LAPORAN KINERJA (LAKIN) DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA (LAKIN) DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2016"

Transkripsi

1 LAPORAN KINERJA (LAKIN) DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2016 DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Jl. Pemuda Persil No. 1 Jl. LAPAN No. 70, Pekayon, Pasar Rebo Jakarta Jakarta Telp. (021) , Fax (021) Telp. (021) , Fax (021)

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas berkat dan rahmatnya Deputi Bidang Penginderaan Jauh - LAPAN dapat menyelesaikan Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun Laporan ini merupakan pertanggung jawaban Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan Penetapan Kinerja pada tahun anggaran Dalam laporan ini, disajikan secara komprehensif hasil kinerja yang telah dicapai selama tahun anggaran Penyajian laporan ini disusun secara berurutan dimulai dari uraian kedudukan, tugas, fungsi, struktur organisasi, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, anggaran, visi, misi, tujuan, sasaran strategis, indikator kinerja utama, dan akuntabilitas kinerja di Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun Pada akhir laporan, dilampirkan dokumen- dokumen pendukung seperti Rencana Strategis Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun , Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2016, Perjanjian Kinerja Tahun 2016, Rencana Aksi Perjanjian Kinerja Tahun 2016, Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2017, Perjanjian Kinerja Tahun 2017, Rencana Aksi Perjanjian Kinerja Tahun 2017, dan Rencana Kinerja Tahunan Tahun LAKIN Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 ini diharapkan dapat memberikan gambaran kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh selama tahun 2016 serta menjadi acuan yang berkesinambungan dalam perencanaan serta pelaksanaan kegiatan pada tahun 2017 dan tahun- tahun berikutnya. Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan LAKIN ini, baik dalam kontribusi data, penulisan laporan, maupun analisisnya, kami ucapkan terima kasih. Jakarta, 15 Februari 2017 Deputi Bidang Penginderaan Jauh Dr. Orbita Roswintiarti, M.Sc.

3 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... ii DAFTAR TABEL...iii DAFTAR LAMPIRAN... v BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Aspek strategis organisasi dan permasalahan utama (strategic issued) Sumber daya manusia Sarana dan prasarana Anggaran Sinergitas kegiatan unit kerja di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh BAB II RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun Visi dan misi Tujuan Sasaran strategis Indikator Kinerja Utama Hubungan antara sasaran strategis dan IKU Rencana Kinerja Tahunan tahun Perjanjian Kinerja tahun BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN Analisis capaian kinerja tahun Perbandingan realisasi IKU terhadap tahun sebelumnya Capaian lain di luar IKU Akuntabilitas keuangan Realisasi anggaran tahun Pagu dan realisasi per sasaran strategis tahun Capaian IKU dan realisasi anggaran per sasaran strategis tahun Perbandingan pagu anggaran dan realisasi tahun 2015 dan BAB IV PENUTUP LAMPIRAN i

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 1 Struktur organisasi Deputi Bidang Penginderaan Jauh... 3 Gambar 1. 2 Komposisi jumlah dan persentase SDM di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam tahun 2016 berdasarkan jenjang pendidikannya Gambar 1. 3 Komposisi jumlah dan persentase SDM di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam tahun 2016 berdasarkan jabatan fungsionalnya Gambar 1. 4 Komposisi jumlah dan persentase SDM di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam tahun 2016 berdasarkan pangkat/golongan Gambar 1. 5 Komposisi jumlah dan persentase SDM di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam tahun 2016 berdasarkan usia Gambar 1. 6 Skema kegiatan di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh Gambar 3. 1 Hotspot Information berbasis Android Gambar 3. 2 Sistem perolehantampilan data Himawari-8 yang terintegrasi dengan sistem katalog data pada Website Pustekdata Gambar 3. 3 Bimtek dan sosialisasi yang telah dilaksanakan Gambar 3. 4 Distribusi data penginderaan jauh yang diserahkan kepada para pemangku kepentingan dan pengguna tahun ii

5 DAFTAR TABEL Tabel 1. 1 Komposisi SDM di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam tahun 2016 berdasarkan jenjang pendidikannya Tabel 2. 1 Hubungan antara sasaran strategis dan IKU Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun sesuai dengan Keputusan Kepala LAPAN No. 15 Tahun Tabel 2. 2 Sasaran strategis, IKU, dan target IKU Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun Tabel 3. 1 Capaian sasaran strategis-1 (IKU-1 sampai dengan IKU-4) Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun Tabel 3. 2 Daftar publikasi nasional terakkreditasi di bidang penginderaan jauh yang telah dihasilkan di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh selama tahun Tabel 3. 3 Daftar publikasi internasional di bidang penginderaan jauh yang terindeks yang telah dihasilkan di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh selama tahun Tabel 3. 4 Capaian sasaran strategis-2 (IKU-5 dan IKU-6) Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun Tabel 3. 5 Daftar Kementerian/Lembaga, TNI, dan POLRI yang dilayani oleh unit kerja di bawah Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada tahun Tabel 3. 6 Daftar Pemerintah Provinsi yang dilayani oleh unit kerja di bawah Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada tahun Tabel 3. 7 Daftar Pemerintah Kota yang dilayani oleh unit kerja di bawah Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada tahun Tabel 3. 8 Daftar Pemerintah Kabupaten yang dilayani oleh unit kerja di bawah Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada tahun Tabel 3. 9 Daftar Perguruan Tinggi yang dilayani oleh unit kerja di bawah Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada tahun Tabel Daftar BUMN dan Swasta yang dilayani oleh unit kerja di bawah Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada tahun Tabel Bimtek yang dilaksanakan di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun Tabel Bimtek yang dilakukan di Pemerintah Provinsi Tahun Tabel Capaian IKU Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun Tabel Capaian lain diluar IKU dari kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 dalam mendukung program strategis nasional Tabel Pencapaian akuntabilitas keuangan Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun Tabel Pagu anggaran Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 dan realisasinya berdasarkan pencapaian IKU Tabel Capaian IKU dan serapan anggaran Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun iii

6 Tabel Akuntabilitas keuangan Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2015 dan Tabel Akuntabilitas kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2015 dan iv

7 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Renstra Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun LAMPIRAN 2 Rencana Kinerja Tahunan Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2016 LAMPIRAN 3 Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2016 LAMPIRAN 4 Rencana Aksi Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2016 LAMPIRAN 5 Rencana Kinerja Tahunan Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2017 LAMPIRAN 6 Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2017 LAMPIRAN 7 Rencana Aksi Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2017 LAMPIRAN 8 Rencana Kinerja Tahunan Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2018 v

8 BAB I PENDAHULUA N BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dimulai dengan dikeluarkannya Ketetapan MPR No. XI/1998 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Dalam peraturan perundang-undangan tersebut dinyatakan bahwa salah satu asas penyelenggaraan pemerintahan adalah asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah untuk melaksanakan Akuntabilitas Kinerja Instansi sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai visi, misi dan tujuan organisasi, di mana salah satu kegiatan yang harus dilakukan adalah menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kinerja Tahunan. Sesuai dengan Instruksi Presiden No. 28 Tahun 1999 seluruh instansi Pemerintah diwajibkan untuk menyusun Renstra sebagai acuan pelaksanaan kegiatan dalam jangka waktu lima tahun. Hasil pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, dilaporkan setiap tahun melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang selanjutnya disebut sebagai Laporan Kinerja (LAKIN). Maksud dan tujuan dari penyusunan LAKIN Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 adalah: sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi Deputi Bidang Penginderaan Jauh serta kewenangan pengelolaan sumberdaya dengan didasarkan pada capaian target pelaksanaan Renstra Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun dan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang ditetapkan pada awal tahun 2016; menyajikan informasi terkait keberhasilan yang telah tercapai maupun kegagalan yang dialami pada tahun 2016; dan sebagai bahan pertimbangan untuk menunjang keberhasilan pencapaian target Renstra Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun Dalam penyusunan LAKIN perlu diperhatikan peraturan-peraturan terkait yang mengatur tentang kegiatan yang menjadi tanggung jawab Deputi Bidang Penginderaan Jauh. Pertama-tama adalah peraturan tentang Lembaga yang merupakan pelaksanaan Pasal 38 ayat (4) Undang Undang No 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 49 Tahun 2015 tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, bersamaan dengan penetapan Rencana Strategis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Tahun melalui Peraturan Kepala LAPAN No 3 tahun 2015 tentang Renstra LAPAN. 1

9 Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 49 Tahun 2015 tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional serta Peraturan Kepala LAPAN No. 8 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Deputi Bidang Penginderaan Jauh mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang penelitian, pengembangan dan pemanfaatan serta penyelenggaraan keantariksaan di bidang penginderaan jauh. Dalam menyelenggarakan tugasnya, Deputi Bidang Penginderaan Jauh menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan teknis di bidang penelitian, pengembangan dan pemanfaatan penginderaan jauh; b. pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi dan data penginderaan jauh serta pemanfaatannya; c. pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan pemanfaatan penginderaan jauh; d. pelaksanaan perolehan, pengolahan, penyimpanan dan distribusi data penginderaan jauh melalui bank data penginderaan jauh nasional; e. pelaksanaan pemanfaatan dan diseminasi informasi penginderaan jauh melalui pengelolaan sistem pemantauan bumi nasional; f. pembinaan dan pemberian bimbingan di bidang penelitian dan pengembangan penginderaan jauh; dan g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala. Deputi Bidang Penginderaan Jauh adalah unit kerja setingkat Eselon-I yang berada di bawah Kepala LAPAN yang membawahi: a. Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh; dan b. Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Struktur organisasi Deputi Bidang Penginderaan Jauh berdasarkan Peraturan Kepala LAPAN No 8 Tahun 2015 dapat dilihat dalam Gambar

10 Gambar 1. 1 Struktur organisasi Deputi Bidang Penginderaan Jauh. Masing-masing unit kerja di bawah Deputi Bidang Penginderaan Jauh mempunyai tugas dan fungsi seperti dijelaskan di bawah ini. Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh (Pustekdata) Sesuai dengan Peraturan Kepala LAPAN No. 8 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Pustekdata mempunyai tugas melaksanakan penelitian, pengembangan, dan perekayasaan, serta penyelenggaraan keantariksaan di bidang teknologi dan data penginderaan jauh. Dalam menyelenggarakan tugasnya, Pustekdata menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran di bidang teknologi dan data penginderaan jauh; b. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknis di bidang teknologi dan data penginderaan jauh; c. pelaksanaan perolehan data penginderaan jauh; d. pelaksanaan pengolahan data dengan koreksi geometrik dan radiometrik serta data tutupan awan minimal dan bebas awan; e. penyimpanan dan pendistribusian data penginderaan jauh melalui Bank Data Penginderaan Jauh Nasional; f. penelitian, pengembangan, dan perekayasaan teknologi dan data penginderaan jauh; g. pengelolaan dan pengembangan fasilitas penelitian, pengembangan, dan perekayasaan; h. pengelolaan dan pengembangan fasilitas Bank Data Penginderaan Jauh Nasional; i. pengelolaan dan pengoperasian stasiun bumi satelit penginderaan jauh; j. pelaksanaan dan koordinasi perencanaan, pembangunan, dan pengoperasian stasiun 3

11 bumi penginderaan jauh nasional; k. pelaksanaan kegiatan diseminasi penelitian, pengembangan, dan perekayasaan teknologi dan data penginderaan jauh; l. pemberian layanan publik data penginderaan jauh bagi pengguna; m. pembinaan dan pemberian bimbingan teknis di bidang penelitian, pengembangan, dan perekayasaan teknologi dan data penginderaan jauh; n. pelaksanaan kerja sama teknis di bidang teknologi dan data penginderaan jauh; dan o. pelaksanaan administrasi keuangan, penatausahaan Barang Milik Negara, pengelolaan rumah tangga, sumber daya manusia aparatur, dan tata usaha pusat. Pustekdata terdiri atas Bagian Administrasi, Bidang Program dan Fasilitas, Bidang Diseminasi, Stasiun Bumi Penginderaan Jauh LAPAN Parepare, dan Kelompok Jabatan Fungsional. Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (Pusfatja) Sesuai dengan Peraturan Kepala LAPAN No. 8 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Pusfatja mempunyai tugas melaksanakan penelitian, pengembangan, dan perekayasaan, serta penyelenggaraan keantariksaan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh. Dalam melaksanakan tugasnya, Pusfatja menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran di bidang pemanfaatan penginderaan jauh; b. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknis di bidang pemanfaatan penginderaan jauh; c. penelitian, pengembangan, dan perekayasaan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh; d. pengelolaan fasilitas penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan pemanfaatan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh; e. pelaksanaan kegiatan diseminasi hasil penelitian, pengembangan, dan perekayasaan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh; f. pengolahan data dengan klasifikasi dan deteksi parameter geo-bio-fisik; g. penyiapan bahan penetapan metode dan kualitas pengolahan data; h. penyiapan bahan penyusunan pedoman pemanfaatan data dan diseminasi informasi; i. pengelolaan dan pengembangan Sistem Pemantauan Bumi Nasional; j. pembinaan dan pemberian bimbingan teknis di bidang penelitian, pengembangan, dan perekayasaan pemanfaatan penginderaan jauh; k. pelaksanaan kerja sama teknis di bidang pemanfaatan penginderaan jauh; dan l. pelaksanaan administrasi keuangan, penatausahaan Barang Milik Negara, pengelolaan rumah tangga, sumber daya manusia aparatur, dan tata usaha pusat. Pusfatja terdiri atas Bagian Administrasi, Bidang Program dan Fasilitas, Bidang Diseminasi, dan Kelompok Jabatan Fungsional. 4

12 Dengan melihat realisasi kinerja dengan rencana kinerja yang disiapkan sebelumnya, diperoleh pengetahuan mengenai capaian kinerja (keberhasilan/kegagalan) pencapaian visi dan misi organisasi. LAKIN Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 ini selanjutnya akan digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh untuk tahun-tahun berikutnya. Karena tahun 2015 merupakan tahun awal dari Renstra Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun , maka LAKIN Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 ini merupakan laporan capaian tahun kedua dari rencana capaian hingga tahun Disamping itu, dalam laporan ini akan dijelaskan pula bagaimana komitmen Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam mendukung program Pemerintah. 1.2 Aspek strategis organisasi dan permasalahan utama (strategic issued) Aspek strategis organisasi ditentukan berdasarkan landasan hukum dan kebijakan yang dijadikan dasar kewajiban Deputi Bidang Penginderaan Jauh dan unit kerja di bawahnya dalam mendukung program nasional. Penjelasan landasan hukum dan kebijakan di bawah ini disusun berdasarkan tahun dikeluarkannya. Instruksi Presiden No. 6 tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan, dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi Dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) No. 6 tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan, dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi merupakan awal penguatan peran Deputi Bidang Penginderaan Jauh sebagai penyedia data penginderaan jauh secara nasional. Tujuan dari Inpres No. 6 tahun 2012 adalah terwujudnya efisiensi anggaran negara serta efektivitas pelaksanaan penyediaan data satelit penginderaan jauh, khususnya resolusi spasial tinggi ( 4 meter) untuk Kementerian/Lembaga, TNI, POLRI, dan Pemerintah Daerah. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh LAPAN melalui Deputi Bidang Penginderaan Jauh adalah: a. menyediakan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi dengan lisensi Pemerintah Indonesia; b. meningkatkan kapasitas dan operasi sistem akuisisi data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi; c. melaksanakan penyediaan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; d. melakukan pengolahan atas data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi berupa koreksi radiometrik dan spektral; e. membuat metadata atas data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi sesuai dengan Standar Nasional Indonesia; f. melakukan penyimpanan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi; dan g. bersama Badan Informasi Geospasial melakukan pengendalian kualitas terhadap data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi. 5

13 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan Selanjutnya, lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan memperkuat peran LAPAN dalam penyelenggaraan penginderaan jauh (pasal 15 sampai pasal 23) di Indonesia. Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013, kewajiban LAPAN yang harus dilaksanakan oleh Deputi Bidang Penginderaan Jauh dirangkum sebagai berikut: a. Membangun dan mengoperasikan stasiun bumi untuk perolehan data (pasal 17). b. Melaksanakan pengadaan data penginderaan jauh resolusi tinggi untuk Instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah (pasal 18). c. Menetapkan metode dan kualitas pengolahan data penginderaan jauh (pasal 19). d. Menyelenggarakan penyimpanan dan pendistribusian data melalui bank data penginderaan jauh nasional (pasal 20). e. Menetapkan pedoman pemanfaatan data dan diseminasi informasi penginderaan jauh (pasal 22). Nawa Cita Terjadinya pergantian pimpinan tertinggi Pemerintah (Presiden dan Wakil Presiden) serta perubahan pada sebagian Kementerian/Lembaga di bawahnya pada bulan Oktober 2014 mengakibatkan adanya perubahan pada arah program pembangunan nasional. Saat ini, Pemerintah menetapkan Nawa Cita sebagai 9 (sembilan) agenda prioritas program pembangunan nasional, yaitu: a. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman. b. Membangun tata kelola pemerintah yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. c. Membangun Indonesia dari pinggiran. d. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum. e. Meningkatkan kualitas manusia. f. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional. g. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. h. Melakukan revolusi karakter bangsa. i. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi nasional. Dari seluruh agenda Nawa Cita tersebut, terdapat paling sedikit 5 (lima) program prioritas yang mempunyai keterkaitan dengan tugas dan fungsi Deputi Bidang Penginderaan Jauh, khususnya dalam penyediaan data dan informasi penginderaan jauh melalui Kementerian/Lembaga terkait, yaitu: a. Dukungan untuk Nawa Cita ke-3: Jaminan Hak Desa untuk mengelola sumber daya alam skala lokal mendukung 6

14 pengentasan 5000 desa tertinggal dan 2000 desa mandiri (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Mempercepat ketersediaan data satelit penginderaan untuk percepatan tersedianya peta skala 1:5000 dalam mendukung tata ruang yang mutakhir (Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dan Badan Informasi Geospasial). b. Dukungan untuk Nawa Cita ke-4: Integrasi batas hutan dengan sistem pendaftaran tanah pada skala 1:5.000 (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Frekuensi dan luas penebangan liar, perdagangan satwa dan tumbuhan dilindungi, perambahan dan PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin) turun setiap tahun (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Mempercepat ketersediaan data satelit penginderaan jauh untuk mendukung percepatan cakupan peta dasar pertanahan dalam rangka menjamin kepastian hukum hak kepemilikan tanah (Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dan Badan Informasi Geospasial). c. Dukungan untuk Nawa Cita ke-5: Identifikasi Kawasan Hutan (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Mempercepat ketersediaan data satelit penginderaan jauh untuk mendukung percepatan cakupan Peta Dasar Pertanahan dalam rangka menjamin Kepastian Hukum Hak Kepemilikan Tanah (Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dan Badan Informasi Geospasial). d. Dukungan untuk Nawa Cita ke-6: Peningkatan kualitas tatakelola hutan produksi (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Peningkatan hasil kayu hutan (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Dukungan pembangunan infrastruktur (Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) e. Dukungan untuk Nawa Cita ke-7. Pelestarian sumber daya alam, lingkungan hidup, dan pengelolaan bencana alam (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Internalisasi 108 Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu, pemulihan 15 Daerah Aliran Sungai, pengelolaan 15 danau, revitalisasi 5 sungai, penurunan 5,5 juta ha lahan kritis, bangun embung 15 Daerah Aliran Sungai, Hutan Kemasyarakatan - Hutan Tanaman Rakyat - Hutan Desa 12,7 juta ha, status 19 Daerah Aliran Sungai lintas negara (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Peningkatan kedaulatan pangan (Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan). 7

15 Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kegiatan Penginderaan Jauh Salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 adalah tata cara penyelenggaraan kegiatan penginderaan jauh. Selama periode tahun 2014 hingga tahun 2016 telah dilaksanakan pertemuan-pertemuan dengan Kementerian/Lembaga teknis, Kementerian Hukum dan Hak Azazi Manusia, serta Sekretariat Negara membahas Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kegiatan Penginderaan Jauh. Pada bulan November 2016, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi telah menyerahkan draf akhir RPP tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kegiatan Penginderaan Jauh ini pada Sekretariat Negara untuk disahkan Presiden. Diharapkan pada tahun 2017, RPP tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kegiatan Penginderaan Jauh dapat disahkan menjadi Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kegiatan Penginderaan Jauh. Secara ringkas, lingkup yang diatur dalam RPP tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kegiatan Penginderaan Jauh adalah sebagai berikut: a. Perolehan data, yang meliputi kegiatan: Pengoperasian satelit Pengoperasian Stasiun Bumi Pengadaan citra satelit Validasi dan kalibrasi data penginderaan jauh b. Metode dan kualitas pengolahan data penginderaan jauh harus mengacu pada metode dan kualitas pengolahan yang ditetapkan oleh LAPAN. c. Penyimpanan dan pendistribusian data penginderaan jauh dilaksanakan melalui Bank Data Penginderaan Jauh Nasional. d. Pemanfaatan data dan diseminasi informasi penginderaan jauh: Pemanfaatan data penginderaan jauh harus mengacu pada pedoman yang ditetapkan LAPAN. LAPAN melakukan pembimbingan, pembinaan, dan pelayanan kepada Instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat. Pengelolaan sistem diseminasi informasi dilakukan melalui Sistem Pemantauan Bumi Nasional. Program utama LAPAN Dua dari tujuh program utama LAPAN berada di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh, yaitu pengembangan Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN) dan Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN). Program utama ini merupakan kebijakan LAPAN yang ingin dicapai pada akhir tahun 2019 sesuai dengan Renstra LAPAN tahun Pengembangan BDPJN terdiri dari pengembangan perolehan, pengolahan, pengelolaan, 8

16 dan distribusi data penginderaan jauh. Sementara itu, pengembangan SPBN yang merupakan sistem pemanfaatan data penginderaan jauh, terdiri dari pengembangan Sistem Pemantauan Sumber Daya Alam (SIPANDA) dan Sistem Mitigasi Bencana (SIMBA). Baik BDPJN maupun SPBN merupakan wadah pelayanan data dan informasi penginderaan jauh secara nasional bagi para pemangku kepentingan dan pengguna (Kementerian/Lembaga, TNI. POLRI, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi, dan masyarakat). Tahun 2016 merupakan tahun kelima pengembangan BDPJN yang dilakukan oleh Pustekdata dan tahun keempat pengembangan SPBN yang dilakukan oleh Pusfatja. Permasalahan utama Tersedianya landasan hukum dan kebijakan seperti yang telah dijelaskan di atas semakin memperkuat peran, kewajiban, tugas, dan fungsi Deputi Bidang Penginderaan Jauh serta unit kerja di bawahnya. Meskipun demikian, dalam menjalankan peran, kewajiban, tugas, dan fungsi tersebut tergantung dari sumber daya yang ada serta proses bekerjanya. Sumber daya dan proses tersebut dapat menjadi permasalahan apabila tidak sesuai dengan kondisi yang seharusnya tersedia. Uraian komponen dan proses yang dapat mempengaruhi sasaran strategis Deputi Bidang Penginderaan Jauh disajikan dalam bagian 1.3 dan 1.4 di bawah ini. 1.3 Sumber daya manusia Jumlah dan kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam suatu organisasi. Jumlah SDM di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam tahun 2016 adalah 223 (dua ratus dua puluh tiga) orang, yang terdiri dari 14 (empat belas) orang dengan Jabatan Tinggi dan Jabatan Administrator serta 209 (dua ratus sembilan) orang dengan Jabatan Fungsional Khusus dan Jabatan Fungsional Umum. Dilihat dari kualitas pendidikannya, Tabel 1.1 dan Gambar 1.2 berturut-turut menyajikan komposisi SDM di setiap unit kerja dan komposisi SDM secara keseluruhan di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam tahun 2016 berdasarkan jenjang pendidikannya. Pendidikan S-1 merupakan jenjang pendidikan terbanyak diikuti oleh jenjang pendidikan di bawah S-1 (D-3, SMA, dst). Namun demikian, jumlah SDM dengan pendidikan S-2 meningkat dibandingkan tahun Sementara itu, jumlah SDM dengan pendidikan S-3 relatif sama dengan tahun 2015 meskipun ada SDM yang pindah ke Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tetapi ada tambahan lulusan S-3 baru. 9

17 Tabel 1. 1 Komposisi SDM di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam tahun 2016 berdasarkan jenjang pendidikannya. Unit Eselon-II/ Eselon-III Jenjang pendidikan Jumlah Stasiun Bumi Penginderaan Jauh LAPAN Parepare S-3 S-2 S-1 S1 Pustekdata Pusfatja Total Gambar 1. 2 Komposisi jumlah dan persentase SDM di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam tahun 2016 berdasarkan jenjang pendidikannya. Dilihat dari perannya pada jabatan fungsional, jumlah SDM di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh berdasarkan Jabatan Fungsional Khusus adalah sebanyak 146 (seratus empat puluh enam). Jabatan Fungsional Khusus terdiri dari jabatan fungsional peneliti, perekayasa, perencana, pranata komputer, litkayasa, arsiparis, analis kepegawaian, bendahara, dan pranata humas. Sementara itu, jumlah SDM berdasarkan Jabatan Fungsional Umum (Analis Pemanfaatan Produk Teknologi Dirgantara) adalah sebanyak 77 (tujuh puluh tujuh) orang. 10

18 Jabatan Analis Pemanfaatan Produk Teknologi Dirgantara yang merupakan Jabatan Fungsional Umum menempati komposisi tertinggi (35%) diikuti oleh Jabatan Fungsional Peneliti (33%) dan Perekayasa (15%). Sebagai lembaga penelitian dan pengembangan, komposisi SDM seperti ini tentu saja masih jauh dari ideal. Komposisi Jabatan Fungsional Khusus dan Jabatan Fungsional Umum di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada tahun 2016 dapat dilihat pada Gambar 1.3. Gambar 1. 3 Komposisi jumlah dan persentase SDM di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam tahun 2016 berdasarkan jabatan fungsionalnya. Dilihat dari Pangkat/Golongan, SDM di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh tertinggi menempati Pangkat/Golongan III/a dan III/b (47%) diikuti oleh III/c dan III/d (25%) kemudian IV/a dan IV/b (13%). Sementara itu, jika dilihat dari usia, kelompok usia 50 tahun keatas menempati urutan tertinggi (39%) diikuti oleh kelompok usia antara tahun (25%) dan kelompok usia antara tahun (23%). Pangkat/Golongan III/a dan III/b dengan kelompok usia 50 tahun keatas yang menempati komposisi tertinggi terdapat pada pegawai administrasi (ASN lama) dan pegawai teknis (ASN baru). Sedangkan untuk pegawai teknis (ASN lama) dengan kelompok usia antara tahun menempati Pangkat/Golongan III/c hingga IV/b. Gambar 1.4 dan Gambar 1.5 berturut-turut menunjukkan komposisi SDM di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam tahun 2016 berdasarkan Pangkat/Golongan dan usia. 11

19 Gambar 1. 4 Komposisi jumlah dan persentase SDM di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam tahun 2016 berdasarkan pangkat/golongan. Gambar 1. 5 Komposisi jumlah dan persentase SDM di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam tahun 2016 berdasarkan usia. 12

20 1.4 Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Deputi Bidang Penginderaan Jauh merupakan komponen penting lainnya yang dapat menentukan kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh dan unit kerja di bawahnya, khususnya dalam melaksanakan penelitian, pengembangan, dan perekayasaan serta pelayanan data dan informasi bagi para pemangku kepentingan dan pengguna terkait. Sampai dengan tahun 2016, sarana yang dimiliki oleh Pustekdata antara lain adalah: Stasiun Bumi Penginderaan Jauh LAPAN Parepare (Sulawesi Selatan): o o o o Sistem antena X-band dengan diameter 5,4 meter yang dipergunakan untuk penerimaan data satelit penginderaan jauh Terra, Aqua, Landsat-8, SPOT-6 dan SPOT-7. Sistem antena X-L band dengan diameter 3,1 meter yang dipergunakan untuk penerimaan data satelit penginderaan jauh Terra, Aqua, NOAA, dan METOP. Sistem perekaman dan pengolahan data Terra, Aqua, NPP, Landsat-7, Landsat-8, SPOT-6 dan SPOT-7 untuk menghasilkan data dengan level terkoreksi sistematik. Sistem pengolahan data SPOT-6 dan SPOT-7 untuk menghasilkan data mosaic cloud-free wall-to-wall seluruh wilayah Indonesia. Stasiun Bumi Penginderaan Jauh Rumpin (Bogor): o o o Sistem antena X-band dengan diameter 5,4 meter yang dipergunakan untuk penerimaan data satelit penginderaan jauh Terra, Aqua dan Landsat-8. Sistem perekaman dan pengolahan data Terra, Aqua, Landsat-8 untuk menghasilkan data dengan level terkoreksi sistematik. Sistem backup untuk penerimaan data Landsat-7. Stasiun Bumi Penginderaan Jauh Pekayon (Jakarta): o o o o Sistem antena L-band dengan diameter 1,5 meter yang dipergunakan untuk penerimaan data satelit penginderaan jauh Metop-A, NOAA-18 dan NOAA-19. Sistem perekaman dan pengolahan data Metop-A, NOAA-18 dan NOAA-19 untuk menghasilkan data dengan level terkoreksi sistematik. Sistem Antena C-Band dengan diameter 2,5 meter yang dipergunakan untuk penerimaan data satelit penginderaan jauh Himawari-8. Sistem perekaman dan pengolahan data Himawari-8 untuk menghasilkan data dengan level terkoreksi sistematik. Sistem pengolahan data (Jakarta): o Sistem pengolahan data Terra/Aqua MODIS dan NPP VIIRS yang dilakukan secara otomatis untuk menghasilkan data terkoreksi sistematik dan informasi (level 2 dan level 3) yang dikirimkan secara near-real time kepada pengguna. 13

21 o o o o Sistem pengolahan kecepatan tinggi dengan parallel processing, yaitu PC Cluster dan Blade server. Sistem pengolahan kecepatan tinggi ini telah dioperasionalkan untuk mendukung program Indonesia s National Carbon Acounting System (INCAS) yang menghasikan data Landsat mosaic cloud-free wall-to-wall seluruh Indonesia tahunan hingga klasifikasi penutup lahan pertahun. Sistem pengolahan data Landsat-7/8 terintegrasi dengan sistem katalog Landsat. Sistem pengolahan data SPOT-6, SPOT-7 untuk menghasilkan data mosaic cloudfree wall-to-wall seluruh wilayah Indonesia di Jakarta dan Parepare. Sistem pengolahan data Pleiades, WorldView, GeoEye untuk menghasilkan data mosaic cloud-free wall-to-wall. Sistem penyimpanan dan distribusi data (Jakarta): o o o o o o Sistem pengelolaan penyimpanan dan distribusi data dengan sistem manajemen proses bisnis yang terintegrasi. Sistem penyimpanan data penginderaan jauh dengan kapasitas 1800 TB. Sistem katalog data Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN). Jaringan komunikasi data fiber optic 40 Mbps antara Stasiun Bumi Parepare dan sistem penyimpanan data di Pekayon, Jakarta. Jaringan komunikasi data kecepatan 15 Mbps antara Stasiun Bumi Rumpin dan sistem penyimpanan data di Pekayon, Jakarta. Jaringan komunikasi data fiber optic 10 Mbps untuk distribusi data dan informasi kepada Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian, Kementerian Pertanian, Badan Informasi Geospasial, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Sementara itu, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Pusfatja antara lain adalah: Peralatan ukur dan survei lapangan: field spectrometer, GPS Geodetik, pengukur kualitas air dan tanah, drone DJI Phantom. Software pengolahan data untuk menghasilkan informasi/parameter biogeofisik sumberdaya wilayah darat, sumberdaya wilayah pesisir dan laut, serta lingkungan dan mitigasi bencana. Sistem Pemantuan Bumi Nasional (SPBN) yang terdiri dari Sistem Mitigasi Bencana (SIMBA) dan Sistem Pemantauan Sumber Daya Alam (SIPANDA). Gedung baru untuk ruang kerja dan pertemuan. 1.5 Anggaran Komponen berikutnya yang juga sangat mempengaruhi kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh adalah ketersediaan anggaran. Pagu anggaran kegiatan Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada 14

22 tahun 2016 adalah sebesar Rp ,- (seratus dua puluh empat milyar dua ratus empat juta rupiah). Pagu anggaran tersebut adalah pagu akhir setelah sebelumnya terjadi penghematan anggaran sebesar Rp ,- (tiga puluh satu milyar dua puluh juta rupiah) atau sekitar 20% dari pagu anggaran awal. Dari total pagu anggaran di atas, sebesar Rp ,- (delapan puluh satu milyar tiga ratus sembilan puluh tujuh juta rupiah) berada di Pustekdata, Rp ,- (delapan milyar sembilan ratus sepuluh juta rupiah) berada di Stasiun Bumi Penginderaan Jauh LAPAN Parepare, dan Rp ,- (tiga puluh tiga milyar delapan ratus sembilan puluh tujuh juta rupiah) berada di Pusfatja. Komposisi penggunaan anggaran terbesar adalah untuk pembayaran annual fee penerimaan data SPOT-6/7 dan Landsat-8; pemeliharaan peralatan; dan pembangunan gedung baru Pusfatja. 1.6 Sinergitas kegiatan unit kerja di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh Kegiatan di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh dirangkum dalam skema pada Gambar Pustekdata mempunyai tugas dan kewajiban untuk melakukan pengembangan BDPJN, sementara Pusfatja melakukan pengembangan SPBN. Kegiatan ini menjadi dasar dalam membangun pusat unggulan dalam bidang penginderaan jauh. Pustekdata dan Pusfatja masing-masing mengelola kegiatan penelitian, pengembangan, dan perekayasaan (litkayasa); SDM, sarana dan prasarana, serta ketersediaan anggaran. Sementara itu, secara bersama-sama Pustekdata dan Pusfatja melaksanakan pelayanan data dan informasi; menyiapkan metodologi/pedoman standar pengolahan data dan pemanfaatannya; melakukan kerja sama baik dalam maupun luar negeri; serta memberi pembinaan/bimbingan pada para pemangku kepentingan dan pengguna. Gambar 1. 6 Skema kegiatan di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh. 15

23 B A B II R E N C A N A S T R A T E G I S T A H U N B A B II R E N C A N A S T R A T E G I S BAB II RENCANA STRATEGIS TAHUN Rencana Strategis Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun Visi dan misi Visi LAPAN adalah Pusat Unggulan Penerbangan dan Antariksa untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan mandiri. Sejalan dengan visi LAPAN, maka visi Deputi Bidang Penginderaan Jauh adalah Pusat unggulan dalam bidang penginderaan jauh untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan mandiri. Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan misi dalam pelaksanaannya, yaitu: a. Meningkatkan kualitas litbang penginderaan jauh. b. Meningkatkan kualitas produk penginderaan jauh. c. Melaksanakan dan mengatur penyelenggaraan penginderaan jauh Tujuan Berdasarkan Renstra Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun , tujuan dari Deputi Bidang Penginderaan Jauh adalah: 1. Terwujudnya layanan prima di bidang penginderaan jauh bagi masyarakat. 2. Terwujudnya sistem penyelenggaraan penginderaan jauh yang memenuhi kepatuhan standar dan prosedur. Renstra Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun dapat dilihat dalam Lampiran Sasaran strategis Untuk mencapai tujuan, disiapkan 2 (dua) sasaran strategis Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun sebagai berikut: 1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian iptek di bidang penginderaan jauh. 2. Meningkatnya layanan iptek di bidang penginderaan jauh yang prima Indikator Kinerja Utama Berdasarkan Renstra Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun ditetapkan 6 (enam) Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun seperti yang tercantum dalam Keputusan Kepala LAPAN No. 151 Tahun 2015 tentang Indikator Kinerja Utama Unit Organisasi Eselon-I di lingkungan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, yaitu: 1. Jumlah model, pedoman, modul, dan prototipe di bidang penginderaan jauh untuk pemantauan sumberdaya alam (SDA), lingkungan, serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. 16

24 2. Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang penginderaan jauh. 3. Jumlah publikasi internasional di bidang penginderaan jauh yang terindeks. 4. Jumlah HKI yang diusulkan di bidang penginderaan jauh. 5. Jumlah instansi pengguna layanan data dan informasi penginderaan jauh. 6. Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan data dan informasi penginderaan jauh Hubungan antara sasaran strategis dan IKU Penguasaan dan kemandirian iptek di bidang penginderaan jauh menunjukkan kompetensi penelitian, pengembangan, dan perekayasaan (litbangyasa) di bidang penginderaan jauh. Oleh karena itu, sasaran strategis-1 dari Deputi Bidang Penginderaan Jauh berkaitan dengan hasil iptek berupa model/pedoman/modul/prototipe yang telah teruji untuk diimplementasikan (IKU-1); publikasi baik nasional maupun internasional (IKU-2 dan IKU-3); dan HKI (IKU-4). Layanan iptek di bidang penginderaan jauh menunjukkan bahwa produk iptek penginderaan jauh sudah dimanfaatkan oleh pengguna. Oleh karena itu, sasaran strategis-2 Deputi Bidang Penginderaan Jauh berkaitan dengan jumlah pengguna yang telah memanfaatakan data dan informasi penginderaan jauh (IKU-5) serta kualitas dalam melayani data dan informasi tersebut (IKU-6). Hubungan antara sasaran strategis dan IKU Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun yang akan digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan pencapaian kinerja tahun serta penjelasan lebih detil dari setiap IKU dirangkum dalam Tabel 2.1. Tabel 2. 1 Hubungan antara sasaran strategis dan IKU Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun sesuai dengan Keputusan Kepala LAPAN No. 15 Tahun Sasaran strategis IKU Penjelasan (1) (2) (3) 1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian iptek di bidang penginderaan jauh. 1. Jumlah model, pedoman, modul, dan prototipe di bidang penginderaan jauh untuk pemantauan sumberdaya alam (SDA), lingkungan, serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. Model penginderaaan jauh adalah representasi atau deskripsi yang menjelaskan suatu obyek, sistem, atau konsep yang merupakan penyederhanaan atau idealisasi di bidang penginderaan jauh. Bentuknya dapat berupa model fisik, model pengolahan data, atau rumusan matematik yang digunakan untuk kebutuhan aplikasi di bidang pemantauan SDA, lingkungan 17

25 Sasaran strategis IKU Penjelasan (1) (2) (3) 2. Meningkatnya layanan iptek di bidang penginderaan jauh yang prima. 2. Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang penginderaan jauh. 3. Jumlah publikasi internasional di bidang penginderaan jauh yang terindeks. 4. Jumlah HKI yang diusulkan di bidang penginderaan jauh. 5. Jumlah instansi pengguna layanan data dan informasi penginderaan jauh. 6. Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan data dan informasi penginderaan jauh. serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. Publikasi nasional yang terakreditasi adalah karya tulis ilmiah hasil litbangyasa di bidang penginderaan jauh yang terakreditasi berdasarkan kriteria LIPI dan DIKTI. Publikasi internasional yang terindeks adalah karya tulis ilmiah hasil litbangyasa di bidang penginderaan jauh yang telah diterbitkan di jurnal internasional dengan indeks SCOPUS. HKI yang diusulkan adalah hasil karya di bidang penginderaan jauh untuk memperoleh hak eksklusif yang diberikan negara kepada pencipta suatu karya untuk mendapatkan kekuatan hukum. Instansi pengguna adalah masyarakat umum, masyarakat ilmiah, perguruan tinggi, pemerintah pusat dan daerah, serta swasta yang memanfaatkan layanan data dan informasi bidang penginderaan jauh. IKM adalah tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran kuantitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan di bidang penginderaan jauh. 2.2 Rencana Kinerja Tahunan tahun 2016 Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 merupakan penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Renstra Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun dan akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Penginderaan Jauh 18

26 melalui berbagai kegiatan tahunan. RKT meliputi sasaran strategis, IKU, target yang ingin dicapai dalam tahun 2016, serta rencana waktu penyelesaiannya. Tujuan penyusunan RKT Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 adalah sebagai acuan bagi pelaksanaan kegiatan di Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang penelitian, pengembangan dan pemanfaatan serta penyelenggaraan keantariksaan di bidang penginderaan jauh terkait fungsi koordinasi, penelitian dan pengembangan, serta administrasi. Kaitan antara sasaran strategis, IKU, target yang ingin dicapai dalam tahun 2016, serta rencana waktu penyelesaiannya disajikan dalam Tabel 2.2. RKT Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 dapat dilihat dalam Lampiran 2. Tabel 2. 2 Sasaran strategis, IKU, dan target IKU Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun Sasaran strategis IKU Satuan Target Waktu penyelesaian (1) (2) (3) (4) (5) 1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian iptek di bidang penginderaan jauh. 1. Jumlah model, pedoman, modul, dan prototipe di bidang penginderaan jauh untuk pemantauan sumberdaya alam (SDA), lingkungan, serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. Model/ pedoman/ modul/ prototipe 8 12 bulan 2. Meningkatnya layanan iptek di bidang penginderaan jauh yang prima. 2. Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang penginderaan jauh. 3. Jumlah publikasi internasional di bidang penginderaan jauh yang terindeks. 4. Jumlah HKI yang diusulkan di bidang penginderaan jauh. 5. Jumlah instansi pengguna layanan data dan informasi penginderaan jauh. 6. Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan data dan informasi penginderaan jauh. publikasi bulan publikasi 5 12 bulan usulan HKI 0 - instansi bulan indeks bulan 19

27 2.3 Perjanjian Kinerja tahun 2016 Perjanjian Kinerja (PK) Deputi Bidang Penginderaan Juah tahun 2016 merupakan pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara Kepala LAPAN dan Deputi Bidang Penginderaan Jauh untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada tahun Dengan kata lain, PK Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 merupakan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu tahun Tujuan penyusunan PK Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 adalah untuk mewujudkan suatu capaian kinerja tertentu dengan sumber daya tertentu, melalui penetapan target kinerja serta indikator kinerja yang menggambarkan keberhasilan pencapaiannya, baik berupa hasil maupun manfaat. Penetapan dan pengukuran kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 selanjutnya dijabarkan dan diterjemahkan dalam kontrak kinerja unit kerja di bawahnya hingga kontrak kinerja individu. Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 dapat dilihat dalam Lampiran 3. Rencana Aksi Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2016 dapat dilihat dalam Lampiran 4. 20

28 B A B I I I A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A T A H U N BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2016 Kinerja merupakan gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis suatu organisasi. Oleh karena itu, akuntabilitas kinerja merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kinerja atau tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak-pihak yang mempunyai hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Dalam mempertanggungjawabkan capaian kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh, mekanisme pengumpulan data kinerja dan analisis capaian kineerja dilakukan sebagai berikut: 1. Penyampaian data kinerja setiap triwulan dari Kepala Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh dan Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh; 2. Pengolahan dan pemeriksaan data kinerja PUSTEKDATA dan PUSFATJA menjadi data kinerja triwulan Deputi Bidang Penginderaan Jauh; 3. Pengolahan dan data pemeriksaan data kinerja menjadi data kinerja tahuan Deputi Bidang penginderaan Jauh; 4. Pelaksanaan analisis capaian kinerja untuk setiap sasaran strategis dari setiap target IKU; 5. Pelaksanaan perbandingan antara realisasi IKU tahun 2016 dengan tahun 2015 dalam upaya mencapai target 5 tahunan dalam Renstra ; 6. Pelaksanaan capaian analisisi kinerja di luar IKU yang mendukung Progam Strategis Nasional; 7. Pelaksananan analisis akuntabilitas keuangan berdasarkan realisasi per sasaran strategis; 8. Pelaksananan analisis akuntabilitas keuangan berdasarkan realisasi per IKU; 9. Perbandingan realisasi anggaran tahun 2016 dan tahun 2015 ; 3.1 Analisis capaian kinerja tahun 2016 Analisis capaian kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam tahun 2016 dilakukan terhadap 2 (dua) sasaran strategis yang terdapat dalam Penetapan Kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun Kedua sasaran strategis yang berhasil dicapai pada tahun 2016 yaitu: a. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian iptek di bidang penginderaan jauh. b. Meningkatnya layanan iptek di bidang penginderaan jauh yang prima. Sasaran strategis-1: Meningkatnya penguasaan dan kemandirian iptek di bidang penginderaan jauh Pencapaian sasaran strategis-1 ini diukur melalui capaian target IKU-1, IKU-2, IKU-3, dan IKU-4. IKU- 1 sampai dengan IKU-4, target, dan capaian untuk mendukung sasaran strategis-1 disajikan dalam Tabel

29 Tabel 3. 1 Capaian sasaran strategis-1 (IKU-1 sampai dengan IKU-4) Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun IKU-1: Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah model, pedoman, modul, dan prototipe di bidang penginderaan jauh untuk pemantauan sumberdaya alam (SDA), lingkungan, serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. IKU-2: Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang penginderaan jauh. IKU-3: Jumlah publikasi internasional di bidang penginderaan jauh yang terindeks. IKU-4: Jumlah HKI yang diusulkan di bidang penginderaan jauh. Target Capaian Realisasi (%) Capaian IKU-1 merupakan keberhasilan kegiatan penelitian, pengembangan, dan perekayasaan di bidang penginderaan jauh. Capaian Deputi Bidang Penginderaan Jauh diukur dengan sesuai kebijakan yang ditetapkan yaitu meningkatkan layanan yang didukung dengan hilirisasi hasil penelitian, pengembangan, dan perekayasaan. Selama tahun 2016 telah dihasilkan 8 (delapan) model, pedoman, modul, dan prototipe di bidang penginderaan jauh yang diperlukan oleh pengguna dalam pemantauan sumber daya alam dan kebencanaan, yaitu 1 (satu) model, 3 (tiga) modul, 2 (dua) prototipe, dan 2 (dua) bahan pedoman ekstraksi informasi. Hasil ini sesuai dengan target yang direncanakan (100%). Model yang dihasilkan tersebut adalah model identifikasi lahan tambang. Maraknya lahan tambang (kapur, batu bara, mineral, emas, dan tembaga) illegal mendorong Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat meminta LAPAN untuk mengkaji pembuatan model dalam mengidentifikasi lahan tambang tersebut di Provinsi Sumatera Barat, Maluku, Sumatera Utara, dan Papua berbasis data penginderaan jauh. Model yang dihasilkan tahun 2016 ini masih memerlukan validasi lapangan dan akan disempurnakan pada tahun Modul yang dihasikan merupakan modul yang didisain dan diimplementasikan untuk meningkatkan performansi operasional dan layananan bagi pengguna. Adapun 3 (tiga) modul yang sudah berhasil dibuat dan diimplementasikan pada tahun 2016 adalah: 22

30 1. Modul otomatisasi pengolahan dan pengiriman informasi hotspot secara near-real time kepada server pengguna (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BMKG, BNPB). 2. Hotspot Information berbasis Android. Gambar 3. 1 Hotspot Information berbasis Android. 3. Katalog data Himawari-8 yang terintegrasi dalam sistem katalog data pada website Pustekdata. Gambar 3. 2 Sistem perolehantampilan data Himawari-8 yang terintegrasi dengan sistem katalog data pada Website Pustekdata. Sementara itu, 2 (dua) prototipe yang dihasilkan adalah sebagai berikut: 1. Sistem Pemantauan Bumi Nasional berbasis Web GIS (skala 1: ). Sistem ini sudah diimplementasikan dalam website Pusfatja. 2. Sistem Pemantauan Bumi Provinsi berbasis Web GIS (skala 1:25.000). Sistem ini sudah dibangun dan diserahkan pada 19 (Sembilan belas) provinsi, yaitu Provinsi Aceh, Riau, 23

31 Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Bahan pedoman ekstraksi informasi yang telah siap adalah: 1. Deteksi lahan bekas terbakar, pedoman ini merupakan kebutuhan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Pemda karena kebakaran hutan/lahan terjadi setiap tahunnya. 2. Pengolahan data foto dari pesawat LAPAN, hasil pengolahan foto dari pesawat LAPAN diharapkan dapat mengisi kekurangan data citra akibat tutupan awan. Kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh melalui IKU-2 juga berhasil dicapai dengan baik. Pada tahun 2016 telah dihasilkan 26 (dua puluh enam) publikasi pada jurnal nasional dari 26 (dua puluh enam) target yang ditetapkan. Rincian publikasi nasional terakreditasi di bidang penginderaan jauh yang telah dihasilkan di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh selama tahun 2016 disajikan pada Tabel 3.2. Tabel 3. 2 Daftar publikasi nasional terakkreditasi di bidang penginderaan jauh yang telah dihasilkan di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh selama tahun No. Judul Penerbit 1. Analisis Kesesuaian Scene untuk Mosaik Multitemporal Citra Landsat-8 Berdasarkan Parameter Radiometrik 2. Development of Pushbroom Airborne Camera System Using Multispectral Line Scan Industrial Camera 3. Development of Annual Landsat-8 Composite over Central Kalimantan, Indonesia using Automatic Algorithm to Minimizes Cloud 4. Reconstruction Technique to Retrieve Missing Reflectance of Band 6 Aqua MODIS Data International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No. 371/AU1/P2MBI/07/

32 No. Judul Penerbit 5. Haze Removal in the Visible Bands of Landsat-8 OLI over Shallow Water Area 6. Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh untuk Monitoring Iklim Ekstrem di Indonesia 7. Analysis on the Quality of Aerosol Optical Thickness Data Derived from NPP VIIRS and Aqua MODIS over Western Area of Indonesia 8. Detection of Forest Fire, Smoke Source Locations in Kalimantan during the Dry Season for the year 2015 using Landsat-8 from the Threshold of Brightness Temperature Algorithm 9. Analisis Parameter-Parameter Utama untuk Desain Sensor SAR pada LSA (LAPAN Surveillance Aircraft) 10. Evaluation of SPOT-5 Image Fusion Using Modified Pan-sharpening Methods 11. Analisis Karakteristik Temperatur Area Terbakar (Burned Area) Menggunakan Data Landsat-8 TIRS di Kalimantan 12. Perbandingan Hasil Klasifikasi Limbah Lumpur Asam Dengan Metode Spectral Angle Mapper Dan Spectral Mixture Analysis Berdasarkan Citra Landsat Perbandingan Metode Klasifikasi Penutup Lahan Berbasis Piksel dan Berbasis Objek Menggunakan Data Pisar-L2 International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 Jurnal Sumberdaya Lahan Volime 9 No. 9 Desember 2016 p-issn: International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences ISSN edisi 2015 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 (dicetak tahun 2016) International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences ISSN Edisi 2015 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 (dicetak tahun 2016) International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences ISSN Edisi 2014 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 (dicetak tahun 2016) International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences ISSN Edisi 2014 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 (dicetak tahun 2016) Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, Volume 13 No. 1 Juni 2016 ISSN No.610/AU/P2MI- LIPI/03/2015 Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, Volume 13 No. 1 Juni 2016 ISSN No.610/AU/P2MI- LIPI/03/2015 Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, Volume 13 No. 1 Juni 2016 ISSN No.610/AU/P2MI- LIPI/03/

33 No. Judul Penerbit 14. Klasifikasi Penutup Penggunaan Lahan Dengan Data Satelit Penginderaan Jauh Hiperspektral Menggunakan Metode Neural Network Tiruan 15. Metode Penentuan Titik Koordinat Zona Potensi Penangkapan Ikan Pelagis Berdasarkan Hasil Deteksi Termal Front Suhu Permukaan Laut 16. Pengembangan Model Pelaksanaan Diseminasi Informasi Penginderaan Jauh Berbasis Teknologi Bebas dan Sumber Terbuka 17. Algoritma Dua Dimensi Untuk Estimasi Muatan Padatan Tersuspensi Menggunakan Data Satelit Landsat-8, Studi Kasus: Teluk Lampung 18. Detection Of Green Open Space Using Combination Index Of Landsat 8 Data (Case Study: DKI Jakarta) 19. Determination Of Forest And Non-Forest In Seram Island Maluku Province By Using Multi-Years Landsat Data 20. Spatial Pattern of Hydrologic Response Unit (HRU) On Flow Discharge Ci Rasea Watershed Using Landsat TM In 1997 To Lineament Density Information Extraction Using DEM SRTM Data For Predicting 22. Bathymetry Data Extraction Analysis Using Landsat 8 Data Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, Volume 13 No. 2 Desember 2016 ISSN No.610/AU/P2MI- LIPI/03/2015 Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, Volume 13 No. 2 Desember 2016 ISSN No.610/AU/P2MI- LIPI/03/2015 Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, Volume 13 No. 2 Desember 2016 ISSN No.610/AU/P2MI- LIPI/03/2015 Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, Volume 13 No. 2 Desember 2016 ISSN No.610/AU/P2MI- LIPI/03/2015 International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 2 December 2016 ISSN No. 371/AU1/P2MBI/07/

34 No. Judul Penerbit 23. Comparing Atmospheric Correction Methods For Landsat OLI Data 24. Technique for Indentifying Burned Vegetation Area Using Landsat 8 Data 25. Identification Some of The Class Forest Important Using Data Landsat-8 (Case Study Forest In North Sumatra Province) 26. Ekstraksi Informasi Penutup Lahan Area Luas Dengan Metode Expert Knowledge Object Based Image Analysis (OBIA) Pada Citra Landsat-8 OLI Pulau Kalimantan International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 2 December 2016 ISSN No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 2 December 2016 ISSN No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences, Volume 13 No. 2 December 2016 ISSN No. 371/AU1/P2MBI/07/2011 Majalah Ilmiah Globe, Volume 18 No. 1 April 2016 ISSN /E-ISSN No. 739/AU/P2MI-LIPI/04/2016 Terkait capaian IKU-3, dari target 5 (lima) publikasi ilmiah internasional di bidang penginderaan jauh yang terindeks tercapai 7 (tujuh) atau 140% (seratus empat puluh persen). Rincian publikasi ilmiah internasional di bidang penginderaan jauh yang terindeks yang telah dihasilkan di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh selama tahun 2016 disajikan pada Tabel 3.3. Tabel 3. 3 Daftar publikasi internasional di bidang penginderaan jauh yang terindeks yang telah dihasilkan di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh selama tahun No. Judul Penerbit 1. Compressed SAR Imaging based on Maxwell Equation 2. A simple method for developing near realtime nationwide forest monitoring for Indonesia using MODIS near- and shortwave infrared bands 3. The Dynamics of Land Use/Land Cover Change Modeling and Their Implication for The flood Damage Assessment in The Tondano Watershed, North Sulawesi, Indonesia Jurnal Teknologi Volume XX 2016, Penerbit UTM Press, Universiti Teknologi Malaysia, Terindeks SCOPUS International Journal of Remote Sensing and Remote Sensing Letters, Volume 7, 2016, ISSN: Journal Modeling Earth Systems and Environment, Springer Volume 2:47 Print ISSN: , Online ISSN: Fs

35 No. Judul Penerbit 4. A Support Vector Machine Object Based Image Analysis Approach on Urban Green Space Extraction Using Pleiades-1A Imagery 5. The Utilization of Remotely Sensed Data to Analyze The Estimated Volume of Pyroclastic Deposits and Morphological Changes Caused by The Eruption of Sinabung Volcano, North Sumatera, Indonesia 6. Study of Mangroves Ecosystem Management At Binalatung In Tarakan City Of North Kalimantan 7. Quality Analysis of Single Tree Object With OBIA and Vegetation Index From LAPAN Surveillance Aircraft Multispectral Data in Urban Area Journal Modeling Earth Systems and Environment, Vol. 2, No.2, 2016 Journal Pure and Applied Geophysics, August 2016, Volume 173, Issue 8 International Journal of Sciences. Vol: 26 No. (3) pp: Journal of Geomatics and Planning, DOI: /geoplanning , Volume 3, No.2, 2016 E-ISSN: Secara umum, sasaran strategis-1 dapat dicapai dengan sangat baik yang diperlihatkan dengan tercapainya IKU-1, IKU-2, dan IKU-3 sebesar 100%, 100%, dan 140% dari target yang ditentukan. Capaian kinerja ini disamping menggambarkan kinerja kompetensi di bidang penginderaan jauh, juga merupakan dasar untuk mengembangkan pusat unggulan iptek di bidang penginderaan jauh, khususnya untuk kriteria academic excellent, dimana secara kontinyu dapat menghasilkan produk litbangyasa yang diakui baik secara nasional maupun internasional. Hasil capaian IKU-2 dan IKU-3 menggambarkan bahwa prioritas kegiatan riset diarahkan untuk mendukung peningkatan layanan. Dari 26 (dua puluh enam) jumlah publikasi nasional yang terakreditasi, 10 (sepuluh) publikasi merupakan penguatan dalam meningkatkan kualitas data penginderaan jauh dan 16 (enam belas) publikasi merupakan usaha hilirisasi hasil riset yang telah dilaksanakan. Melalui publikasi ini, komunitas peneliti dan perekayasa dapat mengikuti dan mengacu hasil litbangyasa yang telah dilaksanakan di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh. Disamping itu, kegiatan Seminar Nasional Penginderaan Jauh yang dilaksanakan setiap tahun oleh Deputi Bidang Penginderaan Jauh merupakan wadah komunikasi yang efektif untuk bertukar pengetahuan, informasi, keakhlian, dan pengalaman dalam litbangyasa penginderaan jauh secara nasional. Untuk capaian melalui publikasi internasional terindeks, Deputi Bidang Penginderaan Jauh telah menyiapkan kemandirian dalam penguasaan teknologi Synthetic Aperture Radar (SAR) yang diharapkan dalam beberapa tahun kedepan tuntutan pemanfaatannya menjadi operasional. Disamping itu, publikasi internasional yang dihasilkan pada tahun 2016 juga mencakup peningkatan sistem pengolahan data resolusi rendah, pemanfataan identifikasi parameter biogeofisik untuk mitigasi bencana serta pemantauan sumber daya alam dan lingkungan. Dari capaian ini terlihat bahwa Deputi Bidang Penginderaan Jauh telah berhasil mendiseminasikan hasil riset ketahap internasional terhadap kebutuhan nasional yang telah berhasil dipenuhi dengan metode state-ofthe-art yang dikembangkan. Melalui forum dan kerja sama internasional yang dilakukan di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh, hasil kegiatan riset Pusfatja telah mendapat 28

36 pengakuan sebagai Direct Access Node (DAN) dalam jejaring Sentinel Asia, yaitu kontribusi data kebencana di lingkup regional Asia. Berdasarkan hasil kinerja sasaran strategis-1 ini, Deputi Bidang Penginderaan Jauh telah berhasil membuat fondasi untuk capaian kinerja dalam lima tahun kedepan sesuai dengan Rentra Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun , khususnya dalam penguasaan dan kemandirian iptek di bidang penginderaan jauh dalam rangka mencapai visi sebagai pusat unggulan iptek di bidang penginderaan jauh. Sasaran strategis-2: Meningkatnya layanan iptek di bidang penginderaan jauh yang prima Pencapaian sasaran strategis-2 ini diukur melalui capaian target IKU-5 dan IKU-6. Indikator Kinerja Utama, target, dan capaian untuk mendukung sasaran strategis ini disajikan dalam Tabel 3.4. Tabel 3. 4 Capaian sasaran strategis-2 (IKU-5 dan IKU-6) Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun IKU-5: Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah instansi pengguna layanan data dan informasi penginderaan jauh. IKU-6: Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan data dan informasi penginderaan jauh. Target Capaian Realisasi (%) ,58 108,23 Produk penginderaan jauh yang dihasilkan di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh adlah data, informasi, dan pedoman metode standar pengolahan dan pemanfaatan penginderaan jauh. Hasil (outcome) dari produk yang dihasilkan adalah pelayanan pada para pemangku kepentingan dan pengguna (IKU-5 dan IKU-6). IKU-5 pada tahun 2016 telah sangat berhasil dicapai, yaitu 100%. Instansi pengguna layanan data dan informasi penginderaan jauh terdiri dari 28 (dua puluh delapan) Kementerian/Lembaga, 2 (dua) TNI, 1 (satu) POLRI, 27 (dua puluh tujuh) Pemerintah Provinsi, 16 (enam belas) Pemerintah Kota, 33 (tiga puluh tiga) Pemerintah Kabupaten, 26 (dua puluh enam) Perguruan Tinggi, dan 5 (lima) Swasta. Capaian ini merupakan outcome dari capaian yang dilakukan oleh Pustekdata dan Pusfatja yang telah melayanai 276 (dua ratus tujuh puluh enam) instansi setingkat eselon-2. Rincian Kementerian/Lembaga, TNI, dan POLRI; Pemerintah Provinsi; Pemerintah Kota; Pemerintah Kabupaten; Perguruan Tinggi; dan Swasta yang telah dilayani kebutuhan data dan informasi penginderaan jauhnya oleh Deputi Bidang Penginderaan Jauh dapat dlihat pada Tabel

37 Tabel 3. 5 Daftar Kementerian/Lembaga, TNI, dan POLRI yang dilayani oleh unit kerja di bawah Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada tahun No. Kementerian/Lembaga, TNI, POLRI No. Unit Kerja 1. Badan Informasi Geospasial (BIG) 1. Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik 2. Pusat Penelitian, Promosi dan Kerja Sama 2. Badan Intelijen Negara (BIN) 3. Direktorat Rekayasa 3. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) 4. Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) 4. Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi 5. Asisten Deputi Batas Laut Udara 5. Badan Pengawas Keuangan (BPK) 6. Perwakilan Prov. DKI Jakarta 6. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) 7. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP BATAM) 8. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) 7. Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam 8. Direktorat Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Wilayah 9. Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Informasi BP Batam 10. Kantor Pengelolaan Lahan 11. Pengelola Hibah MCC 12. Direktorat Energi, Telekomunikasi dan Informatika 13. Pusat Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan 9. Badan Pertanahan Nasional (BPN) 14. Kantor Pertanahan Kab. Enrekang 10. Badan Pusat Statistik (BPS) 15. Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei 11. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) 16. Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir 12. Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (BAKAMLA) 13. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN) 17. SPKKL Tanjung Balai Karimun 18. Direktorat Penanganan Narkoba 14. Komisi Pemberantasan Korupsi 19. Deputi Bidang Pencegahan 20. Deputi Bidang Penindakan 30

38 No. Kementerian/Lembaga, TNI, POLRI No. Unit Kerja 15. BMKG 21. Pusat Meteorologi, Penerbangan dan Maritim 16. BNPB 22. Direktorat Pengurangan Resiko Bencana 23. Pusdatin dan Humas 24. Direktorat Pencegahan dan Kesiapsiagaan 17. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 18. Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah (KEMENDIKDASMEN) 25. Pusat Survey Geologi 26. Direktorat Jenderal Kebudayaan 19. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) 27. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil 28. Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut 29. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir 30. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan 31. Dirjen Perikanan Tangkap 32. Puslitbang Perikanan Budidaya 20. Kementerian Kesehatan (KEMENKES) 33. Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat 34. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 21. Kementerian Keuangan 35. Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah I 22. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman 23. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 36. Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian 37. Direktorat Jenderal Pajak 38. Dirjen Pajak Kanwil Solo 39. Dirjen Pajak Kanwil Bengkulu dan Lampung 40. Asisten Deputi Pendayagunaan IPTEK Maritim 41. Kedeputian Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah 31

39 No. Kementerian/Lembaga, TNI, POLRI No. Unit Kerja 24. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 25. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 42. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan 43. Direktorat Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi 44. Direktorat Konservasi Tanah dan Air 46. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan 47. Direktorat Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian DAS 48. Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara 49. Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan 50. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Prov. Jawa Barat 51. Direktorat Kawasan Konservasi 52. Dirjen PPI 53. Dir. PHKA 54. DJPPKL 55. PDAHSL 56. Pusat Data dan Teknologi Informasi 57. Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah 58. Direktorat Jenderal SUmber Daya Air 59. Direktorat Rumah Umum dan Komersial 60. Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan 61. Pusat Pengembangan Kawasan Strategis 26. Kementerian Pertanian 62. Balai Besar Litbang SDL Pertanian 27. Kementerian Politik, Hukum dan Keamananan 63. Sekretariat Jenderal Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 64. Deputi Kamtibnas 28. Kementerian Dalam Negeri 66. Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan 32

40 No. Kementerian/Lembaga, TNI, POLRI No. Unit Kerja 29. POLRI 67. Detasemen B Pelopor 68. Korlantas 69. Bareskrim 30. TNI-AD 70. Markas Besar Angkatan Darat Direktorat Topografi 71. Markas Besar Angkatan Laut Dinas Hidro Oseanografi 72. Markas Besar Angkatan Darat Direktorat Topografi 73. KOPASUS 31. TNI-AL 74. Markas Besar Angkatan Laut 75. Program Studi DIII Hidro-Oseanografi 76. Pusat Hidrografi dan Oseanografi 77. Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut 78. Dispamal 79. Tabel 3. 6 Daftar Pemerintah Provinsi yang dilayani oleh unit kerja di bawah Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada tahun No Pemerintah Provinsi No Unit Kerja 1. Aceh 1. Bappeda Prov. Aceh 2. Dinas Perhubungan Komunikasi, Informasi dan Telematika Prov. Aceh 2. Kepulauan Bangka Belitung 3. Dinas Pertanian dan Perkebunan Peternakan 4. Bappeda Prov. Babel 5. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Prov. Babel 6. Sekretariat Daerah Prov. Babel 3. Bengkulu 7. Dinas Perkebunan Prov. Bengkulu 8. Bappeda Prov. Bengkulu 9. DKP Prov Bengkulu 4. Sumatera Utara 10. UPTD Balai Benih Ikan Kota Medan 11. DKP Kota Sibolga 33

41 No Pemerintah Provinsi No Unit Kerja 12. DKP Kota Medan 5. DI Yogyakarta 13. Bappeda Prov. DIY 6. DKI Jakarta 14. Dinas Penataan Kota Prov DKI Jakarta 15. Sekretariat Daerah Kab. Kepulauan Seribu 16. Sekretariat Kabupaten Administarsi Kepulauan Seribu Prov. DKI Jakarta 17. Dinas Tata Ruang 18. Dinas Pemakaman dan Pertamanan 19. Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara 7. Gorontalo 20. BAPPEDA PROV. GORONTALO 21. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo 22. DKP Prov Gorontalo 8. Jawa Barat 23. Bappeda Prov. Jawa Barat 24. Bappeda Prov. Jabar 25. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Prov. Jabar 9. Jambi 26. Dinas Perkebunan Prov. Jambi 27. Dinas Pekerjaan Umum Prov. Jambi 10. Jawa Tengah 28. Bappeda Prov. Jawa Tengah 29. Bappeda Prov. Jateng 11. Kalimantan Barat 30. Bappeda Prov. Kalbar 31 Sekretariat Daerah Prov. Kalbar 12. Kalimantan Utara 32. Bappeda Prov. Kaltara 13. Kalimantan Tengah 33. Sekretariat Daerah Prov. Kalteng 34. Bappeda Prov. Kalteng 35. Dinas Pertanian dan Peternakan Prov. Kalteng 14. Kalimantan Timur 36. Dinas Pekerjaan Umum 37. Sekretariat Daerah Prov. Kaltim 38. Dinas Pekerjaan Umum Prov. Kaltim 15. Kepulauan Riau 39. Dinas Kelautan dan Perikanan 16. Lampung 40. Sekretariat Daerah Prov. Lampung 41. DKP Kab. Lampung Barat 34

42 No Pemerintah Provinsi No Unit Kerja 17. Maluku 42. Gubernur Prov. Maluku 18. Nusa Tenggara Barat 43. Bappeda Prov NTB 44. Dinas PU Prov NTB 45. Dinas Pekerjaan Umum Prov. NTB 46. Bappeda Prov. NTB 19 Nusa Tenggara Timur 48. Dinas Kehutanan 47. Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Dodokan Moyosari Prov. NTB 49. Dinas Kehutanan Prov. NTT 50. Bappeda Prov. NTT 20. Riau 51. Dinas Kehutanan Prov. Riau 21. Sulawesi Tenggara 52. Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara 53. Dinas Kehutanan Prov. Sulawesi Tenggara 22. Sulawesi Barat 54. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 55. Bappeda Prov. Sulawesi Barat 56. Bappeda Prov. Sulbar 23. Sulawesi Selatan 57. BKPMD Prov. Sulawesi Selatan 58. Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov. Sulsel 59. Dinas Tata Ruang dan Permukiman Prov. Sulsel 60. DKP Prov Sulsel 61. Bappeda Prov. Sulsel 24. Sulawesi Tengah 62. Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Sulteng 63. Sekretariat Daerah Prov. Sulteng 25 Sulawesi Utara 64. Bappeda Prov. Sulawesi Utara 65. Dinas Pekerjaan Umum Prov. Sulut 66. Bappeda Prov. Sulut 26 Sumatera Barat 67. Bappeda Prov. Sumbar 68. Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Permukiman 27 Sumatera Selatan 69. Bappeda Prov. Sumsel 35

43 No Pemerintah Provinsi No Unit Kerja 70. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Prov. Sumsel Tabel 3. 7 Daftar Pemerintah Kota yang dilayani oleh unit kerja di bawah Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada tahun No Pemerintah Kota No Unit Kerja 1. Ambon 1. Bappeda Kota Ambon 2. Cilegon 2. Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon 3. Depok 3. Bappeda Kota Depok 4. Gorontalo 4. Bappeda Kota Gorontalo 5. Jayapura 5. Dinas Tata Kota Jayapura 6. Sekretariat Daerah Kota Jayapura 6. Kupang 7. Bappeda Kota Kupang 7. Makassar 8. Walikota Makassar 8. Manado 9. Bappeda Kota Manado 9. Padang 10. Sekretariat Daerah Kota Padang 10. Pangkal Pinang 11. Badan Lingkungan Hidup Kota Pangkal Pinang 11. Pariaman 12. Walikota Pariaman 12. Pekalongan 13. Bappeda Kota Pekalongan 13. Pekanbaru 14. Dinas Tata Ruang dan Bangunan Pekanbaru 15. Dinas Tata Ruang Kota Pekanbaru 14. Siantar 16. Bappeda Kota Siantar 15. Surakarta 17. Bappeda Kota Surakarta 16. Tangerang 18. Bappeda Kota Tangerang Tabel 3. 8 Daftar Pemerintah Kabupaten yang dilayani oleh unit kerja di bawah Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada tahun No Pemerintah Kabupaten No Unit Kerja 1. Aceh Barat 1. Bappeda Kab. Aceh Barat 2. Bandung Barat 2. Bappeda Kab. Bandung Barat 3. Bangka 3. Bupati Bangka 4. Batang 4. Bappeda Kab. Batang 36

44 No Pemerintah Kabupaten No Unit Kerja 5. Belitung Timur 5. Bappeda Kab. Belitung Timur 6. Bogor 6. Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kab. Bogor 7. Bulungan 7. Bappeda Kab. Bulungan 8. Cianjur 8. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Cianjur 9. Empat Lawang 9. Bappeda Kab. Empat Lawang 10. Gianyar 10. BAPPEDA KAB. GIANYAR 11. Gorontalo 11. Sekretariat Daerah Kab. Gorontalo 12. Halmahera Selatan 12. Bupati Halmahera Selatan 13. Jayapura 13. Bappeda Kab. Jayapura 14. Kapuas 14. Sekretariat Daerah Kab. Kapuas 15. Kaur 15. Bappeda Kab. Kaur 16. Kayong Utara 16. Sekretariat Daerah Kab. Kayong Utara 17. Kepulauan Anambas 17. Dinas Kelautan dan Perikanan 18. Kepulauan Aru 18. Bupati Kepulauan Aru 19. Kepulauan Talaud 19. Bappeda Kab. Kepulauan Talaud 20. Ketapang 20. Bappeda Kab. Ketapang 21. Magelang 21. Bappeda Kab. Magelang 22. Majene 22. Bappeda Kab. Majene 23. Malaka 23. Bappeda Kab. Malaka 24. Maluku Barat Daya 24. Sekretariat Daerah Kab. Maluku Barat Daya 25. Maluku Tengah 25. Dinas Pekerjaan Umum Kab. Maluku Tengah 26. Mamuju Utara 26. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kab. Mamuju Utara 27. Mimika 27. Bappeda Kab. Mimika 28. Minahasa 28. Bappelitbangda Kab. Minahasa 29. Minahasa Utara 29. Dinas Penataan Ruang dan Pertamanan Kab. Minahasa Utara 30. Nias Barat 30. Bupati Nias Barat 31. Ogan Ilir 31. Bupati Ogan Ilir 32. Padang Pariaman 32. Bappeda Kab. Padang Pariaman 33. Pesisir Selatan 33. Dinas Kehutanan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kab. Pesisir Selatan 37

45 No Pemerintah Kabupaten No Unit Kerja 34. Serang 34. Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan Pemkab Serang 35. Sumbawa Barat 35. Bappeda Kab Sumbawa Barat 36. Tana Tidung 36. Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Kab. Tana Tidung 37. Timor Tengah Selatan 37. Bappeda Kab. Timor Tengah Selatan Tabel 3. 9 Daftar Perguruan Tinggi yang dilayani oleh unit kerja di bawah Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada tahun No Perguruan Tinggi No Unit Kerja 1. Universitas Andalas 1. Pasca Sarjana Ilmu-Ilmu Pertanian 2. Universitas Bengkulu (UNIB) 2 Fakultas Pertanian 3. Universitas Diponegoro (UNDIP) 3. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (UNDIP) 4. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 5. Fakultas Teknik 6. Fakultas Teknik 4. Universitas Gadjah Mada (UGM) 7. Program Studi Ilmu Lingkungan 8. Magister Pengelolaan Lingkungan 9. Fakultas Geografi 10. Sekolah Pascasarjana 5. Universitas Hasanudin (UNHAS) 11. Fakulltas Pertanian UNHAS 12. Fakultas Teknik 13. Program Pasca Sarjana 14. Fakultas Pertanian 6. Universitas Indonesia (UI) 15. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemdes 16. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 17. Program Studi Kajian Ilmu Lingkungan 7. Universitas Katolik Parahyangan 18. Program Studi Teknik Sipil 8. Universitas Muslim Indonesia (UMI) 19. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 9. Universitas Negeri Jakarta (UNJ) 20. Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Geografi 38

46 No Perguruan Tinggi No Unit Kerja 10. Universitas Negeri Makassar 21. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 11. Universitas Padjadjaran (UNPAD) 22. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 12. Universitas Tanjungpura 23. Fakultas Pertanian 13. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Muhammadiyah Sinjai 24. Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan 14. Institut Pertanian Bogor (IPB) 25. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 26. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 27. Fakultas Pertanian 28. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 29. Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah 30. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan 31. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan 32. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan 15. Institut Teknologi Bandung (ITB) 33. Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian 16. Institut Teknologi Nasional Malang 34. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan 17. Institut Teknologi Sepuluh Nopember 35. Fakultas Sipil dan Perencanaan 36. Fakultas Teknik SIpil dan Perencanaan 18. Universitas Brawijaya 37. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 19. Politeknik Pertanian Pangkep 38. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 20. Universitas Teuku Umar 39. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 21. Universitas Gunadharma 40. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 22. Universitas Jenderala Soedirman 41. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 23. Universitas Padjadjaran 42. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 24. Universitas Sriwijaya 43. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 25. Universitas Lampung 44. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 26. Universitas Riau 45. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 39

47 Tabel Daftar BUMN dan Swasta yang dilayani oleh unit kerja di bawah Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada tahun No. BUMN/Swasta Informasi 1. PT Perikanan Nusantara (Persero) Zona Pontensi Penangkapan Ikan 2. PT Citra Sari Makmur Zona Pontensi Penangkapan Ikan 3. PT Marlin Zona Pontensi Penangkapan Ikan 4. PT Telkom Zona Pontensi Penangkapan Ikan 5. PT Jasindo Informasi Fase Tanam dan Area Kerusakan Padi Capaian kinerja dari IKU-5 ini dapat dicapai dengan baik. Hal ini diakibatkan adanya Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2012 dan Undang-Undang No. 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. yang mamacu efisiensi penyediaan data dan informasi penginderaan jauh secara nasional dibarengi dengan kesiapan Deputi Bidang Penginderaan Jauh secara cepat dan tepat menjawab kebutuhan tersebut. Kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis ke berbagai pemerintah provinsi mengintensifkan usaha peningkatan layanan ini. Membangun fasilitas layanan, baik secara fisik maupun digital, ikut berkontribusi dalam pencapaian outcome ini. Rincian kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis (bimtek) yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 3.11 dan 3.12 dibawah ini. Tabel Bimtek yang dilaksanakan di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun No Jenis Bimtek Jumlah Peserta 1. Bimtek Reguler, Angkatan I - VII Bimtek Kerjasama LAPAN Ditjenbun Kementan Bimtek Kerjasama LAPAN Kab. OKI, Sumsel 8 4. Bimtek Kerjasama LAPAN Kab. Pesisir Selatan, Sumbar Bimtek Kerjasama LAPAN Ditjen PDASHL, KLHK Bimtek Kerjasama LAPAN Disbun Prov. Jambi 6 7. Bimtek Kerjasama LAPAN Univ. Andalas, Sumbar Bimtek Kerjasama LAPAN Pusdalisbang, Jabar Bimtek Kerjasama LAPAN Bappeda Kota Depok, Jabar Bimtek SPBP untuk staf Prov. Sulsel Bimtek SPBP untuk staf Prov. Aceh 7 Total

48 Tabel Bimtek yang dilakukan di Pemerintah Provinsi Tahun No Jenis Bimtek Jumlah Peserta 1. Bimtek dalam rangka sosialisasi di Prov. Aceh Bimtek dalam rangka sosialisasi di Prov. Bengkulu Bimtek dalam rangka sosialisasi di Prov. DI. Yogyakarta Bimtek dalam rangka sosialisasi di Prov. Jawa Tengah Bimtek dalam rangka sosialisasi di Prov. Kalimantan Barat Bimtek dalam rangka sosialisasi di Prov. Kalimantan Utara Bimtek dalam rangka sosialisasi di Prov. Kalimantan Tengah Bimtek dalam rangka sosialisasi di Prov. Lampung Bimtek dalam rangka sosialisasi di Prov. NTB Bimtek dalam rangka sosialisasi di Prov. NTT Bimtek dalam rangka sosialisasi di Prov. Riau Bimtek dalam rangka sosialisasi di Prov. Riau (Pajak) Bimtek dalam rangka sosialisasi di Prov. Sulut Bimtek dalam rangka sosialisasi di Prov. Sumbar Bimtek dalam rangka sosialisasi di Prov. Sumsel Bimtek dalam rangka sosialisasi di Kab. Kaur, Bengkulu 52 Total

49 Manado, Feb 2016 Palembang, Mar 2016 Bengkulu, 1-2 Jun 2016 Jakarta, 30 Mei-3 Jun 2016 Jakarta, 31 Okt 4 Nov 2016 Jakarta, 4-8 Apr 2016 Gambar 3. 3 Bimtek dan sosialisasi yang telah dilaksanakan. Pada tahun 2016, total data satelit penginderaan jauh yang telah didistribusikan kepada pemangku kepentingan dan pengguna adalah (delapan puluh enam ribu delapan ratus dua puluh tiga) data, dengan rincian (lima puluh tiga ribu lima ratus dua puluh) data resolusi tinggi, (enam belas ribu lima ratus tiga puluh tujuh) data resolusi menengah, dan (tujuh belas ribu tiga puluh enam) data resolusi rendah. Rincian data resolusi tinggi yang telah diserahkan kepada para pemangku kepentingan dapat dilihat pada Gambar 3.4. Gambar 3. 4 Distribusi data penginderaan jauh yang diserahkan kepada para pemangku kepentingan dan pengguna tahun

50 Informasi penginderaan jauh yang telah dimanfaatkan oleh Kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah dan swasta meliputi: 1. Pemantauan sumber daya wilayah darat dan laut: Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (hutan dan pertanian)(8-harian) Pemantauan fase tanam padi (8-harian) Pemantauan Zona Potensi Penangkapan Ikan (harian) 2. Deteksi sumber daya wilayah darat dan pesisir: Deteksi wilayah pertambangan Deteksi objek pajak Deteksi wilayah perkebunan kelapa sawit Deteksi terumbu karang Deteksi mangrove 3. Pemantauan sumber daya wilayah air: Pemantauan kualitas danau 4. Peringatan dini bencana: Pemantauan curah hujan (harian) Pemantauan Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran (harian) Pemantauan hotspot (harian) Pemantauan potensi banjir (harian) 5. Tanggap darurat bencana: Banjir Longsor Gempa bumi Letusan gunung api Kebakaran hutan/lahan 6. Dampak bencana: Daerah terdampak banjir Daerah terdampak longsor Daerah terdampak gempa bumi Daerah terdampak letusan gunung api Daerah bekas terbakar 43

51 Jenis informasi di atas telah dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan dan pengguna, antara lain Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kantor Staf Presiden (KSP), Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) Kementerian Pertanian, Ditjen. Sarana dan Prasarana Kementerian Pertanian, Ditjen. Pajak Kementerian Keuangan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP), Badan Keamanan Laut (Bakamla), beberapa perguruan tinggi, serta Dinas Kehutanan/Dinas Pertanian/Dinas Perkebunan/Dinas Perikanan dan Kelautan/Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA)/Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di beberapa Provinsi/Kabupaten/Kota, serta BUMN/Swasta. IKU-6, adalah capaian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM), dimana IKM Deputi Bidang Penginderaan Jauh adalah rata-rata dari IKM Pustekdata (89,74), SPBJ Parepare (82,92), dan Pusfatja (87,07). Oleh karena itu, capaian IKM Deputi Bidang Penginderaan Jauh adalah 86,58 (sangat berhasil) atau 108,23% (seratus delapan koma dua tiga persen) dari target yang ditetapkan. Capaian kinerja ini menggambarkan kesesuaian antara layanan yang diberikan dan yang diinginkan oleh pengguna. Keberhasilan capaian sasaran strategis-2 merupakan bukti komitmen Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam melaksanakan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2012 dan Undang-Undang No. 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. Keberhasilan sasaran strategis-2 ini menunjukkan peran penting Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada Program Strategis Nasional, diantaranya perepatan penyediaan data penginderaan jauh untuk mendukung Nawa Cita, penyusunan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR), pemetaan pertanahan dan lahan pertanian, dan penyediaan data dan informasi untuk tanggap darurat bencana. Pada tahun 2016, akibat penghematan anggaran pengadaan data resolusi sangat tinggi (resolusi spasial <1 meter) hanya dapat diadakan seluas 4.370,19 km 2 untuk 7 (tujuh) wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Indusri Prioritas (KIP). Selain itu kebutuhan prioritas nasional lain seperti penyelesaian Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), penyusunan Peta Desa, kebutuhan pembangunan wilayah perbatasan dan pinggiran, pemantauan pembangunan infrastruktur prioritas 350 lokasi dan pemantauan program moratorium dan pengendalian perkebunan sawit tidak dapat dilayani. Capaian kinerja Sasaran Strategis-2 sangat berhasil dicapai karena meningkatnya pelayanan data resolusi sangat tinggi. Ketersediaan data resolusi sangat tinggi merupakan hasil kerjasana LAPAN dan BIG pada tahun Rincian layanan data resolusi sangat tinggi yang diberikan adalah sebagai berikut: Luas data resolusi sangat tinggi yang terdistribusi pada 17 Kementerian/Lembaga adalah ,86 km 2 Luas data resolusi sangat tinggi yang terdistribusi pada 26 Pemerintah Provinsi adalah ,68 km 2 Luas data resolusi sangat tinggi yang terdistribusi pada 116 Pemerintah Kabupaten adalah ,58 km 2 Luas data resolusi sangat tinggi yang terdistribusi pada 11 Pemerintah Kota adalah 2.488,43 km 2 44

52 3.2 Perbandingan realisasi IKU terhadap tahun sebelumnya Tahun 2016 merupakan tahun kedua dari periode Renstra Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun sehingga capaian keberhasilan kinerja tahun 2016 yang sudah dijelaskan di atas perlu disandingkan dengan capaian tahun Perbandingan capaian IKU tahun 2015 dan 2016 dapat dilihat pada Tabel Capaian IKU Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 secara umum meningkat dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya. Untuk sasaran stratategis-1, capaian kinerja IKU-1 pada tahun 2016, meskipun jumlahnya menurun dibandingkan tahun 2015 tetapi kualitas model, modul, dan prototipe yang dihasilkan meningkat dalam memenuhi kebutuhan layanan secara cepat. Untuk IKU-2 dan IKU-3 meningkat sekitar 30% dan 16% untuk jumlah publikasi nasional dan internasional. Untuk sasaran strategis-2, capaian kinerja IKU-5 tahun 2016 secara jumlah terlihat menurun dari tahun Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan perhitungan dalam jumlah instansi yang dilayani. Pada tahun 2015, jumlah instansi dihitung dari unit eselon-2 yang memanfaatkan data dan informasi penginderaan jauh. Sedangkan pada tahun 2016, jumlah instansi dihitung berdasarkan jumlah Kementerian/lembaga, TNI dan POLRI, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, Pemerintah Kabupaten, Perguruan tinggi dan BUMN/swasta. Tabel Capaian IKU Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun IKU-1: Indikator Utama (IKU) Jumlah model, pedoman, modul, dan prototipe di bidang penginderaan jauh untuk pemantauan sumberdaya alam (SDA), lingkungan, serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. IKU-2: Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang penginderaan jauh. IKU-3: Jumlah publikasi internasional di bidang penginderaan jauh yang terindeks. IKU-4: Jumlah HKI yang diusulkan di bidang penginderaan jauh. Capaian Tahun 2015 Tahun model, pedoman, modul, dan prototipe di bidang penginderaan jauh. 20 publikasi (seluruhnya terakreditasi) 6 publikasi (seluruhnya terakreditasi) model, pedoman, modul, dan prototipe di bidang penginderaan jauh. 26 publikasi (seluruhnya terakreditasi) 7 publikasi (seluruhnya terakreditasi) 45

53 Indikator Utama (IKU) Capaian Tahun 2015 Tahun 2016 IKU-5: Jumlah instansi pengguna layanan data dan informasi penginderaan jauh IKU-6: Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan data dan informasi penginderaan jauh Capaian lain di luar IKU Selain capaian kinerja di atas, Deputi Bidang Penginderaan Jauh juga telah berhasil mencapai kinerja dalam mendukung program strategis nasional, yaitu layanan data resolusi sangat tinggi untuk penyusunan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR), penyediaan satu informasi hotspot secara near-real time kepada KLHK, BMKG, BNPB. Dari sisi kelembagaan dan tata kelola data, telah diperoleh Bhumandala award dari BIG kepada Pustekdata terkait simpul jaringan data penginderaan jauh. Dengan terbaharuinya standar manajemen mutu untuk layanan teknologi dan data penginderaan jauh, Pustekdata sudah memperoleh sertifikat ISO 9001:2015. Disamping itu pada tahun 2016 Pusfatja masuk dalam pembinaan Pusat Unggulan Iptek (PUI) dalam bidang pemanfaatan dan diseminasi informasi penginderaan jauh Capaian penting lain di luar IKU dapat dilihat pada Tabel 3.14 di bawah ini. Tabel Capaian lain diluar IKU dari kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 dalam mendukung program strategis nasional. No. Dukungan Program Nasional Target Realisasi Keterangan 1. Nawa Cita ke 3: Membangun Indonesia dari pinggiran 2. Nawa Cita ke 4: Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum. Percepatan penyediaan data penginderaan jauh resolusi sangat tinggi untuk seluruh wilayah Indonesia Terdistribusinya seluruh data kepada pengguna ,0222 km 2 Mendukung pelakasanaan kerjasama LAPAN dan BIG. 3. Menyediakan sistem penyediaan informasi hotspot Membangun sistem penyediaan data untuk quick respon Data dan informasi hotspot terkirim < 1 jam setelah waktu akuisisi. Mendukung tim quick respon Pusfatja. 46

54 No. Dukungan Program Nasional Target Realisasi Keterangan 4. Membangun pelayanan untuk Pemerintah Daerah Membangun sistem pelayanan 1 pintu melalui Pemerintah Provinsi. Terbangun sistem untuk 19 Provinsi, 5. Tercapainya ISO 9001:2015 untuk pelayanan data dan penginderaan jauh Update dan maintenance ISO Tercapai pada Nov 2016 Komitmen untuk selalu meningkatkan pelayanan. 6. Sistem monitoring dan evaluasi kegiatan operasional, administrasi keuangan dan SDM Pembanguan sistem yang real time, terbuka dan akuntabel Tercapai dengan meningkatkan performansi kinerja, Monev tidak hanya proving juga improving terbukti dengan beberapa IKU strategis tercapai melebihi target dan capaian tahun sebelumnya. Komitmen untuk selalu meningkatkan pelayanan. 7. Reward dan punishment untuk SDM dan Kegiatan Melaksanakan rekomendasi Monev Penghargaan untuk pegawai terdisiplin dan tersantun. Komitmen untuk selalu meningkatkan pelayanan. Memberi penghargaan bagi SDM Training-training peningkatan SDM: Character building, layanan sepenuh hati. 8. Pusat Unggulan IPTEK Pembinaan PUI Pembinaan PUI Pusfatja menjadi salah satu dari 72 Pusat/Balai yang dibina oleh Ristekdikti 9. Ketahanan Pangan Memberikan informasi ZPPI harian Memberikan informasi fase tanam Membuat sistem otomatisasi untuk mempercepat informasi ZPPI harian kepada pengguna Memberikan informasi fase tanam Salah satu hasil dari sistem otomatisasi adalah kerjasama dengan pihak swasta (PT Marlin) dalam pembuatan aplikasi Navigasi Nelayan Dukungan kepada pembuatan informasi angka ramalan di Kementan 47

55 No. Dukungan Program Nasional 10. SPBN (Informasi Kebencanaan) 11. SPBN (Informasi Sumber Daya Alam) Target Realisasi Keterangan Pengembangan sistem informasi Bencana Pengembangan sistem informasi sumber daya alam Pembanguan SIMBA (Sistem Informasi dan Mitigasi Bencana Alam) Pembangunan SIPANDA (Sistem Pemantauan Sumber Daya Alam) Dukungan dalam pengembangan SPBN Dukungan dalam pengembangan SPBN 3.4 Akuntabilitas keuangan Realisasi anggaran tahun 2016 Pagu anggaran kegiatan Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada tahun 2016 adalah sebesar Rp ,- (seratus dua puluh empat milyar dua ratus empat juta rupiah). Pagu anggaran tersebut adalah pagu akhir setelah sebelumnya terjadi penghematan anggaran. Pencapaian kinerja akuntabilitas keuangan Deputi Bidang Penginderaan Jauh pada tahun 2016 secara umum menunjukkan kinerja sangat berhasil yang ditunjukkan dengan penyerapan anggaran rata-rata sebesar 95.9% (Rp ). Realisasi anggaran tersebut adalah dari kegiatan Pengembangan Teknologi dan Data Penginderaan Jauh yang dilaksanakan oleh Pustekdata dan SPBJ Parepare serta kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Penginderaan Jauh yang dilaksanakan oleh Pusfatja. Rincian pencapaian akuntabilitas keuangan Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel Tabel Pencapaian akuntabilitas keuangan Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun Kegiatan Pengembangan Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Pengembangan Pemanfaatan Penginderaan Jauh Unit Eselon- II/Eselon-III Pagu (Rp.) Realisasi (Rp.) (%) Pustekdata ,2 SPBJ Parepare ,0 Pusfatja ,6 Jumlah ,9 48

56 3.4.2 Pagu dan realisasi per sasaran strategis tahun 2016 Realisasi anggaran berdasarkan sasaran strategis tahun 2016 dilihat pada Tabel Tabel Pagu anggaran Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 dan realisasinya berdasarkan pencapaian IKU. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama (IKU) Rencana (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian (%) 1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian iptek di bidang penginderaan jauh. 2. Meningkatnya layanan iptek di bidang penginderaan jauh ayang prima. 1. Jumlah model, pedoman, modul, dan prototipe di bidang penginderaan jauh untuk pemantauan sumberdaya alam (SDA), lingkungan, serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. 2. Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang penginderaan jauh. 3. Jumlah publikasi internasional di bidang penginderaan jauh yang terindeks. 4. Jumlah HKI yang diusulkan di bidang penginderaan jauh. 5. Jumlah instansi pengguna layanan data dan informasi penginderaan jauh. 6. Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan data dan informasi penginderaan jauh , , , ,7 Layanan perkantoran dan operasional ,4 Jumlah ,9 49

57 3.4.3 Capaian IKU dan realisasi anggaran per sasaran strategis tahun 2016 Capaian IKU dan realisasi anggaran Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel Secara umum, Deputi Bidang Penginderaan Jauh telah merealisasikan anggaran berbasis kinerja. Hal ini ditunjukkan dengan terserapnya anggaran secara optimal disetiap capaian IKU. Tabel Capaian IKU dan serapan anggaran Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun Sasaran strategis Indikator Kinerja Utama (IKU) Capaian IKU (%) Serapan` anggaran (%) 1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian iptek di bidang penginderaan jauh. 2. Meningkatnya layanan iptek di bidang penginderaan jauh yang prima. 1. Jumlah model, pedoman, modul, dan prototipe di bidang penginderaan jauh untuk pemantauan sumberdaya alam (SDA), lingkungan, serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. 2. Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang penginderaan jauh. 3. Jumlah publikasi internasional di bidang penginderaan jauh yang terindeks. 4. Jumlah HKI yang diusulkan di bidang penginderaan jauh. 5. Jumlah instansi pengguna layanan data dan informasi penginderaan jauh. 6. Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan data dan informasi penginderaan jauh. 100% 94,9% 100% 91,3% 140% 0 100% 99,0% 108,23% 93,7% Capaian realisasi anggaran ini sejalan dengan keberhasilan capaian sasasaran kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh. Untuk realisasi anggaran capaian sasaran srategis-1 tercapai 94% dengan capaian kinerja IKU-1, IKU-2, dan IKU-3 sebesar 100%. Begitu pula dengan realisasi anggaran sasaran strategis-2 tercapai 98% dengan capaian kinerja IKU-5 dan IKU-6 di atas 100%. Capaian serapan anggaran terbesar dan kinerja terbesar adalah IKU-5, yaitu 99% (Rp. 54 Milyar) dan sebesar 50

58 100%. Hal ini membuktikan bahwa Deputi Bidang Penginderaan Jauh telah melaksanakan anggaran berbasis kinerja. Keberhasilan realisasi anggaran diikuti dengan keberhasilan capaian kinerja. Capaian ini juga tidak lepas dari hasil evaluasi capaian sebelumnya yang merekomendasikan untuk mempertahankan dan meningkatkan layanan untuk Kementerian/Lembaga, TNI, POLRI, dan Pemerintah Daerah Perbandingan pagu anggaran dan realisasi tahun 2015 dan 2016 Perbandingan realisasi anggaran di lingkungan deputi bidang penginderaan jauh dari tahun 2015 dan 2016 disajikan dalam tabel Dari Tabel 3.18 dapat dilihat bahwa anggaran Deputi Bidang Penginderaan Jauh turun namun serapan anggaran lebih baik atau tercapai 95,6%. Tabel Akuntabilitas keuangan Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2015 dan Keterangan Tahun 2015 Tahun 2016 Pagu anggaran (Rp.) Realisasi anggaran (Rp.) Realisasi anggaran (%) 91% 95.90% Secara lebih rinci, akuntabilitas kinerja di Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2015 dan 2016 dirangkum dalam Tabbel Deputi Bidang Penginderaan Jauh secara umum telah mencapai target yang direncanakan, yaitu dicapainya seluruh target IKU-1 hingga IKU-6. Pencapaian target IKU-5 dan IKU-6 menggambarkan kemanfaatan langsung terhadap pembangunan. Berdasarkan perbandingan tersebut, terjadi peningkatan capaian kinerja yang dibarengi OLEH peningkatan realisasi anggaran. Meskipun jumlah anggaran turun namun capaian kinerja dapat ditingkatkan. Anggaran tahun 2016 turun 17% atau sekitar Rp. 25,9 milyar dari yahun Meskipun indicator kinerja pelayanan (IKU-5 dan IKU-6) tercapai, namun target pelayanan tidak seluruhnya dapat terlaksana karena pada tahun 2016 terutama terhadap pemenuhan pelayanan data resolusi sangat tinggi. Melihat semakin meningkatnya kebutuhan data resolusi sangat tinggi secara nasional, maka pengadaan data tersebut perlu dibarengi dengan peningkatan penyediaan anggaran untuk tahun berikutnya. 51

59 Tabel Akuntabilitas kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2015 dan Sasaran strategis 1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian iptek di bidang penginderaan jauh. Indikator Kinerja Utama (IKU) Capaian dan realisasi Tahun 2015 Tahun 2016 IKU-1 Rp Rp Jumlah model, pedoman, modul, dan prototipe di bidang penginderaan jauh untuk pemantauan sumberdaya alam (SDA), lingkungan, serta mitigasi bencana dan perubahan iklim % 100% IKU-2, IKU-3, dan IKU-4: Rp Rp Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang penginderaan jauh. 20 publikasi 26 publikasi 150% 100% 3. Jumlah publikasi internasional di bidang penginderaan jauh yang terindeks. 4. Jumlah HKI yang diusulkan di bidang penginderaan jauh. 6 publikasi 7 publikasi 150% 140% Meningkatnya layanan iptek di bidang penginderaan jauh yang prima. IKU-5 dan IKU-6: Rp Rp Jumlah instansi pengguna layanan data dan informasi penginderaan jauh. 6. Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan data dan informasi penginderaan jauh. 160 instansi 160 instansi 123% 100% 83,7 86,58 105% 108,23% 52

60 BAB IV PENUTUP BAB IV PENUTUP Akuntabilitas kinerja dari Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 yang dilaporkan dalam LAKIN Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 ini menjelaskan pencapaian sasaran strategis yang secara kuantitatif diukur dari IKU selama tahun LAKIN Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi Deputi Bidang Penginderaan Jauh serta kewenangan pengelolaan sumberdaya selama periode tahun 2016 berdasarkan capaian target pelaksanaan Renstra Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun Kompetensi di bidang penginderaan jauh yang merupakan sasaran strategis Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam penguasaan dan kemandirian iptek di bidang penginderaan jauh diukur melalui jumlah model, pedoman, modul, dan prototipe (IKU-1), jumlah publikasi nasional dan internasional (IKU-2 dan IKU-3), serta jumlah HKI (IKU-4). Sementara itu, data dan informasi penginderaan jauh yang telah dimanfaatkan oleh pengguna yang merupakan sasaran strategis Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam layanan iptek di bidang penginderaan jauh diukur melalui jumlah pengguna (IKU-5) serta Indeks Kepuasan Masyarakat (IKU-6). Tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh dalam tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan realisasi IKU yang dicapai pada akhir tahun 2016 dan target IKU yang telah ditetapkan pada awal tahun Kemudian, tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 juga dibandingkan dengan tingkat capaian kinerja tahun sebelumnnya (tahun 2015). Secara umum, seluruh target dari sasaran strategis Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 telah berhasil dicapai sesuai dengan yang ditetapkan. Seluruh IKU Deputi Bidang Penginderaan Jauh tahun 2016 rata-rata tercapai diatas 100% (kategori sangat berhasil) dengan daya serap anggaran mencapai 95,9% (sembilan puluh lima koma sembilan persen). Keberhasilan capaian kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh selama tahun 2016 ini merupakan hasil kerja keras dan kerja sama yang baik dalam mensinergikan kegiatan di Pustekdata dan Pusfatja. Selanjutnya, hasil capaian kinerja tahun 2016 ini akan dijadikan acuan untuk tahun berikutnya (tahun 2017). Rencana Kinerja Tahunan Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2017, Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2017, Rencana Aksi Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2017, dan Rencana Kinerja Tahunan Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2018 dapat dilihat dalam Lampiran 5, 6, 7, dan 8. 53

61 LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Renstra Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun LAMPIRAN 2 Rencana Kinerja Tahunan Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2016 LAMPIRAN 3 Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2016 LAMPIRAN 4 Rencana Aksi Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2016 LAMPIRAN 5 Rencana Kinerja Tahunan Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2017 LAMPIRAN 6 Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2017 LAMPIRAN 7 Rencana Aksi Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun 2017 LAMPIRAN 8 Rencana Kinerja Tahunan Deputi Bidang Penginderaan Jauh Tahun

62 LAMPIRAN 1

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2015 PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LAKIN)

LAPORAN KINERJA (LAKIN) LAPORAN KINERJA (LAKIN) PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2016 PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL KATA

Lebih terperinci

Dukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya

Dukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya Dukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya Kepala LAPAN Manfaat data satelit penginderaan jauh Perolehan

Lebih terperinci

Ir. Rubini Jusuf, MSi. Sukentyas Estuti Siwi, MSi. Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Ir. Rubini Jusuf, MSi. Sukentyas Estuti Siwi, MSi. Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Ir. Rubini Jusuf, MSi. Sukentyas Estuti Siwi, MSi. Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Disampaikan pada Lokakarya Strategi Monitoring dan Pelaporan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-82.1-/216 DS8916-4341-221-882 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS. LAPAN TAHUN (revisi)

RENCANA STRATEGIS. LAPAN TAHUN (revisi) RENCANA STRATEGIS PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH LAPAN TAHUN 2015 2019 (revisi) PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH Renstra PUSDATA Tahun 2015-2019 i

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2015-2019 LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Balai Pengamatan Antariksa Dan Atmsofer Pasuruan Jl. Raya Watukosek Gempol, Pasuruan, Jawa Timur 67155 Telp. 0343-851887,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 133, Tamb

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 133, Tamb No.1574, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAPAN. ORTA. Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 133, Tamb

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 133, Tamb No.1575, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAPAN. ORTA. Balai Kendali Satelit, Pengamatan Antariksa dan Atmosfer, dan Penginderaan Jauh Biak. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018 KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018 Bandung, 11 Januari 2018 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 1 A. Program Kerja 2018 2 Visi-Misi Pembangunan 2015-2019 VISI : Terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Rencana Kinerja (Renja) BPPTPM Prov.Kep.Babel TA.2016 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Visi BKPM dalam periode 2015-2019 adalah sebagai

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Proof of Concept 2016 Sistem Data Hub Data Satelit Resolusi Rendah

Proof of Concept 2016 Sistem Data Hub Data Satelit Resolusi Rendah Proof of Concept 2016 Sistem Data Hub Data Satelit Resolusi Rendah I. Pengantar Kapustekdata Kegiatan ini merupakan penjabaran dari tujuan dan sasaran strategis dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya Reviu Dokumen

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini dibuat sebagai perwujudan dan kewajiban suatu Instansi Pemerintah dengan harapan dapat dipergunakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-82.1-/215 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.242, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas perencanaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-041.01-0/2015 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2013 PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH Jalan Kalisari Raya No. 8 Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur 13710 0 EXECUTIVE SUMMARY Sebagaimana

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PERMEN-KP/2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR RISET PENGOLAHAN PRODUK DAN BIOTEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT KABINET 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja (LKj) Asisten Deputi Bidang Pelaksanaan dan Pelaporan

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI KAPUAS HULU NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review

Lebih terperinci

Sistem Data Hub Data Satelit Resolusi Rendah

Sistem Data Hub Data Satelit Resolusi Rendah I. Abstrak PROTOTYPE Sistem Data Hub Data Satelit Resolusi Rendah Sistem Data hub merupakan sistem bagi pakai data informasi hasil akuisisi dan pengolahan data penginderaan jauh khususnya untuk resolusi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Tahun Sidang

Lebih terperinci

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan IKHTISAR EKSEKUTIF Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, memberikan kewenangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Wasit Saronto

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Wasit Saronto 1 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Hubungan Kemasyarakatan dan Kelembagaan Tahun 2014 disusun sebagai bentuk komitmen untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tujuan dan sasaran strategis

Lebih terperinci

2017, No telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2017, No telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.451, 2017 KEMENDAGRI. Cabang Dinas. UPT Daerah. Pembentukan. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.316, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Data Kinerja. Pengumpulan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 11 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGUMPULAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PERMEN-KP/2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR RISET SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

-2- Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta

-2- Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BALI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR s BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL TENTANG

PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL L A P A PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL TENTANG PENGELOLAAN DATA DAN CITRA TEGAK SATELIT PENGINDERAAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG TAHUN 2016 DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN TAHUN 2016 Jalan Sukabumi No. 17 Bandung Telp. (022) 7207113 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) KECAMATAN MODO

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) KECAMATAN MODO SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) KECAMATAN MODO Lamongan, 30 Januari 2017 SISTEMATIKA PAPARAN Gambaran Umum PD Implementasi SAKIP PD Inovasi PD GAMBARAN UMUM KECAMATAN MODO 1. Tugas

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kemen

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kemen LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke No. 426, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Akuntabilitas Kinerja. Sistem. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

RANCANGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN

RANCANGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN RANCANGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERUBAHAN INDIKATOR KINERJA UTAMA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

PERUBAHAN INDIKATOR KINERJA UTAMA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG PERUBAHAN INDIKATOR KINERJA UTAMA 2010-2015 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG JALAN RAYA KAPAL - MENGWI BADUNG TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2015 Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.33, 2015 ADMINISTRASI. Sekretariat. Kabinet. Organisasi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.400, 2014 ADMINISTRASI. Keuangan. BPKP. Tugas. Fungsi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN

Lebih terperinci

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); MEMUTUSKAN: Menetapka

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); MEMUTUSKAN: Menetapka No.19, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Nasional. SDA. Dewan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL KECAMATAN SLAWI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL KECAMATAN SLAWI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL KECAMATAN SLAWI Alamat : Jalan Hos Cokroaminoto No.1 Slawi i KATA PENGANTAR Review Rencana Strategis

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS BINA MARGA, PENGAIRAN, PERTAMBANGAN DAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan meningkatnya urusan-urusan Pemerintahan Daerah Provinsi Bali di Jakarta baik yang meliputi urusan administratif, teknis maupun koordinatif, peran dan

Lebih terperinci

LOGO. Dasar Penyelenggaraan SIKN dan JIKN

LOGO. Dasar Penyelenggaraan SIKN dan JIKN 1 1 Dasar Penyelenggaraan SIKN dan JIKN 2 Undang-Undang No. 43 Th. 2009 TUJUAN PENYELENGGGARAAN KEARSIPAN NASIONAL (UU No. 43 Th. 2009 Psl. 3) 1.Menjamin terciptanya arsip pada pencipta arsip yaitu dari

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIDANG SISTEM KOMUNIKASI DATA DAN JARINGAN INFORMASI STANDARDISASI TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIDANG SISTEM KOMUNIKASI DATA DAN JARINGAN INFORMASI STANDARDISASI TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIDANG SISTEM KOMUNIKASI DATA DAN JARINGAN INFORMASI STANDARDISASI TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN STANDARDISASI NASIONAL JAKARTA 2017 KATA PENGANTAR Puji dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Balai Pemantauan Gunung Api. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Balai Pemantauan Gunung Api. Organisasi. Tata Kerja. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1023, 2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Balai Pemantauan Gunung Api. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUNAN (PKT) PENGADILAN TINGGI MANADO TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUNAN (PKT) PENGADILAN TINGGI MANADO TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUNAN (PKT) PENGADILAN TINGGI MANADO TAHUN 2016 Jln. Sam Ratulangi No. 20 Manado 95111 Telp. 0431-862491 Fax. 0431-862091 www.pt-manado.go.id pt_mdo_mari@yahoo.co.id Dengan memanjatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA 2015-2019 PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA Jl. Cisadane No. 25 Cikini, Jakarta Pusat www.puskkpa.lapan.go.id DAFTAR ISI

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review pejabat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh i KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Rencana Strategis (Renstra) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II http://www.republika.co.id Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menandatangani Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga

Lebih terperinci

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Direktorat Rumah Umum dan Komersial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel.

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel. RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Perwakilan. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Perwakilan. Organisasi. Tata Kerja. No.1241, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Perwakilan. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI RISET PEMULIHAN SUMBER DAYA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PELAYANAN DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

GAMBARAN UMUM PELAYANAN DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL GAMBARAN UMUM PELAYANAN DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 4 Tahun

Lebih terperinci