BAB I PENDAHULUAN. dikemas sedemikan rupa, merupakan rancangan pemerintah Korea untuk
|
|
- Verawati Budiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Korean wave adalah bentuk kebudayaan Korea Selatan yang dikemas sedemikan rupa, merupakan rancangan pemerintah Korea untuk memperbaiki citra Korea di mata negara lain, juga membuktikan kuatnya negara ini dalam menularkan kebudayaan dan seni kepada negara lain hingga mencapai seluruh bagian di dunia. Merebaknya Korean wave atau dalam bahasa Korea disebut sebagai hallyu dimulai pada tahun 1997, ketika drama Korea berjudul What is Love All About disiarkan oleh stasiun televisi China. Kemudian dalam waktu singkat trend tersebut menyebar hingga Taiwan, Hongkong, mempengaruhi etnis China di negara lain, hingga Jepang (Lee, 2011, Korean Culture and Information Center, 2011). Saat ini Indonesia termasuk negara yang dilanda demam Korea, yaitu akibat globalisasi Korean wave melalui media informasi (Desire, 2012). Menurut Ravina (2010), Lee (2011), dan Jung (2011) media yang dapat menjembatani Korean wave antara lain adalah televisi, majalah dan/ koran, radio, juga internet. Program televisi, musik pop, berbagai buku dan majalah merupakan bentuk media yang memberikan efek besar dalam regulasi informasi dengan konten internasional, khususnya di Indonesia (Sen&David, 2000). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jung (2011) mengenai ras dan etnis pada para penggemar K-pop diketahui bahwa media sosial (internet) merupakan jenis media informasi yang paling digemari dalam konsumsi dan distribusi K-pop di seluruh dunia, yaitu mencapai 91%. Hal ini
2 dikarenakan regulasi informasi melalui internet dinilai lebih cepat dibandingkan media off-line. Fenomena Korean wave yang muncul melalui media informasi diketahui telah mempengaruhi semua kalangan, khususnya remaja (Mariani, 2008, Desire, 2012). Bahkan remaja di Indonesia merupakan 40,55% pengakses media informasi internet (sosial media) di seluruh dunia (Hui, 2010), sehingga menurut Jung (2011) hal ini merupakan faktor penting merebaknya Korean wave pada kalangan remaja di Indonesia. Berdasarkan studi kualitatif yang dilakukan oleh Puspitasari&Hermawan (2013) di distrik Solo pada siswa SMP, siswa SMA, dan mahasiswa diketahui bahwa penggemar Korean wave paling banyak adalah siswa SMA (remaja). Menurut Salim (2010), media massa merupakan bentuk media informasi yang secara khusus dapat mempengaruhi perubahan yang terjadi pada remaja. Penerimaan dan preferensi audien terhadap konten dalam media informasi dapat mempengaruhi dan memberi dampak perubahan dalam kehidupan, demikian pula yang terjadi pada remaja (Lita&Cho, 2012). Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial, yaitu berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun (Fadlyana, 2004, WHO, 2010, Arisman, 2004). Nursanti (2013) serta Puspitasari&Hermawan (2013) menjelaskan bahwa pengaruh besar yang dibawa oleh Korean wave bukan hanya muncul dari musik Korean Pop (K-Pop) yang sangat dinikmati oleh pendengarnya, namun hingga dapat menancapkan imajinasi penampilan fisik
3 bintang Korean wave, yaitu berparas cantik, penampilan enerjik, dan bentuk fisik yang menarik. Masalah yang paling sering dialami remaja adalah penampilan fisik. Adanya pola pikir, terutama pada laki-laki, bahwa wanita adalah objek untuk dilihat menyebabkan mereka mengukur penampilan fisik sebagai nilai atau ukuran superioritas dan penerimaan oleh lingkungan sekitar (Latha et. al., 2006, Franzio&Klaiber, 2007). Karakter yang ditampilkan dalam televisi: cantik, berpendidikan, memiliki pekerjaan yang mapan, serta kehidupan sosial yang baik menjadi role model bagi remaja termasuk dalam hal penampilan fisik (Botta, 2003). Berbagai studi mengenai pengaruh media selalu megindikasikan kepada hasil penilaian citra tubuh yang negatif (negative body image), berhubungan dengan gambaran tubuh ideal yang diberikan oleh media (Birkeland, et. al., 2005, Groesz, et. al., 2002, Becker, 2004). Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Field et. al. (2001) diketahui bahwa gambar wanita yang disuguhkan pada majalah mempengaruhi persepsi remaja perempuan mengenai bentuk tubuh ideal mencapai 69%, serta 47% diantaranya dilaporkan dapat membuat remaja sampai melakukan diet untuk mendapatkan bentuk tubuh ideal tersebut. Harrison&Hefner (2006) juga menjelaskan bahwa menonton televisi pada remaja perempuan berhubungan dengan keinginan mereka untuk memiliki tubuh yang kurus saat dewasa nantinya. Para remaja tidak mendapat pengetahuan yang cukup mengenai bentuk tubuh ideal, sedangkan informasi yang mereka terima melalui berbagai macam media informasi menetapkan standar ideal pada kisaran underweight (Veggi, et. al., 2004).
4 Persepsi yang salah menimbulkan masalah-masalah baru pada remaja yang merugikan, yaitu terbentuknya body image yang tidak sesuai (Brieske&Lazers, 2004).Menurut Latha et. al. (2005), persepsi mengenai body image yang salah akan menimbulkan ketidakpuasan terhadap penampilan fisik, sehingga remaja cenderung akan melakukan berbagai usaha untuk mengontrol berat dan bentuk tubuhnya. Remaja biasanya akan melakukan diet sehingga dapat memenuhi ekspektasi akan body image ideal menurutnya. Diet yang dilakukan pun biasanya tidak benar sehingga dapat menjadi awal berkembangnya eating disorders. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Polivy&Herman (2002). Ketidakpuasan terhadap penampilan fisik merupakan prekursor penting terhadap kejadian eating disorders. Bentuk eating disorders yang populer pada remaja adalah anoreksia nervosa dan bulimia (Khomsan, 2003). Menurut Ata et. al. (2007) perempuan memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan laki-laki untuk mengalami gangguan perilaku makan, yang berhubungan dengan faktor resiko psikososial. American Psychological Association (2008) menjelaskan bahwa perilaku makan menyimpang (eating disorders) dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, antara lain: anemia, palpitasi, kehilangan massa tulang dan rambut, kerusakan gigi, esophagitis, dan gangguan siklus menstruasi sampai berhenti menstruasi. Salah satu penanganan utama yang diberikan adalah terapi psikologis karena penderita eating disorders memiliki resiko tinggi mengalami gangguan mental berupa depresi, kecemasan, hingga kecenderungan untuk bunuh diri atau menyakiti diri sendiri.
5 Menurut Salim (2010) serta Widianti&Candra (2012), remaja dengan status gizi lebih atau obesitas memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk tidak puas terhadap bentuk tubuhnya. Lorasch-Gunderson (2012) menambahkan selain media informasi, faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya body image sebagai prekursor utama terjadinya eating disoders adalah dukungan sosial dari keluarga dan teman sebaya. Bagi remaja yang telah tinggal terpisah dengan orang tuanya atau menghabiskan banyak waktu dengan temannya, media informasi dan pengaruh teman sebaya merupakan faktor yang dominan mempengaruhi perkembangan penyimpangan perilaku makan. Dengan demikian diperlukan pengontrolan faktor status gizi, dukungan sosial dari teman sebaya sebagai faktor yang mempengaruhi body image untuk menurunkan bias dalam penelitian. Berdasarkan latar belakang tersebut dapat disimpulkan bahwa Korean wave dalam bentuk musik, drama, film, maupun produk hiburan lainnya tersebar melalui media berupa televisi, radio, majalah, serta internet. Karakteristik hallyu stars (selebriti Korea) yang identik dengan tubuh langsing, tinggi, dan menarik dapat menimbulkan persepsi body image yang negatif pada remaja. Body image yang negatif pada remaja putri dapat menimbulkan gangguan perilaku makan yang disebut eating disorders. Hasil penelitian Wijayanti (2012) menunjukkan bahwa Yogyakarta sebagai kota pelajar menyimpan potensi para remaja yang berperilaku fanatik terhadap kebudayaan Korea, ditunjukkan dengan terbentuknya komunitas penggemar Korean wave. Dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Paparan Korean wave melalui Media Informasi dengan Body image dan
6 Risiko Eating disorders Pada Remaja Putri Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Yogakarta. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum adalah: Apakah ada hubungan antara paparan Korean wave melalui media informasi dengan body image dan risiko eating disorders pada remaja putri Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Yogyakarta? Rumusan masalahnya secara khusus adalah: 1. Apakah ada hubungan antara paparan Korean wave melalui media informasi dengan body image? 2. Apakah ada hubungan antara status gizi dengan dengan body image? 3. Apakah ada hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan body image? 4. Apakah ada hubungan antara paparan Korean wave melalui media informasi dengan risiko eating disorders? 5. Apakah ada hubungan antara body image dengan risiko eating disorders? C. Tujuan Penelitian 1. Umum Menganalisis hubungan paparan Korean wave melalui media informasi dengan body image dan risiko eating disorders pada remaja putri Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Yogyakarta. 2. Khusus
7 a. Menganalisis hubungan paparan Korean wave melalui media informasi dengan body image. b. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan dengan body image. c. Menganalisis hubungan antara dukungan sosial dari teman sebaya dengan dengan body image. d. Menganalisis hubungan paparan Korean wave melalui media informasi dengan risiko eating disorders. e. Menganalisis hubungan body image dengan risiko eating disorders. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang hubungan media informasi, khususnya paparan Korean wave dengan body image dan munculnya risiko eating disorders pada remaja putri di Sekolah Menengah Atas. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan penelitian sejenis yang berkaitan dengan media informasi dan hubungannya dengan body image serta risiko eating disorders, khususnya pada remaja putri. 2. Manfaat praktis Diharapkan dapat menambah informasi dan masukan dalam perencanaan program gizi dan edukasi, khususnya yang berkaitan dengan masalah gizi remaja. Serta dapat menambah informasi mengenai pengaruh media informasi yang diakses oleh siswa terhadap persepi tubuhnya dan risiko terjadinya penyimpangan perilaku makan. Informasi
8 ini dapat diberikan dalam kurikulum dan disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar, maupun kegiatan khusus siswa putri di sekolah. Khususnya untuk industri hiburan dan media informasi, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menambah informasi mengenai pengaruh tayangan atau informasi yang diberikan melalui media informasi terhadap body image dan risiko eating disorders pada remaja putri di Sekolah Menengah Atas sehingga tayangan atau informasi yang diberikan melalui pertimbangan yang bijaksana. E. Keaslian Penelitian 1. Salim, Luluk B (2010) dengan judul Hubungan Persepsi Tubuh, Perilaku Makan dan Status Gizi Siswi SMP Negeri 8 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional, dilakukan pada siswa kelas 1 sampai kelas 3 SMP Negeri 8 Yogyakarta. Hasilnya tidak terdapat hubungan antara persepsi tubuh dengan perilaku makan, maupun antara perilaku makan dengan status gizi. Namun terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi tubuh dengan status gizi pada siswi SMP N 8 Yogyakarta. Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan instumen pengukuran perilaku makan, subjek penelitian merupakan remaja putri, serta rancangan penelitian. Perbedaannya, penelitian ini tidak menggunakan varibel paparan media terutama Korean wave (Hallyu) pada siswa putri. Selain itu, instrumen yang digunakan untuk mengukur body image, dan subjek penelitian adalah siswa SMA di Kota Yogyakarta.
9 2. Becker, Anne (2004) dengan judul Television, Disordered Eating, and Young Women in Fiji: Negotiating Body image and Identity During Rapid Social Change. Penelitian ini merupakan hasil investigasi dari dampak pengenalan televisi pada komunitas yang berada di daerah pedesaan Fiji Barat. Merupakan penelitian kohort kualitatif dengan semi structural, open-ended interview yang dilaksanakan selama 3 tahun pada 30 subjek. Dari penelitian ini diketahui bahwa penggambaran dalam tayangan televisi berhubungan erat dengan imaginasi remaja masyarakat Fiji, yaitu skenario yang ditayangkan termasuk bentuk tubuh. Karakter dalam televisi menjadi role model termasuk dalam aspek penampilan. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel paparan media dan body image, serta subjek penelitian berjenis kelamin perempuan. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada paparan media, yaitu fokus pada Korean wave (Hallyu) tidak hanya melalui televisi saja, variabel risiko eating disorders, desain penelitian, serta lokasi penelitian. 3. Botta, Renee (2003) dengan judul For Your Health? The Relationship Between Magazine Reading and Adolescents Body image and Eating Disturbance. Subjek penelitian ini sebanyak 196 remaja laki-laki dan 201 remaja perempuan rata-rata berusia 18,9 tahun di Amerika. Penelitian cross-sectional ini mengetahui hubungan intensitas membaca majalah dengan variasi tipe majalah dengan body image and eating disturbance/bied (persepsi tubuh dan gangguan makan) pada remaja. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa majalah olahraga lebih kecil perannya dalam mempengaruhi perilaku obsesif dalam body image dan perilaku makan baik pada remaja laki-laki maupun perempuan. Tipe
10 majalah kesehatan yang beredar paling mempengaruhi timbulnya efek negatif. Pada remaja perempuan, membaca majalah kesehatan berhubungan dengan peningkatan risiko bulimia dan anoreksia. Persamaan penelitian ini adalah variabel pengaruh paparan media, variabel body image dan eating disorders, serta desain penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis media sumber paparan, tidak melibatkan responden laki-laki, metode assessmen dan analisisnya, serta lokasi penelitian. 4. Widianti, Nur & Candra, Aryu (2012) dengan judul Hubungan antara Body image dan Perilaku Makan dengan Status Gizi Remaja Putri di SMA Theresiana Semarang. Penelitian ini menggunakan desain crosssectional dengan jumlah subjek 72 siswi. Sebanyak 40,3% siswi SMA Theresiana Semarang merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa ada hubungan antara body image dan perilaku makan dengan status gizi remaja putri. Persamaan dengan penelitian ini adalah subjek, variabel yang diukur, serta desain penelitian. Sedangkan perbedaannya adalah lokasi penelitian, variabel paparan Korean wave melalui media informasi, serta instrumen pengukuran perilaku makan. 5. Lorasch-Gunderson, Debra (2012) dengan judul Relative Influence of Family, Peers, and Media on the Development of Eating disorders in Adolescent. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa berusia tahun di Universitas St. Thomas, Minnesota. Dari penelitian ini ditemukan bahwa pengaruh keluarga, teman sebaya, serta media pada munculnya
11 gejala penyimpangan perilaku makan berbeda-beda untuk setiap respondennya. Tekanan dari keluarga adalah faktor penting pada perkembangan eating disorders berdasarkan hasil penelitian ini. Namun untuk subjek yang telah tinggal terpisah dengan keluarganya, teman sebaya dan media merupakan faktor yang mempengaruhi munculnya gejala eating disorders. Persamaan dengan penelitian ini adalah desain penelitian cross sectional, serta variabel media. Perbedaan dengan penelitian antara lain: lokasi penelitian, variabel paparan Korean wave melalui media informasi, serta instrumen penelitian. 6. Wijayanti, Ardiani (2012) dengan judul Hallyu: Youngsters Fanaticism of Korean Pop Culture (Study of Hallyu Fans in Yogyakarta City). Studi kualitatif ini dilakukan pada remaja yang terpapar produk budaya popular Korea Selatan dan memiliki tingkat antusiasme serta fanatisme yang cukup tinggi, antara lain anggota komunitas hallyu di Kota Yogyakarta Jjang Kewer Parodi (JKP) dan Aikei. Hasil penelitian ini menunjukkan perilaku fanatik remaja timbul akibat adanya proses interaksi dengan budaya Korea Selatan sehingga merujuk pada komunikasi budaya. Komunikasi budaya antar penggemar hallyu menjadikan para remaja tersebut menggembangkan pola perilaku tertentu sebagai wujud kecintaan mereka terhadap hallyu. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel paparan hallyu atau kebudayaan Korean Selatan serta subjek penelitian remaja di Kota Yogyakarta.
12 Perbedaan dengan penelitian ini adalah desain penelitian, variabel body image dan risiko eating disorders, serta instrumen penelitian. Secara umum, penelitian mengenai hubungan paparan Korean wave (hallyu) melalui media informasi dengan body image dan risiko eating disorders berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal variabel, subjek, dan lokasi penelitian.
13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa yang ditandai oleh perubahan mendasar yaitu perubahan secara biologis, psikologis, dan juga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada remaja khususnya remaja putri kerap kali melakukan perilaku diet untuk menurunkan berat badannya, hal ini dikarenakan remaja putri lebih memperhatikan bentuk tubuhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Citra tubuh (body image) merupakan persepsi dinamis dari tubuh seseorang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Citra tubuh (body image) merupakan persepsi dinamis dari tubuh seseorang yang dibentuk secara emosional dan bisa berubah seiring perubahan suasana hati, pengalaman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight/obesitas merupakan akar dari berbagai penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler yang saat ini masih menjadi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu periode dalam kehidupan manusia, remaja sering dianggap memiliki karakter yang unik karena pada masa itulah terjadi perubahan baik fisik maupun psikologi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang cepat selain 1000 hari pertama kehidupan. Hampir separuh dari total pertumbuhan dan perkembangan seseorang
Lebih terperinciPENDIDIKAN GIZI DALAM SURVEILANS UNDERWEIGHT PADA REMAJA PUTRI
PENDIDIKAN GIZI DALAM SURVEILANS UNDERWEIGHT PADA REMAJA PUTRI Vilda Ana Veria Setyawati Program Studi kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Email :vera.herlambang@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makan adalah suatu kebutuhan bagi setiap individu untuk menunjang aktivitas sehari-hari dan mendukung proses metabolisme tubuh. Kebiasaan dan perilaku makan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. stasiun televisi lokal maupun luar negeri. Setiap harinya stasiun televisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini televisi telah berkembang secara pesat dan menjadi media yang dibutuhkan oleh masyarakat. Berbagai acara televisi dapat disaksikan baik dari stasiun televisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seseorang mengalami masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini seseorang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH IDEAL DENGAN USAHA MEMBANGUN DAYA TARIK FISIK PADA PEREMPUAN
HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH IDEAL DENGAN USAHA MEMBANGUN DAYA TARIK FISIK PADA PEREMPUAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : ELVERA DESI
Lebih terperinci, 2015 FANATISME PENGGEMAR KOREAN IDOL GROUP PELAKU AGRESI VERBAL DI MEDIA SOSIAL
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan teknologi informasi di Indonesia berpengaruh sangat besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah dengan masuknya budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah masa transisi yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa adalah sumber informasi yang sulit untuk dilepaskan dalam keseharian individu. Douglas Kellner (1995) mengemukakan bahwa media massa memang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau juga dikenal dengan Hallyu atau Korean wave adalah istilah yang diberikan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah hallyu, pertama kali dimunculkan oleh para jurnalis di Beijing terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu tersebut. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai ukuran, bentuk, dan struktur tubuhnya sendiri, dan pada umumnya dikonseptualisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan. perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Buku-buku Pediatri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja atau masa adolescence merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Korean Wave atau Demam Korea sangat digemari di Indonesia, popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik di Asia hingga dunia. Perkembangan Budaya Populer di Asia telah menjadi lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Fenomena Budaya Populer Korea saat ini telah merambah ke segala penjuru baik di Asia hingga dunia. Perkembangan Budaya Populer di Asia telah menjadi lebih aktif.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai penelitian mengenai penyimpangan perilaku makan telah banyak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai penelitian mengenai penyimpangan perilaku makan telah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil yang cukup mencengangkan. Sebuah penelitian kohort berbasis rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidakcocokan antara tuntutan fisiologis dan psikologis berdasarkan situasi dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres merupakan sebuah kondisi kesenjangan akibat terjadinya ketidakcocokan antara tuntutan fisiologis dan psikologis berdasarkan situasi dari sumber biologis, psikologis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini memiliki tubuh langsing menjadi tren di kalangan wanita, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini memiliki tubuh langsing menjadi tren di kalangan wanita, baik wanita dewasa maupun remaja putri. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya iklan di televisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap hari khalayak mengakses televisi. Menurut data BPS tahun 2006 yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menunjukkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, makanan merupakan kebutuhan paling dasar yang harus dipenuhi oleh manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini manusia sudah sangat bergantung pada media massa baik cetak maupun elektronik. Media massa hadir untuk mempermudah arus informasi yang
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja mengalami masa puber yang dianggap sebagai periode tumpang tindih karena mencakup masa akhir kanak-kanak dan masa awal remaja. Masa puber ditandai dengan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fase remaja merupakan segmen kembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan individu yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan biologis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah idiom Bahasa Inggris yang berbunyi don't judge a book by its cover yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah idiom Bahasa Inggris yang berbunyi don't judge a book by its cover yang memiliki arti janganlah menilai sesuatu berdasarkan penampilan luarnya saja nampaknya
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi saat ini, salah satu budaya yang masih berkembang di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean Wave" adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial harus didahului oleh kontak dan komunikasi. Komunikasi sebagai usaha untuk membuat satuan sosial dari individu dengan mengunakan bahasa atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bentuk tubuh dan berat badan merupakan persoalan perempuan yang paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa pengaruh besar dalam mendorong
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya adalah permasalahan fisik yang berhubungan dengan ketidakpuasan atau keprihatinan terhadap
Lebih terperincimembantu mempopulerkan K-Pop, perusahaan entertainment di Korea Selatan pun tanpa segan menggunakan Youtube sebagai sarana untuk membantu mendongkrak
BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Di sepanjang tahun 2012, Korean Wave atau yang dikenal juga dengan istilah Korean Wave sedang melanda Asia. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan fenomena
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Dengan kemajuan ekonomi yang dialami Korea Selatan saat ini tidak lepas
BAB IV KESIMPULAN Dengan kemajuan ekonomi yang dialami Korea Selatan saat ini tidak lepas dari keputusan presiden Park Chung Hee untuk mengubah perekonomian yang pada awalnya beorientasi kearah impor menjadi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.
HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam. peningkatan gizi remaja. Obesitas merupakan salah satu masalah gizi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam peningkatan kualitas SDM adalah gizi yang baik,
Lebih terperinciPENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1
PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1 Villia Octariana Putri Binus University, Jakarta, Indonesia Abstrak TUJUAN PENELITIAN Alasan
Lebih terperinciANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI
ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI Primadhina NPH, Wahyu Selfiana Harta, Leni Nurul Azizah, Fadhilla Dwi Utami Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering diperhatikan. Biasanya keinginan untuk tampil sempurna sering diartikan dengan memiliki tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam mewujudkan pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk mencapai kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan oleh kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian
Lebih terperinciBULIMIA NERVOSA. 1. Frekuensi binge eating
Kesehatan remaja sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa. Hal ini disebabkan karena remaja yang sehat akan melahirkan anak yang sehat, generasi yang sehat, dan manula yang sehat. Sedangkan remaja yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia (hampir 2% dari berat total tubuh) dan kebanyakan bergabung dengan unsur fosfor menjadi kalsium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Tingginya prevalensi obesitas di dunia, menyebabkan terganggunya kondisi fisik, psikososial dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyimpangan perilaku makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia nervosa, pada umumnya dialami oleh wanita serta berhubungan dengan beberapa masalah kesehatan lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebarluaskan berita atau pesan kepada masyarakat. Dengan kata lain media massa adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana dan saluran resmi untuk mengkomunikasikan dan menyebarluaskan berita atau pesan kepada masyarakat. Dengan kata lain media massa adalah
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis musik K-Pop kini semakin digandrungi di Indonesia. K-Pop atau Korean Pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. K-Pop adalah salah satu produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja sering disebut masa pubertas. Dimana masa pubertas adalah masa peralihan dari anak anak menjadi dewasa. Dimulai antara usia 7-13 tahun untuk perempuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup salah satunya adalah pemenuhan nutrisi terhadap tubuh karena dalam hierarki Maslow kebutuhan fisiologis salah satunya yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan. kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Literasi kesehatan merupakan kemampuan seseorang untuk memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi internet telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di era globalisasi internet telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sebagian besar populasi penduduk dunia. 1 Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi banyak perubahan baik fisik yaitu pertumbuhan yang sangat cepat (growth spurt) dan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan, merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai percepatan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir, prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat dengan drastis sehingga menempatkan masalah gizi ini menjadi salah satu masalah yang perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecil seperti inilah yang memunculkan ide dasar dunia kosmetika.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Benni Yohanes, S. Sen., M. Hum. dalam bukunya berjudul Seni Tata Rias dalam Dimensi Sosial, pada dasarnya tata rias adalah sebuah seni dalam menciptakan keindahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka dan membangun citra tubuh atau body image). Pada umumnya remaja putri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja disebut juga masa puberitas dimana perkembangan fisik berlangsung cepat yang menyebabkan remaja menjadi sangat memperhatikan tubuh mereka dan membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk dan tingkat masalah yang berbeda-beda ketika menjalani hidupnya. Individu yang sering dihadapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang berada diantara masa anak dan dewasa. Masa ini dianggap sebagai suatu bentuk transisi yang cukup penting bagi pembentukan pribadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman sekarang ini, dapat dilihat bahwa perkembangan entertaiment di Negara Korea Selatan, berkembang dengan sangat pesat. Seperti munculnya dramadrama yang membanjiri
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula di kaitkan pubertas atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double Burden Nutrition). Masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara gizi lebih juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan
Lebih terperinciManusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap
BABI PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok adalah salah satu zat adiktif yang apabila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan obat bebas dalam pengobatan sendiri merupakan cara yang praktis dan efisien dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat sehari-hari. Pengobatan sendiri
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah metode tradisional yang data penelitiannya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu hingga saat ini penampilan fisik bagi seorang individu merupakan salah satu hal yang seringkali mendapat perhatian khusus, seorang individu berusaha untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi pola makan. Selain dari pola makan, remaja masa kini juga jarang melakukan aktivitas fisik seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Menurut Renwick dan Brown (1995), seseorang dikatakan memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas hidup merupakan sebuah konsep multidimensional yang mencerminkan persepsi diri seseorang akan kebahagiaan dan kepuasan dengan kehidupan. Menurut Renwick dan
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini keberadaan media massa sudah menjadi sebuah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat dan media massa sendiri dapat menjangkau massa dengan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Kelebihan berat badan pada anak apabila telah menjadi obesitas akan berlanjut
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI KELAS XI IPS DI SMA BATIK 1 SURAKARTA
4 HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI KELAS XI IPS DI SMA BATIK 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : HERLINA DWI CAHYANINGRUM J300 101 018 PROGRAM STUDI DIII GIZI FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat. global, yang biasa disebut Korean wave. Korean wave atau hallyu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pemerintah Korea Selatan dalam penyebaran budaya Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat global, yang biasa disebut Korean
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan budaya yang didorong dengan kemajuan pesat pada perkembangan zaman, seringkali menghadirkan perubahan-perubahan baru yang membuat dunia takjub.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan depresi merupakan penyebab utama terjadinya penyakit dan kecacatan pada remaja usia 10-19 tahun, sedangkan bunuh diri menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang berkembang dari masa kanak-kanak menuju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berkembang dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan (Neufeldt & Guralnik, 1996). Menurut World Health Organization (WHO), disebutkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak menimbulkan isu-isu dan permasalahan dalam hubungan antar negara, berbagai macam seperti permasalahan
Lebih terperinciREACHING YOUR ULTIMATE BEAUTY GOALS THROUGH BALANCED NUTRITION Beta Sindiana Dewi
REACHING YOUR ULTIMATE BEAUTY GOALS THROUGH BALANCED NUTRITION Beta Sindiana Dewi BODY IMAGE (CITRA TUBUH) Citra tubuh adalah persepsi dan sikap seseorang tentang dirinya sendiri, juga bagaimana ia menganggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media yang potensial sekali, tidak saja untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Televisi adalah media yang potensial sekali, tidak saja untuk menyampaikan informasi tetapi juga membentuk perilaku seseorang, baik ke arah positif maupun negatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut The Health Resource and Services Administration Guideline Amerika Serikat tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Istiqomah Nugroho Putri, FKM UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyimpangan perilaku makan merupakan perilaku makan yang membatasi asupan makanan secara ketat supaya mempertahankan berat badannya yang akan berdampak negatif terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam peradaban manusia. Dalam Popular Culture (Strinati, 2004:18),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Pop Culture atau budaya populer mulai mendapatkan tempat tersendiri dalam peradaban manusia. Dalam Popular Culture (Strinati, 2004:18), budaya populer diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan perilaku yang paling sering terjadi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat berpikir orang yang cantik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini dapat kita lihat adanya kecenderungan masyarakat yang ingin memiliki tubuh ideal.banyak orang yang selalu merasa bahwa bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat
Lebih terperinci