BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Bone Bolango adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Gorontalo.Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran Kabupaten Gorontalo tahun Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat wilayah kecamatan, yaitu: 1. Bonepantai, 2. Kabila, 3. Suwawa, dan 4. Tapa. Sampai saat ini Kabupaten Bone Bolango mengalami banyak proses pemekaran kecamatan dan desa/kelurahan, sehingga jumlah kecamatan dan desa/ kelurahan menjadi banyak, yaitu 18 kecamatan, dan 157 desa, dan 4 kelurahan. Batas Wilayah Kabupaten Bone Bolango adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara Laut Sulawesi b. Sebelah Selatan Teluk Tomini c. Barat Kabutan Gorontalo dan Kota Gorontalo d. Timur Kabuapten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Pembagian administratif Kabupaten Bone Bolango terdiri atas 17 kecamatan, yaitu: 1. Bone, 2. Boneraya, 3. Bonepantai, 4. Botupingge, 5. Bulango Selatan, 6. Bulango Timur, 7. Bulango Ulu, 25

2 8. Bulango Utara, 9. Bulawa, 10. Kabila, 11. Kabilabone, 12. Suwawa, 13. Suwawa Selatan, 14. Suwawa Tengah, 15. Suwawa Timur, 16. Tapa, dan 17. Tilongkabila. 18. Pinogu Di samping itu, Kabupaten Bone Bolango terdiri atas 4 kelurahan dan 157 desa dengan jumlah penduduk jiwa (berdasarkan data SP 2013). Luas wilayahnya adalah 1.984,58 km², sehingga daerah ini memiliki tingkat kepadatan penduduk sekitar 81 jiwa/km². Ada pun daftar lengkap kecamatan dan desa/ kelurahan yang ada di kabupaten Bone Bolango hingga September 2010 adalah sebagai berikut. 1. Bone, terdiri atas 13 desa, yaitu: (1) Bilolantunga; (2) Cendana Putih; (3) Ilohuuwa; (4) Inogaluma; (5) Masiaga; (6) Molamahu; (7) Monano; (8) Moodulio; (9) Muara Bone; (10) Sogitia; (11) Taludaa; (12) Tumbuh Mekar; dan (13) Waluhu. 2. Bonepantai, terdiri atas 14 desa, yaitu: (1) Batu Hijau; (2) Bilungala; (3) Bilungala Utara; (4) Kamiri; (5) Lembah Hijau; (7) Ombulo Hijau; (8) Pelita Hijau; (9) Tamboo; (10) Tihu; (11) Tolotio; (12) Tongo; (13) Tunas Jaya; dan (14) Uabanga. 3. Boneraya, terdiri atas 8 desa, yaitu: (1) Alo; (2) Inomata; (3) Laut Biru; (4) Moopiya; (5) Mootayu; (6) Mootinelo; (7) Pelita Jaya; dan (8) Tombulilato. 4. Botupingge, terdiri atas 7 desa, yaitu: (1) Luwohu; (2) Panggulo; (3) Panggulo Barat; (4) Tanah Putih; (5) Timbuolo; (6) Timbuolo Tengah; dan (7) Timbuolo Timu. 26

3 5. Bulango Selatan, terdiri atas 10 desa, yaitu: (1) Ayula Selatan; (2) Ayula Tilango; (3) Ayula Timur; (4) Ayula Utara; (5) Huntu Selatan; (6) Huntu Utara; (7) Lamahu; (8) Mekar Jaya; (9) Sejahtera; dan (10) Tinelo Ayula. 6. Bulango Timur:, terdiri atas 5 desa, yaitu: (1) Bulotalangi; (2) Bulotalangi Barat; (3) Bulotalangi Timur; (4) Popodu; dan (5) Toluwaya. 7. Bulango Ulu, terdiri atas 7 desa, yaitu: (1) Ilomata; (2) Mongiilo; (3) Mongilo Utara; (4) Owata; (5) Pilolaheya; (6) Suka Makmur; dan (7) UPT Owata. 8. Bulango Utara, terdiri atas 9 desa, yaitu: (1) (1) Bandungan; (2) Boidu; (3) Bunuo; (4) Kopi; (5) Lomaya; (6) Longalo; (7) Suka Damai; (8) Tuloa; dan (9) Tupa. 9. Bulawa, terdiri atas 9 desa, yaitu: (1) Bukit Hijau; (2) Bunga Hijau; (3) Kaidundu; (4) Kaidundu Barat; (5) Mamungaa; (6) Mamungaa Timur; (7) Mopuya; (8) Nyiur Hijau; dan (9) Patoa. 10. Kabila, terdiri atas 8 desa dan 4 kelurahan, yaitu: (1) Dutohe; (2) Dutohe Barat; (3) Oluhuta [Kelurahan]; (4) Oluhuta Utara; (5) Padengo [Kelurahan]; (6) Pauwo [Kelurahan]; (7) Poowo; (8) Poowo Barat; (9) Talango; (10) Tanggilingo; (11) Toto Selatan; dan (12) Tumbihe [Kelurahan]. 11. Kabilabone, terdiri atas 9 desa, yaitu: (1) Biluango; (2) Bintalahe; (3) Botubarani; (4) Botutonuo; (5) Huangobotu; (6) Modelomo; (7) Molotabu; (8) Olele; dan (9) Oluhuta. 12. Suwawa, terdiri atas 10 desa, yaitu: (1) Boludawa; (2) Bube; (3) Bube Baru; (4) Bubeya; (5) Helumo; (6) Huluduotamo; (7) Tinelo; (8) Tingkohubu; (9) Tingkohubu Timur; dan (10) Ulanta. 13. Suwawa Selatan, terdiri atas 8 desa, yaitu: (1) Bonda Raya; (2) Bondawuna; (3) Bonedaa; (4) Bulontala; (5) Bulontala Timur; (6) Libungo; (7) Molintogupo; dan (8) Pancuran. 14. Suwawa Tengah, terdiri atas 6 desa, yaitu: (1) Alale; (2) Duano; (3) Lombongo; (4) Lompotoo; (5) Tapadaa; dan (6) Tolomato. 27

4 15. Suwawa Timur, terdiri atas 11 desa, yaitu: (1) Bangio; (2) Dataran Hijau; (3) Dumbayabulan; (4) Panggulo; (5) Pinogu; (6) Pinogu. Dari gambaran lokasi umum yang diatas, maka yang menjadi lokasipenelitian adalah terletak di Desa Mamunga Kecamatan Bulawa yang berdekatan dengan beberapa desa, yaitu: (1) Bukit Hijau; (2) Bunga Hijau; (3) Kaidundu; (4) Kaidundu Barat; (5) Mamungaa Timur; (6) Mopuya; (7) Nyiur Hijau; dan (8) Patoa, dan lokasi pertanbangan di desa ini terletak Peta Bone Bolang 28

5 Kondisi Demografi Desa Mamungaa secara Geografis terletak ± 2 KM dari pusat Kecamatan Bulawa, memiliki potensi yang cukup strategis dengan luaus wilayah 652 KM 2 yang terbagi menjadi 4 dusun, yakni: Dusun 1 molou, Dusun 11 Mahoni, Dusun 111 Bangahu, dan Dusun 1V Milango, yang penduduk masyarakatnya berjumlah 496 jiwa.dan lokasi pertambangan di desa ini terletak di areal pegunungn yang lokasinya ± 1 KM dari pemukiman masyarakat setempat. Sebagaimana yang di sajikan dalam table 1 berikut ini DATA PENDUDUK,PENDIDIKAN DAN AGAMA DESA MAMUNGAA KECAMATAN BULAWA,KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2013 JUMLAH PENDUDUK PENDIDIKAN MASYARAKAT AGAMA NAMA DUSUN KK L P JLH TK SD SLTP SLTA PT T.T SD TAMAT ISLAM SD SLTP SLTA S DUSUN 1 MOLOU DUSUN 11 MAHONI DUSUN 111 BANGAHU DUSUN 1V MILANGO JUMLAH Sumber: Data Penduduk.Kantor desa

6 4.1.3 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Desa Mamungaa secara umum penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembanguann dikelola oleh 2 elemen utama, yakni elemen pemerintah desa yang dipimpin langsung oleh kepala desa beserta jajaran perangkat desa yang terdiri dari: KEPALA DESA ISKANDAR INOMBI S.IP KAUR PEMERINTAHAN YESTIN TOBIO SEKRETARIS DESA KARIMKATILI KAUR UMUM WARNI MOODUTO KAUR PEMBANGUNA ISMAIL NUNU KepalaDusun 1 KepalaDusun 11 Kepala Dusun 111 Kepala Dusun 1V IMRANNAPIDU USNI PASALI ANISBUNGA LISNAWATI SANTOTI Sumber: Struktur Organisasi Pemerintah Desa.Kantor Desa

7 4.2 Hasil Penelitian Modal dan Teknik Menambang Akhir-akhir ini, kita sering mendengar banyak ditemukan tambang emas yang dikelola oleh rakyat ( baca : cara tradisional ) hampir diseluruh pelosok Nusantara.Meskipun menambang logam mulia dengan cara manual seperti itu mengandung resiko yang tidak kecil, baik untuk manusia atau lingkungannya. Toh tetap saja, akibat dan tantangan yang demikian besar itu tidak menjadi soal apabila dibandingkan dengan keuntungan yang dihasilkan dari padanya. Karena bagi sebagian orang, menjadi penambang adalah salah satu cara cepat untuk menjadi kaya ataupun sekedar solusi untuk bertahan hidup dari kesulitan yang menimpa perekonomian negeri ini. Masayarakat sebelumnya sering memakai sebuah alat bernama tibean yaitu sebuah benda sebesar piring kecil, terbuat dari batok kelapa yang dialasi dengan karet. Kemudian mereka mengambil segenggam tanah yang akan ditest mengandung tidaknya emas. Lalu dicampur tanah itu sedikit air dari sungai.setelah si tester itu mengoyang-goyangkan tanah yang sudah dicampur air tersebut.tak berapa lama, akibat dari percampuran tanah dan air itu, maka munculah serpihan-serpihan kecil berwarna kuning mengambang diatas air.disini kita jangan terkecoh dengan serbuk kuning tersebut bahwa itu emas. Penambang biasa menyebut benda itu adalah Emas gros, serbuk itu tidak ada maknanya, meskipun terkadang kehadiran benda tersebut bisa menunjukan akan keberadaan emas di lokasi tersebut. Tapi petunjuk yang lebih tepat kata penambang, adalah serbuk berwarna keperak-perakan yang biasa muncul bersama-sama dengan serbuk keemasan tadi. Apabila si perak tadi sudah muncul, disitu penambang bisa 31

8 memperkirakan berapa kadar yang terkandung dari emas di lokasi tersebut, seperti halnya yang terlihat pada gambar dibawah ini: Tibean tempat menyaring emas yang berasal dari pasir/pasir yang mengandung emas Teknik penambangan emas secara tradisional sudah dikenal sejak lama sebelum digantikan oleh mesin-mesin yang besar dan berat, namun bukan berarti penambangan tradisional dilupakan.bagi warga biasa yang memiliki modal terbatas, penambangan tradisional adalah pilihan utama karena cuma perlu ember dan sekop, itu saja.pada industri, emas diperoleh dengan caramengisolasinya dari batuan biji emas (ekstraksi). Biji emas dikategorikan dalam 4 ( empat ) kategori: Biji tipis dimana kandungannya sebesar 0.5 ppm Biji rata-rata ( typical ) dengan mudah digali, nilai biji emas khas dalam galian terowongan terbuka yakni kandungan 1-5 ppm Biji bawah tanah/harrdrock dengan kandungan 3 ppm Biji nampak mata ( visible ) dengan kandungan minimal 30 ppm seperti yang terlihat di gambar di bawah ini: 32

9 Batu yang mengandung biji emas Menurut Greenwood dkk (1989), batuan bijih emas yang layak untuk dieksploitasi sebagai industri tambang emas, kandungan emasnya sekitar 25 g/ton (25 ppm).di dunia pertambangan mengenal dua metode eksplorasi tambang, pertama metode tambang bawah tanah (underground mining) dan kedua metode tambang terbuka (surface mining).kedua metode penambangan emas tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik cebakan emas. Berdasarkan proses terbentuknya, endapan emas dikatagorikan menjadi dua tipe yaitu : 1. Endapan Primer/ Cebakan Primer Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat di dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral yang terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan aktifitas hidrotermal, yang membentuk tubuh bijih dengan kandungan utama silika. Cebakan emas primer mempunyai bentuk sebaran berupa urat/vein dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. 33

10 2. Endapan Plaser / Cebakan Sekunder Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk karena proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas (gold-bearing rocks, Lucas, 1985). Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada cebakan emas primer pada atau dekat permukaan menyebabkan terurainya penyusun bijih emas primer. Proses tersebut menyebabkan juga terlepas dan terdispersinya emas. Terlepas dan tersebarnya emas dari ikatan bijih primer dapat terendapkan kembali pada rongga-rongga atau pori batuan, rekahan pada tubuh bijih dan sekitarnya, membentuk kumpulan butiran emas dengan tekstur permukaan kasar. Akibat proses tersebut, butiran-butiran emas pada cebakan emas sekunder cenderung lebih besar dibandingkan dengan butiran pada cebakan primernya (Boyle, 1979). Dimana pengkonsentrasian secara mekanis melalui proses erosi, transportasi dan sedimentasi (terendapkan karena berat jenis yang tinggi) yang terjadi terhadap hasil disintegrasi cebakan emas pimer menghasilkan endapan emas letakan/aluvial (placer deposit). Cebakan emas primer dapat ditambang secara tambang terbuka (surface mining) maupun tambang bawah tanah (underground minning).sementara cebakan emas sekunder umumnya ditambang secara tambang terbuka. 1 Cebakan Primer Cebakan primer merupakan cebakan yang terbentuk bersamaan dengan proses pembentukan batuan. Salah satu tipe cebakan primer yang biasa dilakukan pada penambangan skala kecil adalah bijih tipe vein( urat ), yang umumnya 1.( Diakses tanggal 12 oktober 2013) 34

11 dilakukan dengan teknik penambangan bawah tanah terutama metode gophering / coyoting ( di Indonesia disebut lubang tikus ). Penambangan dengan sistem tambang bawah tanah (underground), dengan membuat lubang bukaan mendatar berupa terowongan (tunnel) dan bukaan vertikal berupa sumuran (shaft) sebagai akses masuk ke dalam tambang. Penambangan dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana ( seperti pahat, palu, cangkul, linggis, belincong ) dan dilakukan secara selektif untuk memilih bijih yang mengandung emas baik yang berkadar rendah maupun yang berkadar tinggi. Terhadap batuan yang ditemukan, dilakukan proses peremukan batuan atau penggerusan, selanjutnya dilakukan sianidasi atau amalgamasi, sedangkan untuk tipe penambangan sekunder umumnya dapat langsung dilakukan sianidasi atau amalgamasi karena sudah dalam bentuk butiran halus. Beberapa karakteristik dari bijih tipe vein ( urat ) yang mempengaruhi teknik penambangan antara lain : 1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat. 2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar. 3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga rentan dengan pengotoran ( dilution ). 4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser (regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek dilution pada batuan samping. 5. Perbedaan assay ( kadar ) antara urat dan batuan samping pada umumnya tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi pada batuan samping, serta pola urat yang menjari ( bercabang ). 6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic ( acak / tidak beraturan ) dan sulit diprediksi. 7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle. 35

12 Dengan memperhatikan karakteristik tersebut, metode penambangan yang umum diterapkan adalah tambang bawah tanah ( underground ) dengan metode Gophering, yaitu suatu cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu mengadakan persiapan-persiapan penambangan ( development works ) dan arah penggalian hanya mengikuti arah larinya cebakan bijih. Oleh karena itu ukuran lubang ( stope ) juga tidak tentu, tergantung dari ukuran cebakan bijih di tempat itu dan umumnya tanpa penyanggaan yang baik. 2 biji emas Jalur untuk memasuki areal lokasi emas di samping kiri kana lorong ini mengandung Cara penambangan yang tampak pada gambar ini umumnya tanpa penyangga yang memadai dan penggalian umumnya dilakukan tanpa alat-alat mekanis. Metode tambang emas seperti ini umum diterapkan di berbagai daerah operasi tambang rakyat di Gorontalo, seperti di Tulabolo, Gunung Pani, paguyaman dan lain-lain 2.ibid 36

13 Got tanah ini biasa di lakukan oleh penambang untuk mengidentifikasi batuan yang mengandung emas Tehnik seperti yang digambar ini pula sering dijumpai dilokasi penelitian tetapi resikonya sangat besar yakni kalau cuaca hujan dikhawatirkan akan tertimbun dengan tanah, sehingga tehnik ini biasanya dilakukan oleh masyarakat setempat dengan melihat cuaca yang bagus. Seperti halnya yang dituturkan oleh bapakkasim 3 ada macam-macam ini tehnik menambang tergantung cuaca, kalau cuacahujan-hujan torang tidak berani karna biasanya molongsor kamari itu tanah. Maksud dari hasil wawancara diatas adalah tehnik menambang tergantung cuaca, kalau cuaca tidak bagus itu berarti kami akan menggunakan tehnik lain lagi karena kalau hujan dikhawatirkan tanah yang dijadikan lokasi tambang itu akan longsor. Selain tehnik diatas dibutuhkan dalam hal menambang modal utama juga 3. Hasil Wawancara tanggal 23 Oktober

14 yang harus dipersiapkan adalah kesehatan, keberanian dan kesabaran. Seperti halnya yang di ungkapkan oleh bapak midun 4 Mobatambang ini tidak perlu modal besar, yang penting sehat, barani, sabar, kalau tiga itu soada patorang insya Allah dimudahkan semuanya. Maksud dari petikan wawancara diatas adalah modal utama dalam menambang cukup dengan mengantongi kesehatan, keberanian dan kesabaran. Ket Gambar (Tromol alat yang di gunakan untuk menggiling batuan yang mengandung emas sehingga menjadi emas murni ) Tehnik seperti digambar ini pula banyak sekali ditemui dilokasi tambang, dimana alat ini disebut dengan tromol. Tromol adalah mesin penggiling batu yang ada unsur emasnya.sehingga dari hasil tromol ini emas akan ketahuan kadarnya. Faktor lain juga yang dapat mendukung berhasil tidaknya pelaksanaan pengawasan adalah sarana dan prasarana. Adapun sarana/prasarana utama adalah 4.hasil Wawancara Tanggal 25 Oktober

15 pengelolaan pertambangan yang dapat dijadikan dasar dalam penetapan IUP serta pengawasan adalah penetapan Wilayah Pertambangan (WP). Dalam pasal 2 PP Nomor 22 tahun 2010 tentang wilayah pertambangan diatur bahwa: 1. Wilayah Pertambangan (WP) adalah merupakan kawasan yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara, baik pada permukaan tanah yang berada dalam wilayah daratan atau wilayah laut untuk kegiatan pertambangan. 2. Wilayah yang dapat ditetapkan sebagai WP memilik kriteria adanya: a) Indikasi forasi batuan pembawa mineral dan/atau pembawa batubara. b) Potensi sumber daya bahan tambang yang berwujud padat dan/atau cair. 3. Penyiapan wilayah yang dilakukan melalui,perencanaan WP serta penetapan WP. 5 Apabila Pengawasan diatasdapat dilakukan nantinya akan berakibat pada ketentraman penambang, agar tarik menarik lokasi tambang dengan aturan-aturan yang sudah ada nantinya akan jelas statusnya, karena wilayah pertambangan rakyat itu menjadi lokasi Kondisi Ekonomi Masyarakat penambang Pertambangan merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, yang pemanfaatnya ditujukan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat 6. a) Ekonomi rumah tangga Pendapatan per kapita penduduk merupakan indikator penting pada tingkatkesejahteran suatu masyarakat. Untuk itu, dalam rangka mendapatkan 5.Fenty.U Puluhulawa, Pertambangan Mineral dan Batubara Dalam Persepektif Hukum; 2013 Interpena Yogyakarta. Hal Jurnal Kinerja Vol 9 no 2 November 2012.hal

16 datalapangan yang mendekati kebenaran, maka dilakukan juga pendekatanpengeluaran yang justru lebih akurat. Karena pada kenyataan di lapangan banyakresponden yang tidak dapat mengungkapkan dengan benar tingkatpendapatannya.rata-rata pendapatan per kapita masyarakat di lokasi ini disajikan padatabel 1 berikut ini: Tabel 1: Rata-rata Pendapatan Penduduk Per-Rumah Tangga/Bulan Di Desa Mamungaa(Berdasarkan Jawaban Responden 2013) Dusun Pendapatan Minimum Pendapatn Maksimum Rata-rata pendapatan/bulan Rata-rata Pendapatan/tahun Dusun 1 Molou Dusun 11 Mahoni Dusun 111 Bangahu Dusun 1V Milango Sumber : Data Primer, b) Ekonomi sumberdaya alam Sumberdaya alam yang sangat penting dan bernilai bagi penduduk adalah Lahan, karena sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya dari lahan,yaitu sebagai lahan pertanian, seperti sebagai lahan perkebunan ladang dansawah. Lahan-lahan tersebut umumnya belum memiliki surat (sertifikat). Rataratakepemilikan/lahan yang dikuasai oleh penduduk adalah 1,75 ha/kepala Keluarga. 40

17 Berdasarkan uraian diatas Rata-rata kondisi ekonomi rumah tangga masyarakat cukup baik (tidak tergolong miskin), tetapi hanya sebagian kecil dari mereka yang punya tabungan, baik dalam bentuk uang maupun barang. Pada umumnya penduduk di lokasi ini mempunyai pola nafkah ganda, seperti berdagang (jual semnbako), bertani tanam sayur, tukang bangunan, dan usaha jasa Transportasi. (Ojek) Anggota keluarga yang membantu mencari nafkah adalah anakdan anggota keluarga lainnya. Seperti halnya yang dituturkan oleh bapak : Sahmin 7 torang pe pencaharian ini macam-macam tidak menentu, selain penambang torang juga banyak bajual-jual barang harian, torang sobaku bagi kalau saya pigi batambang maytua bajual sayur lagi Penjelasan wawancara diatas menggambarkan bahwa pencaharian masyarakat yang ada di lokasi ini bermacam-macam, tidak hanya menambang tapi berbagi pekerjaan dengan isteri pun itu mereka lakukan demi untuk kesejahteraan hidup mereka. 4.3 Pembahasan Kesenjangan Sosial Masyarakat Masyarakat seperti yang disebutkan diatas merupakan istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup manusia.dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin socius, yang berarti "kawan". Istilah masyarakat itu sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti " ikut serta, berpartisipasi ". Banyak para ahli mendefinisikan masyarakat, seperti Smith, Stanley dan Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu 7.hasil Wawancara Tanggal 29 Oktober

18 kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berfikir tentang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda. (Smith, Stanley, Shores, 1950, p.5). Sedangkan Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periiode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiologi suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi.(f Znaniecki, 1950, p. 145).Berbeda dengan Parson yang menjelaskan bahwa suatu sistem sosial di mana semua fungsi prasyarat yang bersumber dan dalam dirinya sendiri bertemu secara ajeg (tetap) disebut masyarakat.dari berbagai pendapat diatas maka W F Connell (1972, p ) menyimpulkan bahwa masyarakat adalah (1) suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah geografls tertentu, (2) kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok, sampai turun temurun dan mensosialkan anggota anggotanya melalui pendidikan, (3) suatu ke orang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam keselurühan yang terorganisasi. Kesenjangan sosial adalah "jarak" yang terjadi ditengah-tengah masyarakat yang disebabkan oleh perbedaan status.baik status sosial, maupun status ekonomi yang berada ditengah-tengah masyarakat itu sendiri. Salah satu penyebab kesenjangan sosial yang terjadi ditengah-tengah masyarakat disebabkan 42

19 oleh adanya perbedaan yang mencolok antara satu individu dengan individu yang lain. Atau antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain.senang tidaknya masyarakat tergantung pada masyarakat itu sendiri, karena setiap situasi memberikan kesempatan untuk berkompromi dengan kewajibanya agar dapat menambah kenikmatan dan mengurangi bebannya. Namun sistem sosial menentukan situasi dimana ketika orang diperbolehkan mengikuti perasaanspontan mereka, dan kapan serta dalam situasi manakah perasaan itu perlu ditekan. Hal ini sesuai dengan perkataan ibu farida 8 dibawah ini: torang ini biar modapa kamari doi banyak ditambang totap perasaan minder bakudekat dengan tetangga orang kaya yang memang solama kaya torang tako Padahal dorang itu baye kasian Cuma perasaan karna dorang solebe kaya dari torang. Maksud dari pernyataan ibu farida diatas adalah kami ini walau sudah memperoleh uang yang banyak tetap saja ada persasaan tidak enak untuk bergabung dengan mereka tetangga yang sudah kaya sebelumnya, padahal pada dasarnya mereka itu juga baik, hanya perasaan kami saja yang selalu minder. kesenjangan sosial, sebuah kenyataaan yang sedang dihadapi oleh bangsa banyak didunia ini, tidak terkecuali bangsa Indonesia ini. Kesenjangan sosial menjadi sebuah topik yang berkepanjangan yang harus diselesaikan. Bukan hanya yang terjadi di Indonesia pada umumnya tapi kesenjangan inipun terjadi di daerah pertambangan yang lokasinya terdapat di Bone bolango tepatnya di daerah yang menjadi lokasi penelitian yang diteliti. Kesenjangan sosial juga dapat menimbulkan konflik, karena dapat menimbulkan kecemburuan atau pembatasan 8.hasil Wawancara 2 November

20 hak masyarakat untuk memperoleh kesejahteraan. Ciri-ciri struktural sistem sosial oleh Parson diistilahkan dalam bentuk 5 pasang yang masing-masing terdiri dari dua alternatif yang saling bertentangan. Individu yang berinteraksi tidak perlu memutuskan alternatif mana yang akan dipakai. Masyarakatlah atau kebudayaan setempat telah memilih untuk dia dan telah melembagakan salah satu alternatif yang menentukan corak interaksi. Kelima pasang itu dinaman oleh Aparson ; a. Perasaan (affectivity) atau netral perasaan (affective neutrality) Setiap pelaku dalam proses interaksi harus menentukan apakah ia harus bertindak atas cara yang implusif yang langsung menyenangkan, atau atas cara menahan diri dan menuntut prinsip dengan tidak mengindahkan soal senang tidaknya, gampang tidaknya dan sebagainya. b. Arah diri (self orientation) atau arah kolektivitas Si pelaku harus memilih antara bertindak demi kepentingan pribadi atau demi kepentingan umum. Kedua alternatif ini tidak sama dengan altruisme atau egoisme, yang bersifat psikologis. Dalam konteks sosiologis situasi sosial menentukan apakah seseorang dapat diandalkan bertindak demi kepentinganya sendiri atau demi kepentingan orang lain. c. partikularisme atau universalisme Menyangkut soal apakah seseorang harus bertindak atas dasar prinsipprinsip yang selalu berlaku tanpa pilih kasihatas dasar relasi khususpartikulardengan beberapa orang tertentu. 44

21 d. Status bawaan atau status perolehan sendiri kedua cariabel tersebut penting dan perlu juga dalam menentukan corak relasi antara A dan B. Kebudayaan setempat menetapkan aspek-aspek manakah dalam diri orang lain, yang harus dipertimbangkan oleh si A sebelum bertindak. e. Campur baur (difusseness) Jika suatu relasi spesifik yang mengarah pada segisaja, maka hal-hal yang boleh diharapkan dari pihak lain telah dirumuskan dan diperinci oleh masyarakat.misalnya jika kita ingin membantu orang lain jangan berharap timbal balik lagi 9. Dari uraian teori diatas, implikasinya dapat dilihat pada beberapa petikan wawancara berikut dibawah ini: Oleh Bapak Sahmin 10 diungkapakn bahwa torang ini biar le banyak ini pendapatan yang dari emas, tapi torang susah sekali moadaptasi dengan dorang yang sokaya memang,soitu torang lebeh bae basandiri bagini. Ungkapan bapak sahmin diatas menandakan bahwa diantaramasyarakat yang ada di lokasi ini sulit untuk beradaptasi satu sama lain walau mereka sydah mempunyai penghasilan yang layak. Hal ini pula didukung oleh ungkapan Bapak Yoni yakni 11 sebagai berikut: torang ini nou perasaan mopigi bakucapmur dengan dorang yang kaya, biar le torang ini sodapa emas banyak mar torang tako mopigi bakucampur dengan dorang, 9 K.J.Veeger.Realitas Sosial-refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan IndividumMsyarakat Dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi (jakarta Gramedia 1985.hal ) 10 Haasil Wawancara Tanggal 3 November Hasil Wawancara Tanggal 4 November

22 Ungkapan yang disampaikan oleh bapak yoni ini menandakan kesenjangan diantara mereka (masyarakat) yang ada dilokasi ini karena dominasi perasaan yang masih menganggap skeptis terhadap diri sendiri Penyebab Kesenjangan yang terjadi pada Masyarakat Penambang di Desa Mamungaa Beberapa penyebab terjadinya kesenjangan sosial dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain: Aspek Ekonomi Kesenjangan sosial sangat erat hubungannya dengan aspek ekonomi.kemiskinan menjadi salah satu faktor yang mendominasi terjadinya kesenjangansosial.kemiskinan merupakan penyebab utama terjadinya kesenjangan sosial.sesuai apa yang disamapaikan oleh ibu Ramina Muslim 12 bahwa: Torang ini orang miskin, torang tako mo baku campur dengan dorang yang so kaya, torang rasa tidak pantas/sesuai mo baku gabung dengan dorang. Artinya : kami hanyalah orang miskin kami tidak pantas berbaur dengan orangorang yang ekonominya diatas atau tergolong kaya.pernyataan diatas pula didukung oleh ibu Hesti Kango 13 bahwa : torang lebe bae dirumah jo dari pada mo kaluar rumah cuma mo dapa dengar kamari orang ba cirita tentang dorang pe penghasilan, biar bagimana torang mo iri dengan samua yang dorang jaga cirita. 12 Hasil Wawancara Tanggal 5 November Hasil Wawancara Tanggal 10 November

23 Artinya: kami lebih memilih diam di rumah saja dari pada keluar rumah hanya akan menimbulkan rasa iri dengan apa yang mereka ceritakan mengenai penghasilan yang didapatkan. Wawancara dengan ibu Hesti Kango di desa Mamungaa tanggal 10 november 2013 Sama halnya yang disampaikan oleh bapak Ahmad Tobiyo 14 bahwa : Torang pe pendapatan ini, cuma sadiki-sadiki, cuma untuk biaya hari-hari, torang juga perasaan mo pi ba gabung dengan dorang yang ada lobang kalu bukan dorang sandiri yang ba pangge. Artinya: penghasilan yang kami peroleh hanya untuk memenuhi biaya sehari-hari, kami juga merasa canggung bergabung dengan mereka yang sudah mempunyai lubang emas tanpa ditawarkan oleh pemiliknya. 14 Hasil Wawancara Tanggal 12 November

24 Wawancara dengan bapak Ahmad Tobio pada tanggal 12 November 2013 Banyak orang menganngap bahwa kemiskinan merupakan suratan takdir yang disebabkan oleh sifat malas, tidak kreatif dan etos kerja rendah.seperti halnya yang disampaikan oleh bapakjoni Mangimpis 15 bahwa : Kita ini leh biar ada peralatan tambang, mar kalu nyanda ada orang ba pangge nya bole ba karja, jadi cuma ba tunggu orang yang datang bapangge baku kongsi no. Artinya: walaupun saya memiliki alat untuk tambang, tapi tidak ada yang megajak untuk bekerja,saya juga tidak bisa bekrja, jadi hanya menunggu siapa saja yang datang mengajak untuk bekerja sama.sama halnya yang disampaikan oleh bapak Husain Hulopi Bahwa 16 : kita ini nou so dari tahun ketahun jadi penambang deng depe hasil itu juga lumayan,mar penghasilan yang modapa kamari capat abis cuma cukup untuk bayar utang deng for makan hari-hari sedang ini tromol cuma badiam bulum ada depe penghasilan karna cuma mo tunggu orang yang mo datang ba sewa. Jadi kalu tidak ada yah cuma badiam terpaksa mo dapa ba utang lagi mo pake biyaya hari-hari, kaya orag bilang gali lobang tutup lobang pinjam uang bayar hutang baru mo bagemana kamari torang pe rejeki so ada yang atur to?. 15 Hasil wawancara 13 November Hasil wawancara 14 November

25 Artinya: Saya ini sudah bertahun-tahun jadi penambang sedangkan hasil Wawancara dengan bapak Husain Hulopi tanggal 16 november 2013 dari menambang itu juga cukup lumayan,tapi penghasilan yang di dapatkan cepat habis hanya untuk bayar utang dan untuk biaya sehari-hari. tromol saja sekarang belum ada penghasilannya karna hanya menunggu siapa saja yang datang untuk menyewa. Jadi apabila tidak ada yang datang menyewa tromolnya tidak terpakai, terpaksa pinjam uang lagi untuk biaya sehari-hari. harus bagaimana lagi rejekikan sudah ada yang atur Pada dasarnya inti kemiskinan itu terletak pada kondisi yang disebut perangkap kemiskinan,yang terdiri dari : kemiskinan itu sendiri, kelemahan fisik, keterasingan / kadar isolasi, kerentaaan, ketidakberdayaan. Sedangkan beberapa ciri budaya kemiskinan antara lain seperti; fatalisme, rendahnya tingkat aspirasi, rendahanya kemauan mengejar sasaran,kurang melihat kemajuan pribadi, 49

26 perasaan ketidakberdayaan/ ketidakmampuan, perasaan untuk selalau gagal, perasaaan menilai diri sendiri negatif, pilihan sebagai posisi pekerja kasar, tingkat kompronis yang menyedihkan. Selain kemiskinan penyebab kesenjangan sosial yang terjadi dari aspek ekonomi adalah kurangnya lapangan pekerjaaan. Seperti halnya yang disampaiakan oleh ibu Nurmin Napidu 17 bahwa: Watiya botiye bo ibu rumah tangga, diyaa umali karajalo, patao ma pongola mayi hiyambela ijazah bo lulus SD,. Pakusa bo mohima umotapu mayi lo hiyalo, wanu diyaa bo mosabari. Artinya: saya hanya ibu rumah tangga, tidak ada yang bisa dikerjakan,harus bagaimana lagi sedangkan ijazah saja hanya lulus SD. Terpaksa hanya menunggu yang didapatkan oleh suami, kalaupun tidak ada hanya bisa bersabar. Wawancara dengan ibu Nurmin Napidu tanggal 18 November 17 Hasil Wawancara Tanggal 18 November

27 Lapangan pekerjaan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian masyarakat, sedangkan perekonomian menjadi faktor terjadinya kesenjangan sosial.sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia menjadikan pengangguran yang sangat besar di Indonesia dan menyebabkan perekonomian masyarakat bawah semakin rapuh.salah satu karakteristik tenaga kerja di Indonesia adalah laju pertumbuhan tenaga kerja lebih tinggi ketimbang laju pertumbuhan lapangan kerja.berbeda dengan negara-negara di Eropa dan Amerika, dimana lapangan pekerjaan masih berlebih.adapun faktor - faktor penyebab pengangguran itu sendiri antara lain seperti : a. Kurangnya sumber daya manusia pencipta lapangan kerja b. Kelebihan penduduk/pencari kerja c. Kurangnya jalinan komunikasi antara si pencari kerja dengan pengusaha d. Kurangnya pendidikan untuk pewirausaha Aspek Sosial Perbedaan status sosial dalam masyarakat dapat menjadi alasan mengapa kesenjangan sosial itu terjadi di Indonesia.Status sosial itu muncul karena adanya stratifikasi dalam masyarakat.hal itu dapat kita saksikan dalam kehidupan seharihari misalnya kedudukan antara majikan dan pembantu, banyak orang menganggap bahwa pembantu mempunyai kedudukan yang rendah daripada majikan, kedudukan antara kuli dan mandor, kedudukan antara sarjana dengan lulusan SMA, dan lain sebagainya.begitu juga halnya hubungan interaksi antara klas soaial yang berbeda, yakni masyarakat yang klas sosialnya di atas sudah 51

28 tentu mereka lebih memilih untuk menjalin hubungan erat dengan masyarakt yang ekonominya setara dengan ekonomi mereka. Seperti halnya yang disampaiakn oleh ibu Ratwen Katili 18 Bahwa: Kita pe pendidikan ini Cuma smpe SMP jadi pengalaman pekerjaan kurang, makanya kita Cuma bertahan jadi pedagang kecil kecilan supaya mo dapa ba tamba akan suami pe penghasilan. Karna mo cari pekerjaan yang layak susah. Artinya: pendidikan saya ini hanya sampai SMP jadi pengalam kerja kurang, makanya saya lebih memilih jadi pedagang kecil-kecilan demi menambah penghasilan suami. Karena untuk mencari pekerjaan yang layak susah. Wawancara dengan ibu Ratwen Katili tanggal 21 November Aspek Politik dan Hukum Negara Indonesia adalah Negara demokrasi yang harus memandang warganya memiliki hak dan kewajiban secara politik serta perlakuan sama di muka hukum. Kebijakan politik ekonomi pemerintah yang cenderung KKN dan mendukung konglomerasi ekonomi, sudah pasti menghasilkan ketidakmerataan 18 Hasil Wawancara Tanggal 19 November

29 pengelolaan sumber daya alam yang ada sehingga berdampak pada munculnya kemiskinan. Secara hukum, setiap warga negara memiliki perlakuan yang sama di mata hukum. Tapi masih banyak penegak hukum yang tidak mau mendengarkan jeritan rakyat kecil atau miskin.salah satu contohnya adalah diskriminasi tahanan kasus pidana antara orang kaya dan orang miskin.seorang kaya yang terlibat kasus korupsi mendapatkan fasilitas mewah bagai tinggal di hotel.sementara seorang miskin yang terlibat kasus pidana kecil saja, seperti mencuri sebuah melon atau dua biji kakau, mereka diperas dan diperlakukan semena-mena oleh aparat penegak hukum. Bahkan dengan masih tingginya kemiskinan di Indonesia saat ini, hal ini juga masih terjadi di lokasi penelitian dimana masih banyak pemimpin kita yang tega melakukan korupsi, padahal di sisi lain masih banyak orang miskin yang membutuhkan uang dari pada mereka. Seperti halnya yang disampaikan oleh bapakkarim Katili 19 Bahwa: di sini ini so banyak kasus yang terjadi, lantaran masih banyak masyarakat yang suka mo beken lubang tapi depe kendala itu tanah. Tanah yang dorang mo beken akan lubang cuman orang punya, adakalanya tidak modapa ijin dari tuan tanah jadi somo dapa masaalah lagi. Bukan cuman itu masalah yang mo timbul ada kalanya kalu so ada orang ba olah dari atas otomatis depe limbah langsung ka koala sementara air yang mangalir itu torang jaga pake. Molapor kasana ka pemerintah dorang tidak hiraukan. Artinya: di sini sudah banyak kasus yang terjadi sebab masih banyak masyarakat yang ingin membuat lubang untuk mencari emas, namun tanah yang akan di gunakan tidak mempunyai ijin dari pemiliknyajadi ini yang menimbulkan masaalah. Bukan hanya itu masalah yang akan timbul namun dengan adanya 19 Hasil Wawancara Tanggal 22 November

30 pengolahan emas dari hulu akan menghasilkan limbah sehingga limbah itu langsung menuju ke aliran sungai yang sementara ini di pakai oleh masyarakat, sementara itu jika dilaporkan kepihak pemerintah mereka tidak menghiraukannya. 54

DAFTAR PANGKALAN SIAGA KAB. BONE BOLANGO

DAFTAR PANGKALAN SIAGA KAB. BONE BOLANGO DAFTAR PANGKALAN SIAGA KAB. BONE BOLANGO NO KECAMATAN KELURAHAN 1 BONE 1 SOGITIA PT. NEW COMER GORONTALO 2 MOODULIO PT. NEW COMER GORONTALO 3 MONANO PT. NEW COMER GORONTALO AQUADIT 4 INOGALUMA PT. NEW

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTIK : OLEH : SEPTA DIAN PERMANA DBD BOBBY STEVEND DBD KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

LAPORAN KERJA PRAKTIK : OLEH : SEPTA DIAN PERMANA DBD BOBBY STEVEND DBD KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROSES KEGIATAN PENAMBANGAN EMAS DENGAN METODE TAMBANG SEMPROT YANG MENGGUNAKAN SISTEM LANTING DI SUNGAI KAPUAS KHUSUSNYA DAERAH DESA PUJON KECAMATAN KAPUAS TENGAH KABUPATEN KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE BOLANGO NOMOR 8 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE BOLANGO NOMOR 8 TAHUN BUPATI BONE BOLANGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE BOLANGO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONE BOLANGO

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut : BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini di wilayah Kecamatan Bone, Kabupaten Bone Bolango. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1) Desa Tulabolo Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Boalngo, Provinsi

Lebih terperinci

Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai

Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai sedang-tinggi Bijih dan batuan samping cukup kuat,

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA. 1. Sejarah Perkembangan Terbentuknya Pengadilan Agama Gorontalo

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA. 1. Sejarah Perkembangan Terbentuknya Pengadilan Agama Gorontalo BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian 1. Sejarah Perkembangan Terbentuknya Pengadilan Agama Gorontalo a. Masa Kerajaan 1 Sebelum masa penjajahan Belanda keadaan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik kerugian harta benda maupun korban jiwa. Hal ini mendorong masyarakat disekitar bencana

Lebih terperinci

Potret Kesenjangan dalam Kehidupan Masyarakat di Indonesia

Potret Kesenjangan dalam Kehidupan Masyarakat di Indonesia Tugas Akhir Kuliah Pendidikan Pancasila Potret Kesenjangan dalam Kehidupan Masyarakat di Indonesia Diajukan oleh : Rifda Faticha Alfa Aziza 11.11.4706 S1 Teknik Informatika Kelompok C Dosen Pengampu: Drs.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam merupakan salah satu kekayaan alam yang harus tetap dijaga kelestariannya. Saat ini banyak daerah yang memanfaatkan sumber daya alamnya untuk

Lebih terperinci

N A M A / J U M L A H

N A M A / J U M L A H LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN B. KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI, UPATEN/. DAN DESA/ SELURUH INDONESIA

Lebih terperinci

BUKU XXVIII KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO

BUKU XXVIII KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO BUKU XXVIII KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO K O D E 7 GORONTALO 7.01 1. GORONTALO 19 1 191 1.70,83 388.363 7.01.01 7.01.01.1001 7.01.01.1002 7.01.01.1003 7.01.01.100 7.01.01.100

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografi Wilayah kerja Puskesmas Tombulilato berada di wilayah kecamatan Bone Raya, yang wilayahnya terdiri atas 9 desa, yakni

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta. hlm Salim HS Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka

BAB I PENDAHULUAN. Cipta. hlm Salim HS Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya alam yang dapat di perbaharui maupun yang tidak dapat di perbaharui. Potensi yang sangat

Lebih terperinci

BAB III POLIGAMI BAGI PNS TANPA IZIN ATASAN DI PENGADILAN AGAMA GORONTALO

BAB III POLIGAMI BAGI PNS TANPA IZIN ATASAN DI PENGADILAN AGAMA GORONTALO BAB III POLIGAMI BAGI PNS TANPA IZIN ATASAN DI PENGADILAN AGAMA GORONTALO C. Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian 1. Sejarah Perkembangan Terbentuknya Pengadilan Agama Gorontalo Sejak zaman kerajaan atau

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

N A M A / J U M L A H

N A M A / J U M L A H BUKU XXIX PROVINSI GORONTALO LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0 TENTANG KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Dari ketiga

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Dari ketiga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi dan segala isinya yang di ciptakan oleh Allah SWT merupakan suatu karunia yang sangat besar. Bumi diciptakan sangat sempurna diperuntukan untuk semua makhluk baik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa, industri pertambangan juga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBAHASAN. Kota Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo, Kecamatan Kabila juga di lintasi

BAB IV HASIL PEMBAHASAN. Kota Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo, Kecamatan Kabila juga di lintasi BAB IV HASIL PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Kabila dilihat dari letak geografisnya terletak di posisi yang sangat strategis karena selain di lintasi oleh akses

Lebih terperinci

Istilah-istilah dalam Tambang Bawah Tanah

Istilah-istilah dalam Tambang Bawah Tanah Istilah-istilah dalam Tambang Bawah Tanah 1.Shaft Shaft adalah suatu lubang bukaan vertical atau miring yang menghubungkan tambang bawah tanah dengan permukaan bumi dan berfungsi sebagai jalan pengangkutan

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

STATUS DESA BERDASARKAN INDEKS DESA MEMBANGUN

STATUS DESA BERDASARKAN INDEKS DESA MEMBANGUN 75001 BOALEMO 1201260 MANANGGU 75001311 MANANGGU 0,6269 Berkembang 75001 BOALEMO 1201260 MANANGGU 75001312 TABULO 0,6672 Berkembang 75001 BOALEMO 1201260 MANANGGU 75001313 BENDUNGAN 0,5340 Tertinggal 75001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO

KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO K O D E UPATEN / (Km) GORONTALO.0. GORONTALO.0,.0 Termasuk Jumlah Penduduk Kab. Gorontalo Utara (Kab. Pemekaran).0.0 Limboto -.0.0.00.0.0.00.0.0.00.0.0.00.0.0.00.0.0.00.0.0.00.0.0.00.0.0.00.0.0.00.0.0.0.0.0.0.0.0.0.0.00.0.0.00.0.0.00.0.0.00.0.0.00.0.0.00.0.0.00.0.0.00.0.0.00.0.0.00.0.0.0.0.0.0.0.0.0

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor TINJAUAN PUSTAKA Hutan Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

Lebih terperinci

sebuah Desa dengan dataran rendah yang di kelilingi oleh bukit-bukit. Dengan batas

sebuah Desa dengan dataran rendah yang di kelilingi oleh bukit-bukit. Dengan batas BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Uabanga adalah salah satu Desa yang terdapat di Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan Indonesia sebagai negara termiskin ketiga di dunia. Pertambahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kabupaten Bone Bolango adalah sebuah kabupaten di Provinsi Gorontalo Indonesia, Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai banyak kekayaan alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Jenis kekayaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI GORONTALO

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI GORONTALO DATA DASAR PROVINSI GORONTALO KONDISI DESEMBER 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2015 JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2014) PROVINSI GORONTALO KAB/KOTA RAWAT INAP

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

BAB III SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB III SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN BAB III SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Seacara umum kondisi suatu wilayah di daerah sangat menentukan kepribadian masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiga asas yaitu asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. 1

BAB I PENDAHULUAN. tiga asas yaitu asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan dengan sistim desentralisasi, sehubungan dengan itu penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilaksanakan melalui tiga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, merupakan suatu daerah yang sebagian wilayahnya merupakan lokasi kegiatan beberapa perusahaan skala nasional dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi 1. Luas Wilayah Kecamatan Tilongkabila Kecamatan Tilongkabila merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di kabupaten Bone Bolango. Kecamatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara mempunyai kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alamnya untuk pembangunan. Pada negara berkembang pembangunan untuk mengejar ketertinggalan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama pemerintah di negara manapun. Banyak aspek penting yang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama pemerintah di negara manapun. Banyak aspek penting yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan dan pengangguran merupakan dua masalah yang saling terkait. Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan utama yang menjadi perhatian utama pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. buminya yang melimpah ruah serta luasnya wilayah negara ini. Kekayaan

I. PENDAHULUAN. buminya yang melimpah ruah serta luasnya wilayah negara ini. Kekayaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, hasil buminya yang melimpah ruah serta luasnya wilayah negara ini. Kekayaan alam yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo. 23 BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR A. Sejarah Singkat Desa Gumingsir Berdasarkan catatan yang disusun oleh penilik kebudayaan kecamatan Pagentan kabupaten Banjarnegara (Karno, 1992:39) asal mula desa Gumingsir

Lebih terperinci

POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Bintarto

POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Bintarto POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Pengertian desa dalam kehidupan sehari-hari atau secara umum sering diistilahkan dengan kampung, yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN. Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA

GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN. Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA September 2011 1. Pendahuluan Pulau Kalimantan terkenal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Geografi Kabupaten Bone Bolango secara geografis memiliki batas batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Bolaang Mongondow

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam berupa tambang merupakan salah satu andalan negara Indonesia setelah pertanian. Beberapa peraturan nasional baik berupa undangundang, peraturan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Endapan mineral merupakan sumberdaya alam yang memiliki peranan penting dan dapat memberikan kontribusi terhadap sektor pembangunan industri terutama dibidang infrastruktur,

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENCEGAHAN PENCEMARAN DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber kehidupan manusia. Apabila air akan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber kehidupan manusia. Apabila air akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber kehidupan manusia. Apabila air akan tercemar maka akan mengakibat kerugian bagi kehidupan makhluk hidup dimuka bumi ini. Dan apabila

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan yang sangat besar sehingga menarik minat banyaknya para pelaku tambang (investor asing) tertarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggungpunggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah aliran sungai akan ditampung oleh punggung

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30).

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-nya yang wajib dilestarikan dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA)

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA) PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/35; TLN NO. 3441 Tentang: RAWA Indeks:

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Puskesmas Kabila Bone merupakan salah satu puskesmas yang terletak di. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9 desa yaitu : Desa Bintalahe, Desa Botubarani, Desa

Lebih terperinci

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran K-13 Geografi K e l a s XI BARANG TAMBANG INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kegiatan pertambangan. 2. Memahami

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah

Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah Ditinjau dari sistem penyanggaannya, maka metode penambangan bawah tanah (Underground mining)

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. karantina, para penderita penyakit tersebut berangsur angsur sembuh. Mengingat banyaknya

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. karantina, para penderita penyakit tersebut berangsur angsur sembuh. Mengingat banyaknya 33 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kelurahan Bumi Waras Pada mulanya wilayah Kelurahan Bumi Waras adalah tempat untuk mengkarantina penderita penyakit menular seperti cacar, kolera,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan sebagai provinsi baru sesuai Undang - Undang No. 27 tahun 2000 tanggal 4 Desember 2000. Wilayah provinsi ini meliputi Pulau Bangka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian Emas termasuk bahan galian mineral logam mulia yang harganya sangat tinggi sehingga keberadaannya perlu diteliti secara detail. Oleh karena itu penelitian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaram Umum Objek Penelitian 1. Kota Bandar Lampung a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016 Gambar 4.1. Peta Administrasi Bandar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Tumbihe Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango terdiri dari Tiga (3) Lingkungan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Manusia perlu suplai udara, makanan, minuman, tempat untuk bernaung, tempat

Lebih terperinci

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan secara optimal, diantaranya termasuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh menurunkan kualitas lingkungan atau menurunkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh menurunkan kualitas lingkungan atau menurunkan nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan, manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Dengan demikian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil Desa Desa Jambenenggang secara admistratif terletak di kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak

Lebih terperinci

UJI KADAR MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN SUNGAI TULABOLO KECAMATAN SUWAWA TIMUR TAHUN 2013 SUMMARY. Fitrianti Palinto NIM

UJI KADAR MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN SUNGAI TULABOLO KECAMATAN SUWAWA TIMUR TAHUN 2013 SUMMARY. Fitrianti Palinto NIM UJI KADAR MERKURI PADA AIR DAN SEDIMEN SUNGAI TULABOLO KECAMATAN SUWAWA TIMUR TAHUN 2013 SUMMARY Fitrianti Palinto NIM 811409073 Dian Saraswati, S.Pd,. M.Kes Ekawaty Prasetya, S.Si., M.Kes JURUSAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan meningkatnya kebutuhan akan sumber daya alam. 1

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan meningkatnya kebutuhan akan sumber daya alam. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan seperti pencemaran, kerusakan dan bencana dari tahun ke tahun masih terus berlangsung dan semakin luas. Kondisi tersebut tidak hanya menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kandungan mineral logam ( khususnya emas) sudah sejak lama tersimpan di daerah Kabupaten Mandailing Natal. Cadangan bahan tambang emas yang terdapat di Kabupaten

Lebih terperinci

Tambang Terbuka (013)

Tambang Terbuka (013) Tambang Terbuka (013) Abdullah 13.31.1.350 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pejuang Republik Indonesia Makassar 2013 Pendahuluan Aturan utama dari eksploitasi tambang adalah memilih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan MIPA Pancasakti

Jurnal Pendidikan MIPA Pancasakti JPMP Volume 2 Nomor 1, Januari 2018, (Hal. 67-74 ) Jurnal Pendidikan MIPA Pancasakti http://e-journal.ups.ac.id/index.php/jpmp email: adminjpmp@upstegal.ac.id Kajian Aktivitas Penambangan Batu dan Pasir

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK 4.1 Lama Tinggal Pada umumnya, penduduk bertempat tinggal di suatu daerah mulai dari lahir sampai dewasa. Akan tetapi ada juga penduduk yang tinggal dari lahir sampai setelah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu,

V. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu, V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu, Kelurahan Petogogan dan Kelurahan Pela Mampang. Sungai Krukut merupakan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci