BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. satu dari beberapa Unit Eselon 1 di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
|
|
- Widyawati Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 44 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Profil Ditjen Migas Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) merupakan salah satu dari beberapa Unit Eselon 1 di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Dipimpin oleh Ibu Dr. Ing. Evita Herawati. Tugas utama Ditjen Migas adalah merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang minyak dan gas bumi. 3.2 Sejarah Ditjen Migas 1. Tahun 1945 : Lembaga pertama yang menangani Pertambangan di Indonesia adalah Jawatan Tambang dan Geologi yang dibentuk pada tanggal 11 September Jawatan ini, semula bernama Chisitsu Chosajo, bernaung di Kementerian Kemakmuran. 2. Tahun 1952 : Jawatan dan Geologi yang pada saat itu berada di Kementerian Perindustrian, berdasarkan SK Menteri Perekonomian no a/m tahun 1952, di ubah menjadi Direktorat Pertambangan yang terdiri atas Pusat Jawatan Pertambangan dan Pusat Jawatan Geologi. 3. Tahun 1957 : Berdasarkan Keppres no.131 Tahun 1957 Kementerian Perekonomian dipecah menjadi Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian. Berdasarkan SK Menteri Perindustrian no a/m tahun 1957, pusat-pusat dibawah Direktorat Pertambangan berubah menjadi Jawatan Pertambangan dan Jawatan Geologi. 44
2 45 4. Tahun 1959 : Kementerian Perindustrian dipecah menjadi Departemen Perindustrian Dasar/Pertambangan dan Departemen Perindustrian Rakyat dimana bidang pertambangan minyak dan gas bumi berada dibawah Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan. 5. Tahun 1961 : Pemerintah membentuk Biro Minyak dan Gas Bumi yang berada dibawah Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan. 6. Tahun 1962 : Jawatan Geologi dan Jawatan Pertambangan diubah menjadi Direktorat Geologi dan Direktorat Pertambangan. 7. Tahun 1963 : Biro Minyak dan Gas Bumi diubah menjadi Direktorat Minyak dan Gas Bumi yang berada dibawah kewenangan Pembantu Menteri Urusan Pertambangan dan Perusahaan-perusahaan Tambang Negara. 8. Tahun 1965 : Departemen Perindustrian Dasar/Pertambangan dipecah menjadi tiga departemen yaitu : Departemen Perindustrian Dasar, Departemen Pertambangan, dan Departemen Urusan Minyak dan Gas Bumi. 9. Pada tanggal 11 Juni 1965 Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi menetapkan berdirinya Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas). 10. Tahun 1966 : Departemen Urusan Minyak dan Gas Bumi dilebur menjadi Kementerian Pertambangan dan Migas yang membawahi Departemen Minyak dan Gas Bumi. 11. Tahun 1966 : Dalam Kabinet Ampera, Departemen Minyak dan Gas Bumi dan Departemen Pertambangan dilebur menjadi Departemen Pertambangan. 12. Tahun 1978 : Departemen Pertambangan berubah menjadi Departemen Pertambangan dan Energi. 13. Tahun 2000 : Departemen Pertambangan dan Energi berubah menjadi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
3 Tahun 2009 : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral berubah menjadi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Perpres no 47/2009 tanggal 3 November Visi Ditjen Migas Visi dari Ditjen Migas adalah terpenuhinya kebutuhan bahan baku dan bahan bakar minyak dan gas bumi, gas dan atau cairan dari batubara dan gas metana batubara, serta tercapainya optimalisasi penerimaan negara minyak dan gas bumi dan peningkatan pemanfaatan bahan-bahan lain. 3.4 Misi Ditjen Migas Misi dari Ditjen Migas adalah: 1. Melaksanakan pengelolaan sumber daya minyak dan gas bumi, gas, dan atau cairan dari batubara serta gas metana batubara yang menguntungkan Negara. 2. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia bidang minyak dan gas bumi. 3. Menciptakan iklim investasi yang kondusif di bidang minyak dan gas bumi. 4. Mendorong pemerataan, pembangunan, pengembangan masyarakat disekitar kegiatan usaha minyak dan gas bumi, dan peningkatan pelayanan dan kerjasama dengan para pemangku kepentingan (stakeholders). 5. Menumbuhkembangkan industri minyak dan gas bumi nasional beserta industri lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang handal, aman dan ramah lingkungan.
4 47 6. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pemanfaatan bahan bakar minyak dan gas bumi, gas, dan atau cairan dari batubara, gas metana batubara serta hasil olahan. 7. Menyusun kebijakan dan menerapkan pengawasan dan pengaturan kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang aman, handal dan ramah lingkungan, serta memenuhi keselamatan migas. 8. Menyusun standarisasi mutu, kompetensi, dan teknologi dalam kegiatan minyak dan gas bumi, gas, dan atau cairan dari batubara serta gas metana batubara. 9. Menyusun dan menerapkan spesifikasi bahan bakar yang ramah lingkungan dengan penyempurnaan parameter sesuai dengan perkembangan teknologi dan lingkungan. 10. Mengembangkan keberpihakan kepada perusahaan dalam negeri, industri kecil, dan menengah. 11. Membangun jaringan kerjasama potensi nasional yang terintegrasi melalui masyarakat migas Indonesia. 12. Meningkatkan kehandalan pasokan bahan bakar dan bahan baku. 13. Mengintegrasikan pembangunan sub sektor minyak dan gas bumi dalam pengembangan tata ruang wilayah nasional, regional, dan daerah. 3.5 Tugas dan Fungsi Ditjen Migas Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang minyak dan gas bumi.
5 48 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1. Perumusan kebijakan di bidang minyak dan gas bumi. 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang minyak dan gas bumi. 3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang minyak dan gas bumi. 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang minyak dan gas bumi. 5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. 3.6 Struktur Organisasi Ditjen Migas Gambar 3.1 Struktur Organisasi Ditjen Migas
6 Tugas dan Fungsi 1. Sekretariat Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Sekretariat Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit di lingkungan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai fungsi : a. koordinasi pelaksanaan kegiatan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi; b. koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran, laporan, akuntabilitas dan evaluasi kinerja serta pengelolaan sistem informasi; c. pengelolaan administrasi perbendaharaan, barang milik negara, serta akuntansi dan pertanggungjawaban keuangan; d. koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, pemberian pertimbangan dan penelahaan hukum dan urusan hubungan masyarakat; dan pengelolaan urusan ketatausahaan, perlengkapan, rumah tangga, kepegawaian, organisasi dan tata laksana. Sekretariat Direktorat Jenderal terbagi dalam empat bagian, yaitu: 1. Bagian Rencana dan Laporan 2. Bagian Keuangan 3. Bagian Hukum 4. Bagian Umum dan Kepegawaian 2. Direktorat Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi
7 50 Direktorat Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan program minyak dan gas bumi. Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi mempunyai fungsi: a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyiapan program, pengembangan investasi, penerimaan negara, pemberdayaan potensi dalam negeri, dan kerja sama minyak dan gas bumi; b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyiapan program, pengembangan investasi, penerimaan negara, pemberdayaan potensi dalam negeri,dan kerja sama minyak dan gas bumi; c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang penyiapan program, pengembangan investasi, penerimaan negara, pemberdayaan potensi dalam negeri,dan kerja sama minyak dan gas bumi; penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi penyiapan program, pengembangan investasi, penerimaan negara, pemberdayaan potensi dalam negeri, dan kerja sama minyak dan gas bumi. Direktorat Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi terbagi dalam lima bagian, yaitu: 1. Sub Direktorat Penyiapan Program Minyak dan Gas Bumi. Subdirektorat Penyiapan Program Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di
8 51 bidang penyiapan program, rencana strategis, pengembangan dan pemanfaatan minyak dan gas bumi. Sub Direktorat Penyiapan Program Minyak dan Gas Bumi terdiri atas: a. Seksi Penyiapan Program Pengembangan Minyak dan Gas Bumi. Seksi Penyiapan Program Pengembangan Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyiapan program pengembangan minyak dan gas bumi. b. Seksi Penyiapan Program Pemanfaatan Minyak dan Gas Bumi. Seksi Penyiapan Program Pemanfaatan Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyiapan program pemanfaatan minyak dan gas bumi. 2. Sub Direktorat Pengembangan Investasi Minyak dan Gas Bumi. Subdirektorat Pengembangan Investasi Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan investasi minyak dan gas bumi. Subdirektorat Pengembangan Investasi Minyak dan Gas Bumi terdiri atas: a. Seksi Pengembangan Investasi Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Seksi Pengembangan Investasi Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
9 52 penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan investasi usaha hulu minyak gas bumi. b. Seksi Pengembangan Investasi Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi. Seksi Pengembangan Investasi Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan investasi usaha hilir minyak gas bumi. 3. Sub Direktorat Penerimaan Negara Minyak dan Gas Bumi. Subdirektorat Penerimaan Negara Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penerimaan negara dan minyak gas bumi. Sub Direktorat Penerimaan Negara Minyak dan Gas Bumi terdiri atas: a. Seksi Perencanaan Penerimaan Negara Minyak dan Gas Bumi. Seksi Perencanaan Penerimaan Negara Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perencanaan penerimaan negara dan bagi hasil minyak gas bumi. b. Seksi Perhitungan Penerimaan Negara Minyak dan Gas Bumi. Seksi Perhitungan Penerimaan Negara Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
10 53 norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perhitungan penerimaan negara dan bagi hasil minyak gas bumi. 4. Sub Direktorat Pemberdayaan Potensi Dalam Negeri Minyak dan Gas Bumi. Subdirektorat Pemberdayaan Potensi Dalam Negeri Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemberdayaan potensi dalam negeri minyak gas bumi. Sub Direktorat Pemberdayaan Potensi Dalam Negeri Minyak dan Gas Bumi terdiri atas: a. Seksi Penggunaan Barang Operasi Minyak dan Gas Bumi. Seksi Penggunaan Barang Operasi Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang rencana penggunaan barang operasi minyak gas bumi. b. Seksi Penggunaan Tenaga kerja Minyak dan Gas Bumi. Seksi Penggunaan Tenaga kerja Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang rencana penggunaan tenaga kerja minyak gas bumi. 5. Sub Direktorat Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi.
11 54 Subdirektorat Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang program kerja sama minyak gas bumi. Subdirektorat Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi terdiri atas: a. Seksi Bilateral dan Dalam Negeri Minyak dan Gas Bumi. Seksi Bilateral dan Dalam Negeri Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang program kerja sama bilateral dan dalam negeri minyak gas bumi. b. Seksi Multilateral dan Regional Minyak dan Gas Bumi. Seksi Multilateral dan Regional Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang program kerja sama multilateral dan regional minyak gas bumi. 3. Direktorat Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Direktorat Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas merumuskan kebijakan pengembangan usaha, serta pengaturan dan pembinaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi. Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi menyelenggarakan fungsi:
12 55 a. perumusan pedoman dan prosedur pelayanan usaha hulu minyak dan gas bumi; b. pengurusan pengaturan dan pembinaan pengawasan usaha hulu; c. penyiapan rekomendasi persetujuan pengembangan lapangan pertama, rencana kerja kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), kontrak perpanjangan KKKS dan pengelolaan data; d. penyiapan rekomendasi izin survey umum wilayah terbuka dan survey di Wilayah Kerja (WK) aktif; e. pengelolaan WK, serta penyiapan dan penilaian dokumen penawaran WK. Direktorat Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi terbagi dalam lima bagian, yaitu: 1. Sub Direktorat Pengembangan Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi Konvensional 2. Sub Direktorat Pengawasan Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi 3. Sub Direktorat Penilaian Pengembangan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi 4. Sub Direktorat Pengawasan Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi 5. Sub Direktorat Pengembangan Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi Non Konvensional. 4.Direktorat Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi Direktorat Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas melaksanakan kebijakan pengembangan usaha, serta pengaturan dan pembinaan kegiatan usaha hilir minyak dan gas bumi.
13 56 Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi menyelenggarakan fungsi: a. perumusan pedoman dan prosedur pelayanan usaha hilir minyak dan gas bumi dan/atau hasil olahan; b. perumusan pengaturan pengawasan usaha hilir minyak dan gas bumi, hasil olahan dan bahan bakar lain; c. perumusan pengaturan Penugasan, Penyediaan, Pendistribusian jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu (P3JBT) atau Public Service Obligation; d. penyiapan rekomendasi izin usaha hilir, serta perhitungan tarif fasilitas P3JBT; e. perumusan jenis bahan bakar minyak, bahan bakar gas, Light Petroleum Gas (LPG), Light Natural Gas (LNG), bahan bakar lain, hasil olahan dan produk akhir yang dipasarkan di dalam negeri. Direktorat Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi terbagi dalam lima bagian, yaitu: 1. Sub Direktorat Pengolahan Minyak dan Gas Bumi 2. Sub Direktorat Pengangkutan Minyak dan Gas Bumi 3. Sub Direktorat Penyimpanan Minyak dan Gas Bumi 4. Sub Direktorat Niaga Minyak dan Gas Bumi 5. Sub Direktorat Harga dan Subsidi Bahan Bakar 5. Direktorat Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi Direktorat Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan pembinaan
14 57 teknis, serta pembinaan lindungan lingkungan dan usaha penunjang di bidang minyak dan gas bumi. Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan pedoman dan prosedur kerja; b. perumusan kebijakan teknis serta pengaturan keselamatan operasi dan kelaikan teknis; c. perumusan Rancangan Standardisasi Nasional Indonesia (RSNI) dan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI), serta pemberlakuan standar wajib dan spesifikasi teknik wajib; d.pembinaan lembaga sertifikasi untuk lembaga inspeksi, profesi personil, produk, sistem mutu dan uji laboratorium sesuai kewenangannya; e. pembinaan lindungan lingkungan dan usaha penunjang minyak dan gas bumi; Direktorat Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi terbagi dalam lima bagian, yaitu: 1. Sub Direktorat Keteknikan dan Keselamatan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi 2. Sub Direktorat Keselamatan Hulu Minyak dan Gas Bumi 3. Sub Direktorat Keselamatan Hilir Minyak dan Gas Bumi 4. Sub Direktorat Usaha Penunjang Minyak dan Gas Bumi 5. Sub Direktorat Standarisasi Minyak dan Gas Bumi
15 Analisis Sistem yang Sedang Berjalan Kebutuhan terhadap data dan informasi mengenai kegiatan eksploitasi sumber daya alam khususnya volume minyak dan gas bumi menjadi sangat penting dan strategis karena terkait sebagai dasar perhitungan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (SDA) Migas. Disamping itu dari hasil rapat antara pemerintah (Departemen ESDM) dengan anggota DPR RI, meminta pemerintah untuk melaksanakan monitoring dan pengawasan produksi lifting secara langsung. Konsep pengelolaan minyak dan gas bumi yang berupa bagi hasil dengan sejumlah perusahaan minyak baik asing maupun domestik yang dalam pelaksanaannya sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), menyebabkan data dan informasi mengenai volume minyak dan gas bumi yang dihasilkan secara akurat menjadi suatu kebutuhan bagi semua stakeholder yang terkait. Pada prinsipnya Sistem Monitoring Volume Lifting Minyak dan Gas Bumi terdiri dari 2 (dua) metode pengawasan yaitu: 1. Sistem Monitoring Volume Lifting Minyak dan Gas Bumi Online Nonrealtime (Berbasis web) adalah sistem pengawasan yang berbasis web interface dimana dalam sistem ini Ditjen Migas mengawasi pergerakan volume produksi dan lifting minyak dan gas bumi melalui data-data real yang dikirim oleh KKKS setiap bulan. Modul yang dimiliki dalam sistem berbasis web interface ini adalah Modul Akuisisi Data adalah modul untuk mengakuisisi data yang dibutuhkan sistem ini, sistem akusisi data ini dapat dilakukan melalui 3 (tiga) cara yaitu: upload data melalui website lifting migas, mengirimkan data melalui ftp, dan mengirimkan data melalui
16 59 Modul Back Allocation adalah modul yang menyediakan engine perhitungan back allocation yang menghitung alokasi volume produksi dan lifting minyak dan gas bumi ke masing-masing sumur di daerah penghasil Modul Reporting adalah modul sistem pelaporan yang dihasilkan dari engine perhitungan back allocation sesuai dengan pelaporan yang dibutuhkan Ditjen Migas, Satuan Kerja Sementara Pelaksana (SKSP) dan KKKS. Modul Sistem Informasi Geografis (GIS) adalah modul yang disediakan untuk visualisasi sumur, CTP (Custody Transfer Point), blok migas dan daerah penghasil migas. 2. Sistem Monitoring Volume Lifting Minyak dan Gas Bumi Online Realtime (Berbasis Scada) adalah suatu sistem berbasis SCADA yang dirancang untuk mengumpulkan data dan menampilkannya secara online di Migas Control Center, dan komponen dari sistem ini antara lain: Migas Control Center memiliki peralatan Active & Standby sebagai unit pengumpul/server dengan perangkat lunak Scada OPC server Peralatan di Field terdiri dari Remote Station Unit (RTU) dan atau Electronic Flow Measurement (EFM) Peralatan komunikasi (VSAT, GPRS, Radio Data Transfer) untuk mengirim data volume lifting minyak dan gas bumi Perangkat Lunak Wonderware In Touch 9.5 untuk menampilkan data volume lifting minyak dan gas bumi Database InSQL digunakan untuk menyimpan dan menempatkan data-data. Kedua sistem tersebut dikendalikan melalui Migas Control Center yang terletak di Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Semua data yang terkait dengan
17 60 sistem monitoring volume lifting minyak dan gas bumi adalah data Negara sehingga terjamin penyimpanannya di Migas Control Center Sistem yang Sedang Berjalan Modul monitoring realtime Modul monitoring realtime adalah suatu proses pengawasan lifting menggunakan sistem berbasis SCADA yang dirancang untuk mengumpulkan data dan menampilkannya secara online di Migas Control Center yang terletak di Ditjen Migas. Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) memasang suatu alat ukur untuk melakukan pendataan CTP (Custody Transfer Point) secara langsung. CTP adalah suatu titik dimana kepemilikan minyak dan gas bumi ditransfer dari penjual/sumber kepada pembeli. Melalui sistem SCADA tersebut, data yang bersumber dari KKKS langsung masuk dan disimpan dalam database yang ada di Ditjen Migas. Selanjutnya data tersebut menghasilkan dokumen laporan pengawasan lifting dan dapat digunakan untuk proses selanjutnya yaitu modul akuisisi.
18 61 Gambar 3.2 Modul monitoring realtime Modul akuisisi Setelah proses modul monitoring realtime, data yang dihasilkan dapat digunakan untuk modul akuisisi. Modul akuisisi adalah proses untuk memperoleh dan mengumpulkan data. Modul akusisi data ini dapat dilakukan melalui 3 (tiga) cara yaitu: upload data melalui website lifting migas, mengirimkan data melalui ftp, dan mengirimkan data melalui . Flowchart dibawah ini menampilkan modul akuisisi dengan cara upload data. Dimulai dengan upload data yang dilakukan oleh KKKS hingga menghasilkan laporan yang bisa dikonsumsi stakeholder serta publik. Data dari modul akuisisi ini juga dapat digunakan untuk proses selanjutnya yaitu modul Back Allocation yang dilakukan di Ditjen Migas.
19 Gambar 3.3 Modul akuisisi 62
20 Modul Back Allocation Modul Back Allocation adalah proses yang menyediakan engine perhitungan back allocation untuk menghitung alokasi volume produksi dan lifting minyak dan gas bumi ke masing-masing sumur di daerah penghasil. Proses ini hanya melibatkan Ditjen Migas. Gambar 3.4 Modul Back Allocation
21 Modul realisasi Modul realisasi adalah proses untuk menampilkan pencapaian hasil lifting dengan cara memasukkan (entry) data yang dilakukan di Ditjen Migas. Data yang di entry antara lain: data profil daerah penghasil, data wilayah, data prodmap, data KKKS, data prognosa, data ICP, dan data realisasi. Dimana keseluruhan data tersebut dapat dilihat dan diakses melalui website lifting Ditjen Migas. Gambar 3.5 Modul realisasi
22 Modul web Modul web merupakan bagian dari modul realisasi dimana data-data yang telah di entry melalui web dikelola dan disimpan. Sehingga menghasilkan laporan per-kkks dan laporan per-daerah ICP. Gambar 3.6 Modul web
23 Diagram Aliran Data Use Case Diagram Gambar 3.7 Use Case Diagram
24 Diagram Konteks Diagram konteks menggambarkan hubungan antara sistem dengan user yang terkait. Dibawah ini adalah gambar diagram konteks dari sistem yang berjalan pada Ditjen Migas: Gambar 3.8 Diagram Konteks
25 Diagram Nol Gambar 3.9 Diagram Nol
26 Permasalahan yang Dihadapi Setelah melakukan analisis melalui wawancara kepada pihak Ditjen Migas, permasalahan yang sedang dihadapi saat ini adalah: 1. Sistem yang digunakan selama ini belum dapat menghasilkan suatu laporan yang cepat, akurat, dan terbarui untuk dapat diakses oleh stakeholder. 2. Data-data yang dikirimkan oleh KKKS masih di entry secara manual melalui form. 3. Kemungkinan terjadinya kesalahan dalam memasukkan data Usulan Pemecahan Masalah Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang dihadapi Ditjen Migas saat ini, maka dibuatlah usulan pemecahan masalah antara lain: 1. Membangun aplikasi basis data berbasis web yang dapat digunakan pihak Ditjen Migas secara internal. 2. Merancang database lifting untuk mendukung aplikasi basis data berbasis web. 3. Menyediakan fasilitas untuk memasukkan data yang dikirim oleh KKKS dengan menggunakan sistem upload berbasis web. 4. Menyediakan fasilitas untuk mengelola, menampilkan, menyimpan, dan menghapus data berbasis web. 5. Menyediakan fasilitas untuk menampilkan pesan error. Sehingga diharapkan dengan aplikasi basis data yang akan dihasilkan dapat membantu Ditjen Migas dalam memonitor dan mengawasi pengelolaan produksi
27 44 70 minyak dan gas bumi secara efektif dan efisien serta ketersediaan data lifting dapat diakses secara cepat dan akurat Kebutuhan Informasi Pengguna Kebutuhan informasi pengguna berisikan informasi atau data secara umum yang diperuntukkan untuk pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi dalam aplikasi ini adalah: Tabel 3.1 Kebutuhan Informasi Pengguna Kebutuhan/Data ICP (Indonesian Crude Price) Jabatan Jenis minyak Karyawan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Produksi mapping Prognosa Realisasi revenue gas Realisasi revenue minyak User Keterangan Berisikan data ICP seperti tahun, bulan, gross price, dan delete status. Berisikan data jabatan atau posisi user pada Ditjen Migas. Berisikan data jenis minyak seperti nama jenis minyak, keterangan, dan tipe produk. Berisikan data karyawan seperti nama karyawan, jabatan, tanggal lahir, alamat, jenis kelamin, telepon, dan foto. Berisikan data KKKS seperti nama KKKS, alamat, kode pos, telepon, fax, contact person, dan jenis kontrak. Berisikan data produksi mapping seperti KKKS, delete status, Provinsi, dan wilayah Berisikan data prognosa seperti KKKS, tahun, keterangan, wilayah, MBPD, dan NMMSCF. Berisikan data realisasi revenue gas seperti KKKS, Provinsi, wilayah, bulan, volume, dan harga. Berisikan data realisasi revenue minyak seperti KKKS, Provinsi, wilayah, nama jenis minyak, bulan, volume, dan harga. Berisikan data user seperti user ID, password, dan
28 45 71 Wilayah status user. Berisikan data wilayah seperti nama wilayah, alamat, kota, nomor urut, logo, dan level wilayah.
DAFTAR ISI BAB I : KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI... 3 BAB II : SUSUNAN ORGANISASI... 4
i DAFTAR ISI Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 18 Tahun 2010 Tanggal : 22 November 2010 Tentang : Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral BAB I : KEDUDUKAN,
Lebih terperinciBAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN
BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Kementerian Kementerian energi dan sumber daya mineral merupakan lembaga pertama negara yang menangani pertambangan di Indonesia
Lebih terperinciPeraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
- 2-3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun
Lebih terperinci2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom
No. 316, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Alokasi, Pemanfaatan dan Harga. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06
Lebih terperincibahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 dan
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17TAHUN2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN KERJA KHUSUS
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI
BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 0030 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI ENERGI
Lebih terperinciGUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 128 TAHUN 2016 TENTANG
1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 128 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA
Lebih terperinci2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und
No.1589, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Harga. Pemanfaatan. Penetapan Lokasi. Tata Cara. Ketentuan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciMENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1065 TAHUN 2003 TENTANG
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1065 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAN DIREKTORAT PADA BADAN
Lebih terperinciMenimbang ; a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 3940 K/08/MEM/2017 TENTANG PROSES BISNIS LEVEL 0 DAN LEVEL 1 KEMENTERIAN
Lebih terperinci2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal
No.480, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Mekanisme Pengembalian Biaya Investasi. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinci2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1130, 2016 KEMEN-ESDM. Kilang Minyak. Skala Kecil. Pembangunan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016
Lebih terperinciMENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Tambang dan Pengolahan Bahan Galian dengan Akademi Geologi dan
7 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara disingkat Puslitbang tekmira, lahir dari penggabungan Balai Penelitian
Lebih terperinci2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.169, 2018 KEMEN-ESDM. Pengusahaan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGUSAHAAN GAS
Lebih terperinciANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI BASIS DATA BERBASIS WEB UNTUK PENGAWASAN PENJUALAN MINYAK DAN GAS BUMI (LIFTING) PADA DITJEN MIGAS
ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI BASIS DATA BERBASIS WEB UNTUK PENGAWASAN PENJUALAN MINYAK DAN GAS BUMI (LIFTING) PADA DITJEN MIGAS TANIA PUJI ASTARINI, DEWI KURNIATI, SILVY WANGSASAPUTRA Dosen Pembimbing
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber
Lebih terperinciInformasi Berkala Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral
1. Biro Kepegawaian Dan Organisasi Sekretariat Jenderal 1.1. Formasi CPNS KESDM yang telah ditetapkan 1.2. Penerimaan CPNS 1.3. Pengangkatan CPNS 1.4. Penempatan CPNS 1.5. Pelantikan Pejabat Struktural
Lebih terperinci5^nu MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
5^nu MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK PEMBANGKIT TENAGA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1255, 2017 KEMEN-ESDM. ORTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 Tahun 2017 TENTANG
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser
No.188, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Pemanfaatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK
Lebih terperinci2017, No Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa k
No.1122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Tata Kelola BMN. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN TATA KELOLA BARANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN ESELON PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA BAHAN BAKAR GAS UNTUK TRANSPORTASI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPenetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.
- 583 - BB. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air
Lebih terperinciInformasi Wajib Tersedia Setiap Saat Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral
Sekretariat Jenderal 1. Biro Kepegawaian Dan Organisasi 1.1. Formasi CPNS KESDM yang sudah ditetapkan 1.2. Pengangkatan CPNS 1.3. Sumpah PNS 1.4. Administrasi bimbingan teknis kepegawaian dan pembekalan
Lebih terperinciBerikut penataan regulasi yang disederhanakan/dicabut Jilid II oleh Kementerian ESDM (belum termasuk peraturan lain pada SKK Migas):
Berikut penataan regulasi yang disederhanakan/dicabut Jilid II oleh Kementerian ESDM (belum termasuk peraturan lain pada SKK Migas): REGULASI (SEBELUM) REGULASI (SESUDAH) SUBSTANSI MIGAS = 7 1. Peraturan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.544,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/PMK.02/2012 TENTANG TATA CARA PENYETORAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA DARI KEGIATAN USAHA HULU MINYAK
Lebih terperinciPEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH
- 763 - BB. PEMBAGIAN URUSAN AN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SUB 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. dari metode pengumpulan data dan metode perancangan. Pengumpulan data
BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, metode penelitian yang digunakan terdiri dari metode pengumpulan data dan metode perancangan. Pengumpulan data dilakukan
Lebih terperinciBUPATI KEPULAUAN SELAYAR
BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI, KEPALA DINAS, SEKRETARIS, SUB BAGIAN, BIDANG DAN SEKSI PADA DINAS ENERGI DAN SUMBER
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan
Lebih terperinciBKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan.
No.998, 2014 BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci2017, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2009 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara
No.569, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi. Perizinan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperincibahwa untuk memberikan kepastian hukum terhadap
rui«w*- MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI ENERGI
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah
Lebih terperinciMengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN DAN HARGA JUAL GAS SUAR PADA KEGIATAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No
No.116, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kontrak Bagi Hasil Gross Split. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2017 TENTANG KONTRAK
Lebih terperinci2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,
No.305, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Pasca Operasi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lebih terperinciWALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013
WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN DISTRIBUSI LIQUIFIED PETROLEUM GAS TABUNG 3 (TIGA) KILOGRAM BERSUBSIDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012
RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah
Lebih terperinciPENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI Bambang Tjahjono Bidang Program
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PENGUASAAN DAN PENGUSAHAAN Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam strategis tak terbarukan yang terkandung di dalam wilayah Hukum Pertambangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai
Lebih terperinciDAFTAR INFORAMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UKM KABUPATEN MUKOMUKO
DAFTAR INFORAMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UKM KABUPATEN MUKOMUKO NO INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN SECARA BERKALA I. Informasi tentang Profil DINAS PERINDUSTRIAN
Lebih terperinciUU Nomor 22 Tahun 2001 dan Peran BP Migas dalam Regulasi Industri Migas di Indonesia Oleh Morentalisa. Eksplorasi: Plan of Development (POD)
UU Nomor 22 Tahun 2001 dan Peran BP Migas dalam Regulasi Industri Migas di Indonesia Oleh Morentalisa Kegiatan Hulu Migas Survey Umum Pembagian Wilayah Kerja (WK) Tanda tangan kontrak Eksplorasi: Eksploitasi
Lebih terperinci2016, No ) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Pe
No.1814, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Industri Tertentu. Harga Gas Bumi. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG HARGA GAS BUMI
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan visi menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti Peraturan Pemerintah
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.301, 2017 KEMEN-ESDM. Bantuan Pemerintah. Ditjen MIGAS. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN DAN BINA MARGA KOTA BATU
SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN DAN BINA MARGA KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciPETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI
PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI Berikut ini merupakan penjelasan dan petunjuk penggunaan dari sistem aplikasi yang dirancang: Gambar 4.74 Halaman HOME dan LOGIN Untuk Admin Ini adalah halaman untuk login
Lebih terperinci1945 : Dibentuk Jawatan Tambang dan Geologi, Kementerian Kemakmuran
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Pusat Sumber Daya Geologi telah didirikan sejak zaman belanda pada tahun 1850 yang dulu bernama Dienst Van Het Mijnwezen. Pada tahun 1863 Dienst Van
Lebih terperinci*) Perubahan Pertama **) Perubahan Kedua
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 2013 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.67, 2014 KEMEN ESDM. Dekonsentrasi. Energi dan Sumber Daya Mineral. Gubernur. TA 2014. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan.
No.274, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Lebih terperinciBAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT
BAHAN PAPARAN Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT PENGERTIAN ISTILAH 1. Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN INDIKATOR KINERJA UTAMA 1. Nama Organisasi :
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan.
No.223, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan. PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan salah satu unsur penerimaan negara yang masuk di dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Lebih terperinciSekretariat Jenderal KATA PENGANTAR
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah
Lebih terperinci2 Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe
No.407, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Penyediaan. Pendistribusian. Bahan Bakar Gas. Transportasi. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (1),
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan
Lebih terperinciMENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 028 TAHUN 2006 TENTANG
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 028 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN SURVEI UMUM DALAM KEGIATAN USAHA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang
Lebih terperinciLAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014-2015 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA 2015 BAGIAN I PENDAHULUAN A. LATAR
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.653, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Rincian Tugas. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 106 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa agar pengadaan barang/jasa Pemerintah
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM SISTEM INFORMASI YANG SEDANG BERJALAN. Keberadaan Departemen Komunikasi dan Informatika (DepKementrian
BAB 3 GAMBARAN UMUM SISTEM INFORMASI YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran umum organisasi Gambaran organisasi mengenai latar belakang, visi dan misi, yang diperoleh pada saat wawancara tanggal 07 November
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. SAKIP. Evaluasi. Juklak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG
No. 930, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. SAKIP. Evaluasi. Juklak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TATA KELOLA LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TATA KELOLA LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 11 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN
Lebih terperinciBab 2 Profil Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi
Bab 2 Profil Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi 2.1. Visi Terciptanya pembinaan penyelenggaraan pos dan telekomunikasi yang dinamis dengan peran aktif seluruh potensi nasional. 2.2. Misi Meningkatkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2013 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA Dl LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (1),
Lebih terperinciPENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN
PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2015 KEMENDAG. Minyak Bumi. Gas Bumi. Bahan Bakar Lain. Ekspor. Impor. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TENTANG KETENTUAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN
Lebih terperinciMENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 17 /PER/M.KOMINFO/10/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM. 43 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN SEBAGAIMANA
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 32 perusahaan yang berkecimpung dalam usaha tambang. Namun hanya 11 diantaranya
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sumber daya minyak dan gas bumi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 037 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 037 TAHUN 2006 TENTANG TATACARA PENGAJUAN RENCANA IMPOR DAN PENYELESAIAN BARANG YANG DIPERGUNAKAN UNTUK OPERASI KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI
RUU Perubahan Migas RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI Formatted: Left, Indent: Left: 0 cm, First
Lebih terperinci