 2016 BPK RI yang ditampilkan dalam Tabel 1.1, terlihat bahwa untuk LKPD tahun 2014 dan 2015 telah menunjukkan kecenderungan yang positif, dimana sebagian besar Pemerintah Daerah (Pemda) memperoleh opini WTP atas laporan keuangannya, yaitu sebanyak 251 Pemda pada tahun 2014 dan meningkat menjadi 312 Pemda pada tahun Selanjutnya berdasarkan data pada Tabel 1.2, khusus untuk Pemda di Provinsi Bali juga menunjukkan bahwa sebagian besar pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Bali sudah memperoleh opini WTP untuk laporan keuangannya pada Tahun Anggaran 2014 dan 2015, dan Pemerintah Kabupaten Gianyar merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Bali yang memperoleh opini WTP atas laporan keuangannya pada Tahun Anggaran 2014 dan Walaupun Pemerintah Kabupaten Gianyar telah mendapatkan opini WTP, BPK masih menemukan kondisi yang dapat dilaporkan berkaitan dengan sistem pengendalian intern dan operasinya. Pokok-pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gianyar Tahun 2014 yang ditemukan BPK adalah sebagai berikut: (1) Pengelolaan Piutang Pajak Hotel, Restoran, dan Hiburan pada Dinas Pendapatan Tidak Memadai; (2) Pengelolaan Pajak Bumi Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Kabupaten Gianyar Belum Memadai; (3) Pengelolaan Persediaan pada Pemerintah Kabupaten Gianyar Belum Memadai; (4) Penatausahaan Aset Tetap pada Pemerintah Kabupaten Gianyar Belum Memadai; dan (5) Pengelolaan Utang pada Unit Pelayanan Terpadu Kesehatan Masyarakat (UPT Kesmas) dan Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Kabupaten Gianyar Kurang Memadai (BPK Provinsi Bali, 2015).
12 4 Dari beberapa pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gianyar Tahun 2014 yang tersebut di atas, terlihat bahwa penatausahaan aset tetap merupakan salah satu pokok kelemahan yang ditemukan BPK. Hal yang belum disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai terkait penatausahaan aset tetap di Kabupaten Gianyar pada tahun 2014 adalah belum dilakukannya rekonsiliasi aset tetap antara satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dengan Bagian Pengelolaan Aset dan Perlengkapan Perawatan (Perwat) secara periodik dan cermat sehingga masih ditemukan ketidaksesuaian antara laporan SKPD dengan Bagian Aset dan Perwat atas akun aset tetap (BPK Provinsi Bali, 2015). Sedangkan pada audit LKPD Pemerintah Kabupaten Gianyar Tahun Anggaran 2015 terdapat beberapa koreksi BPK RI atas laporan aset tetap, yang terdiri dari: aset tetap peralatan dan mesin senilai Rp ,06 dan aset tetap lainnya senilai Rp ,00 ( Pemerintah Kabupaten Gianyar, 2016). Masih adanya ketidaksesuaian antara laporan SKPD dengan Bagian Aset dan Perwat atas akun aset tetap serta masih adanya koreksi BPK atas laporan aset tetap di Pemerintah Kabupaten Gianyar menunjukkan bahwa laporan aset tetap yang dibuat masih belum maksimal kualitasnya, sehingga perlu ditelusuri faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas laporan tersebut. Aset tetap atau barang milik daerah merupakan salah satu faktor paling strategis dalam pengelolaan keuangan daerah. Pada umumnya, nilai aset tetap daerah merupakan nilai yang paling besar dibandingkan dengan akun lain pada laporan keuangan. Penyajian barang milik daerah dalam laporan keuangan harus transparan dan akuntabel, sehingga pengelolaannya dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat untuk mewujudkan prinsip good governance di sektor publik.
13 5 Kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah (Pemda) untuk dapat mengatur dan mengurus sendiri pemerintahannya, tentunya menjadi kemudahan bagi setiap Pemda dalam mengelola barang milik daerah. Namun mulai dari diterapkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan sampai saat ini, masih banyak terjadi kelemahan dan hambatan bagi masing-masing Pemda di Indonesia dalam pengelolaan keuangan dan barang di masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dalam bentuk laporan yang berkualitas yang berada di bawah kendalinya. Masalah pelaporan aset atau barang milik daerah masih menjadi topik utama dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP) yang dilakukan oleh BPK RI. Grubisic et al., (2009) menyatakan bahwa pengelolaan aset menjadi bagian integral atas reformasi sektor publik, hal ini diakibatkan banyaknya aset publik yang nilainya tidak jelas, sehingga menyebabkan penilaian aset yang tidak jelas. Hal ini juga merupakan kondisi yang dialami di Indonesia khususnya pada pemerintah daerah. Permasalahan aset tetap pemerintah daerah pada umumnya terkait adanya barang milik daerah yang tidak dicatat, barang milik daerah yang tidak ada justru masih dicatat, barang milik daerah dicatat tapi tidak didukung dengan dokumen kepemilikan yang sah sehingga pencatatan atas nilai aset tersebut tidak menggambarkan hal yang sebenarnya. Informasi mengenai aset daerah dalam LKPD tertuang dalam neraca. Neraca dalam LKPD suatu pemerintah daerah merupakan hasil konsolidasi/ gabungan neraca seluruh laporan keuangan SKPD / Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) (Pemerintah Republik Indonesia, 2010). Dalam neraca tersebut, informasi barang milik daerah (BMD) terinci dalam dokumen Kartu Inventaris
14 6 Barang (KIB) dan Laporan Barang Pengguna/Laporan Kuasa Pengguna Barang (LBP/LKPB). Besaran nilai laporan aset daerah memberikan sumbangan yang signifikan terhadap seluruh laporan keuangan SKPD/UKPD. LBP/LKPB sendiri merupakan gabungan dari seluruh laporan-laporan tentang keberadaan dan penggunaan barang yang ada di SKPD/UKPD (Pemerintah Republik Indonesia, 2006; Menteri Dalam Negeri, 2007). Informasi yang berasal dari LBP/LKPB tersebut berkaitan dengan pos-pos persediaan, aset tetap, maupun aset lainnya. Hal ini menjadikan pertanggungjawaban atas BMD atau aset daerah menjadi sangat penting. Keakuratan data aset daerah tentunya sangat dibutuhkan dalam mendukung laporan keuangan agar dapat tersaji secara wajar. Masih rendahnya kualitas laporan keuangan di beberapa pemerintah daerah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: adanya kelemahan sistem pengendalian intern, belum tertatanya barang milik negara/daerah dengan tertib, tidak sesuainya pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dengan ketentuan yang berlaku, penyajian laporan keuangan yang belum sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), kelemahan dalam sistem penyusunan laporan keuangan, dan kurang memadainya kompetensi sumber daya manusia pengelola keuangan pada pemerintah daerah (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), 2015). Jones (2008) mengemukakan bahwa pengendalian internal merupakan salah satu mekanisme yang paling penting memberikan akuntabilitas dan memungkinkan organisasi untuk memantau dan mengendalikan operasi mereka. Hal ini dimaksudkan agar dengan adanya pengendalian intern suatu organisasi publik dalam melakukan operasinya dapat meminimalkan pengaruh kegagalan manusia sehingga tercapainya efisiensi dan menghasilkan informasi akuntansi
15 7 yang andal. Begitu juga dengan barang milik daerah yang memiliki kompleksitas dalam pengelolaannya. Hal tersebut disebabkan dalam serangkaian proses pengelolaan barang milik daerah hingga menjadi laporan-laporan yang dibutuhkan sangatlah rentan terjadi kecurangan jika pengendalian intern di setiap SKPD tidak berjalan secara efektif. Wilopo (2008) mengungkapkan bahwa pengendalian intern birokrasi dan perilaku etis dari birokrasi memberikan pengaruh terhadap kecurangan akuntansi pemerintah. Menurut Wibisono (2009), untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa pelaporan aset telah dilakukan dengan baik, perlu dibangun sebuah sistem pengendalian intern atas hal tersebut. Sistem Pengendalian Intern (SPI) atas pelaporan aset dapat mencegah terjadinya penyimpangan yang dapat dijadikan dasar bagi auditor eksternal (BPK RI) dalam pemberian catatan yang tidak diharapkan pada hasil auditnya. Yang utama, dengan SPI yang andal maka aset negara dapat terjaga keamanan dan keberadaannya. Keberadaan aset tetap sangat mempengaruhi kelancaran roda pemerintahan dan pembangunan, oleh karena itu sistem pengendalian intern atas manajemen/pengelolaan aset tetap daerah harus handal untuk mencegah penyimpangan yang dapat merugikan keuangan daerah (Putra, 2012). Feng et al., (2015) mengungkapkan bahwa pengendalian internal atas pelaporan keuangan secara ekonomi memiliki efek signifikan pada operasi perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh McMullen et al., (1996) menunjukkan bahwa hubungan antara pengendalian intern dengan kualitas laporan keuangan bersifat signifikan untuk perusahaan yang mengeluarkan laporan pengendalian intern manajemen. Hal ini terjadi karena manajemen yang mengeluarkan laporan
16 8 pengendalian intern akan menindaklanjuti kelemahan yang ada pada pengendalian intern sehingga hasilnya bermuara pada kualitas laporan keuangan. Menurut Hardiman et al., (1985), evaluasi dari sistem pengendalian intern akan digunakan untuk menilai keandalan informasi keuangan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan unit-unit dalam pemerintahan. Efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan supaya menjadi lebih andal dilaksanakan melalui pencegahan dan deteksi prosedur serta estimasi error (Doyle et al., 2007). Jika suatu pengendalian internal telah ditetapkan maka semua operasi, sumber daya fisik, dan data akan dimonitor serta berada di bawah kendali, tujuan akan tercapai, risiko menjadi kecil, dan informasi yang dihasilkan akan lebih berkualitas (Weygandt et al., 2005). Ditetapkannya pengendalian internal dalam sistem akuntansi, maka akan menghasilkan informasi akuntansi yang lebih berkualitas (tepat waktu, relevan, akurat, dan lengkap), dan dapat diaudit (auditabel). Penelitian sebelumnya tentang sistem pengendalian intern yang dilakukan oleh Indriasari (2008) membuktikan secara empiris bahwa pengendalian internal akuntansi pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap nilai laporan keuangan pemerintah daerah yang dinyatakan dengan ketepatwaktuan dan keterandalan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Irwan (2011), Wansyah (2012), Yudianta (2012) dan Mahaputra (2014) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Akuntansi pemerintah dengan basis akrual relatif lebih rumit dan kompleks dibandingkan dengan akuntansi berbasis kas maupun berbasis kas menuju akrual sehingga membutuhkan sumber daya manusia dengan kompetensi
17 9 akuntansi yang memadai (Kementerian Keuangan, 2014). Hasil penelitian Rynandi (2008) dan Darno (2012) menunjukkan bahwa penerapan dan pelaksanaan sistem akuntansi barang milik daerah dapat berjalan dengan efektif dan efisien jika seluruh pegawai yang menangani sistem akuntansi barang milik daerah mengerti dan memahami tentang sistem akuntansi barang milik daerah tersebut. Hasil penelitian tersebut memberikan bukti bahwa sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting yang bisa mendorong terciptanya laporan aset yang berkualitas. Hasil tersebut didukung oleh penelitian Haryanto (2013) yang juga memberikan bukti empiris tentang pengaruh positif sumber daya manusia terhadap kualitas pelaporan aset daerah, dan penelitian Andriani (2010), Wansyah (2012) serta Nurillah (2014) yang mengungkapkan adanya pengaruh positif kapasitas sumber daya manusia terhadap laporan keuangan daerah. Yasser (2010) dalam Darno (2012) menunjukkan bahwa pelaksanaan penatausahaan barang milik daerah belum berjalan optimal sehingga mempengaruhi keakuratan data BMD yang tersaji. Aktivitas penatausahaan sampai dengan tersusunnya laporan BMD oleh pemerintah daerah tidak lepas dari pemanfaatan teknologi informasi. Bahkan dalam penyusunan laporan BMD, sebagian besar prosesnya menggunakan bantuan komputer. Kementerian Dalam Negeri telah memberikan fasilitasi berupa aplikasi komputer bagi SKPD dan UKPD di suatu pemerintah daerah untuk mempermudah penyusunan laporan BMD. Aplikasi ini muncul pertama kali pada tahun 2004 dengan nama Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah (SIMBADA) dan aplikasi yang sejenis pada pemerintah pusat dikenal dengan Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN). Selain untuk meningkatkan kualitas laporan barang yang dihasilkan, perbaikan dan perubahan aplikasi ini juga dilakukan untuk
18 10 menyesuaikan dengan peraturan terbaru, salah satunya mengenai standar akuntansi pemerintahan (Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), 2012 dalam Darno, 2012). Penelitian tentang pengaruh faktor pemanfaatan teknologi informasi telah dilakukan oleh Darno (2012) dan Haryanto (2013), yang menunjukkan adanya pengaruh positif pemanfaatan teknologi informasi terhadap kualitas laporan barang kuasa pengguna maupun pelaporan aset daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Yudianta (2012) dan Nurillah (2014) juga membuktikan bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Dengan bantuan aplikasi dan komputer, penyusunan laporan keuangan akan lebih mudah, cepat, dan tepat sehingga laporan keuangan dapat tersedia saat dibutuhkan. Berdasarkan uraian di atas dan dalam rangka meningkatkan kualitas laporan barang milik daerah di Kabupaten Gianyar, maka penelitian ini perlu dilakukan untuk menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan barang milik daerah dengan menggunakan variabel bebas sistem pengendalian intern, kemampuan sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi. Berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya yang mengumpulkan data tentang kualitas laporan barang maupun laporan keuangan dengan menggunakan kuisioner, pengumpulan data tentang kualitas laporan barang milik daerah dalam penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi tingkat kesesuaian laporan barang milik daerah dengan kriteria yang dibuat berdasarkan Permendagri No. 17 Tahun Penggunaan metode pengumpulan data tersebut diharapkan dapat mengurangi terjadinya bias dalam menilai kualitas laporan
19 11 barang milik daerah yang dapat terjadi apabila data diperoleh melalui penyebaran kuisioner karena responden dalam penelitian ini adalah pegawai yang membuat laporan barang milik daerah pada masing-masing SKPD. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Apakah Sistem Pengendalian Intern berpengaruh pada Kualitas Laporan Barang Milik Daerah? 2) Apakah Kemampuan Sumber Daya Manusia berpengaruh pada Kualitas Laporan Barang Milik Daerah? 3) Apakah Pemanfaatan Teknologi Informasi berpengaruh pada Kualitas Laporan Barang Milik Daerah? 1.3 Tujuan Penelitian Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh Sistem Pengendalian Intern pada Kualitas Laporan Barang Milik Daerah 2) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh Kemampuan Sumber Daya Manusia pada Kualitas Laporan Barang Milik Daerah. 3) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi pada Kualitas Laporan Barang Milik Daerah.
20 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memperluas wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai pengaruh sistem pengendalian intern, kemampuan sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi pada kualitas laporan barang milik daerah. Hasil penelitian ini juga dapat menunjukkan dukungan pada penerapan stewardship theory dan teori regulasi dalam menjelaskan pengaruh sistem pengendalian intern, kemampuan sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi pada kualitas laporan barang milik daerah. 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan evaluasi bagi Pemerintah Kabupaten Gianyar, dalam meningkatkan kualitas laporan barang milik daerah dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga kualitas laporan barang milik daerah menjadi lebih baik dan tertib. 3) Manfaat Regulasi Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun peraturan dan kebijakan mengenai pengelolaan barang milik daerah, khususnya terkait dengan penyusunan laporan barang milik daerah sehingga kualitas laporan barang milik daerah menjadi lebih baik dan tertib.
BAB I PENDAHULUAN. Dinamika perkembangan sektor publik di Indonesia saat ini adalah semakin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika perkembangan sektor publik di Indonesia saat ini adalah semakin menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga pemerintahan. Akuntabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat (Mardiasmo, 2009). Hal ini ditandai oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akuntabilitas merupakan bentuk kewajiban pertanggungjawaban keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pemerintah untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terjadinya gejolak sosial pada tahun 1999 memunculkan lahirnya kebijakan otonomi daerah di Indonesia. Gejolak sosial tersebut didahului dengan adanya krisis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak diberlakukannya otonomi daerah pemerintah diberikan kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintah. Perubahan pada sistem pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. akuntabel, dalam hal ini adalah tata kelola pemerintahan yang baik (good
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era reformasi saat ini menyebabkan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1404 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja badan pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam pelaksanaan tugas audit atas laporan keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Daerah di Indonesia saat ini masih berupaya meningkatkan reformasi pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan adanya reformasi atau pembaharuan di dalam sistem pertanggungjawaban keuangan daerah, sistem lama yang selama ini digunakan oleh Pemda yaitu Manual
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan Rochmansjah (2010) ditandai dengan adanya penyelenggaraan manajemen
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan good governance atau kepemerintahan yang baik sangat diperlukan dalam pemerintahan. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga agar tujuan yang ditetapkan pemerintah
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: good governance, pengelolaan keuangan, sistem pengendalian intern pemerintah, kinerja pemerintah.
Judul : Pengaruh Good Governance, Pengelolaan Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Bima) Nama : M Rayindha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance and clean government), maka penyelenggara pemerintahan wajib melaksanakan tugas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat. Terselenggaranya tata kelola pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk
BAB I PENDAHULUAN Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian dan kontribusi penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah di Indonesia kini sedang mengalami masa transisi untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Daerah di Indonesia kini sedang mengalami masa transisi untuk dapat mewujudkan reformasi pengelolaan keuangan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah yang ada, wajib bertanggung jawab untuk melaporkan segala kegiatan yang dilselenggarakan. Bentuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kewajiban penyelenggaraan Pemerintahan Daerah telah diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah termasuk dalam hal pengelolaan keuangan
Lebih terperinciANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA
ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA Diana Tambunan Manajemen Administrasi ASM BSI Jakarta JL. Jatiwaringin Raya No.18, Jakarta Timur diana.dtb@bsi.ac.id ABSTRACT: This study aimed
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tuntutan masyarakat semakin meningkat atas pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance diartikan sebagai kepemerintahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam reformasi dibidang keuangan negara, perubahan yang signifikan adalah perubahan di bidang akuntansi pemerintah yang transparan dan akuntabel menjadi
Lebih terperinciBAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan
BAB I INTRODUKSI Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan masalah, pertanyaan riset, tujuan riset, motivasi riset, kontribusi riset, proses riset, dan sistematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 1 Januari 2001 melalui UU No. 22 Tahun 1999. Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah hak, wewenang dan kewajiban
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingginya kepedulian masyarakat terhadap kinerja dari pemerintah, menandakan bahwa masyarakat telah sadar tentang pentingnya pemerintahan yang baik. Terlebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah sendiri sesuai dengan amanat Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen pemerintahan yang efektif sangat dibutuhkan agar urusan pemerintahan yang dilimpahkan kewenangannya kepada daerah dapat terselenggara secara maksimal serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyedian barang kebutuhan publik (Mardiasmo, 2009). kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.
ABSTRACT The financial statements is the most efficient for organizations to communicate with stakeholder groups that are considered to have an interest in controlling the strategic aspects of certain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi sektor publik di Indonesia dalam praktiknya kini diwarnai dengan munculnya fenomena menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi bidang akuntansi pemerintahan ditandai dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Setelah dikeluarkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud pertanggungjawaban kepada masyarakat atas kinerja pemerintah menjadi suatu tuntutan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal tahun 2000 berdampak meningkatnya tuntutan masyarakat akan suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal merupakan komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas publik. Tujuan
Lebih terperinciBABl PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif
BABl., PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif semakin meningkat, baik di sektor privat maupun di sektor publik. Untuk itu penyajian laporan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban pemerintah atas penggunaan keuangan daerah dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah dan penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak diberlakukannya otonomi daerah pemerintah kabupaten/kota maupun provinsi diwajibkan menerbitkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban telah berakhirya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan Pemerintah yang baik (good governance), telah mendorong pemerintah untuk menerapkan akuntabilitas publik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk menyediakan /memproduksi barang-barang publik. Tujuan organisasi sektor publik berbeda dengan organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan keuangannya sesuai dengan tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia menerapkan sistem desentralisasi dalam bentuk otonomi daerah untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan sektor publik di Indonesia sekarang ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat kepada para penyelenggara pemerintahan. Salah satu yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerapkan adanya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah untuk mengamankan aset, memastikan penggunaan aset efektif dan efisien serta meningkatkan kepercayaan laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi, kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan teknologi dan ekonomi di setiap negara pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good governance. Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk mengelola otonomi daerah dan sistem pengelolaan keuangan daerah agar lebih baik. Otonomi daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pola-pola lama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola yang baik (good governance) merupakan isu yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pola-pola lama penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu atau berita apa pun semakin mudah diketahui oleh masyarakat di sudut-sudut terpencil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance) merupakan isu aktual dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Praktik kepemerintahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki hak,wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara mandiriurusan pemerintahannya sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi ini, di setiap negara pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government Governance, termasuk di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan cenderung dinamis. Bermunculan terobosan baru dalam pola pemerintahan yang berlaku di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik terutama di bidang keuangan, maka diperlukanlah suatu reformasi keuangan negara. Reformasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses penyusunan laporan keuangan merupakan proses terpenting dari suatu organisasi untuk mengetahui bagaimana kinerja atau eksistensi suatu organisasi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntabilitas merupakan suatu bentuk kewajiban pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini mulai menaruh perhatian besar terhadap praktik-praktik akuntansi dibanding
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi keuangan telah mengalami perkembangan dengan pesat sesuai dengan kemajuan zaman. Lembaga-lembaga pemerintahan dan masyarakat saat ini mulai menaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi sektor publik di Indonesia dalam praktiknya kini diwarnai dengan munculnya fenomena menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sebagai salah satu pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan, upaya untuk mewujudkan akuntabilitas pengelolaan keuangan kepada publik yaitu dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah wajib bertanggung jawab untuk melaporkan segala kegiatan yang diselenggarakan. Bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance) merupakan isu aktual dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Praktik kepemerintahan yang baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan untuk dewan komisaris, manajemen, dan personel lain dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengendalian internal (internal control) merupakan bagian integral dari sistem informasi akuntansi. Pengendalian internal itu sendiri adalah suatu proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada tahun 1998 mendorong lahirnya reformasi dalam semua bidang. Lahirnya UU no.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik ( good governance government ). Hal tersebut dapat diwujudkan melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diberlakukannya otonomi daerah yang ditandai dengan perubahan sistem pemerintahan yang semula sentralisasi menjadi desentralisasi, memberi kewenangan kepada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah dan desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring diberlakukannya otonomi daerah pada tanggal 1 Januari 2001 melalui UU No. 22 Tahun 1999 yang telah direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Ulum, 2004). (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan menyediakan/memproduksi barang-barang publik. Tujuan organisasi sektor publik berbeda dengan organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah menyusun paket undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan sektor publik khususnya laporan keuangan. pemerintah adalah wujud dan realisasi pengaturan pengelolaan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaporan keuangan sektor publik khususnya laporan keuangan pemerintah adalah wujud dan realisasi pengaturan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk mengetahui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemberlakuan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Lebih terperinciPENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA, TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA, TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN I Gede Agus Yudianta 1 Ni Made Adi Erawati 2 1 Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud),
Lebih terperinciAbstrak. Kata Kunci: Sistem pengendalian intern pemerintah, partisipasi penyusunan anggaran, motivasi kerja, kinerja individu.
Judul : Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Partisipasi Penyusunan Anggaran pada Kinerja Individu dengan Motivasi Kerja sebagai Pemoderasi (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN DEDIKASI... ii. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. PRAKATA... v. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR LAMPIRAN... x. DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI HALAMAN DEDIKASI... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR SINGKATAN... xiii BAB 1 INTRODUKSI...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatannya. Optimalisasi serta peningkatan efektivitas dan efisiensi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semangat otonomi daerah dan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah diharapkan dapat
Lebih terperinciPENGARUH PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP PENGAMANAN ASET DAERAH (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Gorontalo)
PENGARUH PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP PENGAMANAN ASET DAERAH (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Gorontalo) Oleh: IRA WATY ABAS NIM: 921409044 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud pertanggungjawaban kepada masyarakat atas kinerja pemerintah menjadi suatu tuntutan yang umum.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Keuangan Negara Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pengelolaan keuangan daerah mempunyai dampak langsung terhadap keberhasilan otonomi daerah dan sumbangan yang besar dalam upaya mewujudkan akuntabilitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) baik tuntutan demokrasi dan transparansi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Awal dari reformasi sistem penyelenggaraan pemerintahan negara dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Reformasi sistem penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagian Pendahuluan ini akan menguraikan rencana penelitian yang
BAB I PENDAHULUAN Bagian Pendahuluan ini akan menguraikan rencana penelitian yang dijabarkan ke dalam latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Akuntansi yang lemah menyebabkan pengendalian internal lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk pembuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma baru pengelolaan barang milik negara/aset negara telah memunculkan optimisme baru dalam penataan dan pengelolaan aset negara. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciJurnal Administrasi Negara
STIA LAN Jurnal Administrasi Negara,Volume 21 Nomor 1, April 2015 / 1-5 Jurnal Administrasi Negara PENGARUH OPTIMALISASI MANAJEMEN ASET DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 dan Undang- Undang No. 25 tahun 1999 oleh pemerintah, mengenai Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik (good governance), Pemerintah Daerah terus melakukan upaya untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas atas pelaksanaan otonomi daerah dalam hal pengelolaan keuangan daerah, instansi pemerintah diwajibkan melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam perkembangan sektor publik di Indonesia sekarang ini adalah semakin menguatnya tuntunan masyarakat kepada para penyelenggara pemerintahan. Salah satu yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Pemerintah daerah diwajibkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara maka Pemerintah Daerah berkewajiban menyampaikan laporan pertanggungjawaban
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era reformasi sangat memberikan dampak yang positif bagi perubahan paradigma pembangunan nasional. Adapun perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transparansi pada laporan keuangan pemerintah daerah. Munculnya Undangundang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan standar akuntansi dalam penatausahaan dan pelaporan laporan keuangan pemerintah daerah, diharapkan dapat tercapainya akuntabilitas dan transparansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru menjadi era reformasi, pengelolaan keuangan daerah juga. mengalami perubahan. Pengelolaan keuangan daerah yang dulunya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan beralihnya pemerintahan dari pemerintahan orde baru menjadi era reformasi, pengelolaan keuangan daerah juga mengalami perubahan. Pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang mengalami perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah mengarahkan Pemerintah Indonesia menuju gerbang kemandirian dalam mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik atau sering disebut dengan Good
Lebih terperinciDAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI HALAMAN ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... i ii iii v BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 5 1.4 Manfaat Penelitian...
Lebih terperinci