PENGALAMAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PERAWATAN LUKA APPENDICTOMY DI RUANG MAWAR RSUD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGALAMAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PERAWATAN LUKA APPENDICTOMY DI RUANG MAWAR RSUD"

Transkripsi

1 1 PENGALAMAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PERAWATAN LUKA APPENDICTOMY DI RUANG MAWAR RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI Suyanti Verawati 1), Wahyuningsih Safitri 2), Anis Nurhidayati 2) 1)Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2)Dosen Pembimbing STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Kegiatan pelaksanaan tindakan keperawatan luka masih belum sesuai dengan prosedur yang berlaku dalam SPO perawatan luka dan hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengalaman perawat dalam melaksanakan Standar Prosedur Operasional (SPO) perawatan luka appendictomy di Ruang Mawar RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Jenis penelitian yang digunakan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan yang digunakan 5 orang dengan teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan dengan metode Colaizi. Hasil penelitian menunjukkan Pengetahuan perawat dengan tema pengertian SPO, tujuan SPO, prinsip perawatan luka, pelaksanaan tindakan, hambatan teknik, keterbatasan sarana prasarana serta metode pelaksanaan. Kesimpulan dalam penelitian ini, pengalaman perawat dalam melaksanakan SPO belum sesuai karena keterbatasan bahan dan set medikasi Kata kunci: Pengalaman perawat, standar prosedur operasional, perawatan luka. ABSTRACT The implementation of wound nursing interventions is still not in compliance with the Standard Operating Procedure (SOP), and this may lead to nosocomial infections.the objective of the research is to investigate nurses experience in the implementation of the SOP of appendectomy wound care at Room Mawar of dr. Soediran Mangun Soemarso Local General Hospital of Wonogiri. The reseach used the qualitative phenomenological method. The samples of research were 5 persons. They were taken by using the purposive sampling technique. The data were analyzed by the using the Colaizi s method. The result of the research shows tha there were several themes, namely: definition of SOP, objective of SOP, principles of wound care, implementation of wound care, technical obstacles, limitation of facility and infrastructure, and implementation method. Thus, the nurses experience in the implementation of the SOP of appendectomy wound care was appropriate due to the limited materials and medication sets. Keywords: Nurses experience, standard operating procedure, wound care..

2 1 PENDAHULUAN Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (WHO, 2010). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial antara lain kuman penyakit, sumber infeksi, perantara atau pembawa kuman, daya tahan tubuh, keadaan rumah sakit yang meliputi prosedur kerja, alat, hygiene, kebersihan, jumlah pasien, pemakaian antibiotik yang irrisional dan kontruksi rumah sakit (Darmadi, 2008). Pengendalian infeksi nosokomial menjadi demikian penting karena semakin canggihnya peralatan peralatan rumah sakit, namun di sisi yang lain semua upaya pemeriksaan cenderung dilakukan dengan prosedur invasif. Perawat profesional yang bertugas di rumah sakit semakin diakui eksistensinya dalam setiap tatanan pelayanan kesehatan, sehingga dalam memberikan pelayanan secara interdependen tidak terlepas dari kepatuhan perawat dalam setiap prosedural yang bersifat invasif dan non invasif tersebut seperti halnya perawatan luka operasi (Setiyawati & Supratman, 2008). Adapun cara pencegahan infeksi nosokomial dapat dilakukan dengan cara tindakan perawatan luka post operasi maupun tindakan invasif lainnya yaitu melaksanakan perawatan luka secara benar (Lubis, 2004). Prevalensi infeksi nosokomial di negara-negara berpendapatan tinggi berkisar antara 3,5% - 12%; sementara prevalensi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah berkisar antara 5,7% - 19,1% (Wikansari et al., 2012). DI Amerika sekitar 7% penduduk menjalani appendectomy dengan insidens 1,1/1000 penduduk pertahun, sedangkan di Negara-negara Barat sekitar 16%. Insidens appendiksitis di Indonesia menempati urutan tertinggi diantara kasus kegawatan abdomen lainnya yaitu sebesar 7% dari jumlah penduduk di Indonesia ( orang), hal ini terkait dengan diet serat yang kurang pada masyarakat modern (Taufik, 2011). Pembedahan diindikasikan jika terdiagnosa appendiksitis maka dilakukan tindakan operasi appendectomy secepat mungkin untuk mengurangi resiko perforasi. Adapun kasus appendectomy di ruangan Mawar RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri pada bulan September sampai November 2014 ada 450 pasien bedah dan 70 orang (6,4%) menderita appendiksitis.. Faktor ketidakpatuhan dari perawat yaitu perawat yang melakukan perawatan luka post operasi ditunjukkan dengan belum menggunakan prosedur dengan benar. Dari ketidakpatuhan perawat melakukan perawatan luka yang tidak sesuai dengan SPO maka akan mengakibatkan terjadinya infeksi nosokomial (Djusmalinar & Andriani, 2010). Pengertian dari Standar Prosedur Operasional (SPO) perawatan luka operasi (jahit) adalah melakukan tindakan perawatan dengan mengganti balutan, membersihkan luka pada luka yang dijahit (Anonim, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Pamuji, dkk (2008), yang tidak patuh terhadap pelaksanaan semua SPO yaitu 7,7%. Upaya mengantisipasi dan mencegah terjadinya infeksi perlu dilakukan pengkajian dari awal kemudian pengkajian ulang secara berkala mengenai risiko pasien, termasuk risiko potensial yang berhubungan dengan jadwal pemberian obat serta mengambil tindakan untuk mengurangi semua risiko yang telah diidentifikasikan tersebut (Darmadi, 2008). Hasil studi pendahuluan dengan observasi tentang kegiatan pelaksanaan tindakan keperawatan luka yang

3 2 dilaksanakan pada tanggal 4 sampai dengan 8 Desember 2014 di Ruang Mawar terhadap Standar Prosedur Operasional perawatan luka pada 10 perawat, menunjukkan beberapa hal yang masih belum dilakukan perawat sesuai dengan prosedur yang ditetapkan antara lain tidak membasahi plester dengan alkohol sebanyak 3 orang, pada saat melakukan tindakan mengganti balutan luka perawat tidak menyiapkan dan tidak menggunakan perlak dan pengalas, karena jumlah alat kurang sebanyak 2 orang, pada saat membersihkan luka tidak semuanya membersihkan sekitar luka dan bekas plester sebanyak 1 orang, tidak semua perawat membersihkan luka dengan mengunakan cairan NaCl sebanyak 1 orang, tidak semua perawat melakukan kompres betadin pada luka sebanyak 2 orang, dan tidak semua terpasang plester pada seluruh tepi kassa (4 sisi) yaitu sebanyak 1 orang. Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu diadakan penelitian dengan judul Pengalaman Perawat dalam Melaksanakan Standar Prosedur Operasional Perawatan Luka Appendictomy di Ruang Mawar RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Perawat dalam melaksanakan SPO sebagian sudah sesuai dan sebagian besar belum sesuai dengan SPO. Oleh karena itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengalaman perawat dalam melaksanakan Standar Prosedur Operasional (SPO) perawatan luka appendictomy di Ruang Mawar RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman perawat dalam melaksanakan Standar Prosedur Operasional (SPO) perawatan luka appendictomy di Ruang Mawar RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja di ruang Mawar RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso sebanyak 10 orang, dan diambil sampel sebanyak 5 orang dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi deskriptif dengan metode Colaizzi. HASIL DAN PEMBAHASAN Menganalisa pengalaman perawat dalam pelaksanaan SPO perawatan luka appendictomy 1. Pengertian SPO 1. Aturan Bagi partisipan aturan mewakili dari pengertian SPO. Ada juga partisipan yang mengatakan bahwa SPO adalah aturan baku. Aturan baku yang merupakan aturan yang sudah dibuat dan harus dilaksanakan tetapi pada kenyataannya yang ada aturan baku itu hanyalah sebuah tulisan yang dibuat dan dibiarkan begitu saja tanpa harus melaksanakannya. Ada salah satu partisipan yang mengatakan bahwa standar berarti aturan. Dalam pelaksanaannya partisipan yang mengatakan demikian juga tidak melaksanakan SPO sesuai dengan standar atau aturan yang yang telah dibuat. Menurut Perry dan Potter (2005), SPO adalah suatu aturan atau pedoman yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Standar prosedur operasional merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. Selain itu, menurut Setyarini (2013), SPO adalah suatu

4 3 standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. SPO merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. 2 Standar Pernyataann yang dikemukakan pada Partisipan yang menyatakan bahwa SPO merupakan standar atau aturan baku yang dibuat untuk melakukan suatu tindakan dalam hal ini adalah tindakan luka pasien. Menurut teori dari Perry dan Potter (2005) bahwa pengertian SPO adalah standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Menurut Poerwodarminto (2003), menjelaskan bahwa standar diartikan sebagai ukuran tertentu yang dijadikan patokan. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa Standar Prosedur Operasional (SPO) merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dihasilkan tanggapan seperti di atas bahwa kebanyakan partisipan mengetahui SPO itu adalah sebuah aturan padahal dalam teori yang telah dikemukakan Perry dan Potter (2005) di atas menyatakan bahwa SPO itu tidak hanya sebuah aturan saja. 2 Tujuan SPO 1. Pencegahan Infeksi Tujuan SPO diantaranya adalah pencegahan infeksi. Hasil penelitian ini didapatkan dari partisipan yang menjawab pertanyaan dari peneliti tentang tujuan SPO perawatan luka. Kategori ini didapatkan dari pernyataan partisipan yang mengatakan bahwa tujuan SPO perawatan luka adalah mencegah terjadinya infeksi. Dari ungkapan partisipan tujuan dari SPO perawatan luka post operasi salah satunya adalah mencegah terjadinya infeksi. Dari hasil observasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa yang partisipan lakukan perawatan luka post operasi tersebut untuk menegah terjadinya infeksi khususnya infeksi nosokomial. Luka merupakan hilangnya atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (Sjamsuhidajat, 2007). Perawatan luka bersih dilakukan pada luka bedah yang bergranulasi, sesuai kebijakan rumah sakit, yang terdiri atas membersihkan, mengompres luka dan membalut luka. Tujuan dari peraatan luka bersih adalah : menjaga luka dari trauma, mencegah kontaminasi mikroorganisme, mengkaji penyembuhan luka, mempercepat penyembuhan luka, dengan teknik moist/lembab, dan mencegah perdarahan serta mengobsori drainase (Brunner dan Suddarth, 2005). 2. Penyembuhan Luka Hasil penelitian ini didapatkan dari partisipan yang menjawab pertanyaan dari peneliti tentang tujuan SPO perawatan luka yaitu membantu penyembuhan luka. Kategori ini didapatkan dari pernyataan partisipan yang mengatakan bahwa tujuan SPO perawatan luka adalah untuk membantu penyembuhan luka. Dari ungkapan partisipan tujuan dari SPO perawatan luka post operasi salah satunya adalah membantu penyembuhan luka. Dari hasil

5 4 observasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa yang partisipan lakukan perawatan luka post operasi tersebut untuk membantu penyembuhan luka khususnya luka post operasi. Menurut Morison (2007), tujuan dari perawatan luka kotor antara lain menjaga luka dari trauma, mengkaji kondisi luka, mencegah kontaminasi mikro-organisme, meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis pasien, mengkaji penyembuhan luka, mempercepat penyembuhan luka dengan teknik lembab (moist), mencegah perdarahan, dan mengabsorpsi drainase dan debris luka. 3. Prinsip Perawatan Luka Prinsip Steril Hasil penelitian ini didapatkan dari partisipan yang menjawab pertanyaan dari peneliti tentang prinsip perawatan luka sesuai dengan SPO perawatan luka. Kategori ini didapatkan dari pernyataan partisipan yang mengatakan bahwa prinsip perawatan luka sesuai SPO perawatan luka adalah prinsip steril. Dari ungkapan partisipan agar tujuan dari SPO perawatan luka post operasi tercapai adalah dengan prinsip steril. Dari hasil observasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa yang partisipan lakukan perawatan luka post operasi tersebut untuk berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga prinsip steril. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Gitarja dan Hardian (2006), penyembuhan luka bedah melibatkan interaksi antara ekstrinsik dan intrinsik faktor. Faktor instrinsik adalah faktor yang mempengaruhi diantaranya usia, kondisi saat ini (penyakit, obat), status nutrisi, oksigenisasi dan perfusi jaringan. Adapun faktor ekstrinsik diantaranya persiapan fisik sebelum operasi, jenis pembedahan, teknik operasi merupakan faktor yang penting dalam penyembuhan luka akut operasi. Persiapan operasi seperti pencukuran dapat mempengaruhi resiko terjadinya infeksi pada luka operasi begitu juga lama rawat sebelum operasi. Pada intraoperatif, jenis operasi, lamanya operasi, teknik jahitan mempengaruhi resiko infeksi dan proses penyembuhan luka. Pada post operasi stress yang berhubungan dengan operasi dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka seperti oksigenisasi, thermoregulasi, kondisi luka yang lembab, petugas kesehatan yang tidak bekerja sesuai dengan prinsi aseptik dan antiseptik serta penggunaan alat-alat kesehatan yang tidak memenuhi standar sterilitas. Mengetahui faktor pendukung dalam pelaksanaan SPO (Standar Operasional Prosedur) di lapangan 1. Tindakan Perawatan Luka Hasil penelitian pada partisipan dari pertanyaan tentang pelaksanaan tindakan perawatan luka di bangsal jarang menggunakan SPO perawatan luka yang sudah di berlakukan di RS tersebut. Hal ini ada yang menganggap yang penting tindakannya. Tindakan perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk merawat luka agar dapat mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit membran mukosa atau jaringan lain, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit. Serangkaian kegiatan itu meliputi pembersihan luka, memasang balutan, mengganti balutan, pengisian (packing) luka, memfiksasi balutan, tindakan pemberian rasa nyaman yang meliputi membersihkan kulit dan daerah drainase, irigasi, pembuangan drainase, pemasangan perban (Bryant, 2007). Perawatan luka juga sebagai tindakan yang dilakukan pada luka bedah yang

6 5 bergranulasi, sesai kebijakan rumah sakit, yang terdiri atas membersihkan, mengompres luka dan membalut luka (Brunner dan Suddarth, 2005). 2. Pelaksanaan SPO di Bangsal Standar prosedur operasional merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (Perry dan Potter, 2005). Partisipan menyatakan jarang mempraktekkan SPO yang ada, di samping itu partisipan juga menyebutkan dalam pernyataannya jika semua sesuai dengan teori semua tindakan tidakakan selesai dan kebutuhan pasien tidak terpenuhi seutuhnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurulhuda (2013) menyebutkan bahwa 64% perawat di RSUD Pasar Rebo tidak selalu menerapkan seluruh prosedur universal precautions. Berdasarkan hasil penelitain didapatkan juga bahwa partisipan belum berfikir tentang pelaksanaan yang harus sesuai SPO untuk memenuhi kebutuhan pasien karena di sisi lain partisipan masih ketakutan akan semua tugas yang tidak akan terselesaikan. Mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan SPO (Standar Operasional Prosedur ) 1. Hambatan Teknik Infeksi Nosokomial Hasil penelitian ini didapatkan dari partisipan yang menjawab pertanyaan dari peneliti tentang dampak apabila tidak dilaksanakan perawatan luka sesuai dengan SPO. Dari ungkapan partisipan banyak dari penyebab jika perawatan luka operasi tidak dilakukan menurut SPO, salah satunya adalah infeksi nosokomial lebih tinggi. Dari hasil observasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa yang partisipan lakukan perawatan luka post operasi tersebut untuk menghindari meningkatnya infeksi nosokomial yang lebih tinggi atau banyak lagi. Infeksi nosokomial merupakan suatu infeksi yang diperoleh/dialami pasien selama dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba patogen yang bersumber dari lingkungan rumah sakit dan perangkatnya. Akibat lainnya yang juga cukup merugikan adalah hari rawat penderita yang bertambah, beban biaya menjadi semakin besar, serta merupakan bukti bahwa manajemen pelayanan medis rumah sakit kurang bermutu (Darmadi, 2008). Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) sangat penting karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit. Apalagi akhir akhir ini muncul berbagai penyakit infeksi baru (new emerging, emerging diseases dan re-emerging diseases) (Depkes RI, 2007). Di samping itu, menurut Bunner dan Suddath (2005) bahwa keberhasilan pengendalian infeksi nosokomial pada tindakan perawatan luka post operasi maupun tindakan invasif lainnya bukanlah ditentukan oleh canggihnya peralatan yang ada, tetapi ditentukan oleh kesempurnaan petugas dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien secara benar, karena sumber bakteri Infeksi Luka Operasi (ILO) atau Surgical Site Infection (SSI) dapat berasal dari pasien, perawat dan tim, lingkungan, dan termasuk juga instrumentasi. Kebutuhan untuk pengendalian infeksi nosokomial akan semakin meningkat terlebih lagi dalam keadaan sosial ekonomi yang kurang menguntungkan seperti yang tengah dihadapi Indonesia saat ini. Indikasi rawat pasien akan semakin ketat, pasien akan datang dalam keadaan yang semakin parah, sehingga perlu perawatan

7 6 yang lebih lama yang juga berarti pasien dapat memerlukan tindakan invasif yang lebih banyak. Secara keseluruhan berarti daya tahan pasien lebih rendah dan pasien cenderung untuk mengalami berbagai tindakan invasif yang akan memudahkan masuknya mikroor-ganisme penyebab infeksi nosokomial. 2. Keterbatasan Sarana Dan Prasarana 1. Keterbatasan Bahan Hasil penelitian ini didapatkan dari partisipan yang menjawab pertanyaan dari peneliti tentang keterbatasan alat dalam perawatan luka. Kategori ini didapatkan dari pernyataan partisipan yang mengatakan bahwa hambatan dari perawatan luka sesuai SPO perawatan luka adalah keterbatasan alat misalnya kasa, plester dan betadin. Alat yang diperlukan dalam perawatan luka yaitu sarng tangan, kapas, larutan antiseptik, balutan dan resep (Brunner and Suddarth, 2002). Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Sadiman dan Ridwan (2009) menjelaskan bahwa faktor yang menghambat kelancaran operasi sectio caesarea diantaranya adalah tersedianya peralatan pembedahan yang ada dan juga ada tidaknya infeksi yang menyertainya. Dari hasil observasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa yang partisipan lakukan perawatan luka post operasi tersebut untuk berusaha mengatasi hambatan adalah dengan meminta alat pada seksi pengadaan rumah sakit. Seperti apa yang sudah dikemukakan di tinjauan pustaka pada bab sebelumnya bahwa persiapan alat yang digunakan antara lain : Bak instrument steril yang berisi (Sarung tangan steril, pinset anatomis dua buah, pinset cirurgis satu buah, gunting luka, kassa steril, depfess, dan lidi kapas), korentang dan tempatnya, kom steril, normal saline, salep perangsang pertumbuhan jaringan sesuai resep dokter, gunting perban, plester, bengkok dua buah, alkohol 70% dan perlak pengalas. 2. Set Medikasi Hasil penelitian ini didapatkan dari partisipan yang menjawab pertanyaan dari peneliti tentang keterbatasan alat set medikasi dalam perawatan luka sesuai dengan SPO perawatan luka. Kategori ini didapatkan dari pernyataan partisipan yang mengatakan bahwa hambatan dari perawatan luka sesuai SPO perawatan luka adalah keterbatasan alat set medikasi. Menurut Setiyawati (2008), faktor ekstrinsik yang mempenga-ruhi faktor terjadinya infeksi pasca pembedahan yang berupa faktor ketidakpatuhan dari perawat yang melakukan perawatan luka post operasi ditunjukkan dengan belum menggunakan prosedur dengan benar, misalnya melakukan perawatan luka post operasi dengan 1 set medikasi digunakan untuk pasien secara bersama-sama (banyak pasien), perawat tidak mencuci tangan sebelum melakukan tindakan medikasi, perawat tidak memperhatikan teknik steril seperti tidak memakai sarung tangan steril saat medikasi. Hasil observasi yang dilakukan di rumah sakit umum dan rumah sakit pendidikan terhadap kegiatan perawatan luka belum sepenuhnya dilaksanakan berdasarkan SPO, misalnya belum menggunakan sarung tangan steril untuk tiap satu pasien, belum menggunakan pinset untuk satu pasien, dan tidak menggunakan masker padahal dari segi kecukupan peralatan tersedia sesuai kebutuhan. Tindakan perawatan luka juga kegiatan desinfeksi luka tidak dilakukan dengan cara mengusap satu arah. Disamping itu dan tidak ada penghargaan

8 7 maupun sanksi terkait ketaatan perawat dalam melakukan tindakan keperwatan yang sesuai SPO (Depkes, 2008). Mengetahui cara untuk mengatasi hambatan dari perawatan luka sesuai dengan pelaksanaan SPO (Standar Operasional Prosedur) Metode Pelaksanaan Tindakan 1. Cara Perawatan Luka Dari hasil observasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa yang partisipan dalam melakukan perawatan luka post operasi tersebut untuk berusaha mengatasi hambatan adalah dengan memulai perawatan luka dari pasien luka bersih ke pasien luka kotor. Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk merawat luka agar dapat mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit membran mukosa atau jaringan lain, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit. Serangkaian kegiatan itu meliputi pembersihan luka, memasang balutan, mengganti balutan, pengisian (packing) luka, memfiksasi balutan, tindakan pemberian rasa nyaman yang meliputi membersihkan kulit dan daerah drainase, irigasi, pembuangan drainase, pemasangan perban (Bryant, 2007). Tujuan perawatan luka adalah untuk memberikan lingkungan yang sesuai untuk penyembuhan luka, mengimobilisasi luka, melindungi luka dari cedera mekanik dan untuk hemostatis. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan steril dan balutan yang kotor tidak dilepaskan dengan tangan telanjang (Brunner & Suddath, 2002). luka post operasi tersebut untuk berusaha mengatasi resiko tertularnya penyakit, alat disterilkan dengan cara dimasukkan ke dalam alkohol. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Mariana dan Baharuddin (2014) menyebutkan bahwa teknik perawatan yang digunakan adalah dengan mengggunakan NaCl 0,9% dengan memperhatikan teknik aseptic. Balutan pertama diganti setelah hari ke 4-5, hal tersebut sesuai dengan teori manajemen perawatan luka terbaru, dimana balutan peratama diganti setelah 4-5 hari dengan rasional hari ke 4 fase inflamasi telah selesai. Menurut Dorland (2005), fase inflamasi ini akan berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira kira hari kelima. Tindakan aseptik dilakukan untuk mengurangi inflamasi, sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor) (Dorland, 2005). 2. Tindakan Aseptik Hasil observasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa yang partisipan dalam melakukan perawatan

9 8 KESIMPULAN 1. Pengetahuan perawat tentang Pelaksanaan SPO Perawatan luka. Pengetahuan perawat tentang pelaksanaan SPO perawatan luka didapatkan tema pengertian SPO dengan kategori aturan dan standar, tujuan SPO dengan kategori pencegahan infeksi dan penyembuhan luka, serta prinsip perawatan luka dengan kategori prinsip steril. 2. Faktor pendukung dalam pelaksanaan SPO (Standar Prosedur Operasional) di lapangan. Faktor pendukung dalam pelaksanaan SPO (Standar Prosedur Operasional) di lapangan didapatkan tema pelaksanaan tindakan dengan kategori tindakan perawatan luka dan pelaksanaan SPO. 3. Faktor penghambat dalam pelaksanaan SPO (Standar Prosedur Operasional). Faktor penghambat dalam pelaksanaan SPO (Standar Prosedur Operasional) dengan tema hambatan teknik dengan kategori infeksi nosokomial, keterbatasan sarana prasarana dengan kategori keterbatasan alat dan set medikasi. 4. Cara untuk mengatasi hambatan dari perawatan luka sesuai dengan SPO (Standar Prosedur Operasional). Cara untuk mengatasi hambatan dari perawatan luka sesuai dengan SPO (Standar Prosedur Operasional) didapatkan tema metode pelaksanaan tindakan dengan kategori cara perawatan luka dan tindakan aseptif. SARAN 1. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan untuk managemen di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada pasien khususnya pasien operasi dengan appendictomy. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan acuan bagi pendidikan tentang gambaran umum pengalaman perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur perawatan luka sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam proses belajar mengajar 3. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat menjadi acuan oleh peneliti lain untuk meneliti tentang faktor yang mepengaruhi perawat dalam pelaksanaan SPO perawatan luka. DAFTAR PUSTAKA Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial Problematika, dan Pengendaliannya. Jakarta : Salemba Medika. Djusmalinar & Andriani. (2010). Gambaran Motivasi Perawat dalam Implementasi Perawatan Luka Post Operasi sesuai Standar Operasional Prosedur di Ruang Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu. Hidayat, Alimul. (2007). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005). Jakarta: Balai Pustaka. KemenKes RI Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, Lubis, Chairuddin P., (2004). Infeksi Nosokomial Pada Neonatus. Bagian Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

10 9 Utara. Diunduh dari usu.ac.id/download/fk/anakchairuddin3.pdf. Morison, M.J. (2007). Manajemen Luka. Jakarta: EGC. Murti, B. (2006). Prinsip dan metode riset epidemiologi. Edisi Kedua, Jilid Pertama. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pamuji, T, Asrin, dan Kamaludin, R. (2008). Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Standar Prosedur Opersional (SPO) dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pelaksanaan SPO Profesi Pelayanan Keperawatan di Instalasi Rawat Ionap RSUD Purbalingga. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, Perry & Potter Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktek. Edisi ke 4. Jakarta. EGC. Setiyawati dan Supratman. (2008). Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Luka Operasi di Ruang Rawat Inap RSUD DR. Moewardi. Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Sukanto, (2004). Organisasi Perusahaan, Teori Struktur dan Perilaku. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada. Smeltzer, S. C. dan B. G. Bare. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC. Taufik. (2011). Pendahuluan Karya Ilmiah Appendiktomi, blogspot.com /2011/06/pendahuluankti-appendiktomi.html, diperoleh tanggal 1 Desember 214. WHO. (2010). Low Birth Weight : Country, Regional, and Global Estimates. New York : Unicef-WHO. Wikansari, Nurvita, dkk. (2012). Pemeriksaan Total Kuman Udara dan Staphylococcus aureus di Ruang Rawat Inap RS X Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 1, Nomor 2, Tahun Setyarini, Elizabeth Ari, dan Lusiana Lina Herlina Kepatuhan Perawat Melaksanakan Standar Prosedur Operasional Pencegahan Pasien Resiko Jatuh di Gedung Yosep 3 Dago dan Surya Kencana Rumah Sakit Borromeus. Jurnal Kesehatan. STIKes Santo Borromeus. Sjamsudihidajat. (2007). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC.

11 10

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH 1. Luka bersih Luka operasi yang tidak terinfeksi, dimana tidak ditemukan adanya inflamasi dan tidak ada infeksi saluran pernafasan, pencernaan, dan urogenital.

Lebih terperinci

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian VULNUS LACERATUM No Dokumen : SOP No.Revisi : 0 TanggalTerbit : Halaman :1 dari 4 1. Pengertian Vulnus atau lukaadalah hilang atau rusaknya sebagian kontinuitas jaringan yang dapat disebabkan oleh trauma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat, baik luka akut maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan prevalensi pasien dengan luka

Lebih terperinci

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH Rahmat Ali Putra Hrp*Asrizal** *Mahasiswa **Dosen Departemen Keperawatan Medikal bedah Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

PENGALAMAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PERAWATAN LUKAAPPENDICTOMY DI RUANG MAWAR RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

PENGALAMAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PERAWATAN LUKAAPPENDICTOMY DI RUANG MAWAR RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI PENGALAMAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PERAWATAN LUKAAPPENDICTOMY DI RUANG MAWAR RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK 87 SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK Di Sususn oleh : Vella Dolo Rosa ( 20160305011 ) PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Prosedur Tetap Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea di RSUD Langsa Tahun 212 Saya adalah mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menambah tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien (Anonim, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. menambah tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien (Anonim, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yang sering dilakukan di rumah sakit sehingga kemungkinan terjadinya infeksi klinis karena perawatan luka cukup tinggi

Lebih terperinci

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314 LAPORAN PENDAHULUAN Prosedur Tindakan Pengkajian Sistem Integumen, Prosedur Tindakan Wound Care, dan Penatalaksanaan Klien Luka Bakar Laporan pendahuluan ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya adalah melalui penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang di berikan kepada pasien melibatkan tim multi disiplin termasuk tim keperawatan.

Lebih terperinci

SOP PERAWATAN LUKA GANGREN

SOP PERAWATAN LUKA GANGREN SOP PERAWATAN LUKA GANGREN A. Alat dan Bahan Steril 1. Bak Instrument 1 buah 2. Pinset Anatomi 1 buah 3. Pinset Chirurgis 1 buah 4. Gunting 1 buah 5. Handschoon 1 pasang 6. Kasa, deppers 7. Korentang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia Rumah Sakit sebagai salah satu bagian sistem pelayanan kesehatan secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. Seperti halnya di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN PENELITIAN PELAKSANAAN CUCI TANGAN OLEH PERAWAT SEBELUM DAN SESUDAH MELAKUKAN TINDAKAN KEPERAWATAN Ratna Dewi*, Endang Purwaningsih** Menurut WHO angka infeksi nosokomial (INOS) tidak boleh lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berproliferasi didalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari perawat selalu berinteraksi dengan pasien dan bahaya-bahaya di rumah sakit, hal tersebut membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penatalaksanaan perawatan luka post operasi pada saat ini masih belum

BAB I PENDAHULUAN. Penatalaksanaan perawatan luka post operasi pada saat ini masih belum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka operasi adalah luka akut yang dibuat oleh ahli bedah yang bertujuan untuk terapi atau rekonstruksi (Murtutik & Marjiyanto, 2013). Penatalaksanaan perawatan luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya pencegahan infeksi

Lebih terperinci

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI 1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI DESCRIPTION OF NURSE IN THE PREVENTION OF BEHAVIOR IN THE EVENT OF PLEBITIS INPATIENT KEDIRI BAPTIST

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai Healthcare Associated Infections (HAIs), yaitu infeksi yang berhubungan dengan asuhan pelayanan kesehatan, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen yang bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama oleh negara-negara

Lebih terperinci

Dwi Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan. Keywords: Knowledge, Attitudes, Behaviors, Inos, Nurse.

Dwi Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan. Keywords: Knowledge, Attitudes, Behaviors, Inos, Nurse. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TENTANG INFEKSI NOSOKOMIAL (INOS) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN INOS DI RUANG BEDAH RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Dwi Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS. Sutomo

HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS. Sutomo HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS Sutomo Program Studi Profesi NERS, STIKES Dian Husada Mojokerto Email : sutomo.ners@gmail.com ABSTRAK Mempertahankan

Lebih terperinci

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah SOP perawatan luka ganggren SOP Perawatan Luka Ganggren Tujuan perawatan gangren: - Mencegah meluasnya infeksi - Memberi rasa nyaman pada klien - Mengurangi nyeri - Meningkatkan proses penyembuhan luka

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN PERAWAT PELAKSANA DALAM MELAKSANAKAN PERAWATAN LUKAPOST OPERASI SESUAIDENGAN SOP DI RSUD BATANG

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN PERAWAT PELAKSANA DALAM MELAKSANAKAN PERAWATAN LUKAPOST OPERASI SESUAIDENGAN SOP DI RSUD BATANG HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN PERAWAT PELAKSANA DALAM MELAKSANAKAN PERAWATAN LUKAPOST OPERASI SESUAIDENGAN SOP DI RSUD BATANG Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan klien merupakan sasaran dalam program Patient Safety yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan klien merupakan sasaran dalam program Patient Safety yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Rumah Sakit memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu untuk menjamin keselamatan klien (Depkes, 2011). Keselamatan klien merupakan sasaran

Lebih terperinci

UPAYA PERAWAT DALAM PENCEGAHAN PHLEBITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

UPAYA PERAWAT DALAM PENCEGAHAN PHLEBITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI Jurnal STIKES Vol. 7, No.2, Desember 2014 UPAYA PERAWAT DALAM PENCEGAHAN PHLEBITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI NURSE S IMPLEMENTATION IN PREVENTION OF PHLEBITIS TO PATIENTS IN BAPTIST HOSPITAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat penting pada saat sekarang ini, karena akan menambah masa perawatan pasien di rumah sakit sekaligus akan memperberat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka kejadian infeksi nosokomial mengindikasikan rendahnya kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Di Indonesia, infeksi merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalani rawat inap. ( Wahyunah, 2011). Terapi intravena berisiko untuk terjadi komplikasi lokal pada daerah pemasangan

BAB I PENDAHULUAN. menjalani rawat inap. ( Wahyunah, 2011). Terapi intravena berisiko untuk terjadi komplikasi lokal pada daerah pemasangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencegah dan memperbaiki ketidak seimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia diperlukan terapi intravena. Menurut Perdue dalam Hankins, Lonway,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Fitri Yuliana, SST

Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Fitri Yuliana, SST Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea Fitri Yuliana, SST Pendahuluan Tak semua persalinan dapat berlangsung mulus, kadang terdapat indikasi medis yang mengharuskan seorang ibu melewati proses persalinan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TENTANG PELAKSANAAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN LUKA DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROF DR

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TENTANG PELAKSANAAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN LUKA DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROF DR GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TENTANG PELAKSANAAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN LUKA DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROF DR. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO Yayu Hakim 1, dr. Zuhriana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Umum Tentang Implementasi Keperawatan. 1. Pengertian Implementasi Keperawatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Umum Tentang Implementasi Keperawatan. 1. Pengertian Implementasi Keperawatan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang Implementasi Keperawatan 1. Pengertian Implementasi Keperawatan Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan pengunjung) serta kegiatan pelayanan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kewaspadaan umum (universal precaution) merupakan salah satu upaya pengendalian infeksi di rumah sakit yang oleh Departemen Kesehatan telah dikembangkan sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Rumah sakit sebagai salah satu bagian sistem pelayanan kesehatan yang secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan kesehatan mencakup

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT III MANADO Cristallica Mogolaingo Safrudin*, Woodford Baren Solaiman Joseph*, Finny Warouw* *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien, keselamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan peradangan. Menurut Potter dan Perry (2010) bahwa infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan peradangan. Menurut Potter dan Perry (2010) bahwa infeksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Infeksi Luka Operasi Menurut kamus kedokteran Dorland (2012) infeksi merupakan masuknya mikroorganisme yang memperbanyak diri di jaringan tubuh yang menyebabkan peradangan.

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari segala proses dan upaya yang selama ini dilakukan agar semuanya

BAB I PENDAHULUAN. dari segala proses dan upaya yang selama ini dilakukan agar semuanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan fase terakhir yang terpenting dalam proses kehamilan. Masa inilah yang banyak mendebarkan seorang wanita yang melahirkan, juga pasangannya. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia, terlebih lagi di negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit infeksi didapatkan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya pengendalian infeksi nosokomial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah wilayah dengan dataran rendah yaitu berupa sungai dan rawa yang di dalamnya banyak sekali spesies ikan yang berpotensi tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan tugasnya bagi dokter Aegroti Salus Lex Suprema, yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir, 2009).Keselamatan pasien

Lebih terperinci

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian * Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991) * Pembuatan lubang sementara atau permanen dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi adalah masuk dan berkembangnya mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik (Potter & Perry,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera atau pembedahan (Agustina, 2009). Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan dimana

Lebih terperinci

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

Bagian XIII Infeksi Nosokomial Bagian XIII Infeksi Nosokomial A. Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan pengertian infeksi nosokomial 2. Menjelaskan Batasan infeksi nosocomial 3. Menjelaskan bagaimana proses terjadinya infeksi nosocomial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat (Hidayat, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat (Hidayat, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keperawatan 1. Definisi Keperawatan Keperawatan adalah suatu profesi yang berorientasi pada pelayanan kesehatan dengan segala perencanaan atau tindakan untuk membantu meningkatkan

Lebih terperinci

PERAWATAN LUKA DENGAN NACL 0,9 % PADA TN. R DENGAN POST EKSISIABSES GLUTEA SINISTRA HARI KE-25 DI RUMAH TN. R DI DESA KIRIG KABUPATEN KUDUS.

PERAWATAN LUKA DENGAN NACL 0,9 % PADA TN. R DENGAN POST EKSISIABSES GLUTEA SINISTRA HARI KE-25 DI RUMAH TN. R DI DESA KIRIG KABUPATEN KUDUS. PERAWATAN LUKA DENGAN NACL 0,9 % PADA TN. R DENGAN POST EKSISIABSES GLUTEA SINISTRA HARI KE-25 DI RUMAH TN. R DI DESA KIRIG KABUPATEN KUDUS Oleh L.Sofa 1) S.Yusra 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumen rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks. Kompleksitasnya sebuah rumah sakit tidak hanya dari jenis dan macam penyakit yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi 385.000 kejadian luka akibat benda tajam yang terkontaminasi darah pada tenaga kesehatan di rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di Rumah Sakit dapat dinilai dari berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya pengendalian infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesehatan tidak bisa terlepas dari keselamatan pasien, yang merupakan suatu upaya dari petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) merupakan sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan medik. Kasus pada sistem gastrointestinal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara teknis dapat mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Apendicitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab penyakit abdomen akut yang sering terjadi di negara berkembang, penyakit ini dapat mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50% mendapat terapi intravena (IV). Namun, terapi IV terjadi di semua lingkup pelayanan di rumah sakit yakni IGD,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare Associated Infection) merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Infeksi ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif, dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif, dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit merupakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi kesehatan yang menyediakan pelayanan kuratif, rehabilitatif, dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit merupakan suatu pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perawat profesional dalam melaksanakan peran dan fungsinya sehari hari, selalu beresiko tertular terhadap berbagai penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi secara kontak

Lebih terperinci

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai penyakit diantaranya adalah penyakit infeksi, dari mulai yang ringan sampai yang terberat. Masyarakat yang

Lebih terperinci

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat BAB 1 PENDAHULUAN Setiap kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan atau meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit 3 x 24 jam. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi.

BAB I PENDAHULUAN. ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/MENKES/PER/2010 tentang perizinan rumah sakit disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan

Lebih terperinci

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif (pembinaan

Lebih terperinci

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN 1 INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN PENGERTIAN Infeksi adalah proses ketika seseorang rentan (susceptible) terkena invasi agen patogen/infeksius dan menyebabkan sakit. Nosokomial berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial masih merupakan masalah yang penting bagi kesehatan karena dapat meningkatkan angka kematian dan salah satu komplikasi tersering bagi pasien yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien karena kemungkinan hal buruk yang membahayakan pasien bisa saja terjadi, sehingga dibutuhkan peran

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum Perawatan Luka Bersih (Luka Kering) Kegiatan Belajar III Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus TUJUAN Pembelajaran Umum Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, Anda diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Universal precaution (kewaspadaan standar) merupakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini tidak hanya berkaitan dengan rumah sakit sebagai tempat pelayanan medis namun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah sakit sebagai unit pelayanan medis tentunya tidak lepas dari pengobatan dan perawatan penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit pada umumnya menyediakan keperluan untuk pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit pada umumnya menyediakan keperluan untuk pemeliharaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit pada umumnya menyediakan keperluan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 983/Menkes/SK/XI/1992

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

BAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang sering dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi nasokomial merupakan persoalan serius yang menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat, maka rumah sakit dituntut untuk melaksanakan pengelolaan program Keselamatan dan Kesehatan

Lebih terperinci