UJI SENSITIVITAS DAN SPESIFITAS PENEMUAN BASIL GRAM NEGATIF DENGAN PENGECATAN GRAM SEBAGAI DIAGNOSIS PENYARING INFEKSI SALURAN KEMIH
|
|
- Susanti Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 UJI SENSITIVITAS DAN SPESIFITAS PENEMUAN BASIL GRAM NEGATIF DENGAN PENGECATAN GRAM SEBAGAI DIAGNOSIS PENYARING INFEKSI SALURAN KEMIH Siti Zaetun 1, Farida 1, Agrijanti, Lalu Srigede 1 1 Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan Analis Kesehatan Abstrak Uji tapis bukan untuk mendiagnosis tapi untuk menyaring hasil positif dan negatif suatu pemeriksaan, bagi yang positif dilakukan pengobatan intensif agar tidak menular. Uji tapis pada umumnya bukan merupakan uji diagnostik dan oleh karenanya memerlukan tindak lanjut yang cepat dan pengobatan yang tepat pula. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui nilai sensitivitas dan spesifitas penemuan basil gram negatif dengan pengecatan gram sebagai diagnosis penyaring infeksi saluran kemih. Penelitian ini merupakan suatu penelitian cross sectional. Subjek penelitian adalah semua Mahasiswi berusia sekitar tahun yang sedang mengikuti pendidikan di Jurusan Analis kesehatan Mataram diambil secara consecutive sampling. Pemeriksaan kultur urin sebagai Gold Standard terdapat 8 sampel positif bakteri dan 69 negatif, Pemeriksaan Gram urin tanpa centrigugasi 9 positif 76 negatif sebenarnya Pemeriksaan Lekositouria sedimen urin 15 positif sebenarnya, dan 62 negatif. Dari hasil pemeriksaan maka dibuat tabel 2 x 2 untuk mencari nilai Sensitivitas dan Spesifitas masingmasing pemeriksaan Sensitifitas 75,05 % Spesifisitas 80,51,43%. Kata Kunci : Sensitivitas, Spesifitas, Infeksi Saluran Kemih, Pewarnaan Gram. SENSITIVITY AND SPECIFICITY TEST BASIL DISCOVERY NEGATIVE ROOD BACTERIA WHIT GRAM STAINS FOR URINARY TRACT INFECTION SCREENING DIAGNOSIS Abstract Screening tests is not to diagnose but to filter out the positive and negative results of an examination, which is positive for intensive treatment that is not contagious. Screening tests are generally not a diagnostic test and therefore requires a rapid follow-up and appropriate treatment anyway. The purpose of this study was to determine the sensitivity and specificity of the discovery of the gram-negative bacilli staining gram as filter diagnosis of urinary tract infections. This study is a cross-sectional study, Subjects were all aged around years Students who are following the health education analyst at the Department of Mataram taken by consecutive sampling. Examination of urine culture as the Gold Standard are 8 positive samples and 69 negative bacteria, Gram examination of urine without centrigugasi 9 positive negative 76 actual examination of urine sediment Lekositouria real positive 15 and negative 62. From the results of the examination is made of 2 x 2 table to find the value of sensitivity and specificity of each inspection sensitivity of 75, 05% specificity 80,51,43%. Keywords: Sensitivity, Specificity, Urinary Tract Infections, Gram. 53
2 Pendahuluan Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. Dibandingkan laki-laki, perempuan ternyata lebih rentan terkena penyakit ini. Karena, penyebabnya adalah saluran uretra (saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh) perempuan lebih pendek (sekitar 3-5 cm). Berbeda dengan uretra laki-laki yang panjang, sepanjang penisnya, sehingga kuman sulit masuk. Gejala Umum Sering ingin kencing namun kencing yang dikeluarkan sangatlah sedikit, Kesakitan saat kencing, rasa sakit sampai terbakar pada kandung kemih 1. Infeksi Saluran Kemih adalah salah satu penyakit infeksi dimana jumlah bakteriuria berkembang biak dengan jumlah kuman biakan urine > /ml urine 2. Bakteriuria asimtomatik di definisikan sebagai kultur urine positif tanpa keluhan, sedangkan bakteriuria simtomatik didifenisikan sebagai kultur urine positif disertai keluhan 3. ISK disebabkan oleh berbagai macam bakteri diantaranya E.Coli, klebsiella, proteus, providensia, citrobacter,.aeruginosa, acinetobacter, enterococu faecali, dan staphylococcus saprophyticus namun, sekitar 90% ISK secara umum disebabkan oleh E.coli 3. Pemeriksaan Penunjang ISK antara lain Urinalisis Leukosuria atau puria: merupakan salah satu bentuk adanya ISK. Pemeriksaan bakteriologis berupa pemeriksaan mikroskopis dan biakan bakteri Tes dipstick multistrip untuk WBC ( tes esterase leukosit ) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase leukosit positif : maka pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi 54 nitrit. ISK dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, terbanyak adalah bakteri. Penyebab lain meskipun jarang ditemukan adalah jamur, virus, klamidia, parasit, mikrobakterium. Didasari hasil pemeriksaan biakan urine kebanyakan ISK disebabkan oleh bakteri gram negatif aerob yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan (Entreobacteriaceae) 4. Pemeriksaan yang paling sering dilakukan di lapangan terutama di Puskesmas menurut observasi Peneliti ialah pemeriksaan Lekosit dari sedimen urin yaitu Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin) terdapat 5 atau lebih leukosit (sel darah putih) per lapangan pandang dalam sedimen urine. Bila ternyata pemeriksaan sedimen ini memang tidak cukup baik untuk mendeteksi adanya ISK pada anak, maka telah begitu banyak kasus-kasus anak dengan ISK yang tidak terdiagnosis sehingga akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi jangka panjang. Oleh sebab itu penting untuk mengetahui sensitifitas dan spesifisitas dari pemeriksaan sedimen urin tersebut. Apakah pemeriksaan urinalisis lain lebih baik dibanding pemeriksaan tersebut? Pemeriksaan manakah yang paling baik dalam mendeteksi adanya ISK ataupun yang dapat menyingkirkan ISK? Dengan mengetahui jawaban dari pertanyaanpertanyan tersebut, diharapkan akan dapat menggunakan pemeriksaan urinalisis yang terbaik, sehingga akan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemberian terapi atau menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan biakan urin. Metode penelitian ini merupakan suatu penelitian cross sectional, yang dilakukan di Jurusan Analis Kesehatan Mataram Poltekkes Kemenkes RI. Dengan menggunakan rumus untuk suatu uji diagnostik, maka diperlukan sebanyak 77 Mahasiswi. Pada penelitian ini akan dilakukan Uji sensitivitas dan Spesifitas Pewarnaan Gram dilakukan dengan membuat sediaan langsung dari urin tanpa sentrifugasi dengan meletakkan 2 tetes urin di atas kaca objek, dikeringkan dan kemudian
3 diwarnai dengan pewarnaan Gram. dengan minyak imersi (oil emersion field = oil) disebut positif bila ditemukan satu bakteri atau lebih per lapangan pandang metode yang dipakai oleh penelitian Arslan, S., Caksen, H., Rastgeldi, L., et al Sebagai pembanding Untuk biakan urin, dipakai media endo agar dan agar darah, yang kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu 35-37oC. Biakan Gold Standard urin disebut positif bila ditemukan pertumbuhan koloni bakteri patogen /ml urin. Pada hasil penelitian dilakukan uji diagnostik (dengan memasukkan hasil pemeriksaan ke dalam tabel 2 x 2) untuk menilai sensitivitas, spesifisitas. Screening adalah proses yang dimaksud untuk mengidentifikasi penyakitpenyakit yang tidak diketahui/tidak terdeteksi dengan menggunakan berbagai test/uji yang dapat diterapkan secara tepat dalam sebuah skala yang benar Screening atau penyaringan kasus (Uji Tapis) adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita. Uji tapis bukan untuk mendiagnosis tapi untuk menentukan apakah yang bersangkutan memang sakit atau tidak kemudian bagi yang didiagnosisnya positif dilakukan pengobatan intensif agar tidak menular Screening pada umumnya bukan merupakan uji diagnostik dan oleh karenanya memerlukan tindak lanjut (follow-up) yang cepat dan pengobatan yang tepat pula. Tujuan screening untuk detteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap orangorang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu orang yang mempunyai resiko tinggi terkena penyakit (Population at risk). Dengan ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas sehingga tidak membahayakan dirinya atau lingkungan 55 dan tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sasaran penyaringan adalah penyakit kronis seperti Infeksi Bakteri (Lepra, TBC dll.) Infeksi Virus (Hepatitis) Penyakit Non-Infeksi : (Hipertensi, Diabetes Mellitus, Jantung Koroner, Ca Serviks Ca Prostat, Glaukoma) HIV-AIDS. Sensitivitas (sensitivity) ialah kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan hasil tes positif dan benar sakit. Sesifisitas (specificity) : kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan hasil negatif dan benar tidak sakit 6. Penelitian ini bertujuan mencari nilai Sensitivitas dan Spesifitas penemuan basil gram negatif dengan pengecatan gram sebagai uji penyaring diagnosis infeksi saluran kemih Metode Penelitian dilaksanakan di Jurusan Analis Kesehatan Mataram selama bulan Maret sampai dengan Agustus Penelitian ini merupakan suatu penelitian cross sectional, Subjek penelitian semua Mahasiswi berusia sekitar tahun yang sedang mengikuti pendidikan di Jurusan analis kesehatan Mataram diambil secara consecutive sampling. 1. Kriteria inklusi adalah: Semua Mahasiswi dengan demam tanpa sebab yang jelas,, bila demam disertai dengan salah satu bila terdapat gejala disuria, bau urin yang menyengat, atau hematuria 2. Kriteria eksklusi Mahasiswi dikeluarkan dari penelitian bila tidak bersedia mengikuti penelitian atau bila ada riwayat pemakaian antibiotika dalam 3 hari terakhir. 3. Dengan menggunakan rumus untuk suatu uji diagnostik, maka diperlukan sebanyak 77 responden. Pengumpulan Data 1. Pengambilan Sampel menggunakan metode urin pancar tengah (MSU) Semua spesimen diambil sebanyak minimal 4 ml, dihomogenkan, dan dibagi ke dalam 2 kelompok; 1)
4 sebanyak ± 3 ml untuk pemeriksaan dipstick test, sedimen urin, dan pemeriksaan lekosit dengan Naubeuer hemocytometer yang dilakukan oleh Dosesn yang bekerja di Laboratorium 2) sebanyak ± 1 ml untuk biakan urin 0,01 ml untuk pewarnaan Gram sebanyak 0,01 ml,.semua spesimen segera dikirim dan diperiksa dalam waktu 1-2 jam setelah pengambilan urin. Bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan dalam 2 jam, maka urin disimpan dulu di dalam lemari pendingin atau cold pack, maksimal 24 jam. 2. Pemeriksaan sedimen urin dilakukan melakukan sentrifugasi urin dengan kecepatan 1500 selama 5 menit. Hasil pemeriksaan dilaporkan positif bila didapatkan lekosit 5/lpb. 3. Pewarnaan Gram dilakukan dengan membuat sediaan langsung dari urin tanpab sentrifugasi dengan meletakkan 2 tetes urin di atas kaca objek, dikeringkan dan kemudian diwarnai dengan pewarnaan Gram. 4. Bila ditemukan satu bakteri atau lebih per lapangan pandang dengan minyak imersi (oil emersion field = oif) maka disebut positif. 5. Untuk biakan urin, dipakai media endo agar dan agar darah, yang kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu 35-37oC. Biakan urin disebut positif bila ditemukan pertumbuhan koloni bakteri patogen /ml urin. 6. Pada hasil penelitian dilakukan uji diagnostik (dengan memasukkan hasil pemeriksaan ke dalam Tabel (2 x 2) untuk menilai sensitivitas dan spesifisitas Hasil penelitian ini di analisis secara deskriptif Hasil Dari hasil pemeriksaan urin yang dicat gram kemudian dicentrifius dibuat sediaan basah untuk pemeriksaan lekositouria dan dikultur sebanyak 00,1 ml maka dibuat tabel hasil pemeriksaan seperti tabel 1. Tabel 1. Hasil pemeriksaan Urin yang dicat gram kemudian dicentrifius dibuat sediaan basah untuk pemeriksaan Lekositouria dan Kultur. No. Basil Gram (-) Lekositouria Kultur Bakteri 1. Negatif Negatif Negatif 2. Negatif Negatif Negatif 3. Negatif Negatif Negatif 4. Negatif Positif Negatif 5. Negatif Negatif Negatif 6. Negatif Negatif Negatif 7. Positif Positf Positif 8. Negatif Negatif Negatif 9. Negatif Negatif Negatif 10. Negatif Negatif Negatif 11. Negatif Negatif Negatif 12. Negatif Negatif Negatif 13. Negatif Positif Negatif 14. Negatif Negatif Negatif 15. Negatif Negatif Negatif 16. Negatif Positf Negatif 17. Negatif Negatif Negatif 18. Negatif Positif Negatif 19. Negatif Negatif Negatif 20. Negatif Negatif Negatif 56
5 21. Negatif Negatif Negatif 22. Positif Positif Positif 23. Negatif Negatif Negatif 24. Negatif Negatif Negatif 25. Negatif Positf Negatif 26. Negatif Negatif Negatif 27. Negatif Negatif Negatif 28. Negatif Positif Negatif 29. Positif Negatif Positif 30. Negatif Negatif Negatif 31. Negatif Negatif Negatif 32. Negatif Negatif Negatif 33. Negatif Negatif Negatif 34. Negatif Negatif Negatif 35. Negatif Negatif Negatif 36. Negatif Negatif Negatif 37. Positif Negatif Negatif 39. Negatif Negatif Negatif 40. Negatif Negatif Negatif 41. Negatif Positif Negatif 42. Negatif Negatif Negatif 43. Negatif Negatif Negatif 44. Negatif Positf Negatif 45. Negatif Negatif Negatif 46. Negatif Positif Negatif 47. Positif Negatif Negatif 48. Negatif Positif Negatif 49. Negatif Negatif Negatif 50. Negatif Negatif Negatif 51 Negatif Positf Negatif 52. Negatif Negatif Negatif 53. Negatif Negatif Negatif 54. Negatif Negatif Negatif 55. Negatif Positif Negatif 56. Negatif Negatif Negatif 57. Negatif Negatif Negatif 58. Negatif Positf Negatif 59. Negatif Negatif Negatif 60. Negatif Negatif Positif 61 Negatif Negatif Negatif 62. Positif Positif Positif 63. Negatif Negatif Negatif 64. Negatif Negatif Negatif 65. Positif Positf Positif 66. Negatif Ngatif Negatif 67. Negatif Positif Negatif 68. Negatif Negatif Negatif 69. Negatif Negatif Negatif 70. Positif Positif Positif 71. Negatif Negatif Negatif 57
6 72. Negatif Negatif Negatif 73. Positif Positf Positif 74. Negatif Ngatif Negatif 75. Negatif Positif Negatif 76. Negatif Negatif Negatif 77. Negatif Positif Negatif Pemeriksaan kultur urin sebagai Gold Standard terdapat 8 sampel positif bakteri dan 69 negatif, Pemeriksaan Gram urin tanpa centrigugasi 9 positif 76 negatif sebenarnya pemeriksaan Lekositouria sedimen urin 15 positif sebenarnya, dan 62 negatif. Dari hasil pemeriksaan maka dibuat tabel 2 x 2 untuk mencari nilai Sensitivitas dan Spesifitas masing-masing pemeriksaan. Tabel 2. Spesifitas dan Sensitivitas Pemeriksaan dengan Pengecatan Gram dari Urine tanpa Centrifius Status Penyakit Ada Tidak Ada Total Uji Skrining Positif Negatif Jumlah Rumus : o Sensitifitas = 7 / (7 + 1 ) x 100% = 87, 50% o Spesifisitas = 76 / (2 +76 ) x 100% = 97,43% Tabel 3. Spesifitas dan Sensitivitas Pemeriksaan Lekositouria Status Penyakit Ada Tidak Ada Total Uji Skrining Positif Negatif Jumlah Rumus : Sensitifitas = 6 / (6 + 2 ) x 100% = 75, 05 % Spesifisitas = 62/ ( ) x 100% = 80,51,43% Pembahasan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif yang menganalisis data pada saat tertentu tanpa melakukan perlakuan. Peneliti ini mengambil data sebanyak 77 sampel dari Mahasiswi yang mengalami gejala ISK yang Mengikuti Pendidikandi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Mataram pada bulan Maret sampai Agustus. Pemeriksaan Infeksi Saluran Kemih adalah salah satu penyakit infeksi dimana jumlah bakteriuria berkembang 58 biak dengan jumlah kuman biakan urine > /ml urine. Pemeriksaan Screening Pewarnaan Gram dilakukan dengan membuat sediaan langsung dari urin tanpa sentrifugasi dengan meletakkan 2 tetes urin di atas kaca objek, dikeringkan dan kemudian diwarnai dengan pewarnaan Gram. dengan minyak imersi (oil emersion field = oil) disebut positif bila ditemukan satu bakteri atau lebih per lapangan pandang metode yang dipakai oleh penelitian Pemeriksaan Lekosit dari sedimen urin yaitu Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin)
7 terdapat 5 atau lebih leukosit (sel darah putih) per lapangan pandang dalam sedimen urine. Biakan Gold Standard urin disebut positif bila ditemukan pertumbuhan koloni bakteri patogen. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Nilai Sensitivitas dan Spesifitas pemeriksaan ISK menggunakan metode urinedibuat sediaan Gram lebih tinggi dan lebih baik dari pemeriksaan lekosituria. Banyaknya Positif Palsu pada pemeriksaan lekosuria disebabkan karena. Beberapa hal yang dapat menjadi faktor kesalahan harus diperhatikan dalam pemeriksaan sedimen urin untuk lekosituria ialah ketika melakukan pemeriksaan, semua bahan yang mengendap belum dicampur lebih dulu dengan cairan yang diatas dengan mengocok urine tersebut, urin tidak dikocok maka sedimen urin akan tertinggal didasar botol penampung. Pemeriksaan sedimen yang telah disentrifus, tidak diresuspensi sebelum diperiksa supaya sedimen tercampur. Cahaya yang masuk mikroskop terlalu terang, unsur halus tidak terlihat. Alat-alat yang dipakai termasuk mikroskop harus tidak bersih. Kotoran kecil pada objek glass, kaca penutup atau diatas lensa mikroskop yang tidak bersih bisa dikira unsur sedimen. Volume urin, kecepatan sentrifus, tidak sesuai standar. 3. Sukandar, Enday. (2006). Nefrologi Klinik Edisi III-2006., Bandung : Penerbit PPI bagian Ilmu Penyakit Dalam RSH. 4. Ryu KH, Kim MK dan Jeong YB A Recent Study on the Antimicrobial Sensitivity of the Organisms that Cause Urinary Tract Infection. Korean J Urol Jun;48(6): Arslan, S., Caksen, H., Rastgeldi, L., et al Use of urinary Gram stain for detection of urinary tract infection in childhood. Yale J of Biol and Med, 75, Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis Ed.rev, cet 14. Jakarta: Rineka Cipta. Kesimpulan Sensitivitas dan spesifitas pemeriksaan Gram urin tanpa centrigugasi lebih tinggi dari pada pemeriksaan Lekositouria urin. Daftar Pustaka 1. Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta : EGC. 2. Morgan, Robert M. dan Shelby D. Hunt The Commitment Trust Theory of Relationship Marketing. Journal of Marketing. Vol. 58. No
BAB I PENDAHULUAN. (Morgan, 2003). Bakteriuria asimtomatik di definisikan sebagai kultur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu penyakit infeksi dengan angka kejadian yang cukup tinggi. Johansen (2006) menyebutkan di Eropa angka kejadian ISK dirumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepsis terbanyak setelah infeksi saluran nafas (Mangatas, 2004). Sedangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan masalah kesehatan yang serius mengenai jutaan populasi manusia setiap tahunnya. ISK merupakan penyebab sepsis terbanyak setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (ureteritis), jaringan ginjal (pyelonefritis). 1. memiliki nilai kejadian yang tinggi di masyarakat, menurut laporan di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan invasi mikroorganisme pada salah satu atau beberapa bagian saluran kemih. Saluran kemih yang bisa terinfeksi antara lain urethra
Lebih terperinciScreening Uji Tapis/Screening
Screening adalah Proses yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi penyakit penyakit yang tidak diketahui/tidak terdeteksi dengan menggunakan berbagai test/uji yang dapat diterapkan secara tepat dalam sebuah
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi dan prevalensi infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih mulai dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang disebabkan oleh berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih karena adanya invasi bakteri dan ditandai dengan bakteriuria dan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Mikrobiologi klinik dan infeksi.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi bidang Mikrobiologi klinik dan infeksi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Penelitian
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG
ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG Adina Pertamigraha, 2008; Pembimbing I : Aloysius Suriawan, dr.,
Lebih terperinciSCREENING. Pengertian. untuk mengidentifikasi penyakit2 yg tidak diketahui/tidak terdeteksi. menggunakan. mungkin menderita. memisahkan.
SCREENING Pengertian Screening : Proses yg dimaksudkan untuk mengidentifikasi penyakit2 yg tidak diketahui/tidak terdeteksi dg menggunakan berbagai test/uji yg dapat diterapkan secara tepat dlm sebuah
Lebih terperinciNILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Inayati* Bagian Mikrobiologi Fakuktas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Lebih terperinciPENGARUH VOLUME URIN TERHADAP PEMERIKSAAN SEDIMEN URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Tadjuddin Naid, Fitriani Mangerangi, Muldhaniah Arsyad
As-Syifaa Vol 07 (01) : Hal. 1-9, Juli 2015 ISSN : 2085-4714 PENGARUH VOLUME URIN TERHADAP PEMERIKSAAN SEDIMEN URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Tadjuddin Naid, Fitriani Mangerangi, Muldhaniah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering ditemukan dalam praktek klinik (Hvidberg et al., 2000). Infeksi saluran kemih (ISK)
Lebih terperinciABSTRAK. Pembimbing II : Triswaty Winata,dr,M.Kes.
ABSTRAK SKRINING INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA KARYAWAN TAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DENGAN URINALISIS RUTIN, DIPSTIK, DAN PEWARNAAN Sternheimer Malbin PERIODE 2008-2009 Budi
Lebih terperinciUJI SENSITIVITAS DAN SPESIFITAS UJI PENYARING KANDIDIASIS VAGINA MENGGUNAKAN SEDIMEN DENGAN PENGECATAN GRAM. Lina Sundayani 1 Agrijanti 1
UJI SENSITIVITAS DAN SPESIFITAS UJI PENYARING KANDIDIASIS VAGINA MENGGUNAKAN SEDIMEN DENGAN PENGECATAN GRAM Lina Sundayani 1 Agrijanti 1 1 Dosen Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan Analis Kesehatan Abstrak
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim
Lebih terperinciUJI DIAGNOSTIK URINALISIS LEKOSIT ESTERASE TERHADAP KULTUR URIN UNTUK MENDIAGNOSA INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN DENGAN KATETERISASI URETRA
KARYA TULIS ILMIAH UJI DIAGNOSTIK URINALISIS LEKOSIT ESTERASE TERHADAP KULTUR URIN UNTUK MENDIAGNOSA INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN DENGAN KATETERISASI URETRA Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah infeksi saluran pernafasan dapat menyebabkan sepsis (WHO, 2013). Prevalensi infeksi saluran kemih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah umum untuk berbagai keadaan tumbuh dan berkembangnya bakteri dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna (Lutter,
Lebih terperinciUJI DIAGNOSTIK LEUKOSITURIA DAN BAKTERIURIA MIKROSKOPIS LANGSUNG SAMPEL URIN UNTUK MENDETEKSI INFEKSI SALURAN KEMIH
UJI DIAGNOSTIK LEUKOSITURIA DAN BAKTERIURIA MIKROSKOPIS LANGSUNG SAMPEL URIN UNTUK MENDETEKSI INFEKSI SALURAN KEMIH LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti
Lebih terperinci30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4
Pengertian Tujuan dan sasaran Macam-macam bentuk screening Keuntungan Kriteria program skrining Validitas Reliabilitas Yield Evaluasi atau uji alat screening Penemuan Penyakit secara Screening - 2 Adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Di samping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada penurunan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermain toddler (1-2,5 tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di indonesia kasus-kasus penyakit yang disebabkan oleh infeksi sering diderita oleh masyarakat kita, salah satu infeksi yang diketahui adalah infeksi organ urogenitalia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Infeksi nosokomial atau hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat klien ketika klien tersebut masuk rumah sakit atau pernah dirawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Infeksi mikroba. intrinsik untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urosepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi dimana pathogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi proses aktivitas proses inflamasi.
Lebih terperinciLAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UNTUK WEBSITE DAN MADING TRIWULAN III TAHUN 2017
LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UNTUK WEBSITE DAN MADING TRIWULAN III TAHUN 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Angka Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dalam 4,6 3,5 3,5 3,06 1,64 1,41 1,47 0,50 0,00
Lebih terperinciABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes
iv ABSTRAK UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI IgM ANTI SALMONELLA METODE IMBI DAN RAPID TEST TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID Gabby Ardani L, 2010.
Lebih terperinciI S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N
I S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari rangkaian pemeriksaan untuk mengetahui penyebab penyakit, menilai perkembangan penyakit setelah
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
21 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup ilmu bidang Obstetri dan Ginekologi, dan Mikrobiologi Klinik. 4.1.2 Ruang Lingkup Tempat
Lebih terperinciABSTRAK. Lingkan Wullur, 2009; Pembimbing I : Penny S. M, dr., Sp.PK., M.Kes. Pembimbing II: Yanti Mulyana, Dra., Apt., DMM., MS.
ABSTRAK POLA DAN KEPEKAAN MIKROORGANISME HASIL KULTUR URINE PASIEN RAWAT INAP DI RUANG ICU RS IMMANUEL BANDUNG TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PERIODE 2006 2008 Lingkan Wullur, 2009; Pembimbing I : Penny S. M,
Lebih terperinciLAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING SEMESTER I TAHUN 2017
LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING SEMESTER I TAHUN 7 Angka Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dalam 5 4.6 4.5.5.64.......6 Jan Feb Mar Apr May Jun SM I 6 SM I 7 Semester Target
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang menyebabkan kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan Alatas, 1985).
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sistitis adalah suatu penyakit yang merupakan reaksi inflamasi sel-sel. urotelium melapisi kandung kemih. Penyakit ini disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistitis adalah suatu penyakit yang merupakan reaksi inflamasi sel-sel urotelium melapisi kandung kemih. Penyakit ini disebabkan oleh berkembangbiaknya mikroorganisme
Lebih terperinciPENGARUH PENUNDAAN WAKTU TERHADAP HASIL URINALISIS SEDIMEN URIN. Tadjuddin Naid, Fitriani Mangerangi, Hanifah Almahdaly
As-Syifaa Vol 06 (02) : Hal. 212-219, Desember 2014 ISSN : 2085-4714 PENGARUH PENUNDAAN WAKTU TERHADAP HASIL URINALISIS SEDIMEN URIN Tadjuddin Naid, Fitriani Mangerangi, Hanifah Almahdaly Fakultas Farmasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistitis merupakan keadaan adanya infeksi berupa pertumbuhan dan. perkembangbiakan mikroorganisme dalam kandung kemih dengan jumlah
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistitis merupakan keadaan adanya infeksi berupa pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme dalam kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna, (Harson
Lebih terperinciLAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING TRIWULAN I TAHUN 2017
LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING TRIWULAN I TAHUN 2017 Angka Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dalam 5.00 4.60 4.00 3.50 3.50 2.00 1.00 1.50 Jan-17 Feb-17 Mar-17 TW I 2016
Lebih terperinciABSTRAK. Emil E, ; Pembimbing I: Penny Setyawati M., dr, SpPK, M.Kes. PembimbingII :Triswaty Winata, dr., M.Kes.
ABSTRAK VALIDITAS PEMERIKSAAN BASIL TAHAN ASAM SPUTUM PASIEN TERSANGKA TUBERKULOSIS PARU DENGAN PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN TERHADAP KULTUR M.tuberculosis PADA MEDIA OGAWA Emil E, 1010115; Pembimbing I: Penny
Lebih terperinciHUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014.
HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014 Oleh : PUTRI YUNITA SIREGAR 120100359 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciVentilator Associated Pneumonia
Ventilator Associated Pneumonia Area Kategori Indikator Perspektif Sasaran Strategis Dimensi Mutu Tujuan Klinis Tindakan pengendalian infeksi RS Proses Bisnis Internal Terwujudnya penyelenggaraan sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteriuria 2.1.1 Definisi Infeksi saluran kemih adalah keadaan yang ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam kultur/biakan urin dengan jumlah >10 5 /ml. 3 Terdapat 2 keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible disease adalah penyakit yang secara klinik terjadi akibat dari keberadaan dan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kemih. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita semua umur,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang menyerang saluran kemih. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita semua umur, ternyata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru-paru tetapi juga dapat mengenai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSKATA. dijumpai wanita maupun pria. Wanita lebih sering menderita infeksi saluran
BAB II TINJAUAN PUSKATA A. Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih adalah yang di tandai dengan berkembang biaknya mikro organisme dalam saluran kemih. Saluran kemih yang normal tidak mengandung bakteri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN
Prevalensi pre_treatment BAB 4 HASIL PENELITIAN Sebanyak 1857 orang penduduk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penduduk laki-laki sebanyak 878 orang dan penduduk wanita sebanyak 979 orang. Gambar 1
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. pada wanita hamil maupun wanita tidak hamil. Bakteriuria pada wanita
6 BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Bakteriuria Asimtomatik lnfeksi saluran kemih merupakan gangguan yang sering timbul baik pada wanita hamil maupun wanita tidak hamil. Bakteriuria pada wanita hamil perlu
Lebih terperinciTES DIAGNOSTIK (DIAGNOSTIC TEST)
TES DIAGNOSTIK (DIAGNOSTIC TEST) Oleh: Risanto Siswosudarmo Departemen Obstetrika dan Ginekologi FK UGM Yogyakarta Pendahuluan. Test diagnostik adalah sebuah cara (alat) untuk menentukan apakah seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Hal ini dikaitkan dengan
Lebih terperinciPerbandingan Pemeriksaan Leukosit Urine Segar Dengan Setelah 2 Jam Di Suhu Kamar
Perbandingan Pemeriksaan Leukosit Urine Segar Dengan Setelah 2 Jam Di Suhu Kamar Nur Vita Purwaningsih 1), Rahma Widyastuti Prodi DIII Teknologi Laboratorium Medik Universitas Muhammadiyah Surabaya 1)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan host. ISK berhubungan dengan interaksi antara bakteri patogen dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Kemih (ISK) 2.1.1 Terminologi Infeksi saluran kemih (ISK) berkaitan dengan interaksi virulensi bakteri dan host. ISK berhubungan dengan interaksi antara bakteri
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Mycobacteriun tuberculose, Homogenisasi. PENDAHULUAN. penyakit AIDS serta bertambahnya penderita Diabetes Mellitus yang merupakan
PENINGKATAN EFEKTIFITAS PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM TERSANGKA PENDERITA TUBERKULOSIS ( TBC ) PARU DI BALAI PENGOBATAN PEI{YAKIT PARU ( BP4 ) SEMARANG S. Darmawatil, S.Sinto Dewi2 ABSTRAK Trrberkulosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah
Lebih terperinciPEMERIKSAAN LAMPU WOOD PADA PASIEN DERMATOSIS DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA SKRIPSI
PEMERIKSAAN LAMPU WOOD PADA PASIEN DERMATOSIS DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA SKRIPSI Oleh: Nama : Monica Goenawan NRP : 1523012041 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Keperawatan Anak II Disusun oleh : Maizan Rahmatina Putri Pamungkasari Vinda Astri
Lebih terperinci25 Universitas Indonesia
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) untuk mengetahui pola resistensi bakteri terhadap kloramfenikol, trimethoprim/ sulfametoksazol,
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan UKDW. penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009).
BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering dinegara maju, setelah penyakit jantung dan kanker (Ginsberg, 2008). Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama
Lebih terperinciABSTRAK. UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID
ABSTRAK UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID Melisa, 2010, Pembimbing I : Penny S.M., dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing
Lebih terperinciABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007
ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007 Fransisca Maya Angela, 2010; Pembimbing I Pembimbing II : J. Teguh Widjaja, dr., Sp P : Evi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Periode anak adalah masa yang sangat penting dalam hal tumbuh dan kembang. Kesehatan anak merupakan syarat penting bagi kelangsungan tumbuh kembang yang optimal. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit akut, kronis dan juga kematian. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan
Lebih terperinciANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO Aan Sunani, Ratifah Academy Of Midwifery YLPP Purwokerto Program Study of D3 Nursing Poltekkes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis yang merupakan suatu respon tubuh dengan adanya invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. yaitu poliuria, polidipsi dan polifagi (Suyono, 2009). Menurut Riskesdas (riset kesehatan dasar) prevalensi diabetes melitus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus adalah kelompok penyakit yang terjadi akibat gangguan sistem endokrin yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah. Beberapa tahun terakhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN (Watson, 2002; Gandasoebrata, 2007). Urin merupakan larutan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urin adalah cairan berwarna pucat yang memiliki variasi warna sesuai dengan kualitasnya; merupakan zat asam dan mempunyai berat jenis 1003 1030 (Watson, 2002; Gandasoebrata,
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM DI RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO Saraginta P. Mosesa*, Angela F.C. Kalesaran*, Paul A. T. Kawatu*
Lebih terperincirepository.unimus.ac.id
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Penyakit TBC merupakan penyakit menular
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu Mikrobiologi Klinik, Ilmu Obstetri, dan Ilmu Penyakit Infeksi.
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah salah satu penyakit infeksi dengan angka
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah salah satu penyakit infeksi dengan angka kejadian yang cukup tinggi. Johansen (2006) menyebutkan di Eropa angka kejadian ISK di rumah
Lebih terperinciPOLA BAKTERI INFEKSI SALURAN KEMIH DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE NOVEMBER 2010 NOVEMBER 2012
Jurnal e-biomedik (ebm), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015 POLA BAKTERI INFEKSI SALURAN KEMIH DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE NOVEMBER 2010 NOVEMBER 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Memasuki milenium ke-3,infeksi malaria masih merupakan problema klinik bagi negara tropik/sub topik dan negara berkembang maupun negara yang sudah maju.malaria merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memiliki angka yang cukup tinggi di Indonesia.Berdasarkan Riset. Bayi Lahir Rendah (BBLR) mencapai 11,5%, meskipun angka ini tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Prematuritas ialah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bayi yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Insiden ini memiliki angka yang cukup tinggi
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
IDENTIFIKASI DAN POLA KEPEKAAN BAKTERI YANG DIISOLASI DARI URIN PASIEN SUSPEK INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN Oleh : ESTERIDA SIMANJUNTAK 110100141 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi Mycobacterium tuberculosis (M.tuberculosis) yang dapat mengenai berbagai organ tubuh, tetapi paling sering mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella sp. 2.1.1 Klasifikasi Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C termasuk famili Enterobacteriaceae, ordo Eubacteriales, kelas Schizomycetes
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Subjek Penelitian Dari data pasien infeksi saluran kemih (ISK) yang diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI pada jangka waktu Januari 2001 hingga Desember 2005
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB). TB paling sering menjangkiti paru-paru dan TB paru sering
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan terapi intensive. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat penelitian Tempat penelitian adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama
Lebih terperinciBakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Pekanbaru
Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Pekanbaru Rita Endriani, Fauzia Andrini, Dona Alfina 3 ABSTRACT Urinary Tract Infection (UTI) is bacterial invasion of urinary tract that caused inflammation
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. multipara dengan Pap smear sebagai baku emas yang diukur pada waktu yang. bersamaan saat penelitian berlangsung.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui akurasi diagnostik
Lebih terperinciUJI DIAGNOSTIK LEUKOSITURIA DAN BAKTERIURIA MIKROSKOPIS LANGSUNG SAMPEL URIN UNTUK MENDETEKSI INFEKSI SALURAN KEMIH JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
UJI DIAGNOSTIK LEUKOSITURIA DAN BAKTERIURIA MIKROSKOPIS LANGSUNG SAMPEL URIN UNTUK MENDETEKSI INFEKSI SALURAN KEMIH JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PRODUSEN DENGAN PENGGUNAAN FORMALIN PADA BAKSO SAPI KILOAN YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DAN MODERN KOTA PONTIANAK
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PRODUSEN DENGAN PENGGUNAAN FORMALIN PADA BAKSO SAPI KILOAN YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DAN MODERN KOTA PONTIANAK Rama Aristiyo,, Nurul Amaliyah dan Salbiah Jurusan Kesehatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitan 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut pada saluran pencernaan yang masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian demam tifoid di
Lebih terperinciBAB XXIII KULTUR URIN
BAB XXIII KULTUR URIN Pengertian Kultur urine adalah pembiakan mikro organisme dari bahan urine, kuman yang tumbuhakan diidentifikasi dengan di uji kepekaannya terhadap antibiotik Tujuan 1. Untuk mengetahui
Lebih terperinciHubungan Penebalan Dinding Kandung Kemih pada Ultrasonografi dengan Nitrit Urin pada Penderita Klinis Sistitis
JURNAL KEDOKTERAN YARSI 20 (1) : 023-028 (2012) Hubungan Penebalan Dinding Kandung Kemih pada Ultrasonografi dengan Nitrit Urin pada Penderita Klinis Sistitis Correlation Between Bladder Wall Thickening
Lebih terperinciPERBANDINGAN PROFIL PASIEN YANG TERPAPAR BAKTERI Staphylococcus haemolyticus DAN Escherichia coli PADA SPESIMEN URIN DI RSUD DR.
PERBANDINGAN PROFIL PASIEN YANG TERPAPAR BAKTERI Staphylococcus haemolyticus DAN Escherichia coli PADA SPESIMEN URIN DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO, 2012)
Lebih terperinci