KEJADIAN MIOMA UTERI PADA AKSEPTOR HORMONAL
|
|
- Inge Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEJADIAN MIOMA UTERI PADA AKSEPTOR HORMONAL Nida Fahrunniza, Heny Astutik, Moch. Gatot Heri Praptono Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang heny_astutik@gmail.com Abstract: The purpose of this study was to determine description of uterine myoma incident to hormonal acceptors in Obgyn Unit RSUD Kanjuruhan Kepanjen Malang. The study design was a retrospective descriptive approach. The population in this study were all women who diagnosed uterine myoma on medical record period April and June 2014, sampling using purposive sampling to produce 18 respondents. Data collected through questionnaires, analyzed using descriptive analysis. The results showed that of the 18 women with uterine myoma, progestin hormonal acceptors are bigger than combination hormonal acceptors, with percentage 83,3%. Viewed from the long use of contraception, women with uterine myoma that using combination contraception, 100% with long usage >3 years and the progestin hormonal acceptors were used >3 years too,with percentage 73,4%. The conclusion of this study that women with myoma uteri more use progestin contraceptives with long usage >3 years.based on this study, women who have potential on uterine myoma or have ever been through uterine myoma are not recommended to use hormonal contraception, especially for progestin. Keywords: hormonal acceptors, uterine myoma Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana gambaran kejadian mioma uteri pada akseptor hormonal di Poli Kandungan RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita yang terdiagnosa mioma uteri pada rekam medik periode bulan April dan Juni 2014, pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sehingga dihasilkan 18 responden. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner, analisa menggunakan analisa deskriptif. Hasil penelitian diperoleh bahwa 18 wanita dengan mioma uteri, akseptor hormonal progestin lebih banyak daripada akseptor hormonal kombinasi dengan persentase 83,3%. Ditinjau dari lama penggunaan kontrasepsi, kontrasepsi kombinasi, 100% menggunakannya selama >3 tahun dan kontrasepsi hormonal progestin, mayoritas menggunakannya selama >3 tahun pula, dengan persentase 73,4%. Kesimpulan dari penelitian ini wanita dengan mioma uteri lebih banyak menggunakan kontrasepsi progestin dengan lama penggunaan >3 tahun. Berdasarkan penelitian ini, wanita yang mempunyai potensi penyakit mioma uteri atau mempunyai riwayat mioma uteri tidak dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal, terutama jenis progestin Kata kunci: akseptor hormonal, mioma uteri PENDAHULUAN Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos, yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen (Memarzadeh et al, 2003 dalam Hadibroto, 2005). Mioma uteri menimbulkan masalah besar dalam kesehatan. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa di dunia setiap tahunnya ada 6,25 juta penderita tumor. Dalam 20 tahun terakhir ini 9 juta manusia meninggal karena tumor. Perlu dicatat bahwa 2/3 kejadian ini terjadi di negara yang sedang berkembang (Bustan, 2007). Selain angka mortalitas, morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal, serta diperkirakan dapat menyebabkan infertilitas. Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas. Dilihat dari pemeriksaan laboratorium, anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan ISSN
2 JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi (Bailliere, 2006; Marshal et al., 1998). Jumlah kejadian penyakit ini di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker serviks. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak pada umur tahun (kurang lebih 25%). Di Indonesia, angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Sarwono, 2009). Penyebab kejadian mioma uteri belum diketahui secara pasti, diduga merupakan penyakit multifaktorial. Faktor penduga pertumbuhan mioma uteri antara lain umur, paritas, faktor ras dan genetik, usia menarche, obesitas, serta hormon estrogen dan progesteron (Djuwantono, 2004). Sebagai salah satu pencetus mioma uteri, hormon estrogen dan progesteron dapat diperoleh melalui alat kontrasepsi yang bersifat hormonal. Menurut Meyer de Snoo dalam teori Cell nest atau teori genitoblast, menyatakan bahwa estrogen dapat memicu pertumbuhan mioma uteri karena mioma uteri kaya akan reseptor estrogen (Sarwono, 2009). Bila pada uterus terdapat mioma, maka pemberian kontrasepsi hormonal kombinasi maupun sekuensial akan memicu pertumbuhan mioma, karena mioma banyak mengandung reseptor estrogen dan progesteron. Pada pemberian kontrasepsi hormonal dengan dosis estrogen dan progesteron yang rendah tidak terjadi pembesaran miom yang bermakna (Ali, 2002). Pada kontrasepsi hormonal dengan progestin (progesteron saja) studi klinis menunjukkan progesteron memfasilitasi pertumbuhan fibroid. Misalnya, ukuran fibroid meningkat selama pengobatan dengan progesteron sintetis (Cynthia, 2006). Progesteron merangsang pembentukan enzim sulfotransferase di endometrium sehingga terjadi pembentukan estrogen dalam jumlah besar (Ali 2003). Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan yang maksimal pada anak (Harnawati, 2008). Kontrasepsi terdiri dari kontrasepsi sederhana, kontrasepsi metode barrier, kontrasepsi mantap, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), dan kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal dibagi menjadi dua, yaitu hormonal kombinasi (estrogen-progesteron) dan hormonal dengan progestin. Kontrasepsi yang paling banyak diminati oleh para wanita adalah pil dan suntik yang mengandung hormonal baik estrogen maupun progesteron. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, sebanyak 62% menggunakan alat kontrasepsi modern dan tradisional, dengan rincian 4% IUD, suntik 32%, susuk 3%, pil 14% (BKKBN, 2013). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 7 8 Maret 2014 di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang melalui studi dokumentasi tahun 2013, didapatkan sebanyak 10,36% dari seluruh kasus baru ginekologi di RSUD Kanjuruhan merupakan mioma uteri, sebanyak 123 kasus. Melalui hasil studi dokumentasi yang dilakukan pada 4 pasien dengan mioma uteri didapatkan bahwa 1 dari pasien tersebut menggunakan kontrasepsi suntik progestin, 2 lainnya menggunakan kontrasepsi pil oral kombinasi selama 5 tahun dan 23 tahun, sedangkan 1 lainnya tidak menggunakan kontrasepsi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana gambaran kejadian mioma uteri pada akseptor hormonal di Poli Kandungan RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan retrospektif yaitu peneliti mengidentifikasi kasus mioma uteri berdasarkan riwayat kontrasepsi hormonal. Peneliti mengidentifikasi gambaran kejadian mioma uteri pada akseptor hormonal. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner. Populasi penelitian ini adalah semua wanita yang terdiagnosa mioma uteri pada rekam medik RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang, periode April dan Juni 2014 sejumlah ISSN
3 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini purposive sampling yaitu sampling ditentukan berdasarkan kriteria yang ditentukan peneliti dalam kriteria inklusi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari anggota populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah wanita dengan mioma uteri yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 18 orang. Kriteria inklusi sampel adalah akseptor hormonal, wanita post mioma uteri yang kontrol pasca bedah mioma uteri, telah menikah dan bersedia menjadi responden. Teknik pengumpulan data penelitian ini dengan menggunakan lembar kuesioner yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang jenis dan lama penggunaan kontrasepsi yang digunakan oleh responden. Data yang terkumpul dianalisis dengan rumus membandingkan jumlah pengguna kontrasepsi hormonal dibagi dengan jumlah reponden dikali 100%. Penelitian dilakukan di Poli Kandungan RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang dengan waktu penelitian pada bulan April-Juni Dalam melakukan penelitian, peneliti juga memperoleh surat persetujuan (informed consent) dari semua responden. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini meliputi data umum yang mencakup umur, pendidikan, jumlah paritas, pekerjaan, IMT, usia menarche responden, Tabel 1. Distribusi frekuensi umur responden Umur F % tahun 2 11, tahun 8 44,4 > 46 tahun 8 44,4 Tabel 2. Distribusi frekuensi jumlah paritas responden Jumlah Paritas F % Nullipara - - Primipara 2 11,1 Multipara 14 77,8 Grandemultipara 2 11,1 sedangkan data khusus memuat komponen utama berupa variabel-variabel yang diteliti. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar umur responden dengan Mioma Uteri menggunakan kontrasepsi hormonal adalah >35 tahun. Artinya Mioma Uteri muncul pada usia produktif Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar (77,8%) wanita dengan Mioma Uteri yang menggunakan kontrasepsi hormonal adalah multipara atau memiliki 2 4 anak. Asumsi peneliti pada multipara otot rahim mengalami penurunan dalam jaringan ikatnya. Pada Tabel 3 didapatkan bahwa sebagian besar wanita dengan Mioma Uteri yang menggunakan kontrasepsi hormonal memiliki indeks massa tubuh normal yaitu antara 18,6-24,9. Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh responden (100%) dengan Mioma Uteri yang menggunakan kontrasepsi hormonal mengalami menarche pada usia >10 tahun Dari Tabel 4 diketahui bahwa dari semua wanita dengan Mioma Uteri yang menggunakan kontrasepsi hormonal, 22,2% mempunyai riwayat penyakit neoplasma dalam keluarganya. Data khusus hasil penelitian meliputi distribusi responden berdasarkan jenis dan lama peng- Tabel 3. Distribusi frekuensi indeks massa tubuh responden Kategori F % Kurus (= 18,5) - - Normal (18,6-24,9) 10 55,5 Berat lebih (25-29,9) 7 38,9 Obesitas/gemuk (>30) 1 5,6 Tabel 4. Distribusi frekuensi riwayat penyakit dalam keluarga responden Jenis Penyakit F % Neoplasma (jinak dan ganas) 4 22,2 Non Neoplasma 14 77,8 Tabel 5. Distribusi frekuensi penggunaan kontrasepsi hormonal Jenis Kontrasepsi F % Kombinasi 3 16,7 Progestin 15 83,3 ISSN
4 JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: Tabel 6. Tabel silang jenis dan macam kontrasepsi responden Macam Kontrasepsi Jenis Total Pil Suntik Implan Kontrasepsi F % F % F % F % Kombinasi 1 33,3 2 66, Progestin 5 33,3 8 53,4 2 13, Total 6 33, ,5 2 11, Tabel 7. Distribusi frekuensi lama penggunaan kontrasepsi hormonal responden Jenis Kontrasepsi Lama Penggunaan Total < 1 tahun 1-3 tahun > 3 tahun F % F % F % F % Kombinasi , Progestin 2 13,3 2 13, , Total 2 11,1 2 11, , gunaan kontrasepsi hormonal tersebut adalah mayoritas responden dengan mioma uteri menggunakan kontrasepsi jenis progestin daripada kombinasi, dengan persentase 83,3% (Tabel 5). Tabel 6 diketahui bahwa dari 3 orang wanita dengan mioma uteri yang menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi, sebagian besar menggunakan kontrasepsi suntik yaitu 66,7%. Sedangkan dari 15 orang wanita dengan mioma uteri yang menggunakan kontrasepsi progestin, persentase terbesar yaitu 53,4% menggunakan suntik. Berdasarkan Tabel 7 didapatkan bahwa kontrasepsi kombinasi, seluruhnya (100%) menggunakan kontrasepsi ini selama >3 tahun dan kontrasepsi hormonal progestin, mayoritas menggunakannya selama >3 tahun, dengan persentase 73,4%. PEMBAHASAN Hasil penelitan ini mengungkapkan bahwa lebih banyak wanita dengan mioma uteri menggunakan kontrasepsi jenis progestin daripada kombinasi, dengan persentase 83,3%. Hal ini menunjang hasil studi klinis yang menunjukkan progesteron memfasilitasi pertumbuhan fibroid. Biokimia fibroid memiliki konsentrasi reseptor progesteron lebih tinggi dari miometrium normal (Cynthia, 2006). Keadaan otot miometrium yang semula normal akan mengalami pertumbuhan sel dengan adanya hormon progesteron dan reseptornya. Progesteron dan reseptornya memicu pertumbuhan tumor. Progesteron sendiri tidak dapat menekan reseptornya sehingga ketika kadar progesteron dalam tubuh meningkat akibat pemberian progesteron sintesis, maka jumlah reseptor progesteron tidak akan mengalami penurunan. Pada terapi fibroid dengan progesteron sintetis, secara parenteral diberikan medroksiprogesteron asetat 150 mg setiap 3 bulan sampai 150 mg setiap bulan (Cynthia, 2006). Dosis ini sama dengan dosis yang diberikan pada saat injeksi kontrasepsi hormonal dengan progestin yang diberikan setiap 3 bulan, dibandingkan dengan jenis pil yang memiliki dosis 300 g levonorgestrel pada kemasan 35 pil atau 350 g noretindron dan 75 g desogestrel pada kemasan 28 pil. Demikian pula dengan implan yang hanya mengandung 68 mg levonorgestrel dengan masa kerja hormon 3 5 tahun. Hal ini berkaitan dengan temuan bahwa penggunaan Hormon Replacement Therapy (HRT) pada wanita postmenopause juga terbukti meningkatkan pertumbuhan fibroid secara signifikan ketika dosis medroxiprogesterone asetat yang lebih tinggi (5 mg/hari) digunakan, dibandingkan dengan dosis yang lebih rendah (2,5 mg/hari) (Palomba, 2002). Kontrasepsi hormonal kombinasi hanya digunakan oleh 3 orang wanita dengan mioma uteri. Menurut Saifuddin (2006) kontrasepsi 72 ISSN
5 kombinasi yang beredar saat ini hanya mengandung 30 g Etinil Estradiol dan 150 g levonorgestrel/ desogestrel. Kandungan estrogen dan progesteron yang terdapat dalam kemasan tersebut sangat sedikit dan tidak memungkinkan sel untuk berkembang menjadi mioma uteri. Namun mioma uteri masih terjadi pada akseptor kombinasi. Selain faktor hormonal, faktor lain yang memiliki kontribusi terhadap kejadian mioma uteri antara lain umur, usia menarche, IMT. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 11,2% wanita dengan mioma uteri berusia antara tahun, sedangkan 88,8% berusia >35 tahun. Dari keadaan tersebut dapat dilihat bahwa jumlah kontrasepsi hormonal paling banyak berusia >35 tahun. Wanita usia subur memiliki umur antara tahun. Menurut Wiknjosastro dkk (2005) frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia tahun yaitu mendekati angka 40%, jarang ditemukan pada usia di bawah 20 tahun, sedangkan pada usia menopause hampir tidak pernah ditemukan. Penelitian yang dilakukan Lilis Pratiwi, dkk (2013) mioma sering terjadi pada usia tahun dengan persentase 69,1%. Penelitian Evita Wati dkk, (2014) mioma uteri paling banyak terjadi pada subjek penelitian yang berusia >35 tahun yaitu dengan persentase 77,8%. Mioma uteri terjadi pada wanita usia reproduksi karena pada masa reproduksi, ovarium mulai mensekresikan hormon dan progesteron. Setelah mencapai menopause, ovarium tidak menghasilkan ovum lagi sebagai respon dari menurunnya sekresi hormon estrogen dan progesteron. Pada penelitian ini, 77,8% wanita dengan mioma uteri adalah multipara atau memiliki 2-4 anak, sedangkan menurut teori, mioma uteri lebih sering terjadi pada pasien nullipara. Hal ini tidak menjadikan adanya kesenjangan antara fakta di lapangan dengan teori karena wanita dengan mioma uteri yang diteliti adalah akseptor hormonal. Pasien nullipara yang dijumpai peneliti tidak ada yang menggunakan kontrasepsi, maka dari itu pada penelitian ini tidak dijumpai wanita dengan mioma uteri yang tidak memiliki anak. Dari 18 wanita dengan mioma uteri yang diteliti, 38,9% memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan berat lebih dan 55,5% pada IMT normal. Hasil tersebut sesuai dengan studi di Harvard yang dilakukan oleh Dr. Lynn Marshall bahwa wanita yang mempunyai IMT di atas normal, berkemungkinan (30,23%) lebih sering menderita mioma uteri. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Tri Kurniasari (2010) menunjukkan bahwa persentase terbanyak pada kejadian mioma uteri terjadi pada kelompok IMT normal yaitu 31,58%. Hal ini berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen adalah enzim aromatease di jaringan lemak (Djuwantono, 2004). Sedangkan mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Jadi, dengan peningkatan berat badan, risiko terjadinya mioma uteri juga semakin meningkat. Mioma uteri dapat terjadi pula karena adanya keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari semua wanita dengan mioma uteri yang menggunakan kontrasepsi hormonal, sebanyak 22,2% mempunyai riwayat penyakit neoplasma dalam keluarganya. Teori menyebutkan bahwa wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri (Parker, 2007). Wanita dengan mioma uteri yang menggunakan kontrasepsi kombinasi, seluruhnya (100%) menggunakannya selama >3 tahun dan kontrasepsi hormonal progestin, mayoritas menggunakannya selama >3 tahun, dengan persentase 73,4%. Lamanya penggunaan kontrasepsi juga dapat mempengaruhi ukuran dari mioma uteri. Hal ini berkaitan dengan lamanya miometrium terpapar dengan hormon yang mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri. Pertumbuhan mioma uteri paling sedikit memerlukan waktu sekitar 8 tahun dan sangat sulit dideteksi dan ada pula teori yang menyatakan bahwa pertumbuhan mioma uteri diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ISSN
6 JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat (Sarwono, 2009). Walaupun seringkali kejadian mioma uteri diketahui secara tidak sengaja saat USG kehamilan, namun tidak jarang pula mioma uteri diketahui saat pasien mengalami keluhan. Keluhan nyeri yang dirasakan pasien biasanya timbul saat ukuran mioma uteri mulai membesar. Selain dari lamanya penggunaan kontrasepsi, faktor yang mempengaruhi mioma uteri diantaranya adalah usia menarche. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui seluruhnya (100%) wanita dengan mioma uteri mendapatkan menarche pada usia >10 tahun. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Parker bahwa menarche dini (<10 tahun) meningkatkan risiko kejadian mioma uteri (1,24 kali) dan menarche terlambat dapat menurunkan risiko kejadian mioma uteri. Dari sini dapat diketahui bahwa pasien dengan umur menarche dini memiliki kemungkinan non mioma uteri dan pasien dengan umur menarche normal memiliki kemungkinan mioma uteri. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Peneliti hanya membahas mengenai riwayat kontrasepsi hormonal yang pernah digunakan pasien terakhir kali dalam waktu yang cukup lama. Pada kenyataannya hormon estrogen dan progesteron juga bisa didapatkan dari sumber lain. Selain itu, peneliti hanya menggunakan sampel dengan jumlah kecil sehingga hanya untuk digeneralisasikan pada periode saat penelitian saja. PENUTUP Kesimpulan penelitian adalah setiap wanita usia subur berisiko mengalami tumor jinak, salah satunya adalah mioma uteri. Mioma uteri dapat terjadi karena faktor umur, paritas, obesitas, dan hormonal. Pada faktor hormonal, hormon estrogen dan progesteron didapatkan dari penggunaan kontrasepsi. Berdasarkan hasil penelitan didapatkan bahwa dari 18 wanita dengan mioma uteri, akseptor hormonal progestin lebih banyak daripada akseptor hormonal kombinasi dengan persentase 83,3%. Dari kedua jenis kontrasepsi, baik progestin maupun kombinasi, suntik adalah kontrasepsi yang paling banyak pernah digunakan pada wanita dengan mioma uteri yaitu 66,7%. Wanita dengan mioma uteri yang menggunakan kontrasepsi kombinasi, seluruh responden (100%) menggunakannya selama >3 tahun dan wanita dengan mioma uteri yang menggunakan kontrasepsi hormonal progestin, mayoritas menggunakannya selama >3 tahun, dengan persentase 73,4% Bagi Petugas kesehatan (bidan, perawat) yang menjumpai keluhan-keluhan pasien dengan tanda gejala mioma uteri diharapkan segera konsultasi ke dokter kandungan agar dapat dilakukan pemeriksaan USG dan penyakit diketahui lebih dini sehingga pasien tidak mengalami keluhan yang lebih komplikatif Bagi Penyuluh program keluarga berencana diharapkan memberikan konseling dan informasi bagi wanita yang mempunyai potensi penyakit mioma uteri atau mempunyai riwayat mioma uteri untuk tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, terutama jenis progestin DAFTAR PUSTAKA Bailliere The epidemiology of uterin leiomyomas. 12: Baziad, Ali Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo BKKBN Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta Baziad, Ali Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Bustan MN Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta Djuwantono T Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi. Jakarta : Farmacia Evita Wati, Pinda Hutajulu, Arif Wicaksono Hubungan Karakteristik Pasien terhadap Kejadian Mioma Uteri-Adenomyosis di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Sudarso Kalimantan Barat. Naskah Publikasi. Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak 74 ISSN
7 Hadibroto, Budi R Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38. No. 3. Medan: USU Harnawati KB Suntik. < wordpress.com/2008/03/16/kb-suntik/>. Diakses tanggal 19 Februari 2014 Pratiwi, Lilis, Eddy Suparman, Freddy Wagery Hubungan Usia Reproduksi dengan Kejadian Mioma Uteri di RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado. Vol I No 1. Jurnal e-clinic Marshall LM, Spiegelman D, Goldman MB Sebuah studi prospektif faktor reproduksi dan penggunaan kontrasepsi oral dalam kaitannya dengan risiko leiomyoma rahim.70: Manuaba, Ida Bagus Gde Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC Morton, Cynthia C Theories of fibroid formation. Boston : Brigham and Women s Hospital - Center for Uterine Fibroid < net/aboutfibroids.html> Diakses tanggal 06 Maret 2014 Palomba S, Sena T, Effect of Different Doses of Progestin on Uterine Leimyomas in Postmenopausal Women. Europe Journal Obstet Gynecol Reprod Biol 102 : Parker, W.H Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas. California : Departement of Obstetrics and and Gynecology UCLA School of Medicine Prawirohardjo, Sarwono Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Saifuddin, Abdul Bari Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Wiknjosastro, H., Saifuddin AB, Rachimhadhi T Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. ISSN
KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA Neni Rusnita*, Estu Lovita.P Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya ABSTRAK Mioma Uteri
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Tumor ini pertama kali ditemukan oleh Virchow pada tahun
Lebih terperinciFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR A. Ulfa Fatmasanti Akbid Batari Toja Watampone (Alamat Koresponden: andiulfafatmasanti@gmail.com/ 085399168227)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Mioma uteri sering disebut juga leiomioma atau fibroid uterus, yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos. Mioma yang berasal dari sel-sel otot polos miometrium disebut mioma uteri (Achadiat, 2004). Mioma uteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terjadi pada otot polos dan jaringan ikat. Mioma dikenal juga dengan istilah leiomyoma uteri, fibromioma uteri,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan uterus abnormal (PUA) menjadi masalah yang sering dialami oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan mengeluh menoragia,
Lebih terperinciBAB I peran penting dalam kelanjutan generasi penerus bangsa (Manuaba, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang penting dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal adalah dengan memperhatikan kesehatan wanita khususnya kesehatan reproduksi karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma, merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot rahim dan jaringan ikat di rahim. Tumor
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN HUBUNGAN USIA MENARCHE DAN PARITAS DENGAN MIOMA UTERI
PENELITIAN HUBUNGAN USIA MENARCHE DAN PARITAS DENGAN MIOMA UTERI Novita Rudiyanti*, Riyanti Imron* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang E_mail : rudiyantinovita@yahoo.com Di Indonesia, mioma
Lebih terperinciGAMBARAN FAKTOR RESIKO PENYEBAB TERJADINYA MIOMA UTERI DI POLIKLINIK KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2012
Jurnal Kesehatan Masyarakat GAMBARAN FAKTOR RESIKO PENYEBAB TERJADINYA MIOMA UTERI DI POLIKLINIK KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2012 ITA RAHMI 1 1 Mahasiswa Prodi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan yang sering di jumpai pada wanita usia subur
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan yang sering di jumpai pada wanita usia subur adalah timbulnya mioma uteri (20-25%). Biasanya penyakit ini ditemukan secara tidak sengaja
Lebih terperinciTumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik
Lebih terperinciHUBUNGAN USIA REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RSUP. PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO
HUBUNGAN USIA REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RSUP. PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO 1 Lilis Pratiwi 2 Eddy Suparman 2 Freddy Wagey 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUANG POLI KANDUNGAN RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2014 ABSTRAK
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUANG POLI KANDUNGAN RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 204 Ahmad Syahlani, Elvine Ivana Kabuhung, Fitria Wulandari * STIKES Sari Mulia Banjarmasin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan kematian yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan kematian yaitu neoplasma ganas serviks uterus, neoplasma ganas ovarium, neoplasma ganas kandung kemih (buli-buli), leiomioma
Lebih terperinciHubungan Faktor Risiko dan Kejadian Mioma Uteri di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang
Hubungan Faktor Risiko dan Kejadian Mioma Uteri di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang Devy Isella Lilyani 1, Muhammad Sudiat, Rochman Basuki 3 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013-2014 Deryant Imagodei Noron, 2016. Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara,dr.,Sp.OG Pembimbing II : Dani, dr.,
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Meyrawati Mustika Dewi 1610104466 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui program Keluarga Berencana (BKKBN,2010). pemerintah yang pada awalnya diatur berdasarkan Undang-Undang No.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka pertambahan penduduk di Indonesia saat ini sekitar 6,6 juta jiwa atau 1,3% pertahun yang diprediksikan pada tahun 2015 total penduduk Indonesia berjumlah 270 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan miometrium uterus. Nama lainnya adalah leiomioma uteri, fibroid, fibromioma. Kelainan jinak uterus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jinak yang tumbuh pada rahim. Dalam istilah kedokteranya disebut
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri atau kanker jinak yang terdapat di uterus adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim. Dalam istilah kedokteranya disebut fibromioma uteri, leiomioma, atau
Lebih terperinciPROFIL PENDERITA KANKER GINEKOLOGI DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2015 SAMPAI JULI Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT 2
PROFIL PENDERITA KANKER GINEKOLOGI DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 05 SAMPAI JULI 06 Velisitas A. M. Potes, E. Suparman, B. J. Laihad Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT Bagian Obstetri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdarahan uterus abnormal merupakan perdarahan dari uterus yang disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak berdarah (Manuaba,
Lebih terperinciHUBUNGAN USIA DENGAN KEJADIAN MYOMA UTERI DI BANGSAL SAKINAH RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013 NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN USIA DENGAN KEJADIAN MYOMA UTERI DI BANGSAL SAKINAH RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : KAS HARYANTI 201310104327 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV SEKOLAH
Lebih terperinciASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 Ida Susila *Dosen Program Studi D III Kebidanan Universitas Islam Lamongan
Lebih terperinciHubungan Faktor Risiko Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian Kanker Payudara
Hubungan Faktor Risiko Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian Kanker Atania Rachma Anindita, 1 Sri Mulya 2 1 Mahasiswa Program studi D III Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa lima besar karsinoma di dunia adalah karsinoma paru-paru, karsinoma mamae, karsinoma usus besar dan karsinoma lambung
Lebih terperinciPENGARUH PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI KOMBINASI PROGESTERON ESTROGEN TERHADAP KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA.
PENGARUH PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI KOMBINASI PROGESTERON ESTROGEN TERHADAP KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA. Muthiah Rissa Pratiwi, S.S.T. Abstrak Kanker leher rahim adalah kanker
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat kontrasepsi hormonal merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi dan kehamilan. Alat kontrasepsi non
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN RISIKO TERJADINYA MYOMA UTERI DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2011
HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN RISIKO TERJADINYA MYOMA UTERI DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE 1 JANUARI 2011 31 DESEMBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,
Lebih terperinciitu bersifat sementara, dapat pula Pendahuluan Tingginya angka kelahiran di bersifat permanen. Penggunaan Indonesia menggelisahkan banyak
Pendahuluan Tingginya angka kelahiran di Indonesia menggelisahkan banyak pihak. Sejak 2004, program Keluarga Berencana (KB) dinilai berjalan itu bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
Lebih terperinciHUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Bety Anisa Wulandari 201510104424 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS
Lebih terperinciHUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN.
HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN Diah Eko Martini.......ABSTRAK....... Kontrasepsi hormonal 1 bulan merupakan Alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kehamilan dan persalinan pada primigravida dan atau wanita dengan umur 35 tahun atau lebih, diberi prioritas bersalin di rumah sakit dan diperlakukan pelayanan sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008) mengatakan bahwa program keluarga berencana merupakan suatu tindakan yang membantu pasangan suami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi berawal dari tidak normalnya siklus haid dan banyak darah yang keluar saat haid. Siklus menstruasi normal berlangsung selama
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER : July Ivone, dr.,m.s.mpd.
ABSTRAK PREVALENSI MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2008-31 DESEMBER 2008 Sherly, 2009; Pembimbing I Pembimbing II : Sri Nadya J Saanin, dr., M.Kes : July Ivone, dr.,m.s.mpd.ked
Lebih terperinciKontrasepsi Hormonal (PIL)
Kontrasepsi Hormonal (PIL) A.KONTRASEPSI HORMONAL Adalah: kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron Bentuk kontrasepsi hormonal, antara lain: 1. Kontrasepsi oral 2. Kontrasepsi suntik
Lebih terperinciKAJIAN RESIKO PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DAN PIL TERHADAP TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS KABUPATEN NGAWI NASKAH PUBLIKASI
KAJIAN RESIKO PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DAN PIL TERHADAP TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS KABUPATEN NGAWI NASKAH PUBLIKASI Oleh: ALIN YAMA PUSPITA K100100081 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. payudara, dan kanker ovarium (Maysaroh, 2013). Salah satu kanker yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit yang menjadi ancaman bagi setiap orang. Di antara berbagai jenis kanker, ada beberapa yang khas menyerang pada kaum wanita diantaranya
Lebih terperinciFAKTOR RISIKO AKSEPTOR KB HORMONAL TERHADAP KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN. Sri Wahyuni
FAKTOR RISIKO AKSEPTOR KB HORMONAL TERHADAP KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Sri Wahyuni Stikes Muhammadiyah Klaten Sunan_puan @yahoo.com ABSTRAK Kanker payudara merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause adalah periode menstruasi spontan yang terakhir pada seorang wanita. Periode ini terjadi karena adanya penurunan sekresi hormon estrogen dan progesteron dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada struktur saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan penyebab kematian kelima
Lebih terperinciINTISARI PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI ORAL DAN SUNTIK TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS TAPIN UTARA KABUPATEN TAPIN
INTISARI PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI ORAL DAN SUNTIK TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS TAPIN UTARA KABUPATEN TAPIN Shela Fuspita Maharani 1 ; Riza Alfian 2 ; Erny Karmila 3 Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim) sebagai akibat adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program KB (Keluarga Berencana) merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan melembagakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Program
Lebih terperinciHUBUNGAN USIA WANITA SAAT COITARCHE DAN LAMA PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR.
HUBUNGAN USIA WANITA SAAT COITARCHE DAN LAMA PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA THE RELATIONSHIP BETWEEN WOMEN AGE RELATED COITARCHE AND THE LENGTH OF
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Poin ke 5 dalam Milenium Development Goals (MDG) adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Poin ke 5 dalam Milenium Development Goals (MDG) adalah meningkatkan kesehatan ibu, salah satu upaya yang dilakukan adalah menurunkan angka kematian ibu. Angka kematian
Lebih terperinciSTUDI KOMPARASI KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN DAN 3 BULAN DI KLINIK GRIYA HUSADA KARANGANYAR
STUDI KOMPARASI KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN DAN 3 BULAN DI KLINIK GRIYA HUSADA KARANGANYAR Comparison Study On Weight Gain The Acceptors Kb Injection 1 Month And 3 Months In Clinical
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG
IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG Eva Inayatul Faiza 1, Riski Akbarani 2 eva_inayatul@yahoo.com
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali, yang dapat menyerang dan menyebar ke tempat yang jauh dari tubuh. Kanker dapat menjadi penyakit yang parah,
Lebih terperinciPREVALENSI MIOMA UTERI BERDASARKAN UMUR DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
Jurnal e-clinic (ecl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015 PREVALENSI MIOMA UTERI BERDASARKAN UMUR DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 1 Sabrianti Pasinggi 2 Freddy Wagey 2 Max Rarung 1 Kandidat skripsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakan pembangunan kesehatan adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral yang terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK TIGA BULAN DEPO MEDOKRASI PROGESTRONE ASETAT (DMPA) DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN Ayu Safitri *, Holidy Ilyas **, Nurhayati ** *Alumni Jurusan Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seksama, prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70%, karena mioma
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan bersifat monoklonal. 1,2 Prevalensi mioma uteri di Amerika serikat sekitar 35-50%. 1
Lebih terperinciFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Pekauman Banjarmasin
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Pekauman Banjarmasin Ni Ketut Ayu Meiyanti *, Sitti Khadijah 1, Imam Santoso 2 1 Akademi Kebidanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah terpenting yang dihadapi oleh negara berkembang, seperti di Indonesia yaitu ledakan penduduk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN
HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN Indah Nur aini *, Rizqy Amelia 1, Fadhiyah Noor Anisa 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL
GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL ARSIAH NURHIDAYAH PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA BEKASI 2012
Lebih terperinciFaktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011
Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011 Factor on occurrence of premature rupture of membranes at Mother Maternity General Hospital Rokan Hulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi adalah kegagalan seorang wanita dalam manajemen kesehatan reproduksinya (Manuaba, 2008). Masalah kesehatan reproduksi pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menentukan jumlah
Lebih terperinciMIKIA KEJADIAN AMENORE SEKUNDER PADA AKSEPTOR SUNTIK DMPA. Artikel Penelitian. Nurya Viandika 1 Nurfitria Dara Latuconsina 2
Artikel Penelitian KEJADIAN AMENORE SEKUNDER PADA AKSEPTOR SUNTIK DMPA Nurya Viandika 1 Nurfitria Dara Latuconsina 2 MIKIA Maternal And Neonatal Health Journal Diterbitkan Oleh: 1, 2 STIKes Widya Cipta
Lebih terperinciKanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko
Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron
Lebih terperinciGambaran jenis kanker ovarium di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari Desember 2015
Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 26 Gambaran jenis kanker ovarium di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari 23 - Desember 25 Imanuel T. Gea 2 Maria F. Loho 3 Freddy W.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit dewasa ini bergeser dari penyakit menular dan masalah gizi ke penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola masyarakat
Lebih terperinciThe Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013
The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013 Dewi AT, Sutyarso, Berawi MM, Angraeni ID Medical Faculty of Lampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengatur jarak kelahiran sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu dan anak (Rahman and Akter, 2009). Data di Indonesia jarak kelahiran kurang dari 18 bulan sebesar 6%,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat penting untuk management nyeri yang efektif dan berkualitas dalam perawatan pasien (Patricia 2010).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia dengan lebih dari 253 juta jiwa (BPS, 2014). Fertilitas atau kelahiran adalah salah satu faktor
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA BATURSARI KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA BATURSARI KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK FACTORS AFFECTING WOMEN OF CHILDBEARING AGE (WUS) SELECTION
Lebih terperinciIstilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11
Skenario gangguan MENSTRUASI Rukmono Siswishanto SMF/Bagian Obstetri & Ginekologi RS Sardjito/ Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta Anita, wanita berumur 24 tahun datang ke tempat praktek karena sejak 3
Lebih terperinciABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL YANG DIRAWAT-INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JULI JUNI 2005
ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL YANG DIRAWAT-INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JULI 2002- JUNI 2005 Mirantia Umi Budiarti, 2006 Pembimbing : Roni Rowawi, dr, SpOG
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian A.. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Obstetri Ginekologi. A.2. Ruang Lingkup Wilayah dan Waktu Penelitian ini
Lebih terperinciPENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN
PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI - BULAN Evi Susiyanti Program Studi Kebidanan, Akademi Kebidanan Sakinah Pasuruan Email : evirudyanto4@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciHUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Reni 1610104219 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciABSTRAK. di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah
ABSTRAK Menurut WHO, kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah satu jenis kanker yang tingkat kejadiannya
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS KRATON YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS KRATON YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Gani Puspitasari NIM : 201110104253 PROGAM STUDI BIDAN PENDIDIK
Lebih terperinciHUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN Khotijah, Tri Anasari, Amik Khosidah Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto Prodi D3 Kebidanan Email : dindaamik@yahoo.com Abstract:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita kanker ini umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi (Saydam, 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh dijaringan payudara, yakni didalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak hingga jaringan ikat pada payudara. Kanker
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia merupakan jumlah terbesar di Asia Tenggara yakni 65 juta di ikuti Vietnam (25,3 juta) dan Filipina (23
Lebih terperinciTINJAUAN KASUS KEHAMILAN EKTOPIK DI BLU RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2011
TINJAUAN KASUS KEHAMILAN EKTOPIK DI BLU RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2 DESEMBER 2 Sri Cynthia D. Logor 2 Freddy W. Wagey 2 Maria F.T. Loho Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ganggungan kesehatan yang sering terjadi pada system reproduksi wanita di kalangan masyarakat diantaranya kanker serviks, kanker payudara, kista ovarium, gangguan menstruasi,
Lebih terperinciPROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA
PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA Sri Hartatik*, Henny Juaria* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email
Lebih terperinciASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 Kustini* Triana Riski Oktaviani** *Dosen Program Studi D III Kebidanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan paling ideal baik secara fisiologis maupun biologis untuk diberikan bayi di awal kehidupannya (Almatsier, 2004). Keuntungan ASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta
Lebih terperinciCorrelation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013
Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013 Ayuza, D 1), Sibero, HT 2), Karyus, A 3) Medical Faculty of Lampung University
Lebih terperinciGAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI RUMAH BERSALIN RACHMI PALEMBANG TAHUN 2014
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI RUMAH BERSALIN RACHMI PALEMBANG TAHUN 2014 Rika Oktapianti Dosen Program Studi Kebidanan STIK Bina Husada ABSTRAK Menurut
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA
EVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA Yosi Febrianti 1*, Nurul Ambariyah 2, dan Chichi Kartika Haliem 1 1 Program Studi Profesi Apoteker,
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KOTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGENTAN 2 TAHUN 2014
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KOTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE () DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGENTAN 2 TAHUN 2014 Shinta Siswoyo Putri 1 dan Lia Aria Ratmawati 2 1 Dosen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Payudara merupakan masalah kesehatan di dunia, kejadian dan kematian akibat kanker payudara terus meningkat di semua negara, baik negara maju, berkembang, maupun
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN
PENELITIAN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN Diana Metti* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Insiden atau kejadian plasenta previa di dunia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Maharani, 2009). World Health Organization (WHO) (2014) mengatakan. terjadi di Negara berkembang dari pada Negara maju.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks adalah kanker yang terdapat di area antara pintu masuk rahim dan vagina. Kanker serviks muncul adanya pertumbuhan sel yang abnormal sehinggal menimbulkan
Lebih terperinciPENGARUH INDEKS MASSA TUBUH, USIA MENARCHE DAN STATUS MENSTRUASI TERHADAP MIOMA UTERI
PENGARUH INDEKS MASSA TUBUH, USIA MENARCHE DAN STATUS MENSTRUASI TERHADAP MIOMA UTERI Mariah Ulfah Prodi Kebidanan STIKes Harapan Bangsa Purwokerto Email: maydaanzili@gmail.com ABSTRAK: PENGARUH INDEKS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pengumpulan data sekaligus pada satu waktu (Taufiqurahman, 2010).
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik dengan metode cross sectional. Cross sectional merupakan metode penelitian dengan menghubungkan antara
Lebih terperinci