ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI BARU LAHIR (0-7 HARI) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUNGKAL KABUPATEN BENGKULU SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI BARU LAHIR (0-7 HARI) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUNGKAL KABUPATEN BENGKULU SELATAN"

Transkripsi

1 ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI BARU LAHIR (0-7 HARI) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUNGKAL KABUPATEN BENGKULU SELATAN Seten Hartedi Akademi Kebidanan Manna Abstrak: Hepatitis sebagai salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati dan merupakan penyebab 17,2% kematian bayi. Tahun 2010 angka cakupan imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) di Indonesia sebesar 59,19% dan pada tahun 2011 cakupan imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) sebesar 48,30%. Angka ini belum maksimal dalam mendekati Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk Universal Child Immunization (UCI) sebesar 100 %. Tujuan penelitian untuk mengetahui analisa pelaksanaan program imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) di wilayah kerja Puskesmas Tungkal. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Populasi diambil dari petugas kesehatan Puskesmas Tungkal berjumlah 18 orang, dengan pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive sampling berjumlah 3 orang. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan alat perekam. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti dari analisa pelaksanaan program imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) yaitu : perencanaan, penggerakkan dan pengawasan program imunisasi Hepatitis B (0-7 hari). Analisa data yang diperoleh bahwa pada dasarnya pelaksanaan program imunisasi Hepatitis Hepatitis B (0-7 hari) belum berhasil. Permasalahan yang menyebabkan rendahnya cakupan karena faktor keaktifan bidan desa serta pelaporan oleh bidan ke petugas imunisasi, vaksin yang sudah tidak layak pakai karena faktor teknik penyimpanan dan faktor internal ibu yang mempercayai mitos di masyarakat, serta sistem pengawasan dari dari kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Selatan. Simpulannya bahwa pelaksanaan program imunisasi Hepatitis Bo belum berhasil, perlu adanya pemberdayaan petugas kesehatan, seperti bidan desa, juru imunisasi dan sistem pengawasan dari kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Selatan. Kata Kunci: Pelaksanaan Program, Imunisasi Hepatitis B (0-7hari) PENDAHULUAN Kesehatan merupakan masalah yang penting dalam sebuah keluarga, terutama yang berhubungan dengan bayi dan anak. Mereka merupakan harta yang paling berharga sebagai titipan Tuhan Yang Maha Esa, juga dikarenakan kondisi tubuhnya yang mudah sekali terkena penyakit. Oleh karena itu, bayi dan anak merupakan prioritas pertama yang harus dijaga kesehatannya (Depkes RI, 2011). 17

2 Pada saat seorang bayi dilahirkan ke dunia, ia sudah harus menghadapi berbagai musuh yang mengancam jiwa. Virus, bakteri, dan berbagai bibit penyakit sudah siap menerjang masuk ke tubuh yang masih tampak lemah itu. Ternyata sang bayi mungil pun sudah siap untuk menghadapi kerasnya dunia. Berbekal antibodi yang diberikan ibunya, ia siap menyambut tantangan. Inilah contoh dari apa yang kita sebut sebagai daya imunitas (kekebalan) tubuh (Marimbi, 2010). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2009 dari 8,3 juta kematian bayi di dunia 48%-nya adalah kematian neonatal, di mana 60% dari kematian tersebut merupakan kematian yang terjadi saat bayi berusia kurang dari 7 hari, di antaranya akibat hepatitis, sepsis, meningitis, pneumonia dan diare (Depkes RI, 2011). Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) merupakan salah satu penyebab kematian bayi dan Bayi berusia di Bawah Lima Tahun (Balita) di Indonesia. Oleh karena itu, Departemen Kesehatan menganjurkan agar semua anak sebelum berusia satu tahun telah mendapatkan imunisasi lengkap yaitu satu kali imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerine), tiga kali imunisasi DPT (Defteri Pertusis Tetanus), empat kali imunisasi Polio, dan tiga kali imunisasi hepatitis dan satu kali imunisasi Campak (Cahyono, 2009). Hepatitis sebagai salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati dan merupakan penyebab 17,2% kematian pada bayi. Penularan penyakit tersebut secara horizontal yaitu dari darah dan produknya melalui suntikan yang tidak aman atau melalui transfusi darah dan juga bisa melalui hubungan seksual (Depkes RI, 2011). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010, cakupan imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) di Indonesia sebesar 59,19%, pada tahun 2011 cakupan imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) di Indonesia sebesar 48,30%. Angka ini belum maksimal dalam mendekati Standar 18

3 Pelayanan Minimal (SPM) untuk Universal Child Immunization (UCI) sebesar 100 % (Depkes RI, 2012). Pada tahun 2011 di Provinsi Bengkulu terdapat 98 orang menderita hepatitis dan menduduki urutan ke-16 setelah penyakit diabetes mellitus sedangkan menurut data cakupan imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu untuk pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0 7 hari) pada tahun 2010 adalah 62%, tahun 2011 adalah 59% (Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2012). Profil Dinas Kesehatan Bengkulu Selatan menyebutkan angka cakupan pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) tahun 2012 sebesar 85,6% dari bayi, sedangkan jumlah kasus hepatitis yang terjadi sepanjang tahun 2012 sebanyak 21 kasus. Berdasarkan data 14 puskesmas yang ada di Bengkulu Selatan, Puskesmas dengan cakupan tertinggi adalah Puskesmas M. Thaha dengan 119,5% sedangkan Puskesmas Tungkal merupakan puskesmas dengan cakupan pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) terendah yaitu 44,3% dari 300 bayi (Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Selatan, 2013). Berdasarkan data dan uraian di atas, maka penulis merasa perlu melakukan suatu penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan program hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) di wilayah kerja Puskesmas Tungkal. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 19 Maret-19 April 2014 di wilayah kerja Puskesmas Tungkal Kabupaten Bengkulu Selatan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tungkal berjumlah 18 orang. Sampel penelitian kasus ini diambil secara Purposive sampling, dengan jumlah informan 3 orang yaitu Kepala Puskesmas Tungkal, Jurim (Juru Imunisasi) dan Bidan Desa dengan kriteria: a. Petugas kesehatan Puskesmas Tungkal b. Bersedia untuk diwawancarai 19

4 Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti serta dokumen-dokumen resmi yang diperoleh dari Puskesmas. Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Effendi dan Manning dan Singarimbun, 2009). Atau dengan kata lain analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada informan. Petikan hasilnya penulis kelompokkan sesuai dengan urutan variabel yaitu pelaksanaan yang meliputi aspek perencanaan, penggerakkan dan pengawasan terhadap program imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari). a. Perencanaan Perencanaan program Hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) di Puskesmas Tungkal didasari atas jumlah ibu hamil yang terdata di puskesmas yang diperoleh dari laporan Bidan Desa. Himpunan data dari jumlah ibu hamil ini termasuk usia kehamilan kemudian dijadikan data baku bagi puskesmas untuk menyusun perencanaan seperti persediaan vaksin dan alat imunisasi, dan angka ini harus dilakukan secara tepat, cermat, dan akurat. Artinya puskesmas akan menyediakan vaksin dan alat imunisasi sesuai dengan jumlah ibu hamil yang dilaporankan bidan tersebut. Berkaitan dengan perencanaan kegiatan imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari), informasi yang penulis dapatkan langsung dari petugas kesehatan Puskesmas Tungkal sebagai berikut: Seingat saya, saya sudah mencatat hampir semua pasien yang saya tangani dan selalu membuat laporan bulanan. Namun kadangkala setelah ibu melahirkan atau bersalin saya lupa untuk memberikan imunisasi pada bayinya atau sebaliknya ibu seringkali tidak melakukan kunjungan ke bidan atau poskesdes untuk memberikan imunisasi pada bayinya, atau adanya kendala pada saat bayi akan di imunisasi vaksin yang tersedia habis atau sudah kadaluarsa, sehingga data yang kita berikan dengan fakta 20

5 dilapangan tidak sesuai, dan secara otomatis perencanaan yang difokuskan untuk persediaan vaksin dan alat imunisasi tidaklah seimbang. Fenomena lain yang kita temui dilapangan bahwa masih banyak ibu-ibu dengan pemikiran kuno yang tidak percaya dengan pentingnya imunisasi untuk bayi mereka atau ibu yang kurang sadar dan pengetahuannya kurang tentang kesehatan serta dukungan dari keluarga yang masih kurang. (Informan 1) Sebenarnya siapa yang harus disalahkan dalam hal ini tidak dapat dipastikani, hasil yang tidak sesuai dapat dikarenakan banyak faktor. Salah satunya karena ketidaktanggapan bidan dalam mendata pasiennya atau faktor bidan yang tidak melakukan pelaporan secara kontinu kepada kami (petugas imunisasi) karena bidan yang membuat laporan rutin hanya bidan itu-itu saja. Kendala lain yang menyebabkan data tidak akurat karena kurangnya kesadaran ibu-ibu bersalin untuk secara spontan memberikan imunisasi pada bayinya. Tinggal sekarang bagaimana mengupayakan supaya hasil yang tercatat mendekati kenyataan yang ada. (Informan 2) Kesiapan bidan yang bertugas di poskesdes menginventarisir PUS, K1-K4 secara aktif dan dilaporkan secara aktif pula menentukan kebenaran jumlah kebutuhan alat imunisasi yang kita butuhkan. Masalahnya sekarang seringnya terjadi ketidaksinkronan antara data pencatatan dengan fakta yang ada. Hal ini masih terjadi karena kurangnya komitmen bidan yang diberi atau mempunyai beban tanggungjawab mengelola pencatatan. Kesenjangan data tidak perlu terjadi jika, apa yang ditangani, dicatat lalu dibuatkan laporannya. Untuk rencana kerja kita buat menyesuaikan kondisi dan situasi kesehatan masyarakat kita. (Informan 3) Menyimpulkan pembicaraan tersebut, bahwa perencanaan bersumber pada data dan sejenis sifatnya, apabila data yang dijadikan sumber primer (laporan Bidan Desa) salah, maka penyusunan perencanaan menjadi tidak tepat dan akurat, yang dapat mengganggu pelaksanaan. Sebagai contoh kesalahan atau tidak akuratnya data adalah bila jumlah ibu hamil di wilayah Puskesmas Tungkal sebanyak 19 orang tapi dari 12 bidan desa yang ada hanya 10 bidan yang selalu membuat laporan, sehingga jumlah ibu hamil yang terdata kurang dari 19 orang. Inilah salah satu penyebab vaksin atau alat imunisasi yang tersedia tidak akurat. Hal lainnya adalah apabila laporan jumlah ibu hamil sudah tepat dan vaksin sudah tersedia namun ibu tidak mau mengimunisasi bayinya karena mitos yang beredar di 21

6 masyarakat atau bidan lupa/tidak aktif untuk memberikan imunisasi pada bayi yang sudah ditolongnya. b. Penggerakkan Berkaitan dengan pelaksanaan program imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari), informasi yang diperoleh dari para narasumber sebagai berikut: Memang Saya akui sebenarnya rendahnya cakupan imunisasi hepatitis B (0-7 hari) di Puskaesmas kami tidak terlepas dari kurangnya peran serta kami sebagai bidan desa. Sebagai contoh pada saat ibu melakukan kunjungan kehamilan atau setelah persalinan, kami khususnya saya sendiri sering tidak memberikan penjelasan tentang manfaat imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) yang akan diberikan pada bayi ibu setelah lahir sehingga saat akan di imunisasi ibu tidak mengizinkan bayinya disuntik. Sebenarnya jika saya memberikan penjelasan sebelumnya tentang manfaat imunisasi ini (Hepatitis B (0-7 hari) ibu biasanya mau jika bayinya di imunisasi. Atau faktor yang paling sering terjadi adalah saya sering lupa untuk mengimunisasi bayi setelah saya menolong ibu bersalin. Contoh lain yang juga menjadi kendala adalah seringkali bidan di pelosok-pelosok desa (desa Nanjungan, desa Beriang) cenderung malas untuk mengambil vaksin di Puskesmas karena jarak yang terlalu jauh atau saat diperlukan vaksin yang akan digunakan habis, atau fenomena lain yang juga sering ditemui adalah vaksin seringkali tidak bisa lagi digunakan atau kadaluarsa karena adanya faktor teknis seperti lampu yang sering mati sehingga kulkas tempat menyimpan vaksin tidak bekerja sempurna yang secara otomatis mempengaruhi kualitas vaksin. (Informan 1) Saya rasa secara umum pelaksanaan program ini sudah kami jalankan semaksimal mungkin. Hambatan sampai kapanpun tetap ada, tapi bisa diatasi jika bidan benar-benar mau bekerja ikhlas, berdedikasi. Dalam hal ini, seringkali bidan desa tidak meberikan laporan kepada kami (petugas imunisasi), atau jikapun ada yang melapor hanya orangorang yang sama sehingga keakuratan data sangat jauh dari sempurna. Sebenarnya, banyak cara agar pelaksanaan imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) berhasil. Kalau memang ibu dengan bayi tidak bisa datang ke posyandu atau poskesdes, bidan harus melakukan kunjungan rumah untuk imunisasi anaknya. Untuk masalah vaksin, bidan jarang mengambil vaksin pada kami, tidak tahu letak masalahnya dimana apa karena jarak yang jauh atau mungkin hal yang lain, padahal kami selalu menginformasikan untuk mengambil vaksin setiap selesai menolong persalinan karena vaksin sebenarnya selalu ada dan mencukupi. Informasi lain yang masih sering kita dapat langsung dari ibuibu. Pertama, mereka belum tahu 22

7 tentang imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari). Karena selama ini yang mereka kenal adalah imunisasi hepatitis, DPT, BCG, Folio. Kedua, masih kentalnya mitos di masyarakat yang menyatakan bahwa imunisasi tidak dianggap perlu atau bahkan tidak baik untuk bayinya yang baru lahir. (Informan 2) Kami sebagai petugas kesehatan di wilayah Puskesmas Tungkal memang mengakui banyak kendala di lingkungan kami yang menimbulkan cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) sangat rendah. Pertama, banyaknya bidan desa yang tidak berada di tempat, yang otomatis mempengaruhi proses pelayanan terhadap ibu dan anak. Masalah ini sebenarnya sudah mendapat tanggapan dari Kepala Dinas Kesehatan kita, bidan desa yang bermasalah ini sudah mendapatkan teguran bahkan sanksi berupa pertukaran daerah kerja seperti bidan di desa Nanjungan dipindahkan ke desa Bandung Ayu dan sebaliknya. Kendala kedua adalah saat persalinan vaksin yang kita butuhkan kadangkala belum ada, sehingga bayi baru lahir sering tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari), atau saat vaksin ada tetapi bidan tidak melapor ke petugas imunisasi sehingga petugas imunisasi tidak melapor ke Dinas Kesehatan. Kendala terakhir yang juga sering terjadi adalah masalah pencatatan dan pelaporan. Dalam hal ini mungkin bidan ragu apakah harus melapor ke bidan koordinator atau petugas imunisasi, sedangkan bidan koordinator tidak melaporkan kembali laporan dari bidan ke petugas imunisasi. Disinilah diperlukan kesiapan bidan-bidan sebagai ujung tombak yang berada dipelosok agar melakukan pemutakhiran data dengan cepat. Untuk di Nanjungan dan Bandung Ayu memang cakupannya tidak tercapai. Hambatannya, selain bidan desa kurang tanggap dengan tugas yang semestinya, juga karena pengetahuan dan kesadaran ibu hamil masih kurang sekali. Di desa ini bidan desa sering kosong mungkin ini salah satu sebab mengapa ibu-ibu hamil yang hendak melahirkan dibantu dukun terlatih. Tetapi itu tidak masalah. Dukun juga sudah menjadi mitra bidan. Yang menjadi masalah bagaimana pencatatan datanya, apa bidan mendata itu. Makanya, masuk akal kalau jumlah bayi menurut catatan berbeda dengan jumlah bayi yang diimunisasi secara fisik. (Informan 3) Berdasarkan hasil wawancara tersebut yang dapat disimpulkan adalah berbagai kendala yang menyebabkan cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) yang secara keseluruhan belum berhasil, khususnya untuk daerah pelosok seperti Nanjungan, Beriang dan Bandung Ayu antara lain: jarangnya bidan desa berada ditempat, jauhnya jarak antara 23

8 tempat kerja dengan puskesmas, vaksin yang tidak tersedia atau rusak karena faktor teknis penyimpanan, tidak adanya laporan oleh bidan desa dan kesalahan penyerahan laporan serta adanya mitos yang beredar di masyarakat yang menganggap imunisassi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) tidak perlu atau tidak baik untuk bayi baru lahir. Kendalakendala inilah yang menyebabkan cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) dalam kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil laporan cakupan imunisasi dari bulan Januari-Maret di wilayah kerja Puskesmas Tungkal, bahwa bayi yang mendapatkan imunisasi hepatitis B (0-7 hari) berkisar antara 55-80% dari total kelahiran. c. Pengawasan Pengawasan pelaksanaan ditujukan agar apa yang dikerjakan sesuai dengan apa yang direncanakan. Kalaupun ada bagianbagian ternyata tidak dapat dilaksanakan sesuai rencana, hal itu kemudian bisa dievaluasi. Pengawasan terhadap program imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) bertujuan selain agar cakupan tercapai sesuai rencana juga menjaga kesinambungan aktivitas pemberian imunisasi berikutnya oleh bidan kepada bayi. Karena program imunisasi tidak berhenti hanya sebatas pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) saja, masih ada DPT, imunisasi Hepatitis B1, Hepatitis B2, dan Hepatitis B3, Polio dan campak, yang memerlukan penanganan serius, intensif dan terarah. Berkenaan pengawasan, informasi yang penulis peroleh dari hasil wawancara sebagai berikut: Evaluasi terhadap pelaksanaan yang sudah berjalan sering dilakukan tetapi belum diikuti pengawasan sungguh-sungguh dari penanggungjawab program. Padahal kita tahu, di setiap desa ada permasalahan dan ada hambatan. Masalah dan hambatan itu tentunya harus dievaluasi. Dicarikan jalan keluarnya lalu jalan keluar itu diterapkan agar diketahui apakah solusi itu cocok diteruskan atau tidak. (Informan 1) Pimpinan harus tegas dalam mengawal program. Dalam pelaksanaan program imunisasi sering sekali penyelenggaraannya belum tertata baik, oleh sebab itu cakupan pencapaian setiap desa 24

9 rendah sekali. Masalah seperti ibu yang kurang sadar dan pengetahuannya kurang tentang kesehatan, dukungan dari orang terdekat seperti suami dan pihak keluarga yang masih kurang serta kondisi alam yang kurang mendukung masih menjadi masalah dilapangan. Di sinilah pengawasan bukan sekadar memantau bagaimana bidan bekerja tetapi jalan keluar seperti apa yang bisa diberikan. (Informan 2) Pengawasan kegiatan masih agak longgar. Seharusnya pengawasan kegiatan difokuskan terhadap kinerja bidan karena hasil capaian tergantung dari kinerja bidan. Apalagi pemerintah dalam hal ini departemen kesehatan sedang menggalakkan Uniject. Imunisasi model terbaru dimana cara penggunaannya sedikit berbeda. Karena hanya sekali pakai. Bentuknya pun berbeda. Menyatu antara obat dengan media injeksinya. Masa berlakunya atau masa penggunaannya terbatas. Jika tidak diawasi baik cara penggunaannya maupun pengelolaannya, hal ini akan sangat tidak baik. (Informan 3) Berdasarkan informasiinformasi di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan masih longgar, belum difokuskan kepada kepatuhan, kompetensi. Baru sebatas out put pelaksanaan saja serta belum menghasilkan jalan keluar atau solusi terhadap permasalahan yang timbul. Berdasarkan hasil wawancara perencanaan, penggerakan dan pengawasan kegiatan imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) menunjukkan bahwa ketidaktepatan atau tidak adanya pelaporan data oleh bidan desa, pelaksanaan imunisasi yang banyak terdapat masalah (bidan yang sering lupa mengimunisasi, jauhnya jarak antara tempat kerja dengan puskesmas, sarana penyimpanan vaksin yang tidak memadai/rusak dan adanya mitos dalam masyarakat) serta sistem pengawasan dari level pimpinan teratas ke level terbawah kurang terorganisir. PEMBAHASAN 1. Perencanaan Perencanaan program imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) dibuat dalam rangka meningkatkan kualitas hidup anak. Dalam pelaksanaannya di lapangan, masih didapati hambatanhambatan, seperti sistem pelaporan yang tidak relevan dengan kenyataan di lapangan, penyuluhan kepada masyarakat 25

10 kurang, bidan yang sering lalai memberikan imunisasi setelah menolong persalinan atau kurangnya kesadaran ibu-ibu bersalin untuk secara spontan memberikan bayinya imunisasi. Namun demikian hambatan itu bisa diatasi, karena tidak selamanya perilaku ibu bersalin bersifat tetap (Dharma, 2009). Menurut Ahmad (2009), hal yang paling mempengaruhi keberhasialan perencanaan suatu program ialah sumber daya manusia. Program yang baik tanpa dikelola oleh sumber daya manusia yang kompeten tidak akan berjalan sempurna. Program kesehatan yang baik harus dikelola oleh sumber daya manusia yang berparadigma. Sumber daya manusia yang erat kaitannya dengan program ini ialah petugas kesehatan di lapangan yaitu bidan/bidan desa maupun juru imunisasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Handoko,H (2009) yang menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara perencanaan manajemen yang baik dengan keberhasilan suatu program. Dimana perencanaan merupakan pekerjaan, penentuan faktor-faktor dan pengaruh hubungan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan akan mempengaruhi hasil dari suatu kegiatan. Semua fungsi lainnya sangat tergantung pada fungsi ini, dimana fungsi lain tidak akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan keputusan yang tepat, cermat, tetapi sebaliknya perencanaan yang baik tergantung dari pelaksanaan efektif fungsi lainnya. Perencanaan harus melihat kapasitas sumber daya manusia yang akan merealisasikannya. Keterlibatan bidan/bidan desa di Puskesmas Tungkal dan jajarannya secara aktif sangat penting dan diperlukan dalam mendukung perencanaan terlaksana baik dan rencana kerja yang dibuat dapat menyesuaikan kondisi dan situasi kesehatan masyarakat wilayah kerja 26

11 puskesmas setempat. Karena jika tidak, maka perencanaan yang baik tidak akan dapat diaplikasikan kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Artinya, sampai kapanpun masyarakat tidak mengetahui manfaat program dan disisi lain pihak kesehatan tidak meperoleh gambaran apapun tentang keberhasilan program, kecuali dari segi kuantitas. 2. Penggerakkan Penggerakkan/pelaksanaan program imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) di Puskesmas Tungkal kurang berhasil. Berdasarkan laporan tahunan 2013 dari 300 bayi yang menjadi target, ketercapaiannya hanya 44,3% atau 133 bayi. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program pada tahun 2013 tidak terlaksana dengan baik atau tidak mendapat respon yang baik dari masyarakat. Dengan kata lain, imunisasi sebagai salah satu upaya menekan dan mengurangi jumlah penderita terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi semakin dikenal masyarakat melalui peran puskesmas karena puskesmas dipandang sebagai institusi kesehatan yang berada dekat dengan masyarakat dan berada di tengah-tengah masyarakat. Menurut Langgora (2009) bahwa penggerakkan merupakan bagian terpenting dari sebuah siklus manajemen. Perencanaan tidak dapat dievaluasi kualitasnya jika belum diaplikasikan atau diterapkan ke dalam sistem kerja. Namun demikian, penggerakkanpun harus mengikuti rencana kegiatan. Tanpa berpedoman pada perencanaan suatu kegiatan, penggerakkan dapat gagal mencapai target yeng hendak dicapai. Dalam penggerakkan, nampak jelas selain keaktifan petugas kesehatan dalam hal ini Bidan desa, perubahan paradigma petugas dan perubahan paradigma kaum ibu, juga hubungan kelembagaan dengan masyarakat harus semakin dekat dan baik. 27

12 Walaupun secara menyeluruh di desa-desa tertentu masih tetap saja ada dijumpai hambatan dalam pelaksanaan yang datang dari penyelenggara ataupun dari pihak masyarakat. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari informan, adanya desa dengan target yang tergolong sangat rendah seperti desa Nanjungan, Beriang dan bandung Ayu dapat ditanggulangi dengan peningkatan penyuluhan atau pertukaran tempat bagi bidan desa yang tidak aktif. Menarik mereka ke puskesmas induk untuk diberi pembinaan lebih intensif serta memutakhirkan data yang dimiliki bidan (jumlah tercatat sama dengan jumlah fisik di lapangan) atau bahkan melaksanakan kunjungan rumah. 3. Pengawasan Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan diperlukan agar kegiatan yang dijalankan tetap berada di dalam kaidahkaidah yang telah ditetapkan di dalam perencanaan kegiatan. Pengawasan pelaksanaan program imunisasi Hepatitis B di Puskesmas Tungkal secara keseluruhan tergolong berjalan kurang baik. Disini diperlukan komitmen seluruh petugas kesehatan mulai dari pimpinan sampai kepada staf pelaksana operasional untuk meningkatkan mutu pengawasan yang memiliki dampak terhadap kualitas, baik itu kualitas cakupan dilihat dari ketercapaian kuantitas, maupun kualitas pelayanan dalam pemberian imunisasi yang dapat diukur dari peran bidan untuk mau datang mengimunisasi bayi yang sudah ditolong kelahirannya atau seberapa besar minat dan hasrat ibu-ibu dengan kesadaran sendiri melakukan imunisasi bagi bayinya dengan cara mendatangi poskesdes, posyandu atau puskesmas yang ada. Menurut Hanafi (2010), pengawasan yang baik selain berguna dalam rangka perbaikan kinerja petugas, juga bermanfaat dalam membina, meningkatkan dan mendorong produktivitas kerja, karena pengawasan harus 28

13 dianggap sebagai pembinaan dan bimbingan. Menurut peneliti, pengawasan program imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) bukan semata-mata mengawasi aktivitas pemberian imunisasi saja, tetapi harus menyeluruh meliputi kinerja bidan dan yang bertugas sebagai juru imunisasi, terhadap penanggungjawab program, pelaksanaan perencanaan, pendataan dan evaluasi, sehingga program imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) di Puskesmas Tungkal dapat berfungsi secara optimal. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari ketiga informan mengenai analisa pelaksanaan program imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) di wilayah kerja Puskesmas Tungkal, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perencanaan Perencanaan program imunisasi di Puskesmas Tungkal antara data yang tercatat dengan fakta dilapangan tidak sesuai, khusus untuk desa secara otomatis perencanaan yang difokuskan untuk persediaan vaksin dan alat imunisasi tidak sesuai. Rencana kerja dibuat dengan menyesuaikan kondisi dan situasi kesehatan masyarakat wilayah kerja puskesmas setempat. 2. Penggerakkan Penggerakkan program imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) di Puskesmas Tungkal dijalankan tidak berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Program ini secara keseluruhan belum berhasil baik, faktor keaktifan bidan desa masih menjadi poin utama kurangnya cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir (0-7 hari) serta vaksin yang sudah tidak layak pakai karena faktor teknik penyimpanan dan faktor internal ibu. 3. Pengawasan Hasil pengawasan terhadap pelaksanaan program imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir 29

14 (0-7 hari) masih difokuskan kepada out put secara kuantitas. Oleh karenanya masih sering terjadi perbedaan antara angka yang menjadi sasaran kegiatan dengan hasil realisasi pelaksanaan program. Pelaksanaan program imunisasi tidak terlepas dari peran petugas kesehatan dalam hal ini Bidan desa maupun Juru Imunisasi. Oleh karena itu filosofis mendekatkan kesehatan ke masyarakat sangat penting, dan hal demikian itu hanya dapat dijalankan oleh adanya keterlibatan para petugas kesehatan. Peran maksimal petugas kesehatan, bidan desa perlu ditingkatkan. Pengawasan dari Dinas Kesehatan hendaknya dapat menjadi tolak ukur untuk meningkatkan kualitas pelayanan di berbagai puskesmas, khususnya dalam pengadaan vaksin dan alat imunisasi, sehingga diharapkan suatu kerja sama yang baik antara tiap-tiap puskesmas dengan Dinas Kesehatan setempat. RUJUKAN (Daftar Pustaka) Ahmad. (2009). Pembinaan Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia. Pustaka Setia, Bandung. Cahyono. (2009). Manajemen Balita Sakit. HBNN, Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2010). Program Imunisasi di Indonesia. Depkes RI, Jakarta.. (2012). Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Ditjen PP & PL, Jakarta. Dharma, A. (2009). Manajemen Supervisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Dinas Kesehatan Bengkulu Selatan. (2013). Laporan Tahunan. Bengkulu Selatan. Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. (2012). Laporan Tahunan. Bengkulu Effendi, dkk. (2009). Manajemen Supervisi. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hanafi. (2010). Sistem Pengawasan Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta. Henderson. (2009). Evaluasi Manajemen Terpadu Balita Sakit. HBNN, Jakarta. Langgora. (2009). Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Dalam Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta Marimbi. (2010). Audit Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta. 30

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ruang lingkup pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas utama dan dalam melaksanakan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), imunisasi merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan kematian pada bayi dengan memberikan vaksin. Dengan imunisasi, seseorang menjadi kebal terhadap penyakit khususnya penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular mematikan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9 bulan. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional dalam Millenium Development Goal s (MDG s). Salah satu tujuan MDG s adalah menurunkan 2/3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada semua kelompok umur. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa (Wijaya, 2005). tergolong rendah, 11 juta anak di bawah 5 tahun meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa (Wijaya, 2005). tergolong rendah, 11 juta anak di bawah 5 tahun meninggal BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan masalah yang penting dalam sebuah keluarga, terutama yang berhubungan dengan bayi dan anak. Mereka merupakan harta yang paling berharga sebagai titipan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014 Nia¹, Lala²* ¹Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan di bidang kesehatan adalah mewujudkan manusia yang sehat, cerdas dan produktif. Pembangunan kesehatan menitikberatkan pada programprogram yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan, sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millenium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imunisasi merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi adalah suatu penyakit yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cita-cita pembangunan manusia mencakup semua komponen pembangunan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga merupakan tujuan pembangunan Milenium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan nasional seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Kesehatan RI No 36 Tahun 2009, yaitu tercapainya derajat kesehatan secara optimal bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Program imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terlaksana di Indonesia dimulai tahun 1956. Melalui program ini, Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Lebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahun, sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Serangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.7. LATAR BELAKANG Cakupan imunisasi secara global pada anak meningkat 5% menjadi 80% dari sekitar 130 juta anak yang lahir setiap tahun sejak penetapan The Expanded Program on Immunization

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Difteri, Pertusis dan Hepatitis B merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular namun apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini dibuktikan dengan salah satu indikator ketiga dari 17 indikator dalam Sustainable Development

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan cara meningkatkan kekebalan tubuh secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar penyakit tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan program pemerintah yang senantiasa digalakkan dalam upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit dengan melakukan vaksinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui pembangunan

Lebih terperinci

Romy Wahyuny*, Linda Fadila**

Romy Wahyuny*, Linda Fadila** Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Imunisasi BCG Di Desa Pendalian IV Koto Wilayah Kerja Romy Wahyuny*, Linda Fadila** Abstrak World Health Organization (WHO) dan United Nations International Children's

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbaikan kualitas manusia disuatu negara dijabarkan secara international dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah menurunkan angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu yang baru saja melahirkan bayinya. Imunisasi merupakan pemberian vaksin pada balita agar imunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional jangka panjang yang didasarkan pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka kematian bayi. Untuk mengatasi

Lebih terperinci

Merdha Rismayani*H.Junaid**Jusniar Rusli Afa** Abstrak

Merdha Rismayani*H.Junaid**Jusniar Rusli Afa** Abstrak STUDI TENTANG PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN PUSKESMAS TERHADAP PENCAPAIAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS KOTA KENDARI TAHUN 2014 Merdha Rismayani*H.Junaid**Jusniar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan buah hati yang sangat berharga, yang akan menjadi pengganti orang tuanya dikemudian hari, maka sering dikatakan anak adalah penerus bangsa. Untuk mempersiapkannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang dan terjadi terhadap objek melalui indra yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program imunisasi sangat penting bagi individu guna tercipta kekebalan agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat (population immunity),

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap 16 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada Pasangan Suami Isteri (PASUTRI). Semua pasangan suami isteri mendambakan kehadiran anak ditengah-tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dicegah dengan imunisasi, yakni masing-masing 3 juta orang atau setiap 10

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dicegah dengan imunisasi, yakni masing-masing 3 juta orang atau setiap 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 jumlah bayi di dunia yang diberi imunisasi sama dengan jumlah bayi yang meninggal akibat penyakit yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia ikut andil pembangunan kesehatan dalam rangka merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs). Salah satunya adalah Agenda ke 4 MDGs (Menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu diantaranya adalah pencegahan penyakit. Sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. satu diantaranya adalah pencegahan penyakit. Sebagai upaya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Paradigma Sehat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan salah satu diantaranya adalah pencegahan penyakit. Sebagai upaya menghasilkan generasi sehat memerlukan motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan di Indonesia periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum hepatitis ialah peradangan yang terjadi pada liver atau hati. Istilah hepatitis sendiri berasal dari kata hepa (hati/liver) dan itis (peradangan). Hepatitis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program pencegahan dan pemberantasan penyakit, yang salah satu sasarannya untuk mencapai Universal Child

Lebih terperinci

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini juga menjadi fokus dalam pencapaian Millenium Development Goals

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Neonatus disebut juga bayi baru lahir yakni merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Campak Pada Bayi Di Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu Indriyati Mantang 1, Maria Rantung 2, FreikeLumy 3 1,2,3 Jurusan Kebidanan Polekkes Kemenkes Manado

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia. Penyakit hepatitis tersebut terdiri dari hepatitis A, B,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di

BAB I PENDAHULUAN. kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2010 sekitar 2,5 juta kematian diperkirakan setiap tahun di usia kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di wilayah Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. Pada tahun 2005 terdapat 345.000 kematian di

Lebih terperinci

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR KOTA SUKABUMI TAHUN 2012 Irawan Danismaya, S.Kp.,M.Kep Sekolah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator pelayanan kesehatan dan capaian program kesehatan, yang meliputi indikator angka harapan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN KARAKTERISTIK KEJADIAN LUAR BIASA CAMPAK PADA SALAH SATU DESA DI KABUPATEN PESAWARAN PROPINSI LAMPUNG Nurlaila*, Nur Hanna* Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Lienda Wati, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Lienda Wati, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September tahun 2000 yang dihadiri 189 negara anggota menyepakati dan mengadopsi

Lebih terperinci

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan.

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan. Skenario Kepala Puskesmas Melati adalah sarjana Kesehatan Masyarakat, dan baru menjabat sebagai kepala Puskesmas sekitar 6 bulan. Ibu Ani, berumur 25 tahun, yang mempunyai anak perempuan balita, berumur

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI 0-12 BULAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-O DI WILAYAH PUSKESMAS KAYU KUNYIT BENGKULU SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI 0-12 BULAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-O DI WILAYAH PUSKESMAS KAYU KUNYIT BENGKULU SELATAN i HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI 0-12 BULAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-O DI WILAYAH PUSKESMAS KAYU KUNYIT BENGKULU SELATAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Gita Ria Utami 201410104285

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepatitis B adalah salah satu penyakit menular berbahaya yang dapat menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu yang baru saja melahirkan bayinya. Imunisasi merupakan pemberian vaksin pada balita agar imunitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya pelayanan kesehatan menyeluruh. Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

Tabel 15. Penyusunan Plan of Action (POA) Kegiatan bidan desa melakukan kunjungan ke rumah-rumah untuk mendata bayi yang belum atau sudah diimunisasi.

Tabel 15. Penyusunan Plan of Action (POA) Kegiatan bidan desa melakukan kunjungan ke rumah-rumah untuk mendata bayi yang belum atau sudah diimunisasi. D. Penyusunan Plan of Action Tabel 15. Penyusunan Plan of Action (POA) Kegiatan bidan desa melakukan kunjungan ke rumah-rumah untuk mendata bayi yang belum atau sudah diimunisasi. No. Kegiatan Tujuan Sasaran

Lebih terperinci

MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG. Natalia Desty Kartika Sari

MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG. Natalia Desty Kartika Sari MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG Natalia Desty Kartika Sari ABSTRAK Keunggulan ASI adalah adanya kolostrum yang akan memberikan antibodi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal setiap tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi hepatitis B merupakan masalah global, diperkirakan 6% atau 387 juta dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et al., 2008).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC,

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG

DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG UPT PUSKESMAS PANUNGGANGAN Jl. Kyai Maja No. 2 Panunggangan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang Telp. (021) 22353600 KERANGKA ACUAN KEGIATAN IMUNISASI PUSKESMAS PANUNGGANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga sebagai unit terkecil dari kehidupan bangsa. Kemandirian keluarga dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga sebagai unit terkecil dari kehidupan bangsa. Kemandirian keluarga dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan mendorong tercapainya kesejahteraan keluarga sebagai unit terkecil dari kehidupan bangsa. Kemandirian keluarga dalam bidang politik,

Lebih terperinci

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA Devi Rosita 1, dan Yayuk Norazizah 2 INTISARI Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat, ini terbukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan 20 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki derajat kesehatan yang optimal yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi atau peran serta masyarakat mempunyai arti yang sangat luas, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi atau peran serta masyarakat mempunyai arti yang sangat luas, yang pada 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut: A. Latar Belakang Partisipasi atau peran serta masyarakat mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009), hlm Drajat Boediman, Sehat bersama gizi,(jakarta: CV Sagung Seto,

BAB I PENDAHULUAN. 2009), hlm Drajat Boediman, Sehat bersama gizi,(jakarta: CV Sagung Seto, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh bangsa tersebut. SDM yang baik adalah SDM yang memiliki mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab utama kematian anak-anak di dunia. Pada negara berkembang hampir

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab utama kematian anak-anak di dunia. Pada negara berkembang hampir BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Campak (measles) merupakan penyakit akut yang mudah menular serta salah satu penyebab utama kematian anak-anak di dunia. Pada negara berkembang hampir semua anak di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan hal terpenting dalam usaha melindungi kesehatan anak. Imunisasi merupakan suatu cara efektif untuk memberikan kekebalan khususnya terhadap seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (Ranuh, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (Ranuh, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas hidup sumber daya manusia yang prima. Untuk itu kita bertumpu pada generasi muda yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN IMUNISASI PROGRAM IMUNISASI

KERANGKA ACUAN PELAYANAN IMUNISASI PROGRAM IMUNISASI KERANGKA ACUAN PELAYANAN IMUNISASI PROGRAM IMUNISASI A. PENDAHULUAN Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Padengo tempat penelitian ini dilakukan merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Popayato Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (infant mortality rate) merupakan salah satu aspek penting dalam menggambarkan tingkat pembangungan sumber daya manusia di sebuah Negara, juga merupakan

Lebih terperinci

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan cita-cita UUD 1945. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polio merupakan (keluarga Picornaviridae), sering disingkat sebagai "Polio" adalah virus yang paling ditakuti abad ke-20 di dunia yang menghasilkan permulaan program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup 1,4 juta anak balita yang meninggal. Program Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup 1,4 juta anak balita yang meninggal. Program Pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan UNICEF pada tahun 2005 menyebutkan bahwa 27 juta anak balita dan 40 juta ibu hamil di seluruh dunia masih belum mendapatkan layanan imunisasi rutin. Akibatnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela (Mantra,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela (Mantra, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kader Kesehatan 1. Pengertian Kader Kader kesehatan adalah tenaga yang berasal dari masyarakat yang dipilih oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. A. Pedoman Wawancara dengan Kepala Puskesmas Berohol Kota Tebing Tinggi

PEDOMAN WAWANCARA. A. Pedoman Wawancara dengan Kepala Puskesmas Berohol Kota Tebing Tinggi Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN FUNGSI MANAJEMEN PROGRAM IMUNISASI DALAM PENCAPAIAN TARGET UCI DI PUSKESMAS BEROHOL, KECAMATAN BAJENIS, KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2015 A. Pedoman Wawancara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada balita dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat antibodi untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

MATA KULIAH. Asuhan Kebidanan Komunitas WAKTU DOSEN. Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan TOPIK

MATA KULIAH. Asuhan Kebidanan Komunitas WAKTU DOSEN. Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan TOPIK MATA KULIAH WAKTU DOSEN TOPIK Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan 1 SUB TOPIK 1. Posyandu 2. Polindes 3. KB KIA 4. Dasa Wisma 5. Tabulin 6. Donor darah berjalan 7. Ambulan desa OBJEKTIF

Lebih terperinci

FUNGSI MANAJEMEN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS JEURAM KABUPATEN NAGAN RAYA

FUNGSI MANAJEMEN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS JEURAM KABUPATEN NAGAN RAYA FUNGSI MANAJEMEN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS JEURAM KABUPATEN NAGAN RAYA Fitriani Fakultas kesehatan Masyarakat, Universitas Teuku Umar, Aceh Barat Indonesia E-mail: picisan.mail99@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PEDOMAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) PUSKESMAS AMPLAS

PEDOMAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) PUSKESMAS AMPLAS PEDOMAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) PUSKESMAS AMPLAS BAB 1 PEDOMAN KESEHATAN IBU DAN ANAK A. Latar Belakang Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DI DESA BULUMARGI KECAMATAN BABAT LAMONGAN Dian Nurafifah Dosen D3 Kebidanan STIKes Muhammadiyah Lamongan email: diannurafifah66@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit campak sangat berbahaya karena dapat menyebabkan cacat dan kematian yang diakibatkan

Lebih terperinci

No. Dok UPT.PUSKESMAS RANGKASBITUNG. Revisi KERANGKA ACUAN IMUNISASI. Tanggal Halaman A. PENDAHULUAN

No. Dok UPT.PUSKESMAS RANGKASBITUNG. Revisi KERANGKA ACUAN IMUNISASI. Tanggal Halaman A. PENDAHULUAN UPT.PUSKESMAS RANGKASBITUNG KERANGKA ACUAN IMUNISASI No. Dok Revisi Tanggal Halaman A. PENDAHULUAN Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana pelaksanaannya dilakukan di tiap kelurahan/rw.

Lebih terperinci

Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked

Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked Authors : Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Universal Child Immunization Pendahuluan Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,

Lebih terperinci

Zakiyah,et al, Hubungan antara Peran Petugas Kesehatan dengan Cakupan Imunisasi per Antigen...

Zakiyah,et al, Hubungan antara Peran Petugas Kesehatan dengan Cakupan Imunisasi per Antigen... Hubungan antara Peran Petugas Kesehatan dengan Cakupan Imunisasi per Antigen Tingkat Puskesmas di Kabupaten Jember (Correlation between Role of Health Officer with Antigen per Immunization Coverage at

Lebih terperinci