BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroler atmel ATmega32 Mikrokontroler ATmega32 adalah mikrokontroler CMOS 8 bit yang memiliki arsitektur AVR, dimana semua instruksi tersusun dalam kode 16 bit dan sebagian besar instruksi tersebut dapat dieksekusi dalam satu siklus clock. AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set Computing) jadi hanya memiliki 130 instruksi, berbeda dengan mikrokontroler seri MCS51 yang berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computing) / memiliki jumlah instruksi yg jauh lebih banyak. Blok diagram mikrokontroler ATmega32 adalah sebagai berikut : Gambar 2.1 Arsitektur mikrokontroler ATmega32

2 6 Sebagaimana ditunjukan pada diagram diatas, ATmega32 terdiri dari : Flash memori dengan kapasitas 32 Kbyte yang memiliki kemampuan read while write. EEPROM sebesar 1024 byte yang dapat diprogram saat operasi. RAM static (SRAM) sebesar 2 Kbyte. CPU yang memiliki 32 buah register untuk fungsi umum. Watchdog timer dengan osilator internal. Tiga buah timer/counter dengan kemampuan pembandingan. Konverter ADC 10 bit terintegrasi yang memiliki 8 channel masukan. Komparator analog. Programmable USART untuk komunikasi serial. Antarmuka SPI Master/Slave. 4 Interupsi eksternal dan 17 interupsi eksternal. 32 jalur masukan/keluaran (I/O), yakni Port A, Port B, Port C dan Port D yang dapat diprogram. Dikarenakan banyaknya fitur yang terdapat pada AVR ATmega32, maka penulis hanya akan membahas fitur yang digunakan dalam alat yang dirancang sebagai berikut Port Input/Output Mikrokontroler ATmega32 memiliki 32 jalur masukan/keluaran yang terbagi menjadi 4 buah port masukan/keluaran 8 bit, yakni port A, port B, port C dan port D. Secara umum masing-masing port tersebut berfungsi sebagai general digital I/O port atau port masukan/keluaran digital.

3 7 Namun selain berfungsi sebagai general I/O port, masing-masing port tersebut juga memiliki fungsi alternatif lainnya yakni sebagai berikut : Port A memiliki fungsi kedua sebagai pin masukan bagi sinyal analog untuk ADC internal. Port B memiliki fungsi alternatif sebagai port SPI, pin masukan bagi komparator analog,timer T0 dan timer T1. Port C memiliki fungsi alternatif sebagai timer oscillator TOSC1 dan TOSC2, serta antarmuka serial dua-kabel (two-wire serial interface I 2 C). Port D memiliki fungsi alternatif sebagai antarmuka serial USART, output compare match timer 1 dan 2, pin masukan capture timer 1, interrupsi eksternal INT0 dan INT1. Deskripsi fungsi pada tiap-tiap pin I/O saat port-port A s/d D tersebut saat sedang difungsikan sebagai port masukan/keluaran umum ditunjukan pada gambar dibawah ini. Resistor Pull-up Gambar 2.2 Port input/output digital umum

4 8 Tiap-tiap pin port ATmega32 tersebut terdiri/dikendalikan oleh tiga buah bit register : DDxn, PORTxn,dan PINxn (tanda x dimaksudkan untuk menyatakan port A,B,C atau D sedangkan tanda n dimaksudkan sebagai nomor bit 0 s/d 7 pada port yg bersangkutan), bit DDxn dapat diakses melalui register I/O DDRx, bit PORTxn pada register I/O PORTx, dan bit PINxn pada register I/O PINx. Bit DDxn pada register DDRx menentukan arah sinyal pada pin port atau fungsi dari port eksternal tersebut yakni apakah sebagai masukan atau keluaran. Jika bit DDxn ditulis berlogika high, maka pin port eksternal Pxn yang bersangkutan dikonfigurasi sebagai keluaran, jika bit DDxn ditulis berlogika low maka Pxn dikonfigurasi sebagai pin masukan. Bit PORTxn pada register PORTx digunakan untuk menentukan tingkat logika keluaran. Jika PORTxn dibuat/ditulis berlogika high saat pin I/O tersebut tengah dikonfigurasikan sebagai pin masukan (bit DDXn diset low), maka resistor pull-up akan diaktifkan. Untuk menonaktifkan resistor pull-up maka PORTxn harus ditulis logika low atau pin tersebut harus dikonfigurasi sebagai pin keluaran dengan menset bit DDXn ke logika high. Pin port-port tersebut akan berada dalam kondisi tri-state atau impedansi tinggi saat kondisi reset sedang aktif walaupun tanpa adanya sinyal clock. Jika PORTxn ditulis berlogika high saat pin tersebut sedang dikonfigurasikan sebagai pin keluaran (bit DDXn diset high) maka pin eksternal port tersebut akan digerakan ke logika high. Jika PORTxn ditulis berlogika low saat pin port tersebut sedang dikonfigurasikan sebagai pin keluaran maka pin eksternal port tersebut akan digerakan ke logika low.

5 9 Bit PINxn pada register PINx digunakan untuk membaca level logika pada pin eksternal port tersebut. Sebagaimana ditunjukan pada gambar diatas bit register PINxn dan rangkaian penahan/latch didepannya terdiri dari synchronizer. Hal ini diperlukan untuk menghindari ketidakstabilan jika nilai/logika pada pin masukan berubah saat tepi sinyal clock internal, namun demikian hal ini juga menghasilkan tundaan waktu atau delay. Rangkuman kondisi port berdasarkan kondisi bit DDxn,PORTxn dan PINxn dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1 Konfigurasi pin-pin Port ATmega32 DDxn PORTxn PUD (pada register SFIOR) Resistor Pin I/O Keterangan pull-up 0 0 X Masukan Tidak aktif Tri-state (Hi-Z) Masukan Aktif Pxn akan mensuplai arus jika ditarik low secara eksternal Masukan Tidak aktif Tri-state (Hi-Z) 1 0 X Keluaran Tidak aktif Keluaran low (sink) 1 1 X Keluaran Tidak aktif Keluaran high (source) Contoh program untuk membuat Port B sebagai keluaran : LDI R16,$FF OUT DDRB,R16 LDI R16,$01 OUT PORTB,R16 ; mengkonfigurasi port B sebagai keluaran ; data biner dikeluarkan ke pin port B Contoh program untuk membaca masukan dari Port B : LDI R16,$00 OUT DDRB,R16 LDI R16,$FF OUT PORTB,R16 IN R16,PINB ; mengkonfigurasi port B sebagai masukan ; agar resistor pull-up diaktifkan ; data pada pin port B akan dibaca dan disalin ke reg R16

6 Konverter analog ke digital (ADC) 10 bit Mikrokontroler ATmega32 memiliki ADC internal 10 bit jenis successive approximation. ADC internal ini terhubung dengan multiplexer analog 8 channel yang memungkinkan dihubungkannya hingga delapan tegangan masukan single ended melalui pin-pin dari Port A. Tegangan masukan single ended yang dimaksud adalah dibandingkan dengan referensi terhadap 0V (GND). Selain itu fitur ADC ini juga mendukung hingga 16 macam kombinasi tegangan masukan diferensial. Dua dari masukan diferensial (ADC1,ADC0, dan ADC 3, ADC2) dilengkapi dengan tahapan penguat yang dapat diprogram, yakni 0 db (1x), 20dB (10x), atau 46 db (200x) pada tahapan sebelum menjadi sinyal masukan bagi converter ADC. Tujuh masukan sinyal analog diferensial berbagi terminal negatif yang sama, yakni ADC1 sedangkan pin masukan ADC lainnya dapat dipilih sebagai terminal masukan positifnya. Namun perlu diperhatikan bahwa jika penguatan 1x atau 10x digunakan maka akan didapatkan resolusi ADC 8 bit. Jika penguatan 200x yang digunakan maka akan didapatkan resolusi ADC 7 bit. ADC internal ini memiliki rangkaian Sampling and Hold yang menjamin bahwa tegangan masukan pada ADC akan dipertahankan konstan selama konversi. Blok diagram dari ADC internal ini ditunjukan pada gambar berikut.

7 11 Gambar 2.3 Blok Diagram ADC 10 bit Cara kerja : ADC akan mengkonversikan tegangan masukan analog menjadi data digital 10 bit melalui metode successive approximation. Nilai data minimum merepresentasikan GND dan nilai data maksimum merepresentasikan tegangan pada pin AREF dikurangi 1 LSB. Selain itu, AVCC atau tegangan referensi internal 2.56V dapat dihubungkan ke pin AREF dengan menulis bit-bit REFSn pada register ADMUX. Tegangan referensi internal dapat dikopling dengan kapasitor pada pin AREF untuk meningkatkan ketahanan terhadap noise atau gangguan. Jalur masukan sinyal analog dan penguatan diferensial dipilih dengan menulis bit-bit MUX pada register ADMUX. Pin-pin masukan ADC manapun, termasuk GND dan tegangan referensi fixed bandgap dapat dipilih sebagai masukan single ended bagi ADC.

8 12 Pin-pin masukan ADC dapat dipilih sebagai masukan positif dan negatif bagi rangkaian penguat diferensial. Jika jalur diferensial yang dipilih, tahapan penguat akan menguatkan selisih tegangan yang terdapat pada pasangan jalur masukan dengan factor penguatan yang dipilih. Nilai yang telah dikuatkan ini lalu akan menjadi masukan analog bagi ADC. Jika yang dipilih adalah jalur single ended, maka rangkaian tahapan penguat akan dibypass atau dilangkahi. Rangkaian ADC diaktifkan dengan menset bit ADEN (ADC Enable) pada register ADCSRA. Pilihan tegangan referensi dan jalur masukan tidak akan berpengaruh hingga ADEN diset dan juga rangkaian ADC tidak akan mengkonsumsi daya saat bit ADEN berlogika low, oleh karena itu direkomendasikan untuk mematikan rangkaian ADC dengan mereset bit ADEN sebelum memasuki mode-mode SLEEP. Rangkaian ADC akan menghasilkan data digital 10 bit yang direpresentasikan pada register-register data ADC, yakni ADCH dan ADCL. Secara default, data digital yang dihasilkan direpresentasikan adalah rata kanan (right adjusted), namun dapat direpresentasikan rata kiri (left adjusted) dengan mengatur bit ADLAR pada ADMUX. Jika rata kiri yang dipilih dan tidak diperlukannya tingkat keakuratan yang melampaui 8 bit, maka untuk memperoleh hasil konversinya cukup dapat dilakukan dengan hanya membaca register ADCH. Jika tidak register ADCL harus dibaca terlebih dahulu baru kemudian ADCH untuk memastikan bahwa isi data pada register-register tersebut berasal dari konversi yang sama. Setelah ADCL dibaca, akses ADC ke register-register data akan diblok yang berarti bahwa jika register ADCL telah dibaca dan konversi telah selesai sebelum

9 13 ADCH dibaca, maka tidak akan ada isi register-register tersebut yang diperbaharui dan hasil dari konversi terbaru akan hilang. Jika register ADCH telah dibaca, maka akses ADC ke register ADCH dan ADCL akan diaktifkan kembali. Rangkaian ADC ini juga memiliki interupsi sendiri yang akan dipicu saat konversi selesai. Walaupun saat akses ADC ke register-register data tengah dilarang, yakni antara pembacaan ADCH dan ADCL, interupsi tetap akan dipicu walaupun hasil konversi telah hilang. Memulai konversi data : Konversi tunggal dimulai dengan menulis logika high ke bit mulai konversi ADC,yakni ADSC. Bit ini akan tetap berlogika tinggi selama konversi berlangsung dan akan diclearkan oleh perangkat keras saat konversi telah selesai. Jika jalur masukan sinyal lainnya dipilih saat konversi sedang berlangsung ADC akan mengakhiri konversi yg sedang berlangsung sebelum melakukan pergantian jalur masukan. Konversi dapat dipicu secara otomatis melalui berbagai sumber. Pemicuan otomatis (auto triggering) diaktifkan dengan menset bit ADATE (ADC auto trigger enable) pada register ADCSRA. Sumber pemicuan dapat dipilih dengan mengatur bit ADTS (bit pemilih pemicu ADC) pada register SFIOR. Saat tepi positif terjadi pada sinyal pemicu yg dipilih maka prescaler ADC akan direset dan konversi akan dimulai. Hal ini memungkinkan dilakukannya metode untuk memulai konversi pada interval waktu yang tetap. Jika sinyal pemicu tetap berada pada logika tinggi saat konversi selesai maka konversi baru tidak akan dimulai. Jika tepi positif dari sinyal pemicu berikutnya terjadi saat konversi

10 14 tengah berlangsung maka sinyal pemicu tersebut akan diacuhkan. Namun demikian flag interupsi akan tetap diset bahkan jika interupsi tertentu telah dinonaktifkan atau bit global interrupt enable SREG diclearkan, dengan demikian konversi tetap akan dapat dipicu tanpa menyebabkan terjadinya interupsi. Namun demikian flag interupsi harus diclearkan untuk memicu terjadinya konversi baru pada peristiwa interupsi berikutnya. Gambar 2.4 Pilihan sumber pemicu konversi ADC otomatis Dengan menggunakan flag interupsi ADC sebagai sumber pemicu akan membuat ADC memulai konversi baru secepatnya setelah konversi yang sedang berlangsung selesai. Hal ini membuat ADC beroperasi pada mode free running yang akan mengambil sampel dan memperbaharui register data ADC secara konstan. Konversi pertama harus dimulai dengan menulis logika tinggi pada bit ADSC didalam register ADCSRA. Pada mode ini ADC akan melakukan konversi successive approximation secara independen baik saat flag interupsi ADIF diclearkan maupun tidak. Jika fungsi pemicuan otomatis diaktifkan, konversi tunggal dapat dimulai dengan menulis logika satu pada bit ADSC didalam register ADCSRA.

11 15 Bit ADSC juga dapat digunakan untuk menentukan apakah konversi sedang berlangsung karena bit ADSC akan dibaca sebagai logika satu saat konversi berlangsung dan tidak dipengaruhi dengan bagaimana cara konversi tersebut dimulai. Gambar 2.5 Prescaler dan pewaktuan konversi ADC Secara default, rangkaian successive approximation memerlukan sinyal masukan clock yang memiliki frekuensi antara 50 khz dan 200 khz untuk mendapatkan resolusi maksimum. Jika dibutuhkan resolusi yang lebih rendah dari 10 bit, maka sinyal clock hingga lebih dari 200kHz dapat digunakan untuk mendapatkan laju sampling yang lebih tinggi. Modul ADC memiliki prescaler, yang akan dapat membangkitkan frekuensi clock ADC yang memadai dari semua frekuensi CPU diatas 100 khz. Prescaler diset melalui bit ADPS pada register ADCSRA. Prescaler akan segera mulai menghitung segera setelah fungsi ADC diaktifkan dengan mengatur bit ADEN pada ADCSRA. Prescaler akan tetap berjalan selama bit ADEN diset dan akan direset secara terus-menerus saat bit ADEN berada pada logika rendah.

12 16 Saat menginisialisasi konversi single ended dengan menset bit ADSC pada register ADCSRA, konversi akan segera dimulai pada siklus tepi positif dari sinyal clock ADC. Konversi normal memakan waktu 13 siklus clock. Konversi pertama setelah ADC diaktifkan (bit ADEN pada register ADCSRA diset) akan memakan waktu 25 siklus clock karena diperlukan waktu tambahan untuk menginisialisasi rangkaian analog. Proses sampling dan hold akan berlangsung pada waktu 1.5 siklus clock ADC setelah dimulainya konversi normal dan 13.5 siklus clock ADC setelah dimulainya konversi pertama. Saat konversi selesai hasil konversinya akan disimpan pada register data ADC dan bit ADIF diset. Pada mode konversi tunggal, bit ADSC akan diclearkan secara simultan. Program atau perangkat lunak kemudian dapat menset bit ADSC kembali dan konversi baru akan dimulai pada siklus tepi positif pada sinyal clock ADC berikutnya. Bila fungsi pemicuan konversi otomatis diaktifkan, prescaler akan direset saat sinyal pemicu terjadi. Hal ini untuk memastikan tundaan waktu yang tetap dari tahap pemicuan ke waktu untuk memulai konversi. Pada mode ini proses sample dan hold akan berlangsung pada dua siklus clock ADC setelah tepi positif sinyal pemicuan. Dan tiga siklus clock CPU tambahan diperlukan untuk sinkronisasi logika. Pada mode free running, konversi baru akan dimulai segera setelah konversi yg berlangsung selesai sementara bit ADSC sedang tinggi.

13 17 Tabel 2.2 Waktu konversi ADC Kondisi Sampling & hold (jumlah siklus sejak awal Waktu konversi (siklus) konversi) Konversi pertama Konversi normal,single ended Konversi dengan pemicuan otomatis Konversi normal,diferensial 1.5/2.5 13/14 Jalur masukan sinyal ADC : Saat melakukan pergantian jalur/channel masukan, pengguna harus memperhatikan panduan berikut untuk memastikan bahwa jalur/channel yang tepat telah dipilih: Pada mode konversi tunggal, selalu lakukan pemilihan jalur/channel sebelum memulai konversi. Pergantian jalur masukan dapat dilakukan setelah satu siklus clock ADC setelah menulis logika satu ke bit ADSC. Namun demikian metode yang paling sederhana adalah menunggu hingga konversi selesai kemudian melakukan penggantian jalur/channel masukan. Pada mode free running, selalu lakukan pemilihan jalur masukan sebelum memulai konversi pertama. Pergantian jalur masukan dapat dilakukan setelah satu siklus clock ADC setelah menulis logika satu pada bit ADSC. Namun metode paling sederhana adalah menunggu konversi pertama selesai lalu baru melakukan penggantian jalur/channel masukan. Karena konversi berikutnya akan dimulai secara otomatis maka hasil berikutnya akan merepresentasikan konversi pada pilihan jalur sinyal sebelumnya, hasil konversi berikutnya merefleksikan pilihan jalur/channel baru.

14 18 Saat beralih ke jalur masukan dengan penguatan diferensial (differential gain channel) konversi pertama akan memiliki akurasi rendah dikarenakan adanya waktu tambahan yang dibutuhkan bagi rangkaian penghilang offset otomatis oleh karena itu pengguna harus mengacuhkan data konversi pertama. Tegangan referensi ADC : Tegangan referensi bagi ADC (Vref) akan menentukan jangkauan konversi ADC. Tegangan masukan pada jalur single ended yang melampaui Vref akan menghasilkan kode biner yang mendekati nilai 0x3FF. Nilai tegangan referensi Vref dapat dipilih antara AVCC, referensi internal 2.56V atau tegangan pada pin eksternal AREF. Tegangan AVCC terhubung ke ADC melalui saklar pasif. Tegangan referensi internal 2.56V dihasilkan dari referensi internal bandgap (VBG) melalui rangkaian penguat internal. Pin eksternal AREF terhubung secara langsung dengan ADC dan tegangan referensi dapat dibuat lebih kebal terhadap gangguan/noise dengan menghubungkan kapasitor antara pin AREF dan ground. Vref juga dapat diukur pada pin AREF dengan menggunakan voltmeter berimpedansi tinggi. Perhatikan bahwa Vref merupakan sumber berimpedansi tinggi dan hanya beban kapasitif yg dapat dihubungkan pada sistemnya. Jika pengguna memiliki sumber tegangan tetap yang dipasang pada pin AREF maka pengguna tidak dapat menggunakan pilihan tegangan referensi lainnya karena akan dihubungsingkat dengan tegangan eksternal tersebut. Jika tidak ada sumber tegangan eksternal yang dihubungkan ke pin AREF maka pengguna dapat memilih tegangan referensi antara AVCC dan 2.56 V.

15 19 Konversi ADC pertama setelah melakukan penggantian tegangan referensi akan menghasilkan hasil yang tidak akurat dan pengguna disarankan untuk membuang data hasil konversi ini. Hasil konversi ADC : Setelah konversi selesai (bit ADIF berlogika tinggi), hasil konversi dapat diketemukan pada register-register hasil ADC (ADCL, ADCH). Untuk konversi single ended, hasil konversi adalah : ADC = Vin Vref Dimana Vin merupakan tegangan input dan Vref merupakan tegangan referensi yang dipilih. 0X000 menyatakan tegangan ground analog, dan 0X3FF menyatakan tegangan referensi yg dipilih dikurangi 1 LSB. Register-register pengontrol ADC : Register-register berikut digunakan dalam penentuan sinyal clock, tegangan referensi, format data output, serta mode pembacaan. Register-register tersebut adalah ADMUX (ADC multiplexer), ADCSRA (ADC control and status register) serta SFIOR (Special function I/O register). 1. ADMUX merupakan register yang berfungsi untuk menentukan tegangan referensi ADC, format data keluaran dan jalur masukan sinyal/channel ADC yang digunakan. Gambar 2.6 Register ADMUX

16 20 Bit RFS [1..0] merupakan bit pengatur tegangan referensi ADC ATmega32. Memiliki nilai awal 00 sehingga referensi tegangan berasal dari pin AREF. Tabel 2.3 Mode tegangan referensi REFS1 REFS0 Mode Tegangan Referensi 0 0 Tegangan referensi berasal dari pin AREF 0 1 Tegangan referensi berasal dari pin AVCC 1 0 Tidak digunakan 1 1 Tegangan referensi internal 2.56 V ADLAR merupakan bit pemilih format data keluaran ADC. Bila bit ADLAR berlogika low maka data hasil konversi ADC direpresentasikan rata kanan, yakni 2 bit tertinggi data hasil konversinya berada di register ADCH dan 8 bit sisanya berada di register ADCL. Set ke logika 1 atau high untuk membuat data hasil konversi menjadi rata kiri. MUX [4..0] merupakan bit pemilih jalur masukan/channel ADC, bernilai awal Untuk mode single ended input, MUX [4..0] bernilai dari

17 21 Tabel 2.4 Pemilihan jalur masukan/channel dan penguatan ADC 2. ADCSRA merupakan register 8 bit yang berfungsi melakukan manajemen sinyal control dan status dari ADC. Proses konversi dimulai dengan cara menulis logika 1 pada bit ADC start conversion (ADSC). Bit ini akan terus berlogika 1 selama proses konversi berlangsung dan akan di-clearkan oleh perangkat keras setelah konversi selesai.

18 22 Gambar 2.7 Register ADCSRA Bit 7-ADEN : ADC Enable Menulis logika 1 pada bit ini akan mengaktifkan ADC. Menulis logika 0 menonaktifkan ADC. Mematikan ADC saat konversi sedang berlangsung akan mengakhiri proses konversi yg sedang berlangsung. Bit 6 ADSC : ADC Start conversion Pada mode konversi tunggal, tulis bit ini menjadi 1 untuk memulai tiap konversi. Pada mode free running, tulis bit ini menjadi 1 untuk memulai konversi pertama. Bit ADSC akan dibaca sebagai logika 1 selama konversi berlangsung,saat konversi selesai bit ini akan kembali ke logika 0. Bit 5 ADATE : ADC Auto trigger enable Bila bit ini ditulis menjadi logika 1 maka fungsi pemicuan konversi otomatis ADC akan diaktifkan. ADC akan memulai konversi pada tepi positif dari sinyal pemicu yang dipilih. sumber sinyal pemicu dipilih dengan melakukan pengaturan bit ADTS (ADC trigger select bit) pada register SFIOR. Bit 4 ADIF : ADC interrupt flag Flag ini akan diset saat konversi ADC selesai dan data pada registerregister data ADC telah diperbaharui.

19 23 Interupsi ADC selesai konversi akan dieksekusi bila bit ADIE dan bit-i pada register SREG telah diset sebelumnya. ADIF akan diclearkan oleh perangkat keras saat melompat ke vector interupsi yang bersangkutan. Pilihan lainnya, adalah ADIF akan diclear dengan menulis logika 1 ke bit flag ini. Bit 3 ADIE :ADC interrupt Enable Bila bit ini ditulis berlogika 1 dan bit I pada register SREG telah diset sebelumnya maka interupsi ADC selesai konversi akan diaktifkan. Bit 2:0 ADPS2:0 : ADC prescaler select bit Bit-bit ini menentukan factor pembagi frekuensi XTAL dan frekuensi masukan bagi ADC. Tabel 2.5 Pilihan prescaler ADC ADPS2 ADPS1 ADPS0 Faktor pembagi Register data ADC, yakni ADCH dan ADCL Register-register ini menyimpan data biner hasil konversi ADC. Saat konversi selesai hasil konversi akan diketemukan pada kedua register ini.

20 24 Jika jalur masukan diferensial yang digunakan maka hasil akan direpresentasikan dalam format komplemen dua. Saat register ADCL dibaca, register-register data ADC tidak akan diperbaharui hingga register ADCH dibaca. Bila hasil diset rata kiri (left adjusted) dan keakuratan lebih dari 8 bit tidak diperlukan maka data pembacaan didapat cukup dengan hanya membaca isi register ADCH, bila tidak ADCL harus dibaca terlebih dahulu baru kemudian register ADCH. Bit ADLAR pada register ADMUX dan bit-bit MUXn pada register ADMUX akan mempengaruhi cara hasil konversi dibaca dari register. Jika bit ADLAR diset, hasil konversi disusun rata kiri, bila bit ADLAR diclear (default) maka hasilnya disusun rata kanan. Gambar 2.8 Susunan data register ADC sesuai bit ADLAR 4. Register SFIOR (Special Function I/O register). Gambar 2.9 Register SFIOR

21 25 Bit 7:5 ADTS 2:0 : ADC auto trigger source Jika bit ADATE pada register ADCSRA ditulis dengan logika 1 maka nilai dari bit-bit ini akan memilih sumber sinyal konversi otomatis ADC. Jika bit ADATE diclear maka bit-bit ADTS2:0 tidak akan memiliki pengaruh. Konversi akan dimulai pada setiap tepi positif dari flag interupsi yang dipilih. Perhatikan bahwa mengganti sumber pemicu dari yang sebelumnya direset menjadi diset akan membangkitkan tepi positif pada sinyal pemicu. Jika bit ADEN pada register ADCSRA diset maka hal ini akan memulai konversi. Mengganti ke mode free running (ADTS [2:0] = 0) tidak akan menyebabkan terjadinya pemicuan bahkan saat flag interupsi ADC telah diset. Tabel 2.6 Pilihan sinyal pemicu konversi otomatis ADTS2 ADTS1 ADTS0 Sumber pemicuan Mode free running Komparator Analog Permintaan Interupsi eksternal INT Compare match Timer/Counter Overflow Timer/Counter Compare match B Timer/Counter Overflow Timer/Counter Event Capture Timer/Counter1 Bit 4 RES : Reserved bit Bit ini belum digunakan pada ATmega32 dan akan selalu dibaca berlogika nol.

22 Timer/Counter Mikrokontroler ATmega32 memiliki 2 buah timer 16 bit (timer 0 dan timer 1) serta 1 buah timer/counter 8 bit, yakni timer 2. Dikarenakan pada alat ini digunakan timer 16 bit maka pembahasan dibawah hanya akan membahas tentang timer 16 bit. Timer pada dasarnya hanya menghitung pulsa clock. Timer/counter dapat digerakan secara langsung menggunakan system clock internal maupun sumber clock eksternal yang dihubungkan melalui pin T1/T0. Frekuensi pulsa clock yang dihitung dapat sama dengan frekuensi crystal yang dipasang atau dapat diperlambat dengan menggunakan prescaler dengan faktor pembagi 8, 64, 256 atau Sebagai contoh pada sebuah AVR yang menggunakan crystal dengan frekuensi 8 MHz dan menggunakan timer 16 bit, maka maksimum pulsa clock/waktu yang bisa dihitung adalah : TMAX = 1/fCLK x (FFFFh+1) = x = detik Untuk menghitung pulsa clock/menghasilkan waktu tundaan yang lebih lama dapat digunakan prescaler, misalnya dengan factor 1024, dengan demikian maka maksimum pulsa clock / tundaan waktu yang bisa dihasilkan adalah : TMAX = 1/fCLK x (FFFFh+1) x N = x x 1024 = detik

23 27 Ketika prescaler digunakan, waktu tunda yang dihasilkan dapat diperpanjang namun tingkat ketelitiannya akan menjadi turun. Misalnya dengan prescaler 1024 nilai timer akan bertambah satu setiap kelipatan 1024 pulsa clock dan membutuhkan waktu 1/fCLK x 1024 = 0.125uS x 1024 = 128 us, bandingkan tingkat resolusi ini dengan tanpa precsaler yakni 0.125uS. Timer/counter 0 dan timer/counter 1 pada mikrokontroller ATmega32 berbagi modul prescaler yang sama namun dapat memiliki pengaturan prescaler yang berbeda. Mode yang paling sederhana dalam menggunakan timer adalah pada mode normal (timer 16 bit normal mode), Pada mode ini timer akan menghitung maju dan tidak melakukan operasi clear timer. Register timer TCNT1 hanya akan menghitung naik dan membangkitkan interrupt Timer/Counter 1 ketika nilainya berubah/overflow dari 0xFFFF ke 0x0000. Karena register timer TCNT1 merupakan timer yang menghitung maju, maka anda harus memasukkan nilai (timer value) ke dalam TCNT untuk menghasilkan waktu tunda yang diinginkan.. Gambar 2.10 Blok diagram timer/counter 16 bit

24 28 Register-register mikrokontroller yang terkait dengan pengaturan timer 1 adalah sebagai berikut : TCNT1 (Timer/Counter Register 1) Timer/Counter Register 1 digunakan untuk menyimpan nilai timer yang diinginkan. TCNT1dibagi menjadi 2 register 8 bit yaitu TCNT1H dan TCNT1L. Gambar 2.11 Register timer TCNT1 Register TCNT1H berisi byte tinggi dari data timer 1 sedangkan register TCNT1L berisi byte rendah dari data timer 1. TIMSK (Timer Interrupt Mask) Register Timer Interrupt Mask Register (TIMSK) dan Timer Interrupt Flag (TIFR) adalah register yang digunakan untuk mengendalikan interrupt mana yang diaktifkan dengan cara melakukan setting pada bit-bit TIMSK. Gambar Register TIMSK

25 29 Tabel 2.7 Register TIMSK dan fungsinya Bit Simbol Fungsi 7 OC1E2 Bit untuk mengaktifkan interupsi output compare match Timer/counter2. 6 TOIE2 Bit untuk mengaktifkan interupsi overflow Timer/counter2. 5 TICIE1 Bit untuk mengaktifkan interupsi input capture timer/counter 1 4 OCIE1A Bit untuk mengaktifkan interupsi output compare A match timer/counter 1A 3 OC1E1B Bit untuk mengaktifkan interupsi output compare B match timer/counter 1B 2 TOIE1 Bit untuk mengaktifkan interupsi overflow timer/counter 1 1 OCIE0 Bit untuk mengaktifkan interupsi output compare match Timer/counter0. 0 TOIE0 Bit untuk mengaktifkan interupsi overflow Timer/counter0. TIFR ( Timer/Counter Interrupt Flag Register) Register Timer Interrupt Flag (TIFR) adalah register yang digunakan untuk mengetahui interupsi mana yang sedang terjadi. Gambar 2.13 Register TIFR

26 30 Tabel 2.8 Register TIFR dan fungsinya Bit Simbol Fungsi 7 OCF2 Bit flag output compare match timer/counter2 6 TOV2 Bit flag overflow timer/counter2 5 ICF1 Bit flag interupsi timer1 input capture 4 OCF1A Bit flag output compare match A timer/counter1 3 OCF1B Bit flag output compare match B timer/counter1 2 TOV1 Bit flag overflow timer/counter1 1 OCF0 Bit flag output compare match timer/counter0 0 TOV0 Bit flag overflow timer/counter0 TCCR1B (Timer/Counter1 Control Register B) Register TCCR1B adalah register yang digunakan untuk mengatur mode timer, prescaler serta pemilihan apakah hitungan timer diaktifkan pada tepi naik atau tepi turun dari pulsa clock pada pin eksternal T1. Gambar Register TCCR1B

27 31 Tabel 2.9 Register TCCR1B dan fungsinya Bit Simbol Fungsi 7 ICNC1 Bit untuk mengaktifkan noise canceler pada input capture. 6 ICES1 Bit untuk memilih tepi naik atau tepi turun pada pin input capture (ICP1) yang digunakan untuk memicu event capture. 5 - Bit reserve 4 WGM13 Bit pemilihan mode timer/counter 3 WGM12 Bit pemilihan mode timer/counter 2 CS12 Bit pemilihan sumber clock 1 CS11 Bit pemilihan sumber clock 0 CS10 Bit pemilihan sumber clock Tabel 2.10 Deskripsi fungsi mode pembangkit gelombang

28 32 Tabel 2.11 Deskripsi fungsi bit pemilihan clock CS12 CS11 CS10 Deskripsi Tanpa sumber clock (Timer/Counter berhenti) clk IO /1, Tanpa prescaler clk IO /8, dengan prescaler clk IO /64, dengan prescaler clk IO /256, dengan prescaler clk IO /1024, dengan prescaler Sumber clock eksternal pada pin T1, clock pada tepi turun Sumber clock eksternal pada pin T1, clock pada tepi naik. Perhitungan waktu tunda dengan menggunakan Timer/Counter 16 bit : TCNT = (1 + FFFFh) Ttimer fclk N Dimana : TCNT : Nilai timer (dalam hexadecimal) f CLK : Frekuensi clock (Kristal) yang digunakan dalam Hertz Ttimer : Waktu timer/tunda yang diinginkan (detik) N : Prescaler (1,8,64,256,1024) 1+FFFFh : Nilai maksimum timer adalah FFFFh dan overflow saat transisi dari FFFFh ke 0000h

29 33 Misalkan diinginkan sebuah timer 16 bit menghasilkan waktu tunda 1 detik, dengan frekuensi clock sebesar 11,0592MHz dan presecaller 1024 serta dengan pengaktifan interupsi overflow timer/counter maka nilai TCNT yang harus diset adalah : TCNT = (1 + FFFFh) Ttimer TCNT = 10000h 10800d TCNT = 10000h 2A30h TCNT = D5D0h Dengan demikian nilai register yang harus diset adalah register TCNTH = D5h dan register TCNTL = D0h.

30 Interupsi Tabel dibawah ini menunjukan reset dan vector interupsi yang terdapat pada mikrokontroller ATmega32. Tabel 2.12 Vektor Interupsi dan Reset Interupsi eksternal dipicu melalui pin INT0, INT1 dan INT2. Dan jika telah diaktifkan, interupsi akan tetap terjadi walaupun pin INT0..2 dikonfigurasikan sebagai output/keluaran.

31 35 Interupsi-interupsi eksternal dapat dipicu oleh sinyal tepi naik, tepi turun atau logika rendah (INT2 hanya merupakan pin interupsi yang dipicu oleh sinyal tepi). Jika interupsi eksternal diaktifkan dan dikonfigurasikan untuk pemicuan level logika (hanya INT0/INT1), interupsi akan dipicu selama pin terkait ditahan pada logika rendah. Berikut adalah register-register yang terkait dengan pengaturan dan status interupsi pada ATmega32 : 1. Register MCUCR mengandung bit-bit pengontrol bagi fungsi umum mikrokontroller dan pendeteksian interupsi. Gambar 2.15 Register MCUCR Bit 3,2 ISC11, ISC10 : bit pengatur interupsi eksternal INT1 bit 1 dan bit 0 Interupsi eksternal 1 diaktifkan melalui pin eksternal INT1 jika bit I pada register SREG dan mask interrupt yang terkait pada register GICR diset. Level logika dan tepi sinyal pada pin eksternal INT1 yang mengaktifkan interupsi didefinisikan pada tabel dibawah. Level logika pada pin INT1 disampel sebelum mendeteksi tepi sinyal. Jika interupsi tepi dipilih, maka pulsa-pulsa yang lebih lama daripada satu periode clock akan membangkitkan interupsi. Pulsa yang lebih singkat tidak dijamin untuk membangkitkan interupsi. Jika interupsi level logika rendah yang dipilih,

32 36 logika rendah harus ditahan hingga penyelesaian instruksi yang sedang dieksekusi untuk dapat membangkitkan interupsi. Tabel 2.13 Deskripsi bit pendeteksian interupsi INT1 Bit 1 dan Bit 0 ISC11 ISC10 Deskripsi 0 0 Logika rendah pada pin INT1 membangkitkan permintaan interupsi 0 1 Perubahan logika pada pin INT1 membangkitkan permintaan interupsi 1 0 Tepi turun sinyal pada pin INT1 membangkitkan permintaaan interupsi 1 1 Tepi naik sinyal pada pin INT1 membangkitkan permintaan interupsi Bit 1, 0 ISC01,ISC00 : bit pengatur interupsi eksternal INT0 bit 1 dan bit 0 Interupsi eksternal 0 diaktifkan melalui pin eksternal INT0 jika bit I pada register SREG dan mask interrupt yang terkait pada register GICR diset. Level logika dan tepi sinyal pada pin eksternal INT0 yang mengaktifkan interupsi didefinisikan pada table dibawah. Level logika pada pin INT0 disampel sebelum mendeteksi tepi sinyal. Jika interupsi tepi dipilih, maka pulsa-pulsa yang lebih lama daripada satu periode clock akan membangkitkan interupsi. Pulsa yang lebih singkat tidak dijamin untuk membangkitkan interupsi. Jika interupsi level logika rendah yang dipilih, logika rendah harus ditahan hingga penyelesaian instruksi yang sedang dieksekusi untuk dapat membangkitkan interupsi.

33 37 Tabel Deskripsi bit pengontrol pendeteksian interupsi INT0 Bit 1 dan Bit 0 ISC01 ISC00 Deskripsi 0 0 Logika rendah pada pin INT0 membangkitkan permintaan interupsi 0 1 Perubahan logika pada pin INT0 membangkitkan permintaan interupsi 1 0 Tepi turun sinyal pada pin INT0 membangkitkan permintaaan interupsi 1 1 Tepi naik sinyal pada pin INT0 membangkitkan permintaan interupsi 2. Register pengontrol MCU dan register status MCUCSR Bit 6 ISC2 : Pengontrol pendeteksian interupsi 2 Interupsi eksternal asinkron 2 diaktifkan melalui pin eksternal INT2 jika bit I pada register SREG dan mask interrupt yang terkait pada register GICR diset. Jika bit ISC2 ditulis dengan logika rendah, tepi turun dari sinyal pada pin INT2 akan mengaktifkan interupsi. Jika bit ISC2 ditulis dengan logika tinggi, tepi naik dari sinyal pada pin INT2 akan mengaktifkan interupsi. Pulsa pada pin INT2 yang lebih lama daripada periode clock minimum yang ditunjukan pada tabel dibawah akan membangkitkan interupsi. Saat merubah bit ISC2, interupsi dapat terjadi oleh karena itu disarankan untuk pertama-tama menonaktifkan INT2 dengan menclearkan bit enable interupsi pada register GICR baru kemudian bit ISC2 dapat dirubah. Pada akhirnya flag interupsi INT2 sebaiknya di clearkan dengan menulis logika satu pada bit flag interupsinya (INTF2) pada register GIFR sebelum interupsi diaktifkan kembali.

34 38 Tabel 2.15 Lebar Pulsa minimum untuk membangkitkan interupsi eksternal Simbol Parameter Kondisi Min Umumnya Maks Satuan t INT Lebar pulsa 50 ns minimum untuk interupsi eksternal asinkron 3. Register pengontrol interupsi umum GICR Bit 7 INT1 : External Interrupt Request 1 Enable Saat bit INT1 diset (logika satu) dan bit I pada register status SREG diset (logika satu) maka pin interupsi eksternal diaktifkan. Bit-bit pengontrol pendeteksian interupsi 1 (ISC11 dan ISC10) pada register MCUCR menentukan apakah interupsi eksternal diaktifkan pada tepi naik dan/atau tepi turun dari sinyal pada pin INT1 atau pendeteksian level logika. Aktifitas pada pin tersebut akan mengakibatkan permintaan interupsi bahkan jika INT1 dikonfigurasikan sebagai keluaran. Interupsi terkait dari permintaan interupsi eksternal 1 akan dilaksanakan dari vector interupsi INT1. Bit 6 INT0 : External Interrupt Request 0 Enable Bila bit INT0 diset (berlogika satu) dan bit I pada register status SREG diset (berlogika satu) maka pin interupsi eksternal diaktifkan. Bit pengontrol pendeteksian interupsi 0 bit 1/0 (ISC01 dan ISC00) pada register MCUCR menentukan apakah interupsi eksternal diaktifkan pada tepi naik atau tepi turun dari sinyal pada pin INT0 atau level logika. Aktifitas pada pin ini akan membangkitkan permintaan interupsi bahkan jika INT0

35 39 dikonfigurasikan sebagai keluaran. Interupsi terkait dari permintaan interupsi eksternal 0 akan dilaksanakan dari vector interupsi INT0. Bit 5 INT2 : External Interrupt Request 2 Enable Bila bit INT2 diset (berlogika satu) dan bit I pada register status SREG diset (berlogika satu) maka pin interupsi eksternal diaktifkan. Bit pengontrol pendeteksian interupsi 2 pada register MCUCSR menentukan apakah interupsi eksternal diaktifkan pada tepi naik atau tepi turun dari sinyal pada pin INT2. Aktifitas pada pin akan membangkitkan permintaan interupsi bahkan jika INT2 dikonfigurasikan sebagai keluaran. Interupsi terkait dari permintaan interupsi eksternal 2 akan dilaksanakan dari vector interupsi INT2. 4. Register flag interupsi umum GIFR Gambar 2.16 Register flag interupsi umum GIFR Bit 7 INTF1 : Flag interupsi eksternal 1 Saat tepi sinyal atau perubahan level logika pada pin INT1 memicu permintaan interupsi, bit INTF1 akan diset (menjadi berlogika satu). Jika bit I pada SREG dan bit INT1 pada register GICR diset (berlogika satu), Mikrokontroler akan melompat ke vector interupsi terkait. Flag atau penanda ini akan diclearkan saat rutin interupsi dieksekusi.

36 40 Dengan cara lain flag dapat diclearkan dengan menulis logika satu padanya. Flag ini akan selalu diclearkan jika INT1 dikonfigurasikan sebagai interupsi level logika. Bit 6 INTF0 : Flag interupsi eksternal 0 Saat tepi sinyal atau perubahan level logika pada pin INT0 memicu permintaan interupsi, bit INTF0 akan diset (menjadi berlogika satu). Jika bit I pada SREG dan bit INT0 pada register GICR diset (berlogika satu), Mikrokontroler akan melompat ke vector interupsi terkait. Flag atau penanda ini akan diclearkan saat rutin interupsi dieksekusi. Flag ini akan selalu diclearkan jika INT0 dikonfigurasikan sebagai interupsi level logika. Bit 5 INTF2 : Flag interupsi eksternal 2 Saat even pada pin INT2 memicu permintaan interupsi. INTF2 akan diset (berlogika satu). Jika bit I pada SREG dan bit INT2 pada register GICR diset (berlogika satu), Mikrokontroler akan melompat ke vector interupsi terkait. Flag atau penanda ini akan diclearkan saat rutin interupsi dieksekusi. 5. Register status SREG Merupakan register yang mengandung status atau informasi dari suatu operasi aritmatika atau logika serta mengandung pula bit pengaktif interupsi umum. Gambar Register status SREG

37 41 Bit 7 I : Global Interrupt Enable Bit ini digunakan untuk mengaktifkan semua interupsi, Bila bit ini diclearkan tidak akan ada interupsi yang dapat aktif walaupun bit enable interrupt individual yang bersangkutan telah diset. Bit 6 T : Penyimpanan bit copy Instruksi penyalinan bit BLD (Bit Load) dan BST (Bit Store) menggunakan bit-t ini sebagai sumber atau tujuan. Suatu bit dari register dapat disalin ke bit-t ini dengan instruksi BST dan bit-t dapat disalin ke register dengan instruksi BLD. Bit 5 H : Half carry flag Bit ini menandai terjadinya half carry pada operasi aritmatika. Bit 4 S : Bit sign, S = N V Bit ini merupakan hasil operasi logika exclusive OR antara bit N dan bit V Bit 3 V : Flag overflow komplemen dua Bit ini menandakan terjadinya overflow atau limpahan pada hasil operasi aritmatika pada bilangan komplemen dua Bit 2 N : Flag Negatif Bit ini menyatakan hasil negative dari suatu operasi aritmatika atau logika. Bit 1 Z : Flag Zero Bit ini menyatakan hasil nol dari suatu operasi aritmatika atau logika. Bit 0 C : Flag Carry Bit ini menyatakan terjadinya limpahan atau overflow dari suatu operasi aritmatika atau logika.

38 Penguat Operasional Penguat operasional atau Op-Amp merupakan rangkaian terintegrasi yang memiliki fungsi sebagai penguat sinyal dengan karakteristik ideal sbb : Impedansi masukan yang sangat tinggi (Zin ) Penguatan loop terbuka yang sangat tinggi (A ol ) Impedansi keluaran yang sangat rendah (Zout 0) Perbedaan tegangan antara masukan inverting dan non-inverting nol (Ed 0) Gambar 2.18 Simbol penguat operasional & kemasannya Simbol penguat operasional ditunjukan pada gambar diatas, terdapat 4 pin utama dari sebuah Op-Amp yakni pin masukan inverting (diberi tanda minus), pin masukan noninverting (diberi tanda plus), pin sumber tegangan positif, dan pin sumber tegangan negatif. Beberapa penerapan Op-Amp diantaranya adalah sebagai penguat inverting, penguat noninverting, penguat penjumlah dan selisih serta penyangga.

39 Penyangga/pengikut tegangan Penyangga atau pengikut tegangan adalah rangkaian op-amp dimana tegangan keluaran adalah sama dengan tegangan masukan (penguatan =1). Rangkaian ini memiliki keunggulan dimana pada bagian input terdapat impedansi masukan yang sangat besar dan impedansi keluaran yang kecil. Jadi rangkaian ini sangat cocok digunakan pada tahap penguatan awal sinyal sebuah sensor karena mengurangi terjadinya rugi/hilangnya sinyal akibat adanya tahanan pada konduktor penghantar sensor. VCC Vin LT1014 Vout - VDD Gambar 2.19 Rangkaian penyangga/pengikut tegangan Analisa rangkaian penyangga/pengikut tegangan adalah sbb : Berdasarkan hukum kirchoff tentang tegangan KVL ( V = 0) dan dengan menganggap bahwa perbedaan tegangan antara pin non inverting terhadap tegangan pada pin inverting Op Amp adalah 0 V, maka : -Vin + Vout = 0, Vin = Vout Karena berdasarkan definisi bahwa : Vout = A x Vin maka dengan subtitusi, didapat gain atau penguatan A = = 1

40 Penguat Non inverting Konfigurasi Op-Amp sebagai penguat non inverting ditunjukan pada gambar dibawah ini. VCC Iin Vin IR1 R LT1014 Vout - VDD Iout R2 Gambar 2.20 Rangkaian penguat non inverting Analisa rangkaian penguat non inverting adalah sbb : Berdasarkan hukum kirchoff tentang arus KCL ( I = 0), maka : Iout + I (-) I R1 = 0 karena pada sebuat Op-Amp ideal impedansi input adalah sangat tinggi maka I (-) 0, maka persamaan diatas dapat ditulis ulang menjadi : Iout = I R1. Karena pada Op-Amp ideal Ed (perbedaan tegangan pada input Op-Amp) 0, maka : Vin = I R1. R1 Vout = Iout x R2 + I R1 x R1, karena Iout = I R1 maka Vout = I R1 (R2+R1) Karena gain atau penguatan sinyal A = ( ) maka A =,.

41 45 A = = 1 + Dengan demikian konfigurasi Op-Amp sebagai penguat Noninverting akan memiliki penguatan sinyal dengan factor penguatan A = Penguat Instrumentasi Konfigurasi Op-Amp sebagai penguat instrumentasi ditunjukan pada gambar dibawah ini. VCC VCC Vin - R LT1014 R Vin LT1014 -VDD -VDD Vref R R RG Gambar 2.21 Rangkaian penguat instrumentasi Pada konfigurasi diatas dua penguat operasional digunakan untuk membentuk rangkaian penguat instrumentasi. Tegangan keluaran Vout akan ditentukan oleh persamaan sebagai berikut : Vout = Vin. [ 2 (1 + )] + V ref Jadi besarnya penguatan sinyal atau A V = 2 (1 + )

42 Sensor tekanan DCXL30DN Sensor tekanan DCXL30DN merupakan sensor tekanan silicon piezoresisitif yang menghasilkan tegangan keluaran dengan akurasi dan linearitas tinggi. Sensor ini ditrim dengan laser di pabrik untuk menghasilkan jangkauan keluaran yang presisi serta terkalibrasi offset dan terkompensasi dari perubahan temperature untuk menjamin keakurasian tinggi dalam pengukuran tekanan. Gambar 2.22 sensor tekanan DCXL Spesifikasi dari sensor tekanan seri DCXL ditunjukan pada tabel dibawah ini. Tabel ini menunjukan spesifikasi detail dari sensor tekanan DCXL pada tegangan suplai 12 Vdc dan dalam kondisi suhu lingkungan 25 o C.

43 47 Tabel Spesifikasi sensor tekanan DCXL Sensor tekanan ini dapat menerima tekanan hingga 30 in H2O atau setara dengan 74.7 mbar. Pada tegangan suplai 12 Vdc, tekanan 30 in H2O yang diaplikasikan pada port B dari sensor DCXL30DN akan menghasilkan span/tegangan keluaran 20 mv sebagaimana tertera pada datasheetnya. Pada nilai tegangan suplai atau eksitasi lainnya, maka span/tegangan keluaran sensor DCXL30DN akan mengikuti persamaan sebagai berikut = 20 ( ) ( 2 ) Sebagai contoh untuk tegangan suplai atau tegangan eksitasi 5 Vdc, maka span/tegangan keluaran sensor DCXL30DN pada tekanan 30 inh2o akan menjadi sebagai berikut :

44 48 V bridge = 5 V 20 mv (typical span pada 30 in H2O) 30 (inh2o) 12 V 30 (inh2o) V bridge = 8,33 mv, pada tekanan 30 inh2o dan tegangan suplai 5 Vdc Jadi pada tegangan suplai 5 Vdc, resolusi sensor DCXL30DN akan menjadi Resolusi =. (. ) = V/mbar. Karena akurasinya yang tinggi sensor jenis ini seringkali digunakan dalam aplikasi instrument industry maupun medis. 2.4 Sensor Oksigen OOM202 OOM202 merupakan sensor oksigen jenis sel galvanic, sensor ini memproduksi tegangan yang proporsional dengan tekanan parsial dari oksigen dalam sampel gas atau dengan kata lain proporsional dengan konsentrasi oksigen dari sampel gas. Memiliki jangkauan pengukuran 0 s/d 100 % oksigen. Tegangan keluarannya berkisar pada nilai 13 s/d 16 mv pada udara ambient (20.9 vol. % O 2 ) atau sekitar 62.2 s/d 76.5 mv pada 100 vol % oksigen. Jadi resolusi sensor ini sekitar s/d mv / vol. % O 2 Cara kerja dari sensor oksigen jenis galvanic ini adalah sebagai berikut : Sensor galvanic memiliki struktur seperti baterai logam / udara dengan pembatasan difusi. Gambar detail ditunjukan dibawah ini.

45 49 Oksigen pada sampel gas akan berdifusi melalui lapisan penghalang/diffusion barrier dan saat mencapai katoda, oksigen akan dirubah menjadi ion hidroksil. Ion ini kemudian melalui larutan elektrolit dan akan mengoksidasi logam anoda. Gambar 2.23 Sensor oksigen OOM202 Akibat reaksi ini arus listrik yang proporsional dengan laju pengkonsumsian/reaksi oksigen akan dihasilkan pada rangkaian katoda/anoda. Karena oksigen yang mencapai katoda dibatasi/ditentukan oleh lapisan penghalang difusi (barrier diffusion) dan konsentrasi O 2 maka arus sel akan merupakan fungsi langsung dari konsentrasi oksigen dalam gas sampel. Persamaan bagi sel galvanic diatas adalah sbb : Reaksi Katoda : O H 2 O + 4 Є - = 4OH - Reaksi Anoda : 2Pb + 4OH - = 2PbO + 2 H 2 O + 4 Є - Reaksi Sel Keseluruhan : 2Pb+O 2 = 2PbO Arus keluaran (µa) = K log (1/1-C) Dimana K merupakan konstanta & C merupakan tekanan parsial oksigen dalam gas sampel.

46 Modul LCD grafik LM12864 LM12864 merupakan modul LCD graphic dengan ukuran tampilan 128 x 64 pixel, memiliki backlight dan dikendalikan oleh dua buah driver LCD S6B0108 yang terpisah untuk masing-masing sisi kiri dan kanan tampilan atau untuk tiap area tampilan 64x64 pixel. Gambar 2.24 Blok diagram dari modul LCD Graphic LM12864 Modul LM12864 memiliki tiga buah register internal pada tiap bagian atau area tampilannya, tiap bagian tersebut dapat dikontrol secara independen melalui register-register berikut: 1. Register page (X) address. Register X address ini menentukan halaman dari RAM tampilan internal. 2. Counter kolom (Y) address. Counter alamat Y menentukan alamat kolom dari RAM internal. Dapat diset melalui instruksi dan alamatnya akan dinaikan satu alamat secara otomatis oleh instruksi membaca atau menulis data. 3. Register baris awal tampilan (Z). Register baris awal Z menunjukan baris paling atas dari RAM tampilan. Alamat ini dapat digunakan untuk menggulirkan pola tampilan pada LCD.

47 51 Gambar 2.25 Peta memori tampilan LM12864 Peta memori atau RAM tampilan dari modul LM12864 ditunjukan pada gambar diatas. Daftar instruksi-instruksi yang digunakan untuk mengendalikan fungsi modul grafik LCD terdapat pada table dibawah ini. Tabel Daftar instruksi LCD LM12864 Pada tugas akhir ini modul LM12864 digunakan untuk menampilkan grafik tekanan udara terhadap waktu.

48 LCD Character 4x16 Modul LCD LMB164XBC merupakan modul tampilan LCD untuk 16 buah karakter sebanyak 4 baris dengan ukuran masing-masing karakter 5x8 pixel. Blok diagram dari modul LCD ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 2.26 Blok diagram lcd character 4x16 Modul LCD ini memiliki dua area memori utama, yakni : Character generator RAM (CGRAM). RAM atau memori ini digunakan untuk menyimpan karakter yang ditentukan oleh pengguna. Tersedia memori untuk 8 buah karakter buatan. Display Data RAM (DDRAM) RAM atau memori ini dapat digunakan untuk menyimpan karakter ROM (font 5x8 dot). Peta alamat memori DDRAM dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 2.27 Peta Alamat DDRAM

49 53 Daftar instruksi-instruksi yang tersedia untuk melakukan pengendalian modul LCD ini dapat dilihat pada table dibawah ini. Tabel 2.18 Daftar Instruksi pada modul LCD character 4x16

Mikrokontroler AVR. Hendawan Soebhakti 2009

Mikrokontroler AVR. Hendawan Soebhakti 2009 Mikrokontroler AVR Hendawan Soebhakti 2009 Tujuan Mampu menjelaskan arsitektur mikrokontroler ATMega 8535 Mampu membuat rangkaian minimum sistem ATMega 8535 Mampu membuat rangkaian downloader ATMega 8535

Lebih terperinci

MODUL 8 Analog Digital Converter (ADC)

MODUL 8 Analog Digital Converter (ADC) MODUL 8 Analog Digital Converter (ADC) AVR ATMega16 merupakan tipe AVR yang telah dilengkapi dengan 8 saluran ADC internal dengan resolusi 10 bit. Dalam mode operasinya, ADC dapatdi konfigurasi, baik single

Lebih terperinci

Sistem Mikrokontroler FE UDINUS

Sistem Mikrokontroler FE UDINUS Minggu ke 2 8 Maret 2013 Sistem Mikrokontroler FE UDINUS 2 Jenis jenis mikrokontroler Jenis-jenis Mikrokontroller Secara teknis, hanya ada 2 macam mikrokontroller. Pembagian ini didasarkan pada kompleksitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PEMANTAU TEKANAN DAN KONSENTRASI OKSIGEN UDARA PERNAFASAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega32

PERANCANGAN ALAT PEMANTAU TEKANAN DAN KONSENTRASI OKSIGEN UDARA PERNAFASAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega32 PERANCANGAN ALAT PEMANTAU TEKANAN DAN KONSENTRASI OKSIGEN UDARA PERNAFASAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega32 Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

REFS0-1 (Reference Selection Bits) REFS0-1 adalah bit-bit pengatur mode tegangan referensi ADC.

REFS0-1 (Reference Selection Bits) REFS0-1 adalah bit-bit pengatur mode tegangan referensi ADC. JOBSHEET VI MENGGUNAKAN ANALOG TO DIGITAL CONVERTER (ADC) DALAM MIKROKONTROLLER ATMEGA8535 1 TUJUAN Mengetahui dan memahami cara menggunakan ADC yang ada di dalam mikrokontroler. Mengetahui dan memahami

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Bentuk Fisik Sensor Gas LPG TGS 2610 Bentuk fisik sensor TGS 2610 terlihat pada gambar berikut :

BAB II DASAR TEORI Bentuk Fisik Sensor Gas LPG TGS 2610 Bentuk fisik sensor TGS 2610 terlihat pada gambar berikut : BAB II DASAR TEORI 2.1 SENSOR TGS 2610 2.1.1 Gambaran Umum Sensor gas LPG TGS 2610 adalah sebuah sensor gas yang dapat mendeteksi adanya konsentrasi gas LPG di sekitar sensor tersebut. Sensor gas LPG TGS

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

Apa itu timer/counter?

Apa itu timer/counter? Timer/Counter Apa itu timer/counter? Merupakan suatu pencacah(counter) yang bisa menghitung naik/turun Pencacah berupa register 8 bit/16 bit Nilai cacahan yg tersimpan di register tersebut akan naik/turun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Karbon Monoksida (CO) Karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak mudah larut dalam air, tidak menyebabkan iritasi, beracun dan berbahaya

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. II. Tujuan. III. Gambaran Disain. MODUL 6 Meter Cahaya Digital

I. Pendahuluan. II. Tujuan. III. Gambaran Disain. MODUL 6 Meter Cahaya Digital MODUL 6 Meter Cahaya Digital I. Pendahuluan Pada praktikum ini, anda akan mencoba memanfaatkan fasilitas masukan analog pada mikrokontroler AVR ATmega8535. ATmega8535 mempunyai ADC (Analog to Digital Converter)

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di BAB III TEORI PENUNJANG 3.1. Microcontroller ATmega8 Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di dalamnya terkandung sebuah inti proccesor, memori (sejumlah kecil RAM, memori

Lebih terperinci

Timer/Counter. AVR ATMega 8535

Timer/Counter. AVR ATMega 8535 Timer/Counter AVR ATMega 8535 Timer/Counter ATMega8535 mempunyai timer/counter yang berfungsi sebagai pencacah/pewaktuan. Karena ATMega8535 mampu memakai crystal berfrekuensi sampai dengan 16 MHz maka

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Jenis Mikrokontroler AVR dan spesifikasinya Flash adalah suatu jenis Read Only Memory yang biasanya diisi dengan program

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan konsep dasar sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler menggunakan modul Xbee Pro. Konsep dasar sistem ini terdiri dari gambaran

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Ethanol

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Ethanol BAB II DASAR TEORI 2.1 Ethanol Ethanol yang kita kenal dengan sebutan alkohol adalah hasil fermentasi dari tetes tebu. Dari proses fermentasi akan menghasilkan ethanol dengan kadar 11 12 %. Dan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Pustaka P a g e

DAFTAR ISI. Daftar Pustaka P a g e DAFTAR ISI Halaman I. DASAR TEORI Mikrokontroler ATmega16 1. Pengertian Mikrokontroler... 2 2. Arsitektur ATmega16... 2 3. Konfigurasi Pena (PIN) ATmega16... 4 4. Deskripsi PIN Mikrokontroler ATmega16...

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor Sistem Minimum Mikrokontroler TTH2D3 Mikroprosesor MIKROKONTROLER AVR Mikrokontroler AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi andalan Atmel. Arsitektur ini dirancang memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Minimum AVR USB Sistem minimum ATMega 8535 yang didesain sesederhana mungkin yang memudahkan dalam belajar mikrokontroller AVR tipe 8535, dilengkapi internal downloader

Lebih terperinci

MIKROPENGENDALI C TEMU 2b AVR ARCHITECTURE. Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom

MIKROPENGENDALI C TEMU 2b AVR ARCHITECTURE. Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom MIKROPENGENDALI C TEMU 2b AVR ARCHITECTURE Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom SECTION 1. The Feature of AVR Prosesor Family On-chip and In System Programmable

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Atmel AVR adalah jenis mikrokontroler yang paling sering dipakai dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Atmel AVR adalah jenis mikrokontroler yang paling sering dipakai dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 Atmel AVR adalah jenis mikrokontroler yang paling sering dipakai dalam bidang elektronika dan instrumentasi. Mikrokontroler AVR ini memiliki arsitektur

Lebih terperinci

Perbandingan Waktu Konversi antara ADC 8 bit dan 10 bit dalam Mikropengendali ATMega8535

Perbandingan Waktu Konversi antara ADC 8 bit dan 10 bit dalam Mikropengendali ATMega8535 Perbandingan Waktu Konversi antara 8 bit dan 10 bit dalam Mikropengendali ATMega8535 Arief Hendra Saptadi Pascasarjana Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Indonesia ariefhendras@gmail.com

Lebih terperinci

ADC (Analog to Digital Converter)

ADC (Analog to Digital Converter) ADC (Analog to Digital Converter) Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal sinyal digital. IC ADC 0804 dianggap dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu : Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Islam

Lebih terperinci

Timer / Counter. Hendawan Soebhakti. November 2009

Timer / Counter. Hendawan Soebhakti. November 2009 Timer / Counter Hendawan Soebhakti November 2009 Sub Pokok Bahasan Jenis Timer/Counter Register TIMSK dan TIFR Interrupt Timer Sistem Mikrokontroler - By : Hendawan Soebhakti 2 Timer/Counter Jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ATMega 8535 adalah mikrokontroller kelas AVR (Alf and Vegard s Risc

BAB II LANDASAN TEORI. ATMega 8535 adalah mikrokontroller kelas AVR (Alf and Vegard s Risc BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller ATMega 8535 ATMega 8535 adalah mikrokontroller kelas AVR (Alf and Vegard s Risc Processor) keluarga ATMega. Mikrokontroller AVR memiliki arsitektur 8 bit, dimana

Lebih terperinci

Sistem Mikrokontroler FE UDINUS

Sistem Mikrokontroler FE UDINUS Minggu ke 5 8 Maret 2013 Sistem Mikrokontroler FE UDINUS 2 Jenis Timer/Counter Jenis-jenis Timer Pada ATMega8535L terdapat 4 buah fasilitas timer yaitu : Timer 0 : Adalah timer 8 bit dengan timer value

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Mikrokontroler AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi andalan Atmel. Arsitektur ini dirancang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi cuaca pada suatu daerah. Banyak hal yang sangat bergantung pada kondisi

II. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi cuaca pada suatu daerah. Banyak hal yang sangat bergantung pada kondisi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Temperatur dan Kelembaban Temperatur dan kelembaban merupakan aspek yang penting dalam menentukan kondisi cuaca pada suatu daerah. Banyak hal yang sangat bergantung pada kondisi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN Konsep dasar sistem monitoring tekanan ban pada sepeda motor secara nirkabel ini terdiri dari modul sensor yang terpasang pada tutup pentil ban sepeda

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol)

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrokontroler Mikrokontroler merupakan keseluruhan sistem komputer yang dikemas menjadi sebuah chip di mana di dalamnya sudah terdapat Mikroprosesor, I/O Pendukung, Memori

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk dapat membandingkan LM35DZ dengan DS18B20 digunakan sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga perbandinganya dapat lebih

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 RANCANGAN PERANGKAT KERAS 3.1.1. DIAGRAM BLOK SISTEM Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Thermal Chamber Mikrokontroler AT16 berfungsi sebagai penerima input analog dari sensor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mikrokontroler ATmega8535 Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR (Alf and Vegard s Risc Processor) yang diproduksi oleh Atmel Corporation.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perangkat Keras Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu perangkat keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil pilihan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika TAKARIR AC (Alternating Current) Adalah sistem arus listrik. Sistem AC adalah cara bekerjanya arus bolakbalik. Dimana arus yang berskala dengan harga rata-rata selama satu periode atau satu masa kerjanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebelumnya pernah dilakukan penelitian terkait dengan alat uji kekuatan gigit oleh Noviyani Agus dari Poltekkes Surabaya pada tahun 2006 dengan judul penelitian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya 10 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sensor TGS 2610 2.1.1 Gambaran umum Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor oksida-logam,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009 dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Elektrik dan Laboratorium

Lebih terperinci

$'&$QDORJWR'LJLWDO&RQYHUWLRQ

$'&$QDORJWR'LJLWDO&RQYHUWLRQ $'&$QDORJWR'LJLWDO&RQYHUWLRQ KONVERTER Alat bantu digital yang paling penting untuk teknologi kontrol proses adalah yang menerjemahkan informasi digital ke bentuk analog dan juga sebaliknya. Sebagian besar

Lebih terperinci

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 A. Pendahuluan Mikrokontroler merupakan lompatan teknologi mikroprosesor dan mikrokomputer. Mikrokontroler diciptakan tidak semata-mata hanya memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM PARKIR TERPADU BERBASIS SENSOR INFRA MERAH DAN MIKROKONTROLER ATMega8535

RANCANGAN SISTEM PARKIR TERPADU BERBASIS SENSOR INFRA MERAH DAN MIKROKONTROLER ATMega8535 RANCANGAN SISTEM PARKIR TERPADU BERBASIS SENSOR INFRA MERAH DAN MIKROKONTROLER ATMega8535 Masriadi dan Frida Agung Rakhmadi Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sensor Optocoupler Optocoupler adalah suatu piranti yang terdiri dari 2 bagian yaitu transmitter dan receiver, yaitu antara bagian cahaya dengan bagian deteksi sumber cahaya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2.1.1 Sensor Load Cell Prinsip kerja dari sensor tekanan ini adalah mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Ukuran ketegangan didasarkan pada prinsip bahwa tahanan pengantar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUJIAN AN ANALISA ATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pendeteksi Kebocoran Gas pada Rumah Berbasis Layanan Pesan Singkat yang telah selesai dirancang. Pengujian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Current Transformer atau yang biasa disebut Trafo arus adalah tipe instrument

BAB II DASAR TEORI. Current Transformer atau yang biasa disebut Trafo arus adalah tipe instrument BAB II DASAR TEORI 2.1 Trafo Arus ( Current Transformer ) Current Transformer atau yang biasa disebut Trafo arus adalah tipe instrument trafo yang didesain untuk mendukung arus yang mengalir pada kumparan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Alat pemantau tekanan dan konsentrasi oksigen udara pernafasan ini terdiri dari

BAB III PERANCANGAN. Alat pemantau tekanan dan konsentrasi oksigen udara pernafasan ini terdiri dari BAB III PERANCANGAN Alat pemantau tekanan dan konsentrasi oksigen udara pernafasan ini terdiri dari rangkaianrangkaian sebagai berikut :. Rangkaian pengkondisi sensor tekanan. Rangkaian pengkondisi sensor

Lebih terperinci

Interfacing. Materi 6: ADC, DAC & Sensor Interfacing. Disusun Oleh: I Nyoman Kusuma Wardana

Interfacing. Materi 6: ADC, DAC & Sensor Interfacing. Disusun Oleh: I Nyoman Kusuma Wardana Interfacing Materi 6: ADC, DAC & Sensor Interfacing Disusun Oleh: I Nyoman Kusuma Wardana Outline General ADC concepts ADC programming Sensor interfacing & signal conditioning DAC interfacing Kusuma Wardana

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor MLX 90614[5]

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor MLX 90614[5] BAB II DASAR TEORI Dalam bab ini dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan skripsi yang dibuat. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah sensor

Lebih terperinci

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER PERCOBAAN 10 ANALOG TO DIGITAL CONVERTER 10.1. TUJUAN : Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu Menjelaskan proses perubahan dari sistim analog ke digital Membuat rangkaian ADC dari

Lebih terperinci

TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto

TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Pembahasan tentang: Referensi: mikrokontroler (AT89S51) mikrokontroler (ATMega32A) Sumber daya

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

Oleh Ilmin Syarif Hidayatullah ( ) Pembimbing : Andi Rahmadiansah, ST, MT

Oleh Ilmin Syarif Hidayatullah ( ) Pembimbing : Andi Rahmadiansah, ST, MT RANCANG BANGUN SISTEM HUMAN MACHINE INTERFACE (HMI) PADA MINIPLANT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO SKALA LABORATORIUM Oleh Ilmin Syarif Hidayatullah (2409030025) Pembimbing : Andi Rahmadiansah, ST,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan menerangkan beberapa teori dasar yang mendukung terciptanya skripsi ini. Teori-teori tersebut antara lain mikrokontroler AVR ATmega32, RTC (Real Time Clock) DS1307,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor 2.1.1 Pengertian Umum Sensor Sebenarnya sensor secara umum didefinisikan sebagai alat yang mampu menangkap fenomena fisika atau kimia kemudian mengubahnya menjadi sinyal

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Yoyo Somantri dan Egi Jul Kurnia

MIKROKONTROLER Yoyo Somantri dan Egi Jul Kurnia MIKROKONTROLER Yoyo Somantri dan Egi Jul Kurnia Mikrokontroler Mikrokontroler adalah sistem komputer yang dikemas dalam sebuah IC. IC tersebut mengandung semua komponen pembentuk komputer seperti CPU,

Lebih terperinci

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller Tanu Dwitama, Daniel Sutopo P. Politeknik Batam Parkway Street, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia E-mail: tanudwitama@yahoo.co.id, daniel@polibatam.ac.id

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan Alat Simulasi Pembangkit Sinyal Jantung, berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system.

BAB II LANDASAN TEORI. pada itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system. BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari pada itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system. Dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat monitoring tekanan oksigen pada gas sentral dengan sistem digital yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat monitoring tekanan oksigen pada gas sentral dengan sistem digital yang lebih BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang gas medis telah dilakukan oleh Oktavia Istiana (2005) dengan tampilan analog dan Rachmatul Akbar (2015) yang melakukan pembuatan alat

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori (2.1)

Bab II Dasar Teori (2.1) Bab II Dasar Teori 2.1. Gelombang ulrasonik Untuk dapat mengamati perubahan yang terjadi pada udara, dapat dilakukan dengan mengamati kejadian fisis akibat suatu pengkondisian tertentu yang memberikan

Lebih terperinci

BAB II. PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F Pengenalan Mikrokontroler

BAB II. PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F Pengenalan Mikrokontroler BAB II PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F005 2.1 Pengenalan Mikrokontroler Mikroprosesor adalah sebuah proses komputer pada sebuah IC (Intergrated Circuit) yang di dalamnya terdapat aritmatika,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrokontroller 8535 Mikrokontroller adalah IC yang dapat diprogram berulang kali, baik ditulis atau dihapus. Biasanya digunakan untuk pengontrolan otomatis dan manual pada

Lebih terperinci

MIKROPENGENDALI C TEMU 4 AVR TIMER AND COUNTER. Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom

MIKROPENGENDALI C TEMU 4 AVR TIMER AND COUNTER. Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom MIKROPENGENDALI C TEMU 4 AVR TIMER AND COUNTER Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom PENDAHULUAN Pada mikropengendali terdapat register Timer/Counter yang berfungsi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KECEPATAN PENCACAHAN ANTARA TIMER 0 (8 BIT) DENGAN TIMER 1 (16 BIT) PADA SISTEM MIKROKONTROLER

PERBANDINGAN KECEPATAN PENCACAHAN ANTARA TIMER 0 (8 BIT) DENGAN TIMER 1 (16 BIT) PADA SISTEM MIKROKONTROLER PERBANDINGAN KECEPATAN PENCACAHAN ANTARA TIMER 0 (8 BIT) DENGAN TIMER 1 (16 BIT) PADA SISTEM MIKROKONTROLER Arief Hendra Saptadi Program Studi D-III Teknik Telekomunikasi Akademi Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan seperti MCS51 adalah pada AVR tidak perlu menggunakan oscillator

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan seperti MCS51 adalah pada AVR tidak perlu menggunakan oscillator BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Microcontroller Atmega 8 AVR merupakan salah satu jenis mikrokontroler yang di dalamnya terdapat berbagai macam fungsi. Perbedaannya pada mikro yang pada umumnya digunakan seperti

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C.

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C. BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 PERANCANGAN UMUM SISTEM Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari system pengukuran tangki air yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan apa saja

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN 2.1. C-V Meter Karakteristik kapasitansi-tegangan (C-V characteristic) biasa digunakan untuk mengetahui karakteristik suatu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menentukan spesifikasi kerja alat yang akan direalisasikan melalui suatu pendekatan analisa perhitungan, analisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu. dengan penelitian yang dilakukan.

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu. dengan penelitian yang dilakukan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut : Studi literatur, yaitu dengan mempelajari beberapa referensi yang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Blok Diaram Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari sistem pendeteksi kebocoran gas pada rumah yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Sistem poros sederhana yang mengalami kondisi tak seimbang

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Sistem poros sederhana yang mengalami kondisi tak seimbang BAB II TEORI DASAR 2.1. Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas tentang proses penyeimbangan dan metoda penyeimbangan yang menjadi dasar dalam pembuatan alat pengolah sinyal dan komponen-komponen alat pengolah

Lebih terperinci

PELATIHAN: Pemrograman Mikrokontroler Tipe AVR bagi Guru-guru SMK

PELATIHAN: Pemrograman Mikrokontroler Tipe AVR bagi Guru-guru SMK PELATIHAN: Pemrograman Mikrokontroler Tipe AVR bagi Guru-guru SMK Disusun oleh: Pipit Utami. M.Pd Fakultas Teknik UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 Page1 Praktik Mikrokontroler TOPIK: AKSES LCD KAJIAN

Lebih terperinci

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut.

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut. Arsitektur mikrokontroler MCS-51 diotaki oleh CPU 8 bit yang terhubung melalui satu jalur bus dengan memori penyimpanan berupa RAM dan ROM serta jalur I/O berupa port bit I/O dan port serial. Selain itu

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGONTROL PARTITUR OTOMATIS

BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGONTROL PARTITUR OTOMATIS BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGONTROL PARTITUR OTOMATIS Pada BAB II ini akan dibahas gambaran cara kerja sistem dari alat yang dibuat serta komponen-komponen yang digunakan untuk pembentuk sistem. Pada

Lebih terperinci

PEMBANGKIT DAN PENGHITUNG FREKUENSI

PEMBANGKIT DAN PENGHITUNG FREKUENSI MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI MIKROKONTROLER ATMEL ATmega8515 SEBAGAI PEMBANGKIT DAN PENGHITUNG FREKUENSI Mustafa Idi Nugroho 1, Sumardi 2, Trias Andromeda 2 Abstrak Pada tugas akhir ini digunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Medan Magnet Medan Magnet, dalam ilmu Fisika, adalah suatu medan yang dibentuk dengan menggerakan muatan listrik (arus listrik) yang menyebabkan munculnya gaya di muatan listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Simbol LED [8]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Simbol LED [8] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Light Emiting Dioda Light Emiting Diode (LED) adalah komponen yang dapat memancarkan cahaya. Sstruktur LED sama dengan dioda. Untuk mendapatkan pancaran cahaya pada semikonduktor,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori tentang komponen dasar penyusun sistem penyimpanan data kecepatan angin, arah angin dan suhu. Karakteristik dan prinsip kerja komponen tersebut

Lebih terperinci

Beberapa istilah dalam ADC

Beberapa istilah dalam ADC Analog to Digital Converter (ADC) ADC adalah interface yang digunakan untuk mengambil data dari sensor dan memasukkannya ke dalam komputer atau mikrokontroler. Karena besaran keluaran dari sensor adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer).

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer). BAB II DASAR TEORI Bab ini menjelaskan konsep dan teori dasar yang mendukung perancangan dan realisasi sistem. Penjelasan ini meliputi mikrokontroler AVR, perangkat sensor, radio frequency, RTC (Real Time

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketepatan masing-masing bagian komponen dari rangkaian modul tugas akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketepatan masing-masing bagian komponen dari rangkaian modul tugas akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Dan Pengukuran Setelah pembuatan modul tugas akhir maka perlu diadakan pengujian dan pengukuran. Tujuan dari pengujian dan pengukuran adalah untuk mengetahui ketepatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram dari sistem AVR standalone programmer adalah sebagai berikut : Tombol Memori Eksternal Input I2C PC SPI AVR

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Water Bath. Water Bath merupakan peralatan yang berisi air yang bisa

BAB II DASAR TEORI Water Bath. Water Bath merupakan peralatan yang berisi air yang bisa 5 BAB II DASAR TEORI 2.1. Water Bath Water Bath merupakan peralatan yang berisi air yang bisa mempertahankan suhu air pada kondisi tertentu selama selang waktu yang ditentukan. Gambar 2.1 General Water

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN UIMEGA 8535

BAB III PERANCANGAN UIMEGA 8535 BAB III PERANCANGAN UIMEGA 8535 3.1 ARSITEKTUR UIMEGA 8535 Arsitektur UIMega 8535 secara umum diperlihatkan pada Gambar 3.1. UIMega 8535 terdiri dari lima modul utama, yaitu modul ROM, modul instruction

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER AT89S52

MIKROKONTROLER AT89S52 MIKROKONTROLER AT89S52 Mikrokontroler adalah mikroprosessor yang dirancang khusus untuk aplikasi kontrol, dan dilengkapi dengan ROM, RAM dan fasilitas I/O pada satu chip. AT89S52 adalah salah satu anggota

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada Bab III ini akan diuraikan mengenai perancangan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk membangun sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. MOSFET MOSFET atau Metal Oxyde Semiconductor Field Effect Transistor merupakan salah satu jenis transistor efek medan (FET). MOSFET memiliki tiga pin yaitu gerbang (gate), penguras

Lebih terperinci