BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Obyek: Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur Secara garis besar, Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur dapat diartikan sebagai bangunan yang mempunyai fungsi sebagai gedung atau tempat segala macam kegiatan yang terkait dengan arsitektur, mulai dari kegiatan sosial dan pendidikan yang dikemas secara apresiatif, edukatif, komunikatif dan rekreatif. Dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur membantu memberikan sebuah solusi baik bagi kalangan akademis, praktisi, dan masyarakat. Berikut ini adalah definisi mengenai Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur: Kajian Non-Arsitektural Pusat Kegiatan adalah titik tengah atau tempat yang letaknya di bagian tengah. Dalam arti lain pusat sendiri bukan hanya sebatas tempat yang diposisikan, melainkan sebagai pokok pangkal atau pumpunan dari beberapa urusan, hal, kegiatan dll. Makna Dokumentasi sendiri adalah berasal dari bahasa latin yaitu docere, yang berarti mengajar. Pengertian dari kata dokumen ini seringkali digunakan para ahli dalam dua pengertian sebagai berikut: 7

2 1. Berarti sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan dari pada kesaksian lisan, artefak, peninggaalan-peninggalan terlukis, dan petilasanpetilasan arkeologis. 2. Diperuntukan bagi surat-surat resmi dan surat-surat negara seperti surat perjanjian, undang-undang, hibah, konsensi, dan lainnya. Lebih lanjut, Gottschalk menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertiannya yang lebih luas lagi berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis. Sedangkan arsitektur sendiri adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. ( diakses pada tanggal 24 September 2012) Kajian Arsitektural Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur merupakan fasilitas publik yang sifatnya kompleks dan dengan fungsi utama yang dapat mewadahi kegiatan arsitektur yang meliputi: auditorium, wokshop, library, studio, dan art space. Sedangkan fungsi skundernya meliputi: gallery, exhibition, dan bamboo garden. 8

3 A. Auditorium Auditorium merupakan fasilitas utama dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur, karena kegiatan yang dilakukan lebih banyak mengenai pertemuan-pertemuan. Baik pertemuan sesama akademisi maupun praktisi. Selain itu fungsi auditorium dalam Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur adalah tempat pelaksanaan seminar, bedah karya, dan talkshow terkait dengan arsitektur. Pada auditorium terdapat beberapa ruang yang dibutuhkan untuk mendungung kelengkapan fasilitas yang ada pada auditorium, antara lain aula, ruang proyektor, dan ruang ganti. Dari ruang-ruang tersebut kemudian dikaji sesuai dengan perhitungan kebutuhan luasan ruang untuk menghasilkan luasan akhir yang dipakai menjadi standar dalam bangunan auditorium. Dari beberapa ruang tersebut, dibedakan dalam zonasi dan pencapaiannya sesuai dengan sifat dari masing-masing ruangan. berikut ini adalah gambaran mengenai zonasi pada layout auditorium: Gambar 2.1 Layout Auditorium (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data 1996 : 275) 9

4 Dari gambar di atas, diperoleh standar gambaran umum zonasi ruang pada auditorium. Lebih jauh lagi ruang-ruang pendukung auditorium antara lain dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Auditorium Utama Auditorium utama merupakan fungsi pokok dalam kegiatan baik itu pertemuan, kuliah tamu, talkshow, seminar dll. Adapun standar-standar yang harus diperhatikan dalam merancang auditorium menurut Ernst Neufert (1996) adalah sebagai berikut: Gambar 2.2 Layout Auditorium (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data 1996 : 268) Dari uraian gambar di atas, gambaran batas pendengaran sangatlah diperhatikan karena luasan ruang yang lebar membuat audience semaksimal mungkin dapat mendengar dari podium. Selain itu batas ketinggian mata juga perlu diperhatikan karena terkait dengan pendengaran yang disebutkan di atas. Batas ketinggian mata harus bisa menyeimbangkan dengan podium sehingga ada titik temu. Untuk podium memiliki ketinggian 30cm dari dasar lantai. Sedangkan jarak duduk antara audience memiliki jarak 90cm dan tinggi tangga 30cm, 10

5 sehingga titik temu dari podium sampai ke posisi audience paling tinggi tetap memiliki titik pertemuan. b) Ruang Proyektor Ruang proyektor merupakan ruang kontrol apa yang ditampilkan pada layar podium. Menurut Ernst Neufert (1996) ruang kontrol proyektor terdiri dari alat proyeksi yang besar, proyektor film 16mm, proyektor gambar kecil, dan proyektor kerja. Adapun standar perletakan dapat dijelaskan melalui gambar berikut: Gambar 2.3 Posisi Proyektor atau Proyeksi (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data 1996 : 268) Dari uraian gambar dapat diketahui standar tata letak proyektor atau proyeksi. Standar-standar tersebut dapat di klasifikasikan kebutuhan ruangan proyektor adalah 5,875 m 2. B. Workshop Secara umum, workshop merupakan sarana penunjang yang ada pada Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur. Fungsi workshop dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur sebagai ruang produksi atau pengaplikasian desain atau hasil karya berupa pruduk skala kecil maupun besar. Skala besar 11

6 misalkan berupa instalasi atau pavilion yang nantinya hasil aplikasi juga dipamerkan dalam galeri untuk diperjual belikan dan juga sebagai pembelajaran. Pembagian ruang pada workshop 1 pembagian ruang antara lain adalah gudang material dan ruang produksi. a) Gudang Material Gudang material merupakan tempat atau ruang penyimpanan material yang dikhususkan pada bahan-bahan mentah seperti kayu dan bambu. Properti atau produk yang sudah diaplikasikan pada wujud nyata. Di bawah ini dijelaskan mengenai sistematika atau tata ruang yang menjadi acuan dalam menentukan standar yang akan dipakai pada workshop adalah sebagai berikut: Gambar 2.4 Skema Ruang Pada Workshop (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data 1996 : 67) Dari gambar di atas merupakan acuan untuk standar gudang material. Gudang sebagai penyimpanan material antara lain material kayu dan bambu dan material bangunan lainnya. Gambar di atas merupakan standar layout pabrik kayu, akan tetapi standar ruang untuk gudang material pada workshop mengacu pada skema ruang tersebut. Diketahui standar ruang gudang material adalah 750 m². dengan pola pencapaian langsung dikarenakan pengguna tidak hanya pengelolah, 12

7 melainkan ada aktivitas transportasi pengangkut bahan-bahan material seperti kayu bambu dll. b) Ruang Produksi Ruang produksi merupakan fasilitas utama pada workshop 1. Karena sebagai tempat produksi atau tempat pembuatan dan pengaplikasian sebuah desain. Standar ruang produksi juga mengacu pada skema ruang standar pabrik kayu. Karena standar produksi dilengkapi dengan beberapa mesin dan perlengkapan alat lainnya seperti mesin gergaji atau pemotong dan alas kerja. Untuk luasan standar ruang produksi juga hamper sama dengan gudang material. Hanya saja ruang produksi tingkat akoustiknya perlu diperhatikan karena adanya ruang mesin. Luas standar yang diketahui adalah 350 m² beserta alat-alat ataupun mesin di dalamnya. C. Library Dalam arti tradisional, perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah. Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri. Perpustakaan dapat juga diartikan sebagai kumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia. Oleh karena itu perpustakaan modern telah didefinisikan kembali sebagai tempat untuk mengakses informasi dalam format apapun, apakah informasi itu disimpan dalam gedung perpustakaan tersebut atau tidak. Dalam perpustakaan modern ini 13

8 selain kumpulan buku tercetak, sebagian buku dan koleksinya ada dalam perpustakaan digital ( dalam bentuk data yang bisa diakses lewat jaringan computer ). Perpustakaan dan bahan bacaan adalah dua kata yang saling bertautan. Karena di perpustakaanlah bahan pustaka dikumpulkan, diproses, dan disebarluaskan (didistribusikan) kepada para pembaca atau pemakai perpustakaan. Adapun koleksi perpustakaan di negara kita sebagian besar berupa buku atau book material dan masih jarang perpustakaan yang memiliki koleksi berupa non-book material seperti film, kaset film strip, slides, piringan hitam, peta, globe, dan sebagainya. Dalam perkembangannya perpustakaan dirancang untuk menampung kegiatan yang berhubungan dengan kelengkapan sarana membaca. Pola kegiatan yang pada umumnya perlu dilakukan oleh ketiga unsur utama: perangkat lunak dan keras bahan pustaka, para pengguna atau pembaca maupun kesatuan karyawan yang mengelola perpustakaan dapat berbeda-beda tergantung pada kebijakan organisasi. Walaupun mungkin terdapat pada dinding luar, sedapat mungkin ruangan ditata sedemikian rupa sehingga tidak langsung terkena pantulan sinar matahari, untuk menghindari kebisingan maka peletakan yang tidak langsung di dekat jalan raya lalu lintas yang ramai akan lebih menguntungkan. Ruangan kerja sebaiknya dilindungi dengan memasang layar pemantul cahaya matahari langsung. Kebutuhan jenis area kerja disesuaikan dengan fungsi yang berbeda. Baik ruang kerja perseorangan ataupun kelompok harus kedap suara. 14

9 Perpustakaan yang ada pada Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur ini merupakan perpustakaan ilmu pengetahuan dalam bidang arsitektur. Kesatuan ruang yang dapat dikembangkan dengan fleksibilitas atau dirancang dengan pola yang tidak permanen. Misalnya dinding dirancang tidak memikul sehingga dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan yang timbul. Dari sini dikembangkan sistem modular dengan konstruksi grid, sehingga tidak perlu dikhawatirkan bilamana terdapat perbedaan pembebanan karena pemasangan rak menerus yang lebih tinggi di atas plat lantai dengan kemampuan daya pikul tertentu. Perluasan secara vertikal atau horizontal harus sudah diperhitungkan dalam program perancangan gedung perpustakan. Dengan demikian maka penanganan buku (lalu-lintas buku), dan arus para pengguna (lalu-lintas pengguna) tidak saling bertabrakan dalam ruang pada permukaan lantai yang sama. Pengadaan untuk perlengkapan transportasi dan energi (sirkulasi udara, pengaturan suhu dan pencahayaan) lebih dahulu ditata secara teratur. Jalur pejalan kaki diusahakan bebas dari persilangan. Lalu lintas dari para pegawai administrasi perpustakaan dan jalur bagi para pengguna atau pembaca sebaiknya terpisah. Berikut merupakan contoh penataan meja baca di dalam perpustakaan. Gambar 2.5 Ruang Perpustakaan (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) 15

10 Pencahayaan pada ruang kerja disesuaikan dalam rasio perbandingan 10:3:1 (buku-permukaan meja-latar belakang). Ruang tunggu lux, gudang lux, kantor dan administrasi lux, ruang-ruang baca serta ruang catalog lux. Pengaturan pencahayaan ntuk daerah kerja sebaiknya dapat dicapai dan diatur secara individu, selain itu penghawaan juga menjadi hal penting dalam perencanaan perpustakaan ini. Untuk ruang baca atau ruang dengan pencapaian bebas: c pada musim panas 20 0 c, pada musim dingin 50-60% rel. kelembapan udara 6-7 perputaran penggubahan udara/per jam. Gambar berikut merupakan model penataan rak-rak buku. Gambar 2.6 Ruang Perpustakaan (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) D. Studio Dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur merupakan salah satu bagian dari fungsi primer. Fungsi studio terbagi menjadi tiga bagian yaitu dapat dijabarkan sebagai berikut: 16

11 1. Architectural Studio Dalam studio arsitektur, fasilitas di dalamnya terdapat meja gambar sebagai media pembelajaran dan kegiatan menggambar bagi mahasiswa arsitektur. Berikut gambaran mengenai standar yang dipakai adalah sebagai berikut: Gambar 2.7 Skema Ruang Pada Workshop (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data 1996 : 21) Selain meja gambar, studio arsitektur juga dikengkapi dengan Laboratorium Komputer sebagai media pelatihan berbagai macam kegiatan yang berkaitan dengan komputer dan multimedia. Berikut gambaran mengenai standar meja komputer yang dipakai. Gambar 2.8 Meja Komputer (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data 1996 : 21) 17

12 Dari standar gambaran di atas, meja computer berlaku juga bagi studio fotografi dan studio desain grafis. Hanya saja tergantung dengan jumlah yang dibutuhkan pada studio foto dan studio desain. 2. Photography Studio Studio foto merupakan fasilitas atau media pembelajaran mengenai dokumentasi berupa foto. Di dalam studio foto ada beberapa perlengkapan yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut: a. Cable Release b. Electronic Flash Head c. Kabel Sinkronisasi d. Tiger dan receiver e. Alat pengukur cahaya (flash meter atau light meter) f. Alat pengukur suhu warna (color meter) g. Standar reflector h. Reflector i. Payung Studio j. Soft Box k. Octo Dome l. Snoot m. Background atau layar studio & stand. Penjelasan di atas merupakan acuan untuk mendapat standar luasan untuk studio foto pada perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur. Berikut gambaran mengenai interior studio foto. 18

13 Gambar 2.9 Interior Studio Foto (Sumber: 3. Graphic Design studio Studio desain grafis merupakan merupakan studio yang difokuskan sebagai media pembelajaran dan penunjang kegiatan arsitektur. Bentuk kegiatannya berupa pelatihan multimedia sebagai bekal untuk pembelajaran mengenai sistem penyajian dalam arsitektur seperti penyajian presentasi berupa poster dan animasi. Lebih jauh lagi kebutuhan akan ruang studio desain ini hanya difasilitasi dengan adanya perangkat komputer. E. Gallery Dalam Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur ruang utama yang dibutuhkan adalah dengan adanya gallery. Ruang ini digunakan untuk memamerkan dan mengoleksi karya-karya arsitektur berupa maket dan poster. Selain itu pengertian lain dari galeri adalah ruang atau gedung tempat memamerkan benda atau karya seni. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:32) Galeri atau gallery berasal dari kata latin, diartikan sebagai ruang beratap dengan satu sisi terbuka. Di Indonesia gallery diartikan sebagai ruang atau bangunan tersendiri yang dipakai untuk memamerkan karya seni, seperti lukisan, barang antik, patung-patung dll. (Encyclopedia Nasional Indonesia, 1989:23). 19

14 Adanya kaitan yang erat antara museum, gallery, artshop terutama dari segi pameran karya seninya. Standar ruang atau bangunan dan suasana yang ingin dicapai memiliki persamaan. Sedangkan perbedaannya, museum hasil karya seni tidak bisa dibeli sedangkan pada galeri bisa dibeli serta hasil karyanya lebih ditunjukan untuk seni itu sendiri. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik sebuah pengertian bahwa galeri adalah tempat atau ruang yang digunakan sebagai memamerkan karya dalam bentuk dan penataan secara estetis. Galeri bukan saja digunakan sebagai pusat hiburan, melainkan sebagai pengembang wawasan dan edukasi setiap pengunjung. Gallery dibagi menjadi beberapa bagian antara lain sebagai berikut: 4. Architectural Gallery Merupakan galeri yang dikhususkan untuk memamerkan hasil karya arsitektural yang berbentuk poster, maket, dan property. 5. Photography Gallery Merupakan galeri yang dikhususkan untuk memamerkan hasil karya berupa foto. 3. Graphic design Gallery Merupakan galeri yang dikhususkan untuk memamerkan hasil karya berupa poster. 4. Memorial Gallery Merupakan galeri yang dikhususkan berupa instalasi video. Memorial video dibentuk karena Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur merupakan sarana pembelajaran yang sifatnya edukatif dan rekreatif. Sifat rekreatif ditunjukkan 20

15 dengan adanya ruang memorial yang mana tujuannya agar pengunjung dapat mengenang, merasakan bagaimana nilai-nilai lokalitas arsitekturnya perlu dikembangkan lagi. 5. Culture Gallery Merupakan galeri yang dikhususkan untuk penyimpanan atau dokumentasi yang berkaitan dengan keragaman budaya arsitektur yang ada di Indonesia. Penyimpanan dan dokumentasi berupa foto, poster, dan miniatur rumah adat yang ada di Indonesia. F. Exhibition Pengertian exhibition menurut kamus Oxford Learner s Pocket yakni: Exhibition is public show of pictures Exhibition is act of showing a skill, a feeling or kind of behavior Exhibition atau pameran juga diartikan suatu kegiatan penyajian karya seni rupa untuk dikomunikasikan, sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat luas. Dalam prakteknya, pameran biasanya terjadi dalam museum, galeri dan ruang pameran, dan pameran dunia. Pameran meliputi apapun seperti di museum seni utama dan galeri seni kecil; pameran interpretatif, seperti di museum sejarah alam dan museum sejarah, dan pameran komersial, atau pameran perdagangan. Pameran juga dapat menampilkan suatu kegiatan permanen atau sementara, tetapi dalam penggunaan umum, pameran dianggap bersifat sementara dan biasanya dijadwalkan untuk membuka dan menutup pada tanggal tertentu. Sementara banyak pameran ditampilkan hanya dalam satu tempat, beberapa pameran yang ditampilkan di berbagai lokasi. Pameran merupakan peristiwa- peristiwa umum, 21

16 konsep pameran cukup luas dan meliputi banyak variabel. Arsitek, desainer pameran, desainer grafis dan desainer lainnya mungkin diperlukan untuk membentuk ruang pameran dan memberi bentuk kepada isi editorial. (http//wikipedia.org/wiki/pameran, diakses 21 november 2012). Pameran pada dasarnya memilki banyak jenis sesuai dengan tema yang akan dipertunjukkan, mulai dari pameran bertema seni, sains, atau pameran yang komersil yang merupakan bentuk dalam usaha jasa pertemuan penjual dan pembeli. Secara sifatnya pameran memilki beberapa jenis, akan tetapi dalam Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur jenis pameran yang diterapkan adalah pameran temporer. Pameran Temporer (Temporary Exhibition) Pameran tunggal atau pameran bersama yang menyajikan karya-karya seni rupa dalam jangka waktu tertentu yang diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia atau kerjasama dengan pihak lain. Waktu penyelenggaraan Pameran Temporer berlangsung minimal selama 10 hari, maksimal berlangsung selama 30 hari. Pameran seni mencakup sebuah hasil karya berupa bentuk seperti lukisan, gambar, kerajinan, patung, instalasi video, instalasi suara, pertunjukan, seni interaktif, dan lain-lain. Pameran Seni dapat fokus pada satu seniman, satu kelompok, satu genre, satu tema atau satu koleksi, yang menunjukkan suatu hasil karya seni. Pameran arsitektur berisi tentang media atau objek yang dipamerkan sehubungan dengan bidang arsitektur. Media-media yang dimuat dalam pameran 22

17 arsitektur berupa poster, foto, miniatur atau maket, dan properti. Berikut salah satu contoh interior Exhibition at Museum of Finnish Architecture. Gambar 2.10 Interior Exhibition (Sumber: Menurut Ernst dan Peter Neufert dalam buku data arsitek ruang pameran untuk karya seni dan ilmu pengetahuan umum, dan ruang-ruang itu haruslah: 1. Terlindung dari gangguan, pencurian, kelembapan, kering dan debu. 2. Mendapatkan cahaya yang terang, merupakan bagian dari pameran yang baik. Dalam ruangan lukisan ( tembaga, gambar tangan dan lain-lain ). Map disimpan dalam lemari yang dalamnya 80cm tingginya 60cm. Sesuatu yang khusus untuk publik ( lukisan-lukisan minyak, lukisan dinding pameran yang berubah-ubah). Suatu pameran yang baik seharusnya dapat dilihat publik tanpa rasa lelah, penyusunan ruang dibatasi dengan bentuk ruangan. Penyusunan setiap kelompok lukisan yang berada dalam satu dinding menyebabkan ruang menjadi lebih kecil. Bagian dinding dalam perbandingan bidang dasar sebagai ukuran besar merupakan hal penting terutama untuk lukisan-lukisan karena besarnya ruang 23

18 tergantung dari besarnya lukisan. Sudut pandang normal adalah 54 0 atau 27 0 terdapat pada sisi bagian dinding lukisan yang diberikan cahaya yang cukup 10m= 4,9m di atas mata kira-kira 70cm. Ruang exhibition harus memiliki pencahayaan yang baik. Tempat untuk menggantung lukisan yang baik adalah 30 0 dan 60 0 pada ketinggian ruangan 6,7m dan 2,13m untuk lukisan yang panjangnya 3,o4m sampai 3,65m. Pada instalasi gabungan tidak ada lorong memutar melainkan jalan masuk dari bagian samping. Terdapat bagian untuk pengepakkan, pengiriman barang dan administrasi, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini: Gambar 2.11 Exhibition Room (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) Gambar di atas menunjukkan mengenai pencahayaan di dalam ruang pamer untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung. Selain itu Lukisan yang kecil tergantung pada titik beban. Kebutuhan tempat lukisan 3-5 m 2 untuk 24

19 tempat hiasan gantung. Kebutuhan tempat material lukisan yakni 6-10 m 2 pada bidang dasar. Seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini mengenai jarak pandang di dalam ruang: Gambar 2.12 Exhibition Room (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) G. Bamboo Garden Bamboo Garden merupakan salah satu fasilitas yang ada dalam Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur. Bamboo Garden merupakan terjemahan fungsi-fungsi edukatif. Pengertian dari taman sendiri adalah menyusun, menata berbagai macam tanaman dengan menggunakan berbagai macam media tanam serta elemen-elemen tambahan dan juga wadah yang digunakan agar terlihat keindahannya, kenyamanannya dan kesejukannya. Dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur ini penggunaan taman lebih dispesifikkan terhadap penanaman bambu, perawatan dan juga maanfaat penggunaan bambu yang dapat diaplikasikan kedalam elemen-elemen arsitektural. Dengan alasan bambu saat ini hampir punah dan perlu adanya pembudidayaan agar bambu di Indonesia tetap ada. 25

20 Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang mempunyai batang berongga dan beruas-ruas, banyak sekali jenisnya dan banyak juga memberikan manfaat pada manusia. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat bambu ditanam. Bambu merupakan sumber bahan bangunan yang dapat diperbaharui dan banyak tersedia di Indonesia. Dari sekitar jenis bambu di dunia, 140 jenis atau 11% nya adalah spesies asli Indonesia. Orang Indonesia sudah lama memanfaatkan bambu untuk bangunan rumah, perabotan, alat pertanian, kerajinan, alat musik, dan makanan. Namun, bambu belum menjadi prioritas pengembangan dan masih dilihat sebagai "bahan milik kaum miskin yang cepat rusak". Pemanfaatan bambu harus didukung oleh upaya reboisasi dan pengelolaan yang ramah lingkungan. Dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur berupaya menjaga ketersediaan bambu, tidak hanya untuk kebutuhan produksi, akan tetapi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan kualitas lingkungan. Bambu menghasilkan biomassa tujuh kali lipat dibanding hutan pepohonan. Selain itu rumpun bambu berperan dalam mencegah erosi karena dapat memperkuat ikatan partikel dan menahan pengikisan tanah. Berikut jenis-jenis bambu yang ditemukan dijawa yang kemudian dibudidayakan dalam Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur. 26

21 1. Bambu petung atau betung (Dendrocalamus asper). Bambu ini tumbuh subur di hampri semua pulau besar di Indonesia. Memiliki dinding yang tebal dan kokoh serta diameter yang dapat mencapai lebih dari 20 cm. Dapat tumbuh hingga lebih 25 meter. Bambu petung banyak digunakan untuk tiang atau penyangga bangunan. Juga sering di belah untuk keperluan reng atau usuk bangunan. Bambu petung yang paling umum ada dua jenis yakni dan petung hitam seperti yang terlihat pada gambar berikut: Gambar 2.13 Bambu Petung atau Dendrocalamus asper (Sumber: 2. Bambu hitam atau bambu wulung (Gigantochloa atroviolacea). Banyak tumbuh di jawa dan sumatra. Jenis bambu ini dapat mencapai diameter hingga 14 cm dan tinggi lebih dari 20 meter. Banyak digunakan sebagai bahan bangunan dan perabot bambu karena relatif lebih tahan terhadap hama. Gambar 2.14 Bambu Wulung atau Gigantochloa atroviolacea (Sumber: 27

22 3. Bambu apus atau tali (Gigantochloa apus). Jenis ini banyak digunakan sebagai komponen atap dan dinding pada bangunan. Diameter antara 4-10 cm. Juga sangat cocok untuk mebel dan kerajinan tangan. Gambar 2.15 Bambu apus atau Gigantochloa apus (Sumber: Karenanya, pemanfaatan bambu harus diintegrasikan dengan upaya pelestarian agar bambu tetap tersedia dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik. Dengan pengelolaan bambu yang meliputi pembudidayaan, pengelolaan rumpun, dan pengembangan produk yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Selain itu dalam bamboo garden sendiri terdapat ruang kelas atau kuliah sebagai media pembelajaran, penelitian dan juga pengaplikasian. Berikut gambaran standar mengenai ruang kelas. Gambar 2.16 Ruang Kelas atau Kuliah (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) 28

23 Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur ini selain mewadahi fungsi primer sebagai wadah kegiatan arsitektur terdapat fungsi penunjang yang akan diwadahi sebagai area untuk menambah ilmu dan wawasan dunia arsitektur. Ruang-ruangnya meliputi: H. Food Court Food Court merupakan salah satu fasilitas penunjang yang ada pada Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur. Untuk dapat makan dengan nyaman, seseorang membutuhkan meja dengan lebar rata-rata 60 cm dan ketinggian 40 cm. Lebar keseluruhan untuk sebuah meja yang ideal adalah cm. Jarak antara meja dengan diniding kurang lebih 75 cm, karena satu kursi membutuhkan 50 cm ruang gerak, pengaturan ruangan antara meja dan dinding sebagai area untuk sirkulasi 100cm. berikut gambaran mengenai food court. Gambar 2.17 Interior Food Court (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) Gambaran di atas merupakan gambaran interior food court dengan pola pengaturan tempat duduk melingkar baik itu tepat duduk dengan kapasitas banyak maupun hanya dengan kapasitas 2-4 orang. Berikut standar penerapan pola tempat duduk yang nantinya akan diterapkan pada rancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur. 29

24 Gambar 2.18 Food Court (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) Gambaran di atas merupakan gambaran mengenai standar tempat duduk pada food court Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur. Selain gambaran standar gambaran pola tempat duduk, yang perlu diperhatikan lagi jarak anatara tempat duduk dan sirkulasi pejalan kaki agar nantinya pengunjung tidak saling bertabrakan atau berdesakan. Berikut gambaran mengenai standar sirkulasi berdasarkan besaran modul meja dan penggunanya. Gambar 2.19 Food Court (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) 30

25 Media utama sebuah tempat makan adalah ruang duduk. Jumlah meja atau kursi sebaiknya dikelompokan secara teratur. Bentukan dan ukuran meja-meja dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Ketinggian lampu di ruang pengunjung adalah 5 m 2 = 2,50 m, lebih dari 50 m 2 = 2,75 m, lebih dari 100 m 2 = 3,00 m di atas atau di bawah balkon 2,50 m. I. Administrasi dan Pengelola Dalam perancangan Ruang Administrasi dan Pengelola perlu adanya tata ruang yang baik agar hubungan organisasi perkantoran dan konsepsi ruangan dapat selaras. Luas bidang tempat kerja berlandaskan peraturan ketenagakerjaan. Ruang kerja minimum 8 m 2 luas lantai, ruang gerak bebas masing-masing karyawan minimum 1,5 m 2 atau lebar 1 m. Ruang udara minimum 12 m 3 pada aktivitas yang dilakukan sambil duduk, minimum 15 m 3. Kedalaman ruangan tergantung pada luas ruangan. Kedalaman rata-rata ruang kantor 4,50-6,00 m. Berikut merupakan gambaran standar dari ruang kantor: Gambar 2.20 Administrasi dan Pengelola (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) 31

26 Gambaran di atas merupakan standar pola penataan meja pada Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur nantinya. Selain itu gambaran di atas juga menjelaskan gambaran standar kenyamanan bagi pengguna. Dengan ketinggian meja yang dianjurkan kurang lebih 75 cm. lebih jauh dalam ruang administrasi dan pengelola yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan sebuah lemari penyimpanan barang maupun dokumen-dokumen. Berikut standar gambaran mengenai kebutuhan lemari penyimpanan pada ruang administrasi dan pengelola. Gambar 2.21 Administrasi dan Pengelola (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) J. Gudang Kebutuhan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi tak luput dari kebutuhan adanya gudang. Ruang ini berfungsi untuk tempat penyimpanan perlengkapan, baik perlengkapan untuk pameran dan alat-alat lain yang dibutuhkan dalam sebuah ruang pamer atau exhibition. Di bawah ini dijelaskan mengenai sistematika pembagian gudang (pergudangan), yaitu pembagian sistem pergudangan yang 32

27 menjadi acuan dalam menentukan standar yang akan dipakai dalam Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur adalah sebagai berikut: Gambar 2.22 Gudang (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) Dari gambaran di atas, Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur menggunakan sistem gudang statis, karena pergudangan pada gallery lebih terarah pada sistem pergudangan yang melayani penyimpanan barang-barang untuk pameran atau exhibition saja, tidak melayani pergudangan secara sentral ke bangunan pendukung lain selain gallery. Setelah ditetapkan sistem pergudangan yang dipakai, maka kajian selanjutnya adalah mengenai bagian-bagian dalam ruangan yang dipakai sebagai standar perancangan. Di bawah ini adalah gambar standar pemakaian perabot gudang yang dipakai serta dimensinya: 33

28 Gambar 2.23 Standar dimensi gudang (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) Dari gambar di atas diperoleh standar untuk dimensi gudang. Tinggi maksimal rak atau lemari penyimpanan adalah 3m. sedangkan lebar tiap rak 2,7m dan lebar 3m. K. Masjid Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur merupakan bangunan dengan banyak fungsi dan kompleks massa sebagai pusat kegiatan dan pembelajaran bagi kalangan akademis, instansi, dan masyarakat. Tak hanya itu, kebutuhan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur tak lengkap jika tanpa adanya sarana ibadah untuk pengunjung yaitu masjid. Pembagian ruangan pada masjid merupakan ruang yang pada umumnya digunakan pada masjid, antara lain area sholat, serambi, ruang pengelola, gudang, dan toilet. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai standar ruang-ruang yang ada pada masjid yang diperhitungkan dari perabot dan kapasitas pengguna. a. Ruang sholat Ruang sholat arahnya mengikuti suatu ruang yang lebih kecil untuk satu orang yang berukuran 0,85 m 2. Ruang itu merupakan ruang persegi panjang yang arahnya berkiblat ke Makkah. Tempat sujud (mihrab) berada di dekat ruang 34

29 keluar, di samping mimbar yang biasa digunakan untuk sholat jumat. Dan tempat sholat antara laki-laki dan perempuan dipisah (Ernst dan Peter Neufert, 2002: 249). Berikut ini adalah standar zonasi masjid: Gambar 2.24 Standar Zonasi Masjid (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) Dari gambar di atas dapat dilihat standar zonasi ruang-ruang masjid, sementara standar untuk luasan masjid akan diperhitungkan dari banyaknya pengguna yang ada pada masjid serta beberapa perabot yang dibunakan seperti mimbar. Perhitungan luasan ruang sholat adalah dengan menggunakan perhitungan jumlah orang yang sholat dikalikan dengan standar dimensi per orang yaitu 0,85 m 2. Standar tersebut diperoleh dari gambar berikut: 35

30 Gambar 2.25 Standar Dimensi Orang Sholat (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) Dari gambar tersebut diperoleh standar seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Jumlah pengguna yang diperhitungkan adalah seperti perhitungan pada pengunjung yang datang, jumlah pengguna masjid adalah 300 orang/hari, dengan demikian, standar luasan yang digunakan untuk area sholat adalah 300 m 2. a) Serambi Serambi merupakan ruangan semi terbuka yang membedakan antara ruang luar masjid dan ruang dalam masjid. Pada serambi, standar luasan yang dipakai adalah sepertiga bagian dari ruang sholat, standar tersebut diperoleh dari gambar standar zonasi masjid seperti pada penjelasan sebelumnya. Jadi, dari perhitungan pada ruang sholat, dipakai sepertiga untuk luasan serambi masjid, yaitu 90 m 2 pada masing-masing sisi masjid. L. Parkir Pusat Kegiatan dan Dokumentasi arsitektur adalah bangunan dengan sistem kompleks oleh karena itu dibutuhkan sistem parkir yang central, namun di setiap massa terdapat parkir alternatif yang disediakan untuk kebutuhan dari setiap massa, misalnya untuk loading dock. Sedangkan untuk central, disediakan parkir 36

31 untuk bus, mobil dan motor. Jadi sistem parkir untuk bus menggunakan sistem parkir pararel, karena kebutuhan space untuk bus lebih besar. Berikut gambaran sistem parkir bus dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 2.26 Standar Sistem Parkir (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) Selain gambar sistem pararel untuk bus, mobil dan motor menggunakan sistem yang lain, yaitu sistem parkir dengan kemiringan 30. Berikut standar gambaran sirkulasi dengan pola kemiringan: Gambar 2.27 Standar Sistem Parkir (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) Dari gambar tersebut dapat dipakai sebagai perhitungan luas lahan parkir pada Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur. Banyaknya mobil diperhitungkan sesuai dengan banyaknya pengguna yang datang ke Pusat Kegiatan dan 37

32 Dokumentasi Arsitektur yaitu 500 orang dalam satu hari. Jumlah ini dipakai sebagai standar pengguna yang disesuaikan dengan fungsi bangunan untuk exhibition dengan perhitungan kapasitas bangunan. Lebih jauh lagi perhitungan jumlah kendaraan dipakai rata-rata menggunakan mobil dengan kapasitas 6 orang, mobil dengan kapasitas 4 orang, dan motor untuk 2 orang. Prosentasi yang dipakai adalah 50 % mobil dengan kapasitas 6 orang, 30 % mobil dengan kapasitas 4 orang, dan 20 % motor untuk 2 orang. jadi diperoleh perhitungan jumlah mobil tipe a (6 orang) adalah 84 mobil, jumlah mobil tipe b (4 orang) 75 mobil, dan 100 motor. Dari perhitungan tersebut digunakan untuk mengetahui jumlah luas parkir yang dibutuhkan untuk bus adalah dengan gambaran standar dimensi bus sebagai berikut: Gambar 2.28 Standar Dimensi Bus (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) Dari gambaran di atas dapat diketahui dimensi bus adalah 30 m 2, dengan demikian khusus parkir bus membutuhkan 90 m 2. Selain itu untuk standar dimensi mobil dapat diketahui lewat gambar berikut: Gambar 2.29 Standar Mobil (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) 38

33 Dari gambaran di atas dapat diketahui dimensi mobil pribadi adalah 12,98 m 2, dengan demikian khusus parkir bus membutuhkan 52 m 2 dengan kapasitas 13 mobil dengan jumlah penumpang 52 orang. Selain itu untuk standar dimensi motor dapat diketahui lewat gambar berikut: Gambar 2.30 Standar Motor (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) Dari gambar tersebut diketahui dimensi motor dipakai 2,5 m 2. Dengan demikian dibutuhkan luasan perkir untuk 100 motor adalah 250 m 2. Jadi, secara keseluruhan luasan untuk parkir adalah 392 m Kajian Tema: Dekonstruksi Arsitektur Istilah dekonstruksi pertamakali digunakan dalam Ilmu Kesustraan dan Ilmu Filsafat Perancis dengan arti sebagai metode. Pada tahun 1970-an deconstructivism atau deconstructivist architecture atau yang lazim disebut dekonstruksi hadir sebagai pelengkap langgam arsitektur. Arsitektur dekonstruksi juga dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan desain bangunan yang merupakan usaha-usaha percobaan untuk melihat arsitektur dari sisi yang lain (Zaha Hadid, 1998). 39

34 Gambar 2.31 Standar Motor (Sumber: Menurut Nietzche dan Derrida, Dekonstruksi adalah terdiri dari komponen de dan dis yang bila diartikan Dekonstruksi itu tidak sentral. Berikut beberapa pernyataan kunci oleh Derrida: 1) Dekonstruksi bukan semata-mata metoda kritis. 2) Sikap dekonstruksi senantiasa afirmatif, dan tidak negatif. 3) Dekonstruksi adalah suatu cara untuk mempertanyakan architecture dalam filosofi dan barangkali architecture sendiri. 4) Deconstructive Architecture adalah bukan untuk membangun sesuatu yang nyeleneh, sia-sia, tanpa bisa dihuni, tetapi untuk membebaskan seni bangunan dari segala keterselesaian yang membelenggu. 5) Dekonstruksi tidak sesederhana untuk melupakan masa lalu, tapi membuat inscripsi kembali yang melibatkan rasa hormat pada tradisi dalam bentuk memorial. 6) Dekonstruksi tidak semata-mata theoretikal, tetapi juga membina dan membangun struktur-struktur baru, namun tidak pernah menganggap selesai. 40

35 7) Dekonstruksi senantiasa memberikan perhatian dan pada kelipatgandaan, keanekaragaman dan mempertajam keunikan-keunikan yang tak dapat direduksi dari masing-masing. Dekonstruksi menolak secara seimbang terhadap yang menghubungkannya dengan sesuatu yang spesifik modern ataupun Post-modern Arsitektur Dekonstruksi 1. Teori Dekonstruksi Arsitektur dekonstruksi dalam pembahasan ini, perlu ditinjau secara singkat pemahaman Jacques Derrida tentang bahasa, metode dekonstruksi, serta kritiknya terhadap phonosentrisme dan logosentrisme. a) Metode Dekonstruksi Dekonstruksi menurut Derrida adalah metode membaca teks secara teliti, sehingga premis-premis yang melandasinya dapat digunakan untuk meruntuhkan argumentasi yang disusun atas premis tersebut. Derrida mengaitkan metode dekonstruksi dengan kritik terhadap "metaphysics of presence" yang menjadi acuan dasar para filosof tradisional. b) Phonosentrisme Usaha untuk mendekonstruksi oposisi antara bahasa ucapan dan bahasa tulisan menurut Derrida dapat dilakukan melalui kritik terhadap metaphysics of presence ia misalnya mengritik Hussed yang mencoba menemukan bukti kehadiran diri lewat suara. Husserl berargumentasi bahwa ketika berbicara, manusia berhadapan dengan dirinya secara berbeda dibanding ketika ia menulis. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa bahasa tidak lagi bersifat statis dan stabil 41

36 seperti yang diduga oleh para kelompok strukturalisme, elemen elemen bahasa tidak bisa didefinisikan, karena harus senantiasa dibaca ditelusuri dalam kaitan dengan yang lain. c) Logosentrisme Metapisika adalah sistem berfikir yang berlandas pada "oposisi binary", dua kutub yang satu dengan lain saling menyangkal, Oposisi binary mencerminkan suatu cara memandang atau ideologi yang cenderung menarik garis tegas antara apa yang bisa diterima dan apa yang harus ditolak, antara yang dianggap benar dan yang salah, antara permukaan dan isi. 2. Pelaksanaan Arsitektur Dekonstruksi Pendekatan metode aplikasi dekontruksi berada pada dua sisi yaitu Dekonstruksi Derridean dan Dekonstruksi Non Derridean, dimana Pembagian tersebut oleh penulis dikaitkan dengan titik berat komponen kata dekonstruksi itu sendiri oleh Derrida titik beratnya berada pada De dan Dis sedangkan untuk aplikasi pada sisi arsitektur itu sendiri sudah mempunyai reduksi ke konstruksi dimana titik berat berada pada kata konstruksi. Pada intinya penjabarannya berada pada ide atau konsep yang diterapkan oleh perencana arsitektur tersebut. A. Dekonstruksi Derridean a) Dekonstruksi Teks Dekonstruksi dapat dilakukan pada teks arsitektur seperti karya Vitruvius, Le Corbusier, dan penulis lainnya, dengan cara mencari kontradiksi intemalnya. b) Dekonstruki Program. 42

37 Dekonstruksi dapat dilakukan terhadap program yang dominan dalam tradisi arsitektur modern, seperti konsep estetika murni, kaitan bentuk dengan fungsi, dan lain lain. B. Dekonstruksi Non-Derridean Dekonstruksi Non Derridean mencakupi dekonstruksi bentuk dan struktur bangunan, yang didasarkan pada konsep konsep disruption, deviation, dan distortion sehingga menyebabkan stabilitas dan identitas bentuk bentuk murni terganggu. 1) Dekonstruksi Bentuk Arsitektural dekonstruksi dalam bentuk arsitektur dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain: a) Secara intelektual, melalui permainan sistem-sistem geometri yang komplek dan canggih, seperti banyak dilakukan oleh Peter Eisenman. b) Secara pragmatik atau mekanik, melalui model trial-and-error, sketsa dan eksperimen lapangan, seperti dilakukan oleh Frank Gehry, Zaha Hadid dan Coop Himmelblau. c) Secara intuitif, melalui pengembangan respons dan impuls kreatif dalam diri arsitek, seperti terjadi pada Rem Koolhaas dan OMA. 2) Dekonstruksi Struktur Dekonstruksi struktur umumnya dilakukan melalui metode pragmatis trial and eroor, dan dibedakan sebagai berikut: a) Dekonstruksi Konstruksi Massa seperti pada "Choral Work" karya Peter Eisenman dan Derrida. 43

38 b) Dekonstruksi Konstruksi. Bidang seperti pada "Best Products" karya James Wines dan Site atau "Berlin Museum" karya Daniel Libeskind. c) Dekonstruksi konstruksi rangka seperti pada karya karya Coop Himmelblau. 3. Aliran dalam Arsitektur Dekonstruksi Ada beberapa perbedaan aliran dalam dekonstruksi, yang nantinya membuat tiap arsitek akan memiliki ciri khas aliran sendiri. Bagian dekonstruksi tersebut sebagai berikut: 1) Fragmentation and Discontinuity Pecahan dan discontinuity. Aliran ini dianut oleh Frank Gehry yang telah memecahkan keseluruhan bentukan menjadi berbagai bagian pecahan dan menjajarkan pecahan-pecahan tadi dengan filsafat seni. 2) Neo Constructivist yang dipelopori Rem Koolhas dan OMA Inversional rotasi dari potongan-potongan besar menjadi dekomposisi perspektif. Tschumi yang memperlihatkan permainan sirkulasi, grid, strip, dan confetti. Dalam Neo constructivist, Zaha Hadid juga terkenal dengan flying beam dan cocktail stick. 3) Follies, Bernard Tschumi Persilangan antara late Constructivist Chernikov, estetik dari Kandinsky dan dekonstruksi Perancis (Foucault dan Derrida). Mereka ini terkenal dan diperhitungkan sebagai titik pergerakan kemajuan constructivist, akan tetapi ide dan bentuk yang sama disintesis dan diambil sebagai titik ekstrim oleh Daniel Libeskind. 44

39 4) Positive Nihilism, Peter Eisenman Tema ini selalu menomor duakan figure retorisnya dan disublimasi menjadi satu set perubahan. Hampir seluruh bagian arsitektur Peter Eisenman bersifat sangat abstrak (meskipun sekarang beberapa representasi konvensional telah masuk), tetapi ia tetap konsisten. 4. Prinsip Arsitektur Dekonstruksi Prinsip-prinsip Arsitektur Dekonstruksi, dapat diuraiakn sebagai berikut: 1) Tidak ada yang absolut dalam arsitektur. Tidak ada satu cara atau gaya yang terbaik. Gaya klasik, tradisional, modern, dan lainnya mempunyai posisi dan kesempatan yang sama untuk berkembang. 2) Tidak ada antologi dan teologi dalam artsitektur. Tidak ada tokoh atau figure yang perlu didewakan. 3) Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus segera diakhiri. Perkembangan arsitektur selanjutnya harus mengarah pada keragaman pandangan dan tata nilai. 4) Visiocentrism atau pengutamaan indera penglihatan dalam arsitektur harus diakhiri. Potensi indera lain harus dimanfaatkan pula secara seimbang. 5) Arsitektur tidak lagi identik dengan produk bangunan. Arsitektur terkandung dalam ide, gambar, model, dan fisik bangunan dengan jangkauan dan aksentuasi yang berbeda. Prioritas yang diberikan pada ide, gambar, model, kebangunan harus setara karena ide, gambar, dan model tidak hanya berfungsi sebagai simulasi atau representasi gedung, tetapi bisa menjadi produk atau tujuan akhir arsitektur. 45

40 Dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur, metode penerapan tema yang paling mendekati adalah metode atau prinsip arsitektur dekonstruksi deriddean, yaitu dekonstruksi program. Lebih jauh lagi, dalam metode atau prinsip dekonstruksi program Bernard Tschumi mendasarkan karyakaryanya melalui strategi disjunction. Tabel 2.1 Tabel Penjabaran Tema Dekonstruksi Program Cross Programming Mengkombinasikan dua program sedemikian rupa sehingga konfigurasi ruang program pertama mengkontaminasi program dan konfigurasi ruang kedua Prinsip Penjabaran Rancangan Intersection (Persimpangan) Repetition (Pengulangan) Qualification (Kualifikasi) Dapat melalui program ruang dan bentuk yang menyimpang dari biasanya Pengulangan yang ditekankan berupa perulanganperulangan bentuk atau program ruang yang sama sekali berbeda Mengklasifikasikan program-program ruang secara continuitas - Penerapan dapat berupa program ruang gallery dan exhibition yang cenderung lebih menekankan pada aspek-aspek visual, rasa, raba dan dengar. - Penerapan dapat berupa bentuk bangunan yang dicapi melalui aspek-aspek titikgaris-bidang yang membentyk sebuah ruang -Pengulangan sebuah program ruang dapat diterapkan pada program ruang temporary exhibition dan kebun Mengklasifikasikan program ruang berdasarkan pergerakanpergerakan ruang mulai dari memorial berupa galeri, exhibition berupa pameran hasil karya, kegiatan-kegiatan arsitektur berupa Studio, Auditorium, 46

41 Sumber : Analisis, 2012 Distortion (Pemutarbalikan) Fragmentation (Terbelah-belah) Pemutarbalikan yang menekankan pada dasar-dasar bentuk Pemutarbalikan yang menekankan pada dasar-dasar bentuk Perpustakaan, dan Workshop. Penerapan pada masing-masing karakter massa bangunan. Selain itu pola bentuk dan denah massa bangunan yang cenderung distorsi. Prinsip fragmentasi dapat diterapkan pada bentuk dan tampilan bangunan yang mana tiap-tiap massa bangunan memiliki karakter khusus akan tetapi tetap memiliki kesatuan dengan massa bangunan yang lain. 2.3 Kajian Kesilaman Tinjauan keislaman terkait dengan Perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur adalah tentang bagaiman menjalin suatu hubungan persaudaraan dan solidaritas antar sesama. Yang mana pada perancangan objek ini para arsitek dan mahasiswa dituntut untuk berperan aktif dalam memajukan perkembangan arsitektur yang ada di Indonesia dengan alasan lebih kuat untuk menjalin tali silaturrahim yang kuat agar selalu mendapat ridho Allah Swt. Kesetiaan kepada Allah, persaudaraan, dan solidaritas, adalah sifat-sifat penting orang beriman. Al-Qur'an mengatakan bahwa semua orang beriman adalah bersaudara. Mereka adalah orang-orang yang berbagi perasaan yang sama, berjuang untuk akhir yang sama, mengikuti kitab yang sama, dan berjuang untuk tujuan yang sama. Akibatnya solidaritas menjadi keunggulan alami dari sebuah 47

42 komunitas orang beriman. Allah memuji kasih sayang orang beriman ini di dalam ayat berikut: Berpegang teguhlah kamu sekalian pada agama Allah, dan janganlah kamu berpecah belah. Ingatilah karunia Allah kepadamu, ketika kamu dahulunya bermusuh-musuhan, lalu dipersatukan-nya hatimu, sehingga kamu dengan karunia Allah itu menjadi bersaudara. Dan kamu dahulunya berada di tepi jurang neraka, lalu Allah melepaskanmu dari sana. Demikianlah Allah menjelaskan keterangan-keterangannya kepadamu supaya kamu mendapat petunjuk. (Qs. Al-Imran/4: 103). Orang-orang beriman adalah orang-orang rendah hati yang memiliki rasa persahabatan dan kasih sayang satu sama lain. Karenanya solidaritas dan persatuan diantara mereka terpelihara secara alami. Namun di dalam komunitas semacam ini ada saja hal-hal yang membuat kita tetap harus berhati-hati karena sikap yang salah dapat menyebabkan perpecahan dan menciptakan iklim yang merusak solidaritas di antara orang-orang yang beriman. Dari penjabaran ayat diatas, keterkaitan Integrasi dengan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur adalah nilai solidaritas. Solidaritas dijunjung tinggi guna mencapai satu tujuan yang sama yaitu memajukan arsitektur di Indonesia. Berikut penjabaran keterkaitan antara Integrasi dan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur: Tabel 2.2 Tabel Penjabaran Integrasi Keislaman Obyek Integrasi Kesimpulan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur Secara garis besar, Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur dapat Bagaiman menjalin suatu hubungan persaudaraan dan solidaritas antar sesama. Yang mana pada perancangan objek ini para arsitek Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur yang berfungsi sebagai wadah kegiatan dan dokumentasi mengenai arsitektur 48

43 diartikan sebagai bangunan yang mempunyai fungsi sebagai gedung atau tempat segala macam kegiatan yang terkait dengan Arsitektur, mulai dari kegiatan sosial dan pendidikan yang dikemas secara apresiatif, edukatif, komunikatif dan rekreatif. Sumber : Analisis, 2012 dan mahasiswa dituntut untuk berperan aktif dalam memajukan perkembangan arsitektur yang ada di Indonesia dengan alasan lebih kuat untuk menjalin tali silaturrahim yang kuat agar selalu mendapat ridho Allah Swt. di Indonesia, mencoba mempersatukan masyarakat, akademis dan praktisi arsitek. Wujud solidaritas dapat diterapkan dalam programprogram ruang yang ada pada Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur 2.4 Kajian Studi Banding Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur adalah bangunan massa yang mempunyai fungsi yang saling mendukung satu sama lain. Dalam perancangannya, diambil satu obyek sebagai studi banding dan pembelajaran dalam perancangan. Studi banding tersebut meliputi studi banding obyek dan studi banding tema yang mengambil satu contoh bangunan yang sama Kajian Studi Banding Obyek MAXXI National Museum of XXI Century Art Dalam perancanga Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur mengambil satu obyek yang dijadikan perbandingan. Karena dalam Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur memiliki karakter yang sama dengan MAXXI National Museum di Roma Italia. MAXXI National Museum of XXI Century Art merupakan salah satu obyek yang memiliki fungsi yang sama dengan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi 49

44 Arsitektur. Berikut uraian terperinci mengenai kajian arsitektural yang ada pada MAXXI National Museum of XXI Century Art. 1. Lokasi Lokasi MAXXI National Museum of XXI Century Art terletak di lingkungan Flaminio Roma, Italia. Museum Nasional MAXXI didirikan dipertengahan kota dan diapit oleh gedung-gedung tua disekitarnya. Keberadaan Museum Nasional MAXXI bertujuan untuk mengembalikan citra perkotaan yang telah lama diblokir selama satu abad. Penataan arsitektur didasarkan pada gagasan dari sebuah kampus urban. Dalam MAXXI, gagasan sebuah bangunan "tertutup" memberikan cara untuk dimensi yang lebih luas, menciptakan ruang-ruang indoor dan outdoor yang menjadi bagian dari kota sekitarnya. Berikut gambaran mengenai lokasi Museum Nasional MAXXI: Gambar 2.32 Lokasi MAXXI National Museum of XXI Century Art (Sumber : 2. Fasilitas MAXXI memiliki beberapa fasilitas, antara lain auditorium, perpustakaan dan media perpustakaan, toko buku, kafetaria, ruang untuk pameran temporer, 50

45 ruang luar, tinggal acara dan kegiatan komersial, laboratorium, dan tempat-tempat untuk belajar dan rekreasi. Berikut uraian dimensi Museum Nasional MAXXI: Tabel 2.3 Dimensi Museum Nasional MAXXI Ruang Eksterior m2 Ruang Interior m2 Ruang Pameran m2 Fasilitas: a) Auditorium b) Perpustakaan c) Media Center m2 d) Coffe Shop e) Restoran f) Admin MAXXI Arte m2 MAXXI Arsitektur m2 (Sumber : a) Auditorium Merupakan salah satu fasilitas penunjang pada Museum Nasional MAXXI. Auditorium digunakan sebagai ruang kuliah atau ruang pertemuan. Dalam Museum Nasional MAXXI memiliki dua auditorium. Masing-masing auditorium letaknya berada pada lantai Ground dan lantai satu. Berikut gambaran mengenai auditorium pada Museum Nasional MAXXI: 51

46 Gambar 2.33 Auditorium MAXXI National Museum (Sumber : b) Exsterior Space (Ruang Eksterior) Merupakan fasilitas eksterior berupa space atau ruang luar sebagai penyatu antara bangunan dan lingkungan disekitarnya. Dalam fasilitas eksterior, Museum Nasional MAXXI menekankan ruang luar juga berperan sebagai ruang aktivitas. Berikut beberapa gambaran failitas Exterior Space pada Museum Nasional MAXXI: Gambar 2.34 Exterior Space MAXXI National Museum (Sumber : 52

47 c) Entrance Hall and Lobby Salah satu titik poin dari sebuah bangunan adalah entrance. Dalam studi obyek Museum Nasional MAXXI, entrance hall dan lobby merupakan salh satu fasilitasnya. Dimana merupakan ruang tunggu pengunjung, selain itu terdapat juga sebuah reception sebagai pusat informasi mengenai tempat-tempat dan koleksi yang terdapat pada Museum Nasional MAXXI. Berikut gambaran mengenai enterance hall dan lobby dari Museum Nasional MAXXI: Gambar 2.35 Entrance Hall dan Lobby MAXXI National Museum (Sumber : Dari gambar diatas dapat sebuah kesimpulan, dalam Museum Nasional MAXXI fasilitas enterance hall, lobby, dan reception saling menyatu dan berkaitan sehingga mempermudah pengunjung untuk mendapatkan sebuah informasi 53

48 mengenai koleksi atau apa saja yang terdapat dalam Museum Nasional MAXXI. Berikut gambaran mengenai Reception: Gambar 2.36 Reception MAXXI National Museum (Sumber : d) Gallery Gallery merupakan fasilitas utama dalam Museum Nasional MAXXI. Karena koleksi didalamnya meliputi banyak koleksi, salah satu koleksi didalamnya mengenai Contemporary Arts dan Architecture. Berikut gambaran dan letak gallery dalam Museum Nasional MAXXI: Gambar 2.37 Reception MAXXI National Museum (Sumber : 54

49 Dari gambaran diatas, gallery merupakan fasilitas untuk memamerkan dan mengoleksi lebih dari 300 karya yang ada didalamnya. Antara lain MAXXI Seni mengoleksi karya-karya dari Boetti, Clemente, Kapoor, Kentridge, Merz, Penone, Pintaldi, Richter, Warhol dan banyak lainnya. Sedangkan MAXXI Arsitektur mengoleksi karya-karya dari desain Carlo Scarpa, Aldo Rossi, Pierluigi Nervi dan lain-lain, serta proyek-proyek dari penulis kontemporer seperti Toyo Ito, Italo Rota dan Giancarlo De Carlo, dan koleksi fotografi dari Atlas proyek Italia. e) Exhibition Suite Merupakan fasilitas utama dari Museum Nasional MAXXI. Dalam exhibition hall memiliki dua katagori antara lain MAXXI seni dan MAXXI Arsitektur. MAXXI tersebut memamerkan karya-karya terbaik dari desainer, seniman dan arsitek-arsitek terkenal baik dari negeri sendiri maupun luar negeri. Berikut gambaran perletakan exhibition suite dalam Museum Nasional MAXXI: Gambar 2.38 Exhibition Suite 1 Ground Floor (Sumber : 55

50 Gambaran diatas merupakan denah ground yang terdapat dalam Museum Nasional MAXXI. Exhibition Suite di lantai ground hanya terdapat satu ruang sedangkan yang lainnya merupakan fasilitas penunjang. Berikut gambaran mengenai Exhibition Suite di lantai selanjutnya: Gambar 2.39 Exhibition Suite 2, 3, 4 pada Lantai 1 (Sumber : Dari gambaran di atas, Exhibition Suite terdapat tiga ruang (Suite 2, 3, dan 4). Sedangkan fasilitas lainnya merupakan Entrance Hall dan Auditorium. Berikut merupakan gambaran Exhibition Suite selanjutnya: Gambar 2.40 Exhibition Suite 5 dan 6 pada Lantai 2 (Sumber : 56

51 Gambaran diatas merupakan Exhibition Suite yang terdapat lantai 2. Exhibition Suite hanya dua ruang, yaitu Suite 5 dan 6 sedangkan yang lainnya adalah entrance hall dan auditorium. Berikut salah satu Exhibition Suite yang terdapat pada Museum Nasional MAXXI: Gambar 2.41 Exhibition Suite 1 pada Lantai 1 (Sumber : 3. Sirkulasi Bangunan Sirkulasi dalam Museum Nasional MAXXI dikatakan cukup baik dikarenakan memiliki beberapa entrance sehingga mempermudah pengunjung untuk memasuki Museum Nasional MAXXI. Berikut gambaran perletakan atau posisi Entrance pada ground floor Museum Nasional MXXI: 57

52 Gambar 2.42 Exhibition Suite 1 pada Lantai 1 (Sumber : Dari gambaran di atas dapat diketahui posisi atau perletakan entrance pada Museum Nasional MAXXI. Entrance tersebut hampir pada setiap sisi bangunan, namun hanya ada dua entrance yang menjadi utama yaitu terletak pada entrance hall dan yang berdekatan dengan reception. Selain itu sirkulasi yang menarik dalam Museum Nasional MAXXI adalah tangga penghubung ke tiap-tipa lantai. Berikut gambaran tangga penghubung dalam Museum Nasional MAXXI: Gambar 2.43 Tangga penghubung pada Museum Nasional MAXXI (Sumber : 58

53 4. Perletakan Massa dan Pembagian Ruang Dalam kajian studi obyek kali ini membahas perletakan massa dan pembagian ruang pada Museum Nasional MAXXI. Perletakan massa pada Museum Nasional MAXXI sangatlah bertolak belakang dengan bangunanbangunan umum seperti biasanya, tetapi tetap memiliki kesatuan bentuk dan massa yang solid. Selain itu pembagian ruang pada Museum Nasional MAXXI dapat diuraikan pada tabel berikut: Tabel 2.4 Dimensi Museum Nasional MAXXI Total Site Area m2 Ruang Eksterior m2 Ruang Interior m2 Ruang Pameran m2 MAXXI Arte m2 MAXXI Arsitektur m2 (Sumber : Dari uraian tabel diatas dapat kita ketahui, pembagian ruang pada Museum Nasional MAXXI memiliki zona-zona ruang yang flexible. Terdiri dari zona publik secara keseluruhan karena memang bangunan dikhususkan untuk ruang publik Kajian Studi Banding Tema: New Acropolis Museum Dalam kajian studi banding tema, objek yang dijadikan studi banding tema adalah New Acropolis Museum. Karena dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur yang bertemakan Arsitektur Dekonstruksi memiliki kesamaan dengan obyek New Acropolis Museum yang di rancang oleh Arsitek Bernard Tschumi. 59

54 Gambar 2.44 Tangga penghubung pada Museum Nasional MAXXI (Sumber : Sebelum membahas lebih jauh mengenai studi banding tema Arsitektur Dekonstruksi. Berikut uraian metode dan prinsip Arsitektur Dekonstruksi yang di fokuskan pada Dekonstruksi program. Tabel 2.5 Tabel Penjabaran Tema Dekonstruksi Program Cross Programming (Mengkombinasikan dua program sedemikian rupa sehingga konfigurasi ruang program pertama mengkontaminasi program dan konfigurasi ruang kedua) Prinsip Intersection (Persimpangan) Repetition (Pengulangan) Qualification (Kualifikasi) Distortion (Pemutarbalikan) Fragmentation (Terbelah-belah) Uraian di atas merupakan prinsip atau metode yang akan dibahas dalam kajian tema. Pendekatan tema lebih spesifik terhadap metode-metode yang dilakukan Bernard Tschumi dalam New Acropolis Museum. Penjelasan lebih spesifik dapat diuraikan sebagai berikut: 60

55 1. Pendekatan perancangan Dalam perancangan New Acropolis Museum konsep yang ditekankan oleh Bernard Tschumi adalah strategi disjunction. Dalam hala ini arsitek mencoba menerapkkan dalam beberapa aspek, antara lain: A. Zoning Dalam New Acropolis Museum terbagi menjadi 3 level lantai yaitu, level 1 berupa memorial gallery atau bentuk didasarkan pada penggalian arkeologi yang di orientasikan sampai ke level paling atas. Sedangkan untuk level 2 merupakan zona archaic gallery, roman period gallery, dan post-parthenon gallery. Sedangkan pada level 3 merupakan pathenon gallery. Dalam New Acropolis Museum zoning atau pembagian level dibuat secara continuitas sebagai wujud pengingat atau mengembalikan citra sejarah yang silam. Seolah-olah bangunan memiliki cerita sejarah mulai dari awal penggalian arkeologi sampai ke bentuk pendokumentasian. Berikut gambaran mengenai zonasi yang ada pada New Acropolis Museum: 61

56 Gambar 2.45 Pembagian level lantai (Sumber: B. Sirkulasi Sistem sirkulasi yang diterapkan berupa kontinuitas sebagai perwujudan pergerakan manusia didalam bangunan. Alur yang dibuat seolah-olah bercerita mengenai sejarah acropolis sendiri. Selain itu permainan viod pada bangunan merupakan wujud interaksi pada tiap pengunjung pada bangunan. Gambar 2.46 Alur Sirkulasi (Sumber: C. Program ruang 62

57 Ruang-ruang yang deprogram ulang oleh Bernard Tschumi adalah galeri, yang mana galeri dibuat lebih terbaca dan mudah dipahami oleh pengunjung. Selain secara visual, galeri dbuat lebih dapt dirasa dengan suasana ruang cenderung dramatis dan juga didukung dengan adanya tekstur yang dapat diraba pada obyek yang dipamerkan. Berikut gambaran mengenai program ruang yang ada pada New Acropolis Museum: Gambar 2.47 Program Ruang (Sumber: Dari gambaran di atas, galeri yang ada pada New Acropolis Museum dibuat lebih informative. Penggabungan antara dua program ruang yaitu galeri dan ruang luar. Fasad sebagai display yang disajikan berupa sebuah multimedia bergerak mengenai acropolis tersebut. Selain itu program ruang yang diterapkan berupa memorial archaic dengan sirkulasi dan juga ruang-ruang lain yang ada pada New Acropolis Museum. Menghadirkan bidang transparan berupa void dan glass transparan sebagai perwujudan prinsip intersection (persimpangan) dari programprogram ruang yang sebelumnya. Berikut gambaran mengenai program ruang lain berdasarkan prinsip intersection: 63

58 Gambar 2.48 Program Ruang (Sumber: D. Bentuk Bentuk New Acropolis Museum diperoleh dari pendekatan yang menerapkan sistem grid point, grid point pada gambar kawasan. Selain itu adanya oerwujudan distorsi atau pemutarbalikan dari bentuk dasar geometri dengan alasan level-3 pada New Acropolis Museum view atau pandangan diarahkan pada museum yang lama yang ada pada lereng gunung sebelah lokasi bangunan. 64

59 Gambar 2.49 Strategi Grid Point (Sumber: Gambar 2.50 Strategi Distortion (Sumber: Dari gambaran di atas, arsitek mencoba bereksplorasi melalui banyak cara seperti abstraksi bentuk dan program ruang pada New Acropolis Museum. 65

60 Tabel 2.6 Metode penafsiran tema dekonstruksi pada New Acropolis Museum Metoda atau Prinsip Aplikasi / Penafsiran Program ruang : Penerapan program ruang yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Bentuk bangunna dan fasad sebagai Dis Programming display pameran yang dapat bergerak dengan tujuan menghasilkan program ruang yang dapat dilihat secara visul, dirasakan, dan didengar Bentuk : Penyimpangan bentuk dari skala keseluruhan dilihat dari bentuk keseluruhan baik itu kaki, badan serta kepala bangunan. Intersection Program Ruang : juga mengalami penyimpangan dari apa yang namanya fungsi, fungsi lebih terlihat informative seperti yang terletak pada level 1 New Acropolis Museum. Bentuk : Prinsip bentuk bangunan yang menyimpang dari bentuk-bentuk yang ada Distortion disekitarnya Fragmentation Ruang : Program ruang yang terkesan tidak simetri (Sumber : Analisis, 2012) 2.5. Tinjauan Lokasi Perancangan Mengingat bahwa proyek yang direncanakan adalah bangunan fasilitas pendidikan dengan fasilitas galeri sebagai fasilitas utama, maka kriteria-kriteria yang sebaiknya dipertimbangkan saat menentukan lokasi adalah : 66

61 Lokasi tapak sebaiknya berada di atau dekat dengan pusat kota, selain pencapaiannya mudah juga diharapkan lebih berpotensi menarik pengunjung. Lokasi tapak sebaiknya strategis dengan melihat fungsi bangunanbangunan lain disekitarnya yang sekiranya dapat menunjang hidupnya fasilitas-fasilitas dalam rencana proyek. Adanya fasilitas Workshop dan Perpustakaan yang membutuhkan ketenangan untuk kenyamanan aktivitas didalamnya, maka meskipun tapak berada di atau dekat dengan pusat kota, harus dipertimbangkan pula batas-batas yang melingkupi tapak. Tapak membutuhkan view dan Susana ruang luar yang asri dan bernuansa alami, sehingga dapat menunjang fasilitas Workshop dimana pengguna dan pelakunya dapat lebih mudah memperoleh inspirasi dari ruang luar yang asri dalam menciptakan kreasinya. Dengan mempertimbangkan kiteria-kriteria diatas, maka lokasi tapak yang direncanakan untuk rancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur adalah: A. Lokasi berda di Jl. Kampus ITN II (depan Kampus ITN II) 1. Potensi yang mendukung Jl. Kampus ITN merupakan kawasan asri dan memiliki potensi view yang sangat alami. Pencapaian ke lokasi tapak memiliki 3 jalur utama. Pertama dari Arah Surabaya, Kedua dari Arah Batu, dan Ketiga dari Arah Kota. 67

62 Gambar 2.51 Lokasi Site 1 (Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data) 2. Batas Tapak a) Sebelah Utara : Persawahan b) Sebelah Selatan : Kampus ITN II c) Sebelah Barat : Persawahan d) Sebelah Timur : Persawahan dan Permukiman Gambar 2.52 Batas Site 1 (Sumber: Analisis 2012) 3. Ketentuan lahan a) Fasilitas Pendidikan 68

63 Untuk menentukan arahan intensitas bangunan fasilitas pendidikan yang ada di Kec. Lowokwaru, dibedakan berdasarkan skala pelayanannya, karena skala pelayanan ini akan mempengaruhi intensitas kegiatan yang ditimbulkan, yaitu : Fasilitas pendidikan skala regional/nasional, berupa fasilitas pendidikan Perguruan Tinggi. Arahan intensitas bangunannya yaitu KDB %, KLB 0,5 3 serta TLB 1-5 lantai. Fasilitas pendidikan skala kota/kecamatan, mulai dari pendidikan dasar (TK dan SD) hingga SLTA arahan intensitas bangunannya yaitu KDB %, KLB 0,5 1,2, serta TLB 1 3 lantai. Fasilitas pendidikan skala Lingkungan (TK dan SD) arahan intensitasnya yaitu KDB %, KLB 0,4 1,2, serta TLB 1 2 lantai. Jadi dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi arsitektur ini menggunakan lahan dengan ketentuan lahan fasilitas pendidikan skala regional atau nasional dengan kesimpulan sebagai berikut: Rencana Guna Lahan RDTRk : Fasilitas Pendidikan Arahan Rencan Guna Lahan RTRK Kec. Lowokwaru : Fasilitas Pendidikan KDB : % KLB : TLB : 1-5 Lantai b) Kelebihan dan Kekurangan lokasi tapak Memiliki view yang berpotensi, sehingga dapat memberikan suasana sejuk dan nyaman. 69

64 Jauh dari keramaian kota, karena posisi tapak masuk 100 Meter dari jalan. B. Lokasi berda di Jl. Veteran (samping Matos) 1. Potensi yang mendukung Jl. Veteran merupakan pusat kota dan berada dikawasan kampus Pencapaian ke lokasi tapak memiliki banyak jalur utama karena memang lokasi site yang berada di tengah kota Peruntukan lahan sesuai dengan yang ditentukan oleh pemerintah yaitu peruntukan untuk pendidikan. Gambar 2.53 Lokasi Site 2 (Sumber: Analisis 2012) 2. Batas Tapak a) Sebelah Utara : Permukiman b) Sebelah Selatan : Makam Pahlawan c) Sebelah Barat : Permukiman 70

65 d) Sebelah Timur : Kampus Universitas Negeri Malang Gambar 2.54 Batas Site 2 (Sumber: Analisis 2012) 3. Ketentuan lahan a) Fasilitas Pendidikan Untuk menentukan arahan intensitas bangunan fasilitas pendidikan yang ada di Kec. Lowokwaru, dibedakan berdasarkan skala pelayanannya, karena skala pelayanan ini akan mempengaruhi intensitas kegiatan yang ditimbulkan, yaitu : Fasilitas pendidikan skala regional atau nasional, berupa fasilitas pendidikan Perguruan Tinggi. Arahan intensitas bangunannya yaitu KDB %, KLB 0,5 3 serta TLB 1-5 lantai. Fasilitas pendidikan skala kota/kecamatan, mulai dari pendidikan dasar (TK dan SD) hingga SLTA arahan intensitas bangunannya yaitu KDB %, KLB 0,5 1,2, serta TLB 1 3 lantai. Fasilitas pendidikan skala Lingkungan (TK dan SD) arahan intensitasnya yaitu KDB %, KLB 0,4 1,2, serta TLB 1 2 lantai. Jadi dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi arsitektur ini menggunakan lahan dengan ketentuan lahan fasilitas pendidikan skala regional atau nasional dengan kesimpulan sebagai berikut: Rencana Guna Lahan RDTRk : Fasilitas Pendidikan 71

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut: BABV ADAPTIVE RE-USE Dengan melihat kondisi eksisting Omah Dhuwur Gallery pada Bab III dan analisa program pada Bab IV, maka pembahasan-pembahasan tersebut di atas digunakan sebagai dasar pertimbangan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM BAB 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN Pada bab kali ini akan membahas penyelesaian persoalan perancangan dari hasil kajian yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Kajian yang telah dielaborasikan menjadi

Lebih terperinci

DEKONSTRUKSI PADA ZAMAN ARSITEKTUR POST MODERN

DEKONSTRUKSI PADA ZAMAN ARSITEKTUR POST MODERN DEKONSTRUKSI PADA ZAMAN ARSITEKTUR POST MODERN STUDI KASIS PETER B LEWIS BUILDING Nama : Diaz Mardika Putra NPM : 20307014 Fakultas : Teknik Sipil Dan Perencanaan Jurusan : Teknik Arsitektur Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Obyek: Pusat Dokumentasi Arsitektur Nusantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Obyek: Pusat Dokumentasi Arsitektur Nusantara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Obyek 2.1.1 Definisi Obyek: Pusat Dokumentasi Arsitektur Nusantara Pusat Dokumentasi Arsitektur Nusantara merupakan sebuah bangunan yang memiliki fungsi sebagai gedung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Fungsi-fungsi tersebut, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB IV ANALISIS. Fungsi-fungsi tersebut, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, Pusat Kegiatan Dokumentasi Arsitektur BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Fungsi Pusat Kegiatan Dokumentasi Arsitektur sebagai wadah yang dapat menampung kegiatan maupun aktivitas segala sesuatu mengenai arsitektur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Metode yang digunakan dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur adalah dengan menjelaskan secara deskriptif mengenai obyek rancangan dan juga permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Letak Geografis Site Site yang akan dibangun berlokasi di sebelah timur Jalan Taman Siswa dengan koordinat 07 o 48 41.8 LS 110 o 22 36.8 LB. Bentuk site adalah persegi panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul 1.1.1. Pengertian Galeri Pengertian dari kata Galeri berdasarkan KBBI ga le ri /n ruangan atau gedung tempat memamerkan benda atau karya seni dsb. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Astronomi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan murni yang melibatkan pengamatan dan penjelasan tentang kejadian yang terjadi di luar bumi dan atmosfernya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

Kajian Tentang Jawa Timur

Kajian Tentang Jawa Timur Kajian Tentang Jawa Timur Indonesia terkenal dengan julukan kepulauan seribunya, bermacam-macam budaya yang ada di Indonesia membuat kekayaan negeri ini semakin diakui dunia. Pusat kepemimpinan Negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya

Lebih terperinci

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN Secara garis besar, Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur dapat diartikan sebagai bangunan yang mempunyai fungsi sebagai gedung atau tempat segala macam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara tidak akan lepas dalam kerjasama dengan negara lain dalam memperat hubungan antar negara, kerjasama tersebut terutama dalam hal politik dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN 2.1. Pengertian Judul Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan pengertian sebagai berikut. Gorontalo adalah nama dari daerah Provinsi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Makro Indonesia merupakan Negara yang kaya keberagaman tradisi dan budaya. Salah satu daerah di Indonesia yang masih kental dengan budaya, kerajinan dan kesenian adalah

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP MAKRO Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep utama yang mendasari Rancang Ulang Stasiun Kereta Api Solobalapan sebagai bangunan multifungsi (mix use building) dengan memusatkan pada sistem dalam melayani

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA

PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT

Lebih terperinci

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Fungsi Dalam merancang sebuah bangunan, hal yang utama yang harus diketahui adalah fungsi bangunan yang akan dirancang, sehingga terciptalah bangunan dengan desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Parfum atau wewangian merupakan aroma yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Aplikasinya pun beragam, mulai dari kosmetik, aromatherapy, obat, hingga

Lebih terperinci

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni rupa merupakan cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep

Lebih terperinci

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I. BAB I. GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. Pendahuluan BATU PUTIH. GALERI SENI UKIR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a. Kelayakan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta secara geografis berada di pesisir pantai

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI Uraian Interpretasi dan elaborasi tema desain. bukan dari 2 dimensi lagi, dan juga dapat di artikan menjadi suatu

BAB V KAJIAN TEORI Uraian Interpretasi dan elaborasi tema desain. bukan dari 2 dimensi lagi, dan juga dapat di artikan menjadi suatu BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Tema desain 5.1.1. Uraian Interpretasi dan elaborasi tema desain Pengertian Arsitektur Dekonstruksi Arsitektur dekontruksi merupakan suatu gagasan yang lebih

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, dunia fotografi pun terus mengalami perkembangan yang luar biasa dari waktu ke waktu. Dewasa

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA III.1 INTERPRETASI TEMA Urban yang berarti kota sering diinterpretasikan sebagai ruang tempat berbagai aktifitas manusia berlangsung dengan hiruk pikuknya. Tempat dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas BAB IV ANALISIS IV.1 Analisis Bangunan IV.1.1 Organisasi Ruang Berdasarkan hasil studi banding, wawancara, dan studi persyaratan ruang dan karakteristik kegiatan di dalamnya, hubungan fasilitas dapat dilihat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Gaya Arsitektur Dekonstruksi (Materi pertemuan 3)

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Gaya Arsitektur Dekonstruksi (Materi pertemuan 3) PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Gaya Arsitektur Dekonstruksi (Materi pertemuan 3) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Arsitektur

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 1 133 134 KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA Aspek Pertanyaan 1. Latar belakang 1. Bagaimanakah sejarah berdirinya LPIT BIAS? 2. Siapakah pendiri LPIT BIAS? 3. Apa tujuan didirikan LPIT BIAS? 4. Ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi saat ini terus melakukan inovasi baru yaitu dengan menggunakan konsep ekonomi kreatif di mana yang menjadi penopang utama dalam konsep ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V LANDASAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V LANDASAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Landasan dasar program perencanaan dan perancangan ini merupakan suatu kesimpulan dari pembahasan bab-bab sebelumnya yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Umum Perancangan Gambar 4. 1 Diagram Ilustrasi Konsep Umum Perancangan Berawal dari komunitas bernama generasi 90-an, muncul sebuah buku ilustrasi populer yang menjadi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Pusat Pengembangan Seni Karawitan ini merupakan sebuah sarana edukasi yang mewadahi fungsi utama pengembangan berupa pendidikan dan pelatihan seni karawitan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM 5.1. Konsep Perancangan Umum Yogyakarta merupakan sebuah kota dengan beragam budaya dan seni. Dari Yogyakarta lahir para seniman-seniman dan arsitek-arsitek handal yang menjadi

Lebih terperinci

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM BAB 6 EVALUASI RANCANGAN Berdasarkan evaluasi akhir terdapat beberapa hal yang perlu ditambahkan untuk meningkatkan kualitas pada rancangan Sriwijaya Archaeology Museum. Selain itu penambahan pada desain

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Galeri merupakan sebuah bangunan yang memiliki fungsi mirip dengan museum dan memiliki kegiatan utama yang sama yaitu kegiatan pameran. Galeri memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN Sekolah Alam di Kabupaten Gunungkidul memiliki karakter yang kuat dan khas, yang mencirikan alam di wilayah pengunungan batuan karst

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur. BAB I PENDAHULUAN I.1. Deskripsi Proyek Judul : Topik : Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara Ekspresionisme Tema : Pengolahan Bentuk Kampus yang Ekspresif dalam Menaungi Kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk BAB III METODE PERANCANGAN Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk dijadikan metode serta acuan dasar perancangan arsitektur, baik secara umum maupun khusus terkait dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Sejarah Perkembangan Desain Komunikasi Visual di Dunia Pada awalnya, media desain grafis hanya terbatas pada media cetak dwi matra. Namun, seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Pos Indonesia yang selanjutnya disebut Kantor Pos merupakan badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang layanan sarana komunikasi seperti mengirimkan

Lebih terperinci

MATA KULIAH TEORI DAN METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR 2

MATA KULIAH TEORI DAN METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 MATA KULIAH TEORI DAN METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 TEMA DAN LANGGAM MAHASISWA : NI KADEK DESI DWI ANGGRENI PUTRI 1504205065 FAKULTAS TEKNIK TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS UDAYANA 2016 Tema Dan Langgam

Lebih terperinci

GALLERY PHOTOGRAPHY IN YOGYAKARTA

GALLERY PHOTOGRAPHY IN YOGYAKARTA TUGAS AKHIR PERIODE 111 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GALLERY PHOTOGRAPHY IN YOGYAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Modern Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP LINGKUNGAN SEKITAR DAN DALAM TAPAK 5.1.1. Konsep Ruang Luar Jalan bulungan adalah daerah yang selalu ramai karena adanya area komersil seperti Blok M Plaza, maka dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode perancangan Metode merupakan sebuah strategi atau cara yang dapat mempermudah dalam mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga dalam proses perancangan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Kajian perancangan dalam seminar ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau uraian secara sistematis

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN BAB 5 HASIL RANCANGAN 6. Desain Bangunan Desain bangunan pertunjukan seni ini memiliki bentuk kotak masif untuk efisiensi bentuk bangunan dan ruang bangunan. Bentuk bangunan yang berbentuk kotak masif

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Analisa Makro Lokasi Gedung : Bridging Campus Binus University Gambar 3.1 Lokasi Bridging Campus Sumber : google images Alamat : Jl. Alam Sutera Boulevard No. 1, Alam Sutera

Lebih terperinci

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam perancangaan Hotel Resort ini saya menggunakan kosep dasar adalah Arsitektur Hijau dimana bangunan ini hemat energi, minim menimbulkan dampak negatif

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Negara Indonesia selain terkenal dengan Negara kepulauan, juga terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan hutan.

BAB 1. Pendahuluan. Negara Indonesia selain terkenal dengan Negara kepulauan, juga terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan hutan. BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia selain terkenal dengan Negara kepulauan, juga terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan hutan. (www.wikipedia.com) Terjaganya hutan dan area terbuka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Rancangan Ide rancangan Terminal Penumpang Pelabuhan di Paciran Lamongan ini merupakan fasilitas penyedia jasa layanan publik yang mampu menampung kegiatan berkumpulnya

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda KONSERVASI PARTISIPASI KOMUNITAS SUNDA TAMAN BUDAYA SUNDA METODE

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR TUGAS AKHIR

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR TUGAS AKHIR KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

BAB 4. Analisa. Berdasarkan studi banding dan studi literatur, dapat disimpulkan beberapa bagian fungsional seperti berikut:

BAB 4. Analisa. Berdasarkan studi banding dan studi literatur, dapat disimpulkan beberapa bagian fungsional seperti berikut: BAB 4 Analisa 4.1 Analisa Fungsional Berdasarkan studi banding dan studi literatur, dapat disimpulkan beberapa bagian fungsional seti berikut: 1. Fungsi pameran Yaitu fungsi kegiatan yang memtunjukan/memlihatkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar (Tema) 4.1.1. Pengertian Arsitektur Kontemporer Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arsitektur memiliki dua pengertian yaitu: seni dan ilmu merancang serta

Lebih terperinci

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bangsa memiliki ciri dan kebiasaan yang disebut kebudayaan, menurut Koentjaraningrat (1974), Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Dalam melakukan perancangan membutuhkan metode untuk mempermudah dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi survey obyek komparasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan di bidang teknologi, ekonomi ataupun sosial. Pendidikan sangat diperlukan untuk pengembangan satu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Gaya dan Tema Perancangan Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya modern etnik. Pemilihan gaya modern etnik berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman BAB VI HASIL PERANCANGAN 1.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Eduwisata Kakao di Glenmore Banyuwangi mempunyai dasar tema Arsitektur Ekologis dengan mengacu pada ayat Al-quran. Tema Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI

BAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI BAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI 2.1 PENGERTIAN PASAR KERAJINAN DAN SENI Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan penawaran bertemu ( http://id.wikipedia.org/ : 7/9/2009

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Bandung Concert Hall - Song in Architecture

Laporan Tugas Akhir Bandung Concert Hall - Song in Architecture ME room accoustic deck reparat ion and control janit or lobby toilet service room function room funtion room functi on room funct ion room lobby auditorium changing scenery room f unction room function

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dengan 13.466 pulau 1, yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu hingga sekarang, musik menjadi sesuatu yang universal, sesuatu yang dikenal luas oleh masyarakat di seluruh dunia. Sepanjang sejarah peradaban manusia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kekayaan warisan yang harus tetap dijaga, dan dilestarikan dengan tujuan agar kebudayaan tersebut bisa bertahan terus menerus mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Kabupaten Pati terletak di daerah pantai Utara Pulau Jawa dan di bagian Timur dari Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan segi letaknya

Lebih terperinci

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Asmat adalah suku terbesar di Irian Jaya yang terkenal dengan seni pahatan kayunya. Uniknya, ketika mereka membuat ukiran tersebut, mereka tidak membuat sketsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Informasi yang dibutuhkan manusia begitu banyak dan tidak dapat dipisahkan dari keseharian kehidupan. Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak semua masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and BAB 3 METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and Exhibition Center di Kota Batu ini menggunakan penelitian dengan metode analisis dan sintesis. Metode tersebut

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Multifungsionalitas Arsitektur Kesadaran bahwa perancangan youth center ini mempunyai fungsi yang lebih luas daripada sekedar wadah aktivitas pemuda, maka dipilihlah

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain 5.1.1 Teori Tema Desain Penekanan tema desain pada projek Pusat Pengembangan Kerajinan Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam

Lebih terperinci

BAB 2 DATA AWAL PROYEK

BAB 2 DATA AWAL PROYEK 2.1 Data Umum Proyek BAB 2 DATA AWAL PROYEK Nama Proyek : Perpustakaan Umum di Kota Bandung Pemilik Proyek : Pemerintah Kota Bandung Sumber Dana : Pemerintah Kota Bandung Lokasi : Taman Maluku Bandung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Animasi (anime) merupakan sebuah produk entertaintment, media, bahkan industri yang sangat pesat perkembangannya seiring dengan perkembangan teknologi. Penggunaannya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar mengacu kepada tema yang telah diusung yaitu Ekspos Arsitektur untuk Rakyat, dalam tema ini arsitektur haruslah beradaptasi dengan

Lebih terperinci