BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibuktikan dengan adanya kenyataan bahwa sekitar 10% pasokan daging

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibuktikan dengan adanya kenyataan bahwa sekitar 10% pasokan daging"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kambing adalah penghasil daging yang sangat produktif. Hal ini dibuktikan dengan adanya kenyataan bahwa sekitar 10% pasokan daging di Indonesia berasal dari kambing (Rangkuti et al., 1984). Selain daging, kambing juga mampu menghasilkan susu dan kulit yang dapat digunakan untuk kerajinan tangan, bulu kambing juga bernilai karena dapat digunakan untuk serat tekstil. Selain berbagai fungsi utamanya, kambing daerah tropis juga mempunyai arti penting lain. Diantaranya adalah untuk investasi, jaminan bila terjadi kegagalan panen pada petani kecil dan sebagai hewan penyedia pupuk kandang. Kambing mempunyai banyak kelebihan diantaranya mudah beradaptasi dengan lingkungan, memiliki resistensi terhadap penyakit, dan hidup baik pada kondisi dimana hewan domestik lain sulit untuk hidup. Perkembangan ternak ruminansia masih sulit berkembang, hal ini terkendala oleh ketersediaan hijauan yang terbatas. Indonesia merupakan negara tropik yang memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Pada musim penghujan produksi hijauan di Indonesia sangat berlimpah, sedangkan produksi hijauan pada musim kemarau sangat terbatas. Hal tersebut dapat mempengaruhi proporsi pemberian pakan 1

2 hijauan pada ternak. Feradis (2010) mengatakan bahwa musim sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan, asupan serat kasar, dan protein kasar pada kambing di dataran rendah, menengah, dan tinggi di Indonesia. Pakan mempunyai peranan penting dalam usaha peternakan khususnya dalam peningkatan produksi dan produktivitas ternak, Dari aspek ekonomi biaya pakan memberikan kontribusi hingga 70% dari seluruh biaya produksi, sedangkan dari aspek teknis, kualitas pakan akan sangat berpengaruh kepada tingkat produksi ternak (daging, telur, susu) dan produktivitas ternak (misal calving interval, tingkat kematian). Ketersediaan pakan hijauan saat musim hujan melimpah sedangkan pada musim kemarau pakan hijauan sangat sedikit sehingga hal ini berdampak pada peternakan yang mengalami penurunan produktivitas. Salah satu upaya untuk mengantisipasi akan hijauan yang terbatas pada saat kemarau adalah dengan menggunakan manajemen pakan metode restriksi (pengurangan pakan dalam batas kebutuhan tubuh), kemudian dilanjutkan dengan memberikan refeeding (pemenuhan pakan kembali pasca restriksi), sehingga timbul efek compensatory growth dari fase restriksi. Pola pembatasan pakan yang tepat akan banyak menguntungkan karena tidak mengganggu proses metabolisme dan dapat meningkatkan penyerapan zat makanan karena laju digesti menjadi lambat. 2

3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari perbedaan waktu pembatasan dan pemenuhan kembali jumlah pakan terhadap konsumsi pakan, kecernaan dan perubahan bobot badan pada kambing kacang jantan. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi pemberian pakan dalam aspek produksi pada ternak. 3

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dan Malaysia (Devandra dan Burns, 1994). Kambing kacang memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri tegak (Batubara et al., 1993). Menurut Jakfar (2010), kambing kacang (lokal) memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan. Potensinya adalah mudah pemeliharaan dan bisa kawin secara alami. Potensi lainnya adalah daging dan kotoran. Sebagai penghasil daging, ternak ini digunakan sebagai penyediaan daging alternatif untuk memenuhi gizi masyarakat. Keunggulan kambing kacang lainnya adalah jumlah anak perkelahiran yang tinggi tidak hanya kembar dua tetapi juga dapat mencapai tiga atau empat. Selain itu kambing kacang juga memiliki potensi yang lain seperti daya adaptasi yang baik terhadap kondisi yang terbatas seperti cekaman panas dan kualitas pakan yang rendah (Dinas Peternakan Brebes dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, 2005). Meskipun kambing ini sangat mudah beradaptasi terhadap kondisi pakan setempat (Sianipar et al., 2003), pengembangan kambing kacang juga terhambat karena adanya keterbatasan ketersediaan pakan pada musim kemarau (Lubis, 1994). 4

5 Pakan Jerami kacang tanah (rendeng). Kacang tanah merupakan tanaman legum yang mampu mengambil nitrogen udara melalui simbiosisnya dengan bakteri Rhizobium. Kemampuan mengikat nitrogen baru dimiliki pada umur 15 sampai 20 hari setelah penanaman (Suprapto, 2001). Reksohadiprodjo (1984) menyebutkan bahwa jerami kacang tanah merupakan bagian dari limbah pertanian dan merupakan bagian terbesar dari sisa tanaman kacang tanah yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak ruminansia. Cahyono (1995) menyatakan sistematika tanaman kacang tanah adalah sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta (tanaman berbiji) Subdivisio : Angiospermae (biji berada dalam buah) Classis : Dicotylrdoneae (biji berkeping dua) Sub ordo : Polipetalis/Rosales Familia : Leguminoceae (kacang-kacangan) Sub familia : Papilionaceae Genus : Arachis Species : Arachis hypogaea L. Kacang tanah yang tergolong genus Arachis mempunyai 12 spesies. Namun, yang selama ini dikenal dan banyak dibudidayakan adalah dari spesies Arachis hypogaea L, mempunyai dua subspesies, yakni subspesies hypogeae dan subspesies fascigiata. Kedua subspesies 5

6 tersebut memiliki perbedaan sifat-sifat morfologi. Kacang tanah subspesies fascigiata terdiri dari dua tipe, yakni tipe valensia dan tipe spanis, sedangkan kacang tanah subspesies hypogeae hanya ada satu tipe, yakni tipe virginia. Daun kacang tanah merupakan sumber protein dan zat kapur sehingga sangat baik untuk pakan ternak (misalnya ternak kelinci). Pemberiannya kepada hewan ternak tidak boleh dalam keadaan segar (daun baru dipangkas) dan juga tidak boleh dalam jumlah berlebihan, sebab daun kacang tanah yang diberikan dalam keadaan segar dan berlebihan dapat menyebabkan sakit perut atau kembung (bloat) bagi hewan ternak yang memakannya (Cahyono, 1995). Jerami atau tangkai tanaman yang kering dari tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea) memiliki nilai gizi lebih tinggi daripada jerami lainnya (Williamson dan Payne, 1993). Jerami kacang tanah mempunyai kandungan bahan kering (BK) sebanyak 35 %, protein kasar (PK) sebanyak 15,1 %, serat kasar (SK) sebanyak 22,7 %, total digestible nutrient (TDN) sebanyak 65 %, Ca sebanyak 1,51 % dan P sebanyak 0,20 % (Hartadi et al., 1990). Konsentrat Konsentrat merupakan bahan pakan ternak yang mengandung energi relatif tinggi, serat kasar rendah, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) tinggi dan mudah dicerna oleh ternak (Tillman et al., 1991). Suplementasi pakan konsentrat pada pakan ternak ruminansia dimaksudkan untuk meningkatkan nilai gizi atau zat pakan, meningkatkan 6

7 konsumsi pakan juga meningkatkan daya cerna pakan bila diberikan pakan dasar hijauan (Mulyono, 2005). Suplementasi konsentrat ini biasanya digunakan untuk menyempurnakan susunan nutrisi dari bahan pakan dasar sebelum diberikan pada ternak dengan tujuan produksi tertentu (Parakkasi, 1999). Pembatasan Pemberian Pakan Pertumbuhan kompensantori dapat difenisikan sebagai suatu proses fisiologis dimana organisme mempercepat pertumbuhannya setelah periode pembatasan pakan dalam rangka untuk mencapai berat badan yang pertumbuhannya berkurang (Hornick et al., 2000). Penelitian Aboelmaaty et ai. (2008) menunjukkan bahwa dengan penurunan pemberian pakan pada ternak kambing 50% dari rata-rata konsumsi sebelumnya selama 35 hari menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan. Namun demikian setelah pengembalian jumlah pakan selama 35 hari ternyata terjadi kompensasi pertambahan berat badan. Kompensasi pertambahan berat badan pada tiap ternak akan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor yang mungkin akan mempengaruhi kompensasi pertambahan berat badan antara lain adalah jenis atau bangsa ternak, tingkat stress, dan lama restriksi. Dashtizadeh et al. (2008) dalam penelitiannya menunjukan kelompok ternak yang diberi periode restriksi selama 75 hari mengalami peningkatan berat badan lebih tinggi di periode pemenuhan pakan 7

8 kembali dibanding kelompok ternak periode restriksi 45 dan 60 hari. Ryan (1990) menambahkan peningkatan durasi pembatasan pakan cenderung meningkatkan pertumbuhan berat badan saat periode pemenuhan pakan kembali. Waktu Pembatasan Pakan Pembatasan pakan pada ternak kambing sebesar 40% dilakukan selama 35 hari menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan. Yakubu et al. (2007) dan Dashtizadeh et al. (2008) menyatakan bahwa penurunan berat badan selama periode pembatasan pakan adalah strategi dalam tubuh ternak, sehingga mengakibatkan kurangnya asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh ternak untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan. Namun setelah pengembalian jumlah pakan selama 35 hari terjadi kompensasi pertambahan berat badan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kompensasi pertambahan berat badan antara lain jenis atau bangsa ternak, tingkat stress dan lama restriksi (Aboelmaaty et al., 2008). Pembatasan pakan sebesar 40% pada ternak kambing Kacang jantan selama 2 bulan mengalami penurunan secara bertahap, namun pada saat pengembalian jumlah pakan kembali berat badan yang didapat tidak setinggi pada pembatasan pakan selama 35 hari. Hewan dapat merespon secara berbeda terhadap pengembalian jumlah pakan ketika pembatasan gizi sudah tidak dilakukan, perbedaan tersebut dapat 8

9 dipengaruhi oleh faktor genetik, usia di mana pembatasan dikenakan, lama restriksi, kualitas pakan dan durasi refeeding (Benschop, 2000). Kecernaan Kecernaan pakan didefinisikan sebagai jumlah atau bagian pakan yang tidak diekskresikan melalui feses dan diasumsikan sebagai nutrien yang diabsorbsi oleh ternak. Kecernaan biasanya dinyatakan dalam bahan kering atau dalam bentuk persentase yang disebut koefisien cerna (McDonald et al., 1995). Faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan pakan antara lain adalah level pakan, banyaknya serat atau lignin (jenis tanaman), definisi nutrien, preparasi bahan pakan, pengaruh frekuensi pemberian pakan, palatabilitas pakan, adaptasi perubahan pakan, perbedaan spesies ternak dan status fisiologis rumen (Church dan Pond, 1988; Tomaszewska et al., 1993). Kecernaan pada ruminansia dapat ditentukan dengan menggunakan ternak secara langsung. Kecernaan pakan ditetapkan berdasarkan jumlah bahan pakan yang dimakan dikurangi jumlah (feses) yang dikeluarkan, demikian juga dengan nutrien yang tercerna. Penetapan kecernaan secara in vivo dilakukan menggunakan metode koleksi total atau total collection yang dibagi menjadi tiga periode yaitu periode adaptasi kandang dan pakan, periode pendahuluan, dan periode koleksi data masing-masing selama tujuh hari. Periode adaptasi dan periode pendahuluan ada kalanya dijadikan satu sehingga tidak ada batasan yang 9

10 nyata. Koleksi data meliputi konsumsi selama 24 jam dari pukul 8.00 sampai pukul 8.00 pada hari berikutnya (Utomo, 2012). Tillman et al., (1998) menyatakan bahwa periode koleksi berlangsung selama 5 sampai 15 hari dan selama periode ini feses dikumpulkan, ditimbang dan dicatat. Konsumsi Pakan Konsumsi pakan adalah sejumlah pakan yang dapat dikonsumsi ternak pada periode waktu tertentu (Van Soest, 1994). Ternak ruminansia yang normal (tidak sakit atau sedang bereproduksi) mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok (Siregar, 1996). Pakan yang dikonsumsi menentukan jumlah zat zat makanan yang tersedia bagi ternak dan selanjutnya akan mempengaruhi tingkat produktivitas ternak tersebut. Namun yang menentukan konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat komplek, karena banyak faktor yang terkait seperti sifat pakan, ternak dan faktor lingkungan, dimana makin baik kualitas makanannya, makin tinggi konsumsi pakan (Tarigan, 2009). Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa konsumsi BK harian kambing lokal asli daerah tropis yang diberikan pakan sekenyang kenyangnya adalah 1,8% sampai 4,7 %. Suwignyo et al. (2015) menyatakan pembatasan pakan berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi nutrien, tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik pada kambing bligon. 10

11 Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dilakukan dengan cara penimbangan secara berkala dan dinyatakan sebagai pertumbuhan berat badan dalam satuan waktu tertentu: tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya. Pertumbuhan mempunyai tahap yang cepat dan tahap yang lambat. Tahap yang cepat terjadi pada saat sampai pubertas dan tahap lambat terjadi pada saat dewasa tubuh telah tercapai (Tillman et al., 1989). Selama pertumbuhan ada dua hal yang terjadi yaitu peningkatan bobot badan sampai mencapai dewasa yang disebut pertumbuhan dan pertumbuhan konformasi (bentuk tubuh) serta berbagai fungsi dan kesanggupanya untuk melakukan sesuatu menjadi wujud penuh yang disebut perkembangan. Hampir pada semua hewan, walaupun betina lebih cepat mencapai dewasa namun jantan lebih besar dan lebih berat dari pada betina dalam kehidupan dewasa (Lawrie, 1995). Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ serta komponen-komponen kimia, terutama air, lemak, protein dan abu pada karkas. Faktor jenis kelamin, hormon dan kastrasi serta genotif juga mempengaruhi pertumbuhan. Dimana konsumsi protein dan energi yang lebih tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat (Soeparno, 1992). 11

12 LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Landasan Teori Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia, yang cocok untuk di kembangbiakkan di daerah tropis yang jarang akan ketersediaan hijauan. Kambing kacang merupakan ternak yang mudah beradaptasi dengan lingkungan yang tidak sesuai dengan hewan domestik lain, selain itu kambing kacang tahan terhadap berberap penyakit. Hijauan pakan sebagai pakan utama ternak ruminansia sering mengalami kekurangan terutama pada musim kemarau, untuk memenuhi kebutuhan hijauan dilakukan pemanfaatan dengan limbah pertanian, salah satu limbah pertanian yang banyak tersedia adalah jerami kacang tanah. Konsumsi pakan merupakan hal pokok yang akan mempengaruhi produksi ternak. Volume pakan yang diperlukan kambing tergantung dari berat badan dan kemampuan memakan. Jika kebutuhan pakan kambing cukup maka produksinya akan baik, begitu pula sebaliknya, apabila kebutuhan pakan kambing kurang maka produksinya akan turun. Kecernaan merupakan banyaknya pakan yang dapat dicerna didalam saluran pencernaan. Penambahan jumlah bahan makanan yang dimakan mempercepat arus makanan dalam usus sehingga mengurangi daya cerna. Daya cerna yang tertinggi didapat pada jumlah konsumsi sedikit lebih rendah dari kebutuhan hidup pokok, sehingga pengurangan jumlah pakan pada fase restriksi dapat meningkatkan kecernaan ternak. 12

13 Pengurangan jumlah pakan yang sesuai baik dalam hal jumlah maupun waktu dimungkinkan akan menghasilkan compensantory growth. Saat periode pengurangan pakan akan memicu penurunan berat badan dan pada saat pemenuhan kembali akan terjadi penambahan bobot badan. Respon ternak terhadap pengurangan jumlah pakan dan pemenuhan pakan kembali akan mempengaruhi konsumsi dan kecernaan pada ternak. Pengaruh dari penambahan pakan kembali akan meningkatkan konsumsi pakan, juga dapat meningkatkan kecernaan bahan kering pakan. Peningkatan kecernaan bahan kering pakan akan menambah jumlah zat-zat gizi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan produksi. Hipotesis Perlakuan pembatasan dan pemenuhan kembali pakan pada perbedaan waktu akan memiliki efek yang lebih tinggi dibandingkan tanpa perlakuan pembatasan pakan dan pemenuhan kembali terhadap peningkatan konsumsi pakan, peningkatan kecernaan nutrien dan pertambahan bobot badan pada kambing kacang. 13

14 MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan di kandang percobaan Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak, dan Laboratorium Hijauan Makanan Ternak dan Pastura Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta. Materi Ternak percobaan. Ternak yang digunakan adalah 19 ekor kambing kacang jantan yang memiliki karakter morfologi panjang badan 50,33 cm, tinggi pundak 52 cm, tinggi pinggul 58,4 cm dan lingkar dada 64,77 cm (Setiadi et al., 1997), dengan rata- rata umur delapan bulan. Jenis kambing yang digunakan adalah kambing kacang yang memiliki ciriciri ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri tegak (Batubara et al., 1993), dengan berat badan awal rata- rata 16,71 kg. Kandang percobaan. Kandang percobaan yang digunakan terdiri atas satu unit kandang berbentuk panggung dengan petak-petak individu berukuran 1,5 x 0,75 m yang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Tempat pakan menempel di luar bagian depan dari petak individu, sedangkan untuk tempat air minum digunakan ember yang dimasukkan ke dalam kandang. Alat. Alat yang digunakan adalah timbangan duduk dengan merek Camry kapasistas 10 kg dengan ketelitian 25 g untuk menimbang pakan, timbangan berat badan merk Camry kapasitas 100 kg untuk menimbang 14

15 Bahan pakan Fase full feeding dan refeeding berat badan kambing. Chopper, parang, ember, rangkaian alat-alat laboratorium. Pakan. Pakan yang digunakan terdiri atas hijauan berupa jerami kacang tanah (rendeng) yang dibeli dari petani di wilayah Sleman. Konsentrat yang digunakan adalah konsentrat komersial berbentuk pelet dengan nama Gemuk A produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia. Pemberian pakan dihitung 3% bahan kering dari bobot badan untuk kambing perlakuan kontrol, dengan perbandingan hijauan dan konsentrat 60:40, sedangkan untuk kambing perlakuan restriksi jumlah pakan yang dberikan sebanyak 60%, sehingga jumlah pakan yang dikurangi adalah 40% dari kebutuhan total harian dalam bahan kering maka, pemberian pakan dalam bentuk bahan kering tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi ransum perlakuan Perlakuan (% BK dari BB ternak) BK BO PK TDN PO P1 P2 P0 P1 P2 P0 P1 P2 P0 P1 P2 4,74 4,74 4,74 1,28 1,28 1,28 0,48 0,48 0,48 1,64 1,64 1,64 Fase restriksi Keterangan : BB : berat badan, BK : bahan kering, BO : bahan organik, PK : protein kasar, TDN : total digestible nutrient, PO : control, P1 : restriksi 1 bulan, P2 : restriksi 2 bulan. Air minum diberikan secara ad libitum serta dikontrol pada saat pemberian pakan pagi dan sore. Komposisi hijauan dan konsentrat yang diberikan pada kambing kacang saat penelitian disajikan pada Tabel 2. 15

16 Tabel 2. Komposisi kimia pakan penelitian Bahan Komposisi pakan BK (%) BO (%) PK (%) SK (%) LK (%) TDN (%) Rendeng 28,47 18,73 16,09 24,68 7,56 65,96 Konsentrat 85,46 79,33 16,04 10,63 79,33 71,11 Keterangan : BK : bahan kering, BO : bahan organik, PK : protein kasar, SK : serat kasar, LK : lemak kasar, TDN : total digestible nutrient. Metode Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 sampai Desember 2014, bertempat di kandang percobaan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Analisis komposisi kimia pakan dilakukan di Laboratorium Hijauan Makanan Ternak dan Pastura Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Pra-penelitian Pra-penelitian dilakukan selama satu bulan dimaksudkan untuk membiasakan ternak dengan lingkungan yang baru (adaptasi ternak). Ternak di tempatkan pada kandang yang telah disediakan, kemudian diberikan pakan berupa konsentrat dan hijauan sesuai kebutuhan. Tahapan penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua tahap, dapat dilihat skema penelitian pada Gambar 1. Tahap pertama yaitu pengurangan pakan yang berlangsung selama satu bulan dan dua bulan. Jumlah pakan yang dikurangi adalah 40% dari kebutuhan total harian dalam bahan kering maka, jumlah pakan yang dberikan sebanyak 60%. Perbandingan hijauan dan konsentrat adalah 60:40. Tahap kedua berlangsung selama 16

17 satu bulan dan dua bulan, yaitu tahap pemenuhan kembali pakan sesuai dengan 3% bahan kering dari berat badan ternak. Pakan hijauan kacang tanah (rendeng) dan konsentrat diberikan secara ad libitum. Perubahan dari proses full feeding ke restriksi dilakukan secara gradual, yaitu penurunan pakannya dilakukan secara bertahap dilakukan selama satu minggu pada akhir perlakuan. Hal yang sama dilakukan ketika perpindahan dari pengurangan pakan ke tahap pemenuhan kembali pakan. Restriksi - P1 : 1 bulan -P2 : 2 bulan Refeeding - P1 : 1 bulan - P2 : 1 bulan Pengambilan data hidup. Data yang diambil selama penelitian adalah konsumsi pakan, bobot Konsumsi pakan. Konsumsi pakan dihitung dengan cara mengurangi jumlah pakan yang diberikan dengan pakan sisa atau pakan yang tidak dimakan. Pakan yang akan diberikan ditimbang terlebih dahulu, sedangkan sisa pakan ditimbang pada sore hari untuk pakan yang diberikan di pagi dan pagi hari untuk pakan yang diberikan pada sore hari. 17

18 Bobot hidup. Bobot hidup diambil setiap satu minggu sekali dengan cara menimbang berat badan ternak sebelum diberi pakan, dilakukan pada pagi hari agar mendapat berat kosong ternak. Kecernaan. Feses ditampung selama 24 jam selama periode pengamatan, ditimbang. Contoh feses dijemur di bawah sinar matahari. Pengamatan dilakukan selama 7 hari secara berturut pada akhir periode restriksi dan refeeding, kemudian feses yang sudah kering dikomposit dari setiap perlakuan untuk dianalisis bahan kering, bahan organik, protein kasar, dan serat kasar. Koefisien cerna nutrien dapat dihitung dengan formula : a. Konsumsi Bahan Kering (BK) : Konsumsi BK = (pemberian pakan x % BK) - (sisa pakan x % BK) b. Konsumsi Bahan Organik (BO) Konsumsi Bahan Organik = Konsumsi bahan kering x % BO c. Kecernaan Bahan Kering (KcBK) : Kecernaan BK = (konsumsi BO pakan BO feses ) konsumsi BO pakan d. Kecernaan Bahan Organik (KcBO) : Kecernaan BO = (Konsumsi BO pakan Bo feses ) Konsumsi BO pakan x 100% x 100% Rancangan Percobaan dan Analisis data Rancangan Percobaan penelitian dilakukan dalam Rancangan Acak Kelompok. Data yang diperoleh dianalisis variasi pola searah menggunakan program SPSS versi 16.0 for Windows. 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Bligon. Kambing Bligon (Jawa Randu) merupakan kambing hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Bligon. Kambing Bligon (Jawa Randu) merupakan kambing hasil TINJAUAN PUSTAKA Kambing Bligon Kambing Bligon (Jawa Randu) merupakan kambing hasil persilangan antara kambing kacang dengan kambing Peranakan Ettawa (PE). Kambing Bligon memiliki bentuk tubuh yang agak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan kadar protein dan energi berbeda pada kambing Peranakan Etawa bunting dilaksanakan pada bulan Mei sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi 22 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi Madura Jantan yang Mendapat Kuantitas Pakan Berbeda dilaksanakan pada bulan Juni September 2015. Lokasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Hasil analisis kandungan nutrien silase dan hay daun rami yang dilakukan di Laboratorium PAU IPB dapat dilihat pada Tabel 4 dan kandungan nutrien ransum disajikan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2010 hingga April 2011 di peternakan sapi rakyat Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, dan di Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum HASIL DA PEMBAHASA Konsumsi Bahan Kering Ransum 200 mg/kg bobot badan tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering. Hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (Tabel 2) mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Salah satu jenis ternak pengahasil daging dan susu yang dapat dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang dengan kambing Peranakan Etawa (PE). Kambing jenis ini mampu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging Ternak kambing merupakan komponen peternakan rakyat yang cukup potensial sebagai penyedia daging. Ternak kambing mampu beradaptasi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4. PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Evaluasi Panjang Potongan Hijauan yang Berbeda dalam Ransum Kering Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Kambing Lokal dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Pra Sapih Konsumsi pakan dihitung berdasarkan banyaknya pakan yang dikonsumsi setiap harinya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut. Pakan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak 8 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian keluaran kreatinin pada urin sapi Madura yang mendapat pakan dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penyusunan ransum bertempat di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pembuatan pakan bertempat di Indofeed. Pemeliharaan kelinci dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011) MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ternak Ruminansia Kecil (Kandang B), Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Metode

MATERI DAN METODE. Metode MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Peternakan Kambing Perah Bangun Karso Farm yang terletak di Babakan Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis pakan

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Peternakan Domba CV. Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04 RW 05, Ciampea-Bogor. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 24 Agustus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawa (PE) Kambing merupakan jenis ruminansia kecil yang memiliki tingkat pemeliharaan lebih efesien dibandingkan domba dan sapi. Kambing dapat mengkomsumsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak 10 BAB III MATERI DAN METODE Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak Potong dan Kerja, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Penelitian dilaksanakan mulai

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di kandang kambing Kelompok Tani Ternak Tunas Melati, di desa Cepoko Kuning, Batang, Jawa Tengah serta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pakan Ternak Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan beragam dan tidak bisa tumbuh dengan baik bila terus diberi pakan yang sama dalam jangka waktu yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi

Lebih terperinci

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tatap muka ke 7 POKOK BAHASAN : PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program pemberian pakan pada penggemukan sapi dan cara pemberian pakan agar diperoleh tingkat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki

Lebih terperinci

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011) METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kandang domba Integrated Farming System, Cibinong Science Center - LIPI, Cibinong. Analisis zat-zat makanan ampas kurma dilakukan di Laboratorium Pengujian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KambingKacang Kambing Kacang merupakan salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil,

Lebih terperinci

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian berada di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil dan Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September 16 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September 2012 yang bertempat di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Analisis

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja untuk tahap pemeliharaaan serta analisis sampel di Laboratorium Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba) Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba) Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D. HP: 0815-7810-5111 E-mail: Laboratorium Teknologi Makanan Ternak Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan ternak lokal yang sebarannya hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai September 2015 bertempat di Kandang Kambing Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas Peternakan dan Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan Kecernaan Bahan Kering Konsumsi dan kecernaan bahan kering dapat dilihat di Tabel 8. Penambahan minyak jagung, minyak ikan lemuru dan minyak ikan lemuru terproteksi tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, menyebabkan ketersediaan produk hewani yang harus ditingkatkan baik dari segi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Diponegoro, Semarang. Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga

BAB III MATERI DAN METODE. Diponegoro, Semarang. Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang komposisi kimiawi tubuh sapi Madura jantan yang diberi level pemberian pakan berbeda dilaksanakan di Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelinci adalah salah satu ternak penghasil daging yang dapat dijadikan sumber protein hewani di Indonesia. Sampai saat ini masih sangat sedikit peternak yang mengembangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki keunggulan antara lain pemeliharaan yang mudah serta memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan dan pembuatan ransum di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6 12 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6 Maret 2016 di Kelompok Tani Ternak Wahyu Agung, Desa Sumogawe, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakasanakan di Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi 1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedet Pedet merupakan ternak replacement stock. Pemberian suplemen pada pedet prasapih pada awal laktasi diharapkan akan dapat mengendalikan penyebab terjadinya penurunan kemampuan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan dengan rata-rata bobot badan sebesar 21,09 kg dan koevisien

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat yakni pada tahun 2011 berjumlah 241.991 juta jiwa, 2012 berjumlah 245.425 juta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung limbah kecambah kacang hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura adalah salah satu plasma nutfah yang berasal dari Indonesia, tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan sebagai ternak

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Oktober 2011 di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan 14 METODE PENELITIAN Penelitian ini dibagi menjadi dua percobaan yaitu 1) Percobaan mengenai evaluasi kualitas nutrisi ransum komplit yang mengandung limbah taoge kacang hijau pada ternak domba dan 2)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani, terutama daging kambing, menyebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci (Oryctolagus cuniculus) diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Lagomorpha, famili Leporidae, genus Oryctolagus dan spesies cuniculus.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan April 2010 di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum Rataan konsumsi bahan kering dan protein ransum per ekor per hari untuk setiap perlakuan dapat

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39 Ketersediaan sumber pakan hijauan masih menjadi permasalahan utama di tingkat peternak ruminansia. Pada musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual dengan harga murah untuk mengatasi terbatasnya hijauan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012. Pembuatan pakan dilaksanakan di CV. Indofeed. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi keseluruhan kecernaan ransum. Nilai kecernaan yang paling

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 5 Agustus

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 5 Agustus 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian telah dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 5 Agustus sampai dengan 30 September 2015. Kegiatan penelitian ini bertempat di P.T. Naksatra Kejora Peternakan Sapi

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak 24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ternak Penelitian, Ternak yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK PERSENTASE EDIBLE PORTION DOMBA YANG DIBERI AMPAS TAHU KERING DENGAN ARAS YANG BERBEDA (Edible Portion Percentage of Rams Fed Different Levels of Dried Tofu By-product) D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya gizi bagi kesehatan

Lebih terperinci