KETEPATAN METODE Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KETEPATAN METODE Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN"

Transkripsi

1 KETEPATAN METODE Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN WIDODO CAHYO PUTRO Sugeng Praptoyo Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the way to predict bankruptcy potency and to find out whether Altman Z-score method can reflect the real condition of automotive industries which are listed in Indonesia Stock Exchange.The research objects are 5 automotive companies which are listed in Indonesia Stock Exchange. Altman Z-score is used in this research in order to predict bankruptcy potency. After the research process is done by using Altman Z-score it is found that this method is inaccurate in predicting bankruptcy potency of automotive companies which are listed in Indonesia Stock Exchange as the objects in this research. The shown result is not match with the real fact. The company which has been predicted to undergo bankruptcy does not undergo bankruptcy in Keywords: Altman Z-Score Method, Bankruptcy, Cut Off Point INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara memprediksi potensi kebangkrutan dan mengetahui apakah metode Altman Z-score dapat mencerminkan kondisi yang sebenarnya pada perusahaan industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah 5 perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Metode dalam memprediksi potensi kebangkrutan menggunakan metode Altman Z-score. Setelah melalui proses penelitian dengan metode Altman Z-Score dapat diketahui bahwa metode ini tidak tepat dalam memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek dalam penelitian ini. Hasil yang ditunjukan tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Perusahaan yang diprediksi mengalami kebangkrutan, faktanya tahun 2013 tidak mengalami kebangkrutan. Kata kunci: Metode Altman Z-Score, Kebangkrutan, Titik cut off Pendahuluan Dunia bisnis selalu mengalami perkembangan setiap tahun, dengan keadaan yang selalu berkembang perusahaan harus mempersiapkan perusahaan yang kuat dan tangguh. Seiring perkembangan zaman, permasalahan selalu datang dan resiko selalu ada di setiap keputusan yang diambil untuk memajukan perusahaan. Perusahaan harus mampu menciptakan produk yang mampu menguasai pasar dan mampu bersaing dengan produk kompetitor agar perusahaan mampu mempertahankan kelangsungan hidup (going concern). Perusahaan sering mengalami kegagalan dalam persaingan pasar yang mengakibatkan perusahaan tidak mencapai target penjualan yang telah ditetapkan. Kekalahan perusahaan dalam persaingan usaha disebabkan oleh berbagai hal Apabila tidak mampu bersaing dalam ketatnya persaingan, maka dapat menyebabkan financial distress. financial distress menjadi awal yang menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan adalah kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi hutangnya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada indikasi awal yang biasanya bisa dikenali lebih dulu kalau laporan keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu.

2 2 Tanda-tanda kebangkrutan perusahaan seharusnya bisa dikenali jika menajemen mempunyai suatu alat untuk memprediksi kebangkrutan sejak dini. Salah satu metode yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan adalah analisis diskriminan yang kemudian dikenal dengan metode Z-Score yang diperkenalkan oleh Edward L Altman. Hal menarik mengenai Z-score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan ukuran perusahaan. Analisis ini berfungsi untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan dengan tingkat ketepatan dan ketepatan yang relatif dapat dipercaya. Berdasarkan Latar Belakang masalah dan penelitian-penelitian empiris, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah Bagaimana memprediksi potensi kebangkrutan Perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode Altman Z-score? dan apakah mencerminkan kondisi yang sebenarnya pada perusahaan-perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara memprediksi potensi kebangkrutan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menggunakan metode Altman Z-score dan untuk mengetahui apakah sebagai alat untuk memprediksi potensi kebangkrutan mencerminkan kondisi yang sebenarnya pada perusahaan-perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian. Tinjauan Teoritis Kebangkrutan Dan Kegagalan Istilah kegagalan (failure) di gunakan dalam berbagai konteks kegagalan ekonomi (economic failure) berarti biaya yang ditanggung suatu perusahaan melebihi pendapatannya. Definisi lainnya, tingkat hasil investasi (return of investment-roi) internal lebih kecil dari biaya modal (cost of capital) perusahaan. Insovabilitas (insolvency) merujuk pada masalah financial tertentu. Sebuah perusahaan mengalami insolvabilitas secara teknis bila ia sudah terpaksa mengabaikan kewajiban-kewajiban financialnya meskipun nilai pembukuan asetnya masih melebihi total hutangnya artinya masih ada saldo modal bersih positif, perusahaan itu tak lagi memiliki likuiditas yang memadai untuk melunasi hutanghutangnya. Kondisi ini bisa sementara, bisa pula permanent. Istilah lain yang kerap digunakan adalah insolvabilitas dalam kebangkrutan Ini artinya pasiva perusahaan lebih besar dari pada aset, jika aset itu di hitung dengan benar. Ini juga berarti saldo modal bersihnya perusahaan itu negatif atau minus. Tanpa mempersoalkan likuiditas asetnya, perusahaan itu jelas tidak mampu memenuhi kewajiban financialnya yang telah jatuh tempo. Kebangkrutan adalah kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi hutangnya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada indikasi awal yang biasanya bisa dikenali lebih dulu kalau laporan keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu (Prihadi, 2011;332). Kegagalan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan, atau menyebabkan terjadinya perjanjian khusus dengan para kreditur untuk mengurangi atau menghapus utang. Menurut Munawir, (2010: 288) mengartikan kebangkrutan sebagai suatu situasi yang dinyatakan pailit oleh keputusan pengadilan. Dari pendapat diatas Biaya yang ditanggung perusahaan melebihi pendapatan yang diterima, ROI lebih kecil dari biaya modal artinya bahwa perusahaan dalam memperoleh laba terlalu kecil dibandingkan modal yang digunakan operasi perusahaan, masalah financial yang dihadapi perusahaan.di sini perusahaan cenderung kekurangan/mengalami permasalahan keuangannya yaitu kekurangmampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutangnya.

3 3 Secara garis besar kebangkrutan didefinisikan sebagai kesulitan yang sangat parah sehingga perusahaan sehingga perusahaan tidak mampu untuk menjalan operasi perusahaan dengan baik.pengertian kebangkrutan dapat dilihat dari pendekatan aliran dan pendekatan stok. Dengan menggunakan pendekatan aliran dimana perusahaan akan bangkrut jika tidak bisa menghasilkan aliran kas yang cukup. Sedangkan dengan pendekatan stok, perusahaan akan bangkrut jika total kewajiban melebihi total aset. Jenis-Jenis Kebangkrutan Terdapat tiga jenis kebangkrutan menurut Sartono (2010:328), yaitu (1) perusahaan yang menghadapai technically insolvent terjadi jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo tetapi aset perusahaan nilainya lebih tinggi dari pada utangnya.(2) perusahaan yang menghadapai legally insolvent, jika nilai aset peusahaan lebih rendah dari pada nilai utang perusahaan. (3) perusahaan yang menghadapi kebangkrutan yaitu jika tidak dapat membayar utangnya dan oleh pengendalian telah dinyatakan pailit. Manfaat Informasi Kebangkrutan Menurut Hanafi dan Halim (2009:273) informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi Pemberi Pinjaman, Investor, Pihak Pemerintah, Akuntan,dan pihak manajemen, Faktor Penyebab Kebangkrutan Menurut Munawir (2010:289) penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang bersifat umum: faktor politik, ekonomi, sosial, dan budaya serta tingkat campur tangan pemerintah dimana perusahaan tersebut berbeda. Disamping itu penggunaan tehnologi yang keliru akan mengakibatkan kerugian dan akhirnya mengakibatkan bangkrutnya perusahaan dan Faktor eksternal yang bersifat khusus adalah faktor-faktor luar yang berhubungan langsung dengan perusahaan antara lain faktor pelanggan (perubahan selera atau kejenuhan konsumen yang tidak terdeteksi oleh perusahaan mengakibatkan menurunnya penjualan dan akhirnya merugikan perusahaan), pemasok dan faktor pesaing. Faktor-faktor internal perusahaan adalah (a) Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada dibitur/langganan. `(b) Manajemen yang tidak efisien meliputi hasil penjualan yang tidak memadai, kesalahan dalam menetapkan harga jual, pengelolaan utang-piutang yang kurang memadai, struktur biaya (produksi, administrasi, pemasaran dan financial) yang tinggi, tingkat investasi dalam aset tetap dan persediaan yang melampaui batas (overinvestment), kekurangan modal kerja, ketidak seimbangan dalam struktur permodalan, aset tidak diasuransikan atau asuransi dengan jumlah pertanggungan yang tidak cukup untuk menutup kemungkinan rugi yang terjadi, sistem dan prosedur akuntansi kurang memadai. Namun, adapula faktor-faktor lain yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan yakni (Harahap, 2009: 319) Sistem perekonomian, Kekurangan modal, penyalahgunaan wewenang dan kecurangan. Indikator Perusahaan Yang Berpotensi Bangkrut Menurut Prihadi (2010:332) seorang analis keuangan mengetahui perusahaan yang kurang sehat dapat dikenali dari beberapa faktor antara lain: Memiliki laba yang tidak besar / cenderung rendah, Memiliki utang yang besar sehingga cukup membebani perusahaan, Memiliki arus kas yang kurang sehat. Analisis Diskriminan Z-Score Model Altman Z-score (1983, 1984) dalam buku Prihadi (2010:336)merupakan indikator untuk mengukur potensi kebangkrutan suatu perusahaan. Dasar pemikiran

4 4 Edward L Altman menggunakan analisa diskriminan bermula dari keterbatasan analisa rasio yaitu metodologinya pada dasarnya bersifat suatu penyimpangan yang artinya setiap rasio diuji secara terpisah. Altman (1983, 1984) menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Lima jenis Rasio tersebut yaitu, Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi liabilitas jangka pendeknya dengan melihat aset lancar perusahaan terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan), Rasio Profitabilitas adalah Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset dan modal saham yang tertentu, Rasio Leverage adalah rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini, Rasio Solvabilitas adalah Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca dan Rasio aktivitas merupakan rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset.rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aset-aset pada tingkat kegiatan tertentu. Z-score dibuat oleh Profesor Edward L Altman, ia melahirkan suatu metode yang dapat memprediksi kapan kemungkinan suatu perusahaan akan bangkrut dengan berdasarkan data-data keuangan perusahaan. Analisis Kebangkrutan Z-Score, adalah suatu alat yang digunakan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung nilai dari beberapa rasio lalu kemudian dimasukan dalam suatu persamaan diskriminan. Beberapa langkah yang merupakan proses dasar dalam Analisis Diskriminan antara lain (Sartono, 2010:374) (1) Memilah variabel-variabel menjadi Variabel terikat (Dependent) dan Variabel bebas (Independent), (2) Menentukan metode untuk membuat fungsi diskriminan, (3) Menguji signifikansi Fungsi Diskriminan yang terbentuk, (4) Menguji ketepatan klasifikasi dari fungsi diskriminan, (5) Melakukan interpretasi fungsi diskriminan, (6) Melakukan uji validasi fungsi diskriminan. Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kinerja keuangan dari suatu perusahaan.keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan bahwa metodologinya pada dasarnya bersifat suatu penyimpangan (univariate), yang artinya setiap rasio diuji secara terpisah. Untuk mengatasi kelemahan analisis-analisis tersebut, maka Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dengan teknik analisis statistik, yaitu analisis diskriminan yang menghasilkan suatu indeks yang memungkinkan klasifikasi dari suatu pengamatan menjadi satu dari beberapa pengelompokan yang bersifat apriori. (Dermawan, 2011 : 277) Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya. Apakah dalam keadaan yang sehat, dalam keadaan yang meragukan, ataukah dalam keadaan yang kritis (kesulitan keuangan), serta kinerjanya yang mencerminkan prospek suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Macam-Macam Altman Z-Score Model prediksi kebangkrutan sudah dikembangkan ke beberapa Negara.Altman (1968, 1984) melakukan survey model-model yang dikembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swiss, Brasil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda, dan Prancis. Salah satu masalah yang bisa dibahas adalah apakah ada kesamaan rasio keuangan yang bisa dipakai untuk prediksi kebangkrutan untuk semua Negara, ataukah mempunyai kekhususan.

5 5 1) Z-score Original (Zo) Model ini disebut juga Z-score original, yang ditemukan Altman dan dirumuskan pada tahun (1968). Model ini hanya diterapkan bagi perusahaan manufaktur yang telah go publik dimana sahamnya diperjual-belikan secara bebas di Bursa Efek. Fungsi yang ditemukan Altman pertama kali atau biasa disebut Z-Score original (Zo) : X1 = 1,2 X1 ( Working Capital / ) X2 = 1,4 X2 ( Laba ditahan / ) X3 = 3,3 X3 ( EBIT / ) X4 = 0,6 X 4 (Nilai Pasar Modal Saham / Nilai Buku Utang ) X5 = 1 X 5 ( Penjualan / ) Rumus Altman Z-Score Zo = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X 4 + 1X 5 Menentukan nilai-nilai dari variabel Z-Score, kemudian dihitung dengan rumus : Rasio Likuiditas X 1 = Aset Lancar Liabilitas Lancar Rasio Profitabilitas X 2 = Laba ditahan (Saldo Laba) Rasio Leverage X 3 = EBIT Rasio Solvabilitas X 4 = Nilai Pasar Modal Saham Nilai Buku Utang Rasio Aktivitas X 5 = Penjualan Titik Cut off Kriteria Klasifikasi Jika Z > 2,99 : Tidak Mengalami kebangkrutan Jika Z diantara 1,81 2,99 : Rawan Mengalami kebangkrutan Jika Z < 1,81 : Mengalami kebangkrutan Sumber : Munawir (2010:311) Karena keterbatasan Z-Score original yakni salah satu permasalahannya adalah tidak dapat digunakan untuk perusahaan privat dan non Manufacturing.Di beberapa Negara berkembang khususnya Indonesia, perusahaan semacam ini tergolong banyak. Altman kemudian mengembangkan model alternatif dengan cara ini model tersebut bisa dipakai baik untuk perusahaan privat maupun go publik yang non manufacturing. Persamaan yang diperoleh dari pengembangan tersebut adalah 2) Z-score untuk perusahaan baik privat maupun go publik (Z A) Model ini merupakan hasil pengembangan yang dilakukan Altman dari model Z- Score original dimana model ini dapat digunakan untuk perusahaan privat maupun Go Public pada tahun (1983,1984). Fungsi yang ditemukan Altman pengembangan dari Z-Score original yang dapat digunakan untuk perusahaan baik privat maupun go publik (Z A) X1 = 1,2 X1 ( Working Capital / ) X2 = 1,4 X2 ( Laba ditahan / ) X3 = 3,3 X3 ( EBIT / ) X4 = 0,6 X 4 (Nilai Buku Modal Saham / Nilai Buku Utang ) X5 = 1 X 5 ( Penjualan / ) Rumus Altman Z-Score Z A = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Menentukan nilai-nilai dari variabel Z-Score, kemudian dihitung dengan rumus :

6 6 Rasio Likuiditas X 1 = Aset Lancar Liabilitas Lancar Rasio Profitabilitas X 2 = Laba ditahan (Saldo Laba) Rasio Leverage X 3 = EBIT Rasio Solvabilitas X 4 = Nilai Buku Modal Saham Nilai Buku Utang Rasio Aktivitas X 5 = Penjualan Titik Cut off Kriteria Klasifikasi Jika Z > 2,9 : Tidak mengalami Kebangkrutan Jika Z diantara 1,2 2,99 : Rawan mengalami Kebangkrutan Jika Z < 1,2 : Mengalami kebangkrutan Sumber : Munawir (2010:311) Dari analisis diatas kita bisa menyimpulkan bahwa suatu perusahaan yang berpotensi kebangkrutan mulai berkurang investasinya untuk aset lancar (X 1). Karena X 2 adalah indikator profabilitas kumulatif yang relatif terhadap penjangnya waktu, maka ini menandakan bahwa semakin muda suatu perusahaan, semakin besar kemungkinan untuk bangkrut. Variabel (X 3) mencerminkan keseluruhan kekuatan perusahaan dalam mendatangkan pendapatan. Melemahnya faktor ini merupakan indikator terbaik akan hadirnya kebangkrutan. Variabel (X 4) melambangkan solvabilitas (leverage) atau kemantapan finansial jangka panjang dari suatu perusahaan. Variabel terakhir, yakni X 5 menunjukan rasio perputaran modal (aset turnover) yang menunjukan besar kecilnya kemampuan menajemen untuk menjual aset-aset perusahaan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Dan Gambaran Objek Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggunakan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada masa sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya dengan berbentuk kata-kata (Sugiyono. 2011:224). Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada penerimaan fakta-fakta sebagaimana keadaan yang sebenarnya. Pemilihan objek Penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dan memenuhi kriteria dari proses pemilihan objek penelitian di atas maka objek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 5 (lima) perusahaan yang telah memenuhi kriteria ditentukan oleh peneliti. Adapun nama perusahaan yang digunakan sebagai objek penelitian ini yaitu : PT. Indo Kordsa Tbk, PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Indospring Tbk, PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk dan PT. Nipress Tbk Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan dari perusahaan otomotif yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam rangka mendapatkan data dan informasi untuk melakukan penelitian dengan menggunakan prosedur sebagai berikut: Studi Lapangan Teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan cara dokumentasi, yang merupakan cara pengumpulan data dengan jalan melihat,

7 7 mempelajari dan mengutip catatan dari laporan keuangan perusahaan yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan. Laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan posisi keuangan periode dan Laporan laba-rugi komprehensif periode Satuan Kajian Analisis Satuan kajian analisis yang digunakan untuk pembahasan ini adalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat di observasi mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain. Satuan Kajian Analisisyang dipakai penulis untuk pembahasaan ini adalah: Analisis Z-Score dan rasio-rasio keuangannya. Yaitu suatu alat yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggabungkan rasio keuangan. Rumus Z-Score yang digunakan adalah: Model Altman Z i = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Dimana rasio-rasio tersebut merupakan rasio yang mendeteksi kondisi keuangan perusahaan yang berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas, leverage, solvabilitas dan aktivitas perusahaan. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis kuantitatif yaitu analisis yang akan menguraikan secara rasional tentang proses yang terjadi setelah dilakukan analisis dan pembahasan yang sesuai dengan permasalahan (Syamsudin, 2007 : 148). Pada metode ini alat pengujiannya adalah dengan menggunakan analisis Z-Score model Altman. Langkahlangkah teknik analisisnya adalah dengan Menentukan nilai-nilai dari variabel Z-Score, lalu menghitung nilai Z-score dari rata-rata rasio yang dihasilkan oleh objek yang digunakan, kemudian menentukan titik cut off yang digunakan untuk mengklasifikasikan apakah perusahaan mengalami kebangkrutan atau tidak mengalami kebangkrutan. Hasil Penelitian dan Pembahasan Riwayat Singkat Perusahaan Perusahaan otomotif yang dipilih sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut: 1. PT. INDO KORDSA Tbk 2. PT. MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk 3. PT. INDOSPRING Tbk 4. PT. PRIMA ALLOY STEEL UNIVERSAL Tbk 5. PT. NIPRESS Tbk Dasar pemilihan objek penelitian tersebut adalah objek yang dipilih adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode , Perusahaan Industri otomotif yang menerbitkan laporan keuangan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2010 sampai 2012, Perusahaan Industri otomotif dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), dan perusahaan industri ottomotif yang memiliki Market Cap. yang kecil pada periode 2010 sampai tahun Analisis Z-Score Menurut Prihadi (2010:336) Analisis Z-score yang dihitung dari rata-rata rasio yang dihasilkan, kemudian Altman menemukan formula untuk perusahaan go public maupun privat sebagai berikut: Z i = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5

8 8 Ditentukan cut off untuk mengklasifikasikan tingkat kebangkrutan perusahaan adalah : Kriteria Klasifikasi Jika Z > 2,9 : Tidak mengalami Kebangkrutan Jika Z diantara 1,2 2,99 : Rawan mengalami Kebangkrutan Jika Z < 1,2 : Mengalami kebangkrutan Sumber : Munawir (2010:311) Pembahasan Hasil Perhitungan Rasio Tabel 1 Hasil Perhitungan Rasio Perusahaan Tahun X1 X2 X3 X4 X5 PT. Indo Kordsa Tbk PT. Multi Prima Sejahtera Tbk PT. Indospring Tbk PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk PT. Nipress Tbk ,199 0,326 0,365 0,364 0,415 0,403 0,297 0,406 0,211 0,034 0,051 0,144 0,054 0,044 0,008 0,039 0,452 0,495 0,105 0,009-0,064 0,243 0,269 0,243 0,026-0,038-0,054 0,083 0,050 0,013 0,114 0,073 0,141 0,066 0,073 0,106 0,127 0,167 0,155 0,017 0,012 0,005 0,104 0,094 0,070 2,162 0,49 0,792 0,283 0,271 0,241 0,596 0,443 0,068 0,197 0,171 0,179 0,064 0,071 0,105 0,757 1,144 1,209 0,399 0,400 0,394 0,887 1,083 1,334 0,537 0,568 0,621 1,336 1,296 1,187 Sumber : Data Diolah oleh Penulis Penjelasan Hasil Analisis Rasio PT. Indo Kordsa Tbk Tabel 2 Hasil Analisis Rasio TAHUN X1 X2 X3 X4 X ,199 0,039 0,114 2,162 0, ,326 0,452 0,073 0,49 1, ,365 0,365 0,141 0,792 1,209 Rata-Rata 0,296 0,329 0,109 1,148 1,037 Sumber : Data Diolah oleh Penulis Rasio X 1 ( rasio modal kerja terhadap total aset ) menunjukan penurunan rasio dimana pada tahun 2010 memiliki rasio sebesar 0,365 mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi sebesar 0,326 kemudian di tahun 2012 nilainya kembali merosot menjadi sebesar 0,199 dengan rata-rata rasio sebesar 0,296. Hal ini dikarenakan tidak stabilnya nilai aset lancar sedangkan nilai liabilitas lancarnya terus mengalami kenaikan dari tahun 2010 sampai 2012.

9 9 Rasio X 2 ( rasio laba ditahan terhadap total aset ) menunjukan nilai rasio yang mengalami penurunan. Pada tahun 2010 perusahaan memiliki nilai rasio sebesar 0,495, kemudian di tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,452, namun di tahun 2012 nilainya mengalami penurunan signifiksn menjadi sebesar 0,039, dengan rata-rata rasio dari tahun adalah sebesar 0,328. Rasio X 3 ( rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset) menunjukan nilai rasio yang fluktuatif. Pada tahun 2010 nilai rasionya sebesar 0,141 mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 0,073 penurunan tersebut disebabkan oleh penjualan yang lebih kecil dari pada beban pokok penjualan dan beban usaha. Sedangkan pada tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 0,114. maka diperoleh rata-rata sebesar 0,109. Rasio X 4 ( rasio nilai buku modal saham terhadap nilai buku hutang ) mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan adalah sebesar 0,792 mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi sebesar 0,49 dan pada 2012 kembali mengalami kenaikan menjadi 2,162, sehingga didapatkan rata-rata sebesar 1,148. Hal ini terjadi akibat penjualan yang tidak stabil sedangkan total aset terus mengalami kenaikan. Rasio X 5 ( rasio penjualan terhadap total aset ) menunjukan nilai rasio yang menurun. Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan adalah sebesar 1,209 mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi sebesar 1,144 dan pada 2012 kembali mengalami penurunan menjadi 0,757. Hal ini terjadi akibat penjualan yang terus menurun, sehingga didapatkan rata-rata sebesar 1,037. Penjelasan Hasil Analisis Rasio PT. Multi Prima Sejahtera Tbk Tabel 3 Hasil Analisis Rasio TAHUN X1 X2 X3 X4 X ,364 0,105 0,066 0,283 0, ,415 0,009 0,073 0,271 0, ,403-0,064 0,106 0,241 0,394 Rata-Rata 0,394 0,016 0,082 0,265 0,397 Sumber : Data Diolah oleh Penulis Rasio X 1 ( rasio modal kerja terhadap total aset ) menunjukan nilai rasio yang fluktuatif dimana pada tahun 2010 memliki rasio sebesar 0,403 mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi sebesar 0,415 kemudian di tahun 2012 nilainya merosot menjadi sebesar 0,364 dengan rata-rata 0,394. Hal ini dikarenakan terus menurunnya nilai Aset lancar dari tahun 2010 sampai 2012, meskipun liabilitas lancarnya juga terus berkurang. Rasio X 2 ( rasio laba ditahan terhadap total aset ) menunjukan nilai rasio yang dihasilkan mengalami kenaikan dimana Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan negatif yakni sebesar -0,064 hal ini terjadi karena perusahaan yang terus membukukan kerugian sepanjang tahun, sehingga mempengaruhi hasil perhitungan rasio menjadi negatif. Kemudian menjadi positif karena mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 0,009 dan pada 2012 kembali mengalami kenaikan menjadi 0,105 sehingga rata-rata yang dihasilkan adalah 0,016. Rasio X 3 ( rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset ) mengalami penurunan. Pada tahun 2010 nilai rasionya sebesar 0,106 mengalami penurunan pada tahun 2011 mnjadi 0,073 dan terus menurun pada tahun 2012 menjadi 0,066. Penurunanpenurunan tersebut disebabkan oleh penjualan yang lebih kecil dari pada beban pokok penjualan dan beban usaha. Rasio X 4 ( rasio nilai buku modal saham terhadap nilai buku hutang ) menunjukan kenaikan. Pada tahun 2010 nilai rasionya sebesar 0,241 terus mengalami kenaikan berturutturut 2011 sebesar 0,271 dan tahun 2012 sebesar 0,283 sehingga diperoleh rata-rata rasio sebesar 0,265. Hal ini menunjukan bahwa permodalan perusahaan tidak lagi bergantung

10 10 pada liabilitas dari pihak luar melainkan dari perdagangan saham yang dimiliki perusahaan. Rasio X 5 ( rasio penjualan terhadap total aset ) mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan adalah sebesar 0,394 mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 0,400 dan pada 2012 mengalami penurunan menjadi 0,399 hal ini terjadi akibat penjualan yang tidak stabil, sehingga didapatkan rata-rata sebesar 0,397. Penjelasan Hasil Analisis Rasio PT. Indospring Tbk Tabel 4 Hasil Analisis rasio TAHUN X1 X2 X3 X4 X ,297 0,243 0,127 0,596 0, ,406 0,269 0,167 0,443 1, ,211 0,243 0,155 0,068 1,334 Rata-Rata 0,305 0,252 0,150 0,366 1,101 Sumber : Data Diolah oleh Penulis Rasio X 1 ( rasio modal kerja terhadap total aset ) menunjukan kenaikan dan penurunan. Dimana pada tahun 2010 nilai rasionya sebesar 0,211 mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 0,406 dan untuk tahun 2012 nilai rasionya mengalami penurunan menjadi 0,297, sehingga didapatkan rata-rata Variabel X 1 yang dihasilkan dari tahun adalah 0,305. Penurunan terjadi karena liabilitas lancar mengalami kenaikan signifikan. Rasio X 2 ( rasio laba ditahan terhadap total aset ) menunjukan nilai rasio yang fluktuatif. Pada tahun 2010 perusahaan memiliki nilai rasio sebesar 0,243, kemudian di tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi sebesar 0,269, namun di tahun 2012 nilainya menurun menjadi sebesar 0,243, penurunan ini terjadi karena laba ditahan dan total aset mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dengan rata-rata rasio dari tahun adalah sebesar 0,252 Rasio X 3 ( rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset menunjukan nilai rasio yang fluktuatif. Pada tahun 2010 nilai rasionya sebesar 0,155 mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 0,167dan mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi 0,127.maka diperoleh rata-rata sebesar 0,150. Penurunan tersebut disebabkan oleh penjualan yang lebih kecil dari pada beban pokok penjualan dan beban usaha. Rasio X 4 ( rasio nilai buku modal saham terhadap nilai buku hutang ) menunjukan kenaikan dari tahun ketahun. Pada tahun 2010 nilai rasionya sebesar 0,068 terus mengalami kenaikan berturut-turut tahun 2011 menjadi sebesar 0,443 dan tahun 2012sebesar 0,596 sehingga diperoleh rata-rata rasio sebesar 0,366. Hal ini menunjukan bahwa permodalan perusahaan tidak lagi bergantung pada liabilitas dari pihak luar melainkan dari perdagangan saham yang dimiliki perusahaan. Rasio X 5 ( rasio penjualan terhadap total aset ) mengalami penurunan. Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan adalah sebesar 1,334 mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi sebesar 1,083 dan pada 2012 kembali mengalami penurunan menjadi 0,887, sehingga didapatkan rata-rata sebesar 0,397.

11 11 Penjelasan Hasil Analisis Rasio PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk Tabel 5 Hasil Analisis Rasio TAHUN X1 X2 X3 X4 X ,034 0,026 0,017 0,197 0, ,051-0,038 0,012 0,171 0, ,144-0,054 0,005 0,179 0,621 Rata-Rata 0,077-0,021 0,011 0,183 0,575 Sumber : Data Diolah oleh Penulis Rasio X 1 ( rasio modal kerja terhadap total aset ) menunjukan penurunan rasio dimana pada tahun 2010 memliki rasio sebesar 0,144 mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi sebesar 0,051 kemudian di tahun 2012 nilainya kembali merosot menjadi sebesar 0,034 dengan rata-rata rasio sebesar 0,077. Hal ini dikarenakan terus menurunya nilai aset lancar sedangkan nilai liabilitas lancarnya terus mengalami kenaikan dari tahun 2010 sampai Rasio X 2 ( rasio laba ditahan terhadap total aset ) menunjukan nilai rasio yang dihasilkan mengalami kenaikan dimana pada tahun 2010 dan 2011 nilai rasio yang dihasilkan negatif yakni sebesar -0,054, mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi - 0,038. Hal ini terjadi karena perusahaan yang terus membukukan kerugian sepanjang tahun, sehingga mempengaruhi hasil perhitungan rasio menjadi negatif dan pada 2012 kembali mengalami kenaikan yang merubah nilai rasio menjadi positif yakni sebesar 0,026 sehingga rata-rata yang dihasilkan juga memiliki nilai negatif yakni sebesar -0,021. Rasio X 3 ( rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset ) mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan adalah sebesar 0,005 mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 0,012 dan paad 2012 kembali mengalami kenaikan menjadi 0,017. Hal ini menunjukan bahwa penjualan yang lebih besar dari pada beban pokok penjualan dan beban usaha. Rasio X 4 ( rasio nilai buku modal saham terhadap nilai buku hutang ) menunjukan nilai rasio yang fluktuatif. Pada tahun 2010 nilai rasionya sebesar 0,179 mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 0,171 dan mengalami kenaikan pada tahun 2012 menjadi 0,197. Maka diperoleh rata-rata sebesar 0,183. Perubahan nilai rasio dari tahun tersebut tidak terlalu signifikan. Rasio X 5 ( rasio penjualan terhadap total aset ) mengalami penurunan. Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan adalah sebesar 0,621 mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi sebesar 0,568 dan pada 2012 kembali mengalami penurunan menjadi 0,537, sehingga didapatkan rata-rata sebesar 0,575. Hal ini terjadi akibat penjualan yang tidak stabil sedangkan total aset terus mengalami kenaikan. Penjelasan Hasil Analisis Rasio PT. Nipress Tbk Tabel 6 Hasil Analisis Rasio TAHUN X1 X2 X3 X4 X ,054 0,083 0,104 0,064 1, ,044 0,050 0,094 0,071 1, ,008 0,013 0,070 0,105 1,187 Rata-rata 0,036 0,048 0,089 0,080 1,273 Sumber : Data Diolah oleh Penulis Rasio X 1 ( rasio modal kerja terhadap total aset ) menunjukan kenaikan setiap tahunnya terutama dari tahun 2010 ke 2011 mengalami kenaikan yang cukup signifikan dimana pada tahun 2010 sebesar 0,008 menjadi 0,044 pada tahun 2011 hal ini terjadi karena

12 12 perbedaan nilai aset lancar dan liabilitas lancar yang cukup besar antara tahun 2010 dan Sedangkan untuk tahun 2012 juga mengalami kenaikan dari tahun 2011 yakni sebesar 0,010 menjadi 0,054.Rata-rata Rasio X 1 yang dihasilkan dari tahun adalah 0,036. Rasio X 2 ( rasio laba ditahan terhadap total aset ) menunjukan nilai rasio yang dihasilkan mengalami kenaikan namun kenaikan yang terjadi tidak terlalu signifikan yakni pada Tahun 2010 sebesar 0,013, 2011 sebesar 0,050, dan tahun 2012 sebesar 0,083 sehingga didapatkan rata-rata sebesar 0,048. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan mampu memperbaiki alokasi aset yang dimiliki secara efisien dari tahun-ketahun untuk memaksimalkan laba perusahaan sehingga berimbas pada saldo laba perusahaan yang akan di investasikan. Rasio X 3 ( rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset ) mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan adalah sebesar 0,070 mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 0,094 dan paad 2012 kembali mengalami kenaikan menjadi 0,104. Hal ini menunjukan bahwa penjualan yang lebih besar dari pada beban pokok penjualan dan beban usaha. Rasio X 4 ( rasio nilai buku modal saham terhadap nilai buku hutang ) menunjukan nilai yang menurun. Pada tahun 2010 nilai rasionya sebesar 0,105 terus mengalami penurunan berturut-turut 2011 sebesar 0,071 dan tahun 2012 sebesar 0,064, sehingga diperoleh rata-rata rasio sebesar 0,080. Hal ini menunjukan bahwa permodalan perusahaan tidak lagi bergantung pada liabilitas dari pihak luar melainkan dari perdagangan saham yang dimiliki perusahaan. Rasio X 5 ( rasio penjualan terhadap total aset ) mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan adalah sebesar 1,187 mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 1,296 dan pada 2012 kembali mengalami kenaikan menjadi 1,336 sehingga didapatkan rata-rata sebesar 1,273. Hal ini menunjukan bahwa penjualan yang terus mengalami kenaikan. Analisis Perhitungan Z-Score Analisis Z-Score PT. INDO KORDSA Tbk Hasil rata-rata nilai Z-score yang di dapat dari tahun 2010 sampai 2012 perusahaan memiliki Nilai Z-Score sebesar 2,345. Z i =0,717 (0,296) + 0,847 (0,328)+ 3,107 (0,109) + 0,420 (1,148) + 0,998 (1,037) = 2,345 Klasifikasi cut off : Rawan Kebangkrutan Ini menunjukan nilai Z-Score diprediksikan rawan mengalami Kebangkrutan dimana nilai Z-Score > 1,2. Dapat dilihat bahwa nilai Z-Score perusahaan terus mengalami penurunan, Jika posisi ini dibiarkan dan perusahaan tidak melakukan langkah-langkah strategis maka akan berdampak buruk bagi perkembangan perusahaan dimasa yang akan datang. Dan dilihat dari hasil analisis Z-Score tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan harus melakukan langkah-langkah untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Analisis Z-Score PT. MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk Hasil rata-rata nilai Z-score yang didapat dari tahun 2010 sampai 2012 perusahaan memiliki Nilai Z-Score sebesar 1,058. Z i =0,717 (0,394) + 0,847 (0,016)+ 3,107 (0,082)+ 0,420 (0,265) + 0,998 (0,397) = 1,058 Klasifikasi cut off : Mengalami Kebangkrutan Ini menunjukan nilai Z-Score perusahaan diprediksikan mengalami Kebangkrutan dimana nilai Z-Score > 1,2. Dapat dilihat bahwa nilai Z-Score < 1,2. Perusahaan harus melakukan perbaikan-perbaikan untuk menigkatkan kembali kinerjanya agar perusahaan

13 13 tidak mengalami kebangkrutan yang semakin parah yang bisa berakibat perusahaan dilikuidasi. Dan dilihat dari hasil analisis Z-Score tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan harus melakukan langkah-langkah untuk mnyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Analisis Z-Score PT. INDOSPRING Tbk Hasil rata-rata nilai Z-score yang didapat dari tahun 2010 sampai 2012 perusahaan memiliki Nilai Z-Score sebesar 2,15. Z i =0,717 (0,305) + 0,847 (0,252)+ 3,107 (0,15)+ 0,420 (0,366) + 0,998 (1,101) = 2,15 Klasifikasi cut off : Rawan Kebangkrutan Ini menunjukan nilai Z-Score perusahaan diprediksikan rawan mengalami Kebangkrutan dimana nilai Z-Score > 1,2. Dapat dilihat bahwa nilai Z-Score perusahaan terus mengalami fluktuasi, jika perusahaan mampu menigkatkan kembali kinerjanya maka dapat dipastikan perusahaan akan mampu mengatasi masalah keuangannya meskipun posisi perusahaan masih berada pada kondisi rawan mengalami kebangkrutan. Dan dilihat dari hasil analisis Z-Score tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan harus melakukan langkah-langkah untuk memperbaiki kinerja perusahaan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kebangkrutan. Analisis Z-Score PT. PRIMA ALLOY STEEL UNIVERSAL Tbk Hasil rata-rata nilai Z-score yang didapat dari tahun 2010 sampai 2012 perusahaan memiliki Nilai Z-Score sebesar 0,722. Z i =0,717 (0,077) + 0,847 (-0,021)+ 3,107 (0,011)+ 0,420 (0,183) + 0,998 (0,575) = 0,722 Klasifikasi cut off : Mengalami Kebangkrutan Ini menunjukan nilai Z-Score diprediksikan mengalami Kebangkrutan. Dapat dilihat bahwa nilai Z-Score < 1,2. Perusahaan harus melakukan perbaikan-perbaikan untuk menigkatkan kembali kinerjanya agar perusahaan tidak mengalami kebangkrutan yang semakin parah yang bisa berakibat perusahaan dilikuidasi. Dan dilihat dari hasil analisis Z- Score tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan harus melakukan langkahlangkah untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Analisis Z-Score PT. NIPRESS Tbk Hasil rata-rata nilai Z-score yang didapat dari tahun 2010 sampai 2012 perusahaan memiliki Nilai Z-Score sebesar 1,647. Z i =0,717 (0,036) + 0,847 (0,048)+ 3,107 (0,089)+ 0,420 (0,08) + 0,998 (1,273) = 1,647 Klasifikasi cut off : Rawan Kebangkrutan Ini menunjukan nilai Z-Score perusahaan diprediksikan rawan mengalami Kebangkrutan. Namun dapat dilihat bahwa nilai Z-Score perusahaan terus mengalami yang kenaikan, Jika posisi ini terus ditingkatkan, kemungkinan akan berdampak lebih baik bagi perkembangan perusahaan. Dan dilihat dari hasil analisis Z-Score tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan mampu mengatasi masalah keuangan.

14 Hasil Prediksi Kebangkrutan TABEL 7 Hasil Klasifikasi Prediksi Kebangkrutan No Perusahaan Nilai Z-Score 1 PT. INDO KORDSA Tbk 2,345 2 PT. MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk 3 PT. INDOSPRING Tbk 2,15 4 PT. PRIMA ALLOY STEEL UNIVERSAL Tbk 5 PT. NIPRESS Tbk 1,647 Sumber : Data Diolah oleh Penulis Titik Cut off Nilai Zi diantara 1,2-2,99 1,058 Z < 1,2 Nilai Zi diantara 1,2-2,99 0,722 Z < 1,2 Nilai Zi diantara 1,2-2,99 Hasil Prediksi Z-Score Berpotensi Rawan Kebangkrutan Berpotensi Mengalami Kebangkrutan Berpotensi Rawan Kebangkrutan Berpotensi Mengalami Kebangkrutan Berpotensi Rawan Kebangkrutan Fakta Tahun 2013 Tidak Bangkrut Tidak Bangkrut Tidak Bangkrut Tidak Bangkrut Tidak Bangkrut Uraian Hasil Prediksi Kebangkrutan Dari hasil perhitungan Z-Score dapat diketahui perusahaan yang berpotensi rawan kebangkrutan adalah PT.Indo Kordsa Tbk yang memiliki nilai Z-Score sebesar 2,345, PT. Indospring Tbk yang memiliki nilai Z-Score sebesar 2,15 dan PT. Nipress Tbk yang memiliki nilai Z-Score sebesar 1,647. Nilai yang dihasilkan perusahaan-perusahaan tersebut termasuk dalam kriteria Z > 1,2 Tapi Z < 2,99. Dan faktanya di tahun 2013 perusahaan-perusahaan tersebut tidak mengalami kebangkrutan dan masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi mengalami kebangkrutan adalah PT. Multi Prima Sejahtera Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 1,058 dan PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 0,722. Nilai yang dihasilkan perusahaan-perusahaan tersebut tersebut masuk dalam kriteria Z > 1,2. Tapi faktanya di tahun 2013 perusahaan tidak mengalami kebangkrutan dan masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dan tidak ada perusahaan yang tidak berpotensi mengalami kebangkrutan. Jadi kesimpulannya adalah analisis Z-Score model Altman untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan pada perusahaan industri otomotif yang dijadikan objek dalam penelitian ini dapat diketahui tidak tepat dalam memprediksi kebangkrutan, karena faktanya perusahaan yang diprediksi mengalami kebangkrutan pada tahun 2013 tidak bangkrut dan masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Simpulan dan Saran Simpulan Berikut kesimpulan dan saran yang dikemukakan berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini : Tahapan dalam memprediksi potensi kebangkrutan menggunakan metode Altman Z-Score adalah dengan menghitung rasio-rasio yang digunakan yaitu rasio modal kerja terhadap total aset, rasio laba ditahan terhadap total aset, rasio EBIT terhadap total aset, rasio nilai

15 15 pasar modal saham terhadap nilai buku utang dan rasio penjualan terhadap total aset terlebih dahulu, kemudian menghitung nilai Z-Score masing-masing perusahaan berdasarkan persamaan Z-Score. Terakhir adalah Menentukan titik cut off berdasarkan kriteria nilai Z-Score yang dihasilkan masing-masing perusahaan. Dari hasil perhitungan Z- Score model Altman pada perusahaan industri otomotif yang dijadikan objek dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode ini tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya dimana perusahaan yang diprediksi mengalami kebangkrutan faktanya pada tahun 2013 tidak mengalami kebangkrutan dan masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Saran Dari hasil penelitian ini analisis Z-Score model Altman untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan pada perusahaan industri otomotif yang dijadikan objek dalam penelitian ini dapat diketahui tidak tepat dalam memprediksi kebangkrutan, oleh karena itu diperlukan alat-alat lain untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dalam memprediksi kebangkrutan seharusnya tidak hanya melakukan penilaian dari sisi kinerja perusahaan saja, namun juga perlu diperhatikan berbagai faktor lain yang mempengaruhi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. DAFTAR PUSTAKA Dermawan, S Pengantar Manajemen Keuangan. Mitra Wacana Media. Jakarta. Hanafi, M. M dan A. Halim Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta. Harahap, S. S Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Munawir Analisis Laporan Keuangan. Edisi ketiga belas. Liberty. Yogyakarta. Prihadi, T Analisis Laporan Keuangan: Teori Dan Aplikasi. PPM Manajemen. Jakarta. Sartono, A Manajemen Keuangan : Teori Dan Aplikasi. BPFE.Yogyakarta. Sugiyono Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Syamsuddin, L Manajemen Keuangan Perusahaan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tangguh. Seiring perkembangan zaman, permasalahan selalu datang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tangguh. Seiring perkembangan zaman, permasalahan selalu datang dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Dunia bisnis selalu mengalami perkembangan setiap tahun, dengan keadaan yang selalu berkembang perusahaan harus mempersiapkan perusahaan yang kuat

Lebih terperinci

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI Anggraini Aprilia B anggrainiaprilia@gmail.com Aniek Wahyuati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko perusahaan.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko perusahaan. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Hanafi dan Halim (1996 : 49) laporan keuangan perusahaan merupakan salah

Lebih terperinci

PREDIKSI KESULITAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS Z-SCORE PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES

PREDIKSI KESULITAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS Z-SCORE PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES PREDIKSI KESULITAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS Z-SCORE PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES Wahyu Satrio Wahyu6sa4@yahoo.com Lailatul Amanah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian yang semakin pesat, didukung dengan peluang usaha yang sangat besar membuat persaingan bisnis antar perusahaan menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012:1) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari kedua tujuan tersebut, maka pihak manajemen harus dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Dari kedua tujuan tersebut, maka pihak manajemen harus dapat menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama didirikan suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan dan memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan. Dari kedua tujuan tersebut,

Lebih terperinci

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB I Nengah Arsana, Baehaki Syakbani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM Mataram Email: arsana.inengah@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan Rasio adalah satu angka yang dinyatakan dalam hubugannya dengan yang lain (Harvarindo 2010:12). Dimana angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Rudianto (2006:7), akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN FARMASI DI BEI

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN FARMASI DI BEI ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN FARMASI DI BEI Lilis Tri Jayanti lilistrijayanti@gmail.com Budhi Satrio hasta.budhisatrio@gmail.com Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

PREDIKSI KEBANGKRUTAN CV. BATUBARA MAS ABADI DI SAMARINDA LISA CINTHIA. Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

PREDIKSI KEBANGKRUTAN CV. BATUBARA MAS ABADI DI SAMARINDA LISA CINTHIA. Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda PREDIKSI KEBANGKRUTAN CV. BATUBARA MAS ABADI DI SAMARINDA LISA CINTHIA Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda cinthia_08@ymail.com ABSTRACT The company was founded with the hope of generating

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia otomotif kini semakin pesat khususnya di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia otomotif kini semakin pesat khususnya di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia otomotif kini semakin pesat khususnya di Indonesia. Produk-produk yang diluncurkan juga semakin canggih mengikuti perkembangan teknologi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya perekonomian di era globalisasi yang semakin pesat telah mengakibatkan timbulnya persaingan antar perusahaan yang semakin

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT MULIA INDUSTRINDO, Tbk.

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT MULIA INDUSTRINDO, Tbk. PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT MULIA INDUSTRINDO, Tbk. DAN ENTITAS ANAK Arifin Hengan Ejen email: arifinhenganejen98@gmail.com Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Evanny Indri Hapsari (2012) Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur di BEI pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Merumuskan desain penelitian merupakan hal yang penting karena dengan merumuskan desain penelitian tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik. Pengertian

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat di gunakan sabgai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis yang melanda Indonesia, banyak masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis yang melanda Indonesia, banyak masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya krisis yang melanda Indonesia, banyak masalah yang dialami bangsa ini, termasuk dalam aspek ekonomi yakni terpuruknya kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas menurut Anoraga (1997:300) adalah menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia termasuk dalam kategori negara berkembang yang tidak terlepas dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat mengakibatkan meningkatnya

Lebih terperinci

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software  For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis moneter dan perbankan yang melanda Indonesia pada tahun 1997 memakan biaya fiskal yang amat mahal. Krisis tersebut telah menumbuhkan kesadaran akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan politik pada tahun 1998 sampai sekarang membawa dampak yang signifikan terhadap perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dimana dihapuskan batasan antar Negara, menyebabkan persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Signaling Theory 2.1.1. Pengertian Signaling Theory Menurut Jama an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan dari dalam perusahaan (internal financing) maupun

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan dari dalam perusahaan (internal financing) maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keuangan merupakan salah satu masalah pendanaan yang sangat vital bagi perusahaan. Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk menunjang jalannya aktifitas perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami penurunan karena berbagai dampak terutama faktor eksternal atau luar negeri antara lain: meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Weston, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Weston, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Weston, 1993). Perusahaan

Lebih terperinci

KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z- SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PT APAC CITRA CENTERTEX, Tbk.

KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z- SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PT APAC CITRA CENTERTEX, Tbk. KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z- SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PT APAC CITRA CENTERTEX, Tbk. DAN ENTITAS ANAK ABSTRAK Lidwina Wenny Sinja email: wdwina95@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum, pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang umumnya lebih dari 1 (satu)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat panjang bahkan hingga ribuan tahun. Pada periode waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat panjang bahkan hingga ribuan tahun. Pada periode waktu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berkembang seiring dengan pertumbuhan dunia usaha terutama sektor perdagangan. Dunia usaha dan perdagangan itu sendiri telah memiliki usia yang sangat panjang

Lebih terperinci

PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z -SCORE PADA PT SKYBEE, Tbk. DAN ENTITAS ANAK

PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z -SCORE PADA PT SKYBEE, Tbk. DAN ENTITAS ANAK PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z -SCORE PADA PT SKYBEE, Tbk. DAN ENTITAS ANAK Sasialimia Email: sasialimia@yahoo.co.id Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah dibangun selama ini atau akan ikut terpuruk seperti yang sedang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. telah dibangun selama ini atau akan ikut terpuruk seperti yang sedang terjadi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kondisi saat terjadinya krisis perekonomian global, suatu perusahaan akan dihadapkan pada apakah perusahaan dapat mempertahankan kinerja yang telah dibangun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlahnya relatif lebih banyak. Tetapi jika dipandang dari sisi manajernen,

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlahnya relatif lebih banyak. Tetapi jika dipandang dari sisi manajernen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan mernenuhi kewajiban-kewajiban keuangan jangka pendek atau yang harus segera dibayar. Masalah likuiditas merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti beban bunga dan hutang lancar. Kebangkrutan telah digunakan sebagai istilah

BAB I PENDAHULUAN. seperti beban bunga dan hutang lancar. Kebangkrutan telah digunakan sebagai istilah BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kebangkrutan merupakan keadaan dimana arus kas operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi kewajiban yang menjadi tanggung jawab perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak sekali berbagai macam produk terjual di Indonesia. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak sekali berbagai macam produk terjual di Indonesia. Salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara yang menjadi pasar potensial bagi para pengusaha baik dalam negeri maupun luar negeri untuk memasarkan atau menjual produknya. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive) dalam

BAB I PENDAHULUAN. pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive) dalam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan utama untuk memaksimalkan keuntungan. Disamping itu ada pula tujuan lain

Lebih terperinci

ANALISIS MODAL KERJA DAN LIKUIDITAS UNTUK MENINGKATKAN RENTABILITAS PADA PT LONDON SUMATRA INDONESIA, TBK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS MODAL KERJA DAN LIKUIDITAS UNTUK MENINGKATKAN RENTABILITAS PADA PT LONDON SUMATRA INDONESIA, TBK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS MODAL KERJA DAN LIKUIDITAS UNTUK MENINGKATKAN RENTABILITAS PADA PT LONDON SUMATRA INDONESIA, TBK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh: Nurdiana Simatupang S1 Akuntansi Pinondang Nainggolan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan sebuah entitas bisnis yang menjalankan usahanya dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan Govindarajan (2008:175)

Lebih terperinci

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PULP AND PAPER

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PULP AND PAPER 1 ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PULP AND PAPER Maria Ulfah Febriani mariaulfah.f@yahoo.com Lailatul Amanah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I. sangat panjang (going concern). Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa

BAB I. sangat panjang (going concern). Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan didirikan dengan harapan akan menghasilkan profit sehingga mampu untuk bertahan dan berkembang dalam jangka waktu yang sangat panjang (going

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad 20, dunia investasi semakin semarak, meskipun badai krisis di Indonesia masih terasa sampai sekarang, namun para investor mulai mendapatkan titik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan berdiri untuk memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimalkan nilai saham, dan meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan berdiri untuk memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimalkan nilai saham, dan meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya perusahaan berdiri untuk memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimalkan nilai saham, dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Hasil Perhitungan Variabel Independen Model Altman (z-score) Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa rumus (formula)

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang dilakukan perusahaan pada suatu periode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian di Indonesia sedang gencar dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi persaingan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Komponen Z-Score Uraian pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa model Altman (Z-Score) yang telah dikemukakan oleh Altman untuk negara-negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress Financial distress atau kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Financial Distress Kegagalan keuangan (Financial Distress) mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era perkembangan zaman ini setiap perusahaan dituntut untuk mampu bersaing agar mampu bertahan dan terus menjalankan usahanya. Kondisi pasar ekonomi

Lebih terperinci

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT ADHI KARYA (PERSERO),TBK PERIODE 2007-2011 Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM :23209191 Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan keuangan Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari pembuatan ringkasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan pada dasarnya karena ingin mengetahui posisi keuangan perusahaan saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan informasi yang dapat dipakai untuk pengambilan keputusan, mulai dari investor atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, keberhasilan didalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, keberhasilan didalam bidang BabI Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, keberhasilan didalam bidang perekonomian merupakan salah satu kunci utama untuk mencapai kesuksesan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan laju tatanan perekonomian dunia yang telah mengalami perkembangan dan mengarah pada sistem ekonomi pasar bebas, perusahaanperusahaan semakin

Lebih terperinci

FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT PELAYARAN TEMPURAN EMAS DAN ENTITAS ANAK

FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT PELAYARAN TEMPURAN EMAS DAN ENTITAS ANAK FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT PELAYARAN TEMPURAN EMAS DAN ENTITAS ANAK Julian Purnama Sari Program STudi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Kesulitan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusahan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva

Lebih terperinci

Z-SCORE ANALYSIS IN MEASURING THE FINANCIAL PERFORMANCE TO PREDICT BANKRUPTCY ON SEVEN MANUFACTURING COMPANIES IN JAKARTA STOCK EXCHANGE

Z-SCORE ANALYSIS IN MEASURING THE FINANCIAL PERFORMANCE TO PREDICT BANKRUPTCY ON SEVEN MANUFACTURING COMPANIES IN JAKARTA STOCK EXCHANGE Z-SCORE ANALYSIS IN MEASURING THE FINANCIAL PERFORMANCE TO PREDICT BANKRUPTCY ON SEVEN MANUFACTURING COMPANIES IN JAKARTA STOCK EXCHANGE Sinta Kartikawati, Iman Murtono Soenhadji, Ph.D. Undergraduate Program,

Lebih terperinci

ANALISIS Z-SCORE PADA RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KONDISI KEUANGAN PADA INDUSTRI PERTAMBANGAN

ANALISIS Z-SCORE PADA RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KONDISI KEUANGAN PADA INDUSTRI PERTAMBANGAN ANALISIS Z-SCORE PADA RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KONDISI KEUANGAN PADA INDUSTRI PERTAMBANGAN Siti Jamilah mila_jameela@yahoo.com Djawoto Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi dapat didefinisikan sebagai tindakan penundaan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi dapat didefinisikan sebagai tindakan penundaan penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan investasi dapat didefinisikan sebagai tindakan penundaan penggunaan dana yang kita miliki sekarang untuk menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi di masa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pada hakekatnya laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukomunikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 financial distress merupakan proses yang mana perusahaan mengalami kesulitan keuangan, sehingga perusahaan tidak mampu dalam memenuhi kewajibannya. Perusahaan akan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis yang semakin pesat, mengakibatkan semakin ketatnya persaingan yang terjadi dalam dunia usaha. Dalam era persaingan global yang semakin ketat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (PSAK No. 1 revisi 2009, 2012). Pada umumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen untuk menentukan dan melaporkan tingkat

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN RASIO KEUANGAN PADA PT. INDOSAT, Tbk YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN RASIO KEUANGAN PADA PT. INDOSAT, Tbk YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN RASIO KEUANGAN PADA PT. INDOSAT, Tbk YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013 Sutoro, Arna Suryani, Evi Adriani Abstract This research aims to identify

Lebih terperinci

: AYU ASTREA NINGSIH B.

: AYU ASTREA NINGSIH B. ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODE 2002-2005 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perolehan laba merupakan tujuan akhir yang dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah perolehan laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era persaingan yang sangat ketat, keunggulan kompetitif telah berkembang dan melibatkan pada pentingnya kinerja keuangan perusahaan. Oleh karena itu sangat

Lebih terperinci

Volume 1 No 1 Juli 2017

Volume 1 No 1 Juli 2017 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Kasus Pada PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk Periode 2011-2015) Safriadi Pohan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) dari

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah mencapai profit yang maksimal dalam menjalankan usahanya. Laba perusahaan yang diperoleh untuk mempertahankan

Lebih terperinci

Nadia Iswari Putri 1), Lucia Ari Diyani 2)

Nadia Iswari Putri 1), Lucia Ari Diyani 2) ISSN 2356-4385 Analisis Rasio Keuangan dan Metode Z-Score untuk Menilai Kinerja Keuangan serta Memprediksi Kebangkrutan pada PT. Herba Medica Indonesia Tahun 2010-2012 Nadia Iswari Putri 1), Lucia Ari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran industri-industri yang beroperasi di Indonesia memberikan dampak

BAB I PENDAHULUAN. Peran industri-industri yang beroperasi di Indonesia memberikan dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran industri-industri yang beroperasi di Indonesia memberikan dampak yang baik bagi kemajuan perekonomian di Indonesia. Salah satunya adalah industri otomotif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisis rasio adalah suatu metode Analisis untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kontinuitas perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kontinuitas perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan laju tatanan perekonomian dunia yang telah mengalami perkembangan dan mengarah pada sistem ekonomi pasar bebas, perusahaanperusahaan semakin terdorong

Lebih terperinci

FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKRIMINAN ALTMAN PADA PT BUKIT DARMO PROPERTY, Tbk. DAN ENTITAS ANAK

FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKRIMINAN ALTMAN PADA PT BUKIT DARMO PROPERTY, Tbk. DAN ENTITAS ANAK FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKRIMINAN ALTMAN PADA PT BUKIT DARMO PROPERTY, Tbk. DAN ENTITAS ANAK ABSTRAK Shervia Email: Sherviaa@yahoo.co.id Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 24 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, meliputi Neraca, Perhitungan Laba-Rugi dan laba ditahan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Investasi di Pasar Modal Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal pada satu atau lebih aktiva, baik langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan suatu perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang berguna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu perusahaan, alat ukur yang utama digunakan adalah laporan keuangan

I. PENDAHULUAN. suatu perusahaan, alat ukur yang utama digunakan adalah laporan keuangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Faktor fundamental selalu dijadikan acuan investor dalam membuat keputusan investasi di pasar modal. Untuk mengukur dan menganalisa kondisi fundamental suatu perusahaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian setiap Negara saling berhubungan dan memiliki tingkat ketergantungan yang mutualis. Artinya kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya, dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2012 dikemukakan laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Investasi dalam bentuk saham merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dampaknya adalah perusahaan yang berskala kecil akan mengalami. krisis keuangan dalam perusahaan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dampaknya adalah perusahaan yang berskala kecil akan mengalami. krisis keuangan dalam perusahaan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Perkembangan ekonomi dunia dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan yang sangat pesat ini disebabkan oleh semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akibat dari perekonomian Indonesia yang terpuruk belakangan ini, ketidak stabilan keamanan, sosial dan politik dan semakin ketatnya persaingan didunia usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia berada pada tingkatan yang stabil pada

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia berada pada tingkatan yang stabil pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia berada pada tingkatan yang stabil pada tahun 2014. Menurut sumber elektronik yang dilansir dari situs Investor Daily Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjuaan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: LILIK RAHAYU Dibimbing Oleh : 1. Dr. M. Muchson, S.E., M.M 2. Hestin Sri Widiawati, S.Pd., M.Si.

JURNAL. Oleh: LILIK RAHAYU Dibimbing Oleh : 1. Dr. M. Muchson, S.E., M.M 2. Hestin Sri Widiawati, S.Pd., M.Si. JURNAL ANALISIS PENERAPAN FINANCIAL LEVERAGE UNTUK MENENTUKAN EARNING PER SHARE (EPS) DAN RETURN ON EQUITY (ROE) PADA PERUSAHAAN INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK. Oleh: LILIK RAHAYU 12.1.01.04.0048 Dibimbing

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS LAPORAN KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK DI BURSA EFEK INDONESIA Dwi Setia Wati, Kusni Hidayati, Achmad Usman Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok, tetapi juga merupakan bagian dari gaya hidup (lifestyle) masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. pokok, tetapi juga merupakan bagian dari gaya hidup (lifestyle) masyarakat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tekstil dan produk tekstil adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Seiring perkembangan zaman, tekstil kini tidak hanya sebagai kebutuhan pokok, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia saat ini sedang dalam masa transisi di mana keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih berada dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masih belum stabil mempengaruhi kondisi perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang masih belum stabil mempengaruhi kondisi perusahaan-perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya perusahaan di dunia yang sangat pesat, sehingga menimbulkan persaingan semakin ketat. Kondisi perekonomian Indonesia yang masih belum stabil mempengaruhi

Lebih terperinci