MAKALAH SEMINAR HASIL PENELITIAN
|
|
- Fanny Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MAKALAH SEMINAR HASIL PENELITIAN HUBUNGAN TURBIDITAS DENGAN STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI MUARA SUNGAI DONAN CILACAP Oleh: Drs Sukiya dan Satino PENDAHULUAN Perairan merupakan salah satu habitat di atas muka bumi yang digunakan sebagai lingkungan hidup bagi organisme aquatik baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Menurut Nybakken (1992), perairan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu perairan tawar dan perairan laut (asin). Diantara kedua perairan tersebut ada daerah yang merupakan percampuran antara perairan tawar dan perairan laut, yang terdapat di muara-muara sungai yang sering disebut daerah estuarin. Ketiga sistem perairan tersebut merupakan suatu ekosistem yang di dalamnya selalu terdapat komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Muara Sungai Donan termasuk ekosistem estuarin yang kondisinya sangat erat hubungannya dengan keadaan iklim, flora, fauna, tataguna lahan serta kegiatan manusia lainya. Sepanjang DAS sekitar muara Sungai Donan merupakan kawasan industri, sedangkan dibagian hulu merupakan daerah pertanian dan perbukitan dengan tekstur tanah halus, sehingga pada musim penghujan terjadi pengikisan dan erosi. Masuknya air tawar dari hulu sungai yang membawa material akibat erosi dan aktivitas pasang air laut serta bongkar muat kapal untuk keperluan industri menyebabkan peningkatan turbiditas (kekeruhan) di perairan Sungai Donan. Menurut Koesoebiono (1980) dalam Pagoray (1998) dan Bougis (1976) tingkat kekeruhan (turbiditas) dal am ekosistem perairan akan berpengaruh tehadap petentrasi cahaya matahari, sehingga dapat menghambat proses fotosintesis fitoplankton, perifiton dan tanaman air lainnya yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas primer. Selain itu, tingkat kekeruhan juga dapat berpengaruh terhadap struktur substrat dasar perairan. Tingginya turbiditas dan lemahnya arus akan memberikan kesempatan materi terlarut lebih cepat mengendap dan membentuk substrat dasar. Struktur substrat dasar yang didominasi oleh lumpur halus akan menjadi media yang cocok untuk hidup dan berkembangnya berbagai jenis cacing yang dapat bersifat mero maupun holo-zooplankton. Menurut Sachlan (1982), kehadiran species cacing tertentu, terutama dari klasis Chaetognata akan berpengaruh terhadap komunitas 1
2 zooplankton, karena Chaetognata merupakan zooplankton yang sangat rakus. Dengan demikian, tingkat kekeruhan mempunyai peran yang sangat penting terhadap komunitas zooplankton. Menurut Sumich (1999); Hutabarat dan Evans (1985), kehadiran zooplankt on dalam ekosistem perairan mempunyai peran yang sangat penting, karena organisme ini sangat disukai oleh berbagai hewan dengan tingkat tropik lebih tinggi. Pentingnya kehadiran zooplankton dalam ekosistem perairan, menyebabkan organisme ini dapat digunakan sebagai indikator terhadap tingkat produktivitas perikanan suatu perairan. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah : Apakah struktur komunitas zooplankton dimuara sungai donan memiliki hubungan dengan banyaknya partikel tersuspensi (turbiditas)? Tujuan Penelitian Penelitian di muara Sunga Donan bertujuan untuk mempelajari hubungan turbiditas dengan struktur komunitas zooplankton Manfaat hasil penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dasar untuk menilai daya dukung perairan muara Sungai Donan terhadap sejumlah besar kehidupan ditinjau dari aspek pakan alaminya. METEODE PENELITIAN a. Populasi penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua species zooplankton yang ditemukan di sepanjang muara Sungai Donan. b. Metode Pengumpulan Data Pengambilan sampel zooplankton dilakukan di tiga stasiun berdasarkan tingkat kekeruhan dan tataguna lahan di sepanjang muara Sungai Donan. Stasiun I terletak disekitar daerah pertanian (hulu Sungai Donan), stasiun II terletak disekitar daerah industri dan setasiun III terletak pada daerah pertemuan antara Sungai Donan dengan Segara Anakan yang merupakan kawasan pengelolaan hutan mangrove. Setiap stasiun dibagi dalam tiga sub-stasiun (sebagai ulangan), dan jarak antar sub-stasiun sekitar 200 meter. Pengambilan sampel pada masing-masing sub-stasiun dilakukan pada 3 tempat yaitu pinggir-tengah-pinggir, kemudian sampel dikomposit. 2
3 Pengambilan sampel dilakukan pada saat pasang purnama dan dilakukan selama tiga bulan denga pengambilan sampel satu kali sebulan. Penentuan waktu pengambilan sampel berkaitan dengan tinggi rendahnya pasang air laut, dengan dibantu oleh data pasang-surut dari pelabuhan Cilacap. Pengambilan sampel plankton dilakukan pada masing-masing stasiun dengan menggunakan planktonet Wisconsin no. 25 yang dilengkapi dengan botol penampung dengan volume 15 ml. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan cara menyaring air sebanyak 339,12 liter dengan menarik planktonet secara vertikal dari dasar perairan (Kramer et al, 1994). Air sampel dalam botol penampung kemudian dipindahkan ke dalam botol sampel dan diawetkan dengan formalin 4% serta diberi label. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Turbiditas Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tingkat kekeruhan (turbiditas) tertinggi pada stasiun II (Tabel 1). Tingginya turbiditas di stasiun II, kemungkinan disebabkan oleh adanya aktivitas transportasi dan aktivitas bongkar muat kapal dari berbagai industri yang beroperasi di sekitar wilayah ini. Hasil penelitian ini apabila dibandingkan dengan Kep-02 / MENKLH / I / 1988 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut, maka turbiditas pada stasiun II berada di atas baku mutu yang diperbolehkan yaitu kurang dari 30 mg/lt. Penyebab tingginya turbiditas pada stasiun II kemungkinan disebabkan karena pengambilan sampel dilakukan pada saat pasang purnama (pasang maksimal) sehingga pertemuan antara air laut dan air tawar dengan volume dan arus yang besar meningkatkan terjadinya kekeruhan pada perairan. Tabel 1. Nilai rata-rata TSS, Nitrat dan Fosfat (mg/lt) pada setiap lokasi sampling selama penelitian No Lokasi TSS Nitrat Fosfat 1 D1 8 0,4825 0, D2 39 0,5175 0, D3 16 0,4660 0,35230 B. Distribusi dan diversitas zooplankton Species zooplankton yang mempunyai penyebaran paling luas adalah dari Crustacea dengan frekuensi kehadiran rata-rata 83,67% pada stasiun I; 96,21% pada 3
4 stasiun II dan 95,60% pada stasiun III. Dari klas Crustacea, Ordo Copepoda kemunculannya mendominasi di semua stasiun pengambilan sampel (tabel 2; 3; 4). Menurut Meadows and Campbell (1993); Sachlan (1982), bahwa dalam ekosistem perairan, Copepoda merupakan zooplankton yang dominan, dengan populasi dapat mencapai 70 90%. Pada penelitian ini, kehadiran tertinggi species dari ordo Copepoda mencapai 95,73% (stasiun II), hal ini kemungkinan disebabkan karena stasiun II memiliki komponen faktor pembatas lebih tinggi dibanding stasiun lain, sehingga hanya species zooplankton tertentu yang dapat hidup dan berkembang. Pada stasiun ini species dari sub-ordo Cyclopoidea memiliki persentase kehadiran cukup tinggi yaitu 80,55%. Menurut Sachlan (1982), Cyclopoidea merupakan anggauta dari Copepoda yang memiliki kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tercemar. Tingginya kemampuan adaptasi dari Cyclopoidea juga ditunjukkan dengan densitas yang tinggi pada stasiun II yaitu sebesar 74,8 invidu/liter, yang merupakan densitas terbesar dari semua zooplankton yang teramati. Besarnya densitas Cyclopoidea inilah yang memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap hubungan positif yang sangat kuat antara turbiditas dengan densitas zooplankton secara keseluruhan (Gambar 1) Value Densitas Value keanekaragaman turbiditas turbiditas Gambar 1. Hubungan turbiditas dengan Gambar 2. Hubungan turbiditas dengan densitas zooplankton indeks diversitas zooplankton C. Keanekaragaman Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Muara Sungai Donan turbiditas memiliki hubungan negatif yang sangat kuat dengan keanekaragaman. Semakin tinggi tingkat turbiditas (kekeruhan) menyebabkan menurunnya keanekara gaman species 4
5 zooplankton (Gambar 2). Kondisi ini disebabkan karena turbiditas dalam ekosistem estuarin merupakan salah satu faktor pembatas utama bagi kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Tingginya turbiditas (kekeruhan) akan menyebabkan menurun nya penetrasi cahaya matahari, sehingga akan menurunkan tingkat produktivitas primer yang berarti juga menurunnya persediaan nutrisi bagi konsumen primer (zooplankton). Tingginya turbiditas di Muara Sungai Donan tidak hanya berasal dari materi organik yang terbawa oleh air laut ataupun dari air tawar yang masuk daerah ini, tetapi juga berasal dari pembuangan limbah berbagai industri yang terdapat di sepanjang DAS. Hanya zooplankton yang memiliki kemampuan adaptasi terhadap tingkat turbiditas dan bahan pencemar yang dapat bertahan dan hidup. Kondisi ini ditunjukkan oleh beberapa species dari sub-ordo Cyclopoidea yang ternyata menunjukan hubungan positif yang sangat kuat dengan turbiditas dan secara nyata menunjukkan peningkatan jumlah species, densitas dan keanekaragamannya akibat terjadinya peningkatan turbiditas (Gambar 3 dan 4) Value Keanekaragaman Cyclopoidea Value Species Cyclopoidea turbiditas turbiditas Gambar 3. Hubungan turbiditas dengan Gambar 4. Hubungan turbiditas dengan diveritas Cyclopoidea kehadiran species Cyclopoidea 5
6 Tabel 2. Densitas, diversitas, dominansi dan frekuensi kehadiran zooplankton di Stasiun I Muara Sungai Donan Cilacap No Jenis Densitas (Ind/lt) Frekuensi (%) H C x 10-3 Rotifera 1 Brachionus plicatilis 1,76 8,17 0,205 6,67 2 Platyas patulus 0,88 4,08 0,131 1,68 3 Brachionus falestis 0,44 2,04 0,078 0,42 Harpacticoidea 4 Microstella norvegica 0,44 2,04 0,078 0,42 Cyclopoidea 5 Nauplius cyclops 4,84 22,45 0,335 50,40 Calanoidea 6 Acartia discaudata 2,64 12,25 0,257 14,99 7 Acartia clausi 0,88 4,08 0,131 1,68 8 Pleuromama gracilis 1,32 6,12 1,710 3,75 9 Temora discaudata 0,44 2,04 0,078 0,42 10 Monostylla lunaris 0,44 2,04 0,078 0,42 11 Nauplius Canthocamptus 1,32 6,12 1,710 3,75 12 N. Calanus 0,88 4,08 0,131 1,68 Centropagidea 13 N. Diaptomus 4,84 22,45 0,335 50,40 Total 21, , ,68 Total Rotifera 3,08 14,29 0,414 8,77 Total Chaetognata Total Harpactioidea 0,44 2,04 0,078 0,42 Total Centropagidea Total Cyclopoidea 4,84 22,45 0,335 50,40 Total Calanoidea 7,92 36,73 4,095 26,69 Total Cirripediea Total Brachyura 4,84 22,45 0,335 50,40 Tabel 3. Densitas, diversitas, dominansi dan frekuensi kehadiran Stasiun II Muara Sungai Donan Cilacap zooplankton di No Jenis Densitas Frekuensi H C x 10-3 Chaetognata 1 Sagita sp 0,88 0,95 0,044 0,09 Harpacticoidea 2 Oithona robusta 2,20 2,37 0,089 0,56 Cyclopoidea 3 Cyclops fuscus 1,32 1,42 0,061 0,20 4 C.. sternus 1,32 1,42 0,061 0,20 5 C.. vinicus 2,64 2,84 0,101 0,81 6 C.. parasinus 15,84 17,06 0,302 29,12 7 C. vimbriatus. 0,44 0,48 0,025 0,02 6
7 8 C. varicana 3,52 3,79 0,124 1,44 9 C. magnus 2,20 2,37 0,089 0,56 10 C. biscupidatus 2,64 2,84 0,101 0,81 11 Eucyclops parasinus 31,68 34,12 0, ,44 12 Eucyclops agrilis 1,76 1,89 0,075 0,36 13 Mesocyclops oithonoides 0,88 0,95 0,044 0,09 14 Nauplius cyclops 10,56 11,37 0,247 12,94 Calanoidea 15 Acartia discaudata 1,32 1,42 0,061 0,20 16 Rhincalanus nasutus 2,20 2,37 0,080 0,56 17 Limnocaes genuine 0,44 0,48 0,025 0,02 18 Heterocarbadus clausi 0,44 0,48 0,025 0,02 19 Neocalanus gracilis 0,44 0,48 0,025 0,02 20 Chiridiella macrodactyla 7,04 7,58 0,196 5,75 Centropagidea 21 Nauplius Diaptomus 2,64 2,84 0,101 0,81 Brachyura 22 Nauplius Balanus 0,44 0,48 0,025 0,02 Total 92, , ,04 Total Rotifera Total Chaetognata 0,88 0,95 0,044 0,09 Total Harpactioidea 2,20 2,37 0,089 0,56 Total Centropagidea 2,64 2,84 0,101 0,81 Total Cyclopoidea 74,8 80,55 1, ,99 Total Calanoidea 11,88 12,81 0,412 6,57 Total Cirripediea Total Brachyura 0,44 0,48 0,025 0,02 Tabel 4. Densitas, diversitas, dominansi dan frekuensi kehadiran zooplankton di Stasiun III Muara Sungai Donan Cilacap No Jenis Densitas Frekuensi H C x 10-3 Harpacticoidea 1 Climnestra scullata 0,44 0,55 0,028 0,03 2 Euterpina acutifrone 6,60 8,24 0,206 6,79 3 Microstella norvegica 6,16 7,69 0,197 5,92 4 Microstella norvegica 3,52 4,39 0,137 1,93 Cyclopoidea 5 Cyclops fuscus 0,88 1,10 0,049 0,12 6 C.. sternus 2,20 2,75 0,099 0,75 7 C.. vinicus 0,44 0,55 0,028 0,03 8 Eucyclops parasinus 7,92 9,89 0,229 9,78 9 Nauplius cyclops 4,40 5,49 0,159 3,02 Calanoidea 10 Acartia erythraea 3,08 3,85 0,125 1,48 11 Acartia discaudata 0,88 1,10 0,049 0,12 12 Acartia clausi 0,88 1,10 0,049 0,12 13 Calanus vulgaris 6,60 8,24 0,206 6,79 14 Monacilla typica 3,52 4,39 0,137 1,93 7
8 15 Chaetanus kruppii 5,72 7,14 0,189 5,10 16 Lucicutia longiserrata 0,44 0,55 0,028 0,03 17 Spinocalanus caudatus 0,44 0,55 0,028 0,03 18 Rhincalanus nasutus 4,84 6,04 0,169 3,65 19 Labidocera drencuntata 1,32 1,65 0,068 0,27 20 Scapocalanus magnus 2,64 3,30 0,112 1,09 21 Eucalanus elongatus 0,88 1,10 0,049 0,12 22 Euchirella maxima 0,44 0,55 0,028 0,03 23 Paracalanus aculeatus 0,44 0,55 0,028 0,03 24 Nauplius Canthocamptus 1,76 2,20 0,084 0,48 Cirripedia 25 Nauplius Balanus tintinabulum 1,32 1,65 0,068 0,27 Brachyura 26 Zoea larva Portunus 0,88 1,10 0,049 0,12 27 Nauplius Lucifer 2,64 3,30 0,112 1,09 Centropagidea 28 Diaptomus sp 0,88 1,10 0,049 0,12 29 Nauplius Diaptomus 7,92 9,89 0,229 9,78 Total 80, ,988 60,95 Total Harpactioidea 16,72 20,87 0,568 14,67 Total Centropagidea 8,80 10,99 0,278 9,90 Total Cyclopoidea 15,54 19,78 0,564 13,70 Total Calanoidea 33,88 42,31 1,349 21,27 Total Cirripedia 1,32 1,65 0,068 0,27 Total Brachyura 8,80 10,99 0,278 1,21 C. Indeks Similaritas Indeks similaritas atau indeks kesamaan digunakan untuk membandingkan kesamaan species yang ditemukan antara dua komunitas. Nilai indeks similaritas yang relatif rendah menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang relatif besar antara species penyusun dari dua komunitas yang dibandingkan. Rata-rata indeks similaritas pada perairan Sungai Donan selama penelitian dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Indek Similaritas (IS) Zooplankton antar stasiun pengambilan sampel (%) Stasiun I II III I - 22,22 27,91 II 22,22-31,37 III 27,91 31,37 - Tabel 5 menunjukkan bahwa indek similaritas antar stasiun pengamatan memiliki nilai yang relatif rendah (< 50%) atau secara nyata terlihat bahwa persentase perbedaan antar stasiun berkisar antara 68,63% 77,78%. Hasil ini dapat dipahami mengingat perbedaan turbiditas, tataguna lahan dan jarak tempat pengambilan sampel 8
9 dari laut terbuka dapat merupakan faktor pembatas bagi kehidupan dan distribusi zooplankton. Perbedaan struktur komunitas zooplankton ditunjukkan oleh munculnya beberapa species pada satu stasiun tetapi tidak ditemukan pada stasiun lain. Species dari Rotifera hanya ditemukan pada stasiun I, hal ini kemungkinan karena stasiun terletak paling jauh dari muara sungai dan dengan turbiditas paling rendah. Species dari Chaetognata hanya ditemukan pada stasiun II yang memiliki turbiditas paling tinggi. Tingginya turbiditas secara langsung maupun tidak dapat menunjukkan struktur substrat dasar. Chaetognata merupakan jenis cacing yang untuk mendukung kehidupannya membutuhkan substrat dasar dengan tekstur yang didominasi oleh lumpur halus dan relatif tebal. Pada penelitian ini hanya ditemukan satu species Chaetognata yaitu Sagita sp dengan densitas yang relatif kecil (0,88 indv/liter). Hal ini kemungkinan disebabkan karena Chaetognata merupakan makanan yang sangat disukai oleh ikan sehingga populasinya juga akan sangat dipengaruhi oleh organisme pemangsa ini (Sachlan, 1982) Cirripedia dan Brachyura hanya ditemukan pada stasiun III. Menurut Sachlan (1982) species dari ordo Cirripedia sebagian besar merupakan parasit pada kepiting dan banyak ditemukan di Segara Anakan bagian barat. Stasiun III terletak pada pertemuan antara muara sungai donan dengan segara anakan bagian timur sehingga species dari ordo Cirripedia masih ditemukan pada stasiun ini meskipun dengan jumlah yang relatif kecil. Sedangkan Brachyura, sebagian besar anggautanya merupakan zooplankton air laut dengan ukuran cukup besar, sehingga mempunyai kemampuan menentang arus dan tidak mudah terbawa masuk ke hulu sungai. Species ini juga sangat peka terhadap kondisi lingkungan perairan yang tercemar (Bougis, 1976; Sachlan, 1982 ). Kondisi inilah yang kemungkinan menyebabkan species dari Brachyura hanya ditemukan pada stasiun III (Tabel 4). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan: 1. Di Muara Sungai Donan Terdapat hubungan yang kuat secara positif maupun negatif antara turbiditas dengan struktur komunitas zooplankton 2. Species dari sub-ordo Cyclopoidea memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik untuk hidup dan berkembang pada lingkungan dengan turbiditas yang sangat tinggi (> 30 mg/lt). 9
10 DAFTAR PUSTAKA Bougis, P Marine Plankton Ecology. American Elsevier Publishing Campany, INC., New York. Hutabarat, S dan Evans, M., Pengantar Oseanografi. VC Press, Jakarta. pp: Kramer, K.J.M.; Uwe, H.B and Richard, M.W., Tidal Estuaries: Manual of Sampling and Analytical Procedures. AA. Balkema. pp: Krebs, J. C., Ecology. The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Harper and Row Publisher, London. pp: Meadows, P.S., and J.I. Campbell An Introduction to Marine Science. 2 nd Edition, Halsted Press, USA. pp: 68 85; Nybakken, J.W., (Terjemahan: H.M. Eidman et al) Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: pp. 6 29; Odum, E.P., Dasar-dasar Ekologi. Edisi ke tiga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta: pp Pagoray, H Pengaruh Pencemaran Lingkungan Industri Terhadap Keanekaragaman Plankton, Gastropoda, Bivalvia pada Komunitas Hutan Mangrove Tepi Kali Donan Cilacap. Ilmu Lingkungan UGM, Yogyakarta Sachlan, M., Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan UNDIP, Semarang: pp Sokal, R.R. dan Rohlf, F.J. Pengantar Biostatistik. 2ed Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. pp: Sudjana, Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Tarsito, Bandung. pp: 5 66 Sumich, J. L., An Introduction to The Biology of Marine Life. 7 th. ed. McGraw- Hill. New York. pp: 73 90; ;
IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR
3 Dhani Dianthani Posted 3 May, 3 Makalah Falsafah Sains (PPs ) Program Pasca Sarjana /S3 Institut Pertanian Bogor Mei 3 Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Dr Bambang Purwantara IDENTIFIKASI
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Ditemukan ada 16 jenis zooplankton di perairan Telaga Jongge yaitu
68 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Ditemukan ada 16 jenis zooplankton di perairan Telaga Jongge yaitu Arcella gibosa, Paramecium caudatum, Nauplius cyclops, Cyclopoid copepodite, Tropocyclops prasinus,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak di Cagar Alam Leuweung Sancang. Cagar Alam Leuweung Sancang, menjadi satu-satunya cagar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Objek dan Lokasi Penelitian 1. Profil Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah jenis zooplankton yang ada di estuari Cipatireman pantai Sindangkerta Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagian besar bumi ditutupi oleh badan perairan. Keberadaan perairan ini sangat penting bagi semua makhluk hidup, karena air merupakan media bagi berbagai
Lebih terperinci2.2. Struktur Komunitas
5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobentos Hewan bentos dibagi dalam tiga kelompok ukuran, yaitu makrobentos (ukuran lebih dari 1,0 mm), meiobentos (ukuran antara 0,1-1 mm) dan mikrobentos (ukuran kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan usaha dibidang sumber daya perairan. Menurut Sarnita dkk. (1998), luas perairan umum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang khas dimana dibentuk dari komunitas pasang surut yang terlindung dan berada di kawasan tropis sampai sub tropis.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komunitas Fitoplankton Di Pantai Balongan Hasil penelitian di perairan Pantai Balongan, diperoleh data fitoplankton selama empat kali sampling yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penentuan kualitas suatu perairan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air kurang memberikan
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI PLANKTON DI ESTUARI KUALA RIGAIH KECAMATAN SETIA BAKTI KABUPATEN ACEH JAYA
KEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI PLANKTON DI ESTUARI KUALA RIGAIH KECAMATAN SETIA BAKTI KABUPATEN ACEH JAYA DIVERSITY AND DOMINANCE OF PLANKTON IN KUALA RIGAIH, ACEH JAYA DISTRICT Rahmatullah 1 *, M. Sarong
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif (Nazir, 1998). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan struktur
Lebih terperinciLaporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Identifikasi Keanekaragaman Molusca Di Pantai Bama
Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Identifikasi Keanekaragaman Molusca Di Pantai Bama BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi Taman Nasional Baluran tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia memiliki banyak hutan
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan di kawasan perairan Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, dimulai dari bulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,
I. PENDAHULUAN Segara Anakan merupakan perairan estuaria yang terletak di pantai selatan Pulau Jawa, termasuk dalam wilayah Kabupaten Cilacap, dan memiliki mangroveestuaria terbesar di Pulau Jawa (7 o
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan Saptosari dan desa Karangasem kecamatan Paliyan, kabupaten Gunungkidul. B. Waktu Penelitian
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG
KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG Sri Handayani dan Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRACT A study of phytoplankton
Lebih terperinciKeanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN
Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta Oleh Arief Setyadi Raharjo M O499014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan mempunyai peran yang sangat besar
Lebih terperinciSTUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI LOMPO KABUPATEN MAROS) Abdul Malik dan Saiful ABSTRAK
STUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI LOMPO KABUPATEN MAROS) Abdul Malik dan Saiful Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, mengalir dari hulu di Kabupaten Simalungun dan terus mengalir ke
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Hampir 71%
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam
TINJAUAN PUSTAKA Benthos Bentos merupakan kelompok organisme yang hidup di dalam atau di permukaan sedimen dasar perairan. Bentos memiliki sifat kepekaan terhadap beberapa bahan pencemar, mobilitas yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi komunitas plankton sampai tingkat genus di Pulau Biawak terdiri dari 18 genus plankton yang terbagi kedalam 14 genera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan karena Indonesia
Lebih terperinciPengelompokkan zooplankton berdasarkan ukurannya dapat dibagi menjadi beberapa kelompok menurut Arinardi et al. (1997), yaitu :
I. PENDAHULUAN Ekosistem perairan terbagi ke dalam dua jenis, yaitu perairan menggenang (lentik) dan perairan mengalir (lotik). Perairan mengalir adalah suatu bentuk perairan tawar yang di dalamnya berarus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telaga merupakan wilayah tampungan air yang sangat vital bagi kelestarian lingkungan. Telaga merupakan salah satu penyedia sumber air bagi kehidupan organisme atau makhluk
Lebih terperinciStruktur Komunitas Zooplankton di Muara Sungai Serang, Jogjakarta
ISSN 0853-7291 Struktur Komunitas Zooplankton di Muara Sungai Serang, Jogjakarta Bayu Adi Pranoto 1 *, Ambariyanto 2, M. Zainuri 2 1 Lulusan Jurusan Ilmu Kelautan, FPIK Universitas Diponegoro, Semarang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan mempunyai kemampaun berenang yang lemah dan pergerakannya selalu dipegaruhi oleh gerakan massa
Lebih terperinciSTRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK
Journal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 19-23 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan zat yang paling banyak terdapat dalam protoplasma dan merupakan zat yang sangat esensial bagi kehidupan, karena itu dapat disebut kehidupan adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. maka lautan merupakan satu-satunya tempat kumpulan organisme yang sangat. besar di planet bumi (Resosoedarmo, dkk, 1990).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permukaan planet bumi ditutupi oleh air asin kurang lebih 71 persen dengan kedalaman air rata-rata 3,8 km 2 dan volume sebesar 1370 X 10 6 km 3. Volume air yang besar
Lebih terperinciPENGUKURAN LONGITUDINAL FAKTOR FISIKA KIMIA KUNCI DI SEGARA ANAKAN
PENGUKURAN LONGITUDINAL FAKTOR FISIKA KIMIA KUNCI DI SEGARA ANAKAN Oleh : Cristin Claudia Trivena. Kaope H1K013004 Kelompok Satu Asisten: Jamalludin JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya akan mineral dengan ph sekitar 6. Kondisi permukaan air tidak selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perairan yang menutupi seperempat bagian dari permukaan bumi dibagi dalam dua kategori utama, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem air laut (Barus, 1996).
Lebih terperinciSungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):
44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk
Lebih terperinciSTRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN INTERTIDAL BUKIT PIATU KIJANG, KABUPATEN BINTAN
STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN INTERTIDAL BUKIT PIATU KIJANG, KABUPATEN BINTAN Lani Puspita Dosen Tetap Prodi Pendidikan Biologi UNRIKA Batam Abstrak Makroozoobenthos adalah salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai berlindung, laguna, dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan rawa) dan perairan lotik yang disebut juga perairan berarus deras (misalnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekosistem air yang terdapat di daratan secara umum dibagi atas dua yaitu perairan lentik yang disebut juga perairan tenang (misalnya waduk, danau, telaga dan rawa) dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah sekitarnya. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara maritim karena sebagian besar wilayahnya didominasi oleh perairan. Perairan ini meliputi perairan laut, payau, maupun perairan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora, fauna maupun makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup memerlukan air tidak hanya sebagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Estuari Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, karena area ini merupakan area ekoton daerah pertemuan dua ekosistem berbeda (tawar dan laut)
Lebih terperinciSTUDI PENDUGAAN STATUS PECEMARAN AIR DENGAN PLANKTON DI PANTAI KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR
STUDI PENDUGAAN STATUS PECEMARAN AIR DENGAN PLANKTON DI PANTAI KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR Andi Kurniawan 1 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang Abstrak: Perairan pantai
Lebih terperinciStudi Makrozoobenthos di Perairan Situ Pamulang
Studi Makrozoobenthos di Perairan Situ Pamulang Edward Alfin, Lin Mas Eva, Nurdeni Fakultas TMIPA Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. edwardalfin@gmail.com ABSTRAK Perubahan lingkungan perairan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sungai adalah tempat berkumpulnya air yang berasal dari hujan yang jatuh di daerah tangkapannya dan mengalir dengan takarannya. Sungai tersebut merupakan drainase
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini
21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan dinamika komunitas plankton
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.
25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014. Tempat penelitian berlokasi di Sungai Way Sekampung, Metro Kibang,
Lebih terperinciII. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan
II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sampel plankton, formalin 40%, MnSO4, KOH-KI,
Lebih terperinciGambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika Perairan 4.1.1 Suhu Setiap organisme perairan mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap perubahan suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air
TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan
3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan Selat merupakan perairan relatif sempit yang menghubungkan dua buah perairan yang lebih besar dan biasanya terletak di antara dua daratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Morotai yang terletak di ujung utara Provinsi Maluku Utara secara geografis berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik di sebelah utara, sebelah selatan berbatasan
Lebih terperincimemiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelecypoda merupakan biota bentik yang digunakan sebagai indikator biologi perairan karena hidupnya relatif menetap (sedentery) dengan daur hidup yang relatif lama,
Lebih terperinciEstimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta
Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta Andhika Rakhmanda 1) 10/300646/PN/12074 Manajamen Sumberdaya Perikanan INTISARI Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam
Lebih terperinciPOSTER KERAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI OGAN, SUMATERA SELATAN 1 Marson 2
POSTER KERAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI OGAN, SUMATERA SELATAN 1 Marson 2 ABSTRAK Sungai Ogan dimanfaatkan penduduk untuk kepentingan sosial dan ekonomi, dampak kegiatan tersebut mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang memiliki luas 240 ha. Pemanfaatan lahan di sekitar Waduk Cengklik sebagian besar adalah
Lebih terperinciKONDISI KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA PROVINSI PAPUA. Triana Mansye Kubelaborbir 1 dan Joselina Akerina 1
The Journal of Fisheries Development, Januari 2015 Volume 1, Nomor 2 Hal : 71-78 KONDISI KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA PROVINSI PAPUA Triana Mansye Kubelaborbir 1 dan Joselina
Lebih terperinciKeanekaragaman Zooplankton di Perairan Kepulauan Togean Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah
Biocelebes, Juni 2010, hlm. 14-20 ISSN: 1978-6417 Vol. 4 No. 1 Keanekaragaman Zooplankton di Perairan Kepulauan Togean Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah Miswan 1) 1) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
Lebih terperinciPENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI BELAWAN MEDAN
Jamaran Kaban Daniel PENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI BELAWAN MEDAN Mayang Sari Yeanny Biologi FMIPA USU Abstract The research about the influence
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan mengalir (lotik) dan perairan menggenang (lentik). Perairan mengalir bergerak terus menerus kearah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukaan bumi sebagian besar ditutupi oleh badan perairaan (Nontji, 2008). Ekosistem perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi penelitian Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Sungai ini bermuara ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sebagai kebutuhan primer setiap manusia dan merupakan suatu komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang kurang baik dapat menyebabkan
Lebih terperinciKELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI PERAIRAN LAGUNA DESA TOLONGANO KECAMATAN BANAWA SELATAN ABSTRAK
Media Litbang Sulteng III (2) : 119 123, September 2010 ISSN : 1979-5971 KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI PERAIRAN LAGUNA DESA TOLONGANO KECAMATAN BANAWA SELATAN Oleh : Madinawati 1) ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciKANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA
KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA Umroh 1, Aries Dwi Siswanto 2, Ary Giri Dwi Kartika 2 1 Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,Perikanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PLANKTON Plankton merupakan kelompok organisme yang hidup dalam kolom air dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas (Wickstead 1965: 15; Sachlan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Mangrove 1. Pengertian Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove mampu tumbuh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari
7 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Estuari Estuari merupakan wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Sebagian besar estuari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan
I. PENDAHULUAN Mangrove adalah tumbuhan yang khas berada di air payau pada tanah lumpur di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN MAKROZOOBENTOS DI PANTAI KARTIKA JAYA KECAMATAN PATEBON KABUPATEN KENDAL
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN MAKROZOOBENTOS DI PANTAI KARTIKA JAYA KECAMATAN PATEBON KABUPATEN KENDAL Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Menempuh Derajat Sarjana S-1 Program Studi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. diantara zona laut yang lainnya. Zona intertidal dimulai dari pasang tertinggi
6 TINJAUAN PUSTAKA Zona Intertidal Daerah intertidal merupakan suatu daerah yang selalu terkena hempasan gelombang tiap saat. Daerah ini juga sangat terpengaruh dengan dinamika fisik lautan yakni pasang
Lebih terperinciKonsentrasi Logam Cd dan Pb Di Sungai Plumbon dan Kaitannya dengan Struktur Komunitas Fitoplankton
G 02 Konsentrasi Logam Cd dan Pb Di Sungai Plumbon dan Kaitannya dengan Struktur Komunitas Fitoplankton Ersan Noviansyah, Siti Rudiyanti* dan Haeruddin Abstrak *Program studi MSP, FPIK, UNDIP Sungai Plumbon
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai merupakan suatu perairan yang airnya berasal dari air tanah dan air hujan, yang mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran tersebut dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Ekosistem mangrove
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN:
KEPADATAN DAN KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR KAWASAN REKLAMASI PANTAI MANADO 1 Phytoplankton Density and Diversity in the Waters around the Reclamation Area in Manado Beach Yulianti E
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia sekitar 3.735.250 ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Makrozoobentos Bentos adalah organisme yang mendiami dasar perairan dan tinggal di dalam atau di permukaan substrat dasar perairan (Odum, 1994). Organisme ini terdiri
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dari bulan Juni Juli 2015.
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dari bulan Juni Juli 2015. Pengambilan sampel dilakukan pada saat awal pergantian musim dari musim
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Waduk Cirata dengan tahap. Penelitian Tahap I merupakan penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir dan laut di Indonesia memegang peranan penting, karena kawasan ini memiliki nilai strategis berupa potensi sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan yang
Lebih terperinciBAB 2 BAHAN DAN METODA
BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan lentik.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem perairan di daratan secara umum dibagi menjadi dua yaitu perairan mengalir atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Tjardhana dan Purwanto,
Lebih terperinciTEKNIK PENGAMBILAN, IDENTIFIKASI, DAN PENGHITUNGAN KELIMPAHAN PLANKTON DI PERAIRAN TELUK JAKARTA
TEKNIK PENGAMBILAN, IDENTIFIKASI, DAN PENGHITUNGAN KELIMPAHAN PLANKTON DI PERAIRAN TELUK JAKARTA Enda Suhenda Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregristasi I tanggal:
Lebih terperinciPANDUAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN OLEH I GEDE SUDIRGAYASA
PANDUAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN OLEH I GEDE SUDIRGAYASA 2014 PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI FP MIPA IKIP SARASWATI TABANAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan, atas limpahan rakhmat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah perairan, perairan tersebut berupa laut, sungai, rawa, dan estuari. Pertemuan antara laut dengan sungai disebut dengan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM
HBNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERHAN PADA PERAIRAN TELK AMBON DALAM PENDAHLAN Perkembangan pembangunan yang semakin pesat mengakibatkan kondisi Teluk Ambon, khususnya Teluk Ambon Dalam (TAD)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jenis kerang yang banyak terdapat di wilayah Kabupaten Cilacap yaitu jenis
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wilayah Kabupaten Cilacap memiliki beragam ekosistem seperti: ekosistem estuarin, ekosistem mangrove, dan pantai berpasir. Hal ini menjadikan Cilacap memiliki
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan
5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh
Lebih terperinciSTRUKTUR POPULASI Assiminiea brevicula PADA ZONA AVICENNIA HUTAN MANGROVE DESA SUNGAI BATANG KABUPATEN OKI. Dewi Rosanti
STRUKTUR POPULASI Assiminiea brevicula PADA ZONA AVICENNIA HUTAN MANGROVE DESA SUNGAI BATANG KABUPATEN OKI Dewi Rosanti e-mail: dwrosanti@gmail.com Dosen Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas PGRI
Lebih terperinciKeanekaragaman dan Kelimpahan Gastropoda Ekosistem Mangrove Desa Lamu Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo
1 Keanekaragaman dan Kelimpahan Gastropoda Ekosistem Mangrove Desa Lamu Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo Yunita Lihawa 1, Femy M. Sahami 2, Citra Panigoro 3 Email : lihawa_y@yahoo.com ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Bintan Pulau Bintan merupakan salah satu pulau di kepulauan Riau tepatnya di sebelah timur Pulau Sumatera. Pulau ini berhubungan langsung dengan selat
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN BUTIRAN SEDIMEN TERHADAP KEANEKARAGAMAN DIATOM BENTIK. Anita Padang *) FPIK Unidar Ambon ABSTRAK
Bimafika, 2010, 2, 129-133 PENGARUH UKURAN BUTIRAN SEDIMEN TERHADAP KEANEKARAGAMAN DIATOM BENTIK Anita Padang *) FPIK Unidar Ambon ABSTRAK Karakteristik sedimen dipengaruhi oleh aktivitas diatom bentik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman makhluk hidup begitu banyak dalam kehidupan di muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya tumbuhan, hewan pun memiliki
Lebih terperinci