JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN:"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: ANALISA KEGAGALAN LOW PRESSURE TURBINE BLADE PADA MESIN APU TSCP700-4B PESAWAT DC Felix Tjiang, Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia wayanb@me.its.ac.id Abstrak Low pressure turbine merupakan salah satu peralatan vital pada sebuah pesawat. Fungsi dari low pressure turbine adalah mengekstraksi energi kinetik gas panas menjadi energi mekanik yang digunakan untuk menggerakan bagian bagian yang berada di dalam mesin seperti kipas dan kompresor. Kegagalan pada low pressure turbine ini dapat menyebabkan mesin tersebut mengalami inflight shutdown. Pada kasus ini, low pressure turbine blade ditemukan mengalami kegagalan pada mesin Auxiliary Power Unit TCSP700-4B. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa kegagalan. Analisa kegagalan ini dilakukan dengan pengambilan data yang terdiri dari data awal kerusakan, pengamatan makroskopik, pengujian komposisi kimia, pengamatan mikroskopik, dan pengujian metalografi. Dengan melaksanakan penelitian ini, diketahui bahwa kegagalan disebabkan karena adanya kontak antara blade dengan shroud. Mekanisme catastrophic failure ini diawali dengan kegagalan pada oil supply. Kata Kunci analisa kegagalan, APU, inflight shutdown, low pressure turbine blade. I. PENDAHULUAN Pada industri transportasi, kegagalan merupakan suatu hal yang bersifat kritikal dan harus mendapatkan perhatian lebih. Kegagalan suatu komponen dalam media transportasi bersifat kritikal karena dapat menyebabkan kerugian material dan juga mengancam keselamatan para penumpang dari media transportasi tersebut. Oleh karena itu, proses perawatan memegang peranan utama dalam menjaga kapabilitas dari media transportasi agar dapat beroperasi dengan aman. Gambar 1 Lokasi Low Pressure Turbine Blade yang Mengalami Kerusakan. Ketika sedang beroperasi, pesawat DC milik salah satu perusahaan penerbangan Bangladesh mengalami kegagalan pada Auxiliary Power Unit (APU). APU tersebut tidak dapat mencapai performanya berdasarkan standar yang sudah ditentukan. Hal ini mengindikasikan operator pesawat terbang bahwa ada komponen yang bermasalah dalam APU tersebut. Pada engine defect investigation, ditemukan komponen yang mengalami kegagalan adalah low pressure turbine blade tingkat kedua [1]. Gambar 1 menunjukkan lokasi kegagalan yang terjadi pada APU. Dari gambar ini juga dapat dilihat bahwa hanya terdapat satu buah blade yang mengalami patah dan beberapa blade yang mengalami deformasi plastik. Berawal dari kasus kegagalan pada low pressure turbine blade ini, beserta informasi yang telah terkumpul, maka dilakukan analisa kegagalan secara sistematis (systematic failure analysis). II. METODE PENELITIAN Analisa kegagalan ini dilakukan pada blade yang mengalami patah. Pengambilan data yang dilakukan terdiri dari data awal kerusakan, pengamatan makroskopik, pengamatan mikroskopik, pengujian komposisi kimia, pengujian metalografi, dan analisa tegangan. Data awal kerusakan digunakan untuk mempermudah dalam analisis dan pembahasan kegagalan yang terjadi. Permukaan patahan dan permukaan blade dianalisa dengan menggunakan pengamatan makroskopik dan mikroskopik. Komposisi kimia dari blade diuji dengan menggunakan metode X-Ray Fluorescence (X-RF). Sedangkan mikrostruktur dari blade diobservasi dengan menggunakan mikroskop optis dan SEM. III. HASIL DAN DISKUSI A. Data Awal Kerusakan Berikut adalah data awal berupa kronologi kegagalan yang terjadi pada mesin APU TSCP700-4B dengan serial number P90388 di mana low pressure turbine blade tingkat kedua mengalami kegagalan: [1] Pada tanggal , setelah menjalani perawatan rutin di salah satu perusahaan maintenance nasional di Indonesia, APU P90388 berhasil dipasang pada pesawat terbang DC dengan kode registrasi S2-ACO milik salah satu maskapai penerbangan Bangladesh dan dapat dijalankan dengan baik. Pada tanggal terjadi auto shut down pada APU saat dinyalakan di Chittagong. Kegagalan yang dapat dideteksi adalah low pressure monopole hanya dapat mencapai performa 15% dari kecepatan putar normal. Pengantian pada APU starter motor dilakukan, namun berhasil. Monopole 1 dan monopole 2 dibersihkan dan dipasang kembali. Pada tanggal pada inspeksi yang dilakukan pada APU ditemukan adanya kebocoran oli pada bagian turbin. Perbaikan dilakukan pada

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: APU dan APU dapat berjalan dengan normal dan kebocoran oli sudah teratasi. Pada tanggal terjadi auto shut down pada APU ketika boarding. Pada tanggal ditemukan bahwa poros mesin tidak dapat berputar dan sulit untuk digerakkan. Investigasi lebih lanjut ditemukan partikel metal pada metal chip detector dan kerusakan pada low pressure turbine blade tingkat kedua (gambar 2). Kronologi di atas merupakan rangkuman dari maintenance report yang dibuat oleh maskapai pemilik APU ini di mana posisi APU masih berada di Bangladesh. Gambar 2 (A) Blade yang Masih Terpasang pada Rotor (B) & (C) Blade yang Mengalami Deformasi Dilihat dari Sisi Cembung dan Cekung. Gambar 3 Internal Oil Supply Tube yang Turun setelah Sleeve Tube Dilepas (di mana seharusnya Tube ini Berada di Posisi Tengah) yang Mengindikasikan Kerusakan pada Pipa bagian Dalam. Gambar 5 Low Pressure Turbine Shroud Tingkat Kedua Mengalami Kerusakan yang Mengindikasikan Adanya Kontak antara Shroud dengan Low Pressure Turbine Blade. Pada tanggal salah satu perusahaan maintenance pesawat di Indonesia melakukan investigasi lebih lanjut pada APU ini. Pada investigasi ini ditemukan kerusakan pada internal oil supply tube (gambar 3), low pressure bearing cage (gambar 4), dan low pressure turbine blade shroud tingkat kedua (gambar 5). Dari kronologi kegagalan di atas kegagalan APU diawali oleh kebocoran oli dan APU dihidupkan dalam kondisi keadaan kekurangan oli dalam sistem pelumasan. Kebocoran oli disebabkan karena ada kerusakan pada inner dan outer oil supply tube. Kerusakan pada inner dan outer oil supply tube karena overtorque pada saat pengencangan pipa dan tidak dipasangnya gasket flare pada troubleshooting yang dilakukan oleh pemilik APU pada saat kebocoran oli pertama. Pipa yang rusak diduga mengalami pengencangan pada ujung pipa tanpa menahan pipa bagian dalam sehingga torsi yang terjadi melebihi dari yang ditentukan oleh manual yaitu hanya 100 in-lb. Dengan kurangnya oli yang digunakan untuk melumasi turbine bearing. Karena kondisi APU tetap hidup, low pressure turbine bearing mengalami overheat yang menyebabkan kegagalan pada bearing cage. Kegagalan pada bearing ini menyebabkan poros turun dan turbine rotor berputar dengan kondisi unbalance dan bergetar. Kondisi ini menyebabkan blade dan shroud mengalami kontak sehingga mengalami kegagalan [1]. B. Pengamatan Makroskopik Pengamatan ini sendiri dibagi menjadi dua tahap yaitu pengamatan makroskopik secara fotografi dan secara stereomikroskopik. Gambar 6 Penampakan dari Blade yang Mengalami Patah (A) Sisi Cembung (B) Sisi Cekung. Gambar 4 Low Pressure Bearing Cage yang Mengalami Kerusakan karena Overheat. Gambar 6 menunjukkan bahwa lebih dari 1/2 airfoil bagian atas hilang mulai dari leading edge sampai pada trailing edge. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa panjang dari sisa

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: blade yang patah adalah 17 mm berbeda dengan blade yang belum mengalami deformasi yang memiliki panjang 70,1 mm. Hal ini menunjukkan bahwa patahan pada spesimen terjadi pada daerah yang dekat dengan root dari blade. Pasangan dari blade yang patah ini yang patah tidak dapat ditemukan. Diduga bahwa bagian patahan tersebut terlempar keluar dari APU dikarenakan debit gas panas yang tinggi sehingga menghasilkan momentum yang cukup untuk mendorong potongan blade keluar dari APU. Pada hasil pengamatan fotografi di atas tidak terlihat adanya perubahan warna pada permukaan kedua spesimen blade tersebut. Gambar 7 Hasil Stereomikroskopik Spesimen 1 dengan Perbesaran 12x (A) Sisi Cembung (B) Permukaan Radial (C) Sisi Cekung. Pengamatan stereomikroskopik ini dilakukan dengan menggunakan alat stereobinocular microscope. Gambar 7(B) menunjukkan penampakan dari permukaan patahan dari blade. Tidak ditemukan cacat seperti beachmark, chevron, atau ratchetmark pada permukaan patahan. Dapat dilihat bahwa pada daerah leading edge dan trailing edge terlihat lebih terang daripada bagian tengah dari blade. Daerah yang lebih terang ini dapat mengindikasikan bahwa pola patahan yang terjadi adalah pola patah getas. Sedangkan daerah yang lebih gelap menunjukkan pola patahan yang relatif lebih ulet [2]. Gambar 7(A) merupakan hasil pengamatan stereomikroskopik pada spesimen dari sisi cembung dan gambar 7(C) merupakan hasil pengamatan dari sisi cekung. Hasil pengamatan dari sisi cembung dan cekung dapat dikatakan hampir serupa. Pada daerah dekat dengan trailing edge dapat dilihat topografi permukaan dengan profil yang datar. Profil yang datar ini dapat mengindikasikan terjadi pola patahan getas yang terjadi pada daerah ini. Pada daerah tengah dari blade ini menunjukkan profil patahan yang bergelombang. Profil yang bergelombang ini bersama dengan warna permukaan yang gelap menunjukkan bahwa patahan yang terjadi pada daerah ini termasuk ke dalam patah ulet [2]. Gambar 8 Transverse Microcracks yang Terjadi pada Bagian Sisi dari Blade dengan Perbesaran 30x (a) Sisi Cembung (b) Sisi Cekung. Gambar 8(a) dan 8(b) menunjukkan penampakan dari transverse microcrack cluster. Transverse mikrocrack cluster adalah sekumpulan microcrack yang terjadi pada permukaan tranversal dari blade. Crack ini memiliki karakteristik intergranular cracking yang diduga disebabkan oleh adanya oksidasi. Secara kualitatif, crack yang terjadi pada permukaan cekung lebih banyak daripada crack yang terjadi pada permukaan cembung. Panjang orientasi crack secara transversal lebih besar daripada arah orientasi lainnya [3]. C. Pengujian Komposisi Kimia Pengujian komposisi kimia dilakukan dengan menggunakan metode X-Ray Fluorescence (X-RF). Data hasil pengujian komposisi kimia tersebut dibandingkan dengan komposisi standar yang terdapat pada AMS 5391 [4]. Hasil pengujian komposisi kimia dengan menggunakan metode pengujian tersebut ditampilkan pada tabel 1. Tabel 1 Hasil Uji Komposisi Kimia dengan Metode X-RF yang Dikomparasikan dengan Material IN-713 yang Ada pada Standar AMS Unsur AMS 5391 X-RF (%) Al 5,50-6,50 3,6 Si 0,5 max 0,06 Ti 0,50-1,00 0,58 Cr 12,00-14,00 12,25 Mn 0,25 max 0,12 Fe 2,5 max 0,05 Co+Ta 1,80-2,80 0,04 Ni Bal 77,57 Nb 2 max 1,53 Mo 3,80-5,20 3,9 W... 0,04 V... 0,0038 C 0,08-0,20 -* Zr 0,05-0,15 0,09 Cu 0,5 max 0,17 Total 100,00 Keterangan *menunjukkan unsur tidak dapat diukur oleh alat uji Warna merah menunjukkan nilai yang berada di luar batas yang sudah ditentukan oleh AMS 5391 Dari hasil pengujian komposisi kimia di atas dapat diketahui bahwa material dari low pressure blade tingkat 2 ini adalah IN-713. Material ini termasuk polycristalline precipitation hardenable Ni-Cr based superalloy, yang memiliki properties yang baik hingga sampai pada temperatur 1800 o F (982 o C). Paduan ini mempunyai castability yang baik, daya tahan terhadap oksidasi dan thermal fatigue yang baik dan salah satu paduan yang terbaik dalam hal stabilitas mikrostrukturnya. Material ini tidak mengalami proses heat treatment [5].

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: Pada hasil pengukuran yang ditunjukkan pada tabel 1 menunjukkan bahwa beberapa unsur seperti Co, Ta, dan Al tidak mencapai ukuran standar yang telah ditetapkan. Keganjilan yang tejadi dari hasil pengujian X-RF tersebut kemungkinan karena identifikasi tidak menyeluruh pada permukaan patahan tersebut. D. Pengamatan Mikroskopik Pengamatan mikroskopik dilakukan untuk mencari bukti (evidence) penyebab kegagalan dan mengamati pola patahan yang terbentuk setelah terjadi patah pada permukaan radial low pressure turbine blade. Pengamatan fraktografi dilakukan menggunakan metode Scanning Electron Microscope (SEM). Berikut adalah hasil dari pengamatan mikroskopik dengan menggunakan SEM pada permukaan radial dari spesimen. menyerang unsur Cr, Al, dan Ti. Produk oksidasi ini biasanya bersifat getas [5]. Gambar 11 Hasil Pengamatan SEM pada Area 2 (Tengah Blade) Menunjukkan adanya Fitur Dimple (A) M150x (B) M1500x (C) M5000x (D) M10000x Gambar 9 Hasil Pengamatan SEM pada Spesimen 1 dengan Perbesaran 60x. Gambar 9 merupakan gambar permukaan patahan spesimen 1 secara keseluruhan. Kotak yang berwarna merah menunjukkan area yang akan diamati dengan lebih teliti. Pada gambar 11 di atas tidak ditemukan fitur seperti beachmark atau striasi yang menunjukkan modus kegagalan fatigue. Area 2 ini pada pengamatan stereomikroskopi terlihat berwarna gelap dan bergelombang yang mengindikasikan patahan yang terjadi adalah patahan ulet. Hal ini diperkuat dengan hasil pengamatan SEM mikroskopik ini yang menunjukkan adanya fitur dimple yang dapat dilihat pada gambar 11(D). Fitur dimple ini memang dapat terjadi pada spesimen ini mengingat material IN-713 memiliki elongation yang cukup tinggi yaitu sekitar 5,9% pada temperatur kerja dari blade ini [4]. Gambar 10 Hasil Pengamatan SEM pada Area 1 Menunjukkan Adanya Fitur Chevron dengan Perbesaran 300x. Pada gambar 10 di atas menunjukkan fitur patahan chevron. Ujung dari fitur chevron yang ditandai dengan lingkaran merah ini merupakan inisiasi dari patahan yang terjadi pada blade. Chevron juga dapat menunjukkan arah propagarasi yang ditunjukan oleh arah panah pada gambar di atas. Chevron biasanya mengindikasikan awal retakan ini yang bersifat getas dan tejadi secara cepat [2]. EDS dilakukan pada area ini dan hasil dari EDS tersebut menunjukkan nilai O, Nb, dan Mo yang cukup tinggi. O diduga merupakan unsur pembentuk produk oksidasi sedangkan Nb dan Mo adalah unsur pembentuk karbida. Dari hasil yang didapat ini, diduga terjadi degradasi material yang terjadi pada daerah ini yaitu terjadi oksidasi. Oksidasi yang terjadi pada superalloy ini biasanya Gambar 12 Hasil pengamatan pada area 3 (trailing edge) menunjukkan adanya fitur cleavage (A) M200x (B) M1300x. Gambar 13 Hasil Pengamatan SEM pada Area 4 (Leading Edge) dengan Perbesaran 200x Menunjukkan Adanya Fitur Cleavage.

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: Hasil pengamatan pada daerah trailing edge dan leading edge ditunjukkan pada gambar 12 dan gambar 13. Pengamatan mikroskopik pada kedua daerah ini menunjukkan fitur patahan yang hampir sama yaitu adanya cleavage. Cleavage merupakan salah satu fitur patahan berenergi rendah yang berpropagarasi sepanjang bidang kristalografi. E. PENGUJIAN METALOGRAFI Pengujian metalografi dilakukan untuk mengamati struktur mikro yang terdapat dalam sampel material komponen blade. Pada penelitian ini, pengujian metalografi dilakukan pada kondisi setelah dilakukan pengetsaan dengan larutan etsa Kalling s no 2. Sebelum dilakukan pangamatan metalografi sebelumnya material harus dipreparasi terlebih dahulu. Spesimen dipotong menjadi 2 bagian seperti yang ditunjukkan pada gambar 14. Bagian yang akan diamati adalah bagian leading dari blade tersebut. Bagian leading edge tersebut diharapkan dapat mewakili kondisi dari masing-masing blade. Setelah dipotong, spesimen yang akan diamati dimounting untuk mempermudah proses pengamatan. Pengamatan metalografi ini dibagi menjadi dua tahap yaitu pengamatan dengan menggunakan mikroskop optis dan Scanning Microscope Electron (SEM). menunjukkan bahwa blade terbentuk dari proses polycrytalline investment casting [5]. Dari gambar 15 pada spesimen menunjukkan adanya retakan-retakan yang merupakan transversal microcrack yang telah ditemukan pada pengamatan stereomicroscopy. Microcrack ini terdapat pada sisi cembung dan sisi cekung dari potongan blade tersebut. Dilihat dari bentuknya, crack ini ini merambat secara intergranular. Pengamatan dengan SEM ini perlu dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih banyak mengenai kerusakan yang terjadi pada blade. Pengamatan SEM ini juga membandingkan mikrostruktur pada daerah yang dekat dengan patahan dan mikrostruktur bagian root dari blade. Root blade diasumsikan sebagai cold zone yang dapat menjadi referensi derajat degradasi material dari blade karena temperatur tinggi. Root blade dapat diasumsikan menjadi cold zone karena tidak terekspos gas panas dan perubahan mikrostruktur tidak banyak [6]. Gambar 16 Area Pengujian EDS pada Salah Satu Crack yang Ada pada Blade. Gambar 14 Pemotongan Spesimen Menjadi 2 Bagian. Gambar 15 Hasil Pengamatan Metalografi pada Spesimen 1 dengan Menggunakan Mikroskop Optis (A) M50x (B) & (C) M200x. Hasil pengamatan metalografi dengan mikroskop optis pada spesimen yang telah dietsa di atas tidak menunjukkan adanya coating yang melapisi blade ini. Dari gambar di atas terlihat pola butiran-butiran terlihat jelas pada spesimen ini. Struktur butiran pada blade yang sudah dietsa ini Tabel 2 Hasil Pengujian EDS pada Salah Satu Crack Yang Ada pada Blade Massa % Unsur Area 1 Area 2 Area 3 Area 4 C 27,00 53,62 72,92 70,50 O 1,60 13,85 4,87 13,43 Al 3,52 2,55 0,44 0,51 Si - 0, Cl - 0, Ti 0,44 0,42 3,33 0,08 Cr 9,47 3,56 2,45 1,98 Fe - 5, Ni 55,49 28,39 11,60 - Nb ,16 0,24 Mo 2,48 1,51 7,67 0,64 Total 100,00 Pengujian EDS juga dilakukan pada salah satu microcrack yang ditunjukkan pada gambar 16. Sedangkan hasil dari pengujian EDS ditunjukkan pada tabel 2. Berdasarkan hasil pengujian pada area 1 ada memiliki kandungan yang hampir sama dengan matriks gamma dari paduan Ni based superalloy ini kecuali kandungan unsur C yang tinggi. Matriks gamma adalah fase non magnetik yang biasanya mengandung persentase elemen solid solution seperti Co, Fe, Cr, Mo dan W. Dalam hasil EDS ini gamma matrix hanya terdeteksi unsur Ni dengan Cr dan Mo. Kandungan Al dan Ti yang ada dalam EDS kemungkinan membentuk fase gamma prime. Gamma prime dari Al dan Ti bereaksi dengan Ni dan

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: berpresipitasi dengan fase austenitik matriks gamma. Unsur lain seperti Ni dan Cr kemungkinan masuk dalam gamma prime [5]. Komposisi dari area pengujian 2 dan 4 mengandung banyak C dan O. Tingginya konsentrasi C pada turbine airfoil, kemungkinan disebabkan terjadi pada saat mesin dihidupkan, dimatikan, atau karena pembakaran yang tidak sempurna yang disebabkan karena nozzle bahan bakar yang buntu atau cacat. Unsur C ini juga diduga mempercepat terjadinya korosi panas. Walaupun efek dari karbon tidak dipelajari lebih lanjut seperti kontaminan yang lainnya, namun peran dari karbon ini dapat dijelaskan secara teoritikal. Degradasi unsur paduan pada batas butir yang dekat dengan permukaan mempercepat terjadinya oksidasi pada studi terkini [5]. Komposisi pada area pengujian 3 mengandung banyak unsur C dan Nb. Dari bentuk dan komposisi yang didapat, fase pada area 3 ini adalaha karbida MC. Karbida Mc biasanya berbentuk kasar, acak, bulat, atau kotak pada mikrostrukturnya. MC, sepeti TC dan HfC adalah paduan yang bersifat stabil. Formasi yang diinginkan dalam sebuah superalloy untuk karbida jenis ini adalah HfC, TaC, NbC, dan TiC. Paduan terbaru dengan Nb dan Ta seperti IN-713 ini tidak dapat dirusak dengan mudah pada proses atau perlakuan panas pada range temperatur 1200 sampai dengan 1260 o C [5]. Gambar 17 Mikrostruktur pada Daerah Dekat Patahan (A) M5000x (B) M10000x. Apabila dilihat dari sisi sifat material IN-713, pada temperatur kerja 1350 o F (±731 o C) blade ini baru mengalami creep apabila diberi tegangan sebesar psi atau sekitar 344, Pa dengan creep rate sebesar 0,00014 %/hr [4]. Namun dari hasil pengamatan di atas tanda-tanda terjadinya creep belum ada pada spesimen blade tersebut. IV. KESIMPULAN Setelah dilakukan rangkaian percobaan dan analisa data, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan dari penelitian tugas akhir yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Yang menjadi penyebab kegagalan adalah kontak antara blade dengan shroud sehingga menyebabkan instantaneous catastrophic failure. Modus kegagalan ini didukung dari pengamatan pada low pressure turbine shroud yang menunjukkan adanya rubbing yang membuktikan adanya kontak dengan low pressure turbine blade. Awalan retakan diduga karena adanya konsentrasi tegangan yang disebabkan oleh karbida dan oksidasi yang terjadi pada permukaan blade. Oksida dan karbida yang berada pada batas butir ini menyebabkan intergranular crack pada permukaan dan ketika diberi tegangan yang tinggi blade tidak dapat menahan beban tinggi yang diakibatkan konsentrasi tegangan tersebut sehingga terjadi kegagalan pada blade. 2. Mekanisme kegagalan ini diawali dengan adanya kebocoran oli karena kegagalan pada oil tube supply. Kegagalan pada oil tube supply ini terjadi karena overtorque. Kebocoran oli ini menyebabkan low pressure turbine bearing tidak mendapatkan pelumasan yang cukup sehingga menyebabkan overheat dan kerusakan pada bearing tersebut. Kerusakan bearing ini menyebabkan poros turun dan turbine rotor berputar dengan kondisi unbalance dan bergetar. Kondisi ini menyebabkan blade dan shroud mengalami kontak sehingga mengalami kegagalan. Gambar 18 Mikrostruktur pada Daerah Root (A) M5000x (B) M10000x. Menurut Floyd perubahan mikrostruktur yang terjadi ketika material terpapar panas pada temperatur tinggi antara lain adalah membesarnya ukuran butir gamma prime, gamma prime memanjang searah dengan beban (rafting), berkurangnya fraksi gamma prime, pembentukan karbida sekunder, dan creep cavities pada batas butir [7]. Dari hasil pengamatan mikrostruktur di daerah dekat patahan pada gambar 17 tidak ada tanda-tanda terjadi creep void, rafting, atau melting. Apabila apabila dibandingkan dengan mikrostruktur yang ada pada root yang ditunjukkan pada gambar 18, mikrostruktur pada daerah dekat patahan tidak mengalami perbedaan yang signifikan dalam ukuran gamma prime dan derajat rafting pada gamma prime. Hal ini mengindikasikan bahwa material blade masih bagus dan belum mengalami degradasi material yang berarti. DAFTAR PUSTAKA [1] Iskandar, Engine defect and investigation report form No. GMF/Q Cengkareng : GMF Aeroasia. (2013) [2] ASM Handbook Committee, ASM metals handbook vol. 11: failure analysis and prevention. Ohio, USA: ASM International. (1986) [3] Zhi-wei Yu, Xiao-lei Xu, Shu-hua Liu, Yu Li, Failure investigation on failed blades used in a locomotive turbocharger. Dalian, China: Dalian Maritime University. (2007) [4] Anonim, Engineering properties of alloy 713. USA: The International Nickel Company. (1999) [5] J. Donachie, Matthew; J. Donachie, Stephen, A Technical Guide of Superalloys. Ohio, USA: ASM International. (2002) [6] Carter Tim J., Common failure in gas turbine blades. Johannesburg, South Africa. (2004) [7] Floyd PH, Wallace W, dan Immarigeon, Rejuvenation of properties in turbine engine hot section components by HIPing. USA: The Metals Society. (1981)

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENGUJIAN. Pengujian magnetik inspeksi yang dilakukan meliputi metode Dry Visible,

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENGUJIAN. Pengujian magnetik inspeksi yang dilakukan meliputi metode Dry Visible, Tugas Akhir 1 BAB IV ANALISA DAN HASIL PENGUJIAN 4.1. Hasil Pengujian 4.1.1 Pengujian Magnetic Testing Pengujian magnetik inspeksi yang dilakukan meliputi metode Dry Visible, Wet visible dan wet fluorescent

Lebih terperinci

Analisa Kegagalan Sudu Turbin Bertekanan Tinggi Tingkat Pertama pada Pesawat Boeing Oleh : Reza Jaya Wardhana ( )

Analisa Kegagalan Sudu Turbin Bertekanan Tinggi Tingkat Pertama pada Pesawat Boeing Oleh : Reza Jaya Wardhana ( ) Analisa Kegagalan Sudu Turbin Bertekanan Tinggi Tingkat Pertama pada Pesawat Boeing 747-400 Oleh : Reza Jaya Wardhana (2706 100 045) Dosen Pembimbing : Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc Hariyati Purwaningsih,

Lebih terperinci

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban F68 Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban Asia, Lukman Noerochim, dan Rochman Rochiem Departemen Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS, Kampus ITS-Keputih Sukolilo,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA Bab IV. Hasil dan Analisa 59 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian 4.1.1.Hasil Pengujian Dengan Metoda Penetrant Retakan 1 Retakan 2 Gambar 4.1. Hasil Pemeriksaan dengan Metoda Penetrant pada Pengunci

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN Pengaruh Kromium dan Perlakuan Panas pada Baja Fe-Ni-Cr terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Meilinda Nurbanasari 1, Dodi Mulyadi 2 1 Dosen Tetap Jurusan Teknik Mesin, FTI, Institut Teknologi Nasional,

Lebih terperinci

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk.

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Oleh : Ilham Khoirul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Fluida : Semi Lean Benfield Solution (K 2 CO 3 ) Masalah Pompa 107-J. Produksi Tinggi. Why??

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Fluida : Semi Lean Benfield Solution (K 2 CO 3 ) Masalah Pompa 107-J. Produksi Tinggi. Why?? BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi Tinggi Masalah Pompa 107-J Fluida : Semi Lean Benfield Solution (K 2 CO 3 ) Shaft Patah Why?? Failure Analysis Perumusan Masalah 1. Mengetahui faktor faktor yang

Lebih terperinci

ANALISA KERUSAKAN CONNECTING ROD PADA MESIN DIESEL KENDARAAN BERMOTOR

ANALISA KERUSAKAN CONNECTING ROD PADA MESIN DIESEL KENDARAAN BERMOTOR ANALISA KERUSAKAN CONNECTING ROD PADA MESIN DIESEL KENDARAAN BERMOTOR Eka Febriyanti Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail : eka.ndut@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

Analisa Dampak Overheating terhadap Tube Katalis HP-40 Modifikasi di Primary Reformer Pabrik Ammonia

Analisa Dampak Overheating terhadap Tube Katalis HP-40 Modifikasi di Primary Reformer Pabrik Ammonia Analisa Dampak Overheating terhadap Tube Katalis HP-40 Modifikasi di Primary Reformer Pabrik Ammonia Dwi Ika Basitha 1 *, Putu Suwarta 1, Sutikno 1, Soeharto 1, Indra Sidharta 1 Jurusan Teknik Mesin, Institut

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 196 Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester

Lebih terperinci

Analisa Kegagalan pada Fuel Intake Manifold Pesawat Terbang Boeing

Analisa Kegagalan pada Fuel Intake Manifold Pesawat Terbang Boeing JURNL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-63 nalisa Kegagalan pada Fuel Intake Manifold Pesawat Terbang oeing 737-500 Jeffri Malau dan Rochman Rochiem. Teknik Material

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 191

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 191 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 191 Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Temperatur dan Waktu Penahanan Partitioning pada Proses Quenching-Partitioning Baja

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL Mahasiswa Febrino Ferdiansyah Dosen Pembimbing Ir. Rochman Rochiem, M.

Lebih terperinci

Kunci: camshaft, patahan, operasional, pengujian, kegagalan.

Kunci: camshaft, patahan, operasional, pengujian, kegagalan. ANALISA KERUSAKAN PATAH CAMSHAFT PADA MESIN KENDARAAN BERMOTOR Sugiyanto, Eko Edy Susanto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang Telp. (0) 766 Pes. 56, Fax.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron BAB V HASIL PENELITIAN Berikut ini hasil eksperimen disusun dan ditampilkan dalam bentuk tabel, gambar mikroskop dan grafik. Eksperimen yang dilakukan menggunakan peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-73 Analisis Perbandingan Pelat ASTM A36 antara di Udara Terbuka dan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat Yanek Fathur Rahman,

Lebih terperinci

PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING

PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING Kisnandar 1, Alfirano 2, Muhammad Fitrullah 2 1) Mahasiswa Teknik Metalurgi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2) Dosen Teknik

Lebih terperinci

Analisis Kerusakan Wobbler Bar pada Proses Pengumpanan Batu Kapur PT Semen Gresik Unit 1 Tuban

Analisis Kerusakan Wobbler Bar pada Proses Pengumpanan Batu Kapur PT Semen Gresik Unit 1 Tuban JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-16 Analisis Kerusakan Wobbler Bar pada Proses Pengumpanan Batu Kapur PT Semen Gresik Unit 1 Tuban Nugraha Udiana Putra dan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS VOL.5, No.2, (2016) ISSN: ( Print

JURNAL TEKNIK ITS VOL.5, No.2, (2016) ISSN: ( Print F148 Analisa Kerusakan Superheater Tube Boiler Tipe ASTM A213 Grade T11 pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Jeremy Adrian, Lukman Noerochim, Budi Agung Kurniawan Jurusan Teknik Material & Metalurgi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan. BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Data Pengujian. 4.1.1. Pengujian Kekerasan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metoda Rockwell C, pengujian kekerasan pada material liner dilakukan dengan cara penekanan

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Studi Eksperimental Perbandingan Pengaruh Variasi Solution Treatment pada Perlakuan Panas Precipitation Hardening T6 terhadap Sifat Mekanik Paduan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 ANALISA STRUKTUR MIKRO BAJA SETELAH HARDENING DAN TEMPERING Struktur mikro yang dihasilkan setelah proses hardening akan menentukan sifat-sifat mekanis baja perkakas, terutama kekerasan

Lebih terperinci

Hasil Identifikasi Fractography

Hasil Identifikasi Fractography Area 1.A Arah Area Perambatan 1.B Retak Pandangan keseluruhan dari Sampel Material No.1, terdapat dua area pengamatan sesuai dengan arah perambatan retak yaitu Area 1.A dan Area 1 B. Perbesaran 500x dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN 1. Material Penelitian a. Tipe Baja : A 516 Grade 70 Bentuk : Plat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja A 516 Grade 70 Komposisi Kimia Persentase (%) C 0,1895 Si

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Sutarsis, S.T, M.Sc.Eng

Dosen Pembimbing : Sutarsis, S.T, M.Sc.Eng Oleh : Winarto Hadi Candra (2710100098) Dosen Pembimbing : Sutarsis, S.T, M.Sc.Eng JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ANALISA KERUSAKAN SUDU TURBIN GAS MATERIAL UDIMET 500 KAPASITAS 50 MW

ANALISA KERUSAKAN SUDU TURBIN GAS MATERIAL UDIMET 500 KAPASITAS 50 MW ANALISA KERUSAKAN SUDU TURBIN GAS MATERIAL UDIMET 500 KAPASITAS 50 MW Tarmizi Balai Besar Logam dan Mesin Bandung Abstrak Penelitian Kerusakan pada Sudu Turbin Gas Kapasitas 50 MW yang dibuat dari material

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 1 Januari 2017; 10-14 STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L Ojo Kurdi Departement Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Plunger tip adalah salah satu rangkaian komponen penting pada mesin high pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

Lebih terperinci

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang Tio Gefien Imami Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesa 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201 PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201 Heru Danarbroto 1*, A.P.Bayu Seno 2, Gunawan Dwi Haryadi 2, Seon Jin Kim 3 1 Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil-hasil pengujian yang telah dilakukan pada material hasil proses pembuatan komposit matrik logam dengan metode semisolid dan pembahasannya disampaikan pada bab ini. 4.1

Lebih terperinci

Analisa Kegagalan U Fire Tube Heater Treater di Santan Terminal Chevron Indonesia Company

Analisa Kegagalan U Fire Tube Heater Treater di Santan Terminal Chevron Indonesia Company JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Analisa Kegagalan U Fire Tube Heater Treater di Santan Terminal Chevron Indonesia Company Dyan Ratna Mayangsari dan Rochman Rochiem Teknik Material dan

Lebih terperinci

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles. JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam,

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN Untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas pada kondisi struktur mikro dan sifat kekerasan pada paduan Fe-Ni-Al dengan beberapa variasi komposisi, dilakukan serangkaian

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045 Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045 Hari Subiyanto 1,*, Subowo 1, Gathot DW 1, Syamsul Hadi

Lebih terperinci

Analisa Kegagalan Top Hinge Guide Arm Pada Pintu Depan Pesawat Terbang BOEING

Analisa Kegagalan Top Hinge Guide Arm Pada Pintu Depan Pesawat Terbang BOEING JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisa Kegagalan Top Hinge Guide Arm Pada Pintu Depan Pesawat Terbang BOEING 737-300 Muhamad Haikal Firmansyah, dan Prof.

Lebih terperinci

ANALISIS KEGAGALAN BODI POMPA BAJA NITRIDING

ANALISIS KEGAGALAN BODI POMPA BAJA NITRIDING 42 ANALISIS KEGAGALAN BODI POMPA BAJA NITRIDING Nusin Samosir, Yusuf Nampira dan Basuki Agung P2TBDU BATAN ABSTRAK Telah dilakukan analisis kegagalan bodi pompa baja nitriding (baja X2CrNiMoN1814, 14429)

Lebih terperinci

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys) 14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys) Magnesium adalah logam ringan dan banyak digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan massa jenis yang ringan. Karakteristik : - Memiliki struktur HCP (Hexagonal

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik 1 METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik Tool Steel (Baja Perkakas) 2 W Pengerasan dengan air (Water hardening) Pengerjaan Dingin (Cold Work) O Pengerasan dengan oli (Oil hardening) A Pengerasan dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *) PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Purnomo *) Abstrak Baja karbon rendah JIS G 4051 S 15 C banyak digunakan untuk bagian-bagian

Lebih terperinci

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG Baja SS 400 sebagai baja karbon rendah Dapat dilakukan proses pengelasan dengan metode

Lebih terperinci

Lokasi kebocoran tube reheater Row 17 Pipa no.8 SUMBER BOCORAN 1

Lokasi kebocoran tube reheater Row 17 Pipa no.8 SUMBER BOCORAN 1 KEBOCORAN TUBE BOILER Lokasi kebocoran tube reheater Row 17 Pipa no.8 SUMBER BOCORAN 1 Lokasi kebocoran tube reheater Row 16 Pipa no.7 SUMBER BOCORAN 2 Hasil Pemeriksaan TUBE R17 b8 Tube R.17 B-8 mengalami

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #11

Pembahasan Materi #11 1 TIN107 Material Teknik Pembahasan 2 Tool Steel Sidat dan Jenis Stainless Steel Cast Iron Jenis, Sifat, dan Keterbatasan Non-Ferrous Alloys Logam Tahan Panas 1 Tool Steel (Baja Perkakas) 3 W Pengerasan

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

Sidang Tugas Akhir (TM091486) Sidang Tugas Akhir (TM091486) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Soeharto, DEA Oleh : Budi Darmawan NRP 2105 100 160 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING Kafi Kalam 1, Ika Kartika 2, Alfirano 3 [1,3] Teknik Metalurgi

Lebih terperinci

PENGARUH UNSUR Mn PADA PADUAN Al-12wt%Si TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING SKRIPSI

PENGARUH UNSUR Mn PADA PADUAN Al-12wt%Si TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING SKRIPSI PENGARUH UNSUR Mn PADA PADUAN Al-12wt%Si TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING SKRIPSI Oleh DEDI IRAWAN 04 04 04 01 86 DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS

Lebih terperinci

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN PENGARUH PENGELASAN GAS TUNGTEN ARC WELDING (GTAW) DENGAN VARIASI PENDINGINAN AIR DAN UDARA PADA STAINLESS STEEL 304 TERHADAP UJI KOMPOSISI KIMIA, STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN UJI IMPACT Agus Sudibyo

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) F-266

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) F-266 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (4) ISSN: 7-59 (-97 Print) F-66 Pengaruh Variasi Komposisi Serbuk Kayu dengan Pengikat Semen pada Pasir Cetak terhadap Cacat Porositas dan Kekasaran Permukaan Hasil Pengecoran

Lebih terperinci

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM Bibit Sugito Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan,

Lebih terperinci

Analisa Kegagalan Pipa Udara A312 Tipe 304H pada Line A (25P2J) Unit Amonia PT. Petrokimia Gresik

Analisa Kegagalan Pipa Udara A312 Tipe 304H pada Line A (25P2J) Unit Amonia PT. Petrokimia Gresik A673 Analisa Kegagalan Pipa Udara A312 Tipe 304H pada Line A-1011-14 (25P2J) Unit Amonia PT. Petrokimia Gresik Sopan Prayoga dan Witantyo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Gambar 1. Standar Friction wedge

Gambar 1. Standar Friction wedge Pengaruh Variasi Temperatur Austenisasi Pada Proses Heat Treatment Quenching Terhadap Sifat Mekanik Dan Struktur Mikro Friction Wedge AISI 1340 Fahmi Aziz Husain, Yuli Setiyorini Jurusan Teknik Material

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Penelitian Sebelumnya

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Penelitian Sebelumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya Arthana(2014), meneliti tentang ketahanan aus lapisan ni-cr pada dinding silinder liner yang juga meneliti melalui proses powder flame spray coating. penelitian

Lebih terperinci

1 BAB IV DATA PENELITIAN

1 BAB IV DATA PENELITIAN 47 1 BAB IV DATA PENELITIAN 4.1 Pengumpulan Data Dan Informasi Awal 4.1.1 Data Operasional Berkaitan dengan data awal dan informasi mengenai pipa ini, maka didapat beberapa data teknis mengenai line pipe

Lebih terperinci

TEKNOLOGI REPARASI SUDU TURBIN BERBAHAN PADUAN SUPER.

TEKNOLOGI REPARASI SUDU TURBIN BERBAHAN PADUAN SUPER. TEKNOLOGI REPARASI SUDU TURBIN BERBAHAN PADUAN SUPER Suharno 1, Arif Sugiyanto 2, Yuyun Estriyanto 1, Budi Harjanto 1 1 Universitas Sebelas Maret Surakarta 2 PT.Garuda Maintenance Facilities Jakarta email:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian sambungan logam tak sejenis antara Baja SS400 dan Aluminium AA5083 menggunakan proses pengelasan difusi ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh ketebalan lapisan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS Oleh: Abrianto Akuan Abstrak Nilai kekerasan tertinggi dari baja mangan austenitik hasil proses perlakuan panas

Lebih terperinci

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH C.6 PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH Agus Dwi Iskandar *1, Suyitno 1, Muhamad 2 1 Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai teman-teman penerbangan, pada halaman ini saya akan berbagi pengetahuan mengenai engine atau mesin yang digunakan pada pesawat terbang, yaitu CFM56 5A. Kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Baja (steel) adalah material yang paling banyak dan umum digunakan di dunia industri, hal ini karena baja memberikan keuntungan keuntungan yang banyak yaitu pembuatannya

Lebih terperinci

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar Bab II Ruang Bakar Sebelum berangkat menuju pelaksanaan eksperimen dalam laboratorium, perlu dilakukan sejumlah persiapan pra-eksperimen yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pedoman

Lebih terperinci

Asyari D. Yunus - Struktur dan Sifat Material Universitas Darma Persada - Jakarta

Asyari D. Yunus - Struktur dan Sifat Material Universitas Darma Persada - Jakarta Perbedaannya pada spesimen diletakan. Pada uji impak yang diukur adalah energi impak dan disebut juga ketangguhan takik ( notch toughness ). Bahan yang diuji diberi takik, kemudian dipukul sampai patah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 38 3.2. ALAT DAN BAHAN 3.2.1 Alat Gambar 3.2 Skema Peralatan Penelitian Die Soldering 3.2.2 Bahan Bahan utama

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR Oleh : Nofriady. H 1 dan Sudarisman 2 Jurusan Teknik Mesin 1 - Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor BESI COR Pendahuluan Besi cor adalah bahan yang sangat penting dan dipergunakan sebagai bahan coran lebih dari 80%. Besi cor merupakan paduan besi dan karbon dengan kadar 2 %s/d 4,1% dan sejumlah kecil

Lebih terperinci

METODOLOGI. Langkah-langkah Penelitian

METODOLOGI. Langkah-langkah Penelitian METODOLOGI Langkah-langkah Penelitian 7. Centrifugal Casting Proses centrifugal casting yang dilakukan adalah pengecoran sentrifugal horisontal dengan spesifikasi sebagai berikut : Tabung Cetakan Diameter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN BAB IV HASIL PENGUJIAN 4.1 Komposisi Kimia Baja yang digunakan untuk penelitian ini adalah AISI 1010 dengan komposisi kimia seperti yang ditampilkan pada tabel 4.1. AISI 1010 Tabel 4.1. Komposisi kimia

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S Mahasiswa Edwin Setiawan Susanto Dosen Pembimbing Ir. Rochman Rochiem, M. Sc. Hariyati Purwaningsih, S.Si, M.Si. 1 Latar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU TAHAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA BAJA TAHAN KARAT MARTENSITIK 13Cr3Mo3Ni

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU TAHAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA BAJA TAHAN KARAT MARTENSITIK 13Cr3Mo3Ni PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU TAHAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA BAJA TAHAN KARAT MARTENSITIK 13Cr3Mo3Ni 1) Hadi Perdana, 2) Andinnie Juniarsih, ST., MT. dan 3) Dr.

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50 PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50 Sudarmanto Prodi Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Jalan Janti Blok R Lanud Adisutjipto, Yogyakarta

Lebih terperinci

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya KLASIFIKASI BAJA KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA L U K H I M U L I A S 1 Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya 1) BAJA PEGAS Baja pegas adalah baja karbon yang mengandung 0,5-1,0% karbon

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12 D.20. Analisa Pengaruh Pengecoran Ulang terhadap Sifat Mekanik... (Samsudi Raharjo) ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12 Samsudi Raharjo, Fuad Abdillah dan Yugohindra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Bukit Asam adalah perusahaan penghasil batu bara terbesar di Indonesia yang bertempat di Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Indonesia. PT. Bukit Asam menggunakan pembangkit

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA.319-T6 AKIBAT PENGARUH VARIASI TEMPERATUR AGING PADA PROSES PRECIPITATION HARDENING

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA.319-T6 AKIBAT PENGARUH VARIASI TEMPERATUR AGING PADA PROSES PRECIPITATION HARDENING SIDANG TUGAS AKHIR KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA.319-T6 AKIBAT PENGARUH VARIASI TEMPERATUR AGING PADA PROSES PRECIPITATION HARDENING Oleh: Niska Alistikha (2707 100 002) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI

PERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI PERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI Meilinda Nurbanasari, Djoko Hadi Prajitno*, dan Hendra Chany, ST Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri ITENAS Jl. PHH. Mustapa no.23,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-108 Studi Eksperimental Keausan Permukaan Material Akibat Adanya Multi-Directional Contact Friction Muhammad Hasry dan Yusuf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau

BAB I PENDAHULUAN. Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau alami, yang dapat digunakan untuk setiap periode waktu, secara keseluruhan atau sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja tahan karat Austenitic stainless steel (seri 300) merupakan kelompok material teknik yang sangat penting yang telah digunakan luas dalam berbagai lingkungan industri,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1 PENGUJIAN AWAL PADA GARDAN IV.1.1 PENGUJIAN KOMPOSISI Pengujian komposisi diperlukan untuk mengetahui komposisi unsur, termasuk unsur-unsur paduan yang terkandung dalam material

Lebih terperinci

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135 JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 4, No.0 2, Juli Tahun 2016 Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 PENGUJIAN KOMPOSISI Dari pengujian dengan alat spectrometer yang telah dilakukan pada sampel uji, komposisi yang terdapat di dalam sampel uji dapat dilihat pada Lampiran 1,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2013, dilaksanakan di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2013, dilaksanakan di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2013, dilaksanakan di Laboratorium Material Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung, Laboratorium

Lebih terperinci

Analisa Kegagalan Baut Pengunci Tipe Pada Kompartmen-I Rawmill IIIB Indarung IV PT. Semen Padang

Analisa Kegagalan Baut Pengunci Tipe Pada Kompartmen-I Rawmill IIIB Indarung IV PT. Semen Padang JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Analisa Kegagalan Baut Pengunci Tipe 3111020050 Pada Kompartmen-I Rawmill IIIB Indarung IV PT. Semen Padang Alfredo Ibrahim dan Rochman Rochiem Teknik Material

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik Definisi 2 Metal Alloys (logam paduan) adalah bahan campuran yang mempunyai sifat-sifat logam, terdiri dari dua atau lebih unsur-unsur, dan sebagai unsur utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti pada saat ini, banyak orang beranggapan bahwa kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat mahal. Kesehatan seseorang bisa terganggu akibat

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Latar Belakang Material Material yang digunakan pada penelitian ini merupakan material yang berasal dari pipa elbow pada pipa jalur buangan dari pompa-pompa pendingin

Lebih terperinci

Non-Destuctive Test (NDT) & Interpretasi Foto Scanning Electron Microscope (SEM)

Non-Destuctive Test (NDT) & Interpretasi Foto Scanning Electron Microscope (SEM) Non-Destuctive Test (NDT) & Interpretasi Foto Scanning Electron Microscope (SEM) Irfan Fadhilah Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

Pengaruh Perlakuan Panas Austempering pada Besi Tuang Nodular FCD 600 Non Standar

Pengaruh Perlakuan Panas Austempering pada Besi Tuang Nodular FCD 600 Non Standar Pengaruh Perlakuan Panas Austempering pada Besi Tuang Nodular FCD 600 Non Standar Indra Sidharta 1, a, *, Putu Suwarta 1,b, Moh Sofyan 1,c, Wahyu Wijanarko 1,d, Sutikno 1,e 1 Laboratorium Metalurgi, Jurusan

Lebih terperinci

Ir. Hari Subiyanto, MSc

Ir. Hari Subiyanto, MSc Tugas Akhir TM091486 METALURGI Budi Prasetya Awab Putra NRP 2104 100 018 Dosen Pembimbing: Ir. Hari Subiyanto, MSc ABSTRAK Austenitic stainless steel adalah suatu logam paduan yang mempunyai sifat tahan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengelasan logam tak sejenis antara baja tahan karat dan baja karbon banyak diterapkan di bidang teknik, diantaranya kereta api, otomotif, kapal dan industri lain.

Lebih terperinci

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BAJA ARMOUR HASIL PROSES QUENCHING DAN TEMPERING

KARAKTERISASI BAJA ARMOUR HASIL PROSES QUENCHING DAN TEMPERING D.3 KARAKTERISASI BAJA ARMOUR HASIL PROSES QUENCHING DAN TEMPERING Padang Yanuar *, Sri Nugroho, Yurianto Jurusan Magister Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof. Sudharto SH Kampus Undip Tembalang

Lebih terperinci

Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro D.13 PENGARUH POST-WELD HEAT TREATMENT DAN ARAH PENGELASAN TIG (TUNGSTEN INERT GAS) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PENYAMBUNGAN ALUMINIUM PADUAN 6061 Sofyan Abdillah 1*, Gunawan Dwi Hariyadi,

Lebih terperinci

REPAIR STATIONARY AIR SEAL PADA APU GTCP 131-9B DENGAN METODE PLASMA SPRAY

REPAIR STATIONARY AIR SEAL PADA APU GTCP 131-9B DENGAN METODE PLASMA SPRAY Abstrak REPAIR STATIONARY AIR SEAL PADA APU GTCP 131-9B DENGAN METODE PLASMA SPRAY Abdul Syukur A Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl Prof. Sudarto, S.H., Tembalang, Kotak Pos 6199/SMS,

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. hasil pelapisan Ni-Cr menggunakan thermal spray powder coating terhadap

BAB VI PEMBAHASAN. hasil pelapisan Ni-Cr menggunakan thermal spray powder coating terhadap BAB VI PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian berikut ini diarahkan kepada efek (pengaruh) hasil pelapisan Ni-Cr menggunakan thermal spray powder coating terhadap kekerasan dan keausan. 6.1 Mikrostruktur

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR DAN NITROGEN HASIL HOT ROLLING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Co-Cr- Mo UNTUK APLIKASI BIOMEDIS

PENGARUH TEMPERATUR DAN NITROGEN HASIL HOT ROLLING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Co-Cr- Mo UNTUK APLIKASI BIOMEDIS PENGARUH TEMPERATUR DAN NITROGEN HASIL HOT ROLLING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Co-Cr- Mo UNTUK APLIKASI BIOMEDIS Akhmad Mardhani 1, Nono Darsono 2, Alfirano 3 [1,3] Teknik Metalurgi

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN U FIRE TUBE HEATER TREATER SANTAN TERMINAL CHEVRON INDONESIA COMPANY

ANALISA KEGAGALAN U FIRE TUBE HEATER TREATER SANTAN TERMINAL CHEVRON INDONESIA COMPANY ANALISA KEGAGALAN U FIRE TUBE HEATER TREATER SANTAN TERMINAL CHEVRON INDONESIA COMPANY Disusun oleh : Dyan Ratna Mayangsari Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

2. Menghindari kegagalan/kerusakan yang sama dimasa yang akan datang dengan melakukan langkah-langkah penanggulangan

2. Menghindari kegagalan/kerusakan yang sama dimasa yang akan datang dengan melakukan langkah-langkah penanggulangan Failure Analysis Analisis kegagalan adalah langkah-langkah pemeriksaan kegagalan atau kerusakan pada suatu komponen yang mencakup situasi dan kondisi kegagalan atau kerusakan tersebut, sehingga dapat ditentukan

Lebih terperinci