BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 4 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori tentang komponen dasar penyusun sistem penyimpanan data kecepatan angin, arah angin dan suhu. Karakteristik dan prinsip kerja komponen tersebut akan dijadikan dasar dalam perancangan sistem secara keseluruhan Mengukur Kecepatan Dan Arah Angin Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah. Sifat angin dipengaruhi oleh tiga hal utama, yaitu daerah asalnya, daerah yang dilewatinya dan lama atau jarak pergerakannya. Dua komponen angin yang akan diukur ialah kecepatan dan arahnya Kecepatan Angin Kecepatan angin adalah jarak tempuh angin atau pergerakan udara per satuan waktu dan dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/d). Untuk mengetahui kecepatan angin salah-satunya dapat disusun dari beberapa komponen yang terdiri dari limit switch, lempeng plat yang ditempel pada bagian poros dan tiga buah mangkuk yang dipasang pada jari-jari yang berpusat pada sumbu vertikal (baling-baling) seperti terlihat pada gambar 2.1. Seluruh mangkuk menghadap kesatu arah melingkar, sehingga jika angin bertiup maka poros berputar pada arah tetap. Kecepatan putar poros tergantung pada kecepatan tiupan angin. Saat rotor berputar lempeng plat tersebut ikut berputar dan akan terdeteksi limit switch saat berputar satu putaran. Jumlah putaran yang terdeteksi dalam satuan putaran per detik akan diubah kedalam satuan meter per detik akan dianggap sama dengan kecepatan angin. Hal inilah yang kemudian dapat digunakan sebagai pengukur kecepatan angin. Gambar 2.1. Sensor kecepatan angin

2 5 Untuk mengetahui besarnya kecepatan baling-baling saat berputar terhadap porosnya dapat diketahui berdasarkan gambar 2.1. Gambar 2.2. Hubungan antara kecepatan linier dengan kecepatan sudut Ketika baling-baling berputar pada poros O, titik A memiliki kecepatan linier (v) yang arah nya selalu menyinggung lintasan lingkaran. Hubungan antara perpindahan linear titik A yang menempuh lintasan lingkaran sejauh x dan perpindahan sudut θ (dalam satuan radian), dinyatakan sebagai berikut : x θ =....(2.1) r Dimana : θ = perpindahan sudut (rad) r = jari-jari atau jarak dari titk A ke titik O (meter) x = jarak lintasan (meter) Sedangkan besarnya kecepatan linier (v) benda yang menempuh lintasan lingkaran sejauh x dalam suatu waktu dapat dinyatakan dengan persamaan : v = dimana : x t v x....(2.2) t = jarak lintasan (meter) = waktu (detik) = kecepatan linier (meter/detik) Dengan menggunakan persamaan yang menyatakan hubungan antara perpindahan linier dengan perpindahan sudut akan didapat hubungan antara besarnya perubahan posisi pada lintasan dan besarnya perpindahan sudut, maka: x = r. θ....(2.3) Bila kita substitusikan persamaan 2.3 ke dalam persamaan 2.2 :

3 6 v = Dimana : r....(2.4) t r = jari-jari (meter) v = kecepatan linier (meter/detik) t = waktu yang dibutuhkan untuk satu putaran (detik) karena untuk satu putaran perpindahan sudutnya = akan sama dengan 2 rad maka v = r2 t, sedangkan jika benda berputar sebanyak n kali maka besarnya kecepatannya adalah v = 2 r n t....(2.5) dimana : n r v = banyaknya putaran = jari-jari (meter) = kecepatan linier (meter/detik) Arah Angin Yang dimaksud dengan arah angin adalah arah dari mana tiupan angin berasal. Bila angin itu datang dari selatan, maka arah anginnya adalah utara. Arah angin untuk angin di daerah permukaan biasanya dikenal dengan istilah Wind Rose. Untuk mengetahui arah angin digunakan sistem pendeteksian arah angin yang akan mengkodekan delapan macam arah angin kedalam kode biner 3 bit sebagaimana tertera pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Pengkodean Arah Angin Kode Biner Arah Angin 000 Barat Laut 001 Tenggara 010 Barat Daya

4 7 011 Timur Laut 100 Barat 101 Timur 110 Selatan 111 Utara 2.3. Sensor Suhu LM35 IC LM 35 adalah komponen elektronik yang sensitif suhu, keluarannya berbanding lurus dengan suhu dalam satuan celcius. Peningkatan tegangan keluaran terhadap peningkatan suhu adalah 10 mv/ O C. Daerah operasi pengukuran suhu dari LM 35 berkisar antara -55 O C sampai 150 O C. Bentuk IC ini seperti transistor berkaki tiga pin/pena. Masing-masing berfungsi sebagai tegangan sumber, tegangan keluaran sensor dan ground seperti ditunjukan pada gambar GND +V 1 OUT 2 Tampak Bawah Gambar 2.4. Struktur Pin LM Operational Amplifier LF356 Penguat operasi (operational amplifier atau op-amp) LF356 merupakan komponen linier yang terdiri atas beberapa komponen diskrit yang terintegrasi dalam bentuk chip (IC: Integrated Circuits) dalam kemasan 8 pin. IC LF356 mempunyai dua buah inputan, yaitu input pembalik (inverting input) dan input bukan pembalik (noninverting input), satu buah output, dan bekerja dengan dual supply (+Vcc dan Vee) serta didukung dengan offset nol untuk mengurangi offset masukan. IC LF356 dalam skema elektronik dilambangkan seperti gambar 2.6 berikut :

5 8 +Vcc LF356 -Vee Offset Nol Gambar 2.5 Skema untuk op-amp LF356 Saat ini banyak terdapat tipe op-amp dengan karakteristik yang berbeda, tabel 2.2. menunjukan spesifikasi sebagian untuk IC op-amp LF356. Tabel 2.2. Data spesifikasi sebagian op-amp LF356 Parameter Keterangan Tegangan catu ± 15v Open loop voltage gain Input resistance Ω Input offset current 3 pa Input offset voltage 3 mv Slew rate 12 V/µs Pada table 2.2. terlihat LF356 memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1 Open loop voltage gain Penguatan tegangan pada open loop sebesar kali. Pada op-amp ideal besarnya pengutan tegangan open loop bernilai tak terhinnga. 2 Input resistance Impedansi input pada kedua terminal input open loop tinggi sekali, sekitar Ω. Pada op-amp ideal besarnya impedansi masukan besarnya tak terhingga. 3 Input offset voltage Tegangan offset masukan menunjukan berapa jauh dari nol tegangan keluaran yang dihasilkan kalau masukannya nol. Pada pin offset nol IC LF356 berguna untuk untuk menambahkan komponen luar untuk mengurangi offset masukan. 4 Slew rate

6 9 Slew rate dapat diartikan ukuran kecepatan tanggap op-amp terhadap isyarat yang diberikan. Pada IC LF356 kecepatan tanggap output tidak bisa lebih cepat dari 12 V dalam waktu 1 µs. Untuk dapat menganalisa rangkaian op-amp diperlukan aturan berdasarkan karakteristik op-amp ideal. Aturan ini dalam beberapa literatur dinamakan golden rule, yaitu : A. Aturan pertama yaitu perbedaan tegangan antara input V (+) dan V (-) adalah nol (V (+) V (-) =0 atau V (+) = V (-) ) B. Aturan kedua yaitu Arus pada input op-amp adalah nol (I (+) = I (-) = 0) Inilah dua aturan penting op-amp ideal yang digunakan untuk menganalisa rangkaian op-amp Non Inverting Amplifier Prinsip utama rangkaian penguat non-inverting adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.6 berikut ini. Seperti namanya, penguat ini memiliki masukan yang dibuat melalui input non-inverting. Dengan demikian tegangan keluaran rangkaian ini akan satu fasa dengan tegangan inputnya. R2 Iout Vin R1 IR Vout I- Gambar 2.6. Penguat Non Inverting Dari gambar 2.6 : V in = V (+) Dari aturan pertama dari op-amp : V (+) = V (-) sehingga V (+) = V (-) = V in Tegangan pada R 2 V R2 = V out - V (-) = V out V in Arus pada R 2 VR 2 I out R2

7 10 V Vin...(2.7) out R 2 Tegangan pada R 1 V R1 = V (-) = V in sehingga arus pada R 1 I R1 = V R 1 R 1 V I R1 = in...(2.8) Pada titik 2 berlaku hukum kirchoff 1 : I out + I (-) = I R1 Berdasarkan aturan 2 pada op-amp I (-) = 0 Sehingga I out = I R1...(2.9) Dari persamaan 2.6, 2.7 dan 2.8 dapat diturunkan persamaan : I out = I R1 V V V V V V V out V R 2 Vout V V out in out in out in in in in V V in in V R R 1 R 2 1 R 1 R 2 1 in 1 R R 2 1 R R 2 1 R 1 jika A adalah perbandingan antara tegangan keluaran terhadap tegangan masukan maka Vout R 2 A = 1+...(2.10) V R in 1 V = (1+ R 2 out ). Vin...(2.11) R Mikrokontroler ATMega8535

8 Struktur Pin Dan Port I/O (Masukan/Keluaran) IC ATMega8535 Struktur pin IC ATMega8535 dapat dilihat pada gambar ATMega8535 (T0/XCK)PB0 (T1)PB1 (INT2/AIN0)PB2 (OC0/AIN1PB3 (SS)PB4 (MOSI) PB5 (MISO)PB6 (SCK)PB7 RST VCC GND XTAL2 XTAL1 (RXD)PD0 (TXD)PD1 (INT0)PD2 (INT1)PD3 (OC1BPD4 (OC1A)PD5 (ICP1)PD6 (ADC0)PA0 (ADC1)PA1 (ADC2)PA2 (ADC3)PA3 (ADC4)PA4 (ADC5)PA5 (ADC6)PA6 (ADC7)PA7 AREF GND AVCC (TOSC2)PC7 (TOSC1)PC6 PC5 PC4 PC3 PC2 (SDA)PC1 (SCL)PC0 (OC2)PD Gambar 2.8. Struktur Pin Atmega8535 Dari gambar 2.8 dapat dijelaskan secara fungsional konfigurasi pin ATMega8535 dan dijelaskan pada tabel 2.3 Tabel 2.3 Struktur Pin Atmega8535 dan Fungsinya PIN 1 sampai 8 Keterangan Port B, merupakan Port I/O dua arah (bi-directional). Selain sebagai port I/O dapat juga difungsikan sebagai berikut: PB0 : T0 (Timer/Counter 0 External Counter Input). XCK (USART External Clock Input /Output). PB1 : T2 (Timer/Counter 1 External Counter Input). PB2 : AIN0 (Analog Comparator Positif Input). INT2 (External Interrupt 2 input). PB3 : AIN1 (Analog Comparator Positif Input). OC0 (Output Compare Timer/Counter0).

9 12 PB4 : SS (SPI Slave Select Input). PB5 : MOSI (SPI Bus Master Output /Slave Input). PB6 : MISO (SPI Bus Master Input /Slave Output). PB7 : SCK (SPI Bus Serial Clock). RESET, merupakan pin yang digunakan untuk mereset 9 mikrokontroller dan bekerja pada pulsa rendah (aktif low). 10 VCC, merupakan pin untuk catu daya. 11 GND, merupakan pin ground. 12 XTAL 2 dan XTAL 1, merupakan kaki masukan clock eskternal. Port D, merupakan Port I/O dua arah (bi-directional). Selain sebagai port I/O dapat juga difungsikan sebagai berikut: PD 0 : RXD (USART Receiver). PD 1 : TXD (USART Transmitter). 14 sampai 21 PD 2 : INT0 (External Interrupt 0). PD 3 : INT1 (External Interrupt 1). PD 4 : OC1B (Output Compare B Timer/Counter 1). PD 5 : OC1A (Output Compare A Timer/Counter 1). PD 6 : ICP1 (Timer/Counter 1 Input). PD 7 : OC2 (Output Compare Timer/Counter 2). Port C, merupakan Port I/O dua arah (bi-directional). Selain sebagai port I/O 8 bit, 4 bit Port C dapat juga difungsikan 22 sampai 29 sebagai berikut: PC 0 : SCL (Serial Clock). PC 1 : SDA (Serial Data Input). PC 6 : TOSC1 (Timer Oscilator 1). PC 7 : TOSC2 (Timer Oscilator 2). 30 AVCC, merupakan pin catu daya analog. 31 GND, ground untuk catu daya analog. 32 AVCC, merupakan tegangan referensi analog untuk ADC. 33 sampai 40 Port A, merupakan Port I/O dua arah (bi-directional). Selain sebagai port I/O 8 bit, Port A dapat juga difungsikan sebagai 8 channel ADC. Port I/O pada ATMega8535 dapat difungsikan sebagai input maupun output, untuk mengatur fungsi port tersebut dapat dilakukan dengan mengeset pada register

10 13 arah data (DDR = Data Direction Register), konfigurasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.4. Tabel 2.4. Konfigurasi untuk port I/O DDR bit = 1 DDR bit = 0 Port bit = 1 Output High Input pull-up Port bit = 0 Output Low Input Floating Dari table 2.4 dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Jika di konfigurasikan sebagai input : DDR bit 0 dan Port bit 1. b. Jika di konfigurasikan sebagai output High : DDR bit 1 dan Port bit 1. c. Jika di konfigurasikan sebagai Output Low : DDR bit 1 dan Port bit Timer/Counter Atmega8535 memiliki 3 modul timer yang terdiri dari 2 buah timer/counter 8 bit dan 1 buah timer/counter 16 bit. Ketiga modul timer tersebut dapat diatur dalam mode yang berbeda dan tidak saling mempengaruhi. Masing-masing timer/counter ini memiliki register tertentu untuk mengatur mede kerjanya Timer/Counter 1 Timer/Counter 1 merupakan timer/counter 16 bit yang dapat berfungsi sebagai pencacah tunggal, pembangkit PWM, pencacah event eksternal dan lain sebagainya. Mode kerja timer/counter 1 ditentukan dengan mengatur register TCCR1A, TCCR1B, TCNT1, serta TIMSK dan TIFR. 1. Timer/Counter 1 Control Register A (TCCR1A) Gambar 2.9. Register TCCR1A a. Bit 7:6 COMIA1:0 : Compare Output Mode for Channel A b. Bit 5:4 COMIAB:0 : Compare Output Mode for Channel B c. Bit 3 - FOC1A : Force Output Compare for Channel A d. Bit 2 - FOC1B : Force Output Compare for Channel B

11 14 e. Bit 1:0 WGM11:10 : Waveform Generation Mode 2. Timer/Counter 1 Control Register B (TCCR1B) Gambar Register TCCR1B a. Bit 7 ICNC1 : Input Capture Noise Canceler b. Bit 6 ICES1 : Input Capture Edge Select c. Bit 5 Reserve bit d. Bit 4:3 WGM11:10 : Waveform Generation Mode e. Bit 2:0 CS12:11:10 : Clock Select 3. Timer/Counter Register 1 (TCNT 1) Gambar Register TCNT1 4. Timer/Counter Interrupt Mask Register (TIMSK) Gambar Register TIMSK a. Bit 5 TICIE1 : Timer/Counter 1 Input Capture Interrupt Enable b. Bit 4 OCIE1A : Timer/Counter 1 Output Compare Match A Interrupt Enable

12 15 c. Bit 3 OCIE1B : Timer/Counter 1 Output Compare Match B Interrupt Enable d. Bit 2 TOIE1 : Timer/Counter 1 Overflow Interrupt Enable 5. Timer/Counter Interrupt Flag Register (TIFR) Gambar Register TIFR a. Bit 5 TICF2 : Timer/Counter 1 Input Capture Flag b. Bit 4 OCF1A : Timer/Counter 1 Output Compare Match A Flag c. Bit 3 OCF1B : Timer/Counter 1 Output Compare Match B Flag d. Bit 2 TOV1 : Timer/Counter 1 Overflow Flag Mode Operasi Timer/Counter1 Mode Normal Overflow Pada mode ini semua bit pada register TCCR1A (gambar 2.9) diset 0, dengan penggunaan prescaler (sumber clock) diatur pada register TCCR1B (gambar 2.10) dengan setingan seperti terlihat pada table 2.5. Table 2.5. Konfigurasi Prescaler Timer/Counter1 CS12:11:10 Keterangan 000 Stop

13 Clk (sama dengan clk CPU) 010 Clk/8 (1 clock timer/counter 1 = 8 clk CPU) 011 Clk/64 (1 clock timer/counter 1 = 64 clk CPU) 100 Clk/256 (1 clock timer/counter 1 = 256 clk CPU) 101 Clk/1024 (1 clock timer/counter 1 = 1024 clk CPU) 110 Clk eksternal dari pin T1 pada kondisi falling edge 111 Clk eksternal dari pin T1 pada kondisi rising edge Keterangan : Falling edge adalah perubahan clock / pulsa dari 1 ke 0 Rising edge adalah perubahan clock / pulsa dari 0 ke 1 Pada saat register TCNT1 yang berfungsi untuk menyimpan data cacahan timer/counter 1 dengan ukuran 16 bit, mencapai nilai maksimal (0FFFF h ) lalu nol lagi maka flag TOV1 pada register TIFR akan set (1) dan menyebabkan terjadinya Overflow, apabila bit TOIE1 pada register TIMSK diset (1) maka interupsi Timer/Counter1 Overflow akan terjadi. Nilai awal TCNT1 tidak harus selalu nol (0x0000 h ) namun dapat ditentukan sesuai kebutuhan. Besarnya waktu yang dibutuh Timer/Counter1 saat terjadi overflow dapat dihitung dengan persamaan 2.15 dibawah ini: ((1 FFFh ) TCNT1).N T 1 = F XTAL... (2.16) Dimana: T 1 = Waktu yang dibutuhkan Timer/Counter1 saat overflow (detik). TCNT1 = Nilai awal dari register TCNT1 N = Nilai prescaler yang digunakan F XTAL = Frekuensi Kristal yang digunakan (MHz) Persamaan diatas tidak berlaku saat prescaler yang digunakan berasal dari luar (eksternal clock) yaitu pada kondisi Rising edge atau Falling edge Timer/Counter2

14 17 Timer/Counter2 merupakan timer/counter 8 bit yang dapat berfungsi sebagai pencacah tunggal, pembangkit PWM, pencacah event eksternal dan lain sebagainya. Mode kerja timer/counter 2 ditentukan dengan mengatur register TCCR2, TCNT2, OCR2, serta TIMSK dan TIFR. 1. Timer/Counter2 Control Register (TCCR2) Gambar Register TCCR2 a. Bit 7 FOC2 : Force Output Compare b. Bit 6,3 WGM21:20 : Waveform Generation Mode c. Bit 5:4 COM21:20 : Compare Match Output Mode d. Bit 2:0 CS22:20 : Clock Select 2. Timer/Counter Register2 (TCNT2) Gambar Register TCNT2 3. Output Compare Register (OCR2) Gambar Register OCR2

15 18 4. Timer/Counter Interrupt Mask Register (TIMSK) Gambar Register TIMSK a. Bit 7 OCIE2 : Timer/Counter 2 Output Compare Match Interrupt Enable b. Bit 6 TOIE2 : Timer/Counter 2 Overflow Interrupt Enable 5. Timer/Counter Interrupt Flag Register (TIFR) Gambar Register TIFR c. Bit 7 OCF2 : Timer/Counter 2 Output Compare Match Flag d. Bit 6 TOV2 : Timer/Counter 2 Overflow Flag e Mode Operasi Timer/Counter2 1. Mode Normal Overflow Dalam mode ini dilakukan dengan memberi nilai 0 pada bit WGM21, WGM20,COM21 dan COM20 pada register TCCR2 (gambar 2.14) sedangkan besarnya prescaler yang digunakan dapat diatur seperti terlihat pada table 2.6.

16 19 Table 2.6. Konfigurasi prescaler Timer/Counter2 CS22:21:20 Keterangan 000 Stop 001 Clk (sama dengan clk CPU) 010 Clk/8 (1 clock timer/counter 1 = 8 clk CPU) 011 Clk/64 (1 clock timer/counter 1 = 64 clk CPU) 100 Clk/256 (1 clock timer/counter 1 = 256 clk CPU) 101 Clk/1024 (1 clock timer/counter 1 = 1024 clk CPU) 110 Clk eksternal dari pin T1 pada kondisi falling edge 111 Clk eksternal dari pin T1 pada kondisi rising edge Keterangan : Falling edge adalah perubahan clock / pulsa dari 1 ke 0 Rising edge adalah perubahan clock / pulsa dari 0 ke 1 Pada saat register TCNT2 yang berfungsi untuk menyimpan data cacahan timer/counter2 dengan ukuran 8 bit, mencapai nilai maksimal (0FFh) lalu nol lagi maka flag TOV2 pada register TIFR akan set (1) dan menyebabkan terjadinya Overflow, apabila bit TOIE2 pada register TIMSK diset (1) maka interupsi Timer/Counter2 Overflow akan terjadi. Nilai awal TCNT2 tidak harus selalu nol (0x00 h ) namun dapat ditentukan sesuai kebutuhan. Besarnya waktu yang dibutuh Timer/Counter2 saat terjadi overflow dapat dihitung dengan persamaan 2.16: (( 1 FFh ) TCNT 2). N T 2 = F XTAL... (2.17) Dimana: T 2 = Waktu yang dibutuhkan Timer/Counter2 saat overflow (detik). TCNT2 = Nilai awal dari register TCNT2 N = Nilai prescaler yang digunakan

17 20 F XTAL = Frekuensi Kristal yang digunakan (MHz) Persamaan diatas tidak berlaku saat prescaler yang digunakan berasal dari luar (eksternal clock) yaitu pada kondisi Rising edge atau Falling edge. 2. Normal Compare Match Dalam mode ini isi register TCCR2 diset sama seperti mode normal overflow, hanya saja saat kita mengisi register OCR2, maka ketika register pencacah TCNT2 = OCR2 maka akan terjadi compare match yang menyebabkan flag OCF2 secara otomatis set (1) apabila bit OCIE2 pada register TIMSK diset (1) maka interupsi Timer/Counter2 Compare Match akan terjadi. Ketika terjadi compare match isi TCNT2 akan terus menghitung sampai overflow dan mulai dari nol lagi Analog to Digital Converter (ADC) Mikrokontroller Atmega8535 memiliki fasilitas analog to digital converter (adc) yang sudah built in sebanyak 8 saluran input dengan resolusi mencapai 10 bit. Dalam operasi adc membutuhkan tegangan referensi (V ref ) dengan catu daya terpisah yaitu pin AVCC-AGND. Tegangan referensi eksternal pada pin Aref tidak boleh melebihi AVCC. Data hasil konversi adc dapat dihitung dengan rumus dibawah ini : A Pada resolusi 10 bit: V.1024 V in ADC...(2.18) ref B Pada resolusi 8 bit: V.256 V in ADC...(2.19) ref Dimana: V in = tegangan input pada pin adc yang dipilih (Volt) V ref = tegangan referensi adc (Volt)

18 21 Untuk mengatur mode dan cara kerja adc dapat dilakukan melalui register ADMUX, ASCSRA, ADCL, ADCH dan SFIOR. 1. ADC Multiplexer Selection Register (ADMUX) Gambar Register ADMUX a. Bit 7:6 REF1:0 : Referensi Selection Bits b. Bit 5 ADLAR : ADC Left Adjust Result c. Bit 4:0 MUX4:0 : Analog Channel Selection Bits 2. ADC Control and Status Register A (ADCSRA) Gambar 2.20 Register ADCSRA a. Bit 7 ADEN : ADC Enable b. Bit 6 ADSC : ADC Start Conversion c. Bit 5 ADATE : ADC Auto Trigger Enable d. Bit 4 ADIF : ADC Interrupt Flag e. Bit 3 ADIE : ADC Interrupt Enable f. Bit 2:0 ADPS2:0 : ADC Prescaler Select Bits Prosedur penggunaan ADC 1. Memilih Tegangan Referensi yang digunakan Pemilihan tegangan referensi ini dapat diatur melalui bit REFS1 dan REFS0 pada register ADMUX dengan konfigurasi seperti terlihat pada table 2.7. Tabel 2.7. Pengaturan Tegangan Referensi ADC

19 22 REFS1 REFS0 Tegangan Referensi 0 0 Pin AREF 0 1 Pin AVCC, dengan pin AREF diberi kapasitor 1 0 Tidak digunakan 1 1 Tegangan referensi internal 2.56V dengan pin AREF diberi kapasitor 2. Memilih Saluran Input ADC yang digunakan Pemilihan saluran input ADC ini dapat diatur melalui bit MUX3, MUX2, MUX1, dan MUX0 pada register ADMUX dengan konfigurasi seperti terlihat pada table 2.8. Tabel 2.8. Pemilihan Saluran Input ADC MUX4:0 Pin Input 0000 ADC ADC ADC ADC ADC ADC ADC ADC 7 3. Memilih Format Penyimpanan ADC Format penyimpanan data hasil konversi ADC dapat ditemukan pada register ADCH dan ADCL, melalui pengaturan bit ADLAR pada register ADMUX, dengan susunan seperti terlihat pada gambar a. Format data ADCH ADCL, jika bit ADLAR = 0

20 23 Gambar Register ADCH-ADCL, ADLAR =0 b. Format data ADCH ADCL, jika bit ADLAR = 1 Gambar Register ADCH-ADCL, ADLAR =1 4. Memilih Prescaler yang digunakan saat konversi Pemilihan prescaler yang digunakn untuk menentukan clock ADC dapat diatur melalui bit ADPS2, ADPS1 dan ADPS0 pada register ADCSRA dengan konfigurasi seperti terlihat pada table 2.9. Tabel 2.9. Prescaler ADC ADPS2:0 Besar Clock ADC 000 F XTAL /2 001 F XTAL /2 010 F XTAL /4 011 F XTAL /8 100 F XTAL / F XTAL / F XTAL / F XTAL /128

21 24 5. Mengaktifkan ADC Untuk mengaktifkan ADC dapat diatur dengan mengeset atau memberi nilai 1 bit ADEN pada register ADCSRA 6. Menentukan Mode Konversi ADC A Mode Free Running Pada mode ini data ADC akan diambil dan diperbaharui secara simultan, untuk mengaktifkan mode ini diatur melalui bit ADATE dan bit ADSC dengan memberi nilai 1 pada kedua bit tersebut saat awal konversi. Kedua bit tersebut ada pada register ADCSRA. B Mode Single Conversion Pada mode ini ADC akan mengkonversi sekali saja. Untuk mengaktifkan mode diatur melalui bit ADSC dengan memberi nilai 1 tiap kali memulai konversi dan memberi nilai 0 pada bit ADATE, kedua bit tersebut ada pada register ADCSRA. 7. Penggunaan rutin Interupsi atau Pooling Penggunaan rutin Interupsi ADC dapat diatur melalui bit ADIE pada register ADCSRA dengan cara memberi nilai 1, sehingga interupsi ADC akan terjadi saat ADC selesai menkonversi. Sedangkan penggunaan Pooling dilakukan dengan mengawasi bit ADIF pada register ADCSRA. Bit ini akan set (1) secara otomatis saat ADC selesai menkonversi Komunikasi Serial (USART) USART (Universal Synchronous and Asynchronous Serial Receiver and Transmitter) dapat difungsikan sebagai transmisi data sinkron dan asinkron yang dimiliki Atmega8535. Pada komunikasi secara sinkron detak dikirim bersama-sama dengan data serial, setiap Tx mengirimkan bit dari suatu byte data akan diikuti dengan sinyal sinkronisasi yang berupa sinyal transisi dari rendah ketinggi secara bersamaan atau sebaliknya. Rx akan mengetahui bahwa dijalur data ada data dengan banyaknya sinkronisasi yang diterima, saat sinyal sinkronisasi pertama berarti data milik D0, kedua milik D2 dan seterusnya sampai D7, seperti terlihat pada gambar 2.23.

22 25 Gambar Komunikasi serial secara sinkron Pada komunikasi data secara asinkron pengiriman detak dilakukan secara dua tahap, yaitu pada awal pengiriman atau yang disebut bit start dan pada akhir pengiriman atau yang disebut bit stop, seperti yang terlihat pada gambar Gambar Komunikasi serial secara asinkron Dari gambar diatas terlihat saluran tanpa data selalu berlogika high, ketika Tx ingin mengirimkan data keluaran USART akan diset kelogika low untuk waktu satu bit, perubahan bit dari high ke low ini oleh Rx diindikasikan sebagai bit start yang digunakan untuk mensinkronkan detaknya sehingga sinkron dengan detak Rx dalam waktu yang disepakati bersama. Selanjutnya data akan dikirim secara bertahap satu persatu dari bit yang paling awal sampai bit yang paling akhir dan berikutnya dikirimkan bit stop sebagai akhir dari pengiriman data serial. Adapun register yang digunakan untuk komunikasi serial USART pada Atmega8535 adalah sebagai berikut: 1. USART I/O Data Register (UDR) Gambar Register UDR Register UDR digunakan untuk buffer data yang akan dikirim dan yang akan diterima. UDR untuk buffer transmitter hanya dapat diisi jika bit UDRE dalam

23 26 register UCSRA bernilai 1.Jika data telah diisikan ke buffer TXB dan USART transmitter diaktifkan maka data tersebut dikirimkan secara serial melalui pin PD.1 (TxD). 2. USART Control and Status Register A (UCSRA) Gambar Register UCSRA a. Bit 7 RXC : USART Receive Completes b. Bit 6 TXC : USART Transmit Complete c. Bit 5 UDRE : USART Data Register Empty d. Bit 4 FE : Frame Error e. Bit 3 DOR : Data Over Run f. Bit 2 PE : Parity Error g. Bit 0 MPCM : Multi Processor Communication Mode 3. USART Control and Status Register B (UCSRB) Gambar Register UCSRB a. Bit 7 RXCIE : RX Complete Interrupt Enable b. Bit 6 TXCIE : TX Complete Interrupt Enable c. Bit 5 UDRIE : USART Data Register Interrupt Enable d. Bit 4 RXEN : Receive Enable e. Bit 3 TXEN : Transmitter Enable f. Bit 2 UCSZ2 : Character Size g. Bit 1 RXB8 : Receive Data Bit 8 h. Bit 0 TXB8 : Transmitter Data Bit 8

24 27 4. USART Control and Status Register C (UCSRC) Gambar Register UCSRC a. Bit 7 URSEL : Register Select b. Bit 6 UMSEL : USART Mode c. Bit 5 : 4 UPM1:0 : Parity Mode d. Bit 3 USBS : Stop Bit Select e. Bit 2:1 UCSZ1:1 : Character Size f. Bit 0 UCPOL : Clock Polarity 5. USART Baut Rate Register (UBRRL-UBRRH) Gambar Register UBRR a. Bit 15 URSEL : Register Select b. BIT 14:12 Tidak digunakan c. Bit 11:0 UBRR11:0 : USART Baut Rate Register Prosedur Penggunaan USART 1. Memilih Mode Komunikasi yang digunakan Pemilihan mode komunikasi yang digunakan menyangkut mode sinkron dan asinkron diatur melalui bit UMSEL (USART Mode Select) pada register UCSRC

25 28 (gambar 2.28) 2. Memilih Jalur Komunikasi yang digunakan Pemilihan jualur komukasi yang digunakan menyangkut jalur komunikasi pengiriman data (Tx) atau penerimaan data (Rx) diatur melalui bit TXEN dan RXEN pada register UCSRB (gambar 2.27) 3. Memilih Lebar Data yang digunakan Pemilihan lebar data komunikasi diatur melalui bit UCSZ2 pada register UCSRA (gambar2.28) serta bit UCSZ1 dan bit UCSZ0 pada register UCSRC dengan format seperti ditunjukan pada table Table 2.10 Pengaturan Lebar Data UCSZ2 UCSZ1 UCSZ0 Ukuran Karakter Bit Bit Bit Bit Reserved Reserved Reserved Bit 4. Memilih Parity dan Stop bit yang digunakan Pemilihan mode parity yang digunakan diatur melalui bit UPM1 dan UPM0 pada register UCSRC dengan susunan dengan format seperti ditunjukan pada table 2.11,sedangkan penggunaan stop bit diatur melalui bit USBS pada register UCSRC, jika diset 0 maka menggunakan 1 stop bit tetapi bila diset 1 maka menggunakan 2 stop bit Tabel 2.11 Mode Paritas

26 29 UPM1 UPM0 Mode Paritas 0 0 Disabled 0 1 Reserved 1 0 Enabled, Even Parity 1 1 Enabled, odd Parity 5. Menentukan Baut-Rate yang digunakan Penentuan nilai baut-rate diatur melalui register UBRRH dan UBRRL. Pengaturan baut-rate pada register UBRR dapat hitung dengan rumus dibawah ini : a Mode Asynchronous Normal Mode (U2X = 0) FXTAL UBRR Bautrate.... (2.20) b Mode Asynchronous Double Speed (U2X =1) FXTAL UBRR 1 8. Bautrate.... (2.21) c Mode Synchronous Master UBRR FXTAL 1 2. Bautrate.... (2.22) Dimana : F XTAL adalah frekuensi kristal yang digunakan (Mhz). 6. Penggunaan rutin Interupsi atau Pooling Penggunaan rutin Interupsi serial untuk pengiriman data (Tx) dapat diatur melalui bit TXCIE pada register UCSRB dengan cara memberi nilai 1, sehingga interupsi serial untuk pengiriman data (Tx) akan terjadi saat data yang dikirim oleh register UDR sudah lengkap. Sedangkan jika menggunakan pooling dilakukan dengan mengawasi bit TXC pada register UCSRA. Penggunaan rutin

27 30 Interupsi serial untuk penerimaan data (Rx) dapat diatur melalui bit RXCIE pada register UCSRB dengan cara memberi nilai 1, sehingga interupsi serial untuk penerimaan data (Tx) akan terjadi saat data yang diterima dalam register UDR sudah lengkap, penggunaan pooling dilakukan dengan mengawasi bit RXC pada register UCSRA Memory Mikrokontroller ATMega8535 memiliki tiga jenis memori yaitu memori program, memori data, dan EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory). Ketiganya memiliki ruang sendiri dan terpisah Memori Data ATMega8535 memiliki memori data sebesar 608 byte yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu 32 buah register serba guna, 64 buah register I/O dan 512 byte SRAM. Register serba guna menempati ruang data pada alamat terbawah yaitu $00 sampai $1F. Register I/O menempati 64 alamat berikutnya mulai dari $ 20 sampai $5F. Register tersebut digunakan untuk mengatur fungsi peripheral seperti register kontrol, timer/counter, fungsi-fungsi I/O. Alamat memori berikutnya digunakan untuk SRAM sebesar 512 byte pada lokasi $60 sampai $25F. Konfigurasi untuk memori data dapat dilihat pada gambar 2.30 Gambar Memori data ATMega Memori Program Memori program terletak pada Flash Perom dengan ukuran 8 kbyte yang dipetakan dari alamat $0000 sampai $0FFF, dimana masing-masing alamat memiliki lebar data 16 bit. Memori program ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian program boot

28 31 dan bagian program aplikai. Jika menggunakan tidak fitur boot loader flash maka semua kapasitas memori program dapat digunakan untuk program aplikasi, tetapi jika menggunakan fitur boot loader flash maka pembagian ukuran memori ditentukan oleh BOOTSZ fuse. Konfigurasi untuk memori program dapat dilihat pada gambar 2.31 Gambar Memori program Atmega EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) EEPROM adalah memori data yang dapat menetap ketika chip mati, digunakan untuk keperluan penyimpanan data yang tahan terhadap gangguan catu daya. EEPROM memiliki ukuran sebesar 512 byte, memori tersebut hanya dapat diakses dengan menggunakan register I/O, yaitu EEPROM Data register (EEDR), EEPROM Address (EEARH-EEARL) dan EEPROM Control register (EECR). Untuk mengakses memori EEPROM ini diperlakukan seperti mengakses data external sehingga memerlukan waktu eksekusi yang lebih lama bila dibandingkan dengan mengakses data dari SRAM. Konfigurasi untuk memori EEPROM dapat dilihat pada gambar Gambar Memori EEPROM Atmega LCD (Liquid Crystal Display)

29 32 Penampil LCD (Liquid Crystal Display) digunakan sebagai display untuk menampilkan data dengan ukuran 2x16, seperti terlihat pada gambar Adapun fungsi dari tiap pinnya dapat dilihat pada tabel Pada LCD terdapat beberapa memori diantaranya adalah DDRAM (Display Data Random Access Memory), CGRAM (Character Generator Random Access Memory) dan CGROM (Character Generator Read Only Memory). Gambar 2.33 Struktur Pin LCD Matriks 2x16 Tabel 2.12 PIN LCD dan Fungsinya PIN NAMA PIN KETERANGAN

30 33 1 VSS Ground Voltage 2 VCC +5 V 3 VEE Contras Voltage 4 RS Register Select 0 = Intruksi Register 1 = Data Register 5 R/W Read/Write Mode 0 = Write Mode 1 = Read Mode 6 E Enable 0 = enable 1 = disable 7 DB0 Data bit ke 0 (LSB) 8 DB1 Data bit ke 1 9 DB2 Data bit ke 2 10 DB3 Data bit ke 3 11 DB4 Data bit ke 4 12 DB5 Data bit ke 5 13 DB6 Data bit ke 6 14 DB7 Data bit ke 7 (MSB) 15 BPL Back Plane Light 16 GND Ground Voltage DDRAM Merupakan memori tempat karakter ditampilkan berada. Pada LCD 2x16 alamat awal baris pertama dimulai dari 00 h sampai 39 h, sedangkan alamat awal dari baris kedua dimulai dari 40 h sampai 79 h CGRAM Merupakan memori untuk menggambarkan pola dari sebuah karakter dimana bentuk dari karakter tersebut dapat diubah-ubah. Namun isi memori akan hilang saat catu daya dimatikan sehingga pola kerakter ikut hilang CGROM

31 34 Merupakan memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dimana pola tersebut sudah ditentukan secara permanen sehingga pengguna tidak dapat merubahnya lagi. Adapun pola karakter yang tersimpan dalam CGROM dapat dilihat pada tabel Tabel 2.13 Pola Karakter CGROM

32 35 Dari tabel 2.13 diatas misal diinginkan LCD 2x16 menampilkan data 61 h atau b yang berada pada DDRAM kemudian ditampilkan maka data yang diambil berada pada alamat 61 h yang berada pada CGROM yaitu pola karakter a Level Converter TTL to RS232 (IC MAX 232) Istilah RS232 sudah begitu populer sehingga sering dianggap RS232 mengatur semua hal tentang komunikasi data serial, meskipun sesungguhnya RS232 tidak mengatur sejauh ini. RS232 dibuat pada tahun 1962, jauh sebelum IC TTL populer, maka level tegangan yang ditentukan untuk RS232 tidak ada hubungannya dengan level tegangan TTL bahkan jauh berbeda. Berikut ini adalah spesifikasi dari RS232 yang merujuk pada Electronic Industry Association (EIA) : a. Space (logika 0) adalah tegangan antara +3V hingga +25V.

33 36 b. Mark (logika 1) adalah tegangan antara -3V hingga -25V. c. Daerah antara +3V hingga -3V tidak didefinisikan. d. Arus hubung singkat tidak boleh melebihi 500mA. Berdasarkan spesifikasi diatas, IC digital termasuk pengontrol mikro umumnya bekerja pada level TTL yang dibuat atas dasar tegangan catu daya +5 Volt. Hampir semua komponen digital bekerja pada level TTL dengan demikian dalam membentuk saluran RS 232 dibutuhkan pengubah level tegangan timbal balik antara TTL dan RS 232. Di pasaran banyak IC untuk aplikasi ini misalnya untuk mengubah level TTL ke RS 232 adalah MC1488 dan MC1489. Tetapi saat ini banyak digunakan IC MAX 232 yang mempunyai dua fungsi sekaligus sehingga hanya dibutuhkan satu IC saja. Untuk bentuk on-chip dari IC MAX232 terlihat pada gambar C1+ V+ C1- C2+ C2- V- Tr2out Re2in VCC GND Tr1out Re1in Re1out Tr1in Tr2in Re2out Konfigurasi Serial DB 9 Gambar Struktur Pin IC Max232 Selain mendeskripsikan level tagangan, standar RS 232 menentukan pula jenisjenis sinyal yang dipakai mengatur pertukaran informasi. Konektor yang dipakai ditentukan dalam standar RS232, untuk sinyal yang lengkap maka dipakai DB9 seperti terlihat pada gambar DB9 Gambar Konektor DB 9

34 37 Untuk dapat menggunakan port serial dalam hal ini COM1 maka kita perlu mengetahui alamatnya. Base address COM1 biasanya adalah 1016 (3F8 h ). Alamat tersebut adalah alamat yang biasanya digunakan, tergantung dari komputer yang digunakan, tepatnya kita bisa melihat pada peta memori tempat menyimpan alamat tersebut, yaitu memori 0000 h :0400 h untuk base address COM1. Tabel 2.13 dibawah ini memperlihatkan alamat dan IRQ (Interrupt ReQuest) serial port Tabel 2.13 Alamat dan IRQ Serial Port Nama Alamat IRQ COM1 3F8 4 COM2 2F8 3 COM3 3E8 4 COM4 2E8 3

BAB III PERANCANGAN ALAT PENYIMPANAN DATA KECEPATAN ANGIN, ARAH ANGIN DAN SUHU

BAB III PERANCANGAN ALAT PENYIMPANAN DATA KECEPATAN ANGIN, ARAH ANGIN DAN SUHU 38 BAB III PERANCANGAN ALAT PENYIMPANAN DATA KECEPATAN ANGIN, ARAH ANGIN DAN SUHU Bab ini akan menjelaskan perancangan dan pembuatan alat penyimpanan data kecepatan angin, arah angin dan suhu yang pembahasannya

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Jenis Mikrokontroler AVR dan spesifikasinya Flash adalah suatu jenis Read Only Memory yang biasanya diisi dengan program

Lebih terperinci

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor Sistem Minimum Mikrokontroler TTH2D3 Mikroprosesor MIKROKONTROLER AVR Mikrokontroler AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi andalan Atmel. Arsitektur ini dirancang memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROKONTROLLER UNIVERSAL SYNCHRONOUS AND ASYNCHRONOUS SERIAL RECEIVER TRANSMITTER (USART)

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROKONTROLLER UNIVERSAL SYNCHRONOUS AND ASYNCHRONOUS SERIAL RECEIVER TRANSMITTER (USART) LAPORAN PRAKTIKUM MIKROKONTROLLER UNIVERSAL SYNCHRONOUS AND ASYNCHRONOUS SERIAL RECEIVER TRANSMITTER (USART) Oleh : Mei Rahayu Puspitasari 1541160040 JTD 2B JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Mikrokontroler AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi andalan Atmel. Arsitektur ini dirancang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu : Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Islam

Lebih terperinci

MODUL 8 Analog Digital Converter (ADC)

MODUL 8 Analog Digital Converter (ADC) MODUL 8 Analog Digital Converter (ADC) AVR ATMega16 merupakan tipe AVR yang telah dilengkapi dengan 8 saluran ADC internal dengan resolusi 10 bit. Dalam mode operasinya, ADC dapatdi konfigurasi, baik single

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan konsep dasar sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler menggunakan modul Xbee Pro. Konsep dasar sistem ini terdiri dari gambaran

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan menerangkan beberapa teori dasar yang mendukung terciptanya skripsi ini. Teori-teori tersebut antara lain mikrokontroler AVR ATmega32, RTC (Real Time Clock) DS1307,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

REFS0-1 (Reference Selection Bits) REFS0-1 adalah bit-bit pengatur mode tegangan referensi ADC.

REFS0-1 (Reference Selection Bits) REFS0-1 adalah bit-bit pengatur mode tegangan referensi ADC. JOBSHEET VI MENGGUNAKAN ANALOG TO DIGITAL CONVERTER (ADC) DALAM MIKROKONTROLLER ATMEGA8535 1 TUJUAN Mengetahui dan memahami cara menggunakan ADC yang ada di dalam mikrokontroler. Mengetahui dan memahami

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Bentuk Fisik Sensor Gas LPG TGS 2610 Bentuk fisik sensor TGS 2610 terlihat pada gambar berikut :

BAB II DASAR TEORI Bentuk Fisik Sensor Gas LPG TGS 2610 Bentuk fisik sensor TGS 2610 terlihat pada gambar berikut : BAB II DASAR TEORI 2.1 SENSOR TGS 2610 2.1.1 Gambaran Umum Sensor gas LPG TGS 2610 adalah sebuah sensor gas yang dapat mendeteksi adanya konsentrasi gas LPG di sekitar sensor tersebut. Sensor gas LPG TGS

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

Mikrokontroler AVR. Hendawan Soebhakti 2009

Mikrokontroler AVR. Hendawan Soebhakti 2009 Mikrokontroler AVR Hendawan Soebhakti 2009 Tujuan Mampu menjelaskan arsitektur mikrokontroler ATMega 8535 Mampu membuat rangkaian minimum sistem ATMega 8535 Mampu membuat rangkaian downloader ATMega 8535

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Atmel AVR adalah jenis mikrokontroler yang paling sering dipakai dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Atmel AVR adalah jenis mikrokontroler yang paling sering dipakai dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 Atmel AVR adalah jenis mikrokontroler yang paling sering dipakai dalam bidang elektronika dan instrumentasi. Mikrokontroler AVR ini memiliki arsitektur

Lebih terperinci

Sistem Mikrokontroler FE UDINUS

Sistem Mikrokontroler FE UDINUS Minggu ke 2 8 Maret 2013 Sistem Mikrokontroler FE UDINUS 2 Jenis jenis mikrokontroler Jenis-jenis Mikrokontroller Secara teknis, hanya ada 2 macam mikrokontroller. Pembagian ini didasarkan pada kompleksitas

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroler Atmega8535 Mikrokontroler adalah IC yang dapat diprogram berulang kali, baik ditulis atau dihapus (Agus Bejo, 2007). Biasanya digunakan untuk pengontrolan otomatis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motor DC dan Motor Servo 2.1.1. Motor DC Motor DC berfungsi mengubah tenaga listrik menjadi tenaga gerak (mekanik). Berdasarkan hukum Lorenz bahwa jika suatu kawat listrik diberi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Minimum AVR USB Sistem minimum ATMega 8535 yang didesain sesederhana mungkin yang memudahkan dalam belajar mikrokontroller AVR tipe 8535, dilengkapi internal downloader

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan seperti MCS51 adalah pada AVR tidak perlu menggunakan oscillator

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan seperti MCS51 adalah pada AVR tidak perlu menggunakan oscillator BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Microcontroller Atmega 8 AVR merupakan salah satu jenis mikrokontroler yang di dalamnya terdapat berbagai macam fungsi. Perbedaannya pada mikro yang pada umumnya digunakan seperti

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. waktu tertentu. Dimana alat tersebut dapat dioperasikan melalui komputer serta

BAB IV PEMBAHASAN. waktu tertentu. Dimana alat tersebut dapat dioperasikan melalui komputer serta 41 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Kerja Sistem Pencacah Nuklir Sistem Pencacah Nuklir adalah sebuah alat yang digunakan untuk mencacah intensitas radiasi yang ditangkap oleh detektor nuklir dalam selang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroller ATMEGA 8535 Mikrokontroller merupakan sebuah single chip yang didalamnya telah dilengkapi dengan CPU (Central Processing Unit), RAM (Random Acces Memory), ROM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrokontroller 8535 Mikrokontroller adalah IC yang dapat diprogram berulang kali, baik ditulis atau dihapus. Biasanya digunakan untuk pengontrolan otomatis dan manual pada

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Sistem poros sederhana yang mengalami kondisi tak seimbang

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Sistem poros sederhana yang mengalami kondisi tak seimbang BAB II TEORI DASAR 2.1. Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas tentang proses penyeimbangan dan metoda penyeimbangan yang menjadi dasar dalam pembuatan alat pengolah sinyal dan komponen-komponen alat pengolah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KECEPATAN PENCACAHAN ANTARA TIMER 0 (8 BIT) DENGAN TIMER 1 (16 BIT) PADA SISTEM MIKROKONTROLER

PERBANDINGAN KECEPATAN PENCACAHAN ANTARA TIMER 0 (8 BIT) DENGAN TIMER 1 (16 BIT) PADA SISTEM MIKROKONTROLER PERBANDINGAN KECEPATAN PENCACAHAN ANTARA TIMER 0 (8 BIT) DENGAN TIMER 1 (16 BIT) PADA SISTEM MIKROKONTROLER Arief Hendra Saptadi Program Studi D-III Teknik Telekomunikasi Akademi Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Pustaka 1. Perancangan Telemetri Suhu dengan Modulasi Digital FSK-FM (Sukiswo,2005) Penelitian ini menjelaskan perancangan telemetri suhu dengan modulasi FSK-FM. Teknik

Lebih terperinci

Apa itu timer/counter?

Apa itu timer/counter? Timer/Counter Apa itu timer/counter? Merupakan suatu pencacah(counter) yang bisa menghitung naik/turun Pencacah berupa register 8 bit/16 bit Nilai cacahan yg tersimpan di register tersebut akan naik/turun

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, dimana

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, dimana BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino Uno R3 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ATMega 8535 adalah mikrokontroller kelas AVR (Alf and Vegard s Risc

BAB II LANDASAN TEORI. ATMega 8535 adalah mikrokontroller kelas AVR (Alf and Vegard s Risc BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller ATMega 8535 ATMega 8535 adalah mikrokontroller kelas AVR (Alf and Vegard s Risc Processor) keluarga ATMega. Mikrokontroller AVR memiliki arsitektur 8 bit, dimana

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only)

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only) 1. Operasi Serial Port mempunyai On Chip Serial Port yang dapat digunakan untuk komunikasi data serial secara Full Duplex sehingga Port Serial ini masih dapat menerima data pada saat proses pengiriman

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di BAB III TEORI PENUNJANG 3.1. Microcontroller ATmega8 Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di dalamnya terkandung sebuah inti proccesor, memori (sejumlah kecil RAM, memori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perangkat Keras Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu perangkat keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil pilihan.

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem

Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Sistem LM35 sc Heater Driver

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sensor Optocoupler Optocoupler adalah suatu piranti yang terdiri dari 2 bagian yaitu transmitter dan receiver, yaitu antara bagian cahaya dengan bagian deteksi sumber cahaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor 2.1.1 Pengertian Umum Sensor Sebenarnya sensor secara umum didefinisikan sebagai alat yang mampu menangkap fenomena fisika atau kimia kemudian mengubahnya menjadi sinyal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi cuaca pada suatu daerah. Banyak hal yang sangat bergantung pada kondisi

II. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi cuaca pada suatu daerah. Banyak hal yang sangat bergantung pada kondisi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Temperatur dan Kelembaban Temperatur dan kelembaban merupakan aspek yang penting dalam menentukan kondisi cuaca pada suatu daerah. Banyak hal yang sangat bergantung pada kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebelumnya pernah dilakukan penelitian terkait dengan alat uji kekuatan gigit oleh Noviyani Agus dari Poltekkes Surabaya pada tahun 2006 dengan judul penelitian

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. dihapus berulang kali dengan menggunakan software tertentu. IC ini biasanya

BAB III TEORI PENUNJANG. dihapus berulang kali dengan menggunakan software tertentu. IC ini biasanya BAB III TEORI PENUNJANG 3.1 Mikrokontroler ATmega8535 Mikrokontroler adalah IC (Integrated Circuit) yang dapat di program dan dihapus berulang kali dengan menggunakan software tertentu. IC ini biasanya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor MLX 90614[5]

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor MLX 90614[5] BAB II DASAR TEORI Dalam bab ini dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan skripsi yang dibuat. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah sensor

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. beberapa komponen utama yang digunakan pada simulasi Pengendali Lampu. Jarak Jauh dan Dekat pada Kendaraan Secara Otomatis.

BAB II TEORI DASAR. beberapa komponen utama yang digunakan pada simulasi Pengendali Lampu. Jarak Jauh dan Dekat pada Kendaraan Secara Otomatis. BAB II TEORI DASAR Pada bab ini akan dibahas secara singkat tentang sistem pengendalian dan beberapa komponen utama yang digunakan pada simulasi Pengendali Lampu Jarak Jauh dan Dekat pada Kendaraan Secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Simbol LED [8]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Simbol LED [8] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Light Emiting Dioda Light Emiting Diode (LED) adalah komponen yang dapat memancarkan cahaya. Sstruktur LED sama dengan dioda. Untuk mendapatkan pancaran cahaya pada semikonduktor,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat pengukur tinggi bensin pada reservoir SPBU. Dalam membuat suatu sistem harus dilakukan analisa mengenai

Lebih terperinci

Gambar 2.7. Susunan pin mikrokontroler ATMega8535 Berikut ini adalah tabel penjelasan mengenai pin yang terdapat pada mikrokontroler ATMega8535:

Gambar 2.7. Susunan pin mikrokontroler ATMega8535 Berikut ini adalah tabel penjelasan mengenai pin yang terdapat pada mikrokontroler ATMega8535: 11 9. RAM Internal 128 X 8 bit, 10. Memiliki 32 jalur I/O yang dapat diprogram, 11. Satu pencacah 8 bit dengan separate prescaler, 12. Satu pencacah16 bit dengan separate prescaler, 13. Sumber interupsi

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER AT89S52

MIKROKONTROLER AT89S52 MIKROKONTROLER AT89S52 Mikrokontroler adalah mikroprosessor yang dirancang khusus untuk aplikasi kontrol, dan dilengkapi dengan ROM, RAM dan fasilitas I/O pada satu chip. AT89S52 adalah salah satu anggota

Lebih terperinci

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika TAKARIR AC (Alternating Current) Adalah sistem arus listrik. Sistem AC adalah cara bekerjanya arus bolakbalik. Dimana arus yang berskala dengan harga rata-rata selama satu periode atau satu masa kerjanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat monitoring tekanan oksigen pada gas sentral dengan sistem digital yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat monitoring tekanan oksigen pada gas sentral dengan sistem digital yang lebih BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang gas medis telah dilakukan oleh Oktavia Istiana (2005) dengan tampilan analog dan Rachmatul Akbar (2015) yang melakukan pembuatan alat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C.

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C. BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Ethanol

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Ethanol BAB II DASAR TEORI 2.1 Ethanol Ethanol yang kita kenal dengan sebutan alkohol adalah hasil fermentasi dari tetes tebu. Dari proses fermentasi akan menghasilkan ethanol dengan kadar 11 12 %. Dan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II WATERPAS DIGITAL

BAB II WATERPAS DIGITAL BAB II WATERPAS DIGITAL Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan waterpass digital yang dirancang. 2.1 Accelerometer Accelerometer adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu sistem yang memungkinkan untuk mengatur suhu sampai mencapai suhu di bawah suhu lingkungan. Penggunaan refrigerasi sangat dikenal pada sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merealisasikan suatu alat pengawas kecepatan pada forklift berbasis mikrokontroler.

BAB II LANDASAN TEORI. merealisasikan suatu alat pengawas kecepatan pada forklift berbasis mikrokontroler. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan membahas teori teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan suatu alat pengawas kecepatan pada forklift berbasis mikrokontroler. 2.1 Gerak Melingkar Beraturan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan implementasi sistem telemetri yang terdiri dari perancangan perangkat keras dan perancangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Karbon Monoksida (CO) Karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak mudah larut dalam air, tidak menyebabkan iritasi, beracun dan berbahaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah pembuatan modul maka perlu dilakukan pendataan melalui proses

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah pembuatan modul maka perlu dilakukan pendataan melalui proses BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Dan Pengukuran Setelah pembuatan modul maka perlu dilakukan pendataan melalui proses pengujian dan pengukuran. Tujuan dari pengujian dan pengukuran yaitu mengetahui

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk dapat membandingkan LM35DZ dengan DS18B20 digunakan sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga perbandinganya dapat lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produk yang Sejenis 2.1.1 Produk Sejenis Alat ukur tekanan ban yang banyak ditemukan dipasaran dan paling banyak digunakan adalah manometer. Manometer adalah alat ukur tekanan

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. II. Tujuan. III. Gambaran Disain. MODUL 6 Meter Cahaya Digital

I. Pendahuluan. II. Tujuan. III. Gambaran Disain. MODUL 6 Meter Cahaya Digital MODUL 6 Meter Cahaya Digital I. Pendahuluan Pada praktikum ini, anda akan mencoba memanfaatkan fasilitas masukan analog pada mikrokontroler AVR ATmega8535. ATmega8535 mempunyai ADC (Analog to Digital Converter)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berinteraksi dengan mudah dan interaksi dengan masyarakat umum juga menjadi

BAB II LANDASAN TEORI. berinteraksi dengan mudah dan interaksi dengan masyarakat umum juga menjadi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bahasa Isyarat Abjad Bahasa isyarat adalah media komunikasi bagi para penderita tuna-rungu agar dapat berinteraksi dengan para penderita tuna-rungu lainnya dan manusia normal,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Current Transformer atau yang biasa disebut Trafo arus adalah tipe instrument

BAB II DASAR TEORI. Current Transformer atau yang biasa disebut Trafo arus adalah tipe instrument BAB II DASAR TEORI 2.1 Trafo Arus ( Current Transformer ) Current Transformer atau yang biasa disebut Trafo arus adalah tipe instrument trafo yang didesain untuk mendukung arus yang mengalir pada kumparan

Lebih terperinci

MIKROPENGENDALI C TEMU 4 AVR TIMER AND COUNTER. Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom

MIKROPENGENDALI C TEMU 4 AVR TIMER AND COUNTER. Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom MIKROPENGENDALI C TEMU 4 AVR TIMER AND COUNTER Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom PENDAHULUAN Pada mikropengendali terdapat register Timer/Counter yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Breastpump ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 RANCANGAN PERANGKAT KERAS 3.1.1. DIAGRAM BLOK SISTEM Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Thermal Chamber Mikrokontroler AT16 berfungsi sebagai penerima input analog dari sensor

Lebih terperinci

Kotak Surat Pintar Berbasis Mikrokontroler ATMEGA8535

Kotak Surat Pintar Berbasis Mikrokontroler ATMEGA8535 Kotak Surat Pintar Berbasis Mikrokontroler ATMEGA8535 Parulian Sepriadi, Agus Wahyudi, Iman Fahruzi, Siti Aisyah Politeknik Batam Parkway Street Batam Centre, Batam 24961, Kepri, Indonesia E-mail: paru0509@yahoo.com;

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Robotika Istilah robot yang biasa terdengar umumnya mengandung pengertian suatu alat yang menyerupai manusia atau bahkan bertingkah laku seperti manusia, namun struktur tubuhnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung pada tanggal 4 Juni 2013 hingga 23 September 2014.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Biogas Krisis energi yang terjadi menuntun manusia untuk lebih cerdas mencari alternatif sumber energi lain. Secara umum, sumber energi alternatif tersebut harus dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Blok Diaram Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari sistem pendeteksi kebocoran gas pada rumah yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan

Lebih terperinci

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 A. Pendahuluan Mikrokontroler merupakan lompatan teknologi mikroprosesor dan mikrokomputer. Mikrokontroler diciptakan tidak semata-mata hanya memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mikrokontroler ATmega8535 Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR (Alf and Vegard s Risc Processor) yang diproduksi oleh Atmel Corporation.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya 10 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sensor TGS 2610 2.1.1 Gambaran umum Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor oksida-logam,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT 3.1. Perancangan Sistem Secara Umum bawah ini. Diagram blok dari sistem yang dibuat ditunjukan pada Gambar 3.1 di u(t) + e(t) c(t) r(t) Pengontrol Plant

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN Konsep dasar sistem monitoring tekanan ban pada sepeda motor secara nirkabel ini terdiri dari modul sensor yang terpasang pada tutup pentil ban sepeda

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUKURAN ARUS & TEGANGAN AC PADA WATTMETER DIGITAL

BAB III SISTEM PENGUKURAN ARUS & TEGANGAN AC PADA WATTMETER DIGITAL 34 BAB III SISTEM PENGUKURAN ARUS & TEGANGAN AC PADA WATTMETER DIGITAL Pada bab ini akan dijelaskan mengenai rancangan desain dan cara-cara kerja dari perangkat keras atau dalam hal ini adalah wattmeter

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino Uno R3 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang akan dibuat memiliki fungsi untuk menampilkan kondisi volume air pada tempat penampungan air secara real-time. Sistem ini menggunakan sensor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroler atmel ATmega32 Mikrokontroler ATmega32 adalah mikrokontroler CMOS 8 bit yang memiliki arsitektur AVR, dimana semua instruksi tersusun dalam kode 16 bit dan sebagian

Lebih terperinci

BAB II KWH-METER ELEKTRONIK

BAB II KWH-METER ELEKTRONIK 3 BAB II KWH-METER ELEKTRONIK 2.1. UMUM Energi ialah besar daya terpakai oleh beban dikalikan dengan lamanya pemakaian daya tersebut atau daya yang dikeluarkan oleh pembangkit energi listrik dikalikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Microcontroller AVR ATmega32 Microcontroller adalah sebuah alat pengendali (controller) berukuran mikro atau sangat kecil yang dikemas dalam bentuk chip 1. Microcontroller data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan dioda biasa, komponen elektronika ini akan mengubah cahaya menjadi arus listrik. Cahaya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Strain Gauge

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Strain Gauge BAB II DASAR TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan diuraikan dasar - dasar penunjang yang diperlukan untuk merealisasikan alat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUJIAN AN ANALISA ATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pendeteksi Kebocoran Gas pada Rumah Berbasis Layanan Pesan Singkat yang telah selesai dirancang. Pengujian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PEANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Pendahuluan Dalam Bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat yang ada pada Perancangan Dan Pembuatan Alat Aplikasi pengendalian motor DC menggunakan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI BAB II

LANDASAN TEORI BAB II 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Pengertian suhu dan kelembaban Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam atmosfer. Alat untuk mengukur suhu atau temperatur udara atau derajat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system.

BAB II LANDASAN TEORI. pada itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system. BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari pada itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system. Dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB 3: PERANCANGAN DAN SISTEM KERJA RANGKAIAN. Bab ini membahas tentang perencanaan dan pembuatan sistem secara

BAB 3: PERANCANGAN DAN SISTEM KERJA RANGKAIAN. Bab ini membahas tentang perencanaan dan pembuatan sistem secara Untuk mempermudah penulisan tugas akhir ini, penulis membuat suatu sistematika penulisan yang terdiri dari : BAB 1: PENDAHULUAN Bab ini akan membahas latar belakang tugas akhir, identifikasi masalah, batasan

Lebih terperinci

TnEX ADC GPIO UART PWM I2C SPI GPIO

TnEX ADC GPIO UART PWM I2C SPI GPIO GPIO TnEX ADC UART I2C SPI GPIO PWM 2 Interfacing Programming Peripheral Devices MCU ICE (Nu-Link) PC IDE RS232 CAN2.0 USB2.0 to PC Speaker : Con3 earphone : J1 mic : J2 Reset SW Int VR LEDs Input only

Lebih terperinci

BAB I TEORI DASAR 1.1 ATmega Definisi

BAB I TEORI DASAR 1.1 ATmega Definisi BAB I TEORI DASAR 1.1 ATmega 16 1.1.1 Definisi ATmega16 adalah mikrokontroler kinerja tinggi dengan 8-bit keluaran dan konsumsi daya yang rendah. Atmega16 dapat bekerja pada frekuensi maksimum 16MHz. ATmega16

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler Tipe Atmega 644p

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler Tipe Atmega 644p BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem dan penjelasan mengenai perangkat-perangkat yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah membuat Data Logger Autoclave, prinsip kerja alat ini adalah pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah membuat Data Logger Autoclave, prinsip kerja alat ini adalah pada 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Dwinta Mussetyarsih (2014) yang telah membuat Data Logger Autoclave, prinsip kerja alat ini adalah pada saat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengaruh Tekanan Udara (Atmosfer) Terhadap Cuaca dan Penerbangan

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengaruh Tekanan Udara (Atmosfer) Terhadap Cuaca dan Penerbangan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengaruh Tekanan Udara (Atmosfer) Terhadap Cuaca dan Penerbangan Tekanan udara (atmosfer) pada suatu permukaan adalah gaya yang diberikan kepada suatu permukaan atau area oleh

Lebih terperinci