IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 3.3.4 Uji Panjang Pulsa Sinyal Pengujian dilakukan untuk melihat berapa panjang pulsa sinyal minimal yang dapat di respon oleh modul. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan astable free running, blok delay, dan rangkaian monostable Persiapan Rangkaian Monostable Rangkaian ini berfungsi sebagai pengatur panjang pulsa yang dikirim dari rangkaian blok delay. Panjang pulsa yang keluar diatur menggunakan kombinasi dari resistor dan kapasitor. Panjang pulsa yang dihasilkan diatur hingga batas minimal panjang pulsa dapat di respon oleh modul Jarak Jangkau Pengiriman Data Salah satu cara pengoptimalan jarak jangkauan adalah dengan memodifikasi bagian antena baik pada modul transmitter maupun receiver. Rumus penghitung panjang antenna (Safi i 2009): f ( MHZ) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 6. Diagram alir uji panjang pulsa sinyal Persiapan Pengujian Persiapan Rangkaian Astable Free Running Rangkaian free running pada uji ini berfungsi sebagai penghasil pulsa/ sinyal secara kontinu dengan periode interpulse yang divariasikan secara mandiri. Variasi pajang pulsa didapat dari kombinasi antara resistor dan kapasitor. Pulsa sinyal yang dihasilkan diatur dan terus diubah dari frekuensi yang lambat sampai batas minimal kecepatan pulsa sinyal dapat di respon oleh modul Persiapan Rangkaian Blok Delay Rangkaian ini dipersiapkan untuk pengujian panjang pulsa sinyal dan berfungsi sebagai penunda penghitung pulsa dari astable free running untuk menghasilkan satu pulsa. Setelah pulsa yang didapat dari rankaian astable free running masuk sejumlah 2 n maka rangkaian ini akan menghasilkan satu pulsa. Pada uji kali ini rangkaian delay menggunakan IC Pemanfaatan Modul Sebelum memanfaatkan modul, dilakukan pengujian seberapa baik sistem yang dimiliki oleh modul tersebut dapat mendukung penelitian. Hal ini dilakukan karena produk modul ini dipasarkan dengan tidak disertai kelengkapan informasi berupa karakter dan spesifikasinya. Pengujian ini dilakukan secara manual (tombol yang ada pada modul transmitter ditekan secara acak sesuai dengan pengujian karakter) dan beberapa ada yang dilakukan dengan menggunakan rangkaian tambahan Karakteristik Modul Tipe 1 (seri YCJSCON-4PC) Pengujian modul ini dilakukan untuk melihat beberapa karakter modul, meliputi berfungsi atau tidaknya modul dalam usaha pengiriman data, respon kanal terhadap data yang masuk, dan jarak tempuh perkiraan pancaran untuk melihat sejauh apa modul ini dapat beroperasi secara maksimal. Namun, percobaan ini masih dilakukan secara manual. Hasil dari pengujian modul ini adalah data berupa pulsa sinyal dapat terkirim dan diterima dengan baik oleh modul receiver. Namun ada kendala pada sistem penggunaan kanal yang tersedia, yaitu suatu kanal yang telah dibuka (saat satu tombol ditekan) maka tidak dapat tertutup secara otomatis. Kondisi ini menyebabkan data tidak dapat masuk secara berurutan pada kanal yang sama (saat tombol ditekan berkali-kali) tanpa diselingi 5

2 masuknya data dari kanal lain (tombol hanya berfungasi saat ditekan secara bergantian). Pada modul ini tidak tersedia opsi mode untuk mengganti sistem kanal. Untuk memanfaatkan modul ini disiapkan rangkaian elektronik agar persoalan tadi dapat di atasi. Rangkaian elektronik ini berupa 2 monostable yang ditambahkan pada modul transmitter. Monostable pertama mengaktifkan jalur utama data masuk dan monostable kedua mengaktifkan jalur lain untuk menutup jalur utama tadi (agar terjadi sistem reset). Satu sinyal yang masuk menjadi trigger aktif bagi kedua monostable. Awalan sinyal menjadi trigger bagi monostable pertama dan akhiran sinyal menjadi trigger bagi monostable kedua. Cara ini sudah dapat mengatasi persoalan tadi, namun modul ini belum dapat digunakan dalam aplikasi karena tidak efektif dan masih besar kemungkinan terjadi eror pada data karena sulit menentukan data yang berasal dari suatu tombol berfungsi sebagai data utama atau reset. Gambar 7. Sistem kerja rangkaian Terdapat kendala pada saat akan dilakukan percobaan reaksi kanal dengan menggunakan rangkaian elektronik pada modul ini, yaitu modul ini tidak dapat digunakan karena rusak akibat salah penanganan. Penelitian karakteristik modul ini tidak dapat dilanjutkan karena produk yang sama tidak ditemukan kembali di pasar elektronik, sehingga perlu pencarian dan identifikasi yang baru terhadap modul lain yang ditemukan Karakteristik Modul Tipe 2 (seri TDL-T70) dan Tipe 3 (seri CDT-8L) Pengujian karakteristik terhadap modul tipe 2 dilakukan dengan metode yang sama dengan modul tipe 1. Didapat informasi bahwa modul tipe 2 lebih mudah, karena data dapat masuk secara beruntun pada satu kanal (tombol ditekan berkali-kali). Keempat kanal yang disediakan dapat dimanfaatkan secara maksimal karena tidak perlu diberikan rangkaian elektronik tambahan seperti pada modul tipe 1, sehingga sangat cocok dengan sistem yang diinginkan untuk aplikasi SCO. Modul ini pun memberikan opsi mode untuk mengganti karakteristik kanal. Sistem penutup kanal secara otomatis dapat diubah sehingga karakternya sama dengan modul tipe 1. Mode ini dapat di aktifkan dengan cara menahan tombol aktif pada modul receiver hingga lampu detektor berkedip. Modul ini pun digunakan dalam pengujian kecepatan reaksi kanal terhadap data yang masuk dan usaha maksimalisasi jarak jangkau pengiriman data. Modul tipe 3 memiliki karakter yang sama dengan modul tipe 2, hanya saja memiliki jalur data yang lebih banyak (8 kanal). Modul tipe 3 digunakan dalam aplikasi pengukuran dilapangan karena sensor pengukuran yang digunakan cukup banyak dan membutuhkan kanal lebih dari 4. Pada penelitian ini modul ini hanya digunakan pada saat aplikasi pengukuran data iklim mikro. 4.2 Aplikasi Alat Dalam Pengukuran Aplikasi ini dilakukan di Lembaga Pusat Penelitian Kelapa Sawit Rangkasbitung. Modul yang digunakan adalah modul tipe 3 (8 kanal) karena pada percobaan kali ini dibutuhkan 5 jalur data. Pengukuran dilakukan dengan tajuk kelapa sawit pada rata-rata ketinggian 10 m sehingga alat harus diletakkan di ketinggian 10 m. Awalnya jarak antara titik amat dan data logger sejauh ±90 meter. Namun, akibat dari lokasi titik amat yang ternyata merupakan jalur pengangkut hasil kelapa sawit maka titik tersebut tidak dapat digunakan, sehingga jarak titik amat dipindah menjadi lebih dekat, yaitu ±70m. Gambar 8. Ilustrasi denah pengamatan Modul transmitter dimasukkan kedalam rangkaian elektronik sensor sedangkan modul receiver dimasukkan ke dalam sistem data logger. 6

3 Gambar 9. Pemasangan sistem rangkaian transmitter pada titik ukur Rata-rata data masuk dalam satu hari sebanyak data. Data-data tersebut meliputi 2 sensor suhu, 2 sensor kelembaban udara, 2 sensor radiasi, 6 sensor kecepatan angin, dan sensor CO 2. Dari keseluruhan data yang masuk ada 9 % yang dikategorikan ke dalam data eror. Data ini didominasi oleh data kecepatan angin dan CO 2. Sedangkan data dengan kondisi paling bagus merupakan data dari sensor suhu, kelembaban udara, serta radiasi. Grafik di atas merupakan sebaran nilai keluaran langsung dari sensor. Grafik tersebut memperlihatkan bahwa masih ada data hasil kesalahan pengukuran yang masuk yaitu titiktitik yang berada di luar pola sebaran data. Sedangkan untuk nilai yang berada di kisaran 500 mv merupakan nilai keluaran dari penanda yang dibuat khusus dengan fungsi sebagai selang antara kombinasi nilai suhu udara, kelembaban udara, serta radiasi udara. Sistem ini dibuat karena nilai dari ketiga sensor ini dikirim secara bergantian melalui satu tombol. Dari data-data yang masuk per hari terdapat sekitar 3 % yang dikategorikan sebagai data hasil dari kesalahan pengukuran. Hasil ini menunjukkan sistem telemetri ini masih memiliki kekurangan dalam sistem pengiriman maupun penerima datanya. Sehingga perlu dikembangkan rangkaian elektronik yang mampu meminimalisasi data hasil kesalahan pengukuran yang masuk, namun dirasa masih layak untuk digunakan dalam berbagai aplikasi mengingat data masuk secara kontinu. Data dari kesalahan pengukuran yang masuk dapat disebabkan oleh adanya tumbukan pada beberapa jalur (data masuk secara bersamaan) sehingga data yang masuk kemudian dapat berupa kelipatan dari data sebelumnya karena modul tidak dapat merespon data yang masuk bersamaan dari beberapa jalur data, dan terjadinya penurunan tegangan baik pada modul transmitter maupun receiver akibat listrik mati maupun gangguan tegangan lainnya, sehingga modul ini dapat ditunjang dengan sistem penyimpan listrik yang stabil agar sistem telemetri tetap berjalan meskipun terjadi gangguan berupa matinya aliran listrik. Gambar 10. Grafik contoh data hasil kesalahan pengukuran yang masuk ke dalam penyimpan data 7

4 (a) (b) (c) (d) Gambar 11. Beberapa contoh hasil pengamatan yang dilakukan saat aplikasi. (a) Suhu udara, (b) Kelembaban udara, (c) Radiasi udara, (d) Pengamatan suhu udara selama satu minggu. 108

5 Gambar 13 a, b, dan c merupakan grafik dari pola pergerakan nilai sensor suhu, kelembaban udara, serta radiasi. Meskipun belum di konfersi ke dalam satuan dari masing-masing parameter namun gambaran dari grafik tersebut telah memberikan pola yang sesuai dengan kondisi alam sebenarnya. Gambar 13 d merupakan contoh hasil dari pengambilan data selama satu minggu. Data suhu yang diperoleh dirasa sudah menggambarkan bagaimana kondisi perubahan suhu udara di titik pengukuran selama satu minggu. Aplikasi pengukuran yang dilakukan memiliki beberapa masalah. Ada indikasi bahwa modul tidak dapat merespon data yang masuk dengan waktu yang cepat dan ada kemungkinan panjang pulsa sinyal yang pendek pun tidak dapat di respon. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian terhadap kecepatan respon tombol modul dan panjang pulsa sinyal yang dapat di respon oleh modul Uji Kecepatan Reaksi Tombol Modul dan Uji Panjang Pulsa Kedua uji ini dilakukan dengan menggunakan modul tipe 2, dengan asumsi terdapat kesamaan karakter antara modul tipe 2 dan 3. Tabel 3. Contoh Kejadian Data Masuk dalam Satu Waktu Data pada tabel 3 merupakan beberapa contoh kejadian data tumbukan pada saat aplikasi. Dari data tersebut didapat bahwa modul dapat merespon data 3 kali dalam satu detik. Data yang masuk berasal dari kanal yang berbeda sehingga ingin dilihat pula karakter kecepatan reaksi kanal jika data masuk pada satu kanal saja. Pengujian kecepatan reaksi antar tombol pun dilakukan dengan menggunakan rangkaian astable free running dan dilakukan hanya pada satu kanal. Hasil pengujian ini adalah modul dapat merespon sinyal kiriman tiap tombol dengan selang waktu minimal 0,32 detik. Sehingga jika ada sinyal yang masuk bergantian dengan selang waktu kurang dari 0.32 detik, maka sinyal tersebut tidak akan terdeteksi oleh transmitter. Dari pengujian panjang pulsa sinyal yang dilakukan dengan menggunaan rangkaian astable free running dan monostable didapat bahwa modul receiver merespon sinyal dari modul transmitter dengan panjang minimal 0,3 detik. Sehingga lebih baik menggunakan monostable sebagai penentu panjang sinyal pada tiap tombol transmitter, meskipun transmitter dapat mengirim data tanpa monostable. Pengujian ini membuktikan bahwa jika data yang masuk pada satu kanal dalam satu detik hanya dapat merespon 2 data saja. 4.3 Maksimalisasi Jarak Jangkau Pengiriman Data Modul transceiver RF yang tersedia di pasaran memiliki daya pancar dan daya tangkap yang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada frekuensi dan beberapa pengaturan yang dilakukan oleh produsen modul. Beberapa parameter mempengaruhi yang performa transmitter, yaitu resonansi frekuensi, impedansi, gain, radiation pattern, juga polarisasi. Pada modul yang ada, semua parameter di atas sudah diatur oleh si pembuat modul sebagai bentuk perlindungan informasi rangkaian yang menyebabkan kita sulit untuk menambah rangkaian serupa guna mengubah daya pancar. Ada metode lain yang dapat digunakan untuk membuat daya transceiver dalam modul ini menjadi labih baik, yaitu memodifikasi bentuk fisik antena pada modul. Dalam penelitian ini dilakukan modifikasi pada antena menggunakan tipe Random Wire Antenna, karena bentuk modifikasinya yang sangat sederhana. Pada awal penelitian dilakukan perhitungan panjang antena untuk pengukuran kabel yang dipersiapkan. Perhitungan panjang antenna: f ( MHz) x315 = 0,4761 m = 47,61 cm Panjang antena menjadi : 47,61 (5% x 47,61) = 45,23 cm 9

6 Gambar 12. Grafik hasil percobaan modifikasi antena dengan beberapa perlakuan Nilai 300 yang tercantum pada rumus merupakan kecepata rambat gelombang radio di ruang bebas yakni 299,793 meter per detik Percobaan Setelah mendapatkan cara perhitungan panjang antena, maka percobaan kembali dilakukan terhadap transmitter maupun receiver (gambar 12) Modifikasi Pada Modul Receiver (Penerima) Pengujian modifikasi antena terhadap modul receiver dilakukan dengan menggunakan modul tipe 2. Pengujian ini dilakukan untuk melihat seberapa jauh modifikasi terhadap antena dapat dimanfaatkan. Pengujian dilakukan secara manual, yaitu tombol pada modult transmitter ditekan secara bergantian dengan panjang pulsa yang tidak diketahui. Antena yang digunakan adalah kabel tunggal tembaga. Komponen relay pada modul receiver telah dilepas, dan sebagai pengganti indikator masuk tidaknya sinyal digunakanlah lampu LED (Light Emitting Diode). Hal ini dilakukan karena diperkirakan ada sela waktu antara sinyal yang diterima dengan reaksi komponen relay sehingga deteksi sinyal masuk lebih cepat. Pada saat percobaan dilakukan, data jarak dicatat saat diperoleh titik dimana jarak maksimal sinyal masuk dengan jelas (tidak terputus-putus). Hasil modifikasi antena receiver dengan perlakuan antena direntangkan (grafik warna biru tua) menunjukkan adanya peningkatan jarak jangkauan sekitar 8 % pada setiap penambahan panjang antena 45 cm. Jarak jangkauan yang diraih dapat mencapai sekitar 260 m. Hasil percobaan ini pun menegaskan adanya potensi penambahan jarak tempuh pengiriman data dengan metode modifikasi panjang antena ini. Percobaan dengan perlakuan panjang antena dililitkan merupakan usaha untuk melihat potensi jarak tempuh dengan bentuk antena yang efisien meskipun ada kemungkinan jarak tempuh menjadi lebih pendek. Antena dililitkan menyerupai bentuk spiral pada pegas. Perlakuan ini menjadikan panjang antena tidak memenuhi terlalu banyak tempat, sehingga terlihat lebih rapih. Hasil dari percobaan ini (grafik warna kuning) menunjukkan adanya penyusutan jarak sekitar 27 % dibandingkan sebelumnya Modifikasi Pada Modul Transmitter (Pemancar) Pengujian ini dilakukan dengan metode yang sama dengan pengujian modifikasi pada modul receiver. Pada gambar 12 (grafik warna ungu) dapat dilihat adanya 10

7 peningkatan jarak pada setiap penambahan panjang antena 45 cm rata-rata sebesar 11 %. Jarak jangkauan yang diraih dapat mencapai sekitar 260 m yang berarti sudah melampaui jarak jangkauan normal. Hasil percobaan dengan perlakuan antena dilingkarkan (grafik warna biru muda) menunjukkan adanya perubahan jarak tempuh yang menjadi lebih pendek sekitar 14 %. Perlakuan ini memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan antena yang dililitkan pada modifikasi antena receiver. Berdasarkan hasil percobaan di atas, diketahui bahwa jarak tempuh menjadi optimal pada saat antena dimodifikasi sebesar tiga kali dari perhitungan panjang antena, sehingga ada kemungkinan jarak tempuh menjadi lebih optimal ketika modifikasi dilakukan terhadap kedua modul secara bersamaan. Untuk mengetahui itu dilakukan pengujian dengan memodifikasi panjang antena pada kedua modul dengan panjang 135 cm. Jarak jangkauan dari perlakuan tersebut adalah sekitar 230 meter. Hasil ini menunjukkan bahwa jarak jangkauan tidak menjadi lebih optimal jika dibandingkan dengan hasil dari pengujian modifikasi salah satu modul saja. Hal ini diperkirakan harus ada perhitungan sendiri terhadap kombinasi panjang antena dari masing-masing modul. Kendala pun terjadi pada pengukuran jarak jangkau ini. Modifikasi antena seharusnya dapat dilakukan melebihi 3 kali lipat panjang antena hitungan. Hal ini dilakukan untuk melihat potensi maksimal jarak jangkau modul sehingga dapat digunakan secara lebih maksimal pada saat aplikasi. Namun, uji ini tidak dilanjutkan karena lahan yang menjadi ukuran jarak jangkau tidak tersedia melebihi 260 m jalur lurus dan terbuka. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sistem pengukuran telemetri dengan menggunakan frekuensi radio dapat dilakukan dengan memanfaatkan modul transceiver sederhana yang mudah diperoleh, sehingga jika dikembangkan dapat menjadi sebuah sistem pengirim dan penerima data-data pengukuran yang baik. Modul yang digunakan memiliki beberapa karakteristik yang harus disesuaikan dengan sistem pengukuran, diantaranya adalah kecepatan respon antar tombol sebesar 0.32 detik, kemudian panjang pulsa sinyal transmitter yang dapat terdeteksi oleh modul minimal sepanjang 0.3 detik, dan dengan menggunakan metode modifikasi antena pemancar, jarak tempuh dapat mencapai 260 ± 1 meter. Hasil modifikasi antena paling maksimal adalah ketika dilakukan terhadap salah satu modul receiver atau transmitter saja. Modul yang ada dapat digunakan dalam pengambilan data dengan sistem telemetri, meskipun pada saat aplikasinya masih cukup banyak terdapat kesalahan pengukuran dengan proporsi sekitar 3% dari keseluruhan data. Data kesalahan pengukuran ini dapat disebabkan oleh adanya tumbukan pada beberapa jalur (data masuk secara bersamaan) sehingga data yang masuk kemudian dapat berupa kelipatan dari data sebelumnya, dan terjadinya ketidakstabilan tegangan pada modul transmitter maupun receiver. 5.2 Saran Perlu adanya pemanfaatan teknologi sederhana lain yang dapat dikembangkan menjadi sistem telemetri yang lebih efektif serta penggunaan metode lain terhadap modifikasi antena akan memberikan informasi lebih terhadap hasil jangkauan pengiriman data. Pengujian terhadap jarak jangkau pengiriman data juga dilakukan ditempat yang ketersediaan jalur panjangnya lebih jauh. VI. DAFTAR PUSTAKA Bits-n-Pieces Telemetry (diakses 29 Agustus 2011) Hanafi, D Gelombang Elektromagnetik. ORARI daerah jakarta. Jakarta. Hanafi, D Memilih Tipe Antena. ORARI daerah jakarta. Jakarta. Johnson, Benjamin C, Ken I dan Douglas LK Integration of Remote Weather Stations with Advanced Telemetry Options And Remote Image Acquisition. University of Alaska Fairbanks. 11

PEMANFAATAN MODUL TRANSMITTER-RECEIVER UNTUK PENGUKURAN TELEMETRI UNSUR-UNSUR CUACA YUDI TRIAWAN SEPTIADHI

PEMANFAATAN MODUL TRANSMITTER-RECEIVER UNTUK PENGUKURAN TELEMETRI UNSUR-UNSUR CUACA YUDI TRIAWAN SEPTIADHI PEMANFAATAN MODUL TRANSMITTER-RECEIVER UNTUK PENGUKURAN TELEMETRI UNSUR-UNSUR CUACA YUDI TRIAWAN SEPTIADHI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Hasil Penelitian Setelah perancangan alat dilakukan, analisa dan pengujian alat pun dilakukan guna meneliti apakah alat bekerja dengan baik sesuai dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk komunikasi, salah satunya pada rentang band High Frequency (HF). Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram BAB III PERENCANAAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan lebih rinci mengenai perencanaan dalam pembuatan alat. Penulis membuat rancangan secara blok diagram sebagai pembahasan awal. 3.1 Perencanaan Secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Diagram Alir yang akan dilakukan pada penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian. 32 33 3.1.1 Penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam memperoleh informasi dan berita pada saat ini. Dengan berkomunikasi kita dapat bertukar informasi dalam

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

3.3.3 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian Mekanis Pemasangan Sistem Telemetri dan Rangkaian Sensor

3.3.3 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian Mekanis Pemasangan Sistem Telemetri dan Rangkaian Sensor 3.3.3 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian Mekanis Rangkaian mekanik berfungsi untuk menunjang mekanisme gerak vertikal. Pada platform yang akan dibuat pembuatan rangkaian ini menggunakan komponen mekanik

Lebih terperinci

Pertemuan ke-6 Sensor : Bagian 2. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM

Pertemuan ke-6 Sensor : Bagian 2. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM Pertemuan ke-6 Sensor : Bagian 2 Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM Agenda Pendahuluan : gelombang EM dan antena RF Parameter antena RF Penggunaan antena RF dalam metode geofisika

Lebih terperinci

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak PINTU GERBANG OTOMATIS DENGAN REMOTE CONTROL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 Robby Nurmansyah Jurusan Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Kalimalang Bekasi Email: robby_taal@yahoo.co.id ABSTRAK Berkembangnya

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, bobot ringan,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Pendahuluan Dalam bab ini akan membahas mengenai pengujian dari alat yang telah dirancang pada bab sebelumnya. Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui kinerja sistem

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Sistem Transmisi Data Sensor Untuk Peringatan Dini Pada Kebakaran Hutan Dalam perancangan sistem transmisi data sensor untuk peringatan dini

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA DATA Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai hasil pengujian dan analisa Modul telemetri suhu tubuh. Untuk mendukung pengujian dan analisa modul ini terlebih dahulu

Lebih terperinci

Makalah Peserta Pemakalah

Makalah Peserta Pemakalah Makalah Peserta Pemakalah ISBN : 978-979-17763-3-2 PERANCANGAN ANTENNA YAGI FREKUENSI 400-405 MHZDIGUNAKAN PADA TRACKING OBSERVASI METEO VERTIKAL DARI PAYLOAD RADIOSONDE RS II-80 VAISALA Lalu Husnan Wijaya

Lebih terperinci

MONITORING PH AIR DI INSTALASI PENGOLAHAN AIR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER BERBASIS RADIO

MONITORING PH AIR DI INSTALASI PENGOLAHAN AIR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER BERBASIS RADIO MONITORING PH AIR DI INSTALASI PENGOLAHAN AIR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER BERBASIS RADIO Oleh : Tri Widayati ( 2210030018 ) Fandi Pramono ( 2210030026 ) Dosen Pembimbing : Slamet Budiprayitno, ST., MT NIP.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan dan menguraikan mengenai persiapan komponen komponen dan peralatan yang dipergunakan serta langkahlangkah praktek,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource, BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB 10 ULTRA HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

BAB 10 ULTRA HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk BAB 10 ULTRA HIGH FREQUENCY ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk komunikasi, salah satunya pada rentang band Ultra High Frequency (HF).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan penelitian. Langkah-langkah tersebut dilukiskan melalui bagan 3.1 berikut. Menentukan prinsip kerja sistem

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor RF (Radio Frekuensi) Sensor RF (Radio Frekuensi) adalah komponen yang dapat mendeteksi sinyal gelombang elektromagnetik yang digunakan oleh sistem komunikasi untuk mengirim

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 HASIL KARYA DAN IMPLEMENTASI Hasil karya dalam hal ini adalah perancangan dan pembuatan sebuah alat pengirim suara berbasis radio frekuensi di dalam air. Alat tersebut terdiri

Lebih terperinci

Indra manusia: penglihatan, suara, sentuhan, rasa, dan bau memberikan kami informasi penting berfungsi dan bertahan Robot sensor: mengukur

Indra manusia: penglihatan, suara, sentuhan, rasa, dan bau memberikan kami informasi penting berfungsi dan bertahan Robot sensor: mengukur Indra manusia: penglihatan, suara, sentuhan, rasa, dan bau memberikan kami informasi penting berfungsi dan bertahan Robot sensor: mengukur konfigurasi / kondisi lingkungannya dan mengirim informasi tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi FSM based PLC Spesifikasi dari FSM based PLC adalah sebagai berikut : 1. memiliki 7 buah masukan. 2. memiliki 8 buah keluaran. 3. menggunakan catu daya 5

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI DUA ARAH DENGAN SISTEM MODULASI FM

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI DUA ARAH DENGAN SISTEM MODULASI FM ISSN: 1693-6930 81 PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI DUA ARAH DENGAN SISTEM MODULASI FM Makmur 1, Tole Sutikno 2 1 PT. Semen Tonasa (Persero) Jl. Chairil Anwar No. 1, Makassar 09113, Telp. (0411) 321823 Fax.

Lebih terperinci

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT 4.1 Komunikasi Radio Komunikasi radio merupakan hubungan komunikasi yang mempergunakan media udara dan menggunakan gelombang

Lebih terperinci

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian

Lebih terperinci

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Adhe Ninu Indriawan, Hendi Handian Rachmat Subjurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Pustaka 1. Perancangan Telemetri Suhu dengan Modulasi Digital FSK-FM (Sukiswo,2005) Penelitian ini menjelaskan perancangan telemetri suhu dengan modulasi FSK-FM. Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN 4.1. HASIL PENGUKURAN PARAMETER ANTENA Pada proses simulasi dengan menggunakan perangkat lunak AWR Microwave Office 24, yang dibahas pada bab tiga

Lebih terperinci

Jurnal Coding Sistem Komputer Untan Volume 05, No.2 (2017), hal ISSN : X

Jurnal Coding Sistem Komputer Untan Volume 05, No.2 (2017), hal ISSN : X RANCANG BANGUN ALAT UKUR GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN (GLBB) PADA BIDANG MIRING BERBASIS ARDUINO [1] Vionanda Sheila Deesera, [2] Ilhamsyah, [3] Dedi Triyanto [1][3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 41 BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 4.1 Laser Laser atau sinar laser adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation, yang berarti suatu berkas sinar yang diperkuat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrol perangkat elektronika umumnya masih menggunakan saklar manual untuk memutus dan menyambung arus listrik. Untuk dapat menyalakan atau mematikan perangkat elektronik

Lebih terperinci

PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL

PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana sotdag@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisa setiap modul dari sistem yang dirancang. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem yang dirancang

Lebih terperinci

LAPISAN FISIK. Pengertian Dasar. Sinyal Data

LAPISAN FISIK. Pengertian Dasar. Sinyal Data LAPISAN FISIK Pengertian Dasar Lapisan Fisik (physical layer) adalah lapisan terbawah dari model referensi OSI, lapisan ini berfungsi untuk menentukan karekteristik dari kabel yang digunakan untuk menghubungkan

Lebih terperinci

PROTOTIPE PALANG PINTU OTOMATIS UNTUK BUSWAY BERBASIS INFRA RED

PROTOTIPE PALANG PINTU OTOMATIS UNTUK BUSWAY BERBASIS INFRA RED PROTOTIPE PALANG PINTU OTOMATIS UNTUK BUSWAY BERBASIS INFRA RED Suratun 1, Sri Nur Anom 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor. Jl. KH Sholeh Iskandar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pembuatan sensor putaran berbasis serat optik dilakukan di Laboratorium Optik dan Fotonik serta Laboratorium Bengkel Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Hasil karya atau implentasi Hasil karya dalam hal ini adalah sebuah alat komunikasi bawah air sederhana berbasis radiaon frekwensi dengan harga yang lebih murah dari pada

Lebih terperinci

MINIATUR PINTU GERBANG DENGAN REMOTE CONTROL

MINIATUR PINTU GERBANG DENGAN REMOTE CONTROL MINIATUR PINTU GERBANG DENGAN REMOTE CONTROL Banar Dwi Retyanto, Emi Lestari Fitriyana, Muhammmad Sirojuddin, Ahmad Muwafiq 1 1) Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sains Al-Qur an ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT

PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT 1 Hilridya Sagita, 2 Eri Prasetyo dan 3 Arifin 1,2 Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Jakarta 3 STMIK Bidakara,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Produk Alat Ukur Kecepatan Kelincahan Lari Berbasis Microcontroller dengan Interfacing Personal Computer System. Dalam penelitian ini sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. alat tersebut bekerja sesuai dengan sistem yang direncanakan.

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. alat tersebut bekerja sesuai dengan sistem yang direncanakan. BAB IV PENGUJIAN SISTEM 4.1 Pendahuluan Sebelum alat digunakan sepenuhnya untuk mengendalikan pelaksanan kontrol pintu atau keamanan, perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu untuk memastikan alat tersebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERFORMA PERANGKAT Efisiensi dan Evaluasi Kerugian daya

BAB IV ANALISA DAN PERFORMA PERANGKAT Efisiensi dan Evaluasi Kerugian daya BAB IV ANALISA DAN PERFORMA PERANGKAT 4. 1 Efisiensi dan Evaluasi Kerugian daya Transfer daya nirkabel adalah proyek yang sangat efisien. Namun perhatian utama dengan paparan teknologi baru ini adalah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Pada bab ini menjelaskan perangkat keras yang digunakan dalam membuat tugas akhir ini. Perangkat keras yang digunakan terdiri dari modul Arduino

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO No Percobaan : 01 Judul Percobaan Nama Praktikan : Perambatan Gelombang Mikro : Arien Maharani NIM : TEKNIK TELEKOMUNIKASI D3 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz

PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz Disusun Oleh : BUDI SANTOSO (11411552) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK TELEKOMUNIKASI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA Jakarta,

Lebih terperinci

BLOK DIAGRAM DAN GAMBAR RANGKAIAN

BLOK DIAGRAM DAN GAMBAR RANGKAIAN BAB III BLOK DIAGRAM DAN GAMBAR RANGKAIAN 3.1 Blok Diagram SWITCH BUZZER MIKROKONTROLLER AT89S52 DTMF DECODER KUNCI ELEKTRONIK POWER SUPPLY 1 2 3 4 5 6 7 8 9 * 0 # KEYPAD 43 3.2 Gambar Rangkaian 44 3.3

Lebih terperinci

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

Materi II TEORI DASAR ANTENNA Materi II TEORI DASAR ANTENNA 2.1 Radiasi Gelombang Elektromagnetik Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI

BAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI 5 BAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian imformasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampai diantara keduanya

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah membuat suatu alat yang dapat menghitung biaya pemakaian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak ( Software). Pembahasan perangkat keras meliputi perancangan mekanik

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENDETEKSI SUHU PADA PERANGKAT RADIO TRANSCEIVER LAPORAN TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN ALAT PENDETEKSI SUHU PADA PERANGKAT RADIO TRANSCEIVER LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN ALAT PENDETEKSI SUHU PADA PERANGKAT RADIO TRANSCEIVER LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 oleh : FITRIANI NIM : 1005062069

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. 44 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu media transmisi (Forouzan, 2007). transmitter, transmission system, receiver, dan media

BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu media transmisi (Forouzan, 2007). transmitter, transmission system, receiver, dan media BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Komunikasi Data Komunikasi data merupakan pertukaran data antara dua devicemelalui suatu media transmisi (Forouzan, 2007). 2.1.1. Komponen Komunikasi Data Komunikasi data terdiri

Lebih terperinci

Kata kunci : kamera C3088, gambar, roket

Kata kunci : kamera C3088, gambar, roket ABSTRAK Rancang Bangun pengambilan dan pengiriman gambar muatan roket pada Kompetisi Muatan Roket Indonesia (KOMURINDO) Tahun 2011 adalah payload pada roket yang berfungsi untuk mengambil gambar. Tujuan

Lebih terperinci

Gambar 1 Tampilan alat

Gambar 1 Tampilan alat SENSOR PARIKIR INFRAMERAH Iswan Apriyanto (12111060) Program Studi Teknik Informatika STMIK El Rahma Yogyakarta Jl. Sisingamangaraja No. 76 Karangkajen Yogyakarta Email : iswanapriyanto@yahoo.com.id ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Uji coba dan Analisa Tujuan dari pengujian tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebab

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

MEDIA TRANSMISI KOMUNIKASI DATA

MEDIA TRANSMISI KOMUNIKASI DATA Hal. 1 MEDIA TRANSMISI KOMUNIKASI DATA Beberapa media beberapa media transmisi dapat digunakan sebagai channel (jalur) transmisi atau carrier dari data yang dikirimkan. Secara fisik, media transmisi dapat

Lebih terperinci

RANCANGAN DAN ANALISA ANTENA Dl PERMUKAAN BADAN ROKET

RANCANGAN DAN ANALISA ANTENA Dl PERMUKAAN BADAN ROKET RANCANGAN DAN ANALISA ANTENA Dl PERMUKAAN BADAN ROKET Sri Kliwati, Wahyu Widada Pcneliti Bidang Kendali, LAPAN ABSTRACT The antenna telemetry is usually placed in the body of LAPAN rocket for the launching

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan antenna saat ini semakin berkembang terutama untuk system komunikasi. Antenna adalah salah satu dari beberapa komponen yang paling kritis. Perancangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS Tindak lanjut dari perancangan pada bab sebelumnya adalah pengujian sistem. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini diperlukan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirakit. Tujuan dari proses ini yaitu agar dapat mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

DETEKTOR JARAK DENGAN SENSOR ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLER

DETEKTOR JARAK DENGAN SENSOR ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLER DETEKTOR JARAK DENGAN SENSOR ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLER Kiki Prawiroredjo & Nyssa Asteria* Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti Abstract A Distance Detector is a circuit that

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

BAB IV PEMBAHASAN ALAT BAB IV PEMBAHASAN ALAT Pada bab pembahasan alat ini penulis akan menguraikan mengenai pengujian dan analisa prototipe. Untuk mendukung pengujian dan analisa modul terlebih dahulu penulis akan menguraikan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless,

BAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless, BAB II TEORI DASAR ANTENA 2.1 Umum Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless, antena radio pertama dibuat oleh Heinrich Hertz yang tujuannya untuk membuktikan keberadaan gelombang

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. VI, No. 1 (2016), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. VI, No. 1 (2016), Hal ISSN : Rancang Bangun Timbangan Digital Berbasis Sensor Beban 5 Kg Menggunakan Mikrokontroler Atmega328 Edwar Frendi Yandra a, Boni pahlanop Lapanporo a *, Muh. Ishak Jumarang a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Sistem monitoring ph dan suhu air dengan transmisi data. Adi Tomi TE Tugas Akhir Program Studi Elektronika Elektro - ITS

Sistem monitoring ph dan suhu air dengan transmisi data. Adi Tomi TE Tugas Akhir Program Studi Elektronika Elektro - ITS Sistem monitoring ph dan suhu air dengan transmisi data nirkabel Adi Tomi 2206100721 TE 091399 Tugas Akhir Program Studi Elektronika Elektro - ITS LATAR BELAKANG Pengukuran kadar keasaman (ph) dan suhu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, aktivitas manusia pun juga ikut semakin padat. Sering kali kepadatan tersebut membuat manusia terbengkalai dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1.Hasil Karya/Implementasi Hasil akhir yang diharapkan adalah alat komunikasi bawah air yang dirancang dengan sesederhana mungkin sehingga memungkinkan orang lain untuk merancangnya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN diperkuat oleh rangkainan op-amp. Untuk op-amp digunakan IC LM-324. 3.3.2.2. Rangkaian Penggerak Motor (Driver Motor) Untuk menjalankan motor DC digunakan sebuah IC L293D. IC L293D dapat mengontrol dua

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN 3.1. UMUM Pada bagian ini akan dirancang antena mikrostrip patch segiempat planar array 4 elemen dengan pencatuan aperture coupled, yang dapat beroperasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. memperlihatkan apakah telah layak sebagai user interface.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. memperlihatkan apakah telah layak sebagai user interface. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Software Visual Basic Pengujian software Visual Basic dilakukan dengan menguji kinerja dari program penjadwalan apakah telah berfungsi sesuai dengan harapan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Blok diagram sistem radar [2]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Blok diagram sistem radar [2] BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi begitu pesat, dari generasi ke generasi lahir berbagai inovasi yang merupakan objek pembaharuan penunjang kehidupan manusia. Di bidang komunikasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai dengan Januari 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai dengan Januari 2015. 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai dengan Januari 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III ANALISA RANGKAIAN

BAB III ANALISA RANGKAIAN 36 BAB III ANALISA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Analisa rangkaian dilakukan melalui analisa pada diagram blok, seperti terlihat pada gambar 3.1. INPUT PEMANCAR MEDIA TRANSMISI PENERIMA BLOK I BLOK II

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung (khususnya Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Antena merupakan suatu bagian yang mutlak diperlukan dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Antena merupakan suatu bagian yang mutlak diperlukan dalam sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Antena merupakan suatu bagian yang mutlak diperlukan dalam sistem komunikasi radio. Dalam dunia telekomunikasi antena didefinisikan sebagai struktur yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, perkembangan teknologi berkembang pesat dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, perkembangan teknologi berkembang pesat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan teknologi berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan terutama perkembangan teknologi dibidang telekomunikasi. Penulis mengakui bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

AID-420. Multi-Beam IR Sensors. Introduction

AID-420. Multi-Beam IR Sensors. Introduction Multi-Beam IR Sensors AID-420 User Manual Introduction Mereka adalah sensor infra merah empat balok, banyak digunakan sebagai parimeter guarding. Perangkat di tiang rumah, pertokoan dan garasi dalam ruangan.

Lebih terperinci

PEMBUATAN PERANGKAT APLIKASI PEMANFAATAN WIRELESS SEBAGAI MEDIA UNTUK PENGIRIMAN DATA SERIAL

PEMBUATAN PERANGKAT APLIKASI PEMANFAATAN WIRELESS SEBAGAI MEDIA UNTUK PENGIRIMAN DATA SERIAL PEMBUATAN PERANGKAT APLIKASI PEMANFAATAN WIRELESS SEBAGAI MEDIA UNTUK PENGIRIMAN DATA SERIAL Oleh : Zurnawita Dikky Chandra Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang ABSTRACT Serial data transmission

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dimulai sejak bulan November 2012

METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dimulai sejak bulan November 2012 28 METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dimulai sejak bulan November 2012 hingga Januari 2014, dilakukan di Laboratorium Elektronika Jurusan Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. elektronika dan sensor sebagai alat pendukung untuk membuat sebuah remote control

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. elektronika dan sensor sebagai alat pendukung untuk membuat sebuah remote control 4.1 Garis Besar Perancangan Sistem BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK Perlu diketahui bahwa system yang penulis buat ini menggunakan komponen elektronika dan sensor sebagai alat pendukung untuk membuat sebuah

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI TELMETRI SUHU BERBASIS ARDUINO UNO

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI TELMETRI SUHU BERBASIS ARDUINO UNO PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI TELMETRI SUHU BERBASIS ARDUINO UNO Emil Salim (1), Kasmir Tanjung (2) Konsentrasi Teknik Komputer, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU)

Lebih terperinci

Pertemuan 10 PRINSIP KOMUNIKASI LISTRIK. Dahlan Abdullah Website :

Pertemuan 10 PRINSIP KOMUNIKASI LISTRIK. Dahlan Abdullah   Website : Pertemuan 10 PRINSIP KOMUNIKASI LISTRIK Dahlan Abdullah Email : dahlan@unimal.ac.id Website : http://www.dahlan.web.id Pendahuluan Dalam setiap komunikasi salah satunya selalu diperlukan sumber informasi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menerapkan Pengontrolan Dan Monitoring Ruang Kelas Dengan Menggunakan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menerapkan Pengontrolan Dan Monitoring Ruang Kelas Dengan Menggunakan BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai implementasi dan evaluasi pada saat menerapkan Pengontrolan Dan Monitoring Ruang Kelas Dengan Menggunakan Controller Board ARM2368.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transmisi merupakan suatu pergerakan informasi melalui sebuah media jaringan telekomunikasi. Transmisi memperhatikan pembuatan saluran yang dipakai untuk mengirim

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA Pada bab ini, akan dibahas pengujian alat mulai dari pengujian alat permodul sampai pengujian alat secara keseluruhan. Pengujian tersebut akan dilakukan secara bertahap dengan

Lebih terperinci