NEMATODA. - Mulut terdiri atas tiga buah bibir. - Telur yang dibuahi berukuran + 60 x 45 mikron, berbentuk oval, berdinding

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NEMATODA. - Mulut terdiri atas tiga buah bibir. - Telur yang dibuahi berukuran + 60 x 45 mikron, berbentuk oval, berdinding"

Transkripsi

1

2 1 NEMATODA 1.1 Nematoda Usus Ascaris lumbricoides Penyakit Askariasis. Hospes Manusia. Morfologi - Cacing jantan berukuran cm, ekor melingkar, memiliki 2 spikula. - Cacing betina berukuran cm, ekor lurus, pada 7/3 bagian anterior memiliki cincin kopulasi. - Mulut terdiri atas tiga buah bibir. - Telur yang dibuahi berukuran + 60 x 45 mikron, berbentuk oval, berdinding tebal dengan 3 lapisan dan berisi embrio. - Telur yang tidak dibuahi berukuran + 90 x 40 mikron, berbentuk bulat lonjong atau tidak teratur, dindingnya terdirl atas 2lapisan dan dalamnya bergranula. - Telur decorticated, telurnya tanpa lapisan albuminoid yang lepas karena proses mekanik. Patologi klinis Larva di pulmo menyebabkan sindrom Loeffler, juga dapat menyebabkan bronkopneumonia. Cacing dewasa di dalam rongga usus dapat menyebabkan ileus obstruktif. Bila cacing dewasa menetap di tempat-tempat yang tidak biasa (apendiks, peritoneum, saluran empedu, trakea) disebut infeksi ektopik. Diagnosis Adanya telur dalam tinja. Cacing dewasa yang keluar melalui mulut, hidung, atau tinja. Terapi Piperazin sitrat, pirantel pamoat, mebendazol, dan albendazol.

3 Gambar 1.1 Cacing Ascaris Iumbricoides dewasa (makroskopik). Gambar 1.2 Mulut Ascaris lumbricoides (pembesaran 10 x 10).

4 Gambar 1.3 Telur Ascaris lumbricoides yang dibuahi (pembesaran 10 x 20). Gambar 1.4 Telur Ascnris lumbricoides yang tidak dibuahi (pembesaran 10 x 40).

5 Gambar 1.5 Telur Ascaris lumbricoides yang berisi embrio (pembesaran 10 x 40).

6 Toxocara sp. Penyakit Visceral lhraa migrans. Hospes Anjing merupakan hospes definitif Toxocarn canis. Ktcing merupakan hospes definitif. Toxocara cati. Morfologi - Bagian kepala memplrnyai cephalic alae. - Toxocara canis jantan berukuran 3,6-8,5 cm, ekor melingkar. Toxocara canisbetina berukuran 5,7-1-0,0 cm, ekor lurtrs. - - Toxocara cati jantan berukuran 2,5-7,8 cm, ekor melingkar. - Toxocara catibelina berukuran 2,5-L4,0 cm, ekor lurus. - Telurnya berukuran + 80 x 70 mikron, bulat, dinding luar menyerupai renda. Patologi klinis Menyebabkan aisceral laraa migrans dengan gejala eosinofilia, demam, dan hepatomegali. " Diagnosis Reaksi imunologi atau dengan menemukan larva dalam jaringan biopsi. Terapi Tiabendazol,

7 Gambar 1.6 Cacing Toxocara sp. dewasa (makroskopik). Gambar 1.7 Telur Toxocara sp. (pembesaran 10 x 20).

8 Cacing tambang (Ancy I o st oma duo denale dan N ec at or americ anus) Penyakit Ankilostomiasis dan nekatoriasis. Hospes Manusia. Morfologi An cylos t oma duo denale. - panjang badannya t 1 cm, menyerupai huruf C.. - di bagian mulutnya terdapat dua pasang gigi. - cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks pada bagian ekornya. - cacing betina ekornya runcing. Necator americanus - panjang badannya + 1 cm, menyerupai huruf S' - bagian mulutnya mempunyai benda kitin' - cacing iantan mempunyai bursa kopulatriks pada bagian ekornya. - cacing betina ekornya rtmcing. - Telumya berukuran + 70 x 45 mikron, bulat lonjong, berdinding tipis, kedua kutub mendatar. Di dalamnya terdapat beberapa sel' - Larva rabditiform panjangnya mikron, rongga mulut panjang dan sempit, esofagus dengan dua bulbus dan menempati 7/3 panjang badan bagian anterior. - Larva filariform panjangnya mikron, ruang mulut tertutttp, esofagus menempati 1. / 4 panjang badan bagian anterior' Patologi klinis - Stadium larva: "gror,rnd itch" berupa bintik-bintik merah dan gatal' - Stadium dewasa: anemia hipokrom mikrositer dan eosinofilia. Diagnosis Telur dan larva dalam tinja. Terapi Mebendazol, pirantel pamoat, dan tetramisol'

9 Gambar 1.8 Cacing Ancylostoma duodenale dewasa (makroskopik). Gambar 1.9 Mulut Ancylostoma duodenale (pembesaran 10 x 20). 10

10 Gambar 1.10 Telur cacing tambang (pembesaran 10 x 40) Gambar 1.11 Cacing Necator americanus dewasa (makroskopik). 11

11 Gambar 1.12 Mulut Necator nmericanus (pembesaran 10 x 20). Gambar 1.13 Larva rabditiform (pembesaran 10 x 40). 12

12 Gambar 1.14 Larva filariform (pembesaran 10 x 10) 13

13 Cacing tambang (An cy I o st o m a b r a zili en s e dan"an cy I o st o m s c aninum) Penyakit Creeping eruption. Hospes Kucing, anjing.' Morfologi Ancylost oma br aziliense : -.Mulutnya memplrnyai sepasang gigi besar dan sepasang gigi kecil. - Badan cacing jantan panjangnya 4,7-6,3 rrrrr.. - Badan cacing betina panjangnya 6,L-8,4 mm. Ancylostoma caninum: - Mulutnya mempunyai tiga pasang gigi besar. - Cacing jantan panjangnya 10 mm. - Cacing betina panjangnya 14 mm. Patologi klinis Dermatitis berupa papel keras, merah dan gatal, ditemukan pada kaki penderita, lengan bawah, punggung. Diagnosis Gambaran klinis yang khas pada kulit, biopsi menemukan larva. Terapi Semprotan kloretil, tiabendazol, albendazol, dan salep albendazol 5'/.. 14

14 Gambar 1.15 Mulut Ancylostomn braziliense (pembesaran 10 x 40) Gambar 1.16 Mulut Ancylostomn caninum (pembesaran 10 x 40). 15

15 S tr ongyl o i de s st er c or ali s Penyakit Strongiloidiasis. Hospes Manusia. Morfologi Larva rabditiform: - panjangnya mikron, ruang mulut: terbuka, pendek, dan lebar' - esofagus dengan dua bulbr-rs, ekor runcing. Larva filariform: - panjangnya mikron, langsing, tanpa sarung, ruang mulut tertutup, eso- Tagus menempati 1/2 panjang badan, bagian ekor berujung tumpul berlekuk. Cacing dewasa jantan: bentuk bebas ' - panjangnya + 1 mm, esofagus pendek dengan dua bulbus, ekor melingkar dengan spikulr-rm. Cacing dewasa betina: bentuk bebas - panjangnya + I mm, esofagus pendek dengan dua bulbus, uterus berisi telur, ekor runcing. Patologi klinis - Stadium larva kulit: "Cutaneous Larva Migrans." paru-paru: pneumonitis atau bronkopneumonia. - Stadium dewasa Hiperinfeksi, autoinfeksi, hipereosinofilia, hepatitis, ileus paralitik. Diagnosis I-arva dalam tinja, biakan, atau aspirasi duodenum. Terapi Tiabendazol, pirvinium pamoat. 1,6

16 Gambar 1.17 Cacing Strongyloides stercornlis dewasa betina bentuk parasiter (pembesaran 10 x 3.3). Gambar 1.18 Larva rabditiform (pembesaran 10 x 40). 17

17 Gambar 1.19 Larva filariform (pembesaran 10 x 10). 18

18 Oxyuris ztermicularis (Ent er ob iu s o ertriicul aris) Penyakit. Oksiuriasis atau enterobiasis. Hospes Manusia. Morfologi - Cacing jantan panjangnya 2-5 mm, ekor melengkung. - Cacing betina panjangnya + 10 mm, uterus berisi telur, ekor runcing. - Baik jantan maupun betina mempunyai "cephalic alae". - Telurnya berukuran + 55 x 25 mikron, bentuk lonjong asimetris, berdinding tebal, berisi larva. Patologi klinis Pruritus ani terutama pada malam hari, gejala intestinal biasanya ringan, peradangan pada vagina/tuba Fallopii. Diagnosis Adanya telur dan cacing dewasa. Telur cacing dapat diambil dengan "anal swab". Terapi Piperazin, pirvinium pamoat, tiabendazol, dan mebendazol. 19

19 Gambar 1.20 Cacing Oxyuris aermicularis jantan (pembesaran 10 x 20). Gambar 1.21 Cacing Oxyuris uermiculnris betina (pembesaran 10 x 40).

20 Gambar 1.22 Telur Oxyuris aermiculnris berisi embrio (pembesaran 10 x 40). 27

21 Trichuris trichiura Penyakit Inkurrasls. Hospes Manusia. Morfologi - Cacing jantan panjangnya * 4 cm, bagian anterior halus seperti cambuk, bagian ekor melingkar. - Cacing betina panjangnya * 5 cm, bagian anterior halus seperti cambuk, bagian ekor lurus berujung tumpul. - Telurnya berukuran + 50 x 22 mikron, bentuk seperti tempayan dengan kedua ujung menonjol, berdinding tebal dan berisi larva. Patologi klinis - 'Infeksi ringan tidak menyebabkan gejala klinis yang khas. - Infeksi berat dan menahun menyebabkan disentri, prolapsus rekti, apendisitis, anemia berat, sakit perut, mual, dan muntah. Diagnosis Telur dalam tinja. Terapi Mebendazol, oksantel pamoat. 22

22 Gambar 1.23 Cacing Trichuris trichiura dewasa (pembesaran 10 x 3.3).

23 Trichinella spiralis Penyakit Trikinosis atau trikiniasis. Hospes Manusia, babi, tikus, beruang, dan lain-lain. Morfologi - Cacing jantan panjangnya * 1,5 mm, esofagus 7/2 panjangbadan, ujung ekor terdapat dua buah papel. - Cacing betina panjangnya 3-4 mm, esofagus 7/3 panjang badan, uterus berisi larva-larva, ekor berujung tumpul. Patologi klinis - Cacing dewasa masuk ke mukosa Lrslls menyebabkan sakit perut, diare, mual, dan muntah. - Larva di otot menyebabkan mialgia (nyeri pada otot) dan miositis (radang otot) yang disertai demam, hipereosinofilia, leukositosis. - Timbulnya perkapuran dan pembentukan jaringan fibrotik pada fase ekskistasi. Diagnosis Klinis dari anamnese, tes kulit, tes ikat komplemen, flokulasi, dan biopsi. Terapi Pengobatan secara simtomatis dan tiabendazol. 24

24 Gambar 1.25 Cacing Trichinella spirllis betina (pembesaran 10 x 20). Wkek :'i :.riqe*''q$*.. Fiti.,lr;r. Gambar 1.26 Kista berisi larva dalam otot lidah (pembesaran L0 x 40).

25 C ap ill ari a philipp in en si s Penyakit Kapilariisis usus. Hospes Manusia. Morfologi - Cacing jantan panjangnya + 2,31,2 mm, panjang esofagus 1./2 panjang badan dikelilingi oleh stikosit, ekornya mempllnyai papil. - Cacing betina panjangnya + 2,54,3 mm, panjang esofagus 1,/3-7/2 panjang badan dikelilingi oleh stikosit, uterus berisi telur atau larva. - Telurnya berukuran mikron, mirip dengan telur Trichuris trichiura hanya kutubnya tidak menonjol. Patologi klinis - Infeksi ringan menyebabkan diare, muntah dan nyeri di perut. - Infeksi berat menyebabkan sindrom malabsorbsi, hipereosinofilia, dan anemia. Diagnosis Telur, larva, cacing dewasa dalam tinja. Terapi Tiabendazol. 26

26 Gambar 1.27 Telur Capillnria philippinensis (pembesaran 10 x 40). 27

27 1.2 Nematoda ]aringan Wuchereria bancrofti Penyakit Wukereriasis. Hospes Manusia. Vektor - Di daerah perkotaan oleh nyamuk Culex quinquefasciatus. - Di pedesaan oleh nyamuk Anopheles atau Aedes. Morfologi - I.arva stadium I panjangnya mikron, bentuknya seperti sosis, ekornya panjang dan lancip. - Larva stadium II panjangnya mikron, bentuknya lebih gemuk dan lebih panjang daripada bentuk stadium I, ekornya pendek seperti kerucut. ' - Larva stadium III panjangnya mikron, bentuknya langsing, pada ekor terdapat tiga buah papil. - Mikrofilaria panjangnya mikron, bersarung pucat (pewarnaan haematoxylin), lekuk badan halus, panjang rlrang kepala sama dengan lebarnya, inti halus dan teratur, tidak ada inti tambahan. - Cacing dewasa (makrofilaria) halus panjang seperti benang, warna putih kekuningan. - Cacing jantan panjangnya * 40 mm, ekornya melingkar, mempllnyai 2 spikula. - Cacing betina panjangnya mm, ekor lurus berujung tumpul. Patologi klinis - Cacing dewasa menyebabkan limfadenitis, limfangitis retrograd, demam, funikulitis, orkitis, hidrokel, elefantiasis mammae dan alat kelamin. - Mikrofilaria menyebabkan occult filariasis. Diagnosis Gejala klinis, menemukan mikrofilaria, biopsi, imunologi.

28 Terapi Dietilkarbamasin. Gambar 1.28 Mikrofilaria dengan mikrograf fluoresen (pembesaran 10 x 40). 29

29 Gambar 1.29 Mikrofilaria di dalam darah (pembesaran 10 x 40, pewamaan Haematoxylin). Gambar 1.30 Larva stadium I (pembesaran 10 x 40). 30

30 Gambar 1.31 Larva stadium III (pembesaran 10 x 10). 31

31 Brugia malayi Penyakit.hrlanasls malayr. Hospes Manusia, kera, kucing, anjing, dan lain-lain. Vektor Anopheles b arbirostris. Morfologi - Mikrofilaria panjangnya mikron, bersarung merah pada pewarnaan giemsa, lekuk badan kaku, panjang ruang kepalanya dua kali lebarnya, betdannya mempunyai inti-inti tidak teratur, ekornya mempunyai satu-dua inti tambahan. - Cacing dewasa (makrofilaria) bentuknya halus seperti benang, warnanya putih kekuningan. - Cacing jantan panjangnya 23 mm, ekornya melingkar. - Cacing betina panjangnya 55 mm, ekornya lurus. - Memiliki larva stadium I, II, dan III seperti pada Wuchereria bancrofti. ' Patologi klinis Limfadenopati superfisial, eosinofil yang tinggi, elefantiasis tungkai/lengan bagian bawah, Diagnosis Gejala klinis, menemukan mikrofilaria, biopsi, imunologi. Terapi Dietilkarbamasin. 32

32 Gambar 1.32 Mikrofilaria di dalam darah (pembesaran 10 x 40). JJ

33 Brugia timori Penyakit Filariasis timori. Hospes Manusia. Vektor Anopheles b arbirostris. Morfologi - Mikrofilaria panjangnya mikron, bersarung pucat (pewarnaan haematoxylin), lekuk badan kaku, panjang ruang kepalanya tiga kali lebarnya, badan mempunyai.inti-inti tidak teratur, ekornya mempunyai dua inti tambahan. - Cacing dewasa (makrofilaria) bentuknya seperti benang, warnanya putih kekuningan. - Cacing jantan panjangnya 23 mm, ekornya melingkar. - Cacing betina panjangnya 39 mm, ekornya lurus. - Memiliki larva stadium I, II, dan III. " Patologi klinis Limfadenopati superfisial, eosinofil tinggi, elefantiasis tr,rngkai/lengan bagian bawah. Diagnosis Gejala klinis, menemukan mikrofilaria, biopsi, imunologi. Terapi Dietilkarbamasin. 34

34 Gambar 1.33 Mikrofilaria di dalam darah (pembesaran 10 x 40). 35

35 Loa-loa Penyakit Loaiasis'(Calabar swelling). Hospes Manusia. Hospes perantara Lalat Chrysops. Morfologi - Mikrofilaria berukuran 300 mikron, ditemukan dalam urin, darah, memiliki sarung. - Cacing dewasa hidup dalam jaringan subkutan, jaringan subkonyungtiva. - Cacing jantan berukuran 34 mm. - Cacing betina berukuran 70 mm. Patologi klinis Calabar swelling berupa peradangan dan pembengkakan sementara. Dapat menye-. babkan gangguan mata dan eosinofilia. Diagnosis - Menemukan mikrofilaria dalam darah pada siang hari. - Menemukan cacing dewasa dari konyungtiva atau jaringan subkutan. Terapi Dietilkarbamasin, pembedahan dilakukan bila ditemukan cacing dewasa di mata. 36

36 Gambar 1.34 Mikrofilaria dengan mikrograf fluoresen (pembesaran 10 x 40). 37

37 Dirofilaria immitis Penyakit LJrrotrlallasrs. Hospes Anjing, kucing, serigala, manusia, dan lain-lain. Hospes perantara Nyamuk Aedes togoi, Aedes albopictus. Morfologi - Cacing jantan panjangnya cm, ekornya bergulung dan memiliki 2 spikulum. - Cacing betina panjangnya 25-3I cm, ekornya lurus dan anus terbuka di bagian ventral. Patologi klinis Emboli dalam arteri pulmonalis, batuk, nyeri toraks, dispnea, hemoptisis. ' Diagnosis Mikrofilaria dalam darah, sinar X pada paru-paru, biopsi. Terapi Milbemisin D, sipol, ivermektin. 38

38 Gambar 1.35 Mikrofilaria dengan mikrograf fluoresen (pembesaran 10 x 40). 39

39 D r acunculu s me din ensi s Penya(it Drakunkuliasis. Hospes Manusia, kera, anjing, kuda, dan sapi, Hospes perantara Siklops. Morfologi - Cacing dewasa dalam jaringan di bawah kulit. - Cacing jantan panjangnya 2-5 cm, memiliki 2 spikulum. - Cacing betina panjangnya cm. - Larva panjangnya mikron, ekornya p4njang dan halus. Patologi klinis Ulkus, urtikaria, eritema, sesak napas, muntah, gatal, alergi, eosinofilia.. Diagnosis Larva atau cacing dewasa pada lesi di kulit. Terapi Tiabendazol, Niridazol. 40

40 Gambar 1.36 Larva (pembesaran 10 x 40). 41

41 Gnatho stoma spinigerum Penyakit Gnatostomiasis. Hospes Kucing, anjing, harimau, dan manttsia. Hospes perantara - Siklops sebagai hospes perantara pertama. - Ikan air tawar sebagai hospes perantara kedua. Morfologi - Cacing dewasa memiliki bulbus yang diliputi empat sampai delapan baris duri-duri yang runcing dan melengkung. - Cacing jantan panjangnya mm. - Cacing betina panjangnya mm. - Telurnya berukuran 65 x 36 mikron, salah satu ujungnya terdapat tonjolan jernih, berisi morula. - Larva stadium III panjangnya + 5 mm, kepala berbulbus dengan empat baris dtrri-duri, badan berduri, esofagus 7/3bagian anterior badan. Patologi klinis Benjolan di bawah kulit dapat berpindah-pindah (larva migrans/creeping eruption), selulitis orbita, eosinofilia, hematuri, hemoptisis, pembengkakan faring. Diagnosis Adanya cacing dewasa, reaksi imunologi (tes kulit). Terapi Pembedahan untttk mengelttarkan cacing. 42

42 *h. $$ L'i'tf*._ " &" q# & '.irail Gambar 1.37 Cacing Gnnthostomn spinigerum dewasa (makroskopik) Gambar 1.38 Larva stadium III (pembesaran 3.3 x 40) 43

43 Gambar 1.39 Telur Gnatltostomn spinigerum (pembesaran 10 x 40) Gambar 7.40 Larva GnnthLtstomo sptnigerum dalam otot (pembesaran 10 x 40)

44 2 TREMATODA Morfologi - Mirasidium berukuran + B0 mikron, berbentuk seperti daun dan bersilia. - sporokista berbentuk panjang seperti kantung, berisi redia/serkaria. Redia berbentuk kantung, memiliki faring atau batil isap kepala, berisi serkaria. - - Serkaria seperti daun berekor, mempunyai batil isap kepala, batil isap perut dan dua sekum. - Metaserkaria berukuran mikron, berbentuk bulat dengan dinding tebal. i:. t i. t:,:,aiil.:..1: :;; Gambar 2.1 Mirasidium (pembesaran 10 x 40). 45

45 Gambar 2.2 Metaserkaria dalam okrt ikan (pembesaran 10 x 10) Garnbar 2,3 Serkaria (pembesaran 10 x 10)

46 2.1 Trematoda Hati Clonorchis sinensis Penyakit' Klonorkiasis. Hospes Manusia, kucing, anjing, dan babi. Hospes perantara - Keong air tawar (Bulimus, Hua) sebagai hospes perantara pertama. - Ikan air tawar sebagai hospes perantara kedua' Morfologi - Cacing dewasa panjangnya * 1,6 cm, memiliki batil isap kepala dan batil isap perut ieria dua iekum, uterus berisi teh-rr, ovariltm dan reseptakulum seminalis burut, dua testis bercabang-cabang dan letaknya atas bawah, keleniar vitelaria 1/3 tengah kiri dan kanan badan. - Telur berukuran + 29 x 16 mikron, seperti kendi, operkulum besar, berisi mirasidium. Patologi klinis - Stadium ringan tidak ditemukan gejala. - Stadium progresif terjadi diare, iktertts, hepatomegali. - Stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal berupa pembesaran hati, ikterus, asites, edema, sirosis hepatis. Diagnosis Telur dalam tinja atau cairan dttodenttm. Terapi Klorokr-rin, Prazikuantel. 47

47 Gambar 2.4 Cacing Clonorchis sinensis dewasa (makroskopik). Gambar 2.5 Cacing Clonorchis sinensis dewasa (pembesaran 3.3 x 0.7).

48 Gambar 2.6 Telur Clonorchis sinensis (pembesaran 10 x 40). 49

49 Opistorchis aiaerrini Penyakit Opistorkiasis. Hospes Manusia, anjing, dan kucing. Hospes perantara - Keong sebagai hospes perantara pertama. - Ikan sebagai hospes perantara kedua. 'Morfologi - Cacing dewasa panjangnya * 0,5 cm, memiliki batil isap kepala dan batil isap perlrt, dua sekum, Llterlls berisi telur, ovarium dan reseptakulum seminalis, dua testis berlobus dalam dan letaknya miring, kelenjar vitelaria 1/3 tengah kiri dan kanan badan. -. Telurnya menyerupai telur Clonorchis sinensis. Patologi klinis Dispepsia, anoreksia, perasaan tidak enak di epigasterium, pembesaran hati, ik-, terus, diare, dan anemia. Diagnosis Telur dalam tinja atau cairan duodenum. Terapi Prazikuantel. 50

50 Gambar 2,7 Cacing Opistorchis aiaerrini dewasa (pembesaran 3.3 x 1'5). 51

51 Fasciola sp. Penyakit Fasioliasis. Hospes Kambing, sapi, dan manusia. Hospes perantara - Keong air (Lymnea) sebagai hospes perantara pertama. - Tanaman air sebagai hospes perantara kedua. Morfologi - Cacing dewasa Fasciola hepatica panjangnya * 2,5 crrr, batil isap kepala dan batil isap perut berdekatan, bagian kepala seperti kerucut, dna sekum bercabangcabang, ovarium bercabang-cabang, dua testis juga bercabang-cabang, kelenjar vitelaria hampir mengisi seluruh bagian tubuhnya. - Telur Fasciola hepatica berukuran x B0 mikron, operkulum kecil, berisi morula. - Cacing dewasa Fasciola gigantica dibedakan dengan Fasciola lrcpatica karena lebih panjang, keructtt kepala lebih pendek, batil isap perut lebih besar, alat reproduksi lebih anterior dan telurnya lebih besar. Patologi klinis Kerusakan parenkim hati, peritonitis, kolesistitis, sirosis periportal. Diagnosis Telur dalam tinja, cairan duodenum atau cairan empedu, reaksi serologi. Terapi Emetin HCl, diklorofenol (Bitionol), prazikuantel. 52

52 Gambar 2.8 Cacing Fnscioln lrcpntica dewasa (makroskopik). Gambar 2.9 Cacing Fnsciola hepaticn dewasa (pembesaran 3.3 x 1.5).

53 Gambar 2.10 Telur Fascioln ltepnticn dewasa (pembesran 10 x 40). Gambar 2.11 Cacing Fnsciola gignnticn dewasa (Pembesaran 3.3 x 1.5).

54 2.2 Trematoda Usus Echinostomd sp. Penyakit Ekinostomiasis. Hospes Manusia, tikus, anjing, burung, dan lain-lain. Hospes perantara - Keong air (Lymnaea, Anisus) sebagai hospes perantara pertama' - Keong air tawar (Viaiparus, Pila), dan remis (Corbicula) sebagai hospes perantara kedua. Morfologi - Telur berukuran x 60 mikron, operkulum kecil, berbentuk ovoid, berisi rnorula. - Cacing dewasa Ecldnostoma lindoense panjangnya t 1 cm, memiliki circumoral spines, dta sekum, uterus berisi telur, ovatium bulat, testis bulat berlobus' - Cacing dewasa Echinostoma malayanum panjangnya + L cm, memiliki circumoral spines, dua sekum, uterus berisi telur, ovarittm bulat, testis berlobus dalam seperti kuptt-kupu. Patologi klinis Radang kataral pada dinding usus, diare, sakit perut, anemia, edema' Diagnosis Telur dalam tinja. Terapi Tetrakloroetilen, praziktrantel. 55

55 Gambar 2.12 Cacing Echinostoma lindoense dewasa (pembesaran 3.3 x 1). Gambar 2.13 Telur Echinostoma sp. (pembesaran 10 x 40).

56 Fasciolopsis buski Penyakit Fasiolopsiasis. Hospes Manusia, babi, dan anjing. Hospes perantara - Keong air (Segmentina, Hippeutis, Gyraulus) sebagai hospes perantara pertama. - Tanaman air (Trapa, Eliocharis, Zizania) sebagai hospes perantara kedua. Morfologi Cacing dewasa panjangnya 3-5 cm, batil isap kepala dan batil isap perut berdekatan, memiliki dua sekum yang tidak bercabang, uterus berisi telur, ovarium bercabang, dua testis bercabang-cabang letak atas-bawah. Patblogi klinis Sakit perut, diare, gejala ileus akut, tukak, abses, intoksikasi, perdarahan. Diagnosis Telur dalam tinja. Terapi Diklorofen, niklosamid, prazikuantel. 57

57 Gambar 2.14 Cacing Fasciolopsis buski dewasa (pembesaran 3.3 x 1.5)' 58

58 Metagonimus sp. Penyakit Metagonimiasis. Hospes Manusia, anjing, kucing, babi, dan lain-lain. Hospes perantara - Keong (Semisulcospira, Thiara, Hua) sebagai hospes perantara pertama. - Ikan salem sebagai hospes perantara kedua. Morfologi Cacing dewasa Metagonimus yokogawai berukuran + 1 mm, memiliki batil isap kepala dan batil isap perut yang terletak agak lateral, ovarium dan uterus berisi telur, dua testis bulat letaknya serong. Patologi klinis Nyeri perut, diare, payah jantung, perdarahan serebral dan spinal. Diagnosis Telur dalam tinja. Terapi Prazikuantel, Bitionol. 59

59 Gambar 2.15 Cacing Metagonimus yokogawai dewasa (pernbesaran 10 x tro)' Gambar 2.16 Cacing Metagonimus tnknhashll dewasa (peatbesaran 10 x 10). 50

60 2.3 Trematoda Paru-paru P ar agonimus w e sterm ani Fenyakit Paragonimiasis. Hospes Manusia, harimau, kucing, dan lain-lain, Hospes perantara - Keong air tawar (Semisulcospira, Tliarn) sebagai hospes perantara pertama. - Ketam (Eriocheir, Potamon) atau udang air tawar (Astncus, Cambarus) sebagai hospes perantara kedua. Morfologi - Cacing dewasa panjangnya * 1.,2 cm, seperti biji kopi, memiliki batil isap kepala dan batil isap perut, testis berlobus tidak teratur, ovarium bercabang terletak anterior testis, uterus bersebelahan dengan ovarium berisi banyak telur, kelenjar vitelaria dari anterior sampai posterior. - Telur berukuran + 90 x 40 mikron, operkulum besar dan mendatar, berisi morula. Patologi klinis Batr.rk prodtrktif dengan sputum kental disertai darah (endemic hentoptysis), sakit pada abdomen, diare, epilepsi, meningitis, ensefalitis. Diagnosis Telur dalam sptttum atau tinja. Terapi Emetin HCl, bitionol, prazikuantel. 6T

61 Gambar 2.17 Cacing Pnrngonimus tuestermnni dewasa (makroskopik). Gambar 2.18 Cacing Pnragonimus westermani dewasa (pembesaran 3.3 x 10)

62 Gambar 2.19 Telur Pnrngonimus zuestermnni (pembesaran 10 x 40). 63

63 2.4 Trematoda Darah Schistosoma japonicum Penyakit Oriental schistosomiasls, skistosomiasis japonika, demam keong, Hospes Manusia, anjing, kucing, rusa, dan lain-lain. Hospes perantara Keong Oncomelania. Morfologi - Cacing jantan panjangnya I 1.,5 cm, gemuk, testis 6-8 buah, memiliki batil isap kepala dan batil isap perut, integumen halus, kanalis ginekoforus. - Cacing betina panjangnya * 1,9 cm,langsing, ovarium di tengah, uterus berisi telur, kelenjar vitelaria di posterior, terletak dalam kanalis ginekoforus cacing jantan. - Telur berukuran + 90 x 70 mikron, memiliki duri kecil, berisi mirasidium. ' Patologi klinis - Stadium I menyebabkan gatal-gatai (urtikaria), hipereosinofilia. - Stadium II ditemukan sindrom disentri. - Stadium III ditemukan sirosis hepatis dan splenomegali. Diagnosis - Telur dalam tinja atau dalam jaringan biopsi. - Reaksi serologis: COPT, IHT, ELISA, FAT. Terapi Niridazol, prazikuantel. 64

64 '*,ii Gambar 2.20 Cacing Schistosomn jnponiutm dewasa (pembesaran 3.3 x 1). Gambar 2.21 Telur Schistosomn japonicum (pembesaran 10 x 40). 65

65 Schistosoma mansoni Penyakit Skistosomiasis ustts. Hospes Manusia, kera, babon. Hospes perantara Keong air tawar (Biontplularia, Tropicorbis). Morfologi - Cacing jantan panjangnya + 1 cm, gemuk, testis 6-9 buah, kanalis ginekoforus, integumen bertonjolan. - cacing betina panjangnya! 7,4 cm, langsing, ovarium terletak pada pertengahan bagian anterior, terletak dalam kanalis ginekoforus cacing jantan. -.telur berukuran x 65 mikron, duri besar di lateral, berisi mirasidium. Patologi klinis Gejala mirip Schistosoma japonicum, tetapi lebih ringan, iuga menyebabkan spler nomegali. Diagnosis - Telur dalam tinja atau dalam jaringan biopsi. - Reaksi serologis: COPT, IHT, ELISA, FAT. Terapi Niridazol, prazikuantel. 66

66 Gambar 2.23 Telur Schistosomn mnnsoni (pembesaran 10 x 40).

67 S chist o s om a h aem atob ium Penyakit Skistosomiasis kandung kemih. Hospes Manusia, babon. Hospes perantara Keong air tawar (Bulinus, Physopsis, Biomphalaria)' Morfologi - Cacing jantan panjangnya t 1,3 cm, gemuk, testis 3-4 buah, kanalis ginekoforus, integumen bertonjolan halus. - Cacing betina pinjangnya t 2 cm, langsing, ovarium terletak pertengahan poster-ior, uterus beriji telur, kelenjar vitelaria di posterior, terletak dalam.kanalis ginekoforus cacing jantan. -.Telur beiukuran + 1,45 x 60 mikron, duri di ujung, berisi mirasidium. Patologi klinis Kelainan dinding kandung kemih, hematuria, disuria, sindrom disentri. Diagnosis Telur dalam urin. Terapi Niridazol, prazikuantel. 68

68 Gambar 2.24 Cacing Schistosoma haematobium dewasa (pembesaran 3.3 x 2.5, pewarnaan Carmine). Gambar 2.25 Telur Schistosoma lnematobium (pembesaran 10 x 40)

69 3 CESTODA 3.1 Ordo Pseudophyllidea D iphy ll ob othrium I atum Penyakit Difilobotriasis. Hospes definitif Manusia. Hospes reservoar Anjing, kucing, beruang. Hospes perantara - Siklops, Diaptomus sebagai hospes perantara pertama. - Ikan lir tawar (ikan salem) sebagai hospes perantara kedr'ra' Morfologi - Cacing dewasa berwarna kuning keabu-abuan panjangnya 3-10 m, memiliki lebih dari 3000 buah proglotid. - Proglotid matang dengan uterus berisi banyak telur terletak di tengah menyerupai roset, lubang genitalia dan lubang uterus di tengah atas, kelenjar vitelaria dan testis tersebar di bagian lateral. - Telur berukuran t 65 x 45 mikron, operkulum besat, penebalan berupa Penonjolan kecil di bagian posterior, berisi morula. Patologi klinis Gangguan gastrointestinal seperti diare, tidak nafsu makan, anemia pernisiosa, obstruksi usus. Diagnosis Telur dalam tinia.

70 Terapi Atebrin, kamokuin, yomesan & Gambar 3.1 Strobila Diphyllobothrium latum (makroskopik) 77

71 Gambar 3.2 Proglotid matang (gravid) Diphyllobothrium Intum (pembesaran 3.3 x 2). Gambar 3.3 Telur Diphyllobothrium latum (pembesaran 10 x 40).

72 3.2 Ordo Cyclophyllidea Taenia saginata Penyakit Teniasis saginata. Hospes Manusia. Hospes perantara Sapi, Morfologi - Cacing dewasa panjangnya 4-12 m terdiri atas proglotid. - Skoleks berdiameter 7-2 mnu bentuk piriform, batil isap empat buah, setengah bulat atau menonjol, tanpa rostelum. - Proglotid gravid berukuran + 18 x 6 mm, panjang segmennya tiga kali lebar segmennya, uterus bercabang-cabang pasang, lubang genitalia di sisi lateral. - Telur berukuran + 35 x 30 mikron, bulat, berdinding tebal dengan struktur ' liniar, berisi onkosfer dan memiliki 6 buah kait-kait. Patologi klinis - Tidak enak di perlrt, anoreksia, eosinofilia, obstruksi usus. - Penderita pergi ke dokter dengan keluhan proglotid bergerak ke luar melalui anus. Diagnosis Proglotid dalam tinja atau yang secara aktif keluar dari anus. Menemukan telur dalam tinja. Terapi - Obat tradisional: Biji labu merah, biji pinang. - Obat lama: Kuinakrin (Atabrine), Amodiakuin (Camoquine), niklosamid (yomesan). * - Obat baru: Mebendazol (Vermox), prazikuantel (Biltricide), Bitionol (Bitin).

73 Gambar 3.4 Skoleks Taenia snginatn (pembesaran 3.3 x 2). Gambar 3.5 Proglotid gravid Taenin snginnta (pembesaran 3 3 x l) 74

74 Gambar 3.6 Telur Tnenin saginntn (pembesaran 10 x 40). 75

75 Taenia solium Penyakit lenlasrs solrtlm. Hospes Manusia. Hospes perantara Babi. Morfologi - Cacing dewasa berukuran * 2-4 m, terdiri dari 1000 buah proglotid' - Skoleks bulat runcing, berdiameter * 1 mm, memiliki empat batil isap, rostelumnya mempunyai dua baris kait-kait. - Proglotid gravid ukuran panjang segmen 1,5 kali ukuran lebar segmen, utertts bercabang-cabang 7 -I2 p asang. -.Telur matang tidak dapat dibedakan dengan telur Taenia saginata. Patologi klinis " - Nyeri ulu hati, diare, obstipasi, eosinofilia, peritonitis. - Manusia dapat juga menderita sistiserkosis (infestasi stadium larva) pada jaringan subkutis, mata, otot, otak, hati, limpa. - Bila mengenai jaringan otak atau medula spinalis dapat mengakibatkan epilepsi, meningo-ensefalitis, hidrosefalus internr-rs bila ada sumbatan aliran cairan serebrospinal. Diagnosis Proglotid atau telur dalam tinja. Untr-rk sistiserkosis, menemukan sistiserkus dalam benjolan di bawah kulit atau dengan reaksi imunologi. Terapi Pengobatannya sama dengan Tncnitt sttginnta. Untuk larvanya (sistiserkus) dengan melakukan pembedahan. 76

76 Gambar 3.7 Skoleks Tnenin solium (pembesaran 10 x 10). Gambar 3.8 Proglotid gravid Tnenin solium (pembesaran 3.3 x 2). 77

77 Hymenolepis nana Penyakit Himenolepiasis nana. Hospes Manusia, tikus. Morfologi - Cacing dewasa panjangnya 2,5 cm, skoleks kecil, strobila terdiri atas proglotid dan makin ke posterior makin lebar. Skoleks memiliki empat batil isap dan rostelum kecil yang berkait-kait. - - Proglotid gravid berbentuk trapezium, mengandung telur. - Telur berukuran! 47 x 37 mikron, berbentuk bulat/bujur, memiliki dinding luar, dinding dalam terdiri atas dua kutub, masing-masing dengan 4-8 filamen halus, berisi embrio heksakan. Patologi klinis Tidak menyebabkan gejala, bila infeksinya berat menyebabkan mual, muntah, diare, eosinofilia, anemia. - Diagnosis Telur dalam tinja. Terapi Atabrin, Bitionol, prazikuantel, niklosamid, amodiakuin. 78

78 Gambar 3.9 Cacing Hymenolepis nana dewasa (makroskopik). Gambar 3.10 Skoleks Hymenolepis nann (pembesaran 10 x 10).

79 Gambar 3.11 Telur Hymenolepis nana (pembesaran 10 x 40). 80

80 Hymenolepis diminuta Penyakit Himenoldpiasis diminuta. Hospes Manusia, tikus, mencit. Hospes perantara (1) Pinjal tikus (Xenopsylla cheopsis). (2) Pinjal manusia (Pulex irritans). (3) Kumbang tepung (Tenebrio). Morfologi - Cacing dewasa berukuran + 50 x 0,3 cm, skoleks kecil, strobila terdiri atas proglotid. - Skoleks berukuran * 0,3 mm, berbentuk bulat, memiliki empat batil isap tanpa kait-kait. - Proglotid gravid ukuran lebar segmennya lebih besar daripada ukuran panjang segmennya, uterus berbentuk kantung berisi telur, lubang genitalia di lateral. - Telur berukuran + 86 x 58 mikron, dinding luar tebal, dinding dalam transparan dan tidak terdapat filamen kutub, berisi embrio heksakan. Patologi klinis Tidak menimbulkan gejala. Diagnosis Telur dalam tinja. Terapi Atabrin. 81

81 Gambar 3.12 Telur Hymenolepis dimiruta (pembesaran 20 x 50). 82

82 Dipylidium caninum Penyakit Dipilidiadis. Hospes Manusia, anjing. Hospes perantara (1) Pinjal anjing (Ctenocephalides canis). (2) Pinjal manusia (Pulex irritans). Morfologi - Cacing dewasa panjangnya t 25 cm, skoleks kecil, strobila terdiri alas proglotid. - Skoleks berukuran * 0,3 mm, memiliki empat batil isap yang lonjong, rostelumnya seperti gada dengan kait-kait seperti duri mawar. - Proglotid gravid berbentuk seperti tempayan dengan dua perangkat alat kelamin, mempunyai dua lubang genital di lateral kanan dan kiri, dua uterus dan dua vagina. - Telur berukuran + 25 x 40 mikron, berkelompok dalam satu kapsul yang berisi buah telur disebut "cluster of eggs". Patologi klinis Tidak menimbulkan gejala. Pada anak-anak dapat menyebabkan toksik pada susunan saraf pusat sehingga menimbulkan kejang-kejang. Diagnosis Proglotid bergerak aktif atau kelompok telur dalam tinja. Terapi Atabrin. 83

83 Gambar 3.13 Skoleks Dipylidium cnninum (pembesaran 20 x 10) Gambar 3.14 Proglotid gravid Dipylidium cnninum (pembesaran 3.3 x 3)

84 Gambar 3.15 Telur Dipylidium caninum (pembesaran 10 x 40). 85

85 Echino c o c cus gr anul o sus Penyakit Ekinokokosis, hidatidosis. Hospes Manusia, anjing, karnivora lain. Morfologi - Cacing dewasa panjangnya 3-6 mm, memiliki satu proglotid imatur, satu proglotid matur dan satu proglotid gravid. - Skoleks bulat, memiliki empat batil isap, rostelum dengan kait-kait, mempunyai leher. - Telur sukar dibedakan dengan telur Taenia. - Kista hidatid terdiri atas lapisan kutikula, lapisan germinativum dan jaringan hospes.,patologi klinis Gejala yang ditimbulkan larva cacing disebabkan: (1) desakan kista hidatid, (2) cairan kista yang dapat menimbulkan reaksi alergi, dan " (3) pecahnya kista, cairan kista masuk peredaran darah dan dapat menimbulkan renjatan anafilaktik. Diagnosis Menemukan skoleks yang dikeluarkan dari cairan kista atau dengan reaksi Casoni. Terapi Pembedahan biasanya tidak berhasil. Pembedahan hanya berhasil pada penderita dengan kista unilokuler di tempat yang dapat dioperasi. 86

86 Gambar 3.16 Cacing Echinococcus granulosus dewasa (pembesaran 10 x 4). Gambar 3.17 "Hydatid sand" (pembesaran 3.3 x 2). 87

87 Gambar 3.18 Rostelum dengan kait-kait (pembesaran 10 x 2). 88

88 Multiceps multiceps Penyakit Senurosis". Hospes Manusia, anjing, karnivora lain. Hospes perantara Domba, kambing, herbivora lain. Morfologi - Cacing dewasa berukuran cm, mempunyai skoleks dengan rostelum yang berkait-kait. - Telurnya mirip dengan telur Taenia. - Coenuius adilah stadium larva berbentuk kantong berisi cairan dan banyak skoleks. Patologi klinis Gangguan di otak seperti paraplegi (lumpuh anggota badan), afasia (kesulitan dalam bicara), muntah-muntah, juga ditemukan gangguan pada mata' Diagnosis Pemeriksaan mikroskopik jaringan biopsi' Terapi Tidak ada yang spesifik. 89

89 Gambar 3.19 Coenurus (pembesaran 3.3 x 1). 90

90 4 RHIZOPODA Entamoeba histolytica Penyakit Amebiasis. Hospes Manusia. Morfologi Dalam siklus hidupnya terdapat tiga bentuk yaitu: (1) Bentuk histolitika: besarnya 2040 mikron, inti entameba ada satu dengan kariosom letak sentral, endoplasma dengan vakuol-vakuol, ada eritrosit, ektoplasma membentuk pseudopodium. (2) Bentuk minuta: besarnya 1G-20 mikron, mempunyai satu inti entameba dengan kariosom letak sentral, endoplasma dengan vakuol-vakuol, tanpa eritrosit, ektoplasma membentuk pseudopodium. (3) Bentuk kista: besarnya mikron, mempunyai satu atau empat inti, terlihat benda kromatoid. Patologi klinis Dibedakan atas: (a) Intestinal: akut dan kronik. (b) Ekstra intestinal: hati, paru, kulit, vagina, dan otak. Ada ulkus ameba di bagian rnukosa. Bentuk histolitika ditemukan di dasar dan dinding ulkus. Tinja bercampur lendir dan darah. Predileksi di daerah sekum, rektum, dan sigmoid. Diagnosis Ditemukan Entamoeba histolytica dalam tinja disenterik, biopsi dinding abses. Pemeriksaan serologis dapat menunjang diagnosis. 93

91 Terapi Metronidazol, emetin hidroklorida Paromomisin). (Parenteral), klorokuin, Antibiotika (Tetrasiklin, Gambar 4.7 Entnmoebn histolytica bentuk histolitika (pembesaran 12 x 100, pewarnaan Trikrom). %,. Gambar 4.2 Entamoeba histolytica bentuk minuta (pembesaran 12 x 100, pewarnaan Iron Haematoxylin).

92 Gambar 4.3 Entamoeba histolytica bentuk kista (pembesaran 12 x 1,00, pewarnaan Iron Haematoxylin). 95

93 Entamoeba coli Penyakit Tidak menimbulkan penyakit (bersifat komensal), dan digunakan untuk diferensial diagnosis dengan Entamoeba histolytica. Hospes Manusia. Morfologi Terbagi atas dua bentuk Yaitu: (1) Blntuk vegetatif: besarnya mikron,,mempunyai satu inti entamoeba, kariosom l-etaknya eksentris, endoplasma dengan vakuol tanpa eritrosit, ektoplasma dapat membentuk pseudopodium, (2) Bentuk kista: besamya L5-22 miljory berinti dua atau delapan. Patologi klinis Tidak patogen. Diagnosis Menemukan bentuk trofozoit dan kista dalam tinja' Terapi Tidak memerlukan terapi. M Gambar 4.4 Entnmoebn coli bentuk vegetatif (pembesaran 72 x 100, pewarnaan Trikrom). 96

94 Gambar 4.5 Entamoeba coll bentuk kista berinti 1 (pembesaran 12 x 100, pewamaa.c lodin). Gambar 4.6 Entamoebn coli bentuk kista berinti 8 (pembesaran 12 x 7C[, pewamaan lodin). 97

95 Endolimax nana Penyakit Tidak menimbulkan penyakit (komensal di usus). Hospes Manusia. Morfologi Terbagi atas dua bentuk yaitu: (1) Bentuk trofozoit: besarnya 6-15 mikron, sitoplasmanya bergranula dan bervakuol, inti sentral, mempunyai kariosom yang nyata. (2) Bentuk kista: besarnya mikron, mempunyai 4 inti yang letaknya tidak teratur. Patologi klinis Tidak ditemukan gejala. Diagnosis Ditemukan bentuk kista. Terapi Tidak memerlukan terapi, higiene perorangan dan kebersihan perorangan atatt lingkungan harus diperhatikan. 98

96 Gambar 4.7 Endolimax nana bentuk trofozoit (pembesaran L2 x L00, pewarnaan Iron Haematoxylin). Gambar 4.8 Endolimax narza bentuk kista (pembesaran 1,2 x 1,00, pewarnaan Trikrom).

97 lodamoeba biitschlii Penyakit Tidak menimbulkan penyakit (bersifat komensal). Morfologi Terbagi atas dua bentuk Yaitu: (1) Bentuk vegetatif: besarnya 8-20 mikron, bentuk lonjong dengan satu inti iodameba, endoplasma berisi banyak vakuol. (2) Bentuk kista: blsarnya mikron, bentuk lonjong atau piriform, mempunyai satu inti iodameba dan vakuol glikogen yang besar' Patologi klinis Tidak patogen. Terapi Tidak memerlukan terapi. Gambar 4.9 lodamoebn biitschlii bentuk vegetatif (pembesaran 72 x 700, Pewarnaan Iron Haematoxylin). 100

98 Gambar 4.10 Iodnmoeba biitschlii bentuk kista (pembesaran 72 x 1,00, pewarnaan Iron Haematoxylin). 101

99 5 FLAGELATA 5.1 Flagelata Traktus Digestivus Giardia lamblia Penyakit Giardiasis atau lambliasis. Hospes Manusia. Morfologi Terbagi atas dua bentuk yaitu: (1) Bentuk vegetatif: besarnya L4 mikron, bagian anterior membulat dan bagian posterior meruncing. Bagian ventral terdapat satu batil isap yang besar. Terdapat dua inti dengan kariosom besar di tengah dan empat Pasang flagel' Dua benda melintang sebagai benda parabasal. (2) Bentuk kista: besarnya 10-L4 mikron, bentuk oval, dengan dua inti pada kista muda serta empat inti pada kista matang. Patologi klinis Parasit ini dengan batil isap melekat pada mukosa duodenum dan yeyunum. Kelainan yang sering ditemukan berupa iritasi. Bila parasit menutupi sebagian besar mukosa usus, maka absorpsi lemak akan terganggu. Parasit ini dapat pula menyerang saluran dan kandung empedu sehingga terjadi iritasi dan penyumbatan bilirubin. Diagnosis Ditegakkan dengan ditemukan bentuk trofozoit dalam tinja encer atau cairan duodenum. Ditemukan bentuk kista dalam tinja padat. Terapi Metronidazol. 102

100 Gambar 5.1 Ginrdin lnmblia bentuk vegetatif (pembesaran 12 x 100, pewarnaan Trikrom). Gambar 5.2 Giardia lamblin bentuk kista (pembesaran 1.2 x 100, pewamaan Iron Haematoxylin) 103

101 Chilomastix mesnili Penyakit Tidak menimbulkan penyakit (bersifat komensal). Hospes Manlsia. Morfologi Terbagi atas dua bentr-rk yaitu: (1) Bentuk vegetatif: besarnya + 13 mikron, bentuk seperti jambu monyet dengan "spiral groove", mempunyai satu inti, sitostoma dan 3-4 fl'agel anterior. (2) Bentuk kista: besalnya + B mikron, bentuk seperti buah jeruk, berdinding tebal, mempunyai satu inti. Patologi klinis Tidak menimbulkan gejala. Diagnosis Menemukan bentuk trofozoit atau kista dalam tinja. Terapi Tidak memerlukan terapi. 104

102 Gambar 5.3 Chilomastix mesnili bentuk trofozoit dan kista (pembesaran 12 x 100, Pewarnaan Iron Haematoxylin). 105

103 5.2 Flagelata Traktus Urogenital Trichomonas aaginalis Penyakit - Pada wanita: trikomoniasis vagina. - Pada pria: prostatitis. Hospes Manusia. Morfologi Hanya ditemukan dalam bentuk trofozoit. Besarnya 7-25 mikron. Mempunyai empat flagel anterior dan satu flagel posterior yang melekat pada tepi membran bergelombang. Inti berbentuk lonjong, sitoplasma berbutir halus, ada aksostil dan tidak ada benda parabasal. Patologi klinis - Pada wanita sering menyerang: vagina, uretra. - Pada pria sering menyerang: Ltretra, vesika ttrinaria, kelenjar prostat. ' - Gejala yang ditemukan: fluor albus, pruritus vagina, disuria, uretritis, prostatitis, prostato-vesikulitis. Diagnosis - Adanya keluhan: keputihan, rasa panas, gatal, sekret encer putih kekuningan, berbau, dan berbusa. - Pemeriksaan laboratorium: menemukan parasit dari sekret vagina, uretra, prostat, urin. Biakan pepton, tioglikolat. Terapi Metronidazol, oral dan tablet vagina. 106

104 Gambar 5.4 Trichomonas anginnlis bentuk trofozoit (pembesaran 12 x 100) a- r07

105 5.3 Flagelata Darah dan Jaringan Trypanosoma gambiense Penyakit Tripanosomiasis (African sleeping sickness)' Hospes Manusia. Hospes reservoar Babi, sapi, dan kambing. Hospes perantara Lalat tse-tse (Glosina palpalis). Morfologi Panjangnya + 35 mikron, berinti satr-r, kinetoplast kecil, membran bergelombang dan flagel anterior. Patologi klinis - Tempat gigitan terjadi benjolan kulit yang keras dan sakit. Demam hilang timbul, tidak teratur. - Limfadenopati pada leher dan daerah servikal belakang (Winterbottom's sign). Edema dan melemahnya penerima rasa sakit (Kerandel's sign). Ruam pada kulit, splenomegali, hepatomegali, anemia mikrositik ringan, meningitis, ensefalitis, kelainan motorik, letargi dan koma. Diagnosis Gejala klinis dan menemukan parasit dalam darah, cairan otak, cairan pungsi slrmsum tulang. Terapi Antripol (Suramin, Naganol), Triparsamid, Pentamidin, Mel B, Stilbamidin. 108

106 Gambar 5.5 Trypanosoma gambiense (pembesaran 12 x 100). 109

107 Trypanosoma cruzi Penyakit Tripanosomiasis Amerika (Penyakit Chagas). Hospes definitif Manusia. Hospes reservoar Anjing, kucing, bajing, kera. Hospes perantara Triatoma infestans, Rhodnius prolixus, Panstrongylus megistus. Morfologi Panjangnya + 20 mikron, satu inti, kinetoplas besar, membran bergelombang dengan flagel di anterior. Patologi klinis. - Pada "porte d'entree" terbentuk granuloma (chagoma) dan edema. - Bila mata terinfeksi terjadi edema unilateral kelopak mata. - Juga dapat mengakibatkan splenomegali, hepatomegali, limfadenopati, dan miokarditis. Diagnosis (1) Menemukan parasit pada sediaan darah tepi, biopsi hati, kelenjar limfe. (2) Biakan dalam medium NNN. (3) Xenodiagnosis. Terapi Primakuin, nitrofurans, amfoterisin B. 110

108 Gambar 5.6 Trypnnosoma cruzi (pembesaran t2 x 700, Pewamaan Giemsa). 111

109 Trypanosoma eoansi Gambar 5.7 Trypanosoma eoansi (pembesaran 72 x lffi, Pewamaan Giemsa)' t12

110 Leishmania donoaani Penyakit Leismaniasis viseral, kala- azar, tr op ic ai spl eno me g nly. Hospes Manusia. Morfologi Besarnya 2 mikron, berbentuk ova1, kinetoplas di anterior, satu inti. Patologi klinis - Hipertrofi dan hiperplasi sel RE mengakibatkan splenomegali, hepatomegali, limfadenopati, dan anemia. - Infeksi di usus menyebabkan diare dan disentri. - Setelah gejala berkurang maka timbul leismanoid dermal sebagai leismaniasis pasca kala-azar. Diagnosis (1) Menemukan parasit dalam sediaan darah, biopsi hati, limpa, kelenjar limfe. (2) Biakan dalam medium NNN. (3) Reaksi imunologi. Terapi Natrium antimonium glukonat, etilstibamin, pentamidin. 113

111 ti. W.,,. Gambar 5.8 Leishmanin donooani intraseluler (pembesaran 12 x 1.00, pewarnaan Giemsa). Gambar 5.9 Leishmania donooani ekstraseluler (pembesaran 12 x 100, pewarnaan Giemsa). 11,4

112 6 CILIATA Balantidium coli Penyakit Balantidiasis. Hospes Babi, manusia. Morfologi Terbagi atas dua bentuk yaitu: (1) Bentuk vegetatif: besarnya mikron, bentuk lonjong, mempunyai silium, mempunyai makronukleus, mikronukleus, sitostom. (2) Bentuk kista: besarnya 60 mikron, bentuk bulat/lonjong, dinding tebal, tampak makronukleus dan silium. Patologi klinis Pada selaput lendir usus besar terbentuk abses-abses kecil, bila pecah membentuk ulkus. Ulkus ini menyerupai ulkus yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Diagnosis Menemukan bentuk vegetatif dan kista dalam tinja. Terapi Diiodohidroksikuinolin, tetrasiklin, metronidazol. 115

113 3,w Gambar 6,1 Bnlnntidiunr coll bentuk vegetatif (pembesaran 12 x 40, pewarnaan Trikrom). Gambar 6.2 Bnlantidiunr coli bentuk kista (pembesaran 12 x 40, pewarnaan Trikrom) t\6

114 Gambar 6.3 Infeksi Balantidium coli (PA usus, pembesaran 12 x 10). r17

115 7 SPOROZOA 7.1 Coccidia Toxoplasma gondii Penyakit Toksoplasmosis Hospes Kucing, manusia, burung, mamalia lain. Morfologi Besarnya + 5 mikron, berbentuk bulan sabit, berinti satu. Patologi klinis Terbagi atas dua yaittt: (1) Toksoplasmosis akuisita. Biasanya asimtomatik. Manifestasinya bila ada: limfadenopati, kadang-kadang eksantem, retinokoroiditis, ensefalitis pada defisiensi kekebalan. (2) Toksoplasmosis kongenital. Infeksi pada kehamilan menyebabkan abortus, lahir mati atau lahir cacat. Diagnosis Tes serologik. Terapi Pirimetamin, preparat sulfa, spiramisin. 118

116 Gambar 7.1 Toxoplasma gondii bentuk takizoit (pewarnaan H.E). 't79

117 Eimeria sp. Penyakit Tidak menyebabkan penyakit pada manttsia, Eimeria yang patogen dijumpai pada binatang. Hospes Binatang: - Eimeria clupearum dalam hati ikan haring. - Eimerin sardinae dalam ikan sardin. Eimeria perforans dalam epitel usus kelinci. - Morfologi - Besarnya 30 x 15 mikron, bentuk oval. Ookista muda berisi satu sporoblast. - Ookista matang berisi empat sporokista yang masing-masing berisi dua sporozoit. P:itologi klinis Tidak menimbulkan gejala, bersifat dnrm passant.. rerapr Tidak diperlukan. 720

118 Gambar 7,2 Eimerin sp. (pembesaran 12 x 40, pewarnaan Iron Haematoxylin). 727

119 7.2 Haemosporidia Plasmodiun sp. Morfologi Sporozoit besamya + 10 mikron, satu inti di tengah. Patologi klinis Manifestasi klinis Demam, splenomegali, anemia. Terapi Secara umum terbagi atas: (1) Skizontisida jaringan primer: proguanil, pirimetamin. (2) Skizontisida jaringan sekunder: primakuin. (3) Skizontisida darah: kina, klorokuin, amodiakuin. (4). Gametositosida: primakuin, kina, klorokuin, amodiakuin. (5) Sporontosida: primakuin, proguanil..]{;i.f.*9.illlf'r s '..iiir,.,.irit,.:irlfr,;1. 'W s.t,' w'e,g;& r.. ;k s a'*' jr - \ q* f. 5 ** i6 {!q effif* F,,i '1; d'.. j1. 'eg -e *rst. Gambar 7.3 Plasmodiun sp. bentuk sporozoit (pembesaran 10 x 100, Pewarnaan Giemsa). 122

120 Plasmodium falciparum Penyakit Malaria tropika, malaria falsiparum. Hospes definitif Nyamuk Anopheles. Hospes perantara Manusia. Morfologi - Trofozoit muda: berbentuk cincin, terdapat dua butir kromatin, bentuk marginal, sel darah merah tidak membesar. - Skizon: pigmen menggllmpal di tengah. Skizon muda berinti < 8 dan skizon tua berinti Makrogametosit: berbentr-rk pisang agak langsing, inti padat di tengah, pigmen mengelilingi inti, sitoplasma biru kelabu. - Mikrogametosit: berbentuk pisang gemuk, inti tidak padat, pigmen mengelilingi inti, sitoplasma biru pucat kemerah-merahan. Patologi klinis Demam yang berhubungan dengan sporulasi, splenomegali, anemia. Kelainan lain yang menyertai: hiperparasitemia, malaria serebral, ikterus, gagal ginjal, koma. Diagnosis Menemukan trofozoit muda dan/tanpa gametosit dalam sediaan darah tepi. Terapi - Plasmodium falciparum ada yang resisten terhadap klorokuin. - Obat lain yang dapat diberikan; kombinasi sulfadoksin dengan pirimetamin, kina, antibiotik tetrasiklin, minosiklin. t23

121 Gimbar 7.4 Plasmodiumfaiciparum bentuk trofozoit (pembesaran 10 x 100, Pewarnaan Giemsa). Gambar 7.5 Plasmodiumfalciparum benfuk skizon muda (pembesaran 12 x 100, Pewarnaan Giemsa). 124

122 Gambar 7.6 Plasmodium falciparum bentuk makrogametosit (pembesaran 12 x 100, Pewarnaan Giemsa). Gambar 7.7 Plnsmodium falcipnrum bentuk mikrogametosit (pembesaran 12 x I00, pewarnaan Giemsa). r25

123 Gambar 7.8 Inf'eksi Plnsmodium fnlcipnrum pada sediaan PA otak (pembesaran 40 x I2)...& : Gambar 7.9 Infeksi Plasmodium falciparum pada sediaan melintang PA otak (pembesaran 12 x 40). 126

124 Plasmodium oiaax Penyakit Malaria tersiana, malaria vivaks. Hospes definitif Nyamtrk Anopheles. Hospes perantara Manusia. Morfologi - Trofozoit muda: sel darah merah mulai membesar, parasit berbentuk cincin, inti merah, sitoplasma biru, mulai terdapat titik Schiiffner pada eritrosit. - Trofozoit tua: sitoplasma hampir memenuhi seluruh sel darah merah, pigmen menjadi makin nyata (kuning tengguli) masih terdapat vakuol. - Mikrogametosit: sitoplasma hampir memenuhi seluruh sel darah merah, inti difus di tengah, pigmen tersebar. - Makrogametosit: sitoplasma bulat hampir memenuhi seluruh sel darah merah, tidak terdapat vakuol, inti padat merah biasanya di tepi' - Skizon muda: inti sudah membelah lebih dari satu, tetapi kurang dari dua belas, pigmen tersebar. - Skizon tua: inti , pigmen berkumpr-rl di tengah. Patologi klinis Demam, suhu badan dapat mencapai 40,6oC, menggigil, anemia, splenomegali. Diagnosis Menemukan parasit Plasmodium vivax pada sediaan darah. Terapi Klorokuin, primakuin. 127

125 Gambar 7,10 Plnsntodium aiunx'. trofozoit muda (pembesaran 12 x 100, pewarnaan Giemsa). t28

126 Gambar 7.ll Plasmodium aiaax: trofozoit tua (pembesaran 12 x 100, pewarnaan Giemsa). Gambar 7,72 Plasmodium oiaax: mikrogametosit (pembesaran 12 x 100, pewarnaan Giemsa). 1,29

127 Gambar 7.73 Plasmoditrm oianx: makrogametosit (pembesaran 12 x 100, pewarnaan Giemsa). Gambar 7.14 Plnsmodium uiunx: skizon muda (pembesaran 12 x 100, pewamaan Giemsa). 130

128 Plasmodium malariae Penyakit Malaria kuartana, malaria malariae. Hospes definitif Nyamuk Anopheles. Hospes perantara Manusia. Morfologi - Trofozoit muda: sel darah merah tidak membesar, berbentuk cincin, jarang terlihat titik Ziemann. - Bentuk pita: sitoplasma seperti pita, pita melebar, inti membesar, pigmen kasar tersebar. - Makrogametosit: sel darah merah tidak membesar, sitoplasma bulat, inti padat, batas jelas, letak di tepi. - Mikrogametosit: sel darah merah tidak membesar, sitoplasma bulat, inti difus di tengah, pigmen kasar tersebar. - Skizon muda: inti kurang dari delapan, pigmen kasar dan tersebar. - Skizon tua: inti 8-12 tersusun seperti bunga, pigmen berkumpul di tengah. Patologi klinis Demam tiap hari ke-4, splenomegali, anemia. Komplikasi: nefrosis. Diagnosis Menemukan parasit dalam darah. Terapi Klorokuin. 131

129 Gambar 7.L5 Plnsmodium mnlnrine bentuk trofozoit muda (pembesaran 12 x 100, pewarnaan Giemsa)' Gambar 7.16 Plnsmodium mnlnrine bentuk pita (pembesaran 12 x I00, pewarnaan Ciemsa)' 132

130 l Garnbar 7.'J.7 Plnstrtodium nnlnrine benttrk mikrop;arnetosit (pembesaran 12 x 100, pewarnaan Giemsa). Garnbar 7.18 Plnsnrcdiunt mnlsrine bentuk makrogametosit (pernbesaran 12 x 100, pewarnaan Ciemsa). 133

131 Gambar 7.79 Plnsmodium mnlnriae bentuk skizon muda (pembesaran 12 x 100, pewarnaan Giemsa)..# lt -ql *"q* td* Gambar 7.20 Plnsmodium malariae bentuk skizon tua (pembesaran 12 x 100, Pewarnaan Giemsa). 134

132 Plasmodium ooale Penyakit Malaria ovale. Hospes definitif Nyamuk Anopheles. Hospes perantara Manusia. Morfologi Stadium trofozoit: sel darah merah membesar berbentuk lonjong, satu atau ujung sel darah merah berbatas tidak teratur, terdapat titik James. kedua Patologi klinis Mirip malaria vivaks, tetapi penyembuhan spo4tan dan relaps jarang. Diagnosis Menemukan parasit dalam sediaan darah. Terapi Tanpa pengobatan biasanya sembuh sendiri. ffi Gambar 7.21 Plasmodium ovale bentuk trofozoit (pembesaran L2 x 100, pewarnaan Giemsa). 135

133 Gambar 7.22 Plasmodium oanle bentuk trofozoit lua (pembesaran 12 x 100, pewarnaan Giemsa). S!:i Gambar 7.23 Plnsmodium oanle bentuk trofozoit tua (pembesaran 12 x 100, Pewarnaan Giemsa)' 736

134 Gar-nbar 7.24 Plnsttodirutt ounle bentuk trofozoit ttra (pembesar-an 12 x 1,00, pe' rarnaan Ciemsa). Gambar 7.25 Plnsmodium orsnle bentuk trofozoit tua (pembesaran 12 x 100, pewarnaan Giemsa). 1,37

135 Gambar 7,26 Plasmodium oaale bentuk skizon tua (pembesaran 12 x 100, pewarnaan Giemsa). 138

136 8 CRUSTACEA Cyclops strenuus Morfologi Panjangnya 0,1-0,5 cm, terdiri atas sefalotoraks dan pasang antena yang tidak panjang. Betina mempunyai Habitat Air tawar dan air asin. Hospes perantara (1) Gnathostoma spinigerum. (2) Diphyllobothrium latum. (3) Dracunculus medinensis. abdomen, mempunyai dua kantung telur. Gambar 8 1. Cyclops (pembesaran 10 x 10). I44

137 9 CHILOPONN Scolopendra sp. Morfologi Tubuhnya memanjang, pipih dorsoventral dengan kepala dan badan beruas-ruas. Pada tiap segmen terdapat sepasang kaki. Pada kepala terdapat satu pasang antena dan poison claw. Gejala klinis Gigitannya menimbulkan rasa nyeri dan eritema karena toksinnya. Juga menyebabkan perdarahan dan nekrosis. Habitat Di bawah batu dan kayu. Terapi Proksimal dari sengatan dipasang turniket. Diberi obat golongan barbiturat, kortikosteroid dan antihistamin. Pemberian antiracun sangat bermanfaat. Gambar 9,7 Scolopendra gigantea. I45

138 10 ARACHNIDA Buthus sp. Morfologi Tubuh terdiri atas sefalotoraks, pre-abdomen dan post-abdomen, mempunyai empat pasang kaki, pedipalp menjadi alat sapit, ruas terakhir abdomen terdapat telson yang mengandung racun, bagian ventral terdapat pecten. Gejala klinis Racunnya berupa toksalbumin yang mengandung neurotoksin dan hemotoksin. Tempat sengatan terasa nyeri dan pedih. Menimbulkan keracunan sistemik berupa syok dan paralisis pernapasan. Hemotoksin menimbulkan perdarahan dan nekrosis. Habitat Di bawah batu atau potongan kayu. Terapi - Proksimal atas sengatan dipasang turniket, diberi obat golongan barbiturat, kortikosteroid, dan antihistamin. - Pemberian antiracun sangat bermanfaat. Gambar L0.1 Buthus tamulus. 746

139 Latrodectus mactans Morfologi - Jantan berukuran 6 mm, mempunyai garis median merah dan tiga garis transversal putih pada bagian dorsal abdomen. - Betina berukuran 13 mm, berwarna hitam, mempunyai gambaran hour glass merah pada bagian ventral abdomen. Gejala klinis - Racunnya bersifat neurotoksin terhadap saraf perifer, dapat menyebabkan araknidisme sistemik. Tempat gigitan timbul benjolan berwarna merah kebiruan disertai urtikaria. - Rasa nyeri menyebar ke seluruh abdomen, dada, anggota badan. Syok, paralisis pernapasan dan kematian terjadi dalam jam. Terapi Dipasang turniket, kortikosteroid. it.i:l$ta. -:ai,r' -.,,...i ' Gambar 10.2 Latrodectus mactans (Black widow spider). 1.47

140 Ornithodorus moubata Morfologi Besarnya + 3 mm x 5 mm, badan bundar lonjong, pipih dorsoventral, tidak mempunyai skutum, terdiri atas sefalotoraks dan abdomen, kapitulum di ventral, memiliki empat pasang kaki. Peran medis Merupakan vektor penyebab endemic relapsing feuer. :i.!:; Gambar 70.3 Ornithodorus moubntn (pembesaran 10 x 40). 148

141 Rhip i c e ph alu s s an guin eu s Morfologi Badan terdiri atas sefalotoraks dan abdomen, kapitulum berbentuk persegi enam, mulut dilengkapi dengan hipostom dan chelicera, memiliki empat pasang kaki. Gejala klinis - Paralisis motorik otot pernapasan dapat menimbulkan kematian. - Dapat terjadi trauma mekanis gigitan lokal. Peran medis Sebagai vektor penyakit African tickborne feaer dan tularemia. Gambar 10.4 Rhipicephalus snnguineus (pembesaran 10 x 40). 1,49

142 Dermacentor sp. Morfologi Tubuh terdiri atas kiipitulum dengan badan berupa kantung, kaki empat pasang, dan basis kapituli segi empat. Punggung berwarna kuning, hitam dan merah. Geiala klinis - - Paralisis motorik yang mengenai otot pernapasan dapat menimbulkan kematian. Dapat terjadi trauma mekanik karena gigitan lokal. Peran medis Sebagai vektor penyakit RoN Mountain spotted feaer, Q-feaer, Colorado tick feaer, tick borne encephalifi's, tularemia. Gambar lo.5 Dennacmfor sp. (pembesaran 10 x 40) 150

143 Ixodes sp. Morfologi Mulut lebih panjang daripada basis kapitulum, lekuk anal terbalik. Gejala klinis - Paralisis motorik yang mengenai otot pernapasan dapat menimbulkan kematian. - Dapat terjadi trauma mekanik karena gigitan lokal. Peran medis Sebagai vektor penyakit Queensland tick typhus. Gambar lo.6 lxodes sp. (pembesaran 10 x 10). 151

144 Amblyommn sp. Morfologi Basis kapitulum berbentuk empat persegi, palpus segmen kedua panjang, terdapat festoon; betina memiliki skutum menutupi dorsal, mulut lebih panjang daripada basis kapitulum. Gejala klinis - Paralisis motorik yang mengenai otot pernapasan dapat menimbulkan kematian. - Dapat terjadi trauma mekanik karena gigitan lokal. Peran medis Sebagai vektor penyakit African tickborne feaer dan tularemia. Gambar 70.7 Amblyomma sp. (pembesaran 10 x 40). t52

145 Lep t o tr o mb i dium ak amu shi Morfologi Stadium'larva memiliki badan dan kaki berbulu, kapitulum letak apikal, mempunyai tiga pasang kaki. Gejala klinis Menyebabkan penyakit dermatitis. Peran medis Sebagai vektor penyakit scrub typhus. Habitat Kulit dan pangkal rambut. Terapi Salep sulfa 1,0oh, fenol T'h. Gambar 70.8 Chigger larva (foto kontras mikroskop). 153

146 Sarcoptes scabiei Morfologi - Badan berupa kapitulum anterodorsal, mempunyai empat pasang kaki yang segmennya pendek. - Jantan: kaki 1 dan 2 ambulakra, kaki 3 bulu cambuk, kaki 4 ambulakra. - Betina: kaki 1 dan 2 ambulakra, kaki 3 dan 4 bulu cambuk. Gejala klinis Gatal-gatal pada malam hari di daerah genital pada laki-laki, lipatan ketiak, gluteus, umbilikus, areola mammae pada wanita. Pada bayi di telapak tangan dan telapak kaki. Diagnosis Menemukan Sarcoptes scabiei pada kulit atau biopsi. Terapi Preparat sulfur presipitatum 5-1.0"/., gamabenzen heksaklorida, benzil benzoat "/", dan krotamiton. Gambar 10.9 Sarcoptes scabiei (pembesaran 10 x 10). 1,54

147 Demodex folliculorum Morfologi Bentuk seperti cacing, mempunyai kapitulum yang pendek dan abdomen yang panjang, mempunyai empat pasang kaki yang letaknya berdekatan. Gejala klinis Kelainan berupa folikulitis, bila menyerang mata menyebabkan keluhan sakit bila melihat, penglihatan kabur, rasa gatal dan mengganjal pada mata. Penyakitnya disebut demodisidiosis. Habitat Pada kelenjar keringat dan folikel rambut sekitar hidung dan kulit kepala. Terapi Gameksan dan linden. Gambar lo.lo D'emodex folliculorum (pembesaran 10 x 10). 155

148 D erm at oph ago i d e s pt er ony s sinu s Morfologi Mempunyai kapitulum dan badan berupa kantung, mempunyai empat pasang kaki panjanb, dua ke depan dan dua ke belakang. Geiala klinis Dapat menyebabkan penyakit asma alergi dan asma ekstrinsik. Diagnosis Tes kulit dengan menggunakan ekstrak tungau debu. Terapi Seperti pada pengobatan asma lainnya. Gambar Dermatophagoides pteronyssinus (pembesaran 10 x 10) 156

149 L1 INSECTA Cimex sp. Morfologi Badan pipih dorsoventral, probosis dan antena panjang, tidak mempunyai sayap belakang. Gejala klinis Gigitannya menimbulkan pruritus dan urtikaria, dan dipakai pada xenodiagnosis penyakit Chagas. Gambar 11,\ Cimex lectulnris jantan (pembesaran 10 x 20) r57

150 \r:tittiiiirtijr:a.j ,: ::ji.!ri::i:i.'ia.::ilf.--!:i: i_ r.. Gambar 77.2 Cimex lectularis betina (pembesaran 10 x 20)' 158

151 Triatoma sp. Morfologi Probosis 'dan antena panjang, tidak mempunyai sayap rudimenter, warna cokelat kemerahan. belakang, sayap muka Gejala klinis Gigitannya tidak menimbulkan rasa sakit tetapi bengkak. Peran medis Sebagai vektor penyakit Chagas. Gambar 173 Triatoma infestnns (makroskopik). 1,59

152 Gambar Triatoma brasiliensis (makroskopik). 160

153 P anstrongylus megistus Morfologi Sayap muka dasarny-a tebal, tipe mulut tusuk isap, badan pipih dorsoventral Gejala klinis Gigitannya tidak menimbulkan rasa sakit tetapi bengkak. Peran medis Sebagai vektor penyakit Chagas. Gambar Pnnstrongylus megisttrs (makroskopik) 167

154 Rhodnius prolixus Morfologi Badan pipih dorsovefltral, tipe mulut tusuk isap. Gejala klinis Gigitannya menimbulkan rasa sakit dan bengkak. Peran medis Sebagai vektor penyakit Chagas. Gambar 7L.6 Rhodrtius prolixrts (makroskopik). r62

155 P ediculus hum anus c apitis Morfologi Badan pipih dorsoventral, tidak ada sayap, kepala berbentuk segitiga, segmen toraks menyatu dan abdomen bersegmen. Gejala klinis Menyebabkan lesi pada kulit kepala dan dapat terjadi infeksi sekunder dengan menimbulkan kerak dan bau yang khas, Terapi Mencukur rambut dan memakai serbuk DDT. Gambar 77.7 Pediculus humnnus cnpitis (pembesaran 10 x 10). r63

156 Phthirus pubis Morfologi Tipe mulut tusuk isap, tidak mempunyai sayap, metamorfosis tidak lengkap, otot toraks tidak jelas. Gejala klinis Menyebabkan ftiriasis, gigitannya menimbulkan pruritus dan eritema, gafal-gatal pada pubis dan kulit, di sekitar tusukan tampak pucat. Diagnosis Menemukan Phthirus pubis dewasa, nimfa atau telurnya pada rambut pubis atau rambut lain. Terapi Insektisida DDT 10% bubuk/lotio yang menganduug gameksan. Gambar 11.8 Phthirus publs (pembesaran 10 x L0). 164

157 Gambar 11.9 Telur Phthirus pubis (pernbesaran 10 x 40). 165

158 Pulex iruitans Morfologi Tidak mempunyai sisir dan garis penebalan pada mesopleuron. Gejala klinis Gigitannya menimbulkan rasa sakit, bila terjadi infeksi sekunder dapat ulkus. terbentuk Peran medis - Sebagai hospes perantara Dipylidium caninum. - Sebagai vektor penyakit flea typhus dan pes (sampar). Terapi Streptomisin (untuk pes). Gambar 11..'10 Pulex irritans (pembesaran 10 x 40) t66

159 Gambar 1iI.,.11 PtLlex irritnns jantan (pembesaran 10 x 20). 'i {!! t: Gambar Pulex irritnns betina (pembesaran 10 x 20). 1,67

160 Xenopsylla cheopis Morfologi Mempuhyai satu pasang antena, tiga pasang kaki, mesopleuron terbagi oleh garis tegak lurus. Gejala klinis Gigitannya dapat mengakibatkan terjadinya radang dan pembesaran limfe sehingga terbentuk bubo. Dapat juga terjadi pes septikemia, dan pada paru-palu terjadi pes paru-paru. Peran medis - Sebagai hospes perantara Hymenolepis diminuta dan Hymenolepis nana. - Sebagai vektor penyakit flea typhus dan pes. Pemberantasan Menangkap dan membunuh tikus dengan DDT dan BHC. Gambar L1.73 Xenopsylln cheopis (pembesaran 10 x 40) 168

161 Gambar Xenopsylla cheopis jantan (pembesaran 10 x 20) Gambar Xenopsylla cheopis betina (pembesaran 10 x 20). r69

162 Nosopsyllus fasciatus Morfologi Sisir (ctenidium) pronotal, panjang palpus biasa. Gejala klinis Dapat terjadi radang dan pembesaran kelenjar limfe, pada toksik, demam. paru terjadi pneumonia Peran medis - Sebagai hospes perantara: Hymenolepis diminuta. - Sebagai vektor penyakit flea typhus. Gambar Nosopsyllus fasciatus (pembesaran 10 x 40). 170

163 Gambar Nosopsyllusfascintus jantan (pembesaran 10 x 20). Gambar Nosopsylhts fnscintus betina (pembesaran 10 x 20). 777

164 Ctenocephalides felis Morfologi Sisir pronotal genal, bentuk kepala melancip, gigi satu dan dua sama besar. Gejala klinis Dapat terjadi radang, demam, splenomegali. Peran medis Sebagai hospes perantara Dipylidium caninum. Gambar Ctenocephnlides felis (pembesaran 10 x 40) 1,72

165 Gambar Ctenocephalides felis betina (pembesaran 10 x 20). 173

166 Ctenocephalides canis Morfologi Sisir pronotal genal, bentuk kepala bundar, gigi satu dan dua tidak sama panjang. Gejala klinis Dapat terjadi radang, ulkus, demam, splenomegali. Peran medis Sebagai hospes perantara: Dipylidium caninum dan Hymenolepis nana. W. Gambar Ctenocephalides cnnis (pembesaran 10 x 40). 174

167 Simulium sp. Morfologi Antena seperti tanduk banteng, toraks membungkuk. Gejala klinis Gigitannya menyebabkan pembengkakan dan nyeri. Peran medis Sebagai vektor penyakit: Onkosersiasis dan Tularemia Gambar Simulittm oitanum 775

168 Cullicoides sp. Morfologi Terdapat titik hitam dan lingkaran jernih pada sayap, antena filiform. Pada stadium larva segmen abdomen terakhir mempunyai empat pasang "anal gills" yang berfungsi seperti insang. Gejala klinis Menimbulkan nyeri dan bengkak karena gigitannya. Peran medis Sebagai vektor penyakit: Dipetalonemiasis (Acanthocheilonema p er st ans). Gambar Culicoides sp. 176

169 Gambar Culicoides circumsuiptus. 177

170 ' Phlebotomus sp. Morfologi Antena' tersusun moniliform, venasi sayap sejajar. Peran medis Sebagai vektor penyakit: leismaniasis, "Phlebotomus fever", Bartonelosis. Habitat Di tanah yang gelap dan lembab Gambar Phlebotomus sp. 178

171 Tribus Anophelini (Anopheles) Morfologi Telur Anopheles: bundar lonjong, kedua ujung runcing' Larva Anopheles: sifon tidak ada, ada lubang Pernapasan dan lapisan pung- 8ung. - Anopheles dewasa: Skutelum bundar, bulu teratur seperti bulu mata. - fepila Anophelini jantan: Antena berambut lebat (plumose), palpus terdiri atas probosis dengan ujung agak buiat. - Kepala Anopheiini betina: Vertasi sayap kosta dan subkosta. Peran medis Sebagai vektor dari penyakit malaria dan filariasis. Pemberantasan Mengadakan penyemprotan nyamuk di sekitar tempat tinggal, menjaga kebersihan lingkungan. Gambar Telur Anopheles (pembesaran 10 x 40). 179

172 Gambar Larva Anopheles (pembesaran 10 x 20). Gambar L7.28 Anopheles dewasa. 180

173 Gambar Kepala Anophelini jantan (pembesaran 10 x 10). '.;, *// *.{- "#"* Gambar L1.30 Kepala Anophelini betina. 181

174 Gambar Sayap Anopheles (pembesaran 10 x 40). t82

175 Tribus Culicini (Aedes, Culex, Mansonia) Aedes sp. Morfologi Telw Aedes: lonjong, tampak seperti anyaman kasa. Larva Aedes aegypfl: sifon panjang dan bulunya satu Pasang, segmen anal pelana tidak menutup segmen, gigi sisir tidak berduri lateral' - Larva Aedes albopictus: sarna dengan Aedes aegypfl, kecuali gigi sisir yang tidak berduri lateral. Sayap Aedes: sisik sempit panjang dengan ujung runcing. Aedes albopictus dewasa: Abdomen ujung lancip, warna hitam dengan belang putih pada abdomen dan kaki. Mesonotum mempunyai garis tebal putih yang memanjang. Peran medis - Aedes aegypti: vektor utama DHF, filariasis, penyakit Chikungunya, penyakit demam kuning. - Aedes albopictus: vektor potensial DHF dan filariasis. Perilaku - Aedes sp. pada siang hari saja. Habitat Di air jernih dan air keruh. Pemberantasan Pengendalian vektor dan mencegah gigitan vektor. 183

176 Gambar Telur Aedes (pembesaran 10 x 40) Gambar L1.33 Larva Aedes aegypti (pembesaran 10 x 40) 784

177 Gambar Larva Aedes albopictus (pembesaran 10 x 40). Gambar Sayap Aedes/Culex (pembesaran 10 x 40). 185

178 Gambar Aedes albopictus dewasa. 185

179 Culex sp. Morfologi - Telur Culex: lonjong seperti peluru dengan ujung tumpul. - Larva Culex: sifon panjang dan bulunya lebih dari satu pasang. - Culex dewasa: abdomen ujung tumpul, warna cokelat muda tanpa tanda khas. - Sayap Culex: sisik sempit panjang dengan ujung runcing. Peran medis - Culex sp.: vektor filariasis dan penyakit lapanese B encephalitis. Perilaku - Culex sp.: mengisap darah pada malam hari. Habitat Di air jernih dan air keruh. Pemberantasan Pengendalian vektor dan' mencegah gigitan vektor. Gambar Telur Culex (pembesaran 10 x 40) 1,87

180 ,*;Y--.W \ ::., "lfltl 'i'll :;t.i -:'!&**i]:. Gambar 1L.38 Larva Culer (pembesaran 10 x 40). Gambar Culex dewasa. 188

181 Mansonia sp. Morfologi - Telur "Mansonia:- oval panjang, satu ujung runcing seperti duri, berkelompok seperti roset. - Larva Mnnsonia: sifon berujung runcing dan bergigi. - Sayap Mansonia: sisik lebar dan simetris, sebagian lagi sempit. - Mansonia dewasa: abdomen ujung tumpul, warna cokelat kekuning-kuningan dan belang-belang putih. Ada gambaran dua garis atau bundaran yang berwarna putih. Peran medis - Mansonia: vektor filariasis (Brugia malayi). Perilaku - Mansonia sp. mengisap darah pada siang dan malam hari. Habitat Di air jernih dan air keruh. Pemberantasari Pengendalian vektor dan mencegah gigitan vektor. 189

182 ..:l t; i,r*'. u Gambar Telur Mansonia (pembesaran 10 x 40). Gambar Larva Mansonin (pembesaran 10 x 40). 190

183 Gambar 71,.42 Sayap Mnnsonin (pembesaran 10 x 40). Gambar 11,.43 Mnnsonin dewasa 19r

184 Culicini Morfologi - Kepala Culicini jantan: antena berambut lebat melebihi panjang probosis. - Kepala Culicini betina: antena berambut jarang daripada probosis. Habitat Di air jernih dan air keruh. Pemberantasan Pengendalian vektor dan mencegah gigitan vektor. (plumose), palpus sama atau (pilose), palpus lebih pendek Gambar Kepala Culicini jantan (pembesaran 10 x 10). 192

185 Gambar Kepala Culicini betina (pembesaran 10 x 1O) 193

186 Tabanus sp, Morfologi Sayapnya mempunyai venasi yang khas. Bentuk mulut silindris dengan ujung yang meruncing. kerat isap, larva berbentuk Peran medis Sebagai vektor mekanik penyakit sura dan antraks. Gambar \7,46 Tabanus trigeminus, 194

187 Gambar Lawa Tabanus trigeminus' 195

188 Glossina sp. Morfologi Venasi sayap membentuk seperti lidi tajam. Peran medis Sebagai vektor penyakit: siense. gambaran kapak, bentuk mulut tusuk isap, probosis tripanosomiasis gambiense dan tripanosomiasis rode- Gambar Glossinn sp. 196

189 Musca domestica Morfologi Bentuk rhulut lekat isap, mempunyai empat garis sayap ke-4 membentuk sudut. putih pada punggung, venasi Gejala klinis Larvanya dapat menyebabkan miasis. Peran medis Berperan sebagai vektor mekanik penyakit disentri LlStls. basiler, amebiasis, dan cacing Gambar Muscn domestica t97

190 P ar as arc ophag a cr as sip alpis Morfologi Warna keabu-abuan, mesonotum dengan tiga garis hitam, bagian dorsal abdomen bermotif seperti papan catur. Gejala klinis Larvanya dapat menyebabkan miasis. Peran medis Sebagai vektor mekanik penyakit disentri basiler, amebiasis, dan cacing. Gambar P arnsarcophagn crassipalpis' 198

191 Periplaneta americana Morfologi Sayap depan tegmina atau perkamen, sayap belakang membraneus, warna kuning cokelat. Peran medis Dapat menjadi vektor mekanik amebiasis, lambliasis, askariasis dan isosporiasis di Indonesia dan Kolumbia. Gambar 11^.51, P eriplaneta americann 199

192

193 12 MACAM-MACAM SPORULASI Blastospora Morfologi Spora aseksual berbentuk atau septum hifa semu. tunas pada permukaan sel, ujung hifa atau pada sekat Gambar 12.1 Biastospora (pembesaran 10 x 10, pewarnaan Lactophenol).

194 Artrospora Morfologi Spora aseksual dibentuk dari hifa dengan banyak septum yang mengadakan fragmentasi. Gambar' 12.2 Artrospora (pembesaran 10 x 40, pewarnaan Lactophenol cotton blue). 204

195 Klamidospora Morfologi Spora asbksual dibentuk dari hifa, berbentuk bulat dan berdinding tebal. Spora pada hifa dapat di tengah, di tepi lateral, dan di ujung. Gambar 12.3 Klamidospora (pembesaran 10 x 1.0, pewarnaan Lactophenol cotton blue) 205

196 t3 MACAM-MACAM SPESIES Aspergillus sp. Penyakit Otomikosis, onikomikosis, aspergilosis, keratomikosis. Gambar 13.1 Aspergillus sp (pembesaran 10 x 10, pewarnaan Lactophenol).

197 Gambar 13.2 Gambaran histopatologis otomikosis (pembesaran 10 x 10, pewarnaan H.E). 207

198 Penicillin sp. Penyakit Otomikosis. Gambar 13.3 Penicillin sp (pembesaran 10 x 1.0, pewarnaan Lactophenol). 208

199 Rhizopus Morfologi Spora seksual, mempunyai rizoid (akar semu). Penyakit Otomikosis, zigomikosis viseralis. Gambar 13.4 Rhizopus (pembesaran 10 x 10, pewarnaan Lactophenol). 209

200 Mucor Penyakit Otomikosis, zigomikosis viseralis. Gambar 13.5 Mucor (pembesaran 10 x 40, pewarnaan Lactophenol cotton blue). 2r0

201 Basidiobolus sp. Morfologi spora seksual, dibentuk oleh dua sel kelamin yang bentuk dan besarnya menyerupai paruh. Penyakit Zigomikosis subkutis. Gambar 13.6 Basidiobolus sp. (pembesaran 10 x 10, pewarnaan Lactophenol). 211

202 t4 MIKOSIS SUPERFISIAL NON-DERMATOFITOSIS Penyebab Malassezia furfur. Morfologi Pitiriasis versikolor Hifa-hifa pendek, lurus atau bengkok berkelompok, spora bulat berkelompok. Patologi klinis Pada kulit terlihat bercak'hipo/hiperpigmentasi terutama pada tubuh bagian atas dan terasa gatal bila berkeringat. Diagnosis " - Pemeriksaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 10%. - Sinar ultra violet (Wood's light) positif. Terapi Lokal: preparat salisil, derivat imidazol dan salep tolnaftat. Sistemik: ketokonazol dan itrakonazol. 212

203 '"fu x rru Gambar 14.1 Pitiriasis versikolor (pembesaran 10 x 10). 213

204 Gambar 14.2 Malassezia furfur (pembesaran 10 x 10, sediaan KOH 10%). 21.4

205 Piedra hitam Penyebab Pieilraia iortai. Morfologi Jamur ini tergolong kelas Ascomycetes dan membentuk spora seksual. jamur merupakan anyaman hifa padat berwarna tengguli. Di dalamnya ada askus-askus yang mengandung 2-8 askospora. Anyaman hifa dan askus membentuk benjolan hitam. Patologi klinis Kelainan berupa benjolan hitam, keras dan rambut mudah patah bila disisir. Diagnosis - Adanya benjolan pada rambut. - Pemeriksaan langsung dengan larutan KOH 10% dan Lactophenol. Terapi Rambut dipotong atau mencuci kepala setiap hari dengan larutan sublimat t/zo* atau shampo antimikotik. 215

206 &J Sr* Gambar 14.3 Piedra hitam, (pembesaran 10 x 40, pewarnaan KOH 10% dan Lactophenol) 216

207 Piedra putih Penyebab Tr icho sp or on b ei gelii. Morfologi Hifa tidak berwarna dan termasuk Moniliaceae. Patologi klinis Kelainan rambut tampak sebagai benjolan yang berwarna putih kekuningan. Rambut mudah patah bila disisir. Diagnosis - Memeriksa benjolan pada rambut. - Pemeriksaan langsung dengan larutan KOH 10% dan lactophenol' Terapi Rambut dipotong atau mencuci kepala setiap hari dengan larutan sublimat t /rooo. Gambar 14.4 Piedra putih (pembesaran 10 x 40, pewarnaan KOH 10% dan Lactophenol) 277

208 Trikomikosis aksilaris Penyebab Nocardia tenuis/corynebacterium tenuis. Morfologi Pada rambut ketiak terdapat kerak yang berwarna kekuningan dan lipatan kerak yang disertai koloni bakteri/jamur. Patologi klinis Kerak pada rambut ketiak/pubis, keringat berwarna kemerahan dan gatal. Diagnosis Rambut dengan kelainan ditambah larutan KOH i0%. Terapi - Mencukur rambut yang terdapat kelainan. - Salep antijamur/sublimat 1% dalam alkohol 70%. Gambar 14.5 Trikomikosis aksilaris (pembesaran 10 x 40) 278

209 15 MIKOSIS SUPERFISIAL DERMATOFITOSIS Penyebab Dermatofitosis Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Microsporum canis, Microsporum Wpseum, Trichophyton concentricum, Epidermophyton floccosum. Patologi klinis Kulit yang terinfeksi jamur berbentuk lingkaran, berbatas tegas dengan tepi kemerahan disertai vesikel-vesikel kecil dan bersisik. Keluhan utama gatal di waktu panas dan berkeringat. Id reaction dapat dijumpai pada telapak/sela-sela jari tangan/kaki. Diagnosis - Pemeriksaan langsung dengan larutan KOH 10-20%. Tampak hifa bersekat dan bercabang. - Biakan pada medium agar Sabouraud ditambah antibiotika, disimpan pada suhu kamar. Terapi Lokal: salep yang bersifat fungistatik dan keratolitik. Sistemik: Griseofulvin, derivat imidazol. 2r9

210 Gambar 15.1 Dermatofitosis (pembesaran 10 x 10, pewamaan HE). 220

211 Infeksi ektotriks Penyebab Trichophyton schoenleini, Trichophyton tonsurans, Microsporum canis, Miuosporum gypseum, Microsporum audouini. Morfologi Spora di dalam dan luar rambut. Patologi klinis Kelainan berupa rambut patah di atas permukaan kultt. Diagnosis - Sediaan langsung dengan larutan KOH 10-20%. - Sinar ultra violet (Wood's light) positif. - Biakan. Gambar 15.2 Infeksi ektotriks (pembesaran 10 x 40, sediaan KOH 10%). 227

212 Infeksi endotriks Penyebab Trichophyton tonsurans, Trichophyton aiolaceum, Trichophyton schoenleini. Morfologi Spora tampak di dalam rambut. Patologi klinis Rambut yang terinfeksi patah pada permukaan kulit, sehingga tampak sebagai titik-titik hitam (black dots). Diagnosis Sama dengan infeksi ektotriks. Gambar 15.3 Infeksi endotriks (pembesaran 10 x 40, sediaan KOH 10%). 222

213 Epidermophyton fl o cc o sum Penyakit Pada kuiit dan kuku. Morfologi Hifa lebar (4 mikron), makrokonidia berbentuk gada terdiri atas 24 sel, berdinding tebal. * 8'" e# "ffe & I -& Gambar 15.4 Epidermophyton floccosum (pembesaran 10 x 10, pewarnaan Lactophenol). 223

214 Microsporum canis Penyakit Pada kulit dan rambut. Morfologi Makrokonidia berbentuk kumparan, berujung runcing, terdiri atas 6-8 sel, berdinding tebal. Gambar 15.5 Microsporum canis (pembesaran 10 x 40, pewarnaan Lactophenol cotton blue). 224

215 Microsporun, gypseum Penyakit Pada kulit dan rambut. Motfologi Makrokonidia berbentuk kumparan, berujung tumpul, ding tipis. terdiri atas 44 sel, berdind ;&w w Gambar 15.6 Microsporum gwseum (pembesaran 10 x 40, Pewarnaan Lactophenol). 225

216 Tri cho phy t on ment agr ophy t e s Penyakit Pada kulit, kuku, dan rambut. Morfologi Hifa berbentuk spiral, mikrokonidia bundar. Makrokonidia berbentuk pensil dan terdiri atas beberapa sel. Gambar 15.7 Tichophy ton mentagrophy tes (pembesaran 10 x 10, pewamaan Lactophenol cotton blue). 226

217 16 MIKOSIS PROFUNDA Aktinomikosis Penyebab Actinomyces israelii. Morfologi Hifa halus dengan diameter 0,5-1 mikron pada biakan anaerob. Patologi klinis Terdiri atas tiga bentuk kelainan yaitu: (1) Aktinomikosis servikofasialis: luka primer di mulut, pembengkakan pada muka, mengeras dan berbenjol-benjol, abses serta fistel. (2) Aktinomikosis torakalis: gejala seperti penyakit paru-paru menahun. (3) Aktinomikosis abdominalis. Gejala mirip apendisitis atau tumor. Diagnosis Bahan dari nanah, sputum, dan biopsi jaringan. (1) Sediaan langsung dengan larutan KOH 10%. (2) Pewarnaan gram. (3) Biakan anaerob. Terapi Penisilin. 227

218 Gambar 16.1 Gambaran histopatologis misetoma aktinomikotik (pembesaran 10 x 40, pewarnaan H.E). 228

219 Nokardiosis Penyebab N ocnr dia asteroides, N ocardia br asiliensis. Morfologi Hifa halus dengan diarneter 0,5-L mikron pada biakan aerob, Gram positif, tahan asam. Patologi klinis Kelainan paru-paru mirip dengan TBC. Gejala dapat pula menyerupai pneumonia. Penyebaran secara hematogen ke kulit, otak, atau ginjal. Diagnosis Bahan dari sputum, biopsi jaringan: (1) Pewarnaan gram. (2) Pewarnaan tahan asam. (3) Sediaan PA. (4) Biakan dalam medium tanpa antibiotik secara aerob. Terapi Sulfa dan streptomisin. 229

220 Gambar 16.2 Gambaran histopatologis nokardiosis. Misetoma aktinomikotik (pembesaran 10 x 10, pewarnaan H.E). 230

221 Allescheria boydii Penyakit. Misetoma maduromikotik. Morfologi Hifa berwarna putih, kekuning-kuningan. Hifa kasar membentuk koloni filamen. Patologi klinis Ada tumor kecil yang makin membesar merusak jaringan dan tulang sehingga menyebabkan abses dan fistel. Ditemukan pada kaki atau bagian tubuh lainnya. Diagnosis (1) Pemeriksaan langsung dengan larutan KOH 10%. (2) Histopatologi. (3) Biakan pada agar Sabouraud. Terapi - Bedah dengan melakukan ekstirpasi jaringan yang ada kelainannya atau amputasi bagian tubuh. - Derivat imidazol dipakai pada kasus misetoma maduromikotik yang disebabkan oleh Monosporium apiosp ermum. 23r

222 ;ir :4ir: Gambar 'L6.3 Allescherin boydii (pembesaran 10 x 40). 232

223 Misetoma maduromikotik butir putih Penyebab Actinomyces israelii, Nocardia asteroides, Nocardia brasiliensis, Madurella mycetomi, Allescheria boydii. Morfologi Butir terdiri atas gumpalan hifa lebar (2-4 mikron). Warna gumpalan hifa merah muda. Patologi klinis Kelainan berupa nodul subkutan menimbulkan pembengkakan, pembentukan abses dan fistel serta deformitas. Diagnosis (1) Gambaran klinis. (2) Pemeriksaan bahan klinis: (a) Mikroskopis: Larutan KOH L0%, pewarnaan Gram. (b) Makroskopis: Biakan aerob, anaerob, reaksi biokimia. (3) Radiologis. (4) Serologis. Terapi - Penisilin (untuk Actinomyces israelii). - Sulfa dan streptomisin (untuk Nocardia dan Streptomyces). Ketokonazol (untuk Monosporium apiospermum). - Bedah. 233

224 Gambar 15.4 Gambaran histopatologis misetoma maduromikotik butir putih (pembesaran 10 x 10, pewarnaan H.E). 234

225 Misetoma maduromikotik butir hitam Penyebab Madurella my cetomi, Madurella grisea. Morfologi Butir terdiri atas gumpalan hifa lebar berwarna tengguli. Patologi klinis, diagnosis, dan terapi Sama dengan Misetoma maduromikotik butir putih. Gambar 16.5 Misetoma maduromikotik butir hitam (pembesaran 10 x 40, pewarnaan H.E). 235

226 Kromomikosis Penyebab Phialophora aerrucosa, Phialophora pedrosoi, Phialophora contpactum, Phialophora der' matitidis, dan Cladosporium carionii. Morfologi Jamur tampak sebagai sel berwarna tengguli, berdinding tebal dan membentuk koloni filamen. Patologi klinis Kelainan mengenai kulit dan subkutis berupa papel (terasa gatal dan meluas). Timbul kutil, makin banyak dan berkelompok seperti bunga kol. Dapat terjadi infeksi sekunder seperti ulserasi dan penyebaran secara limfogen atau hematogen. Diagnosis Bahan klinis berupa kerokan kulit, biopsi jaringan, dan bahan autopsi. (1) Pemeriksaan langsung dengan larutan KOH 10-20%. (2) Biakan dengan agar Sabouraud. Terapi Podophylin lokal, Amfoterisin-B, sinar X dan bedah. Derivat imidazol. 236

227 Gambar 16.6 Gambaran histopatologis kromomikosis (pembesaran 10 x 10, pewarnaan H.E). Gambar 15.7 Sporulasi Phialophora oernrcosa (pembesaran 1,0 x 40, pewarnaan Lactophenol).

228 Gambar 16.8 Sytorotricluurt schutckii (perlbesaran 10 x 10, pewarnaan Lactophenol cotton blue) 238

229 S p o r o tri chum s chenckii Penyakit. Sporotrikosis. Morfologi ]amur pada suhu kamar membentuk koloni filamen putih dengan hifa yang halus dan spora yang tersusun seperti bunga pada ujung konidiofora. Pada suhu 3fC biakan membentuk koloni ragi dengan blastospora yang bulat atau lonjong. Patologi klinis Mempunyai empat macam gambaran klinis: (1) Sporotrikosis kulit. (2) Sporotrikosis limfatika lokalisata. (3) Sporotrikosis pulmonum. (4) Sporotrikosis diseminata. Diagnosis (1) Pemeriksaan langsung dengan: Hematoksilin eosin, Gram(PAS/GMS). (2) Biakan Sabouraud pada suhu kamar dan 3/C. (3) Percobaanbinatang. Terapi Larutan KI per oral, Amfoterisin-B, ketokonazol. 239

230 G arnb a r Sporu lasi l-rormodend r um Phinlopl tor n p edro stt i (pernlresaran 10 x 10, Pewarnaarl Lackrphenol). 240

231 Kandidiasis vagina Penyebab Candida sp., terutama Candida albicans. Morfologi Sel ragi lonjong, ada yang bertunas. Hifa semu panjang atau pendek, sel epitel vagina dengan intinya. Patologi klinis Gejala utama fluor albus yang disertai rasa gatal. Infeksi terjadi akibat tercemar setelah defekasi, dari kuku atau air dan juga merupakan penyakit hubungan seksual. Diagnosis Bahan klinis: sekret vagina atau bercak putih di vagina. (1) Sediaan langsung larutan KOH 10% atau air garam faal. (2) Biakan pada agar Sabouraud dekstrosa ditambah antibiotik. (3) Tes serologik. ' Terapi Gentian violet 1%, derivat azol (mikonazol, ekonazol), polien (nistatin, amfoterisin- B). 241

232 Gambar Kandidiasis vagina (pembesaran 10 x 40). l, kw "***# *- * #w" 6 Gambar '1.,6.11. Cnndidn sp. (pembesaran -10 x 40, pewarnaan Cram). 242

233 Kriptokokosis Penyebab Cryp t o co c cus ne oformans. Morfologi Mempunyai simpai, jamur tampak sebagai sel ragi, bertunas, berwarna pucat atatr merah. Patologi klinis Kelainan terutama di paru-paru, menyerupai gejala paru-parlr lain. Dapat menyebar ke kulit, tulang dan otak (vertigo, diplopia, strabismus, dan muntah). Diagnosis Ditemukan jamur penyebab di jaringan atau terisolasi dari bahan klinis yang aseptik. I erapl Amfoterisin-B secara intravena. 243

234 r:r-&'f Gambar Gambaran histopatoiogis kriptokokosis (pembesaran 10 x 10, pewarnaan musikarmin). *-'.* * 6 -w'.:ta! : * '# 4 {; *.' c.,.,..:?,.,. Gambar Cryptococcus neoformltils (pembesaran 10 x 10, pewarnaan tinta India). 244

PARASIT. Yuga

PARASIT. Yuga PARASIT Yuga 03008028 Keterangan AL : Ascaris Lumbricoides BC : Balantidium Coli Telur AL Dibuahi Ukuran 60-45 mikron, Bentuk agak lonjong, dinding luar ada 3 lapis salah satunya lapisan albuminoid bergerigi

Lebih terperinci

TREMATODA PENDAHULUAN

TREMATODA PENDAHULUAN TREMATODA PENDAHULUAN Trematoda termasuk dalam filum Platyhelminthes Morfologi umum : Pipih seperti daun, tidak bersegmen Tidak mempunyai rongga badan Mempunyai 2 batil isap : mulut dan perut. Mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Trasmitted Helminth Soil Transmitted Helminth ( STH ) merupakan infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing yang penyebarannya melalui tanah. Cacing yang termasuk STH

Lebih terperinci

Taenia saginata dan Taenia solium

Taenia saginata dan Taenia solium Taenia saginata dan Taenia solium Mata kuliah Parasitologi Disusun Oleh : Fakhri Muhammad Fathul Fitriyah Ina Isna Saumi Larasati Wijayanti Sri Wahyuni Kelompok 6 DIV KESEHATAN LINGKUNGAN TAKSONOMI Taenia

Lebih terperinci

CESTODA USUS. >> Nama penyakit: teniasis solium, dan yang disebabkan stadium larva adalah. a. Ukuran: panjang 2-4 m, kadang-kadang sampai 8 m.

CESTODA USUS. >> Nama penyakit: teniasis solium, dan yang disebabkan stadium larva adalah. a. Ukuran: panjang 2-4 m, kadang-kadang sampai 8 m. CESTODA USUS Terdiri dari: 1. Taenia solium 2. Taenia saginata 3. Hymenolopis nana 4. Hymenolopis diminuta 5. Dypilobotrium latum 6. Dypilidium caninum 1. Taenia solium >> Hospes difinitif: manusia Hospes

Lebih terperinci

Kadang2 ada kait2 Tanpa kait-kait Tanpa mulut Mempunyai mulut Rongga Badan Rongga Badan Tidak ada Tidak ada Saluran Pencernaan Saluran Pencernaan Tida

Kadang2 ada kait2 Tanpa kait-kait Tanpa mulut Mempunyai mulut Rongga Badan Rongga Badan Tidak ada Tidak ada Saluran Pencernaan Saluran Pencernaan Tida HELMINTHES (CACING) * NEMATODA Bentuk : Selinder Tidak bersegmen Bagian Anterior Tanpa alat isap Tanpa kait-kait Mempunyai mulut Rongga Badan Ada Saluran Pencernaan Ada, mempunyai anus Kelamin Terpisah

Lebih terperinci

Ciri-ciri umum cestoda usus

Ciri-ciri umum cestoda usus Ciri-ciri umum cestoda usus Bentuk tubuh pipih, terdiri dari kepala (scolex) dilengkapi dengan sucker dan tubuh (proglotid) Panjang antara 2-3m Bersifat hermaprodit Hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata

Lebih terperinci

Terdiri dari 1. Nemathelminthes ( Cacing gilik / nema = benang) 2. Platyhelmintes (Cacing pipih) A. Trematoda (Cacing daun) B. Cestoda (Cacing pita)

Terdiri dari 1. Nemathelminthes ( Cacing gilik / nema = benang) 2. Platyhelmintes (Cacing pipih) A. Trematoda (Cacing daun) B. Cestoda (Cacing pita) Ani Radiati MKes Terdiri dari 1. Nemathelminthes ( Cacing gilik / nema = benang) 2. Platyhelmintes (Cacing pipih) A. Trematoda (Cacing daun) B. Cestoda (Cacing pita) NEMATODA USUS - Ascaris lumbricoides

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan

Lebih terperinci

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2. PROTOZOA Entamoeba coli E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm 2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Filariasis 1. Filariasis Filariasis adalah suatu infeksi cacing filaria yang menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk dan dapat menimbulkan pembesaran

Lebih terperinci

Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain:

Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain: Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain: Tubuh simetri bilateral Belum memiliki sistem peredaran darah Belum memiliki anus Belum memiliki rongga badan (termasuk kelompok Triploblastik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan penularannya melalui tanah. Di Indonesia terdapat lima species cacing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminth Soil Transmitted Helminth adalah Nematoda Intestinal yang berhabitat di saluran pencernaan, dan siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif dan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS) MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS) Oleh: Dr.rer.biol.hum. dr. Erma Sulistyaningsih, M.Si NAMA :... NIM :... FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda merupakan spesies cacing terbesar yang hidup sebagai parasit.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda merupakan spesies cacing terbesar yang hidup sebagai parasit. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil-transmitted helminths Nematoda merupakan spesies cacing terbesar yang hidup sebagai parasit. Cacing-cacing ini berbeda satu sama lain dalam habitat, daur hidup dan hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hygiene Perorangan Hygiene perorangan disebut juga kebersihan diri, kesehatan perorangan atau personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah Yunani

Lebih terperinci

Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri dari : - Kepala/scolec, - Leher, -Strobila,

Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri dari : - Kepala/scolec, - Leher, -Strobila, CESTODA JARINGAN Cacing dalam kelas Cestoidea disebut juga cacing pita karena bentuk tubuhnya yang panjang dan pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun pembuluh darah.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. manusia sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan kesehatan masyarakat. 7 Infeksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. manusia sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan kesehatan masyarakat. 7 Infeksi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kecacingan Kecacingan merupakan penyakit endemik dan kronik diakibatkan oleh cacing parasit dengan prevalensi tinggi, tidak mematikan, tetapi menggerogoti kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil-transmitted dikenal sebagai infeksi cacing seperti Ascaris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil-transmitted dikenal sebagai infeksi cacing seperti Ascaris 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths Soil-transmitted dikenal sebagai infeksi cacing seperti Ascaris lumbricoides, Trichuris trichuira, cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator

Lebih terperinci

PARASITOLOGI. OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS

PARASITOLOGI. OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS PARASITOLOGI OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS DEFINISI PARASITOLOGI ialah ilmu yang mempelajari tentang jasad hidup untuk sementara atau menetap pada/ di dalam jasad hidup lain dengan maksud mengambil sebagian

Lebih terperinci

2. Strongyloides stercoralis

2. Strongyloides stercoralis NEMATODA USUS CIRI-CIRI UMUM Simetris bilateral, tripoblastik, tidak memiliki appendages Memiliki coelom yang disebut pseudocoelomata Alat pencernaan lengkap Alat ekskresi dengan sel renette atau sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cacing Tambang Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di perbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cacing. Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi berat. 16 Infeksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cacing. Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi berat. 16 Infeksi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Kecacingan Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa cacing. Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi berat. 16 Infeksi

Lebih terperinci

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1. Infeksi Cacing Pita 2.1.1. Definisi Infeksi cacing pita atau taeniasis ialah penyakit zoonosis parasiter yang disebabkan cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia (Taenia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Cacingan Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang termasuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah E. histolytica Penyebab amebiasis adalah parasit Entamoeba histolytica yang merupakan anggota kelas rhizopoda (rhiz=akar, podium=kaki). 10 Amebiasis pertama kali diidentifikasi

Lebih terperinci

PLATYHELMINTHES. Dugesia tigrina. A. Karakteristik

PLATYHELMINTHES. Dugesia tigrina. A. Karakteristik A. Karakteristik PLATYHELMINTHES 1.Tubuh terdiri atas 3 lapisan sel: ektodermis, mesodermis, dan endodermis (triploblastik) 2. Hidup bebas atau parasit 3. Alat ekskresi berupa sel api 4. Alat pencernaan

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT. dr. Agung Biworo, M.Kes

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT. dr. Agung Biworo, M.Kes FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT dr. Agung Biworo, M.Kes ANTELMINTIK Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk membrantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah terjadinya pengindraan terhadap suatu objek menggunakan panca indra manusia,

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT dr. Agung Biworo, M.Kes ANTELMINTIK Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk membrantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk fillum Nematohelminthes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk fillum Nematohelminthes BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cacing Yang Siklus Hidupnya Melalui Tanah 1. klasifikasi Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk fillum Nematohelminthes dan mempunyai kelas Nematoda, sedangkan superfamili

Lebih terperinci

N E M A T H E L M I N T H E S

N E M A T H E L M I N T H E S N E M A T H E L M I N T H E S Nema = benang, helminthes = cacing Memiliki rongga tubuh yang terbentuk ketika ektodermis membentuk mesodermis, tetapi belum memiliki mesenterium untuk menggantungkan visceral

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit halus)cacing tersebut menggulung dan berbentuk kumparan dan biasanya mempunyai

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Telur Fasciola hepatica (Sumber : CDC, 2012)

Gambar 2.1. Telur Fasciola hepatica (Sumber : CDC, 2012) 16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trematoda Hati 2.1.1 Fasciola hepatica a. Morfologi dan Daur Hidup Cacing dewasa mempunyai bentuk pipih seperti daun, besarnya ± 30x13 mm. Bagian anterior berbentuk seperti

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trichuris trichiura Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA Editor: Nama : Istiqomah NIM : G1C015022 FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2015 /2016 1 IDENTIFIKASI FILARIASIS

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ternak Itik Itik ( Anas sp.) merupakan unggas air yang cukup dikenal masyarakat. Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara dan merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecacingan 1. Definisi Kecacingan secara umum merupakan infeksi cacing (Soil transmitted helminthiasis) yang disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk

Lebih terperinci

nilai Hb 8g/dL. telur parasit berbentuk oval, berdinding tipis transparan c. Hipokrom mikrositer pulang dari Jayapura hepatomegali dan splenomegali

nilai Hb 8g/dL. telur parasit berbentuk oval, berdinding tipis transparan c. Hipokrom mikrositer pulang dari Jayapura hepatomegali dan splenomegali PARASITOLOGI 1. Seorang anak perempuan berusia delapan tahun mengalami diare selama dua minggu, berlendir serta ada darah. Pada daerah sekitar anus terdapat luka iritasi. Pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah merupakan bagian yang terbesar dari sel, mencapai lebih kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah merupakan bagian yang terbesar dari sel, mencapai lebih kurang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Air adalah merupakan bagian yang terbesar dari sel, mencapai lebih kurang 70 80%. Air sangat penting bagi kehidupan jasad renik ataupun kehidupan pada umumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia sulit terlepas dari kehidupan hewan, baik sebagai teman bermain atau untuk keperluan lain. Meskipun disadari bahwa kedekatan dengan hewan dapat menularkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Sapi Potong Ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda adalah spesies yang hidup sebagai parasit pada manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda adalah spesies yang hidup sebagai parasit pada manusia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nematoda Usus Nematoda adalah spesies yang hidup sebagai parasit pada manusia, habitatnya didalam saluran pencernaan manusia dan hewan. Nematoda Usus ini yang tergolong Soil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cacing Tambang dan Cacing Gelang 1. Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) a. Batasan Ancylostoma duodenale dan Necator americanus kedua parasit ini di

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 2.1 Helminthiasis Cacing merupakan parasit yang bisa terdapat pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes dari beberapa Nematoda usus. Sebagian besar daripada Nematoda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis cacing Sebagian besar infeksi cacing terjadi di daerah tropis yaitu di negaranegara dengan kelembaban tinggi dan terutama menginfeksi kelompok masyarakat dengan higiene

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

Trichomonas Vaginalis

Trichomonas Vaginalis Trichomonas Vaginalis Trichomonas vaginalis tidak mempunyai stadium kista. Stadium trofozoit berukuran 10-25 mikron x 7-8 mikron mempunyai 4 flagel anterior dan 1 flagel posterior yang melekat pada tepi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingan Menurut asal katanya helminth berasal dari kata Yunani yang berarti cacing. Cacing merupakan hewan yang terdiri dari banyak sel yang membangun suatu jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Soil Transmitted Helminths 2.1.1 Definisi Soil Transmitted Helminths Soil Transmitted Helminths adalah sekelompok cacing parasit (kelas Nematoda) yang dapat menyebabkan infeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan dan hewan yang bersama-sama dengan kekuatan fisik dan kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan dan hewan yang bersama-sama dengan kekuatan fisik dan kimia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Tanah memegang peranan penting bagi masyarakat. Kehidupan tumbuhan dan hewan yang bersama-sama dengan kekuatan fisik dan kimia murni menata tubuh tanah menjadi bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cacing Usus Cacing usus yang dimaksud di sini adalah beberapa jenis nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Terdapat

Lebih terperinci

Distribusi Geografik. Etiologi. Cara infeksi

Distribusi Geografik. Etiologi. Cara infeksi Distribusi Geografik Parasit ini ditemukan kosmopolit. Survey yang dilakukan beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi A. lumbricoides masih cukup tinggi, sekitar 60-90%. Etiologi Cara

Lebih terperinci

CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA

CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA Dalam perkembangbiakannya,invertebrata memiliki cara reproduksi sebagai berikut 1. Reproduksi Generatif Reproduksi generative melalui fertilisasi antara sel kelamin jantan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Toksoplasmosis 2.1.1. Definisi Toksoplasmosis Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Landak Jawa ( Hystrix javanica

TINJAUAN PUSTAKA Landak Jawa ( Hystrix javanica 14 TINJAUAN PUSTAKA Landak Jawa (Hystrix javanica) Klasifikasi Landak Jawa menurut Duff dan Lawson (2004) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Rodentia Famili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecacingan (Ascariasis dan Trichuriasis) 1. Definisi Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing Ascaris lumbricoides dalam tubuh manusia. Spesies cacing yang

Lebih terperinci

BAB VI PROTOZOA. Struktur dari sel protozoa terdiri dari dua bagian:

BAB VI PROTOZOA. Struktur dari sel protozoa terdiri dari dua bagian: BAB VI PROTOZOA Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan : 1. Pengertian protozoa 2. Morfologi, struktur & Penularan 3. Patologi klinis 4. Klasifikasi protozoa 5. Protozoa sebagai penyebab penyakit

Lebih terperinci

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR dr. I NYOMAN PUTRA Kepala Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok DEMAM BERDARAH DENGUE (DHF) Definisi Merupakan penyakit

Lebih terperinci

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus bagian atas dan menjadi dewasa. Cacing betina yang dapat bertelur kira-kira 28 hari sesudah infeksi. 2. Siklus Tidak Langsung Pada siklus tidak

Lebih terperinci

Trypanosoma cruzi Ciri Morfologi

Trypanosoma cruzi Ciri Morfologi Trypanosoma cruzi Ciri Morfologi Morfologi Trypanosoma dalam darah tampak sebagai flagelata yang pipih panjang(kira-kira 15-20 mikron), berujung runcing di bagian posterior, mempunyai flagel kurang dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Filariasis Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus, jumlah ini menurun dari tahun 2012 yang ditemukan sebanyak 36 kasus (Dinkes Prov.SU, 2014).

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM dan KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER. (Mata Kuliah: Biologi Mikroba -Parasitologi) TAHUN AJARAN LABORATORIUM PARASITOLOGI

RENCANA PROGRAM dan KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER. (Mata Kuliah: Biologi Mikroba -Parasitologi) TAHUN AJARAN LABORATORIUM PARASITOLOGI RENCANA PROGRAM dan KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (Mata Kuliah: Biologi Mikroba -Parasitologi) TAHUN AJARAN 013-014 LABORATORIUM PARASITOLOGI RENCANA PROGRAM dan KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER Identitas

Lebih terperinci

LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI

LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI Kegiatan Infeksi cercaria Schistosoma japonicum pada hewan coba (Tikus putih Mus musculus) 1. Latar belakang Schistosomiasis atau disebut juga demam keong merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan penyakit pada ternak merupakan salah satu hambatan yang di hadapi dalam pengembangan peternakan. Peningkatan produksi dan reproduksi akan optimal, bila secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia nematode usus sering disebut cacing perut, yang sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia nematode usus sering disebut cacing perut, yang sebagian besar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cacing Nematoda Usus (Soil Transmited Helminth) Di Indonesia nematode usus sering disebut cacing perut, yang sebagian besar penularannya melalui tanah maka di golongkan dalam

Lebih terperinci

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI HASIL PEMERIKSAAN KECACINGAN di SD MUH. KEDUNGGONG, SD DUKUH NGESTIHARJO,SDN I BENDUNGAN dan SD CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Giardia Lamblia 2.1.1. Epidemiologi G. lamblia ditemukan kosmopolit dan penyebarannya tergantung dari golongan umur yang diperiksa dan sanitasi lingkungan. Prevalensi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmited Helminths Nematoda adalah cacing yang tidak bersegmen, bilateral simetris, mempunyi saluran cerna yang berfungsi penuh. Biasanya berbentuk silindris serta panjangnya

Lebih terperinci

xvii Universitas Sumatera Utara

xvii Universitas Sumatera Utara xvii BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminths Manusia merupakan hospes yang utama untuk beberapa nematoda usus. Sebagian besar dari nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan yang penting

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyebab Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk anopheles betina. 5,15 Ada lima spesies

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Helminthiasis atau kecacingan menurut World Health Organization (WHO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Helminthiasis atau kecacingan menurut World Health Organization (WHO) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Kecacingan Helminthiasis atau kecacingan menurut World Health Organization (WHO) adalah infestasi satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari cacing gelang

Lebih terperinci

CACING TAMBANG. Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006)

CACING TAMBANG. Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006) CACING TAMBANG Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006) PROGRAM STUDY D-IV ANALIS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN 2015/2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Soil Transmitted Helminths Soil Transmitted Helminths adalah nematoda usus yang dalam siklus hidupnya membutuhkan tanah untuk proses pematangan. Kecacingan oleh STH ini ditularkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Helminthiasis Nematoda mempunyai jumlah spesies terbanyak di antara cacing-cacing yang hidup sebagai parasit. Cacing tersebut berbeda-beda dalam habitat,daur hidup dan hubungan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TUJUAN Mampu membuat, mewarnai dan melakukan pemeriksaan mikroskpis sediaan darah malaria sesuai standar : Melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk dalam filum. Nematohelminthes dan merupakan kelas Nematoda. Masing-masing spesies

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk dalam filum. Nematohelminthes dan merupakan kelas Nematoda. Masing-masing spesies BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmited Helminth 1. Klasifikasi Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk dalam filum Nematohelminthes dan merupakan kelas Nematoda. Masing-masing spesies mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Higiene Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Rusmartini, 2009). Cacing ini ditularkan melalui telur cacing yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Rusmartini, 2009). Cacing ini ditularkan melalui telur cacing yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths (STH) Soil Transmitted Helminths (STH) adalah nematoda usus yang dalam siklus hidupnya membutuhkan tanah untuk proses pematangan (Rusmartini, 2009). Cacing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Soil Transmitted Helminths STH (Soil Transmitted Helminths) adalah cacing golongan nematoda yang memerlukan tanah untuk perkembangan bentuk infektif. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Blastocystis hominis 2.1.1 Epidemiologi Blastocystis hominis merupakan protozoa yang sering ditemukan di sampel feses manusia, baik pada pasien yang simtomatik maupun pasien

Lebih terperinci

TATALAKSANA SKISTOSOMIASIS. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

TATALAKSANA SKISTOSOMIASIS. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman : Revisi Halaman 1. Pengertian Skistosoma adalah salah satu penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing trematoda dari genus schistosoma (blood fluke). 2. Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam

Lebih terperinci

Gambar 1. Perluasan lesi pada telapak kaki. 9

Gambar 1. Perluasan lesi pada telapak kaki. 9 BAB 3 DISKUSI Larva migrans adalah larva cacing nematoda hewan yang mengadakan migrasi di dalam tubuh manusia tetapi tidak berkembang menjadi bentuk dewasa. Terdapat dua jenis larva migrans, yaitu cutaneous

Lebih terperinci

biologi SET 22 ANIMALIA 2 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM PLATYHELMINTHES a. Struktur Tubuh b.

biologi SET 22 ANIMALIA 2 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM PLATYHELMINTHES a. Struktur Tubuh b. 22 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 22 ANIMALIA 2 A. FILUM PLATYHELMINTHES a. Struktur Tubuh Plathyhelmintes memiliki bentuk tubuh bilateral simetris. Bagian ujung anterior

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Taenia saginata 2.1.1. Definisi Taenia saginata merupakan cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, dan filum Platyhelminthes. Hospes definitif Taenia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006,

I. PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006, yaitu sebesar 32,6 %. Kejadian kecacingan STH yang tertinggi terlihat pada anak-anak, khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui tanah atau biasa disebut dengan cacing jenis soil transmitted

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui tanah atau biasa disebut dengan cacing jenis soil transmitted BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Kecacingan 2.1.1 Definisi Kecacingan Helmintiasis (kecacingan) menurut WHO adalah infestasi satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Cacing Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit paling umum tersebar dan mengjangkiti lebih dari 2 miliar manusia di seluruh dunia. Walaupun tersedia obat-obat baru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. CESTODA Cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, filum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. CESTODA Cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, filum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. CESTODA Cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, filum Platyhelminthes. Cacing dewasa menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup dijaringan vertebrata

Lebih terperinci

PENYAKIT PARASITER - TREMATODE - H A N D A Y U U N T A R I

PENYAKIT PARASITER - TREMATODE - H A N D A Y U U N T A R I PENYAKIT PARASITER - TREMATODE - H A N D A Y U U N T A R I TREMATODA Morfologi umum cacing penyebab : Pipih bilateral, seperti daun Hermaphrodit Tidak bersegmen Saluran pencernaan tdk sempurna Oral & Ventral

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis

Lebih terperinci

BAB XX FILARIASIS. Hospes Reservoir

BAB XX FILARIASIS. Hospes Reservoir BAB XX FILARIASIS Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi nematoda jaringan yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk dalam kelenjar getah bening. Penyakit ini bersifat menahun dan bila

Lebih terperinci

lir! Pilihlah Jawaban Yang palinq benar PILIHAN 1.5)

lir! Pilihlah Jawaban Yang palinq benar PILIHAN 1.5) lir! o 1. Berdoalah terlebih dahulu sebelum anda mengeriakan! 2. Bacalah seluruh soal untuk memahami maksud soal, sebelum diiawab! 3. Jangan lupa tuliskan nim, nama, dan tanda tangan anda, sebelum menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit parasiter saat ini menjadi ancaman yang cukup serius bagi manusia. Ada 6 jenis penyakit parasiter yang sangat serius melanda dunia, yaitu malaria, schistosomiasis,

Lebih terperinci

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman : Revisi Halaman Kepala 1. Pengertian Malaria adalah suatu infeksi penyakit akut maupun kronik yang disebakan oleh parasit Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual

Lebih terperinci