PENGGUNAAN ARCH/GARCH DALAM PENANGANAN HETEROSKEDASTISITAS RAGAM SISAAN (Studi Kasus: Curah Hujan Bulanan Stasiun Kalijati) SITI HASANAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN ARCH/GARCH DALAM PENANGANAN HETEROSKEDASTISITAS RAGAM SISAAN (Studi Kasus: Curah Hujan Bulanan Stasiun Kalijati) SITI HASANAH"

Transkripsi

1 PENGGUNAAN ARCH/GARCH DALAM PENANGANAN HETEROSKEDASTISITAS RAGAM SISAAN (Studi Kasus: Curah Hujan Bulanan Stasiun Kalijati) SITI HASANAH DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan ARCH/GARCH dalam Penanganan Heteroskedastisitas Ragam Sisaan (Studi Kasus: Curah Hujan Bulanan Stasiun Kalijati) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Siti Hasanah NIM G

4 ABSTRAK SITI HASANAH. Penggunaan ARCH/GARCH dalam Penanganan Heteroskedastisitas Ragam Sisaan (Studi Kasus: Curah Hujan Bulanan Stasiun Kalijati). Dibimbing oleh ANANG KURNIA dan DIAN KUSUMANINGRUM. Pencatatan curah hujan yang telah dilakukan oleh BMKG termasuk dalam data deret waktu karena data diamati berdasarkan interval waktu yang sama. Permasalahan seperti korelasi serial, ketidakstasioneran pada data baik dalam ragam dan nilai tengah, serta adanya heteroskedastisitas sisaan dari model ARIMA sering ditemukan terutama pada data curah hujan yang sangat fluktuatif. Ketidakstasioneran dalam ragam mengakibatkan terjadinya heteroskedastisitas ragam sisaan pada model ARIMA sehingga diperlukan model ARCH/GARCH yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Data curah hujan bulanan Kabupaten Subang pada Stasiun Kalijati dari tahun 1991 hingga 2012 adalah data yang tidak stasioner dalam ragam. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode ARCH/GARCH untuk menangani heteroskedastisitas ragam sisaan yang terdapat pada model ARIMA dari data tersebut. Pemodelan ragam sisaan dengan ARCH/GARCH menghasilkan nilai MAD yang lebih kecil dibandingkan dengan pemodelan ARIMA. ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12 GARCH (1,1) adalah model simultan terbaik yang tidak mengandung heteroskedastisitas pada ragam sisaannya. Peramalan dengan model ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12 GARCH (1,1) menunjukkan rata-rata curah hujan per bulan untuk tahun 2013 adalah 279 mm dengan puncak curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Januari 2013 sebesar 454 mm. Kata kunci: ARCH, ARIMA, GARCH

5 ABSTRACT SITI HASANAH. The use of ARCH/GARCH to Handle Heteroscedasticity in the Residual Variance (Case Study: Monthly Rainfall of Kalijati Station). Supervised by ANANG KURNIA and DIAN KUSUMANINGRUM. Rainfall data collected by BMKG are classified as time series data because the data is observed in the same time interval. Some problems such as serial correlation, nonstationarity in variance and mean of the data, and heteroscedasticity in the residual of the ARIMA model are frequently found particularly in the fluctuated rainfall data. The nonstationarity of variance can cause variance heteroscedasticity in ARIMA model, therefore a more sufficient ARCH/GARCH model is needed to overcome this problem. The variance of the monthly rainfall data in Kalijati Station from 1991 to 2012 was not stationary. Therefore this study used ARCH/GARCH method to handle heteroscedasticity problem which was found in ARIMA model of the rainfall data. Modeling the residual variance using ARCH/GARCH method obtained a smaller MAD value than ARIMA modeling. ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12 GARCH (1,1) was the best simultaneous model which did not contain heteroscedasticity in the residual variance. The ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12 GARCH (1,1) model forecasted that the monthly rainfall average in 2013 year was 279 mm with the highest monthly rainfall occuring on January 2013, which was 454 mm. Keywords: ARCH, ARIMA, GARCH

6

7 PENGGUNAAN ARCH/GARCH DALAM PENANGANAN HETEROSKEDASTISITAS RAGAM SISAAN (Studi Kasus: Curah Hujan Bulanan Stasiun Kalijati) SITI HASANAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9 Judul Skripsi : Penggunaan ARCH/GARCH dalam Penanganan Heteroskedastisitas Ragam Sisaan (Studi Kasus: Curah Hujan Bulanan Stasiun Kalijati) Nama : Siti Hasanah NIM : G Disetujui oleh Dr. Anang Kurnia, MSi Pembimbing I Dian Kusumaningrum, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Anang Kurnia, MSi Ketua Departemen Statistika Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga Tugas Akhir ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam Tugas Akhir ialah Penggunaan ARCH/GARCH dalam Penanganan Heteroskedastisitas Ragam Sisaan (Studi Kasus: Curah Hujan Bulanan Stasiun Kalijati). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Anang Kurnia dan Ibu Dian Kusumaningrum selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada Statistika 47 atas kebersamaanya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2014 Siti Hasanah

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Peramalan Curah Hujan 2 Analisis Deret Waktu 4 ARIMA 4 Asumsi dalam ARIMA 5 ARCH / GARCH 6 Validasi Model 7 METODE 8 Data 8 Metode 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Eksplorasi Data 9 Pemodelan ARIMA 10 Pemodelan ARCH/GARCH 13 SIMPULAN DAN SARAN 15 Simpulan 15 Saran 16 DAFTAR PUSTAKA 16 LAMPIRAN 17 RIWAYAT HIDUP 21

12 DAFTAR TABEL Tabel 1 Kelayakan model 12 Tabel 2 ARCH LM Test 13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rata-rata jumlah curah hujan bulanan tahun Gambar 2 Fluktuasi curah hujan bulanan 10 Gambar 3 Plot deret waktu data curah hujan 11 Gambar 4 Plot ACF dan PACF 12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Proses Pembentukan Model 17 Lampiran 2 Hasil Uji ADF 18 Lampiran 3 Signifikansi dugaan parameter model ARIMA 18 Lampiran 4 ACF dan PACF Sisaan ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12 18 Lampiran 5 Hasil estimasi dugaan parameter model GARCH 19 Lampiran 6 Uji ARCH LM 20

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Pencatatan curah hujan yang dilakukan oleh BMKG termasuk dalam data deret waktu. Hal tersebut dikarenakan data curah hujan diamati berdasarkan interval waktu yang sama dan berurutan. Data curah hujan bulanan Kabupaten Subang yang tercatat pada Stasiun Kalijati ditandai oleh fluktuasi yang tinggi pada musim penghujan. Karakteristik lain dari data tersebut adalah terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah curah hujan antar musim. Fluktuasi ekstrim pada musim penghujan maupun kemarau dapat menyebabkan banjir maupun kekeringan. Informasi mengenai besarnya curah hujan diperlukan untuk mengantisipasi efek dari fluktuasi curah hujan tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu model curah hujan yang dapat memprediksi dan memberikan informasi mengenai besarnya curah hujan pada waktu yang akan datang. Data curah hujan dapat dimodelkan dengan model AR, MA, maupun ARMA. Model tersebut dapat digunakan apabila data memenuhi asumsi kestasioneran dalam nilai tengah dan ragam. Data yang tidak memenuhi asumsi kestasioneran dalam nilai tengah dapat dimodelkan dengan model ARIMA. Model ARIMA menggunakan proses pembedaan pada data yang dapat menyebabkan data menjadi stasioner dalam nilai tengah. Kelemahan pemodelan ARIMA adalah terkadang tidak dapat mengakomodir adanya heteroskedastisitas sisaan yang ditandai dengan adanya ketidakstasioneran dalam ragam. Ketidakstasioneran ragam dapat menimbulkan adanya pelanggaran asumsi homoskedastisitas pada sisaan. Homoskedastisitas adalah suatu asumsi yang menggambarkan keadaan sisaan yang acak dan memiliki nilai ragam yang konstan, sedangkan heteroskedastisitas menunjukkan adanya ragam sisaan yang berubah-ubah seiring dengan bertambahnya amatan. Data curah hujan bulanan Stasiun Kalijati tahun 1991 hingga 2012 adalah data yang tidak stasioner dalam ragam sehingga jika dimodelkan dengan ARIMA mengakibatkan terjadinya heteroskedastisitas pada ragam sisaanya. Pelanggaran asumsi heteroskedastisitas ragam sisaan pada model ARIMA menyebabkan pendugaan parameter menjadi tidak efisien. Hal ini dikarenakan adanya penduga parameter lain yang memiliki nilai simpangan baku lebih kecil. Oleh karena itu adanya heteroskedastisitas pada sisaan perlu diatasi agar pemodelan yang dihasilkan memiliki penduga parameter yang efisien. Pemodelan yang lebih kompleks dari model ARIMA diperlukan untuk mengatasi permasalahan heteroskedastisitas pada sisaan. Pada tahun 1982 Robert Engle mengaplikasikan metode pemodelan ragam sisaan ARCH/GARCH pada data keuangan. Metode tersebut digunakan untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas sisaan yang terdapat pada pemodelan data deret waktu dengan ARIMA. Menurut Harris dan Sollis (2003), model ragam sisaan ARCH/GARCH dapat mengatasi permasalahan seperti korelasi serial, ketidakstasioneran pada ragam, dan heteroskedastisitas pada sisaan. Penelitian ini akan mengaplikasikan model ARCH/GARCH pada data curah hujan. Model simultan ARIMA ARCH/GARCH diharapkan mampu mengatasi masalah heteroskedastisitas sisaan dan ketidakstasioneran ragam yang terdapat pada data sehingga hasil peramalan yang didapatkan akan lebih baik dan mendekati data aktual.

14 2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Memodelkan data curah hujan bulanan Kabupaten Subang yang tercatat pada Stasiun Kalijati menggunakan ARCH/GARCH untuk mengatasi permasalahan data yang tidak stasioner dalam ragam dan mengalami heteroskedastisitas ragam sisaan pada model ARIMA. 2. Melakukan peramalan hingga satu tahun berikutnya yaitu pada tahun Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi adanya heteroskedastisitas ragam sisaan pada model ARIMA dari data curah hujan. Hasil dari pemodelan dapat digunakan oleh instansi untuk mengetahui pola dan besarnya curah hujan pada tahun berikutnya, sehingga efek dari fluktuasi ekstrim curah hujan yang dapat menyebabkan banjir atau kekeringan dapat diantisipasi. TINJAUAN PUSTAKA Peramalan Curah Hujan Penelitian mengenai peramalan curah hujan sudah banyak dilakukan untuk berbagai kepentingan. Penggunaan metode tersebut disesuaikan dengan permasalahan yang sering muncul pada data curah hujan. Peramalan curah hujan untuk menganalisa periode banjir terdapat pada penelitian yang berjudul Aplikasi Change Point Analysis (CPA) pada Data Curah Hujan Harian (Tua 2014). Penelitian ini menggunakan CPA untuk memprediksi titik-titik ekstrim perubahan rata-rata curah hujan, kemudian pemodelan ARIMA digunakan untuk peramalan curah hujan tersebut. Kejadian banjir besar Jakarta pada tahun 1996, 1999, 2002, 2007, dan 2008 terdeteksi oleh analisis CPA namun peramalan dengan metode ARIMA belum memberikan hasil optimal. Hasil plot peramalan menunjukkan pola yang konstan oleh karena itu titik ekstrim perubahan curah hujan belum bisa diprediksi. Salah satu permasalahan yang sering muncul pada pemodelan data deret waktu terutama pada data curah hujan adalah adanya pelanggaran asumsi heteroskedastisitas pada ragam sisaan. Permasalahan ini dapat diatasi oleh pemodelan ragam sisaan ARCH/GARCH. Aulia (2012) mengaplikasikan metode tersebut pada penelitiannya yang berjudul Penerapan Model ARCH/GARCH pada Data Perubahan Curah Hujan Harian di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Periode Hasil penelitian tersebut menunjukkan AR(1) adalah model rataan terbaik namun bermasalah pada ragam sisaannya. AR(1)-GARCH(1,1) adalah model simultan terbaik yang tidak dipengaruhi lagi oleh komponen ARCH. Metode berbasis algoritma komputasi dapat pula dimanfaatkan untuk peramalan curah hujan, salah satunya adalah model Jaringan Saraf Tiruan (JST). Metode JST meniru struktur dan cara kerja otak untuk memproses data. Metode JST memiliki kelebihan yaitu mampu menyelesaikan prediksi yang bersifat nonlinier dan mampu mengatasi adanya data hilang. Penelitian mengenai

15 peramalan curah hujan dengan JST telah dilakukan oleh Sarwoko (2013). Penelitian tersebut berjudul Pemodelan Prediksi Total Hujan pada Musim Hujan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan dan Support Vector Regression. Kelebihan dari metode SVR adalah dapat mengatasi overfitting sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kinerja SVR lebih baik dibandingkan dengan kinerja JST dalam peramalan curah hujan. Peramalan besarnya curah hujan dapat dipengaruhi oleh adanya peubah lain. VAR (Vector Autoregressive) adalah metode yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya curah hujan karena adanya korelasi curah hujan antar stasiun dalam satu wilayah. Pengembangan metode VAR yaitu dengan penambahan peubah eksogen dinamakan metode VARX (Vector Autoregressive Exogenous). Peubah eksogen yang dipilih adalah peubah yang paling berpengaruh terhadap besarnya curah hujan. Penelitian mengenai VARX telah dilakukan Saputro (2012) pada peramalan curah hujan Kabupaten Indramayu. Besarnya curah hujan dapat diketahui dari data empirik berdasarkan pengamatan dengan alat ukur hujan maupun dari data satelit. Data satelit dapat menjadi solusi disaat peneliti ingin memperoleh data curah hujan pada wilayah yang sangat luas dan tidak terjangkau oleh peralatan konvensional (Gunawan 2008). Warawati (2013) telah melakukan kajian peramalan curah hujan berbasis data satelit TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission). Metode prediksi curah hujan yang digunakan berbasis statistical downscalling yaitu Regresi Kuadrat Terkecil Parsial (RKTP), Regresi Kuadrat Terkecil Terboboti (RKTT), dan Regresi Komponen Utama (RKU). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja RKU lebih baik dibandingkan metode RKTP dan RKTT dalam memprediksi besarnya curah hujan. Besarnya curah hujan sebagai peubah respon dapat dipengaruhi oleh banyak peubah prediktor. Kendala yang sering muncul disaat peubah prediktor lebih dari satu yaitu adanya multikolinearitas. Permasalahan multikolinearitas muncul ketika peubah prediktor saling berkorelasi. Projection Pursuit Regression (PPR) adalah salah satu metode yang dapat mengatasi multikolinearitas pada pemodelan curah hujan berbasis statistical downscalling. Wigena (2006) telah menerapkan metode PPR untuk peramalan curah hujan di daerah Indramayu. Hasil dari penelitian ini adalah peramalan curah hujan dengan metode PPR lebih baik dibandingkan dengan metode RKU. Data curah hujan bulanan yang tercatat pada Stasiun Kalijati dari tahun 1991 hingga 2012 adalah data yang tidak stasioner dalam ragam sehingga jika dimodelkan dengan ARIMA mengakibatkan terjadinya heteroskedastisitas pada ragam sisaanya. Penelitian yang dilakukan oleh Aulia pada tahun 2012 membuktikan bahwa metode ARCH/GARCH mampu mengatasi permasalahan heteroskedastisitas ragam sisaan pada model AR dari data perubahan curah hujan harian. Oleh karena itu penelitian ini akan mengaplikasikan metode ARCH/GARCH pada model ARIMA dari data curah hujan bulanan. Metode ARCH/GARCH diharapkan mampu mengatasi adanya heteroskedastisitas ragam sisaan pada model tersebut sehingga peramalan yang dihasilkan akan lebih baik serta mendekati data aktual. 3

16 4 Analisis Deret Waktu Data deret waktu adalah rangkaian data berupa nilai pengamatan yang diukur selama kurun waktu tertentu dengan interval yang sama (Bowerman 1987). Suatu data deret waktu dapat dimodelkan oleh pemodelan sederhana jika terdapat kestasioneran nilai tengah dan ragam pada data tersebut. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa cukup sulit mendapatkan data yang stasioner dalam ragam maupun nilai tengah. Bila asumsi kestasioneran tidak terpenuhi maka data tersebut kurang tepat dimodelkan oleh pemodelan sederhana seperti AR, MA, maupun ARMA. Data deret waktu yang stasioner dapat diramalkan hanya dengan metode pemulusan sedangkan data yang tidak stasioner dimodelkan dengan metode yang lebih kompleks. Pola data deret waktu dapat berupa trend, siklis, horisontal, dan musiman. Pola trend menunjukkan gerak data yang berkala pada waktu yang cukup panjang. Gerak siklis terjadi berulang namun tidak periodik di sekitar garis trend yang menunjukkan pola siklis. Bila data berfluktuasi di sekitar nilai tengah yang konstan maka data tersebut berpola horisontal. Pola musiman menunjukkan gerak yang lebih teratur dibanding pola siklis dan biasanya dipengaruhi oleh iklim dan kebiasaan. Faktor musiman ini dapat terjadi jika terdapat pola prilaku yang sama, berulang pada titik waktu tertentu (Cryer dan Chan 2008). Pola musiman ini dapat terlihat pada plot Autocorrelation Function (ACF) maupun Partial Autocorrelation Function (PACF) yang membentuk siklus pada data. Selain itu, ACF dan PACF dapat digunakan untuk mengidentifikasi model dari data deret waktu. ACF adalah sekumpulan nilai koefisien autokorelasi yang nilainya simetrik di sekitar nol (Montgomery 1990). Nilai koefisien autokorelasi ini mengukur asosiasi perubahan deret waktu dengan dirinya sendiri. Fungsi autokorelasi dapat dirumuskan sebagai berikut: r k = n t=k+1 (Y t-ȳ)(y t-k -Ȳ) n 2, t=1(y t -Ȳ) dengan r k adalah nilai autokorelasi pada lag ke-k, Y t adalah peubah bebas Y pada waktu ke-t, Ȳ adalah nilai rataan Y, n adalah banyaknya amatan, k adalah banyaknya lag yang diamati, dan t adalah waktu amatan (1,2,3,...n). PACF dapat didefinisikan sebagai fungsi dari lag k dengan korelasi (Yt, Yt-k) setelah pengaruh Y1, Y2, Yk-1 ditiadakan (Cryer dan Chan 2008). ACF dan PACF dapat digunakan untuk mengidentifikasi model pada data deret waktu. Pemodelan data deret waktu dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu pemodelan deret waktu untuk data yang stasioner dan tidak stasioner. Model Autoregressive AR(p), Moving Average MA(q), dan kombinasi keduanya, ARMA (p,q) dapat digunakan untuk memodelkan data deret waktu yang stasioner. Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adalah pemodelan untuk data deret waktu yang tidak stasioner dalam nilai tengah. ARIMA ARIMA menggunakan proses pembedaan agar data stasioner dalam nilai tengah. Model ARIMA terdiri atas gabungan model ARMA yang mengalami proses pembedaan sebagai berikut: Øp (B) (1-B) d Yt = Өq (B) εt

17 dengan Øp adalah parameter AR, Өq adalah parameter MA, d adalah lag pembedaan unsur reguler, B adalah Backshift operator, dan εt adalah komponen acak ke-t. Suatu model ARIMA dapat dipengaruhi oleh efek musiman sehingga model yang terbentuk berpola musiman. Pola musiman akan memperlihatkan nilai ACF yang nyata pada lag ke-k, lag ke- k+c, lag ke-k+2c dan seterusnya. Perumusan model ARIMA musiman secara umum adalah sebagai berikut: Øp (B)Φ p (B s ) Yt = Өq (B)Θ q (B s ) εt proses pembedaan pada model menghasilkan persamaan sebagai berikut: Øp (B)Φ p (B s )(1-B) d (1-B) s D Yt = Өq (B)Θ q (B s ) εt dengan s adalah periode musiman dan D adalah banyaknya pembedaan pada unsur musiman. Proses mendapatkan model umum sama dengan proses generalisasi rumus model ARIMA biasa. Pemodelan dengan ARIMA disebut juga dengan pemodelan Box-Jenkins. Langkah pertama dalam pemodelan dengan Box-Jenkins adalah mengidentifikasi data melalui pola ACF dan PACF dari data lalu menentukan model tentatif. Model tentatif yang nyata selanjutnya dievaluasi autokorelasi dan sisaanya (Montgomery et al. 1990). Asumsi dalam ARIMA Data deret waktu dapat dimodelkan dengan pemodelan sederhana jika stasioner dalam ragam maupun nilai tengah. Suatu data dikatakan stasioner dalam nilai tengah apabila data berfluktuasi disekitar nilai tengah yang tetap dari waktu ke waktu (Harris dan Sollis 2003). Kestasioneran dalam nilai tengah dapat diuji menggunakan uji fomal yaitu uji ADF (Aughmented Dckey Fuller- test). Uji ADF adalah pengembangan dari uji DF untuk mendeteksi adanya ketidakstasioneran dalam nilai tengah. Perbedaan uji ADF dan uji DF adalah uji ADF memasukkan unsur lag yang tidak diketahui pada proses pembedaan sehingga spesifikasi sisaan lebih tepat (Harris dan Sollis 2003). Rumus umum uji ADF adalah sebagai beriut: p-1 ΔY t =β 1 +β 2 t+αy t-1 +α i ΔY t-1 +ε t dengan ΔY t adalah Y t - Y t-1, β 1 β 2 adalah Konstanta, α adalah Koefisien autoregressif, p adalah banyaknya lag autoregressif, dan ε t adalah Komponen acak ke-t. Hipotesis nol dari uji ADF adalah adanya ketidakstasioneran pada data. Hipotesis nol ditolak saat statistik uji MacKinnon lebih kecil dari nilai kritis ADF. Kenormalan sisaan pada data deret waktu dapat dilihat secara deskriptif maupun dapat diuji secara formal. Secara deskriptif sisaan dapat diplotkan dengan histogram. Sisaan dikatakan menyebar normal jika bentuk histogram simetris atau mendekati simetris. Secara formal pengujian kenormalan sisaan dapat dilakukan dengan uji Jarque-Bera. Hipotesis nol dari uji Jarque-Bera adalah sisaan menyebar normal. Hipotesis nol akan ditolak jika statistik uji lebih besar dari nilai khi kuadrat pada alpha tertentu. Adapun statistik uji Jarque-Bera adalah sebagai berikut: JB= n 6 (s2 + (k-3)2 ) 4 dengan s adalah kemenjuluran, k adalah kurtosis, dan n adalah banyaknya amatan. Autokorelasi sisaan pada data deret waktu artinya terdapat hubungan antara sisaan periode sekarang dengan sisaan pada periode sebelumnya. Secara deskriptif i=1 5

18 6 autokorelasi dapat dilihat dari grafik antara sisaan dengan waktu yang membentuk pola siklus. Selain itu, keberadaan autokorelasi dapat dideteksi oleh Uji LM. Rumus Uji LM adalah: LM=nR 2 dengan n adalah banyaknya jumlah amatan dan R 2 adalah koefisien determinasi dari regresi kuadrat sisaan dengan kuadrat sisaan sebelumnya. Uji ini sangat baik digunakan pada sampel dengan ukuran besar yaitu diatas 100 amatan. Suatu model dikatakan layak untuk digunakan sebagai model peramalan jika memenuhi asumsi white noise. Asumsi ini menunjukkan model memiliki sisaan yang acak sehingga model layak digunakan. Uji Portmanteu digunakan untuk menguji asumsi white noise. Hipotesis nol dari uji ini adalah model telah white noise (Box et al. 2008). Uji Portmanteu dirumuskan sebagai berikut: K Q = n r k 2 k=1 dengan n adalah jumlah data setelah proses pembedaan, K adalah banyaknya lag dan r k adalah autokorelasi pada lag ke-k. Hipotesis nol ditolak ketika Q > χ 2 (K-p-q). ARCH / GARCH Data yang tidak stasioner dalam ragam dan dimodelkan oleh ARIMA sehingga melanggar asumsi heteroskedastisitas sisaan dapat diatasi oleh pemodelan ragam sisaan ARCH/GARCH. Model ARCH diperkenalkan oleh Engle pada tahun Kelebihan dari metode ARCH (Autoregressive conditional heteroscedastic) adalah dapat memodelkan ragam sisaan yang tidak konstan. Model umum ARCH maupun GARCH sama, yaitu : 2 εt = v t σ t v t adalah white noise yang memiliki rataan nol dan ragam satu. Ragam sisaan pada metode ARCH terdiri atas komponen ragam tetap dan ragam yang bergantung pada volatilitas periode sebelumnya (Harris dan Sollis 2003). Sebagai contoh, suatu proses AR dengan model ARCH dirumuskan sebagai berikut: p Y t = Ø i Y t-i +ε t i=1 σ 2 t var (ε t ε t-1, ε t-2, )=E(ε 2 t ε 2 t-1,ε 2 t-2 )=σ γ i ε t-i i=1 Secara umum model ARCH(q) yang memiliki lag sampai q yaitu: σ 2 t = σ 2 +γ 1 2 εt-1 + γ 2 2 εt-2 + +γ q εt-q 2 2 dengan σ t adalah ragam kondisional pada waktu ke-t, σ 2 adalah ragam tetap, dan γ i adalah konstanta ARCH lag ke-i. Efek ARCH ini dapat diuji dengan ARCH LM test. Hipotesis nol dari uji ini adalah tidak ada efek ARCH pada sisaan sampai ordo ke- k (Harris dan Sollis 2003). Kondisi yang sering ditemukan pada model ARCH adalah ragam saat ini (ragam kondisional) dipengaruhi oleh kuadrat sisaan beberapa periode sebelumnya. Hal tersebut menyebabkan banyaknya koefisien dari komponen ARCH (parameter ARCH) yang harus diduga. Padahal cukup sulit untuk melakukan pendugaan q

19 parameter dengan presisi tepat. Oleh karena itu Bollerslev (1986) memperkenalkan metode General Autoregressive Heteroscedasticity (GARCH) yang terdiri atas komponen ragam tetap, suku ARCH, dan suku GARCH. Model GARCH (p,q) dapat dituliskan sebagai berikut: 7 σ 2 t = σ 2 +γ 1 2 εt-1 + γ 2 2 εt-2 + +γ q εt-q 2 +τ 1 2 σt-1 + +τ p σt-p 2 dengan τ 1 2 σt-1 adalah suku GARCH. Metode GARCH ini dapat diterapkan untuk data dengan ordo ARCH yang tinggi sehingga pendugaan parameter lebih efisien. Kelebihan dari metode ARCH/GARH adalah metode ini mampu mengatasi fenomena volatility clustering sehingga menjadikan peramalan lebih realistis (Gujarati 2004). Volatility clustering menandakan data sangat fluktuatif, perubahan pada data cenderung menggerombol. Perubahan besar pada data ke-t akan diikuti oleh perubahan besar pada periode data berikutnya. Keunggulan lain dari metode ARCH/GARCH yaitu metode ini tidak menganggap heteroskedastisitas sisaan sebagai masalah namun justru mampu memodelkannya. Adanya heteroskedastisitas sisaan seperti yang diketahui, dapat menyebabkan pendugaan parameter menjadi tidak efisien. Selain memiliki keunggulan, metode pemodelan ragam sisaan ARCH/GARCH juga memiliki beberapa kelemahan. Metode ini hanya mampu menghitung efek sisaan yang simetri. Artinya sisaan yang positif maupun negatif dianggap sama pengaruhnya terhadap volatilitas data. Kelemahan lainnya yaitu bentuk sebaran sisaan dari model tidak terlalu simetri dan akan sedikit menyimpang dari sebaran normal. Menurut Lo (2003), data yang dipengaruhi oleh komponen ARCH/GARCH akan memiliki keruncingan yang lebih dari tiga. Hal ini menandakan sisaan dari model akan bersifat fat tailed, bentuk sebaran dari sisaan memiliki ekor yang lebih panjang dari sebaran normal. Validasi Model Model terbaik adalah model yang memiliki dugaan parameter yang signifikan dan memenuhi asumsi white noise. Model tersebut selanjutnya dievaluasi nilai AICnya. Akaike s Information Criterion (AIC) digunakan untuk pemilihan kriteria model. Kriteria ini memilih model yang meminimumkan nilai AIC (Montgomery et al. 1990). Model dikatakan baik jika memiliki nilai AIC yang kecil. Adapun rumus umum dari AIC adalah: jumlah kuadrat sisaan AIC= ln + 2 n n r dengan r adalah jumlah total parameter dalam model. Validasi model dilakukan untuk memberikan gambaran apakah model yang dibuat memang cukup baik dan dapat mewakili data aktual. Ukuran yang dapat dipakai dalam validasi model adalah MAD. Sebelum melakukan validasi model oleh MAD, model terlebih dahulu dilihat nilai AIC sebagai indikator pemilihan model yang baik. Model umum ARIMA yaitu, ΔY t = Ø 1 Y t-1 + Ø 2 Y t-2 + +Ø p Y t-p -Ө 1 ε t-1 -Ө 2 ε t-2 - -Ө q ε t-q +ε t

20 8 sedangkan model umum ARCH/GARCH adalah εt = v t σ t 2. Nilai σ t 2 didapatkan dari perumusan yang berbeda pada model ARCH dan GARCH. Maka Mean Absolute Deviation (MAD) dapat dirumuskan sebagai berikut: MAD= n t=1 Y t-ŷ t n dengan Y t adalah nilai sebenarnya pada waktu ke-t, Ŷ t adalah dugaan pada waktu ke-t, dan n adalah banyaknya amatan. METODE Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan bulanan Kabupaten Subang yang tercatat pada Stasiun Kalijati dari tahun 1991 hingga tahun Data dibagi menjadi dua kelompok, yaitu data untuk pemodelan dari Januari 1991 hingga Desember Sisanya adalah data untuk validasi yang terdiri atas 24 amatan (bulan Januari 2011 hingga Desember 2012). Peramalan dilakukan untuk periode Januari 2013 hingga Desember Metode Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Melakukan eksplorasi data curah hujan a. Pembedaan data jika tidak stasioner dalam rataan b. Transformasi data jika tidak stasioner dalam ragam 2. Melakukan pemodelan ARIMA a. Mengidentifikasi model ARIMA dengan pola ACF dan PACF serta menentukan model tentatif. b. Menduga parameter model sementara. c. Mendiagnosa model dengan memeriksa signifikansi parameter dan pemenuhan asumsi white noise. Apabila model tidak memenuhi asumsi maka harus dilakukan overfitting atau kembali ke tahap identifikasi model. Model yang memenuhi asumsi white noise akan dievaluasi nilai AIC nya. Model yang dipilih adalah model dengan nilai AIC minimum. d. Memeriksa keberadaan komponen ARCH pada model yang didapat. Jika terdapat komponen ARCH pada model maka dilanjutkan dengan langkah 3. Apabila model tidak dipengaruhi oleh komponen ARCH maka model yang didapatkan pada poin d adalah model terbaik. 3. Melakukan pemodelan ARCH/GARCH a. Mengidentifikasi model ARCH. Ordo yang tinggi pada model ARCH dapat diatasi dengan model GARCH. Ordo ARCH terlihat dari banyaknya lag yang signifikan dipengaruhi komponen ARCH. b. Menduga parameter model ARCH/GARCH pada model.

21 c. Mendiagnosa model apakah masih dipengaruhi keberadaan ARCH. Jika pengaruh ARCH masih ada, maka kembali ke langkah 3a. Jika sudah tidak ada pengaruh ARCH, maka hitung nilai AIC dari model. Model terbaik adalah model yang memiliki nilai AIC minimum. 4. Melakukan validasi model dan membandingkan nilai MAD model ARIMA dan ARIMA ARCH/GARCH. 5. Melakukan peramalan. Diagram alir dari metode terdapat pada Lampiran 1. 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Kabupaten Subang memiliki iklim hujan tropik yang ditandai dengan musim kemarau yang singkat. Musim kemarau jatuh pada bulan kering yaitu pada bulan Juli dan Agustus. Jumlah curah hujan pada bulan kering menunjukkan angka yang kurang dari 60 mm per bulan, sedangkan pada bulan basah jumlah curah hujan per bulan ditunjukkan oleh angka diatas 100 mm. Gambar 1 menunjukkan rata-rata jumlah curah hujan per bulan selama 22 tahun. Selama 22 tahun, rata-rata jumlah curah hujan yang tercatat pada Stasiun Kalijati didominasi oleh angka diatas 100 mm per bulan. Curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Februari, kemudian diikuti oleh bulan Januari dan Maret. Hal ini disebabkan oleh adanya angin muson barat yang bersifat lembab dan basah. Angin muson barat yang bertiup pada bulan Oktober-April menyebabkan daerah-daerah di Indonesia mengalami musim penghujan. Fluktuasi ekstrim sering kali terjadi pada masa peralihan antar musim. Terdapat perbedaan jumlah curah hujan yang cukup tinggi antara bulan April dan bulan Juni. Begitu pula pada peralihan antara bulan Agustus dan Oktober, terdapat peningkatan curah hujan sebesar 220% Curah Hujan (mm/bulan) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Bulan Gambar 1 Rata-rata jumlah curah hujan bulanan tahun

22 10 Kabupaten Subang memiliki panjang waktu bulan basah yang lebih lama dari bulan kering, oleh karena itu rata-rata curah hujan per tahunnya berada di atas angka 1200 mm. Hanya pada tahun 2005 rata-rata curah hujan per tahun berada dibawah angka 1200 mm yaitu sebesar 1078 mm. Satu tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2004 curah hujan mengalami peningkatan ekstrim. Hal ini disebabkan terjadinya La Nina pada tahun La Nina mengakibatkan daerah-daerah di Indonesia mengalami peningkatan curah hujan. Secara umum curah hujan yang tercatat pada stasiun Kalijati memiliki pola pergerakkan yang sama. Pola pergerakkan curah hujan tahunan dapat dilihat pada Gambar 2. Tahun 1992 curah hujan mengalami peningkatan disetiap bulannya dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Begitu pula pada tahun 1997, 2005, dan 2007 curah hujan mengalami penurunan yang serempak disetiap bulannya. Pada tahun 1994 hingga tahun 2002 selalu terjadi penurunan curah hujan dari bulan Januari menuju bulan Februari kemudian akan meningkat kembali pada bulan Maret. Fenomena sebaliknya mulai terjadi pada tahun Keragaman curah hujan terbesar terdapat pada tahun 2004 dan bulan Februari adalah bulan basah dengan keragaman curah hujan tertinggi. Tahun jan feb mar apr mei jun jul agt sept okt nov des Bulan Gambar 2 Fluktuasi curah hujan bulanan Pemodelan ARIMA Data curah hujan yang digunakan utuk pemodelan adalah data pada bulan Januari 1991 hingga bulan Desember Plot deret waktu data curah hujan terdiri atas 240 titik yang merepresentasikan observasi data curah hujan bulanan. Sumbu X menunjukkan waktu amatan dan sumbu Y menunjukkan besarnya curah hujan.

23 Plot deret waktu dapat dilihat pada Gambar 3. Amatan dengan nilai curah hujan ekstrim terjadi pada bulan Februari tahun 2003 dan 2004, serta pada bulan Januari Secara grafik data curah hujan bulanan terlihat tidak stasioner. Pemeriksaan kestasioneran secara formal menggunakan uji ADF. Hasil uji ADF pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa nilai-p sebesar yang lebih besar dari taraf nyata (α) 5%, hal ini menunjukkan bahwa data tidak stasioner. Proses pembedaan pada data dilakukan agar data menjadi stasioner. Data yang sudah dilakukan pembedaan sebanyak satu kali diuji kembali kestasionerannya dengan uji ADF dan hasilnya menunjukkan bahwa data sudah stasioner dengan nilai-p sebesar Gambar 3 Plot deret waktu data curah hujan Data yang telah stasioner akan dimodelkan dengan model ARIMA. Tahap pertama dari pemodelan ARIMA adalah identifikasi model dengan melihat pola dari plot ACF dan PACF data yang dapat dilihat pada Gambar 4. ACF dari data menunjukkan autokorelasi cuts off pada lag pertama. Koefisien autokorelasi kembali melewati garis batas kepercayaan (garis putus-putus) pada lag keenam dan ke-12. Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh pola musiman pada data. Pengaruh musiman dapat terjadi karena adanya musim kemarau dan penghujan. Telah diketahui bahwa faktor pencatatan data yang dilakukan per bulan juga dapat menjadi pengaruh musiman. PACF dari data menunjukkan autokorelasi cuts off pada lag pertama. Hanya saja terdapat lebih dari tiga lag yang nyata autokorelasinya setelah lag pertama. Hal ini mengindikasikan adanya ketidakstasioneran pada pola musiman. Oleh karena itu perlu adanya pembedaan pada unsur musiman dari data. ACF yang cuts off pada lag pertama menunjukkan proses MA (1), sedangkan PACF menunjukkan proses AR. Model tentatif yang memungkinkan adalah ARIMA (0,1,1) x (2,1,0)6, ARIMA (0,1,1) x (0,1,2)6, ARIMA (0,1,1) x (1,1,0)12, dan ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12.

24 12 Autocorrelation Function for dif1 (with 5% significance limits for the autocorrelations) 1,0 1,0 0,8 0,8 Autocorrelation 0,6 0,4 0,2 0,0-0,2-0,4-0,6 Partial Autocorrelation 0,6 0,4 0,2 0,0-0,2-0,4-0,6-0,8-0,8-1,0-1, Lag Gambar 4 Plot ACF dan PACF Lag Seluruh model tentatif selanjutnya diduga signifikansi parameternya. Ringkasan hasil pendugaan parameter model-model tentatif terdapat pada Lampiran 3. Seluruh dugaan parameter dari model tentatif memiliki nilai-p yang lebih kecil dari taraf nyata 5%, artinya seluruh model nyata. Tahap selanjutnya adalah pemilihan model dengan mendiagnosa model yang nyata. Proses diagnosa model meliputi pemeriksaan asumsi white noise dan kehomogenan ragam. Pemeriksaan asumsi kehomogenan ragam dilakukan melalui eksplorasi pola ACF dan PACF dari sisaan. Plot ACF dan PACF dari sisaan dapat dilihat pada Lampiran 4. Adanya beberapa lag yang nyata pada ACF dan PACF sisaan menunjukkan asumsi kehomogenan ragam terlanggar. Hal ini menandakan terjadi heteroskedastisitas pada sisaan. Tabel 1 menunjukkan nilai AIC dan asumsi white noise bagi model. Model dikatakan memenuhi asumsi white noise jika nilai-p lebih besar dari taraf nyata 5%. Hanya satu model yang memenuhi asumsi white noise yaitu ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12. Asumsi white noise menunjukkan model memiliki sisaan yang acak dan model tersebut layak digunakan sebagai model untuk prediksi. Model yang dipilih adalah model yang memenuhi asumsi white noise dan memiliki nilai AIC yang paling kecil. Model ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12 adalah model terbaik meskipun tidak memenuhi asumsi kehomogenan ragam. Oleh karena itu pemodelan ragam sisaan menggunakan ARCH/GARCH perlu dilakukan untuk menangani ragam sisaan yang tidak homogen (mengalami heteroskedastisitas). Model Tabel 1 Kelayakan model Nilai Chi- Square Nilai-p ARIMA (0,1,1) x (2,1,0) * ARIMA (0,1,1) x (0,1,2) * ARIMA (0,1,1) x (1,1,0) * White noise Tidak terpenuhi Tidak terpenuhi Tidak terpenuhi AIC ARIMA (0,1,1) x (0,1,1) Terpenuhi * Signifikan pada taraf nyata (α) 5%

25 13 Pemodelan ARCH / GARCH Ketidakhomogenan ragam sisaan dari model ARIMA dapat diatasi oleh model ragam sisaan ARCH/GARCH. Model ragam sisaan ARCH/GARCH mampu mengatasi permasalahan heteroskedastisitas sisaan. Keberadaan komponen ARCH pada sisaan dapat dideteksi oleh uji ARCH LM. Hasil uji ARCH LM pada model rataan (model ARIMA) menunjukkan bahwa terdapat komponen ARCH pada sisaan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai-p yang kurang dari taraf nyata 5%. Tabel 2 memperlihatkan terdapat 5 lag yang dipengaruhi oleh komponen ARCH. Artinya terdapat 5 koefisien ARCH yang harus diduga nilainya. Banyaknya komponen ARCH yang terdeteksi menyebabkan model menjadi tidak efisien karena banyak parameter yang harus diduga nilainya. Tabel 2 ARCH LM Test No Lag ke- Nilai-p * * * * * * * Signifikan pada taraf nyata (α) 5% Ketidakefisienan model ARCH mengakibatkan harus digunakannya model GARCH sebagai perluasan dari model ARCH. Model tentatif yang memungkinkan adalah GARCH (1,1), GARCH (1,2), GARCH (2,1), dan GARCH (2,2). Indeks pertama menunjukkan suku GARCH dan indeks kedua menunjukkan suku ARCH. Ringkasan hasil estimasi dugaan parameter model GARCH terdapat pada Lampiran 5. Model GARCH (1,1) memiliki dugaan parameter yang signifikan dan nilai AIC yang paling kecil dibandingkan semua model tentatif lainnya. Sehingga model yang digunakan adalah ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12 GARCH (1,1). Langkah selanjutnya adalah mendiagnosa model apakah masih terdapat unsur ARCH. Maka uji keberadaan komponen ARCH dilakukan kembali untuk memeriksa apakah masih terdapat unsur ARCH pada model. Nilai-p yang lebih besar dari taraf nyata 5% menunjukkan bahwa tidak terdapat lagi komponen ARCH pada model (Lampiran 6). Pemeriksaan kenormalan sisaan dilakukan dengan uji Jarque Bera. Nilai-p yang kurang dari taraf nyata 5% menunjukkan bahwa sisaan tidak menyebar normal. Ketidaknormalan sisaan ini tidak terlalu berpengaruh terhadap pemodelan karena adanya penyimpangan terhadap asumsi kenormalan menunjukkan bahwa data memiliki volatilitas yang sangat acak. Model untuk data curah hujan bulanan adalah: y t = y t 1 + y t 12 y t ε t ε t ε t 13 + ε t dengan model ragam kondisional adalah: σ 2 = ε 2 t σ 2 t 1

26 14 Model menunjukkan jumlah curah hujan pada waktu ke- t dipengaruhi oleh jumlah curah hujan 1 bulan sebelumnya, 12 bulan sebelumnya, dan 13 bulan sebelumnya. Ragam dari sisaan dipengaruhi oleh kuadrat sisaan 1 bulan sebelumnya dan ragam sisaan 1 bulan sebelumnya. Nilai MAD untuk model ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12 adalah Nilai ini jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai MAD model ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12 GARCH (1,1) yaitu Nilai MAD yang lebih kecil menunjukkan model semakin baik dan hasil prediksi akan semakin mendekati data aktual. Namun nilai MAD pada model ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12 GARCH (1,1) masih tergolong besar. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya jarak yang cukup besar antara plot data peramalan dari model dengan plot data aktual pada data ekstrim Feb-92 Feb-93 Feb-94 Feb-95 Feb-96 Feb-97 Feb-98 Feb-99 Feb-00 Feb-01 Feb-02 Gambar 5 Plot peramalan Gambar 5 menunjukkan puncak curah hujan berada di sekitar bulan Februari setiap tahunnya. Musim kering dengan curah hujan per bulan kurang dari 60 mm terjadi secara berulang di sekitar bulan Juli dan Agustus. Peramalan dengan model simultan ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12 GARCH (1,1) memperlihatkan plot yang cukup mendekati data aktual. Terdapat beberapa amatan ekstrim yang belum bisa didekati oleh model peramalan. Hal ini dikarenakan data curah hujan begitu volatil dengan fluktuasi ekstrim. Pencataatan besarnya curah hujan bulanan dapat mencapai nilai di atas 1000 mm pada bulan basah, sedangkan pada bulan-bulan lainnya terjadi kekeringan. Plot hasil peramalan dengan model simultan menghasilkan peramalan yang lebih baik dibandingkan dengan model ARIMA. Hal tersebut ditunjukkan oleh jarak antara data aktual dengan data hasil peramalan dari model simultan lebih kecil dibandingkan jarak dengan data hasil peramalan model ARIMA. Hasil penelitian Aulia pada tahun 2012 menunjukkan hal yang serupa. Model simultan AR (1) GARCH (1,1) menghasilkan peramalan yang lebih baik dibandingkan model AR (1). Namun perbedaan hasil peramalan diantara kedua model tersebut tidak berbeda jauh. Hasil validasi (Januari 2011 hingga Desember 2012) menunjukkan rata-rata curah hujan pada model ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12 adalah 313 mm sedangkan Feb-03 Aktual ARIMA (0,1,1) (0,1,1)12 ARIMA (0,1,1) (0,1,1)12 GARCH (1,1) Feb-04 Feb-05 Feb-06 Feb-07 Feb-08 Feb-09 Feb-10 Feb-11 Feb-12 Feb-13

27 model ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12 GARCH (1,1) menghasilkan rata-rata curah hujan sebesar 253 mm. Hasil validasi ini sesuai dengan analisis sifat curah hujan yang dilakukan oleh BMKG Dramaga yang menyebutkan bahwa rata-rata curah hujan untuk wilayah Subang berkisar antara 151 hingga 300 mm. Peramalan curah hujan periode Januari 2013 hingga Desember 2013 dapat dilihat pada Gambar 5. Curah hujan ekstrim terjadi pada bulan Januari dan Maret 2013 dengan jumlah curah hujan per bulan sebesar 454 mm dan 426 mm. Gambar menunjukkan adanya fluktuasi curah hujan yang cukup tinggi dari bulan Desember 2012 menuju bulan Januari Bulan Juli adalah bulan dengan jumlah curah hujan terendah untuk tahun 2013 yaitu sebesar 117 mm. Selama 23 tahun curah hujan ekstrim selalu berkisar pada bulan Januari hingga bulan Maret, sedangkan curah hujan terendah terdapat pada bulan Juli atau Agustus. Antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya banjir pada 3 bulan basah di atas perlu dilakukan. Hasil peramalan menunjukkan rata-rata curah hujan per bulan sepanjang tahun 2013 adalah 279 mm. Nilai rata-rata yang cukup tinggi ini menyebabkan beberapa daerah di Kecamatan Kalijati dan Subang bagian tengah serta utara mengalami hujan deras disertai angin kencang (BMKG 2013). Bencana banjir tidak terjadi di sekitar Kecamatan Kalijati namun terjadi di sekitar Subang bagian utara pada bulan Januari Banjir tersebut mengakibatkan genangan air hingga dapat merendam mesin kendaraan. Satu orang warga Kecamatan Pabuaran Subang (dekat Kecamatan Kalijati) yang tewas akibat banjir yang terjadi pada tanggal 18 januari 2013 ( Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya banjir terutama pada bulan Januari hingga Maret. 15 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Data curah hujan bulanan Kabupaten Subang yang tercatat pada Stasiun Kalijati adalah data yang mengalami heteroskedastisitas pada ragam sisaanya jika dimodelkan dengan model ARIMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model ragam sisaan ARCH/GARCH mampu mengatasi heteroskedastisitas pada sisaan. Model ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12 GARCH (1,1) adalah model yang lebih baik dari model ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12. Hal ini dikarenakan model tersebut tidak mengandung heteroskedastisitas pada sisaanya dan memiliki nilai MAD yang lebih kecil. Peramalan (periode Januari 2013 hingga Desember 2013) dengan model ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12 GARCH (1,1) memperlihatkan puncak curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Januari 2013 yaitu sebesar 454 mm, sedangkan jumlah curah hujan terendah (117 mm) terdapat pada bulan Juli. Rata-rata jumlah curah hujan untuk tahun 2013 adalah 279 mm. Nilai rata-rata curah hujan yang cukup tinggi menyebabkan beberapa daerah di sekitar Subang bagian utara mengalami banjir.

28 16 Saran Nilai MAD yang dihasilkan oleh model masih tergolong besar. Hal ini disebabkan tingginya volatilitas dari data curah hujan. Penggunaan dekomposisi musiman maupun penanganan pencilan pada data ekstrim dapat dilakukan pada penelitian berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Anonim Kaleidoskop Subang [Internet]. [diunduh 08 Juli 2014]. Tersedia pada: KOTASUBANG.com. Aulia H Penerapan Model ARCH/GARCH pada Data Perubahan Curah Hujan Harian, di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Periode [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Prak-Jabar-Januari B. Bogor (ID): BMKG. Bowerman, Bruce L Time Series Forecasting Unified Concepts and Computer Implementation. Ohio (US): PWS. Box EP, Jenkins, Reinsel Time Series Analysis Forecasting and Control. New York (US): Wiley. Cryer JD, Chan KS Time Series Analysis 2nd edition. New York (US): Springer. Gujarati DN Basic Econometric 4th edition. New York (US) : McGraw-Hill. Gunawan D Perbandingan Curah Hujan Bulanan dari Data Permukaan, Satelit TRMM, dan Model Permukaan NOAH. [Internet]. [diunduh 18 Maret 2013]. Tersedia pada: bmkg.go.id/puslitbang. Harris R, Sollis R Applied Time Series Modelling and Forecasting. England (UK): J Wiley. Lo MS Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedastic Time Series Models [tesis]. Spanyol (ES): Simon Fraser University. Montgomery DC, Jennings CL, Kulachi M Introduction to Time Series Analysis and Forecasting. New Jersey (US) : J Wiley. Sarwoko D Pemodelan Prediksi Total Hujan pada Musim Hujan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan dan Support Vector Regression [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tua MB Aplikasi Change Point Analysis (CPA) pada Data Curah Hujan Harian [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tukidi Karakter Curah Hujan di Indonesia. [Internet]. [diunduh 4 februari 2014]. Tersedia pada: journal.unnes.ac.id/nju/index.php. Warawati AD Prakiraan Curah Hujan Stasiun Sukadana dengan Teknik Statistical Downscaling berdasarkan Data Satelit TRMM [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wigena AH Pemodelan Statistical Downscaling dengan Regression Projection Pursuit untuk Peramalan Curah Hujan Bulanan: Kasus Curah Hujan Bulanan di Indramayu [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

29 17 Lampiran 1 Proses Pembentukan Model Eksplorasi data Stasioner rataan dan ragam Ya Identifikasi model Tidak Pembedaan, transformasi Pendugaan Parameter Diagnosa model (asumsi white noise, signifikansi parameter, AIC minimum) Tidak Ya Model ARIMA terbaik Uji LM Tidak terdapat efek ARCH Terdapat efek ARCH Identifikasi model. Jika ordo ARCH > 3 Gunakan GARCH Pendugaan parameter Diagnosa model (uji LM kembali, AIC minimum) Masih terdapat efek ARCH Model ARIMA ARCH/GARCH Tidak terdapat efek ARCH Validasi model Peramalan

30 18 Lampiran 2 Hasil Uji ADF Metode Taraf nyata (α) Nilai-t Nilai-p Uji Augmented Dickey-Fuller Nilai kritis pada taraf nyata (α) : Pembedaan Pertama Uji Augmented Dickey-Fuller * Nilai kritis pada taraf nyata (α) : *Signifikan pada taraf nyata (α) 5% Lampiran 3 Signifikansi dugaan parameter model ARIMA Model Parameter yang diduga Nilai-p ARIMA (0,1,1) x (2,1,0)6 θ Φ 1 Φ * 0.000* 0.029* ARIMA (0,1,1) x (0,1,2)6 θ Θ 1 Θ * 0.000* 0.007* ARIMA (0,1,1) x (1,1,0)12 θ 0.000* 0.000* ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12 θ 0.000* Φ * *Signifikan pada taraf nyata (α) 5% Φ 1 Lampiran 4 ACF dan PACF Sisaan ARIMA (0,1,1) x (0,1,1)12

31 19 Lampiran 5 Hasil estimasi dugaan parameter model GARCH Model Parameter Koefisien kesalahan baku z-statistik Nilai-p Model Parameter Coefficient Standard error z-statistic Prob GARCH (1,1) C * MA(1) * SMA (1) * Persamaan varian (Variance equation) C * Resid (-1)^ * GARCH (-1) * AIC GARCH (1,2) C * MA(1) * SMA(1) Persamaan varian (Variance equation) C * RESID(-1)^ * RESID(-2)^ * GARCH(-1) * AIC GARCH (2,1) C MA(1) * SMA(1) Persamaan varian (Variance equation) C * RESID(-1)^ * GARCH(-1) * GARCH(-2) * AIC GARCH (2,2) C MA(1) * SMA(1) * Persamaan varian (Variance equation) C RESID(-1)^ * RESID(-2)^ GARCH(-1) GARCH(-2) AIC *Signifikan pada taraf nyata (α) 5%

32 20 Lampiran 6 Uji ARCH LM No Lag ke- Nilai-p * Signifikan pada taraf nyata (α) 5%

33 21 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Siti Hasanah, lahir di Bogor pada 25 November Penulis merupakan anak dari pasangan Hendi S. dan Ai Rohaetin. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN Baranang Siang Bogor dan lulus pada tahun Selanjutnya, penulis melanjutkan studinya di SMPN 3 Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 3 Bogor dan menempuh pendidikan perguruan tinggi di IPB dengan bidang studi yang diambil adalah Statistika. Beberapa kepanitiaan yang pernah diikuti antara lain menjadi operator pada JA TITAN Simulasi Bisnis 2011, menjadi Lead Officer pada Simulasi Bisnis Nasional Century 2012, Lead Officer Pesta Sains Nasional Penulis pernah aktif berorganisasi di Unit Kegiatan Mahasiswa Century sebagai bendahara umum , staff HRD Serum-G , bendahara umum Ursa Mayor 2013, manajer HRD Rumah Jamur , dan menjadi asisten praktikum mata kuliah Perancangan Percobaan.

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Promosi dan Pemasaran Holtikultura

Lebih terperinci

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 110 117 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK. Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 25 32 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 27 PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARCH/GARCH PADA DATA PERUBAHAN CURAH HUJAN HARIAN DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT, PERIODE HANIK AULIA

PENERAPAN MODEL ARCH/GARCH PADA DATA PERUBAHAN CURAH HUJAN HARIAN DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT, PERIODE HANIK AULIA PENERAPAN MODEL ARCH/GARCH PADA DATA PERUBAHAN CURAH HUJAN HARIAN DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT, PERIODE 010-011 HANIK AULIA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data. Identifikasi model ARCH

Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data. Identifikasi model ARCH 6 Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data Identifikasi model ARCH Pendugaan parameter dan pemilihan model ARCH/GARCH Uji pengaruh asimetrik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi data Tahap pertama dalam pembentukan model VAR adalah melakukan eksplorasi data untuk melihat perilaku data dari semua peubah yang akan dimasukkan dalam model. Eksplorasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun enam puluhan telah diterapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Jakarta menjadi suatu direktorat perhubungan udara. Direktorat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 1 8 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH)

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH) Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 4 Hal. 80 88 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE

Lebih terperinci

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n SBAB III MODEL VARMAX 3.1. Metode Analisis VARMAX Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n dengan variabel random Z n yang dapat dipandang sebagai variabel random berdistribusi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Perbandingan Model ARIMA... (Alia Lestari) PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Alia Lestari Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji 35 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II akan dibahas konsep-konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji ACF, uji PACF, uji ARCH-LM,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA PENDAHULUAN Prediksi data runtut waktu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan berdasarkan data series bulan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS), diantaranya adalah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ARCH/GARCH PADA PEMODELAN HARGA PENUTUPAN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE ELOK KHOIRUNNISA

PENERAPAN METODE ARCH/GARCH PADA PEMODELAN HARGA PENUTUPAN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE ELOK KHOIRUNNISA PENERAPAN METODE ARCH/GARCH PADA PEMODELAN HARGA PENUTUPAN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005-2013 ELOK KHOIRUNNISA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA 1) Nurul Latifa Hadi 2) Artanti Indrasetianingsih 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel ARIMA menggunakan variabel dependen harga saham LQ45 dan variabel independen harga saham LQ45 periode sebelumnya, sedangkan ARCH/GARCH menggunakan variabel dependen

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK)

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK) PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK) FITROH AMALIA (1306100073) Dosen Pembimbing: Drs. Haryono, MSIE PENGENDALIAN KUALITAS

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

Suma Suci Sholihah, Heni Kusdarwati, Rahma Fitriani. Jurusan Matematika, F.MIPA, Universitas Brawijaya

Suma Suci Sholihah, Heni Kusdarwati, Rahma Fitriani. Jurusan Matematika, F.MIPA, Universitas Brawijaya PEMODELAN RETURN IHSG PERIODE 15 SEPTEMBER 1998 13 SEPTEMBER 2013 MENGGUNAKAN THRESHOLD GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY (TGARCH(1,1)) DENGAN DUA THRESHOLD Suma Suci Sholihah,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data 5 korelasi diri, dan plot korelasi diri parsial serta uji Augmented Dickey- Fuller b. Identifikasi Model dengan metode Box-Jenkins c. Pemutihan deret input d. Pemutihan deret output berdasarkan hasil pemutihan

Lebih terperinci

PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu)

PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu) Xplore, 2013, Vol. 1(1):e3(1-7) c 2013 Departemen Statistika FMIPA IPB PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari BEI. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data harian yang dimulai dari 3 Januari 2007

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 nilai tukar kurs euro terhadap rupiah

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 nilai tukar kurs euro terhadap rupiah BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa data berfluktuasi dari waktu ke waktu. Hal ini mengindikasikan bahwa data tidak stasioner baik dalam rata-rata maupun variansi. Gambar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian tentang risiko harga sayuran di Indonesia mencakup komoditas kentang, kubis, dan tomat dilakukan di Pasar Induk Kramat Jati, yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Volatilitas Harga Minyak 4.1.1 Deskripsi Data Plot data harga minyak pada bulan Januari 2000 hingga bulan Desember 2011 dapat dilihat pada Gambar 4.1. Hal ini menunjukan

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian I) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 016 1 Ada tiga tahapan iterasi dalam pemodelan data deret waktu, yaitu: 1. Penentuan model tentatif (spesifikasi model)

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC), BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC), prosedur pembentukan model Vector Error Correction (VEC), dan aplikasi model Vector Error Correction (VEC) pada penutupan

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN PERAMALAN PENUTUPAN HARGA SAHAM PT. TELKOM DENGAN METODE ARCH - GARCH

PEMODELAN DAN PERAMALAN PENUTUPAN HARGA SAHAM PT. TELKOM DENGAN METODE ARCH - GARCH PEMODELAN DAN PERAMALAN PENUTUPAN HARGA SAHAM PT. TELKOM DENGAN METODE ARCH - GARCH BUNGA LETY MARVILLIA Matematika, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, UNESA Jl. Ketintang villy_cute_7@yahoo.com 1, raywhite_vbm@gmail.com

Lebih terperinci

APLIKASI CHANGE POINT ANALYSIS (CPA) PADA DATA CURAH HUJAN HARIAN MARCO BONA TUA

APLIKASI CHANGE POINT ANALYSIS (CPA) PADA DATA CURAH HUJAN HARIAN MARCO BONA TUA APLIKASI CHANGE POINT ANALYSIS (CPA) PADA DATA CURAH HUJAN HARIAN MARCO BONA TUA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Oleh : Defi Rachmawati 1311 105 007 Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

Spesifikasi Model. a. ACF

Spesifikasi Model. a. ACF Dept. Statistika IPB, 0 Spesifikasi Model Ada tiga tahapan iterasi dalam pemodelan data deret waktu, yaitu:. Penentuan model tentatif (spesifikasi model) berdasarkan data contoh untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 253 266. PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Lebih terperinci

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI LULIK PRESDITA W 1207 100 002 APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI 1 Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes BAB I PENDAHULUAN 2 LATAR BELAKANG 1. Stabilitas ekonomi dapat dilihat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Suhu Udara Rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Suhu Udara Rata-rata suhu 18 20 22 24 26 28 30 32 ragam, maka dilakukan transformasi Box-Cox. d. Mengidentifikasi model. Dalam tahap ini akan didapat model-model sementara, dengan melihat plot ACF dan PACF. e. Pendugaan parameter

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang II.. TINJAUAN PUSTAKA Indeks Harga Konsumen (IHK Menurut Monga (977 indeks harga konsumen adalah ukuran statistika dari perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang didapatkan.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK HARGA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN VOLATILITAS ARCH-GARCH DALAM KELOMPOK SAHAM LQ 45 ABSTRACT

PERHITUNGAN VALUE AT RISK HARGA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN VOLATILITAS ARCH-GARCH DALAM KELOMPOK SAHAM LQ 45 ABSTRACT PERHITUNGAN VALUE AT RISK HARGA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN VOLATILITAS ARCH-GARCH DALAM KELOMPOK SAHAM LQ 45 Boy A Lumban Gaol 1, Tumpal Parulian Nababan 2, Haposan Sirait 2 1 Mahasiswa Program Studi S1

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 menguji kelayakan model sehingga model sementara tersebut cukup memadai. Salah satu caranya adalah dengan menganalisis galat (residual). Galat merupakan selisih antara data observasi dengan data hasil

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI

PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi Menurut Fahmi dan Hadi (2009) investasi merupakan suatu bentuk pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana tersebut pada alokasi

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Oleh : Agustini Tripena ABSTRACT In this paper, forecasting the consumer price index data and inflation. The method

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian II) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2016 1 a. Lakukan proses pembedaan (differencing) sebanyak dua kali pada data asal. b. Lakukan pendugaan parameter pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stasioner Analisis ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average umumnya mengasumsikan bahwa proses umum dari time series adalah stasioner. Tujuan proses stasioner adalah rata-rata,

Lebih terperinci

MODEL ARMA (AUTOREGRESSIVE MOVING AVERAGE) UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH - INDONESIA. Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia

MODEL ARMA (AUTOREGRESSIVE MOVING AVERAGE) UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH - INDONESIA. Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia MODEL ARMA (AUTOREGRESSIVE MOVING AVERAGE) UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH - INDONESIA Adi Nugroho 1, Bistok Hasiholan Simanjuntak 2 1 Staf pengajar di Fakultas Teknologi Informasi

Lebih terperinci

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE (Studi Kasus : Kecepatan Rata-rata Angin di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Semarang) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

Pemodelan dan Peramalan Penutupan Harga Saham Harian Jakarta Islamic Index Model Garch

Pemodelan dan Peramalan Penutupan Harga Saham Harian Jakarta Islamic Index Model Garch EKBISI, Vol. IX, No. 1, Desember 2014, hal. 57-66 ISSN:1907-9109 Pemodelan dan Peramalan Penutupan Harga Saham Harian Jakarta Islamic Index Model Garch Ahmad Syarif 1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan

Lebih terperinci

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH JIMT Vol. 12 No. 2 Desember 2016 (Hal 149-159) ISSN : 2450 766X PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH 1 Y. Wigati, 2 Rais, 3 I.T.

Lebih terperinci

PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA

PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA Seminar Hasil Tugas Akhir Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013 LOGO PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN:

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN: METODE PERAMALAN MENGGUNAKAN MODEL VOLATILITAS ASYMMETRIC POWER AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY PADA RETURN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR Cindy Wahyu Elvitra 1, Budi Warsito 2, Abdul

Lebih terperinci

Disusun oleh : Nur Musrifah Rohmaningsih Skripsi. Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Disusun oleh : Nur Musrifah Rohmaningsih Skripsi. Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar PEMODELAN DAN PERAMALAN NILAI RETURN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE ASYMMETRIC POWER AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY (APARCH) Disusun oleh : Nur Musrifah Rohmaningsih 24010211120019

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP SKRIPSI Disusun oleh : DITA RULIANA SARI NIM. 24010211140084 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Unit Analisis dan Ruang Lingkup Penelitian. yang berupa data deret waktu harga saham, yaitu data harian harga saham

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Unit Analisis dan Ruang Lingkup Penelitian. yang berupa data deret waktu harga saham, yaitu data harian harga saham 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Unit Analisis dan Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1. Objek Penelitian Objek sampel data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data deret waktu harga saham,

Lebih terperinci

BAB SIMULASI PERHITUNGAN HARGA BARANG. Bab 4 Simulasi Perhitungan Harga barang berisikan :

BAB SIMULASI PERHITUNGAN HARGA BARANG. Bab 4 Simulasi Perhitungan Harga barang berisikan : BAB SIMULASI PERHITUNGAN HARGA BARANG Bab Simulasi Perhitungan Harga barang berisikan :.. Simulasi peramalan nilai Indeks Harga Konsumen (IHK) melalui metode ARIMA.. Prediksi nilai inflasi tahun 0.3. Prediksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE VaR (Value at Risk) DALAM ANALISIS RESIKO INVESTASI SAHAM PT. TELKOM DENGAN PENDEKATAN MODEL GARCH-M

PENGGUNAAN METODE VaR (Value at Risk) DALAM ANALISIS RESIKO INVESTASI SAHAM PT. TELKOM DENGAN PENDEKATAN MODEL GARCH-M PENGGUNAAN METODE VaR (Value at Risk) DALAM ANALISIS RESIKO INVESTASI SAHAM PT. TELKOM DENGAN PENDEKATAN MODEL GARCH-M Oleh: Nurkhoiriyah 1205100050 Dosen pembimbing: Dra. Nuri Wahyuningsih, M. Kes. Jurusan

Lebih terperinci

UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI

UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI FUNGSI TRANSFER HUBUNGAN PERUBAHAN JUMLAH UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKAA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

SENSITIFITAS MODEL GARCH UNTUK MENGATASI HETEROKEDASTIK PADA DATA DERET WAKTU

SENSITIFITAS MODEL GARCH UNTUK MENGATASI HETEROKEDASTIK PADA DATA DERET WAKTU SENSITIFITAS MODEL GARCH UNTUK MENGATASI HETEROKEDASTIK PADA DATA DERET WAKTU Asep Saefuddin, Anang Kurnia dan Sutriyati Departemen Statistika FMIPA IPB Ringkasan Data deret waktu pada bidang keuangan

Lebih terperinci

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan OLEH: NAMA : MULAZIMATUS SYAFA AH NRP : 13.11.030.021 DOSEN PEmbimbing: Dr.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mulai Studi Pendahuluan Studi Pustaka Identifikasi Masalah Perumusan Masalah Tujuan Pengumpulan Data 1. Profil Perusahaan PT. Mensa Binasukses cabang kota Padang 2. Data forecasting

Lebih terperinci

PERBANDINGAN RAMALAN MODEL TARCH DAN EGARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH

PERBANDINGAN RAMALAN MODEL TARCH DAN EGARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH PERBANDINGAN RAMALAN MODEL TARCH DAN EGARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH Oleh RETNO HESTININGTYAS M0106061 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

PREDIKSI JANGKA PENDEK B ULAN AN JUMLAH FLARE DENGAN MODEL ARIMA (p,d,[q]), (P,D,Q)' 32

PREDIKSI JANGKA PENDEK B ULAN AN JUMLAH FLARE DENGAN MODEL ARIMA (p,d,[q]), (P,D,Q)' 32 PREDIKSI JANGKA PENDEK B ULAN AN JUMLAH FLARE DENGAN MODEL ARIMA (p,d,[q]), (P,D,Q)' 32 Nanang WIdodo Penelid Staslun Pengamat Dlrgantara Watukosek, LAPAN ABSTRACT The time series of the monthly number

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL TERBAIK UNTUK PERAMALAN DATA SAHAM CLOSING PT. CIMB NIAGA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE ARCH-GARCH

PENENTUAN MODEL TERBAIK UNTUK PERAMALAN DATA SAHAM CLOSING PT. CIMB NIAGA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE ARCH-GARCH PENENTUAN MODEL TERBAIK UNTUK PERAMALAN DATA SAHAM CLOSING PT. CIMB NIAGA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE ARCH-GARCH Gatri Eka K 1, Vebriani Safitry 2, Yesika Kristin 3 Program Studi Matematika, Universitas

Lebih terperinci

PENENTUAN VALUE AT RISK

PENENTUAN VALUE AT RISK PENENTUAN VALUE AT RISK SAHAM KIMIA FARMA PUSAT MELALUI PENDEKATAN DISTRIBUSI PARETO TERAMPAT (Studi Kasus : Harga Penutupan Saham Harian Kimia Farma Pusat Periode Oktober 2009 September 2014) SKRIPSI

Lebih terperinci

Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) MA 2081 Statistika Dasar 30 April 2012

Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) MA 2081 Statistika Dasar 30 April 2012 Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) ) MA 208 Statistika Dasar 0 April 202 Utriweni Mukhaiyar Ilustrasi Berikut adalah data rata-rata curah hujan bulanan yang diamati dari Stasiun Padaherang

Lebih terperinci

PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK

PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA Jurnal UJMC, Volume 2, Nomor 1, Hal. 28-35 pissn : 2460-3333 eissn: 2579-907X PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA Novita Eka Chandra 1 dan Sarinem 2 1 Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARIMAX PADA DATA PERMINTAAN IKAN PATIN DI RESTORAN KARIMATA BOGOR ARIKMADI TRI WIDODO

PENERAPAN MODEL ARIMAX PADA DATA PERMINTAAN IKAN PATIN DI RESTORAN KARIMATA BOGOR ARIKMADI TRI WIDODO PENERAPAN MODEL ARIMAX PADA DATA PERMINTAAN IKAN PATIN DI RESTORAN KARIMATA BOGOR ARIKMADI TRI WIDODO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ARIMA box jenkins untuk meramalkan kebutuhan bahan baku. 2.1. Peramalan Peramalan

Lebih terperinci

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Vol. 9, No., 9-5, Januari 013 Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 1 Abstrak Dalam analisis deret waktu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG. kointegrasi lebih besar dari nol maka model yang digunakan adalah VECM (Enders, 1995). 4. Analisis model VAR, VARD atau VECM. 5. Interpretasi terhadap model. 6. Uji kelayakan model. 7. Pengkajian fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

V. ANALISIS VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI. Perkembangan yang terjadi pada data harga minyak dunia, harga ekspor

V. ANALISIS VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI. Perkembangan yang terjadi pada data harga minyak dunia, harga ekspor 117 V. ANALISIS VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI 5.1. Deskripsi Data Perkembangan yang terjadi pada data harga minyak dunia, harga ekspor industri, SBI riil dan devaluasi riil diuraikan pada bagian berikut.

Lebih terperinci

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER PKMT-2-13-1 PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER Umi Rosyiidah, Diah Taukhida K, Dwi Sitharini Jurusan Matematika, Universitas Jember, Jember ABSTRAK

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PEMODELAN NILAI EKSPOR DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH) SKRIPSI BAGUS HADI PRASTYA PROGRAM STUDI S-1 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN AKURASI MODEL ARCH DAN GARCH PADA PERAMALAN HARGA SAHAM BERBANTUAN MATLAB Sunarti, Scolastika Mariani, Sugiman

PERBANDINGAN AKURASI MODEL ARCH DAN GARCH PADA PERAMALAN HARGA SAHAM BERBANTUAN MATLAB Sunarti, Scolastika Mariani, Sugiman g UJM 5 (1) (2016) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm PERBANDINGAN AKURASI MODEL ARCH DAN GARCH PADA PERAMALAN HARGA SAHAM BERBANTUAN MATLAB Sunarti, Scolastika Mariani,

Lebih terperinci

PEMODELAN NEURO-GARCH PADA RETURN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA

PEMODELAN NEURO-GARCH PADA RETURN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA PEMODELAN NEURO-GARCH PADA RETURN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SKRIPSI Disusun Oleh: UMI SULISTYORINI ADI 24010212140082 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

TEKNIK PERAMALAN DENGANMODEL AUTOREGRESSIVE CONDITIONALHETEROSCEDASTIC (ARCH) (Studi KasusPada PT. Astra Agro Lestari Indonesia Tbk)

TEKNIK PERAMALAN DENGANMODEL AUTOREGRESSIVE CONDITIONALHETEROSCEDASTIC (ARCH) (Studi KasusPada PT. Astra Agro Lestari Indonesia Tbk) Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 2 (2013), hal 71 78. TEKNIK PERAMALAN DENGANMODEL AUTOREGRESSIVE CONDITIONALHETEROSCEDASTIC (ARCH) (Studi KasusPada PT. Astra Agro Lestari

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk. PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. Djoni Hatidja ) ) Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 955 email: dhatidja@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stasioneritas Stasioneritas berarti bahwa tidak terdapat perubahan yang drastis pada data. Fluktuasi data berada di sekitar suatu nilai rata-rata yang konstan, tidak tergantung

Lebih terperinci

PEMODELAN LUAS PANEN PADI NASIONAL DENGAN METODE GARCH (Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedastic) TEUKU ACHMAD IQBAL

PEMODELAN LUAS PANEN PADI NASIONAL DENGAN METODE GARCH (Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedastic) TEUKU ACHMAD IQBAL PEMODELAN LUAS PANEN PADI NASIONAL DENGAN METODE GARCH (Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedastic) TEUKU ACHMAD IQBAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA) PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA) Oleh : Nofinda Lestari 1208 100 039 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PERAMALAN DATA SAHAM S&P 500 INDEX MENGGUNAKAN MODEL TARCH

PERAMALAN DATA SAHAM S&P 500 INDEX MENGGUNAKAN MODEL TARCH PERAMALAN DATA SAHAM S&P 500 INDEX MENGGUNAKAN MODEL TARCH Universitas Negeri Malang E-mail: abiyaniprisca@ymail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model peramalan terbaik dari data

Lebih terperinci

MENGGUNAKAN METODE GARCH ASIMETRIS

MENGGUNAKAN METODE GARCH ASIMETRIS PEMODELAN RETURN PORTOFOLIO SAHAM MENGGUNAKAN METODE GARCH ASIMETRIS SKRIPSI Disusun Oleh : MUHAMMAD ARIFIN 24010212140058 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA BERDASARKAN INDIKATOR PERTUMBUHAN KREDIT DOMESTIK

PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA BERDASARKAN INDIKATOR PERTUMBUHAN KREDIT DOMESTIK PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA BERDASARKAN INDIKATOR PERTUMBUHAN KREDIT DOMESTIK oleh PITANINGSIH NIM. M0110064 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian Bab IV Pembahasan dan Hasil Penelitian IV.1 Statistika Deskriptif Pada bab ini akan dibahas mengenai statistik deskriptif dari variabel yang digunakan yaitu IHSG di BEI selama periode 1 April 2011 sampai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun 69 Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun 2004-2010 Periode sbdepo Inflasi depo Jan-04 6.27 0.57 426.424 Feb-04 5.99-0.02 409.204 Mar-04 5.86 0.36 401.686 Apr-04

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini didasari oleh gejolak/volatilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (valuta asing).pada nilai transaksi jual beli valuta asing yang

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH Tri Mulyaningsih ), Budi Nurani R ), Soemartini 3) ) Mahasiswa Program Magister Statistika Terapan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus: KA Argo Muria)

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus: KA Argo Muria) PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus: KA Argo Muria) SKRIPSI Disusun oleh : TITIS NUR UTAMI 24010212140052 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 3 Hal. 59 67 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA ANNISA UL UKHRA Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE Data yang digunakan adalah data M2Trend.wf1 (buku rujukan pertama, bab-8). Model analisisnya adalah Xt = M2 diregresikan dengan t = waktu. Model yang akan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE VaR(Value at Risk) DALAM ANALISIS RESIKO INVESTASI SAHAM PT.TELKOM DENGAN PENDEKATAN MODEL GARCH-M

PENGGUNAAN METODE VaR(Value at Risk) DALAM ANALISIS RESIKO INVESTASI SAHAM PT.TELKOM DENGAN PENDEKATAN MODEL GARCH-M PENGGUNAAN METODE VaR(Value at Risk) DALAM ANALISIS RESIKO INVESTASI SAHAM PT.TELKOM DENGAN PENDEKATAN MODEL GARCH-M Oleh: NURKHOIRIYAH 1205100050 Dosen Pembimbing: Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes. 1 Latar

Lebih terperinci

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii HALAMAN PENGESAHAN...iv MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv PERNYATAAN...

Lebih terperinci