PEMBAHASAN UMUM. Konsep Pengembangan Teknik Budidaya Tanaman Menggunakan Strip Olah Tanah Terbatas Beririgasi Bawah Permukaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBAHASAN UMUM. Konsep Pengembangan Teknik Budidaya Tanaman Menggunakan Strip Olah Tanah Terbatas Beririgasi Bawah Permukaan"

Transkripsi

1 119 PEMBAHASAN UMUM Konsep Pengembangan Teknik Budidaya Tanaman Menggunakan Strip Olah Tanah Terbatas Beririgasi Bawah Permukaan Lahan kering merupakan salah satu sumberdaya lahan yang mempunyai peluang untuk pengembangan pertanian pangan, terutama pada lahan-lahan yang memiliki hambatan teknis sedang dan ringan. Salah satu solusi untuk meningkatkan produktivitas tanah diperlukan masukan berupa bahan organik, pupuk buatan disertai pengelolaan tanah yang baik dan dengan penerapan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Pengembangan teknologi pemanfaatan lahan marjinal agar menjadi lahan produktif masih menjadi peluang besar dalam pembangunan pertanian di Indonesia. a b c Gambar 56 a) Pengolahan tanah di Indonesia umumnya secara konvensional, b) Tanah-tanah marjinal merupakan sasaran dalam usaha perluasan areal pertanian (ekstensifikasi) di masa yang akan datang, dan c) Salah satu tanah yang digolongkan pada marginal tersebut adalah tanah podsolik merah kuning bertekstur tanah lempung berliat Perbaikan media tanam berupa hasil olahan tanah dan teknologi irigasi tanaman yang tepat merupakan salah satu upaya pemecahan masalah di lahan marjinal. Upaya perbaikan lahan marjinal dapat difokuskan pada usaha reklamasi lahan tambang menjadi lahan pertanian produktif. Teknik budidaya yang melakukan perbaikan teknologi pengolahan tanah beserta teknologi aliran air irigasi tanaman dapat menjadi salah satu alternatif bagi pengembangan perbaikan kualitas lahan. Hal-hal yang telah disebutkan di atas menjadi dasar dilakukan penyempurnaan dan perbaikan teknik budidaya tanaman semusim yang bersifat spesifik lokasi kondisi lahan antara lain dengan aspek-aspek sebagai berikut:

2 120 Aspek pertama adalah teknologi pengolahan tanah yang menjadi pertimbangan alternatif merupakan pengolahan tanah terbatas (secara strip). Secara umum pengolahan tanah merupakan usaha membentuk keadaan fisik tanah yang baik dengan membetuk hasil olahan tanah yang efektif guna mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah terbatas (secara strip) memilki beberapa keuntungan dibandingkan dengan metode pengolahan tanah lainnya. Aspek kedua adalah pengairan ruang olah tanah di mana dengan mempertimbangkan penerapan pada kondisi lahan marginal lempung berliat yang diaplikasikan bersama irigasi bawah permukaan. Aspek ketiga adalah memodifikasi kedua teknik diatas dengan mengkombinasikan keduanya sehingga menjadi suatu teknik budidaya bagi tanaman semusim yang bersifat menyediakan kebutuhan air tanaman dari bawah perakaran serta pengolahan tanah yang terbatas bersifat konservasi lahan, selain itu memberikan kemudahan ruang diantara strip olahan bagi operator perawatan budidaya tanaman. Aspek-aspek di atas dalam penelitian ini dibuat rancangan konsep dari suatu teknik budidaya tanaman semusim bentuk modifikasi paduan teknik strip olah tanah terbatas dan teknik irigasi bawah permukaan seperti ditunjukkan pada Gambar 57. Aplikasi penelitian ini merupakan alternatif perbaikan lahan marjinal yang dikembangkan kearah aplikasi suatu invensi teknik budidaya tanaman pada lahan tanah lempung berliat. Teknik budidaya difokuskan pada upaya pengaliran irigasi yang menyebabkan distribusi pergerakan air dalam tanah olahan dari dasar olahan tanah (irigasi bawah permukaan) pada agregat tanah berliat. Pergerakan air pada tanah olahan dengan pembatasan dimensi ruang olah tanah merupakan suatu yang baru serta membuka peluang pengembangan teknik budidaya lanjutan. Pengembangan didasarkan pada tipe pengolahan tanah yang diadaptasi dari hasil pengolahan tanah terbatas, sehingga menjadi perbedaan mendasar dari pengembangan teknik budidaya tanaman semusim sebelumnya. Bentuk novelti penelitian difokuskan pada teknik budidaya tanaman semusim dari paduan strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan pada dasar olahannya serta cara pemberian air untuk kebutuhan air tanaman melalui dasar suatu

3 121 strip atau parit pengolahan tanah terbatas untuk lahan kering berupa tegalan atau lahan kecil yang bersifat konservasi (perbaikan lahan). Konsep pengembangan di Gambar 57 Konsep awal pengembangan teknik budidaya tanaman semusim dengan strip olah tanah terbatas beririgasi permukaan Konsep pengembangan teknik dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu: (a) tanaman dan media tanam; (b) parit atau strip; dan (c) sistem pengairan (irigasi) dan drainase. Berikut deskripsi konsep teknik budidaya tanaman semusim yang dikembangkan dalam penelitian ini: tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman semusim (cabai keriting) yang dapat dipanaen 4 bulan. Media tanam berupa tanah yang dapat berasal dari tanah galian strip (parit) dicampur dengan perlakuan penambahan bahan organik kompos. Strip berbentuk cetakan balok berukuran panjang 2 4 m, lebar 0.2 m dan tinggi 0.2 m dengan sisii atas, kanan dan kirinya terbuka dan dibuat dari tanah yang dipadatkan. Sisi-sisi parit dapat dibuat secara permanen atau semi permanen agar dapat digunakan berulang-ulang dengan melakukan perbaikan media tanam saja. Dasar parit dibuat kedap air dengan

4 122 kemiringan 2-3 o yang dapat dibuat hanya dengan tanah yang dipadatkan. Sistem pengairan (irigasi bawah permukaan) dibuat dengan metode pengairan manual/tradisional (intermiten) dimana pada bagian hulu strip olahan tanah terbatas terdapat wadah penyalur air yang dapat disiram langsung. Bagian sisi dasar wadah terdapat lubang pengalir irigasi menghadap kearah strip olahan tanah terbatas. Sistem drainase terletak pada bagian hilir strip yang berfungsi untuk mencegah kelebihan air, khususnya pada musim hujan. Menimbang hal diatas maka penelitian disertasi ini dikuatkan dengan analisaanalisa ilmiah sebagai dasar pengembangan penelitian lanjutan. Analisa-analisa tersebut diantaranya telah dibuatnya model pergerakan air pada suatu tanah liat yang diolah terbatas dengan irigasi bawah permukaan, dimana dihasilkan informasi datadata analisa sifat fisik tanah juga telah dibuat suatu alat ukur (interface) beserta rangkaian apparatus uji pergerakan air pada strip tanah olah yang dilanjutkan dengan analisa pergerakan air dalam suatu pengujian di laboratorium serta validasi di lapangan terhadap kinerja irigasi bawah permukaan pada strip tanah olah dangkal di lapangan dan pengujian teknik budidaya terhadap pertumbuhan tanaman uji. Penelitian Pergerakan Air pada Strip Olah Tanah Terbatas Beririgasi Bawah Permukaan Penelitian ini masih bersifat pengembangan awal sehingga menjadi informasi penting dalam upaya memberikan data-data dasar untuk pengembangan selanjutnya. Sebelum masuk pada tahap-tahap pada penelitian utama dilakukan beberapa penelitian pendukung. Hubungan kegiatan penelitian pendukung pada tahapan penelitian utama dalam disertasi ditunjukkan pada Tabel 18. Penelitian berdasar pada pengembangan konsep kearah aplikasi suatu alternatif teknik budidaya tanaman pada lahan kering dengan tanah bertekstur lempung liat berdebu. Permasalahan selain tekstur dan penambahan bahan organik dalam konsep ketersediaan air bagi tanaman, fenomena pola pergrakan sebaran air pada kondisi tidak jenuh dalam tanah.

5 123 Tabel 18 Hubungan kegiatan penelitian pendukung pada tahapan penelitian utama dalam disertasi dan luaran yang dihasilkan Penelitian pendukung Bahasan utama disertasi Luaran yang dihasilkan Studi awal karakterisrik sebaran kadar air pada strip olahan tanah lempung berliat yang dialirkan air Mempelajari pengaruh pengolahan tanah dan cara pemberian air terhadap pertumbuhan tanaman cabai (Capsicum annuum L). Pengaruh pemberian bahan organik pada tanah liat dan lempung berliat terhadap kemampuan mengikat air Permodelan pergerakan kadar air dalam tanah untuk irigasi bawah permukaan dangkal (review) Karakteristik tanah pada olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan Penambahan bahan organik pada tanah berliat dalam pengolahan tanah terbatas beririgasi bawah permukaan untuk tanaman semusim Model pergerakan sebaran kadar air pada strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan Perancangan aparatus uji dengan interface rangkaian mikrokontroler AT89S52 pengukur pergerakan kadar air Informasi data-data ilmiah Nomor pendaftaran paten: P Program simulasi Model pergerakan kadar air pada strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan dibuat dalam visual basic editor Ms. Excel Perankat keras interface 48 kanal pengukuran Sebaran air pada kondisi tidak jenuh dalam tanah merupakan pergerakan air kapiler. Air kapiler dalam tanah dapat terjadi karena daya kohesi dan adhesi lebih kuat dari gravitasi. Air ini dapat bergerak ke samping atau ke atas karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap) bagi tanaman. Pada penelitian pendukung didapat informasi data sifat fisik tanah untuk tanah tidak diolah (padat) dan tidak diolah sangat penting untuk menjelaskan harapan kepentingan drainase yang baik pada tanah padat dan drainase yang kurang baik pada strip olah tanah terbatas (air diserap agregat olah tanah terbatas). Hasil efesiensi kinerja irigasi pada apparatus box strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan menunjukkan kurang efesien disebabkan tekstur tanah yang

6 124 kurang stabil. Selanjutnya pada tahap penelitian utama di lahan terhadap kinerja irigasi dan percobaan pada tanaman semusim menunjukkan lahan yang dipilih dan tekstur tanah sangat cocok mencerminkan kondisi lahan marjinal guna aplikasi perbaikan lahan menggunakan metode strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan (Gambar 58). Gambar 58 Pemilihan lahan penelitian yang cocok untuk pendekatan lahan sempit (tradisional) dengan tekstur tanah lempung liat berdebu dari jenis podsolik Kinerja irigasi menunjukkan pembasahan efektif dengan menggunakan strip olah tanah terbatas hanya dapat dikembangkan dengan lintasan pengairan irigasi yang pendek < 5 m, sehingga cocok diaplikasikan pada pegelolaan lahan subsistem atau perbaikan bentuk tradisional. Penelitian pendukung mengenai pemilihan tekstur tanah dan penambahan bahan organik terhadap ketersediaan air menunjukkan tanah dengan tekstur liat memiliki tingkat evaporasi yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan tanah lempung berliat dan pemberian bahan organik (kompos) pada tanah dengan tekstur liat dapat meningkatkan kadar air tanah dan kapasitas air tersedia serta dapat menurunkan berat volume tanah. Penelitian dilanjutkan pada penelitian utama dalam merealisasikan pendekatan konsep pengembangan teknik budidaya tanaman yang di ujikan di lahan merupakan pengelolaan kelembaban tanah di zona perakaran dimaksudkan untuk mempertahankan kelembaban atau kadar air tanah agar tersedia pada saat dibutuhkan oleh tanaman. Rekapitulasi data rancangan percobaan pada pengujian menggunakan tanaman cabai menunjukkan bahwa pada perlakuan penambahan bahan organik dinilai berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman cabai sedangkan untuk perlakuan pemberian air menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman

7 125 cabai sebagai tanaman uji. Hal tersebut menunjukkan bahwa perhitungan statistik secara kuantitatif menunjukkan kearah penjelasan agronomis sedangkan pengamatan grafik pertumbuhan tanaman secara kualitatif menunjukkan bahwa pada level pemberian air satu kali memberikan pengaruh lebih baik terhadap kondisi air tersedia bagi tanaman, kecuali terhadap penambahan bahan organik terbanyak (K 3 ) yang meyebabkan air terikat lebih banyak sehingga dapat memberikan pegaruh negatif ketika pertumbuhan akar tanaman mencapai zona pembasahan aliran air. Tanaman-tanaman pada perlakuan kontrol (K 0 ) tanpa penambahan bahan organik menunjukkan kondisi stagnasi pertumbuhan sangat berbeda dengan perlakuan penambahan bahan organik (K 2 dan K 3 ) tampak tumbuh normal baik batang maupun perakarannya, kondisi demikian disebabkan oleh konsentrasi air dalam tanah dapat berfluktuasi sesuai dengan jumlah penambahan air oleh penambahan air irigasi dan konsentrasi air dalam tanah tergantung pada faktor lingkungan (termasuk penambahan bahan organik). Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah tanaman cabai sebagai tanaman uji pada teknik budidaya strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan memiliki karakteristik tanaman semusim yang sensitif terhadap kelebihan pemberian air. Pengembangan Model Pergerakan Sebaran Kadar Air pada Strip Olah Tanah Terbatas Beririgasi Bawah Permukaan Pembangunan novelty penelitian difokuskan pada pembuatan model pergerakan kadar air pada strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan. Hasil fitting by eyes terhadap grafik difusifitas dan kadar air didapatkan nilai-nilai parameter yang dibutuhkan dalam memenuhi sifat fisik tanah penelitian yang selanjutnya disimulasikan pada model pergerakan air horizontal pada strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan. Data yang dihasilkan tersebut diaplikasikan pada pembangunan konsep simulasi pergerakan air pada strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan menggunakan konsep untuk kuantifikasi jumlah air dalam tanah, yang terdiri dari 2 pendekatan yaitu volumetric water content, θ (volume air) dan besaran hisapan matriks (matrix suction (cm)) atau pressure head, h (-cm). Langkah selanjutnya mengkonversi data hasil simulasi ke bentuk kontur

8 126 setelah diolah menggunakan software Surfer 8 menjadikan tampilan lebih mudah dipelajari pola pergerakan yang terjadi. Pola pergerakan yang ditampilkan pada pola kontur menunjukan proses pembasahan dapat mencapai zona kedalaman ( 5 cm) untuk zona perakaran bibit tanaman semusim menjadi temuan penting guna pengembangan konsep strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan. Proses pergerakaan air yang terjadi menurut model dalam bentuk kontur dapat dijelaskan sebagi berikut; pada celah akan mengalami turbulensi desakan air di sekitar daerah pangkal sesuai tekanan penuangan air. Selanjutnya terjadi proses penyebaran, penyimpanan dan penipisan kadar air. Hasil validasi pola sebaran pergerakan kadar air pada setiap tahap penelitian utama ditunjukkan pada Gambar 59. Pada sistem model yang dibangun tersebut menunjukkan pola pembasahan air membutuhkan waktu untuk penyebaran kadar air yang seimbang, hal ini menegaskan bahwa sistem yang dikembangkan dalam bentuk novelti penelitian adalah pergerakan kadar air bawah permukaan untuk menjaga kelembaban pada strip tanah olahan sehingga memberikan ketersediaan air bagi tanaman seperti tampak pada Gambar 60. Pada sistem manual pola pembasahan air dimungkinkan kurang seimbang pada awalnya dimana di daerah pangkal akan mengalami proses pembasahan lebih banyak sedangkan pada daerah ujung dekat pengeluaran (outlet) pembasahan kurang sempurna. Pada celah akan mengalami turbulensi desakan air di sekitar daerah pangkal sesuai tekanan penuangan air. Selanjutnya terjadi proses penyebaran, penyimpanan dan penipisan kadar air dimana aliran dalam sistem tersebut dapat dijelaskan dengan beberapa fase (Jansen 1983) yaitu: 1. Fase penyebaran yaitu terjadi pada total waktu selama irigasi, air menyebar didalam strip olahan tanah dari pangkal hingga ujung strip olahan. 2. Fase penyimpanan yaitu terjadi pada total waktu antara akhir dari penyebaran air dan penghentian pemberian air irigasi. 3. Fase penipisan yaitu terjadi pada total waktu antara penghentian pemberian air dan permulaan resesi di bagian pangkal. Hal tersebut terjadi karena jumlah air pada sistem manual terbatas namun sudah dapat menjaga kelembaban tanah pada media olah tanah diperkirakan terbatas hingga ± 8 jam

9 Kedalaman olah tanah pada strip olah tanah terbatas 127 Pola pembasahan secara visual pada irisan membujur kotak akrilik apartus uji Pola sebaran kadar air hasil pembacaan interface dan elektroda blok gypsum Pola sebaran kadar air dari program simulasi model pergerakan kadara air Pola sebaran kadar air di lahan pengujian menggunakan tanaman cabai Jarak pergerakan kadar air pada strip olah tanah terbatas Gambar 59 Validasi bentuk pola sebaran kadar air (baasis volume) yang dihasilkan dalam peneitian pergerakan air pada strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan

10 128 Gambar 60 Ilustrasi perubahan pola sebaran pembasahan oleh kadar air (basis volume) terhadap waktu pada strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan untuk menjaga kelembaban tanah dalam memberikan ketersediaan air tanaman

11 129 Peta Jalan Pengembangan Hasil Penelitian untuk Pembangunan Pertanian Indonesia Penelitian pengembangan teknologi budidaya tanaman menggunakan strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan ini disusun berdasarkan hasil studi awal terhadap aspek pengembangan konsep, survey lapangan, dan studi pustaka. Pengembangan teknologi budidaya tanaman menggunakan strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan selanjutnya dapat berisikan upaya peningkatan moderenisasi sarana budidaya tanaman menggunakan strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan yang saat ini masih bersifat manual (tradisional). Teknologi budidaya tanaman menggunakan strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan termasuk didalamnya modifikasi pengembangan teknologi merupakan pilihan yang tepat, optimal dan efektif untuk acuan pengembangan ke arah moderenisasi selanjutnya. Teknologi budidaya tanaman menggunakan strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan merupakan suatu teknologi multidisipliner yang merupakan gabungan beberapa ilmu pengetahuan yang berkaitan. Pembuatan kriteria pengembangan teknologi budidaya tanaman menggunakan strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan sedemikian rupa sehingga nantinya dapat memenuhi keinginan pengguna dalam mengaplikasikan teknologi yang efektif, efisien dan ekonomis. Hasil pengembangan teknologi ini nantinya akan sangat bermanfaat bagi perkembangan moderenisasi teknologi budidaya tanaman menggunakan strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan yang sangat dibutuhkan pada pembangunan pertanian di daerah lahan marjinal karena akan sangat membantu dan petani lahan kering. Ruang lingkup pengembangan teknologi budidaya tanaman menggunakan strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan adalah: studi sifat karakteristik lahan, aspek budidaya tanaman dan aspek strip olah tanah terbatas dan irigasi bawah permukaan, pemilihan teknologi dan pembuatan teknologi serta kerjasama antar instansi terkait. Sasaran pengembangan teknologi budidaya tanaman menggunakan strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan adalah:

12 130 Tersusunnya upaya pengembangan teknologi budidaya tanaman menggunakan strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan menuju moderenisasi sebagai capaian-capaian yang harus direalisasikan dalam peningkatan pengembangan selanjutnya Integrasi bidang ilmu dan teknologi yang strategis (layak, perlu dan harus dilakukan) yang diperlukan penguasaannya untuk meningkatkan kemandirian dan keunggulan dalam pengembangan moderenisasi teknologi budidaya tanaman menggunakan strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan. Menciptakan sarana pendukung dalam pengembangan dan implementasi moderenisasi teknologi budidaya tanaman menggunakan strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan Manfaat penelitian yang didapat dari hasil pengembangan teknologi budidaya tanaman menggunakan strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan selanjutnya diaplikasikan untuk mendapatkan kelebihan-kelebihannya dibandingkan teknologi saat ini dan prospek pengembangan ke depan. Hasil yang positif tersebut menjadi penguatan rekomendasi penerapan lebih luas teknologi budidaya tanaman menggunakan strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan. Terkait dengan penerapannya maka beberapa komponen-komponen spesifik pendukung pengembangan budidaya tanaman menggunakan strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan dapat diproduksi dalam bentuk pembukaan lapangan-lapangan usaha dari komponen tersebut. Pengembangan yang lebih moderenisasi terhadap teknologi tersebut dalam bentuk penambahan ke arah mekanisasi, kontrol otomatik dan suatu traktor pencetak alur strip. Hal tersebut dapat dilakukan oleh para peneliti dan institusi-institusi yang ingin melanjutkannya. Pada masa mendatang program ekstensifikasi pertanian di Indonesia yang sebagian besar lahan marjinal atau lahan reklamasi tambang dapat mengadaptasi sekaligus juga menjadi pusat pengembangan teknologi budidaya tanaman menggunakan strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan. Peta jalan penelitian ini selanjutnya seperti tampak pada Tabel 19 berikut:

13 131 Tabel 19 Tahapan dan peta jalan penelitian No Rute Tahap inisiasi Tahap pengembangan dan aplikasi 1 Studi karakteristik tanah Pengumpulan sifat fisik tanah dan lahan yang menjadi fokus penelitian Mempelajari kelemahan dan keunggulan konsep olah tanah terbatas dan teknik pemberian air tanaman di lahan 2 Kajian model pergerakan kadar air pada strip olah tanah 3 Konsep strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan untuk tanaman semusim 4 Pemilihan teknologi dan pengembangan dan perbaikan konsep 5 Kajian tekno ekonomi teknik budidaya tanaman semusim dengan olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan 6 Kajian kelayakan operasi suatu unit pengembangan 7 Kajian alternative teknik budidaya di lahan marjinal 8 Kajian inovasi baru yang efisien dan efektif Perumusan variabel penting dalam model simulasi pergerakan kadar air pada strip olah tanah Pengembangan modifikasi olah tanah terbatas (strip tillage) dipadukan dengan irigasi bawah permukaan untuk konsep yang lebih efektif dan efesien Modifikasi dan pengujian aspek-aspek perancangan dalam pendekatan aplikasi di lapangan Integrasi hasil pengamatan dan pengujian aplikasi di lahan spesifik, terdiri dari: aspek kondisi liat dan teknik pemberian air, aspek iklim dan sosial masyarakat serta rekomendasi perbaikan konsep Menganalisis kelayakan usaha pertanian tanaman semusim menggunakan teknik tersebut dilihat dari kriteria NPV, Net B/C ratio, IRR dan Payback Period Menganalisis kembali usaha pertanian tanaman semusim menggunakan teknik tersebut untuk pertanian lahan marjinal lebih luas Rancangan flowchart perbaikan dan penambahan teknologi yang efisien dan efektif berdasarkan aspek internal dan eksternal suatu usaha Program simulasi pergerakan kadar air pada olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan Menganalisis tingkat kelayakan pengembangan teknik budidaya tanaman semusim menggunakan konsep olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan Pembuatan teknik olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman semusim Analisa didasarkan pada aspek sosbud, aspek teknis, aspek manej emen/ organisasi dan aspek finansial untuk rekomendasi kelayakan usaha pertanian Analisa kriteria NPV, Net B/C ratio, IRR dan Payback Period, merupakan salah satu aspek kelayakan investasi Analisa mengenai bila terjadi perubahan dalam komponen manfaat dan biaya (analisis nilai pengganti) dan rekomendasi alternatif usaha pada unit tersebut Produksi per unit kelengkapan teknologi (skala kecil) dan peluang bagi pengusaha yang telah mengadopsi teknik tersebut agar menambah kelengkapan teknologi sebagai produk tambahan

14 132

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi alam dan luas areal lahan pertanian yang memadai untuk bercocok tanam.

Lebih terperinci

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi % liat = [ H,( T 68),] BKM % debu = 1 % liat % pasir 1% Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3... pf pf ialah logaritma dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Tipe Penggunaan Lahan (Land Utilization Type) Salah satu tahapan sebelum melakukan proses evaluasi lahan adalah mendeskripsikan 11 atribut kunci tipe penggunaan lahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERGERAKAN AIR PADA TANAH LIAT YANG DIOLAH SECARA STRIP UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR TANAMAN YAZID ISMI INTARA

PERGERAKAN AIR PADA TANAH LIAT YANG DIOLAH SECARA STRIP UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR TANAMAN YAZID ISMI INTARA PERGERAKAN AIR PADA TANAH LIAT YANG DIOLAH SECARA STRIP UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR TANAMAN YAZID ISMI INTARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk, namun hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan kuantitas dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi hortikultura. Prioritas dari komoditas holtikultura tersebut adalah tanaman buah. Subsektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan dalam memenuhi salah satu persyaratan teknis prasarana jalan. Saluran drainase jalan raya berfungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan masalah Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan ubikayu bagi penduduk dunia, khususnya pada negara tropis setiap tahunnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman cabai merah termasuk tanaman berbentuk perdu, berdiri tegak dan bertajuk lebar. Tanaman ini juga mempunyai banyak cabang dan setiap cabang akan muncul bunga yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Green House Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tipe Pemanfaatan Lahan Salah satu tahapan sebelum melakukan proses evaluasi lahan adalah mendeskripsikan 11 atribut kunci Tipe Pemanfaatan Lahan (TPL). Secara rinci diuaraikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Lahan Pertanian Terpadu,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Lahan Pertanian Terpadu, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Lahan Pertanian Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B. Alat dan bahan Alat yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian di Pulau Jawa dihadapkan pada masalah konversi lahan untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh karena itu, tantangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus (L) Merr. Tanaman ini berasal dari benua Amerika, tepatnya Negara Brazil.

Lebih terperinci

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE Untuk merancang suatu sistem drainase, yang harus diketahui adalah jumlah air yang harus dibuang dari lahan dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan untuk menghindari

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

Foto : Kurniatun Hairiah

Foto : Kurniatun Hairiah Bab 6. AIR TANA Foto : Kurniatun airiah Apa yang dipelajari? Kapilaritas dan Air Tanah Konsep Enerji Air Tanah Kadar Air dan Potensial Air Mengukur Kadar dan Potensial Air Macam-macam aliran air di dalam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kadar Air Tanah Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon maupun tanaman semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2012) TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami proses-proses aliran

Lebih terperinci

DASAR ILMU TA AH M ter e i r i : 6 D i amik i a A ir i r T T nah

DASAR ILMU TA AH M ter e i r i : 6 D i amik i a A ir i r T T nah DASAR ILMU TA A Materi 06: Dinamika Air Tanah Apa yang dipelajari? Kapilaritas dan Air Tanah Konsep Enerji Air Tanah Kadar Air dan Potensial Air Mengukur Kadar dan Potensial Air Macam-macam aliran air

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Air Secara Umum Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Tanah yang ideal terdiri dari sekitar 50% padatan, 25% cairan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Daerah sekitar Kali Bodri di Kabupaten Kendal merupakan areal tambak, pemukiman, dan kegiatan nelayan sehingga mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Sayangnya daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor yang berfungsi sebagai sumber devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 70% penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengelolaan lahan berkelanjutan (sustainable land management) adalah pengelolaan lahan secara terpadu berbasis ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan akan pangan dan serat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari studi yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Setelah melakukan pengujian dilaboratorium, pengaruh proses pengeringan

Lebih terperinci

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum PENYIAPAN LAHAN Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai berlatih peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali tentang pembersihan lahan tanaman bawang merah dengan baik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Sebanyak 85% perdagangan kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Kelapa sawit dikembangkan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGELOLAAN & PANEN AIR HUJAN (MK. Manajemen Agroekosistem, smno.jurtnh.fpub.2013)

TEKNOLOGI PENGELOLAAN & PANEN AIR HUJAN (MK. Manajemen Agroekosistem, smno.jurtnh.fpub.2013) TEKNOLOGI PENGELOLAAN & PANEN AIR HUJAN (MK. Manajemen Agroekosistem, smno.jurtnh.fpub.2013) Prinsip-prinsip Panen Air Hujan Pemanenan-air-hujan dalam makna yang luas dapat didefinisikan sebagai kegiatan

Lebih terperinci

IRIGASI dan DRAINASI URAIAN TUGAS TERSTRUKSTUR. Minggu ke-2 : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (1) Semester Genap 2011/2012

IRIGASI dan DRAINASI URAIAN TUGAS TERSTRUKSTUR. Minggu ke-2 : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (1) Semester Genap 2011/2012 Nama : Yudhistira Wharta Wahyudi NIM : 105040204111013 Kelas : J, Jumat 09:15 Dosen : Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU IRIGASI dan DRAINASI URAIAN TUGAS TERSTRUKSTUR Minggu ke-2 : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (1)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Degradasi Lahan Pada sistem pertanian lahan kering yang kurang efektif mengendalikan aliran permukaan dapat mempercepat kehilangan bahan organik yang sangat ringan dan mudah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

3. MENGIDENTIFIKASI JENIS ALAT PENGOLAHAN TANAH SECARA MEKANIS 10

3. MENGIDENTIFIKASI JENIS ALAT PENGOLAHAN TANAH SECARA MEKANIS 10 1. PENDAHULUAN 3 2. MENENTUKAN POLA PENGOLAHAN TANAH 4 3. MENGIDENTIFIKASI JENIS ALAT PENGOLAHAN TANAH SECARA MEKANIS 10 4. PENGOLAHAN TANAH PERTAMA 12 5. PENGOLAHAN TANAH KEDUA 15 6. CARA MENGGEMBURKAN

Lebih terperinci

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH.

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH. MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH-AIR-TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2013) Lab. Fisika Tanah FPUB TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan batasan penelitian Penelitian ini berlokasi di proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai di Dusun Kalangbahu Desa Jawai Laut Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan

Lebih terperinci

Manfaat Penelitian. Ruang Lingkup Penelitian

Manfaat Penelitian. Ruang Lingkup Penelitian 2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menjadi panduan untuk petani dalam pengelolaan air hujan dan aliran permukaan di kebun pala untuk menekan penurunan hasil akibat kekurangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 10 C. Tujuan Penelitian... 10

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 12 desa dengan luas ± 161,64 km2 dengan kemiringan kurang dari 15% di setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Lahan adalah wilayah dipermukaan bumi, meliputi semua benda penyusun biosfer baik yang berada di atas maupun di bawahnya, yang bersifat tetap atau siklis (Mahi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, karena memiliki kandungan gizi cukup,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013- Januari 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara yang berbasis pertanian umumnya memiliki usaha tani keluarga skala kecil dengan petakan lahan yang sempit. Usaha pertanian ini terutama

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi INTISARI... xiii ABSTRACT... xiv BAB

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan ekologi. Penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan ekologi

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang dimiliki oleh manusia. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang, papan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah masam yang terbentuk dari bahan bahan induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari studi yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Setelah melakukan pengujian dilaboratorium, pengaruh proses pengeringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan pertumbuhan sekitar 1,5% tahun, sehingga mendorong permintaan pangan yang terus meningkat. Sementara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR PETA... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

Bab 4. AIR TANAH. Foto : Kurniatun Hairiah

Bab 4. AIR TANAH. Foto : Kurniatun Hairiah Bab 4. AIR TANAH Foto : Kurniatun Hairiah Apa yang dipelajari? Kapilaritas dan Air Tanah Konsep Enerji Air Tanah Kadar Air dan Potensial Air Mengukur Kadar dan Potensial Air Macam-macam aliran air di dalam

Lebih terperinci

KADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh. Ferdy Ardiansyah

KADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh. Ferdy Ardiansyah KADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh Ferdy Ardiansyah 1314151022 JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2014 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Dokuchnev

Lebih terperinci

Tabel 8. Luas wilayah Sulawesi Selatan di tiap kabupaten berdasarkan peta dasarnya IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 8. Luas wilayah Sulawesi Selatan di tiap kabupaten berdasarkan peta dasarnya IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan merupakan daerah bagian paling selatan dari pulau Sulawesi yang terhampar luas di sepanjang koordinat 0 o 12 8 o Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sayuran. Kebutuhan pupuk untuk pertanian semakin banyak sebanding dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Gleisol Sifat fisik tanah berhubungan dengan kondisi asli tanah dan dapat menentukan jenis tanah. Pada penelitian ini digunakan tanah gleisol di Kebon Duren,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Masalah utama dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan lahan pertanian adalah penurunan kualitas lahan dan air. Lahan dan air merupakan sumber daya pertanian yang memiliki peran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan bertopografi miring diperlukan kajian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia dan tergolong spesies dengan viabilitas genetik yang besar. Tanaman jagung dapat menghasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu produk pertanian hortikultura yang banyak diusahakan oleh petani. Hal ini dikarenakan cabai merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017. 17 IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017. Penelitian dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan

Lebih terperinci

DINAMIKA MESIN DAN TANAH PEMADATAN TANAH

DINAMIKA MESIN DAN TANAH PEMADATAN TANAH DINAMIKA MESIN DAN TANAH PEMADATAN TANAH Joko Prasetyo, M.Si Pemadatan Bertambahnya berat vol kering oleh beban dinamis shg butir-2 tanah akan merapat & Mengurangi rongga udara Yaitu usaha secara mekanik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara 36 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode penelitian Metode penelitian merupakan sebuah pedoman untuk merancang penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara untuk mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik Latar Belakang: Penghutan kembali atau reboisasi telah banyak dilakukan oleh multipihak untuk menyukseskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Fitriani et al.: Evaluasi Kuanlitatif dan Kuantitatif Pertanaman Jagung Vol. 4, No. 1: 93 98, Januari 2016 93 Evaluasi Kesesuaian Lahan Kualitatif dan Kuantitatif Pertanaman

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pada penelitian ini dimodelkan dengan menggunakan Software iric: Nays2DH 1.0 yang dibuat oleh Dr. Yasuyuki Shimizu dan Hiroshi Takebayashi di Hokkaido University,

Lebih terperinci

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa sawit yang baru ditanam saat ini baru akan dipanen hasilnya beberapa tahun kemudian. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan komoditas strategis kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan

Lebih terperinci

Oleh Agus Salam Tiara Amran NIM : Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung ABSTRAK

Oleh Agus Salam Tiara Amran NIM : Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung ABSTRAK STUDI KELAYAKAN PROYEK PEMBUKAAN DAN PENCETAKAN SAWAH DAN INFRASTRUKTUR LAINNYA (PPSI) PADA LAHAN GAMBUT DI KUALA SATONG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT Oleh Agus Salam Tiara Amran NIM : 15009064 Fakultas

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Penilaian kinerja lahan (land performance) untuk penggunaan tertentu Kegiatan Evaluasi Lahan meliputi survai lahan interpretasi data hasil survai

Lebih terperinci

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7) 7 Persamaan-persamaan tersebut kemudian dikonversi menjadi persamaan volumetrik (Persamaan 5) yang digunakan untuk mendapatkan nilai kadar air tanah dalam % volume. 3.3.5 Pengukuran Curah Hujan dan Tinggi

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci