MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Percobaan Laboratorium Epidemi II SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Percobaan Laboratorium Epidemi II SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)"

Transkripsi

1 EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Percobaan Laboratorium Epidemi II Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI 3. KEGIATAN BELAJAR 6. PENDALAMAN 1. PENDAHULUAN Masih melanjutkan studi mengenai kemampuan percobaan epidemiologi dalam skala laboratorium yang menyajikan berbagai kasus yang berhubungan dengan proses bagaimana patogen menghasilkan inokulum yang akan menjadi materi penting bagi terjadinya epidemi di lapangan. Proses bagaimana masuknya (penetrasi) patogen ke jaringan inang dan kemudian berkembang serta menghasilkan inokulum baru (spora) adalah proses yang bersifat mikroskopis sehingga hanya dapat dipelajari dengan teknik laboratorium sehingga kejadiannya dapat diikuti dengan dokumentasi yang memadai dari waktu ke waktu (menit, jam, atau hari). Disamping itu dalam modul ini dikembangkan pula suatu cara secara buatan mengenai proses inokulasi serta sporulasinya yang akan menjadi pelajaran sangat berguna untuk studi pada patogen lainnya sehingga studi epidemiologi memberikan peranan penting pula bagi perkembangan studi biologi secara umum. Beberapa contoh yang menarik dalam studi ini adalah digunakannya patogen yang bersifat biotrophic fungi, mengingat gejala yang muncul sangat spesifik (misal penyebab penyakit karat) dan secara morfologi, spora jamurnya besar dan menarik (atraktif) untuk dilihat perkembangannya. Disamping itu patogen jenis ini tidak dapat dibiakkan dalam medium buatan sehingga diperlukan teknis khusus untuk inokulasinya, dan hal tersebut diperagakan dalam modul ini. MODUL 10 SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

2 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Melatih mahasiswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam merekayasa peralatannya sendiri demi tercapainya tujuan penelitian. 2. Mengembangkan ketrampilan praktis mahasiswa dalam mengamati objek yang bersifat renik dan mampu melakukan dokumentasi terhadap kejadian yang dipelajarinya dengan baik dan benar serta menginformasikannya dalam bentuk pelaporan. 3. Membangun kerjasama mahasiswa untuk saling tolong-menolong dalam kerjasama tim karena penelitian yang baik adalah adanya kebersamaan untuk mengatasi kesulitan selama proses penelitian berlangsung. 3. KEGIATAN BELAJAR 1. Produksi spora secara kuantitatif Percobaan ini dapat dilakukan menurut cara Mehta dan Zadoks (1970) yang mengamati penelitian tentang penyakit karat coklat ( Puccinia recondita) pada gandum dengan mengamati kelompok spora yang meliputi: 1. Periode laten yang pendek 2. Pembukaan pustul 3. Peningkatan produksi spora per hari 4. Produksi spora maksimal yang cepat dan tinggi 5. Penurunan produksi spora yang cepat 6. Periode sporulasi yang pendek Meskipun demikian nampaknya produksi spora total tidak tergantung dari persediaan spora dan kepadatan tumpukan spora. Jumlah produksi spora ternyata sangat tergantung alat fotosintesis dari inang. Sporulasi itu menjadi berlimpah bila tidak ada bagian daun yang dihilangkan. Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui kapasitas sporulasi dari P. recondita pada bibit jagung. Bahan: - Spora dari P. recondita f.sp. triticina - 6 pot bibit tanamana jagung muda - Alat penghembus - Cycloon collector dan pompa - Alat pengukur luas daun - Haemocytometer - Collodium - Glycerol dan tween 40 Page 2 of 13

3 - Kertas tak berlemak - Alat pengering - Ultrasound fibrator Pelaksanaan: Benih jagung ditanam dalam 6 pot, yang masing-masing ditanami 10 biji seragam. Pada permukaan pot diletakkan kertas tak berlemak. Kemudian daun yang tumbuh diinokulasi spora jamur dengan alat penghembus dengan tangan sedemikian rupa sehingga spora merata. Inokulasi ini berlangsung dengan cara: a. 10 mg spora (6 pot) atau b. 20 mg spora (6 pot) Setelah inokulasi maka tanaman tersebut diinkubasikan selama 24 jam dalam keadaan gelap dengan kelembaban nisbi 100 persen pada suhu 18 o C. Setelah masa inkubasi, maka pot tadi diletakkan pada keadaan kelembaban tinggi 90 % dan suhu 18 o C pada ritme harian dan malam yang normal. Uraian: jam setelah inokulasi maka 1 pot dipakai untuk menentukan persediaan spora dan berat kering dari daun. Penentuan persediaan spora adalah sebagai berikut: Dibuat collodium string dari 5 lembar daun per pekerjaan dan dihitung jumlah spora (yang berkecambah maupun tidak) per satuan luas (sedikitnya 100 spora per permukaan daun). Kemudian tentukan luas permukaan daun-daun tersebut. Untuk menghitung berat kering daun dilakukan cara demikian: Letakan sisa daun-daun tersebut dalam alat pengering dengan suhu 80 o C selama 24 jam, kemudian timbanglah daun tersebut. 2. Menentukan waktu inkubasi (yaitu timbulnya gejala pertama) dan periode laten (timbulnya pembukaan pustul pertama kali). 3. Sejak dari pembukaan pustul tersebut maka sporulasi (produksi spora) dihitung dengan menggunakan alat penghisap cycloon collector, yang dilakukan pada 50 bibit tanaman tersebut. Demikian juga pada spora-spora yang jatuh pada bagian bebas ikut dihitung dan ditimbang. Penghisapan spora tersebut berlangsung terus sampai 22 hari setelah inokulasi. 4. Bila sporulasi telah berjalan dengan baik maka apa yang disebut dengan faktor koreksi ditentukan. Hal ini dilakukan sebagai berikut: Spora pertama-tama dihisap secara normal. Setelah ditimbang spora direndam di dalam cairan yang mempunyai berat jenis kurang lebih sama dengan spora karat (yakni 1,1). Cairan ini terdiri atas: 43% larutan glyserol dan air kran + 5% Tween 40. Suspensi ini dikerjakan selama 1 menit dalam ultrasound fibrator (getaran /detik) dan kemudian diisi dengan cairan khusus tadi sampai 10 ml. Jumlah spora yang terdapat pada 10 ml larutan ini dihitung dengan bantuan haemocytometer. Sedangkan yang dianggap sebagai faktor koreksi adalah jumlah spora per mg spora segar. Dalam hal ini dianggap bahwa berat spora segar selama percobaan tetap konstan. Page 3 of 13

4 5. Isilah kertas kerja yang bersangkutan. 6. Letakan pada kertas grafik produksi spora per hisapan (menurut skala waktu) per 50 helai daun. Tuliskan juga pada skala, waktu, hari inokulasi, dan akhir dari periode laten. Lakukan ini juga untuk produksi spora kumulatif per 50 helai daun. 7. Buat kesimpulan. Kertas kerja: Pengamat : Luas bidang pandang: Tgl. Inokulasi : T = total Tanaman : x = rata-rata Jamur : W = lebar penyebaran Perkecambahan spora Tak berkecambah Jumlah total spora Persen kecambah Jumlah bidang pandang Jumlah permukaan pandang Jumlah spora per mm 2 Jumlah spora per daun Coret yang tak perlu Pelaksanaan Nomor daun Hasil perhitungan T x W 2. Kecepatan sporulasi-waktu Uredospora di lapangan misalnya dari Puccinia striiformis pada serealia sulit sekali ditentukan berapa lama berlangsungnya antara lepasnya spora-spora yang masak oleh hujan dan angin, dan timbulnya jumlah spora masak yang baru dan siap menyebar. Suatu pandangan sekilas mengenai hal ini diperoleh di laboratorium oleh Rapilly et.al. (1970) dengan bantuan suatu terowongan angin. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sporulasi dan waktu pada keadaan cuca yang konstan. Bahan: - 1 pot bibit jagung - Patogen karat - Terowongan angin buatan - 12 cawan Petri ( 9 mm) dengan water agar - Etiket (untuk penomoran) - Page 4 of 13

5 Pelaksanaan: Dalam hal ini dipakai jagung varietas peka yang mudah tertular penyakit karat. Sehelai daun yang dipenuhi oleh sorus patogen diletakkan di terowongan angin (dalam kondisi in situ). Sisa dari tanaman lain disingkirkan atau ditutup plastik. Terowongan angin debuat sebagai berikut: - Kecepatan angin 0,5 m per detik - Kelembaban nisbi 70-90% dan konstan - Suhu udara dalam terowongan 22 o C. Uredospora ditangkap di bagian belakang terowongan angin ini oleh cawan Petri yang telah diisi dengan water agar dan bernomor. Pada awal percobaan (disebut titik waktu t) itu selama 2 menit diberikan arus angin dengan kecepatan 2,5 m/detik, sehingga uredospora dapat dipisahkan dari uredosori. Cara ini diulang setiap 20 menit selama 3 jam. Setelah arus angin tadi, maka cawan Petri diganti baru pada setiap hembusan. Kemudian spora dihitung. Catatan: 1. Catatlah jumlah spora yang tertangkap pada kertas kerja 2. Buatlah di kertas grafik jumlah spora secara kumulatif terhadap waktu 3. Buat kesimpulan Lembar kerja: Pengamat Suhu Tanaman Kelembaban Jamur Kec. Angin : : : : : : Waktu (menit) Jumlah spora kumulatif Waktu Jumlah spora kumulatif 3. Percepatan sporulasi kelembaban nisbi udara Pada percobaan sebelumnya, kecepatan sporulasi dipelajari dalam hubungannya dengan waktu atau sebagai fungsi waktu dalam keadaan faktor cuacanya konstan. Namun bagaimana apabila faktor cuacanya bervariasi misalnya kelembaban nisbinya. Maka untuk itulah percobaan ini akan digunakan Page 5 of 13

6 untuk mengetahui sampai sejauhmana pengaruhnya bila kondisi udaranya justru tidak bergerak seperti dalam terowongan angin tersebut sebelumnya. Dengan kata lain percepatan sporulasi dipelajari dalam keadaan udara tenang sehingga dibiarkan lepas dari sorusnya secara alamiah tanpa angin. Bahan: - 6 pot dengan bibit gandum - Puccinia striiformis - 6 kotak-sporulasi - Glycerin - Pita perekat - Mikroskop binokuler Pelaksanaan: Disiapkan 6 pot bibit gandum dari varietas yang rentan, yang akan mampu menyebabkan perkembangan patogen sehingga mendapatkan spora yang melimpah. Inokulasi dengan patogen penyebab karat kuning ( P. striiformis), tidak terlalu keras, lebih baik menggunakan pensil dan pada permukaan seluas 2 cm 2. Pot-pot tersebut sebelum dimulai percobaan harus diperjarang dahulu jaraknya agar tidak menggangu satu tanaman ke lainnya. Perconaan dapat dimulai bila kelompok spora tersebut telah tumbuh dengan baik, tetapi masih belum lama berspora. Dari setiap pot dipilih satu benih yang mempunyai kelompok atau kumpulan spora yang rata dengan keseragaman yang rata. Pada bagian tengah dari bagian yang diinokulasi dari 6 benih tersebut dipilih suatu zona ± 1 cm 2, untuk pengmatan sementara bagaian lainnya ditutup dengan pita perekat. Daun-daun tersebut diletakkan sedemikian rupa dalam 6 kotak sporulasi tersebut (Gambar 1), sehingga daerah yang terbuka itu selalu tepat berada pada atau di atas objek gelas yang diolesi glyserin. Dalam kotak sporulasi telah terbentuk berbagai kepadatan udara relatif dengan bantuan berbagai campuran glyserin dan air (H 2 O) berdasarkan formula Deffose (1963), sebagai berikut: - Kotak 1 (kelembaban 50%): 78,5% berat glyserin - Kotak 2 (kelembaban 60%): 70,5% berat glyserin - Kotak 3 (kelembaban 70%): 61,5% berat glyserin - Kotak 4 (kelembaban 80%): 48,5% berat glyserin - Kotak 5 (kelembaban 90%): 31,5% berat glyserin - Kotak 6 (kelembaban 100%): 0 % berta glyserin Seluruh percobaan ini dilakukan pada suhu 20 o C dan pencahayaan konstan. Perhatian: Harus diingat bahwa: - Daun-daun tersebut harus diketok (dipukul-pukul secara perlahan) sebelum percobaan. Page 6 of 13

7 - Lubang dari kotak untuk memasukkan objek gelas ini harus diletakkan pada posisi yang berlawanan dengan letak tanaman. - Seluruh lubang dari kotak itu harus ditutup dengan pita perekat selama percobaan. - Harus diikuti skala waktu sebagai berikut: Hari 1: Jam 8.30 cairan dimasukkan dalam kotak kemudian ditutup dengan penutup cadangan. Jam 9.30 percobaan dimulai Jam objek gelas ditukar dan dihitung spora yang tertangkap. Hari 2: Jam 8.30 objek gelas (seri ke 2) diambil dan dihitung spora yang tertangkap. Uraian: 1. 6 jam setelah percobaan dimulai, secara hati-hati tutup kotak diketok sehingga spora yang sudah masak berjatuhan pada objek gelas. Objek gelas tersebut dengan hati-hati dikeluarkan dari kotak sporulasi dan diganti dengan objek gelas baru yang telah diolesi glyserin, kemudian semua spora pada objek gelas dihitung. 2. Sekali lagi, 17 jam kemudian (23 jam setelah percobaan dimulai) objek gelas tadi disingkirkan lagi, tetapi tidak diganti dengan yang baru, dan sporanya dihitung lagi. Kumpulan spora dari setiap daerah terbuka (diluar kotak) dihitung juga. 3. Kertas kerja diisi. 4. Jumlah spora yang ditangkap setelah 6 jam dan 23 jam dihitung dan selisihnya dibandingkan dengan KN pada kertas grafik biasa. Selisih antara dua kelompok spora menunjukkan produksi spora selama 17 jam sporulasi. 5. Buat kesimpulan. Kertas kerja: Pengamat Tanggal : : Kelembaban (suhu 20 o C) 50% 60% 70% 80% 90% 100% Jumlah spora per pengamatan 23 jam 6 jam Jumlah kelompok spora Selisih 23 jam Jumlah spora per kelompok 6 jam Selisi h Page 7 of 13

8 Gambar 1. Ilustrasi cara melakukan percobaan 4. Pencucian Suatu cara penyebaran spora yang penting adalah penyebaran melalui tetesan air hujan, misalnya tetesan air hujan yang jatuh melalui suatu kabut spora mempunyai kemungkinan mencuci keluar spora-spora dari kabut tersebut. Dengan cara ini spora-spora yang talah menempuh jarak yang jauh (misal diterbangkan angin) dapat terbawa ke bumi kembali, dimana spora -spora itu langsung dapat berfungsi sebagai sumber infeksi. Bahan: - Pipa pvc sepanjang 13 m - Alat penetes - Kamar kabut spora - Filter selector - Gelas berdiameter 5 cm - Spora kering (misal karat) - Alat penyuntik dan mikroskop binokuler Pelaksanaan: Melalui sebuah pipa sepanjang 13 meter, suatu tetetas air yang diketahui besarnya (diameternya) dijatuhkan dari sebuah alat penetes. 18 detik sebelum tetesan itu dijatuhkan, sporaspora karat (yang kuantitasnya diketahui) ditembakan dari sebuah alat penyuntikan ke dalam ruang kabut spora. Waktu 18 detik ini perlu untuk memperoleh pembagian yang homogen dari sporasporanya sebelum tetesan air jatuh melintasi kabut sporanya. Didalam ruang kabut sporanya kira-kira 10 cm dari dasarnya terdapat dua gelas berisi sedikit air. Salah satu diantaranya berada persis di bawah pipanya dan alat penangkap tetesan air yang mengandung spora tersebut. Gelas lainnya berfungsi sebagai blanko agar dapat menentukan besarnya kumpulan spora yang terjadi secara alamiah. Spora-spora yang terdapat dalam wadah air tersebut dihitung. Dengan cara ini orang dapat memperoleh gambaran mengenai banyaknya spora yang terangkut oleh tetesan air tersebut. Page 8 of 13

9 Cara kerja: 1. Percobaannya dilakukan dua kali dengan cara sebagai berikut: a. Ukur ukuran diameter tetesan air b. Kepadatan spora yang berbeda. Hitunglah banyaknya spora didalam air, yang dapat dilakukan dengan cara demikian: Spora-spora disedot dengan alat penyedot yang mempunyai filter selectronnya berukuran 3,1 mm. Setelah disedot, filternya dengan hati-hati diambil dari corongnya, diletakan kedalam suatu mangkok cawan Petri dan diperiksa dengan mikroskop binokuler. Filternya diperiksa lubang demi lubang dan sporanya dihitung. 2. Isilah lembar kerja. Lembar kerja: Pengamat Jamur Tanggal : : : Bidang Kepadatan spora:..gr Kepadatan spora:..gr pandang Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran tetesan air tetesan air tetesan air tetesan air x bl x bl x bl x bl Ket.: x = filter dengan tetesan air; bl = blanko; n = jumlah spora per tetesan air. 5. Penyebaran spora pelepasan aktif askuspora Banyak cara mekanisme pelepasan secara aktif. Dalam hal ini akan dipelajari pelepasan askuspora dari Pyrenomycetes. Squirt gun mechanishm : Diumpamakan energi pelepasan askuspora berasal dari tekanan osmotik. Suatu proses biokimia yang belum diketahui menyebabkan cepatnya sel aktif (askus) untuk mengembang. Askuspora dari isi sel lainnya ditekan kearah apex dari askus. Meningkatnya tekanan yang mendadak menyebabkan pecahnya askus pada tempat yang lunak, sehingga terhamburlah satu atau lebih askuspora dan sisi sel lainnya. Seluruh mekanisme ini disebut: squirt gun mechanishm. Askuspora akan melalui lapisan Page 9 of 13

10 udara tenang dan laminar dan mencapai jarak beberapa mililiter sampai 6cm atau lebih dari sumbernya, tergantung pada spesies jamur dan keadaan lingkungannya. Fisika : Dimensi fisika seperti karak yang ditempuh bagi penghamburan spora sangat ditentukan oleh fraksi ketahanan di udara. Hal ini membawa implikasi bahwa perbedaan antara penyebaran ke atas atau horisontal adalah kecil. Namun demikian pengukuran ke arah horisontal relatif lebih mudah. Persamaan energi untuk penembakan askuspora adalah: P V = ½ m v² ; P = tekanan hidrostatik dalam askus, V = pertukaran volume spora, m = massa spora, v = velositas awal pelepasan. Menurut Buller untuk menghitung pelemparan kearah horisontal adalah: D = 2/9.v.pd.r².n -1 ; D = jarak, V = velositas awal, pd = kerapatan spora (seperti air: 1000 kg.m -3 ) dikurangi kerapatan udara (1,27 kg.m -3 ), r = radius spora berbentuk spherik, n = viskositas udara (pada 18 2 C: 1,8x 10-5 kg.m ). Rumus Buller serupa dengan hukum Stoke untuk terminal fall velocity: v = 2/9.pd.g r 2.n -1 ; v = velositas jatuh terminal, g = daya gravitasi (9,81 m.s -2 ). Suatu tetesan air yang jath mempunyai velositas jatuh terminal: v = 1,2x10 8.r 2 m.s -1 suatu tetesan berukuran 10 u = beradius 10-5 m dari perhitungan mempunyai velositas jatuh terminal : v = 1,2x10-2 m.s -2 Bahan bahan : - Biakan Sordaria macrospora, S. fimicola, atau S. humana pada kertas saring/agar ekstrak ragi - 1 tabung (diameter kira-kira 4 cm) - 1 gabus berlubang (diameter 2 cm) dan gelas piala - 1 silinder dari karton - 1 gelas sediaan (20x3 cm) - Kapas - Vaselin - Mikroskop/binoculer - Scoring form, counting form Page 10 of 13

11 Percobaan: Gunakan suatu tabung dengan panjang 25 cm (berdiameter 4 cm), bersama -sama dengan sebuah gabus dan tabung spesimen yang berisi kultur Sordaria microspora, S. fimicola atau S.humana (lihat gambar). Kultur tersebut hendaknya telah membentuk fase peritesia. Suatu gelas sediaan berukuran 20x3 cm, bervaselin diletakkan dalam tabung dan sepotong kapas basah ditaruh berlawanan dengan gabus untuk menjaga agar supaya kelembabannya tinggi. Seluruh tabung diletakkan dalam karton silinder dengan demikian sinar yang masuk hanya melalui satu sisi tabung, berlawanan dengan kultur Sordaria. Tabung diletakkan dalam posisi horisontal dalam ruangan yang bersuhu C atau pada suhu 7-10 C (tergantung pilihan). Pelepasan : Jumlah spora sekali pelepasn dapat bervariasi dari 1 sampai 8. Sangat jelas bahwa sebagian besar jumlah yang dilepaskan adalah satu spora, kemudian bertipe 7 spora dan akan naik menjadi bertipe 8 spora. Kecenderungan spora terbagi dapat dihitung dengan rumus berikut : 0 N n n 0 = kecenderungan pembagian, N = jumlah total grup spora, n = jumlah total spora (7/8 n, adalah jumlah total rantai diantara spora). Kecenderungan spora melekat bersama dipengaruhi oleh viskositas mucigel sekeliling spora. Dengan meningkatnya suhu viskositas rendah, dengan demikian nilai 0 akan meningkat sesuai dengan suhu Setelah 24 jam gelas sediaan dapat dikeluarkan dari tabung dan jumlah spora dan grup spora dapat dihitung Isilah format scoring Isilah format counting Buat grafik dari jumlah spora yang dilepaskan diplot terhadap jarak dari kultur Hitung kecenderungan spora untuk membagi dalam satu kultur, tetapi bandingkan hasilnya dengan teman lainnya yang telah memperlakukan dengan suhu berbeda Simpulkanlah. 6. Perkecambahan spora dan kebasahan daun Kebanyakan spora membutuhkan air bebas untuk berkecambah. Air bebas pada daun dapat disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari hal berikut : hujan, embun dan gutasi. Waktu yang Page 11 of 13

12 dibutuhkan adanya air bebas bagi spora hendaknya sepanjang mungkin agar supaya terjadi perkecambahan dan penetrasi. Di dalam ruang pertumbuhan, dalam kondisi buatan, air bebas pada daun dibentuk dalam keadaan gelap pada tekanan uap air atmosfer yang sangat jenuh. Bahan bahan : - Jamur Puccinia recondita (penyebab karat cokelat pada gandum) - 12 pot bibit gandum - 12 silinder inkubasi dan kertas saring - Setting tower (0 50 cm) - 12 cawan petri (0 50 cm) - Collodium - Mikroskop - Leaf area meter - Kertas probabilitas binominal Percobaan : Gunakan 12 pot yang masing-masingnya berisi 10 tanaman gandum. Tanaman gandum yang dalam fase pembentukan 1 daun diinokulasi dengan uredospora Puccinia recondita. Untuk memastikan atmosfer sangat jenuh tanpa sinar, pot-pot tersebut diletakkan dibawah sinar inokulasi. Seluruh perlakuan diletakkan dalam ruang klimat pada suhu 18 C (basah -gelap), pada waktu nol. Setiap setengah jam satu silinder inkubasi diambil dari satu pot. Lima daun dipilih secara acak, dipotong dan diletakkan hati-hati dalam cawan petri secara acak, dipotong dan diletakkan pada ruang klimat yang sama dengan 5 daun utama diletakkan pada ruang klimat yang sama tanpa silinder (sinar dan kelembaban 94%; sinar kering ). Collodium diletakkan pada permukaan atas (adaxial) dari 5 potongan daun. Pada setiap daun dihitung 500 spora dan klasifikasi berapa yang berkecambah dan tidak berkecambah, dan berapa spora yang terdeposit setiap daun (lihat dibawah perkecambahan spora dan sinar ). Setelah striping luasan setiap daun diukur dengan leaf area meter. Pada akhir percobaan (setelah 6 jam) 12 pot yang masih ada tanamannya dapat dibiarkan dalam ruang klimat atau dipindahkan ke rumah kaca agar terjadi perkembangan pustul. Bila pustul telah berkembang baik, jumlah pustul per daun dihitung dan rata-ratakan setiap potnya. Hasil: Isilah format kalkulasi untuk setiap perlakuan (setiap setiap pot per setengah jam) Periksalah keragaman deposit spora setiap percobaan dalam dan diantara perlakuan Periksalah untuk keragaman perkecambahan spora diantara daun dalam perlakuan dengan menggunakan kertas probabilitas binominal. Persentase perkecambahan per perlakuan di plot Page 12 of 13

13 terhadap waktu pada kertas probabilitas. Plotlah rata-rata jumlah pustul per perlakuan terhadap waktu. Perlakuan = waktu eksposing 4. REFERENSI Deffose, L Un appareil pour l etude de la sporulation en air dynamique conditionne pour l humadite. Parasitica 19: Mehta, Y.R. dan J.C. Zadoks Uredospore production and sporulation periode of Puccinia recondita f.sp. triticina on primary leaves of wheat. Neth. J. Pl. Path. 76: Rapilly, F., J. Fournet dan M. Skajennikoff Etudes sur l epidemiologie et la biologie de la jaune du ble Puccinia striiformis Westend. Ann. Phytopathol. 2: Zadoks, J.C. dan H.D. Frinking Epidemiologie. LHW, Wageningen. 5. PROPAGASI Mahasiswa melakukan secara berkelompok mengenai topik yang menarik dan kemudian dibuat laporannya, serta didiskusikan di depan kelas sehingga terjadi distribusi pengetahauan diantara kelompok. Dosen pengampu memfasilitasi dengan menyempurnakan alasan-alasan teoritis maupun praktisnya dari hasil pengamatan laboratorium tersebut. 6. PENDALAMAN 1. Bagaimanakah cara saudara mengukur tingkat viabilitas spora dengan menggunakan mikrometer di bawah mikroskop, dan apakah yang menjadi kretarium bahwa spora tersebut sudah berkecambah. 2. Apakah peranan kelembaban dalam percobaan pada Gambar 1 dan bagaimana cara anda memonitoring adanya peranan tersebut. Page 13 of 13

EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2):

EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): 1. Contoh Percobaan Rumah Kaca epidemi Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI 3.

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Peranan Ketahanan Tanaman SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Peranan Ketahanan Tanaman SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Peranan Ketahanan Tanaman Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 3. KEGIATAN BELAJAR 4. REFERENSI 5.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

MODUL EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF PENYAKIT TANAMAN (S2): SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF PENYAKIT TANAMAN (S2): SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF PENYAKIT TANAMAN (S2): 1. Percobaan Laboratorium Epidemi I Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5.

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): DAUR PERKEMBANGAN PENYAKIT Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): DAUR PERKEMBANGAN PENYAKIT Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): DAUR PERKEMBANGAN PENYAKIT Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI 3. KEGIATAN

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Studi Lapangan Epidemiologi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Studi Lapangan Epidemiologi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Studi Lapangan Epidemiologi Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PENELITIAN 5. PROPAGASI 3. KEGIATAN BELAJAR

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian 1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dimulai dari bulan Juni 2014 sampai dengan September

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian dimulai dari September

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan

BAHAN DAN METODE. Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Serangga, dan Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di green house milik UMY dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di green house milik UMY dan Laboratorium III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di green house milik UMY dan Laboratorium Agrobioteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca, Laboratorium Produksi Tanaman, dan Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Bidang Proteksi Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan November

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lampung (UNILA) sebagai tempat ekstraksi fungisida nabati,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang memiliki tubuh buah, serasah daun, ranting, kayu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Perkebunan Fakultas Pertanian, Unila dari Bulan Desember 2014 sampai Maret

III. BAHAN DAN METODE. Perkebunan Fakultas Pertanian, Unila dari Bulan Desember 2014 sampai Maret III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Produksi Tanaman Perkebunan Fakultas Pertanian, Unila dari Bulan Desember 2014 sampai Maret

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Penggunaan Analisis Sidik Lintas Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Penggunaan Analisis Sidik Lintas Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Penggunaan Analisis Sidik Lintas Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI 3. KEGIATAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA. B.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari Oktober 2010

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian tempat + 25 m dpl pada Bulan Mei

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca dan Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, mulai bulan Maret sampai Mei

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Mikrobiologi dan Kesehatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan ini dilaksanakan di rumah plastik, dan Laboratorium Produksi

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan ini dilaksanakan di rumah plastik, dan Laboratorium Produksi III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di rumah plastik, dan Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Bandar Lampung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Nazir (1999: 74), penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Nazir (1999: 74), penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang telah dilakukan ini bersifat eksperimen. Menurut Nazir (1999: 74), penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan memanipulasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Lapangan

Lebih terperinci

BABHI BAHAN DAN METODE

BABHI BAHAN DAN METODE BABHI BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di rumah kasa dan Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great Giant Pineapple (GGP) di Lampung Timur dan PT. Nusantara Tropical Farm, Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun 17 III. BAHAN DAN MEODE 3.1 empat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit umbuhan dan ebun Percobaan di dalam kampus di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 8 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1 Materi Penelitian 1.1.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang bertubuh buah, serasah daun, batang/ranting

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi 20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Penelitian I. Populasi dan Keanekaragaman Cendawan Mikoriza Arbuskular pada Lahan Sayuran dan Semak 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah untuk penelitian ini diambil dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great 9 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great Giant Pineapple (GGP) Terbanggi Besar, Lampung Tengah dan PT. Nusantara

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional 1 SNI 19-7117.12-2005 Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit

III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April 2015. 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Produksi Perkebunan dan rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kelimpahan sel Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way Anova

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Perbanyakan P. citrophthora dan B. theobromae dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Riau kampus Bina Widya Jl. H.R Soebrantas Km 12,5 Simpang Baru Panam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang 8 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang Proteksi Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimen. Penelitian eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada pellet calf starter dengan penambahan bakteri asam laktat dari limbah kubis terfermentasi telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 11 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Desember 2011 di Laboratorium Agromikrobiologi, Balai Pengkajian Bioteknologi, BPPT PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan;

Lebih terperinci

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk m. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Riau Kampus Bina Widya Jin. Bina Widya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru,

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Juli 2017 di Laboratorium Bioteknologi dan Greenhouse Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Juli 2017 di Laboratorium Bioteknologi dan Greenhouse Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama 6 bulan pada bulan Februari Juli 2017 di Laboratorium Bioteknologi dan Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI Disusun Oleh : WASIS BUDI HARTONO PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN BP3K SANANKULON Penyakit Blas Pyricularia oryzae Penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada penghambatan pertumbuhan jamur (Candida albicans) dan tingkat kerusakan dinding

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium Kesehatan Medan. 3.2 Alat dan Bahan Alat alat yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol) 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian disusun menggunakan metoda statistika rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor, dimana faktor yang diujikan adalah pengaruh konsentrasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mycota

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014. 10 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Hutan mangrove Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Analisis

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

10 Tips memulai pembibitan

10 Tips memulai pembibitan 10 Tips memulai pembibitan Bagian 1 Bagaimana pembibit mendapat bibit awal yang sehat Beberapa tujuan yang dikejar para pecinta berkebun adalah sebagai penghargaan mempunyai tumbuhan yang ditanam dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama, konsentrasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Perbanyakan isolat jamur B. bassiana dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro pada tanggal 27 Maret 2017-23 Mei

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) III. METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) Pengambilan sampel tanah dekat perakaran tanaman Cabai merah (C.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Agustus 2012 sampai

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Gambar 3. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Gambar 3. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) m. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Riau dan Rumah Kasa Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat 1. Alat alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium 2. Neraca Analitis Metler P.M 400 3. Botol akuades 4. Autoklaf fiesher scientific 5. Inkubator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen kuantitatif dengan variabel hendak diteliti (variabel terikat) kehadirannya sengaja ditimbulkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010 Maret 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, pada bulan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis percobaan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis percobaan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental, 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis percobaan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAL), yang dilakukan dengan 9 perlakuan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda pada pollard terhadap kandungan total bakteri, Gram positif/negatif dan bakteri asam laktat telah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang Lampiran 2. Gambar 1. Hewan Teripang segar Gambar 2. Daging Teripang Lampiran 2. (Lanjutan) Gambar 3. Simplisia Teripang Gambar 4. Serbuk simplisia Lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kentang varietas Granola Kembang yang diambil dari Desa Sumberbrantas,

BAB III METODE PENELITIAN. kentang varietas Granola Kembang yang diambil dari Desa Sumberbrantas, 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi dan eksperimen yaitu dengan cara mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri endofit dari akar tanaman kentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) tunggal, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014. Isolasi dan karakterisasi penyebab penyakit dilakukan di Laboratorium Penyakit

Lebih terperinci

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA LANDASAN TEORI Organisme yang akan digunakan sebagai materi percobaan genetika perlu memiliki beberapa sifat yang menguntungkan,

Lebih terperinci

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67% III. Metode Penelitian A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 2013 bertempat di Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai VARIETAS ANJASMORO KABA SINABUNG No. Galur MANSURIAV395-49-4 MSC 9524-IV-C-7 MSC 9526-IV-C-4 Asal Seleksi massa dari populasi Silang ganda 16 tetua Silang ganda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jagung Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, menurut Purwono dan Hartanto (2007), klasifikasi dan sistimatika tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. MetodePenelitian Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimen kuantitatif, metode ini dipilih karena digunakan untuk menguji sebab-akibat serta mempunyai keunggulan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biakan murni Hypoxylon sp. koleksi CV.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Agroteknologi Bidang Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 - Oktober 2014 di Laboratorium Hama Tumbuhan, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di Greenhouse dan Ruang Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen karena dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen karena dalam 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara keadaan awal dengan sesudah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, III. BAHAN DAN METODE 3.LTcinpat dan waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Rumah Kasa Fakultas Pertanian, Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1

PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1 1 PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1 Oleh : Drs. Suyitno Al, MS 2 PENDAHULUAN Biologi berkembang dari hasil kerja para peneliti biologi, menggali pengetahuan dari objek-objek biologi. Sebagai Objeknya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Hama dan Penyakit dan rumah kaca Balai penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO), Bogor; pada bulan Oktober

Lebih terperinci