IMPLEMENTASI REKOMENDASI FINANCIAL ACTION TASK FORCE (FATF) TERHADAP KEJAHATAN PENCUCIAN UANG DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI REKOMENDASI FINANCIAL ACTION TASK FORCE (FATF) TERHADAP KEJAHATAN PENCUCIAN UANG DI INDONESIA"

Transkripsi

1 Journal of International Relations, Volume 1, Nomor 3, Tahun 2015, hal Online di IMPLEMENTASI REKOMENDASI FINANCIAL ACTION TASK FORCE (FATF) TERHADAP KEJAHATAN PENCUCIAN UANG DI INDONESIA Beutari Octaviani Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Jalan Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Kotak Pos 1269 Website: Abstract Money laundering is an act of crime that can destabilize the economical condition of a country. Vienna Convention in 1988, which examine about drugs, is the basis of discussion on anti-money laundering regime. International response for the fighting against money laundering is by establishing FATF. FATF has several recommendations which are admitted as the international standards. In its framework, FATF have a black list system that provides overview on the countries that do not take part in the fight against money laundering. Indonesia is not a member of FATF, but was listed in FATF s black list system in This research aims to find out the causes of FATF recommendation implementation by Indonesia. Descriptive type of research is applied in this research to describe the process that Indonesia has gone through in fighting against money laundering by implementing FATF recommendation. The result of this research shows Indonesia s serious effort in combating money laundering. Keywords: money laundering, FATF recommendation, implementation, black list 1. Pendahuluan Saat ini masyarakat dunia bergerak dan berevolusi menuju ke sebuah tatanan baru yang dikenal sebagai era informasi atau masyarakat informasi. Sebuah masyarakat informasi digambarkan sebagai sebuah bangsa di mana mayoritas tenaga kerjanya terdiri dari pekerja informasi, dan informasi merupakan unsur yang paling penting (Rogers, 1986 dalam Damanik: 12). Perkembangan dalam era informasi dapat dikaitkan dengan fenomena globalisasi. Istilah globalisasi mulai digunakan pada tahun 1980-an. Globalisasi merupakan hasil inovasi manusia yang menyebabkan kemajuan di bidang teknologi, mengacu kepada integrasi peningkatan ekonomi di seluruh dunia, terutama dalam bidang pergerakan barang, jasa, dan perdagangan lintas batas ( 2014). Globalisasi juga dapat dipahami sebagai perubahan-perubahan dalam bidang ekonomi dan sosial yang berkombinasi dengan pembentukan keterkaitan regional dan global yang unik, agar lebih ekstensif dan 30

2 intensif dibandingkan dengan periode sebelumnya, yang menantang dan membentuk kembali komunitas politik, dan secara spesifik merupakan negara modern (Held, 2000 dalam Budi Winarno: 124). Di era globalisasi, perpaduan kemajuan teknologi informasi dengan ketidakstabilan ekonomi dan politik ternyata dapat melahirkan ancaman yang sangat luas. Ancaman tidak saja bagi kedaulatan suatu negara, tapi juga masyarakat internasional (Buletin Kesaksian Edisi No. III, 2012). Salah satu ancaman yang dimaksud adalah meningkatnya kejahatan, khususnya kejahatan transnasional, di mana kejahatan pencucian uang termasuk kedalam kategori kejahatan transnasional. Kejahatan pencucian uang dapat menimbulkan dampak yang dapat mengganggu stabilitas perekonomian dan kehidupan sosial suatu negara, bahkan merusak tatanan ekonomi dunia (Stessen, 2003 dalam Condrokirono). Kegiatan pencucian uang yang terjadi di suatu negara secara makro dapat mempersulit pengendalian moneter dan mengurangi pendapatan negara sedangkan secara mikro akan menimbulkan high cost economy dan mengganggu sistem persaingan usaha yang sehat (PPATK, 2007 dalam Condrokirono). Respon dari adanya permasalahan kejahatan pencucian uang adalah dengan membentuk institusi internasional. Ketika terdapat derajat interdepedensi yang tinggi, negara-negara akan membentuk institusi-institusi internasional untuk menghadapi masalah-masalah bersama. Institusiinstitusi itu dapat berupa organisasi internasional formal atau dapat berupa serangkaian persetujuan yang agak formal yang menghadapi aktivitas-aktivitas atau isu-isu bersama (Jackson dan Sorensen, 2005: 65). Berangkat dari pendapat Jackson dan Sorensen mengenai pembentukan institusiinstitusi internasional untuk menghadapi masalah-masalah bersama, contoh konkretnya adalah terbentuknya Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF) dan The Asia/Pacific Group on Money Laundering (APG). Keduanya merupakan badan antarpemerintah yang berfokus kepada masalah money laundering. Pada tahun 2000, FATF membentuk suatu daftar hitam yang dinamakan Non Cooperative Countries or Territories (NCCT) dengan dasar bahwa negara-negara tidak kooperatif dalam melawan kejahatan pencucian uang, dan Indonesia masuk ke dalam daftar hitam tersebut. Apabila Indonesia masih tetap berada dalam daftar NCCT maka akan diberlakukan sanksi oleh negara-negara yaitu countermeasure yang berupa pemutusan hubungan atau pembatasan transaksi perbankan oleh bank internasional dengan lembaga-lembga keuangan di Indonesia. Situasi tersebut kemudian direspon oleh Indonesia dengan membentuk Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU) dan membentuk Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK). Penelitian ini mempertanyakan status Indonesia yang bukan anggota dari FATF tetapi ikut serta dalam mengimplementasi rekomendasi (membentuk UU TPPU dan PPATK) yang diberikan FATF. Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori kerjasama internasional dan organisasi internasional menurut paradigma neoliberal. Neoliberalisme berpendapat bahwa ketika terdapat derajat interdependensi yang tinggi, negara-negara akan sering membentuk institusi-institusi internasional untuk menghadapi masalah-masalah bersama. Institusi-institusi memajukan kerja sama lintas batas-batas internasional dengan menyediakan informasi dan dengan mengurangi biaya (Robert Jackson & Georg Sorensen, 2005: 65). Neoliberal institusional melihat institusi sebagai mediator dan sarana untuk mencapai kerja sama antara aktor-aktor dalam sistem internasional. Saat ini, neoliberal institusional memfokuskan penelitian pada isu-isu global governance dan pemeliharaan institusi yang terkait dengan proses globalisasi (John Baylis dkk, 2011: 121). 31

3 2. Pembahasan Pada tingkatan internasional, dikenal konsep global governance yang merujuk pada kerja sama melalui perjanjian dan rezim internasional untuk menangani permasalahan tertentu, pertama kali muncul di abad ke-19 sejak berakhirnya perang dingin. Global crime governance merupakan salah satu spesifikasi dalam konsepsi global governance, yang memiliki fokus kegiatan kerja sama di forum nasional dan internasional yang bertujuan untuk mencegah, menuntut dan memonitor kejahatan (Deflem, 2002 Anja P. Jakobi, 2014: 3). Global governance dalam melawan kejahatan melibatkan negara, organisasi internasional dan aktor-aktor non negara yang melakukan kegiatan dengan melakukan perjanjian internasional melawan kejahatan. Dasar dari perjanjian internasional tersebut adalah aktor-aktor yang terlibat harus membentuk agenda dasar anti kejahatan global (Krasner, 1983 dalam Anja P. Jakobi, 2014: 2). The Group of Seven (G7 1 ) merupakan salah satu forum perkumpulan negara-negara yang berinisiatif untuk melakukan kerja sama melawan kejahatan pencucian uang. Implementasi kerja sama tersebut direalisasikan dengan membentuk suatu task force. Hal ini kemudian memunculkan pertanyaan mengapa kejahatan yang serius seperti pencucian uang diatur dalam sistem task force yang pembentukannya hanya sementara dan bisa dibubarkan kapan saja. Ada perbedaan mendasar mengenai sistem yang dimiliki organisasi internasional dengan sistem task force yaitu sistem kaku dan sistem fleksibel. Organisasi internasional telah banyak memberlakukan aturan tetapi, hal penting dalam aturan tersebut jarang diakui. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pemahaman negara-negara terhadap efektifitas sebuah aturan dari organisasi internasional, selain itu adanya fakta bahwa aturan yang diberlakukan organisasi internasional dibentuk berdasarkan kepentingan negara yang membentuk, sehingga menimbulkan suatu sistem yang kaku. Sementara itu, sistem dalam task force adalah fleksibel, karena tidak membedakan anggota maupun non-anggota. Fleksibilitas tersebut memungkinkan tidak hanya anggota yang memang berkomitmen untuk menerapkan kerangka kerja yang diberlakukan, tetapi juga memungkinkan pihak non-anggota dapat mengikuti kerangka kerja tersebut. Neo-liberal institusional menyadari bahwa kerja sama mungkin sulit untuk dicapai di level yang pemimpinnya tidak mempunyai kepentingan yang sama. (John Baylis dkk, 2011: 122). Kerja sama dapat dilakukan melalui berbagai macam cara. Dalam pandangan neoliberal institusional yang berfokus kepada institusi yang menjadi wadah untuk melakukan kerja sama, institusi yang dimaksud merupakan apapun yang dibentuk oleh sekumpulan negara yang kemudian mempunyai suatu aturan atau rekomendasi yang tujuannya memerangi tindak kejahatan global. Tujuan utama dari adanya institusi adalah jelas memfasilitasi aktor-aktor dalam sistem internasional untuk melakukan kerja sama. Dengan kata lain, adanyanya institusi memudahkan aktor-aktor untuk memilih langkah yang tepat dalam konteks melakukan hubungan kerja sama. Kerja sama juga bukan hanya sekedar tergabung kedalam suatu institusi, tetapi juga melihat kepada interaksi di antara aktor-aktor yang terlibat, di mana masing-masing aktor dituntut untuk aktif dalam proses kerja sama tersebut. Menurut paradigma neoliberal di atas, kerja sama sulit dicapai apabila ada perbedaan kepentingan di antara para pemimpinnya. Indonesia merupakan negara yang masih sangat baru dalam menerapkan prinsip hukum mengenai pencucian uang. Oleh karena itu, kerja sama yang dijalin dengan FATF akan membantu Indonesia menyerap prinsip-prinsip hukum pencucian uang dan menimbulkan kepentingan yang sama dalam membentuk suatu institusi di antara para pemimpinnya. 1 Anggota G7: Jerman, Perancis, Inggris, Italia, Jepang, Kanada, dan Amerika Serikat. 32

4 Paradigma neoliberal institusionalis juga menekankan kepada institusi-institusi internasional yang mempunyai asumsi optimis dari adanya kerja sama (Koehane, 1984: 7-8). Menurut pandangan di atas, kerja sama dapat dilakukan melalui institusi-institusi internasional, dan selalu optimis dengan hasil kerjasama. Institusi-institusi internasional yang dimaksud dapat berupa organisasi internasional, Non-Govermental Organization (NGO) bahkan task force yang sering dianggap sebagai lembaga yang tidak memiliki dasar hukum yang jelas. Berbicara mengenai hasil dari kerja sama yang optimis, dapat juga dikaitkan dengan keuntungan yang didapatkan dari adanya kerja sama. Salah satu keuntungan yang paling nyata adalah semakin memperluas dan mempererat hubungan di antara negara-negara yang saling melakukan kerjasama. 3. Kesimpulan FATF untuk melawan kejahatan pencucian uang menerapkan sistem rekomendasi kepada negara-negara yang kemudian menimbulkan pertanyaan mengapa non-anggota dapat dan mau menerapkan rekomendasi. Penelitian ini mempertanyakan Indonesia yang bukan anggota dari FATF tetapi melakukan implementasi rekomendasi. Analisis terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi Indonesia, yang bukan anggota FATF, patuh dalam mengimplementasikan rekomendasi FATF yaitu: 1. Konsep kejahatan pencucian uang yang diatur dalam task force. FATF menggunakan konsep task force dalam melaksanakan kerangka kerjanya karena konsep tersebut dinilai dapat lebih efektif dalam proses implementasi kepada negara-negara dan juga menjadi prioritas rezim AML internasional. 2. Adanya konsep global governance yang berfokus kepada kerja sama dalam melawan kejahatan internasional, termasuk didalamnya kejahatan keuangan internasional. Kerja sama tersebut diwujudkan dalam pembentukan FATF sebagai institusi internasional dan APG sebagai lembaga regional yang mengikutsertakan Indonesia sebagai anggotanya. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, ditemukan pula adanya hubungan antara paradigma neoliberalisme institusionalis terhadap pemilihan sistem task force dan konsep global governance dalam melawan kejahatan pencucian uang. Korelasi yang dimaksud adalah bahwa sistem task force yang fleksibel tidak membedakan antara anggota dan nonanggota, sehingga mampu menjadi wadah yang tepat bagi negara-negara dalam berinteraksi dan bekerjasama yang akhirnya membuat konsep global governance dapat dijalankan sesuai dengan tujuan bersama. Daftar Pustaka Baylis, Steve Smith The Globalization of World Politics. Oxford: Oxford University Press. Damanik, Marudur Pandopatan Kompetensi Pengelola dalam Mengatasi Permasalahan Teknis Pada Pusat Layanan Internet Kecamatan, Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, Vol. 1. No. 1, pp. 12. Globalization: A Brief Overview. Dalam (diakses 30 November 2014). Jackson, Georg Sorensen Pengantar Studi Hubungan Internasional, terj. Dadan Suryadipura. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jakobi, Anja P Global Governance And Transnational Crime: Situating The Contact Group, diakses 19 Juni Koehane, Robert O After Hegemony: Cooperation And Discord In The World Political Economy. United Kingdom: Princeton University Press. 33

5 Stessen, Guy Money Laundering: A New Law Enforcement Model. Cambridge: Cambridge University Press, dikutip dalam Nurul Istiqomah Condrokirono, Tinjauan Kriminologi Terhadap Upaya Indonesia Agar Tetap Berada Diluar Daftar Non-cooperative Countries and Territories (NCCTs), (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta, 2009). Transnational Organized Crime. Dalam pdf (diakses 2 Desember 2014) Winarno, Budi Globalisasi dan Masa Depan Demokrasi, Jurnal Global dan Strategis, Vol. 3. No. 2, pp

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah money laundering atau pencucian uang telah dikenal sejak tahun 1930 di Amerika Serikat. Pada saat itu organisasi kejahatan mafia membeli perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

Hikmahanto Juwana Guru Besar Hukum Internasional FHUI. Copyright by Hikmahanto Juwana 2011(c)

Hikmahanto Juwana Guru Besar Hukum Internasional FHUI. Copyright by Hikmahanto Juwana 2011(c) Hikmahanto Juwana Guru Besar Hukum Internasional FHUI 1 Kenyataan bahwa melawan terorisme tidak hanya sekedar tindakannya saja tetapi juga dana untuk mendukung tindakan tersebut Masyarakat internasional

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST TRANSNATIONAL ORGANIZED CRIME (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENENTANG TINDAK PIDANA TRANSNASIONAL

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST TRANSNATIONAL ORGANIZED CRIME (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENENTANG TINDAK PIDANA TRANSNASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

Modul E-Learning 1. Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan:

Modul E-Learning 1. Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan: Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Pertama. Pengenalan Pencucian Uang Tujuan Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan:

Lebih terperinci

BAB 7 PENUTUP. Universitas Indonesia 112

BAB 7 PENUTUP. Universitas Indonesia 112 BAB 7 PENUTUP 7.1. Kesimpulan Upaya Indonesia agar tetap berada di luar daftar NCCTs merupakan suatu kajian yang sangat menarik oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti berusaha menganalisa mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang kita ketahui pada zaman sekarang ini banyak sekali kejahatan dan kriminalitas yang terjadi di dunia termasuk Indonesia. Banyak kejahatan yang terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan di bidang komunikasi dan informasi dalan era globalisasi ini telah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan di bidang komunikasi dan informasi dalan era globalisasi ini telah 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang pengetahuan dan teknologi yang ditunjang dengan kemajuan di bidang komunikasi dan informasi dalan era globalisasi ini telah menyebarkan

Lebih terperinci

Mengatasi Sisi Gelap Dunia Kripto

Mengatasi Sisi Gelap Dunia Kripto Mengatasi Sisi Gelap Dunia Kripto Oleh Christine Lagarde 13 Maret 2018 Alasan sama yang membuat aset-kripto sangat menarik adalah juga yang membuatnya berbahaya (istock oleh Getty Images). Baik saat nilai

Lebih terperinci

TINJAUAN KRIMINOLOGI TERHADAP UPAYA INDONESIA AGAR TETAP BERADA DI LUAR DAFTAR NON-COOPERATIVE COUNTRIES AND TERRITORIES (NCCTs) TESIS

TINJAUAN KRIMINOLOGI TERHADAP UPAYA INDONESIA AGAR TETAP BERADA DI LUAR DAFTAR NON-COOPERATIVE COUNTRIES AND TERRITORIES (NCCTs) TESIS TINJAUAN KRIMINOLOGI TERHADAP UPAYA INDONESIA AGAR TETAP BERADA DI LUAR DAFTAR NON-COOPERATIVE COUNTRIES AND TERRITORIES (NCCTs) TESIS Oleh: NURUL ISTIQOMAH CONDROKIRONO NPM 0706307664 Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Buku Ali, H. Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Buku Ali, H. Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Buku Ali, H. Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Penerbit Sinar Grafika, Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit Rineka Cipta, Arrasjid,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tindak pidana kejahatan dari hari ke hari semakin beragam. Tindak pidana kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

Lebih terperinci

Pada periode keempat ini Joint Parliamentary Commission berubah menjadi Mercosur Parliament yang secara resmi meminta delegasi dari tiap parlemen di n

Pada periode keempat ini Joint Parliamentary Commission berubah menjadi Mercosur Parliament yang secara resmi meminta delegasi dari tiap parlemen di n BAB IV KESIMPULAN Regionalisme Mercosur merupakan regionalisme yang telah mengalami proses yang panjang dan dinamis. Berbagai peristiwa dan upaya negara anggotanya terhadap organisasi ini telah menjadikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendekatan anti-money laundering pertama kali diperkenalkan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) sejak dengan disahkannya Konvensi Wina tentang perdagangan gelap,

Lebih terperinci

Oleh : Putu Kartika Sastra Gde Made Swardhana Ida Bagus Surya Darmajaya. Bagian Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh : Putu Kartika Sastra Gde Made Swardhana Ida Bagus Surya Darmajaya. Bagian Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana MEKANISME KERJASAMA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) DAN INSTANSI TERKAIT DALAM PENYELIDIKAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG Oleh : Putu Kartika Sastra Gde Made Swardhana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

Indonesia, G20 dan Komitmen Anti Korupsi

Indonesia, G20 dan Komitmen Anti Korupsi Indonesia, G20 dan Komitmen Anti Korupsi 1 OLEH: MAHENDRA SIREGAR WAKIL MENTERI PERDAGANGAN PADA ROUND TABLE DISCUSSION INDONESIA, G-20 DAN KOMITMEN ANTI-KORUPSI Diselenggarakan oleh INFID. Hotel Santika

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 3 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK I. UMUM Dengan semakin

Lebih terperinci

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini. PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

APBN TAHUN 2008 PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN UU NO. 1 TAHUN

APBN TAHUN 2008 PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN UU NO. 1 TAHUN APBN TAHUN 2008 PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN UU NO. 1 TAHUN UNDANG UNDANG TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 ABSTRAK : Bahwa Anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, dimana tujuan dari pembangunan nasional itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, dimana tujuan dari pembangunan nasional itu sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea keempat tertulis bahwa salah satu tugas dari negara adalah mensejahterakan rakyat dengan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang

Lebih terperinci

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG 47 RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM Pembangunan rezim anti pencucian uang di Indonesia yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

Para Kepala Kepolisian, Ketua Delegasi, Para Kepala National Central Bureau (NCB),

Para Kepala Kepolisian, Ketua Delegasi, Para Kepala National Central Bureau (NCB), Sambutan Y. M. Muhammad Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Umum Interpol Ke-85 Dengan Tema Setting The Goals Strengthening The Foundations: A Global Roadmap for International Policing

Lebih terperinci

HUKUM PIDANA TRANSNASIONAL. Transnasional Internasional Dr. Trisno Raharjo, S.H. M.Hum.

HUKUM PIDANA TRANSNASIONAL. Transnasional Internasional Dr. Trisno Raharjo, S.H. M.Hum. HUKUM PIDANA TRANSNASIONAL Transnasional Internasional Dr. Trisno Raharjo, S.H. M.Hum. HUKUM PIDANA INTERNASIONAL Bassiouni (1986): suatu hasil pertemuan pemikiran dua disiplin hukum yang muncul dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hukum pidana bertujuan mengatur ketertiban dalam masyarakat, yang diwujudkan dalam fungsinya sebagai salah satu alat pengendalian sosial. Hal ini menentukan pengaturan

Lebih terperinci

Peran Kelembagaan dalam Mitigasi Bencana di Indonesia. Oleh: Rudi Saprudin Darwis

Peran Kelembagaan dalam Mitigasi Bencana di Indonesia. Oleh: Rudi Saprudin Darwis Peran Kelembagaan dalam Mitigasi Bencana di Indonesia Oleh: Rudi Saprudin Darwis Pendahuluan Secara geografis, Indonesia berada di daerah rawan bencana; negara yang memiliki risiko gempa bumi lebih dari

Lebih terperinci

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni Pengertian Dasar & Jenisnya Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional By Dewi Triwahyuni Definisi : Keamanan (security) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan mempertahankan diri (survival) dalam

Lebih terperinci

S I L A B U S. Jurusan/Program Studi : Ilmu Administrasi Negara : Organisasi dan Administrasi Internasional Kode : SAN 224 SKS : Teori: 2 Praktek: -

S I L A B U S. Jurusan/Program Studi : Ilmu Administrasi Negara : Organisasi dan Administrasi Internasional Kode : SAN 224 SKS : Teori: 2 Praktek: - S I L A B U S Fakultas : Ilmu Sosial Jurusan/Program Studi : Ilmu Administrasi Negara Mata Kuliah : dan Administrasi Kode : SAN 224 SKS : Teori: 2 Praktek: - Semester : V Mata Kuliah Prasyarat : - Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan

Lebih terperinci

Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL

Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL 1 2 BAB I Memahami Ekonomi Politik Internasional A. Pendahuluan Negara dan pasar dalam perkembangannya menjadi dua komponen yang tidak terpisahkan.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL AGAINST THE SMUGGLING OF MIGRANTS BY LAND, SEA AND AIR, SUPPLEMENTING THE UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST TRANSNATIONAL

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN PENUGASAN PENUGASAN WAKIL PRESIDEN KEPPRES NO. 1 TAHUN KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN ABSTRAK : - bahwa untuk menjaga lancarnya pelaksanaan pemerintahan

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 3 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB 1718 (2006), Rekomendasi 7 FATF (2016), dan PERATURAN BERSAMA PEMBEKUAN ASSET (2017)

RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB 1718 (2006), Rekomendasi 7 FATF (2016), dan PERATURAN BERSAMA PEMBEKUAN ASSET (2017) RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB 1718 (2006), Rekomendasi 7 FATF (2016), dan PERATURAN BERSAMA PEMBEKUAN ASSET (2017) Oleh: Muhsin Syihab Plt. Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Agustus 2017 Senjata

Lebih terperinci

BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL

BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL Isu imigran ilegal yang terus mengalami kenaikan jumlah di Indonesia yang juga turut menimbulkan dampak tersendiri

Lebih terperinci

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA PENCUCIAN UANG? PENCUCIAN UANG Upaya untuk menyembunyikan/menyamarkan harta kekayaan dari hasil tindak pidana sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah berasal

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5302 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN BI. Program. Anti Pencucian Uang. Pendanaan. Terorisme. Penyelenggaraan Jasa. Selain Bank. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

Lebih terperinci

Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme. Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP

Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme. Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP Mengapa teori menjadi penting? Teori adalah pernyataan yang dibuat untuk menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

2 lembaga keuangan mikro, dan lembaga pembiayaan ekspor sebagai Pihak Pelapor; dan 2. menyatakan advokat, notaris, pejabat pembuat akta tanah, akuntan

2 lembaga keuangan mikro, dan lembaga pembiayaan ekspor sebagai Pihak Pelapor; dan 2. menyatakan advokat, notaris, pejabat pembuat akta tanah, akuntan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI HUKUM. Pidana. Pencucian Uang. Pihak Pelapor. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 148). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN. Daerah Pabean Indonesia. Uang Tunai. Instrumen Pembayaran Lain. Pembawaan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 366). PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan-badan usaha

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak BAB V Kesimpulan Identitas sebuah negara memegang peranan besar dalam proses hubungan antar negara. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak memiliki kepentingan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DALAM BAYANG-BAYANG STANDAR INTERNASIONAL

UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DALAM BAYANG-BAYANG STANDAR INTERNASIONAL UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DALAM BAYANG-BAYANG STANDAR INTERNASIONAL Oleh : Dr. Yunus Husein, S. H., LL. M Pendahuluan Setelah melewati review yang dilakukan oleh negara-negara yang tergabung

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA Oleh: Ni Made Dwita Setyana Warapsari I Wayan Parsa Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI AKTOR HI. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI AKTOR HI. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI AKTOR HI Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si TEORI STATE CENTRIS TEORI TRANSNASIONAL CENTRIS TEORI GLOBAL CENTRIS TEORI STATE CENTRIS TEORI STATE

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2...

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2... PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11 / 28 /PBI/2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM UMUM Dengan semakin maraknya tindak pidana

Lebih terperinci

I. UMUM. Perubahan dalam Undang-Undang ini antara lain meliputi:

I. UMUM. Perubahan dalam Undang-Undang ini antara lain meliputi: PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM Perkembangan dan kemajuan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap perekonomian suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap perekonomian suatu negara, 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencucian uang sebagai suatu kejahatan yang berdimensi internasional merupakan hal baru di banyak negara termasuk Indonesia. Sebegitu besarnya dampak negatif

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Centre (INTRAC) memiliki kewenangan dalam membangun rezim pencucian

BAB IV PENUTUP. Centre (INTRAC) memiliki kewenangan dalam membangun rezim pencucian BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada penjelasan bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu: 1. Dalam mencegah terjadinya tindak pidana pencucian, PPATK atau yang disebut sebagai

Lebih terperinci

UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DARI HASIL KEJAHATAN NARKOTIKA MELALUI UNDANG- UNDANG NO

UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DARI HASIL KEJAHATAN NARKOTIKA MELALUI UNDANG- UNDANG NO .UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DARI HASIL KEJAHATAN NARKOTIKA MELALUI UNDANG- UNDANG NO. 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN UNDANG- UNDANG NO. 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak-hak asasi sesuai dengan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PPATK INTRAC RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2010-2014 Jl. Ir. H. Juanda No. 35, Telp. : 3850455, 3853922, Fax. :3856809, 3856826, Jakarta INTEGRITAS TANGGUNG JAWAB PROFESIONALISME PPATK KERAHASIAAN

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di Kebijakan Hukum Pidana Pencucian Uang Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Anugerah Debryansyah Putera, Pujiyono*), Eko Soponyono Hukum

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO PREVENT, SUPPRESS AND PUNISH TRAFFICKING IN PERSONS, ESPECIALLY WOMEN AND CHILDREN, SUPPLEMENTING THE UNITED NATIONS

Lebih terperinci

INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK Pada saat ini, ada beberapa organisasi internasional yang mencoba untuk mengatur teknologi informasi, diantaranya the United Nations

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA ANTI KORUPSI, 2003) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO PREVENT, SUPPRESS AND PUNISH TRAFFICKING IN PERSONS, ESPECIALLY WOMEN AND CHILDREN, SUPPLEMENTING THE UNITED

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesi hukum termasuk didalamnya profesi Notaris, merupakan suatu profesi khusus yang sama dengan profesi luhur lainnya yakni profesi dalam bidang pelayanan kesehatan,

Lebih terperinci

STRUKTUR PEKERJAAN DAN STRUKTUR SOSIAL

STRUKTUR PEKERJAAN DAN STRUKTUR SOSIAL UNIVERSITAS INDONESIA STRUKTUR PEKERJAAN DAN STRUKTUR SOSIAL SOSIOLOGI INDUSTRI DAN KETENAGAKERJAAN DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 AHMAD MUTSLA Z (1206240234) DETANIA SAVITRI (1206210534) FEBRYAN DWI PUTRA (1206210540)

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk menguasai wilayah di Asia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL AGAINST THE SMUGGLING OF MIGRANTS BY LAND, SEA AND AIR, SUPPLEMENTING THE UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST TRANSNATIONAL

Lebih terperinci

ANALISIS YURIDIS PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PPATK SEBAGAI INTELLIGENCE UNIT DALAM SISTEM PERBANKAN INDONESIA

ANALISIS YURIDIS PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PPATK SEBAGAI INTELLIGENCE UNIT DALAM SISTEM PERBANKAN INDONESIA TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, Feb-Mei 2013 Volume I Nomor 2 ANALISIS YURIDIS PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PPATK SEBAGAI INTELLIGENCE UNIT DALAM SISTEM PERBANKAN INDONESIA Muammar Zia Nasution *) Bismar

Lebih terperinci

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME I. UMUM Sejalan dengan tujuan nasional Negara Republik Indonesia sebagaimana

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA Penyunting Humphrey Wangke Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 2011

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DAN UPAYA YANG DILAKUKAN DALAM PERJANJIAN BANTUAN TIMBAL BALIK MENGENAI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERINGJ1

PERSPEKTIF DAN UPAYA YANG DILAKUKAN DALAM PERJANJIAN BANTUAN TIMBAL BALIK MENGENAI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERINGJ1 PERSPEKTIF DAN UPAYA YANG DILAKUKAN DALAM PERJANJIAN BANTUAN TIMBAL BALIK MENGENAI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERINGJ1 0/eh: Dr. Yunus Husein 2 Pendahuluan Bagi negara seperti Indonesia yang

Lebih terperinci

Arsitektur Sistem Keuangan Nasional Berdasarkan UUD Oleh Dr.Ir. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI, DPR RI

Arsitektur Sistem Keuangan Nasional Berdasarkan UUD Oleh Dr.Ir. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI, DPR RI Arsitektur Sistem Keuangan Nasional Berdasarkan UUD 1945 Oleh Dr.Ir. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI, DPR RI BIAYA PENYELESAIAN KRISIS SEKTOR PERBANKAN Diambil dari paper Anwar Nasution, Stabilitas Sistem

Lebih terperinci

Cut Nadia Diba Riski, Dian Ayu Victoria Septiana dan Eka Pradata FH UNS SURAKARTA ABSTRAK ABSTRACT

Cut Nadia Diba Riski, Dian Ayu Victoria Septiana dan Eka Pradata   FH UNS SURAKARTA ABSTRAK ABSTRACT KORELASI KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) DENGAN LEMBAGA PENGAWAS DAN PENGATUR (LPP) TERHADAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG Cut Nadia Diba Riski, Dian Ayu Victoria Septiana

Lebih terperinci

Pertemuan 6 ASPEK TINJAUAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI IT

Pertemuan 6 ASPEK TINJAUAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI IT Pertemuan 6 ASPEK TINJAUAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI IT Aspek Teknologi Semua teknologi adalah pedang bermata dua, ia dapat digunakan untuk tujuan baik dan jahat. Contoh teknologi nuklir dapat memberikan

Lebih terperinci

1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 100 1 BAB V: PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses penandatangan MoU Microsoft - RI. Proses tersebut tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses politisasi hak kekayaan intelektual

Lebih terperinci

PENERAPAN YURISDIKSI NEGARA DALAM KASUS PEMBAJAKAN KAPAL MAERSK ALABAMA DI PERAIRAN SOMALIA. Oleh: Ida Ayu Karina Diantari

PENERAPAN YURISDIKSI NEGARA DALAM KASUS PEMBAJAKAN KAPAL MAERSK ALABAMA DI PERAIRAN SOMALIA. Oleh: Ida Ayu Karina Diantari PENERAPAN YURISDIKSI NEGARA DALAM KASUS PEMBAJAKAN KAPAL MAERSK ALABAMA DI PERAIRAN SOMALIA Oleh: Ida Ayu Karina Diantari Putu Tuni Cakabawa Landra Made Maharta Yasa Program Kekhususan Hukum Internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peluang kerjasama dalam era globalisasi saat ini sangat diperlukan dalam konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan meningkatkan hubungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Umum Rezim Internasional Anti Pencucian Uang. 1. Sejarah Rezim Internasional Anti Pencucian Uang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Umum Rezim Internasional Anti Pencucian Uang. 1. Sejarah Rezim Internasional Anti Pencucian Uang BAB II LANDASAN TEORI Guna mendukung referensi secara teoritis, dalam BAB ini selanjutnya akan disampaikan sejumlah teori-teori untuk mendukung berbagai argumentasi yang menjadi dasar dalam membangun penelitian

Lebih terperinci

PERANAN HAKIM DALAM PENERAPAN PEMBALIKAN BEBAN PEMBUKTIAN DI PERSIDANGAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Oleh. I Gusti Ngurah Dhian Prismanatha

PERANAN HAKIM DALAM PENERAPAN PEMBALIKAN BEBAN PEMBUKTIAN DI PERSIDANGAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Oleh. I Gusti Ngurah Dhian Prismanatha PERANAN HAKIM DALAM PENERAPAN PEMBALIKAN BEBAN PEMBUKTIAN DI PERSIDANGAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG Oleh I Gusti Ngurah Dhian Prismanatha Anak Agung Gede Oka Parwata Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL. Oleh. Drs. Asep Setiawan MA

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL. Oleh. Drs. Asep Setiawan MA SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL Oleh Drs. Asep Setiawan MA PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG ANDRI HELMI M, SE., MM HUKUM BISNIS

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG ANDRI HELMI M, SE., MM HUKUM BISNIS TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG ANDRI HELMI M, SE., MM HUKUM BISNIS 1 DEFINISI PENCUCIAN UANG Apa? Upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan asul usul uang yang dihasilkan dari suatu tindakan kejahatan

Lebih terperinci

CAKRAWALA HUKUM Perjalanan Panjang Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Oleh : Redaksi

CAKRAWALA HUKUM Perjalanan Panjang Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Oleh : Redaksi CAKRAWALA HUKUM Perjalanan Panjang Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Oleh : Redaksi Diperlukan waktu yang relatif lama dalam upaya membentuk UU Informasi dan Transaksi

Lebih terperinci

KETENTUAN RAHASIA BANK DAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG: SUATU ANALISIS YURIDIS

KETENTUAN RAHASIA BANK DAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG: SUATU ANALISIS YURIDIS KETENTUAN RAHASIA BANK DAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG: SUATU ANALISIS YURIDIS TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

KEBIJAKAN FORMULASI HUKUM PIDANA TERHADAP JUSTICE COLLABORATOR DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

KEBIJAKAN FORMULASI HUKUM PIDANA TERHADAP JUSTICE COLLABORATOR DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA KEBIJAKAN FORMULASI HUKUM PIDANA TERHADAP JUSTICE COLLABORATOR DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA Oly Viana Agustine, Eko Soponyono, Pujiyono*) lifeinlaaw@gmail.com Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,

Lebih terperinci

EVALUASI KERJASAMA UNODC DAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENGATASI PERDAGANGAN NARKOBA JENIS CRYSTALLINE METHAMPHETAMINE DI INDONESIA ( )

EVALUASI KERJASAMA UNODC DAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENGATASI PERDAGANGAN NARKOBA JENIS CRYSTALLINE METHAMPHETAMINE DI INDONESIA ( ) Journal of International Relations, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2016, hal. 44-51 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jihi EVALUASI KERJASAMA UNODC DAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENGATASI PERDAGANGAN

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI NASIONAL PEMERINTAH INDONESIA DALAM MEMBERANTAS PENCUCIAN UANG

BAB 4 STRATEGI NASIONAL PEMERINTAH INDONESIA DALAM MEMBERANTAS PENCUCIAN UANG BAB 4 STRATEGI NASIONAL PEMERINTAH INDONESIA DALAM MEMBERANTAS PENCUCIAN UANG Dalam bab ini peneliti akan memaparkan data-data yang ada dalam dokumen di PPATK mengenai rencana yang dimiliki oleh Pemerintah

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PIDANA TERHADAP CARDING SEBAGAI SALAH SATU BENTUK CYBERCRIME

TINJAUAN HUKUM PIDANA TERHADAP CARDING SEBAGAI SALAH SATU BENTUK CYBERCRIME TINJAUAN HUKUM PIDANA TERHADAP CARDING SEBAGAI SALAH SATU BENTUK CYBERCRIME TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

Dalam penerapan program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan

Dalam penerapan program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan PRINSIP MENGENAL NASABAH BAGI PIALANG BERJANGKA P e r d a g a n g a n S e b a g a i S e k t o r Pe n g g e ra k Pe r t u m b u h a n d a n D aya Saing E ko n o mi, s erta Pencipta an Kemakmuran remarkable

Lebih terperinci

PENGARUH FINANCIAL ACTION TASK FORCE ON MONEY LAUNDERING TERHADAP TERBENTUKNYA UNDANG-UNDANG PENCUCIAN UANG DI INDONESIA. Oleh: Rizky Armanda

PENGARUH FINANCIAL ACTION TASK FORCE ON MONEY LAUNDERING TERHADAP TERBENTUKNYA UNDANG-UNDANG PENCUCIAN UANG DI INDONESIA. Oleh: Rizky Armanda PENGARUH FINANCIAL ACTION TASK FORCE ON MONEY LAUNDERING TERHADAP TERBENTUKNYA UNDANG-UNDANG PENCUCIAN UANG DI INDONESIA Oleh: Rizky Armanda Email: rizky_major@yahoo.co.id Pembimbing: Ahmad Jamaan, S.IP,

Lebih terperinci

RESUME JURNAL ABSTRAKSI PENDAHULUAN

RESUME JURNAL ABSTRAKSI PENDAHULUAN RESUME JURNAL Judul : Innovation, Entrepreneurship and Economic Growth Penulis : Miguel-Angel Galindo (Applied Economics, University of Castilla-La Mancha, Ciudad Real, Spain) Maria-Teresa Mendez-Picazo

Lebih terperinci

UPAYA INDONESIA UNTUK KELUAR DARI DAFTAR NCCTs: KERJA KERAS YANG BERKELANJUTAN Oleh : Dr. Yunus Husein 1

UPAYA INDONESIA UNTUK KELUAR DARI DAFTAR NCCTs: KERJA KERAS YANG BERKELANJUTAN Oleh : Dr. Yunus Husein 1 UPAYA INDONESIA UNTUK KELUAR DARI DAFTAR NCCTs: KERJA KERAS YANG BERKELANJUTAN Oleh : Dr. Yunus Husein 1 Pendahuluan Tidak dapat dipungkiri bahwa inisiatif pembangunan rezim anti pencucian uang di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perorangan saja, akan tetapi juga bisa terdapat pada instansi-instansi swasta dan

BAB I PENDAHULUAN. perorangan saja, akan tetapi juga bisa terdapat pada instansi-instansi swasta dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dunia yang semakin menyatu dan meningkatnya interdependensi global seperti sekarang telah membuat sistem perekonomian nasional kita

Lebih terperinci