5 HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5 HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL"

Transkripsi

1 16 5 HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Sifat Fisik Tanah Sifak fisik tanah di lahan pala diamati dengan pengambilan sampel tanah dengan menggunakan ring sample pada kedalaman -25 cm, 25-5 cm, 5-75 cm selanjutnya pengolahan bekerjasama dengan analisis laboratorium fisika tanah dan lingkungan Universyitas Syiah Kuala (UNSYIAH). Bulk Density (BD) Bulk density merupakan berat suatu massa tanah per satuan volume tertentu. Volume tanah adalah volume kepadatan tanah termasuk pori-pori tanah. Tanah yang lebih padat mempunyai bulk density yang lebih besar dari tanah yang sama tetapi kurang padat. Pada umumnya tanah lapisan atas pada tanah mineral mempunyai nilai bulk density yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah dibawahnya. Tabel 4. Nilai bulk density kode sampel kedalaman BD (cm) (g/cm 3 ) A B C A B C A B C Rerata (g/cm 3 ) Hasil analisis laboratorium, menunjukkan bahwa kedalaman -25 cm memiliki tingkat bulk density rerata sebesar 1.26 gr/cm 3. Tanah pada kedalaman 25-5 cm memiliki nilai bulk density kedalaman -25 cm memiliki nilai rerata sebesar 1.27 cm. tanah pada kedalaman 5-27 cm memiliki nilai bulk density paling tinggi dengan nilai rerata sebesar 1.32 cm. Secara keseluruhan nilai bulk density di lokasi penelitian berada g/cm 3. hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Hardjowigeno (21) Pada umumnya bulk density berkisar dari g/cm 3. Semakin rendah semakin bagus, semakin dalam semakin padat nilai bulk density. Porositas Porositas merupakan persentase volume dari total muatan yang tidak ditempati oleh benda padat karena pori-pori tanah terisi oleh air dan udara

2 (Wirosoedarmo, 21). Porositas tanah sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan tekstur tanah. Tanah-tanah dengan struktur granuler atau remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan struktur massive. Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air (Hardjowigeno 21). Nilai rerata porositas di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rerata porositas pada tiap kedalaman 17 kode sampel kedalaman porositas (cm) (%) A B C A B C A B C rerata (%) Hasil analisis laboratorium nilai porositas di lokasi penelitian pada kedalaman -25 cm nilainya berada % dengan rerata %, pada kedalaman 25-5 cm nilainya berada % dengan rerata 5.3 %, pada kedalaman 5-75 cm nilainya berada % dengan rerata %. Permeabilitas Tanah Permeabilitas merupakan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat meningkatkan laju infiltrasi sehingga menurunkan laju aliran permukaan. Nilai permeabilitas selengkapnya disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai permeabilitas di lokasi penelitian kode sampel Permeabilitias kedalaman (cm) nilai Kriteria (cm/jam) A agak lambat B agak lambat C agak lambat A agak lambat B lambat C lambat A lambat B lambat C lambat Berdasarkan analisis laboratorium, nilai permeabilitas di lokasi penelitian pada kedalaman -25 cm nilainya berada cm/jam dengan kriteria lambat,

3 18 pada kedalaman 25-5 cm nilainya berada cm/jam dengan kriteria lambat dan agak lambat, pada kedalaman 5-75 cm nilainya berada cm/jam dengan kriteria lambat. Nilai permeabilitas cm/jam di lokasi penelitian, menurut Donahue (1958) termasuk lambat karena berada diantara mm/jam. Kadar Air Tanah Kadar air tanah merupakan perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat butir tanah tersebut, dan dinyatakan dalam persen. kadar air tanah pada zona perakaran harus cukup memenuhi kebutuhan air tanaman atau berada dalam kondisi kapasitas lapangan, agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal, sehingga produksi tanaman yang optimal. Pada penelitian ini hanya dianalisis kadar air tanah pada pf Rerata kadar air tanah pada kedalaman - 25 cm sebesar 29.88%, pada kedalaman 25-5 cm sebesar 3.2%, pada kedalaman 5-75 cm sebesar 26.54%. Tabel 7. Kadar air tanah pada pf 2.54 di kebun pala Kadar air tanah Kode Kedalaman pada pf 2.54 sampel (cm) (%) A B C A B C A B C Rerata (%) Tektur Tanah Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat, yaitu partikel tana yang diameter efektifnya m Di dalam analisis tekstur, fraksi bahan organik tidak diperhitungkan. Bahan organik terlebih dahulu didestruksi dengan hydrogen peroksida (H 2 O 2 ). Tektur tanah dapat dinilai secara kualitatif dan kuantitatif. Cara kualitatif biasa digunakan surveyor dalam menetapkan kelas tekstur tanah di lapangan (Departemen Pertanian 27). Suripin (22) menyatakan tektur tanah merupakan perbandingan antara fraksi-fraksi liat, lempung dan pasir. Material tanah adalah partikel mineral yang mempunyai diameter lebih kecil dari 2 mm, atau lebih kecil dari kerikil. Partikel tanah meliputi pasir, lempung atau geluh, dan liat. Tekstur tanah sangat terkait dengan berat volume tanah, pergerakan air, pergerakan zat terlarut dan udara. Kemampuan mengikat air yang paling tinggi adalah kelas tektur liat, selanjutnya debu dan pasir. Pada penelitian ini analisis tektur tanah mengunakan metode segitiga tekstur United States Department Of Agriculture (USDA).

4 Tabel 8. Tekstur tanah menurut segitiga tekstur USDA kode kedalaman tekstur tanah : filtering, pipette; menurut segitiga tekstur USDA sampel (cm) debu liat pasir (sand) (silt) (clay) kelas tekstur A Debu B Lempung berdebu C Lempung berdebu A Lempung berdebu B Lempung berliat C Lempung liat berdebu A Liat berdebu B Liat C Liat berdebu Pada kedalaman -25 cm rerata kelas tektur adalah lempung berdebu, pada kedalaman 25-5 cm bervariasi dengan kelas tektur lempung berdebu, lempung berliat dan lempung liat berdebu. Sedangkan pada kedalaman 5-75 cm rerata kelas tektur berada pada liat berdebu. Infiltrasi Triatmodjo (21) menyatakan infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Di dalam tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow) menuju mata air, danau dan sungai. Pada perhitungan pertama kapasistas infiltrasi mencapai kontan pada.14 cm/jam atau.136 mm/jam. Pada pengukuran kedua Kapasistas infiltrasi mencapai kontan pada.7 cm/jam atau.74 mm/jam Kapasistas infiltrasi pada pengukuran ketiga infiltrasi mencapai kontan pada.52 cm/jam atau mm/jam. Rerata kapasitas laju infiltrasi yang terjadi di kebun pala bernilai 2.21 mm/jam. Menurut klasifikasi infilrasi Donahue (1958) kapasitas infiltasi 2.21 mm/jam termasuk sangat lambat karena berada dibawah.1 inch/jam (2.54 mm/jam). Data pengukuran infiltrasi terlampir pada lampiran Pengamatan Data Tanaman Karakteristik Pala pada Kebun Penelitian Pertanian pala di Kabupaten Aceh Selatan kebanyakan adalah lahan milik masyarakat. Pengambilan lokasi penelitian dilaksanakan pada kebun pala di Kecamatan Tapak Tuan. Umur tanaman pala di lokasi penelitian berkisar antara 6-9 tahun. Dengan jarak tanaman 4-8 meter. Perbedaan jarak dan umur tanaman disebabkan sebagian pala di Kabupaten Aceh Selatan banyak mati karena jamur akar putih dan hitam serta hama penggerek batang. Berikut pengukuran beberapa tamanan di dekat rorak yang diukur pada Maret 214 pada pukul wib. Karakteristik tanaman pala di kebun penelitian disajikan pada Tabel 9.

5 2 Tabel 9. Karakteristik tanaman pala di kebun penelitian Panjang tajuk (searah kontur) (cm) Lebar tajuk (searah lereng) (cm) Lingkaran batang ( ketinggian 1 cm) (cm) Jarak terdekat (cm) Pengamatan Akar Tanaman Pengamatan akar tanaman dilaksanakan pada April 214 dengan mengamati 3 tanaman pala yang sedang tidak berbuah. Pemilihan tanaman yang sedang tidak berbuah dilakukan agar menghindari kegagalan panen akibat proses penggalian akar. Proses menentukan kedalaman dilaksanakan dengan menggunakan 2 penggaris, 1 penggaris sebagai pembatas jarak akar paling atas sebelum tanah, 1 lagi untuk dimasukkan kedalam zona perakaran yang sudah digali. Keliling tanaman pala 1 yang diamati mempunyai keliling lingkaran batang adalah 45.5 cm, tanaman pala 2 mempunyai keliling lingkaran batang 43.9 cm, tanaman 3 mempunyai keliling lingkaran batang 4.4 cm dengan umur tanaman 8 tahun. Pegamatan akar tanaman paling banyak berkonsentrasi pada kedalaman 2-3 cm. Kedalaman zona perakaran (cm) Tabel 1. Perakaran tanaman pala Jumlah akar Sekunder Jumlah akar Primer Pada proses penggalian kedalaman 3-4 cm akar tanaman sudah mulai sedikit, terutama akar serabut pada akar sekunder. Proses penggalian di kedalaman 3-4 cm hanya 1 tanaman pala yang berhasil dihitung secara keseluruhan akarnya berjumlah 15. Pada 2 tanaman lain hanya diamati bahwa

6 akar pada zona tersebut sudah berkurang terutama akar serabut yang berada pada akar sekunder. Hal ini tidak dilakukan penggalian secara menyeluruh supaya tidak merusak zona akar 2-3 cm yang banyak akar serabut pada akar sekunder serta menghindari kerusakan akar zona 3-4 cm. 21 Gambar 9. Kondisi akar tanaman pada kedalaman -3 cm Hasil Panen Pala Panen pala di lokasi penelitian terus meningkat, semenjak dibangun rorak pada tanggal 24 Februari 214. Pemanenan pala pada 3 April 7.1 kg/pohon, 16 April 7.2 kg, 29 Mei 1.8 kg/pohon dan pada tanggal 11 Juni 16 kg/pohon. Hasil perlakuan pembangunan rorak dan saluran peresapan dapat mempengaruhi pertumbuhan panen pala sebesar kg (Gambar 1). Selama penelitian berlangsung intensitas hujan meningkat pada bulan Maret dan April 214 sebesar mm dan 691 mm. rerata panen (Kg/pohon) /3/14 11/4/14 1/5/14 Tanggal 21/5/14 Gambar 1. Grafik hasil panen pala 1/6/14 Pengamatan hasil panen 2 Juli 214, dilakukan pengamatan antara tanaman pala yang disertai rorak dan saluran peresapan dan tanaman pala yang tanpa rorak dan saluran peresapan. Rata-rata panen pala sebesar kg/pohon untuk tanaman pala yang memiliki rorak dan saluran peresapan. Sedangkan pada tanaman tanpa rorak diamati rata-rata panen 12.6 kg/pohon. Peningkatan hasil pemanenan sesuai dengan penelitian Surdianto (212) melakukan perlakuan sistem pemanenan hujan menggunakan saluran peresapan dan rorak di kebun belimbing manis Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok menyatakan bahwa cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman belimbing

7 22 manis untuk tumbuh dan berproduksi sepanjang tahun. Wu et al. (29) menyatakan pemanenan air memiliki kontribusi yang cukup untuk ketersediaan air dalam meningkatkan hasil produksi tebu, tembakau, dan murbei di lembah kering barat daya China. Spesifik panen ukuran buah pala di lokasi penelitian dengan cara mengambil 1 sampel buah pala secara acak ketika panen. Data spesifik hasil panen pala disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Spesifik ukuran buah pala Berat (gram) keliling tengah (cm) Tinggi buah (cm) Lebar buah (cm) Berat pemanenan rerata pemanenan di lokasi penelitian pala berkisar 7 kg tiap pohon. Pemanenan secara besar dilakukan 3 kali setahun, namun pada bulanbulan tertentu tetap dilakukan pemanenan kecil tiap bulan karena ketidak seragaman jadwal pemanenan. Analisis Frekuensi Analisis frekuensi dari curah hujan rencana untuk penelitian ini menggunakan data curah hujan di Kecamatan Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan. Hasil analisis frekuensi diharapkan akan menghasilkan periode ulang yang terbaik untuk desain rorak dan saluran peresapan di lahan pala. analisis frekuensi disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Analisis frekuensi curah hujan rencana Analisis Frekuensi Curah Hujan Rencana (mm/hr) Periode Ulang Log Normal Log Normal Gumbel Pearson III Pearson III Tr Tr Tr Tr

8 Pemilihan periode ulang 5 tahun (Tr 5 ) menggunakan pendekatan untuk desain drainase pertanian. Distribusi yang akan digunakan adalah distribusi Gumbel karena paling rendah deviasi 1.77 dan rerata persen error sebesar 3.5. Periode ulang 5 tahun lebih sesuai untuk pendekatan desain drainase pertanian dengan nilai 5.4 mm/hari. Intensitas hujan dihitung menggunakan rumus mononobe sehingga menghasilkan nilai intesintas hujan mm/jam. 23 Pengamatan Iklim selama di lokasi Penelitian Pengamatan curah hujan menggunakan pengukur curah hujan manual dengan dimensi luas penampung curah hujan 1 cm 2. Setelah terkumpul selanjutnya diukur dengan dua gelas ukur. Pengukuran gelas ukur yang pertama langsung menghasilkan tinggi untuk luas penampung curah hujan 1 cm 2. pengukuran gelas ukur yang kedua hasil ukurnya dalam volume dalam satuan mililiter. Setelah diperoleh volume dari tapungan maka akan dibagi dengan luas penampung yang selanjutnya akan diperoleh tinggi curah hujan pada hari tersebut. Hasil pengukuran kedua gelas ukur sama setelah dikonversi /2/14 4/3/14 2/3/14 Curah Hujan (mm/hari) 22/3/14 28/3/14 2/4/14 5/4/14 1/4/14 14/4/14 17/4/14 21/4/14 27/4/14 1/5/14 Tanggal Gambar 11. Grafik curah hujan harian 27 Februari 1 Mei 214 Kebutuhan air tanaman pada bulan Maret April 214 tercukupi oleh curah hujan karena termasuk bulan basah dengan adanya 1 hari hujan pada bulan Maret sebesar mm. Hujan harian yang terjadi pada bulan April adalah 11 hari hujan sebesar 691 mm. Menurut klasifikasi Oldeman pada bulan Maret dan April 214 termasuk bulan basah. Evapotranspirasi Lahan Pala Evapotranspirasi (ETc) harian lahan pala dihitung menggunakan metode Blaney-Criddle berdasarkan data temperatur dan kelembaban harian yang dicatat dilokasi penelitian. Untuk data pelengkap penyinaran matahari dan kecepatan angin diambil dari data stasiun meterologi terdekat pada bulan Maret sampai Mei selama 1 tahun terakhir. Nilai faktor tanaman (kc) diambil dari pendekatan

9 24 tanaman perkebunan dan kopi yang bernilai (Triatmodjo 21). Merrit (22) menyatakan nilai faktor tanaman untuk tanaman buah tropika bernilai.98. Perhitungan nilai evapotranspirasi maksimum pada bulan Maret sebesar 8.57 mm/hari, nilai evapotrasnpirasi minimum sebesar 7.82 mm/hari dan nilai rerata evapotranspirasi sebesar 8.25 mm/hari. Curah Hujan, Evapotranspirasi (mm/hari) Tanggal Gambar 12. Distribusi Ch dan ETc harian bulan Maret Nilai evapotranspirasi harian maksimum pada bulan April sebesar 8.82 mm/hari, nilai evapotranspirasi harian minimum pada lokasi penelitian sebesar 7.87 mm/hari serta nilai rerata sebesar 8.35 mm/hari. Distribusi curah hujan dan evapotranspirasi harian pada bulan April disajikan pada Gambar 13. Curah hujan, Evapotranspirasi (mm/hari) Tanggal Ch (mm/hari) Etc (mm/hari) Ch (mm/hari) Etc (mm/hari) Gambar 13. Grafik distribusi Ch dan ETc harian bulan April Hubungan Evapotranspirasi dengan Kelembaban dan Suhu Pencatatan suhu dan kelembaban pada bulan Maret dilakukan dari tanggal 4-31 Maret 214. Nilai evapotranspirasi tertinggi terjadi pada tanggal 29 Maret 214 sebesar 8.57 mm/hari yang juga merupakan rerata suhu tertinggi 3.6 o C dengan nilai kelembaban 4.7%. Nilai evapotranspirasi terendah terjadi pada tanggal 18 Maret 214 sebesar 7.82 mm/hari yang juga merupakan rerata suhu terendah 25.2 o C dengan nilai kelembaban 49%. Grafik hubungan

10 evapotranspirasi, kelembaban dan suhu pada bulan Maret 214 disajikan pada Gambar Evapotranspirasi (mm/hari) Gambar 14. Grafik ETc, kelembaban dan suhu bulan Maret Pencatatan suhu dan kelembaban pada bulan April. Nilai evapotranspirasi tertinggi terjadi pada tanggal 2 April 214 sebesar 8.82 mm/hari yang juga merupakan rerata suhu tertinggi 32.4 o C dengan nilai rerata kelembaban 57 %. Nilai evapotranspirasi terendah terjadi pada tanggal 27 April 214 sebesar 7.87 mm/hari yang juga merupakan rerata suhu terendah 25.6 o C dengan nilai kelembaban tertinggi 87.7 %. Grafik hubungan evapotranspirasi, kelembaban dan suhu pada bulan Maret 214 disajikan pada Gambar 15. Evapotranspirasi (mm/hari) Tanggal rerata kelembaban (%) rerata suhu harian ( C) Etc (mm/hari) rerarta kelembaban (%), rerata suhu ( C) Tanggal rerata suhu harian ( C) rerata kelembaban (%) Etc (mm/hari) rerata kelembaban (%), rerata suhu ( C) 25 Gambar 15. Grafik evapotranspirasi, rerata kelembaban dan suhu bulan April

11 26 Zero Runoff System (ZROS) Sistem Pemanenan Hujan Pemilihan dimensi rorak rekomendasi selain harus mampu menampung debit aliran permukaan dan menyesuaikan dengan zona perakaran tanaman pala. Dimensi rorak juga mempertimbangkan efektifitas kemampuan petani pala dalam menerapkan secara mandiri di kebun pala. Penentuan unit analisis supaya memudahkan dalam pengelolaan dan penentuan jumlah rorak yang harus diaplikasikan pada tiap unit analisis. Analisis Zero Runoff System pada tiap unit analisis A sampai F. Perbedaan kondisi kontur dan jarak tempuh aliran air pada tiap unit analisis menyebabkan jumlah rorak yang harus diaplikasikan di tiap unit tidak sama. Jumlah rorak dan saluran peresapan harus mampu menampung aliran permukaan baik berdasarkan curah hujan rencana maupun curah hujan tertinggi selama penelitian. Unit analisis Zero Runoff System untuk sistem pemanenan hujan rekomendasi berdasarkan nilai curah hujan rencana menggunakan distribusi gumbel selama tahun dengan periode ulang 5 tahun sebesar 5.4 mm/hari. Nilai perkiraan debit aliran permukaan tertinggi terdapat pada unit analisis F dengan luas m 2 dengan nilai debit.48 m 3 /detik. Jumlah rorak rekomendasi tiap unit analisis ZROS selengkapnya disajikan pada Tabel 13. Unit Analisis Tabel 13. Zero Runoff System pada tiap unit analisis Luas (m 2 ) Ro (m 3 /detik) Jumlah Rorak P x l x t (m) 2.5 x.4 x.5 1 x.4 x.3 Jumlah s. peresapan P x l x t (m) 1 x.2 x.1 Debit tampung (m 3 ) A B C D E F G H I Unit analisis ZROS pada sistem pemanenan hujan rekomendasi berdasarkan curah hujan tertinggi selama penelitian yang terjadi pada tanggal 27 April 214 sebesar mm/hari. Nilai perkiraan debit aliran permukaan tertinggi terdapat pada unit analisis dengan luas m 2 dengan nilai debit.23 m 3 /detik. Jumlah rorak rekomendasi tiap unit analisis untuk ZROS selengkapnya disajikan pada Tabel 14.

12 27 Unit Analisis Tabel 14. Zero Runoff System (ZROS) pada 27 April 214 Luas (m 2 ) Ro (m 3 /detik) Jumlah Rorak P x l x t (m) Jumlah s. peresapan P x l x t (m) 2.5 x.4 x.5 1 x.4 x.3 1 x.2 x.1 Debit tampung (m 3 ) A B C D E F G H I Tinggi Muka Air Tanah Perubahan tinggi muka air tanah diukur di sumur yang berada di bawah lokasi penelitian dekat sungai pada tanggal April 214. Pengukuran ini bertujuan untuk mengamati perubahan tinggi muka air tanah saat terjadi hujan. Pengamatan tidak dilakukan dalam waktu lama karena pengaruh keamanan di lapangan. Grafik debit muka air tanah dan curah hujan disajikan pada Gambar 16. Tinggi muka air tanah (m) :1:54 13:1:54 18:1:54 23:1:54 3:1:54 8:1:54 13:1:54 18:1:54 23:1:54 3:1:54 8:1:54 13:1:54 18:1:54 23:1:54 3:1:54 8:1:54 13:1:54 18:1:54 23:1:54 3:1:54 8:1:54 13::4 18::4 23::4 3::4 8::4 13::4 18::4 23::4 3::4 8:: Tanggal 14 Gambar 16. Grafik tinggi muka air tanah dan curah hujan Hasil pengukuran tinggi muka air tanah di lahan pada tanggal 22 April 214 dengan curah hujan 63.8 mm/hari tinggi debit tertinggi mencapai 2.3 m dengan debit terendah sebesar 1.7 m. Pada tanggal 27 April 214 dengan curah hujan mm/hari tinggi maksimum muka air tanah mencapai 4.79 m dengan tinggi terendah sebesar 2.34 m.

13 28 Analisis Debit Rorak Debit aliran permukaan berasal dari air hujan yang tidak terinfiltrasi yang mengalir di atas permukaan tanah dan berpotensi mengangkut bagian-bagian tanah yang terlepas karena pukulan curah hujan. Sebagian debit aliran permukaan akan tertampung di rorak. Pada unit analisis B dicatat ketinggian air yang tertampung di rorak menggunakan AWLR. Besarnya debit di rorak debit teoritis dihitung menggunakan metode rasional. Pengukuran di lapangan pada rorak 2 dengan dimensi panjang 25 cm, lebar 4 cm dan dalam 5 cm. Debit teoritis tertinggi pada tanggal 27 April dengan nilai 1.68 liter/detik sedangkan debit perhitungan pada rorak dengan nilai debit tertinggi 1.63 liter/detik dengan rerata debit perhitungan sebesar 1.5 liter/detik data selengkapnya disajikan pada Gambar 17. Debit, Q (liter/detik) /2/14 6/3/14 13/3/14 2/3/14 27/3/14 3/4/14 Tanggal 1/4/14 17/4/14 24/4/ Curah hujan (mm/hari) curah hujan (mm/hari) Q pengukuran maksimum (liter/detik) Q pengukuran rata-rata (liter/detik) Q teoritis (liter/detik) Gambar 17. Grafik hubungan curah hujan dan debit rorak Sedimen Tertampung dalam Rorak Pemanfaatan rorak, saluran peresapan dan mulsa pada lahan pala berlereng untuk memperkecil debit dan kecepatan laju aliran permukaan. Selain itu memperkecil terjadi erosi dan sedimen yang keluar dari lokasi penelitian menuju badan air berupa sungai, irigasi sehingga mampu mempertahankan kesuburan lahan karena mampu mempertahankan top soil pada lokasi penelitian. Pengamatan sedimen pada rorak adalah serasah dan humus yang tertampung setelah hujan berlangsung. Pengamatan sedimen yang terjebak di rorak menggunakan mistar. Rorak 1 dengan dimensi 25 cm, 1 cm dan 4 cm yang dilengkapi saluran peresapan yang tidak memanfaatkan mulsa. Serasah tanaman lebih banyak menampung sedimen yang terbawa aliran permukaan baik humus dan serasah tanaman yang kebanyakan berupa daun pala. Rorak 2 dengan dimensi 25 cm, 1 cm dan 4 cm yang dilengkapi saluran peresapan yang memanfaatkan mulsa dari serasah tanaman dari rumput dan sisa tanaman sedikit tertampung sedimen karena adanya mulsa sehingga mengurangi erosi karena pukulan air hujan dan pengangkutan oleh aliran permukaan. Sedimen yang tertampung di rorak adalah humus tanah atau top soil dan serasah tanaman sehingga akan menjadi pupuk alami bagi tanaman. Selain itu pemilik lahan juga memanfaatkan sedimen yang tertampung di rorak sebagai

14 media tanaman pembenihan bibit pala. Meskipun sedimen bermanfaat dalam penelitian ini juga diminimalisir terjadi sedimen di rorak dengan memanfaatkan mulsa. Hasil pengamatan sedimen yang tertampung di rorak 1 dan 2 disajikan pada Gambar tinggi sedimen (mm/hari) /2/14 4/3/14 2/3/14 22/3/14 28/3/14 2/4/14 5/4/14 1/4/14 Tanggal 14/4/14 17/4/14 21/4/14 Gambar 18. Grafik curah hujan dan sedimen pada rorak 1 dan rorak 2 27/4/14 1/5/ Curah Hujan (mm/hari) curah hujan (mm) sedimen rorak 1 (mm) serasah di rorak 1 (mm) sedimen di rorak 2 mulsa (mm) serasah rorak 2 mulsa (mm) Hasil pengamatan sedimen dan serasah pada rorak 1 dan rorak 2 selama 27 Februari - 3 Mei 214 terjadi peningkatan yang sangat tinggi pada hujan 27 April 214 dengan nilai sedimen pada rorak 1 setinggi 65 mm/hari dengan serasah 77.5 mm/hari. Peningkatan tinggi sedimen juga terjadi pada rorak 2 sebesar 35 mm/hari dengan tinggi serasah 45.6 mm/hari. Pada hujan 28 April 3 Maret 214 tidak terjadi peningkatan baik sedimen maupun serasah karena curah hujan berkisar mm//hari. Penurunan ketinggian serasah menjadi 45.5 mm/hari pada rorak 2. Penerapan dimensi rorak rekomendasi pada kedalaman 3 cm, lebar 4 cm dan panjang 1 cm juga terbilang efektif baik dalam menampung aliran permukaan maupun sedimen. Sedimen yang tertampung juga bervariasi sangat tergantung pada posisi rorak. Pengamatan pada tiga rorak 4, 11, 12 menunjukkan bahwa peningkatan sedimen tertinggi hari terjadi pada tanggal 27 April 214 di rorak 4 mencapai 7.7 mm/hari, rorak 11 mencapai 18.7 mm/hari dan rorak 12 mencapai 9 mm/ yang juga merupakan curah hujan tertinggi di lokasi penelitian sebesar mm/hari. Grafik tinggi sedimen pada rorak 4, 11 dan 12 dan curah hujan disajikan pada Gambar 19.

15 3 Tinggi Sedimen (mm/hari) /4/14 24/4/14 26/4/14 28/4/14 3/4/14 2/5/ Curah Hujan (mm/hari) Curah Hujan (mm) Tinggi Sedimen di Rorak 11 Tinggi Sedimen di Rorak 4 Tinggi Sedimen di Rorak 12 Tanggal Gambar 19. Grafik curah hujan dan tinggi sedimen Hasil pengukuran sedimen terakhir pada tanggal 3 Mei 214 pada rorak 11, rerata tinggi sedimen setinggi 18.7 mm/hari. Pada rorak 12, rerata tinggi sedimen setinggi 9.2 mm/hari. Pada rorak 4, rerata tinggi sedimen akhir setinggi 7.8 mm/hari. Perbedaan tinggi sedimen karena pengaruh posisi rorak di lahan yang berbeda baik lerengnya dan tutupan lahan yang tidak seragam. PEMBAHASAN Analisis Aliran Permukaan Arsyad (21) menyatakan bahwa air hujan yang jatuh ke tanah terbuka akan menyebabkan tanah terdispersi dan jika intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah maka air akan mengalir diatas permukaan. Hasil pengamatan di lapangan setelah mempertimbangkan kontur penelitian dengan luas secara keseluruhan 1.3 ha dan pengamatan pada saat hujan di lapangan maka dirumuskan 9 unit analisis daerah peresapan yang selanjutnya sebagai dasar pertimbangan dalam analisis aliran permukaan. Keadaan kontur penelitian disajikan pada (Gambar 2). Aliran permukaan merupakan bagian dari curah hujan yang terjadi di lahan. Pendugaan nilai debit dengan nilai tertinggi dihitung dengan persamaan metode rasional. Koefisien aliran c diambil melalui pendekatan metode rasional Hassing dengan tektur tanah termasuk lempung dan lanau (debu) dengan kemiringan daerah penggunungan melebihi >2%, daerah peresapan berupa lahan pertanian yang bernilai.53 dan sebagian daerah peresapan berupa lahan pertanian yang ditumbuhi padang rumput dengan nilai.57.

16 31 Gambar 2. Peta kontur lokasi penelitian Pengamatan dilapangan saat hujan dan kontur lahan pala dirumuskan sembilan unit analisis yaitu, unit analisis A sampai I. Nilai debit tertinggi terdapat pada unit analisis F dengan luas m 2 dengan nilai debit.57 m 3 /detik dengan nilai koefisien drainase Nilai Unit analisis selengkapnya disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Unit analisis untuk aliran permukaan hujan rencana Unit Analisis Luas (m 2 ) I (mm/jam) kelerengan (%) C Q teoritis (m 3 /dtk) A B C D E F G H I Pengamatan di lapangan terjadi meluap aliran permukaan pada desain debit rencana pada tanggal 27 April 214 (lampiran 11). Maka dilakukan unit analisis berdasarkan curah hujan tertinggi pada tanggal 27 April 214 sebesar mm/hari. Nilai debit tertinggi terdapat pada unit analisis F dengan luas sebesar m 2 dengan nilai debit.24 m 3 /detik. Nilai perkiraan unit analisis debit pada tanggal 27 April 214 disajikan pada Tabel 16.

17 32 Tabel 16. Unit analisis aliran permukaan tanggal 27 April 214 Unit Analisis Luas (m 2 ) I (mm/jam) kelerengan (%) C Q teoritis (m 3 /dtk) A B C D E F G H I Perbedaan nilai debit aliran permukaan pada Tabel 15. dan Tabel 16. berdasarkan data pengukuran topografi di lapangan areal kebun penelitian yang berada pada kemiringan tidak sama yaitu berada 25-33% dan luasan unit analisis yang berbeda. Akbar (213) menyatakan perbedaan dalam bentuk wilayah suatu daerah akan menyebabkan perbedaan dalam gerak air tanah bebas dan jenis-jenis vegetasi yang tumbuh di permukaan tersebut. Setiap unit analisis memiliki nilai intensitas hujan, debit yang berbeda sesuai bentuk dan topograpi daerah yang diamati. Analisis aliran permukaan di lahan menurut pendekatan Chow (1959) termasuk aliran berubah lambat laun (gradually varied) karena kedalaman aliran berubah di sepanjang saluran rorak. Hasil penelitian Wirasembada (214) Debit runoff (aliran permukaan) yang terjadi di hulu das Cidanau dengan luasan lahan 8472 m 2 sebesar.63 m 3 /dtk. Untuk menekan runoff (aliran permukaan) tersebut, diperlukan 2 rorak utama berdimensi 1 x 1 x 4 cm dan 1 rorak pendukung berdimensi 6 x 6 x 4 cm sehingga total volume rorak yang mampu ditampung sebesar 2.44 m 3. Arsyad (21) menyatakan pada suatu DAS kecil, puncak laju aliran permukaan mengikuti puncak laju hujan dengan selisih beberapa menit. Akibat laju tertinggi yang menimbulkan kerusakan, penting untuk mengetahui laju aliran permukaan. Desain Saluran air, teras, dan bangunan konservasi tanah direncanakan berdasarkan puncak laju aliran permukaan. Analisis Koefisien Drainase Analisis koefisien drainase sangat perlu dilakukan untuk melengkapi analisis aliran permukaan sebelum dilakukan desain pada lahan pala. Pendekatan analisis koefisien drainase pada penelitian ini menggunakan data dari analisis aliran permukaan. Nilai perkiraan unit analisis koefisien drainase pada tanggal 27 April 214 disajikan pada Tabel 17.

18 33 Unit Analisis Tabel 17. Analisis koefisien drainase Luas (m 2 ) I (mm/jam) Q teoritis (m 3 /dtk) koefisiendrainase (liter/ha.det) A B C D E F G H I Nilai koefisien drainase yang dihasilkan merupakan nilai koefisien drainase yang terjadi pada setiap unit analisis dan luas penggunaan lahan pala. Hasil analisis menunjukkan bahwa setiap perbedaan besarnya curah hujan dan jenis penggunaan lahan di setiap lokasi memberikan besarnya nilai koefisien drainase yang berbeda. Nilai koefisien drainase pada tanggal 27 April 214 menjadi nilai koefisien maksimum tertinggi terjadi pada unit analisi C hasil pengukuran sebesar 25 liter/ha.detik. Nilai koefisien drainase terendah terjadi pada unit analisis A sebesar liter/ha.detik. Menurut Feyen (1983) bahwa koefisien drainase merupakan akumulasi dari jumlah debit aliran permukaan pada badan air dari setiap aliran drainase lapang sehingga setiap debit aliran yang dihasilkan dari setiap kejadian hujan akan berbanding lurus dengan besarnya nilai koefisien drainase. Pemilihan nilai koefisien tertinggi akan menyebabkan hasil desain. Wijaya (214) menyatakan Koefisien drainase perumahan ditentukan berdasarkan debit limpasan (aliran permukaan), klasifikasi luas dan jenis penggunaan lahan, topografi serta jumlah curah hujan. Nilai koefisien drainase di perumahan Bogor Nirwana Residance berkisar m 3 /det.ha dari debit limpasan m 3 /det pada kawasan perumahan dengan luas lahan berkisar ha, topografi %, RTH % dan KDB %, serta jumlah curah hujan rencana mm. Feyen (1983) menyatakan Curah hujan yang berlebihan dari koefisien konsumtif tanaman (Kc) dan fase kritis tanaman terkait kebutuhan air (ky) akan menjadi debit yang harus ditampung dari desain sistem pemanenan hujan yang tepat untuk dimensi saluran peresapan dan rorak. Desain Rorak dan Saluran Peresapan Desain awal posisi rorak menyesuaikan dengan posisi kontur lokasi penelitian. Setelah diamati beberapa kali hujan di lokasi penelitian selanjutnya diselaraskan dengan posisi kontur penelitian diperoleh 9 unit analisis untuk lokasi rorak dengan kondisi saluran peresapan disesuaikan dengan kondisi lahan penelitian. Rorak pada unit analisis A dan B pada awal menyesuaikan dengan saluran yang sudah ada yaitu berupa rorak 1 dan rorak 2 tujuannya mengamati debit aliran permukaan ketika hujan dan mengukur sedimen yang terjadi di lahan sebelum dihasilkan desain dimensi yang optimal di lokasi penelitian.

19 34 Rorak 1 Tanpa Mulsa Rorak 1 adalah rorak yang terdapat pada unit analisis A tanpa mengunakan mulsa dengan dimensi rorak panjang 25 cm, lebar 4 cm dan dalam 5 cm. penutupan lahan yang diapit oleh sekelilingya tanaman pala namun untuk kondisi di depan rorak tanah dengan sedikit rumput serta runtuhan daunan. Hasil pengamatan sedimentasi di lokasi penelitian pada rorak 1 disajikan pada Gambar 21. Gambar 21. Tata letak penggaris pada rorak 1 Pembuatan Saluran peresapan pada rorak 1 untuk mengumpulkan aliran permukaan menuju rorak. Saluran resapan dibuat dengan dimensi lebar 2 cm dan dalam 15 cm dan panjang saluran m. Rorak 2 Menggunakan Mulsa Rorak 2 adalah rorak yang terdapat pada unit analisis B dengan mengunakan mulsa dengan penutupan lahan ditebarkan rumput/serasah yang berasal dari lokasi penelitian. Dimensi rorak 2 adalah 25 cm, lebar 4 cm dan dalam 5 cm yang juga dibuat saluran peresapan untuk mendukung pengumpulan debit menuju rorak. Pada rorak 2 diamati 2 hal berupa debit di dalam rorak menggunakan Automatic Water Level Recorder dan pengamatan tinggi sedimen mengguna mistar penggaris. Pembuatan saluran peresapan pada rorak 2 dengan dimensi lebar 2 cm dan dalam 15 cm.

20 35 Gambar 22. Foto rorak 2 yang disertai mulsa penyaring Dimensi rorak yang direkomendasi pada lahan pala adalah pada dalam 3 cm, lebar 4 cm dan panjang 1 cm. kedalaman 3 cm dinilai lebih efektif menyesuaikan dengan zona perakaran yang paling banyak berada pada 2-3 cm. Setiap rorak disertai saluran peresapan dari sisi kiri dan kanan dengan panjang 1 cm, dalam 1 cm dan lebar 2 cm. Gambar 23. Tata letak dan dimensi rorak dan saluran peresapan Penerapan dimensi rorak rekomendasi pada kedalaman 3 cm, lebar 4 cm dan panjang 1 cm juga terbilang efektif baik dalam menampung aliran permukaan maupun sedimen. Sedimen yang tertampung juga bervariasi sangat tergantung pada posisi rorak sesuai yang sudah dijabarkan pada Gambar 19.

3 METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian 8 3 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada lahan kebun pala milik pengurus Forum Pala Aceh di Kecamatan Tapak Tuan, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh, Indonesia.

Lebih terperinci

Manfaat Penelitian. Ruang Lingkup Penelitian

Manfaat Penelitian. Ruang Lingkup Penelitian 2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menjadi panduan untuk petani dalam pengelolaan air hujan dan aliran permukaan di kebun pala untuk menekan penurunan hasil akibat kekurangan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

Pemanenan Air Hujan Mengunakan Konsep Zero Runoff System (ZROS) dalam Pengelolaan Lahan Pala Berkelanjutan

Pemanenan Air Hujan Mengunakan Konsep Zero Runoff System (ZROS) dalam Pengelolaan Lahan Pala Berkelanjutan Fachruddin, dkk. ISSN 0853-2982 Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Pemanenan Air Hujan Mengunakan Konsep Zero Runoff System (ZROS) dalam Pengelolaan Lahan Pala Berkelanjutan Abstrak Fachruddin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kadar Air Tanah Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon maupun tanaman semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di II. TINJAUAN PUSTAKA A. Embung Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang berada di bagian hulu. Konstruksi embung pada umumnya merupakan

Lebih terperinci

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7) 7 Persamaan-persamaan tersebut kemudian dikonversi menjadi persamaan volumetrik (Persamaan 5) yang digunakan untuk mendapatkan nilai kadar air tanah dalam % volume. 3.3.5 Pengukuran Curah Hujan dan Tinggi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium Sentraldan Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian dan Laboratorium Ilmu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan Curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu (Arsyad, 2010). Menurut Tjasyono (2004), curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi

TINJAUAN PUSTAKA. profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi 12 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi didefinisikan sebagai peristiwa masuknya air ke dalam tanah. Jika cukup air, maka air infiltrasi akan bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam profil tanah. Gerakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah TINJAUAN PUSTAKA Erodibilitas Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Air Secara Umum Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Tanah yang ideal terdiri dari sekitar 50% padatan, 25% cairan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum Gagasan untuk mewujudkan suatu bangunan harus didahului dengan survey dan investigasi untuk mendapatkan data yang sesuai guna mendukung terealisasinya sisi pelaksanaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2012) TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami proses-proses aliran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Pengertian Sumur Resapan Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Sumur resapan

Lebih terperinci

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi % liat = [ H,( T 68),] BKM % debu = 1 % liat % pasir 1% Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3... pf pf ialah logaritma dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Pada penelitian ini, bahan utama yang digunakan dalam pembuatan model tanggul adalah tanah jenis Gleisol yang berasal dari Kebon Duren, Depok, Jawa Barat.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 ) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi Pada umumnya ketersediaan air terpenuhi dari hujan. Hujan merupakan hasil dari proses penguapan. Proses-proses yang terjadi pada peralihan uap air dari laut ke

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nitrogen tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Variasi kandungan nitrogen dalam tanah terjadi akibat perubahan topografi, di samping pengaruh iklim, jumlah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung

Lebih terperinci

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng 124 Bab VI Kesimpulan Lokasi penelitian, berupa lahan pertanian dengan kondisi baru diolah, tanah memiliki struktur tanah yang remah lepas dan jenis tanah lempung berlanau dengan persentase partikel tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air BAB I PENDAHULUAN I. Umum Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya.

Lebih terperinci

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH.

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH. MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH-AIR-TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2013) Lab. Fisika Tanah FPUB TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peil Banjir Peil Banjir adalah acuan ketinggian tanah untuk pembangunan perumahan/ pemukiman yang umumnya di daerah pedataran dan dipakai sebagai pedoman pembuatan jaringan drainase

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk, terutama manusia. Dua pertiga wilayah bumi terdiri dari lautan

Lebih terperinci

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air. 4.4 Perhitungan Saluran Samping Jalan Fungsi Saluran Jalan Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi utama : - Membawa

Lebih terperinci

EROSI DAN SEDIMENTASI

EROSI DAN SEDIMENTASI EROSI DAN SEDIMENTASI I. PENDAHULUAN Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan.

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Curah Hujan Drainase adalah ilmu atau cara untuk mengalirkan air dari suatu tempat, baik yang ada dipermukaan tanah ataupun air yang berada di dalam lapisan tanah, sehingga

Lebih terperinci

Teknik Konservasi Waduk

Teknik Konservasi Waduk Teknik Konservasi Waduk Pendugaan Erosi Untuk memperkirakan besarnya laju erosi dalam studi ini menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) atau PUKT (Persamaan umum Kehilangan Tanah). USLE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soemarto (1999) infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut (Soemarto,1999). Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian,

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Pemilihan Tanah dan Tanaman

Mulai. Studi Literatur. Pemilihan Tanah dan Tanaman Lampiran 1. Flowchart Penelitian Mulai Studi Literatur Pemilihan Tanah dan Tanaman Persiapan Benih Tanaman Persiapan Tanah : - Pengayakan tanah - pemasukan tanah dalam polibag - pemantapan tanah Penanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi 2 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi vertikal, yaitu gerakan ke

Lebih terperinci

Karakteristik Fisika dan Kimia Tanah. Coklat kehitaman. Specific gravity Bobot isi 0.91

Karakteristik Fisika dan Kimia Tanah. Coklat kehitaman. Specific gravity Bobot isi 0.91 77 BAB V Hasil dan Pembahasan Pada bab ini diuraikan hasil hasil penelitian berupa hasil pengamatan, perhitungan formula limpasan air permukaan, perhitungan formula prediksi erosi dan perhitungan program

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi

TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk ke dalam tanah. Perkolasi merupakan kelanjutan aliran air tersebut ke tanah yang lebih dalam. Dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol Tanah Latosol adalah tipe tanah yang terbentuk melalui proses latosolisasi. Proses latosolisasi memiliki tiga proses utama, yaitu (1) pelapukan intensif yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa Sumber Brantas Kota Batu Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember

Lebih terperinci

Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Disusun untuk melengkapi tugas TIK Disusun Oleh: Bachrul Azali 04315046 Tugas TIK Universitas Narotama 2015 http://www.narotama.ac.id 04315044 Bachrul azali Page 1 Erosi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Stasiun Pengamat Hujan Untuk melakukan analisa ini digunakan data curah hujan harian maksimum untuk tiap stasiun pengamat hujan yang akan digunakan dalam analisa

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN Sugeng Sutikno 1, Mutia Sophiani 2 1 Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Subang 2 Alumni

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai komunitas tumbuhan juga memiliki fungsi hidrologis dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai peran yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Erosi adalah proses terkikis dan terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah oleh media alami yang berupa air. Tanah dan bagian bagian tanah yang terangkut dari suatu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Gleisol Sifat fisik tanah berhubungan dengan kondisi asli tanah dan dapat menentukan jenis tanah. Pada penelitian ini digunakan tanah gleisol di Kebon Duren,

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. C-organik Tanah Andosol Dusun Arca 4.1.1. Lahan Hutan Hasil pengukuran kadar C-organik tanah total, bebas, terikat liat, dan terikat seskuioksida pada tanah Andosol dari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan April sampai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan April sampai III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan April sampai dengan bulan Juli 2011. Tempat penelitian adalah Rayon I Unit

Lebih terperinci

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik Latar Belakang: Penghutan kembali atau reboisasi telah banyak dilakukan oleh multipihak untuk menyukseskan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*) PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS Oleh: Suryana*) Abstrak Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dilakukan secara integratif dari komponen biofisik dan sosial budaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lereng 2.1.1 Kemiringan Lereng Kemiringan lereng menunjukan besarnya sudut lereng dalam persen atau derajat. Dua titik yang berjarak horizontal 100 meter yang mempunyai selisih

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pertanaman Sayuran Lahan sayuran merupakan penggunaan lahan dominan di Desa Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Tanaman sayuran yang diusahakan antara lain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Infiltrasi adalah gerakan air permukaan tanah masuk ke dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Infiltrasi adalah gerakan air permukaan tanah masuk ke dalam 6 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi adalah gerakan air permukaan tanah masuk ke dalam tanah.infiltrasi (vertikal) ke dalam tanah yang pada mulanya tidak jenuh, terjadi di bawah pengaruh hisapan matriks

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE)

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE) BAB 5 DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE) Tujuan Untuk mengeringkan lahan agar tidak terjadi genangan air apabila terjadi hujan. Lahan pertanian, dampak Genangan di lahan: Akar busuk daun busuk tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA Ronaldo Toar Palar L. Kawet, E.M. Wuisan, H. Tangkudung Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut TINJAUAN PUSTAKA Erosi Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagianbagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 13 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai Desember 2011 dan terbagi menjadi 2 tempat yakni lapang dan laboratorium. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph) KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi hidrologis di Sub Daerah Aliran Ci Karo, maka penulis dapat menarik

Lebih terperinci

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA A. TA AH Istilah tanah (soil) berasal dari kata latin solum yang berarti bagian teratas dari kerak bumi yang dipengaruhi oleh proses pembentukan tanah. Tanah dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK DAS Citarum merupakan DAS terpanjang terbesar di Jawa Barat dengan area pengairan meliputi Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Bekasi, Cianjur, Indramayu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia hidup tergantung dari tanah dan sampai keadaan tertentu tanah yang baik itu juga tergantung dari manusia. Pengelolaan tanah yang kurang baik bisa mengakibatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai September 2014 di Dukuh Kaliwuluh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah dan Laboratorium Hidrolika dan Hidromekanika, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanah Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Pengamatan sebaiknya dilakukan pada profil tanah yang baru dibuat. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Parameter Infiltrasi Metode Horton Tabel hasil pengukuran laju infiltrasi double ring infiltrometer pada masingmasing lokasi dapat dilihat pada Lampiran A. Grafik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya dan hubungan

Lebih terperinci

Erosi. Rekayasa Hidrologi

Erosi. Rekayasa Hidrologi Erosi Rekayasa Hidrologi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN Spectra Nomor 11 Volume VI Januari 008: 8-1 KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN Ibnu Hidayat P.J. Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas Comosus) Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih kurang 1.200 meter diatas permukaan laut (dpl). Di daerah tropis Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar dan tersebar di Kalimantan, Sumatera, Maluku, Papua, Sulawesi, Jawa dan Nusa Tenggara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Aliran Permukaan. menuju ke saluran-saluran (sungai, danau, atau laut) (Haridjaja dkk, 1990).

TINJAUAN PUSTAKA. Aliran Permukaan. menuju ke saluran-saluran (sungai, danau, atau laut) (Haridjaja dkk, 1990). TINJAUAN PUSTAKA Aliran Permukaan Aliran permukaan adalah bagian dari hujan atau presipitasi yang alirannya menuju ke saluran-saluran (sungai, danau, atau laut) (Haridjaja dkk, 1990). Selama aliran permukaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah dilakukan penelitian dengan mengumpulkan data skunder dari instansi terkait, dan data primer hasil observasi dan wawancara maka dapat diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pengertian Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh penulis, adalah sebagai berikut :. Hujan adalah butiran yang jatuh dari gumpalan

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Umum Embung merupakan bangunan air yang selama pelaksanaan perencanaan diperlukan berbagai bidang ilmu guna saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin 2004). Erosi merupakan tiga proses

Lebih terperinci

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^ m. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, di mulai pada bulan Mei sampai Juli 2010, meliputi pelaksanaan survei di lapangan dan dilanjutkan dengan analisis tanah di

Lebih terperinci

Sifat-sifat fisik tanah. Texture Structure Soil density Bulk density Moisture content Porosity Measurement methods

Sifat-sifat fisik tanah. Texture Structure Soil density Bulk density Moisture content Porosity Measurement methods Sifat-sifat fisik tanah Texture Structure Soil density Bulk density Moisture content Porosity Measurement methods Physical properties of a soil Karakteristik sifat fisik tanah dapat dilihat dengan mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai tempat terutama daerah tropis khususnya di daerah pegunungan yang nantinya akan sangat berpengaruh

Lebih terperinci

PENENTUAN BULK DENSITY ABSTRAK

PENENTUAN BULK DENSITY ABSTRAK PENENTUAN BULK DENSITY Fauziah Mas ud Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Bulk density merupakan berat suatu massa tanah per satuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Green House Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi 2.1.1 Curah hujan rata-rata DAS Beberapa cara perhitungan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah aliran, yaitu : 1. Arithmatic Mean Method perhitungan curah

Lebih terperinci