ROTI TAWAR LAKTOGENIK, PERANGSANG ASI, BERBASIS KEARIFAN LOKAL DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ROTI TAWAR LAKTOGENIK, PERANGSANG ASI, BERBASIS KEARIFAN LOKAL DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr)"

Transkripsi

1 ROTI TAWAR LAKTOGENIK, PERANGSANG ASI, BERBASIS KEARIFAN LOKAL DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr) Lactogenic White Bread, a Food Product Containing Sweet Leaves (Sauropus androgynus (L.) Merr) for Stimulating Human Breast Milk Based on Local Wisdom Eryna Satyaningtyas 1 *, Teti Estiasih 1 1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang *Penulis Korespondensi, erynasatyaningtyas@yahoo.co.id ABSTRAK Status gizi ibu menyusui sangat penting dalam sistem produksi ASI. Selama masa laktasi, wanita mengalami peningkatan berat badan yang optimal maka sering kali ibu mengurangi konsumsi makanannya. Akibatnya terjadi penurunan berat badan yang cepat sehingga menghambat produksi susu dan berdampak buruk pada pengeluaran ASI. Oleh karena itu, diperlukan cara untuk meningkatkan kuantitas ASI dengan mengonsumsi makanan laktogenik yang berefek laktogagum. Salah satunya adalah daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr) yang terdapat senyawa steroid yang berperan dalam refleks prolaktin untuk memproduksi ASI, serta merangsang hormon oksitosin untuk memacu pengeluaran dan pengaliran ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbandingan tepung terigu dan tepung daun katuk yang tepat untuk menciptakan roti tawar dengan karakteristik yang baik dari segi organoleptik dan fisikokimia yang berkhasiat sebagai pelancar ASI. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh perlakuan terbaik dari sifat fisikokimia dan organoleptik pada perlakuan perbandingan proporsi tepung terigu:tepung daun katuk (b/b) 90:10 atau substitusi tepung daun katuk 10%. Kata kunci: ASI, Daun katuk, Laktogenik, Roti tawar ABSTRACT Nutritional status of lactating mothers are very important. During lactation, women have increased the optimal weight, often reduce food consumption.there is a rapid weight loss that can inhibit the production of milk and negative impact on stimulate spending human breast milk. Therefore, to increase the quantity of human breast milk, consumption lactogenic foods that have an lactagagum effect. One of them is sweet leaves (Sauropus androgynus (L.) Merr) which are steroid compounds that play a role in reflex prolactin to produce breast milk, as well as stimulating oxytocin hormone to stimulate spending and drainage breast milk. This study aims to obtain comparison of flour and sweet leaves powder to product a white bread as facilitator human breat milk. Based on the results obtained from the best treatment of the proportion of treatment comparisons flour: sweet leaves powder (w/w) of 90:10 or substitution of 10% sweet leaves powder. Keywords: Human breast milk, Lactogenic, Sweet Leaves, White bread PENDAHULUAN Salah satu parameter kesehatan di Indonesia adalah kesehatan bayi dan balita melalui pemberian ASI eksklusif. World Health Organization (WHO) dan berbagai negara di belahan dunia menganjurkan hanya memberikan air susu ibu (ASI) pada bayi selama 6 bulan pertama (ASI eksklusif) yang dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun. Secara 121

2 nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia berfluktuasi dan menunjukkan kecenderungan menurun. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 6 bulan turun dari 62.2% tahun 2007 menjadi 56.2% pada tahun Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28.6% pada tahun 2007 menjadi 24.3% pada tahun 2008 [1]. Jumlah ibu yang menyusui pada tahun 2012 masih terdapat 42% walaupun mengalami peningkatan 10% dari tahun 2007 yang hanya 32%. Selama masa laktasi, dimana wanita yang mengalami peningkatan berat badan yang optimal maka setelah melahirkan akan memiliki berat badan yang lebih tinggi dari pada awal masa kehamilan. Sehingga sering kali ibu mengurangi konsumsi makanannya, akibatnya dapat menghambat produksi susu atau mengganggu status gizi ibu, selain itu rasa letih yang sering dirasakan ibu seiring dengan penurunan berat badan yang cepat akan berdampak buruk pada pengeluaran ASI [2]. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara untuk dapat meningkatkan kuantitas ASI. Salah satunya adalah dengan mengonsumsi makanan yang mempunyai efek laktogagum. Secara teoritis, senyawa-senyawa yang mempunyai efek laktagogum diantaranya adalah sterol. Sterol merupakan senyawa golongan steroid [3]. Senyawa-senyawa tersebut dapat diperoleh dari bahan pangan lokal yaitu daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr). Menurut Ching and Mohamed [4], menyatakan bahwa kandungan fitosterol dari daun katuk yang didapat dengan mengekstrak tepung katuk dengan etanol 70% adalah 2.43% (2.43 g/100 g) atau mg/100 g kering. Pengembangan riset mengenai daun katuk terus dilakukan, terutama untuk meningkatkan kuantitas ASI. Salah satunya adalah dengan pembuatan pangan laktogenik, yaitu roti tawar laktogenik yang disubstitusikan dengan tepung daun katuk. Serta perlu dilakukan penelitian untuk menguji efektivitas roti tawar laktogenik sebagai pelancar ASI. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan dalam penelitian diantaranya adalah pada pembuatan tepung daun katuk adalah air, daun katuk segar yang diperoleh dari Jl. Ir. H. Juanda III dan Jl. Eltari Tengah II Buring, serta natrium bikarbonat. Selain itu, menggunakan bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan roti tawar adalah tepung terigu, garam, susu skim bubuk merk, margarin, ragi roti, gula. Bahan kimia yang digunakan untuk analisa diperoleh dari toko Makmur Sejati dan toko Sari Kimia. Bahan tersebut meliputi HCl 0,1N, NaOH 45%, aquades, H2SO4 pekat, asam borat (HBO3), tablet kjedahl, indikator pp, indikator metil red, petroleum eter (PE), dan kertas saring. Alat Alat yang digunakan meliputi mixer, timbangan analitik, oven, baskom plastik, loyang, ayakan 80 mesh, cawan petri, color reader, desikator, labu kjedahl, perangkat ekstraksi Soxhlet, buret, kertas saring, erlenmeyer, pendingin balik, penangas air, pipet tetes, gelas ukur, beaker glass, spatula, pipet ukur, karet hisap, penjepit statif, timbangan analitik dan mortar. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 1 faktor yaitu proporsi tepung terigu : tepung daun katuk yang terdiri dari 5 level dan 3 ulangan. Pengamatan dan Analisa Pengamatan pada produk penelitian dilakukan dengan pengamatan sifat fisik (organoleptik (warna, aroma, rasa, dan keempukan), derajat pengembangan roti, dan tingkat kecerahan, tingkat kemerahan, tingkat kekuningan, Perlakuan terbaik dari kedua pengamatan tersebut di analisa menggunakan metode De Garmo. 122

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Komposisi Nutrisi dan Jumlah Kalori Tepung Daun Katuk Data hasil analisa kimia untuk mengetahui komposisi nutrisi dan jumlah kalori pada tepung daun katuk sebagai bahan baku pembuatan roti tawar laktogenik disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Komposisi Nutrisi Tepung Daun Katuk dengan Analisa Kimia Jenis analisa Ulangan Rata I II III rata Protein (%) Lemak (%) Air (%) Abu (%) KH (%) Komposisi Tabel 2. Jumlah Kalori Tepung Daun Katuk Jumlah Komposisi Nilai Kalori/ Gram Hasil analisa kimia tepung daun katuk berpengaruh pada produk hasil. Kadar karbohidrat yang didapat merupakan hasil dari perhitungan kasar carbohydrate by difference. Selain itu, hasil analisa kimia tepung daun katuk tersebut nampak sesuai dan tidak berbeda nyata dengan komposisi nutrisi tepung daun katuk yang dilakukan oleh Subekti [5], Subekti [6] dan Arifin [7] yang disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Tepung Daun Katuk Komponen Pustaka (5) Pustaka (6) Pustaka (7) Kadar Air (%) Protein (%) Lemak (%) Serat Kasar (%) Abu (%) Kalsium (%) Fosfor (%) Energi bruto (Kal/g) Ket: (-): tidak dianalisa Jumlah Kalori Protein 24.8 g 4 Kkal/g 99.2 Kkal Lemak 5.6 g 9 Kkal/g 50.4 Kkal KH g 4 Kkal/g Kkal Total kalori Kkal 123

4 Tingkat Kesukaan Tingkat Kesukaan Roti Tawar Laktogenik - Satyaningtyas, dkk 2. Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Roti Tawar Laktogenik Secara Organoleptik Data hasil perhitungan tingkat kesukaan panelis ditentukan dari empat jenis atribut mutu yang diujikan dalam kuesioner disajikan sebagai berikut: Warna a 4.75a 4.85a 4.10ab 3.60b Substitusi Tepung Daun Katuk (%) Gambar 1. Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Warna Roti Laktogenik Tersubstitusi Tepung Daun Katuk (BNT (α=0.05) = ) Pada Gambar 1, dapat diketahui nilai yang didapatkan adalah 3.60 sampai 5.10 dari rentangan sangat tidak menyukai hingga sangat menyukai. Nilai tertinggi nampak pada roti tawar laktogenik dengan substitusi tepung daun katuk 10%. Semakin tinggi konsentrasi proporsi tepung daun katuk yang digunakan untuk substitusi, maka warna yang dihasilkan pada produk roti tawar tersebut akan semakin berwarna hijau gelap sehingga panelis banyak yang tidak menyukainya. Namun, berdasarkan data yang telah didapatkan, nampak nilai pada roti tawar laktogenik dengan tepung daun katuk 30% lebih tinggi dari 20%, yaitu 4.85 > 4.75, akan tetapi nilai tersebut tidak berbeda nyata. Aroma a 4.95a 4.30ab 3.90a 2.95b Substitusi Tepung Daun Katuk (%) Gambar 2. Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Aroma Roti Laktogenik Tersubstitusi Tepung Daun Katuk (BNT (α=0.05) = ) Pada Gambar 2, nilai tertinggi pada sangat menyukai yaitu pada substitusi tepung daun katuk 10%. Semakin tinggi konsentrasi proporsi substitusi tepung daun katuk yang digunakan, maka aroma yang dihasilkan pada produk roti tawar laktogenik tersebut akan 124

5 Tingkat Kesukaan Tingkat Kesukaan Roti Tawar Laktogenik - Satyaningtyas, dkk semakin langu khas daun katuk, sehingga aroma langu tersebut akibat adanya penambahan tepung daun katuk. Aroma tajam dan bau langu yang ditimbulkan akan mengurangi penilaian panelis. Rasa a 5.60a b 3.55c 2.85c Substitusi Tepung Daun Katuk (%) Gambar 3. Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Rasa Roti Laktogenik Tersubstitusi Tepung Daun Katuk (BNT (α=0.05) = 0.364) Pada Gambar 3, nilai tertinggi pada nilai sangat menyukai yaitu pada substitusi tepung daun katuk 10%. Hal ini diduga semakin tinggi konsentrasi proporsi substitusi tepung daun katuk yang digunakan pada pembuatan roti tawar laktogenik, maka karakteristik khas daun katuk akan makin terasa sehingga mampu mengurangi penilaian panelis pada produk tersebut. Keempukan a 5.30a 4.85a 4.35ab 3.80b Substitusi Tepung Daun Katuk (%) Gambar 4. Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Keempukan Roti Laktogenik Tersubstitusi Tepung Daun Katuk (BNT (α=0.05) = ) Pada Gambar 4, nilai tertinggi kesukaan panelis pada nilai sangat menyukai yaitu pada substitusi tepung daun katuk 20% dibanding 10%, yaitu 5.30 > 5.25 namun perbedaan nilai tersebut tidak berbeda nyata. Semakin tinggi konsentrasi substitusi tepung daun katuk yang digunakan, maka tekstur yang dihasilkan pada produk roti tawar laktogenik tersebut akan semakin keras dan padat. Hal tersebut dapat diduga akibat substitusi tepung daun katuk yang mampu menurunkan kemampuan pada adonan baik dalam pembentukan maupun penahanan gas sehingga tingkat pengembangan menurun sebanding dengan 125

6 Rerata Derajat Pengembangan (%) Roti Tawar Laktogenik - Satyaningtyas, dkk penambahannya [8], serta mampu menurunkan tingkat keempukan pada produk roti tawar yang dihasilkan. 3. Pengujian Derajat Pengembangan Roti Tawar Laktogenik Derajat pengembangan pada roti laktogenik merupakan kemampuan mengalami pertambahan ukuran setelah proses pengovenan. Perhitungan derajat pengembangan dilakukan sebelum dan setelah pengovenan. Data hasil pengujian derajat pengembangan roti tawar laktogenik disajikan pada Gambar a b c d 45.90e Substitusi Tepung Daun Katuk (%) Gambar 5. Hubungan Penggunaan Substitusi Tepung Daun Katuk Terhadap Rerata Derajat Pengembangan Roti Tawar Laktogenik yang Dihasilkan (BNT (α=0.05) = 1.439) Pada Gambar 5, hasil pengukuran derajat pengembangan pada roti tawar laktogenik yang disubstitusi oleh tepung daun katuk yang dihasilkan menunjukkan bahwa rerata derajat pengembangan berbeda nyata dengan α=0.05 pada setiap proporsi substitusi tepung daun katuk. Rerata derajat pengembangan paling tinggi pada roti laktogenik yang disubstitusi tepung daun katuk 10% yaitu % dan terendah pada roti laktogenik yang disubstitusi tepung daun katuk 50%. Hal ini disebabkan karena walaupun pada tepung daun katuk memiliki kadar protein yang tinggi, namun berbeda dengan jenis protein yang terkandung dalam tepung terigu yang memiliki kemampuan dalam penahanan gas, sehingga substitusi parsial tepung terigu dengan tepung daun katuk akan menurunkan kemampuan kadar gluten pada tepung terigu, dan menurut Roessalina [8], akan berakibat pada menurunnya kemampuan baik dalam pembentukan maupun penahanan gas sehingga tingkat pengembangan menurun sebanding dengan penambahannya. 4. Analisa Warna Analisa fisik berikutnya adalah analisa warna L, a, b. Untuk bahan cairan yang tidak tembus cahaya atau padatan, warna bahan dapat diukur dengan membandingkannya terhadap suatu warna standar yang dinyatakan dalam angka-angka [9]. Berikut adalah data analisa fisik warna L, a, b yang disajikan pada Tabel 4, Tabel 5, dan Tabel 6. Berdasarkan Tabel 4, nilai tertinggi terdapat pada substitusi tepung daun katuk 10% sebesar Semakin tinggi proporsi substitusi tepung daun katuk dan kandungan klorofilnya, maka semakin gelap warna produk roti laktogenik tersebut. Klorofil merupakan pigmen hijau sehingga memiliki kecenderungan sebagai warna yang terbagi dalam warna gelap. Untuk itu hasil pengukuran tingkat kecerahan akan berbanding terbalik dengan jumlah klorofil [10]. Oleh karena itu, peningkatan jumlah total klorofil tepung daun katuk akan menurunkan tingkat kecerahan dari warna roti tawar. 126

7 Tabel 4. Rerata Kecerahan (L) Roti Tawar Laktogenik Proporsi Tepung Terigu : Tepung Daun Katuk Rerata Kecerahan (L) Nilai BNT (α=0.05) 90 : a : b 70 : c 60 : d 50 : e Tabel 5. Rerata Nilai a (Derajat Kemerahan) Roti Tawar Laktogenik Proporsi Tepung Terigu : Tepung Daun Katuk 90 : a : b 70 : bc 60 : b 50 : c Keterangan : Huruf yang menunjukkan tidak beda nyata (α = 0.05). Berdasarkan Tabel 5, nilai tertinggi terdapat pada substitusi tepung daun katuk 10% sebesar Semakin tinggi proporsi substitusi tepung daun katuk, maka semakin gelap pada warna hijau tua, serta semakin tinggi kandungan klorofil yang dikandungnya. Nilai a (derajat kemerahan) berbanding lurus dengan tingkat kecerahannya. Tabel 6. Rerata Nilai b (Derajat Kekuningan) Roti Tawar Laktogenik Proporsi Tepung Terigu : Tepung Daun Katuk Rerata Nilai a Rerata Nilai b Nilai BNT (α=0.05) Nilai BNT (α=0.05) 90 : a : b 70 : c 60 : d 50 : e Berdasarkan data Tabel 6, nilai tertinggi terdapat pada substitusi tepung daun katuk 10% sebesar Semakin tinggi proporsi substitusi tepung daun katuk, maka semakin gelap warnanya, serta semakin tinggi kandungan klorofil yang dikandungnya. Nilai b (derajat kekuningan) berbanding lurus dengan tingkat kecerahannya. 5. Karakteristik Kimia, Jumlah Kalori, dan Penentuan Informasi Nilai Gizi (Nutrition Facts) pada Roti Tawar Laktogenik Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, air dan abu pada suatu zat makanan dari bahan pangan. Serta, memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. 127

8 Tabel 7. Uji T Karakteristik Kimia Roti Tawar Laktogenik dan Roti Tawar Kontrol (Tanpa Substitusi Tepung Daun Katuk) Karakteristik Roti Tawar Laktogenik (%) Roti Tawar Kontrol (%) Ket Kadar Protein * Kadar Lemak * Kadar Air * Kadar Abu * Kadar KH * Ket: (*) menunjukkan berbeda nyata pada α=0.05 Berdasarkan Tabel 7, roti tawar laktogenik sebagian besar terlihat memiliki kandungan kimia yang lebih tinggi dibandingkan dengan roti tawar kontrol sebagai pembanding. Berikut adalah komposisi kimia dan informasi nilai gizi (nutrition facts) yang dilakukan pada roti tawar laktogenik terbaik yaitu 90:10 (substitusi tepung daun katuk 10%). Kadar Protein Kadar protein roti tawar laktogenik sebesar 10.07% lebih tinggi dibandingkan dengan roti tawar kontrol sebesar 8%. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya penambahan tepung daun katuk dimana kandungan protein tepung daun katuk adalah sebesar 24.80%. Roti tawar tanpa tepung daun katuk, bahan utamanya hanya tepung terigu, dimana kadar protein tepung terigu adalah 12.74%, sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI [11], protein tepung terigu dalam 100 gram bahan adalah 8.9 %. Semakin tinggi kadar protein yang dimiliki oleh bahan pembuatan roti tawar, maka akan semakin tinggi pula protein produk yang dihasilkan. Kadar Lemak Kadar lemak roti tawar laktogenik dengan subtitusi tepung daun katuk sebesar 6.34% lebih tinggi dibandingkan dengan roti tawar kontrol sebesar 1.5%. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya penambahan tepung daun katuk dimana kandungan lemak tepung daun katuk adalah sebesar 5.60%. Sesuai dengan Departemen Kesehatan RI [11], bahwa kadar lemak pada tepung terigu adalah 1.3%. Semakin tinggi kandungan lemak yang dimiliki oleh bahan pembuatan roti tawar, maka akan semakin tinggi pula kandungan lemak yang dihasilkan oleh produk, seperti roti tawar laktogenik, meskipun hanya 10% substitusi tepung daun katuk. Kadar lemak tepung sangat berhubungan erat dengan ketahanan produk olahan yang berbahan dasar tepung terhadap ketengikan karena oksidasi lemak [12]. Kadar Air Berdasarkan data analisa kimia kadar air yang didapat, kadar air roti tawar laktogenik sebesar 27.67% lebih rendah dibandingkan dengan roti kontrol sebesar 36.53%. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya penambahan tepung daun katuk dimana kandungan air tepung daun katuk adalah sebesar 9.23%. Sedangkan kadar air tepung terigu adalah 14.05% dan menurut Departemen Kesehatan RI [11] kadar air tepung terigu adalah 12%. Sifat dari tepung harus mampu menyerap air dalam jumlah banyak untuk mencapai konsistensi adonan yang tepat, dan memiliki elastisitas yang baik untuk menghasilkan suatu produk dengan tekstur lembut dan volume yang besar [13]. 128

9 Kadar Abu Kadar abu roti tawar laktogenik sebesar 2.27% lebih tinggi dibandingkan dengan roti tawar kontrol sebesar 1.38%. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya penambahan tepung daun katuk dimana kadar abu tepung daun katuk adalah sebesar 10.40%. Roti tawar tanpa tepung daun katuk berbahan utama hanya tepung terigu, dimana kadar abu tepung terigu adalah 0.51%. Dapat dijelaskan bahwa menurut Aisyah (2005) dalam Fitriani [14], dengan semakin tinggi kadar mineral, maka semakin rendah kadar air, menyebabkan semakin tinggi total padatan dan kadar abu bahan tersebut. Kadar air roti tawar laktogenik adalah 27.67% dengan kadar abu 2.27%, sedangkan kadar air roti tawar kontrol adalah 36.53% dengan kadar abu 1.38%. Kadar Karbohidrat Kadar karbohidrat yang dimiliki oleh roti tawar laktogenik sebesar 53.66%. Sedangkan, kadar karbohidrat yang dimiliki oleh roti tawar kontrol adalah sebesar 52.57%. Kadar karbohidrat yang didapat merupakan hasil dari perhitungan kasar carbohydrate by difference. Jumlah Kalori Roti Tawar Laktogenik Sebelum menetukan label informasi nilai gizi, dilakukan perhitungan terhadap jumlah kalori dari roti tawar laktogenik. Di dalam tubuh baik karbohidrat, lemak, maupun protein tidak seluruhnya dapat terbakar, karena adanya kehilangan-kehilangan dalam proses pencernaan dan ekskresi. Karena itu, disarankan agar dilakukan reduksi sebanyak 2% untuk karbohidrat, 5 % untuk lemak, dan 29.2% untuk protein. Jumlah kalori roti tawar laktogenik yang disubstitusikan dengan tepung daun katuk 10%, disajikan pada Tabel 8. Komposisi Tabel 8. Jumlah Kalori Roti Tawar Laktogenik Jumlah Komposisi Nilai Kalori/ Gram Jumlah Kalori Protein g 4 Kkal/g Kkal Lemak 6.34 g 9 Kkal/g Kkal KH g 4 Kkal/g Kkal Total kalori Kkal Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 8, nampak bahwa jumlah kalori roti tawar laktogenik oleh ketiga zat gizi makro adalah sebesar Kkal. Jumlah kalori tersebut kemudian akan digunakan dalam penentuan informasi nilai gizi (nutrition facts). Penentuan Informasi Nilai Gizi (Nutrition Facts) Roti Tawar Laktogenik Penentuan takaran saji didasarkan pada kecukupan gizi yang memenuhi minimal 300 Kkal per hari sebagai syarat pangan berkalori). Selain itu, penentuan takaran saji dilakukan atas dasar pemenuhan 20% AKG sebagai persyaratan klaim tinggi pada label atau iklan pangan [15]. Acuan AKG untuk penentuan informasi nilai gizi roti tawar laktogenik bagi ibu hamil dan menyusi sesuai dengan acuan yang diberikan oleh LIPI pada ibu hamil adalah +200 dari acuan AKG biasa, yaitu sebesar 2200 Kkal. Sedangkan, pada ibu menyusui adalah +400, yaitu 2400 Kkal. Label informasi nilai gizi roti tawar laktogenik untuk ibu hamil disajikan pada Tabel 9. Berdasarkan label informasi nilai gizi pada Tabel 9 energi total dari produk roti tawar sebesar Kkal. Sedangkan untuk %AKG untuk nutrisi pada ibu hamil dari kandungan lemak, protein, dan karbohidrat berturut-turut adalah 6.75%; 6.35%; dan 7.80%. 129

10 Tabel 9. Label Informasi Nilai Gizi Roti Tawar Laktogenik untuk Ibu Hamil INFORMASI NILAI GIZI Takaran saji/ Serving size (±52 gram) Jumlah sajian per kemasan : 2 potong JUMLAH PER SAJIAN Energi Total 162,26 Kkal Energi dari lemak 29,7 Kkal %AKG* Lemak 3,30 g 6,75% Protein 5,24 g 6,35 % Karbohidrat 27,9 g 7,80 % *% AKG berdasarkan jumlah kebutuhan energi untuk ibu hamil 2200 Kkal Kebutuhan energi anda mungkin lebih tinggi atau lebih rendah Kebutuhan energi untuk ibu menyusui lebih tinggi 200 Kkal dibandingkan dengan ibu hamil yaitu 2400 Kkal. Sebab, kalori yang diserap oleh ibu akan dibagi juga ke bayi melalui ASI. Untuk menghasilkan ASI yang berkualitas maka ibu hamil pada trimester ketiga dan ibu menyusui dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi dan zat-zat gizi lengkap. Sehingga dapat diketahui dengan produk yang sama akan memiliki informasi nilai gizi yang berbeda. Label informasi nilai gizi roti tawar laktogenik yang tersubstitusi tepung daun katuk berdasarkan kebutuhan energi ibu menyusui disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Label Informasi Nilai Gizi Roti Tawar Laktogenik untuk Ibu Menyusui INFORMASI NILAI GIZI Takaran saji/ Serving size (±52 gram) Jumlah sajian per kemasan : 2 potong JUMLAH PER SAJIAN Energi Total 162,26 Kkal Energi dari lemak 29,7 Kkal %AKG* Lemak 3,30 g 6,19% Protein 5,24 g 5,82 % Karbohidrat 27,90 g 7,15 % *% AKG berdasarkan jumlah kebutuhan energi untuk ibu menyusui 2400 Kkal Kebutuhan energi anda mungkin lebih tinggi atau lebih rendah Berdasarkan label informasi nilai gizi pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa energi total dari produk roti tawar sebesar Kkal. Sedangkan %AKG untuk ibu menyusui dari kandungan lemak, protein, dan karbohidrat berturut-turut adalah 6.19%; 5.28%; dan 7.15%. SIMPULAN Tingkat kesukaan panelis tertinggi terhadap roti tawar laktogenik secara organoleptik adalah pada proporsi perbandingan tepung terigu dan tepung daun katuk 90:10 atau substitusi tepung daun katuk 10% dengan derajat pengembangan sebesar 202,23%. Sedangkan pada analisa warna L, a, b merupakan analisa warna secara kuantitatif, dimana warna pada roti tawar laktogenik 90:10 (substitusi tepung daun katuk 10%) lebih cerah dibandingkan dengan proporsi substitusi tepung daun katuk yang semakin tinggi. Nilai a dan b berbanding lurus dengan tingkat kecerahan (L). Roti tawar laktogenik memiliki kadar protein, lemak, abu dan karbohidrat yang lebih tinggi dibandingkan dengan roti tawar kontrol. Sedangkan, kadar air pada roti tawar laktogenik lebih rendah dibanding roti tawar kontrol. 130

11 DAFTAR PUSTAKA 1) Minarto Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM) Tahun Dilihat 21 Januari ) Bobak, M. Irene, et al Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Alih Bahasa : Maria A. Wijayarini. EGC. Jakarta. 3) Kamariyah, N Pengaruh Fraksi Ekstrak Daun Sauropus androgynus (L) Merr (Katuk) Terhadap Kadar Prolaktin Tikus Menyusui dan Sel Neuraglia anak Tikus. Universitas Airlangga. Surabaya. 4) Ching, L.S. and S. Mohamed Alpha-tocopherol content in 62 edible tropical plants. J. Agric. Food Chem. 49: ) Subekti, S Kualitas Telur Dan Karkas Ayam Lokal Yang Diberi Tepung Daun Katuk Dalam Ransum. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 6) Subekti, S Komponen Sterol Dalam Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus L. Merr) Dan Hubungannya Dengan Sistem Reproduksi Puyuh. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 7) Arifin, M.B Kandungan Lemak, Kolesterol Daging Serta Penampilan Ayam Broiler Umur 3 Minggu Sampai 8 Minggu Yang Diberi Daun Katuk (Sauropus androgynus) Dalam Rasumnya. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 8) Roessalina W, Y Substitusi Tepung Gandum (Triticum aestivum) Dengan Tepung Garut (Maranta arundinaceae L) Pada Pembuatan Roti Tawar. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 9) Hardiyanti, N., E. J. Kining, Fauziah Ahmad dan N. M. Ningsih Warna Alami. Jurusan Geografi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Makassar. 10) Putri, W, E. Zubaidah dan N. Sholahudin Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan Pengekstrak. J. Tek. Pert. Vol 4 (1) : ) Departemen Kesehatan RI, Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. DepKes RI. Jakarta. 12) Dameswary, A Pengaruh Penambahan Tepung Sukun (Artocapus communis) Sebagai Bahan Pengganti Sebagian Tepung Terigu Pada Pembuatan Pancake dan Bakpao. Universitas Hasanuddin. Makassar. 13) Subarna, Baking Technology. Pelatihan Singkat Prinsip-prinsip Teknologi Pangan Bagi Food Inspector. PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor. 14) Fitriani, S Pengaruh suhu dan Lama Pengringan Terhadap Mutu Manisan Kering Jahe (Zingiber officinale rocs.) dan Kandungan Antioksidannya. Universitas Riau. Riau. 15) Badan POM Pedoman Umum Pelabelan Produk Pangan. Direktorat Standardisasi Produk Pangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Jakarta. 131

METODE. Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat 22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses dan Pengolahan Pangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Gunung Kidul, Yogyakarta; Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi dibagi menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2016 sampai Desember 2016.

III. METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2016 sampai Desember 2016. 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Nutrisi dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

PENAMBAHAN TEPUNG BIJI CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN ROTI TAWAR

PENAMBAHAN TEPUNG BIJI CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN ROTI TAWAR PENAMBAHAN TEPUNG BIJI CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN ROTI TAWAR CEMPEDAK SEED FLOUR ADDING IN MAKING OF WHITE BREAD Bangga Andreas Putra Berutu 1, Dewi Fortuna Ayu 2 Program Studi Teknologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian, Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Pertenakan Universitas Muhammadiyah Malang, Laboratorium Biomedik Fakultas

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN

I. METODOLOGI PENELITIAN 26 I. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratirium Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Laboratorium

Lebih terperinci

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Organoleptik, dan Laboratorium Analisis Kimia Pangan Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pangan dan Gizi dan Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, jurusan Ilmu

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott) SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott) SUBSTITUTION OF GREEN BEAN FLOUR (Phaseolus radiathus L) IN MAKING KIMPUL BISCUIT

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Laboratorium Percobaan Makanan, dan Laboratorium

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014).

4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014). 4. PEMBAHASAN Snack atau yang sering disebut dengan makanan selingan adalah suatu produk yang biasannya dikonsumsi diantara waktu makan utama. Snack biasa dikonsumsi dengan jangka waktu 2-3 jam sebelum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pangan dan Gizi, Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA BOLU KUKUS BERBAHAN DASAR. TEPUNG SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) YANG DISUBSTITUSI TEPUNG

TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA BOLU KUKUS BERBAHAN DASAR. TEPUNG SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) YANG DISUBSTITUSI TEPUNG TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA BOLU KUKUS BERBAHAN DASAR TEPUNG SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) YANG DISUBSTITUSI TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus) NASKAH PUBLIKASI Karya Tulis Ilmiah ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen di bidang Teknologi Pangan. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pembuatan cake rumput laut dan mutu organoleptik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Analisa Proksimat Kadar Air

4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Analisa Proksimat Kadar Air 4. PEMBAHASAN Produk snack bar dikategorikan sebagai produk food bar, dan tidak dapat dikategorikan sama seperti produk lain. Standart mutu snack bar di Indonesia masih belum beredar sehingga pada pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Singkong (Manihot utillisima) merupakan makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh sepanjang tahun di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian analisis sifat fisik cookies berbahan baku tepung terigu dengan substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

POTENSI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.), TEPUNG TEMPE DAN TEPUNG UDANG REBON DALAM PEMBUATAN KUKIS

POTENSI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.), TEPUNG TEMPE DAN TEPUNG UDANG REBON DALAM PEMBUATAN KUKIS POTENSI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.), TEPUNG TEMPE DAN TEPUNG UDANG REBON DALAM PEMBUATAN KUKIS THE POTENTIAL OF PURPLE SWEET POTATO FLOUR (Ipomoea batatas L.), TEMPE FLOUR AND SMALL SHRIMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditambahkan dengan starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

BAB I PENDAHULUAN. ditambahkan dengan starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yoghurt merupakan salah satu olahan susu hasil fermentasi. Susu yang dipanaskan agar tidak terkontaminasi oleh bakteri lain, kemudian ditambahkan dengan starter Lactobacillus

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi gula fruktosa dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga Januari

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi gula fruktosa dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga Januari 19 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian analisis nilai kalori dan uji sensori roti gula sukrosa dengan substitusi gula fruktosa dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), legum (polong-polongan) dan umbi-umbian.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat 33 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian KKP3T (Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi) yang berjudul Pengembangan Produk Pangan Fungsional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. laboraturium Nutrisi Peternakan, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas

III. METODE PENELITIAN. laboraturium Nutrisi Peternakan, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan laboraturium Nutrisi Peternakan, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium Kimia Analitik Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan melakukan eksperimen, metode ini ditempuh dalam pembuatan Chiffon cake dengan subtitusi tepung kulit singkong 0%, 5%, 10%,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur TINJAUAN PUSTAKA Tempe Tempe adalah bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus. Mempunyai

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan Penelitian

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2011. Tempat pelaksanaan penelitian di enam laboratorium, yaitu Laboratorium Terpadu IPB, Nutrisi Ikan IPB, Biokimia Giz,

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.) PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst) KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst) Quality of Noodle with Substitution of Kluwih (Artocarpus communis G. Forst) Seed Flour Agustina Arsiawati Alfa Putri

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK KIMIA DAN SIFAT ORGANOLEPTIK TEPUNG IKAN GABUS SEBAGAI BAHAN DASAR OLAHAN PANGAN

ANALISIS KARAKTERISTIK KIMIA DAN SIFAT ORGANOLEPTIK TEPUNG IKAN GABUS SEBAGAI BAHAN DASAR OLAHAN PANGAN ANALISIS KARAKTERISTIK KIMIA DAN SIFAT ORGANOLEPTIK TEPUNG IKAN GABUS SEBAGAI BAHAN DASAR OLAHAN PANGAN Wayan Wirawan 1, Syafika Alaydrus 1, Ronaldy Nobertson 2* 1 Program Studi DIII Farmasi AKFAR Medika

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia 4. PEMBAHASAN Biskuit adalah salah satu makanan ringan yang disukai oleh masyarakat, sehingga dilakukan penelitian untuk mengembangkan produk biskuit yang lebih sehat. Pembuatan biskuit ini menggunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman dan makanan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin menyadari akan pentingnya mengkonsumsi makanan

Lebih terperinci

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Program studi pendidikan biologi Disusun oleh: Arif Rachmad Hakim A420100085 PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tentang pengaruh variasi konsentrasi penambahan tepung tapioka dan tepung beras terhadap kadar protein, lemak, kadar air dan sifat organoleptik

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 13 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga Mei 2012 bertempat di Laboratorium Analisis makanan, Laboratorium pengolahan pangan, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1. Materi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Spesifikasi Tepung Jagung

Lampiran 1. Spesifikasi Tepung Jagung Lampiran 1. Spesifikasi Tepung Jagung 64 65 Lampiran 2. Perhitungan Kadar Lemak secara Teoritis Tabel L2.1. Formulasi Cookies Jagung Proporsi Bubur Buah Labu Kuning Kukus Berat Bahan (g) P1 (0%) P2 (10%)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roti tawar merupakan salah satu produk turunan dari terigu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat perkotaan, namun tepung terigu yang

Lebih terperinci

: Methanol, DPPH, alumunium foil. antioksidan

: Methanol, DPPH, alumunium foil. antioksidan 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai Januari 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian, Jurusan

Lebih terperinci

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Lampiran 1 BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Bahan Tepung ubi jalar Putih Coklat collata Margarin Gula pasir Telur Coklat bubuk Kacang kenari Jumlah 250 gr 350 gr 380 gr 250 gr 8 butir 55 gr 50 gr Cara Membuat:

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun, 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian pembuatan es krim dengan penambahan ekstrak kulit buah naga super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun, resistensi pelelehan, total

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan 14 BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Materi Penelitian Penelitian substitusi tepung suweg terhadap mie kering ditinjau dari daya putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun

Lebih terperinci

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS Acceptability test and nutrient compositon of rice with the addition of pumpkin and sweet corn Hadiah Kurnia Putri

Lebih terperinci

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN THE FORMULATION OF DESICCATED COCONUT BISCUITS BY ROASTING AND WITHOUT ROASTING Yanti Meldasari Lubis 1*), Satriana

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, sementara pengujian mutu gizi dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, CV. An-

Lebih terperinci

PENAMBAHAN JAMBU BIJI MERAH TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK BEKATUL UNTUK ANAK OBESITAS

PENAMBAHAN JAMBU BIJI MERAH TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK BEKATUL UNTUK ANAK OBESITAS PENAMBAHAN JAMBU BIJI MERAH TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK BEKATUL UNTUK ANAK OBESITAS MIE Mujahidah Fidienia Harliani, Maryam Razak Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Email : maryamrazak0811@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 Mei 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 Mei 2017 di 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 Mei 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian serta Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro;

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

Keyword : potato, wheat, characterics, flakes

Keyword : potato, wheat, characterics, flakes PENGARUH PERBANDINGAN KENTANG KUKUS DENGAN TERIGU TERHADAP KARAKTERISTIK FLAKES Kadek Ari Ramadhani 1, Ni Wayan Wisaniyasa 2, Putu Ari Sandhi W 2 Email : ramadhani_hiphipcom@yahoo.com ABSTRACT The aims

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan pektin kulit jeruk, pembuatan sherbet

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015. 3.2 Alat Alat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masyarakat masih sedikit memanfaatkan labu kuning sebagai bahan pangan. Hal ini disebabkan masyarakat masih belum mengetahui kandungan gizi yang terdapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ransum dengan suplementasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ransum dengan suplementasi 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang pengaruh pemberian ransum dengan suplementasi tepung kaki ayam broiler terhadap ketebalan kerabang, kadar protein dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Semarang untuk analisis kadar protein, viskositas, dan sifat organoleptik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun mendorong terjadinya peningkatan kebutuhan akan komoditas pangan. Namun, hal ini tidak diikuti dengan peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan penelitian utama dilaksanakan bulan Maret Juni 2017 di Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal DOI: 10.17969/jtipi.v6i2.2065 http://jurnal.unsyiah.ac.id/tipi Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI Oleh : INDARTY WIJIANTI 0533010013 JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

FORTIFIKASI Fe ORGANIK DARI BAYAM (Amaranthus tricolor L) DALAM PEMBUATAN COOKIES UNTUK WANITA MENSTRUASI

FORTIFIKASI Fe ORGANIK DARI BAYAM (Amaranthus tricolor L) DALAM PEMBUATAN COOKIES UNTUK WANITA MENSTRUASI PKMI-1-03-1 FORTIFIKASI Fe ORGANIK DARI BAYAM (Amaranthus tricolor L) DALAM PEMBUATAN COOKIES UNTUK WANITA MENSTRUASI Dian Sukma Kuswardhani, Yaniasih, Bot Pranadi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Peneltian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian mengenai Aplikasi Asap Cair dalam Pembuatan Fillet Belut

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian mengenai Aplikasi Asap Cair dalam Pembuatan Fillet Belut 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian mengenai Aplikasi Asap Cair dalam Pembuatan Fillet Belut Asap dengan Kombinasi Bumbu dilakukan pada bulan Agustus 2009 Januari 2010 yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

Jurnal Pangan dan Gizi Vol 01 No. 02 Tahun 2010

Jurnal Pangan dan Gizi Vol 01 No. 02 Tahun 2010 PENGARUH PENAMBAHAN BEKATUL TERHADAP KADAR PROTEIN DAN SIFAT ORGANOLEPTIK BISKUIT (The Influence of Addition of Rice Bran to Protein Consentration and Organoleptic Characteristic) Mita Wulandari dan Erma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah (7-9 tahun) merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TERIGU DENGAN TEPUNG KECAMBAH KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L) TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES

PENGARUH SUBSTITUSI TERIGU DENGAN TEPUNG KECAMBAH KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L) TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES PENGARUH SUBSTITUSI TERIGU DENGAN TEPUNG KECAMBAH KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L) TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES I G.A.M. Nadya Citra Dewantari, Ni Wayan Wisaniyasa 2, I Ketut Suter 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. B. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu Penelitian dilakukan mulai

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG AMPAS TAHU TERHADAP KADAR PROTEIN DAN DAYA TERIMA BROWNIES KUKUS

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG AMPAS TAHU TERHADAP KADAR PROTEIN DAN DAYA TERIMA BROWNIES KUKUS ARTIKEL ILMIAH PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG AMPAS TAHU TERHADAP KADAR PROTEIN DAN DAYA TERIMA BROWNIES KUKUS Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah D III Gizi Disusun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING Alsuhendra dan Ridawati 1) 1) Staf Pengajar PS Tata Boga Jur. IKK Fakultas.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung, Laboratorium

Lebih terperinci

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan Abstrak Wedang cor merupakan minuman khas jember yang biasanya di jual dipenggiran jalan. Minuman ini sangat diminati oleh kalangan Mahasiswa maupun mayarakat. Wedang cor ini terdiri dari jahe, ketan dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Januari 11 hingga Juni 11. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium lapang University Farm Sukamantri, Labolatorium

Lebih terperinci