INTENSIFIKASI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU SKALA RUMAH TANGGA PETANI UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN KONSUMSI SUSU DAN HASIL OLAHANNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTENSIFIKASI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU SKALA RUMAH TANGGA PETANI UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN KONSUMSI SUSU DAN HASIL OLAHANNYA"

Transkripsi

1 INTENSIFIKASI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU SKALA RUMAH TANGGA PETANI UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN KONSUMSI SUSU DAN HASIL OLAHANNYA (Intensification of Processing milk Technology for Household Farmer to Increase Milk Consumption and Milk Products) UUM UMIYASIH dan YENNY NUR ANGGRAENY Loka Penelitian Sapi Potong, Jawa Timur ABSTRACT Milk consumption as well as processing products of per capita Indonesia people is still considered very low, one of the reasons is because of its relative expensive prices for most people, and only some can afford it. Alternative option that can be proposed is to accelerate the development on processing milk technology for the household farmers in based on the availability of the infrastructure and human capital, such as : milk crackers, jam, candy, ice cream and yoghurt. These innovative technologies are already available and accessible for the farmers; unfortunately these have not been well applied yet. Introduction of the milk processing technology may increase the farmer s value added due to the milk products diversification. Enhanced intensification on the improved farmer s knowledge of the milk processing under the household scale is needed consistentley and continuously. This may hope on the increasing milk consumption as well as milk-processing product for the people. Keywords: Technology, milk processing, milk products ABSTRAK Konsumsi susu masyarakat Indonesia maupun produk olahannya masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah produk susu olahan pabrik harganya relatif mahal, sehingga hanya masyarakat tertentu yang dapat mengkonsumsinya. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memacu pengembangan pengolahan susu skala rumah tangga di daerah sentra produksi susu menjadi teknologi sederhana sesuai dengan ketersediaan sarana, prasarana dan kemampuan SDM yang terbatas. Beberapa teknologi pengawetan susu dan pengolahan berbagai produk susu dengan cara sederhana seperti krupuk susu, dodol susu, karamel susu, es krim, es putar dan yoghurt yang mudah dikerjakan telah tersedia namun sampai saat ini belum berkembang. Penerapan teknologi pengolahan ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah secara ekonomi akibat adanya diversifikasi produk susu. Peningkatan intensitas sosialisasi teknologi pengolahan susu skala rumah tangga perlu dilakukan, agar produk-produk susu olahan dapat terjangkau dan dapat dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat. Kata kunci: Teknologi, pengolahan ssusu, olahan susu PENDAHULUAN Ketersediaan pangan dan kecukupan gizi merupakan salah satu kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas. Produk pangan berkualitas yang mampu mencukupi kebutuhan gizi seluruh masyarakat secara merata adalah salah satu sasaran akhir pembangunan pertanian. Secara umum kebijakan di bidang pangan dan gizi bertujuan untuk meningkatkan penyediaan pangan melalui penganekaragaman pola konsumsi masyarakat. Berdasarkan data UNDP 2006 dalam MUCHTADI (2007) kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. masih rendah, berada diperingkat 112 dari 147 negara. Hal ini terkait dengan konsumsi protein hewani terutama susu dan daging masyarakat yang relatif masih rendah yakni sebesar 3,7 dan 9,1 kg/kapita/tahun apabila dibandingkan dengan 213

2 negara negara lain seperti Malaysia dengan konsumsi sebesar 24,40 kg dan 52,30 kg/kapita/tahun; Jepang sebesar 42,80 dan 42,10 kg/kapita/tahun dan Amerika (katagori negara maju) sebesar 119 dan 122 kg/kapita/ tahun. Swasembada pangan hewani asal ternak yang telah dicapai adalah telur, sedangkan daging (terutama sapi) dan susu belum tercapai. Diantara ketiga macam produk tersebut nilai pemenuhan susu adalah yang paling rendah. Secara nasional produksi susu masih jauh dari harapan, dengan jumlah permintaan sebesar 4 4,5 juta/liter/hari dan produksi sebesar 1,2 juta/liter/hari, yang berarti hanya mampu terpenuhi sebesar 30%. Produksi susu tersebut terutama berasal dari industri persusuan yang berlokasi di Jawa Barat sebesar 450 ton, Jawa Tengah sebesar 110 ton/tahun dan Jawa Timur sebesar 510 ton. Nilai impor produk susu yang tinggi, mencapai ton (DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN, 2006), tentunya akan sangat menguras devisa negara. Meskipun banyak kendala yang dihadapi untuk meningkatkan konsumsi susu, namun upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dan berkualitas harus tetap berlanjut. Didalam makalah ini akan disampaikan beberapa upaya peningkatan konsumsi susu yang dapat dilakukan terutama bagi masyarakat pedesaan antara lain melalui pengembangan teknologi pengolahan susu skala rumah tangga petani di daerah sentra produksi susu. TINGKAT KONSUMSI SUSU MASYARAKAT INDONESIA Susu merupakan salah satu produk pangan hewani yang sangat diperlukan untuk kehidupan manusia selain daging dan telur. Sebagai sumber protein hewani yang paling lengkap kandungan nutrisinya, dalam batas batas tertentu sangat diperlukan untuk menopang hidup pokok, aktivitas maupun reproduksi. Fenomena meningkatnya kesejahteraan, pendapatan dan pendidikan masyarakat berdampak pula terhadap peningkatan permintaan susu dan produk olahannya, Terlebih dengan adanya indikasi bahwa telah terjadi kecenderungan penurunan konsumsi pangan karbohidrat yang beralih ke pangan sumber protein, SOEDJANA (1996) menyatakan bahwa masyarakat yang berpenghasilan rendah sebanyak 50% pengeluarannya didominasi oleh pengeluaran pangan terutama untuk beras sebagai makanan pokok, sebaliknya pada masyarakat perkotaan yang berpenghasilan tinggi dan berpendidikan menengah ke atas, pengeluaran tersebut kurang dari 50%. Dengan demikian dapat diduga bahwa pangan sumber protein hewani lebih banyak dikonsumsi oleh masyarakat perkotaan. Terdapat beberapa konsep/skenario target angka kecukupan gizi (AKG) asal protein hewani dengan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5%/tahun, pertumbuhan jumlah penduduk 1,5%/tahun dan elastisitas susu > 1%/tahun sebagai berikut: Tabel 2. Skenario angka kecukupan gizi dan konsumsi susu Target pencapaian AKG Target konsumsi pangan asal ternak 8 gram protein hewani/kapita/tahun Daging = 13,5 kg/kapita/tahun Telur = 7,0 kg/kapita/tahun Susu = 10,5 kg/kapita/tahun 7 gram protein hewani/kapita/tahun Daging = 11,70 kg/kapita/tahun Telur = 6,0 kg/kapita/tahun Susu = 9,20 kg/kapita/tahun 6 gram protein hewani/kapita/tahun Daging = 11,70 kg/kapita/tahun Telur = 6,0 kg/kapita/tahun Susu = 9,20 kg/kapita/tahun Sumber: DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN (2004) Dari rata rata konsumsi susu sebesar 6 l liter/kapita/tahun, hampir 90% pasokan susu yang setara dengan 4 juta l liter/hari dikonsumsi oleh masyarakat perkotaan; dengan 214

3 demikian masyarakat pedesaan yang pada umumnya berpendapatan rendah hanya mengkonsumsi 10%. Hal ini menunjukkan bahwa, konsumsi riil susu keluarga mampu telah melebihi 50 l liter/kapita/tahun (SUBANDRIYO, 2006). Perkembangan produksi susu domestik juga meningkat, hal ini terlihat dengan semakin meningkatnya populasi sapi perah tahun sebagaimana disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Jumlah populasi dan produksi susu Tahun Populasi sapi perah (ekor) Produksi susu (ton) Rata rata Laju pertumbuhan (%/tahun) 1,29 4,26 Sumber: DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN (2004), diolah Susu dan produk olahannya merupakan bahan pangan padat gizi karena mengandung hampir semua zat yang diperlukan oleh tubuh. Kandungan nutrisi pada susu segar dan beberapa produk olahan susu tertera pada Tabel 4. Saat ini sebagian besar produksi susu diserap oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) untuk diolah menjadi berbagai produk olahan susu. Kondisi ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat pada umumnya yang lebih menyukai produk olahan susu dari pada mengkonsumsinya dalam bentuk segar (UMIYASIH dan WIJONO, 1990). Tabel 4. Kandungan nutrisi susu, susu skim dan keju Zat Nutrisi Susu Susu skim keju Protein (g) 5,36 9,77 6,19 Lemak (g) 5,44 0,52 8,24 Karbohidrat (g) 7,58 13,89 0,32 Kalsium (mg) 194,10 353,42 178,90 Fosfor (mg) 152,08 288,98 127,20 Vitamin (mg) 1,53 2,81 - Vitamin B1 (mg) 0,06 0,10 0,01 Vitamin B b (mg) 0,07 0,11 0,02 Vitamin B 12 (mg) 0,58 1,08 0,20 Vitamin A (I 4) 205,06 584,50 263,10 Kholeterol (mg) 22,01 5,16 26,30 Sumber: WOLF (1992) dalam SURYO (1995) Produk susu olahan dengan berbagai modifikasi proses penambahan ataupun pengurangan komposisi, penambahan flavor maupun aroma lebih disukai meskipun sesungguhnya kandungan gizi susu segar lebih komplit. Proses pengolahan melalui pemanasan menyebabkan terjadinya penurunan kandungan gizi susu karena sebagian nutrisi ada yang rusak. Produk-produk susu olahan yang banyak dijumpai di pasaran antara lain: susu kental manis (SKM), susu skim bubuk, susu krim bubuk, susu pasteurisasi, es krim, mentega, makanan instan untuk bayi, yoghurt, keju, susu UHT dan sebagainya. Produk-produk tersebut mempunyai daya saing yang cukup tinggi 215

4 dibandingkan susu yang dikonsumsi dalam keadaan segar (DANUWIJAYA, 1991). Produk susu olahan pabrik pada umumnya mempunyai variasi rasa, praktis serta dikemas dalam kemasan yang menarik, sehingga meskipun harganya cukup mahal namun banyak diminati oleh konsumen, terutama masyarakat berpenghasilan menengah keatas. Sebaliknya konsumen berpenghasilan rendah menganggap susu sebagai bahan makanan yang cukup mahal, apalagi harga produk olahannya. Dibandingkan dengan bahan pangan sumber protein yang lain, harga susu menempati urutan ke dua setelah harga daging sebagaimana yang ditampilkan pada Tabel 5. Hal ini menunjukkan bahwa harga protein asal susu masih cukup tinggi dibandingkan dengan sumber protein lain seperti tahu ataupun tempe yang merupakan konsumsi harian masyarakat. Harga susu maupun produk olahannya yang masih relatif mahal bagi masyarakat kelas bawah akan semakin sulit ditekan selain karena biaya produksi yang cukup tinggi juga karena ketergantungan usaha sapi perah terhadap Industri Pengolahan Susus (IPS) dalam hal pemasaran yang mengakibatkan IPS dapat leluasa menentukan harga produknya. Tabel 5 Harga beberapa bahan pangan sumber protein Nama bahan Harga/kg (Rp) Kandungan protein (%) Harga per gram protein (Rp) Tempe Tahu Telur Daging ayam Daging sapi Susu segar Ikan tawar Ikan laut Sumber: DARMAWAN (2007) Kekurangan maupun kesulitan mengkonsumsi susu tidak hanya terjadi pada masyarakat berpenghasilan rendah, namun juga pada masyarakat pedesaan peternak sapi perah penghasil susu. Hal ini antara lain disebabkan karena usaha peternakan sapi perah meskipun akhir akhir ini cukup berkembang namun keuntungan yang diperoleh peternak belum optimal. Produksi susu lebih baik dijual untuk memenuhi kebutuhan pokok lainnya daripada diminum untuk konsumsi keluarga. Dengan demikian dapat dipahami mengapa sampai terjadi kesenjangan tingkat konsumsi susu (termasuk produk olahannya) yang cukup tinggi antara keluarga berpenghasilan menengah keatas apalagi keluarga mampu dengan keluarga yang berpenghasilan rendah terutama masyarakat pedesaan. PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN SUSU SEDERHANA Pemasaran susu sangat tergantung kepada koperasi susu sebagai penampung susu terbesar sebelum dikirim ke IPS dengan persyaratan tertentu. Susu dengan kualitas dibawah standar akan ditolak oleh IPS. Realitas di lapang menunjukkan bahwa penolakan susu terkadang juga terjadi karena di suatu waktu produksi susu melimpah, sedangkan di lain pihak daya tampung IPS terbatas. Susu yang ditolak tersebut belum dimanfaatkan secara optimal sehingga sering merugikan peternak. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap IPS dan dalam rangka memanfaatkan susu kualitas rendah, diperlukan upaya diversifikasi produk melalui pembuatan produk susu olahan skala rumah tangga petani. Hal yang perlu diperhatikan adalah model teknologi pengolahan dan jenis produk susu olahan harus tepat untuk diterapkan dan sesuai dengan ketersediaan SDM yang kualitasnya terbatas. Teknologi pengolahan susu pada 216

5 umumnya memerlukan sentuhan teknologi modern, namun ada beberapa produk susu olahan yang dapat dibuat secara tradisional. (SURYO, 1996) mengemukakan terdapat beberapa kelompok produk susu ditinjau dari sifatnya yaitu: a. Susu segar b. Produk susu fermentasi c. Krim susu dengan berbagai variasi kadar lemak d. Mentega e. Susu kental f. Susu kering (bubuk) g. Keju dan berbagai variasinya h. Frozen dessert Selanjutnya dinyatakan bahwa kelompok produk produk susu segar (sterilisasi maupun pasteurisasi), susu bubuk, susu krim dan es krim termasuk produk olahan yang memerlukan paralatan mahal dengan sistem pengemasan yang harus terkontrol. Kelompok susu fermentasi, susu kental, mentega dan keju relatif lebih mudah dikerjakan tanpa menggunakan peralatan yang mahal dengan sistem pengemasan yang dapat dilakukan secara lebih sederhana. Hal ini menyebabkan biaya produksi dapat ditekan, sehingga harga jual produk susu olahan ini diharapkan dapat terjangkau oleh masyarakat berpendapatan rendah. Secara rinci, produk produk olahan susu sederhana yang dapat diterapkan di daerah sentra produksi susu dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jenis jenis produk olahan susu Kelompok produk Contoh variasi produk Prinsip pengolahan Susu segar Susu sterilisasi Pemanasan pada susu dan waktu tertentu Pasteurisasi Susu kental Susu kental manis Penguapan atau pemanasan Susu skim Susu rendah lemah Kerupuk susu Karamel Dodol susu Susu fermentasi Kefir Yoghurt Pasteurisasi dengan pemanasan disertai dengan inokulasi starter Mentega Minyak mentega Spread mentega Pasteurisasi dengan krim dilanjutkan dengan churning dan penambahan starter mentega Keju Soft cheese Hard cheese Pengumpalan protein dan penambahan starter Prinsip dasar pengolahan susu cara sederhana yang terpenting adalah pemanasan dan atau penguapan. Alat pendingin pada umumnya diperlukan untuk penyimpanan kecuali pada pembuatan es krim dan es puter yang memerlukan suhu pembekuan dimana di lapangan dapat digantikan dengan penggunaan kulkas. Teknologi sederhana proses pengolahan produk produk tersebut telah tersedia dan sering disosialisasikan namun belum berkembang dengan optimal. Hal ini disebabkan karena peternak sapi perah lebih mengutamakan sebagai produsen susu segar, meskipun produk susu olahan mempunyai nilai tambah yang diharapkan dapat meningkatkan keuntungan. Kurangnya motivasi peternak untuk berwirausaha dan kurang yakin menghadapi persaingan pasar dengan pabrik yang sudah lebih stabil menjadi salah satu penyebab hal tersebut. Dengan melakukan motivasi yang terus menerus dan bimbingan secara intensif terhadap manajemen pengelolaan usaha pengolahan produk susu olahan diharapkan dapat mempercepat pengembangan pengolahan susu di pedesaan. Beberapa upaya pendampingan usaha yang dapat dilakukan baik oleh koperasi maupun instansi terkait antara lain adalah: a. Membentuk kelompok peternak inti penghasil produk olahan susu sebagai motivator kelompok peternak yang lain. b. Memberikan bimbingan secara intensif terhadap kelompok inti, terutama dalam hal teknologi aplikatif c. Membantu promosi dan pemasaran produk 217

6 d. Membantu akses permodalan untuk pengembangan usaha e. Memberikan informasi pasar terutama yang terkait dengan pesaing sesama produsen agar selalu dapat meningkatkan kualitas produk sesuai dengan permintaan konsumen. Dari pengamatan lapang, hal terpenting dari manajemen usaha produksi adalah pemasaran. Adanya peluang konsumen susu terutama keluarga yang berpenghasilan rendah/ masyarakat pedesaan merupakan tantangan yang menarik bagi industri susu semacam ini. Kunci utama pemasaran adalah promosi, sehingga harus dilakukan secara intensif dengan bekerja sama dengan instansi terkait yaitu Pemda dalam hal ini Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, PKK ataupun yang lain. Promosi diawali dengan menyampaikan pesan bahwa susu adalah bahan pangan padat gizi yang penting dalam proses pembentukan sumber daya manusia berkualitas. Oleh sebab itu minum susu harus dibudayakan sejak dini, apabila telah menjadi budaya, maka masalah harga tidak akan lagi menjadi faktor penghambat konsumsi. Kerjasama dengan Dinas Pendidikan dapat dilakukan misalnya dengan menyediakan susu/produk olahan susu di kantin-kantin sekolah atau mewajibkan siswa membelanjakan uang jajannya untuk membeli susu pada hari sehat yang ditentukan sekolah, misalnya setiap hari Jumat. Demikian pula halnya dengan Dinas Kesehatan, misalnya susu/ produk susu dapat ditentukan sebagai ekstra fooding bagi pasien inap di rumah sakit. Koperasi sebagai wadah peternak dapat mengusulkan kepada Pemda agar menjadikan susu sebagai minuman wajib bagi seluruh pegawai di kantor 1 x dalam 1 minggu, menggantikan air minum yang biasanya berupa teh. Susu dan produk olahan peternak dapat pula dijadikan oleh-oleh khas daerah yang selalu disajikan setiap ada even acara yang penting, misalnya ada kunjungan tamu dari luar daerah. Dengan kemasan yang menarik dan harga yang relatif terjangkau, tidak mustahil industri ini akan dapat berkembang. KESIMPULAN Intensifikasi pengembangan teknologi pengolahan susu skala rumah tangga disertai dengan pendampingan manejemen yang optimal oleh institusi yang terkait diharapkan mampu menghasilkan produk dengan harga yang terjangkau; sehingga diharapkan dapat meningkatkan tingkat konsumsi susu masyarakat secara merata. DAFTAR PUSTAKA DANUWIJAYA, D The role and function of marketing service in the development of livestock industry in tropice. A cases of daving Cooperaties in Indonesia. In Livestock and feed development in the Tropias Proceedings of the International seminar held at Brawijaya University. Malang DARMAWAN Dukungan teknologi penyediaan keamanan produk pangan hewani. Seminar Hari pangan Sedunia (HPS) XXVII. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN Program pembangunan peternakan Lokakarya Peranan Roodmap dalam Membantu Penyusunan Program Pembangunan Peternakan yang Berkelanjutan menuju tahun Bogor. Direktorat Jenderal Bina Peternakan Peternakan Departemen Pertanian. DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN Statistik Peternakan, 2006 Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. MUCHTADI, T.R Riset unggulan strategi nasional peningkatan produk pangan hewani Seminar Hari Pangan sedunia XXVII. Badan penelitian dan Pengembangan peternakan. Departemen pertanian. SOEDJANA, T.D Perkembangan konsumsi daging dan telur ayam di Indonesia. Media Komunikasi dan Informasi Pangan, Agribisnis Unggul. SURYO, I Permasalahan dan alternatif perbaikan kondisi gizi masyarakat dari sub sektor peternakan di Jawa Timur tahun Prosiding Seminar Aspek Agribisnis Bidang Peternakan Astajati-Malang. UMIYASIH, U dan DIDI BUDI WIJONO Pengaruh sterilisasi sederhana terhadap kualitas dan daya tahan susu. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Grati Vol 1 No

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris, dengan jumlah penduduk sebagian besar bermata pencaharian di bidang pertanian, sedangkan kegiatan pertanian itu sendiri meliputi pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar bebas bukan saja merupakan peluang namun juga ancaman. yang harus dihadapi oleh industri yang berkeinginan untuk terus maju dan

I. PENDAHULUAN. Pasar bebas bukan saja merupakan peluang namun juga ancaman. yang harus dihadapi oleh industri yang berkeinginan untuk terus maju dan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pasar bebas bukan saja merupakan peluang namun juga ancaman yang harus dihadapi oleh industri yang berkeinginan untuk terus maju dan berkembang. Pasar senantiasa merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan gaya hidup masyarakat pada saat ini tak terkecuali masyarakat Indonesia yang lebih mengutamakan kesehatan maka banyak produk kesehatan yang menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memiliki peranan yang cukup penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Salah satu peranan sektor pertanian adalah sebagai penyedia pangan. Menurut Husodo

Lebih terperinci

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*) MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*) I. LATAR BELAKANG 1. Dalam waktu dekat akan terjadi perubahan struktur perdagangan komoditas pertanian (termasuk peternakan)

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan produk cair berwarna putih yang mengandung nilai gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina dengan tujuan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per

Lebih terperinci

Mentega dan Es Krim. Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

Mentega dan Es Krim. Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK PENGOLAHAN SUSU Mentega dan Es Krim Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

BAB I. PENDAHULUAN.  [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian di Indonesia. Subsektor peternakan sebagai bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan.  [10 II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi tinjauan komoditas kedelai, khususnya peranan kedelai sebagai sumber protein nabati bagi masyarakat. Tidak hanya itu, kedelai juga ditinjau

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol Edisi 6 Juni Vol 4 2016 Food for Kids I N D O N E S I A SUSU BISA GANTIKAN Makanan Utama? Mitos Minum Susu pada Bumil SUSU BISA PACU TINGGI BADAN? Love Milk Food for Kids I N D O N E S I A DAFTAR ISI Edisi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat

Lebih terperinci

Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH. Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( )

Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH. Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( ) Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( 08307144033 ) PROGRAM STUDI KIMIA JURDIK KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGATAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu olahan adalah salah satu jenis minuman yang. telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sudah sejak lama dan dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Susu olahan adalah salah satu jenis minuman yang. telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sudah sejak lama dan dikenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia semakin bervariasi. Susu olahan adalah salah satu jenis minuman yang telah dikenal oleh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan gizi dan bertambahnya tingkat pendapatan mayarakat, menyebabkan permintaan bahan pangan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan nabi-pun juga mengkonsumsinya. Seperti diriwayatkan oleh Maimunah

BAB I PENDAHULUAN. bahkan nabi-pun juga mengkonsumsinya. Seperti diriwayatkan oleh Maimunah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pemilihan Obyek Susu hewan ternak sangat dianjurkan untuk dikonsumsi dalam agama Islam, bahkan nabi-pun juga mengkonsumsinya. Seperti diriwayatkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan ketahanan pangan Nasional pada hakekatnya mempunyai arti strategis bagi pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, dan (6) Hipotesis Penelitian.

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI DAN PREFERENSI SUSU DI JAWA BARAT

POLA KONSUMSI DAN PREFERENSI SUSU DI JAWA BARAT Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 20 POLA KONSUMSI DAN PREFERENSI SUSU DI JAWA BARAT (Consumption pattern and preferences of milk in West Java) SITI LIA MULIJANTI dan SUGANDI Balai Pengkajian

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH MELALUI OLAHAN MAKANAN BERBASIS SUSU DI KABUPATEN BOYOLALI

MENINGKATKAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH MELALUI OLAHAN MAKANAN BERBASIS SUSU DI KABUPATEN BOYOLALI MENINGKATKAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH MELALUI OLAHAN MAKANAN BERBASIS SUSU DI KABUPATEN BOYOLALI Wahyuningsih1, Isti Pudjihastuti2), Fahmi Arifan3) Program Studi D III Teknik Kimia Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani siklus hidupnya membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kebutuhan zat gizi bagi tubuh meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan konsumen pada makanan jajanan di Indonesia telah semakin meningkat dan memegang peranan penting, karena makanan jajanan juga dikonsumsi oleh golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan domestik. orang wisatawan berkunjung ke kota ini.

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan domestik. orang wisatawan berkunjung ke kota ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Industri pariwisata di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang menjadi pusat wisata kuliner di Indonesia yang

Lebih terperinci

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017 158 PENGABDIAN MASYARAKAT PELATIHAN PEMBUATAN YOGHURT BAGI MASYARAKAT PETERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN MULYOREJO, SURABAYA Dhandy Koesoemo Wardhana, Soetji Prawesthirini, Mustofa Helmi Effendi Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia sangat penting untuk mengonsumsi protein yang berasal dari hewani maupun nabati. Protein dapat diperoleh dari susu, kedelai, ikan, kacang polong

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu usaha peternakan yang digalakkan oleh pemerintah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu usaha peternakan yang digalakkan oleh pemerintah PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu usaha peternakan yang digalakkan oleh pemerintah adalah peternakan sapi perah. Tujuan utama dari upaya tersebut adalah meningkatkan kemampuan produksi susu sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa, sehingga sepanjang tahun Indonesia hanya mengalami musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Binjai adalah salah satu kota dalam wilayah provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Binjai adalah salah satu kota dalam wilayah provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang. Kota Binjai adalah salah satu kota dalam wilayah provinsi Sumatera Utara. Kota Binjai merupakan Kota terbesar di Sumatera Utara. Binjai terletak 22 km di sebelah barat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI DALAM PENGOLAHAN PRODUK BERBAHAN BAKU SUSU SAPI DI KELURAHAN CEPOKO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI DALAM PENGOLAHAN PRODUK BERBAHAN BAKU SUSU SAPI DI KELURAHAN CEPOKO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI DALAM PENGOLAHAN... IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI DALAM PENGOLAHAN PRODUK BERBAHAN BAKU SUSU SAPI DI KELURAHAN CEPOKO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN 2007

DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN 2007 MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT Disampaikan pada : Acara Seminar Nasional HPS Bogor, 21 Nopember 2007 DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam sektor pertanian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang berperan menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, dan telur yang mengandung zat gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang dapat memuaskan keinginan maupun kebutuhan. Produk dapat dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang dapat memuaskan keinginan maupun kebutuhan. Produk dapat dibedakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yang (2008), produk merupakan apapun yang dapat ditawarkan ke pasar yang dapat memuaskan keinginan maupun kebutuhan. Produk dapat dibedakan menjadi dua tipe,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sub sektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC) BAB VI PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC) Agung Hendriadi, Prabowo A, Nuraini, April H W, Wisri P dan Prima Luna ABSTRAK Ketersediaan daging

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Es Krim Es krim merupakan produk susu beku yang banyak dikonsumsi masyarakat karena memiliki gizi tinggi dan banyak dikembangkan dari berbagai bahan alternatif (Aboulfalzli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan salah satu olahan semi padat dengan bahan utama susu. Es krim merupakan produk olahan susu sapi yang dibuat dengan bahanbahan utama yang terdiri atas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Kacang Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia digerakkan oleh semua komponen usaha, mulai dari usaha besar, usaha kecil dan menengah, maupun koperasi. Salah satu faktor yang mempercepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanaman labu kuning (waluh) merupakan suatu jenis buah yang termasuk kedalam familia Cucurbitaceae, termasuk tanaman semusim yang sekali berbuah langsung mati. Labu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor peternakan merupakan salah satu pilar dalam pembangunan agribisnis di Indonesia yang masih memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Komoditi peternakan mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu dekat adalah tepung yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh manusia guna memenuhi asupan gizi dan sebagai faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS, produksi

BAB I PENDAHULUAN. dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS, produksi Produksi kedelai (ton) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempe merupakan salah satu makanan tradisional di Indonesia yang terbuat dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang cukup baik yang disertai dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Oleh : Feryanto W. K. Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Koperasi Dalam Perkembangan Agribisnis Persusuan Koperasi memiliki peran penting bagi perkembangan agribisnis persusuan di beberapa negara di dunia termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi primer adalah koperasi yang anggotanya menghasilkan satu atau lebih komoditi. Salah satu contoh koperasi primer yang memproduksi komoditi pertanian adalah koperasi

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN:

Lebih terperinci

KAMBING ETAWA SEBAGAI PENGHASIL SUSU DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA. (Etawa Goat as A Milk Producer in District of Sleman, Yogyakarta)

KAMBING ETAWA SEBAGAI PENGHASIL SUSU DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA. (Etawa Goat as A Milk Producer in District of Sleman, Yogyakarta) Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu KAMBING ETAWA SEBAGAI PENGHASIL SUSU DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA (Etawa Goat as A Milk Producer in District of Sleman, Yogyakarta)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan peternakan merupakan tanggung jawab bersama antaran pemerintah, masyarakat dan swasta. Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak disukai oleh segala kalangan dari anak-anak, remaja maupun orang

BAB I PENDAHULUAN. banyak disukai oleh segala kalangan dari anak-anak, remaja maupun orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan salah satu produk olahan susu bersifat semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan, teksturnya yang lembut banyak disukai oleh segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jagung (Zea mays) merupakan salah satu bahan makanan alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, jagung juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk sumberdaya manusia berkualitas yang dicirikan oleh keragaan antara lain: produktif, inovatif dan kompetitif adalah tercukupinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui penganekaragaman pangan didapatkan variasi makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Melalui penganekaragaman pangan didapatkan variasi makanan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penganekaragaman pangan sangat penting untuk menghindari ketergantungan pada suatu jenis bahan makanan. Penganekaragaman ini dapat memanfaatkan hasil tanaman

Lebih terperinci

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA Oleh : I Wayan Rusast Abstrak Pertumbuhan ekonomi telah menggeser pola konsumsi dengan penyediaan produk pangan ternak yang lebih besar.

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Pangan merupakan kebutuhan pokok (basic need) yang paling azasi menyangkut kelangsungan kehidupan setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi komoditas perikanan tangkap sangat dipengaruhi oleh keadaan musim. Jumlah produksi di suatu saat tinggi, di saat lain rendah atau tidak ada sama sekali. Saat produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan penting bagi pembangunan nasional. Peranan sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah menghasilkan bahan pangan protein hewani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari ketersediaan sumberdaya yang ada di Indonesia, Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung terigu sangat dibutuhkan dalam industri pangan di Indonesia. Rata-rata kebutuhan terigu perusahaan roti, dan kue kering terbesar di Indonesia mencapai 20 ton/tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada diantara benua Asia dan Australia serta Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Indonesia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu mega sektor karena mencakup banyak sektor, baik secara vertikal (sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa, keuangan, dan sebagainya), maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pengolahan yang aman mulai dari bahan baku, produk setengah

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pengolahan yang aman mulai dari bahan baku, produk setengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk pangan yang bergizi tinggi, sehat dan aman dapat dihasilkan bukan hanya dari bahan baku yang pada dasarnya bermutu baik, namun juga dari proses pengolahan yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, karena didalamnya mengandung semua komponen bahan yang

I. PENDAHULUAN. manusia, karena didalamnya mengandung semua komponen bahan yang I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Produk susu dikenal sebagai bahan pangan yang sangat dibutuhkan oleh manusia, karena didalamnya mengandung semua komponen bahan yang diperlukan dalam tubuh manusia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian

I. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian telah terbukti sebagai sektor yang mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian adalah peternakan, yang

Lebih terperinci