FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2007

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2007"

Transkripsi

1 PEMERIKSAAN KANDUNGAN FORMALDEHID BERDASARKAN PERBEDAAN SUHU AIR YANG DIMASUKKAN KE DALAM PERALATAN MAKAN MELAMIN YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh : IKA WULANDARI HARAHAP FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2007

2 HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi Dengan Judul : PEMERIKSAAN KANDUNGAN FORMALDEHID BERDASARKAN PERBEDAAN SUHU AIR YANG DIMASUKKAN KE DALAM PERALATAN MAKAN MELAMIN YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN TAHUN 2007 Yang dipersiapkan dan disidangkan oleh : IKA WULANDARI HARAHAP Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk disidangkan di hadapan peserta sidang Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Oleh : Dosen Pembimbing Skripsi I Dosen Pembimbing Skripsi II dr. Devi Nuraini Santi, Mkes Ir. Evi Naria, Mkes NIP NIP

3 A B S T R A K Peralatan makan melamin merupakan sejenis plastik hasil kombinasi melamin dengan formaldehid yang menghasilkan melamin resin, yaitu polimer tahan panas dengan stabilitas yang sempurna.di dalam penggunaan peralatan makan melamin paparan panas dan sinar ultraviolet sangat berpotensi memicu terjadinya peristiwa depolimerisasi, akibatnya partikel-partikel formaldehid muncul sebagai monomer dan menghasilkan racun yang berbahaya bagi kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif. Sampel diperoleh dari dari pusat pasar di kota Medan dan diperiksa di Balai Laboratorium Kesahatan Daerah Medan. Untuk mengidentifikasi formaldehid pada peralatan makan melamin menggunakan metode reaksi asam kromatropat dan untuk mengetahui kadar formaldehid menggunakan metode titrasi. Berdasarkan hasil penelitian di ketahui dari 6 sampel peralatan makan melamin yang terdiri dari 3 sampel cangkir dan 3 sampel mangkok sop yang dituang dengan suhu air yang berbeda, formaldehid mulai muncul pada suhu air 40 C 100 C. Terjadi perubahan kandungan formaldehid pada setiap suhu air yang dituangkan kedalam peralatan makan melamin sehingga menunjukkan kadar formaldehid yang bervariasi. Pada sampel cangkir melamin kandungan formaldehid berkisar antara 0,15 0,90 %, sedangkan pada mangkok sop melamin kandungan formaldehid berkisar antara 0,30 1,05 %. Hal ini menunjukkan kandungan formaldehid yang masuk kedalam tubuh sehingga dapat membahayakan kesehatan manusia baik jangka panjang maupun jangka pendek. Disarankan perlu informasi bagi masyarakat dan produsen tentang bahaya formaldehid bagi kesehatan serta lebih ditingkatkan lagi pengawasan terhadap produk-produk yang menggunakan bahan kimia berbahaya yang beredar oleh Direktorat Perlindungan Konsumen. Kata kunci : Peralatan Makan Melamin, Formaldehid

4 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Ika Wulandari Harahap Tempat/Tanggal Lahir : P. Siantar / 30 Juli 1985 Agama : Islam Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 1 (Satu) Alamat Rumah : Jl. Sei Asahan 23B Medan Riwayat Pendidikan 1. Tahun : SD Y.P.Keluarga P.Siantar 2. Tahun : SLTP Y.P.Keluarga P.Siantar 3. Tahun : SMU Bina Warga 1 Palembang 4. Tahun : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Pengalaman Organisasi 1. Tahun : Dep. UPP HmI Koms FKM USU 2. Tahun : Dep. Internal UKMI Ad-Dakwah USU 3. Tahun : Bendahara Musollah Keputrian PHBI FKM USU 3. Tahun : Bendahara KOHATI HmI Koms USU 4. Tahun : Kabid Penelitian&PengembanganHmI Koms FKM 5. Tahun : Kadis Agama PEMA FKM USU Pengalaman Kerja 1. Tahun 2005 : Tenaga Relawan Penanganan Psikologi Anak Korban Bencana Tsunami dengan KKSP Medan 2. Tahun 2006 : Surveyor Pemantauan Status Gizi (PSG), Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) dan Indeks Massa Tubuh WUS (IMT WUS) Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara 3. Tahun 2007 : Tenaga Relawan Korban Pasca Banjir Aceh Tamiang dengan Jenggala Jakarta 4. Tahun 2007 : Surveyor Pemantauan Status Gizi (PSG), Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara 5. Tahun 2007 : Adm. di RS Ibu dan Anak Salam Medan

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul PEMERIKSAAN KANDUNGAN FORMALDEHID BERDASARKAN PERBEDAAN SUHU AIR YANG DIMASUKKAN KE DALAM PERALATAN MAKAN MELAMIN YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN TAHUN Skripsi ini disusun merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2. Ir. Indra Chahaya, M.Si, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkam waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dalam penyempurnaan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen khususnya Dosen Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam mengikuti perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 6. Seluruh staf Pegawai dan karyawan terkhususnya K Dian yang telah membantu kelancaran skripsi ini. 7. Dra. Norma Sinaga, salaku Kepala Bagian Toksikologi Laboratorium Kesehatan Medan yang telah memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dalam penyempurnaan skripsi ini.

6 8. Orang tua tercinta Papa (H. Harahap) dan Mama (Dewi Nurnawati) serta seluruh Keluarga Besar di Siantar dan Palembang yang senantiasa memberikan kasih sayang, nasehat, motivasi, doa serta bantuan moril dan materil yang tiada hentinya kepada penulis. 9. Kelompok belajar Azzam : Diah, Ike, Uci, Nita, Heni, Hilda, Putri, Sukamto, Pi Aan, Fadli dan Mas Edwin. Terima kasih buat doa, saran, dan motivasi,yang diberikan. 10. Keluarga Besar HmI Komisariat FKM USU yang telah banyak membuka wawasan dan pengalaman hidup bagi penulis. 11. Seluruh teman teman di bagian Kesehatan Lingkungan, dan temen teman stambuk 2003, terima kasih buat dukungan, kerjasama, kebersamaan selama ini. 12. Semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang. Medan, Desember 2007 Penulis

7 DAFTAR ISI Halaman Pengesahan... i Abstrak... ii Daftar Riwayat Hidup... iii Daftar isi... iv Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... ix Daftar Lampiran... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Formaldehid Pengertian Formaldehid Sifat Fisik dan Kimia Formaldehid Kegunaan Formaldehid Melamin Sejarah Melamin Pengertian Melamin Proses Produksi Peralatan Melamin Pemakaian Formaldehid pada Melamin Timbulnya Formaldehid Di Melamin Jalur Masuk Formaldehid ke Dalam Tubuh Efek Formaldehid Pada Manusia Efek Formaldehid Berdasarkan Dosis Pemaparannya Penanganan Bila Terpapar Formaldehid Standar Kadar Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin Peranan Suhu Dalam Persiapan Makanan Pemeriksaan Formaldehid Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Kerangka Konsep BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian... 23

8 3.2.2.Waktu Penelitian Objek Penelitian dan Sampel Metode Pengumpulan Data Data Primer Data Skunder Tehnik Analisa Data Alat dan Bahan Alat-Alat Bahan Cara Pembuatan Pereaksi Prosedur Analisa Peralatan Makan Melamin Defenisi Operasional BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil pemeriksaan formaldehid Hasil pemeriksaan kualitatif Hasil pemeriksaan kuantitatif BAB V PEMBAHASAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

9 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Efek Akut Formaldehid Pada Kesehatan Manusia Pada Berbagai Konsentrasi Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Cangkir Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C 60 C, 70 C, 80 C, 90 C, 100 C...30 Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Mangkok Sop Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C, 60 C, 70 C, 80 C, 90 C, 100 C...31 Tabel 4.3.Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Cangkir Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C, 60 C, 70 C, 80 C, 90 C, 100 C...32 Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Mangkok Sop Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10 C, 20 C, 30 C, 40 C,50 C, 60 C, 70 C, 80 C, 90 C, 100 C...32

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Proses Produksi Peralatan Makan Melamin Gambar 2.2. Proses Uji Formaldehid

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : ASTDR tahun 2006 Lampiran 2 : Konversi rumus formaldehid Lampiran 3 : Perhitungan Kadar Formaldehid Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian Lampiran 5 : Surat Keterangan Penelitian Lampiran 6 : Hasil Pemeriksaan Uji Laboratorium

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes,1999). Secara global, ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan kualitas hidup manusia. Pada kenyataannya, gaya hidup masyarakat industri ditandai oleh pemakaian produk berbasis kimia. Hal itu merupakan tantangan yang besar terhadap bahan kimia bagi lingkungan hidup, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain (UU RI,1997). Salah satu industri yang memanfaatkan bahan kimia dalam proses produksinya adalah industri peralatan rumah tangga yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai wadah makanan dan minuman seperti piring, gelas mangkok, sendok dan peralatan makan lainnya. Perlindungan peralatan makan, minum dan masak dimulai dari keadaan bahan. Bahan yang baik adalah bila tidak larut dalam makanan, mudah dicuci dan aman digunakan. Peralatan utuh, aman, dan kuat. Paralatan yang rusak mudah menimbulkan luka. Yang terbuat dari bahan logam beracun tidak dibenarkan.

13 Demikian pula bila terukir hiasan-hiasan merk atau cat pada permukaan tempat makanan tidak boleh digunakan (Depkes RI,1994). Peralatan makan, minum dan masak banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari terbuat dari berbagai jenis bahan. Salah satunya adalah melamin. Produk pecah belah melamin begitu banyaknya sehingga barang ini tak hanya bisa dibeli di toko tertentu, tetapi juga di pasar tradisional sampai di pedagang kaki lima. Peralatan makan yang terbuat dari melamin di satu sisi menawarkan banyak kelebihan. Selain desain warna yang beragam dan menarik, fungsinya juga lebih unggul dibanding peralatan makan lain yang terbuat dari keramik, logam, atau kaca. Melamin lebih ringan, kuat, dan tak mudah pecah. Harga peralatan melamin pun relatif lebih murah dibanding yang terbuat dari keramik misalnya (Harjono,2006). Namun dibalik kelebihannya, sebagian orang tidak menyadari bahwa melamin berpotensi membahayakan kesehatan manusia karena melamin menghasilkan monomer beracun yang disebut formaldehid (formalin).senyawa yang tahan panas ini dipilih karena dianggap sangat cocok digunakan sebagai wadah makanan panas ataupun digunakan dalam microwave (Imam,2007). Beberapa zat dapat berpindah dari wadah makanan ke makanan yang ada di dalamnya. Kebanyakan zat kimia yang dapat berpindah dari bahan pengemas terbuat dari bahan polimer. Polimer sendiri biasanya bersifat inert (komposisi aman), tetapi komponen-komponennya-monomer yang terdapat dalam jumlah tertentu, sisa reaktan, zat antara, bahan bantu pengolahan, pelarut dan zat tambahan plastik, serta reaksi sampingan dan degradasi kimia dapat berpindah ke dalam makanan yang bersentuhan dengannya (Lu.C,1995).

14 Berdasarkan kerjasama penelitian antara Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan Universitas Indonesia, dari penelitian hasil air rebusan diketahui kandungan formaldehid dalam perkakas melamin mencapai 4,76 9,22 mg/l Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Artha (2007) yang memeriksa kandungan formaldehid pada peralatan makan melamin yang beredar di kota Medan, hasil penelitian tersebut diperoleh kandungan formaldehid yang bervariasi pada setiap sampel peralatan makan melamin. Diketahui bahwa untuk pemeriksaan secara kuantitatif, kandungan formaldehid tertinggi yang terdapat pada peralatan makan melamin sebesar 40,9 ppm dan kadar terendah sebesar 5,5 ppm, sedangkan dari hasil pemeriksaan formaldehid yang dimasukkan air panas dengan suhu 80 C kedalam peralatan makan melamin diketahui kandungan formaldehid tertinggi mencapai 30,05 ppm dan kadar terendah sebesar 2,1 ppm. Dari hasil penelitian diatas, menunjukkan bahwa sampel sangat rentan terhadap air panas sehingga memicu timbulnya formaldehid pada peralatan makan melamin tersebut. Kadar formaldehid yang dilepaskan peralatan melamin tersebut menunjukkan angka yang mencengangkan kerena tidak sesuai dengan standar acuan ISO tahun 1999 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang menyatakan bahwa kandungan formaldehid yang diperbolehkan pada peralatan makan melamin adalah sebesar 3 ppm. Dan batas aman formaldehid menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety), secara umum ambang batas aman di dalam tubuh adalah 1 miligram per liter.

15 Menurut Ariwahjoedi dalam Harjono (2006) melamin merupakan suatu polimer, yaitu hasil persenyawaan kimia (polimerisasi) antara monomer formaldehid dan fenol. Apabila kedua monomer itu bergabung, maka sifat toxic dari formaldehid akan hilang karena telah terlebur menjadi satu senyawa, yakni melamin. Permasalahannya, dalam polimerisasi yang kurang sempurna dapat terjadi residu, yaitu sisa monomer formaldehid atau fenol yang tidak bersenyawa sehingga terjebak di dalam materi melamin. Sisa monomer formaldehid inilah yang berbahaya bagi kesehatan apabila masuk dalam tubuh manusia. Formaldehid dalam senyawa melamin dapat muncul kembali karena terjadinya proses depolimerisasi. Akibat proses ini, formaldehid terlepas menjadi monomer yang bersifat racun. Pemicunya bisa berupa paparan panas, sinar ultraviolet, gesekan, dan tergerusnya permukaan melamin hingga partikel formaldehid terlepas. Meski tahan di rentang suhu 120 C, tapi karena menyerap panas, melamin tak tahan dipapar panas terlalu tinggi, apalagi terpapar dalam jangka waktu lama dan biasanya perangkat melamin sering digunakan untuk membuat minuman teh, kopi, atau makanan berkuah panas. Bila piring atau gelas tersebut terkena makanan atau minuman panas maka bahan formaldehid yang terdapat dalam gelas akan larut (Anonimous,2005b). Pengguna yang mengonsumsi makanan atau minuman panas yang sudah terkontaminasi formaldehid secara terus menerus, lambat laun dapat mengakibatkan kerusan hati, ginjal, dan jantung, dan dalam jangka panjang dapat berpeluang terkena penyakit kanker karena formaldehid bersifat karsinogen (Imam,2007).

16 Begitu buruknya akibat yang ditimbulkan formaldehid bagi kesehatan manusia maka timbul minat penulis untuk meneliti kandungan formaldehid berdasarkan perbedaan suhu air yang dimasukkan kedalam peralatan makan melamin yang beredar di kota Medan. Adapun suhu air yang digunakan dalam perlakuan ini adalah suhu yang sering digunakan dalam mempersiapkan makanan dan minuman yaitu suhu 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C, 60 C, 70 C, 80 C, 90 C,dan 100 C, alasan peneliti mengambil suhu tersebut karena berdasarkan DepKes,2000 menyatakan bahwa penyimpanan minuman dingin pada suhu 10 C, minuman sejuk pada suhu 20 C, penyimpanan makanan kering pada suhu 30 C, dan penyajian makanan basah (kuah, sop dan gulai) disajikan pada suhu di atas 60 C dan untuk air mendidih dengan suhu 100 C Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang, telah diketahui bahwa suhu air mempengaruhi kandungan formaldehid pada peralatan makan melamin. Hal tersebut menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan suatu penelitian guna mengetahui perbedaan kandungan formaldehid setelah diberi perlakuan dengan menyiramkan air kedalam peralatan makan melamin berdasarkan suhu air yang berbeda Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui kandungan formaldehid berdasarkan perbedaan suhu air yang dimasukkan kedalam peralatan makan melamin yang beredar di kota Medan tahun 2007.

17 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan formaldehid pada peralatan makan melamin yang disiram air dengan suhu 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C, 60 C, 70 C, 80 C, 90 C,dan 100 C. 2. Untuk mengetahui perubahan konsentrasi kandungan formaldehid pada peralatan makan melamin yang disiram air dengan suhu 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C, 60 C, 70 C, 80 C, 90 C,dan 100 C Manfaat Penelitian 1. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang kandungan formaldehid yang terdapat pada peralatan makan yang terbuat dari bahan melamin. 2. Sebagai informasi kepada masyarakat tentang pengaruh suhu air terhadap kandungan formaldehid pada peralatan makan melamin. 3. Menambah wawasan ilmiah bagi peneliti, terutama yang berhubungan dengan penggunaan formaldehid dan dampaknya bagi kesehatan. 4. Sebagai referensi bagi pengembangan ilmu dan pendidikan lebih lanjut bagi yang membutuhkan.

18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Formaldehid Pengertian Formaldehid Formaldehide (CH 2 O) merupakan suatu campuran organik yang dikenal dengan aldehide, membeku pada suhu < 92 C dan mendidih pada suhu 300 C. Formaldehide dihasilkan dengan membakar bahan yang mengandung karbon. Formaldehid terdapat dalam bentuk gas, larutan dan padatan. (Windholz dkk, 1976). Formaldehid dapat berupa gas, tapi biasanya dipasarkan dalam bentuk larutan % yang dikenal dengan nama formalin. Bentuk polimernya, yakni trioksimetilen atau paraformaldehid, jika terkena panas akan terurai menjadi formaldehid. Larutan formalin yang sudah lama atau terkena panas matahari akan menjadi keruh karena terjadi polimerisasi (Sartono,2002) Sifat Fisik dan Kimia Formaldehid 1. Sifat Fisik Sifat fisik larutan formaldehid adalah merupakan cairan jernih, tidak berwarna atau hampir tidak berwarna, bau menusuk, uap merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan dan jika disimpan ditempat dingin dapat menjadi keruh. Biasanya disimpan dalam wadah tertutup, terlindung dari cahaya dengan suhu tempat penyimpanan di atas 20 C (Depkes RI,1995). Formaldehid dalam suhu dan tekanan atmosfer yang normal dapat berbentuk gas yang baunya sangat menyengat. Mencair pada suhu < 21 C dan membeku pada suhu < 92 C, dengan berat molekul sebesar 30,03. Formaldehid larut dalam air yang

19 biasanya dipasarkan dalam bentuk larutan % yang dikenal sebagai formalin (Hopp,1983). 2. Sifat Kimia Formaldehid pada umumnya memiliki sifat kimia yang sama dengan aldehide namun lebih reaktif daripada aldehide lainnya. Formaldehid merupakan elektrofil sehingga bisa dipakai dalam reaksi subtitusi aromatik elektrofilik dan senyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena.keadaan katalis basa mengakibatkan formaldehid bisa menghasilkan asam format dan metanol (Depkes,1995) Kegunaan Formaldehid Formaldehid adalah golongan aldehid pelarut organik yang paling penting baik untuk pengunaan komersial maupun lingkungan. Menurut Bambang, formaldehid memiliki banyak fungsi, diantaranya sebagai pengawet, serta anti bakteri. Beberapa kegunaan lain dari formaldehid adalah : Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang, dan pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, dan bahan peledak. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas. Dalam bidang pertanian dipakai sebagai desinfektan, germisida, fungisida untuk tanaman dan sayuran, bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

20 Dalam bidang kedokteran dipakai sebagai desinfektan/antiseptik yang cukup kuat dan sebagai bahan pengawet mayat. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Bahan untuk pembuatan produk parfum, bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku. Pencegah korosi untuk sumur minyak. Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1% ) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, sampo mobil, lilin dan pembersih karpet (Windholz, 1976). Selain itu juga formaldehid dipergunakan pada industri-industri seperti industri cat, kulit, perabot yang terbuat dari kayu, plywood, kertas, serta industri plastik yang banyak memproduksi kebutuhan peralatan rumah tangga salah satunya contohnya adalah produk yang berbahan melamin Melamin Sejarah Melamin Pada 1907 ahli kimia Belgia, Leo Hendrik Baekeland, menemukan plastik buatan (sintetis) pertama yang disebut bakelite. Inilah cikal bakal melamin yang awalnya digunakan sebagai bahan dasar pesawat telepon generasi pertama. Penemuan ini merupakan salah satu peristiwa bersejarah keberhasilan teknologi kimia awal abad ke-20. Kemudian dari hasil penemuan Baekeland ini dikembangkan dan diterapkan untuk industri perlengkapan rumah tangga, termasuk perangkat makan. Faktor inilah

21 yang membuat melamin formaldehid makin luas digunakan pada tahun-tahun awal pasca-perang Dunia II. Antara lain digunakan pada industri kayu lapis untuk memperkuat dan mempercantik produk-produknya Perlengkapan makan dari bahan melamin diperkenalkan di Indonesian pada tahun 1970-an. Melamin ini segera memikat konsumen karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingakan dengan peralatan makan yang lain. Melamin lebih ringan, tidak mudah pecah dan praktis dibawa kemana saja (Harjono, 2006) Pengertian Melamin Melamin adalah suatu basa organik kuat dengan nama kimia C 3 H 6 N 6 dan nama IUPAC 1,3,5-triazine-2,4,6-triamine, berbentuk prisma monosiklik dengan titik beku < 250 C. Melamin larut dalam air, serta larut dalam alkohol namun tidak larut dalam eter. Melamin biasanya digunakan sebagai bahan sintesis dengan formaldehid. Kombinasi antara melamin dengan formaldehid menghasilkan melamin resin, yaitu suatu polimer yang tahan panas dengan stabilitas dimensi yang sempurna. Melamin resin biasanya dikenal dengan nama Thermoset Plastic karena jenis plastik ini mempunyai bentuk yang tetap. Jika terkena bahan atau cairan yang panas melamin dapat melebur. Oleh karena itu peralatan melamin sebaiknya tidak digunakan pada suhu yang tinggi seperti dalam oven dan microwave (Wildholz,1976) Proses Produksi Peralatan Melamin Melamin resin diproduksi dengan cara mencampurkan melamin dan formaldehid dalam suhu dan tekanan yang sangat tinggi. Bahan-bahan ini dipolimerisasi, kemudian dilanjutkan dengan proses pengeringan dan pendinginan.

22 Material yang telah didinginkan, digiling untuk menghasilkan bahan yang lunak. Pada proses ini dimasukkan bahan pengawet, minyak pelumas, dan zat warna. Setelah proses penggilingan selesai, dilanjutkan dengan granulasi yaitu membentuk bahan menjadi butiran-butiran kecil kemudian bahan dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Produksi peralatan melamin dapat dilihat pada bagan berikut ini : Gambar 2.1. Proses Produksi Peralatan Makan Melamin Melamin Formaldehide (37,5 % Sol) Polimerisasi Pengeringan (Tray Dryer) Ruang Pendingin Saringan Selulose (Cellulose Filter) Penggabungan (Mixer) Pengawet, Pelumas, Zat Warna Penggilingan Granulasi Membentuk Cetakan (Molding Compuond) Sumber : Shreve, 1956

23 Pemakaian Formaldehid Pada Melamin Formaldehid digunakan untuk bahan baku melamin. Menurut Ariwahjoedi, melamin merupakan suatu polimer, yaitu hasil persenyawaan kimia (polimerisasi) antara monomer formaldehid dan fenol. Apabila kedua monomer itu bergabung, maka sifat toxic dari formaldehid akan hilang karena telah terlebur menjadi satu senyawa, yakni melamin. Formaldehid dipakai untuk reaksi kimia yang bisa membentuk ikatan polimer, dimana salah satu hasilnya adalah menimbulkan warna produk menjadi lebih cerah. Sehingga formaldehid banyak dipakai di industri plastik,bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan banyak dipakai di produk rumah tangga seperti piring, gelas dan mangkuk yang berasal dari plastik atau melamin (Judarwanto,2006) Timbulnya Formaldehid Di Melamin Formaldehid di dalam senyawa melamin dapat muncul kembali karena adanya peristiwa yang dinamakan depolimerisasi (degradasi). Dalam peristiwa itu, partikelpartikel formaldehid kembali muncul sebagai monomer-monomer yang dapat berpindah ke dalam makanan yang bersentuhan dengannya, dan otomatis akan menghasilkan racun (Anonimous,2005b). Hal ini Pemicunya bisa berupa paparan panas dan sinar ultraviolet. Keduanya sangat berpotensi memicu terjadinya depolimerisasi. Selain itu, gesekan-gesekan dan abrasi terhadap permukaan melamin juga berpotensi mengakibatkan lepasnya partikel formaldehid. Disamping itu juga timbulnya formaldehid bisa disebabkan karena proses polimerisasi yang kurang sempurna dan tidak terkontrol yang mana bahan formaldehid yang digunakan cenderung tidak sebanding dengan jumlah fenol. Maka

24 dapat terjadi residu, yaitu sisa monomer formaldehid atau fenol yang tidak bersenyawa sehingga tinggal di dalam materi melamin. Sisa monomer inilah yang berbahaya bagi kesehatan apabila masuk dalam tubuh manusia (Harjono,2006) Jalur Masuk Formaldehid ke Dalam Tubuh Menurut Amiruddin (2006) masuknya formaldehid ke dalam tubuh melalui beberapa jalur yaitu : 1. Inhalasi Paling banyak terpapar formaldehid terjadi melalui inhalasi. Penguapan formaldehid diserap oleh paru-paru. 2. kontak kulit atau mata. Formaldehid diabsorpsi melalui kulit dan menyebabkan dermatitis kontak alergi atau dermatitis kontak iritan. Paparan uap formaldehid pada mata menyebabkan iritasi dan lakrimasi. Bergantung pada konsentrasi formaldehid, cairan formaldehid dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan iritasi atau efek yang berat seperti opafikasi kornea dan hilangnya penglihatan. 3. Saluran Pencernaan Telah dilaporkan mengonsumsi cairan formaldehid 37 persen 30 ml dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa Efek Formaldehid pada manusia Formaldehid sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit maupun tertelan karena formaldehid yang masuk kedalam tubuh mengalami metabolisme yang sangat kompleks. Formaldehid terakumulasi dalam sel, bereaksi dengan protein selular (kebanyakan enzim) dan DNA (mitokondria dan nuklear) sehingga mengganggu

25 ekspresi genetik yang normal (Amiruddin,2006). Akibatnya data informasi genetik menjadi kacau, sehingga penyakit-penyakit genetik baru mungkin akan muncul. Bila gen-gen rusak itu diwariskan, maka akan terlahir generasi dengan cacat gen. Tambahan lagi, bila sisi aktif dari protein-protein vital dalam tubuh dimatikan oleh formaldehid, maka molekul-molekul itu akan kehilangan fungsi dalam metabolisme. Akibatnya, kegiatan sel akan terhenti(iman,2007). Karena Formaldehid dapat mengakibatkan terjadinya mutasi sel pada jaringan tubuh manusia dan binatang. Pemaparan terhadap formaldehid mengakibatkan terjadinya penyakit perut, hematemesis (muntah darah), hematuria (kencing darah), proteinuria (adanya protein dalam urin), vertigo, koma dan kematian (Windholz,1976). Formaldehid juga memusnakan sel jaringan hidup dan bakteri dengan masuk kedalam sel dan mengeringkan cairan sel kemudian menggantikanya dengan bahan berupa jelli yang kaku dan akan mempertahankan bentuk sel. Dasar ini digunakan untuk proses pengawetan mayat dan hewan yang dijadikan pajangan (Anwar,2006). Dalam jumlah sedikit, formaldehid akan larut dalam air, serta akan dibuang ke luar bersama cairan tubuh. Imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya formaldehid di dalam tubuh. Jika imunitas rendah atau mekanisme pertahanan tubuh rendah, sangat mungkin formaldehid dengan kadar rendahpun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety), secara umum ambang batas aman di dalam tubuh adalah 1 miligram per liter.

26 Bila formaldehid masuk kedalam tubuh melebihi ambang batas tersebut maka dapat mengakibatkan gangguan pada organ dan sistem tubuh manusia. Akibat yang ditimbulkan tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat atau jangka pendek dan dalam jangka panjang, bisa melalui hirupan, kontak langsung atau tertelan (Judarwanto,2006). Dampak formaldehid pada kesehatan manusia dapat bersifat (Amiruddin,2006) : 1. Akut Akibat jangka pendek yang terjadi biasanya bila terpapar formaldehid dalam jumlah yang banyak, Tanda dan gejala akut atau jangka pendek yang dapat terjadi adalah iritasi, alergi, sakit kepala, mual, diare dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian. Formaldehid yang masuk lewat penelanan (ingestion) sebanyak 30 ml (2 sendok makan) dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan sifat korosif larutan formaldehid terhadap mukosa lambung, yang disertai mual, muntah, nyeri dan pendarahan. 2. Kronik Efek kronik terjadi apabila terpapar formaldehid dalam jangka waktu yang lama dan berulang adalah sensitisasi dan kanker. Apabila terpapar terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan hati, ginjal dan jantung, iritasi kemungkinan parah, mata berair, gangguan pada pencernaan dan sistem syaraf pusat. Dan bila dikonsumsi menahun dapat menyebabkan kanker. Efek samping ini terlihat setelah jangka panjang karena terjadi akumulasi formaldehid didalam tubuh.

27 3. Karsinogenik Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa formaldehid merupakan bahan yang memiliki potensi karsinogenik. Paparan formaldehid diikuti peningkatan risiko kanker nasal dan tumor nasal diamati pada tikus yang menghirup formaldehid jangka panjang. Meningkatnya leukemia dan tumor saluran cerna pada tikus yang mengandung formaldehid Efek Formaldehid Berdasarkan Dosis Pemaparannya Formaldehid masuk kedalam tubuh manusia dapat terjadi dengan berbagai cara misalnya lewat udara, saluran pencernaan, dan kontak langsung dengan kulit. Berikut ini disajikan sumber yang memaparkan berbagai konsentrasi yang ditimbulkan formaldehid pada tubuh manusia berdasarkan dosis pemaparannya : Tabel 2.1. Efek Akut formaldehid Pada Kesehatan Manusia Pada berbagai Konsentrasi Konsentrasi (ppm) Efek kesehatan 0 0,5 Tidak ada efek 0,05 1,05 Efek neurofisiologi 0,05 1 Ambang bau 0,05-2 Iritasi mata 0,10 25 Iritasi saluran nafas bagian atas 5 30 Efek saluran nafas bagian bawah dan paru Edema paru, radang, pneumonia > 100 Kematian Sumber : Lu.F.C (1994) diadopsi dari NRC, Komite Mengenai Aldehid

28 2.5. Penanganan Bila Terpapar Formaldehid Penanganan bila terpapar formaldehid dapat dilakukan berdasarkan jalur masuk formaldehid tersebut kedalam tubuh (Judarwanto, 2007) : 1. Bila terkena hirupan atau terkena kontak langsung formaldehid, Tindakan awal yang harus dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah paparan ke tempat yang aman. Bila penderita sesak berat, kalau perlu gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan. 2. Bila terkena kulit Lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formaldehid. Cuci kulit selama menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak dan dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang terbakar, lindungi luka dengan pakaian yag kering, steril dan longgar. 3. Bila terkena mata Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedipkedipkan. Pastikan tidak ada lagi sisa formaldehid di mata. Aliri mata dengan larutan dengan larutan garam dapur 0,9 persen (seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terus-menerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit atau ke dokter. 4. Bila tertelan Segera minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat berbahaya tersebut. Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit.

29 2.6. Standar Kadar Formaldehid Standar kadar formaldehid pada peralatan makan melamin menurut standar Internasional yaitu ISO tahun 1999, Pasific-Melamine Formaldehide Powder Molding Compounds dan Standar Nasional Indonesia (SNI) berdasarkan hasil kesepakatan antara pemerintah bersama produsen dan konsumen menyatakan bahwa jumlah kandungan formaldehid yang boleh terdapat pada peralatan makan melamin tidak boleh lebih dari 3 ppm. Dan batas aman formaldehid menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety), secara umum ambang batas aman di dalam tubuh adalah 1 miligram per liter Peranan Suhu Dalam Persiapan Makanan Suhu memegang peranan penting dalam mempersiapkan makanan yang bergizi maupun aman untuk dikonsumsi. Ada makanan yang memerlukan suhu dingin atau melalui proses pemasakan (pemberian panas) sebelum dikonsumsi manusia. Ada 3 skala suhu yang umum digunakan, yaitu Kelvin, Celcius, dan Farenheit. Namun skala celcius lebih banyak digunakan. Pada skala celcius nilai 0 adalah titik beku air dan 100 adalah suhu didih air. Menurut Hotnida (1996) ada 2 jenis suhu yang digunakan dalam mengelolah makanan yaitu : 1. Penggunaan Suhu Rendah a. Suhu Beku 0 C (32 F) Titik beku air adalah suhu dimana air akan berubah dari fese cair ke fase padat (membeku). Pembekuan air murni terjadi pada suhu 0 C. Adanya zat-zat lain dalam air tersebut akan menurunkan titik beku atau suhu beku menjadi dibawah 0 C.

30 b. Suhu dingin 0-4 C Pendinginan mempunyai pengaruh besar dalam mempertahankan mutu, termasuk pada makanan yang dikemas. Media pendingin yang umum digunakan pada lemari pendingin dan lemari es adalah udara, air, dan es. 2. Penggunaan Suhu Tinggi a. Suhu Tingkat Menengah (Intermediate) 4 C - 60 C ( F) Menurut Burmeister yang dikutip oleh Hotnida (1996) bahwa suhu tingkat menengah dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu suhu lukewarm (hangat-hangat kuku), suhu scalding, dan suhu simmering. Suhu lukewarm adalah sekitar 40 C atau 104 F. Karena suhu ini tidak terlalu jauh dari suhu tubuh, makanan pada suhu ini masih dapat disentuh. Suhu scalding akan tercapai bila pemanasan air dilanjutkan lagi yaitu sekitar 65 C atau 149 F. Pada suhu ini air akan membentuk butiran-butiran kecil disamping dan dibawah tempatnya. Dengan pemanasan lebih lanjut air akan mencapai keadaan simmering, pada suhu sekitar 82 C dan 99 C (180 dan 211 F).Pada keadaan ini sudah terjadi gelembung-gelembung yang lebih besar dan naik hampir mencapai permukaan air, tetapi belum sampai memecah permukaan tersebut. b. Suhu Didih 100 C (212 F) Pendidihan adalah perubahan air dari fase cair ke fase uap pada suhu 100 C. tekanan uap melebihi tekanan atmosfir dibawahnya. Tekanan uap terjadi karena molekul-molekul air berjuang untuk meninggalkan cairan dibawahnya. Sampai pada

31 titik didih pertambahan panas akan meningkatkan suhu air dan tekanan uapnya. Air akan mendidih ketika tekanan uap sudah cukup tinggi, yang terjadi pada suhu 100 C. c. Suhu Penggorengan 190 C (375 F) Penggorengan umumnya akan mencapai suhu sekitar 190 C untuk kualitas makanan optimum, tetapi untuk media minyak suhu akan lebih tinggi lagi tanpa terjadi pendidihan Pemeriksaan Formaldehid Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Secara kualitatif formaldehid dapat diperiksa melalui berapa cara yaitu: 1. Reaksi dengan pereaksi fehling Sebanyak 1 ml destilat dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambah 1 ml pereaksi Fehling yang mengandung Fehling A dan Fehling B sama banyak lalu dimasukkan kedalamnya penangas air yang mendidih, kemudian diamati selama pemanasan. Jika terjadi endapan merah bata menunjukan adanya formaldehid. 2. Reaksi dengan pereaksi Tollens Sebanyak 1 ml destilat dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 ml pereaksi Tollens lalu dipanaskan diatas penangas air yang mendidih, diamati selama pemanasan, jika terjadi cermin perak menunjukkan adanya formaldehid. 3. Reaksi dengan asam kromatropat Sebanyak 5 ml asam kromatropat dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian ditambah 1 ml destilat. Larutan kemudian dipanaskan dalam penangas air yang

32 mendidih selama 15 menit. Selama pemanasan diamati warna ungu yang menunjukkan ada tidaknya kandungan formaldehid (Horwitz,1970) Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Secara kuantitatif formalin dapat diperiksa melalui berapa cara yaitu: 1. Metode Asam-Basa Timbangkan seksama 3 gram, tambahkan dengan campuran 25 ml hidrogen piroksida encer dan 50 ml natrium hidroksida 1 N hangatkan di atas tangas air hingga pembuihan berhenti. Titrasi dengan asam klorida 1 N menggunakan indikator larutan fenolftalein P. Lakukan titrasi blangko. 1 ml larutan hidroksida 1 N setara dengan 30,03 mg CH 2 O. 2. Metode Spektrofotometri Metode yang digunakan adalah metode spektrofotometri sinar tampak dengan menggunakan pereaksi Reagen Nash yang dapat bereaksi dengan larutan formaldehid menghasilkan warna kuning yang mantap dan diukur pada panjang gelombang maksimumnya (Horwitz,1970).

33 2.9. Kerangka Konsep Peralatan Makan Melamin 1. Cangkir - Venxia - Hoover - Higher 2.Mangkok Sop - Qunaimei - DH - Tanpa Merek Ditua ngka n air deng an suhu 10 C 20C 30 C 40C 50 C 60C 70 C 80C 90 C 100C Uji Kualitatif Formaldehid Ada Tidak Ada Kadar Formaldehid

34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Dimana peneliti melakukan suatu analisa kandungan formaldehid berdasarkan perbedaan suhu air yang dimasukan kedalam peralatan makan melamin dengan melakukan pemeriksaan laboratorium Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di pusat pasar kota Medan dengan mengambil sampel dari berbagai merek peralatan makan melamin yang telah ditentukan dan kemudian sampel di bawa ke Laboratorium Kesehatan Medan untuk dilakukan pemeriksaan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober Objek Penelitian dan Sampel Objek penelitian adalah peralatan makan yang terbuat dari melamin berupa cangkir dan mangkok sop yang dijual di pusat pasar kota Medan. Dari pasar tersebut diambil 3 buah cangkir dan 3 buah mangkok sop dengan merek yang berbeda sebagai bahan perbandingan. Adapun merek peralatan makan melamin yang diambil berdasarkan jenisnya adalah : 1. Cangkir a. Venxia b. Hoover c. Higher

35 2. Mangkok Sop a. Qunaimei b. DH c. Tanpa Merek Alasan peneliti mengambil merek peralatan melamin tersebut atas pertimbangan bahwa merek tersebut sebelumnya sudah pernah diteliti baik secara kualitatif maupun kuantitif, dan hasilnya menunjukkan kandungan formaldehid yang bervariasi. Berikut ini hasil pemeriksaan kandungan formaldehid pada peralatan makan melamin yang diteliti oleh Artha (2007), yaitu : 1. Cangkir : - Venxia (31,4ppm) - Hoover (30,7ppm) - Onyx (5,5ppm) - 01 (21,1 ppm) - Highner (25,3 ppm) 2. Mangkok : - CD (14,4 ppm) - DH (28,7 ppm) - Qunamei (19,6 ppm) - Huamei (9,6 ppm) - Tanpa Merek (40,9 ppm) Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa kandungan formaldehid melebihi standar acuan ISO tahun 1999 yang menyatakan bahwa kandungan formaldehid dalam melamin tidak boleh melebihi dari 3 ppm.

36 Sampel penelitian diambil dengan Metode Purposive Sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu bahwa jenis peralatan makan melamin tersebut sudah pernah diteliti dan hasilnya menunjukkan adanya kandungan formaldehid, selain itu peralatan makan melamin ini banyak dijual di pasar dan banyak dibeli oleh masyarakat. Peneliti mengambil 6 merek sampel peralatan makan melamin dan langsung dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan. Setiap sampelnya mendapatkan perlakuan sebanyak 10 kali pemeriksaan pada peralatan makan melamin yang masih baru dengan pemakaian berulang kemudian air dengan suhu 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C, 60 C, 70 C, 80 C, 90 C,dan 100 C disiramkan pada sampel tersebut kemudian diperiksa untuk melihat kandungan formaldehid yang terkandung didalamnya Metode Pengumpulan Data Data Primer Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan sampel di laboratorium Kesehatan Medan Data Sekunder Data sekunder diambil dari berbagai literatur yang berkaitan dengan penelitian 3.5. Tehnik Analisa Data Alat dan Bahan Alat-Alat 1. Statip dan Klem 2. Gelas ukur 500 ml

37 3. Beaker glass 1000 ml 4. Erlemeyer 5. Tabung reaksi 6. Termometer Bahan-Bahan 1. Asam Kromatropat 0,5 % 2. Asam Sulfat 60 % 3. Aquadest Cara Pembuatan Pereaksi 1. Asam Sulfat 60 % Ambil 63 ml H2SO4 (p) encerkan dengan aquadest hingga 100 ml 2. Asam Kromatropat 500 mg Kromatropat larutkan dalam H2SO4 60% hingga 100 ml Prosedur Analisa Peralatan Makan Melamin 1. Pemeriksaan Kualitatif a. Peralatan makan melamin dicuci dengan sabun kemudian dibilas hingga bersih. b. Air diukur suhunya dengan alat termometer untuk mendapatkan suhu 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C, 60 C, 70 C, 80 C, 90 C,dan 100 C c. Air yang suhunya sudah diukur dituangkan ke dalam masing-masing mangkok sop dan cangkir sebanyak 200 ml kemudian di diamkan selama 5 menit.

38 d. 1-2 ml air sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambah 5 ml larutan asam kromatropat 0,5 % dalam asam sulfat 60 % yang dibuat segar. e. Masukkan ke dalam tangas air dan biarkan mendidih selama 15 menit. f. Larutan akan berwarna ungu jika mengandung formaldehid. 2. Pemeriksaan Kuantitatif a. Setelah dilakukan pemeriksaan kualitatif apabila terdapat kandungan formaldehid pada larutan tersebut, tambahkan indikator Phenolphtalen, titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga terbentuk warna pink. b. Kandungan formaldehid dapat dihitung dengan rumus : V x N x BM formaldehid (30,03) Berat Sampel x 100 % V = Volume Titrasi Sampel N = Normalitas NaOH yang digunakan

39 3.6. Defenisi Operasional a. Peralatan Makan Melamin Peralatan makan berupa cangkir (Venxia, Hoover, Higher) dan mangkok sop (Qunaimei, DH, Tanpa Merek) merupakan hasil kombinasi antara melamin dan formaldehid sehingga menghasilkan melamin resin agar peralatan makan melamin memiliki bentuk yang tetap dan warna cerah yang dijual di pusat pasar Madan. Peralatan yang diperiksa adalah cangkir dan mangkok sop. b. Dituangkan air dengan suhu tertentu Peralatan melamin yang belum pernah digunakan, dicuci terlebih dahulu kemudian disiram dengan cara menuangkan air dengan suhu air 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C, 60 C, 70 C, 80 C, 90 C,dan 100 C ke dalam peralatan makan melamin tersebut, kemudian didiamkan selama 5 menit. c. Uji laboratorium secara kualitatif Uji laboratorium diperiksa secara kualitatif dengan menggunakan reaksi asam kromatropat untuk melihat ada tidaknya kandungan formaldehid pada peralatan makan melamin d. Ada Pada peralatan makan melamin terdapat kandungan formaldehid. e. Tidak ada Pada peralatan makan melamin tidak terdapat kandungan formaldehid.

40 f. Uji laboratorium secara kuantitatif Uji laboratorium yang bertujuan untuk melihat kadar formaldehid pada peralatan makan melamin dengan menggunakan metode titrasi.uji ini di periksa apabila peralatan makan melamin positif mengandung formaldehid.

41 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Hasil Pemeriksaan Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C 60 C, 70 C, 80 C, 90 C, 100 C Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C 60 C, 70 C, 80 C, 90 C, 100 C. Hasil pemeriksaan kualitatif formaldehid pada 3 sampel cangkir melamin dan 3 sampel mangkok sop dimana air dengan suhu yang berbeda dituangkan kedalam peralatan makan melamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Cangkir Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C 60 C, 70 C, 80 C, 90 C, 100 C. No Merek Hasil Kualitatif Formaldehid Sampel 10 C 20 C 30 C 40 C 50 C 60 C 70 C 80 C 90 C 100 C 1 Hoover Highner Venxia Keterangan : + = terdapat kandungan formaldehid - = tidak terdapat kandungan formaldehid Berdasarkan tabel 4.1. diatas dapat diketahui bahwa peralatan makan melamin pada sampel merek highner mengandung formaldehid pada suhu air 40 C, 50 C 60 C, 70 C, 80 C, 90 C,dan 100 C, pada sampel merek venxia formaldehid terdapat pada suhu air 60 C, 70 C, 80 C, 90 C, dan 100 C, sedangkan pada suhu air 70 C, 80 C, 90 C, dan 100 C formaldehid terdapat pada sampel dengan merek hoover. Hal ini ditunjukkan dengan adanya warna ungu yang terjadi pada air setelah dituangkan dengan suhu air yang berbeda-beda.

42 Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Mangkok Sop Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C 60 C, 70 C, 80 C, 90 C, 100 C. No Merek Hasil Kualitatif Formaldehid Sampel 10 C 20 C 30 C 40 C 50 C 60 C 70 C 80 C 90 C 100 C 1 DH Qunamei Tanpa Merek Keterangan : + = terdapat kandungan formaldehid - = tidak terdapat kandungan formaldehid Berdasarkan tabel 4.2. diatas dapat diketahui bahwa peralatan makan melamin pada sampel merek qunamei mengandung formaldehid pada suhu air 40 C, 50 C 60 C,70 C,80 C,90 C, dan 100 C, pada sampel merek DH mengandung formaldehid pada suhu air 50 C, 60 C, 70 C, 80 C, 90 C, dan 100 C, sedangkan pada suhu air 60 C, 70 C, 80 C, 90 C, dan 100 C formaldehid terdapat pada sampel tanpa merek. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan warna ungu yang terjadi pada air setelah dituangkan dengan suhu air yang berbeda-beda Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C 60 C, 70 C, 80 C, 90 C, 100 C. Hasil pemeriksaan kuantitatif dilakukan apabila pada 3 sampel cangkir melamin dan 3 sampel mangkok sop melamin positif mengandung formaldehid yang diperiksa dengan asam kromatropat. Banyaknya kandungan formaldehid tergantung dengan jumlah titrasi yang diteteskan pada air sampai terjadi perubahan warna merah jambu pada air. Adapun hasil dari pemeriksaan kandungan formaldehid pada sampel peralatan melamin tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

43 Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Cangkir Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C 60 C, 70 C, 80 C, 90 C, 100 C. No Merek Kandungan formaldehid (%) Sampel 40 C 50 C 60 C 70 C 80 C 90 C 100 C 1 Hoover ,15 0,15 0,45 0,53 2 Highner 0,15 0,15 0,30 0,45 0,83 0,83 0,90 3 Venxia 0 0 0,23 0,30 0,53 0,60 0,45 Berdasarkan tabel 4.3. menunjukkan bahwa 3 sampel cangkir melamin memiliki kandungan formaldehid yang bervariasi. Pada merek highner formaldehid sudah muncul pada suhu 40 C dengan kandungan formaldehid terendah 0,15 % dan tertinggi 0,90 %. Dan kandungan formaldehid terendah pada merek hoover dengan kandungan formaldehid terendah sebesar 0,15 % pada suhu 70 C dan tertinggi sebesar 0,53 % pada suhu 100 C. Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Mangkok Sop Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C 60 C, 70 C, 80 C, 90 C, 100 C. Kandungan formaldehid (%) No Merek Sampel 40 C 50 C 60 C 70 C 80 C 90 C 100 C 1 DH 0 0,38 0,45 0,45 0,98 0,90 0,83 2 Qunamei 0,30 0,30 0,38 0,45 0,68 0,83 0,75 3 TM 0 0 0,53 0,53 0,83 1,05 0,98 Keterangan : TMS = Tidak Memenuhi Syarat Berdasarkan tabel 4.4. menunjukkan bahwa 3 sampel mangkok sop melamin memiliki kandungan formaldehid yang bervariasi. Pada merek Qunamei formaldehid sudah muncul pada suhu 40 C dengan kandungan formaldehid terendah sebasar 0,30 % dan tertinggi sebesar 0,83 %. Pada mangkok tanpa merek kandungan formaldehid muncul pada suhu 60 C dengan kandungan terendah sebesar 0,53 % dan tertinggi 1,05 %.

44 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Cangkir dan Mangkok Sop Melamin Yang Dituang Air Dengan Suhu 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C 60 C, 70 C, 80 C, 90 C, 100 C. Pemeriksaan kualitatif formaldehid pada peralatan makan melamin yang dituangkan berdasarkan suhu air yang berbeda pada 3 cangkir melamin dan 3 mangkok sop diperiksa dengan menggunakan metode asam kromatropat, dimana pada akhir reaksi ini ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi warna ungu yang menunjukkan adanya formaldehid pada peralatan makan melamin tersebut, dan sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan warna ungu, maka tidak menunjukkan adanya formaldehid dalam peralatan makan melamin tersebut. Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitatif formaldehid pada peralatan makan melamin yang dituangkan suhu air 10 C, 20 C, 30 C, 40 C, 50 C 60 C, 70 C, 80 C, 90 C, 100 C diperoleh 3 sampel cangkir dan 3 sampel mangkok sop melamin yang diperiksa secara kualitatif pada suhu tertentu ada yang mengandung formaldehid dan ada yang tidak mengandung formaldehid. Pada cangkir merek highner dan mangkok sop merek qunamei, formaldehid keluar pada suhu 40 C, 50 C 60 C, 70 C, 80 C, 90 C, 100 C. Sedangkan pada cangkir merek hoover yang berlabel food grade formaldehid baru keluar pada suhu air 70 C, 80 C, 90 C, dan 100 C. Dari hasil pemeriksaan ini menunjukkan bahwa, munculnya formaldehid kerena dipengaruhi oleh suhu air yang dituangkan pada peralatan makan melamin, hal ini disebabkan senyawa melamin yang sangat rentan terhadap air panas sehingga

Pemilihan Peralatan Makan Berbahan Melamin yang Aman Bagi Kesehatan

Pemilihan Peralatan Makan Berbahan Melamin yang Aman Bagi Kesehatan 1 Pendahuluan Pemilihan Peralatan Makan Berbahan Melamin yang Aman Bagi Kesehatan Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Kebutuhan makan bagi makhluk hidup

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KANDUNGAN FORMALDEHID PADA BERBAGAI JENIS PERALATAN MAKAN MELAMIN DI KOTA MEDAN TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH : ELZA ARTHA

PEMERIKSAAN KANDUNGAN FORMALDEHID PADA BERBAGAI JENIS PERALATAN MAKAN MELAMIN DI KOTA MEDAN TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH : ELZA ARTHA PEMERIKSAAN KANDUNGAN FORMALDEHID PADA BERBAGAI JENIS PERALATAN MAKAN MELAMIN DI KOTA MEDAN TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH : ELZA ARTHA 031000113 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Susu 1. Pengertian Susu Susu segar merupakan cairan yang berasal dari sekresi ambing sapi sehat, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam dipelihara terutama untuk digunakan daging dan telurnya dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam dipelihara terutama untuk digunakan daging dan telurnya dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Ayam dipelihara terutama untuk digunakan daging dan telurnya dan merupakan sumber penting protein hewani. Konsumsi daging ayam mencapai hingga 30% dari konsumsi daging

Lebih terperinci

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN Formalin Formalin merupakan larutan 40 % formaldehid, termasuk golongan senyawa aldehid atau alkanal, yang mengandung satu atom karbon.

Lebih terperinci

BAB II : CH 2 O. Berat molekul : 30,03. Kelarutan. : mudah. pelarut polar. air dengan. berwarna. ini tidak. terutama. tajam. Jika.

BAB II : CH 2 O. Berat molekul : 30,03. Kelarutan. : mudah. pelarut polar. air dengan. berwarna. ini tidak. terutama. tajam. Jika. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. FORMALIN 1. Sifat fisika-kimiaa Gambar 1. Struktur kimia formaldehid Rumus molekul Berat molekul Titik leleh / titik didih : CH 2 O : 30,03 : -117 C / -19,3 C (berupa gas) Kelarutan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Melamin Melamin adalah suatu basa organik kuat dengan nama formula kimia 3 6 N 6 dan nama IUPA 2,4,6-triamine 1,3,5-triazine-2,4,6-triamine (Anonim c,...). Rumus bangun melamin

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menekankan tentang tantangan dan peluang terkait Keamanan Pangan. Keamanan pangan sangat penting karena keterkaitannya

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT 1. Kertas saring a. Kertas saring biasa b. Kertas saring halus c. Kertas saring Whatman lembar d. Kertas saring Whatman no. 40 e. Kertas saring Whatman no. 42 2. Timbangan

Lebih terperinci

FORMALIN!!! a. Mengenal Formalin b. Nama lain dari formalin c. Manfaat formalin d. Sifat formalin e. Bahaya formalin bagi kesehatan

FORMALIN!!! a. Mengenal Formalin b. Nama lain dari formalin c. Manfaat formalin d. Sifat formalin e. Bahaya formalin bagi kesehatan Semester : II (Dua) Program Studi : Pendidikan Biologi Mata Kuliah Dosen : Pengelolaan Laboratorium : Rabiatul Adawiyah, S.Pd, M.Pd a. Mengenal Formalin b. Nama lain dari formalin c. Manfaat formalin d.

Lebih terperinci

Mengenal Formalin. (introduction of Formalin) Disadur dari : Departemen Kesehatan Indonesia

Mengenal Formalin. (introduction of Formalin) Disadur dari : Departemen Kesehatan Indonesia Mengenal Formalin (introduction of Formalin) Disadur dari : Departemen Kesehatan Indonesia Lisensi Tutorial: Copyright 2006 Oke.or.id Seluruh tulisan di oke.or.id dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan

Lebih terperinci

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia berbahaya pada makanan sering kita temui pada berbagai jenis produk seperti makanan yang diawetkan, penyedap rasa, pewarna makanan,

Lebih terperinci

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( )

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( ) AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan (121411048) Widya Fiqra (121411061) Yulia Endah Permata (121411062) Pengertian Reaksi Terhadap Zat Lain AlCl₃ Kegunaan dan Manfaat MSDS Proses Pembuatan KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde,

BAB 1 PENDAHULUAN. oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Formalin (CH 2 O) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari hidrogen, oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde, methanal, methylen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah menghasilkan berbagai jenis produk yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Dengan perkembangan produk yang semakin luas,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah Laboratorium Kimia Analis Kesehatan,

Lebih terperinci

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL Metanol adalah bentuk paling sederhana dari alkohol yang biasa digunakan sebagai pelarut di industri dan sebagai bahan tambahan dari etanol dalam proses denaturasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga Acetid acid (Acidum aceticum), akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga Acetid acid (Acidum aceticum), akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asam Asetat 1. Definisi Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga Acetid acid (Acidum aceticum), akan tetapi di kalangan masyarakat asam asetat biasanya disebut cuka atau asam

Lebih terperinci

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE 1. N a m a Golongan Mineral Sinonim/Nama Dagang (1,2) Tidak tersedia. Selenium aspartat merupakan komposisi dari sodium selenite, l-aspartic acid, dan protein sayur

Lebih terperinci

BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA

BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA 1417031006 Tabel Bahan Kimia Berbahaya No Nama Bahan Kimia Simbol Keterangan 1 Natrium Peroxide Oksidasi Korosif 2 Acrylamide 3 Sodium Hidroxide Korosif 4 Napthalene

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan

Lebih terperinci

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL 1. N a m a Golongan Essential Oil Sinonim / Nama Dagang (3) Cannabis chinense; Cannabis indica; Hempseed oil Nomor Identifikasi Nomor CAS : 68956-68-3 (1,7) Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Imidacloprid 10% Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Kimida 10 WP Nama Kimia : (E)-1-(6-chloro-3-pyridylmethyl)-N-nitroimidazolidin-2-

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM

PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM Peredaran bahan kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping memberikan manfaat yang besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar terhadap manusia terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam percobaan ini mengunakan metoda spektrometri yang pengukuran secara kuantitatif. Namun percobaan ini tidak jauh berbeda dengan percobaan sebelumnya karena percobaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau mencegah tumbuhnya mikroorganisme, sehingga tidak terjadi proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau mencegah tumbuhnya mikroorganisme, sehingga tidak terjadi proses 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Zat Pengawet 1. Definisi zat pengawet Zat pengawet adalah bahan yang ditambahkan dengan tujuan menghambat atau mencegah tumbuhnya mikroorganisme, sehingga tidak terjadi proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahu merupakan bahan makanan yang banyak diminati oleh masyarakat di Indonesia. Tahu yang kaya akan protein, sudah sejak lama dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Fipronil 50 g/l : Ken-Pronil 50 SC : 5-amino-1-(2, 6-dichloro-4-(trifluoromethyl)phenyl)-4-

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet

Material Safety Data Sheet 0 1 0 Health 1 Fire 0 Reactivity 0 Nama: Calcium sulfate Rumus Kimia: BaSO4 Material Safety Data Sheet Calcium Sulfate MSDS Bagian 1: Identifikasi Produk Personal Protection E Bagian 2: Identifikasi Bahaya

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Tim Penyusun. Kelompok 6 Kelas C

Kata Pengantar. Tim Penyusun. Kelompok 6 Kelas C Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat serta hidayah Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan panduan belajar dalam bentuk lembarkerja

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap perubahan/kondisi lingkungan yang dengan sifatnya tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat pemerintah telah melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA ANALISIS MAKANAN I IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR FORMALIN

MAKALAH KIMIA ANALISIS MAKANAN I IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR FORMALIN MAKALAH KIMIA ANALISIS MAKANAN I IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR FORMALIN Tugas makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analisis Makanan I Dosen pengampu Drs. Suseno, M.Si DISUSUN OLEH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di 1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di sektor industri menengah dan industri kecil atau industri rumah tangga. Perkembangan industri

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo Material Safety Data Sheet Resin Pinus Oleo Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Resin Pinus Oleo Sinonim : Pinus Resin Turpentin Identifikasi Perusahaan : Tradeasia International

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or preparedform, which are part of human diet. Artinya adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penetapan kadar larutan baku formaldehid Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada tabel 2. Hasil yang diperoleh dari penetapan

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS KIMIA FORMALDEHIDA DALAM PERALATAN MAKAN MELAMIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

KAJIAN ANALISIS KIMIA FORMALDEHIDA DALAM PERALATAN MAKAN MELAMIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK KAJIAN ANALISIS KIMIA FORMALDEHIDA DALAM PERALATAN MAKAN MELAMIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK [Study of Chemical Analysis of Formaldehyde in the Melamine Tableware Visible Spectrophotometry] Rita

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA Penjelasan gambar Zat aktif + pencampur Pestisida Sebagian besar pestisida digunakan di pertanian,perkebunan tetapi bisa digunakan di rumah tangga Kegunaan : - Mencegah

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat pemerintah telah melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjual makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk

BAB I PENDAHULUAN. penjual makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Medan, pada tahun 2010 terdapat 28.501 TPUM (Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan), salah satunya adalah pusat makanan jajanan.

Lebih terperinci

Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al.

Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al. Kamu tentunya pernah menyaksikan berita tentang penyalah gunaan formalin. Formalin merupakan salah satu contoh senyawa aldehid. Melalui topik ini, kamu tidak hanya akan mempelajari kegunaan aldehid yang

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Lambda-cyhalothrin 25 g/l : Taekwando 25 EC : (S)-α-cyano-3-phenoxybenzyl

Lebih terperinci

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.

Lebih terperinci

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau

Lebih terperinci

b. Mengubah Warna Indikator Selain rasa asam yang kecut, sifat asam yang lain dapat mengubah warna beberapa zat alami ataupun buatan.

b. Mengubah Warna Indikator Selain rasa asam yang kecut, sifat asam yang lain dapat mengubah warna beberapa zat alami ataupun buatan. ASAM DAN BASA A. Asam Apa yang kamu ketahui tentang asam? Asam berkaitan dengan salah satu tanggapan indra pengecap kita terhadap suatu rasa masam. Kata asam berasal dari bahasa Latin, yaitu acidus yang

Lebih terperinci

PERUBAHAN MATERI. Materi dapat berwujud padat, cair, dan gas. Materi berwujud padat mempunyai bentuk tertent

PERUBAHAN MATERI. Materi dapat berwujud padat, cair, dan gas. Materi berwujud padat mempunyai bentuk tertent mustofa PERUBAHAN MATERI A. PENGERTIAN MATERI Gambar apakah itu? Pengeboran minyak bumi selalu diikuti dengan pembakaran sisa pengeboran minyak bumi. Perubahan materi apakah yang terjadi pada pengeboran

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Materi dan perubahannya merupakan objek kajian dari ilmu kimia. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahannya. Ilmu kimia juga merupakan ilmu

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Glufosinate ammonium 150 g/l Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Kenbast 150 SL Nama Kimia : ammonium 4-(hydroxyl(methyl)

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Glyphosate Isopropylammonium 490 g/l : Kenfosat 490 SL : N-(fosfonometil)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keadaan Lokasi Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah sampel bermerek dan tidak bermerek yang diambil dibeberapa tempat pasar

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buah-buahan sangat penting bagi kesehatan. Mengkonsumsi buah-buahan setiap. secara kuantitatif maupun kualitatif (Rukmana, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Buah-buahan sangat penting bagi kesehatan. Mengkonsumsi buah-buahan setiap. secara kuantitatif maupun kualitatif (Rukmana, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan buah-buahan. Berdasarkan data Departemen Pertanian, Indonesia

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan lokasi penelitian di analisis di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kepadatan penduduk tertinggi. Berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia menurut provinsi tahun 2011 sekitar 241.182.182

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROTEIN SERTA ORGANOLEPTIK PADA BAKSO DAGING SAPI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax. Jl. Raya Merak Km. 7 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Telp. (0254) 570-42, Fax. (0254) 57-458 0 April 2007 7 November 204 PAGE OF 6 BAGIAN- : IDENTIFIKASI PERUSAHAAN DAN PRODUK KIMIA Nama produk Kimia :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar

Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar Sampah plastik sangat banyak dijumpai di Indonesia. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sudah dijejali plastik, bahkan hingga ditimbun dalam tanah. Sampah plastik juga terbawa

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: UJI KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN DI PASAR TRADISIONAL KOTA BANDA ACEH ABSTRAK

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: UJI KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN DI PASAR TRADISIONAL KOTA BANDA ACEH ABSTRAK Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 UJI KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN DI PASAR TRADISIONAL KOTA BANDA ACEH Ayu Nirmala Sari 1), Diana Anggraeyani 2), Fitria Nelda Fautama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. padatan lunak, yang merupakan endapan protein nabati. Tahu mempunyai masa simpan 2 hari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. padatan lunak, yang merupakan endapan protein nabati. Tahu mempunyai masa simpan 2 hari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tahu Tahu adalah salah satu jenis makanan yang dikenal secara luas di Indonesia dan digemari banyak orang. Tahu di buat dari kedelei yang di olah sedemikian rupa sehingga diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum aceticum,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum aceticum, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Asam Asetat 1. Definisi Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum aceticum, akan tetapi di kalangan masyarakat asam asetat biasa disebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah 12.101,66 km 2 dengan jumlah penduduk 1.044.284 jiwa. Khusus

Lebih terperinci

Perubahan zat. Perubahan zat

Perubahan zat. Perubahan zat Perubahan zat Perubahan zat A Sifat Zat 1. Sifat fisika Zat memiliki ciri khas masing-masing. Kawat tembaga dapat kamu bengkokkan dengan mudah, sedangkan sebatang besi sulit dibengkokkan. Ciri khas suatu

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan gizi manusia dan diminati berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak dan relatif murah harganya. Daging ayam mengandung 22 persen protein dan 74 persen air dalam 100 gram

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah lab. Kimia DIII Analis Kesehatan,

Lebih terperinci

terhadap lingkungan (Khomsan, 2003). Kemasan polistirena foam atau Styrofoam

terhadap lingkungan (Khomsan, 2003). Kemasan polistirena foam atau Styrofoam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia selain sandang dan papan yang sangat dibutuhkan bagi keberlangsungan hidup manusia. Pangan yang dimaksud dapat

Lebih terperinci

mem bentuk formasi yang khas. Pada air biasa sejumlah gaya yang memungkinkan molekul H

mem bentuk formasi yang khas. Pada air biasa sejumlah gaya yang memungkinkan molekul H ALMARHUM DR. Mu SHIK JHON, ahli struktur air Korea Selatan pernah melakukan riset terhadap penduduk Himalaya, Pa kistan Utara, dan Okinawa yang dikenal memiliki harapan hidup tinggi alias awet muda. Ternyata

Lebih terperinci

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN ASIN YANG DIPERJUAL BELKAN DI PUSAT PASAR SAMBU MEDAN TAHUN 2015

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN ASIN YANG DIPERJUAL BELKAN DI PUSAT PASAR SAMBU MEDAN TAHUN 2015 Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), 20-24 IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN ASIN YANG DIPERJUAL BELKAN DI PUSAT PASAR SAMBU MEDAN TAHUN 2015 M. Sinurat 1, Riris Andriana Siahaan 1 Program Studi

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Alpha-Cypermethrin 100 g/l Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Ken-Fas 100 EC Nama Kimia : (S)-α-cyano-3-phenoxy

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 5 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN

Lebih terperinci

PT. Kao Indonesia Chemicals

PT. Kao Indonesia Chemicals PT. Kao Indonesia Chemicals RANGKUMAN KESELAMATAN STRATEGI PRODUK GLOBAL EMAL 10P HD Dokumen ini adalah rangkuman komprehensif yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada publik secara umum tentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kecamatan Tilango merupakan bagian dari beberapa kecamatan yang ada di kabupaten Gorontalo yang memiliki 7 desa yakni desa Dulomo,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Bakso tusuk yang diperiksa adalah sebanyak 34 sampel yang diambil dari 17 kecamatan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tabel 3 dan 4 berikut adalah hasil

Lebih terperinci

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia

Lebih terperinci

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Keterangan: A = Agen (Agent) P = Pejamu (Host) L = Lingkungan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. energi, menyusun bahan makanan, merombak bahan makanan, memasukkan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. energi, menyusun bahan makanan, merombak bahan makanan, memasukkan atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Metabolisme merupakan suatau reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh makhluk hidup. Reaksi metabolisme tersebut dimaksudkan untuk memperoleh energi, menyimpan energi,

Lebih terperinci

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax. Jl. Raya Merak Km. 7 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Telp. (0254) 570-42, Fax. (0254) 57-458 0 April 2007 7 November 204 PAGE OF 6 BAGIAN- : IDENTIFIKASI PERUSAHAAN DAN PRODUK KIMIA Nama produk Kimia :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah zat di alam yang dalam kondisi normal di atas permukaan bumi ini berbentuk cair, akan membeku pada suhu di bawah nol derajat celcius dan mendidih pada suhu

Lebih terperinci

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material

Lebih terperinci

RANGKUMAN KESELAMATAN STRATEGI PRODUK GLOBAL EMAL 10G

RANGKUMAN KESELAMATAN STRATEGI PRODUK GLOBAL EMAL 10G Kao Corporation RANGKUMAN KESELAMATAN STRATEGI PRODUK GLOBAL EMAL 10G Dokumen ini adalah rangkuman komprehensif yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada publik secara umum tentang keselamatan

Lebih terperinci

BAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA. Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.

BAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA. Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap. BAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA Tujuan Pembelajaran Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap. Di sekitar kita terdapat bermacam-macam benda, antara

Lebih terperinci