BAB III PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN (Belajar dari Pengalaman) A. Kabupaten Bandung dalam Catatan Sejarah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN (Belajar dari Pengalaman) A. Kabupaten Bandung dalam Catatan Sejarah"

Transkripsi

1 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung BAB III PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN (Belajar dari Pengalaman) A. Kabupaten Bandung dalam Catatan Sejarah Sejarah mencatat bahwa Kabupaten Bandung lahir tanggal 20 April 1641 M, di bawah kepemimpinan Bupati Pertama Tumenggung Wiraangunangun ( M), dengan pusat pemerintahan (Ibukota Kabupaten) di Karapyak (Dayeuh Kolot). Pada masa Pemerintahan Adipati Wiranatakusumah II ( ) Ibukota Kabupaten Bandung di pindahkan dari Karapyak (Dayeuh Kolot) ke pinggir sungai Cikapundung atau Alun-alun Kota Bandung sekarang. Pemindahan Ibukota itu atas dasar perintah dari Gubernur Jendral Hindia Belanda Daendels tanggal 25 Mei 1810, dengan alasan karena daerah baru tersebut dinilai akan memberikan prospek yang lebih baik terhadap perkembangan wilayah tersebut. Kabupaten Bandung mulai berkembang pesat setelah kepala pemerintahan di pegang oleh Bupati Wiranatakusumah IV ( ). Beliau dikenal sebagai Dalem Bintang, karena telah mendapat penghargaan dari Pemerintah Hindia Belanda atas jasajasanya dalam membangun Kabupaten Bandung di segala bidang, di antaranya: Bupati yang progresif dan dianggap sebagai peletak dasar Master Plan Kabupaten Bandung, yang disebut Negorij Bandoeng; Mendirikan Pendopo Kabupaten Bandung dan Mesjid Agung (1850); Memprakarsai pembangunan Sekolah Raja (Pendidikan Guru) dan mendirikan sekolah untuk para menak (Opleiding School Voor Indische Ambtenaaren). Pada masa pemerintahan RAA Martanegara ( ), kota Bandung sebagai Ibukota Kabupaten Bandung berubah statusnya menjadi Gementee (Kotamadya). Kemudian pada masa transisi kehidupan politik Orde Lama ke Orde Baru adalah Kolonel Masturi. Pada masa Pimpinan Kolonel R.H. Lily Sumantri tercatat peristiwa penting yaitu rencana pemindahan Ibukota Kabupaten Bandung ke Wilayah Hukum Kabupaten Bandung yang semula berada di Kotamadya Bandung ke Wilayah Hukum Kabupaten Bandung yaitu daerah Baleendah. Peletakan Batu Pertamanya Bab III : Belajar dari Pengalaman 22

2 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung pada tanggal 20 April 1974 yaitu pada saat Hari Jadi Kabupaten Bandung yang ke 333. Rencana kepindahan Ibukota tersebut berlanjut hingga jabatan Bupati dipegang oleh Kolonel R. Sani Lupias Abdurachman ( ). Atas pertimbangan secara fisik geografis daerah Baleendah tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagai Ibukota Kabupaten, maka ketika Jabatan bupati dipegang oleh Kolonel H.D. Cherman Affendi ( ), Ibukota Kabupaten Bandung pindah ke lokasi baru yaitu Kecamatan Soreang. Dipinggir Jalan Raya Soreang tepatnya di Desa Pamekaran inilah di Bangun Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung seluas 24 Ha, dengan menampilkan arsitektur khas gaya Priangan sehingga kompleks perkantoran ini disebut-sebut sebagai kompleks perkantoran termegah di Provinsi Jawa Barat. Pembangunan perkantoran yang belum rampung seluruhnya dan dilanjutkan oleh bupati berikutnya yaitu Kolonel H.U. Djatipermana, sehingga pembangunan tersebut dirampungkan dalam kurun waktu Pada 2007, di bawah kepemimpinan Bupati H. Obar Sobarna, menata kembali pembangunan sumber daya manusia di Kabupaten Bandung, seperti yang pernah dirintis pada jaman Bupati Wiranatakusumah IV, dengan merancang kembali pembangunan bidang pendidikan melalui Master Plan Pendidikan 2008-, sebagai penguat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bandung Gambaran wilayah Kabupaten Bandung sebelum dimekarkan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung secara geografis terletak pada: 6 o 41 7 o 19 Lintang Selatan dan diantara 107 o o 5 Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten Bandung ± Ha, terbagi ke dalam 45 wilayah administrasi kecamatan, 431 desa dan 9 kelurahan. Topografi sebagian besar adalah pegunungan. Di antara puncak-puncaknya adalah: Sebelah utara terdapat Gunung Bukittunggul (2.200 m), Gunung Tangkubanperahu (2.076m) di perbatasan dengan Kabupaten Purwakarta. Sedangkan di selatan terdapat Gunung Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321 m), serta Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung Guntur (2.249 m), keduanya di perbatasan dengan Kabupaten Garut. Pencapaian Indikator Makro Kabupaten Bandung sebelum pemekaran (Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Angka Rata-rata Sekolah, Daya Beli, dan Indeks Pembangunan Manusia), sejak 2003 sampai dengan 2006 senantiasa menunjukkan peningkatan. Bab III : Belajar dari Pengalaman 23

3 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Tabel 3.1 Pencapaian Indikator Makro Kabupaten Bandung Sebelum Pemekaran No Komponen Angka Harapan Hidup (AHH) 65,4 thn 65,85 thn 66, 23 thn 66,96 thn 2 Angka Melek Huruf (AMH) 97,53 % 98,23 % 98,65 % 98,70 % 3 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 7,65 thn 8,03 thn 8,26 thn 8,39 thn 4 Daya Beli Rp Rp Rp Rp IPM 67,50 68,52 69, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) 2006 sebesar 5,65 persen, lebih besar dibanding 2005 sebesar 5,01 persen. Grafik 3.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bandung Sebelum Pemekaran Dilihat dari penghasilan yang diterima oleh penduduk yang bekerja, maka orang (44,35%) memperoleh gaji kurang dari ; orang (23,33%) menerima gaji antara ; orang (23,88%) menerima gaji ; orang (6,46%) menerima gaji ; orang (1,97%) menerima gaji di atas Tabel 3.2 Prosentase Penduduk Kabupaten Bandung Usia 10 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama 2006 No Jenis Lapangan Usaha % 1 Pertanian ,86 2 Industri ,42 3 Perdagangan ,06 4 Jasa ,76 5 Lainnya , Sumber : Suseda 2006 Bab III : Belajar dari Pengalaman 24

4 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Tabel 3.3 Prosentase Penduduk Kabupaten Bandung 10 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan 2006 No Jenis pekerjaan % 1 Tenaga Professional 54, Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan 13, Pelaksana dan Tenaga TU 76, Tenaga Usaha Penjualan 292, Tenaga Usaha Jasa 79, Tenaga Usaha Pertanian 390, Tenaga Produksi 664, Anggota TNI dan Keamanan lainnya 6, ,577, Sumber : Suseda 2006 Tahu n Tabel 3.4 Pendapatan Asli (PAD) Kabupaten Bandung Pajak Retribusi Bagian Laba Usaha Lain-lain PAD PAD Pertum -buhan (%) Sumber: Diolah dari Data Seri Suseda Kabupaten Bandung, Basis Data Pembangunan Kabupaten Bandung Pasca pemekaran wilayah berdasarkan UU Nomor: tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat, secara administrasi Kabupaten Bandung luas wilayah Kabupaten Bandung menyusut menjadi ± Ha, dengan laju pertambahan penduduk (LPP) sebesar 3,2%, jumlah Kecamatan menjadi 30 Kecamatan, dan jumlah Desa/Kelurahan menjadi 266 Desa serta 9 Kelurahan. Bab III : Belajar dari Pengalaman 25

5 Badan Master Plan Pendidikan Pendidikan Kabupaten Bandung Gambar 3.1 Peta Wilayah Administratif Kabupaten Bandung Pasca Pemekaran Adapun batas-batas administrasi Kabupaten Bandung: (1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Subang, (2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, (3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Cianjur bagian Selatan, (4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Sumedang. (5) Bagian tengah terletak Kota Bandung dan Kota Cimahi. Sarana transportasi terdiri dari Jalan Nasional sepanjang Km, Jalan Provinsi sepanjang Km dan Jalan Kabupaten sepanjang Km. Tingkat infrastruktur jalan, 60% kondisi baik dan 40% kondisi rusak, dan sering terjadi kemacetan pada titik-titik tertentu. Kebutuhan perumahan yang belum terpenuhi (backlog) sebanyak ± unit rumah; timbunan sampah per hari ± m3. Dengan kapasitas pengangkutan 11,78%; Desa yang sudah teraliri listrik sekitar 70,9%; Kapasitas Terpasang m3 dengan debit rata-rata 98 l/dt yang seluruhnya telah dimanfaatkan; Prosentase masyarakat yang sudah menikmati air bersih baru mencapai 55,56%. B. Kondisi Pendidikan: Sebuah Kenyataan Sejarah Kabupaten Bandung mencatat bahwa perkembangan peradaban masyarakat Kabupaten Bandung mulai berkembang pesat sejak pemerintahan Bupati Wiranatakusumah IV ( ), yaitu sejak dibukanya Sekolah Guru, sebagai lembaga Bab III : Belajar dari Pengalaman 26

6 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung penyiapan tenaga pendidik masyarakat agar dapat hidup di masa depan yang lebih bermakna. Sesuai kewenangan Pemerintah Kabupaten Bandung dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam penyelenggaraan pendidikan sejak 2003 sampai awal 2006, berikut ini. 1. Pendidikan Pra Sekolah a. Taman Kanak-Kanak (TK) Gambaran umum proporsi kelembagaan Taman Kanakkanak (TK) di Kabupaten Bandung tertera pada table dan grafik berikut. Tabel 3.5 Proporsi Kelembagaan pada TK Kabupaten Bandung TK Negeri % Swasta % , , , , , , , ,99 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Proporsi Kelembagaan TK Negeri Sw asta Grafik 3.2 Proporsi Kelembagaan TK di Kabupaten Bandung Berdasarkan gambaran pada tabel dan grafik di atas, menunjukkan bahwa perkembangan kelembagaan TK negeri dari 2003 sampai 2006 tidak mengalami peningkatan, yaitu hanya satu TK. TK yang berstatus swasta setiap tahun mengalami perubahan yang meningkat dan signifikan. Tingkat perkembangan jumlah lembaga TK yang berstatus swasta setiap tahunnya rata-rata mencapai 8,97%. Pada 2003 jumlah anak usia 0-6 tahun di Kabupaten Bandung sebanyak orang, dari jumlah tersebut yang Bab III : Belajar dari Pengalaman 27

7 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung mengikuti pendidikan di TK sebanyak (2,57%) orang, dengan daya dukung ruang kelas sebanyak 755 kelas. Sedangkan pada 2006 dari jumlah anak usia 0-6 tahun sebanyak orang yang mengikuti pendidikan di TK sebanyak (2,81%) dengan daya dukung 896 ruang kelas. Tabel 3.6 Kelas dan Siswa TK di Kabupaten Bandung TK anak Kelas Siswa % Usia 0-6 tahun , , , , Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Kelas dan Siswa TK Kelas Siswa Grafik 3.3 Kelas dan Siswa TK di Kabupaten Bandung Melihat jumlah anak usia 0-6 tahun yang demikian besar maka dapat dikemukakan bahwa angka partisipsi di tingkat TK masih relatif kecil. Rendahnya tingkat partisipasi perlu mendapat perhatian, dengan komitmen pemerintah harus mendorong masyarakat dan menyediakan pelayanan pendidikan di tingkat TK secara lebih masif. Pada 2003 jumlah guru TK (Negeri+Swasta) sebanyak 1138 sekolah, dari jumlah tersebut sebanyak 9 (0,79%) TK Negeri dan 1129 (99,21%) TK Swasta. Pada 2006 jumlah TK sebanyak 1217 sekolah, dari jumlah tersebut sebanyak 8 (0,66%) TK Negeri dan 1209 (99,34%) TK Swasta. Tabel 3.7 Guru TK Negeri dan Swasta di Kabupaten Bandung Bab III : Belajar dari Pengalaman 28

8 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung TK Negeri % Swasta % , , , , , , , , Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Melihat data tersebut bahwa penyelengaraan TK hampir seluruhnya oleh masyarakat/swasta dan hanya sebagian kecil saja diselenggarakan pemerintah. Melihat fenomena ini pemerintah harus mengambil peranan dalam pembinaan kelembagaan dan edukasi agar penyelenggaraan TK memenuhi koridor aspek legal dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Tabel 3.8 Status Kepegawaian Guru TK di Kabupaten Bandung TK PNS DIKNAS PNS NON DIKNAS NON PNS Jumah % % % , , , , , , ,30 0 0, , , , , Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Data menunjukan bahwa secara umum status Guru TK di Kabupaten Bandung mayoritas adalah Guru non-pns. Data 2006 menunjukan Guru TK yang berstatus PNS Diknas berjumlah 76 (5,89%) orang dan PNS non-diknas 74 (5,73%) orang sementara jumlah Guru TK non-pns sebanyak 1141 (88,38%) orang. Tabel 3.9 Jenjang Pendidikan Guru TK di Kabupaten Bandung TK 2003 % 2004 % 2005 % 2006 % SLTA SPG D D D S S JUMLAH Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Data pada 2006 menunjukan jumlah Guru TK sebanyak 1227 orang. Dari jumlah tersebut 258 (21,03%) berpendidikan SLTA, 258 (21,03%) berpendidikan SPG, 249 (20,29%) berpendidikan D1, 300 (24,45%) berpendidikan D2, 54 (4,40%) berpendidikan D3, 104 Bab III : Belajar dari Pengalaman 29

9 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung (8,48%) berpendidikan S1, 4 (0,03%) berpendidikan S2. Dari data tersebut terlihat bahwa baru 104 (8,4%) saja yang berpendidikan S1. Fenomena umum menunjukan trend peningkatan kualifikasi pendidikan di atas 60% berpendidikan Diploma ke atas. Jenjang Pendidikan Guru TK SLTA SPG D1 D2 D3 S1 S Jenjang Pendidikan Grafik 3.4 Jenjang Pendidikan Guru TK di Kabupaten Bandung Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa setiap tahun jumlah Guru TK yang berpendidikan SLTA mengalami penurunan, sedangkan jumlah guru yang berpendidikan D1, D2, D3 dan S1 setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tabel 3.10 Latar Belakang Pendidikan Guru TK di Kabupaten Bandung Pendidikan Guru TK Keguruan % Non-Keguruan % Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Bab III : Belajar dari Pengalaman 30

10 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Latar Belakang Pendidikan Guru TK Keguruan Non-Keguruan Grafik 3.5 Latar Belakang Pendidikan Guru TK di Kabupaten Bandung Tabel dan grafik di atas menunjukan gambaran bahwa dari 4670 guru TK, sebanyak 3052 (65,35%) berpendidikan keguruan, sedangkan sisanya, 1618 (34,65%) masih berlatarbelakang pendidikan non-keguruan. b. Roudhotul Athfal (RA) Gambaran umum penyelenggaraan Roudhatul Athfal (RA) di Kabupaten Bandung, sejak 2003 sampai 2006 berikut ini. Tabel 3.11 Proporsi Kelembagaan RA di Kabupaten Bandung RA Negeri % Swasta % Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Proporsi Kelembagaan RA Negeri Sw asta Grafik 3.6 Kelembagaan RA di Kabupaten Bandung Bab III : Belajar dari Pengalaman 31

11 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Data menunjukan bahwa penyelenggaraan RA seluruhnya oleh masyarakat (swasta). kelembagaan RA setiap tahunnya mengalami peningkatan. Data 2006 menunjukan jumlah RA sebanyak 327 lembaga. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan lembaga pendidikan RA cukup pesat seiring dengan tinginya animo masyarakat dan kesadaran orang tua untuk memberikan pendidikan sejak dini bagi putra-putrinya. Tabel 3.12 Kelas dan Siswa RA di Kabupaten Bandung RA Kelas Siswa % anak Usia 0-6 tahun , , , , Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Kelas dan Siswa RA Jum lah Kelas Sisw a Grafik 3.7 Kelas dan Siswa RA di Kabupaten Bandung Pada 2003 jumlah anak usia 0-6 tahun di Kabupaten Bandung sebanyak 506,908 orang, dari jumlah tersebut yang mengikuti pendidikan di RA sebanyak 3939 (0,78%) orang, dengan daya dukung ruang kelas sebanyak 357 kelas. Sedangkan pada 2006 jumlah anak usia 0-6 tahun sebanyak orang, dari jumlah tersebut (2,15%) orang mengikuti pendidikan di RA Bab III : Belajar dari Pengalaman 32

12 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung dengan daya dukung 676 ruang kelas. Walaupun pertumbuhan RA cenderung mengalami peningkatan, tetapi jika dibandingkan jumlah anak usia 0-6 tahun yang cukup besar jumlahnya maka hal ini merefleksikan masih sangat kecilnya tingkat partisipasi masyarakat, maupun pelayanan pendidikan anak usia dini yang masuk RA. Tabel 3.13 Guru RA di Kabupaten Bandung RA Negeri % Swasta % Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Secara umum perkembangan jumlah guru RA di Kabupaten Bandung mengalami peningkatan yang signifikan. Dari peningkatannya hampir mencapai dua kali lipat. Tabel 3.14 Status Kepegawaian Guru RA di Kabupaten Bandung RA PNS PNS NON % % NON PNS % DIKNAS DIKNAS , , , , , , , , Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Berdasarkan data jumlah status guru pada RA, disimpulkan bahwa: (1) Mayoritas dari Guru RA adalah non PNS yang mencapai rata-rata 98%. Hal ini mengambarkan bawah masih minimnya Guru RA yang berstatus PNS; (2) Perkembangan Guru RA yang berstatus non PNS setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan sekali, hal ini terlihat dari perkembangan 2003 sampai 2006; (3) Untuk Guru RA yang berstatus PNS Diknas mengalami peningkatan dari , hanya saja pada 2006 mengalami penurunan. Tabel 3.15 Jenjang Pendidikan Guru RA Kabupaten Bandung RA 2003 % 2004 % 2005 % 2006 % SLTA , , , Bab III : Belajar dari Pengalaman 33

13 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung SPG , , , D1 47 9, , , D2 39 8, , , D3 3 0, , , S1 9 1,90 3 0, , S2 25 5,27 0 0,00 0 0, Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Jenjang Pendidikan Guru RA SLTA SPG D1 D2 D3 S1 S Jenjang Grafik 3.8 Jenjang Pendidikan Guru RA di Kabupaten Bandung Perkembangan guru berdasarkan latar belakang jenjang pendidikannya dapat disimpulkan bahwa: (1) Secara umum jumlah guru berpendidikan SLTA pada RA masih banyak, bahkan setiap tahunnya mengalami peningkatan; (2) Guru RA yang memiliki latar belakang pendidikan SPG setiap tahunnya terus menurun; (3) Guru yang berlatar belakang pendidikan D1 dan D2 setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan. Tabel 3.16 Latar Belakang Pendidikan Guru RA di Kabupaten Bandung RA Guru % Non Guru % , , , , , , Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Bab III : Belajar dari Pengalaman 34

14 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Gambaran umum jumlah guru berdasarkan latar pendidikan keguruan dan non keguruan pada RA secara umum masih berlatar belakang pendidikan keguruan pada 2003, sedangkan mayoritas gurunya bukan berasal dari pendidikan keguruan. c. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Gambaran umum penyelenggaraan PAUD di Kabupaten Bandung, sejak 2003 sampai 2006 digambarkan beikut ini. Tabel 3.17 Penduduk 0-6 yang Terlayani PAUD di Kabupaten Bandung 2007 Usia penduduk Penduduk yg Terlayani Jumla L % P % L % P % h % Sumber: Subdin PLSPO Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung 2007 Penduduk 0-6 yang Terlayani PAUD Feb 4-6 L P Penduduk 0-6 Grafik 3.9 Penduduk 0-6 yang Terlayani PAUD di Kabupaten Bandung 2007 Secara umum jumlah penduduk usia 0-6 tahun pada 2007 seimbang antara laki-laki dan perempuan. Penduduk usia 4-6 tahun adalah penduduk yang paling banyak terlayani oleh pendidikan non formal, hal ini terlihat dari bagaimana laki-laki mencapai 15% begitu juga perempuan yang terlayani dalam usia 406 tahun adalah 15% juga, sehingga jumlah total penduduk usia 4-06 tahun yang terlayani adalah 15%. Untuk penduduk usia 0-2 ataupun 2-4 tahun yang terlayani oleh pendidikan non formal ratarata 3-6% saja. Berdasarkan data tersebut sekitar 24% saja penduduk 0-6 tahun yang terlayani oleh pendidikan non formal. Bab III : Belajar dari Pengalaman 35

15 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Tabel 3.18 Penduduk 0-6 yang Tidak Terlayani PAUD di Kabupaten Bandung 2007 penduduk Penduduk yg Tidak terlayani Usia L % P % Jml L % P % Jml % Sumber: Subdin PLSPO Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung 2007 Penduduk Usia 0-6 yang Tidak Terlayani PAUD L P Penduduk 0-6 Grafik 3.10 Penduduk 0-6 yang Tidak Terlayani PAUD 2007 Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada 2007 di kabupaten Bandung penduduk yang tidak terlayani sebagai berikut: Penduduk usia 0-2 tahun paling banyak tidak terlayani oleh pendidikan non formal hampir 89%, begitu juga dengan penduduk yang berusia 2-4, atau 4-6 tahun rata-rata 80% ke atas penduduk yang tidak terlayani. Tabel 3.19 Lembaga dan Tenaga Pendidik PAUD di kabupaten Bandung 2007 Jenis Kelamin Kober % TPA % PAUD posyandu % SPS % Lembaga L P L + P Sumber: Subdin PLSPO Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung 2007 Bab III : Belajar dari Pengalaman 36

16 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Lembaga dan Tenaga Pendidik PAUD Kober TPA PAUD posyandu Lembaga L P Lembaga non Formal SPS Grafik 3.11 Lembaga dan Tenaga Pendidik PAUD di Kabupaten Bandung 2007 Gambaran umum PAUD non formal dapat terlihat sebagai berikut: (1) lembaga pendidikan nonformal mayoritas adalah keompok bermain, hal ini terlihat dari jumlah lembaga kelompok bermain hampir 71,43% dari jumlah keseluruhan lembaga pendidikan PAUD non formal. tenaga pendidik pada lembaga pendidikan PAUD non formal berdasarkan tabel di atas lebih didominasi oleh tenaga pendidik yang berasal dari kelompok bermain. (2) Lembaga pendidikan PAUD nonformal yang paling sedikit di Kabupaten Bandung adalah lembaga TPA (Tempat Penitipan Anak) yaitu hanya 5 lembaga atau 1,17% saja. Sebagaimana gambaran yang dipaparkan di atas menunjukkan sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Sampai di penghujung 2007, jumlah anak usia 0-6 tahun di Kabupaten Bandung yang paling banyak (tinggi) terdapat di Kecamatan Baleendah yaitu orang; Wilayah kecamatan yang angka partsispasi pendidikan pra sekolah yang cukup tinggi adalah Cileunyi, Margahayu, Rancaekek, Baleendah, Katapang. Wilayah yang jumlah TK-nya cukup banyak adalah Cileunyi, Margahayu, Rancaekek, Baleendah, Cimenyan, Margaasih. kelembagaan pendidikan pra sekolah yang cukup banyak terdapat di Kecamatan Cileunyi, Margahayu, Margaasih, Katapang, Rancaekek, Baleendah, Cimenyan. Sebaran guru banyak terdapat di Kecamatan Cileunyi, Margahayu, Katapang, Rancaekek, Baleendah. Di kecamatan tersebut APK/APM juga relatif lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya (Lihat Tabel dan Grafik Kondisi Umum Pendidikan di Kabupaten Bandung Bab III : Belajar dari Pengalaman 37

17 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung pada lampiran). Di Kecamatan Baleendah dengan jumlah penduduk usia 0-6 tahun paling banyak ( orang), tetapi tingkat partispasinya tergolong sangat rendah (616 orang). Di samping gambaran kauntitatif tersebut, dari hasil survey menunjukkan gambaran kualitatif bahwa kondisi TK/RA pada 2007 hampir 98,61 persen lembaga pendidikan pra sekolah dikelola oleh masyarakat (swasta), dan sisanya sebesar 1,40 persen dikelola oleh pemerintah. lembaga pendidikan pra sekolah yang ada paga pendidika pra sekolah adalah tercatat 430 yang tersebar di 275 desa. Jika dirata-ratakan maka tiap desa ada 1 sampai 2 lembaga. Sebaran lembaga pendidikan pra sekolah yang paling sedikit penyebarannya ada di Kecamatan Ibun, Cikancung dan Cilengkrang. Dari jumlah tersebut, masih ada lembaga yang belum memiliki ijin operasional tapi sudah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Alasannya karena sangat rumitnya mengurus perijinan. Sehingga masalah ini cenderung diabaikan. Namun dari dinas terkait, bagi lembaga yang belum memiliki ijin operasional terus didorong agar mengurus perijinannya, sehingga keberadaannya tersebut legal secara formal. Kondisi tenaga pengajar atau guru yang mengajar di lembaga pendidikan pra sekolah sebagian besar berstatus sebagai guru honorer atau guru yayasan. Hanya sebagian kecil saja guru pendidikan pra sekolah yang berstatus sebagai PNS. Sedangkan latar belakang pendidikan sudah cukup banyak guru berpendidikan sampai dengan D2 PGTK. Namun banyak juga yang berijazah SMA/Aliyah. Untuk mengatasi pendidikan guru pendidikan pra sekolah, mereka diharapkan mengikuti program penyetaraan atau mengikuti pembinaan yang dilakukan di gugusgugus secara rutin. Untuk tenaga administrasi dan kepala sekolah di lembaga pendidikan pra sekolah kebanyakan dijabat rangkap oleh guru. Ketersediaan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan pendidikan pra sekolah pun belum memadai. Bahkan di beberapa kecamatan bangunan yang ada berupa rumah yang dijadikan tempat belajar (seperti di Cilengkrang dan Kertasari). Sehingga tempat dan alat bermain anak sangat kurang. Ditambah dengan alat peraga yang sifatnya edukatif rata-rata masih kurang memenuhi kebutuhan dalam proses pembelajaran. Pembiayaan bagi operasional pendidikan pra sekolah lebih banyak mengandalkan sumbangan dari orang tua siswa. Terutama lembaga-lembaga yang dikelola oleh Yayasan/Swasta. Sehingga Bab III : Belajar dari Pengalaman 38

18 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung pemenuhan sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran terasa lambat. Karena itu, mereka berharap Pemerintah melalui Dinas terkait mau peduli dengan memberikan bantuan untuk perbaikan dan pengadaan sarana/prasarana termasul Alat Peraga Edukatif (APE), khususnya bagi lembaga pendidikan pra sekolah yang dikelola yayasan/swasta, seperti BOS yang ada di SD atau SMP. Sehingga masyarakat pun akan semakin termotivasi untuk mengikutsertakan anaknya pada pendidikan anak usia dini. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa jika menilik jumlah penduduk usia 0-6 tahun yang cukup tinggi di setiap kecamatan tetapi angka partisipasi sekolahnya masih rendah. Hal ini amat terkait dengan pemahaman masyarakat dan pemerintah tentang jenis kelembagaan pendidikan pra sekolah yang dibangun di setiap kecamatan yang masih belum proporsional dengan jumlah penduduk usia 0-6 tahun. 2. Pendidikan Dasar a. Sekolah Dasar (SD) Gambaran umum tentang kelembagaan SD di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada tabel dan grafik sebagai berikut. Tabel 3.20 Kelembagaan SD di Kabupaten Bandung SD Negeri % Swasta % jumlah , , , , , , , , Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Bab III : Belajar dari Pengalaman 39

19 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Perkembangan Kelembagaan SD Negeri Sw asta Grafik 3.12 Perkembangan Kelembagaan SD di Kabupaten Bandung Berdasarkan data tersebut proporsi penyelenggaraan kelembagaan SD sebagian besar berstatus negeri (lebih dari 98%), sementara sebagian kecil (>1%) diselenggarakan oleh masyarakat/swasta. Tabel 3.21 Jenis Kelamin Siswa SD di Kabupaten Bandung SD L % P % Sumber: Diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Jenis Kelamin Siswa SD L P Grafik 3.13 Bab III : Belajar dari Pengalaman 40

20 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Jenis Kelamin Siswa SD di Kabupaten Bandung Dilihat dari aspek gender, perbedaan jumlah siswa laki-laki dan perempuan yang bersekolah di SD tidak terlalu jomplang. Pada 2006 jumlah siswa laki-laki relatif lebih besar dari perempuan, yaitu (51,10%) dari siswa SD, sementara siswa perempuan sebanyak (48,90%). Tabel 3.22 Kelas dan Siswa SD di Kabupaten Bandung SD rata-rata siswa Siswa Kelas setiap kelas Sumber: Diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Kelas dan Siswa SD Sisw a Kelas Grafik 3.14 Kelas dan Siswa SD di Kabupaten Bandung Melihat rata-rata jumlah siswa perkelas maka relatif termasuk katagori baik jika kita mengasumsikan jumlah siswa ideal perkelas 40 orang. Tetapi hal tersebut belum menunjukan fakta aktual kondisi kelas dan daya tampung yang senyatanya mengingat bahwa jumlah ruang kelas yang rusak dan tidak dapat dipergunakan jumlahnya amat besar. Tabel 3.23 Rasio (Siswa:Sekolah), (Siswa:Kelas), (Siswa:Guru), (Siswa:RKM), (Kelas:Guru) SD di Kabupaten Bandung SD Siswa: sekolah Siswa: Kelas Siswa: Guru Kelas: RKM Kelas: Guru :1 32:1 30:1 1:1,23 1:0, :1 32:1 34:1 1:1,24 1:1,07 Bab III : Belajar dari Pengalaman 41

21 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung :1 34:1 29:1 1:1,29 1: 1, :1 33:1 28:1 1:1,28 1:0,86 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Dengan menjadikan standar satu kelas/rombongan belajar maksimal 40 siswa per kelas di SD maka rasio siswa/kelas di Kabupaten Bandung termasuk kategori baik bahkan di bawah standar maksimal yakni rata-rata 32 siswa perkelas. Demikian pula rasio siswa/guru menunjukan angka yang cukup ideal bila asumsi rombel 40 orang setiap kelas. Tabel 3.24 Status Guru SD di Kabupaten Bandung SD GT % GTT % Sumber: Diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Data terakhir 2006 menunjukan jumlah guru SD di Kabupaten Bandung sebanyak orang. Dari jumlah tersebut sebanyak (68,40%) orang berstatus guru tetap (GT) dan (31,60%) masih berstatus guru tidak tetap (GTT). Tabel 3.25 Penugasan Guru SD di Kabupaten Bandung SD Negeri % Swasta % Sumber: Diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Data terakhir 2006 menunjukan jumlah guru SD di Kabupaten Bandung sebanyak orang. Dari jumlah tersebut, guru yang bertugas di SD negeri sebanyak (96,36%) dan di SD swasta sebanyak 670 (3,64%). Berdasarkan gambaran sebagaimana dipaparkan di muka, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebaran yang paling banyak terdapat di kecamatan Margahayu, Margaasih, Pangalengan, Rancaekek, Ciparay, Balendah, Majalaya, Soreang. Sebaran jumlah SD yang paling banyak terdapat di Dayeuhkolot, Pangalengan, Cicalengka, Rancaekek, Bab III : Belajar dari Pengalaman 42

22 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Ciparay, Pacet, Kertasari, Baleendah, Majalaya, Paseh, Ibun, Soreang. SD yang paling sedikit di Cilengkrang dan Cangkuang. siswa SD usia 7-12 yang paling banyak terdapat di wilayah Pangalengan, Rancaekek, Ciparay, Baleendah, Majalaya, dan Soreang. Jumah siswa yang paling sedikit adalah di Cilengkrang, Nagreg, Rancabali, dan Cangkuang. SD yang berada di wilayah Kabupaten Bandung saat ini lebih banyak yang dikelola pemerintah atau biasa disebut SD Negeri dari pada SD yang dikelola pihak Yayasan/Swasta. SD Negeri mencapai 97,08% sedangkan SD Swasta hanya mencapai 2,92% saja. Jika dirata-ratakan maka tiap desa ada 4 sampai 5 SD. Penyebaran SD Swasta hanya ada dibeberapa kecamatan saja. Jika diprosentasekan sebesar 40% dari 30 kecamatan yang ada. Penyebaran SD swasta yang paling banyak berada di kecamatan Majalaya, dan Margahayu, selanjutnya kecamatan yang ada SD swastanya adalah Soreang, Banjaran, Katapang, Ciparay, Cileunyi, Bojongsoang, Cimenyan, Baleendah, Arjasari dan Ibun. Sedangkan wilayah yang paling Banyak SDnya adalah kecamatan Soreang, Baleendah, dan Majalaya. kelas yang paling banyak terdapat di Pangalengan, Margahayu, Soreang, dan yang paling sedikit terdapat di Cilengkrang, Nagreg, dan Cangkuang. Kondisi ruang kelas yang rusaknya paling banyak terdapat di Cilengkrang, Dayeukolot, Banjaran, Pangalengan, Cimaung, Nagreg, Cikancung, Ciparay, Kertasari, Baleendah, Paseh, Soreang, Pasirjambu, Ciwidey, Rancabali, dan Cangkuang. Sebaran jumlah guru SD yang paling banyak terdapat di Cileunyi, Dayeuhkolot, Pangalengan, Rancaekek, Ciparay, Baleendah, Majalaya, Soreang, dan yang paling sedikit terdapat di Kecamaan Cilengkrang, Pameungpeuk, Nagreg, Kertasari, Ciwidey, Rancabali, dan Cangkuang. Nilai ratarata UN-SD yang masuk jajaran tertinggi ( 7,00) adalah Kecamatan Ciparay, Paseh, Pasirjambu, Cilenyi, Dayeuhkolot, Pameungpeuk, Arjasari, Rancaekek, Majalaya, Ibun. Wilayah yang kategori paling rendah ( 6,00) adalah kecamatan Katapang dan Cangkuang. Kondisi bangunan SD berdasarkan hasil survey (termasuk ruang kelas) sekitar 50,92% masih dalam keadaan baik dan layak pakai. Tetapi ada juga gedung yang mengalami rusak ringan namun masih layak pakai yaitu sebesar 31,89%. Namun ada juga gedung SD yang mengalami rusak tapi sedang mengalami rehab yaitu 2,70%. Sedangkan gedung SD yang mengalami rusak berat cukup banyak yaitu sebesar 14,49%. Gedung atau ruang kelas Bab III : Belajar dari Pengalaman 43

23 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung yang mengalami rusak berat hampir di setiap kecamatan pasti ada. Kecamatan yang gedung atau ruang kelasnya paling banyak mengalami kerusakan adalah Cangkuang, Pasirjambu dan Pangalengan. Berdasarkan hasil survey ada juga kecamatan yang SD nya tidak mengalami rusak berat yaitu, Margahayu, Dayeuhkolot, dan Rancabali. Ketersediaan sarana dan prasarana yang belum memadai merupakan kendala yang menimpa hampir setiap SD. Ketersediaan WC, ruang perpustakaan, tempat olah raga dan ruang serbaguna menjadi sulit terwujud bagi sekolah-sekolah yang hanya mengandalkan bantuan pemerintah saja tanpa mampu menggali dari masyarakat. Ditambah lagi dengan alat peraga yang sifatnya edukatif rata-rata masih kurang memenuhi tahapan ideal. Sehingga untuk mengembangkan proses pembelajaran yang efektif akan mengalami kesulitan. Kondisi tenaga pengajar atau guru yang mengajar di SD sebagian besar berstatus sebagai guru PNSD, yaitu sebesar 67,37%. Sedangkan sisanya sebesar 32,63 berstatus sebagai guru non PNS (guru honor, guru swasta, guru kontrak). Sehubungan adanya peningkatan kualifikasi pendidikan bagi guru SD minimal D2 PGSD, maka latar belakang pendidikan sudah cukup banyak guru berpendidikan sampai dengan D2 PGSD (kurang lebih 50,69%). Bahkan bagi guru yang masih berpendidikan SLTA (kurang lebih 20,61%), secara bertahap diikutkan dalam program penyetaraan sampai dengan D2. Bahkan diusahakan sampai jenjang S1. Sementara yang masih D1 berkisar 1,28%. Dan yang berijazah D3 berjumlah 2,23%. Guru yang sudah mencapai tingkat pendidikan S1 berkisar 21,12%. Yang patutu dibanggakan adalah guru SD ada yang sudah berpendidikan sampai dengan S2 kurang lebih 0,07%. Dengan demikian tidak ada guru SD yang tidak layak mengajar. Guru yang ada hanya semi layak sekitar 20,15% dan yang sudah layak sekitar 79,85%. Mengenai tenaga administrasi di SD masih dirangkap oleh guru dan Kepala Sekolah. Di beberapa SD masih kekurangan guru (yang berstatus PNS), terutama guru agama, guru kesenian, guru keterampilan dan guru olah raga, seperti di Kecamatan Cikancung, Cilengkrang, Kertasari, Majalaya, Cicalengka dan Pacet. b. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Berkenaan dengan gambaran kelembagaan pendidikan keagamaan pada jenjang pendidikan dasar dapat dijelaskan berikut ini. Tabel 3.26 Bab III : Belajar dari Pengalaman 44

24 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Proporsi Kelembagaan MI Kabupaten Bandung MI Negeri % Swasta % Sumber data: diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Proporsi Kelembagaan M I Negeri Sw asta Grafik 3.15 Proporsi Kelembagaan MI Kabupaten Bandung Data menunjukan bahwa pada 2006 penyelenggaraan MI hampir seluruhnya diselenggarakan oleh swasta (98,84%) dan hanya 3 sekolah (1,16%) yang berstatus negeri. Setiap tahunnya MI berstatus swasta mengalami penurunan dari 2003 sampai dengan Tabel 3.27 Penduduk Usia 7-12 dan Siswa MI (Negeri dan Swasta) di Kabupaten Bandung Penduduk MI Usia 7-12 Negeri % Swasta % % Sumber: diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Bab III : Belajar dari Pengalaman 45

25 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Siswa MI Negeri Sw asta Grafik 3.16 Penduduk Usia 7-12 dan Siswa MI (Negeri dan Swasta) di Kabupaten Bandung Berdasarkan data diatas maka dari jumlah penduduk usia 7-12, yang bersekolah di MI tidak lebih dari 9%. siswa yang berada di MI negeri lebih kecil dibandingkan dengan siswa yang berada di MI swasta. Tabel 3.28 Jenis Kelamin Siswa MI di Kabupaten Bandung MI L % P % (L+P) Sumber: diolah dari Statistik Penddikan Jenis Kelamin Siswa M I L P Grafik 3.17 Jenis Kelamin Siswa MI di Kabupaten Bandung Bab III : Belajar dari Pengalaman 46

26 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Data 2006 menunjukan bahwa jumlah penduduk usia 7-12 sebanyak orang. Sementara pilihan bersekolah ke MI baru mencapai (8,59%) orang. Tabel 3.29 Kelas dan Siswa MI di Kabupaten Bandung MI Siswa Kelas Sumber: diolah dari Profil Pendidikan Kelas dan Siswa MI Sisw a Kelas Grafik 3.18 Kelas dan Siswa MI di Kabupaten Bandung Tingkat pertumbuhan siswa yang masuk ke MI diimbangi dengan semakin bertambahnya jumlah kelas, hal ini terlihat dari tabel dan grafik peningkatan jumlah kelas dan siswa. Tabel 3.30 Rombel MI Kabupaten Bandung MI Negeri % Swasta % Sumber: diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Bab III : Belajar dari Pengalaman 47

27 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Rombongan Belajar M I Negeri Sw asta Grafik 3.19 Rombel MI Kabupaten Bandung Secara umum pada 2003 rombel MI negeri ada 30 rombel (1,93%) dan rombel MI swasta sebanyak 1524 rombel (98,07%). Sedangkan pada 2006 rombel MI negeri mengalami kenaikan menjadi 36 (2,26%), dan rombel MI swasta malah mengalami penurunan menjadi 1557 (97,74%). Tabel 3.31 Rasio (Siswa:Sekolah), (Siswa:Kelas), (Siswa:Guru), (Siswa:RKM), (Kelas:Guru) MI di Kabupaten Bandung MI Siswa: sekolah Siswa: Kelas Siswa: Guru Kelas: RKM Kelas: Guru :1 23:1 23:1 1:1,22 1:0, :1 23:1 19:1 1:1,16 1:0, :1 24:1 19:1 1:1,19 1:0, :1 25:1 27:1 1:1,11 1:1,30 Sumber: diolah dari Profil Pendidikan Melihat rasio yang ada secara keseluruhan dalam katagori baik. Yang harus menjadi fokus kajian kedepan adalah seberapa tingginya tingkat partisipasi sekolah penduduk usia 7-12 tahun pada MI. Secara nyata bahwa masyarakat lebih tertarik untuk bersekolah di SD dibandingkan di MI. Posisi MI yang selama ini hanya lembaga alternatif dan pelengkap bagi SD. Selama ini pula bahwa perhatian pemerintah daerah kurang signifikan terhadap pengelolaan dan pengembangan MI. Ke depan kebijakan pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung harus lebih memperhatikan pengembangan MI mengingat secara yuridis MI memiliki posisi yang sama dengan SD. Tabel 3.32 Status Guru MI di Kabupaten Bandung Bab III : Belajar dari Pengalaman 48

28 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung MI Guru Tetap % Guru Tidak Tetap % Sumber: data diolah dari Statistik Pendidikan Status Guru MI Guru Tetap Guru Tidak Tetap Grafik 3.20 Status Guru MI di Kabupaten Bandung Secara keseluruhan status guru MI hampir 60% berstatus guru tidak tetap (GTT) dan sisanya 30% guru tetap. Perkembangan guru tetap dari mengalami peningkatan, hanya pada 2006 menurun, dan guru tidak tetap dari tahun ke tahun mengalami pluktuasi. Tabel 3.33 Penugasan Guru MI di Kabupaten Bandung MI Negeri % Swasta % Sumber: data diolah dari Statistik Pendidikan Bab III : Belajar dari Pengalaman 49

29 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Penugasan Guru M I Negeri Sw asta Grafik 3.21 Penugasan Guru MI di Kabupaten Bandung Gambaran umum jumlah guru yang bertugas di MI negeri jumlahnya 5% dan 95% berada di swasta. Setiap tahun perkembangan guru yang berada di Negeri mengalami peningkatan dari 2003 sampai dengan Sedangkan untuk guru yang berada di swasta dari meningkat dan dari 2005 menurun, kemudian 2006 kembali naik. Berasarkan gambaran sebagaimana dipaparkan di muka, maka dapat ditafsirkan bahwa kondisi MI jauh lebih memprihatinkan dari masalah yang dihadapi SD. Keadaan bangunan rusak, perhatian pemerintah terhadap pendidikan berbasis agama masih kurang teutama dalam hal honorarium guru, dan kesempatan kerja bagi lulusannya belum terbuka, bantuan bangunan dan sarana/prasarana masih kurang. yang tingkat kerusakan ruang kelas MI yang paling tinggi ( 70%) adalah Kecamatan Cimenyan, Pangalengan, Cimaung, Nagreg, Baleendah, Soreang, Rancabali, Cangkuang. Sedangkan jumlah guru MI negeri/tetap secara umum masih sedikit jumlahnya, kebanyakan berstatus honorer/tidak tetap. Nilai ratarata UN-MI yang termasuk kateori tinggi ( 7,00) adalah Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang, Bojogsoang, Margasih, Pangalengan, Rancaekek, Ciparay, Baleendah, Majalaya, Paseh, Ibun, Ciwidey, Rancabali. Nilai UN-MI yang paling rendah ( 6,00) adalah Kecamatan Arjasari (5,70) dan Cangkuang (5,50). Rata-rata UN paling tinggi diraih Pangalengan (8,61) dan Kecamatan Paseh (8,50). c. Paket A (Setara SD) Bab III : Belajar dari Pengalaman 50

30 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Berdasarkan hasil survey, keberadaan Paket A yang dilaksanakan oleh keluarga penyelenggara (masyarakat) pada umumnya masih rendah. Hal ini dapat dilihat banwa hanya ada 11 oleh swasta dan 3 oleh lembaga lain yang melaksanakan proses kegiatan ini, dengan jumlah murid yang aktif adalah sebanyak 307. Dari sejumlah warga belajar tersebut, mereka dibimbing oleh tutor sebanyak 32 orang yang meliputi 9 orang pamong tetap dan 23 orang tidak tetap, tenaga administrasi sebanyak 33 orang dan ketersediaan tempat belajar sebanyak 7 unit untuk ruang belajar, dan 3 untuk tempat praktek. Jika dilihat dari hal tersebut, penyelenggaraan Paket A ini hanya ada 7 kecamatan yang mampu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yaitu di kecamatan Katapang, ciwidey, Cimenyan, Arjasari, Pacet, Kertasari dan Ibun. Jika dilihat dari total kecamatan keseluruhan yang ada di Kabupaten Bandung, berarti ada sekitar 23,3%. Namun demikian, tingkat pencapaian pendidikan ini dapat diilustrasikan berikut. Tabel 3.34 Penduduk usia 7-12 APK/APM SD SD Siswa usia 7-12 Siswa SD APK APM % 85.07% % 87.82% % 89.76% % 81.17% Sumber: diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tabel 3.35 APK/APM SD + Paket A SD+ Paket A APK APM ,13 91, ,26 94, ,85 96, ,73 87,47 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Bab III : Belajar dari Pengalaman 51

31 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung APK/APM SD + Paket A APK APM Grafik 3.22 APK/APM SD + Paket A di Kabupaten Bandung Data pada 2006 dalam tabel di atas menunjukan bahwa pencapaian APM SD+Paket A di kabupaten Bandung mencapai 87,47%. Hal ini sudah dapat dikategorikan tuntas bila mengacu pada parameter ketuntasan wajar 6 tahun secara nasional yakni di atas 85% baik pada SD/MI/setara. Pencapaian kuantitatif ini mengandung arti bahwa pemerataan pelayanan pendidikan SD/setara sudah dapat berlangsung dengan baik. Tabel 3.36 APK/APM SD + MI SD + MI APK APM ,33 91, ,21 54, ,81 96, ,81 96,48 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung APK/APM M I+SD APK APM Grafik 3.23 APK/APM MI+SD di Kabupaten Bandung Melihat gambaran data APK/APM MI+SD perkembangan 2006 telah mencapai 96,48%. Artinya penyelenggaraan pendidikan pada jenjang MI/SD di Kabupaten Bandung dapat dikategorikan sudah tuntas. Bab III : Belajar dari Pengalaman 52

32 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Tabel 3.37 Angka Melanjutkan SD ke SLTP (SMP dan MTs) di Kabupaten Bandung Angka Melanjutkan SMP MTS SMP+MTS ,14 1,88 60, ,25 2,25 61, ,31 2,49 67, ,31 2,49 67,80 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung % SMP MTS SMP+MTS SMP MTS SMP+MTS Grafik 3.24 Angka melanjutkan SD ke SLTP (SMP dan MTs) di Kabupaten Bandung Selama kurun waktu angka melanjutkan siswa SD ke SLTP (SMP dan MTs) menunjukan angka kenaikan yang cukup signifikan APM SD 67,80 dan MI 96,48 dengan tingkat melanjutkan ke SLTP mencapai 82,75%. Data menunjukan pula bahwa siswa sebagian besar melanjutkan ke SMP dengan ratarata 62% dan sisanya sekitar 2% melanjutkan ke MTs. d. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dimensi pemerataan dan perluasan akses pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bandung dapat digambarkan berikut ini. Tabel 3.38 Kelembagaan SMP di Kabupaten Bandung SMP Negeri % Swasta % Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Bab III : Belajar dari Pengalaman 53

33 Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung Grafik 3.25 Kelembagaan SMP di Kabupaten Bandung Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa penyelenggaraan SMP masih dominan pihak masyarakat/swasta. Data publikasi 2006 memperlihatkan jumlah SMP negeri 84 buah (27,01% dari seluruh jumlah SMP), sementara SMP swasta sebanyak 227 buah (72,99% dari seluruh jumlah SMP). Perkembangan jumlah SMP swasta bahkan relatif lebih cepat dan dinamis, jika 2003 sebanyak 197 sekolah maka 2006 mencapai 227 sekolah, atau terjadi penambahan sebanyak 30 sekolah. SMP negeri pada 2003 sebanyak 77 sekolah, 2006 sebanyak 84 sekolah, terjadi penambahan sebanyak 7 sekolah. Tabel 3.39 Penduduk Usia dan Siswa SMP (Negeri dan Swasta) SMP penduduk usia tahun Negeri % Swasta % % Sumber: Diolah dari Propil dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung tahun Bab III : Belajar dari Pengalaman 54

BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun

Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung mempunyai tugas pokok merumuskan kebijaksanaan teknis dan melaksanakan kegiatan teknis operasional

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang :

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU Pekerjaan Jasa Konsultansi STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU Pada bagian ini akan dijelaskan analisis mengenai analisis strategi pengembangan kawasan industri

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG sebagai Dokumen ROADMAP KECAMATAN, dimana, berdasarkan (1) luas, (2) jumlah desa dan (3) jumlah penduduk. LANDASAN PENYUSUNAN ROADMAP Pasal 223 Desa/kelurahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERWUJUDAN VISI...SINERGI PEMBANGUNAN PERDESAAN... DALAM SIKLUS PERENCANAAN TAHUNAN UU 25/2004; PP 8/2008 & PMDN 54/2010 Penetapan

Lebih terperinci

UU No.23 Tahun Indikator. 6 Dimensi 28 Aspek. Pelimpahan Kewenangan

UU No.23 Tahun Indikator. 6 Dimensi 28 Aspek. Pelimpahan Kewenangan UU No.23 Tahun 2014 3 Indikator - Jumlah Penduduk - Luas Wilayah - Jumlah Desa/Kelurahan Klasifikasi : Tipe A (beban besar) Tipe B (beban kecil) 6 Dimensi 28 Aspek (Kreasi Tim: Pemetaan Pembanguna) Intervensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menempati tempat yang penting dalam pembangunan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menempati tempat yang penting dalam pembangunan bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menempati tempat yang penting dalam pembangunan bangsa karena tujuannya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM 3.1 Letak Geografis Letak Geografis Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung terletak pada koordinat 107 0 14 107 0 56 bujur timur dan 6 0 49 7 0 18 lintang selatan. Kecamatan Pasirjambu

Lebih terperinci

Katalog BPS: TAHUN 2010 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG DENGAN BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG

Katalog BPS: TAHUN 2010 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG DENGAN BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG Katalog BPS: 4716.3204 SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2010 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG DENGAN BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi. Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2008 (Publikasi Hasil SUSEDA 2008) Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung

Data Sosial Ekonomi. Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2008 (Publikasi Hasil SUSEDA 2008) Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Data Sosial Ekonomi Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2008 (Publikasi Hasil SUSEDA 2008) Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung dengan Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Data Sosial

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya memiliki matapencaharian dalam sektor pertanian. Oleh karena itu, sektor pertanian merupakan sektor yang

Lebih terperinci

SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011

SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 ISBN : 979 486 6199 Nomor Publikasi : 3204.1136 Nomor Katalog : 4716.3204 Ukuran Buku Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : 172 + ix Naskah Gambar kulit

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS FESTIVAL NASYID KAB. BANDUNG 2015 A. KETENTUAN PESERTA

PETUNJUK TEKNIS FESTIVAL NASYID KAB. BANDUNG 2015 A. KETENTUAN PESERTA PETUNJUK TEKNIS FESTIVAL NASYID KAB. BANDUNG 2015 A. KETENTUAN PESERTA 1. Peserta wajib mengisi formulir pendaftaran dengan lengkap; 2. Formulir yang sudah dilengkapi dapat langsung dikirimkan ke koordinator

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Tumenggung Wiraangunangun ( M). dari bukti sejarah tersebut maka

BAB III OBJEK PENELITIAN. Tumenggung Wiraangunangun ( M). dari bukti sejarah tersebut maka BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung 3.1.1 Sejarah Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung lahir melalui Piagam Sultan Agung Mataram, yaitu pada ping Songo tahun Alif bulan Muharam

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN BANDUNG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH NOMOR : 7 TANGGAL : 20 Juni 2011 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2005-2025 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anisa Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anisa Lestari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Untuk dapat bersaing di era globalisasi saat ini dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dimana bahwa perkembangan dan kemajuan suatu Negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kabupaten Bandung, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kabupaten Bandung, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek penelitian Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kabupaten Bandung, dengan asumsi bahwa Pemerintah Kabupaten telah melaksanakan kebijakan pendelegasian wewenang Bupati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN DALAM PENENTUAN PUSAT PELAYANAN

METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN DALAM PENENTUAN PUSAT PELAYANAN 163 METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN DALAM PENENTUAN PUSAT PELAYANAN A.1 METODE ANALSISIS STURGESS Dalam mencari rangking untuk faktor penduduk penulis terlebih dahulu menentukan kelas wilayah yang dan melakukan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Ruang Lingkup... 3 D. Pengertian Umum... 3

A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Ruang Lingkup... 3 D. Pengertian Umum... 3 15 16 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Ruang Lingkup... 3 D. Pengertian Umum... 3 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BANDUNG... 10 A. Geografis... 10 B. Demografis...

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 20 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 20 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 20 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KONSEP DASAR DAPODIK EMPAT BAGIAN PENTING KONSEP DASAR DAPODIK

KONSEP DASAR DAPODIK EMPAT BAGIAN PENTING KONSEP DASAR DAPODIK SELAMAT PAGI Data Pokok Pendidikan - Kebudayaan KONSEP DASAR DAPODIK EMPAT BAGIAN PENTING KONSEP DASAR DAPODIK DAPODIK adalah suatu konsep pengelolaan Data Pendidikan yang bersifat Relational dan Longitudinal,

Lebih terperinci

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran 2011-2012 A. Pengantar Madrasah (RA, MI, MTs dan MA) disebutkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 merupakan

Lebih terperinci

GINI RASIO KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008

GINI RASIO KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 GINI RASIO KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 Nomor Publikasi : 3204 0810 Nomor Katalog : 4716 3204 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 18,21 cm x 25,7 cm : 50 + vi Naskah Gambar kulit dan seting Diterbitkan : Seksi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Simpulan

BAB V PENUTUP Simpulan BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Tingginya peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas perekonomian di Kota Bandung mengakibatkan lahan di wilayah tersebut kian terbatas. Keterbatasan lahan di Kota Bandung mengakibatkan

Lebih terperinci

Usulan Program dan Kegiatan dari Para Pemangku Kepentingan Tahun 2015 Kabupaten Bandung

Usulan Program dan Kegiatan dari Para Pemangku Kepentingan Tahun 2015 Kabupaten Bandung Usulan Program dan Kegiatan dari Para Pemangku Kepentingan Tahun 2015 Kabupaten Bandung Dinas Tenaga Kerja NO PELATIHAN LOKASI KECAMATAN DESA volume (org) Pagu 1 2 3 4 5 6 1 LAS LISTRIK ARJASARI KECAMATAN

Lebih terperinci

DAFTAR KEGIATAN SKPD YANG DILAKSANAKAN DI WILAYAH TAHUN ANGGARAN Besaran Satuan Kecamatan Desa

DAFTAR KEGIATAN SKPD YANG DILAKSANAKAN DI WILAYAH TAHUN ANGGARAN Besaran Satuan Kecamatan Desa DAFTAR KEGIATAN SKPD YANG DILAKSANAKAN DI WILAYAH TAHUN ANGGARAN 2015 Kode Rekening Nama Kegiatan/ Sub Kegiatan 1 14 01 15 Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja 1 14 01 15 02 Pendidikan

Lebih terperinci

PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KULON PROGO Jln. SUTIJAB NOMOR 01, WATES YOGYAKARTA 55611 TLN. (0274) 774535 Profil Data Pendidikan 1 KATA PENGANTAR Penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki faktor geografis yang baik untuk membudidayakan tanaman

Lebih terperinci

Bab III. Capaian Pembangunan Manusia

Bab III. Capaian Pembangunan Manusia Bab III. Capaian Pembangunan Manusia Pembangunan suatu wilayah secara kasat mata lebih mudah dilihat dari pertumbuhan fisik atau perekonomiannya. Sehingga sering pembangunan fisik atau ekonomi dijadikan

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia Tahun 2013 sebanyak 141.553 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Indonesia Tahun 2013 sebanyak 41 Perusahaan Jumlah perusahaan tidak

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Tinjauan Umum Perusahaan A. SEJARAH Rumah Sakit Daerah Soreang adalah salah satu Rumah Sakit Pemerintah yang berada di wilayah Kabupaten Bandung yang berdiri pada tahun 1996

Lebih terperinci

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 EUROPEAN UNION LEMBAR PENGESAHAN STATISTIK PENDIDIKAN DASAR TP. 2011/2012 KABUPATEN BANJARNEGARA Mengetahui/Mengesahkan: KEPALA

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) KABUPATEN / KOTA OPD : CILEGON : DINAS PENDIDIKAN TUGAS DAN FUNGSI

Lebih terperinci

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6 DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan

Lebih terperinci

H. DADANG M. NASER., SH., S.Ip BUPATI BANDUNG

H. DADANG M. NASER., SH., S.Ip BUPATI BANDUNG Kota Cimahi Kota Bandung Margaasih Cileunyi Kab.Sumedang Dayeuhkolot Margahayu Bojongsoang Rancaekek Kutawaringin Cicalengka Katapang Solokanjeruk Kab. Bandung Barat Baleendah Ciparay Cikancung Nagreg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan RENCANA STRATEGIS PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK

Lebih terperinci

ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN

ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN Suplemen Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan Oleh: Suryadi, M.Pd Tahap ini bertujuan memberikan gambaran tentang layanan pendidikan saat ini di kabupaten/kota. Oleh karena gambaran

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

Kecamatan : Bogor Timur Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2021 Triwulan : 1

Kecamatan : Bogor Timur Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2021 Triwulan : 1 Kecamatan : Bogor Timur Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2021 Triwulan : 1 No Jenis Data Jumlah Satuan Sumber Data 1 Jumlah Pendidikan Umum a Jumlah Taman Bermain/Play Group - Taman Bermain/ Play Group

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, setiap warga negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakatnya tanpa memandang

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK 2.1. Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Dinas Pendidikan Kota Pontianak merupakan unsur pelaksana bidang pendidikan dipimpin oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum 1.1. Geografi Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN KOTA MATARAM

PROFIL PENDIDIKAN KOTA MATARAM PROFIL PENDIDIKAN KOTA MATARAM PEMERINTAH KOTA MATARAM DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA SUB BAGIAN INFORMASI DAN PERENCANAAN Tahun 2016 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan

Lebih terperinci

kualifikasi S1/D IV,S2 atau lebih. guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

kualifikasi S1/D IV,S2 atau lebih. guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS) serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Adapun yang dibahas yaitu : Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Fasilitas Pendidikan, Angka Putus Sekolah

Lebih terperinci

Kecamatan : Bogor Tengah Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2017 Triwulan : 1

Kecamatan : Bogor Tengah Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2017 Triwulan : 1 Kecamatan : Bogor Tengah Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2017 Triwulan : 1 No Jenis Data Jumlah Satuan Sumber Data 1 Jumlah Pendidikan Umum a Jumlah Taman Bermain/Play Group 3 PG Dapodik Query - Taman

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun) URUSAN WAJIB: PENDIDIKAN PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Meningkatnya Budi Pekerti, 1 Persentase pendidik yang disiplin Tata Krama

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR TAHUN 2017 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS K A B. S A M PA NG TA H UN 2 019

PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS K A B. S A M PA NG TA H UN 2 019 PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS D I NAS PENDIDIKAN K A B. S A M PA NG TA H UN 2 019 KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI Kedudukan: Dinas Pendidikan merupakan unsur pelaksana urusan Pemerintah bidang pendidikan. Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat manusia. Pengertian lahan dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998), yaitu : Lahan merupakan

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GUNUNG KIJANG 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1419 Katalog BPS : 1101001.2102.061 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : Naskah:

Lebih terperinci

3.1. BATASAN ADMINSTRASI KABUPATEN BANDUNG

3.1. BATASAN ADMINSTRASI KABUPATEN BANDUNG BAB 3 GAMBARAN UMUM 3.1. BATASAN ADMINSTRASI KABUPATEN BANDUNG Secara geografis, Kabupaten Bandung merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa barat. Tofografi sebagian besar di wilayah

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR 5.1. Matriks Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, dan Pendanaan Indikatif Berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS LUAS LAHAN GARAPAN PER RUMAH TANGGA PETANI DI SELURUH KECAMATAN DAS CITARUM HULU

ANALISIS LUAS LAHAN GARAPAN PER RUMAH TANGGA PETANI DI SELURUH KECAMATAN DAS CITARUM HULU Analisis Luas Garapan Petani di DAS Citarum Hulu May 15, 2011 1. Pendahuluan ANALISIS LUAS LAHAN GARAPAN PER RUMAH TANGGA PETANI DI SELURUH KECAMATAN DAS CITARUM HULU Oleh: D.K. Kalsim 1 dan M. Farid Rahman

Lebih terperinci

PROFIL PROVINSI JAWA BARAT

PROFIL PROVINSI JAWA BARAT IV. PROFIL PROVINSI JAWA BARAT Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT KABUPATEN BANDUNG TAHUN Naskah dan gambar kulit : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung

EXECUTIVE SUMMARY INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT KABUPATEN BANDUNG TAHUN Naskah dan gambar kulit : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung EXECUTIVE SUMMARY INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2009 Katalog BPS : 3204.0908 Ukuran Buku : 25,7 cm x 18,2 cm Jumlah Halaman : 15 + iv Naskah dan gambar kulit : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan kepribadian manusia.

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT Menimbang : a. Mengingat : 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

JUMLAH PAUD NON FORMAL DAN TK/PAUD FORMAL KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016

JUMLAH PAUD NON FORMAL DAN TK/PAUD FORMAL KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 JUMLAH PAUD NON FORMAL DAN TK/PAUD FORMAL KABUPATEN LOMBOK BARAT No. PAUD Non Formal Taman Kanak Kanak dan PAUD Formal KB TPA SPS Negeri Swasta 1 Sekotong 18-2 20 1 1 2 2 Lembar 19-1 20 1 2 5 3 Gerung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN PRUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2012

DOKUMEN PELAKSANAAN PRUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2012 Urusan Pemerintah: 1. 13. Urusan Wajib Sosial Organisasi : 1. 13. 01. Dinas Sosial Program Kode Kegiatan DOKUMEN PELAKSANAAN PRUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Kabupaten Bandung Tahun Anggaran

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016 < 1 Visi Dinas Pendidikan Terwujudnya Ketersediaan, Keterjangkauan, Kesetaraan dan Kualitas Layanan Pendidikan Untuk Membentuk Masyarakat

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2017 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 217 217 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 216/217 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB II.

Lebih terperinci

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran SSt taat ti iisst ti iikk PPeennddi iiddi iikkaann IIssl llaam 22001100//22001111 Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran 2010-2011 A. Pengantar Pendidikan RA dan Madrasah merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 74 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Bandung 4.1.1. Keadaan Goegrafis Wilayah Kabupaten Bandung secara geografis terletak pada koordinat 107 0 22-108 0 5 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2016 2016 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur Timur, 6 55 Lintang Selatan. Ketinggian tanah 791m di atas permukaan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 21 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 21 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 21 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PEMANFAATAN AIR SUNGAI CITARUM OLEH PERUSAHAAN AIR MINUM (PDAM) TIRTA RAHARJA KABUPATEN BANDUNG

BAB III PELAKSANAAN PEMANFAATAN AIR SUNGAI CITARUM OLEH PERUSAHAAN AIR MINUM (PDAM) TIRTA RAHARJA KABUPATEN BANDUNG BAB III PELAKSANAAN PEMANFAATAN AIR SUNGAI CITARUM OLEH PERUSAHAAN AIR MINUM (PDAM) TIRTA RAHARJA KABUPATEN BANDUNG A. Sejarah Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG

VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG 2011-2015 TUJUAN Menumbuhkembangkan sistem manajemen terpadu antar komoditas pertanian dan wilayah sentra produksi Menciptakan sistem produksi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada 4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah KPP Pratama Bandung Majalaya. gabungan fungsi dari KPP, KP. PBB dan KARIKPA) telah dipersiapkan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah KPP Pratama Bandung Majalaya. gabungan fungsi dari KPP, KP. PBB dan KARIKPA) telah dipersiapkan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan 2.1.1. Sejarah KPP Pratama Bandung Majalaya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya (yang merupakan gabungan fungsi dari KPP, KP. PBB dan

Lebih terperinci

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang 2.1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup

Lebih terperinci

PAPARAN SAKIP SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017

PAPARAN SAKIP SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017 PAPARAN SAKIP SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017 Oleh : Drs. ABIMANYU, M.Si DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN NGAWI Selaras 1 VISI MISI KE 2 NGAWI SEJAHTERA, BERAKHLAK, BERBASIS PEDESAAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Sugiyono, (2008

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Sugiyono, (2008 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Sugiyono, (2008 :2), cara ilmiah

Lebih terperinci

Penanggung Jawab Pembuatan atau Penerbitan informasi. Waktu dan tempat pembuatan informasi. Banda Aceh, 2012

Penanggung Jawab Pembuatan atau Penerbitan informasi. Waktu dan tempat pembuatan informasi. Banda Aceh, 2012 NAMA PPID SKPK/UNIT KERJA FORM II : DAFTAR INFORMASI YANG DIKUASAI BADAN PUBLIK : Drs. T. Angkasa : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga No Nama informasi/dokumentasi Ringkasan Isi Informasi Penanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci

BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI

BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 SAMPAI TAHUN 2036 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BADAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 57 TAHUN : 2012 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 57 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur an(tpq) Tahun Pelajaran

Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur an(tpq) Tahun Pelajaran Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur an(tpq) Tahun Pelajaran 2011-2012 A. Pondok Pesantren Istilah Pondok Pesantren merupakan dua istilah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 SAMPAI TAHUN 2027

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 SAMPAI TAHUN 2027 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 SAMPAI TAHUN 2027 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG; Menimbang

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci