BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Perancangan Perancangan adalah sebuah proses untuk mendefenisikan sesuatu yang akan dikerjakan dengan menggunakan teknik yang bervariasi serta didalamnya melibatkan deskripsi mengenai arsitektur serta detail mengenai komponen dan juga keterbatasan yang akan dialami dalam proses pengerjaaan nya. (Soetam, Rizky.; 2011). Perancangan yang sesungguhnya merupakan suatu aktivitas rekayasa perangkat lunak yang dimaksud untuk membuat keputusan keputusan utama seringkali bersifat struktural (Roger S. Pressman,; 2010). II.2. Aplikasi Aplikasi adalah suatu program yang siap untuk digunakan yang dibuat untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna jasa aplikasi serta bagi pengguna aplikasi lain yang dapat digunakan oleh suatu sassaran yang akan dituju (Jack Febrian.; 2007). Aplikasi adalah kumpulan perintah program yang dibuat untuk melakukan pekerjaan pekerjaan tertentu dan merupakanprogram program yang dibuat oleh suatu perusahaan komputer untuk para pemakai yang beroperasi dalam bidang umum, seperti pertokoan, komunikasi, penerbangan, dan lain sebagainya. (Sutarman.; 2009). 13

2 II.3. BPCS (Bit-Plane Complexiy Segmentation) Bit-plane complexity segmentation (BPCS) adalah salah satu teknik steganografi yang diperkenalkan oleh Eiji Kawaguchi dan R. O. Eason pada tahun 1997 (Eiji Kawaguchi, 1997). Pada BPCS dokumen citra dibagi menjadi segmensegmen dengan ukuran 8x8 piksel setiap segmennya (Eiji Kawaguchi, 1997). Pada dokumen citra 8-bit, setiap satu segmen akan memiliki 8 buah bit-plane yang merepresentasikan piksel-piksel dari setiap bit tersebut. Proses penyisipan data dilakukan pada segmen yang memiliki kompleksitas yang tinggi. Segmen yang memiliki kompleksitas tinggi ini disebut noise-like regions. Pada segmen-segmen ini penyisipan dilakukan tidak hanya pada least significant bit, tapi pada seluruh bit-plane. II.3.1. Kompleksitas Gambar Biner Kompleksitas gambar biner adalah suatu parameter kerumitan dari suatu gambar biner. Tidak ada definisi standar dari kompleksitas ini. Pada tugas akhir ini, ukuran kompleksitas yang akan digunakan adalah ukuran kompleksitas yang digunakan oleh Eiji Kawaguchi pada paper mengenai BPCS. Ukuran kompleksitas yang digunakan adalah black-and-white border image complexity. Perubahan warna hitam dan putih dalam gambar biner adalah ukuran yang baik untuk menghitung nilai kompleksitas. Jika perubahan warna yang terjadi banyak, maka gambar tersebut memiliki tingkat kompleksitas tinggi. Jika sebaliknya, maka gambar tersebut merupakan gambar yang simpel.

3 Gambar II.1 (a) Gambar Biner dengan Nilai Perubahan Warna 4 dan (b) Gambar Biner dengan Nilai Perubahan Warna 20 Perubahan warna hitam-putih adalah jumlah dari perubahan warna yang terjadi pada setiap baris dan kolom dalam gambar. Sebagai contoh, sebuah piksel hitam yang dikelilingi piksel putih memiliki nilai perubahan warna 4. Gambar II.2 a dan b menunjukkan nilai perubahan warna pada suatu gambar biner. Dengan α sebagai nilai kompleksitas, maka rumus penghitungan kompleksitas yang akan digunakan adalah: Dengan k adalah jumlah perubahan warna hitam-putih dan n adalah kemungkinan maksimal perubahan warna dalam gambar. II.3.2. Konjugasi dari Gambar Biner Konjugasi dari suatu gambar biner P adalah sebuah gambar biner lainnya yang memiliki nilai kompleksitas sebesar satu dikurangi nilai kompleksitas P. Misalkan sebuah gambar hitam-putih P berukuran 8x8 piksel memiliki warna

4 background putih dan warna foreground hitam. W adalah pattern dengan semua piksel berwarna putih dan B adalah pattern dengan semua piksel berwarna hitam. Wc dan Bc adalah pola papan catur, dengan warna piksel atas-kiri berwarna putih pada Wc dan hitam pada Bc. P* adalah konjugasi dari gambar P yang ditunjukan pada gambar II.2. Gambar II.2 Contoh Konjugasi dan Binary Pattern (Eiji Kawaguchi, 1997) Dari gambar II.2 dapat dilihat bahwa P adalah gambar yang memiliki piksel background dengan pola W dan piksel foreground dengan pola B. P* yang merupakan konjugasi dari P memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1) Memiliki bentuk area foreground sama dengan P. 2) Memiliki pola area foreground sama dengan pola Bc. 3) Memiliki pola area background sama dengan pola Wc. Untuk membangun sebuah konjugasi P* dari sebuah gambar P, dapat dilakukan dengan rumus berikut, dimana menandakan operasi exclusive OR (XOR). P* = P Wc (P*)* = P P* P Jika α(p) adalah kompleksitas dari P, maka:

5 (P*) = 1 - α(p) II.3.3. Algoritma BPCS Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan pada algoritma BPCS saat menyisipkan data ( Kawaguchi,E.; 2007): 1. Mengubah cover image dari sistem PBC menjadi sistem CGC. Sebelumnya, gambar tersebut di-slice terlebih dahulu menjadi bit-plane. Setiap bit-plane mewakili bit dari setiap piksel. Gambar II.4 menunjukkan proses pemotongan gambar menjadi kumpulan bit-plane. Gambar II.3Bit-Slicing pada gambar 8-bit Jika dilihat dari gambar II.3, maka bit-plane yang disusun oleh bit 7 merupakan least significant bit. Pada BPCS, semua bit-plane memiliki kemungkinan untuk diganti, tidak hanya least significant bit. Bit-plane yang berupa gambar biner tersebut dikonversi dari PBC menjadi CGC. Gambar II.6 menunjukkan perbedaan pada PBC dan CGC.

6 Berikut adalah rumus persamaan antara gambar biner PBC dan CGC (dengan adalah Exclusive OR): Gambar II.4 Gambar Biner dengan PBC dan CGC 2. Segmentasi setiap bit-plane pada cover image menjadi informative dan noise likeregiondengan menggunakan nilai batas/threshold ( ). Nilai umum dari =0,3. 3. Bagi setiap byte pada data rahasia menjadi blok-blok. 4. Jika blok(s) tidak lebih kompleks dibandingkan dengan nilai batas,maka lakukankonjugasi terhadap S untuk mendapatkan S* yang lebih kompleks.

7 5. Sisipkan setiap blok data rahasia ke bit-plane yang merupakan noise-like region (ataugantikan semua bit pada noise-like region). Jika blok S dikonjugasi,maka simpan data pada conjugation map. 6. Sisipkan juga pemetaan konjugasi yang telah dibuat. 7. Ubah stego-image dari sistem CGC menjadi sistem PBC. Proses ekstraksi data rahasia dapat dilakukan dengan menerapkan langkah - langkah penyisipan secara terbalik. Sebagai contoh, sebuah dokumen citra akan disisipi sebuah pesan rahasia Ms. Pertama-tama piksel pada citra tersebut (cover image) dibagi menjadi segmen-segmen gambar biner seperti ditunjukkan pada gambar II.4. Kemudian pesan rahasia dibagi menjadi blok yang masing-masing berukuran 64 bit, dan direpresentasikan pada matriks berukuran 8x8. Gambar II.5 Proses Pengubahan Gambar Menjadi Segmen - segmen Bit-Plane Pada bit-plane tersebut dihitung nilai kompleksitasnya. Jumlah pergantian warna hitam-putih pada bit-plane 0 adalah sebanyak 47 kali. Jumlah maksimum perubahan warna pada gambar biner dengan ukuran 8x8 adalah 112 kali, sehingga

8 nilai k=47 dan n = 112. Melalui persamaan 2.1 didapatkan nilai kompleksitas dari bit-plane 0 tersebut, yaitu α = 0,42. Dengan menggunakan nilai threshold = 0,3 maka bit-plane 0 dikategorikan sebagai noise-like region sehingga penyisipan didalamnya. Jika α <, maka tidak dilakukan penyisipan karena segmen tersebut merupakan informative region. Selanjutnya bit pesan rahasia dibagi menjadi segmen-segmen yang masing-masing berukuran 64 bit. Jika bit pesan rahasia tersebut adalah MS maka Blok pertama pesan rahasia adalah MS0 dan blok berikutnya adalah MS1. MS= MS0 = MS1 = Representasi blok pesan dalam gambar biner dapat dilihat pada gambar 2.8 Blok pesan MS0 akan disisipkan pada blok gambar yaitu bit-plane 0 (karena tergolong noise-like region), dan blok MS1 akan disisipkan pada bit-plane berikutnya yang tergolong noise-like region juga.

9 Gambar II.6 Representasi Blok Pesan dalam Gambar Biner Sebelum melakukan penyisipan, gambar biner yang merupakan representasi blok pesan tersebut dihitung nilai kompleksitasnya terlebih dahulu. Pada blok pesan pertama (MS0), jumlah perubahan warna adalah 54 kali, sehingga dengan persamaan 2.1 diperoleh = 0,48. Karena blok pesan ini memiliki kompleksitas >, maka blok bit-plane pada citra diganti oleh 64 bit pesan ini. Pada blok kedua pesan rahasia, jumlah perubahan warna adalah 32, sehingga didapatkan nilai = 0,29. Nilai kompleksitas < menunjukkan bahwa blok kedua pesan tidak cukup kompleks untuk disisipkan, karena itu blok pesan tersebut harus dikonjugasi terlebih dahulu. Hasil konjugasi, yaitu * akan memiliki kompleksitas 0,71 menurut persamaan 2.5. Hasil konjugasi inilah yang kemudian disisipkan pada noise-like region pada citra digital. Saat proses ekstrasi pesan, yang perlu dilakukan hanyalah mengambil segmen bit yang memiliki kompleksitas diatas threshold. Jika nilai kompleksitas segmen tersebut lebih besar dari threshold, maka segmen tersebut merupakan

10 bagian dari pesan rahasia. Tabel konjugasi yang disisipkan juga dibaca untuk melihat proses konjugasi yang perlu dilakukan pada tiap blok pesan. II.4.Metode-Metode Watermark Pada Citra Digital Terdapat banyak metode watermarking untuk citra digital. Ada yang bekerja pada domain spasial atau waktu, dan ada yang mengalami transformasi terlebih dahulu (seperti DCT, FFT, dsb) misalnya ke domain frekuensi. Bahkan ada yang menerapkan teknologi-teknologi lain seperti fraktel, spread spectrum untuk telekomunikasi dan sebagainya. Beberapa metode yang pernah di teliti para ahli, diantaranya : 1. LSB (Least Significant Bit) Coding Metoda yang digunakan untuk menyembunyikan pesan pada media digital tersebut berbeda-beda. Contohnya pada file image pesan dapat disembunyikan dengan menggunakan cara menyisipkannya pada bit rendah atau bit yang paling kanan (lsb) pada data pixel yang menyusun file tersebut. Seperti kita ketahui untuk file bitmap 24 bit maka setiap pixel (titik) pada gambar tersebut terdiri dari susunan tiga warna merah, hijau dan biru (RGB) yang masing-masing disusun oleh bilangan 8 bit (byte) dari 0 sampai 255 atau dengan format biner sampai Dengan demikian pada setiap pixel file bitmap 24 bit kita dapat menyisipkan 3 bit data. 2. Patchwork Metoda ini diusulkan oleh Bender (W. Bender, 1996) dengan pendekatan statistik, yang dikenal sebagai Patchwork, didasarkan pada suatu pseudorandom

11 proses statistik. Patchwork dengan cara tidak kelihatan (invisibly) melekatkan pada host image dengan pendekatan statistik spesifik, yang mempunyai suatu distribusi Gaussian. Metoda ini menanamkan label 1 bit pada citra digital dengan menggunakan pendekatan statistik. Dalam metoda ini, sebanyak n pasang titik (ai,bi) pada citra dipilih secara acak. Brightness dari ai dinaikkan 1 (satu) dan brightness dari pasangannya bi diturunkan satu. Nilai harapan dari jumlah perbedaan n pasang titik tersebut adalah 2n. Ketahanan metoda ini terhadap kompresi JPEG dengan parameter kualitas 75%, maka label tetap dapat dibaca dengan probabilitas kebenaran sebesar 85%. 3. Pitas & Kaskalis Metoda ini membagi sebuah citra atas dua bagian (subsets) sama besar (misalnya dengan menggunakan random generator) atau dengan sebuah digital signature S yang merupakan pola biner dengan ukuran N x M dimana jumlah biner "1" (satu) sama dengan jumlah biner "0" (nol). Kemudian salah satu subset ditambahkan dengan faktor k (bulat positif). Faktor k diperoleh dari perhitungan variansi dari kedua subset. Verifikasi dilakukan dengan menghitung perbedaan rata-rata antara kedua subset. Nilai yang diharapkan adalah k bila ada label yang ditanamkan. Metoda ini hanya tahan terhadap kompresi JPEG dengan ratio 4:1 (faktor kualitas kira-kira lebih dari 90%). 4. Caroni Mengusulkan metoda penyembunyian sejumlah bit label pada komponen luminansi dari citra dengan membagi atas blok-blok, kemudian setiap pixel dari

12 satu blok akan dinaikan dengan faktor tertentu bila ingin menanamkan bit '1', dan nilai-nilai pixel dari blok akan dibiarkan bila akan menanamkan bit '0'. Untuk mendapatkan labelnya kembali, maka brightness setiap titik dari citra yang terlabel akan dikurangkan dengan citra asli. Jika rata-rata dari satu blok pixel melewati suatu nilai (threshold) tertentu, maka akan dinyatakan sebagai bit '1', bila tidak maka dinyatakan sebagai bit '0'. Setelah mengalami kompresi JPEG, metoda ini dapat tahan terhadap faktor kualitas sebesar 30%. 5. Multimedia Rights Protection Digital Image Metode yang dibahas oleh James Padgett, mengemukakan suatu cara digital image dapat diwatermark dengan menggunakan image yang utuh teknik transformasi DCT spread spektrum untuk melindungi hak kepemilikan data multimedia. 6. Randomly Squenced Pulse Position Modulated Code (RSPPMC). Diusulkan oleh Zhao & Koch, bekerja pada domain DCT seperti metode Cox. Berbeda dengan metode Cox, metoda ini berdasarkan prinsip format citra JPEG, membagi citra menjadi blok-blok 8 x 8 dan kemudian dilakukan transformasi DT, kemudian menggunakanprinsip spread spectrum (metoda frequency hopped) dan RSPPMC (Randomly Sequenced Pulse Position Modulated Code), koefisiankoefisian DC tersebut diubah sedemikian rupa sehingga akan mengandung informasi 1 bit dari label seperti dipilih tiga koefisien untuk disesuaikan dengan bit label yang ingin ditanamkan. Contohnya untuk menamkan bit 1 ke dalam suatu blok koefisien DCT 8 x 8, koefisien ketiga dari ketiga koefisien yang

13 terpilih harus diubah sedemikian rupa sehingga lebih kecil dari kedua koefisien lainnya(miano, J.; 2009). II.5 Pengertian Citra Citra (image) istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh teks, yaitu citra kaya dengan informasi. Ada sebuah peribahasa yang berbunyi sebuah gambar bermakna lebih dari seribu kata. Maksudnya bahwa sebuah gambar dapat memberikan informasi yang lebih banyak daripada informasi tersebut disajikan dalam bentuk kata- kata (tekstual) (Basuki., A.; 2005). Citra (image) adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue) dari intensitas cahaya pada bidang dua dimensi. Sumber cahaya menerangi objek, objek memantulkan kembali sebagian dari berkas cahaya tersebut. Pemantulan cahaya ini ditangkap oleh alat alat optik antara lain layaknya mata manusia atau hewan, alat sensor cahaya, kamera, pemindai (scanner), dan sebagainya, sehingga bayangan objek tersebut dapat terekam atau tersimpan kedalam format digital atau analog (Basuki,Achmad.; 2005). Citra sebagai keluaran dari suatu sistem perekaman data dapat bersifat (Basuki,Achmad.; 2005) : 1. Optik berupa foto, 2. Analog berupa sinyal video seperti gambar pada monitor televisi,

14 3. Digital yang dapat langsung disimpan pada suatu pita magnetik. II.5.1. Citra Digital Citra yang digunakan dalam pengolahan citra oleh komputer adalah citra dalam bentuk digital. Citra digital dapat dibuat dikomputer dengan bantuan kamera digital dan scanner. Dengan demikian untuk mendapatkan suatu citra digital diperlukan suatu proses konversi, sehingga citra tersebut selanjutnya dapat diproses dengan komputer ( Basuki, A.; 2005). Untuk mengubah citra yang bersifat kontinu menjadi citra digital diperlukan proses pembuatan kisi kisi arah horizontal dan vertikal, sehingga diperoleh gambar dalam bentuk array dua dimensi. Proses disebut sebagai proses digitalisasi atau sampling (Basuki, A.; 2005). Proses sampling dapat dilihat pada gambar II.7. Sampler Citra dengan tingkat Citral DigitalKeabuan kontinu Gambar II.7 Proses sampling Setiap elemen array tersebut terkenal sebagai elemen gambar atau pixel. Sejumlah pixel dengan ukuran tertentu ini akan menentukan resolusi spasial yang diperoleh. Makin tinggi resolusi yang diperoleh, yang berarti semakin kecil ukuran pixelnya maka semakin halus gambar yang diperoleh karena informasi

15 yang hilang akibat pengelompokan keabuan pada proses pembuatan kisi kisi akan semakin kecil (Basuki, A.; 2005). Proses yang dilakukan selanjutnya dalam konversi tersebut adalah proses kuantitas. Dalam proses ini tingkat keabuan setiap pixel dinyatakan dengan suatu harga integer. Batas batas harga integer atau besarnya daerah tingkat keabuan yang digunakan untuk menentukan resolusi kecerahan dari gambar yang diperoleh. Kalau digunakan tiga bit untuk menyimpan harga integer tersebut, maka akan diperoleh sebanyak delapan tingkat keabuan. Makin besar jumlah tingkat keabuan yang digunakan makin baik gambar yang akan diperoleh, karena kontinuitas dari tingkat keabuan akan semakin tinggi sehingga mendekati citra aslinya (Basuki,A.; 2005). Seluruh tahapan proses konversi diatas dikenal sebagai konversi analog ke digital yang biasanya akan menyimpan hasil prosesnya pada memori citra. Sebaliknya sebagai hasil proses pengolahan citra digital, kadang kadang perlu mengeluarkan gambar dari memori citra kebentuk peragaan pada monitor televisi atau kebentuk cetak foto. Proses konversi kebalikan ini dikenal sebagai konversi digital ke analog. Citra monokrom atau hitam putih merupakan citra satu kanal, dimana citra f(x,y) merupakan fungsi tingkat keabuan dari hitam putih, x menyatakan variabel baris atau garis jelajah dan y menyatakan variabel kolom atau posisi pixel digaris jelajah. Sebaliknya citra berwarna dikenal juga citra multi spectral, dimana warna citra biasanya dinyatakan dalam tiga komponen warna yaitu merah, hijau dan biru yang sering disebut RGB, citra berwarna

16 {fmerah(x,y), fhijau(x,y), fbiru(x,y)} merupakan fungsi harga vector tingkat keabuan merah, hijau dan biru (Basuki, A.; 2005). II.5.2. Konsep Kompresi pada Citra Digital Semenjak kebutuhan kapasitas penyimpanan dokumen citra yang terus menanjak maka mulai dilakukan kompresi pada citra dijital dengan tujuan menghasilkan ukuran dokumen yang semakin kecil untuk melakukan penghematan pada storage. Kompresi yang dilakukan terhadap citra dijital ini harus dilakukan tanpa merusak citra dijital itu sendiri. Parameter keberhasilan kompresi terhadap suatu citra dijital tidak hanya ukuran dokumen yang kecil, namun juga kualitas gambar yang dihasilkan. Secara simpel, dapat diartikan bahwa kompresi pada citra dijital berarti mengurangi redundancy dalam data (Miano, J.; 2009). Proses ini dapat dilakukan dengan mengganti bit yang sering muncul atau menyingkat bit yang muncul berulang-ulang. Gambar II.8 Proses Kompresi dan Dekompresi pada Citra Digital Pada kompresi citra digital, sebuah bit-bit citra dijital yang dikompresi harus dapat didekompresi sehingga menghasilkan bit-bit piksel yang membentuk gambar seperti semula. Piksel tersebut bisa persis sama atau terjadi perubahan

17 sedikit, bergantung pada teknik kompresi yang digunakan, teknik tersebut termasuk teknik kompresi yang lossy atau lossless. Teknik kompresi lossy dan losless dijelaskan pada subbab Pada awalnya format BMP (Bitmap) tidak melakukan kompresi pada proses penyimpanan datanya, namun seiring berkembangnya teknologi maka format BMP ini mulai menggunakan teknik kompresi untuk memperkecil ukuran file. Pada format BMP, kompresi yang dilakukan hanya mampu mengurangi ukuran file sedikit dan tidak signifikan. Lain halnya dengan kompresi yang dilakukan pada format dokumen citra yang lain seperti GIF, PNG dan JPEG yang mampu mengkompresi ukuran file sehingga cukup signifikan dengan ukuran dokumen aslinya. II.5.3. Kompresi Lossy dan Lossless Jenis kompresi pada dokumen citra dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu kompresi yang lossy dan lossless. Kebanyakan dari format dokumen citra menggunakan kompresi yang lossless. Pada kompresi yang lossless, jika sebuah dokumen citra tidak terkompresi dikompresi dengan teknik kompresi lossless dan diexpand kembali, maka akan menghasilkan bit-bit asli yang persis sama dengan bitbit sebelum dilakukan kompresi (John Miano, 1999). GIF dan PNG termasuk kepada format dokumen citra yang lossless. Teknik kompresi yang lossy digunakan oleh format JPEG yang dikompresi dengan Discrete Cosine Transform (DCT). Dengan menggunakan

18 teknik kompresi lossy, maka gambar yang dihasilkan mendekati bit-bit asli namun dilakukan perubahan sehingga tidak tepat sama dengan bit-bit yang ada pada gambar asli namun sangat mirip (John Miano, 1999). Teknik kompresi lossy mengambil keuntungan dari fakta bahwa mata manusia tidak dapat mengidentifikasi perbedaan warna yang hanya sedikit. II.5.4. Teknik Kompresi Teknik kompresi yang umum digunakan dalam pengolahan dokumen citra ada 4, yaitu RLE, LZ, Huffman dan DCT. Teknik kompresi yang digunakan oleh setiap format dokumen citra dapat dilihat pada Tabel II.1. Tabel II.1. Teknik Kompresi yang Digunakan pada Beberapa Format Dokumen Citra Format Dokumen BMP GIF PNG JPEG Teknik Kompresi yang digunakan RLE LZ LZ, Huffman RLE, Huffman dan DCT Sumber : (Miano.J.; 1999). Berikut keterangan singkat mengenai teknik-teknik kompresi pada dokumen citra seperti yang telah disebutkan di atas: 1. RLE (Run Length Encoding) Pada teknik RLE, Piksel berurutan dengan nilai yang sama akan dikodekan menggunakan run length dan pasangan nilai (John Miano, 1999). Sebagai

19 contoh, jika piksel bernilai 8 muncul 9 kali berturut-turut, maka piksel tersebut tidak direpresentasikan dengan 9 buah piksel bernilai 8, namun menjadi 2-byte yang merepresentasikan jumlah kemunculan piksel tersebut beserta nilainya, (Miano.,J.; 1999) 2. LZ Encoding Pada LZ Encoding, kompresor membuat kamus yang memuat nilai piksel yang ada dalam dokumen, hasil kompresi akan memuat kode yang berisi kamus yang dibuat sebelumnya. 3. Huffman Coding Pada teknik ini, penyimpanan tidak menggunakan jumlah pasti bit yang merepresentasikan nilai komponen, namun menggunakan variable length codes. Semakin banyak nilai yang sama keluar, maka semakin kecil ukuran dokumen karena semakin pendeknya kode yang merepresentasikan gambar tersebut. 4. DCT (Discrete Cosine Transform) Teknik ini mengubah representasi blok piksel menggunakan fungsi kosinus dengan frekuensi berbeda. Frekuensi yang besar, yang tidak memberikan banyak kontribusi pada dokumen akan dihilangkan (John Miano, 1999). Proses kompresi DCT digunakan pada format JPEG dan merupakan teknik kompresi yang lossy.

20 II.6. File Citra BMP Format file Bitmap atau biasa disingkat BMP sering disebut juga dengan citra raster. Citra bitmap menyimpan data kode citra secara digital dan lengkap (cara penyimpanannya adalah per piksel). Citra Bitmap dipresentasikan dalam bentuk matriks atau dipetakan dengan mengunakan bilangan biner atau sistem bilangan lain. Citra ini memiliki kelebihan untuk memanipulasi warna, tetapi untuk mengubah objek lebih sulit. Tampilan Bitmap mampu menunjukkan kehalusan gradasi bayangan dan warna dari sebuah gambar. Oleh karena itu, Bitmap merupakan media elektronik yang paling tepat untuk gambar-gambar dengan perpaduan gradasi warna yang rumit, seperti foto dan lukisan digital. Citra Bitmap biasanya diperoleh dengan cara Scanner, Camera Digital, Video Capture, dan lain-lain (Sutoyo, T.; 2009). II.6.1. File Citra JPEG Format file Join Photographic Exprest Group (JPEG) atau biasa disingkat JPG terkenal karena ukurannya yang mini dibandingkan dengan format format file citra lainnya. JPG mendukung mode warna RGB, CMYK dan Grayscale, tetapi tidak mampu menampilkan citra dengan latar belakang transparan. Format JPG menterjemahkan informasi tersebut menjadi komponen Luminace (komponen cahaya) dan 2 komponen Chromatic (komponen perubahan warna dari hijau ke merah dan biru ke kuning) (Basuki, A.; 2005). II.6.2. Mode Warna Citra Digital Menampilkan sebuah citra pada layar monitor diperlukan lebih dari

21 sekedar informasi tentang letak dari pixel - pixel pembentuk citra. Untuk memperoleh gambar yang dapat dibutuhkan juga informasi tentang warna - warna yang dipakai untuk menggambarkan sebuah citra digital. Beberapa mode warna yang sering digunakan adalah sebagai berikut (Achmad Basuki, 2005) : 1. Bitmap mode memerlukan 1 bit data untuk menampilkan warna dan warna yang dapat ditampilkan hanya warna hitam dan putih (monokrom) 2. Indexed color mode, mengurutkan warna dalam jangkauan (8 bit) 3. Grayscale Mode, menampilkan citra dalam 256 tingkat keabuan 4. RGB Mode, menampilkan citra dalamkombinasi 3 warna dasar (Red, Green,Blue) tiap warna dasar memiliki intesitas warna (8 bit) 5. CMYK Mode, menampilkan citra dalam kombinasi 4 warna (ciyan, magenta, yellow, black) tiap warna dasar memiliki intesitas warna (8 bit). Warna campuran (selain dari putih) dihasilkan dengan menambahkan warna komponen RGB individual dengan berbagai tingkat saturasi dengan tingkatkan mulai dari 0.0 hingga 1.0 (0 berarti tidak menggunakan warna tersebut;1 berati menggunakan warna tersebut pada saturasi penuh) (Basuki, A.; 2005). Warna didefenisikan dengan memasukkan intensitas untuk setiap komponen dalam matrik. Tiap komponen memiliki matriknya sendiri sendiri dan matriks matriks tersebut bisa dijumlahkan. Sebagai contoh, untuk mengahsilkan merah saturasi sempurna, masukan (1,0,0) : 100% merah 0% hijau dan 0% biru. Pada saat ketiga komponen warna tersebut dikombinasikan dalam 100% saturasi (1,1,1) hasilnya adalah putih (seperti diperlihatkan berikut) :

22 Hijau (0,1,0) + Biru (0,0,1) = Cyan (0,1,1) Cyan (0,1,1) + Merah (1,0,0) = Putih (1,1,1) Warna yang berlawanan satu sama lain dengan model warna RGB disebut warna pelengkap. Jika dicampurkan, warna pelengkap selalu menghasilkan putih. Contoh warna pelengkap adalah cyan dan merah, hijau dan biru, magenta dan hijau (Basuki, A.; 2005). CMYK (adalah kependekan dari cyan, magenta, yellow-kuning, dan black-hitam, dan biasanya juga sering disebut sebagai 'warna proses' atau 'empat warna'). CMYK adalah sebuah model warna berbasis pengurangan sebagian gelombang cahaya (substractive color model) dan yang umum dipergunakan dalam pencetakan berwarna. Istilah CMYK juga biasanya digunakan untuk menjelaskan proses pencetakan itu sendiri. Meskipun terdapat beberapa methode pencetakan yang diterapkan pada percetakan, operator cetak, pembuat mesin cetak dan urutan penintaan, proses pewarnaan umumnya berurutan sesuai dengan singkatannya, yaitu CMYK. CMYK mengacu kesistem warna yang dibuat dari cyan, magenta, kuning, dan hitam. Cyan, magenta dan kuning adalah tiga warna primer pada model warna ini dan merah, hijau, biru adalah model tiga warna sekunder. CMYK memainkan peranan penting pada grafik komputer umum, terutama pada desktop publishing. Hasil percetakan atau gambar lainnya pada kertas menggunakan CMYK yang merupakan model warna pengurangan yaitu pigmen warna menyerap atau menyaring warna putih dan cahaya yang yang dipantulkan menentukan warna dari gambar (Basuki, A.; 2005). Formula sederhana berikut menterjemahkan model RGB ke model CMYK :

23 C = 1 R M = 1 G Y = 1 B Formula tersebut merupakan titik awal. Bagaimanapun prakteknya kalibrasi intensif dari piranti dibutuhkan karna pigmen warna khas umumnya tidak bekerja seperti yang diperkirakan dari perhitungan (Achmad Basuki, 2005). II.7.Sekilas tentang Visual Basic Microsoft Visual Studio 6.0 atau yang lebih dikenal dengan Visual Basic 6.0 adalah salah satu bahasa pemrograman komputer yang bekerja dalam ruang lingkup MS-WINDOW. Bahasa pemrograman Visual Basic, yang dikembangkan oleh Microsoft sejak tahun 1991, merupakan pengembangan dari pendahulunya yaitu bahasa pemrograman BASIC (Beginner s All-purpose Symbolic Instruction Code) yang dikembangkan pada era 1950-an. Visual Basic merupakan bahasa pemrograman yan digunakan untuk membuat aplikasi yang berbasis GUI (Graphical User Interface) dengan menggunakan Development Tool yaitu alat bantu untuk membuat berbagai macam program komputer dan merupakan salah satu bahasa pemrograman komputer yang mendukung object (Object Oriented Programming = OOP). Pembuatan program Visual Basic terdiri dari dua bagian : a. Step Visual Programming Pembentukan program dengan menggunakan control/objek dan merancang bentuk form

24 b. Step Code Programming Penulisan program dengan menggunakan text editor. II.7.1. Mengaktifkan Visual Basic Pada saat akan memulai pastikan bahwa di Komputer telah terinstalasi perangkat lunak Visual Basic yang merupakan kelompok visual studio atau yang berdiri sendiri. Jika sudah tersedia maka lakukanlah langkah berikut ini : - Aktifkan Visual Basic melalui tombol Start - Pilih Menu Programs - > Microsoft Visual Studio >Microsoft Visual Basic 6.0. Tunggulah beberapa saat hingga muncul tampilan berikut : Gambar II.9 Tampilan Layar Utama MS-Visual 6.0 Dalam lingkungan visual basic 6.0 terdapat beberapa komponen yang menjadi sarana dalam pembuatan program aplikasi antara lain:

25 1. Menu Bar Menu bar berfungsi untuk memilih tugas tugas tertentu, seperti memulai, membuka, dan menyimpan project, dan mengompilasi project menjadi file executable (EXE). 2. Main Toolbar Toolbar memiliki fungsi yang sama seperti menu bar, dan juga berfungsi seperti jalan pintas, karena lebih praktis dalam penggunaanya. 3. Jendela Toolbox (Tollbox Standart) ToolBox standart berisi komponen komponen yang merupakan sarana untuk membentuk user interface. Berikut ini kegunaan masing masing kontrol : a. PictureBox : digunakan untuk menapilkan gambar atau image. b. Label : digunakan untuk menampilkan teks yang tidak dapat diubah oleh pengguna jika project sudah dicompile menjadi file EXE. c. TexBox : digunakan untuk menampilkan teks yang bisa diubah oleh pengguna d. Frame : digunakan untuk mengelompokkan kontrol kontrol yang dianggap yang memiliki fungsi sejenis. e. Command Button : digunakan untuk memulai proses tertentu pada saat pengguna melakukan klik. f. CheckBox : digunakan untuk memberikan pilihan kepada pengguna. g. OptionButton : fungsinya hampir sama dengan checkbox. Bedanya, pada option button biasanya pengguna memilih lebih dari satu pilihan. h. ListBox : digunakan untuk memberikan pilihan dalam bentuk datar.

26 i. ComboBox : fungsinya hampir sama dengan listbox, hanya saja pengguna bisa memasukkan pilihan lain. j. HscrollBar : digunakan untuk menggeser layar secara horizontal. k. VscrollBar : digunakan untuk menggeser layar secara vertikal. l. Timer : digunakan untuk mengatur proses pada program dalam interval waktu tertentu. m. DriveListBox : digunakan untuk menampilkan drive yang ada n. DirListBox : digunakan untuk menampilkan direktori pada drive. o. FileListBox : digunakan untuk menampilkan file pada direktori. p. Shape : digunakan untuk menampilkan bentuk bentuk tertentu. q. Line : digunakan untuk menampilkan garis r. Image : digunakan untuk menampilkan image, tetapi tidak bisa berfungsi sebagai kontainer. s. Data : digunakan untuk menghubungkan program ke database t. OLE : digunakan untuk menghubungkan form dengan program lain. 4. Jendela Form Disigner Form disigner merupakan tempat untuk merancang user interface. Disinilah para programmer bisa meletakkan kontrol kontrol yang dibutuhkan. 5. Jendela Project Jendela Project adalah jendela yang menampilkan semua file yang berhubungan dengan aplikasi/ project yang saat itu sedang dijalankan.

27 6. Jendela Propertis Jendela ini berisi daftar properti untuk objek (form atau kontrol) yang dipilih dan berfungsi untuk mengatur karakteristiknya, seperti warna dan ukuran. 7. Jendela Form Layout Jendela ini akan menunjukan tampilan form pada saat dijalankan. 8. Jendela Kode Jendela ini merupakan tempat untuk menuliskan kode kode bagi objek yang dibuat. Melalui jendela ini, kita dapat mengatur karakteristik dari form yang kita buat. Jendela ini bisa dimunculkan dengan menekan menu View, atau pilih Code pada saat menu bar atau melakukan klik ganda pada form. Selain itu, kita bisa juga memunculkan jendela kode dengan menekan tombol F7 pada saat pointer terfokus pada jendela form designer. 9. Jendela Modul Jendela modul merupakan tempat untuk menuliskan kode kode yang lebih bersifat global. Pada jendela modul ini, kita bisa mendeklarasikan variabel dan fungsi dengan awalan PRIVATE maupun PUBLIC. Jika diawali PRIVATE, variabel atau fungsi tersebut hanya berlaku untuk pemakaian modul yang bersangkutan. Sedangkan awalan PUBLIC akan mengakibatkan variabel atau fungsi tersebut bersifat global. Jendela modul ditampilkan dengan mengklik menu Project pada menu bar, kemudian pilih Add Module.

28

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia digital, terutama dengan berkembangnya internet, menyebabkan informasi dalam berbagai bentuk dan media dapat tersebar dengan cepat tanpa

Lebih terperinci

Metode BPCS (Bit-Plane Complexity Segmentation) Oleh: Dr. Rinaldi Munir Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Metode BPCS (Bit-Plane Complexity Segmentation) Oleh: Dr. Rinaldi Munir Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB Metode BPCS (Bit-Plane Complexity Segmentation) Oleh: Dr. Rinaldi Munir Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB BPCS BPCS = Bit-Plane Complexity Segmentation. Dikembangkan

Lebih terperinci

Malang, Januari 2007 Penulis

Malang, Januari 2007 Penulis Kata Pengantar Visual Basic merupakan salah satu bahasa pemrograman yang paling banyak digunakan saat ini. Penggunaannya tidak hanya terbatas pada pembuatan aplikasi-aplikasi baru saja, melainkan juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi terutama pada dunia digital pada saat ini memungkinkan informasi dalam berbagai bentuk dan media dapat tersebar dengan cepat tanpa batas ruang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis III.1.1. Analisis Masalah Untuk membangun sebuah sistem diperlukan berbagai informasi yang sesuai dengan rumusan permasalahan, ide pokok pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu systema. Ditinjau dari sudut katanya sistem berarti sekumpulan objek yang bekerja bersama-sama untuk menghasilkan suatu kesatuan

Lebih terperinci

Implementasi Steganografi dengan Metode Bit-Plane Complexity Segmentation (BPCS) untuk Dokumen Citra Terkompresi

Implementasi Steganografi dengan Metode Bit-Plane Complexity Segmentation (BPCS) untuk Dokumen Citra Terkompresi Implementasi Steganografi dengan Metode Bit-Plane Complexity Segmentation (BPCS) untuk Dokumen Citra Terkompresi Arya Widyanarko - 13504030 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

TUGAS SEKURITI KOMPUTER

TUGAS SEKURITI KOMPUTER TUGAS SEKURITI KOMPUTER DIGITAL WATERMARK Disusun Oleh : Nama : Fauzan Bekti Nugroho NIM : 3085113013 Dosen : IKRIMACH, S.Kom PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI STEGANOGRAFI PADA CITRA DIGITAL DENGAN METODE BIT PLANE COMPLEXITY SEGMENTATION (BPCS)

PERANCANGAN APLIKASI STEGANOGRAFI PADA CITRA DIGITAL DENGAN METODE BIT PLANE COMPLEXITY SEGMENTATION (BPCS) ISSN 2301-942 (Media Cetak) PERANCANGAN APLIASI STEGANOGRAFI PADA CITRA DIGITAL DENGAN METODE BIT PLANE COMPLEXITY SEGMENTATION (BPCS) Dwi Ratna Sari Mahasiswa Teknik Informatika STMI Budi Darma Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas landasan teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan penelitian ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian citra, jenis-jenis citra digital, metode

Lebih terperinci

Pemrograman Visual Modul I Perkenalan Lembar Kerja VB 6.0. S. Thya Safitri

Pemrograman Visual Modul I Perkenalan Lembar Kerja VB 6.0. S. Thya Safitri Pemrograman Visual Modul I Perkenalan Lembar Kerja VB 6.0 S. Thya Safitri Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto 2016 Visual Basic adalah salah suatu development tools

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya menyatakan tingkat keabuan

Lebih terperinci

DASAR PEMROGRAMAN VISUAL BASIC

DASAR PEMROGRAMAN VISUAL BASIC BAHAN BELAJAR 1 DASAR PEMROGRAMAN VISUAL BASIC Sasaran : Setelah mempelajari bahan belajar ini, diharapkan mahasiswa dapat : a. Mengenal dan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic b. Mengenal dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Microsoft Visual Basic 6.0 Microsoft Visual Basic merupakan salah satu bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah perintah yang dimengerti oleh komputer untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa latin computere yang berarti menghitung. Dalam Bahasa Inggris komputer berasal dari kata to compute yang artinya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. adalah perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu.

BAB 2 LANDASAN TEORI. adalah perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Visual Basic 6.0 Visual Basic adalah salah satu bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

Pengenalan Visual Basic

Pengenalan Visual Basic page : 1 Pengenalan Visual Basic Visual Basic dikembangkan dari bahasa QuickBasic yang lebih tua yang berjalan diatas sistem operasi DOS. Versi awal Visual Basic pertama kali diciptakan oleh Alan Cooper

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sekilas Tentang Microsoft Visual Basic 6.0 Microsoft Visual Basic merupakan salah satu aplikasi pemrograman visual yang memiliki bahasa pemrograman yang cukup popular dan mudah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH Fitri Afriani Lubis 1, Hery Sunandar 2, Guidio Leonarde Ginting 3, Lince Tomoria Sianturi 4 1 Mahasiswa Teknik Informatika, STMIK Budi Darma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem berasal dari bahasa latin Systema dan bahasa Yunani adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubuungkan bersama untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Steganografi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu kata steganos yang artinya tulisan tersembunyi (covered writing) dan kata graphos yang berarti tulisan. Sehingga steganografi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Kata steganografi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari steganos (tersembunyi) graphen (menulis), sehingga bisa diartikan sebagai tulisan yang tersembunyi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu system perekaman data dapat bersifat optik berupa foto,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi internet dalam beberapa tahun terakhir ini, telah membawa perubahan besar bagi distribusi media digital. Media digital yang dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Steganografi Steganografi adalah mekanisme penanaman atau penyisipan pesan (m) kedalam sebuah cover objek (c) menggunakan kunci (k) untuk berbagi rahasia kepada orang lain,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, BAB II LANDASAN TEORI II.1 Citra Digital Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, melainkan sebuah representasi dari citra asal yang bersifat analog [3]. Citra digital ditampilkan

Lebih terperinci

ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS

ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS Efriawan Safa (12110754) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisimangaraja No. 338 Simpang Limun www.inti-budidarma.com

Lebih terperinci

Pengantar Pemrograman Visual

Pengantar Pemrograman Visual Pengantar Pemrograman Visual Sistem Penilaian Penilaian: Kehadiran 10% Kuis 10% Tugas 20% UTS 30% UAS 30% Nilai A > 80 Tidak hadir = tidak lulus Tidak buat tugas = nilai tugas 0. Tidak ikut kuis = nilai

Lebih terperinci

PENGENALAN VISUAL BASIC 6.0

PENGENALAN VISUAL BASIC 6.0 PENGENALAN VISUAL BASIC 6.0 Visual Basic adalah salah satu bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah-perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Bahasa

Lebih terperinci

MODUL I PENGENALAN VISUAL BASIC 6.0. Visual Basic adalah sebuah program yang berfungsi untuk membuat aplikasi berbasis

MODUL I PENGENALAN VISUAL BASIC 6.0. Visual Basic adalah sebuah program yang berfungsi untuk membuat aplikasi berbasis MODUL I PENGENALAN VISUAL BASIC 6.0 1. Visual Basic 6.0 Visual Basic adalah sebuah program yang berfungsi untuk membuat aplikasi berbasis Microsoft Windows secara cepat dan mudah. Dalam Visual Basic terdapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

Page 1

Page 1 MODUL V KOMPRESI CITRA DAN VIDEO Tiga tipe dari informasi yang berlebihan (redundancy) yang dapat dihilangkan atau direduksi : Spasial : Di dalam frame yang sama Sering kali menggunakan metode yang sama

Lebih terperinci

PENERAPAN STEGANOGRAFI PADA SEBUAH CITRA

PENERAPAN STEGANOGRAFI PADA SEBUAH CITRA PENERAPAN STEGANOGRAFI PADA SEBUAH CITRA Burhanuddin Damanik Program Studi Sistem Informasi Universitas Sari Mutiara Indonesia damanikus@yahoo.com ABSTRAK Steganografi adalah teknik penyembunyian data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada sistem yang bersifat shared. Hal ini memungkinkan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada sistem yang bersifat shared. Hal ini memungkinkan orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperluan akan keamanan sebuah informasi telah menjadi sebuah pertimbangan yang besar. Keperluan akan keamanan menjadi prioritas utama, terutama pada sistem yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang latarbelakang penulisan, rumusan masalah, batasan masalah yang akan dibahas, serta tujuan penelitian skripsi ini. Manfaat dalam penelitian, metodelogi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan koneksi menggunakan saluran yang aman ini cenderung lambat.

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan koneksi menggunakan saluran yang aman ini cenderung lambat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet saat ini menjadi bagian yang sangat penting bagi insfrastruktur komunikasi di dunia. Pertukaran informasi melalui internet memiliki banyak kelebihan dibandingkan

Lebih terperinci

Pendidikan Teknik Informatika Universitas Negeri Malang

Pendidikan Teknik Informatika Universitas Negeri Malang STANDAR KOMPETENSI Mengenal Bahasa Pemrograman Visual Basic 6.0 KOMPETENSI DASAR Mengenal perintah dasar dan menu Visual Basic 6.0 1 2 3 IDE dan konsep penggunaan Visual Basic 6.0 Mengenal Interface visual

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kata komputer berasal dari bahasa latin yatu computare yang artinya menghitung, dalam bahasa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kata komputer berasal dari bahasa latin yatu computare yang artinya menghitung, dalam bahasa BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengenalan Komputer Kata komputer berasal dari bahasa latin yatu computare yang artinya menghitung, dalam bahasa inggris di sebut to compute. Secara difinisi komputer diterjemahkan

Lebih terperinci

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness Evan 13506089 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : if16089@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Pada tugas akhir ini citra yang digunakan adalah citra diam.

Pada tugas akhir ini citra yang digunakan adalah citra diam. BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi penjelasan mengenai seluruh dasar teori yang berkaitan dengan kegiatan tugas akhir. Dasar dasar teori yang akan dijelaskan adalah penjelasan mengenai citra, penjelasan

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL CODING

KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL CODING KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL CODING Abdul Halim Hasugian Dosen Tetap Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang Limun Medan www.stmik-budidarma.ac.id//email:abdulhasugian@gmail.co.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kata komputer berasal dari bahasa Inggris, to compute yang berarti menghitung.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kata komputer berasal dari bahasa Inggris, to compute yang berarti menghitung. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Komputer Kata komputer berasal dari bahasa Inggris, to compute yang berarti menghitung. Beberapa pakar dan peneliti mengartikan komputer sebagai berikut : 1. Menurut Hamacher,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Citra diam yaitu citra tunggal yang tidak bergerak. Contoh dari citra diam adalah foto.

BAB II DASAR TEORI. 1. Citra diam yaitu citra tunggal yang tidak bergerak. Contoh dari citra diam adalah foto. BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi penjelasan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan tugas akhir. Dasar teori yang akan dijelaskan meliputi penjelasan mengenai citra, penjelasan mengenai citra GIF,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sekilas Mengenai Microsoft Visual Basic Versi 6 Microsoft Visual Basic adalah sebuah bahasa pemograman komputer. Bahasa pemograman adalah perintah perintah atau instruksi yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi atau gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda, contohnya yaitu foto seseorang dari kamera yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Tuntutan keamanan menjadi semakin kompleks, apalagi bila data itu dikirimkan, dan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Tuntutan keamanan menjadi semakin kompleks, apalagi bila data itu dikirimkan, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah keamanan dan kerahasiaan data merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari sistem berbasis komputer, informasi tidak akan berguna lagi bila telah disadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Secara umum steganografi merupakan seni atau ilmu yang digunakan untuk menyembunyikan pesan rahasia dengan segala cara sehingga selain orang yang dituju, orang lain

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Pesan terkadang mengandung sebuah informasi yang sangat penting yang harus dijaga kerahasiaannya. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. komputer. Bahasa komputer berasal dari bahasa asing yaitu To Compute, yang artinya

BAB II LANDASAN TEORI. komputer. Bahasa komputer berasal dari bahasa asing yaitu To Compute, yang artinya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Dalam merancang sebuah sistem informasi, digunakan suatu alat pendukung yaitu komputer. Bahasa komputer berasal dari bahasa asing yaitu To Compute, yang artinya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra 2.1.1 Definisi Citra Secara harfiah, citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Jika dipandang dari sudut pandang matematis, citra merupakan hasil pemantulan

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perangkat Lunak Software adalah perintah (program komputer) yang dieksekusi memberikan fungsi dan petunjuk kerja seperti yang diinginkan. Struktur data yang memungkinkan program

Lebih terperinci

BAB II CITRA DIGITAL

BAB II CITRA DIGITAL BAB II CITRA DIGITAL DEFINISI CITRA Citra adalah suatu representasi(gambaran),kemiripan,atau imitasi dari suatu objek. DEFINISI CITRA ANALOG Citra analog adalahcitra yang bersifat kontinu,seperti gambar

Lebih terperinci

Model Citra (bag. 2)

Model Citra (bag. 2) Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi tersebut pada setiap titik (x,y) merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori ilmiah untuk mendukung penelitian ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian citra, kompresi citra, algoritma dan jenisnya,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Batasan Masalah... 2 1.4 Tujuan... 3 1.5 Manfaat...

Lebih terperinci

Konsep dasar pemrograman visual. Chapter 01

Konsep dasar pemrograman visual. Chapter 01 Konsep dasar pemrograman visual Chapter 01 1 PENGENALAN MS.VISUAL BASIC 6.0 Visual Basic adalah salah satu bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintahperintah yang dimengerti oleh komputer

Lebih terperinci

APLIKASI PENGAMANAN DATA TEKS PADA CITRA BITMAP DENGAN MENERAPKAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB)

APLIKASI PENGAMANAN DATA TEKS PADA CITRA BITMAP DENGAN MENERAPKAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) APLIKASI PENGAMANAN DATA TEKS PADA CITRA BITMAP DENGAN MENERAPKAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) Mesran dan Darmawati (0911319) Dosen Tetap STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebelumnnya penelitian ini dilakukan oleh Arif,2008 yang dilakukan untuk mencoba membuat perangkat lunak penyembunyian gambar ke gambar dengan metode 4

Lebih terperinci

DIGITAL IMAGE CODING. Go green Aldi Burhan H Chandra Mula Fitradi Mardiyah

DIGITAL IMAGE CODING. Go green Aldi Burhan H Chandra Mula Fitradi Mardiyah DIGITAL IMAGE CODING Go green Aldi Burhan H Chandra Mula Fitradi Mardiyah KOMPRESI LOSSLESS Teknik kompresi lossless adalah teknik kompresi yang tidak menyebabkan kehilangan data. Biasanya digunakan jika

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis III.1.1 Analisis Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi, keamanan dalam berteknologi merupakan hal yang sangat penting. Salah satu cara mengamankan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Komputer berasal dari bahasa Latin computare yang artinya menghitung. Jadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Komputer berasal dari bahasa Latin computare yang artinya menghitung. Jadi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Komputer berasal dari bahasa Latin computare yang artinya menghitung. Jadi komputer dapat diartikan sebagai alat untuk menghitung. Perkembangan teknologi dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Program aplikasi adalah program komputer yang dibuat untuk mengerjakan atau menyelesaikam masalah masalah khusus, seperti penggajian. 1 2.2 Pengertian Visualisasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Mesin Jual Otomatis Sejarah mesin jual otomatis pertama diperkirakan telah diciptakan pada abad pertama oleh Hero dari Alexandria, seorang matematikawan dan insinyur terkenal

Lebih terperinci

Analisis dan Perancangan Perangkat Lunak Kompresi Citra Menggunakan Algoritma. Fast Fourier Transform (FFT).

Analisis dan Perancangan Perangkat Lunak Kompresi Citra Menggunakan Algoritma. Fast Fourier Transform (FFT). Analisis dan Perancangan Perangkat Lunak Kompresi Citra Menggunakan Algoritma Fast Fourier Transform (FFT) Rima Lestari 1, Marihat Situmorang 2, Maya Silvi Lydia 3 Program Studi S1 Ilmu Komputer, FASILKOM-TI

Lebih terperinci

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Image Enhancement Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Cara-cara yang bisa dilakukan misalnya dengan fungsi transformasi, operasi matematis,

Lebih terperinci

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit

Lebih terperinci

Perbandingan Steganografi Metode Spread Spectrum dan Least Significant Bit (LSB) Antara Waktu Proses dan Ukuran File Gambar

Perbandingan Steganografi Metode Spread Spectrum dan Least Significant Bit (LSB) Antara Waktu Proses dan Ukuran File Gambar Perbandingan Steganografi Metode Spread Spectrum dan Least Significant Bit (LSB) Antara Waktu Proses dan Ukuran File Gambar M.A. Ineke Pakereng, Yos Richard Beeh, Sonny Endrawan Fakultas Teknik Program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

Pemrograman Visual Basic

Pemrograman Visual Basic Pemrograman Visual Basic Pokok Bahasan: Pengenalan Visual Basic Asep Ramdhani M, S.Kom Blog YM http://asepramdhani.wordpress.com/ http://www.asepramdhani.co.cc/ bbrgaek@yahoo.com 1 Pendahuluan Visual Basic

Lebih terperinci

1. Grafis Bitmap Dan Vektor 2. Konsep Warna Digital 3. Gambar Digital 4. Editing Gambar Photoshop 5. Membuat Kop Web

1. Grafis Bitmap Dan Vektor 2. Konsep Warna Digital 3. Gambar Digital 4. Editing Gambar Photoshop 5. Membuat Kop Web 4/7/2010 Pelatihan Kopertis VI 6 s.d 8 April 2010 1 1. Grafis Bitmap Dan Vektor 2. Konsep Warna Digital 3. Gambar Digital 4. Editing Gambar Photoshop 5. Membuat Kop Web 4/7/2010 Pelatihan Kopertis VI 6

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari dua kata, yaitu Sistem dan Informasi. Sistem yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari dua kata, yaitu Sistem dan Informasi. Sistem yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi terdiri dari dua kata, yaitu Sistem dan Informasi. Sistem yaitu sekumpulan objek yang bekerja bersama-sama untuk menghasilkan suatu kesatuan metode,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Data adalah kata majemuk dari datum. Data dapat diartikan sebagai berikut: Agus Eko-164 A/2

BAB 2 LANDASAN TEORI. Data adalah kata majemuk dari datum. Data dapat diartikan sebagai berikut: Agus Eko-164 A/2 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Data Data adalah kata majemuk dari datum. Data dapat diartikan sebagai berikut: 1. Data terdiri dari kumpulan karakter numerik atau alphanumerik atau kombinasi antara

Lebih terperinci

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo Citra Digital Petrus Paryono Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Studi Tentang Pencitraan Raster dan Pixel Citra Digital tersusun dalam bentuk raster (grid atau

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab analisa dan perancangan ini akan mengulas tentang tahap yang digunakan dalam penelitian pembuatan aplikasi implementasi kompresi gambar menggunakan metode

Lebih terperinci

Bab I Pengenalan Visual BASIC

Bab I Pengenalan Visual BASIC Bab I Pengenalan Visual BASIC 1. Pendahuluan Visual BASIC (Beginners All-Purpose Symbolic Instruction Code) merupakan sebuah bahasa pemrograman yang dapat digunakan untuk membuat suatu aplikasi dalam Microsoft

Lebih terperinci

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Masalah Citra adalah gambar yang berada pada bidang dua dimensi. Agar dapat diproses lebih lanjut, sebuah citra disimpan di dalam bentuk digital. Ukuran citra digital

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang dapat diolah oleh komputer (Sutoyo & Mulyanto, 2009). Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

MODUL I Pengenalan IDE Visual Basic 6.0

MODUL I Pengenalan IDE Visual Basic 6.0 MODUL I Pengenalan IDE Visual Basic 6.0 Visual Basic (VB) pada dasarnya adalah sebuah bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah-perintah atau instruksi yang dimengerti oleh komputer

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Istilah citra biasanya digunakan dalam bidang pengolahan citra yang berarti gambar. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi, di mana dan adalah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA HASNAH(12110738) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338

Lebih terperinci

Pengolahan citra. Materi 3

Pengolahan citra. Materi 3 Pengolahan citra Materi 3 Citra biner, citra grayscale dan citra warna Citra warna berindeks Subject Elemen-elemen Citra Digital reflectance MODEL WARNA Citra Biner Citra Biner Banyaknya warna hanya 2

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang akan digunakan pada saat penelitian. Teori yang dibahas meliputi teori-teori tentang steganogtafi, kriteria dari steganografi, media

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap

Lebih terperinci

Pengolahan Citra (Image Processing)

Pengolahan Citra (Image Processing) BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Citra (Image) Processing Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa teori tentang citra digital dipaparkan sebagai berikut.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa teori tentang citra digital dipaparkan sebagai berikut. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Beberapa teori tentang citra digital dipaparkan sebagai berikut. 2.1.1 Definisi citra digital Menurut Sachs (1999, hal:1), citra digital merupakan suatu gambar yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengenalan Citra

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengenalan Citra BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra merupakan representasi (gambaran) dari sebuah objek nyata yang dihasilkan oleh alat digital. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Perancangan aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Perancangan aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Perancangan aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan prototyping model. Metode ini memiliki 3 tahapan seperti yang sudah ditulis di dalam Bab 2, yaitu pengumpulan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STEGANOGRAFI DENGAN METODE BIT PLANE COMPLEXITY SEGMENTATION UNTUK MENYEMBUNYIKAN PESAN PADA CITRA DIGITAL

IMPLEMENTASI STEGANOGRAFI DENGAN METODE BIT PLANE COMPLEXITY SEGMENTATION UNTUK MENYEMBUNYIKAN PESAN PADA CITRA DIGITAL Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, 2-3 November 2015 IMPLEMENTASI STEGANOGRAFI DENGAN METODE BIT PLANE COMPLEXITY SEGMENTATION UNTUK MENYEMBUNYIKAN PESAN PADA CITRA DIGITAL Achmad Solichin 1),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Steganografi adalah seni komunikasi dengan menyembunyikan atau menyamarkan keberadaan pesan rahasia dalam suatu media penampungnya sehingga orang lain tidak menyadari

Lebih terperinci

STEGANOGRAPHY CHRISTIAN YONATHAN S ELLIEN SISKORY A. 07 JULI 2015

STEGANOGRAPHY CHRISTIAN YONATHAN S ELLIEN SISKORY A. 07 JULI 2015 STEGANOGRAPHY 1211501075 - CHRISTIAN YONATHAN S. 1211503394 ELLIEN SISKORY A. 07 JULI 2015 FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS BUDI LUHUR JULI 2015 ~ 1 ~ 1.1 Definisi Steganografi Steganografi adalah

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra merupakan representasi digital dari objek gambar, yang tidak lepas dari kebutuhan manusia. Pada umumnya representasi citra membutuhkan memori yang cukup besar,

Lebih terperinci