BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa teori tentang citra digital dipaparkan sebagai berikut.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa teori tentang citra digital dipaparkan sebagai berikut."

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Beberapa teori tentang citra digital dipaparkan sebagai berikut Definisi citra digital Menurut Sachs (1999, hal:1), citra digital merupakan suatu gambar yang tersusun dari pixel, dimana tiap pixel merepresentasikan warna (tingkat keabuan untuk gambar hitam putih) pada suatu titik di gambar. Sedangkan menurut Fahmi (2007, hal:7), citra digital adalah gambar dua dimensi yang dapat ditampilkan pada layar monitor komputer sebagai himpunan berhingga (diskrit) nilai digital yang disebut dengan pixel (picture elements). Fahmi (2007, hal:7) menyatakan bahwa citra digital (diskrit) dihasilkan dari citra analog (kontinu) melalui digitalisasi. Digitalisasi citra analog terdiri atas penerokan (sampling) dan kuantisasi (quantization). Penerokan (sampling) adalah pembagian citra ke dalam elemen-elemen diskrit (pixel), sedangkan kuantisasi (quantization) adalah pemberian nilai intensitas warna pada setiap pixel dengan nilai yang berupa bilangan bulat.

2 2.1.2 Klasifikasi citra digital Berdasarkan cara penyimpanan atau pembentukannya, citra digital dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : 1. Gambar Bitmap (raster), yaitu gambar yang terbentuk dari sekumpulan titik penyusun gambar (pixel). Gambar bitmap dipengaruhi oleh banyaknya pixel, sehingga semakin banyak jumlah pixel maka kualitas gambar semakin baik dan halus, begitu pula sebaliknya. Gambar bitmap biasanya diperoleh dari scanner, kamera digital, kamera handphone, dan sebagainya. 2. Gambar vektor, yaitu gambar yang terbentuk dari garis, kurva, dan bidang yang masing-masing merupakan suatu formulasi matematik. Jika gambar vektor diperbesar, maka kualitas gambarnya masih tetap baik dan tidak berubah. Gambar vektor biasanya dibuat dengan menggunakan aplikasi aplikasi gambar vektor seperti Corel Draw, Adobe Illustrator, Macromedia Freehand, dan sebagainya (Alinurdin, 2006). Sedangkan berdasarkan warna-warna penyusunnya, menurut Fahmi (2007, hal:8) citra digital dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu : 1. Citra biner, yaitu citra yang hanya terdiri atas dua warna, yaitu hitam dan putih. Oleh karena itu, setiap pixel pada citra biner cukup direpresentasikan dengan 1 bit. Contoh citra biner adalah pada gambar 2.1 berikut. Gambar 2.1 Citra Biner

3 2. Citra grayscale, yaitu citra yang nilai pixel-nya merepresentasikan derajat keabuan atau intensitas warna putih. Nilai intensitas paling rendah merepresentasikan warna hitam dan nilai intensitas paling tinggi merepresentasikan warna putih. Pada umumnya citra grayscale memiliki kedalaman pixel 8 bit (256 derajat keabuan), tetapi ada juga citra grayscale yang kedalaman pixel-nya bukan 8 bit, misalnya 16 bit untuk penggunaan yang memerlukan ketelitian tinggi. Contohnya adalah pada gambar 2.2 berikut. Gambar 2.2 Citra Grayscale 3. Citra berwarna, yaitu citra yang nilai pixel-nya merepresentasikan warna tertentu. Banyaknya warna yang mungkin digunakan bergantung kepada kedalaman pixel citra yang bersangkutan. Citra berwarna direpresentasikan dalam beberapa kanal (channel) yang menyatakan komponen-komponen warna penyusunnya. Banyaknya kanal yang digunakan bergantung pada model warna yang digunakan pada citra tersebut. Contoh model warna yang biasa digunakan pada citra digital adalah RGB dan YCbCr. Dari klasifikasi citra tersebut, maka penelitian dilakukan pada gambar bitmap karena citra digital termasuk gambar bitmap dan terbentuk dari pixel pixel yang akan dimanfaatkan dalam teknik penyisipan watermark.

4 2.1.3 Pixel (picture element) Gambar yang bertipe bitmap tersusun dari pixel-pixel (dot). Pixel adalah titik penyusun gambar yang berkumpul dan bergabung membentuk seperti mozaik yang memanipulasi mata sehingga pada jarak pandang tertentu akan tampak kesan gambar utuh (Alinurdin, 2006). Banyaknya pixel tiap satuan luas tergantung pada resolusi yang digunakan. Menurut Alinurdin (2006, hal:2) resolusi adalah banyaknya pixel dalam setiap satuan panjang yang dinyatakan dalam satuan dpi (dot per inch). Keanekaragaman warna pixel tergantung pada bit depth yang dipakai. Bit depth menentukan banyaknya informasi warna yang tersedia untuk ditampilkan dalam setiap pixel. Misalkan suatu gambar memiliki bit depth = 24. Berarti ada 16 juta (2 24) kemungkinan warna pada gambar tersebut. Oleh karena itu, semakin tinggi resolusi dan bit depth suatu citra, maka semakin bagus kualitas gambar yang dihasilkan dan tentu saja ukuran file-nya juga semakin besar Format file citra Format file menentukan bagaimana informasi data direpresentasikan dalam suatu file. Informasi tersebut meliputi ada tidaknya kompresi, program aplikasi (feature) yang didukung (support), penggunaan enkripsi, dan lain-lain. Tiap format file memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dalam sistem operasi Windows, format file dapat dibedakan dari namanya yaitu diakhiri titik dan diikuti dengan tiga atau empat huruf terakhir sebagai penanda format. Untuk file citra (image), format yang umum digunakan adalah : 1. bmp (Windows Bitmap). Merupakan representasi dari citra grafis yang terdiri dari susunan titik-titik yang tersimpan di memori komputer. Format ini dikembangkan oleh Microsoft dan nilai setiap titik diawali oleh satu bit data untuk gambar hitam putih atau

5 lebih bagi gambar berwarna. Format bmp menggunakan kompresi tipe lossless, berarti tidak ada data yang dibuang selama proses kompresi (Hajar, 2007). 2. gif (Graphics Interchange Format) Merupakan format gambar yang mampu menayangkan maksimum 256 warna dan mendukung warna transparan dan animasi sederhana. Format ini mengkompresi gambar dengan sifat lossless, berarti terdapat data yang hilang selama proses kompresi (Hajar, 2007). 3. jpg / jpeg (Joint Photographic Experts Group) Format ini mampu menayangkan warna dengan kedalaman 24 bit true color dan menggunakan kompresi tipe lossy. Kompresi jpeg berbasis DCT (Discrete Cosine Transform). Kualitas jpeg bisa bervariasi tergantung setting kompresi yang digunakan (Hajar, 2007). 4. png (Portable Network Graphics) Merupakan salah satu format penyimpanan citra dengan kompresi tipe lossless. Format png diperkenalkan untuk menggantikan format gif dan umumnya dipakai untuk citra web (Hajar, 2007). 5. tiff (Tagged Image File Format) Merupakan format yang sering digunakan, mendukung citra compressed berbagai metode dan uncompressed (Paryono et al, 2008). 2.2 Digital Watermarking Masalah kepemilikan memang suatu masalah yang sangat pelik, bahkan lebih parah dari masalah pembajakan. Jika suatu pihak membajak suatu software misalnya, maka pihak tersebut hanya akan merugikan dari sisi keuangan saja. Tetapi jika pihak itu mengganti string pada suatu program sehingga seakan akan menjadi miliknya dan memasarkannya, maka pembuat aslinya akan mengalami kerugian dua kali. Kesulitan pemberian hak cipta akan jauh lebih sulit jika kita berurusan dengan benda-benda

6 digital seperti file, gambar, suara atau semacamnya. Benda-benda semacam ini tidak dapat dengan mudahnya diberi stempel atau diberi tanda lainnya. Salah satu cara yang banyak digunakan saat ini adalah dengan memberikan suatu tanda kepemilikan yang dapat dengan mudah dilihat oleh semua orang. Tapi bagi yang sedikit mengerti tentang penggunaan program pengolah citra digital seperti Adobe Photosop, Paint Shop Pro, ataupun program lainnya, maka penghilangkan label tersebut dapat dilakukan dengan mudah. Bahkan tidak hanya menghilangkan, karena label yang telah diberikan juga dapat diganti dengan mudah. Penggunaan data digital selain dikarenakan kemudahannya dalam penyebaran menggunakan jaringan Internet, juga dikarenakan kemudahan dan kemurahannya dalam penggandaan (peng-copy-an) serta penyimpanan untuk digunakan dikemudian hari Asal usul watermarking Metode watermarking sudah dikenal ribuan tahun yang lalu, dimana yang cukup dikenal adalah sejarah di jaman Herodotus. Pada saat tersebut, Histiaeus membuat pesan rahasia dengan mentato kepala ajudannya, kemudian membiarkan rambutnya tumbuh sebelum diutus ke Aristagoras, yang harus mencukur kepala ajudan tersebut sebelum mengetahui pesan yang dikirim. Sampai saat ini watermarking digunakan sebagai metode untuk melindungi hak cipta suatu karya yang dipublikasikan dalam bentuk digital, mengingat proses duplikasi sebuah digital copy yang hasilnya sangat identik dengan aslinya dan menyebarkan hasil copy-an tersebut dengan sangat mudah, untuk kemudian digunakan kembali ataupun dimanipulasi datanya (Rodiah, 2004). Adanya permintaan akan jaminan hak cipta dalam bentuk perangkat lunak ataupun perangkat keras menyebabkan teknologi digital watermarking sangat diperlukan. Dalam bentuk digital, penyebaran dokumen secara tidak sah dapat dilakukan lebih mudah. Karena dengan kemajuan komunikasi data yang semakin baik, penduplikasian dan penyebaran dokumen akan menjadi lebih cepat dan murah dibandingkan dengan dokumen berupa kertas. Berbeda dengan hasil duplikasi

7 pada dokumen kertas, hasil duplikasi pada dokumen digital tidak akan berbeda dengan dokumen aslinya Watermark dan watermarking Watermark didefinisikan sebagai data tersembunyi yang ditambahkan pada sinyal pelindung (cover signal) sedemikian rupa sehingga penambahan tersebut tidak terlihat (Watermarking World, 2002). Lebih jauh lagi, watermark juga berupa kode yang membawa informasi mengenai pemilik hak cipta, pencipta, pembeli yang sah, dan segala sesuatu yang diperlukan untuk menangani hak kepemilikan digital. Watermark sengaja ditanamkan secara permanen pada data digital sedemikian hingga pengguna yang berwenang dapat dengan mudah membacanya, di sisi lain watermark tersebut haruslah tidak mengubah isi media kecuali sedikit atau perubahan tersebut tidaklah tampak atau kurang begitu tampak bagi indera manusia (Barni et al, 1998). Watermark (tanda air) ini agak berbeda dengan tanda air pada uang kertas. Tanda air pada uang kertas masih dapat kelihatan oleh mata telanjang manusia (mungkin dalam posisi kertas yang tertentu), tetapi watermarking pada media digital disini dimaksudkan tak akan dirasakan kehadirannya oleh manusia tanpa alat bantu mesin pengolah digital seperti komputer, dan sejenisnya. Jika watermark merupakan sesuatu yang ditanamkan, maka watermarking merupakan proses penanaman watermark tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa watermarking adalah suatu cara penyembunyian atau penanaman data atau informasi ke dalam suatu data digital lainnya, tetapi tidak diketahui kehadirannya oleh indera manusia (indera penglihatan atau pendengaran) dan mampu menghadapi proses-proses pengolahan sinyal digital sampai pada tahap tertentu (Supangkat et al, 2000).

8 2.2.3 Tujuan watermarking Menurut Rodiah (2004, hal:4), beberapa tujuan watermarking adalah : 1. Menjaga sedemikian rupa agar dokumen-dokumen elektronik yang berisi transaksi elektronik yang otentik tetap terjaga kualitas legal dan bobot buktinya. 2. Untuk aplikasi perlindungan hak cipta, tanda yang disisipkan pada dokumen (gambar, teks, atau audio) digunakan sebagai identifier yang menunjukkan hak kepemilikan. Jenis tanda air mempengaruhi keefektifan tanda air itu sendiri dalam setiap aplikasinya, apakah bersifat tampak oleh mata ataupun tidak. 3. Dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan, namun dengan cara yang berbeda. Tanda air digital digunakan untuk memberikan identifikasi sebuah dokumen atas informasi sumber daya, penulis, kreator, pemilik, distributor, dan konsumer yang berhak atas dokumen tersebut Karakteristik watermarking Menurut Sirait (2006, hal:43), mutu dari metode watermarking meliputi beberapa parameter-parameter utama berikut ini : 1. Fidelity Perubahan yang disebabkan oleh tanda (watermark) seharusnya tidak mempengaruhi nilai isi, idealnya tanda harusnya tidak dapat dilihat sehingga tidak dapat dibedakan antara data yang ter-watermark dan data yang asli. Salah satu trade-off antara karakteristik watermarking yang sangat kelihatan adalah antara robustness dengan fidelity. Dalam beberapa literatur, fidelity kadang disebut dengan invisibility untuk jenis data citra dan video. Yang dimaksud dengan fidelity di sini adalah derajat degradasi host data sesudah diberi watermark dibandingkan dengan sebelum diberi watermark. Biasanya bila

9 robustness dari watermark tinggi, maka memiliki fidelity yang rendah, sebaliknya robustness yang rendah dapat membuat fidelity yang tinggi. Jadi sebaiknya dipilih trade-off yang sesuai sehingga keduanya dapat tercapai sesuai dengan tujuan aplikasi. Untuk host data yang berkualitas tinggi, maka fidelity dituntut setinggi mungkin sehingga tidak merusak data aslinya. Sedangkan untuk host data yang memiliki noise (kualitas kurang), maka fidelity-nya dapat rendah seperti pada siaran radio, suara pada telepon, ataupun broadcast acara televisi. 2. Robustness Watermark di dalam host data harus tahan terhadap beberapa operasi pemrosesan digital yang umum seperti pengkonversian dari digital ke analog dan dari analog ke digital, dan manipulasi data. Pada robust watermark, data disisipkan dengan sangat kuat sehingga jika ada yang berusaha menghapusnya maka gambar atau suara yang disisipi akan ikut rusak dan tidak punya nilai komersil lagi. 3. Security Watermarking harus tahan terhadap segala usaha sengaja memindahkan atau men-copy watermark dari satu multimedia data ke multimedia data lainnya. Dari ketiga kriteria ini, fidelity merupakan kriteria paling tinggi Attack (serangan) Menurut Ferdian (2006, hal:5), beberapa attack (serangan) dasar terhadap citra terwatermark yaitu : 1. Horizontal Flip Serangan ini dilakukan hanya dengan membalikkan gambar secara horizontal. Metode ini tampak sangat sederhana, namun beberapa skema watermarking tidak lolos dari serangan ini

10 2. Rotasi Rotasi dilakukan biasanya dengan derajat perputaran yang sangat kecil, sehingga citra tampak tidak berubah. Namun karena perputaran yang kecil tersebut, watermark tidak dapat terdeteksi lagi. 3. Cropping Yaitu pemotongan citra menjadi bagian-bagian kecil. Hal ini mengakibatkan watermark tidak utuh dan kemudian menjadi tidak terdeteksi lagi. 4. Scaling Penskalaan dapat dibedakan menjadi 2 jenis, uniform dan non-uniform. Penskalaan uniform mengubah ukuran citra dengan faktor skala yang sama, baik vertikal maupun horizontal. Sedangkan pada non-uniform scaling, faktor skala vertikal dan horizontal berbeda. 5. Penghapusan garis atau kolom pada citra Cara ini dilakukan dengan menghapus satu kolom atau satu baris pada citra. Cara ini sangat efektif dilakukan untuk melawan teknik spread-spectrum. 6. Random geometric distortions Melakukan distorsi geometris secara acak. Biasanya merupakan gabungan dari teknik-teknik dasar. Attack (serangan) ini akan menyebabkan terjadinya perubahan bit pada citra ter-watermark, sehingga apabila dilakukan ekstraksi, maka watermark yang telah dipisahkan akan tampak sangat berbeda dibandingkan dengan watermark yang disisipkan pada awalnya Proses Watermarking Pada dasarnya pemberian watermarking dapat dipandang sebagai proses penggabungan dua buah informasi sedemikian rupa sehingga masing-masing

11 informasi hanya dideteksi oleh detector yang berbeda. Sinyal watermarking dipadukan dengan sinyal media, video, audio, atau gambar dengan watermarking inserter. Tentu saja sinyal watermarking ini disisipkan (di-encode) sehingga dapat merepresentasikan informasi tertentu. Hasil penggabungan ini adalah sinyal media yang telah ter-watermarking. Untuk penyisipan informasi watermark pada citra, teknik-teknik penyisipan dilakukan dengan membuat modifikasi pada citra asli. Modifikasi dilakukan pada bagian-bagian yang secara persepsi tidak dapat dilihat oleh indera penglihatan. Informasi watermark didapatkan kembali dari citra ter-watermark dengan mendeteksi adanya perubahan-perubahan (modifikasi) tersebut. Ada banyak teknik modifikasi dalam berbagai domain yang dapat digunakan untuk penyisipan data dan mendapatkan data hasil watermarking. Proses transformasi yang dikenal dalam pemrosesan sinyal digital adalah seperti Fast Fourier Transform (FFT), Discrete Cosine Transform (DCT), Wavelet Transform, dan sebagainya. Akan tetapi dari berbagai penelitian yang sudah dilakukan, belum ada suatu metode watermarking ideal yang bisa tahan terhadap semua proses pengolahan digital yang mungkin. Biasanya masing-masing penelitian memfokuskan pada hal-hal tertentu yang dianggap penting. Penelitian di bidang watermarking ini masih terbuka luas dan semakin menarik, salah satunya adalah karena belum ada suatu standar yang digunakan sebagai alat penanganan masalah hak cipta ini (Rodiah, 2004) Penyisipan watermark (encode) Penyisipan (encode) dalam watermarking adalah suatu proses untuk menyisipkan sinyal low-energy ke sinyal utama (cover signal) untuk menyembunyikan keberadaan sinyal low-energy tersebut (Rodiah, 2004). Sinyal low energy yaitu label watermark yang bersifat monokrom dan cover signal yaitu dokumen yang disisipkan seperti gambar, video, suara, atau teks dalam format digital.

12 Label watermark adalah suatu data atau informasi yang akan disisipkan ke dalam data digital yang ingin di-watermark. Menurut Rodiah (2004, hal:16), ada dua jenis label watermark yang dapat digunakan, yaitu : 1. Text biasa Label watermark dari text biasanya menggunakan nilai-nilai ASCII dari masing-masing karakter dalam text yang kemudian dipecahkan atas bit-per-bit. Kelemahan dari label ini adalah kesalah pada satu bit saja akan menghasilkan hasil yang berbeda dengan text sebenarnya. 2. Logo atau Citra atau Suara Berbeda dengan text, kesalahan pada beberapa bit masih dapat memberikan persepsi yang sama dengan aslinya oleh pendengaran maupun penglihatan kita, tetapi kerugiannya adalah jumlah data yang cukup besar Ekstraksi watermark (decode) Ekstraksi (decode) adalah proses pemisahan watermark dengan citra asal. Hasil penelitian memberikan hasil bahwa verifikasi dengan menggunakan data aslinya akan memberikan performansi yang lebih baik dibandingkan dengan cara ekstraksi tanpa menggunakan data asli (Rodiah, 2004). Watermarking dapat menggunakan kunci untuk meningkatkan keamanannya, dimana kunci tersebut digunakan untuk membangkitkan bilangan acak dalam penanaman watermark. Akan tetapi menurut Fahmi (2007, hal:12), proses encode dan decode juga tidak selalu menggunakan kunci. Proses decode juga tidak selalu menyertakan data asli yang belum diberi watermark. Terhadap watermark yang terekstraksi dilakukan verifikasi yang dapat menghasilkan kesimpulan terhadap watermark tersebut. Proses verifikasi ini tidak selalu menyertakan citra asli.

13 2.4 Transformasi DCT Cara melakukan perpindahan dari domain koordinat ke domain frekuensi yaitu dengan menggunakan DCT (Discrete Cosine Transform). Menurut Rodiah (2004, hal:19), pada dasarnya DCT merupakan suatu transformasi one-to-one mapping dari suatu array yang terdiri dari nilai pixel menjadi komponen-komponen yang terbagi berdasarkan frekuensinya. Dengan memperhatikan efek pembulatan angka pada proses pembalikan kembali transformasi, maka transformasi pembalikan ini dikenal dengan IDCT (Inverse Discrete Cosine Transform). Menurut Fahmi (2007, hal:9), Discrete Cosine Transform adalah sebuah fungsi dua arah yang memetakan himpunan N buah bilangan real menjadi himpunan N buah bilangan real. Secara umum, DCT satu dimensi menyatakan sebuah sinyal diskrit satu dimensi sebagai kombinasi linier dari beberapa fungsi basis berupa gelombang kosinus diskrit dengan amplitudo tertentu. Masing-masing fungsi basis memiliki frekuensi yang berbeda-beda, sehingga transformasi DCT termasuk ke dalam transformasi ranah frekuensi. Amplitudo fungsi basis dinyatakan sebagai koefisien dalam himpunan hasil transformasi DCT. Menurut Khayam (2003, hal:4), DCT satu dimensi didefinisikan pada persamaan berikut : C( u) = a( u) π (2x + 1) u N N 1 f ( x)cos x= 0 2, 0 u N 1 (2.1) C(u) menyatakan koefisien ke-u dari himpunan hasil transformasi DCT. f(x) menyatakan anggota ke-x dari himpunan asal. N menyatakan banyaknya suku himpunan asal dan himpunan hasil a(u) dinyatakan oleh persamaan berikut : a(u) = 1 { N 2 N, untuk u = 0, untuk 1 u N 1 (2.2)

14 Transformasi balikan yang memetakan himpunan hasil transformasi DCT ke himpunan bilangan semula disebut Invers DCT (IDCT). IDCT didefinisikan oleh persamaan di bawah ini : f ( x) = π (2x + 1) u N N 1 a( u) C( u)cos u= 0 2, 0 u N 1 (2.3) DCT dua dimensi dapat dipandang sebagai komposisi dari DCT pada masingmasing array dimensi. Sebagai contoh, jika himpunan bilangan real disajikan dalam array 2 dimensi, maka DCT dua dimensi dilakukan dengan cara melakukan DCT satu dimensi terhadap masing-masing baris dan kemudian melakukan DCT satu dimensi terhadap masing-masing kolom dari hasil DCT tersebut. Transformasi DCT dua dimensi dapat dinyatakan dengan persamaan : M 1 N 1 C( u, v) = a( u) a( v) π (2x + 1) u π (2y + 1) v f ( x, y)cos cos 2M N x= 0 y= 0 2 (2.4) Sedangkan rumus untuk IDCT (invers dari DCT) adalah sebagai berikut : f ( x, y) M 1 N 1 = π (2x + 1) u π (2y + 1) v a( u) a( v) C( u, v)cos cos 2M N u= 0 v= 0 2 (2.5) Keterangan : 1. C(u,v) adalah titik koordinat dari matriks yang telah mengalami transformasi DCT 2 dimensi. 2. M dan N adalah banyak kolom dan baris. Apabila ukuran matriks adalah 8 x 8, maka nilai M dan N adalah a(u) dan a(v) adalah himpunan hasil yang nilainya ditentukan dari nilai koefisien u dan v.

15 4. f(x,y) adalah nilai pixel dari matriks pada titik (x,y). 5. π bernilai 180 o. Menurut Fahmi (2007, hal:10), pada transformasi DCT dikenal juga istilah frekuensi rendah, frekuensi menengah, dan frekuensi tinggi. Hal ini berkaitan dengan frekuensi gelombang pada fungsi basis DCT. Jika frekuensi fungsi basisnya kecil, maka koefisien yang berkorespondensi disebut koefisien frekuensi rendah. Gambar 2.3 menunjukkan contoh pembagian koefisien berdasarkan frekuensinya pada DCT 8 x 8 menurut Hernandez (2000, hal:61). LF menyatakan daerah koefisien frekuensi rendah, MH menyatakan daerah koefisien frekuensi menengah, dan HF menyatakan daerah koefisien frekuensi tinggi. Gambar 2.3 Pembagian Koefisien Frekuensi DCT Untuk Ukuran Blok 8 x Penyisipan Bit Randomly Sequenced Pulse Position Modulated Code (RSPPMC) adalah metode yang diusulkan oleh Koch dan Zao. Metode ini berdasarkan prinsip format citra JPEG, yaitu membagi citra menjadi blok-blok 8 x 8 dan kemudian dilakukan transformasi DCT. Penggunaan teknik penyisipan bit pada tugas akhir ini didasarkan pada cara RSPPMC ini.

16 Proses penyisipan watermark dengan metode Discrete Cosine Transform (DCT) adalah metode kompresi DCT yang dimodifikasi dengan melakukan manipulasi pada kawasan frekuensi hasil DCT. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zheng et al (2008, hal:283), maka luas watermark maksimum yang dapat ditampung dalam suatu citra asli adalah : 2 N Luas _ max = (2.6) 64 dimana N adalah panjang sisi citra asli. Dalam penelitian ini, ukuran blok yang digunakan adalah 8 x 8 sehingga luas blok adalah 64. Di setiap blok 8 x 8 citra asli disisipkan 1 bit watermark. Oleh karena itu, syarat suatu watermark dapat ditampung dalam citra asli adalah : Mw Nw Luas _ max (2.7) dimana Mw adalah panjang citra watermark dan Nw adalah lebar citra watermark. Dengan kata lain, luas dari citra watermark harus lebih kecil atau sama dengan luas watermark maksimum. Teknik menyisipkan informasi bit pada matrix hasil DCT dua dimensi merupakan penyederhanaan dari teknik RSPPMC dari IEEE. Ada beberapa cara dalam menentukan pemilihan posisi penyisipan watermark. Menurut Fahmi (2007, hal:19), yang perlu diperhatikan adalah pemilihan posisi penyisipan watermark karena dapat berpengaruh pada fidelity dan robustness. Penyisipan pada koefisien berfrekuensi rendah lebih robust (tahan) terhadap modifikasi citra, tetapi lebih mudah mengakibatkan perubahan yang dapat terlihat. Sebaliknya, penyisipan pada koefisien berfrekuensi tinggi tidak mengakibatkan perubahan yang terlalu besar, tetapi kurang robust terhadap modifikasi citra. Karena itu, sebagai trade off antara fidelity dan robustness, banyak skema watermarking yang melakukan penyisipan pada koefisien frekuensi menengah. Pada matrix hasil DCT, frekuensi tengah biasanya berada daerah dengan nomor baris antara 4 sampai 7 atau nomor kolom antara 4 sampai 7. Dalam

17 menyisipkan bit, terlebih dahulu pilih dua lokasi matriks yang berada pada frekuensi menengah. Kedua lokasi tersebut sebaiknya memiliki jumlah baris dan kolom yang sama agar berada pada frekuensi yang dekat (Rodiah, 2004). Dalam tugas akhir ini, kedua lokasi frekuensi menengah yang dipilih adalah blok (5,2) dan blok (4,3). Langkah-langkah yang lebih jelas dalam memodifikasi matriks transformasi DCT terdapat pada sub bab 3.3 di BAB Korelasi Ekstraksi watermark dapat dilakukan dengan cara membandingkan koefisien DCT citra yang diduga memiliki watermark dengan koefisien DCT citra asli. Data watermark yang diekstraksi kemudian dibandingkan dengan data watermark asli. Korelasi adalah penghitungan perbedaan antara dua matriks. Salah satu cara untuk membandingkan watermark adalah dengan menghitung koefisien korelasi dan dibandingkan sampai batas tertentu. Jika koefisien korelasi mendekati atau sama dengan nilai batas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa watermark yang diekstraksi dari citra yang diuji memiliki kemiripan dengan watermark asli (Fahmi, 2007). Dalam tugas akhir ini, batas korelasi yang ditetapkan adalah 1. Menurut Murinto (2005, hal:4), nilai korelasi dapat dihitung dengan persamaan berikut : i NC = 2 W i j j W W ij ij ij ' (2.8) Keterangan : 1. W ij adalah nilai pixel pada lokasi (i,j) untuk watermark asli. 2. W ij adalah nilai pixel pada lokasi (i,j) untuk watermark hasil ekstraksi.

18 3. NC adalah korelasi atau normalized cross correlation. 2.7 Kelebihan dan Kekurangan DCT Menurut Kurniawan (2006, hal:3), kelebihan dari metode DCT adalah kokoh terhadap manipulasi pada stego-object. Selain itu, metode DCT juga tahan terhadap kompresi. Sedangkan kelemahan dari metode ini terletak pada kesulitan dalam pengimplementasiannya karena harus melalui langkah-langkah yang panjang sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan penyisipan. 2.8 Penelitian Sejenis Beberapa teknik watermarking yang pernah diteliti adalah : 1. LSB (Least Significant Bit). Diperkenalkan pertama kali oleh Ayman M. Ahmed dan Dwight D. Day dalam jurnal penelitiannya yang berjudul OrthogonalTransforms for Digital Signal Processing pada tahun Metode ini merupakan metode yang paling sederhana, tetapi yang paling tidak tahan terhadap segala proses yang dapat mengubah nilai-nilai intensitas pada citra. Metode ini akan mengubah nilai LSB komponen luminansi atau warna menjadi bit yang bersesuain dengan bit label yang akan disembunyikan. Memang metode ini akan menghasilkan citra rekonstruksi yang sangat mirip dengan aslinya karena hanya mengubah nilai bit terakhir dari data. Tetapi sayang tidak tahan terhadap proses-proses yang dapat mengubah data citra, terutama kompresi JPEG. Metode ini paling mudah diserang, karena bila pihak lain tahu maka tinggal membalikkan nilai dari LSB-nya dan data label akan hilang seluruhnya. 2. Patchwork. Metode ini diusulkan oleh W. Bender, D. Gruhl, N. Morimoto, dan A Lu pada IBM Systems Journal dengan jurnalnya yang berjudul Techniques For Data

19 Hiding di tahun Metode ini menanamkan label 1 bit pada citra digital dengan menggunakan pendekatan statistik. Ketahanan metode ini terhadap kompresi JPEG dengan parameter kualitas 75 % adalah dapat dibaca dengan probabilitas kebenaran sebesar 85 %. 3. Pitas dan Kaskalis. Diperkenalkan oleh I. Pitas dan T.H. Kaskalis pada IEEE Workshop on Nonlinear Image and Signal Processing dengan jurnalnya yang berjudul Applying Signatures on Digital Images di tahun Metode ini membagi citra menjadi dua subset sama besar dimana jumlah biner 1 sama dengan jumlah biner 0. Kemudian salah satu subset ditambahkan dengan faktor k (bulat positif) yang diperoleh dari perhitungan variansi kedua subset. Verifikasi dilakukan dengan menghitung perbedaan rata-rata antara kedua subset dengan nilai harapan k. Metode ini tahan terhadap kompresi JPEG dengan faktor kualitas sekitar 90 %. 4. Caroni. Diperkenalkan oleh J. Caroni pada jurnalnya yang berjudul Assuring Ownership Rights For Digital Images pada tahun Metode ini membagi citra menjadi beberapa blok, kemudian setiap pixel dari blok akan dinaikkan dengan faktor tertentu apabila ingin menanamkan bit 1 dan nilai pixel akan dibiarkan apabila ingin menanam bit 0. Metode ini tahan terhadap kompresi JPEG dengan faktor kualitas 30 %. 5. Cox. Diperkenalkan oleh J. Cox, Joe Kilian, F. Thomson Leighton, dan Talal Shamoon pada IEEE Image Processing dengan jurnalnya yang berjudul Secure Spread Spectrum Watermarking For Multimedia di tahun Metode ini menyembunyikan sejumlah bit label pada komponen luminansi dari citra dengan membagi atas blok-blok, kemudian setiap pixel dari satu blok akan dinaikkan dengan faktor tertentu bila ingin menanamkan bit 1 dan nilainilai pixel dari blok akan dibiarkan bila akan menanamkan bit 0. Jika rata-rata dari satu blok pixel melewati suatu nilai (threshold) tertentu, maka

20 akan dinyatakan sebagai bit 1. Bila tidak, maka akan dinyatakan sebagai bit 0. Setelah mengalami kompresi JPEG, metode ini dapat tahan terhadap faktor kualitas sebesar 30 %. 6. Randomly Sequenced Pulse Position Modulated Code (RSPPMC). Metode ini diusulkan oleh J. Zhao dan E. Koch dalam jurnalnya yang berjudul Towards Robust And Hidden Image Copyright Labeling pada tahun Metode ini bekerja pada domain DCT dengan membagi citra menjadi blokblok 8 x 8 dan kemudian dilakukan transformasi DCT. Setelah itu, koefisienkoefisien DCT tersebut diubah sedemikian rupa sehingga akan mengandung informasi 1 bit dari label, seperti dipilih dua atau tiga koefisien untuk disesuaikan dengan bit label yang akan ditanamkan. Contohnya, untuk menanamkan bit 1 ke dalam suatu koefisien DCT, koefisien kedua harus diubah sedemikian rupa sehingga lebih kecil dari koefisien pertama. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode RSPPMC (Randomly Sequenced Pulse Position Modulated Code).

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia digital, terutama dengan berkembangnya internet, menyebabkan informasi dalam berbagai bentuk dan media dapat tersebar dengan cepat tanpa

Lebih terperinci

WATERMARKING MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM

WATERMARKING MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM Jur. Ris. Ap. Mat. Vol. 1, No. 1 (2017), pp. 1 52. Jurnal Riset dan Aplikasi Matematika e-issn 2581-0154 URL: journal.unesa.ac.id/index.php/jram WATERMARKING MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi terutama pada dunia digital pada saat ini memungkinkan informasi dalam berbagai bentuk dan media dapat tersebar dengan cepat tanpa batas ruang

Lebih terperinci

TUGAS SEKURITI KOMPUTER

TUGAS SEKURITI KOMPUTER TUGAS SEKURITI KOMPUTER DIGITAL WATERMARK Disusun Oleh : Nama : Fauzan Bekti Nugroho NIM : 3085113013 Dosen : IKRIMACH, S.Kom PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II. DASAR TEORI 2.1 CITRA DIGITAL

BAB II. DASAR TEORI 2.1 CITRA DIGITAL BAB II. DASAR TEORI Bab dasar teori ini menguraikan mengenai beberapa pengetahuan dan hal mendasar yang melatarbelakangi watermarking pada citra digital. Dasar teori ini dibagi menjadi empat bagian utama,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab pertama dari laporan Tugas Akhir yang berisi pendahuluan. Bab pendahuluan diuraikan menjadi sub bab latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah,

Lebih terperinci

STUDI DAN IMPLEMENTASI NON BLIND WATERMARKING DENGAN METODE SPREAD SPECTRUM

STUDI DAN IMPLEMENTASI NON BLIND WATERMARKING DENGAN METODE SPREAD SPECTRUM STUDI DAN IMPLEMENTASI NON BLIND WATERMARKING DENGAN METODE SPREAD SPECTRUM Bayu Adi Persada NIM : 13505043 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEKNIK PENYEMBUNYIAN DATA DALAM DOMAIN SPASIAL DAN DOMAIN FREKUENSI PADA IMAGE WATERMARKING

PERBANDINGAN TEKNIK PENYEMBUNYIAN DATA DALAM DOMAIN SPASIAL DAN DOMAIN FREKUENSI PADA IMAGE WATERMARKING PERBANDINGAN TEKNIK PENYEMBUNYIAN DATA DALAM DOMAIN SPASIAL DAN DOMAIN FREKUENSI PADA IMAGE WATERMARKING Bayu Adi Persada NIM : 13505043 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, BAB II LANDASAN TEORI II.1 Citra Digital Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, melainkan sebuah representasi dari citra asal yang bersifat analog [3]. Citra digital ditampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi internet dalam beberapa tahun terakhir ini, telah membawa perubahan besar bagi distribusi media digital. Media digital yang dapat berupa

Lebih terperinci

STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI HASH

STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI HASH STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI HASH Fahmi Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan komputer digital dan perangkat perangkat lainnya yang serba digital, ada beberapa faktor yang membuat data digital seperti audio, citra, dan video

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas landasan teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan penelitian ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian citra, jenis-jenis citra digital, metode

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

Watermarking Audio File dengan Teknik Echo Data Hiding dan Perbandingannya dengan Metode LSB dan Phase Coding

Watermarking Audio File dengan Teknik Echo Data Hiding dan Perbandingannya dengan Metode LSB dan Phase Coding Watermarking Audio File dengan Teknik Echo Data Hiding dan Perbandingannya dengan Metode LSB dan Phase Coding Roy Indra Haryanto - 13508026 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN... INTISARI... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) atau yang secara umum disebut gambar merupakan representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Metode DCT dan SVD pada Image Watermarking

Studi Perbandingan Metode DCT dan SVD pada Image Watermarking Studi Perbandingan Metode DCT dan SVD pada Image Watermarking Shofi Nur Fathiya - 13508084 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Secara umum steganografi merupakan seni atau ilmu yang digunakan untuk menyembunyikan pesan rahasia dengan segala cara sehingga selain orang yang dituju, orang lain

Lebih terperinci

WATERMARKING PADA BEBERAPA KELUARGA WAVELET

WATERMARKING PADA BEBERAPA KELUARGA WAVELET JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 7. No. 3, 18-25, Desember 2004, ISSN : 1410-8518 WATERMARKING PADA BEBERAPA KELUARGA WAVELET Aris Sugiharto, Eko Adi Sarwoko Jurusan Matematika FMIPA Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra digital.

Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra digital. PSNR Histogram Nilai perbandingan antara intensitas maksimum dari intensitas citra terhadap error citra. Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Steganografi Steganografi adalah mekanisme penanaman atau penyisipan pesan (m) kedalam sebuah cover objek (c) menggunakan kunci (k) untuk berbagi rahasia kepada orang lain,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebelumnnya penelitian ini dilakukan oleh Arif,2008 yang dilakukan untuk mencoba membuat perangkat lunak penyembunyian gambar ke gambar dengan metode 4

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

BAB IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK BAB IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK Pada bab empat laporan Tugas Akhir ini akan diuraikan mengenai analisis dan perancangan perangkat lunak untuk watermarking pada citra digital yang berformat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Multimedia Sebelum membahas tentang watermarking sebagai perlindungan terhadap hak cipta, ada baiknya terlebih dahulu dibicarakan tentang pengertian multimedia. Multimedia memiliki

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Citra diam yaitu citra tunggal yang tidak bergerak. Contoh dari citra diam adalah foto.

BAB II DASAR TEORI. 1. Citra diam yaitu citra tunggal yang tidak bergerak. Contoh dari citra diam adalah foto. BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi penjelasan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan tugas akhir. Dasar teori yang akan dijelaskan meliputi penjelasan mengenai citra, penjelasan mengenai citra GIF,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Kata steganografi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari steganos (tersembunyi) graphen (menulis), sehingga bisa diartikan sebagai tulisan yang tersembunyi.

Lebih terperinci

Pada tugas akhir ini citra yang digunakan adalah citra diam.

Pada tugas akhir ini citra yang digunakan adalah citra diam. BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi penjelasan mengenai seluruh dasar teori yang berkaitan dengan kegiatan tugas akhir. Dasar dasar teori yang akan dijelaskan adalah penjelasan mengenai citra, penjelasan

Lebih terperinci

A B C D E A -B C -D E

A B C D E A -B C -D E 7 A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y A -B C -D E -F G -H I -J K -L M -N O -P Q -R S -T U -V W -X Y Gambar 10 Perubahan nilai-nilai DCT akibat rotasi 180 0. Rotasi 270 0 Perubahan letak dan

Lebih terperinci

Stenografi dan Watermarking. Esther Wibowo Erick Kurniawan

Stenografi dan Watermarking. Esther Wibowo Erick Kurniawan Stenografi dan Watermarking Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Stenografi Teknik menyembunyikan data rahasia di dalam media digital. Memerlukan : Wadah penampung

Lebih terperinci

2

2 SISTEM WATERMARKING UNTUK DETEKSI DAN RECOVERY CITRA MEDIS TERMODIFIKASI MENGGUNAKAN DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT) DAN ABSOLUTE MOMENT BLOCK TRUNCATION CODING (AMBTC) Nida Mujahidah Azzahra 1, Adiwijaya

Lebih terperinci

PENYISIPAN WATERMARK MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM PADA CITRA DIGITAL

PENYISIPAN WATERMARK MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM PADA CITRA DIGITAL Jurnal Informatika Polinema ISSN: 407-070X PENYISIPAN WATERMARK MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM PADA CITRA DIGITAL Reza Agustina, Rosa Andrie Asmara Teknik Informatika, Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi penjelasan mengenai teori teori yang berkaitan dengan skripsi. Dasar teori yang akan dijelaskan meliputi penjelasan mengenai citra, penjelasan mengenai citra GIF, penjelasan

Lebih terperinci

PENERAPAN WATERMARKING UNTUK PENYISIPAN HAK CIPTA PADA CITRA DIGITAL DENGAN METODE COX ANTONIUS JEMI G

PENERAPAN WATERMARKING UNTUK PENYISIPAN HAK CIPTA PADA CITRA DIGITAL DENGAN METODE COX ANTONIUS JEMI G PENERAPAN WATERMARKING UNTUK PENYISIPAN HAK CIPTA PADA CITRA DIGITAL DENGAN METODE COX ANTONIUS JEMI G 64103052 DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu system perekaman data dapat bersifat optik berupa foto,

Lebih terperinci

* Kriptografi, Week 13

* Kriptografi, Week 13 * Kriptografi, Week 13 Sejarah Watermarking Watermarking sudah ada sejak 700 tahun yang lalu. Pada akhir abad 13, pabrik kertas di Fabriano, Italia, membuat kertas yang diberi watermark atau tanda-air

Lebih terperinci

N, 1 q N-1. A mn cos 2M , 2N. cos. 0 p M-1, 0 q N-1 Dengan: 1 M, p=0 2 M, 1 p M-1. 1 N, q=0 2. α p =

N, 1 q N-1. A mn cos 2M , 2N. cos. 0 p M-1, 0 q N-1 Dengan: 1 M, p=0 2 M, 1 p M-1. 1 N, q=0 2. α p = tulisan. Secara umum, steganografi dapat diartikan sebagai salah satu cara menyembunyikan suatu pesan rahasia (message hiding) dalam data atau pesan lain yang tampak tidak mengandung apa-apa sehingga keberadaan

Lebih terperinci

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital Latifatul Machbubah, Drs. Soetrisno, MI.Komp Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo Citra Digital Petrus Paryono Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Studi Tentang Pencitraan Raster dan Pixel Citra Digital tersusun dalam bentuk raster (grid atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra 2.1.1 Definisi Citra Secara harfiah, citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Jika dipandang dari sudut pandang matematis, citra merupakan hasil pemantulan

Lebih terperinci

artifak / gambar dua dimensi yang memiliki kemiripan tampilan dengan sebuah subjek. - wikipedia

artifak / gambar dua dimensi yang memiliki kemiripan tampilan dengan sebuah subjek. - wikipedia ! image image / graphic? artifak / gambar dua dimensi yang memiliki kemiripan tampilan dengan sebuah subjek. - wikipedia dari sisi engineering? pixel? pixel pixel = picture element satuan terkecil pada

Lebih terperinci

Analisis dan Implementasi Watermark untuk Copyright Image Labelling

Analisis dan Implementasi Watermark untuk Copyright Image Labelling Analisis dan Implementasi Watermark untuk Copyright Image Labelling Abstrak Muhammad Luthfi Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha

Lebih terperinci

ANALISA WATERMARKING MENGGUNAKAN TRASNFORMASI LAGUERRE

ANALISA WATERMARKING MENGGUNAKAN TRASNFORMASI LAGUERRE ANALISA WATERMARKING MENGGUNAKAN TRASNFORMASI LAGUERRE Muhamad Sofwan & Dadang Gunawan Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia ABSTRAK Teknik watermarking dibagi menjadi dua, yaitu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Masalah Citra adalah gambar yang berada pada bidang dua dimensi. Agar dapat diproses lebih lanjut, sebuah citra disimpan di dalam bentuk digital. Ukuran citra digital

Lebih terperinci

1. Grafis Bitmap Dan Vektor 2. Konsep Warna Digital 3. Gambar Digital 4. Editing Gambar Photoshop 5. Membuat Kop Web

1. Grafis Bitmap Dan Vektor 2. Konsep Warna Digital 3. Gambar Digital 4. Editing Gambar Photoshop 5. Membuat Kop Web 4/7/2010 Pelatihan Kopertis VI 6 s.d 8 April 2010 1 1. Grafis Bitmap Dan Vektor 2. Konsep Warna Digital 3. Gambar Digital 4. Editing Gambar Photoshop 5. Membuat Kop Web 4/7/2010 Pelatihan Kopertis VI 6

Lebih terperinci

LOGO PEMBERIAN TANDA AIR MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI RATA-RATA DENGAN DOMAIN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT. Tulus Sepdianto

LOGO PEMBERIAN TANDA AIR MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI RATA-RATA DENGAN DOMAIN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT. Tulus Sepdianto LOGO PEMBERIAN TANDA AIR MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI RATA-RATA DENGAN DOMAIN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT Tulus Sepdianto 1206100002 PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan internet secara global Distribusi

Lebih terperinci

KETAHANAN WATERMARKING TERHADAP SERANGAN KOMPRESI JPEG

KETAHANAN WATERMARKING TERHADAP SERANGAN KOMPRESI JPEG KETAHANAN WATERMARKING TERHADAP SERANGAN KOMPRESI JPEG Aris Sugiharto dan Helmie Arif Wibawa Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275 Abstract. is one of the methods that

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

Digital Watermarking

Digital Watermarking Digital Watermarking Data dan informasi disajikan dalam bentuk format : digital, teks, citra, audio, maupun video. Produk digital lainnya, mempunyai beberapa karakteristik, antara lain: Penggandaan (Copy)

Lebih terperinci

STEGANOGRAFI DENGAN METODE PENGGANTIAN LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB)

STEGANOGRAFI DENGAN METODE PENGGANTIAN LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) J. Pilar Sains 6 (2) 2007 Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Riau ISSN 1412-5595 STEGANOGRAFI DENGAN METODE PENGGANTIAN LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) Astried Jurusan Matematika FMIPA UNRI Kampus Bina

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Batasan Masalah... 2 1.4 Tujuan... 3 1.5 Manfaat...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang perlunya penyisipan watermark di dalam citra digital, perumusan masalah secara sistematis, serta metodologi yang digunakan untuk memecahkan masalah yang

Lebih terperinci

Model Citra (bag. 2)

Model Citra (bag. 2) Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi

Lebih terperinci

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness Evan 13506089 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : if16089@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakses dengan berbagai media seperti pada handphone, ipad, notebook, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. diakses dengan berbagai media seperti pada handphone, ipad, notebook, dan sebagainya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang meningkat pesat seperti mudahnya internet diakses dengan berbagai media seperti pada handphone, ipad, notebook, dan sebagainya

Lebih terperinci

Aplikasi Pembesaran Citra Menggunakan Metode Nearest Neighbour Interpolation

Aplikasi Pembesaran Citra Menggunakan Metode Nearest Neighbour Interpolation Aplikasi Pembesaran Citra Menggunakan Metode Nearest Neighbour Interpolation Daryanto 1) 1) Prodi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember Email: 1) daryanto@unmuhjember.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan internet yang semakin canggih sangat membawa kemajuan yang semakin berarti dalam berbagai aspek terutama bagi negara yang berkembang. Perkembangan

Lebih terperinci

KONSEP PENYANDIAN FILE JPEG DENGAN MENGGUNAKAN METODE LSB

KONSEP PENYANDIAN FILE JPEG DENGAN MENGGUNAKAN METODE LSB KONSEP PENYANDIAN FILE JPEG DENGAN MENGGUNAKAN METODE LSB Haikal Nando Winata1, Raja Nasrul Fuad2 Institut Teknologi Medan - Fakultas Teknologi Industri, Prodi Teknik Informatika ekalnata@itm.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS

ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS Efriawan Safa (12110754) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisimangaraja No. 338 Simpang Limun www.inti-budidarma.com

Lebih terperinci

BAB III. ANALISIS MASALAH

BAB III. ANALISIS MASALAH BAB III. ANALISIS MASALAH Pada bab tiga laporan Tugas Akhir ini akan dibahas mengenai analisis pemecahan masalah untuk pengubahan logo biner menjadi deretan bilangan real dan proses watermarking pada citra.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DIGITAL WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE DISCRETE HARTLEY TRANSFORM (DHT)

IMPLEMENTASI DIGITAL WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE DISCRETE HARTLEY TRANSFORM (DHT) IMPLEMENTASI DIGITAL WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE DISCRETE HARTLEY TRANSFORM (DHT) Yuri Arianto 1, Kadek Suarjuna Batubulan 2, Arthur Ahmad Fauzi 3 1,2,3 Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. linear sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu analisis,

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. linear sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu analisis, BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Perancangan program aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu analisis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan-penyimpangan berupa penduplikatan-penduplikatan atau

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan-penyimpangan berupa penduplikatan-penduplikatan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan teknologi baru, khusus pengolahan citra telah membuat perlunya teknik-teknik yang dapat digunakan untuk memberi perlindungan hak cipta pada suatu

Lebih terperinci

Mengapa menggunakan format image BITMAP & VECTOR?

Mengapa menggunakan format image BITMAP & VECTOR? Mengapa menggunakan format image BITMAP & VECTOR? Gambar-gambar grafis yang diproses menggunakan komputer terbagi menjadi dua jenis, yaitu bitmap dan vektor. Jika ingin mendapatkan sebuah hasil cetak yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi komputer berperan penting pada kehidupan manusia. Dari hal yang kecil sampai ke berbagai hal yang sangat rumit sekalipun bisa dikerjakan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengenalan Citra

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengenalan Citra BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra merupakan representasi (gambaran) dari sebuah objek nyata yang dihasilkan oleh alat digital. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat

Lebih terperinci

DIGITAL WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL FOTOGRAFI METODE DISCRETE WAVELET TRANSFORM

DIGITAL WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL FOTOGRAFI METODE DISCRETE WAVELET TRANSFORM Prosiding Seminar Informatika Aplikatif Polinema 2015 (SIAP~2015) ISSN: 2460-1160 DIGITAL WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL FOTOGRAFI METODE DISCRETE WAVELET TRANSFORM Mohamad Sulthon Fitriansyah 1, Cahya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Steganografi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu kata steganos yang artinya tulisan tersembunyi (covered writing) dan kata graphos yang berarti tulisan. Sehingga steganografi

Lebih terperinci

Studi dan Analisis Teknik-Teknik Steganografi Dalam Media Audio

Studi dan Analisis Teknik-Teknik Steganografi Dalam Media Audio Studi dan Analisis Teknik-Teknik Steganografi Dalam Media Audio Pudy Prima - 13508047 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang akan digunakan pada saat penelitian. Teori yang dibahas meliputi teori-teori tentang steganogtafi, kriteria dari steganografi, media

Lebih terperinci

Penerapan Reversible Contrast Mapping pada Audio Watermarking

Penerapan Reversible Contrast Mapping pada Audio Watermarking Vol. 8, No.2, 102-109, Januari 2012 Penerapan Reversible Contrast Mapping pada Audio Watermarking Hendra dan Marzhelly Djuan Kristanta Abstrak Perkembangan teknologi informasi dalam hal pertukaran informasi

Lebih terperinci

WATERMARKING DENGAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA CITRA DIGITAL

WATERMARKING DENGAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA CITRA DIGITAL SEMIN HASIL TUGAS AKHIR 1 WATERMKING DENGAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGUL PADA CITRA DIGITAL Oleh : Latifatul Machbubah NRP. 1209 100 027 JURUSAN MATEMATI FAKULTAS MATEMATI DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang dapat diolah oleh komputer (Sutoyo & Mulyanto, 2009). Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

Pengantar: Prisoner s Problem

Pengantar: Prisoner s Problem Steganografi 1 Pengantar: Prisoner s Problem Alice Bob Fred Pesan rahasia: Lari jam satu 2 Bagaimana Bob mengirim pesan rahasia kepada Alice tanpa diketahui oleh Fred? Alternatif 1: mengenkripsinya xjt#9uvmy!rc$

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Istilah citra biasanya digunakan dalam bidang pengolahan citra yang berarti gambar. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi, di mana dan adalah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. perancangan dan pembuatan akan dibahas dalam bab 3 ini, sedangkan tahap

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. perancangan dan pembuatan akan dibahas dalam bab 3 ini, sedangkan tahap BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Perancangan program aplikasi dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential (waterfall). Metode ini menggunakan beberapa tahapan yaitu analisis, perancangan, pengkodean/pembuatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Analog

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Analog BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Analog Citra analog adalah citra yang terdiri dari sinyal sinyal frekuensi elektromagnetis yang belum dibedakan sehingga pada umumnya tidak dapat ditentukan ukurannya. Analog

Lebih terperinci

ijns.org Indonesian Journal on Networking and Security - Volume 5 No 3 Agustus 2016

ijns.org Indonesian Journal on Networking and Security - Volume 5 No 3 Agustus 2016 Implementasi Watermarking Metode LSB Pada Citra Guna Perlindungan Karya Cipta Fauzan Masykur Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Ponorogo fauzan.art@gmail.com Abstract - Protection of copyright on

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Steganografi Steganografi merupakan seni komunikasi rahasia dengan menyembunyikan pesan pada objek yang tampaknya tidak berbahaya. Keberadaan pesan steganografi adalah rahasia.

Lebih terperinci

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu kryptos yang berarti tersembunyi dan graphein yang berarti menulis. Kriptografi adalah bidang ilmu yang mempelajari teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengirim pesan secara tersembunyi agar tidak ada pihak lain yang mengetahui.

BAB I PENDAHULUAN. mengirim pesan secara tersembunyi agar tidak ada pihak lain yang mengetahui. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seringkali seseorang yang hendak mengirim pesan kepada orang lain, tidak ingin isi pesan tersebut diketahui oleh orang lain. Biasanya isi pesan tersebut bersifat

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Contoh citra biner

Gambar 2.1 Contoh citra biner BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau gambar dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y), di mana x dan y adalah koordinat bidang datar, dan harga fungsi f di setiap pasangan koordinat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Steganografi adalah seni komunikasi dengan menyembunyikan atau menyamarkan keberadaan pesan rahasia dalam suatu media penampungnya sehingga orang lain tidak menyadari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

Watermarking pada Citra Warna Menggunakan Teknik SVD DCT Berdasarkan Local Peak SNR

Watermarking pada Citra Warna Menggunakan Teknik SVD DCT Berdasarkan Local Peak SNR 111 ISSN 1979-2867 (print) Electrical Engineering Journal Vol. 1 (2011) No. 2, pp. 111-130 Watermarking pada Citra Warna Menggunakan Teknik SVD DCT Berdasarkan Local Peak SNR Daniel Setiadikarunia dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Masalah keamanan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari

BAB II LANDASAN TEORI. Masalah keamanan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keamanan data Masalah keamanan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari sebuah sistem informasi. Tapi yang sangat di sayangkan, masalah keamanan ini kurang mendapat

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR DIGITAL IMAGE WATERMARKING MENGGUNAKAN METODE IMAGE BLENDING. Disusun Oleh : : Ika Maulina : A

LAPORAN TUGAS AKHIR DIGITAL IMAGE WATERMARKING MENGGUNAKAN METODE IMAGE BLENDING. Disusun Oleh : : Ika Maulina : A LAPORAN TUGAS AKHIR DIGITAL IMAGE WATERMARKING MENGGUNAKAN METODE IMAGE BLENDING Disusun Oleh : Nama NIM : Ika Maulina : A11.2006.03184 Program Studi : Teknik Informatika FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Steganografi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Steganografi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Steganografi adalah seni dan ilmu menulis pesan tersembunyi atau menyembunyikan pesan dengan suatu cara sehingga selain si pengirim dan si penerima, tidak ada seorangpun

Lebih terperinci

WATERMARKI G PADA DOMAI FREKUE SI U TUK MEMBERIKA IDE TITAS (WATERMARK) PADA CITRA DIGITAL

WATERMARKI G PADA DOMAI FREKUE SI U TUK MEMBERIKA IDE TITAS (WATERMARK) PADA CITRA DIGITAL WATERMARKI G PADA DOMAI FREKUE SI U TUK MEMBERIKA IDE TITAS (WATERMARK) PADA CITRA DIGITAL Zaki Rakhmatulloh, Aris Sugiharto, Eko Adi Sarwoko Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. Soedarto, Kampus UNDIP

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL CODING

KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL CODING KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL CODING Abdul Halim Hasugian Dosen Tetap Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang Limun Medan www.stmik-budidarma.ac.id//email:abdulhasugian@gmail.co.id

Lebih terperinci

METODE BLIND IMAGE-WATERMARKING BERBASIS CHAOS DALAM RANAH DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT)

METODE BLIND IMAGE-WATERMARKING BERBASIS CHAOS DALAM RANAH DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT) METODE BLIND IMAGE-WATERMARKING BERBASIS CHAOS DALAM RANAH DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT) Rinaldi Munir 1, Bambang Riyanto 2, Sarwono Sutikno 3, Wiseto P. Agung 4 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi tidak hanya mendorong kecenderungan orang untuk saling berkomunikasi semata. Tuntutan menjadi semakin kompleks sehingga masalah

Lebih terperinci

Blind Watermarking Citra Digital Pada Komponen Luminansi Berbasis DCT (Discrete Cosine Transform) Irfan Hilmy Asshidiqi ( )

Blind Watermarking Citra Digital Pada Komponen Luminansi Berbasis DCT (Discrete Cosine Transform) Irfan Hilmy Asshidiqi ( ) Blind Watermarking Citra Digital Pada Komponen Luminansi Berbasis DCT (Discrete Cosine Transform) Irfan Hilmy Asshidiqi (0822048) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi (cryptography) merupakan ilmu dan seni untuk menjaga pesan agar aman. (Cryptography is the art and science of keeping messages secure) Crypto berarti secret

Lebih terperinci

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan koneksi menggunakan saluran yang aman ini cenderung lambat.

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan koneksi menggunakan saluran yang aman ini cenderung lambat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet saat ini menjadi bagian yang sangat penting bagi insfrastruktur komunikasi di dunia. Pertukaran informasi melalui internet memiliki banyak kelebihan dibandingkan

Lebih terperinci