ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBENTUKAN DAN PEMBARUAN PORTOFOLIO INVESTASI PT CAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBENTUKAN DAN PEMBARUAN PORTOFOLIO INVESTASI PT CAM"

Transkripsi

1 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBENTUKAN DAN PEMBARUAN PORTOFOLIO INVESTASI PT CAM Marlene Aryani dan Johan dan Yen Sun Sistem Informasi dan Akuntansi School of Information System Universitas Bina Nusantara Jl. K.H. Syahdan no 9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat ABSTRAK Portofolio investasi dibentuk dari sekumpulan saham terpilih untuk memperkecil risiko, namun dengan harapan memberikan pengembalian yang lebih baik. Untuk menganalisa penerapan portofolio optimal pada PT CAM, maka dilakukanlah identifikasi kebutuhan data dan analisa terhadap proses pembentukan dan pembaruan portofolio investasi berjalan PT CAM. Data yang digunakan merupakan data primer dari PT CAM. Dari hasil penelitian ditemukan perlunya optimalisasi lebih jauh dalam proses pembentukan dan pembaruan portofolio investasi PT CAM sehingga diusulkan dengan menambahkan penggunaan metode CAPM. Setelah melakukan evaluasi performa portofolio dengan menghitung NAB per unit salah satu portofolio PT CAM dibandingkan dengan NAB per unit portofolio bayangan yang sahamnya sama namun pembobotannya dengan metode diusulkan dan membandingkan beta portofiliopt CAM dengan portofolio bayangan, ditemukan bahwa portofolio bayangan tersebut memiliki hasil yang lebih optimal. Oleh karena itu, dirancanglah sebuah sistem pendukung keputusan (SPK) berdasarkan komponen SPK Turban dengan pendekatan object-oriented analysis and design yang menggunakan metode yang diusulkan.(ma) Kata Kunci: Portofolio, pembentukan portofolio, pembaruan portofolio, analisis dan perancangan, sistem pendukung keputusan ABSTRACT Investment portfolio is constructed from a group of chosen stocks to minimize risk, but also hoping to give better return. To analyze the application of optimized portfolio in PT CAM, data requirements identification and analysis in PT CAM s currently running investment portfolio constructing and updating process are conducted. This research uses pimary data from PT CAM. Research result finds that a further optimization in the process of constructing and updating investment portfolio in PT CAM, so adding CAPM method is suggested. After portfolio performance evaluation which is done by counting one of PT CAM s NAV/unit compared to a shadow portfolio which is created with the same stocks but with suggested method and comparing the betas of both portfolio, it is found that the shadow portfolio is more optimum. Therefore, decision support system (DSS) based on Turban s DSS components with objectoriented analysis and design approach and using the suggested method is designed.(ma) Keywords: Portfolio, portfolio construction, portfolio update, analysis and design, decision support system

2 PENDAHULUAN Pasar modal atau bursa merupakan sarana pendanaan yang cukup penting. Melalui pasar modal, investor dapat berinvestasi dengan melakukan jual beli efek (saham dan obligasi), serta perusahaan dapat melakukan proses penawaran efeknya terhadap publik. Ia juga merupakan indikator ekonomi makro suatu negara. Naik turunnya harga saham gabungan (indeks) dalam bursa dapat mencerminkan keadaan ekonomi negara tersebut. Dalam artikel Melani (2012), Uriep Budhiprasetyo selaku Direktur Pengawasan Anggota Bursa BEI mengatakan bahwa komposisi ideal investor dalam bursa berupa 70% untuk investor lokal dan 30% asing. Komposisi tersebut dinyatakan baik dengan tujuan untuk menahan pasar saham agar tidak terlalu didikte asing. Namun, berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (BEI), aset oleh investor asing terhadap total aset pasar modal Indonesia mencapai 54,04% per Juni Sedangkan, aset oleh investor domestik sebesar 45,96% per Juni Dengan angka tersebut, diharapkan akan lebih banyak investor domestik yang memiliki aset dalam pasar modal Indonesia Salah satu keterbatasan dalam berinvestasi ini adalah karena kurangnya pengetahuan para calon investor mengenai cara kerja bursa. Reksa dana adalah salah satu alternatif investasi bagi masyarakat investor, khususnya investor kecil dan investor yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka (Darmadji dan Fakhruddin. 2011). Reksa dana menyediakan unit penyertaan reksa dana berupa sekumpulan saham yang telah dipilih dalam sebuah portofolio. Tujuan didirikan portofolio itu sendiri adalah untuk mengurangi risiko. Melalui unit-unit penyertaan reksa dana inilah, investor yang tertarik akan menanamkan modalnya sehingga terkumpul dana kolektif yang akan dikelola oleh manajer investasi dalam perdagangan bursa. Di Indonesia sendiri, sudah cukup banyak perusahaan yang menawarkan produk reksa dana untuk masyarakat, salah satunya adalah PT CAM. PT CAM bergerak dalam bidang pengelolaan beragam reksa dana yang berinvestasi di ekuitas Indonesia. PT CAM memastikan mereka menerapkan proses manajemen investasi yang baik. Saat ini proses pemilihan saham untuk diikutsertakan dalam portofolio ini dilakukan dengan mengandalkan kemampuan penilaian manusia. Namun, suatu kekurangan yang tak terhindarkan dari penilaian manusia adalah sarat akan kekeliruan serta ketidakkonsistenan dalam mengambil keputusan. Selain itu, terdapat juga kekurangan bukti atau data yang dapat digunakan untuk mendasari pengambilan keputusan tersebut. Karena alasan tersebut, maka diperlukan peran teknologi informasi dalam membantu proses ini dengan sistem terkomputerisasi. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini ialah mnempelajari proses dan metode serta perhitungan yang berkaitan dengan proses pembentukan dan pembaruan portofolio investasi yang sedang diterapkan oleh PT CAM untuk mengidentifikasi kelemahan yang ada, menganalisis dan mengidentifikasi kebutuhan data untuk pembentukan dan pembaruan portofolio investasi serta memperbaiki kelemahan tersebut, merancang model pemilihan pembobotan saham untuk pembentukan dan pembaruan portofolio investasi, serta akhirnya merancang sistem pendukung keputusan pembentukan dan pembaruan portofolio investasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. LANDASAN TEORI Tujuan utama dalam melakukan investasi adalah untuk mendapat keuntungan atau pengembalian sebesar-besarnya. Namun, investasi yang memiliki pengembalian besar tentu memiliki risiko yang besar pula. Pembentukan portofolio investasi memiliki tujuan meminimalkan risiko namun dengan pengembalian semaksimal mungkin. Harry Markowitz mengembangkan model portofolio dasar yang menjabarkan tingkat pengembalian yang diharapkan serta pengukuran tingkat risiko. Ia menggambarkan bahwa varians tingkat pengembalian merupakan pengukuran penting dari risiko portofolio dalam asumsi tertentu, kemudian menjabarkan cara menghitung varians dari portofolio. Selain menggambarkan pentingnya diversifikasi investasi untuk mengurangi risiko, formula ini pun dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan diversivikasi investasi secara optimal. Brown dan Reilly ( ) menuliskan bahwa Markowitz mengasumsikan bahwa sebuah aset atau portofolio dapat dikatakan efisien bila aset atau portofolio tersebut merupakan aset atau portofolio yang menawarkan pengembalian tertinggi dibandingkan dengan aset atau portofolio lain yang memiliki tingkat risiko sama atau lebih tinggi, atau aset atau portofolio tersebut menawarkan risiko yang paling rendah dibandingkan portofolio lain yang memberikan pengembalian yang diharapkan yang sama atau lebih rendah. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa portofolio yang dikatakan efisien adalah portofolio yang memiliki tingkat pengembalian setingi-tingginya dengan return serendah-rendahnya.

3 Capital asset pricing model (CAPM) kemudian muncul dari William F. Sharpe berdasarkan teori portofolio Markowitz. Teori portfolio memiliki fleksibilitas dan framework yang tepat dalam perkembangan asset pricing (Yu, 2012). CAPM memungkinkan penentuan tingkat pengembalian yang diinginkan dari aset-aset berisiko. Sharpe menggambarkan bahwa pengembalian investasi dipengaruhi oleh risiko yang juga disebut sebagai beta. Beta sendiri merupakan pengukuran risiko sistematik yang menggambarkan keadaan suatu saham terhadap pasar. Cederburg dan Doherty (2013) menyatakan estimasi beta mempunyai isi prediktif yang penting untuk pengembalian saham pada masa yang akan datang. Decision Support System (DSS) atau Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung pembuat keputusan manajerial dalam situasi keputusan semiterstruktur dan terstruktur (Turban dan Aronson. 2011). SPK berfungsi sebagai tambahan atau pendukung bagi pembuat keputusan, dapat memperluas pengetahuan dan kemungkinan, namun tidak menggantikan penilaian. Sistem ini ditujukan untuk keputusan yang membutuhkan penilaian dan keputusan yang dapat diolah dengan algoritma atau secara teknis. Salah satu kategori SPK adalah model optimisasi yang fungsi utamanya untuk memperhitungkan solusi optimal dari kombinasi masalah. Sebuah SPK harus memiliki tiga komponen utama, yaitu DBMS (subsistem manajemen data), MBMS (subsistem manajemen model), dan antarmuka (subsistem antarmuka). Subsistem manajemen berbasis pengetahuan merukapan pilihan opsional. Konsep tersebut dinamakan Object Oriented Analysis and Design (OOAD) adalah ketika semua jenis obyek melakukan pekerjaan di dalam sebuah sistem serta memperlihatkan interaksi pengguna yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas (Satzinger, Jackson, dan Burd. 2005). Konsep ini menerapkan prinsip bahwa sebuah obyek dapat dipakai berulang kali sesuai dengan kebutuhan. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah dengan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan referensi dan teori-teori yang terkait dengan masalah pokok dalam skripsi dari berbagai buku, hasil penelitian ilmiah, teori-teori yang telah ada, dan referensi lain secara pustaka maupun informasi dari internet. Penelitian lapangan dilakukan dengan observasi, wawancara, prosedur analitis, metode analisis, dan metode perancangan. Observasi dilakukan dengan datang atau terjun langsung ke lapangan untuk meneliti sistem berjalan, menemukan, dan mencatat kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam sistem PT CAM. Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan yang kepada president director dan head of investment PT CAM mendapatkan keterangan yang diperlukan guna menyelesaikan penelitian. Prosedur analitis yaitu meneliti data mengenai prosedur berjalan dalam perusahaan, khususnya yang berhubungan dengan proses pembentukan dan pembaruan portofolio investasi. Metode Analisis dilakukan dengan pendekatan Object Oriented Analysis and Design (OOAD) oleh Satzinger, yaitu mengacu pada modeling and requirement discipline, dengan pembuatan activity diagram. Metode perancangan mengacu pada perancangan komponen sistem pendukung keputusan oleh Turban dengan merancang subsistem manajemen data, subsistem manajemen model, dan subsistem antarmuka. Selain itu, penulis juga mengacu pada modeling and requirement discipline sebagai alat bantu perancangan dengan pembuatan activity diagram, use case diagram, use case description, dan class diagram, serta design discipline dengan pembuatan user interface. Metode perhitungan pengembalian yang diharapkan menggunakan perhitungan pengembalian yang diharapkan dalam Capital Asset Pricing Model dan perhitungan risiko dengan beta (β). HASIL DAN BAHASAN Analisis Sistem Berjalan Analisis sistem berjalan PT CAM dalam memilih dan membarui portofolio investasi dapat dilihat pada detailed activity diagram di bawah ini.

4 Gambar 1 Detailed Activity Diagram Proses Pengambilan Keputusan Investasi PT CAM Sumber: PT CAM Sedangkan untuk bentuk portofolio pada sistem berjalan beserta perhitungan pembobotannya dapat dilihat pada gambar dan penjelasan berikut ini. Gambar 2 Contoh Portofolio PT CAM Sumber: PT CAM Penjelasan mengenai kolom-kolom yang terdapat pada contoh portofolio di atas adalah sebagai berikut: a. Stocks Merupakan saham-saham yang telah dipilih untuk disertakan dalam portofolio. Bila dilihat dari contoh portofolio di atas, PT CAM memiliki 34 saham dalam portofolionya. b. Wt (Weight) Weight adalah bobot saham yang diaplikasikan dalam portofolio saat ini. c. Bmk Wt Adalah bobot saham sebelum penyesuaian bobot terakhir.

5 d. O/U Wt Merupakan selisih bobot saham sebelum penyesuaian dengan saat ini atau berapa besar penyesuaian penambahan atau pengurangan bobot yang diaplikasikan sebelumnya. e. CP (Current Price) Current price adalah harga saham saat ini. Data harga saham tersebut diperoleh dari bursa. f. TP (Target Price) Target Price ialah perkiraan harga puncak yang akan dicapai oleh sebuah saham sebelum harganya kembali turun. Target Price ini didapat dari hasil analisis analis terdaftar di Bloomberg. PT CAM menggunakan hasil analisis yang paling agresif dari sekian banyak hasil analisis. g. Analyst Kolom ini mencantumkan inisial analis terdaftar dalam Bloomberg yang digunakan PT CAM dalam menentukan Target Price. h. Up Dalam kolom ini, disediakan perhitungan mengenai perkiraan kenaikan harga saham dalam persentase. Cara menghitung kenaikan tersebut adalah dengan mengurangi Target Price dengan Current Price lalu mengalikannya dengan 100%. Dari kolom ini, Fund Manager dapat memperkirakan berapa pengembalian yang mungkin didapatkan dari saham tersebut. Dengan kata lain up ini merupakan nilai expected return atau persentase besarnya pengembalian yang diharapkan. i. Trev (Target Review) Merupakan target harga yang paling konvensional dari hasil perhitungan analis Bloomberg. Tujuan adanya kolom ini adalah untuk membandingkan Current Price dengan target harga konvensional ini. Bila Current Price lebih kecil daripada Target Review, hal ini dianggap sebagai suatu anomali atau keanehan sehingga dinilai ada yang tidak beres dengan saham tersebut. Jikalau hal ini terjadi, maka fund manager akan melakukan review terhadap saham tersebut mengenai alasan terjadinya hal tersebut dan memastikan apakah penyebabnya terdapat pada saham atau kesalahan analisa analis. j. Analyst Kolom ini mencantumkan inisial analis terdaftar dalam Bloomberg yang digunakan PT CAM dalam menentukan Target Review. k. Risk Scr (Risk Score) Risk Score adalah nilai atau skala yang berikan untuk memperkirakan risiko sebuah saham. PT CAM menetapkan skala risiko dari satu (1) sampai lima (5). Skala 1 merupakan saham dengan risiko terendah dan skala 5 dengan risiko tertinggi. Hal ini demi memudahkan perhitungan risiko, juga untuk mengurangi pergerakan portofolio yang terlalu tak stabil dengan pergerakan kecil namun sering karena terus berubahnya risiko saham. Skala tiga (3) dianggap sebagai Beta (β) IHSG yaitu β = 1. Nilai risiko yang ditentukan pada skala 3 merupakan risiko pasar selama 100 hari terakhir saat portofolio terbentuk. Persentase risiko IHSG tersebut didapat dari situs Bloomberg. Dalam contoh portofolio di atas, risiko pasar adalah 13.03% saat portofolio tersebut dibuat. Maka, nilai skala risiko 3 adalah 13.03%. Berikut adalah nilai-nilai dari skala risiko: Skala satu (1) adalah β = 0.5 Berdasarkan contoh di atas, maka perhitungannya adalah: 0.5 x 13.03% = 6.52% Maka, besar risiko dari skala 1 = 6.52% Skala dua (2) adalah β = 0.75 Berdasarkan contoh di atas, maka perhitungannya adalah: 0.75 x 13.03% = 9.77% Maka, besar risiko dari skala 2 = 9.77% Skala tiga (3) adalah β = 1 Berdasarkan contoh di atas, maka perhitungannya adalah: 1 x 13.03% = 13.03% Maka, besar risiko dari skala 3 = 13.03% Skala empat (4) adalah β = 1.25 Berdasarkan contoh di atas, maka perhitungannya adalah: 1.25 x 13.03% = 16.29% Maka, besar risiko dari skala 4 = 16.29% Skala lima (5) adalah β = 1.5

6 Berdasarkan contoh di atas, maka perhitungannya adalah: 1.5 x 13.03% = 19.55% Maka, besar risiko dari skala 5 = 19.55% Untuk menetapkan angka skala dari tiap saham, fund manager masih menggunakan pendekatan kualitatif atau subyektif yang dapat juga dikatakan berdasarkan naluri. Fund manager melihat beberapa aspek seperti besarnya skala perusahaan, likuiditas saham, serta keadaan atau kinerja historis saham tersebut di bursa untuk menentukan skala risiko sebuah saham. l. Risk Kolom ini digunakan untuk menunjukkan persentase risiko dari Risk Score yang telah ditetapkan dalam kolom sebelumnya. m. RR Ratio (Reward to Risk Ratio) Kolom RR Ratio menampilkan hasil perhitungan Reward to Risk Ratio. Cara menghitungnya adalah sebagai berikut: Reward to Risk Ratio ditampilkan dalam bentuk desimal. Gunanya adalah untuk mengetahui besaran pengembalian yang akan didapat bila dibandingkan dengan risikonya. n. Tgr Wt (Target Weight) Target Weight adalah banyaknya bobot saham yang ingin diaplikasikan selanjutnya. Angka dari target weight diperoleh dengan perhitungan: o. TA (Technical Analysis) Adalah kolom yang menyatakan aksi yang akan dilakukan fund manager terhadap sahamsaham dalam portofolio. Terdapat beberapa aksi yang dapai dilakukan, yaitu: AR = accumulate slowly (beli perlahan-lahan pada posisi bid) AS = argressively store up (beli perlahan-lahan tetapi lebih agresif dengan mengambil beberapa layer pada posisi offer) B = buy (beli) BOW = buy on weakness (beli saat harga melemah) H = hold (tahan) N = netral S = sell (jual) Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan dalam proses pembentukan dan pembaruan portofolio investasi PT CAM adalah rawan akan kekeliruan serta ketidak-konsistenan dalam mengambil keputusan karena menitik-beratkan perhitungan pada penilaian manusia (subyektif) sehingga terkadang menyebabkan kekurangan bukti atau data yang dapat digunakan untuk mempertanggungjawabkan keputusan yang telah diambil, pengolahan hasil analisis teknis yang digunakan masih berdasarkan prediksi subyektif. Selain itu, pembentukan, pembaruan, serta penentuan bobot saham dalam portofolio selama ini didasari dengan intuisi fund manager atau bersifat subyektif. Dan juga tidak adanya penggunaan laporan yang menjelaskan secara khusus pembentukan dan pembaruan (perubahan bobot saham) portofolio. Analisis Teknis yang Diusulkan Analisis teknis yang diusulkan berupa RSI dan campuran dari RSI dan MACD. Relative Strength Index (RSI) diformulasikan oleh J. Welles Wilder pada Juni RSI tergolong sebagai leading indicator, yaitu indikator yang memberikan sinyal sebelum terjadinya suatu tren, dimaksudkan untuk memprediksi tren yang akan terjadi. RSI mempunyai jangkauan dari 0 hingga 100. Bila hasil yang keluar menunjukkan angka di bawah 30, maka saham tersebut dikatakan telah mencapai titik oversell sehingga merupakan saat yang baik untuk membeli saham. Namun, sebaliknya bila angka yang keluar menunjukkan angka di atas 70, maka saham tersebut dikatakan mencapai titik overbought sehingga merupakan saat yang baik untuk menjualnya.

7 Cara menghitung RSI (Kirkpatrick II dan Dahlquist. 2011) adalah: Di mana RS (Relative Strength) adalah: n yang biasa digunakan adalah 14. Kebalikan dari RSI, Moving Average Convergence Divergence (MACD) merupakan lagging indicator, yaitu indikator yang menanadakan bahwa sebuah tren sedang terjadi. Tidak seperti leading indicator, ia tidak memberikan sinyal prediktif. MACD dikembangkan oleh Gerald Appel. Untuk menghitung MACD diawali dengan mencari SlowEMA dan FastEMA. Untuk mendapatkan EMA sendiri, perhitungan yang dipakai adalah ((Kirkpatrick II dan Dahlquist. 2011)): Weight di sini dikatakan sebagai smoothing constant yang nilainya tetap. Cara mendapatkan angkanya adalah: Bila ingin mencari EMA 10 hari, maka time period = 10; bila ingin mencai EMA 15 hari, maka time period = 15; dan seterusnya. Selanjutnya bila sudah mendapatkan hasil perhitungan EMA, untuk mendapatkan angka dari garis MACD adalah seperti cara di bawah ini: Metode Pembobotan yang Diusulkan Berikut adalah bentuk portofolio yang diusulkan beserta dengan perhitungan-perhitungannya. Gambar 3 Bentuk Portofolio yang Diusulkan dalam Sistem Pendukung Keputusan Pembentukan dan Pembaruan Portofolio Investasi PT CAM

8 Keterangan mengenai kolom-kolom dalam portofolio, termasuk formulasi-formulasi yang digunakan dalam menentukan pembobotan saham dalam portofolio: a. Initial Merupakan inisial saham yang dipakai sebagai kode saham dalam bursa maupun dalam sistem. b. Name Adalah nama emiten pemilik saham. c. Weight Kolom ini berisi bobot saham dalam portofolio. Perhitungannya tidak berbeda dengan perhitungan yang digunakan perusahaan dalam menentukan Target Weight, yaitu: d. Current Price Merupakan kolom yang berisi informasi mengenai harga saham saat portofolio terbentuk atau selesai di-update. e. Expected Return Pada prosedur berjalan perusahaan sebelumnya, perhitungan return yang diharapkan dihasilkan dengan mengurangi harga target saham paling agresif dengan harga saham saat itu kemudian dijadikan persentase. Namun pada sistem yang diusulkan, perhitungan return yang didapatkan menggunakan model CAPM oleh William Sharpe. Perhitungan tersebut adalah sebagai berikut (Hirt dan Block. 2008): Di mana: E(R) = expected return (return atau pengembalian yang diharapkan) RFR = risk-free rate (tingkat suku bunga bebas risiko) β = beta saham E( ) = expected return of market (return atau pengembalian pasar yang diharapkan) Data yang dimasukkan ke dalam sistem bukanlah return atau pengembalian pasar yang diharapkan, namun berupa premium risiko. Premium risiko adalah: Di mana: RP = risk premium (premium risiko) Sehingga perhitungan risiko menjadi: f. Risk (Beta) Perhitungan risiko yang pada portofolio PT CAM sebelumnya didasari dengan penilaian kualitatif atau subyektif dari fund manager. Dalam sistem yang diusulkan, perhitungan risiko merupakan modifikasi dari model beta. Beta merupakan pengukuran risiko sistematis yang menggambarkan keadaan saham terhadap pasar (dalam kasus ini IHSG). Sehingga digunakan beta sebagai dasar penentuan risiko. Di mana: Risk = risiko saham = beta saham

9 g. RR Ratio (Reward to Risk Ratio) Sama seperti bentuk portofolio sebelumnya, Kolom RR Ratio menampilkan hasil perhitungan Reward to Risk Ratio. Rumus perhitungan RR Ratio dalam portofolio yang diusulkan adalah: Atau bila dijabarkan berdasarkan perhitungan Expected Return dan Risk: Metode perhitungan bobot yang akan diaplikasikan kepada portofolio tetap sama, yaitu berdasarkan hasil perhitungan rasio yang selalu digunakan oleh perusahaan, yaitu reward-to-risk ratio yang juga berdasarkan dari tingkat pengembalian yang diharapkan dan tingkat risiko. Perbedaan perhitungan terdapat pada cara menentukan tingkat pengembalian yang diharapkan dan risiko. Metode pembobotan tidak diubah sepenuhnya karena metode yang diusulkan ini dianggap yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Perancangan Sistem yang Diusulkan Melihat masalah yang terjadi di perusahaan, maka rancangan sistem yang diusulkan adalah dengan merancang sistem pendukung keputusan pembentukan dan pembaruan portofolio investasi PT CAM. Sistem pendukung keputusan yang dirancang berupa SPK berorientasi model dengan kategori optimisasi. Sistem pendukung keputusan ini memiliki tiga komponen utama dalam operasinya, berdasarkan komponen SPK oleh Turban dan Aronson ( ), yaitu subsistem manajemen data, subsistem manajemen model, dan subsistem antarmuka. Gambar 4 Activiy Diagram Sistem Pendukung Keputusan Pembentukan dan Pembaruan Portofolio Investasi PT CAM

10 Gambar 5 Use Case Sistem Pendukung Keputusan Pembentukan dan Pembaruan Portofolio Investasi PT CAM (dengan subsistem) Pada subsistem manajemen data. Gambar 6 Class Diagram Sistem Pendukung Keputusan Pembentukan dan Pengelolan Portofolio Investasi PT CAM

11 Pada subsistem manajemen model. Gambar 7 Use Case Subsistem Manajemen Model dengan <<includes>> Pada subsistem antarmuka berupa beberapa contoh tampilan antarmuka (user interface). Gambar 8 Tampilan Home Gambar 9 Tampilan View Report

12 SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis dan perancangan sistem pendukung keputusan pembentukan dan pembaruan portofolio investasi PT CAM yang telah dilakukan, maka dapat ddisimpulkan bahwa dalam membentuk dan membarui portofolio diperlukan data yang akurat yang dapat diakses dengan mudah dan sewaktuwaktu. Penetapan parameter yang pasti dalam penyaringan dan pemilihan saham amatlah penting agar hasil pemilihan saham tidaklah terlalu subyektif. Parameter ini pun dapat juga membantu mempermudah pengambilan keputusan karena akan mempersempit alternatif yang ada. Penggunaan analisis teknis serta metode teoritis memegang andil yang cukup besar dalam peranan pembentukan dan pembaruan portofolio investasi. Adanya laporan yang dihasilkan setiap usai menjalankan proses pembentukan dan pembaruan portofolio investasi adalah hal yang penting yang berfungsi sebagai alat bantu pertanggungjawaban, evaluasi, juga presentasi atas hasil yang dikeluarkan kepada komite investasi, direksi, maupun kepada klien dan calon klien. Penggunaan SPK dengan model yang tepat dapat membantu manajemen dalam menghasilkan suatu portofolio yang optimal dan efisien. Adapun saran-saran yang diusulkan kepada PT CAM adalah untuk memanfaatkan teknologi yang ada dengan sebaik-baiknya salah satunya adalah dengan penggunaan SPK yang dapat membantu kinerja fund manager dalam membentuk dan membarui portofolio investasi untuk mencapai hasil yang lebih optimal. Selain itu perusahaan juga sebaiknya mempertimbangkan penggunaan analisis teknis atau indikator lain yang dapat diintegrasikan dengan yang digunakan sekarang demi mendapatkan hasil saham-saham pilihan yang lebih baik juga pada saat yang tepat. Terakhit adalah dengan selalu membuat laporan mengenai setiap perubahan yang terjadi terhadap masing-masing portofolio. REFERENSI Cederburg, Scott dan Michael Doherty. (2013). Is the Beta-Return Relation Too Flat? The Role of Conditioning Information in Time-Series CAPM Test. Social Science Research Network, diakses 28 Juli 2013 dari Brown, Keith C., Frank K. Reilly. (2009). Analysis of investments and management of portfolios. USA: South-Western Cengage Learning Darmadji, Tjiptono, Hendy M. Fakhruddin. (2011). Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Hirt, Geoffrey A., Stanley B. Block. (2008). Fundamentals of Investment Management. New York: McGraw-Hill/Irwin Kirkpatrick II, Charles D., Julie R. Dahlquist. (2011). Technical Analysis the Complete Resource for Financial Market Technicians. Upper Saddle River: Pearson Education Inc. Melani, Agustina. 4 Juli, (2012). Komposisi Ideal Investor Lokal-Asing Adalah 70:30. Pasarmodal.inilah.com, diakses 22 April 2013 dari #.UgUDLqzIbvG Satzinger, John W., Robert B. Jackson, Stephen D. Burd. (2005). Object-Oriented Analysis & Design with the Unified Process. Boston: Course Technology, Cendade Learning Turban, E., J. E. Aronson. (2011). Decision Support and Intelligent Systems. Upper Saddle River: Prentice-Hall, Inc. Yu, Yi-Jang. (2012). The Asset Pricing System. Modern Economy, No. 3, diakses 27 Juli 2013 dari RIWAYAT PENULIS Marlene Aryani lahir di kota Jakarta pada tanggal 23 Maret Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi dan Sistem Informasi pada tahun 2013.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan salah satu bentuk cara untuk mendapatkan income atau keuntungan yang dapat dikatakan dihasilkan dengan cukup cepat. Kegiatan ini memiliki berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBENTUKAN DAN PEMBARUAN PORTOFOLIO INVESTASI PT CAM TUGAS AKHIR. Oleh. Marlene Aryani

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBENTUKAN DAN PEMBARUAN PORTOFOLIO INVESTASI PT CAM TUGAS AKHIR. Oleh. Marlene Aryani ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBENTUKAN DAN PEMBARUAN PORTOFOLIO INVESTASI PT CAM TUGAS AKHIR Oleh Marlene Aryani 1200971446 Universitas Bina Nusantara Jakarta 2013 ANALISIS DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kegiatan yang sangat menarik bagi seorang investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan mengharapkan return

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PORTOFOLIO MENGGUNAKAN MODEL BLACK-LITTERMAN BERDASARKAN INDEKS TREYNOR, INDEKS SHARPE, DAN INDEKS JENSEN

PENGUKURAN KINERJA PORTOFOLIO MENGGUNAKAN MODEL BLACK-LITTERMAN BERDASARKAN INDEKS TREYNOR, INDEKS SHARPE, DAN INDEKS JENSEN PENGUKURAN KINERJA PORTOFOLIO MENGGUNAKAN MODEL BLACK-LITTERMAN BERDASARKAN INDEKS TREYNOR, INDEKS SHARPE, DAN INDEKS JENSEN (Studi Kasus Saham-Saham yang Termasuk dalam Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank.

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada

Lebih terperinci

A. Expected Return. 1. Perhitungan expected return investasi tahunan

A. Expected Return. 1. Perhitungan expected return investasi tahunan 1 Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah : Manajemen Investasi Dikompilasi oleh : Nila Firdausi Nuzula, PhD Program Studi : Administrasi Bisnis, Universitas Brawijaya RETURNS Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu alternatif bagi para pemodal untuk berinvestasi. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai peranan yang penting

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBENTUKAN DAN PEMBARUAN PORTOFOLIO INVESTASI PT CAM

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBENTUKAN DAN PEMBARUAN PORTOFOLIO INVESTASI PT CAM BAB 4 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBENTUKAN DAN PEMBARUAN PORTOFOLIO INVESTASI PT CAM 4.1 Analisis Kebutuhan Sistem Berdasarkan analisis terhadap sistem berjalan dan penelitian yang dilakukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam pasar modal saat ini kian menarik banyak investor untuk melakukan investasi. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan dalam pembuatan laporan tugas akhir. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu (Hartono, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu (Hartono, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi merupakan kegiatan untuk mengubah satu unit konsumsi dimasa sekarang yang akan menghasilkan lebih dari satu unit konsumsi dimasa yang akan datang. Investasi

Lebih terperinci

KEUNIKAN MODEL BLACK LITTERMAN DALAM PEMBENTUKAN PORTOFOLIO 1. Abstract

KEUNIKAN MODEL BLACK LITTERMAN DALAM PEMBENTUKAN PORTOFOLIO 1. Abstract KEUNIKAN MODEL BLACK LITTERMAN DALAM PEMBENTUKAN PORTOFOLIO 1 Retno Subekti 2 Abstract Teori pembentukan portofolio diawali oleh Markowitz dengan mean-variancenya di tahun 50an. Selanjutnya bermunculan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund b. Panin Dana Maksima c. Trim Syariah Saham

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund b. Panin Dana Maksima c. Trim Syariah Saham BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund Makinta Growth Fund merupakan reksa dana yang dikelola oleh Makinta Securities. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja Portfolio Black-Litterman menggunakan Metode Sharpe Ratio

Pengukuran Kinerja Portfolio Black-Litterman menggunakan Metode Sharpe Ratio SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Pengukuran Kinerja Portfolio Black-Litterman menggunakan Metode Sharpe Ratio S-7 Fitri Amanah 1 1 Alumni Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan menggunakan tipe sampel yang berbasis pada kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Single Index Model Pada dasarnya Single Index Model menyederhanakan masalah portofolio dengan mengkaitkan hubungan antara setiap saham dalam portofolio

Lebih terperinci

RANCANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI PROGRAM PASCA SARJANA

RANCANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI PROGRAM PASCA SARJANA RANCANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI PROGRAM PASCA SARJANA Q No. Dokumen 120.423.4.011.00 Distribusi Tgl. Efektif 1 September 2009 Kaprodi Sekprodi Dosen TU Prodi Mata Kuliah : INVESTMENT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM)

BAB I PENDAHULUAN. Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM) mula-mula adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Markowitz (1952). Secara sederhana,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis membahas mengenai pengolahan data-data yang berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data tersebut akan menghasilkan hasil

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PORTOFOLIO OPTIMAL CAPITAL ASSET PRICING MODEL

ANALISIS KINERJA PORTOFOLIO OPTIMAL CAPITAL ASSET PRICING MODEL ANALISIS KINERJA PORTOFOLIO OPTIMAL CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN MODEL BLACK LITTERMAN (Studi Kasus: Saham-Saham yang Tergabung dalam Indeks BISNIS-27 Periode 2010-2014) SKRIPSI Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut CAPM. Model ini memberikan prediksi yang tepat tentang bagaimana hubungan antara risiko

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... IV DAFTAR GAMBAR... VI DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR LAMPIRAN... X

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... IV DAFTAR GAMBAR... VI DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR LAMPIRAN... X DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... IV DAFTAR GAMBAR... VI DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR LAMPIRAN... X I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institusi keuangan syariah yang saat ini sedang berkembang pesat adalah pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. institusi keuangan syariah yang saat ini sedang berkembang pesat adalah pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi syariah saat ini cukup dinamis. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya institusi atau lembaga-lembaga keuangan syariah yang bermunculan serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan pasar modal yang pesat, menuntut investor untuk memiliki banyak strategi dalam berinvestasi. Dalam berinvestasi dituntut untuk selalu mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Reksa dana tersebut merupakan produk reksa dana saham. terbesar pada akhir Desember 2012, 2013 dan 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Reksa dana tersebut merupakan produk reksa dana saham. terbesar pada akhir Desember 2012, 2013 dan 2014. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sample Adapun kriteria yang digunakan dalam memilih sample adalah sebagai berikut: 1. Reksa dana tersebut merupakan produk reksa dana saham 2. Reksa dana tersebut

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi. Layaknya pasar, bursa efek dapat dikaitkan sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi. Layaknya pasar, bursa efek dapat dikaitkan sebagai tempat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bursa efek dirancang untuk dapat digunakan sebagai tempat untuk berinvestasi. Layaknya pasar, bursa efek dapat dikaitkan sebagai tempat pertemuan antara penjual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi sebagai alat ukur dalam menganalisa seberapa besar perkembangan perekonomian di suatu negara. Selain meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PENDEKATAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL DAN METODE VARIANCE-COVARIANCE DALAM PROSES MANAJEMEN PORTOFOLIO SAHAM

PENGGUNAAN PENDEKATAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL DAN METODE VARIANCE-COVARIANCE DALAM PROSES MANAJEMEN PORTOFOLIO SAHAM PENGGUNAAN PENDEKATAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL DAN METODE VARIANCE-COVARIANCE DALAM PROSES MANAJEMEN PORTOFOLIO SAHAM (Studi Kasus: Saham-Saham Kelompok Jakarta Islamic Index) SKRIPSI Disusun Oleh :

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN

EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN Fitaning Intan Pradani R. Rustam Hidayat Topowijono Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan pengeluaran modal saat ini, untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal sebagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi secara keseluruhan dapat dilihat dari perkembangan pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara. Pasar modal memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Lebih terperinci

INSTRUMEN INVESTASI BAGI PEMODAL YANG MEMILIKI DANA TERBATAS (INVESTOR INDIVIDUAL)

INSTRUMEN INVESTASI BAGI PEMODAL YANG MEMILIKI DANA TERBATAS (INVESTOR INDIVIDUAL) INSTRUMEN INVESTASI BAGI PEMODAL YANG MEMILIKI DANA TERBATAS (INVESTOR INDIVIDUAL) Oleh: DEDEN MULYANA Disampaikan pada Seminar Bulanan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi 15 Mei 2013 Pendahuluan Investasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan penempatan dana pada saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada financial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bervariasi akan semakin meningkat. Para pemilik atau investor dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin bervariasi akan semakin meningkat. Para pemilik atau investor dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memainkan peran yang strategis dan sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi domestik, pasar modal yang berkembang sangat baik akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Definisi Indeks LQ45 Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian

Lebih terperinci

LCAPM yang dibentuk dari aset-aset berisiko adalah portofolio optimal yang meminimalkan nilai risiko.

LCAPM yang dibentuk dari aset-aset berisiko adalah portofolio optimal yang meminimalkan nilai risiko. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah suatu kegiatan menanamkan sejumlah modal pada satu atau lebih aset dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Investasi dapat

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN KINERJA BLACK-LITTERMAN MENGGUNAKAN INFORMATION RATIO DENGAN BENCHMARK CAPITAL ASSETS PRICING MODEL

ANALISIS PENILAIAN KINERJA BLACK-LITTERMAN MENGGUNAKAN INFORMATION RATIO DENGAN BENCHMARK CAPITAL ASSETS PRICING MODEL 52 Jurnal Matematika Vol 6 No 4 Tahun 2017 ANALISIS PENILAIAN KINERJA BLACK-LITTERMAN MENGGUNAKAN INFORMATION RATIO DENGAN BENCHMARK CAPITAL ASSETS PRICING MODEL THE BLACK-LITTERMAN PERFORMANCE ANALYSIS

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SIGNAL JUAL BELI SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE WILLIAMS %R DAN GEOMETRIC MOVING AVERAGE

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SIGNAL JUAL BELI SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE WILLIAMS %R DAN GEOMETRIC MOVING AVERAGE SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SIGNAL JUAL BELI SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE WILLIAMS %R DAN GEOMETRIC MOVING AVERAGE Harianto Kristanto, Umi Proboyekti Abstrak : Investasi saham merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Optimasi merupakan sebuah teknik matematis untuk menentukan solusi berupa keuntungan maksimum atau kerugian minimum dari beberapa alternatif solusi tersedia dibatasi pada kendala

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Reksadana Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) disebutkan bahwa Reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pasar modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua

BAB I PENDAHULUAN. karena pasar modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memberikan peran besar bagi perekonomian suatu negara, karena pasar modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran dan Evaluasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data historis, sehingga tidak ada suatu kepastian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada umumnya, masyarakat Indonesia lebih memilih menabung di bank

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada umumnya, masyarakat Indonesia lebih memilih menabung di bank BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, masyarakat Indonesia lebih memilih menabung di bank dengan adanya jaminan rasa aman. Namun secara perlahan tapi pasti, iklim investasi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia sebagai lembaga keuangan selain perbankan keberadaannya dapat dijadikan tempat untuk mencari sumber dana baru dengan tugasnya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan portfolio (portfolio management), dapat dibagi menjadi 2 cara,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan portfolio (portfolio management), dapat dibagi menjadi 2 cara, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pengelolaan portfolio (portfolio management), dapat dibagi menjadi 2 cara, manajemen pasif (passive management) dan manajemen aktif (active management) (Elton dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sebelum penggabungan PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan PT. Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 November

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang lebih besar pada masa mendatang. Investasi merupakan penanaman dana yang bertujuan untuk mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut merupakan kompensasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang investor individual ataupun investor institusi, manajer investasi (fund

BAB I PENDAHULUAN. Seorang investor individual ataupun investor institusi, manajer investasi (fund BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang investor individual ataupun investor institusi, manajer investasi (fund manager), memilih berbagai jenis investasi yang ada ke dalam portfolionya dengan

Lebih terperinci

Security Market Line & Capital Asset Pricing Model

Security Market Line & Capital Asset Pricing Model Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Systematic Risk & Beta Security Market Line & Capital Asset Pricing Model Sebagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar modal merupakan salah satu pilihan alternatif. Menurut UU No.8 Th 1995 Pasar Modal adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHAS AN. Padahal reksa dana syariah memiliki perkembangan yang cukup pesat, tercatat

BAB IV PEMBAHAS AN. Padahal reksa dana syariah memiliki perkembangan yang cukup pesat, tercatat BAB IV PEMBAHAS AN IV.1 Analisis Kinerja Portofolio Melihat kinerja portofolio perlu dilakukan sebelum melakukan keputusan investasi. Dengan membandingkan kinerja antar reksa dana, maka investor mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. long-trem financial assets (Sartono, 2008). Salah satu kegiatan pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. long-trem financial assets (Sartono, 2008). Salah satu kegiatan pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang atau long-trem financial assets (Sartono, 2008). Salah satu kegiatan pasar modal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kapitalisasi pasar cukup besar. Pasar modal memiliki peran besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan kapitalisasi pasar cukup besar. Pasar modal memiliki peran besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal di Indonesia telah mengalami perkembangan cukup signifikan. Hal itu ditunjukan dengan semakin banyak jumlah sekuritas yang diperdagangkan dengan kapitalisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Model dan Metode Analisis Model penelitian pada tesis ini adalah secara deskriftif yaitu dengan menampilkan diagram, tabel dan grafik, disertai dengan penjelasan.dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu lembaga perantara (intermediasi) antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal menyediakan alternatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin menurunnya tingkat suku bunga perbankan saat ini, tidak membuat banyak dana deposan yang disimpan di bank semakin hari semakin mengalami peningkatan. Dana

Lebih terperinci

CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) Zainul Muchlas,

CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) Zainul Muchlas, First Publised: 2 November 2007 Revision: 6 August 2009 Second revision: 29 January 2016 CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) Zainul Muchlas, zainulm@yahoo.com Definisi Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAKSI. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAKSI Dalam berinvestasi, investor memiliki berbagai pilihan, baik investasi di sektor riil, pasar uang ataupun pasar modal. Salah satu bentuk investasi di pasar modal adalah dengan membeli saham,

Lebih terperinci

Hariyanto. Jl. Komplek Pendidikan Rt 07/Rw 09, Rangkasbitung. Abstrak

Hariyanto. Jl. Komplek Pendidikan Rt 07/Rw 09, Rangkasbitung. Abstrak ANALISIS PERGERAKAN SAHAM PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK MENGGUNAKAN ANALISIS TEKNIKAL METODE RSI (RELATIVE STRENGTH INDEX) DAN STOCHASTIC OSCILLATOR PERIODE FEBRUARI MEI 2013 Hariyanto Jl. Komplek Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Lingkungan investasi meliputi berbagai jenis sekuritas atau efek yang ada, di mana dan bagaimana mereka diperjualbelikan. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi saat ini dan di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Reksa dana yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksa dana yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Reksa dana yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksa dana yang III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Reksa dana yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksa dana yang terdaftar dalam situs BAPEPAM dan IDX, perusahaan reksa dana ini menawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih dari satu aset (asset) selama periode tertentu dengan harapan dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih dari satu aset (asset) selama periode tertentu dengan harapan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegitan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu aset (asset) selama periode tertentu dengan harapan dapat

Lebih terperinci

Abstract. Keywords: Single Index Model, Sharpe Measure, Treynor Measure, Jensen Measure,

Abstract. Keywords: Single Index Model, Sharpe Measure, Treynor Measure, Jensen Measure, Abstract Indonesian capital market is one of promising investment destination in the economic deceleration and global market weaking. The stock price in the capital market always fluctuate and only the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat awal seorang investor berniat melakukan transaksi di pasar modal, biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang dimilikinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, pertanyaan, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, pertanyaan, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, pertanyaan, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian. 1.1 Latar Belakang Saham merupakan surat berharga yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dunia, khususnya perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dunia, khususnya perekonomian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dunia, khususnya perekonomian Indonesia, masyarakat dunia semakin menyadari kebutuhannya untuk berinvestasi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini sangat stabil hal ini dibuktikan adanya pengakuan oleh

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini sangat stabil hal ini dibuktikan adanya pengakuan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi merupakan penanaman modal sekarang dengan tujuan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Keberhasilan dalam berinvestasi harus didukung dengan stabilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembalian saham (stock return) pada sebuah portofolio saham yang

BAB I PENDAHULUAN. pengembalian saham (stock return) pada sebuah portofolio saham yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fama-French Three-Factor Model adalah sebuah model yang menjelaskan pengembalian saham (stock return) pada sebuah portofolio saham yang dikembangkan oleh Eugene

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, salah satu hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu Negara. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, salah satu hal yang harus dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat atau investor masih banyak yang memiliki masalah dalam memilih

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat atau investor masih banyak yang memiliki masalah dalam memilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan investasi yang semakin maju terutama investasi di pasar modal Indonesia menjadi salah satu alternatif investasi yang menguntungkan. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian hypotheses testing yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian hypotheses testing yang bertujuan BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hypotheses testing yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti yaitu bagaimanakah perbedaan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil (return) dan risiko (risk). Return merupakan hasil yang diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil (return) dan risiko (risk). Return merupakan hasil yang diperoleh dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini membuktikan semakin berkembangnya dunia investasi yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini membuktikan semakin berkembangnya dunia investasi yang kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia investasi di Indonesia saat ini semakin pesat. Semakin banyak masyarakat yang tertarik dan masuk ke bursa untuk melakukan investasi. Hal ini membuktikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SIMULASI MONTE CARLO UNTUK PENGUKURAN VALUE AT RISK

PENGGUNAAN SIMULASI MONTE CARLO UNTUK PENGUKURAN VALUE AT RISK PENGGUNAAN SIMULASI MONTE CARLO UNTUK PENGUKURAN VALUE AT RISK ASET TUNGGAL DAN PORTOFOLIO DENGAN PENDEKATAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL SEBAGAI PENENTU PORTOFOLIO OPTIMAL (Studi Kasus: Index Saham Kelompok

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM-SAHAM YANG OPTIMAL PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

ANALISIS PERBEDAAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM-SAHAM YANG OPTIMAL PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) ANALISIS PERBEDAAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM-SAHAM YANG OPTIMAL PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajat S-2 Magister Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang menjadi objek penelitian studi komparasi adalah kinerja dari reksa

III. METODE PENELITIAN. yang menjadi objek penelitian studi komparasi adalah kinerja dari reksa 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian adalah suatu entitas yang akan diteliti, dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian studi komparasi adalah kinerja dari reksa dana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reksa dana adalah wadah pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor

I. PENDAHULUAN. Reksa dana adalah wadah pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reksa dana adalah wadah pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di pasar dengan cara membeli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti di negara negara berkembang lainnya, para investor di Pasar Modal Indonesia mengharapkan keuntungan yang lebih besar karena ada dua alasan (Mobius, 1996 ).

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Ferikawita Magdalena Sembiring

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Ferikawita Magdalena Sembiring Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 ANALISIS PERFORMANCE DAN SYSTEMATIC RISK PORTOFOLIO INDEKS LQ-45 BERDASARKAN JENSEN MODEL Ferikawita Magdalena Sembiring Jurusan Manajemen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar ini, investasi memiliki risiko dan return yang berbeda. Risiko dan

BAB I PENDAHULUAN. pasar ini, investasi memiliki risiko dan return yang berbeda. Risiko dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan di beberapa jenis pasar keuangan, mulai dari pasar uang, pasar modal, hingga pasar derivatif. Dalam setiap jenis pasar ini, investasi memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah pendapatan tetap yang terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan. Reksa dana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2006, secara bertahap akan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2006, secara bertahap akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia pada tahun 2006, secara bertahap akan kembali membaik dengan didukung pulihnya daya beli masyarakat dan makin tingginya kepercayaan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara ekonomi terkuat di dunia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara ekonomi terkuat di dunia menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai salah satu negara ekonomi terkuat di dunia menjadi tujuan lahan investasi yang diminati oleh masyarakat di dalam negeri maupun luar negeri.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini mengenai analisis komparasi

METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini mengenai analisis komparasi III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini mengenai analisis komparasi kelayakan investasi reksadana saham syariah dengan reksadana saham konvensional dimana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perhitungan Tingkat Pengembalian Investasi Reksa Dana Saham Dan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perhitungan Tingkat Pengembalian Investasi Reksa Dana Saham Dan BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Tingkat Pengembalian Investasi Reksa Dana Saham Dan Pendapatan Tetap Untuk menghitung tingkat pengembalian investasi Reksa dana. Dibutuhkan data berupa nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Salah satu cara adalah dengan melakukan investasi. Investasi pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai analisis perbandingan kinerja reksadana saham, reksadana terproteksi, dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai analisis perbandingan kinerja reksadana saham, reksadana terproteksi, dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai analisis perbandingan kinerja reksadana saham, reksadana terproteksi, dan reksadana pendapatan tetap menggunakan metode Indeks Sharpe,

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL MARKOWITZ PADA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE TAHUN

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL MARKOWITZ PADA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE TAHUN ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL MARKOWITZ PADA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE TAHUN 2011 2013 Sofyarosa Mahasiswa Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Istilah saham blue chips sudah menjadi hal jamak di pasar modal. Meski begitu, dalam aktivitas sehari-hari masih sering ditemukan adanya salah pengertian

Lebih terperinci