BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kursi Pengemudi Salah satu parameter penentu kenyamanan dalam berkendara adalah pada jok atau kursi yaitu tempat dimana penumpang dan pengemudi meletakkan beban tubuhnya sepanjang berkendara. Jok yang nyaman merupakan setengah dari kepuasan berkendara. Secara umum kursi pengemudi adalah tempat duduk bantalan yang berfungsi menopang beban tubuh penumpang atau pengemudi dan sebagai peredam guncangan pada kendaraan diasaat kendaraan melalui jalanan yang tidak rata. 2.2 Pengertian Ergonomic Ergonomic berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu ergon berarti kerja dan nomos berarti aturan atau hukum. Jadi secara harafiah ergonomic adalah suatu aturan atau norma dalam system kerja. Ergonomic adalah ilmu yang mempelajari mengenai sifat dan keterbatasan manusia yang digunakan untuk merancang system kerja sehingga system tersebut dapat bekerja dengan baik. Dapat pula dikatakan bahwa aplikasi ilmu ergonomic adalah membentuk kondisi yang EASNE yaitu efektif, aman, sehat, nyaman, dan efisien.(tarwaka,2004) 5

2 6 Berdasarkan dari pengertian di atas maka dapat mulai dibayangkan, mengapa ergonomic sangat penting. Ergonomic tidak terbatas hanya pada rancangan kursi yang baik atau meja yang ergonomis saja, melainkan jauh lebih luas, yakni merancang metode, alat dan system kerja sesuai dengan manusianya (pekerja) atau dikenal dengan istilah Human Centered Design. Hal yang paling unik dari ergonomic itu sendiri adalah perhatian yang sangat besar yang diberikan untuk manusia.(santoso,2004) Manusia merupakan makhluk sempurna yang juga memiliki keterbatasan. Beberapa keterbatasan tersebut dapat telihat pada kapasitas manusia dalam melakukan segala aktivitasnya. Tidak satupun individu mampu melakukan aktivitas kerja tanpa istirahat baik itu pekerjaan fisik maupun mental. Bahkan dengan kondisi yang dianggap sudah baik terkadang hasil kinerja yang diberikan tidak sesuai dengan harapan. Manusia merupakan makhluk yang sangat kompleks. Banyaknya faktor-faktor luar yang saling berinteraksi akan mempengaruhi kinerja manusia baik sebagai individu maupun kelompok. Segala faktor-faktor luar, beban pekerjaan, dan kapasitas manusia yang ia miliki itulah yang dipelajari secara mendalam dalam ilmu ergonomic. Ergonomic secara umum dibagi menjadi dua cabang ilmu penting yakni, ergonomic mikro dan ergonomic makro. Perbedaannya adalah sebagai berikut: 1. Ergonomic mikro, merupakan keilmuan ergonomic yang kita kenal banyak sekarang. Jika anda pernah mempelajari ergonomic dan mendengar istilah-istilah seperti fisiologi kerja, biomekanika kerja, lingkungan fisik, antropometri, dan lain-lain, halhal tersebut merupakan keilmuan dalam lingkup ergonomic mikro. Secara umum, ergonomic mikro merupakan keilmuan dalam lingku mikro yakni lingkup stasiun kerja (work station).

3 7 2. Ergonomic makro, merupakan keilmuan yang jauh lebih luas. Keilmuan ergonomic makro mencakup organisasi, perusahaan, masyarakat luas atau bahkan Negara. Konsep dasar yang melatarbelakangi ergonomic adalah adanya perbedaan pada kemampuan dan tuntutan dari pekerjaan itu sendiri yang selanjutnya disebut sebagai kapasitas (capacity) dan tuntutan pekerjaan (demand). Kapasitas haruslah selalu lebih besar dari tuntutan pekerjaan, lebih mudah dinyatakan dengan C > D. jika formula tersebut tidak terpenuhi, maka dapat dipastikan manusia dan pekerjaanya akan mengalami masalah (baik langsung maupun tidak). Menyatakan ergonomic dengan menggunakan pendekatan yang lebih menyeluruh yaitu focus utama, tujuan, dan pendekatan utama, dimana penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Secara focus Ergonomic memfokuskan diri pada unsur manusia dan interaksinya dengan produk, fasilitas, dan lingkungan-lingkungan kerja. 2. Secara tujuan Tujuan yang hendak dicapai ergonomic adalah peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja yang dihasilkan oleh system manusia-mesin, sambil tetap mempertahankan unsur kenyamanan serta kesehatan dan keselamatan kerja sebaik mungkin. 3. Secara pendekatan Pendekatan ergonomic adalah penggunaan informasi mengenai kemampuan dan keterbatasan manusia pada perenangan system kerja mauppun prosedur kerja.

4 8 Gambar 2.1 Posisi Duduk Yang Tepat Saat Mengemudi Secara ruang lingkup ergonomic merupakan perpaduan antara beberapa bidang ilmu, antara lain ilmu faal, anatomi dan kedokteran, psikologi faal, ilmu fisika dan teknik. Ilmu faal dan anatomi memberikan gambaran bentuk tubuh manusia, kemampuan tubuh atau anggota gerak untuk mengangkat atau ketahanan terhadap suatu gaya yang diterimanya, serta satuan ukuran besaran panjangnya suatu anggota tubuh. Psikolog faal memberikan gambaran terhadap fungsi otak dan system persyaratan dalam kaitannya dengan tingkah laku, sementara eksperimental mencoba memahami suatu cara bagaimana mengambil sikap, memahami, mempelajari, mengingat serta mengendalikan proses motoric. Sedangkan ilmu fisika dan teknik memberikan informasi yang sama untuk desain dan lingkungan dimana operator terlibat. Focus ergonomic melibatkan tiga komponen utama yaitu manusia, mesin, dan lingkungan yang saling berinteraksi antara satu sama dengan yang lainnya. Interaksi tersebut menghasilkan suatu system kerja yang tidak biasa dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya yang dikenal dengan istilah worksystem.

5 9 Dalam ergonomic, manusia merupakan titik sentral. Sebagai titik sentral, maka keterbatasan manusia haruslah menjadi patokan dalam penataan suatu produk yang ergonomis. Keterbatasan itu dapat berasal dari dalam, maupun dari luar manusia. Faktor yang berasal dari dalam misalnya kekuatan otot, dan bentuk serta ukuran tubuh. Sedangkan faktor dari luar yaitu lingkungan kerja, penyakit, gizi, dan social ekonomi.(nurmianto,2003) Gambar 2.2 Posisi Mengemudi Menurut Ergonomic

6 Diagram Fishbone Gambar 2.3 Sebelum Improvement Gambar 2.4 Sesudah Improvement

7 Fungsi Kursi Pengemudi dari Segi Ergonomic Kursi pengemudi adalah tempat untuk menopang tubuh dan peredam guncangan. Penerapan ergonomic dalam berkendara dimaksudkan agar pengemudi saat berkendara selalu atau sebisa mungkin dalam keadaan selamat, sehat, produktif dan menghasilkan output berkualitas. Ergonomic sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan dari para pengemudi dan interaksi antara manusia dengan unsur-unsur kerja. Kursi atau jok yang ergonomic ini dimaksudkan harus bisa menyangga tulang, karena meski sedang bersandar sebenarnya otot punggung tetap bekerja. otot tulang punggung baru dapat beristirahat pada saat kita sedang tidur. Dan kursi pengemudi ergonomic ini dimaksudkan dapat berfungsi mengatasi permasalahan pada postur tubuh tulang belakang.(nurmianto,1998) 2.5 Jenis-Jenis Kursi Pengemudi Kursi Pengemudi Mobil Kursi pengemudi mobil biasa disebut sebagai tempat duduk yang berfungsi sebagai penopang tubuh dan meredam guncangan. Gambar 2.5 Kursi Pengemudi Mobil

8 Kursi Pengemudi Bus dan Truck Kursi pengemudi ini hampir sama dengan kursi pengemudi mobil, perbedaannya ada pada suspensi yang berada pada bawah kursi pengemudi bus dan truck. Gambar 2.6 Kursi Pengemudi Bus Dan Truck 2.6 Sensor Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk merubah suatu besaran fisik menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkaian listrik tertentu. Hampir seluruh peralatan elektronik yang ada mempunyai sensor didalamnya, pada saat ini sensor tersebut telah dibuat dengan ukuran sangat kecil. Ukuran yang sangat kecil ini sangat memudahkan pemakaian dan menghemat energi. Sensor merupakan bagian dari transducer yang berfungsi untuk melakukan sensing atau merasakan dan menangkap adanya perubahan energi eksternal yang akan masuk ke bagian input transducer, sehingga perubahan kapasitas energi yang ditangkap segera dikirim kepada bagian kovertor dari transducer untuk dirubah menjadi energi listrik. Sistem kontrol saat ini telah berkembang menuju suatu sistem yang terintegrasi dimana setiap subsitem tunggal adalah bagian yang berbeda dari unit yang sama pengukuran dibuat oleh sensor.(toyibu,2003)

9 Jenis-Jenis Sensor Sensor Suhu Gambar 2.7 Sensor Suhu Alat yang digunakan untuk merubah besaran panas menjadi besaran listrik. Ada beberapa metode yang digunakan untuk membuat sensor ini, salah satunya dengan cara menggunakan material yang berubah hambatanya terhadap arus listrik sesuai dengan suhunya. Sensor Cahaya Gambar 2.8 Sensor Cahaya Alat yang digunakan untuk merubah besaran cahaya menjadi besaran listrik. Prinsip kerja dari alat ini adalah mengubah energi foton menjadi elektron. Seperti namanya sensor ini digunakan terhadap- objek-objek yang memiliki bentuk warna atau cahaya, yang diubah menjadi daya yang berbeda-beda

10 14 Sensor Tekanan Gambar 2.9 Sensor Tekanan Sensor tekanan memiliki transducer yang mengukur ketegangan kawat, dimana mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Dasar penginderaanya pada perubahan tahanan pengantar yang berubah akibat perubahan panjang dan luas penampangnya. Sensor Proximity Gambar 2.10 Sensor Proximity Sensor proximity atau yang disebut sensor jarak adalah sebuah sensor yang mampu mendeteksi keberadaaan benda yang berada didekatnya tanpa melakukan kontak fisik secara langsung. Biasanya sensor ini terdiri dari alat elektronis solid-state yang terbungkus rapat untuk melindungi dari pengaruh getaran, cairan, kimiawi, dan korosif yang berlebihan.

11 15 Sensor Ultrasonik Gambar 2.11 Sensor Ultrasonik Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan perbedaan waktu sebagai dasar penginderaanya. Perbedaan waktu antara gelombang suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Sensor ultrasonik hanya dapat mengukur pada bidang pantul dengan kemiringan maksimal 20 derajat pada rentang 60 sampai 200 cm. Kemiringan maksimal ini berkurang sampai 0 derajat pada tinngi 400 cm.(u.m.zaeny,2006) Sensor Magnet Gambar 2.12 Sensor Magnet

12 16 Sensor magnet atau disebut relay buluh, adalah alat yang akan terpengaruh medan magner dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya saklar dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di sekitarnya. Biasanya sensor ini dikemas dalam benuk kemasan yang hampa dan bebas dari debu, kelembapan, asap ataupun uap. Sensor Kecepatan (RPM) Gambar 2.13 Sensor Kecepatan Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan proses kebalikan dari suatu motor, dimana suatu poros/object yang berputar pada suatu generator akan menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan putaran object. Kecepatan putar sering pula diukur dengan menggunakan sensor yang mengindera pulsa magnetis (induksi) yang timbul saat medan magnetis terjadi. Sensor Penyandi (Encoder) Gambar 2.14 Sensor Penyandi (Encoder)

13 17 Sensor penyandi (encoder) digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari suatu alat. Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi. Yaitu penyandi rotari tambahan yang akan membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar dan penyandi absolut mempunyai cara kerja yang sama dengan perkecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yan dihasilkan sehingga suatu pengkodean dalam susunan tertentu. Tuntunan untuk memeriksa komposisi gas buang untuk membatasi polusi lalu lintas perkotaan dan untuk mengurangi konsumsi memaksa penerapan sistem kontrol mesin elektronik. Sistem kontrol elektronik termasuk sistem terpisah memeriksa pasokan waktu, pengapian dan resirkulasi gas buang. Sistem kontrol ini telah berkembang menuju suatu sistem yang teritegrasi dimana setiap subsistem tunggal adalah bagian yang berbeda dari unti yang sama, pengukuran dibuat oleh sesnsor mewakili input dari jenis sistem adalah sebagai berikut : (Toyibu,2003) Kuantitas aliran udara, kecepatan poros penggerak, posisi sudut poros penggerak Konsentrasi oksigen di gas buang, suhu pendingin Posisi katup throttle Tranducer Tranducer adalah alat yang berfungsi untuk mengubah suatu bentuk energi tertentu ke dalam bentuk energi lain, dalam hal ini biasanya selalu diubah kedalam bentuk energi listrik. Alasan mengapa energi listrik yang berupa arus atau tegangan listrik ini merupakan pilihan yang paling banyak digunakan antara lain : 1. Energi listrik paling mudah untuk dimanipulasi, artinya mudah diatur dan dirubah baik dari segi bentuknya, frekuensinya maupun kegunaanya. 2. Energi listrik mudah disimpan atau jika dalam bentuk analog akan di simpan dalam baterai dan jika bentuknya adalah digital akan disimpan dalam memori.

14 18 Peningkatan otomatisasi jalan kendaraan adalah melalui penerapan sistem sensor untuk pengendalian komponen kendaraan dan subsistem.sensor cocok untuk mengontrol dan melakukan diagnostik sistem,pengembangan sesnsor baru murah,handal dan direncanakan digunakan dalam bidang mobil telah dibut diperlukan untuk kemajuan dalam teknologi.(toyibu,2003) 2.7 Komponen Kursi Pengemudi 1. Sasis (Frame) Sasis adalah kerangka internal yang menjadi dasar produksi sebuah objek, sebagai penyokong bagian-bagian seperti mesin atau alat elektronik objek tersebut. Sasis dapat dianalogikan dengan kerangka tulang pada binatang. Pada kendaraan bermotor seperti mobil, sasis terdiri dari kerangka bagian bawah mobil, roda, transmisi, system suspense, dan mesin. Pada kendaraan tempur lapis baja, sasis dapat terdiri dari bagian bawah badan kendaraan, termasuk roda rantai, mesin, kursi supir, dan tempat awak kendaraan. Gambar 2.15 Sasis Kursi Pengemudi

15 19 2. Rel Penggeser (Slide Rail) Pada kursi pengemudi rel penggeser berfungsi untuk menggerakkan posisi kursi pengemudi kedepan atau kebelakang. Gambar 2.16 Rel Penggerak (Slide Rail) 3. Suspensi Dasar (Base Suspension) Suspensi dasar berfunsi sebagai mengurangi getaran bokong pengemudi pada kendaraan. Gambar 2.17 Suspensi Dasar (Base Suspension)

16 20 4. Suspensi Belakang (Back Suspension) Berfungsi sebagai mengurangi getaran punggung pengemudi pada kendaraan. Gambar 2.18 Suspensi Belakang (Back Suspension) 5. Sabuk Wadah (Belt Receptacle) Sebagai tempat pengunci sabuk pengaman pada kursi pengemudi. Gambar 2.19 Sabuk Wadah (Belt Receptacle) 6. Senderan Kepala (Headrest) Gambar 2.20 Senderan Kepala (Headrest)

17 21 7. Mekanisme Berbaring (Reclining Mechanism) Bagian ini berfungsi untuk mengatur kemiringan senderan kursi pengemudi. Gambar 2.21 Mekanisme Berbaring (Reclining Mechanism) 8. Busa Jok Gambar 2.22 Busa Jok

18 22 9. Kulit Jok Kulit jok adalah lapisan kulit atau luar dari bagian kursi pengemudi Gambar 2.23 Kulit Jok 10. Bodi Belakang Kursi (Seat Back Cover) Gambar 2.24 Bodi Belakang Kursi (Seat Back Cover) 2.8 Posisi Duduk Pengemudi Menurut Ergonomicnya Kursi pengemudi adalah komponen yang pertama disetel. Prinsip pengaturannya yaitu, lutut harus membentuk sudut sekitar 110. Seorang pengemudi mesti mendapatkan posisi mengeudi yang tepat terlebih dahulu sebelum menjalankan kendaraannya. Pengaturan ini berguna untuk menjamin keamanan, keselamatan, dan kenyamanan dalam berkendara. Dengan posisi mengemudi yang tepat membuat pengemudi dapat memutar serta meminimalkan potensi cidera bira terjadi kecelakaan.

19 23 Posisi ini berguna agar kaki bisa menekan pedal-pedal dengan kekuatan maksimum dan tidak menimbulkan cidera. Untuk mendaatkan hal ini, pengemudi mesti memajumundurkan kursi pengemudi. Tuas pengaturan biasanya berada pada dibawah kursi pengemudi di sisi kanan atau kiri, atau di bagian depan. Untuk kursi pengemudi mobil yang sudah digerakkan secara elektrik, pengemudi tinggal menekan tombol di samping bawah kanan supir. Setelah itu baru setel sandaran punggung di kursi (backrest). Patokannya, bagian ini mesti menopang seluruh bagian punggung dengan baik. Pengaturannya memanfaatkan tuas di samping jok, bisa berupa pengunci atau kenop putar. Pada beberapa tipe mobil juga dilengkapi penyetelan tambahan seperti ketinggian, kedalaman, kursi pengemudi, atau lumbar support. 2.9 Permasalahan Kursi Pengemudi dalam Berkendara Mengemudi sudah menjadi kegiatan yang dilakukan setiap hari oleh masyarakat. Tapi kegiatan ini bisa menimbulkan beberapa masalah dalam mengendarai kendaraan yaitu bagian tubuh pengemudi. Permasalahan yang biasanya muncul dalam mengendarai kendaraan adalah ketika pengemudi berkendara untuk jarak jauh atau setiap hari mengemudi kendaraannya dengan posisi yang salah sehingga menimbulkan rasa nyeri atau sakit di beberapa bagian tubuh. Beberapa permasalahan yang sering terjadi pada pengemudi: Sakit Punggung Hal ini kerap terjadi oleh para pengemudi di saat mengemudi dengan jarak jauh dikarenakan posisi kursi pengemudi yang tidak tepat pada kemiringan yang tidak disesuaikan dengan posisi punggung pengemudi.

20 Nyeri Dileher dan Bahu Nyeri di leher dan bahu biasanya terjadi dikarenakan disaat pengemudi mengendarai kendaraannya sering menengok kepalanya pada saat berkendara dan memutar-mutar setir kendaraan, biasanya hal ini terjadi jika pengemudi menyetir dalam waktu yang cukup lama Cidera Stress yang Berulang Cidera stress yang berulang, biasanya terjadi pada pengemudi truk atau bus yang mengemudi dengan jarak jauh sehingga merasa nyeri di bahu, siku, serta pergelangan tangan Berefek Degradasi Mengemudi terlalu lama dapat menyebabkan degenerasi. Yang dimaksud dengan degenerasi adalah proses penuaan yang terjadi lebih cepat, bantalan tulang yang bersifat elastis akan berkurang keelastisannya. Disebabkan kandungan cairan dibagian itu berkurang, akibatnya badan sering terasa ngilu. Jika posisi mengemudi membentuk postur tubuh yang tidak benar, apalagi berjam-jam dalam berkendara maka struktur tulang belakang mengalami kelelahan, karena sebagai penyeimbang jika posisi mengemudi tidak lazim, otot dapat fatigue (lelah). Struktur tulang belakang terdiri dari sendi, bantalan, saraf dan otot. Semuanya bekerja supaya tulang dapat bergerak dan berdiri tegak.

21 Adanya Ketegangan pada Paha Belakang Hal ini biasa terjadi bagi para pengemudi dikarenakan posisi duduk yang salah dan pada saat menginjak pedal-pedal otot pada paha belakang terjadi ketegangan Kram pada Tungkai Kaki Kram pada tungkai kaki biasa terjadi dikarenakan posisi tungkai kaki yang kurang tepat saat berkendara sehingga sirkulasi darah terhambat dan menyebabkan kram pada tungkai kaki. Gambar 2.25 Sakit Punggung Kondisi ini biasanya disebabkan oleh terlalu lama duduk dan tidak mendapatkan dukungan yang baik dari tulang belakang, postur menyetir yang salah, melakukan gerakan yang sama berulang-ulang dalam 1 menit serta adanya getaran ban yang mempengaruhi otot. Jalan yang tidak rata atau polisi tidur dapat menyebabkan getaran dari kendaraan yang mempengaruhi tulang belakang. Jika postur tubuh tidak tepat pada

22 26 saat mengemudi, maka getaran ini bisa menyebabkan cidera. Paparan jangka panjang dapat menyebabkan disc herniation (bantalan antara ruas tulang belakang didorong keluar posisi normal yang menyebabkan iritasi pada saraf tulang belakang). Adapun sandaran yang bagus itu agak tegak, lantaran membuat pengemudi rileks. Dalam posisi itu otot tidak bekerja terlalu keras untuk menyangga tulang. Sehingga pengemudi pun lebih tahan lama menyetir, namun tentunya jangan terlalu tegak. Sebab jika pada saat posisi mengerem mendadak dapat membahayakan dada menumbuk panel dasbor. Posisi menyetir dengan posisi-posisi badan yang menjuah pada lingkar setir tidak direkomendasikan, dikarenakan tangan meraih setir terlalu jauh. Sehingga meski punggung menempel pada sandaran, kepala akan maju dan leher dapat menyebabkan kelelahan pada leher. Selain posisi, durasi mengemudi yang kelamaan juga berpotensi pada badan pegal-pegal. Jadi tidak dianjurkan pengemudi menyetir kendaraannya untuk waktu yang lama, disebabkan otot punggung yang tidak kuat lagi menopang tulang. Akibatnya tekanan yang diterima tubuh mencapai ke sendi. Meski belum ada studinya namun diasumsikan pada efeknya Hal Hal yang Perlu Diperhatikan pada Kursi Pengemudi dalam Berkendara Dalam berkendara pengemudi harus memperhatikan beberapa hal penting pada kursi pengemudi. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kursi pengemudi dalam berkendara:

23 Keamanan Maksud dari keamanan yaitu agar meminimalisir cedera yang dialami oleh pengemudi, misalnya: 1. Maneuver berkendara yang terbatas dikarenakan duduk terlalu dekat dengan kemudi. 2. Cedera tulang punggung (syaraf tulang belakang) dikarenakan posisi duduk yang tidak tepat dan badan tidak tertopang dengan aman di kursi pengemudi. 3. Kemungkinan lepas kendali tangan (terlepas dari kemudi) bila duduk terlalu jauh saat kendaraan melewati jalan rusak atau menyenggol trotoar Kenyamanan Keamanan adalah prioritas dari faktor kenyamanan. Namun faktor ini bukanlah yang tidak penting dalam pengaturan posisi duduk pada saat berkendara. Agar pengemudi tidak mudah lelah, dan merasa nyaman saat berkendara yaitu memposisikan posisi pengemudi dengan tepat sampai pengemudi merasa nyaman saat berkendara Kontrol Kontrol ini bertujuan memudahkan mengontrol situasi sekitar dan dapat melihat maksimal semua sisi di sekitar kendaraan. Salah satu faktor berkendara aman adalah mendapatkan pandangan yang aman. Selain itu pengemudi juga dapat dengan mudah mengontrol semua instrument indikator di dalam kendaraan.

24 Komunikasi Posisi duduk yang benar akan memudahkan pengemudi menjangkau peralatan atau tombol perlengkapan. Misalnya tombol lampu-lampu, klakson, wiper dan lainnya. Dengan demikian memudahkan saat melakukan komunikasi dengan pengguna jalan lain. Seperti saat akan berbelok. Untuk mencapai tujuan di atas ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan untuk mendapatkan posisi duduk dengan berat badan yang benar. Posisi duduk pengemudi harus sehat, duduk dengan berat badan bertumpu pada bagian bokong bukan dengan punggung. Berikut memposisikan duduk yang benar: 1. Dimulai dengan mengatur tempat duduk bagian bawah. Diatur tidak terlalu jauh dari posisi pedal-pedal. Ketika kaki kiri sedang mengoperasikan pedal koling, kaki dapat menapak secara maksimal kelantai kendaraan. Selain itu, ketika kaki kiri sedang mengoperasikan pedal kopling tumit masih bisa menempel pada permukaan lantai. 2. Selanjutnya dalam posisi normal, kedua kaki diatur agar tidak terlalu menekuk. Kondisi menekuk berjam-jam akan membuat sirkulasi darah pada bagian kaki tidak lancer. Konsekuensinya adalah kepenatan. Hal ini ternyata mempengaruhi kualitas konsentrasi. Dengan demikian kepenatan harus dapat diantisipasi dengan baik. 3. Kemudian atur posisi badan dengan menggunakan pengaturan kursi pengemudi. Caranya tempatkan salah satu tangan pada titik paling jauh dari linkar kemudi. Yaitu (jika kemudi diibaratkan sebuah jam) pada jam 12, tangan harus lurus dan pergelangan tangan tepat di jam 12. Maka jarak badan anda sudah tepat.

25 29 4. Pada posisi normal kedua tangan diletakkan pada posisi aman yaitu pada jam 9 3 senderung antara Dengan posisi ini maka pengoperasian setir akan leluasa. Jika terjadi tabrakan, badan pengemudi tidak terlalu dekat dengan kolom setir. Sehingga benturan keras pun pada badan dapat terhindar. Dalam keadaan mobil bergerak liar pengemudi pun akan dapat mengolah roda kemudinya tanpa harus menggerakkan punggungnya keluar dari backrest atau sandaran kursi. 5. Posisi duduk dimana punggung kadang menempel kadang tidak menempel pada sandaran adalah indikasi posisi duduk yang terlalu jauh dari lingkaran kemudi. Sebaliknya ketika tangan sedang menarik ke bawah dan siku menempel pada perut, maka ini menandai bahwa posisi duduk terlalu dekat. Gambar 2.26 Posisi Duduk Pengemudi Yang Tepat. Sitting position sangat penting dalam mengoperasikan kendaraan dengan maksimal. Sehingga para pembalap membuat posisi duduk sedemikian rupa agar ia dapat maksimal mengendalikan kendaraannya. Namun factor keamanan dan kesehatan menjadi pertimbangan. Posisi duduk yang salah selain meletihkan juga akan mempengaruhi keamanan.

26 Buzzer Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hamper menyerupai dengan load speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi electromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara. Buzzer biasa digunakan sebagai indicator bahwa proses telah selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm). Gambar 2.27 Buzzer

27 Summary Nyeri punggung merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari. Prevalensi nyeri pinggang pada pemandu seperti pengemudi, pengendara sepeda motor, atau penarik becak lebih tinggi berbanding pekerjaan-pekerjaan lain, yang menunjukkan masalah nyeri punggung bawah yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering terjadi saat ini. Berdasarkan survey yang sudah dilakukan pada supir bus trayek Manado-Langowan di Terminal Karombasan, ada banyak tempat duduk pengemudi yang sudah tidak layak digunakan oleh supir-supir dan kendaraan yang mereka gunakan sudah tergolong tua. Hal ini dapat memicu terjadinya gangguan musculoskeletal seperti sakit pinggang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara durasi mengemudi dan factor ergonomic dengan keluhan sakit pinggang pada supir bus trayek Manado- Langowan di Terminal Karombasan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode observasional analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah semua supir bus trayek Manado-Langowan yang ada di terminal angkutan umum Karombasan yang berjumlah 68 orang dan diambil 40 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi nyeri pinggang pada supir bus tayek Manado-Langowan di Terminal Karombasan yaitu sebesar 62,5% dan berdasarkan hasil uji statistic dengan menggunakan uji chi square dengan = (0,05) menunjukkan adanya hubungan antara keluhan nyeri pinggang dengan durasi mengemudi (p value = 0,003), faktor ergonomic (p value = 0,000). Disarankan agar para supir memperhatikan posisi duduk dalam mengemudi, dan kendaraan-kendaraan yang sudah tua dan tidak layak pakai tidak perlu digunakan lagi. Perlu memperhatikan waktu kerja dan waktu istirahat misalnya berhenti sejenak dari aktivitas mengemudi untuk

28 32 istirahat. ( Miriam I.Y Hubungan Durasi Mengemudi Dan Faktor Ergonomi Dengan Keluhan Nyeri Pinggang Pada Supir Bus Trayek Manado-Langowan Di Terminal Karombasan) Dalam rangka pengembangan pengembangan mobil pick up GEA, PT. INKA berusaha unutk menghasilkan prosuk mobil nasional yang terbaik untuk masyarakat Indonesia. Salah satu masalah yang ada adalah kabin mobil pick up yang ada saat ini dirasa terlalu sempit dan tidak ergonomis bagi pengemudi pada saat berkendara. Sehingga perlu dilakukan analisa ergonomic yang digunakan untuk mengevaluasi kenyamanan pengemudi saat mengendarai mobil pick up dan selanjutnya akan dilakukan perbaikan. Analisa kenyamanan desain kabin mobil yang salah akan dibuat simulasinya melalui software CATIA V5. Simulasi tersebut digunakan untuk mengetahui nilai resiko cedera tubuh (RULA)yang akan terjadi. Perbaikan posisi tubuh mungkin dilakukan jika nilai resiko cedera tubuh yang didapat cukup tinggi. Dengan adanya perubahan tubuh, maka dilakukan perancangan alternative desain kabin yang baru. Desain kabin yang baru meliputi analisa dan perancangan semua komponen yang ada di dalamnya seperti kemudi, kursi, pedal, handbreak dan persneling mobil. Dari artikel ini didapatkan kajian ergonomic dari mobil pick up GEA dengan nilai resiko cedera tubuh pengemudi pada saat mengendarai mobil adalah 4 da saat memegang tuas handbreak yang bernilai 5. Kemudian dirancang desain kabin mobil yang baru dimana kursi antara pengemudi dan penumpang yang terpisah dan posisi handbreak dipindah ke sebelah kiri pengemudi. Desain kabin yang terlalu sempit diatasi dengan menurunkan frame dudukan kursi sebesar 80 mm, sudut sandaran kursi dirubah

29 33 menjadi 100, jok kursi mobil dipertipis sampai 60 mm, serta kursi mobil untuk pengemudi diberi slider agar dapat digerakkan maju mundur dan dapat disesuaikan dengan kondisi tubuh pengemudi. Berdasarkan perubahan desain tersebut, maka didapatkan nilai resiko cedera tubuh pada pengemudi menjadi 3 dan untuk penumpang bernilai 2 sehingga dapat dikatakan desain yang baru ini lebih ergonomis. (Fininawati Dwi Wahyuni. Perancangan Kabin Mobil Pick Up yang Ergonomis Dalam Rangka Pengembangan Mobil GEA) Kecenderungan posisi duduk ibu saat menyusui adalah tanpa sandaran, leher dan punggung membungkuk dengan membentuk posisi yang statis dan monoton. Hal ini tidak dibenarkan karena dapat menimbulkan sensasi ketidak nyamanan saat menyusui. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk meminimalisasi ketidak nyamanan dengan penggunanaan kursi ergonomis saat menyusui dengan harapan ibu dapat melakukan aktivitas menyusui dengan posisi duduk yang benar. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan pretest-posttest control group design dengan jumlah sampel 34 orang yang dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok control, masing-masing sebanyak 17 responden. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa penggunaan kursi ergonomis saat menyusui sedangkan pada kelompok control melakukan aktivitas menyusui seperti biasanya. Skor kenyamanan diperoleh dari skor ketidak nyamanan pada lembar body part discomfort scale. Data dianalisis dengan uji Wilcoxon Signed-Rank Test dan Mann- Whitney Test. Hasil uji Wilcoxon Signed-Rank Test menyatakan bahwa pada p-value 0,015 diketahui terdapat perbedaan rata-rata secara signifikan skor ketidak nyamanan antara

30 34 sebelum dan setelah pada kelompok eksperimen. Sedangkan pada uji yang sama, dengan p-value 0,977 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan skor ketidak nyamanan antara sebelum dan setelah pada kelompok control. Adapun uji Mann-Whitney menunjukkan dengan p-value 0,046. Berarti terdapat beda rata-rata skor ketidak nyamanan antara kelompok eksperimen dan kelompok control. Simpulan diperoleh bahwa penerapan kursi ergonomis dapat meningkatkan skor kenyamanan posisi duduk ibu menyusui. Sehingga, diharapkan pada ibu dapat menerapkan posisi duduk yang baik dan benar selama menyusui dengan menggunakan kursi ergonomis. (Sri Lisdiana Pengaruh Penggunaan Kursi Ergonomis Terhadap Kenyamanan Posisi Duduk Pada Ibu Menyusui Bayi Usia Samapai Enam Bulan Di Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2013) Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian Lubis (2009) mengenai keluhan yang dirasakan oleh pengguna jok mobil pengemudi tipe minibus. Masalah utama pada penelitian ini adalah apakah jok mobil tersebut sudah ergonomis untuk digunakan jika ditinjau berdasarkan analisis RULA menggunakan perangkat lunak desain CATIA V5R17. Dalam penelitian ini sebagian data telah ada karena penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan Lubis (2009). Sebagai pembantu dalam penelitian digunakan manikin dengan memberikan ukuran antropometri sesuai dengan data yang dikumpulkan. Berdasarkan analisis RULA (Rapid Upper Limb Assessment) menggunakan CATIA V5R17, dapat dilihat bahwa skor akhir menunjukkan angka 2 dan berwarna hijau.

31 35 Dengan demikian nilai tersebut juga mengindikasikan postur kerja pada produk jok mobil tersebut dianggap masih dapat diterima, selama pengemudi tidak berada terlalu lama atau berulang-ulang pada kondisi tersebut. Rekomendasi perbaikan desain jok mobil yang diberikan untuk mengurangi resiko pada lengan bawah salah satunya adalah dengan menambahkan pengaturan maju mundur dari jok mobil. Jok mobil rekomendasi juga ditambahkan lebar dan penyangga bahu agar tidak bergeser dari posisi utamanya. Selain itu direkomendasikan juga agar setir atau system kemudi dari kendaraan ini juga menggunakan tilt seetring dan telescope steering. Hasil analisis RULA dengan jok rekomendasi adalah bahwa skor lengan bawah yang tadinya 2 berubah menjadi 1 dan berwarna hijau. Dengan demikian nilai tersebut juga mengindikasikan ostur kerja pada produk jok mobil tersebut dianggap masih dapat diterima. (Yogie Miharja. Analisis Ergonomi Pada Desain Produk Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus) Model kursi pengemudi bajaj ditinjau dari segi ukuran, material penyusun maupun desainnya dinilai kurang ergonomis karena tidak dapat menyangga tulang belakang terutama lumbar dengan baik. Rancangan bentuk kursi pengemudi bajaj yang ergonomis dapat memperlambat proses terjadinya kelelahan dan mecegah terjadinya gangguan pada tulang belakang pengemudi. Penilitian dan perbaikan bentuk fisik kursi engemudi bajaj diawali dengan mengumpulkan data berupa data primer, yaitu hasil wawancara dan data antropometri, serta data sekunder yaitu data spesifikasi teknis interior ruang kemudi bajaj. Perbaikan bentuk fisik kursi pengemudi bajaj terlihat dalam bentuk permodelan komputasi grafis dengan menggunakan perangkat lunak (software) Manikin In Catia Released 10.

32 36 Hasil rancangan kursi pengemudi bajaj divisualisasikan dalam bentuk 3D dan dianalisis dengan melakukan simulasi penempatan manikin pengemudi bajaj pada desain kursi yang dihasilkan. Perubahan dimensi dan desain atau bentuk fisik kursi pengemudi bajaj yang lebih ergonomis diantaranya adalah untuk alas duduk, ketinggian alat duduk, tinggi sandaran punggung dan lebar sandaran punggung. (Dian Kemala Putri Permodelan Komputasi Grafis Untuk Perbaikan Kursi Pengemudi Bajaj)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN SPEED LIMITER Kecepatan tinggi merupakan salah satu faktor utama penyebab kecelakaan lalu-lintas darat. Disisi lain banyak perusahaan otomotif yang saling berlomba

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TORSI, TENAGA DAN RPM Para pemilik atau pengguna kendaraan seringkali tidak menyadari, bahwa spesifikasi rinci sangat menentukan gerak dan laju kendaraan. Biasanya mereka cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR IMPROVEMENT KURSI PENGEMUDI BUS HINO RK-260 DARI SEGI ERGONOMIC

TUGAS AKHIR IMPROVEMENT KURSI PENGEMUDI BUS HINO RK-260 DARI SEGI ERGONOMIC TUGAS AKHIR IMPROVEMENT KURSI PENGEMUDI BUS HINO RK-260 DARI SEGI ERGONOMIC Diajukan Guna Memenuhi SyaratKelulusan Mata KuliahTugasAkhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Imam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor 2.1.1 Pengertian Sensor Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk merubah suatu besaran fisik menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkaian listrik

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Perancangan Interior yang Ergonomis Perancangan interior yang ergonomis adalah sebagai berikut : Kursi Depan Tinggi alas duduk : 280 mm Lebar alas duduk

Lebih terperinci

BAB 24 SISTEM EPS, WIPER, KURSI ELECTRIK

BAB 24 SISTEM EPS, WIPER, KURSI ELECTRIK BAB 24 SISTEM EPS, WIPER, KURSI ELECTRIK 24.1 Sistem EPS (ELEKTRONIK POWER STEERING) Elektronik Power Steering merupakan sistem yang membantu pengoperasian stering waktu dibelokkan dengan menggukan motor

Lebih terperinci

PERANCANGAN KABIN MOBIL PICK UP YANG ERGONOMIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN MOBIL GEA

PERANCANGAN KABIN MOBIL PICK UP YANG ERGONOMIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN MOBIL GEA Tugas Akhir TM 091486 PERANCANGAN KABIN MOBIL PICK UP YANG ERGONOMIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN MOBIL GEA Oleh: Fininawati Dwi Wahyudi 2108.100.043 Dosen Pembimbing: Prof. Dr.Ing. Ir. I Made Londen B, M.Eng

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN. 7-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 7 KESIMPULAN. 7-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 7 KESIMPULAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Aktifitas penyandang cacat kaki dalam menggunakan sepeda motor bebek yang dimodifikasi Berdasarkan hasil pengamatan, didapat gerakan-gerakan yang dilakukan saat menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam melaksanakan pekerjaannya seseorang dapat saja terkena gangguan atau cidera. Disadari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Posisi kerja duduk adalah salah satu sikap kerja yang paling sering dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di mana badan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL Disusun oleh : HENDRO HARNOTO J110070059 Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Kondisi Lapangan Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat usaha informal pejahitan pakaian di wilayah Depok, khususnya Kecamatan Sukmajaya. Jumlah tempat usaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang.

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian pinggang atau

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkatan kerja tahun 2009 di Indonesia diperkirakan berjumlah 95,7 juta orang terdiri dari 58,8 juta tenaga kerja laki-laki dan 36,9 juta tenaga kerja perempuan. Sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Industri mobil di Indonesia ini sangatlah maju, dalam penggunaannya mobil digunakan sebagai sarana yang dapat membantu kebanyakan orang untuk memindahkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA 138 BAB V HASIL DAN ANALISA 5.2. Hasil PT. Intan Pertiwi Industri merupakan perusahaan industri yang bergerak dalam pembuatan elektroda untuk pengelasan. Untuk menemukan permasalahan yang terdapat pada

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X I Wayan Sukania, Lamto Widodo, David Gunawan Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan industri di negara Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik itu dalam bidang jasa atau manufaktur. Persaingan antara

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

EVALUASI DAN PERANCANGAN ULANG RUANG KEMUDI DAN PENUMPANG MOBIL KANCIL BERDASARKAN PRINSIP ERGONOMI

EVALUASI DAN PERANCANGAN ULANG RUANG KEMUDI DAN PENUMPANG MOBIL KANCIL BERDASARKAN PRINSIP ERGONOMI EVALUASI DAN PERANCANGAN ULANG RUANG KEMUDI DAN PENUMPANG MOBIL KANCIL BERDASARKAN PRINSIP ERGONOMI Dr. Bagus A., ir. M.Eng, Thedy Yogasara, ST., M.EngSc, dan Shirley Wulansatya Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah dalam bidang kesehatan kerja pada saat ini. Gangguan ini akan menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan perhatian dari suatu industri. Hal tersebut merupakan input perusahaan yang penting karena tanpa adanya

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI Silvi Ariyanti 1 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Email: ariyantisilvi41@gmail.com ABSTRAK Pada industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industrialisasi dalam pembangunan Indonesia telah berkembang pesat di semua sektor, baik formal maupun informal. Perkembangan tersebut bukan saja menyajikan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak pada usia 35 tahun sebanyak 76 responden (80.00%) dan

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak pada usia 35 tahun sebanyak 76 responden (80.00%) dan BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden. 1. Usia Hasil penelitian berdasarkan usia responden diperoleh presentase terbanyak pada usia 35 tahun sebanyak 76 responden (80.00%) dan terendah pada usia

Lebih terperinci

Etika dan Ketentuan dalam Teknologi Informasi & Komunikasi 71

Etika dan Ketentuan dalam Teknologi Informasi & Komunikasi 71 menghargai hak cipta orang lain. Dampak negatif dari tidak diindahkannya undang-undang hak cipta adalah maraknya pembajakan. Kegiatan pembajakan merupakan perbuatan yang dikategorikan sebagai pelanggaran

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Batik Komar merupakan badan usaha milik perseorangan yang dimiliki oleh H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds. yang bergerak dibidang produksi kain batik. Batik Komar didirikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini motor bebek yang dimodifikasi menjadi suatu alat transportasi bagi penyandang cacat kaki sudah banyak dilakukan. Memodifikasi motor bebek untuk menjadi kendaraan yang sesuai bagi penyandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia, industri sangat berkontribusi bagi perekonomian nasional,baik industri kecil, menengah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Ergonomi Nurmianto (2003 : 1) mengatakan istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam dan juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien

Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien BERKENDARA YANG BAIK Sustainability Engineering Design Biogas Power Compressed Renewable Methane Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien 1. Pengecekan Bagian Luar Mobil Sebelum menggunakan mobil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengkajian hubungan manusia dengan lingkungan kerja sebenarnya sudah lama dilakukan oleh manusia, tetapi pengembangannya yang lebih mendalam baru dilakukan setelah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini ditujukan kepada pengguna kursi roda yang mengendarai mobil dalam kegiatan sehari-hari. Kesulitan para pengguna kursi roda yang mengendarai mobil adalah melipat, memindahkan, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang permasalahan dari tugas akhir ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan permasalahan, dan sistematika penulisan dalam tugas akhir. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masalah utama dalam aktivitas produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu proses ke proses produksi berikutnya. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya memberikan dampak yang positif dan negatif pada tubuh manusia. Salah satu bagian yang paling berdampak pada aktivitas

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah (NPB) atau dalam masyarakat dikenal sakit pinggang yang dalam dunia kedokteran berbahasa Inggris digunakan istilah low back pain (LBP)

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses belajar mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses belajar mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses belajar mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) diselenggarakan di sebuah ruang kuliah berukuran 17 x 8 meter,

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA 60 ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA Friska Pakpahan 1, Wowo S. Kuswana 2, Ridwan A.M. Noor 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

A. Etika, Moral, dan Hukum dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

A. Etika, Moral, dan Hukum dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi BAB 3 Etika dan Moral dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi A. Etika, Moral, dan Hukum dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi B. Menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja C. Undang-Undang

Lebih terperinci

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Nama : Tehrizka Tambihan NPM : 37412336 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

Perancangan Kabin Mobil Pick Up yang Ergonomis dalam Rangka Pengembangan Mobil GEA

Perancangan Kabin Mobil Pick Up yang Ergonomis dalam Rangka Pengembangan Mobil GEA 1 Perancangan Kabin Mobil Pick Up yang Ergonomis dalam Rangka Pengembangan Mobil GEA Fininawati Dwi Wahyudi dan Prof. Dr. Ing. I Made Londen Batan, M.Eng Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Batu bata Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah dibersihkan dari kerikil dan batu-batu lainnya. Tanah ini banyak ditemui di sekitar kita. Itulah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERUBAHAN BODY MEKANIK DALAM KEHAMILAN. Dosen Pembimbing : Christin Hiyana TD, S.SiT

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERUBAHAN BODY MEKANIK DALAM KEHAMILAN. Dosen Pembimbing : Christin Hiyana TD, S.SiT SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERUBAHAN BODY MEKANIK DALAM KEHAMILAN Dosen Pembimbing : Christin Hiyana TD, S.SiT Disusun oleh: ANISA RATNA N P.17424213046 INTAN NUR FATIMAH P.17424213068 RETNO FITRIYANI

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDAHULUAN

BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDAHULUAN 6 BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDAHULUAN Sensor sinyal bunyi polisi tidur berbasis alat sensor ini dirancang melalui proses awal yaitu ketika sensor mengenai objek berupa gundukan polisi tidur, maka secara

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah penyedia layanan jasa yang harus sadar akan pentingnya kualitas pelayanan terhadap pasien sebagai konsumen. Salah satu yang berperan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas analisis dan interpretasi hasil yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi tidak terlepas dari peran manusia, salah satu hal penting yang masih dilakukan pada industri kecil sampai menengah bahkan industri besar sekalipun.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Latar Belakang Laboratorium Proses Manufaktur merupakan salah satu laboratorium yang baru saja didirikan dijurusan Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom. Laboratorium

Lebih terperinci

MODUL I DESAIN ERGONOMI

MODUL I DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Aspek Perancangan Dalam Modifikasi Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan perencanaan, pemasangan dan pengujian. Dalam hal tersebut timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja pada kondisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan berbagai masalah salah satu di antaranya adalah nyeri otot leher. Bekerja dengan posisi berdiri yang di

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perindustrian di Indonesia sekarang ini mengalami perkembangan yang pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat, rolling door, dan lan-lain.

Lebih terperinci

DESAIN STASIUN KERJA

DESAIN STASIUN KERJA DESAIN STASIUN KERJA Antropologi Fisik Tata Letak Fasilitas dan Pengaturan Ruang Kerja Work Physiologi (Faal Kerja) dan Biomechanics Ruang Kerja Studi Metode Kerja DESAIN STASIUN KERJA Keselamatan dan

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA Endang Susanti (Dosen Tetap Prodi Teknik Elektro UNRIKA Batam) ABSTRAK Meja dan kursi adalah salah satu fasilitas

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN Journal Industrial Manufacturing Vol. 3, No. 1, Januari 2018, pp. 51-56 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING

Lebih terperinci

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 33 4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL Perancangan simulator getaran ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu : pengumpulan konsep rancangan dan pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi (Eko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kita semua mengetahui bahwa kebutuhan transportasi di perkotaan semakin meningkat, sehingga jumlah kendaraan bermotor jenis kendaraan roda dua maupun roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan

Lebih terperinci

Gambar Lampu kepala

Gambar Lampu kepala BAB 10 SISTEM PENERANGAN (LIGHTING SYSTEM) 10.1. Pendahuluan Penerangan yang digunakan di kendaraan diklasifikasikan berdasarkan tujuannya: untuk penerangan, untuk tanda atau informasi. Contoh, lampu depan

Lebih terperinci

ERGONOMI PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi:

ERGONOMI PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi: PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi: Ilmu yang mempelajari interaksi manusia dengan pekerjaannya secara fisik sesuai dengan pekerjaannya, lingkungan kerjanya serta peralatan yang digunakannya. Secara ideal ergonomik:

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah (2011) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas, efisiensi

Lebih terperinci

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa ANALISIS POSTUR KERJA PADA INDUSTRI GERABAH Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI, FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA, Jln.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen tepung terigu di Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 3,6 juta ton per tahun yang merupakan

Lebih terperinci

93 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014

93 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014 USULAN PERBAIKAN UKURAN MEJA PEWARNAAN DI STASIUN KERJA PEWARNAAN BATIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (STUDI KASUS RUMAH BATIK KOMAR) 1 Rama Abdurrafi Mutaqi, 2 Rino Andias Anugraha,

Lebih terperinci

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I Oleh: I Dewa Ayu Sri Suasmini, S.Sn,. M. Erg. Dosen Desain Interior Fakultas Seni

Lebih terperinci

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN 12.1. Pendahuluan Bab ini berisi sistem kelistrikan bodi yang berhubungan dengan suatu pengukur bagi pengemudi yang sebagian atau keseluruhannya berada pada panel

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro) Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan,

BAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua perusahaan menginginkan produktivitas kerja karyawannya semakin meningkat, untuk mewujudkan hal itu di perlukan lingkungan kerja yang baik, salah satunya adalah

Lebih terperinci

Metode dan Pengukuran Kerja

Metode dan Pengukuran Kerja Metode dan Pengukuran Kerja Mengadaptasi pekerjaan, stasiun kerja, peralatan dan mesin agar cocok dengan pekerja mengurangi stress fisik pada badan pekerja dan mengurangi resiko cacat kerja yang berhubungan

Lebih terperinci

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional atau studi belah lintang dimana variabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP KENDALI DAN TERMINOLOGI

BAB 1 KONSEP KENDALI DAN TERMINOLOGI BAB 1 KONSEP KENDALI DAN TERMINOLOGI Bab 1 ini berisi tentang konsep kendali dan terminologi yang dipakai dalam pembahasan tentang sistem kendali. Uraiannya meliputi pengertian kendali, sistem kendali,

Lebih terperinci