BAB I PENDAHULUAN. negara yang terdiri atas berbagai unsur yg berbeda, beraneka ragam (Alwi dkk,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. negara yang terdiri atas berbagai unsur yg berbeda, beraneka ragam (Alwi dkk,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang heterogen, artinya, Indonesia adalah negara yang terdiri atas berbagai unsur yg berbeda, beraneka ragam (Alwi dkk, 2001:397). Masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri atas beberapa suku bangsa atau etnis. Hasil penelitian Hilderd Geertz, Indonesia terdiri dari 300 etnis yang berbeda-beda (Permana, 2012:tanpa halaman). Suku bangsa tersebut misalnya Arab, Pakistan, India, Tionghoa, Jepang, Eropa, dan lain-lain, adapun setiap etnik yang ada memiliki adat dan budaya bahkan agama yang berbedabeda. Banyaknya keanekaragaman yang terdiri atas perbedaan etnik atau suku, adat, budaya dan agama yang ada kadang hal tersebut dapat membuat Indonesia menjadi indah, namun hal tersebut juga dapat membuat Indonesia sangat rentan dengan adanya konflik antar suku. Jika demikian itu rasa cinta terhadap tanah air atau yang sering disebut dengan nasionalisme harus dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat terhadap negara Indonesia. Rasa cinta dan bangga terhadap tanah air adalah awal dari terbentuknya persatuan dan kesatuan di dalam suatu negara, karena dengan memiliki rasa cinta terhadap tanah airnya, maka rakyat tersebut akan berusaha dengan mati-matian untuk mempertahankan keutuhan tanah air. Rasa cinta dan bangga terhadap tanah air tersebut bisa dilakukan dengan melakukan banyak hal, salah satu contohnya adalah dengan melakukan upaya bela 1

2 negara, yaitu dengan ikut memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari segala hal yang mengancam kedaulatan Republik Indonesia. Di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia upaya untuk melakukan pembelaan terhadap negara adalah hak dan kewajiban bagi seluruh warga negara Indonesia. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai Pancasila serta Undang-Undang Dasar Masing-masing individu yang tercatat sebagai warga negara Indonesia berhak dan wajib ikut serta untuk melakukan pembelaan negara sebagai salah satu wujud kecintaannya terhadap Indonesia (Putri, 2014:tanpa halaman). Salah satu etnis yang ada di Indonesia adalah etnis Arab. Kedatangannya di Indonesia dimulai pada waktu terjadinya perpecahan besar di antara umat Islam yang menyebabkan terbunuhnya khalifah keempat Ali bin Abi Thalib, mulailah terjadi perpindahan (hijrah) besar-besaran dari kaum keturunannya ke berbagai penjuru dunia. Ketika Imam Ahmad Al-Muhajir hijrah dari Irak ke daerah Hadramaut di Yaman, keturunan Ali bin Abi Thalib ini membawa serta 70 orang keluarga dan pengikutnya. Sejak saat itu berkembanglah keturunan Ali hingga menjadi kabilah atau suku bangsa yang terbesar di Hadramaut, dan dari kota Hadramaut inilah asal-mula utama dari berbagai peranakan Arab yang ada di berbagai negara, salah satunya yaitu Indonesia. Umumnya orang-orang Arab dari Hadramaut yang datang ke Indonesia adalah para pedagang, adapun kedatangan orang Arab ke Indonesia tanpa membawa istri-istri mereka. Barangkali bisa dikatakan bahwa hampir seluruhnya para perantau Arab itu terdiri dari laki-laki tua, muda, dan anak-anak, dan sebagian terbesar dari perantau Arab itu kemudian menikahi perempuan-perempuan Indonesia, beranak-pinak dan tidak kembali lagi 2

3 ke negeri asal mereka. Bilamana ada yang sempat kembali ke Hadramaut karena memiliki harta yang cukup, itupun dilakukan mereka sekedar untuk menjenguk keluarga mereka kemudian kembali lagi ke Indonesia (Badjrei, 1996:12). Pada zaman penjajahan Belanda, orang-orang Arab dianggap sebagai bangsa timur asing bersama dengan suku Tionghoa-Indonesia dan suku India- Indonesia. Kaum Arab Hadramaut yang datang sekitar abad 15 seperti kaum etnis Tionghoa dan India, dan tidaklah sedikit kaum Arab-Indonesia yang berjuang membantu kemerdekaan Indonesia. Salah satu orang Arab tersebut adalah Abdul Rahman Baswedan. Beliau adalah seorang putra Indonesia keturunan Arab yang telah mengabdikan dirinya untuk bangsa dan Negara Republik Indonesia baik pada zaman penjajahan Belanda, zaman pendudukan Jepang serta setelah Indonesia merdeka. Baswedan adalah seorang yang idealis dan konsekuen, jurnalis yang kritis dan tajam, pendiri dan pemimpin Partai Arab Indonesia dan menteri muda penerangan RI yang berjuang untuk mendapatkan pengakuan Indonesia dari Liga Arab yang berpusat di Mesir. Abdul Rahman Baswedan adalah salah satu orang yang berjasa dalam perjuangan untuk pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Liga Arab. Beliau adalah orang Arab yang pertama kali dengan bangga menyatakan diri bahwa beliau adalah warga negara Indonesia. Pada tanggal 4 Oktober 1934, dicetuskan Sumpah Pemuda Indonesia Keturunan Arab, dalam konferensi di Semarang, dan A.R. Baswedan adalah pencetusnya. Pada konferensi itupun langsung didirikan Partai Arab Indonesia (Baswedan, 1974:10). Tulisan yang akan penulis susun nanti akan membahas mengenai Konsep Nasionalisme Menurut A.R Baswedan. 3

4 Pada akhir-akhir ini bangsa Indonesia sedang mengalami krisis kebhinekaan seperti yang terjadi pada awal-awal tahun 1900-an, ketika kaum nasionalis merasa bahwa kesatuan itu harus digalang, namun kaum nasionalis kekurangan alat dan jalan. Keyakinan bahwa kesatuan itu ada di depan mata pada tahun 1928 namun dibingungkan lagi oleh Jepang, menurut rencana Jepang pada tahun1945, tidak akan memerdekakan Indonesia seluruhnya akan tetapi hanya Indonesia bagian Barat, sedangkan Indonesia bagian timur tetap dalam kekuasaan Angkatan Laut, sampai saat yang akan diputuskan lebih lanjut kelak kemudian hari (Anderson, 2008: xi). Persoalan tersebut kini mulai muncul kembali. Contoh nyata adalah ketika kini di berbagai daerah sering terjadi kerusuhan antar suku serta antar beberapa kelompok keagamaan yang semuanya itu memberikan tanda-tanda atas adanya perpecahan, oleh karena itu konsep nasionalisme yang dieksplorasi dari pemikiran Abdul Rahman Baswedan peneliti kira sangat penting untuk diteliti, karena Abdul Rahman Baswedan adalah salah seorang tokoh nasionalis keturunan Arab yang pertama kali dengan bangga membuat pengakuan bahwa beliau adalah seorang putra Indonesia, selain itu Baswedan juga memberikan kesadaran kepada orangorang Arab yang pindah dan bertempat tinggal di Indonesia untuk sadar tentang tanah air orang Arab adalah Indonesia, Baswedan juga mempunyai peranan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau ingin mewujudkan kemerdekaan Indonesia dari tangan para penjajah yang telah bertahun-tahun menduduki negara Indonesia. 4

5 Pada masa penjajahan Belanda, Baswedan aktif dalam pergerakan, misalnya, Al-irsyad, Muhammadiyah (sebagai muballigh di bawah pimpinan K.H. Mas Mansur), gerakan-gerakan pemuda Arab Progersip, Yong Islamieten Bond, Pendiri dan Pemimpin Partai Arab Indonesia (PAI). Adapun di dalam dunia jurnalistik, Baswedan aktif sebagai redaktur harian Sin Tit Po, tahun 1932 di Surabaya, Soeara Oemoem (dibawah pimpinan Dr. Soetomo) 1933, Matahari, di Semarang 1934, penerbit dan pemimpin majalah Sadar pada tahun 1936 hingga masuknya Jepang pada tahun Ketika tentara Jepang masuk ke Indonesia tak lama kemudian pada tanggal 8 maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah di Kalijati. Penyerangan itu dilakukan oleh Gubernur Jendral Tjarda Van Starkenborg Stachouwer. Pada zaman Jepang itulah semua partai politik dibubarkan oleh Jepang. Dengan demikian Partai Arab Indonesia yang dipimpin oleh A.R. Baswedan juga dibubarkan. Baswedan diangkat sebagai anggota staf Mr. Sartono bersama Wangsawijaya dalam Hokokai (Himpunan Kebaktian Rakyat Seluruh Jawa). Sebagai orator, beliau berkeliling ke berbagai kota untuk berpidato kepada warganya. Di antara daerah yang didatangi adalah Surakarta, Banyuwangi dan sekitarnya. Abdul Rahman Baswedan bersama dengan tokoh-tokoh lain yang aktif mengikuti sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam pidatonya di sidang tersebut dengan tegas beliau mengemukakan bahwa tanah air peranakan Arab tidak ada lain adalah Indonesia, seperti yang telah diikrarkan pada 4 Oktober 1934 (Suratmin, 1989:102). 5

6 Penulis menganggap bahwa konsep nasionalisme Abdul Rahman Baswedan sangat penting untuk diteliti lebih lanjut, karena Abdul Rahman Baswedan mempunyai peranan penting dalam upaya untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. 1. Rumusan Masalah 1.1. Bagaimanakah pemikiran Abdul Rahman Baswedan? 1.2. Bagaimana konsep nasionalisme dalam filsafat politik? 1.3.Bagaimana konsep nasionalisme dalam pemikiran Abdul Rahman Baswedan? 1.4.Bagaimanakah implementasi konsep nasionalisme Abdul Rahman Baswedan terhadap nasionalisme Indonesia? 2. Keaslian Penelitian Peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian skripsi dan buku-buku yang berkaitan dengan pemikiran Abdul Rahman Baswedan dan nasionalisme. Penelusuran penelitian yang terkait dengan pemikiran A.R Baswedan, ditemukan sebuah buku, Suratmin, 1989 Abdul Rahman Baswedan, Karya dan Pengabdiannya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. Penelitian yang berkaitan dengan nasionalisme adalah: 1. Abdul Rahman Baswedan, Beberapa Catatan Tentang Sumpah Pemuda Indonesia Keturunan Arab ( 1934), 1974, Pers Nasional, Surabaya. 2. Y. Harus Nusarastriya, 1986, Konsepsi Mohammad Hatta Tentang Nasionalisme Indonesia, Fakultas Filsafat UGM. 6

7 3. Sri Wahyuni, 1988, Nasionalisme Menurut Ir. Soekarno, Fakultas Filsafat, UGM. Dalam skripsi ini mengupas pemikiran Soekarno tentang nasionalisme khususnya yang terjadi di Indonesia. 4. Suratmin, 1989, Abdul Rahman Baswedan, Karya dan Pengabdiannya. Buku ini menulis tentang biografi dan sejarah, serta pemikiran-pemikiran Abdul Rahman Baswedan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Jakarta. 5. Decky Hermawan, 2003, Akar Nasionalisme dalam kajian Benedict Anderson (telaah kritis terhadap buku Imagined Communities: komunitaskomunitas terbayang yang menghasilkan analisis perkembangan nasionalisme sekaligus meninjau secara historis tahapan-tahapan menjadi sebuah bangsa, Fakultas Filsafat UGM. 6. Hermawan Susanto, 2009, Konsep Nasionalisme Menurut Mohandas Karamchan Gandhi, Fakultas Filsafat, UGM. Dalam skripsi ini mengkaji tentang konsep nasionalisme M.K. Ghandi. Dari berbagai penelitian tentang Abdul Rahman Baswedan dan nasionalisme yang telah disebutkan di atas, peneliti belum menemukan tulisan maupun laporan penelitian yang khusus mengkaji tentang konsep nasionalisme Abdul Rahman Baswedan. Penelitian ini akan menjadikan nasionalisme Abdul rahman Baswedan sebagai objek material dan filsafat politik khususnya nasionalisme sebagai objek formal. 7

8 3. Faedah yang Diharapkan Penelitian ini diharapkan memberikan faedah baik secara langsung maupun tidak langsung. Faedah yang diharapkan dari penelitian ini adalah. a. Bagi peneliti Penelitian ini merupakan sarana mengaktualisasikan pemikiran filosofis dalam mengkaji pemikiran-pemikiran filsafat dalam rangka sumbangsih terhadap persoalan-persoalan tentang nasionalisme. b. Bagi ilmu pengetahuan penelitian ini dapat memperkaya pustaka ilmu filsafat serta pengetahuan secara umum. c. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan menambah pengertian tentang nasionalisme, serta dapat menumbuhkembangkan rasa nasionalisme kepada masyarakat dalam kaitannya pada tata kehidupan bermasyarakat dan bernegara. B. Tujuan Penelitian 1. Memahami Abdul Rahman Baswedan dan pemikirannya 2. Memahami nasionalisme dalam filsafat politik 3. Menjelaskan konsep nasionalisme Abdul Rahman Baswedan 4. Memahami implementasi konsep nasionalisme Abdul Rahman Baswedan terhadap nasionalisme Indonesia. C. Tinjauan Pustaka Nasionalisme merupakan sebuah roh bagi komunitas yang terbayang untuk membentuk sebuah bangsa. Konsep nasionalisme Gandhi terbentuk dari faktor objektif dan subjektif. Faktor objektifnya adalah kondisi sosial politik yang 8

9 berkembang di India pada saat itu, sedangkan faktor subjektifnya adalah ajaranajaran Ghandi. Nasionalisme Ghandi adalah sebuah paham cinta tanah air yang didasari oleh rasa kemanusiaan. Di dalam nasionalisme Ghandi terkandung nilai kebenaran, cinta kasih, rohani, immaterial dan kesederhanaan. Hal ini yang membedakan dengan nasionalisme yang berkembang di negara-negara liberal maupun fasis. Keduanya masih mengejar kekayaan duniawi sebagai prioritas utama sedangkan nasionalisme Ghandi mengembangkan untuk memperbanyak pengejaran wilayah rohani (Susanto, 2009:80-81). Bagi Anderson untuk mendapatkan konsep nasionalisme haruslah dilihat sebagai sebuah term yang bukan berdampingan dengan kapitalisme, libelarisme ataupun ide-ide besar dunia lainnya, namun nasionalisme haruslah dipahami berdampingan dengan term-term kekerabatan dan agama, yang menggunakan huruf kecil di depannya (Anderson, 2001:xxxv). Kesadaran terhadap identitas kebangsaan ini pada intinya bersifat imajiner. Bangsa merupakan sesuatu yang terbayang karena para anggota bangsa terkecil sekalipun tidak akan tahu dan tak akan kenal sebagian besar anggota lainnya, tidak akan bertatap muka dengan para anggota bangsa bahkan mungkin tidak pula pernah mendengar tentang para anggota bangsa, tetapi tidak di benak setiap orang yang menjadi anggota masyarakat itu hidup sebuah bayangan kebersamaan. Anderson memahami bahwa nasionalisme menjadi sebuah gelombang yang begitu dahsyat yang membawa perubahan yang begitu signifikan dengan lahirnya abad Renaissance yang telah merubah paradigma manusia serta pada akhirnya hal ini mampu mengobrak abrik tatanan yang telah mapan. Terutama kapitalsime cetaklah yang telah membuat hal 9

10 ini menjadi mungkin. Pemodelan bangsa melalui semacam nasionalisme resmi dengan mengubah bahasa ibu menjadi bahasa nasional telah muncul bangsabangsa baru. Reproduksi-reproduksi mekanis telah memungkinkan nasionalisme mampu menjadi sebentuk modular yang dapat direplikasi dan untuk selanjutnya dapat diterapkan dan diadaptasi oleh bangsa manapun (Hermawan, 2003:71-72). Nasionalisme menurut pemikiran Soekarno adalah membedakan antara nasionalisme Barat dan nasionalisme Timur. Nasionalisme Barat bersifat agresif dan Chauvinistik, sedangkan nasionalisme Timur yang muncul sebagai reaksi terhadap nasionalisme Barat mengandung rasa kemanusiaan. Dalam hal ini Soekarno memberikan konsep tersendiri terhadap nasionalisme Indonesia. Menurut Soekarno nasionalisme Indonesia adalah Sosio-nasionalisme, yaitu nasionalisme yang didasarkan pada keadaan yang nyata di dalam masyarakat. Dengan nasionalisme maka diharapkan bagi suatu bangsa agar dapat mencapai kemerdekaan, namun karena nasionalisme merupakan ideologi, maka nasionalisme tetap ada walaupun sudah merdeka. Dalam hal ini Soekarno berusaha memberi warna tersendiri terhadap nasionalisme Indonesia. Nasionalisme yang dikehendaki Soekarno adalah nasionalisme yang sesuai dengan ajaran-ajarn Pancasila dan hendak memperbaiki keadaan masyarakat yag tertindas. Untuk mewujudkannya maka nasionalisme harus dapat memberikan tempat bagi tumbuhnya segenap ideologi yang ada di Indoneisa, sehingga muncullah konsep politiknya yang bernama NASAKOM (Wahyuni, 1988:65). Berbeda dengan Soekarno konsep dan pandangan-pandangan Mohammad Hatta mengenai nasionalisme Indonesia adalah harus berorientasi pada 10

11 kesejahteraan rakyat, yaitu mengangkat rakyat dari penderitaan serta kesengsaraan. Oleh karena itu nasionalisme Indonesia menunjuk serta ada keterkaitannya dengan nilai kemanusiaan dan keadilan, sebab nilai-nilai itu yang dapat mempersatukan rakyat atau bangsa Indonesia melampaui batas-batas agama, suku dan golongan (Nusarastriya, 1986:103). Adapun untuk memperoleh pemahaman mengenai konsep nasionalisme Abdul Rahman Baswedan maka tentunya tidak terlepas dari pemahaman mengenai pemikiran, karya serta pengabdiannya. Abdul Rahman Baswedan adalah salah seorang putra Indonesia dari keturunan Arab yang mengabdikan dirinya untuk bangsa dan Negara Republik Indonesia baik pada zaman penjajahan Belanda, zaman pendudukan Jepang maupun setelah Indonesia merdeka. Baswedan adalah seorang idealis yang konsekuen, jurnalis yang kritis dan tajam, pendiri dan pemimpin Partai Arab Indonesia, dan menteri muda penerangan Republik Indonesia yang berjuang untuk mendapatkan pengakuan Indonesia dari Liga Arab yang berpusat di mesir (Suratmin, 1989:xiv). D. Landasan Teori Sokrates menyatakan bahwa filsafat sebagai aktivitas pencarian kebijaksanan (Riyanto, 2011:33). Menurut Toeti Heraty Noerhadi, wilayah filsafat dibedakan menurut tiga wilayah. Pertama adalah bidang yang mengkaji kenyataan dalam arti yang seluas-luasnya, sifatnya tidak terhingga dengan pemilihan antara yang terjangkau secara indrawi (ontologi) dan terletak di luar jangkauan inderawi (metafisika). Kedua adalah bidang yang mencakup axiology dengan pemilihan 11

12 etika dan estetika. Wilayah yang ketiga yaitu yang mencakup bidang pengetahuan (Noerhadi, 1994: 2). Aristoteles merekonstruksikan politik sebagai lapangan ilmu yang melingkupi segala disiplin ilmu yang lain. Politik mencakup etika, sejarah, ilmu budaya, ekonomi, ilmu-ilmu eksakta dan teknologi, manajemen dan seterusnya. Cakupan yang luas ini menandakan bahwa politik adalah ilmu yang mengatasi segala ilmu lain (Riyanto, 2001:36). Filsafat politik merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji masalah politik. Filsafat politik adalah studi tentang ide-ide dan institusi-institusi yang berkembang sepanjang waktu. Filsafat politik berusaha menjelaskan pemahaman mengenai cara bagaimana manusia di sepanjang zaman membentuk dan mengimplikasikan aspirasi politik dan sosial mereka, namun filsafat politik juga merupakan sesuatu yang lebih dari sekedar analisis mengenai teori-teori politik masa lalu. Filsafat politik berusaha menemukan prinsip-prinsip universal yang mendasari fenomena-fenomena politik dalam semua situasi historisnya. Filsafat politik atau pelacakan perilaku dan fenomena politik dalam suatu kerangka etik, merupakan bagian integral dari studi politik (Schmandt, 2002:24-25). Jonathan Wolff mengatakan bahwa, political philosophy is a normative discipline, meaning that it tries to establish norms (rules or ideal standards). We can contras the normative with descriptive. Descriptive studies attempt to find out how things are. Normative studies try to discover how things should be; what is right, just or morally correct. Politics can be studied from both a descriptive and 12

13 normative standpoint (Wolf, 2006:2). (Filsafat politik adalah disiplin normatif, artinya Filsafat politik mencoba untuk menetapkan norma-norma (aturan atau standar ideal). Bisa dibandingkan antara normatif dengan deskriptif. Studi deskriptif adalah berusaha untuk mendeskripsikan atau mengetahui bagaimana hal tersebut, sedangkan penelitian normatif mencoba untuk menemukan bagaimana seharusnya, apa yang benar, adil atau benar secara moral. Adapun politik dapat dipelajari dari kedua sudut pandang deskriptif dan normatif). Maksud dari apa yang telah diucapkan oleh Jonathan Wolff adalah filsafat politik adalah suatu upaya sistematis, kritis, dan rasional untuk memahami hakekat dari segala dimensi kehidupan yang terkait dengan politik (deskriptif). Dalam arti ini politik adalah segala aktivitas yang terkait dengan kehidupan bersama, dan bukan hanya soal-soal yang terkait dengan partai politik, pemilu, pemerintahan, dan sebagainya. Di sisi lain filsafat juga adalah upaya sistematis, kritis, dan rasional untuk merumuskan tata politik ideal yang bisa menjadi panduan bagi berbagai masyarakat di dunia, guna mewujudkan kehidupan bersama yang adil dan makmur (normatif) (Wattimena, 2011:v). The Liang Gie mengemukakan bahwa filsafat politik berusaha menemukan prinsip-prinsip universal yang mendasari fenomena politik dalam semua situasi historisnya, selain itu filsafat politik juga mempunyai peranan yang penting karena merumuskan atau mengembangkan suatu cita, nilai atau ideologi yang dapat menjadi dasar dari perbagai pranata politik seperti misalnya kemerdekaan atau nasionalisme (Gie, 1972:90). 13

14 Seperti yang telah dicontohkan oleh The Liang Gie bahwa filsafat politik mencakup pembahasan mengenai nasionalisme dan kemerdekaan, karena nasionalisme tidak dapat dipisahkan dari istilah bangsa. Antara nasionalisme dan bangsa merupakan gejala sosio-politis yang penting. Nasionalisme yang tumbuh dari suatu bangsa merupakan gejala sosial yang pada akhirnya bermuara pada negara nasional, sedangkan bangsa terlahir dari rakyat. Padahal suatu komunitas rakyat harus mempunyai suatu esensi fisik dan rohaniah tertentu untuk dapat dikatakan sebagai sebuah bangsa dan sebagai sebuah kesatuan sosial-politik berupa negara, dan kondisi fisik tersebut paling tidak berupa kehidupan yang aktif dalam kesatuan keinginan. Sedangkan kondisi rohaniah adalah adanya kesadaran nasional sebagai bagian dari suatu negara. Kesadaran nasional ini yang membuat rakyat ingin menentukan nasibnya sendiri yakni membuat sebuah organisasi yang dinamakan negara. Negara merupakan sebuah organisasi politik dari bangsa yang terdiri dari rakyat. Kondisi batin rakyat baik dalam berhubungan dengan sesama rakyat maupun dengan rakyat bangsa lain adalah manifestasi dari nasionalisme (Anwar, 1995:30). Nasionalisme seperti laiknya sebuah konsep, hal tersebut dapat pula dianggap sebagai sarana untuk mengungkapkan jati diri kebangsaan yang nantinya berfungsi dalam penetapan identitas. Bahkan nasionalisme seperti sebuah orientasi kultural dan karena itu sering muncul dalam tindakan politik (Eko dkk, 1996:ix). Nasionalisme muncul melalui sebuah proses panjang, ada semacam elemen alamiah yang berada di luar yang menyebabkan nasionalisme itu 14

15 terbentuk, tetapi nasionalisme bukanlah sebuah fenomena alamiah, bukan merupakan produk abadi dalam hukum alam. Nasionalisme adalah produk dari perkembangan sosial dan faktor intelektual tahap sejarah tertentu (Kohn, 1945:6). E. Metode Penelitian 1. Bahan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dengan menggunakan data melalui berbagai sumber tertulis seperti buku-buku, jurnal, dan literatur yang berkaitan dengan obyek material dan formalnya. a. Sumber pustaka primer : 1. Sumber objek material yaitu: 1.1 Beberapa Catatan Sumpah Pemuda Keturunan Arab, A.R. Baswedan, 1934, Pers Nasional, Surabaya. 2. Sumber objek formal yaitu: 2.1 Nasionalisme dan Sejarahnya, Hans Kohn, 1958, Pustaka Sardjana, P.T Pembangunan. 2.2 Qu est ce qu une Nation? (apakah bangsa itu?), Ernest Renan,1994, Alumni, Bandung. b. Sumber pustaka sekunder Bahan sekunder yang digunakan adalah bahan yang berkaitan dengan nasionalisme, etnis Arab, dan Abdul Rahman Baswedan. 15

16 b.1. Buku hasil kegiatan penelitian yang berjudul tentang Abdul Rahman Baswedan; Karya dan Pengabdiannya, karya Suratmin, 1989, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Jakarta. b.2. Video Biografi A.R. Baswedan dipublikasikan pada tanggal 17 Januari 2013, Youtube. 2. Jalan Penelitian Penelitian ini melewati 3 tahap utama, yakni: a. Pengumpulan data; yaitu menelaah bahan kepustakaan yang berkaitan dengan tema yang membahas baik tentang nasionalisme maupun pemikiran-pemikiran Abdul Rahman Baswedan. b. Pengolahan data; setelah mencerna dan memahami berbagai referensi kepustakaan tersebut, berbagai bahan itu kemudian diolah, disistematisasi untuk mendapatkan pemikiran nasionalisme Abdul Rahman Baswedan. c. Penulisan; merupakan tahap terakhir dari jalannya penelitian ini yakni proses dan hasil-hasil analisis dituangkan dalam tulisan yang sistematis. 16

17 3. Analisis Hasil Merujuk pada Anton Baker dan Achmad Charis Zubair (1994:61) penelitian ini menggunakan model penelitian historis faktual mengenai tokoh. Unsur-unsur metodis yang digunakan antara lain sebagai berikut: a. Interpretasi Metode interpretasi digunakan untuk menafsirkan dan menelaah secara mendalam, untuk dapat menangkap makna dan pemikiran Abdul Rahman Baswedan yang terdapat dalam karya tulisannya. b. Deskripsi Data yang terkait dengan Abdul Rahman Baswedan dipaparkan seakurat mungkin sehingga memperoleh pemahaman yang cukup jelas c. Holistika Memahami cakrawala pemikiran Abdul Rahman Baswedan yang berkaitan dengan konsep nasionalismenya dengan melihat latar belakang pemikirannya, kemudian menelaah ajaran-ajaran abdul Rahman Baswedan yang digunakan untuk melawan pendudukan penjajah di negara Republik Indunesia. d. Refleksi Merefleksikan konsep nasionalisme Abdul Rahman Baswedan terhadap kondisi Indonesia saat ini menurut analisis pribadi peneliti. 17

18 F. Hasil yang Dicapai Penelitian tentang konsep nasionalisme Abdul Rahman Baswedan ini dapat menghasilkan: 1. Pemahaman mengenai Abdul Rahman Baswedan dan pemikirannya 2. Pemahaman mengenai nasionalisme dalam filsafat politik 3. Pemahaman dan mampu menganalisis konsep nasionalisme Abdul Rahman Baswedan. 4. Mengetahui tentang bagaimana implementasi konsep nasionalisme Abdul Rahman Baswedan terhadap nasionalisme Indonesia. G. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini dideskripsikan dengan bahasa tulis. Deskripsi penelitian ini diuraikan dalam lima bab, yaitu bab pertama pendahuluan, bab nasionalisme, bab filsafat politik, bab analisis tinjauan filsafat politik terhadap konsep nasionalisme Abdul Rahman Baswedan, serta bab penutup. Bab pendahuluan berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah yang hendak dijawab, tujuan dan manfaat dari penelitian tinjauan pustaka yang telah ada, landasan teori yang digunakan, hasil capaian yang hendak dituju, serta sistematika penulisan. Keseluruhan ini terangkum sebagai bab pemahaman awal maksud dari penelitian. Bab kedua akan membahas tentang riwayat hidup Abdul Rahman Baswedan. Dari sini kita dapat mengetahui kehidupan, karya, tokoh yang mempengaruhi Abdul Rahman Baswedan. Dari pembahasan itu, maka bab selanjutnya akan membahas pokok-pokok pemikiran Abdul Rahman Baswedan. 18

19 Selanjutnya bab ketiga akan membahas tentang teori pembentukan bangsa, pengertian nasionalisme, serta sejarah nasionalisme. Sebelum saya membahas nasionalisme lebih jauh maka, saya akan memaparkan mengenai teori pembentukan bangsa sebagai fondasi yang membentuk nasionalisme. Bagian selanjutnya adalah pengertian nasionalisme yang akan dibahas secara etimologi dan terminologi, dari situ akan diketahui bagaimana pengertian dan ciri-ciri nasionalisme Indonesia dan bagaimana dampak terhadap negara, sedangkan sejarah nasionalisme membahas tentang akar-akar nasionalisme serta perkembangan cara fikir filsuf terhadap nasionalisme. Bab keempat akan membahas mengenai nasionalisme Abdul Rahman Baswedan. Di sini akan dijelaskan mengenai faktor apa saja yang membentuk nasionalisme Abdul Rahman Baswedan. Selanjutnya nilai-nilai nasionalisme Abdul Rahman Baswedan. Dari pemaparan tersebut, maka bab selanjutnya akan memaparkan tentang implementasi nasionalisme Abdul Rahman Baswedan terhadap nasionalisme Indonesia. Bab terakhir dari penelitian ini merupakan bab penutup. Bab ini akan membahas kesimpulan dari penelitian yang menjawab atas rumusan masalah dan saran. 19

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-20, sewaktu mulai timbul akan kesadaran dan paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan pembuka jalan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL RETHINKING & RESHAPING VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL OLEH : DR. MUHADJIR EFFENDY, M.AP. Disampaikan dalam Acara Tanwir Muhammadiyah 2009 di Bandar Lampung, 5 8 Maret 2009 1 Lingkup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,

Lebih terperinci

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI NAMA : Ragil Prasetia Legiwa NIM : 11.02.7942 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : D3 - MI : A : M. Khalis Purwanto

Lebih terperinci

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PERENIALISME Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad 20. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

C. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

C. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia Aktivitas 5.9 Carilah permasalahan dalam pelaksanaan otonomi daerah di daerah kalian yang dapat membahayakan prinsip negara kesatuan. Diskusikan dalam kelompok mengapa masalah tersebut ada? Apa akibat

Lebih terperinci

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila Dosen Pengampu : Yuli Nurkhasanah, S.Ag, M.Hum Oleh : Caca Irayanti (1601016024) Nanda Safiera Mafaz (1601016025)

Lebih terperinci

ETIKA POLITIK PANCASILA

ETIKA POLITIK PANCASILA ETIKA POLITIK PANCASILA Oleh: Dwi Yanto Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Ma arif Buntok, Kalimantan Tengah Abstrak Pengertian secara sederhana tentang Politik adalah, Suatu kegiatan untuk mencapai

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika. KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi

Lebih terperinci

PARADIGMA PANCASILA DILINGKUNGAN MASYARAKAT

PARADIGMA PANCASILA DILINGKUNGAN MASYARAKAT PARADIGMA PANCASILA DILINGKUNGAN MASYARAKAT UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA Di susun oleh NAMA : Aji Guruh Prasetyo NIM : 11.11.4619 PROGRAM JURUSAN : TI : Teknik Informatika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. historis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia tinjauan berarti menjenguk,

II. TINJAUAN PUSTAKA. historis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia tinjauan berarti menjenguk, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Tinjauan Historis Pada dasarnya konsep tinjauan historis terdiri dari atas dua kata yaitu tinjauan dan historis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi dan politik yang dihadapi setelah pendudukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi dan politik yang dihadapi setelah pendudukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah-masalah ekonomi dan politik yang dihadapi setelah pendudukan Jepang dan revolusi sangatlah besar, harapan-harapan yang ditimbulkan oleh revolusi tidaklah

Lebih terperinci

2) Sanggupkah Pancasila menjawab berbagai tantangan di era globalisasi tersebut?

2) Sanggupkah Pancasila menjawab berbagai tantangan di era globalisasi tersebut? BAB I 1.Latar Belakang Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik ketika negara Indonesia didirikan,dan hingga sekarang di era globalisasi,negara Indonesia tetap berpegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA

TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA Nama : Dini Fathnin Suroyo NIM :11.02.8137 Kelompok A Dosen : Drs. Khalis Purwanto,MM DIII MANAJEMEN INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA PANCASILA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena sosial budaya seperti pendidikan multikultural penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid Hasan, masyarakat dan bangsa

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA VISI DAN MISI PENDIDIKAN PANCASILA.

PENDIDIKAN PANCASILA VISI DAN MISI PENDIDIKAN PANCASILA. PENDIDIKAN PANCASILA VISI DAN MISI PENDIDIKAN PANCASILA VISI PENDIDIKAN PANCASILA Pendidikan Pancasila menjadi sumber nilai dan pedoman bagi penyelengaraan program studi. Intinya : Pendidikan Pancasila

Lebih terperinci

Dikdik Baehaqi Arif, M.Pd

Dikdik Baehaqi Arif, M.Pd IDENTITAS NASIONAL Dikdik Baehaqi Arif, M.Pd PROSES BERBANGSA DAN BERNEGARA Bangsa Indonesia adalah seluruh manusia yang menurut wilayahnya telah ditentukan untuk tinggal bersama di wilayah nusantara dari

Lebih terperinci

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan WAWASAN KEBANGSAAN Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Perjuangan bangsa

Lebih terperinci

Wawasan Nusantara KELOMPOK 1 CIVIC EDUCATION

Wawasan Nusantara KELOMPOK 1 CIVIC EDUCATION Wawasan Nusantara KELOMPOK 1 CIVIC EDUCATION Pengertian Sedangkan wawasan mengandung arti: cara pandang. Namun dimaksudkan adalah cara pandang sec. pikiran (cara melihat, meanalisis dan memahami sesuatu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SECARA ILMIAH (PUDJOWIYATNO)

PEMBAHASAN SECARA ILMIAH (PUDJOWIYATNO) LATAR BELAKANG LANDASAN Historis Kultural Yuridis Filosofis TUJUAN Mampu memahami, menganalisa dan menjawab masalah sesuai dengan nilai-nilaipancasila PEMBAHASAN SECARA ILMIAH (PUDJOWIYATNO) Tingkata pengetahuan

Lebih terperinci

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi NAMA : Bram Alamsyah NIM : 11.12.6286 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : S1-SI : J : Junaidi Idrus,

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NAMA:ISWAHYUDI NIM :11.01.2828 KELOMPOK:B PROGRAM STUDI:PANCASILA JURUSAN:D3 TI DOSEN: IRTON, SE, M.SI 1. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA 2. ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

PERSATUAN DALAM NEGARA INDONESIA

PERSATUAN DALAM NEGARA INDONESIA PERSATUAN DALAM NEGARA INDONESIA Dosen : Drs, Tahajudin Sudibyo Nama : Mohammad Fajri (11.11.4802) Kelompok : C Program Studi : Strata 1 Jurusan : Teknik Informatika SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum merupakan suatu sarana untuk memilih orang agar dapat mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut sistem demokrasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596

I. PENDAHULUAN. Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596 berlakulah dualisme hukum di Indonesia, yaitu di samping berlakunya hukum Belanda kuno

Lebih terperinci

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut bebas di antara pulau-pulau di Indonesia. Laut bebas

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengertian Identitas Nasional

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengertian Identitas Nasional BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Identitas Nasional Istilah Identitas nasional secara terminologis Adalah suatu ciri yang dimiliki suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan masyarakatnya BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan penegasan istilah. 1.1 Latar Belakang Bangsa

Lebih terperinci

2014 PEMIKIRAN MUBYARTO TENTANG EKONOMI INDONESIA

2014 PEMIKIRAN MUBYARTO TENTANG EKONOMI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Ekonomi disuatu Negara memang sudah menjadi sebuah keharusan yang tidak bisa ditinggalkan atau dikesampingkan karena pada hakikatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berada dalam genggaman anak bangsa Indonesia sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini berada dalam genggaman anak bangsa Indonesia sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa depan bangsa Indonesia ditentukan oleh para generasi muda bangsa ini. Karena generasi muda Indonesia merupakan faktor penting yang sangat diandalkan oleh Bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika di mulai pada abad ke lima sebelum masehi. Berbagai mazhab di yunani yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang mengatakan bahwa kebaikan itu adalah

Lebih terperinci

PANCASILA PENDAHULUAN. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PENDAHULUAN. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PENDAHULUAN Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Pancasila PENDAHULUAN Kontrak perkuliahan, Rencana Pembelajaran, Deskripsi Perkuliahan,

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN WAWASAN NUSANTARA. Modul ke: Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

KEWARGANEGARAAN WAWASAN NUSANTARA. Modul ke: Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN. KEWARGANEGARAAN Modul ke: WAWASAN NUSANTARA by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id WAWASAN POKOK BAHASAN: NUSANTARA 1. PENGERTIAN DARI WAWASAN NUSANTARA 2. MAKSUD

Lebih terperinci

Nasionalisme Liberalisme Sosialisme Demokrasi Pan-Islamisme

Nasionalisme Liberalisme Sosialisme Demokrasi Pan-Islamisme Nasionalisme Liberalisme Sosialisme Demokrasi Pan-Islamisme Nasionalisme berasal dari kata nation(bahasa Inggris) dan natie (bahasa Belanda) yang berarti bangsa. sebab-sebab munculnya perasaan nasionalisme

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA. Novia Kencana, S.IP, MPA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA. Novia Kencana, S.IP, MPA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA Novia Kencana, S.IP, MPA novia.kencana@gmail.com Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa 1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012 Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA PENGANUGERAHAN GELAR PAHLAWAN

Lebih terperinci

17. Berikut ini yang bukan sebutan identik bahwa Pancasila sebagai dasar negara adalah... a. Ideologi negara

17. Berikut ini yang bukan sebutan identik bahwa Pancasila sebagai dasar negara adalah... a. Ideologi negara 1. Suatu kumpulan gagasan,ide ide dasar serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang memberikan arah dan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu bangsa dan negara adalah pengertian... a. Ideologi c. Tujuan

Lebih terperinci

BENTUK SIKAP PENGEMBANGAN NASIONALISME

BENTUK SIKAP PENGEMBANGAN NASIONALISME BENTUK SIKAP PENGEMBANGAN NASIONALISME PENGERTIAN NASIONALISME 1. Menurut Ernest Renan: Nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara. 2. Menurut Otto Bauar: Nasionalisme adalah suatu persatuan

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa disusun oleh : EVI LISTYANINGRUM 11.02.7998 KELOMPOK A PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat dewasa ini dapat dikenali sebagai masyarakat yang berciri plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, kelompok budaya dan

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Organisasi ekstra universitas merupakan organisasi mahasiswa yang aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi ekstra universitas

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP NASIONALISME. Tugas Akhir Pancasila

DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP NASIONALISME. Tugas Akhir Pancasila DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP NASIONALISME Tugas Akhir Pancasila disusun oleh Lina Anggraini 11.02.8032 D3 MANAJEMEN INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 DAMPAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah nasionalisme terkait erat dengan kolonialisme. Memang

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah nasionalisme terkait erat dengan kolonialisme. Memang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nasionalisme adalah manifestasi kesadaran bernegara atau semangat berbangsa dan bernegara. 1 Jika berbicara mengenai nasionalisme atau kesadaran nasional, pengertian

Lebih terperinci

PANCASILA PENDAHULUAN. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PENDAHULUAN. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PENDAHULUAN Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Pancasila PENDAHULUAN Kontrak perkuliahan, Rencana Pembelajaran, Deskripsi Perkuliahan,

Lebih terperinci

Diskusikan secara kelompok, apa akibat apabila Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diubah. Bagaimana sikap kalian terhadap hal ini?

Diskusikan secara kelompok, apa akibat apabila Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diubah. Bagaimana sikap kalian terhadap hal ini? UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disusun dalam masa revolusi namun nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah nilai-nilai yang luhur universal dan

Lebih terperinci

SEBAB MUNCULNYA NASIONALISME

SEBAB MUNCULNYA NASIONALISME NASIONALISME Nasionalisme diartikan sebagai perangkat nilai atau sistem legitimasi baru yang mendasari berdirinya sebuah negara baru Dekolonisasi diartikan sebagai proses menurunnya kekuasaan negara-negara

Lebih terperinci

Mata Kuliah Kewarganegaraan

Mata Kuliah Kewarganegaraan Mata Kuliah Kewarganegaraan Modul ke: 04 Fakultas Design Komunikasi dan Visual Program Studi Pokok Bahasan IDENTITAS NASIONAL SEBAGAI KARAKTER BANGSA Dosen : Cuntoko, SE., MM. Informatika dan Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

Nasionalisme Sukarno dan Nasionalisme Hatta. ( Suatu Studi Perbandingan Mengenai Konsep Nasionalisme menurut Sukarno dan Hatta )

Nasionalisme Sukarno dan Nasionalisme Hatta. ( Suatu Studi Perbandingan Mengenai Konsep Nasionalisme menurut Sukarno dan Hatta ) Nasionalisme Sukarno dan Nasionalisme Hatta ( Suatu Studi Perbandingan Mengenai Konsep Nasionalisme menurut Sukarno dan Hatta ) A. Latar Belakang 1. Identifikasi Permasalahan Sukarno dan Hatta adalah dua

Lebih terperinci

Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional

Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional Kelahiran identitas nasional suatu bangs amemiliki sifat, ciri khas serta keunikan sendiri sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulisan sejarah (historiografi) merupakan cara penulisan, pemaparan, atau

BAB I PENDAHULUAN. Penulisan sejarah (historiografi) merupakan cara penulisan, pemaparan, atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penulisan sejarah (historiografi) merupakan fase atau langkah yang penting dari beberapa fase yang biasanya dilakukan oleh peneliti sejarah. Penulisan sejarah

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.

Lebih terperinci

Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3.

Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3. PANCASILA LANJUT Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3. Peri ketuhanan 4. Peri kerakyatan 5. Kesejahteraan

Lebih terperinci

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

B. Tujuan C. Ruang Lingkup 27. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah (MA)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang Pendidikan di diharapkan

Lebih terperinci

Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional

Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional Oleh: Didin Saripudin Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Konsep IPS-Sejarah dalam Memaknai Zaman Pergerakan Nasional di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA PANCASILA Modul ke: 03Fakultas Ekonomi dan Bisnis PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi S1 Manajemen Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. political competition and struggles, in which the media, as institution, take a. position (Kahan, 1999: 22).

BAB I PENDAHULUAN. political competition and struggles, in which the media, as institution, take a. position (Kahan, 1999: 22). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah These approaches and almost all the specific literature on media and politics have in common a view of the media as refelction of the society s political competition

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA. Adiyana Slamet, S.IP,. M.Si

IMPLEMENTASI SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA. Adiyana Slamet, S.IP,. M.Si IMPLEMENTASI SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Adiyana Slamet, S.IP,. M.Si Asas Sistem Sosial Budaya Indonesia Pada dasarnya, masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan telah lahir jauh sebelum lahirnya

Lebih terperinci

BAB IV TANGGAPAN DAN TINDAKAN KOMUNITAS ARAB DALAM MENYIKAPI ADANYA PARTAI ARAB INDONESIA

BAB IV TANGGAPAN DAN TINDAKAN KOMUNITAS ARAB DALAM MENYIKAPI ADANYA PARTAI ARAB INDONESIA BAB IV TANGGAPAN DAN TINDAKAN KOMUNITAS ARAB DALAM MENYIKAPI ADANYA PARTAI ARAB INDONESIA A. Reaksi Pro dan Kontra Pengakuan nasionalisme Indonesia keturunan Arab pada paruh pertama abad ke-20 tidak hanya

Lebih terperinci

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG Jl. Sompok No. 43 Telp. 8446802 Semarang Website.www.smp 37.smg.sch.id Email: smp 37 smg @ yahoo.co.id ULANGAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN

Lebih terperinci

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum

Lebih terperinci

Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa

Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa Mata Kuliah Pancasila Modul ke: Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Panti Rahayu, SH, MH Program Studi MANAJEMEN PANCASILA ERA PRA DAN ERA KEMERDEKAAN 2 Pendahuluan

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

Oleh : Izza Akbarani*

Oleh : Izza Akbarani* Oleh : Izza Akbarani* Kita sebagai bangsa yang baru lahir kembali, kita harus dengan cepat sekali cepat check up mengejar keterbelakangan kita ini! Mengejar di segala lapangan. Lapangan politik kita kejar,

Lebih terperinci

Identitas Nasional Dan Pembangunan Stabilitas Nasional

Identitas Nasional Dan Pembangunan Stabilitas Nasional Identitas Nasional Dan Pembangunan Stabilitas Nasional A. PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi sekarang ini mendapat tantangan yang sangat kuat, terutama karena pengaruh

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974 KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu Hukum Fakultas

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 03Fakultas Oni FASILKOM PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA PRA KEMERDEKAAN & ERA KEMERDEKAAN Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGARUH NASIONALISME ETNIS KETURUNAN ARAB TERHADAP ETNIS KETURUNAN LAIN DI INDONESIA

BAB IV PENGARUH NASIONALISME ETNIS KETURUNAN ARAB TERHADAP ETNIS KETURUNAN LAIN DI INDONESIA BAB IV PENGARUH NASIONALISME ETNIS KETURUNAN ARAB TERHADAP ETNIS KETURUNAN LAIN DI INDONESIA Menurut Slamet Muljana, Nasionalisme adalah manifestasi kesadaran atau semangat dalam berbangsa dan bernegara.

Lebih terperinci

Menguatkan Nasionalisme Baru Generasi Muda yang Berkarakter (dalam Upaya Mengembangkan Model Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Kampus)

Menguatkan Nasionalisme Baru Generasi Muda yang Berkarakter (dalam Upaya Mengembangkan Model Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Kampus) Seminar 129 Nasional Abdul Hukum Rasyid Saliman Universitas dan Negeri Rio Armanda Semarang Agustian Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017, 129-134 Fakultas Hukum, Faculty of Law Menguatkan Nasionalisme Baru Generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti Nurhayati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena yang terdapat dikalangan masyarakat seperti saat ini, telah menunjukan adanya penurunan budaya dan karakter bangsa. Hal ini terlihat dari gaya hidup,

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adnan Hidayat, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adnan Hidayat, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemerdekaan adalah sesuatu yang sangat diharapkan oleh setiap bangsa dimanapun. Suatu bangsa dikatakan merdeka dalam anggapan umum apabila bangsa tersebut

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA Disusun Oleh: Nama : Heruadhi Cahyono Nim : 11.02.7917 Dosen : Drs. Khalis Purwanto, MM STIMIK AMIKOM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,

Lebih terperinci

PANCASILA. Pancasila Merupakan Bagian Matakuliah Pengembangan Kepribadian. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PANCASILA. Pancasila Merupakan Bagian Matakuliah Pengembangan Kepribadian. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis PANCASILA Modul ke: Pancasila Merupakan Bagian Matakuliah Pengembangan Kepribadian Fakultas Ekonomi dan Bisnis Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad XX merupakan sebuah zaman baru dalam politik kolonial yang dengan diberlakukannya politik etis. Politik etis merupakan politis balas budi Kolonial dengan

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Modul ke: A. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI tahun 1945. B. Penjabaran Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD NRI. C. Implementasi Pancasila dalam Pembuatan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. kuatlah yang membawa bangsa ini mewujudkan cita-citanya. Peran serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. kuatlah yang membawa bangsa ini mewujudkan cita-citanya. Peran serta BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan dalam BAB I akan dibahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu kehidupan manusia tidak lepas dari keinginan untuk memiliki seorang keturunan. Keinginan untuk memiliki keturunan atau mempunyai anak merupakan suatu

Lebih terperinci