BAB VI KESIMPULAN, REKOMENDASI & SARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI KESIMPULAN, REKOMENDASI & SARAN"

Transkripsi

1 BAB VI KESIMPULAN, REKOMENDASI & SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan berdasarkan pertanyaan penelitian utama yakni; mengetahui hubungan antara setting fisik dan pola aktivitas kawasan sebagai penghasil sampah kawasan pantai Baru Pandansimo. Untuk memperjelas hubungan antara setting fisik dan pola aktivitas terhadap sampah kawasan, maka dapat disimpulkan dengan rincian sebagai berikut; Tata Guna Lahan Sebagai Sumber Sampah Dalam kaitannya dengan sampah kawasan maka jenis peruntukan lahan tersebut menghasilkan timbulan sampah dengan rincian sebagai berikut; Peruntukan Lahan Pemukiman mengahsilkan sampah komunal rumah tangga sebanyak 144 kg/hari atau 585 liter/hari. Peruntukan Lahan Peternakan menghasilkan sampah kotoran ternak sebanyak kg/hari atau 400 liter/hari. Peuntukan Lahan Komersil & Wisata Pantai terdiri dari sampah kuliner sebanyak 12,55 kilogram perhari atau 105 liter perhari Setting Fisik & Pola Aktivitas serta Hubungannya dengan Sampah Kawasan Tata Bangunan Pemukiman dan Pola Aktivitas Pembuangan Sampah. Peran tata bangunan pemukiman dan hubungannya dengan pola aktivitas dan perilaku penghuni dalam membuang sampah maka ditemukan empat pola (A,B,C & D) yang merupakan pola aktivitas penghuni dalam pembuangan sampah pada lingkungan fisik (lahan kosong/pekarangan) yang terbentuk dari setting fisik tata bangunan. 175

2 Tabel 6.1 Karakteristik Pola Perilkau Pembuangan Sampah oleh Warga pada Lingkungan Fisik Area Perkampungan. Pola Tata Massa Bangunan Pemukiman Pola Tata Massa Bangunan Pola Pembuangan sampah Jumlah Tipe dan Titik A - Tata masa bangunan berada pada bidang tanah yang tidak cukup luas. - Orientasi Banguan menghadap jalan. - Pola ruang yang terbentuk: pekarangan pada sisi depan bangunan. - Sampah dikumpulkan dan dibakar pada bagian depan pekarangan yakni pada sisi kiri/kanan pekarangan. ± 6 hunian dengan terdapat 8 titik pembuangan. B - Tata masa bangunan berada pada bidang tanah yang cukup luas. - Orientasi Banguan menghadap jalan. - Pola ruang yang terbentuk: pekarangan cukup luas pada sisi kiri/kanan bangunan. - Sampah dikumpulkan dan dibakar pada pekarangan pada sisi kiri/kanan bangunan dengan tujuan mengurangi kesan visual terhadap sampah. ± 10 hunian dengan terdapat 11 titik pembuangan. C - Tata masa bangunan berada pada bidang tanah yang tidak cukup luas dan terdiri dari beberapa masa bangunan (tetangga) - Orientasi Banguan menghadap jalan. - Pola ruang yang terbentuk: ruang bersama (halaman) diantara bangunan - Sampah dikumpulkan dan dibakar pada halaman antara bangunan; bersifat sharing lokasi pembuangan sampah bersama. ± 1 hunian dengan terdapat 2 titik pembuangan. D - Tata masa bangunan berada pada bidang tanah yang tidak cukup luas. - Orientasi Banguan menghadap jalan, bersinggungan langsung dengan halaman kosong disisi kiri/kanan. - Pola ruang yang terbentuk: ruang terbuka (lahan kosong) pada sisi kiri/kanan bangunan. - Sampah dikumpulkan dan dibakar pada lahan kosong tersebut dan terkadang menjadi lokasi pembuangan sampah bersama. ± 5 hunian dengan terdapat 6 titik pembuangan. 176

3 Tata Bangunan Komersil & Pola Aktivitas Pembuangan Sampah Pola tata massa bangunan komersil dan kaitnya dengan pola perilaku pembuangan sampah yang dilakukan oleh pedagang kaitannya dengan sebaran titik penimbunan dan pembakaran sampah maka ditemukan 2 Pola utama (A & B) dimana pola ini menunjukan sebaran titik pembuangan dan penimbunan sampah oleh perilaku pedagang cenderung dilakukan disekitar bangunan komersil dikarenakan faktor keterbatasan ketersediaan fasilitas tempat sampah pada warung kuliner. Secara umum ditemukan sebayak 32 titik dengan rincian sebagai berikut; Tabel 6.2 Karakteristik Pola Perilkau Pembuangan Sampah pada Lingkungan Fisik Bangunan Area Wisata Pola Tata Massa Bangunan Pemukiman PolaTata Massa Bangunan Pola Pembuangan sampah Jumlah Tipe dan Titik A - Tata masa bangunan singel linear dan sejajar dengan jalan. - Orientasi Banguan menghadap jalan. - Pola ruang yang terbentuk: adanya ruang antara tiap bangunan komersil. - Sampah dikumpulkan dan dibakar pada ruang antara bangunan tersebut. terdapat 17 titik pembuangan dan pembakaran sampah B - Tata masa bangunan singel linear dan sejajar mengikuti garis pantai. - Orientasi Banguan menghadap ke pantai. - Pola ruang yang terbentuk: ruang luar yang luas dan beragam dan bersinggunga dengan elemen hijau (pohon cemara udang). - Sampah dikumpulkan dan ditimbun pada area sekitar bangunan (dominasi disekitar pohon cemara udang) terdapat 15 titik pembuangan dan pembakaran sampah 177

4 Hubungan Pola Aktivitas dan Sampah Kawasan. Dengan teknik overlay peta antara peta sebaran aktivitas pengunjung (aktivitas pada ruang luar) dan sebaran titik pembuangan sampah pengunjung pada area wisata ditemukan bahwa; pola aktivitas statis (kumpul duduk makan) berhubungan dengan jumlah lokasi sebaran sampah yakni sebanayak 34 titik sebaran. Sedangkan pola aktivitas dinamis (bergerak bermain-main, dsb) cenderung tidak menghasilkan sebaran sampah Ketersediaan Fasilitas Fisik Penanganan Sampah Area Komersil Dengan teknik overlay peta antara peta sebaran tempat sampah area wisata dan peta titik pembuangan sampah kawasan wisata maka diperoleh; Titik pembuangan sampah baik yang dilakukan oleh pedagang maupun oleh pengunjung nyatanya masih termasuk dalam area jangkauan dari titik penempatan tempat sampah. Penumpukan sampah disekitar area penempatan tempat sampah dikarenakan kapasitas (volume) dalam menampung sampah tidak mencukupi atau tempat sampah yang tersedia telah penuh sehingga sampah ditimbun pada lokasi disekitarnya Ruang Terbuka (Open Space) dan Pola Sebaran Sampah Kawasan Dengan melakukan teknik overlay peta maka diperoleh kesimpulan terhadap ruang terbuka dan sampah kawasan yakni; Overlay peta ruang terbuka pasif pada area pemukiman dan peta sebaran titik pembuangan sampah area pemukiman menunjukan bahwa; ruang pasif yang berbentuk berupa halaman/pekarangan/lahan kosong dengan nilai akitivitas dan interaksi sosial yang rendah mengakibatkan area tersebut 178

5 menjadi lokasi penimbunan/pembuangan sampah dan dilakukan oleh penghuni pada area pemukiman. Overlay peta ruang terbuka aktif area wisata dan peta sebaran titik pembuangan sampah area wisata (oleh pengunjung dan pedagang) menunjukan bahwa; tingginya aktivitas wisata yang berlangsung pada ruang terbuka aktif lokasi wisata maka aktivitas tersebut cenderung menghasilkan sebaran sampah disekitar area wisata Jaringan Jalan dan Sumber Limbah Udara Kawasan Dalam kaitannya dengan permasalahan limbah khususnya limbah udara (gas buangan kendaraan) maka aktivitas kendaraan bermotor menghasilkan gas buangan sebesar gram/km (masih dibawah ambang batas yakni gram/km) namun kondisi ini akan terus meningkat setiap tahun dikarenakan kenaikan jumlah pengunjung yang konstan akan beriringan dengan peningkatan jumlah pemakaian kendaraan untuk mengakses kawasan Tata Vegetasi dan Sampah Daun Cemara Udang Analisis terhadap tata hijau kawasan maka elemen hijau yang ditinjau berupa Ruang Terbuka Hijau (Persawahan dan Perkebunan), serta tata hijau berbentuk liniear maupun berkelompok. Dalam kaitannya dengan sampah kawasan maka tata vegetasi yang dianalisis berupa tata vegetasi pohon Cemara Udang yang menghasilkan jumlah timbulan sampah organik dedaunan sebanyak 264 liter/hari dan ditemuia disepanjang lokasi pantai Signage dan Perilaku Pembunagan Sampah Dalam kaitannya dengan sampah kawasan maka fungsi signage sebagai statutory yakni memberikan informasi atau himbauan terhadap perilaku pembuangan sampah pada tempatnya masih mengalami permasalahan diantaranya berupa faktor kekurangan jumlah signage, 179

6 kondisi fisik signage serta bentuk desain dari signage yang kurang mencolok atau menarik secara fisual. Secara umum maka hubungan antara setting fisik kawasan dan pola aktivitas dapat disimpulkan secara sederhana pada matriks hubungan berikut ini; Gambar Matriks Hubungan Setting Fisik, Pola Aktivitas dan Jenis Sampah Kawasan. 180

7 6.2. Rekomendasi Rekomendasi Umum Rekomendasi yang diberikan adalah guna menjawab pertanyaan penelitian (2) Seperti apa arahan penataan Master Plan kawasan pantai Baru Pandansimo berkonsep Zero Waste (nir-limbah). Adapun rekomendasi umum yang diusulkan adalah mempertimbangkan hasil temuan penelitian yakni dengan melihat konteks permasalahan dan potensi kawasan sehingga dihasilkan rekomendasi yang lebih tepat. Secara umum maka ditemukan dasar-dasar pertimbangan yang akan diguanakan sebagai acuan dalam memberikan usulan berupa arahan desain atau guidelines sebagai berikut; 1) Menguatkan keberadaan elemen-elemen fisik pembentuk kawasan pantai Baru Pandansimo dengan pertimbangan pengolahan potensi dan permasalahan sampah kawasan. 2) Merancang arahan desain tentang pengolahan sampah dan limbah dengan konsep zero waste. 3) Merencanakan penyediaan fasilitas fisik pelayanan dan pengolahan sampah Rekomendasi Khusus (Guidelines) Rekomendasi khusus adalah berupa arahan-arahan spesifik terhadap arahan setting fisik dan aktivitas kawasan, arahan fasilitas fisik penanganan sampah dan arahan pengolahan dan pengangkutan sampah yang kesemuanya berkaitan dengan konsep zero waste kawasan. Berikut adalah rincian dari arahan penataan kawasan; Arahan Setting Fisik Kawasan. Tabel 6.3. Rekomndasi Arahan Penataan Kawasan Pantai Baru Pandansimo. Elemen Arahan Tata Guna Lahan Arahan Tata Guna lahan diarahkan dan disesuaikan dengan peruntukan lahan. Arahan Konsep peruntukan lahan secara umum yakni terdiri dari konsep kawasan wisata diantaranya wisata pedesaan (eco village), wisata edukasi 181

8 (techno-park) dan wisata bahari (waterfront area). Tata Bangunan Arahan Tata Bangunan Pemukiman; - Penataan bangunan pemukiman dengan mempertahankan karakteristik area pedesaan. - Pertumbuhan bangunan diarahkan dengan konsep rumah tumbuh (horizontal). - Tata massa bangunan diorientasikan pada ruang terbuka bersama (comunnal space) sehingga membentuk inercore dimana kurang lebih 7-10 hunian atau setiap cluster memiliki 1 ruang bersama. - Setiap bangunan disediakan tempat sampah individu untuk mewadahi sampah rumah tangga (minimal 2 jenis tempat sampah organik & anorganik) - Setiap radius meter disediakan bak sampah komunal. Arahan Tata Bangunan Komersil. - Penataan bangunan komersil disesuaikan dengan fungsi kawasan wisata. - Jarak penataan bangunan komersil garis sepadan pantai yakni antara meter dari garis pantai. - Setiap bangunan komersil disediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah kuliner (minimal 2 jenis tempat sampah organik & anorganik) - Setiap radius 50 meter disediakan tempat sampah khusus area wisata (terdiri dari 3 jenis wadah sampah; plastik-organik-kertas). Jaringan Jalan Jalur Pedestrian Mengintegrasikan jaringan jalan dengan menghubungkan jaringan jalan yang terputus serta memperkuat ending point jalan dengan elemen pelengkap. Arahan Penataan konsep zero caron dengan pengadaan sistem car free zone diantara; - Penyediaan kantong-kantong parkir kendaraan (bus, mobil, sepeda motor) yang disesuaikan dengan radius kenyamanan pejalan kaki yakni 400 meter. - Penataan sirkulasi jalur sepeda (bike routes) sebagai satu-satunya moda transportasi didalam kawasan dengan sistem rental. Lokasi peminjaman sepeda berada sedekat mungkin dengan lokasi parkir kendaraan bermotor (interchanges moda). - Lajur sepeda mengikuti lajur jalan dengan penandaan jalur yang jelas (penandaan dengan elemen warna) - Lokasi parkir sepeda disediakan disetiap lokasi wisata atau tempattempat yang menjadi generator aktivitas. Arahan penataan jalur pedestrian disediakan pada jalur akses utama dalam kawasan dengan rincian; - Lebar jalur pedestrian 2 meter. - Berada pada sisi kiri dan kanan jalan. - Setipa penghubung antara jalur pedestrian yang memotong jalan kendaraan dilengkapi dengan jalur penghubung (lebar 4 mmeter) 182

9 - Jalur pedestrian diarahkan menuju lokasi wisata atau menuju generator aktivitas kawasan. - Setiap jarak meter disediak tempat sampah khusus pedestrian (minimal 2 jenis wadah organik & anorganik) - Dilengkapi dengan elemen pelengkap seperti signage, bangku, lampu dan lainnya) Ruang Terbuka Tata Vegetasi Sigange Arahan penataan ruang terbuka dikhususkan pada fungsi ekologis dan sosial. Penataan ruang terbuka pada area pemukiman sebagai communal open space. Setiap segmen area pemukiman minimal 1 communal open space. Setiap ruang terbuka dilengkapi dengan fasilitas pewadahan sampah berupa tempat sampah (minimal 2 jenis wadah). Arahan penataan tata vegetasi dengan pengadaan jalur vegetasi sebagai green corridor pada setiap jalan utama. Jenis vegetasi disesuaikan dengan fungsi tanaman yakni sebagai pengarah, peneduh, climate control, dan liannya. Jalur vegetasi selalu dihubungkan dengan ruang terbuka hijau seperti pekarangan, perkebunan dan lainnya). Jenis dan fungsi signage; sebagai pengarah, penujuk, informasi dan sebagainya. terutama untuk signage dengan fungsi himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya. Kondisi fisik; tidak mudah rusak. Jumlah signage dan lokasi penempatan disesuaikan dengan kebutuhan kawasan. Desain signage; mencolok secara fisual, menarik dan jelas dan mudah dibaca Arahan Penerapan Prinsip 3R Arahan kegiatan pengolahan sampah dengan prinsip 3R dikategorikan kedalam area perumahan, fasilitas umum dan area komersil antara lain sebagai berikut; Tabel 6.4. Arahan Pengerjaan 3R pada Area Wisata Pantai Baru Pandansimo Penanganan 3R Reduce Contoh Cara Pengerjaan Penghuni dan Pengunjung membiasakan bawa tas belanja dari rumah Pengunjung diharuskan meminjam tas/kantong daur ulang yang telah disediakan oleh pengelola wisata dan akan dikembalikan pada saat telah seselai berwista. Kantong/tas yang dipinjamkan dikembalikan dengan sampah didalamnya, sehingga dapat ditukarkan untuk membayar parkir kendaraan. Pengunjung diharuskan membawa botol minum isi ulang. 183

10 Reuse Recycle Pedagang diharuskan menggunakan bahan daur ulang dari kertas, plastik, dan lain sebagainya yang dapat digunakan untuk keperluan jasa komersil. Menggunakan daun pisang sebagai bahan pembungkus makanan. Menyajikan makanan/minuman dengan piring/gelas. Gunakan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkkan untuk produk lain, seperti pakan ternak Penggunaan Kemasan Plastik Untuk Polibag seperti kantong plastik dapat digunakan sebagai pengganti pot untuk tanaman/ penghijauan pada area pemukiman Pandansimo. Kaleng bekas untuk pot bunga; gelas air mineral untuk tempat pembibitan tanaman. Menjual produk-produk hasil daur ulang sampah dari area pemukiman dan area wisata (seperti kertas, plastik, dll) sebagai hasil kerajinan tangan sekaligus sebagai souvenir khas pandansimo. Berilah insentif kepada pengunjung pandansimo yang membeli barang hasil daur ulang sampah. Pengolahan sampah organik (sisa makanan kuliner) sebagai pupuk kompos maupun sebagai pelet ikan. Membuat tempat sampah komunal dari bahan bekas seperti drum bekas, ban bekas yang diolah dengan nilai estetis. Gabus styrofoam menjadi bataco dan pot bunga Arahan Pewadahan Sampah Arahan berupa pewadahan tempat sampah maka diklasifikasikan sesuai dengan sumber sampah. Secara umum penggunaan elemen warna untuk membedakan ketiga jenis tempat sampah yaitu: Warna hijau untuk sampah organik Warna kuning untuk sampah anorganik Warna merah untuk sampah berbahaya/b3 Tabel 6.5. Arahan Penwadahan Sampah Pada Kawasan Berdasarkan Sumber Sampah. Sumber sampah Daerah perumahan Pasar Jenis pewadahan Kantong plastik/kertas, volume sesuai yang tersedia di Pasaran Bak sampah permanen, ukuran bervariasi, biasanya dari Daerah perumahan pasangan Bin plastik/tong, volume Iiter, dengan tutup. Bin/tong sampah, volume Iiter Bin plastik, volume Iiter dengan tutup dan memakai roda. 184

11 Gerobak sampah, volume 1,0 m3. Kontainer dari Armroll kapasitas 6 10 m3. Bak sampah. Bangunan Komersil Kantong plastik, volume bervariasi. Pertokoan - Bin plastik/tong, volume Iiter. Bin plastik, volume liter dgn roda. Tempat umum, jalan dan Bin plastik/tong volume Iiter, yang dipasang secara taman permanen. Bin plastik, volume It dengan roda. (Sumber: Draft 2 NSPM -Teknik Lingkungan ITB -Agustus 2006 Pengelolaan Sampah 3R) Arahan Pengolahan Sampah dan Limbah Kawasan dengan Konsep Zero Waste. Arahan pengolahan sampah dan limbah kawasan adalah dengan tujuan untuk menolah sampah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis sekaligus sebagai upaya menekan jumlah timbulan sampah kawasan. Adapun arahan pengolahan dapat dilihat pada bagan di bawah ini; Gambar Bagan Alur Pengolahan Sampah dan limbah Kawasan Pantai Baru Pandansimo 185

12 Arahan Pengangkutan dan Pengolahan Sampah Arahan pengangkutan sampah diperlukan alat pengumpulan dan pengangkutan sebagai berikut : 1) Strategi pengangkutan sampah berdasarkan jenis sampah; Penjadwalan waktu pengumpulan, dimana sampah mudah membusuk hendaknya diangkut paling lama 2 hari sekali, sedang sampah non-hayati (anorganik) diangkut dengan frekuensi seminggu sekali. Sampah Plastik; sampah diangkut dari setiap tempat sampah di setiap sumber sampah yang kemudian dikumpulkan dan dipilah pada rumah pilah sampah. pemilahan dilakukan untuk memilah sampah plastik yang dapat dijual langsung ataupun sampah plastik yang harus diolah menjadi produk. Sampah Daun Cemara Udang; Penyapuan sampah daun cemara dilakukan oleh petugas kebersihan yang kemudian diangkut dan dikumpulkan pada rumah komposting yang mana akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos. Sampah Kuliner; Sampah kuliner berupa sisa makan pada tempat sampah diangkut dari setiap warung kuliner kemudian dikumpulkan pada rumah komposting juga yang berfungsi sebagai wadah untuk mengeringkan jenis sampah ini untuk pembuatan pakan ikan. Sampah Kotoran Ternak; Jenis sampah ini cukup dekat dengan lokasi rumah komposting sehingga alurnya adalah sampah diangkut untuk bahan baku pembuatan biogas dan pupuk kompos. 2) Alat pengumpul sampah dapat dilaksanakn dengan berbagai cara diantaranya; Alat pengumpul tradisional, seperti gerobak dan beca sampah. Alat pengumpul bermotor, seperti motor sampah. 186

13 Peta Peta Arahan Penataan Gambar. 6.3 Arahan Master Plan Pantai Baru Pandansimo 187

14 Gambar. 6.4 Peta Arahan Penempatan Tata Guna Lahan 188

15 Gambar. 6.5 Peta Arahan Jaringan Jalan & Sirkulasi 189

16 Gambar. 6.6 Peta Arahan Konsep Car Free Zone 190

17 Gambar. 6.7 Peta Arahan Ruang Terbuka & Tata Vegetasi 191

18 Gambar. 6.8 Peta Arahan Jalur Pedestrian 192

19 Gambar. 6.9 Peta Arahan Alur Pengangkutan dan Pengolahan Sampah Kawasan 193

20 Gambar Peta Arahan Ruang Penempatan Tempat Sampah pada Area Wisata 194

21 Gambar Peta Arahan Penempatan Tempat Sampah Pada Area Pemukiman 195

22 Gambar Suasana Kawasan Pantai Baru Pandansimo 196

23 6.3. Saran Dalam memperkuat dan mengembangkan hasil penelitian ini ke depan jika diteliti dengan topik yang sama, maka dapat disarankan dengan penambahan beberapa aspek, yaitu: 1. Studi tentang pengolahan sampah yang lebih mendalam hal menejemen pengolahan sampah yang lebih baik sehingga mengarah pada implementasi pengolahan sampah kawasan yang berciri khas kawasan tepi pantai. 2. Kajian mengenai penataan kawasan dengan menambahkan unsur keterhubungan lain selain setting fisik dan pola aktivtas sehingga didapatkan keterhubungan permasalahan sampah yang lebih mendalam. 197

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampah merupakan salah satu penyebab kerusakan lingkungan di berbagai wilayah termasuk Indonesia. Menurut Ramang, R, dkk. (2007) permasalahan sampah tidak dapat terelakkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

PENATAAN PERMUKIMAN NELAYAN MENUJU KAWASAN ZERO WASTE (Studi Kasus: Permukiman Nelayan Gudang Lelang Bandar Lampung)

PENATAAN PERMUKIMAN NELAYAN MENUJU KAWASAN ZERO WASTE (Studi Kasus: Permukiman Nelayan Gudang Lelang Bandar Lampung) PENATAAN PERMUKIMAN NELAYAN MENUJU KAWASAN ZERO WASTE (Studi Kasus: Permukiman Nelayan Gudang Lelang Bandar Lampung) Roswita Rensa Susanto Magister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Katolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sektor pariwisata di suatu daerah akan menarik sektor lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sektor pariwisata di suatu daerah akan menarik sektor lain untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata menjadi salah satu hal yang penting bagi suatu daerah karena berkembangnya sektor pariwisata di suatu daerah akan menarik sektor lain untuk berkembang. Berkembangnya

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia tidak bisa dilepaskan dari suatu benda. Benda ini ada yang dapat digunakan seutuhnya, namun ada juga yang menghasilkan sisa

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan pantai merupakan suatu kawasan yang spesifik, dinamis, kaya keanekaragaman hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan pantai ini sangat

Lebih terperinci

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 1. Latar Belakang Sampah yang menjadi masalah memaksa kita untuk berpikir dan

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

BAGIAN 6 PEWADAHAN, PENGUMPULAN DAN PEMINDAHAN

BAGIAN 6 PEWADAHAN, PENGUMPULAN DAN PEMINDAHAN BAGIAN 6 PEWADAHAN, PENGUMPULAN DAN PEMINDAHAN Bagian ini menjelaskan aktivitas teknik operasional persampahan, mulai dari pewadahan sampai ke transfer. Dijelaskan tentang jenis dan pola pewadahan, serta

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Terkait dengan pertanyaan penelitian akan kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi walkability menjadi acuan dalam proses menganalisa dan pembahasan,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011 Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011 KATA PENGANTAR Bertambahnya produksi sampah diberbagai kota dewasa ini tidak lepas dari perubahan pola hidup

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) Disampaikan oleh: DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN KENDAL 2016 Dasar hukum Pengelolaan Sampah Undang undang no. 18 tahun 2008 ttg Pengelolaan

Lebih terperinci

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin. 1. DEFINISI SAMPAH Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara di dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar mengacu kepada tema yang telah diusung yaitu Ekspos Arsitektur untuk Rakyat, dalam tema ini arsitektur haruslah beradaptasi dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga Oleh : Dra. MH. Tri Pangesti, M.Si. Widyaiswara Utama Balai Diklat Kehutanan Bogor Pendahuluan Desa Rumpin merupakan salah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 2008, bertempat di beberapa TPS pasar di Kota Bogor, Jawa Barat yaitu pasar Merdeka, pasar Jl. Dewi

Lebih terperinci

POTENSI PENERAPAN PRINSIP 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG

POTENSI PENERAPAN PRINSIP 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG Spectra Nomor 22 Volume XI Juli 2013: 24-31 POTENSI PENERAPAN PRINSIP 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG Puji Ariyanti Sudiro Program Studi Teknik Lingkungan

Lebih terperinci

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK 6.1. Pewadahan Sampah Pewadahan individual Perumahan Cipinang Elok pada umumnya dibagi menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA) KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA) Oleh : Shinta Dewi Astari 3308 202 006 Dosen Pembimbing : I.D.A.A Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D. PROGRAM

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari instansi yang terkait dengan penelitian, melaksanakan observasi langsung di Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

1.9. Kerangka Pemikiran BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Sampah Pengertian Sampah

1.9. Kerangka Pemikiran BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Sampah Pengertian Sampah Daftar Isi Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Kata Pengantar... iii Halaman Persembahan... iv Daftar Isi... v Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... ix Daftar Diagram... xiii Abstrak... xiv Abstract...

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka didapatkan hasil kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut: A. KESIMPULAN Perkembangan kegiatan pariwisata menimbulkan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 organik dan anorganik

Gambar 2.1 organik dan anorganik BAB II SAMPAH DAN TEMPAT SAMPAH 2.1 Pembahasan 2.1.1 Pengertian Sampah Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia,dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisa terhadap 22 Kelurahan di

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PENGELOLAAN PASAR BERSIH SEHAT INDAH DAN TERATUR DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, DAN PEDAGANG

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 Standar Kompetensi 2. Memahami sumberdaya alam Kompetensi Dasar 2.3.

Lebih terperinci

6.1 Peruntukkan Kawasan

6.1 Peruntukkan Kawasan 6.1 Peruntukkan Kawasan BAB VI RBAN DESIGN GIDELINES Peruntukan kawasan di Sempadan Sungai Jajar ditentukan dengan dasar : 1. Hasil analisis zoning 2. Karakteristik penggunaan lahan Peruntukkan kawasan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Perancangan Wisata Bahari Di Pantai Boom Tuban ini merupakan sebuah rancangan arsitektur yang didasarkan oleh tema Extending Tradition khususnya yaitu dari

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman. yang telah ditentukan masyarakat bersama. V.1.2 Kapasitas Lahan Permukiman

BAB V ANALISIS. V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman. yang telah ditentukan masyarakat bersama. V.1.2 Kapasitas Lahan Permukiman 84 BAB V ANALISIS V.1 Fisik Lahan Permukiman V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman Lahan Permukiman Dusun Ngentak berada diatas lahan yang memiliki kemiringan

Lebih terperinci

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan 6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan Hasil dalam perubahan kawasan dapat dilihat berdasarkan teori-teori yang digunakan pada perencanaan ini. Dalam hal perancangan kawasan ini menggunakan teori yang sangat

Lebih terperinci

Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua. By. M. Abror, SP, MM

Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua. By. M. Abror, SP, MM Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua By. M. Abror, SP, MM Tema utama Pengolahan sampah Program kali bersih Biopori Lahan sempit dan lahan tidur Pengembangan desa wisata Lingkungan adalah???????????

Lebih terperinci

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang

Lebih terperinci

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG Pengolahan Sampah Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember 2017 PENDAHULUAN Latar Belakang: Penanganan sampah/problem tentang sampah khususnya di daerah perkotaan belum bisa teratasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dan merupakan tempat hidup mahluk hidup untuk aktivitas kehidupannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ 3306 100 086 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN SAMPAH, PERIZINAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH, DAN KOMPENSASI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aksesibilitas 2.1.1. Pengertian Aksesibilitas Jhon Black mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan pencapaian lokasi dan hubungannya satu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DESAIN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENGOMPOSAN SAMPAH

BAB V KONSEP DESAIN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENGOMPOSAN SAMPAH BAB V KONSEP DESAIN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENGOMPOSAN SAMPAH 5.1. Konsep Umum Konsep desain perencanaan dan perancangan Pusat Pengomposan Sampah (PPS) Kota Yogyakarta ini menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare BAB VI HASIL PERANCANGAN Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare berdasarkan tema ekowisata, konsep belajar dan bermain bersama alam dan wawasan keislaman menghasilkan perancangan

Lebih terperinci

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Sampah dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan jumlah

Lebih terperinci

PENGERTIAN GREEN CITY

PENGERTIAN GREEN CITY PENGERTIAN GREEN CITY Green City (Kota hijau) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial

Lebih terperinci

PARAMETER ISIAN GREEN SCHOOL AWARD No Komponen Pengukuran/Indikator Keterangan. 1 Jumlah murid masukkan angka. 2 Jumlah guru masukkan angka

PARAMETER ISIAN GREEN SCHOOL AWARD No Komponen Pengukuran/Indikator Keterangan. 1 Jumlah murid masukkan angka. 2 Jumlah guru masukkan angka PARAMETER ISIAN GREEN SCHOOL AWARD 201 SUMBER DAYA MANUSIA 1 Jumlah murid 2 Jumlah guru 3 Jumlah tenaga administrasi Jumlah tenaga kebersihan Pelatihan yang pernah diikuti guru / karyawan terkait pelestarian

Lebih terperinci

BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat

BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat Permasalahan sampah Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang sangat kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar memakai konsep

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB III DESKRIPSI PROYEK 38 3.1 Gambaran Umum BAB III DESKRIPSI PROYEK Gambar 3. 1 Potongan Koridor Utara-Selatan Jalur Monorel (Sumber : Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014) Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

BAB III PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA CIREBON DALAM PENGOLAHAN SAMPAH TAHUN 2016

BAB III PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA CIREBON DALAM PENGOLAHAN SAMPAH TAHUN 2016 BAB III PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA CIREBON DALAM PENGOLAHAN SAMPAH TAHUN 2016 Kota Cirebon memiliki luas wilayah administratif yang relatif sempit dibandingkan dengan Kota-Kota lainnya di Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pada Pasal 1 butir (1) disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan seharihari manusia dan/atau

Lebih terperinci

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 Environmental Engineering ITB - 2010 KELOMPOK 2 Dian Christy Destiana 15308012 Vega Annisa H. 15308014 Ratri Endah Putri 15308018 M. Fajar Firdaus 15308020 Listra Endenta

Lebih terperinci

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar Pesatnya pembangunan perkotaan tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi berkembangnya kota tersebut tetapi juga menimbulkan dampak

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

GAYA HIDUP RAMAH LINGKUNGAN

GAYA HIDUP RAMAH LINGKUNGAN GAYA HIDUP RAMAH LINGKUNGAN Kenapa PEDULI LINGKUNGAN? Kelangsungan hidup manusia bergantung pada keutuhan lingkungannya. Keutuhan lingkungan ergantung pada kearifan manusia dalam mengelolanya. Maka setiap

Lebih terperinci

BAB III STUDI LITERATUR

BAB III STUDI LITERATUR BAB III STUDI LITERATUR 3.1 PENGERTIAN LIMBAH PADAT Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organic dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Sampah Sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Berdasarkan istilah lingkungan untuk manajemen, Basriyanta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Bandung tepatnyadi Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Objek wisata ini berdiri

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR SALINAN LAMPIRAN I B PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 37 TAHUN 2009 TANGGAL : 31 Desember 2009 PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR 1. Latar Belakang Salah satu upaya dalam rangka pengendalian

Lebih terperinci

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT 1. Nama Responden : 2. Jenis Kelamin : 3. Umur : a) Usia Produktif

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PERENCANAAN

BAB III METODE PERENCANAAN BAB III METODE PERENCANAAN 1.1 Wilayah Perencanaan Perencanan TPST ini berlokasi di Kelurahan Pemurus Dalam yang terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia.

Lebih terperinci

PEWADAHAN, PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH

PEWADAHAN, PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH PEWADAHAN, PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH A. PEWADAHAN SAMPAH 1. Pendahuluan Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke tempat

Lebih terperinci

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian Mulai Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik Analisis Kondisi Aktual Menentukan stakeholder sistem Kondisi Saat Ini Menentukan kebutuhan stakeholder sistem Ya

Lebih terperinci

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik MAKALAH PROGRAM PPM Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP.19720202 200501 2 001 Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA

B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan Rumah yang tidak mendapat akses menuju jalan utama lingkungan maupun jalan penghubung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama BAB V PEMBAHASAN 5.1 Temuan Utama 5.1.1 Manfaat Pada penelitian ini, penulis membuat skenario menjadi 3 (tiga) beserta manfaatnya, yaitu sebagai berikut: Skenario A Skenario A atau Pengurangan Sampah (Reduce),

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Berangkat dari permasalahan utama pada bab sebelumnya disimpulkan tiga kata kunci yang mendasari konsep desain yang akan diambil. Ketiga sifat tersebut yakni recycle, community

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii RIWAYAT HIDUP... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENLITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari developer Perumahan Cendana

BAB IV HASIL PENLITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari developer Perumahan Cendana 35 BAB IV HASIL PENLITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Berdasarkan data yang diperoleh dari developer Perumahan Cendana jumlah rumah yang ada di perumahan ini yaitu sebanyak 46 rumah, namun

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang dibangun di atas lahan seluas 27 Ha di Dusun Betiting, Desa Gunting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PELAYANAN PERSAMPAHAN BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2006 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penyusunan konsep simbiosis mutualistik untuk penataan PKL Samanhudi erat kaitannya dengan karakter masing-masing pelaku dan konflik kepentingan serta konflik

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH ALAM

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH ALAM BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH ALAM 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Pelaku Kegiatan Berdasarkan analisa pada bab sebelumnya, didapatkan jumlah pelaku kegiatan di Sekolah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini BAB VI KESIMPULAN Setelah dilakukannya analisa data statistik dan juga pemaknaan, kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini didapat dari hasil pemaknaan dan diharapkan pemaknaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota Karanganyar yang terus meningkat disertai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan manusia sehari-hari

Lebih terperinci