BAB IV HASIL PENELITIAN. tidaknya pengaruh antara struktur kepemilikan, penerapan Good Corporate

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN. tidaknya pengaruh antara struktur kepemilikan, penerapan Good Corporate"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh antara struktur kepemilikan, penerapan Good Corporate Governance, financial leverage, ukuran perusahaan dan kualitas audit terhadap manajemen laba. Indikator struktur kepemilikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Penerapan Good Corporate Governance dalam penelitian ini dicerminkan dengan proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit. Financial leverage perusahaan diukur dengan menggunakan rasio debt to asset dan ukuran perusahaan tercermin dari logaritma natural total aktivanya. Kualitas audit dalam penelitian ini dicerminkan dengan ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor. Manajemen laba sebagai variabel terikat dalam penelitian ini diproksikan (dicerminkan) dengan absolute discretionary accruals, yang dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh industri yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia kecuali industri keuangan karena industri ini memiliki karakteristik dan perlakuan akuntansi yang berbeda dibandingkan dengan industri-industri lain. Untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam pada setiap industri, maka diperlukan pemahaman lebih lanjut mengenai karakteristik masing-masing industri. Berikut ini adalah karakteristik masing-masing industri yang dijadikan sampel dalam penelitian ini: 62

2 63 1. Pertanian Industri pertanian merupakan industri yang memainkan peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Industri pertanian meliputi tanaman pangan, perikanan, perkebunan, peternakan dan lainnya. Faktor pendukung industri pertanian Indonesia yang utama adalah terdapatnya sumber daya alam yang melimpah dan keterkaitannya dengan tingkat teknologi yang semakin maju. Selain itu sektor industri pertanian merupakan industri yang banyak menyerap tenaga kerja dan Indonesia memiliki cukup banyak sumber daya manusia yang dapat digunakan. Faktor pendukung berikutnya adalah pasar domestik dan pasar internasional selalu membutuhkan hasil pertanian. 2. Pertambangan Industri pertambangan memainkan pernanan penting dalam perekonomian Indonesia yang terdiri dari batu, batu bara, logam dan sejenisnya serta migas. Dalam industri pertambangan terdapat empat aktivitas utama, yaitu eksplorasi, pengembangan dan konstruksi, produksi, dan penyulingan. Aktivitas eksplorasi merupakan proses yang sangat berisiko karena untuk melakukan aktivitas tersebut membutuhkan dana yang sangat besar namun tidak ada kepastian aktivitas tersebut akan menghasilkan return yang sebanding. Industri pertambangan memiliki karakteristik padat modal, investasi jangka panjang, risiko tinggi dan teknologi mutakhir. 3. Industri Dasar dan Kimia Industri dasar dan kimia meliputi kayu dan pengolahannya, keramik, porselen, kaca, logam dan sejenisnya, pakan ternak, plastik dan kemasannya, pulp dan

3 64 kertas, serta semen. Industri dasar dan kimia dapat digolongkan sebagai industri manufaktur karena industri ini menghasilkan produk atau barang jadi dari bahan baku (sumber daya alam) melalui proses mekanis. Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleokimia, Kris Hadisoebroto mengatakan dalam Tempo Interaktif (10 Juli 2007) dalam artikel yang berjudul Investasi Industri Kimia Dasar Melonjak, investasi di sektor kimia sedang mengalami perkembangan belakangan ini. Dengan maraknya green energy, maka investasi industri biodiesel makin tumbuh. Tak terkecuali di Indonesia yang merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia. Lebih jauh, selain industri biodiesel, industri fatty alcohol-bahan pembuat kosmetik juga mencatat pertumbuhan investasi yang cukup besar. Kedua jenis industri kimia itu mencakup investasi baru dan perluasan dari industri eksisting. Namun begitu, hingga kini masih ada dua masalah utama dalam industri kimia, seperti infrastruktur dan ketersediaan gas. Indonesia masih belum punya fasiltas pergudangan khusus untuk hasil industri yang sifatnya likuid (liquid handling port). Sedangkan kendala ketersediaan gas hingga kini belum tuntas diselesaikan pemerintah. 4. Aneka Industri Aneka Industri meliputi alas kaki, kabel, otomotif dan komponennya, tekstil dan garmen, elektronik dan lain-lain. Industri ini dapat digolongkan sebagai indutri manufaktur karena menghasilkan produk atau barang jadi dari bahan baku melalui proses industrialisasi. Perkembangan industri manufaktur memburuk sejak tahun 2006 sehingga penjualan dari perusahan-perusahan yang termasuk dalam sektor aneka industri mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh

4 65 beberapa faktor seperti meningkatnya harga bahan bakar dan minyak yang menyebabkan biaya produksi meningkat. Peningkatan biaya produksi menyebabkan meningkatnya harga produk sehingga permintaan produk tersebut menjadi menurun. 5. Barang Konsumsi Industri barang konsumsi meliputi farmasi, kosmetik, makanan dan minuman, peralatan rumah tangga, dan rokok. Industri ini termasuk dalam perusahaan manufaktur karena mengubah bahan baku menjadi barang jadi melalui proses mekanis. Keadaan pasar untuk industri ini mengalami penurunan sejak tahun 2006 dengan alasan yang sama dengan industri dasar dan kimia serta aneka industri. 6. Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan Industri ini meliputi properti, real estate dan konstruksi bangunan. Pendapatan industri ini diperoleh dari penjualan dan meningkatnya harga tanah, sewa serta leasing. Meskipun sedang mengalami perbaikan, namun industri ini sempat mengalami keterpurukan karena meningkatnya harga bahan bakar minyak sampai hampir 30%. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar ratarata 28,7% dipercaya bakal berakibat langsung terhadap peningkatan biaya konstruksi. Otomatis kenaikan ini cepat atau lambat akan mendorong peningkatan biaya pembangunan semua proyek properti. Baik itu perumahan, apartemen, ruko, pusat perbelanjaan dan pusat perdagangan, hingga properti perkantoran. Begitu juga dengan tingginya angka inflasi serta potensi Bank Indonesia menaikkan suku bunga, membuat penurunan para konsumen atau

5 66 nasabah yang membeli produk properti melalui kredit kepemilikan rumah (KPR) maupun kredit kepemilikan apartemen (KPA). 7. Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Industri ini meliputi jalan tol, pelabuhan, bandara, konstruksi non bangunan, telekomunikasi, transportasi dan industri. Secara umum keadaan pasar dalam industri ini mengalami penurunan karena meningkatnya tarif listrik dan harga bahan bakar tidak disertai dengan meningkatnya infrastruktur di Indonesia. Untuk sektor telekomunikasi dalam negeri pada 2009 diperkirakan akan melambat, karena tekanan krisis keuangan global pada awal tahun depan akan makin menguat. Krisis keuangan global akan menghambat para vendor telekomunikasi meningkatkan perannya di pasar domestik. Meskipun demikian, industri telekomunikasi di dalam negeri masih menjanjikan. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta orang merupakan pasar potensial bagi perkembangan industri telekomunikasi apalagi industri ini merupakan kebutuhan yang sangat mendasar. Hal tersebut terkait dengan perkembangan industri telekomunkasi di dalam negeri sejak beberapa tahun lalu tumbuh dengan pesat, karena para vendor telekomunikasi aktif mengembangkan usahanya. 8. Perdagangan dan Jasa Industri ini meliputi advertising, printing, media, jasa komputer dan perangkatnya, perdagangan besar barang produksi, perdagangan eceran, restoran, hotel dan pariwisata. Sektor perdagangan dan jasa makin mendominasi sebagai sektor yang memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia meskipun dampak krisis ekonomi global cukup mempengaruhi pertumbuhan

6 67 industri ini. Namun saat ini, menurut Kompas 15 Oktober 2009, industri ini dominan dalam menyumbangkan pendapatan ke negara dan memiliki trend pendapatan naik sejak tahun Perkembangan sektor ini disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya adalah dukungan yang besar dari pemerintah. IV.1.1 Discretionary Accruals Sebagai Proksi Manajemen Laba Discretionary accrual merupakan pengakuan akrual laba atau beban yang bebas, tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen. Discretionary accrual memberikan manajer fleksibilitas untuk menentukan besarnya transaksi akrual, seperti penentuan pencadangan piutang tak tertagih, biaya garansi, nilai persediaan, dan penentuan saat serta jumlah extraordinary items. Akibatnya, discretionary accruals ini seringkali digunakan sebagai proksi dilakukannya manajemen laba. Berikut ini akan diuraikan perbandingan absolute discreationary accruals (ADACC) untuk masing-masing industri. Ringkasan rata-rata absolute discreationary accruals untuk setiap industri kecuali industri keuangan akan dijelaskan pada tabel berikut ini: Tabel 4.1 Rata-Rata ADACC Setiap Industri Tahun 2008 (Kecuali Industri Keuangan) Sektor Industri ADACC Seluruh Industri -0,92593 Aneka Industri -0,15413 Barang Konsumsi -0,10776 Industri Dasar dan Kimia -0,15324 Infrastruktur utilitas dan transportasi -0,03959 Perdagangan dan Jasa -0,03465 Pertambangan -3,06844 Pertanian -0,04277 Properti dan real estate -0,52346 Sumber: Hasil pengolahan Eviews

7 68 Rata-rata absolute discreationary accruals untuk keseluruhan industri pada tahun 2008 kecuali industri keuangan adalah sebesar -0, Hasil absolute discreationary accruals yang negatif ini mengindikasikan rata-rata perusahaan dalam setiap sektor industri melakukan manajemen laba dalam bentuk penurunan laba dan bersikap konservatif dalam melaporkan kinerja. Penurunan laba yang dilakukan perusahaan bisa disebabkan karena motivasi perusahaan untuk melakukan penghematan pajak pendapatan (tax motivation) atau untuk mengurangi tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. Selain itu, dampak krisis ekonomi global pada tahun 2008 menjadi penyebab menurunnya laba perusahaan-perusahaan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena Amerika Serikat yang merupakan pusat perekonomian dunia mengalami krisis ekonomi yang sangat berat sehingga negara-negara eksportir sulit melakukan ekspor ke Amerika Serikat. Akibatnya, negara-negara ekspotir mencari negara-negara lain. Sebagai contoh China mengincar negara-negara lain seperti Malaysia dan Indonesia untuk mengekspor produk-produknya. Hal ini menyebabkan penurunan tajam permintaan produk-produk Indonesia untuk di ekspor bahkan harus bersaing dalam negeri sendiri sehingga menyebabkan penurunan pendapatan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Tekanan inflasi yang terjadi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak dan kebutuhan bahan pokok menjadi semakin serius karena daya beli masyarakat semakin melemah sehingga pendapatan perusahaan pun menurun. Lebih lanjut, berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sektor industri yang melakukan penurunan laba terbesar adalah sektor industi pertambangan. Penurunan

8 69 laba disektor pertambangan disebabkan karena menurunnya harga minyak mentah yang disebabkan karena naiknya angka pengangguran di Amerika Serikat sehingga menyebabkan turunnya permintaan bahan bakar. Menurut Wahyuni dalam hal ini sejalan dengan survei yang dilakukan oleh Pricewaterhouse Coopers yang menunjukkan bawah laba perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang tambang turun sebesar 33% untuk tahun 2008 dibandingkan dengan tahun Pada tahun 2008 harga-harga komoditas merosot tajam yang disertai dengan penjualan saham secara besar-besaran di seluruh bursa dunia. IV.2. Analisis Statistik Deskriptif Statistika deskriptif merupakan alat yang digunakan untuk menggambarkan data sampel yang digunakan dalam penelitian ini sehingga dapat diketahui nilai rata-rata, maksimum, minimum, standar deviasi dan keterangan lainnya dari data absolute discretionary accrual, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, ukuran perusahaan, ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor. Hasil statistik deskriptif tersebut berguna sebagai alat untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan sampel yang telah ada tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Hasil pengujian dapat dilihat pada halaman berikut ini:

9 70 Tabel 4.2 Statistik Deskriptif untuk Semua Industri Tahun 2008 (Kecuali Industri Keuangan) ADACC MANJ INST COMINDP AUDCOM Mean Maximum Minimum Std. Dev Observations LEV TA KAP OPINI Mean Maximum Minimum Std. Dev Observations Sumber: Hasil pengolahan Eviews Dari hasil pengujian statistik deskriptif di atas, diketahui bahwa data valid yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 269 data. Variabel absolute discretionary accruals (ADACC) memiliki nilai minimum sebesar -199,8429 untuk MITI dan nilai maksimum sebesar 0, untuk ARTI dengan rata-rata ADACC sebesar -0, dan standar deviasi sebesar 12, Absolute discretionary accruals (ADACC) merupakan cerminan dari manajemen laba. Statistik deskriptif untuk variabel kepemilikan manajerial (MANJ) memiliki nilai minimum sebesar 0, artinya persentase kepemilikan manajerial dalam penelitian ini adalah sebesar 0% dan nilai maksimum sebesar 0,70000 artinya maksimal kepemilikan manajerial dalam perusahaan adalah sebesar 70% untuk PTSN. Rata-rata kepemilikan manajerial adalah sebesar 0, atau sebesar 2,7681%. Hal ini menunjukkan rata-rata kepemilikan manajerial perusahan-

10 71 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonsia selain industri keuangan masih rendah. Standar deviasi untuk variabel kepemilikan manajerial adalah sebesar sebesar 0, Statistik deskriptif untuk kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai minimum sebesar 0, dan nilai maksimum sebesar 1, Hal ini menunjukkan bahwa persentase kepemilikan institusional perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berkisar dari 0% untuk PKPK sampai dengan 100% untuk GPRA. Rata-rata kepemilikan institusional adalah sebesar 0, atau sebesar 71,6370% yang mengindikasikan bahwa institusi memiliki persentase kepemilikan yang cukup besar pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia kecuali industri keuangan. Statistik deskriptif untuk variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) memiliki nilai minimum sebesar 0, yang berarti proporsi komisaris independen dalam perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebesar 0% dan nilai maksimum sebesar 1, yang berarti proporsi komisaris independen perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah sebesar 100% untuk LMPI. Rata-rata proporsi komisaris independen perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia kecuali industri keuangan adalah sebesar 0, atau sebesar 32,0539%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang dijadikan sampel telah memenuhi ketentuan minimum proporsi komisaris independen yang ditentukan oleh Bapepam yaitu sebesar 30%. Statistik deskriptif untuk variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum sebesar 0 yang berarti perusahaan tidak memiliki komite audit dan

11 72 nilai maksimum sebesar 1 yang berarti perusahaan memiliki komite audit. Rata-rata keberadaan komite audit perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia kecuali industri keuangan adalah sebesar 0, dengan standar deviasi sebesar 0, Rata-rata keberadaan komite audit sebesar 0, menjunjukkan bahwa rata-rata perusahaan-perusahaan yang telah memiliki komite audit di Indonesia adalah sebesar 43,4944%. Statistik deskriptif untuk variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai minimum sebesar 0, dan nilai maksimum sebesar 7, Hal ini menunjukkan financial leverage perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel berkisar dari 0,0208% sampai dengan 727,3167%. Financial leverage terbesar dimiliki oleh MYRX. Rata-rata financial leverage perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selain industri keuangan adalah sebesar 0, atau sebesar 69,9889%. Dari deskripsi tersebut terlihat bahwa rata-rata perusahaan di Indonesia selain industri keuangan masih banyak yang membiayai operasional perusahaannya dnegan menggunakan pinjaman atau hutang. Statistik deskriptif untuk variabel total aktiva (TA) memiliki nilai minimum sebesar dan nilai maksimum sebesar TLKM merupakan perusahaan dengan total aktiva terbesar dari seluruh perusahaan yang dijadikan sampel. Rata-rata total aktiva perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebesar 11, Statistik deskriptif untik variabel ukuran kantor akuntan publik memiliki nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1. Nilai 0 untuk kantor akuntan publik selain big four dan nilai 1 untuk kantor akuntan big four. Rata-rata variabel

12 73 ukuran kantor akuntan publik adalah sebesar 0, dengan standar deviasi sebesar 0, Rata-rata ukuran kantor akuntan publik sebesar 0, atau sebesar 36,8030% menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang menggunakan jasa auditor big four adalah sebesar 36,8030%. Statistik deskriptif untuk variabel opini auditor memiliki nilai minimum 0 artinya opini selain opini wajar tanpa pengecualian dan nilai maksimum 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Rata-rata variabel opini auditor adalah sebesar 0, dengan standar deviasi sebesar 0, Rata-rata variabel opini auditor sebesar 0, atau sebesar 40,5204% menujukkan bahwa perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian adalah sebesar 40,5204%. IV.2.1 Aneka Industri Tabel 4.3 Statistik Deskriptif untuk Aneka Industri Tahun 2008 ADACC MANJ INST COMINDP AUDCOM Mean Maximum Minimum Std. Dev Observations LEV TA KAP OPINI Mean Maximum Minimum Std. Dev Observations Sumber: Hasil pengolahan Eviews

13 74 Dari statistik deskriptif di atas diketahui bahwa rata-rata ADACC untuk industri aneka industri adalah sebesar -0, atau sebesar -15,4129% artinya rata-rata manajemen laba dalam bentuk penurunan laba dalam sektor aneka industri adalah sebesar 15,4129%. Nilai miminum ADACC sebesar -0, atau sebesar - 81,5665% untuk perusahaan SIMM dan nilai maksimum sebesar 0, atau sebesar 45,4728% untuk perusahaan BATA. Lebih lanjut untuk variabel kepemilikan manajerial (MANJ) PTSN memiliki persentase kepemilikan manajerial tertinggi yaitu sebesar 0,7 atau sebesar 70% sedangkan banyak perusahaan-perusahaan lain disektor ini yang kepemilikan manajerialnya masih 0%. Rata-rata kepemilikan manajerial dalam industri ini adalah sebesar atau sebesar 3,5242% yang menujukkan tidak signifikannya ratarata kepemilikan manajerial dalam industri ini. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai maksimum sebesar 0, atau sebesar 99,92% untuk PAFI dan nilai minimum sebesar 0, atau sebesar 0,06% untuk MYRX. Rata-rata kepemilikan institusional untuk industri ini adalah sebesar atau sebesar 66,0185% yang mengindikasikan bahwa persentase institusi yang memiliki kepemilikan pada sektor aneka industri cukup besar. Variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) memiliki nilai minimum sebesar 0, yang berarti proporsi komisaris dalam perusahaan yang dijadikan sampel pada sektor aneka industri adalah sebesar 0% yaitu untuk JECC dan RDTX dan nilai maksimum sebesar 0, atau sebesar 67% untuk SIMM. Rata-rata proporsi komisaris independen pada sektor aneka industri adalah sebesar

14 75 atau 35,2424% yang berarti telah memenuhi ketentuan Bapepam untuk memiliki proporsi komisaris independen minimal sebesar 30%. Variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 mengindikasikan masih adanya perusahaan dalam sektor aneka industri yang masih belum memiliki komite audit. Nilai 1 mengindikasikan perusahaan telah memiliki komite audit. Dari 34 perusahaan yang dijadikan sampel dalam sektor aneka industri diketahui 26 perusahaan belum memiliki komite audit. Artinya, sebanyak 76,47% perusahaan yang dijadikan sampel dalam sektor aneka industri belum memiliki komite audit. Variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai minimum sebesar atau 0,0738% untuk ADMG artinya perusahaan ini hanya memiliki sedikit hutang untuk membiayai operasional perusahaannya dan cenderung lebih banyak menggunakan ekuitas atau saham untuk membiayai operasionalnya. Nilai maksimum variabel financial leverage adalah sebesar 7, atau sebesar 727,3167% untuk MYRX artinya rasio hutang perusahaan ini lebih dari tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan aktivanya sehingga kemampuan perusahaan ini dalam memenuhi kewajibannya harus diperhatikan. Variabel total aktiva (TA) pada sektor aneka industri memiliki nilai minimum sebesar 9, untuk MYRX dan nilai maksimum sebesar 13,90709 untuk ASII. ASII merupakan perusahaan dengan total aktiva terbesar dalam sektor aneka industri. Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai minimum 0 untuk kantor akuntan publik selain kantor akuntan publik big four dan nilai maksimum 1 untuk kantor akuntan publik big four. Dari 33

15 76 perusahaan yang dijadikan sampel dalam sektor aneka industri hanya 11 perusahaan yang menggunakan kantor akuntan publik big four. Artinya, hanya sebesar 33,33% perusahaan yang menggunakan kantor akuntan publik big four. Sedangkan sisanya sebesar 22 perusahaan atau sebesar 66,67% perusahaan tidak menggunakan kantor akuntan publik big four dalam mengaudit laporan keuangannya. Variabel opini auditor (OPINI) pada pada sektor aneka industri memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 berarti opini auditor selain opini wajar tanpa pengecualian dan nilai 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Dari 33 perusahaan yang dijadikan sampel dalam sektor aneka industri hanya 11 perusahaan atau sebesar 33,33% perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian, sedangkan sisanya sebesar 66,67% mendapat opini selain wajar tanpa pengecualian. IV.2.3 Barang Konsumsi Tabel 4.4 Statistik Deskriptif untuk Barang Konsumsi Tahun 2008 ADACC MANJ INST COMINDP AUDCOM Mean Maximum Minimum Std. Dev Observations LEV TA KAP OPINI Mean Maximum Minimum Std. Dev Observations Sumber: Hasil pengolahan Eviews

16 77 Dari statistik deskriptif di atas diketahui bahwa rata-rata ADACC untuk industri aneka industri adalah sebesar -0, atau sebesar -10,7764% artinya rata-rata penurunan laba dalam industri barang konsumsi adalah sebesar 10,7764%. Nilai miminum ADACC sebesar -0, atau sebesar -65,3545% untuk KICI dan nilai maksimum sebesar 0, atau sebesar 21,1235% untuk perusahaan ULTJ. Untuk variabel kepemilikan manajerial (MANJ) ULTJ memiliki persentase kepemilikan manajerial tertinggi yaitu sebesar 0, atau sebesar 8,08%. Sebagian besar perusahan yang bergerak dalam industri barang konsumsi tidak memiliki kepemilikan manajerial. Rata-rata kepemilikan manajerial pada industri barang konsumsi adalah sebesar 0, atau sebesar 0,4975% yang mengindikasikan kepemilikan manajerial pada industri barang konsumsi masih rendah. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai maksimum sebesar 0, atau sebesar 98,04% untuk HMSP dan nilai minimum sebesar 0, atau sebesar 33,07% untuk MYOR. Rata-rata kepemilikan institusional untuk industri ini adalah sebesar 0, atau sebesar 79,3944% yang mengindikasikan bahwa persentase institusi yang memiliki kepemilikan pada industri barang konsumsi cukup besar. Variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) memiliki nilai minimum sebesar 0, yang berarti proporsi komisaris dalam perusahaan yang dijadikan sampel pada sektor aneka industri adalah sebesar 0%. Masih terdapat beberapa perusahaan yang bergerak dalam industri barang komsumsi yang belum memiliki komisaris independen. Nilai maksimum untuk variabel proporsi komisaris

17 78 independen sebesar 1 atau sebesar 100% untuk LMPI. Rata-rata proporsi komisaris independen pada industri barang konsumsi adalah sebesar 0, atau 50,4063%. Artinya, rata-rata perusahaan yang bergerak dalam industri barang konsumsi telah memenuhi ketentuan Bapepam untuk memiliki proporsi komisaris independen minimal sebesar 30%. Variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 mengindikasikan perusahaan belum memiliki komite audit dan nilai 1 mengindikasikan perusahaan telah memiliki komite audit. Dari 32 perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri barang konsumsi terdapat 26 perusahaan yang belum memiliki komite audit. Artinya masih terdapat sebesar 81,25% perusahaan dalam sektor industri barang konsumsi yang belum memiliki komite audit. Variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai minimum sebesar 0, atau sebesar 10,3892% untuk TCID dan nilai maksimum sebesar 1, atau sebesar 114,6062% untuk SKBM. SKBM memiliki hutang yang lebih besar daripada aktivanya sehingga investor harus lebih memperhatikan likuiditas dan solvabilitas perusahaaan ini. Rata-rata financial leverage industri barang konsumsi adalah sebesar 0, atau sebesar 46,5979%. Variabel total aktiva (TA) pada industri barang konsumsi memiliki nilai minimum sebesar untuk KICI dan nilai maksimum sebesar untuk INDF. INDF merupakan perusahaan dengan total aktiva terbesar dalam industri barang konsumsi.

18 79 Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai minimum 0 artinya kantor akuntan publik selain kantor akuntan publik big four dan nilai maksimum 1 untuk kantor akuntan publik big four. Dari 32 perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri barang konsumsi hanya 14 perusahaan atau sebesar 43,75% perusahaan yang menggunakan kantor akuntan publik big four untuk mengaudit perusahannya. Sedangkan sisanya sebanyak 18 perusahaan atau sebesar 56,25% menggunakan jasa kantor akuntan publik non big four. Variabel opini auditor (OPINI) pada sektor aneka industri memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 berarti opini auditor selain opini wajar tanpa pengecualian dan nilai 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Dari 33 perusahaan yang dijadikan sampel, terdapat 24 perusahaan atau sebesar 71,875% perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian. Sedangkan sisanya sebesar 9 perusahaan atau sebesar 28,125% mendapat opini selain opini wajar tanpa pengecualian. IV.2.4 Industri Dasar dan Kimia Tabel 4.5 Statistik Deskriptif untuk Industri Dasar dan Kimia Tahun 2008 ADACC MANJ INST COMINDP AUDCOM Mean Maximum Minimum Std. Dev Observations

19 80 LEV TA KAP OPINI Mean Maximum Minimum Std. Dev Observations Sumber: Hasil pengolahan Eviews Variabel ADACC pada industri dasar dan kimia memiliki nilai minimum sebesar -2, atau sebesar -268,8665% untuk FPNI dan nilai maksimum sebesar 0, atau sebesar 35,3931% untuk SMGR. Rata-rata absolute discretionary accruals pada industri dasar dan kimia adalah -0, atau sebesar -15,3238% artinya rata-rata penurunan laba dalam industri dasar dan kimia adalah sebesar 15,3238%. Variabel kepemilikan manajerial (MANJ) memiliki nilai minimum sebesar 0, atau 0% artinya persentase kepemilikan manajerial pada industri dasar dan kimia adalah sebesar 0%. Lebih lanjut nilai maksimum untuk variabel ini adalah sebesar atau sebesar 27,23% untuk FPNI dan rata-rata kepemilikan manajerial pada industri dasar dan kimia adalah sebesar 0, atau 3,5638%. Angka ini menunjukkan rata-rata kepemilikan manajerial pada industri dasar dan kimia tidak signifikan. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai minimum sebesar 0, dan nilai maksimum sebesar 0, Artinya kisaran kepemilikan institusional dalam industri dasar dan kimia dimulai dari 32,20% untuk LMSH sampai 99,75% untuk TALF. Rata-rata kepemilikan institusional dalam industri dasar dan kimia adalah sebesar 0, atau sebesar 74,4558%.

20 81 Variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) memiliki nilai minimum sebesar 0, atau 0% dan nilai maksimum sebesar 0, atau 50%. Rata-rata proporsi komisaris independen dalam industri dasar kimia adalah sebesar 0, atau sebesar 28,0222% masih lebih rendah dibandingkan dengan ketentuan Bapepam tentang minimal proporsi komisaris independen yaitu sebesar 30%. Variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 mengindikasikan perusahaan belum memiliki komite audit dan nilai 1 mengindikasikan perusahaan telah memiliki komite audit. Dari 45 perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri dasar dan kimia hanya 19 perusahaan atau sebesar 42,22% yang telah memiliki komite audit. Sedangkan sisanya sebesar 26 perusahaan atau sebesar 57,78% perusahaan belum memiliki komite audit. Variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai minimum sebesar atau sebesar 20,5157% untuk LION dan nilai maksimum sebesar atau sebesar 239,3463% untuk MLIA. MLIA merupakan perusahaan dengan rasio hutang tertinggi dalam industri dasar dan kimia. Rata-rata financial leverage untuk industri dasar dan kimia adalah sebesar atau sebesar 69,3074%. Variabel total aktiva (TA) memiliki nilai minimum sebesar 10,02543 untuk SMGR dan nilai maksimum sebesar 13,23663 untuk BRPT. Rata-rata total aktiva untuk industri dasar dan kimia adalah sebesar 11, Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai minimum 0 artinya kantor akuntan publik selain kantor akuntan publik big four dan nilai maksimum 1 untuk kantor akuntan publik big four. Dari 45

21 82 perusahaan yang dijadikan sampel dalam sektor industri dasar dan kimia hanya 20 perusahaan atau sebesar 44,44% perusahaan yang menggunakan kantor akuntan publik big four, sedangkan sisanya sebesar 25 perusahaan atau sebesar 55,56% perusahaan tidak menggunakan kantor akuntan publik big four dalam mengaudit laporan keuangannya. Variabel opini auditor (OPINI) pada pada sektor aneka industri memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 berarti opini auditor selain opini wajar tanpa pengecualian dan nilai 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Dari 45 perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri dasar dan kimia terdapat 20 perusahaan atau sebesar 44,44% perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian, sisanya sebesar 25 perusahaan atau sebesar 57,78% perusahaan mendapat opini selain opini selain wajar tanpa pengecualian. IV.2.5 Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tabel 4.6 Statistik Deskriptif untuk Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2008 ADACC MANJ INST COMINDP AUDCOM Mean Maximum Minimum Std. Dev Observations LEV TA KAP OPINI Mean Maximum Minimum Std. Dev Observations Sumber: Hasil pengolahan Eviews

22 83 Variabel ADACC memiliki nilai minimum -0, atau sebesar -77,5294% untuk RAJA dan nilai maksimum sebesar 0, atau sebesar 81,0939% untuk MIRA. Rata-rata absolute discreationary accruals dalam industri infrastruktur, utilitas dan tranportasi adalah sebesar -0, atau sebesar -3,9585% artinya ratarata penurunan laba dalam industri infrastruktur, utilitas, dan transportasi adalah sebesar 3,9585%. Sebagian besar perusahaan dalam industri infrastruktur, utilitas dan transportasi memiliki kepemilikan manajerial (MANJ) 0% dengan nilai maksimum kepemilikan manajerial sebesar 0, atau sebesar 7,9120% untuk INDY. Rata-rata kepemilikan manajerial dalam industri ini adalah sebesar 0, atau sebesar 0,4365%. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai minimum sebesar atau 46,25% untuk BTEL dan nilai maksimum sebesar 0, atau sebesar 99,89% untuk JASS. Rata-rata kepemilikan institusional untuk industri infrastuktur, utilitas dan transportasi adalah sebesar 0, atau sebesar 71,5380%. Variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) memiliki nilai minimum sebesar 0,00000 atau 0% artinya masih ada perusahan dalam industri infrastruktur, utilitas dan transportasi yang belum memiliki komisaris independen. Nilai maksimum proporsi komisaris independen untuk industri ini adalah sebesar 0, atau 50% dengan rata-rata sebesar 0, atau 33,14%. Artinya rata-rata proporsi komisaris independen dalam industri ini telah memenuhi ketentuan minimal Bapepam yaitu sebesar 30%.

23 84 Variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 mengindikasikan masih adanya perusahaan dalam industri infrastruktur, utilitas dan transportasi yang masih belum memiliki komite audit. Dari 25 perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri ini terdapat 13 perusahaan atau sebesar 52% perusahaan yang belum memiliki komite audit. Variabel financial leverage (LEV) dalam industri ini memiliki nilai minimum 0, atau 1,6240% untuk RAJA dan nilai maksimum sebesar 2, atau 219,8198% untuk BUKK. BUKK merupakan perusahaan dengan financial leverage terbesar dalam industri infrastruktur, utilitas dan transportasi. Rata-rata financial leverage untuk industri ini adalah sebesar 0, atau sebesar 66,9926%. Variabel total aktiva (TA) memiliki nilai minimum sebesar 10,84973 untuk RAJA dan nilai maksimum sebesar 13,96026 untuk TLKM. TLKM merupakan perusahaan dengan total aktiva terbesar dalam industri ini. Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai minimum 0 artinya kantor akuntan publik selain kantor akuntan publik big four dan nilai maksimum 1 untuk kantor akuntan publik big four. Dari 25 perusahaan yang dijadikan sampel hanya 10 perusahaan atau sebesar 40% perusahaan yang menggunakan jasa kantor akuntan publik big four dalam mengaudit laporan keuangannya. Sedangkan sisanya sebesar 15 perusahaan atau sebesar 60% menggunakan kantor akuntan publik selain big four dalam mengaudit laporan keuangannya. Variabel opini auditor (OPINI) pada pada sektor aneka industri memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 berarti opini auditor selain opini wajar

24 85 tanpa pengecualian dan nilai 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Dari 25 perusahaan yang dijadikan sampel hanya 11 perusahaan atau sebesar 44% perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian. Sedangkan sisanya sebesar 14 perusahaan atau sebesar 56% mendapat opini selain opini wajar tanpa pengecualian. IV.2.6 Perdagangan dan Jasa Tabel 4.7 Statistik Deskriptif untuk Industri Perdagangan dan Jasa Tahun 2008 ADACC MANJ INST COMINDP AUDCOM Mean Maximum Minimum Std. Dev Observations LEV TA KAP OPINI Mean Maximum Minimum Std. Dev Observations Sumber: Hasil pengolahan Eviews Variabel ADACC dalam industri dalam industri ini memiliki nilai minimum sebesar atau sebesar -44,0415% untuk PLIN dan nilai maksimum sebesar atau sebesar 36,9064% untuk OKAS. Rata-rata absolute discreationary accruals untuk industri perdagangan dan jasa adalah sebesar atau sebesar - 3,4649% artinya rata-rata penurunan laba dalam industri perdagangan dan jasa adalah sebesar 3,4649%.

25 86 Variabel kepemilikan manajerial (MANJ) memiliki nilai minimum 0, atau 0% karena masih terdapat beberapa perusahaan yang belum memiliki persentase kepemilikan manajerial dalam pengelolaan perusahaanya. Nilai maksimum persentase kepemilikan manajerial dalam industri ini adalah sebesar atau 14,32% untuk INTD sedangkan rata-rata kepemilikan manajerialnya sebesar 0, atau 1,8146%. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai minimum sebesar 0, atau 12,93% untuk MTDL dan nilai maksimum sebesar 1 atau 100% untuk AMRT. Artinya AMRT 100% dimiliki oleh insitusi. Rata-rata kepemilikan institusional dalam industri perdagangan dan jasa adalah sebesar 0, atau sebesar 74,7556%. Variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) memiliki nilai minimum sebesar 0, atau 0% dan nilai maksimum sebesar 0, atau 75% untuk MPPA. Beberapa perusahaan dalam industri perdagangan dan jasa masih ada yang belum memiliki komisaris independen. Rata-rata proporsi komisaris independen dalam industri ini adalah sebesar 0, atau sebesar 31,1957% diatas ketentuan minimal Bapepam sebesar 30%. Variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 mengindikasikan masih adanya perusahaan dalam industri perdagangan dan jasa yang masih belum memiliki komite audit. Dari 69 perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri perdagangan dan jasa terdapat 38 perusahaan atau sebesar 55,07% perusahaan yang belum memiliki komite audit.

26 87 Variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai minimum sebesar 0, atau sebesar 1,3254% untuk SING, dan nilai maksimum sebesar 5, atau 570,5084% untuk PSAB. PSAB merupakan perusahan dengan financial leverage terbesar dalam industri perdagangan dan jasa. Rata-rata financial leverage dalam industri ini adalah sebesar atau 72,5632%. Variabel total aktiva (TA) memiliki nilai minimum sebesar 9, untuk AKRA dan nilai maksimum sebesar 12,98862 untuk MPPA. MPPA merupakan perusahaan dengan total aktiva terbesar dalam industri perdagangan dan jasa. Ratarata total aktiva untuk industri ini adalah sebesar 11, Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai minimum 0 artinya kantor akuntan publik selain kantor akuntan publik big four dan nilai maksimum 1 untuk kantor akuntan publik big four. Dari 69 perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri perdagangan dan jasa hanya 24 perusahaan atau sebesar 34,78% perusahaan yang menggunakan jasa kantor akuntan publik big four. Sedangakan sisanya sebesar 45 perusahaan atau sebesar 65,22% perusahaan tidak menggunakan jasa akuntan publik big four. Variabel opini auditor (OPINI) pada pada sektor aneka industri memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 berarti opini auditor selain opini wajar tanpa pengecualian dan nilai 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Dari 69 perusahaan yang dijadikan sampel hanya 28 perusahaan atau sebesar 40,58% perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian, sisanya sebesar 41 perusahaan atau sebesar 59,42% perusahaan mendapat opini selain opini wajar tanpa pengecualian.

27 88 IV.2.7 Pertambangan Tabel 4.8 Statistik Deskriptif untuk Pertambangan Tahun 2008 ADACC MANJ INST COMINDP AUDCOM Mean , Maximum Minimum Std. Dev Observations LEV TA KAP OPINI Mean Maximum Minimum Std. Dev Observations Sumber: Hasil pengolahan Eviews Variabel ADACC pada industri pertambangan memiliki nilai minimum sebesar atau sebesar ,29% untuk MITI dan nilai maksimum sebesar 0,890041atau sebesar 89,0041% untuk ARTI. Rata-rata absolute discreationary accruals dalam industri ini adalah atau sebesar -306,8441% artinya rata-rata penurunan laba dalam industri pertambangan adalah sebesar 306,8411%. Variabel kepemilikan manajerial (MANJ) memiliki nilai minimum sebesar 0, atau 0% dan nilai maksimum sebesar atau 14,90% untuk BYAN. Rata-rata kepemilikan manajerial dalam industri pertambangan adalah sebesar 0, atau sebesar 0,3504%. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai minimum 0, atau 0% untuk PKPK dan nilai maksimum sebesar atau 91,8% untuk CITA.

28 89 Rata-rata kepemilikan institusional dalam industri pertambangan adalah sebesar 0, atau 63,957%. Variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) memiliki nilai minimum 0, atau 0% untuk TINS dan nilai maksimum sebesar 0, atau 50% untuk KKGI, CITA dan ARTI. Rata-rata proporsi komisaris independen dalam industri pertambangan adalah sebesar 0, atau 35,7143% artinya rata-rata perusahaan dalam industri pertambangan telah memenuhi ketentuan Bapepam untuk memiliki komisaris independen dalam minimal 30% dalam susunan komisaris. Variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 mengindikasikan masih adanya perusahaan dalam industri pertambangan yang masih belum memiliki komite audit. Dari 14 perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri pertambangan hanya empat perusahaan atau sebesar 28,57% yang belum memiliki komite audit. Variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai minimum sebesar 0, atau 0,0208% ANTM dan nilai maksimum sebesar 0, atau 84,6246% untuk MITI. Seluruh perusahaan dalam industri pertambangan yang dijadikan sampel memiliki aset yang lebih besar dibandingkan dengan total hutangnya. Rata-rata financial leverage untuk industri ini adalah sebesar 0, atau 53,3465%. Variabel total aktiva (TA) memiliki nilai minimum sebesar 11,10664 untuk MITI dan nilai maksimum sebesar 13,52789 untuk ADRO. Rata-rata total aktiva untuk industri pertambangan adalah sebesar Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai minimum 0 artinya kantor akuntan publik selain kantor akuntan

29 90 publik big four dan nilai maksimum 1 untuk kantor akuntan publik big four. Dari 14 perusahaan yang dijadikan sampel, terdapat tujuh perusahaan atau sebesar 50% perusahaan yang menggunakan jasa kantor akuntan publik big four. Sedangkan 50% sisanya tidak menggunakan jasa kantor akuntan publik big four. Variabel opini auditor (OPINI) pada pada sektor aneka industri memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 berarti opini auditor selain opini wajar tanpa pengecualian dan nilai 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Dari 14 perusahaan yang dijadikan sampel hanya 2 perusahaan atau sebesar 14,28% perusahaan yang memiliki opini wajar tanpa pengecualian, sisanya sebesar 12 perusahaan atau sebesar 83,33% memiliki opini selain opini wajar tanpa pengecualian. IV.2.8 Pertanian Tabel 4.9 Statistik Deskriptif untuk Pertanian Tahun 2008 ADACC MANJ INST COMINDP AUDCOM Mean Maximum Minimum Std. Dev Observations LEV TA KAP OPINI Mean Maximum Minimum Std. Dev Observations Sumber: Hasil pengolahan Eviews

30 91 Variabel ADACC dalam industri pertanian memiliki nilai minimum -0, atau sebesar -58,6155% untuk BTEK dan nilai maksimum sebesar 0, atau sebesar 21,0216% untuk SGRO. Rata-rata nilai absolute discreationary accruals dalam industri ini adalah sebesar -0, atau sebesar -4,2768% artinya rata-rata penurunan laba dalam industri pertanian adalah sebesar 4,2769%. Variabel kepemilikan manajerial (MANJ) memiliki nilai minimum sebesar 0, atau 0% karena sebagian besar perusahaan dalam industri pertanian memang belum memiliki kepemilikan manajerial. Nilai maksimum kepemilikan manajerial dalam industri ini adalah atau 68,43% untuk BTEK dan rataratanya adalah sebesar 0, atau 5,5092%. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki minimum sebesar 0% untuk BTEK dan nilai maksimum sebesar 0, atau sebesar 95,21% untuk SMAR. Rata-rata kepemilikan institusional dalam industri pertanian adalah sebesar 0, atau sebesar 62,2662%. Variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) dalam industri pertanian memiliki nilai minimum 0, atau 0% untuk BISI dan nilai maksimum sebesar 0, atau 50% untuk DSFI. Rata-rata proporsi komisaris independen dalam industri pertanian adalah sebesar 0, atau 33,1923%. Artinya rata-rata perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri pertanian telah memenuhi ketentuan Bapepam untuk memiliki proporsi komisaris independen minimal 30%. Variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 mengindikasikan perusahaan belum memiliki komite audit dan nilai 1 mengindikasikan perusahaan telah memiliki komite audit. Dari 13

31 92 perusahaan yang dijadikan sampel hanya empat perusahaan atau sebesar 30,77% perusahaan yang telah memiliki komite audit. Variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai minimum sebesar 0, atau 0,0474% untuk UNSP dan nilai maksimum sebesar 0, untuk MBAI. Seluruh perusahaan yang dijadikan sampel dalam industri pertanian memiliki aktiva yang lebih besar dibandingkan dengan hutangnya. Rata-rata financial leverage untuk industri pertanian adalah sebesar 0, atau sebesar 34,6852%. Penggunaan hutang untuk membiayai operasional perusahaan pada indsutri pertanian lebih rendah dibandingan dengan industri-industri lain kecuali industri keuangan. Variabel total aktiva (TA) memiliki nilai minimum sebesar 8, untuk CPDW dan nilai maksimum sebesar 10, untuk SMAR. Rata-rata total aktiva dalam industri pertanian adalah sebesar Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai minimum 0 artinya kantor akuntan publik selain kantor akuntan publik big four dan nilai maksimum 1 untuk kantor akuntan publik big four. Dari 13 perusahaan yang dijadikan sampel hanya 4 perusahaan atau sebesar 30,77% perusahaan yang menggunakan jasa kantor akuntan publik big four. Sedangkan sisanya sebanyak 9 perusahaan 69,23% perusahaan tidak menggunakan jasa kantor akuntan publik big four. Variabel opini auditor (OPINI) pada pada sektor aneka industri memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 berarti opini auditor selain opini wajar tanpa pengecualian dan nilai 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Dari 13 perusahaan yang dijadikan sampel hanya 3 perusahaan atau sebesar 23,08%

32 93 perusahaan yang memiliki opini wajar tanpa pengecualian, sisanya sebesar 10 perusahaan atau sebesar 76,92% perusahaan mendapat opini selain opini wajar tanpa pengecualian. IV.2.9 Property dan Real Estate Tabel 4.10 Statistik Deskriptif untuk Property dan Real Estate Tahun 2008 ADACC MANJ INST COMINDP AUDCOM Mean Maximum Minimum Std. Dev Observations LEV TA KAP OPINI Mean Maximum Minimum Std. Dev Observations Sumber: Hasil pengolahan Eviews Variabel ADACC dalam industri property dan real estate memiliki nilai minimum sebesar -17,01287 atau sebesar -1701,287% untuk BSDE dan nilai maksimum sebesar 0, atau sebesar 24,5852% untuk ELTY. Rata-rata absolute discreationary accruals untuk industri ini adalah -0, atau sebesar -52,3461% artinya rata-rata penurunan laba dalam industri property dan real estate adalah sebesar 52,3461%. Variabel kepemilikan manajerial (MANJ) memiliki nilai minimum sebesar 0, atau 0% dan nilai maksimum sebesar 0, atau 51,68% untuk LCGP.

33 94 Rata-rata kepemilikan manajerial dalam industri ini adalah sebesar 0, atau 4,2169%. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai minimum sebesar 0, atau 15,89% untuk PTRA dan nilai maksimum 1 atau 100% untuk GPRA. Rata-rata industri property dan real estate memiliki persentase kepemilikan institusional sebesar 0, atau sebesar 67,3641%. Variabel proporsi komisaris independen (COMINDP) memiliki nilai minimum sebesar 0,0000 atau 0% dan nilai maksimum sebesar 0, atau 58% untuk LPKR. Rata-rata proporsi komisaris independen adalah sebesar 0, atau 34,5526% diatas ketentuan minimum Bapepam yaitu sebesar 30%. Variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai 0 mengindikasikan perusahaan belum memiliki komite audit dan nilai 1 mengindikasikan perusahaan telah memiliki komite audit. Dari 38 perusahaan yang dijadikan sampel, terdapat 18 perusahaan atau sebesar 47,37% perusahaan yang telah memiliki komite audit. Sedangkan sisanya sebebanyak 20 perusahaan atau sebesar 52,63% perusahaan belum memiliki komite audit. Variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai minimum 0, atau sebesar 0,0526% untuk BSDE dan nilai maksimum sebesar 2, atau sebesar 216,5885% untuk PWSI. PWSI merupakan perusahaan yang memiliki financial leverage terbesar dalam industri ini. Rata-rata financial leverage adalah sebesar 0, atau 45,7044%.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Manajemen laba merupakan permasalahan serius yang dihadapi praktisi,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Manajemen laba merupakan permasalahan serius yang dihadapi praktisi, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Manajemen laba merupakan permasalahan serius yang dihadapi praktisi, akademisi akuntansi dan keuangan selama beberapa dekade terakhir ini. Manajemen laba seolah-olah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan diproksikan dengan absolute discretionary accruals menggunakan Modified Jones Model.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang mendaftarkan perusahaannya di BEI atau menjadi perusahaan go

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang mendaftarkan perusahaannya di BEI atau menjadi perusahaan go BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal dewasa ini semakin memiliki tempat yang luas di hati masyarakat. Investasi di pasar modal yang semakin mudah dan memberikan return yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasar Modal Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasar Modal Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar Modal Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dari periode ke periode, hal tersebut terbukti dengan meningkatnya jumlah saham yang ditransaksikan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 29 BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Bursa Efek Indonesia (BEI) Bursa Efek merupakan sebuah pasar yang terorganisasi dimana para pialang melakukan transaksi jual beli surat berharga dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Perusahaan Perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia diklasifikasikan kedalam sembilan sektor industri yang telah ditetapkan oleh JASICA (

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan diatur dalam Undang Undang No.8 Tahun 1995, dimana mewajibkan semua perusahaan yang terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Transaksi jualbeli yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 INDEKS KOMPAS 100. cerminan pergerakan harga saham. Indeks-indeks tersebut adalah (Idx, 2014) : 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

BAB 2 INDEKS KOMPAS 100. cerminan pergerakan harga saham. Indeks-indeks tersebut adalah (Idx, 2014) : 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BAB 2 INDEKS KOMPAS 100 2.1 Sejarah Bursa Indeks Kompas 100 Saat ini BEI memiliki 11 jenis indeks harga saham, yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik. Indeks merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. tidaknya pengaruh antara struktur kepemilikan, penerapan Good Corporate

BAB IV HASIL PENELITIAN. tidaknya pengaruh antara struktur kepemilikan, penerapan Good Corporate BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh antara struktur kepemilikan, penerapan Good Corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah pasar modal di Indonesia yang merupakan bursa hasil penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/29

OVERVIEW 1/29 OVERVIEW Konsep dasar dan arti penting klasifikasi industri. Arti penting analisis industri untuk menyeleksi sekuritas. Metode yang digunakan untuk mengestimasi tingkat keuntungan, earning per share, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,23% sedikit turun dibandingkan pada tahun 2011 yaitu 6,5%. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,23% sedikit turun dibandingkan pada tahun 2011 yaitu 6,5%. Meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhnya perekonomian di dari tahun ke tahun membuat para investor dari dalam maupun luar negeri tertarik untuk melakukan investasi. Berdasarkan Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial di Amerika Serikat tampaknya telah menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial di Amerika Serikat tampaknya telah menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis finansial di Amerika Serikat tampaknya telah menjadi masalah global, bahkan dampak dari krisis finansial tersebut terjadi pada negara Indonesia. Dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan besar terjadi secara global seiring dengan perlambatan ekonomi dunia. Resiko ketidakpastian di pasar keuangan dunia memberikan tekanan tambahan bagi perusahaan

Lebih terperinci

Bab 2 GAMBARAN UMUM OBYEK. Saham-saham yang tercatat di BEJ dikelompokan kedalam 9 sektor menurut

Bab 2 GAMBARAN UMUM OBYEK. Saham-saham yang tercatat di BEJ dikelompokan kedalam 9 sektor menurut 4 Bab 2 GAMBARAN UMUM OBYEK 2.1 Pengenalan Saham Saham-saham yang tercatat di BEJ dikelompokan kedalam 9 sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEJ yaitu JASICA (Jakarta Stock Exchange

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang.

BAB I PENDAHULUAN. Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang. Dalam kehidupan sehari hari, semua kegiatan yang kita lakukan juga memiliki resiko. Resiko

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL

ANALISIS FUNDAMENTAL 1 Pertemuan 5 ANALISIS FUNDAMENTAL Dalam menentukan nilai saham, investor perlu memperhatikan dividen dan earning yang diharapkan dari suatu perusahaan di masa datang. Besarnya dividen dan earning yang

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini, digunakan tabulasi data sekunder berupa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi penelitian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah sarana tempat bertemunya antara pembeli dan

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah sarana tempat bertemunya antara pembeli dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal adalah sarana tempat bertemunya antara pembeli dan penjualan surat berharga, dan telah menjadi sarana investasi bagi investor. Di pasar modal, investor yang

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi pemerintah, sekaligus sarana bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan investasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan sebuah tempat untuk memperdagangkan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan sebuah tempat untuk memperdagangkan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan sebuah tempat untuk memperdagangkan atau memperjualbelikan saham. Saham yang diperdagangkan merupakan saham dari perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah pendanaan menjadi tombak dalam dunia usaha dan perekonomian. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Pasar modal perusahaan real estate and property di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Pasar modal perusahaan real estate and property di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang di dunia, hal tersebut ditandai dengan perkembangan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manajemen adalah dengan melakukan pengaturan laba.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manajemen adalah dengan melakukan pengaturan laba. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu cara untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan adalah dengan melihat laba yang diperoleh suatu perusahaan pada periode tertentu. Untuk menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pendanaan merupakan sebuah keputusan yang penting untuk. kelangsungan perusahaan. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pendanaan merupakan sebuah keputusan yang penting untuk. kelangsungan perusahaan. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan pendanaan merupakan sebuah keputusan yang penting untuk kelangsungan perusahaan. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk menjalankan dan mengembangkan bisnisnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini, manajemen cash holding menjadi perhatian beberapa peneliti. Cash holding merupakan rasio kas dan setara kas dibagi dengan aktiva bersih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang dikaji di dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2012. Industri

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya ditandai dengan meningkatnya inflasi, dimana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hutang perusahaan sangat berkaitan erat dengan struktur modal suatu perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan pendanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengelolaan sumber daya perusahaan dan kinerja manajemen digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan keuangan harus disusun berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor pertambangan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang berpengaruh bagi pembangunan ekonomi suatu negara, karena perannya sebagai penyedia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 46 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Garis Besar Perusahaan Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham. Investor

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham. Investor BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham. Investor lebih menyukai untuk mendapatkan tingkat pengembalian investasinya semakin tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan sektor properti dan real estate juga mengalami kenaikan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan sektor properti dan real estate juga mengalami kenaikan sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan, taman hiburan, dan kebutuhan akan sektor properti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berintegritas. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 2,

BAB I PENDAHULUAN. berintegritas. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 2, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi keuangan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2011). Salah

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance, BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance, kinerja keuangan serta ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis di Indonesia saat ini cukup pesat, maka dibutuhkan ketepatan dalam mengambil keputusan investasi. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum pasar modal memiliki peranan penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara, karena perusahaan dapat mendapatkan dana menunjang kegiatan operasionalnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. atau merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, atau merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan dimana aktivitas utamanya melakukan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi atau barang setengah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk sarana mendapatkan dana dalam jumlah besar dari masyarakat pemodal (investor), baik dari dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Manajemen laba merupakan intervensi yang dilakukan oleh manajemen terhadap

BAB III METODOLOGI. Manajemen laba merupakan intervensi yang dilakukan oleh manajemen terhadap BAB III METODOLOGI III.1. Kerangka Pikir Manajemen laba merupakan intervensi yang dilakukan oleh manajemen terhadap proses pelaporan keuangan kepada pihak eksternal dengan maksud untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, persaingan usaha di berbagai sektor semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, persaingan usaha di berbagai sektor semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, persaingan usaha di berbagai sektor semakin tajam. Hal ini menyebabkan setiap perusahaan berupaya untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan harganya yang cenderung selalu naik. Kenaikan harga properti

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan harganya yang cenderung selalu naik. Kenaikan harga properti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti dikarenakan harganya yang cenderung selalu naik. Kenaikan harga properti disebabkan karena harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut agency theory, adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Terjadinya konflik yang disebut agency conflict

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu entitas bisnis membutuhkan modal untuk melakukan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Suatu entitas bisnis membutuhkan modal untuk melakukan aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu entitas bisnis membutuhkan modal untuk melakukan aktivitas operasional usahanya. Sementara terdapat pihak yang memiliki kelebihan dana (investor-kreditor)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat terjadi akibat macetnya kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah (KPR) di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjual-belikan, baik dalam bentuk utang ataupun

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Exchange rate, GCG (kepemilikan institusional, komite audit, ukuran dewan

BAB V PENUTUP. 1. Exchange rate, GCG (kepemilikan institusional, komite audit, ukuran dewan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Exchange rate, GCG (kepemilikan institusional, komite audit, ukuran dewan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan data yang terdapat pada situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id, secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perusahaan manufaktur cukup pesat, hal ini dapat terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perusahaan manufaktur cukup pesat, hal ini dapat terlihat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan industri manufaktur di Indonesia semakin ketat. Di Indonesia perkembangan perusahaan manufaktur cukup pesat, hal ini dapat terlihat dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buku satu periode. Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. buku satu periode. Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dalam menilai kinerja perusahaan di samping informasi lain seperti informasi industri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan Dan Leverage Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat

BAB I PENDAHULUAN. Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat untuk perusahaan. Bagi seorang manajer keuangan, salah satu tugasnya adalah mengambil keputusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus pada perusahaan kelompok manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Persaingan usaha yang ketat terjadi ditengah kondisi ekonomi negara

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Persaingan usaha yang ketat terjadi ditengah kondisi ekonomi negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini menyebabkan persaingan diantara para pelaku usaha juga semakin kompetitif. Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari kenaikan harga saham atau pembayaran sejumlah dividen oleh

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari kenaikan harga saham atau pembayaran sejumlah dividen oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama investor berinvestasi di pasar modal adalah untuk mendapatkan keuntungan. Investor membeli sejumlah saham dengan harapan mereka memperoleh keuntungan dari

Lebih terperinci

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN BAB V SARAN DAN KESIMPULAN 1.1 Rangkuman Penelitian Laporan keuangan mengandung informasi penting yang dibutuhkan oleh pihak yang berkepentingan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa sektor bisnis di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa sektor bisnis di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa sektor bisnis di Indonesia mengalami kemunduran akibat terjadinya krisis global. Krisis yang terjadi bersumber dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak pengelola dan konsumennya. Fact Book Bursa Efek Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak pengelola dan konsumennya. Fact Book Bursa Efek Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bisnis properti memberikan peluang besar yang menguntungkan bagi pihak-pihak pengelola dan konsumennya. Fact Book Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan tingkat kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan tingkat kemakmuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai perusahaaan merupakan salah satu tolok ukur bagi investor dalam melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi dan kinerja keuangan suatu entitas dalam suatu periode.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini perusahaan dihadapkan pada suatu kondisi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini perusahaan dihadapkan pada suatu kondisi persaingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perusahaan dihadapkan pada suatu kondisi persaingan yang ketat terutama perusahaan go public yang menghadapi persaingan tidak hanya dalam satu sektor industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup perusahaan terutama bagi perusahaan go public dalam perdagangan saham.

BAB I PENDAHULUAN. hidup perusahaan terutama bagi perusahaan go public dalam perdagangan saham. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan instrumen penting dalam kelangsungan hidup perusahaan terutama bagi perusahaan go public dalam perdagangan saham. Hal ini mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Ayat 1). Perusahaan manufaktur adalah suatu cabang industri yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Ayat 1). Perusahaan manufaktur adalah suatu cabang industri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus-menerus dengan memperoleh keuntungan atau laba bersih, baik yang diselenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada para stakeholder, laporan

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada para stakeholder, laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada para stakeholder, laporan keuangan yang baik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tangga, Dan Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga. Berdasarkan Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tangga, Dan Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga. Berdasarkan  Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Barang Konsumsi merupakan salah satu bagian dari Perusahaan Manufaktur yang ada di Indonesia. Industri Barang Konsumsi masih menjadi pilihan utama para investor

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. disampaikan simpulan mengenai penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. disampaikan simpulan mengenai penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Sebagai bagian akhir dari penulisan skripsi ini, maka dalam bab ini akan disampaikan simpulan mengenai penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam menjalankan suatu pemerintahan. Pada dasarnya, pendapatan negara sangat dipengaruhi oleh perekonomian

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat tetap hidup setiap hari. Setiap manusia butuh makan dan minum.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat tetap hidup setiap hari. Setiap manusia butuh makan dan minum. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan primer makhluk hidup adalah papan selain sandang dan pangan. Sandang dan pangan merupakan penunjang yang membuat manusia untuk dapat tetap hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Menurut www.idx.co.id pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kesejahteraan dapat ditingkatkan melalui kinerja perusahaan (firm performance)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Berdasarkan kriteria pengambilan sampel seperti yang telah dibahas di bab sebelumnya, terpilih sampel awal sebanyak 146 perusahaan. Namun dalam pengujian heteroskedastisitas,

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Menurut UU Negara Republik Indonesia No. 5 tahun 1984 pasal satu huruf dua menyatakan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Perkembangan perusahaan go publik di Indonesia menjadikan laporan keuangan sebagai kebutuhan utama setiap perusahaan. Hal tersebut ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menerangkan alasan penulis dalam memilih judul dan topik

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menerangkan alasan penulis dalam memilih judul dan topik BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menerangkan alasan penulis dalam memilih judul dan topik penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan kerangka pemikiran. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk mengembangkan perusahaan. Sumber dana dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk mengembangkan perusahaan. Sumber dana dapat diperoleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional maupun untuk mengembangkan perusahaan. Sumber dana dapat diperoleh perusahaan terdiri dari pinjaman,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. para peneliti dapat mentindaklanjuti pada penelitian berikutnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. para peneliti dapat mentindaklanjuti pada penelitian berikutnya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan simpulan, keterbatasan dan saran-saran untuk penelitian berikutnya. Simpulan diambil berdasarkan hasil bukti empiris yang diperoleh pada penelitian ini. Keterbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dan politik yang terjadi pada pertengahan tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dan politik yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi dan politik yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 sampai sekarang, memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan dunia bisnis di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang. Untuk mencapai hal tersebut tentu diperlukan biaya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang. Untuk mencapai hal tersebut tentu diperlukan biaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pasti menginginkan usahanya berjalan lancar bahkan dapat berkembang. Untuk mencapai hal tersebut tentu diperlukan biaya. Modal adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para pemegang sahamnya melalui peningkatan nilai perusahaan. Perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. para pemegang sahamnya melalui peningkatan nilai perusahaan. Perusahaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan didirikannya suatu perusahaan adalah meningkatkan kesejahteraan para pemegang sahamnya melalui peningkatan nilai perusahaan. Perusahaan yang memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan bagi masyarakat sudah dikenal luas, penggunaannya, istilah yang dipakai, dan untuk sebagaian orang sudah menjadi kebutuhan, baik dalam dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan lain. Perusahaan yang mampu bersaing akan bertahan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan lain. Perusahaan yang mampu bersaing akan bertahan hidup, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini persaingan dunia usaha semakin kuat, ditambah dengan diberlakukannya ASEAN Free Trade Area (AFTA). Hal ini dapat berpengaruh dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan suatu negara, diperlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Pasar modal menjadi salah satu sarana bagi kegiatan berinvestasi, yang efektif untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian yang semakin merosot di Indonesia disebabkan oleh krisis moneter, serta merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (PSAK No. 1 revisi 2009, 2012). Pada umumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu bentuk investasi pendanaan dari masyarakat yang berperan untuk digunakan sebagai sumber pembiayaan bagi perusahaan. Pasar modal menyediakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia sudah sangat maju dan berkembang pesat. Terbukti dengan bertambah banyaknya perusahaan yang terdaftar di Pasar modal Indonesia.

Lebih terperinci