MODEL PEMBELAJARAN PEMBENTUKAN KONSEP UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
|
|
- Yandi Iwan Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MODEL PEMBELAJARAN PEMBENTUKAN KONSEP UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN oleh: Edi Kusnadi & Diny Fitriyani Prodi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara, Bandung ABSTRAK Berbagai persepsi negatif terhadap pembelajaran Pedidikan Kewarganegaraan (PKn) sering menjadi keluhan, bahwa mata pelajaran PKn membosankan dan tidak menarik. Hal itu terjadi dari cara guru mengajar di kelas, guru lebih sering menggunakan model pembelajaran yang membosankan, salah satunya adalah model pembelajaran ceramah. Model tersebut kurang mengembangkan keterampilan berfikir kritis peserta didik. Dengan kondisi tersebut mata pelajaran PKn tidak efektif. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana model pembentukan konsep dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegraan (PKn). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 14 Bandung, di kelas XII DKV 2. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Penerapan model pembentukan konsep dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan berfikir kritis, Respon peserta didik terhadap pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sangat baik, peserta didik aktif mengikuti pembelajaran PKn, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan, dan peserta didik mudah memahami materi yang di sampaikan oleh guru. Kemampuan berfikir kritis peserta didik berkembang dalam bentuk kemampuan menganalisis, mensintesis, membuat keputusan, dan atau mampu memberikan kesimpulan secara baik. Kata kunci: Model Pembelajaran, Keaktifan Siswa, Berfikir Kritis Pendahuluan Pendidikan merupakan sektor utama dan paling penting untuk mengembangkan sumber daya manusia, baik hubungannya dengan kepentingan pribadinya, maupun untuk keberdayaan kualitas bangsa dan negaranya. Seperti halnya yang tercantum dalam undang- undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 yaitu: Menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dengan demikian maka pendidikan hakekatnya secara umum sangat penting untuk membangun kepribadian yang selaras dengan nilai-nilai kehidupan sosial bangsanya. Pendidikan dikembangkan pada jenjang pendidikan formal dan non formal. Salah satu mata pelajaran untuk mengembangkan pendidikan tersebut adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang strategis dalam membangun kesadaran nasionalisme dan patriotisme sebagaimana menurut UU No 20 Tahun Oleh karena itu PKn harus dipelajari dan dikuasai oleh segenap warga negara sebagai sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka mampu mengembangkan kualitas dirinya sekaligus kekuatan bangsanya. Maka PKn harus mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif sehingga peserta didik bisa menyukai pembelajaran PKn. 21
2 Berbagai persepsi negatif terhadap pembelajaran PKn sering menjadi keluhan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) membosankan dan tidak menarik. Selain itu menurut Taofik sebagai guru PKn di SMK N 14 Bandung mengatakan bahwa peserta didik tidak menyukai pembelajaran PKn karena materi PKn berisi pasal-pasal sehingga peserta didik sulit untuk memahaminya. Hal ini disebabkan pelajaran PKn dirasakan terlalu banyak hapalan dan bersifat normatif. Namun demikian pada kenyataannya sesungguhnya masih banyak yang menikmati keasyikan belajar PKn, karena isi materi pembelajarannya bersifat kontekstual dengan kehidupan sehari-hari. Dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kembangkan tiga ranah aspek potensi manusia yang meliputi aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. Kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir peserta didik, Afektif berhubungan dengan sikap atau perilaku peserta didik, dan Psikomotor berhubungan dengan keterampilan sosial peserta didik. Namun karena peserta didik beranggapan pembelajaran PKn membosankan maka peneliti melakukan penelitian pada ranah kognitif. Hal lain bahwa berdasarakan pengamatan peneliti, peserta didik di SMK N 14 Bandung kurang antusias pada proses pembelajaran di kelas mereka cenderung pasif, sedangkan dalam pembelajaran adaptif dan produktif lebih aktif dan mampu berpartisipasi. Dalam pembelajaran PKn ditemukan pula bahwa kemampuan belajar peserta didik lemah dalam hal : 1) Mengemukakan pendapat dalam belajar klasikal di kelas 2) Keterlibatan dalam proses belajar, umumnya peserta didik sangat bergantung kepada stimulasi guru 3) Penguasaan konsep materi yang diajarkan. Berdasarakan pertimbangan tersebut maka peneliti ingin mengembangkan potensi berfikir dan melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran secara optimal dengan menggunakan Model Pembelajaran Pembentukan Konsep. Model pembelajaran pembentukan konsep yaitu model pembelajaran yang dapat memunculkan rasa ingin tahu peserta didik tentang materi yang akan disampaikan oleh pembelajar, dan dapat pula melatih peserta didik dalam berfikir kritis. Apabila materi pembelajaran PKn di sampaikan dengan menggunakan model pembelajaran pembentukan konsep maka peserta didik akan lebih berfikir secara logik/ rasional dan didukung dengan fakta yang bersifat empiris, sehingga proses pembelajaran pun yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan dapat dikembangkan secara optimal. Berfikir kritis adalah berfikir yang mampu menguraikan konsep, membuat kesimpulan, dan dapat memutuskan atau menyimpulkan sesuatu yang benar dan salah serta baik dan buruk. Tingkatan berfikir kritis menurut Donosoepoetro (1993:10) 1) mengetahui (knowledge), 2) memahami (understanding), 3) menerapkan (application), 4) menganalisis (analysis), 5) mensintesis (synhesis), 6) mengevaluasi (evaluation), sedangkan berfikir kritis tingkat tinggi meliputi 1) menganalisis (analysis), 2) mensintesis (synhesis), 3) mengevaluasi (evaluation), Donosoepoetro (1993:11). Permasalahan tersebut mendasari penelitian ini dalam menerapkan model pembelajaran Pembentukan Konsep untuk meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis peserta didik. Model pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi solusi dari masalah- masalah yang muncul dalam pembelajaran PKn. Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sukmadinata (2006 : 60) Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan dan menganalisi fenomena peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu atau kelompok. Mengingat setting lokasi penelitian dilaksanakan dengan latar kelas di sekolah, maka metode penelitian yang sesuai dengan pendekatan penelitian kualitatif tersebut adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research (CAR). Menurut Kemiss dan Taggart Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik praktik tersebut (Iskandar. 2012:22). 22
3 Pembahasan 1. Penerapan Model Pembelajaran Pembentukan Konsep untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis. Proses pembelajaran dengan menggunakan konsep adalah proses pembelajaran yang sangat menyenangkan bagi peserta didik, mereka tidak merasa jenuh dalam mengikuti proses belajar. Konsep- konsep yang di berikan, dapat memunculkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap materi yang di sampaikan, atribut- atribut dari konsep juga menumbuhkan rasa penasaran peserta didik akan maksud dan tujuan dari konsep yang di sajikan, sehingga dengan itu dapat memancing peserta didik untuk berbicara di depan kelas. Peserta didik mampu menemukan konsep dan menghubungkan atribut- atributnya menjadi sebuah konsep yang utuh dan benar, peserta didik kreatif dalam mencari konsep, karena selain mencari dari materi yang telah diberikan, peserta didik pun mencari konsep sendiri dengan menghubungkan pengalaman pribadi mereka di luar sekolah. Dengan itu maka proses pembelajaran dengan menggunakan konsep dapat melatih peserta didik dalam berfikir kritis, Sehingga pada siklus I, siklus II dan siklus III terjadi perubahan hasil penilaian yang di dapat oleh peserta didik, hasil yang di dapat sesuai dengan teknik penggunaan model pembelajaran konsep. Pada siklus I menggunakan model pembelajaran ceramah dan Tanya jawab dengan kategori Cukup, siklus II dengan model pembelajaran permainan kategorinya Baik, dan siklus III dengan model pembelajaran inquiry kategori yang di dapat adalah Sangat baik. Adapun temuan-temuan pada setiap perubahan siklus, yaitu sebagai berikut: a. Peserta didik sudah mampu mengemukakan ide dan pendapatnya dengan jelas dan lancar, terutama pendapatnya tentang pers yang berkembang di indonesia. b. Peserta didik mampu menghubungkan konsep dengan atribut- atributnya menjadi sebuah penjelasan yang bermanfaat bagi mereka, sehingga dengan menghubungkan konsep dan atribut- atributnya mereka mengerti tentang pengertian pers, fungsi pers, perkembangan pers, kode etik jurnalistik dll. c. Peserta didik mempunyai rasa antusias dalam memberikan contoh konsep, mereka mencari contoh konsep selain dari materi yang diberikan tetapi juga mencari dari internet yang mereka cari sendiri. d. Peserta didik mempunyai keberanian untuk berbicara di depan kelas, setiap peserta didik berlomba- lomba untuk tampil di depan kelas, karena mereka merasa sudah paham dan mengerti menentukan konsep dari sebuah materi. e. Peserta didik dapat membuat kesimpulan dan mampu memecahkan masalah yang terbaik, dengan mereka memahami konsep, maka mereka sudah mengerti membuat kesimpulan dari keseluruhan materi yang telah di sampaikan. f. Kerjasama antar peserta didik pun terjalin dengan baik dan terorganisir, pada saat diskusi kelompok mereka saling bekerja sama dan tidak ada peserta didik yang cuek sendiri, sehingga mereka menunjukan kekompakannya. Dengan melihat hasil di atas, maka proses belajar dengan menggunakan konsep guru tidak memberikan materi kepada peserta didik secara menyeluruh tetapi peserta didik mencari materinya sendiri sehingga dengan itu proses pembelajaran lebih bermakna dan berkesan. Keadaan itu semua dapat di hubungkan dengan teori Konstruktivisme. Dimana teori kontrukstivisme adalah suatu teori belajar yang menekankan bahwa para siswa sebagai pembelajar tidak menerima begitu saja pengetahuan yang mereka dapatkan, tetapi mereka secara aktif membangun pengetahuan secara individual, Carin (dalam Anggriamurti, 2009). Teori itu sangat cocok pada proses pembelajaran dengan 23
4 menggunakan konsep, yang pada pelaksanaannya peserta didik aktif dan kreatif dalam membangun pemikirannya sendiri untuk menciptakan konsep- konsep yang berhubungan dengan materi yang diberikan oleh guru, sehingga dengan itu proses belajar berlangsung dengan menyenangkan, guru hanya sebagai fasilitator, materi yang di berikan kepada peserta didik mudah mereka pahami, dan peserta didik membangun pengetahuannya sendiri, dengan itu maka proses pembelajaran dengan menggunakan konsep telah terlaksana dengan baik. Teori Kognitivisme adalah Model kognitif yang memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada, Piaget (Hudoyono, 1988:45). Teori ini dapat dihubungkan dengan pembelajaran PKn dengan menggunakan konsep, dimana peserta didik dapat memperoleh informasi dari konsep- konsep yang diberikan dan akhirnya mereka dapat menyimpan dan menemukan hubungan dari konsep- konsep yang telah diberikan, sehingga dapat menjadi sebuah pengetahuan yang bisa mereka serap, dari penjelasan dan kedua teori di atas dapat diketahui bahwa proses pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas XII DKV 2 tidak membosankan dan peserta didik mengikuti proses pembelajaran PKn dengan baik. 2. Respon Peserta didik dalam Proses Pembelajaran PKn dengan Menggunakan Konsep Peserta didik beranggapan pembelajaran PKn itu membosankan, alasannya karena terlalu banyak hapalan, tetapi dengan pembelajaran PKn menggunakan konsep respon peserta didik sangat baik dalam mengikuti proses belajar, mereka menunjukan kegembiraan dan ikut serta secara aktif dalam proses pembelajaran. Penilaian yang dilakukan terhadap respon peserta didik di bagi menjadi empat aspek yaitu : 1) Pemahaman terhadap konspe yang diberikan 2) Kemampuan berinteraksi satu sama lainnya, saling bertanya dan menjelaskan 3) Kemampuan membuat gagasan 4) Kemampuan menyampaikan gagasan. Ke empat aspek tersebut di teliti saat proses pembelajaran berlangsung, yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III, sehingga menghasilkan penilaian sebagai berikut : Siklus I dengan jumlah 26 yaitu kategori Cukup, siklus II berjumlah 33 dengan kategori Cukup, dan siklus III dengan jumlah 48 kategori Baik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik mampu menganalisis materi, membuat gagasan baru, dan dapat menentukan konsep yang berhubungan dengan materi yang di sampaikan. Peserta didik pun memiliki rasa antusias dalam mempresentasikan hasil pemikirannya, peserta didik tidak menunjukan kejenuhan, mereka mampu berfikir dan mengembangkan pemahamannya. Berbagai pendapat mereka ungkapkan karena mereka paham tentang materi yang di sampaikan. Guru tidak harus selalu menyampaikan materi, tetapi dengan konsep peserta didik dapat mencari materi sendiri, dengan itu maka dapat melatih sejauh mana kemampuan peserta didik dalam memahami dan mencari materi pembelajaran sendiri, oleh karena itu dalam proses pembelajaran PKn tidak ada lagi keluhan- keluhan dari peserta didik akan pembelajaran PKn yang membosankan, tetapi hanya respon positif yang diberikan peserta didik terhadap pembelajaran PKn. Menurut Gagne ( Mukminan, 1997:27) Teori pemrosesan informasi adalah pembelajaran yang terjadi melalui proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Teori ini menekankan pada respon peserta didik terhadap proses pembelajaran PKn dengan menggunakan konsep. Konsep yang diberikan kepada peserta didik dapat menumbuhkan proses berfikir mereka, sehingga hasil pemikirannya dapat menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat bagi 24
5 peserta didik, selain itu teori belajar menurut Van Hiele (1954) dibagi menjadi beberapa tahap yaitu : a. Tahap Pengenalan Dalam tahap ini anak mulai belajar mengenali suatu konsep yang berisikan atribut- atributnya secara keseluruhan, namun belum mampu mengetahui hubungan dari konsep dengan atribut- atributnya. b. Tahap Analisis Pada tahap ini anak sudah mulai dapat mengenal atribut- atribut dari konsep yang telah diberikan. c. Tahap Pengurutan Pada tahap ini anak telah mampu melaksanakan penarikan kesimpulan dari atribut-atribut dengan konsep. d. Tahap Deduksi Dalam tahap ini anak sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yakni penarikan kesimpulan dari hal-hal yang umum menuju hal-hal yang bersifat khusus. e. Tahap Akurasi Dalam tahap ini anak telah mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Dari tahap- tahap tersebut, respon peserta didik dalam pembelajaran PKn, dengan menggunakan konsep terlaksana sesuai dengan ke lima tahap tersebut, sehingga proses pembelajaran PKn terjadi secara aktif. Kedua teori tersebut yaitu teori pemrosesan informasi dan teori belajar menurut Van Hiele sangat cocok dengan respon peserta dalam proses pembelajaran PKn, maka dengan itu proses pembelajaran PKn dengan menggunakan konsep telah terlaksana dengan baik. 3. Kemampuan Berfikir Kritis Peserta didik dengan Menggunakan Konsep Pembelajaran PKn dengan menggunakan konsep dapat melatih berfikir kritis peserta didik dalam proses belajar. Konsep dan atribut- atributnya yang diberikan kepada peserta didik dapat menumbukan proses berfikir peserta didik, karena mereka mempunyai rasa ingin tahu dan penasaran dengan melihat konsep yang diberikan, sehingga mereka mempunyai keinginan untuk menemukan maksud dan tujuan dari konsep tersebut. Pada siklus I peserta didik masih pada tahap mengenal tentang pembelajaran PKn dengan menggunakan konsep, sehingga hasil berfikir kritis peserta didik masih biasa, sedangkan pada siklus II dan Siklus III peseta didik sudah mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Hasil berfikir kritis peserta didik hanya mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 75, meskipun awalnya masih ada yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu 65 dan 70, tetapi pada setiap siklusnya hasil berfikir kritis peserta didik mengalami perubahan yang sangat baik. Hasil akhir yang di dapat oleh peserta didik yaitu: Nilai 75 dengan presentase 70,00%, Nilai 70 dengan presentase 16,67%, dan Nilai 65 dengan presentase 13,33%. Dari penjelasan di atas diketahui bahwa hasil berfikir kritis peserta didik semakin bertambah pada setiap siklusnya, apalagi pada siklus III peserta didik menunjukan hasil yang lebih baik. Dalam proses pembelajaran menggunakan konsep peserta didik aktif mengikuti pembelajaran di kelas, sehingga dengan adanya partisipasi dari peserta didik, maka proses belajar lebih menyenangkan dan materi yang di sampaikan oleh guru dapat mudah di pahami oleh peserta didik, dengan peserta didik mudah memahami materi pelajaran, maka pada saat pemberian soal evaluasi peserta didik sudah paham dan 25
6 mengerti maksud dan tujuannya. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pembelajaran PKn kelas XII adalah 75, sebelum menggunakan konsep mereka sulit untuk menempuh KKM tersebut, sedangkan dengan menggunakan konsep mereka mampu menempuh KKM yang telah di tentukan. Hasil yang di dapat pada siklus I, siklus II, dan siklus III mengalami perubahan dimana nilai yang di dapat oleh peserta didik semakin tinggi dan mampu mencapai batas KKM, oleh karena itu proses berfikir kritis pada pembelajaran PKn dengan menggunakan konsep di katakana telah berhasil. Tahapan berfikir kritis menurut Bloom di bagi menjadi lima bagian yaitu : a. mengetahui (knowledge), b. memahami (understanding), c. menerapkan (application), d. menganalisis (analysis), e. mensintesis (synhesis), f. mengevaluasi (evaluation). Bagianbagian tersebut dapat dijadikan penilaian dalam berfikir kritis, tetapi dalam penelitian ini penilaian yang digunakan melalui tiga kategori yaitu: menganalisis (analysis), mensintesis (synhesis),dan mengevaluasi (evaluation), Donosoepoetro (1993:11), ketiga kategori tersebut di jadikan acuan dalam menilai sejauh mana peserta didik mampu berfikir kritis, penilaian dilakukan dengan memberikan soal evalusi kepada peserta didik, dan ternyata penggunaan konsep sangat membantu peserta didik berfikir kritis, proses berfikir kritis dengan menggunakan konsep dapat dihubungkan dengan teori Bloom, yaitu: 1) Pengetahuan (Knowledge) Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, prinsip dan dasar. 2) Pemahaman (Comprehension) Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, table, diagram, arahan, peraturan, dsb. 3) Aplikasi (Aplication) Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. 4) Analisis (Analysis) Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. 5) Sintetis (Synthetis) Satu pola tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlibat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. 6) Evaluasi (Evaluation) Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Ke enam aspek ini merupakan bagian dari penilaian dalam kemampuan berfikir kritis peserta didik, tetapi sebagaimana di jelaskan sebelumnya bahwa dari ke enam aspek tersebut hanya di ambil tiga aspek yaitu menganalisis (analysis), mensintesis (synhesis),dan mengevaluasi (evaluation), Donosoepoetro (1993:11), ketiga aspek itu diambil karena merupakan bagian berfikir kritis tingkat tinggi. Apabila peserta didik dinilai dari ketiga aspek tersebut maka mereka dikatakan telah mampu berfikir kritis yang sangat tinggi, karena ketiga aspek tersebut merupakan ranah yang paling tinggi dalam berfikir kritis 26
7 menurut Bloom. Model pembentukan konsep akhirnya dapat membantu peserta didik dalam berfikir kritis, oleh karena untuk melatih berfikir kritis peserta didik, sangat lah tepat menggunakan model pembelajaran pembentukan konsep. Selain teori bloom, teori yang tepat berhubungan dengan berfikir kritis dengan menggunakan konsep adalah teori pemrosesan informasi menurut Robert Gagne, yang mengatakan bahwa proses pembelajar terdiri dari delapan fase yaitu : a) motivasi; b) pemahaman; c) pemerolehan; d) penyimpanan; e) ingatan kembali; f) generalisasi; g) perlakuan, h) umpan balik. Delapan fase tersebut masuk ke dalam proses pembelajaran dengan menggunakan konsep, dimana peserta didik memiliki motivasi yang kuat dalam mengikuti pembelajaran,selain itu peserta didik mampu memahami materi dengan mudah, sehingga dengan itu mereka dapat mengetahui tujuan dari materi yang di sampaikan secara cepat dan tepat. Kedua teori tersebut cocok di hubungkan dengan berfikir kritis dengan menggunakan konsep, dengan itu semua maka, dapat melatih berfikir kritis peserta didik kelas XII DKV 2 dan hasilnya pun sudah sesuai KKM. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran pembentukan konsep dalam PKn mampu mengembangkan keterampilan berfikir kritis. Penggunaan konsep pada pembelajaran sangat membantu peserta didik untuk berfikir, karena dari konsep yang diberikan membuat mereka penasaran terhadap materi yang akan di sampikan oleh guru. Konsep- konsep yang diberikan membuat peserta didik mempunyai keinginan berbicara di depan kelas, mengeluarkan pendapat, memberikan contoh, bahkan membuat kesimpulan dari materi yang di sampaikan, sehingga proses berfikir mereka lebih cepat dan akhirnya menumbuhkan proses berfikir yang sangat tinggi, yaitu berfikir kritis. Penilaian berfikir kritis dilakukan melalui tahapan berikut ini: 1) menganalisis (analysis), 2) mensintesis (synhesis), 3) mengevaluasi (evaluation). Tahap- tahap itu membantu penilaian sejauh mana peserta didik dapat berfikir kritis, sehingga penggunaan konsep membantu peserta didik dalam meningkatkan berfikir kritis. Kemampuan peserta didik dengan menggunakan konsep dalam penelitian ini menunjukan peningakatan yang baik, tetapi di tunjang oleh optimalisasi peserta didik seperti : motivasi, minat, dan proses berfikir peserta didik, apabila muncul optimalisasi dari peserta didik, maka materi ajar yang di sampaikan oleh guru akan mudah dipahami oleh peserta didik dan peserta didik akan berfikir kritis, sehingga proses pembelajaran terlaksana dengan baik. Pustaka Donosoepoetro. (1993). Pendidikan Berpikir. Surabaya: Airlangga University Press. Fisher, Alec. (2009). Berpikir Kritis. Jakarta: Erlangga. Hassoubah,Z. (2007). Develoving Creative and Critical Thinking Skills (terjemahan). Bandung: Yayasan Nuansa Cendia. Indrawati. (2005). Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi. Bandung: Pusat Pengembangan dan Penataran Guru IPA. Iskandar. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Referensi (GP Press Group). Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama. Singarimbun & Effendi. (2009). Belajar Konsep. Jakarta: Erlangga. Sukmadinata, Nana, Syaodh. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Undang-undang RI, Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: DEPDIKNAS. 27
8 28
BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan sebagai
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai salah satu sumber belajar, selalu berusaha memberikan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru sebagai salah satu sumber belajar, selalu berusaha memberikan cara yang terbaik dalam melakukan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar proses pembelajaran
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA DANENGSIH, S.Pd., NIP.196506051992032011 ABSTRAK Berdasarkan hasil pengamatan di SDN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang SMK Pelita merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan bisnis dan manajemen yang ada di kota Salatiga. SMK Pelita memiliki beberapa program keahlian yaitu Perhotelan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara. Sebaliknya,
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana
Lebih terperinciPeningkatan Prestasi Belajar PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Melalui Metode Mind Mapping Bagi Siswa Kelas V SD Karya Thayyibah Baiya
Peningkatan Prestasi Belajar PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Melalui Metode Mind Mapping Bagi Siswa Kelas V SD Karya Thayyibah Baiya Danir SD Karya Thayyibah Baiya, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN
PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN Dwi Muchindasari SMP Negeri 4 Madiun E-mail: dwimuchin@yahoo.com Abstrak
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SDN SIDOMULYO 03 SEMBORO TAHUN PELAJARAN 2013/2014
PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SDN SIDOMULYO 03 SEMBORO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Sri Wahyuni 19 Abstrak. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara. Sebaliknya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang di sengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, Mei 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN SD Negeri 02 Kebonsari, Karangdadap, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan Bangsa Indonesia dan berdasar kepada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia.
Lebih terperinciPenerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains (Sifat Benda) di Kelas IV SDN 2 Karamat
Penerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains (Sifat Benda) di Kelas IV SDN 2 Karamat Maria Ulpa Djuanda, Fatmah Dhafir, dan Minarni Rama Jura Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan SMK di Indonesia. Karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran kewirausahaan merupakan mata pelajaran yang penting dalam dunia pendidikan. Dan termasuk mata pelajaran atau materi wajib yang memiliki arti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang RI No. 20 Pasal 1 ayat 1 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.
Lebih terperinciDwi Ambarwati 1. PENDAHULUAN
TERSEDIA SECARA ONLINE http://journal2.um.ac.id/index.php /jpg/ JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI: Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi Tahun 22, No. 2, Juni 2017 Halaman: 76-84
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciJurusan Pendidikan Ekonomi Prodi S1 Pendidikan Ekonomi
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS X AK 1 SMK NEGERI 1 BATUDAA KABUPATEN GORONTALO Sofyawati Usman Jurusan Pendidikan Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan
6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kritis Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan tertentu dapat dikatakan berpikir dimana dapat dikatakan berpikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses untuk menuntun siswa agar mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya sadar yang dilakukan agar siswa dapat mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan suatu proses untuk
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Gina Rosarina 1, Ali Sudin, Atep Sujana 3 123 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah karena tidak hanya sekedar menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi melibatkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam hal belajar seringkali dikaitkan dengan penggunaan sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran sangat dibutuhkan untuk menambah ketertarikan para siswa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, menyatakkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan
Lebih terperinci: Model pembelajaran inkuiri, keaktifan siswa, hasil belajar siswa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA MATERI BENDA DAN SIFATNYA DI KELAS III SD NEGERI PADURENAN 04 BEKASI Aningsih Irnawati Sapitri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun harkat dan martabat suatu bangsa. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi pokok dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Karena itu pengembangan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang penting diajarkan sejak dini. Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal utama terhadap pengembangan kualitas sumber daya manusia dan masyarakat suatu bangsa, karena pendidikan mengacu pada suatu wawasan
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin
1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI Oleh Sartin Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106
PENINGKATAN MINAT BELAJAR PKn MELALUI PEMANFAATAN MEDIA KARTU KUIS WHO AM I BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 BOLONG KARANGANYAR. TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju mundurnya suatu bangsa karena pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA
PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA Oleh Lilis Dahlia 82321112082 Abstrak Dalam proses pembelajaran matematika
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI Yeni Sugianti Surel : yeni.sugianti00@gmail.com ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Irma Daniyati dan Sri Sudarmini Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya SMA Negeri 11 Surabaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses belajar mengajar antara guru dengan siswa untuk pengembangan potensi diri yang dilakukan secara sadar dan terencana agar dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melalui mata pelajaran Kewarganegaraan juga diharapkan warga Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran kewarganegaraan merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan membentuk diri berdasarkan ciri-ciri masyarakat Indonesia. Melalui mata pelajaran ini
Lebih terperinciMeningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai
Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Margareta Ni Made Ardani Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciJUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman
JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: 2407-1269 Halaman 263-268 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C pada Materi Pencemaran Lingkungan Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle di SMP Muhammadiyah
Lebih terperinciRosyidatul Nur Laily Universitas Muhammadiyah Jember, Jl. Karimata No
4-029 PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA MELALUI EVERYONE IS A TEACHER HERE IMPROVEMENT OF STUDENTS LEARNING OUTCOMES THROUGH EVERYONE IS A TEACHER HERE Rosyidatul Nur Laily Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia harus menapaki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arus globalisasi yang semakin meluas mengakibatkan munculnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan terutama lapangan kerja, dibutuhkan sumber daya manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup tingkat rendah hingga makhluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan di jaman sekarang semakin berkembang karena dengan adanya perubahan kurikulum yang semakin pesat. Model pembelajaran yang dipakai pun bermacam-macam.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan oleh penulis di kelas XII-A SMK 45 Lembang, baik wawancara dengan guru maupun siswa, diketahui bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya mendengarkan, mencatat kemudian menghapal materi pelajaran yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak terlepas dari peran guru dalam pembelajaran dikelas. Guru berperan penting dalam keberhasilan belajar siswa. Peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya (Hamalik, 2004:79). Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar dan pembelajaran merupakan dua aspek yang hakikatnya tidak dapat dipisahkan belajar didalam kelas dilakukan oleh siswa sedangkan pembelajaran dilakukan oleh
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kontekstual Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Piaget (Suherman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan
Lebih terperinciElisabeth Natalia Krainova Alumni Prodi PPKn FKIP Universitas Tadulako Palu. Kata kunci: Jigsaw, Mengembangkan Karakter, Pebelajar.
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER PEBELAJAR KELAS X B SMA KATOLIK SANTO ANDREAS PALU PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Oleh: Elisabeth Natalia Krainova
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG Farraz Putri Febriani, Suminah PP3 Jalan Ir. Soekarno No. 1 Blitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri.
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK
312 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK Khairul Asri Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Serambi Mekkah email: khairul.asri@serambimekkah.ac.id
Lebih terperinciPENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO
PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO Ira Daniati Universitas Negeri Malang Abstrak Observasi awal diketahui bahwa metode pembelajaran Geografi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER. Nur Waqi ah
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER Nur Waqi ah Guru SDN Tampungrejo Kec. Puri Kab. Mojokerto Email: nurwaqiah1961@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciPenerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli
Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli Samriah Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum penelitian dilakukan, dalam kegiatan pembelajaran IPS di Kelas 4 guru masih menggunakan metode pembelajaran tradisional.
Lebih terperinciMuhammad Iqbal Baihaqi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Balitar
KONSTRUKTIVISME, Vol. 9, No. 2, Juli 2017 p-issn: 1979-9438; e-issn: 2442-2355 FKIP Universitas Islam Balitar, Blitar Http://konstruktivisme.unisbablitar.ejournal.web.id; Email: konunisba@gmail.com PENERAPAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No, 1 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Dini Apriani 1, Atep Sujana 2, Dadang Kurnia
Lebih terperinciPENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS
PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Ani Rosidah, M.Pd anirosidah.cjr@gmail.com Universitas Majalengka (UNMA) ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.
A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Pendidikan di Indonesia kini telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Pengertian
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Rosmian Situmorang Guru IPS SMPN 1 Lubuk Pakam Surel : rosmian.situmorang@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian yang dilakukan meliputi: a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang meliputi wawancara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,
- 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangatlah penting bagi manusia karena didalam pendidikan, maka akan mendapatkan berbagai macam pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap
Lebih terperinciOleh: Purningsih, S.Pd. SMK YPT Purworejo Abstrak
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS XII TKR A SMK YPT PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Purningsih, S.Pd. SMK
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KKPI PADA SISWA SMKN 2 MALANG
Tysna Irdani, Atmadji Sutiko; Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar KKPI Pada Siswa SMKN 2 Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya. Jadi bukan ditentukan oleh canggihnya peralatan atau megahnya gedung, juga tidak tergantung
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan
Lebih terperinciPenerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Alam Dan Sosial Budaya
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Alam Dan Sosial Budaya Mutia Agisni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang penting bagi siswa. Hal ini tercantum dalam fungsi dan tujuan mata pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan
Lebih terperinciPENERAPAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KOPERASI UNTUK MENGETAHUI KETUNTASAN BELAJAR SISWA KELAS XII AK 3 DI SMK NEGERI 2 BLITAR
PENERAPAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KOPERASI UNTUK MENGETAHUI KETUNTASAN BELAJAR SISWA KELAS XII AK 3 DI SMK NEGERI 2 BLITAR Wahyu Dwinda Waskito Fakultas Ekonomi, UNESA, Kampus Ketintang
Lebih terperinciPenerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No.1 ISSN 2354-614X Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi
Lebih terperinciSagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 3 No. 2 Januari-Juni 2017
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HAL BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI DAN BENDA LANGIT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SMALL GROUP DISCUSON Nany Suprapti Sekolah Dasar Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan suatu bangsa karena merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Putu Ayu Puspayanti, Lilies, Bustamin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII A SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh :
Lebih terperinciDeti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak
Jurnal Euclid, vol.3, No.1, p.394 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN PENDEKATAN INQUIRY/DISCOVERY Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; dheti_ah@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti di dalam kehidupan manusia, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Lebih terperinciKOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH
KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH Siti Halimatus Sakdiyah dan Kurnia Tri Yuli Prodi PGSD-FIP Universitas Kanjuruhan Malang E-mail: halimatus@unikama.ac.id
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam
Lebih terperinciTHINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014
THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Alis Suryanti Guru SDN 1 Purwosari Kec. Padangratu E-mail: Alissurnyanti@gmail.com
Lebih terperinciPenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak Mikran, Marungkil Pasaribu, I Wayan Darmadi Email: Mikran_fisika@yahoo.com
Lebih terperinci