IMPLEMENTASI PASAL 24 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL TERHADAP UJI ALAT UKUR LPG 3 KG DI SPPBE KOTA SAMARINDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI PASAL 24 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL TERHADAP UJI ALAT UKUR LPG 3 KG DI SPPBE KOTA SAMARINDA"

Transkripsi

1 JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 8 (2014) Copyright 2014 IMPLEMENTASI PASAL 24 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL TERHADAP UJI ALAT UKUR LPG 3 KG DI SPPBE KOTA SAMARINDA Abstrak W A H Y U D I 1 (yudi.wahyudi1092@yahoo.com) Ivan Zairani Lisi 2 (ivanlisi_fhunmul@yahoo.co.id) Erna Susanti 3 (r_nas77@rocketmail.com) Dalam dunia perdagangan salah satu unsur penting yang diperlukan ialah terciptanya tertib ukur, takar, timbang guna mencapai tertib niaga.dalam setiap transaksi jual beli barang, baik kualitas maupun kuantitasnya harus selalu terjamin jumlah maupun ukurannya, sehingga produsen/penjual dan konsumen atau pembeli tidak merasa dirugikan, termasuk barang dalam keadaan terbungkus seperti gas elpiji 3 kg. Permasalahan yang diteliti adalah masih terdapatnya pelanggaran yang menyimpang dari ketentuan pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah yang dikemukakan adalan Bagaimana implementasi pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal Terhadap Uji Alat Ukur LPG 3 kg di SPPBE Kota Samarinda dan Apa faktor penghambat dalam implementasi Pasal 24 Undang-Undang Metrologi Legal TerhadapPelaksanaan Uji Alat Ukur Elpiji 3 kg pada SPPBE di kota Samarinda. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan implementasi pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal Terhadap Uji Alat Ukur LPG 3 kg di SPPBE Kota Samarinda belum berjalan dengan baik dan faktor penghambatnya yaitu, kurangnya sarana dan fasilitas yang berstandar, kurangnya sumber daya manusia dan saat melakukan kegiatan uji alat ukur SPPBE tersebut tidak dalam kegiatan produksi. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya persiapan yang matang dari pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda agar peraturan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan yang dicita-citakan. Kata Kunci : Implementasi Hukum, SPPBE, LPG 3 KG. 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 3 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

2 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 PENDAHULUAN Saat ini Indonesia terus melakukan pembangunan secara menyeluruh guna tercapainya cita-cita bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, yaitu terrwujudnya masyarakat yang adil, sejahtera, makmur dan merata baik moril maupun spiritual. Dalam dunia perdagangan salah satu unsur penting yang diperlukan ialah terciptanya tertib ukur, takar, timbang guna mencapai tertib niaga. Dalam setiap transaksi jual beli barang, baik kualitas maupun kuantitasnya harus selalu terjamin jumlah maupun ukurannya, sehingga produsen/penjual dan konsumen atau pembeli tidak merasa dirugikan karena penggunaan Ukuran, Takaran, Timbangan dan Perlengkapannya (UTTP) secara tidak benar. Peran kemetrologian dalam pengelolaan standar ukuran sangatlah penting untuk meningkatkan daya saing nasional. 4 Permasalahan mengenai segala sesuatu dalam ukur mengukur, takar menakar dan timbang menimbang secara luas yang lazim disebut permasalahan metrologi mencakup semua teori maupun praktek yang berhubungan dengan pengukuran yaitu macamnya, sifatnya, keseksamaan dan kebenarannyayang ditetapkan dalam atau berdasarkan undang-undang yang bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengabdian kepada umum tentang pengawasan dan kebenaran pengukuran disebut metrologi legal (legal metrology atau metrologie legate). 5 4 Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Disperindagkop, 2006, Transaksi Atas Dasar: Ukuran,Tarakan, Timbangan Dan Perlengkapannya (UTTP), Samarinda, Halaman 1 5 Penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981 Tentang Metrologi Legal 2

3 Implementasi Pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 (Wahyudi) Selaras dengan perkembangan dan pesatnya kemajuan produksi dan perdagangan, maka barang-barang dagangan dengan keadaan terbungkus mempunyai peranan penting. Diantaranya dapat memberikan kemudahan pelaku usaha dalam penjualan dan pendistribusian barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, termasuk gas elpiji 3 kg. Gas elpiji 3 kg merupakan Barang Dalam Kaeadaan Terbungkus (BDKT) karena elpiji merupakan satu produk yang dalam pemasarannya kepada masyarakat diperlukan suatu kemasan yaitu tabung gas. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda, gas elpiji berpotensi menimbulkan permasalahan bagi konsumen. Dengan dibungkus dan dikemasnya gas elpiji 3 kg tersebut bukan tidak menimbulkan permasalahan bagi konsumen jika isi dari gas elpiji tidak sesuai dengan apa yang tertera pada label. Label menjadi sumber informasi bagi konsumen dan merupakan media antara pelaku usaha dengan konsumen dalam mengenalkan produknya. Selain itu informasi pada label adalah penentu bagi konsumen untuk memutuskan membeli atau tidak. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda juga mencatat bahwa terdapat isi dari tabung gas elpiji 3 kg pada Stasiun Pengisian dan Pengagkutan Bulk Elpiji (SPPBE) yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal berupa isi dari dari tabung gas elpiji yang tidak sesuai dengan yang tertera pada label bungkus atau kemasan tabung gas elpiji. Dari catatan tersebut menandakan bahwa terdapat produsen melakukan pelanggaran terhadap pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal yang isinya menjelaskan bahwa setiap barang yang akan diedarkan, dipamerkan, dijual atau untuk komersialisasi lainnya harus 3

4 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 mencantumkan berat bersih barang tersebut yang sesuai dengan yang tertera pada label. 6 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui seksi Metrologi adalah penyelenggara pelayanan publik yang mengemban tugas memberikan perlindungan terhadap masyarakat, baik kepada para konsumen maupun produsen mengenai kebenaran pengukuran dan kepastian hukum di dunia usaha, sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Di sini hukum berperan aktif sebagai alat untuk alat rekayasa social(law a tol of social engineering) yang berfungsi sebagai sarana sosial kontrol dalam kehidupan masyarakat. 7 PEMBAHASAN Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia perdagangan dan kemajuan produksi para pelaku usaha saat ini menawarkan berbagai macam barang kepada masyarakat selaku konsumen dalam berbagai bentuk. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian masyarakat selaku konsumen. Salah satu barang yang ditawarkan yaitu gas elpiji 3 kg. Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, gas elpiji dikategorikan sebagai salah satu barang dalam keadaan terbungkus, karena untuk menggunakannya harus membuka atau merusak segel yang terdapat pada bungkus (tabung) gas elpiji tersebut. Selain itu, juga untuk memudahkan pelaku usaha (SPPBE) dalam hal penjualan dan pendistribusian dari satu tempat ke tempat lainnya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal disebutkan bahwa untuk melindungi kepentingan umum perlu adanya 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981 Tentang Metrologi Legal, pasal 22 7 Roscoe Pound,Pengantar filsafat hukum, Bhratara, Jakarta, 1972, Halaman 42 4

5 Implementasi Pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 (Wahyudi) jaminan dalam kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metoda pengukuran dan alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya. Dalam pelaksanaan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal dalam masyarakat, diperlukan lembaga yang memiliki otoritas untuk melakukan kegiatan metrologi legal. Untuk wilayah Kota Samarinda diberikan kewenangan kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi yang memiliki kewenangan dalam metrologi legal. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda selain memudahkan proses pendistribusian dan penjualan oleh pihak pelaku usaha (SPPBE), gas elpiji tersebut juga berpotensi menimbulkan masalah bagi konsumen. 8 Karena terdapat celah bagi para pelaku usaha yang nakal untuk membohongi konsumen terkait kuantitas isi dari gas elpiji tersebut. Dalam hal ini, para pelaku usaha bisa saja berbuat curang dengan mengurangi kuantitas dari isi tabung yang tidak sesuai dengan apa yang dicantumkan dalam label atau bungkus gas elpiji tersebut. Disini label berperan sangat penting karena melalui label tersebut calon konsumen akan mengetahui informasi yang berkaitan dengan barang yang nantinya akan dibeli dan sebagai sarana komunikasi bagi konsumen dan pelaku usaha dalam mengenalkan produknya. Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elipiji (SPPBE) atau dalam hal ini pelaku usaha harus memberikan informasi yang benar, jelas, jujur dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran atas klaimnya, oleh karena itu guna menghindari kecurangan maka 8 Hasil Wawancara dengan Bapak Amir Mahmud Kepala Seksi Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda tanggal 03 April

6 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 dilaksanakan kegiatan uji alat ukur atau ukur ulang yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi. Hal ini dilakukan untuk menciptakan tertib ukur di dalam masyarakat agar peredaran gas elpiji yang dibungkus tadi sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Kegiatan yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setahun sekali dalam melakukan uji alat ukur atau pengukuran ulang terhadap gas elpiji 3 kg di SPPBE kota Samarinda. Alat timbang yang digunakan untuk pengujian kuantitas isi gas elpiji yaitu timbangan elektronik yang bertanda tera sah yang berlaku serta melakukan pengecekan terhadap alat timbang pelaku usaha (SPPBE), untuk memastikan apakah alat timbang yang digunakan dalam menimbang gas elpiji tersebut sudah sesuai dengan standar atau telah di tera. Implementasi Pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal Terhadap Uji Alat Ukur Elpiji 3 kg pada Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) di Kota Samarinda Penyelenggaraan kegiatan kemetrologian yang diatur melalui Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal bahwa untuk melindungi kepentingan umum perlu adanya jaminan dalam kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metoda pengukuran dan alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya. 9 Dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun Konsideran Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal 6

7 Implementasi Pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 (Wahyudi) tentang Metrologi Legal dalam masyarakat, diperlukan lembaga yang memiliki otoritas untuk melakukan kegiatan metrologi legal. Di kota Samarinda dibentuk UPTD Metrologi di bawah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi & UKM sebagai intansi yang memiliki kewenangan dalam metrologi legal. Untuk melindungi kepentingan umum tersebut, maka pelaksanaan dari pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal sangat penting karena dalam pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap barang yang dikemas dalam keadaan terbungkus, maka isi berat yang sebenarnya harus sesuai dengan isi yang dicantumkan atau tertera dalam label/bungkus barang tersebut guna memberikan perlindungan kepada konsumen dan produsen dengan cara menciptakan jaminan dalam kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dalam pemakaian satuan Ukuran, Takaran, Timbangan dan Perlengkapannya (UTTP). Berkaitan dengan pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, maka perlu adanya kepastian mengenai terlaksananya aturan ini. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi yang dalam hal ini memiliki otoritas untuk melakukan uji alat ukur terhadap barang dalam keadaan terbungkus dalam hal ini elpiji 3 kg guna terciptanya tertib ukur dan tertib niaga. Kegiatan pengukuran ulang yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda dilaksanakan karena merupakan salah satu bentuk keberhasilan dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Kegiatan ini dilaksanakan guna untuk meningkatkan kesadaran dari para pelaku usaha dan masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen dalam 7

8 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 hal penggunaan UTTP dalam setiap transaksi jual-beli barang. Melalui penggunaan UTTP yang baik dan tertib, pelaku usaha merasa mendapatkan kepastian hukum begitu pula dengan kepercayaan masyarakat terhadap transaksi perdagangan akan menjadi lebih pasti. Berdasarkan hasil uji alat ukur gas elpiji 3 kg yang dilakukan Dinas Peindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda terhadap pelaku usaha (SPPBE), maka didapatkan hasil yang menyebutkan bahwa untuk peredaran gas elpiji 3 kg khususnya diwilayah kota Samarinda masih tidak sesuai dengan apa yang dikonsepkan dan dicita-citakan di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal khususnya pasal yang terkait masalah isi dari suatu barang yang diatur di dalam pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Di dalam pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal menyebutkan bahwa peraturan mengenai barang-barang dalam keadaan terbungkus yang diedarkan, dijual, ditawarkan atau dipamerkan wajib diberitahukan atau dinyatakan pada bungkus atau labelnya dengan tulisan singkat, benar dan jelas mengenai nama barang, ukuran dengan satuan lambang, dan jumlah barang dalam bungkusan tersebut dengan menggunakan angka Arab dan huruf latin yang mudah dibaca. Kemudian bungkus pada tiap barang tersebut harus mencantumkan nama dan tempat perusahaan yang melakukan pembungkusan. Oleh karena itu, kegiatan uji alat ukur yang dilakukan rutin oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi terhadap SPPBE sebagai salah satu bukti terselenggaranya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal dan demi melindungi kepentingan 8

9 Implementasi Pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 (Wahyudi) umum dalam transaksi jual-beli. Selain itu kegiatan ini juga bermanfaat diantaranya memberikan informasi kepadai konsumen untuk lebih teliti lagi dalam membeli barang, memberikan pengetahuan secara tidak langsung kepada konsumen tentang kegiatan Kemetrologian, dan sebagai sarana komunikasi langsung bagi konsumen apabila terdapat pelanggaran-pelanggaran yang diatur dalam Undang-undang. Dengan demikian berdasarkan hasil tersebut, maka implementasi dari Pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal terhadap uji alat ukur elpiji 3 kg di kota Samarinda belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Hal ini didasarkan pada masih terdapatnya ketidaksesuaian antara isi tabung gas elpiji 3 kg dengan yang tertera pada labelnya yang bertentangan dengan pasal 24 dan mengakibatkan kerugian yang dialami oleh masyarakat selaku konsumen yang menggunakan gas elpiji 3 kg. Faktor Penghambat dalam Implementasi Pasal 24 Undang-Undang Metrologi Legal Terhadap Pelaksanaan Uji Alat Ukur Elpiji 3 kg pada Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) di Kota Samarinda 1. Kurangnya Sarana dan Fasilitas yang Berstandar Pada hakikatnya persoalan penerapan berkaitan erat dengan efektifitas hukum dalam masyarakat demi tercapainya tujuan hukum. Menurut Soerjono Soekanto ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas suatu penerapan hukum salah satunya adalah sarana dan fasilitas yang mendukung. Berdasarkan hasil Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013, beberapa kendala yang dialami menyangkut proses 9

10 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 kegiatan kemetrologian antara lain kurangnya daya dukung laboraturium dan instalasi pengujian alat UTTP, rendahnya kesadaran masyarakat pemilik UTTP tentang pentingnya tera/tera ulang, kurangnya alat pengujian yang memenuhi standar dan luasnya cakupan wilayah pelayanan UPTD Metrologi sehingga belum dapat terjangkau seluruhnya. Hasil Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013, menunjukan bahwa salah satu poin kurangnya alat pengujian yang dimiliki oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda masih kurang yang sesuai dengan standar. Hal tersebut menunjukan sarana dan fasilitas yang dimiliki saat ini kurang mendukung kelancaran kegiatan kemetrologian yang dilakukan. Perlengkapan yang berkaitan dengan sarana atau fasilitas saat melakukan kegiatan uji alat ukur elpiji 3 kg sangatlah erat kaitannya dengan kelancaran kegiatan kemetrologian yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi. Kegiatan kemetrologian tidak akan dapat terlaksana apabila kelengkapan berupa alat pengujian tidak ada. Oleh karena itu perlu adanya kelengkapan terkait masalah sarana dan fasilitas dalam melakukan kegiatan kemetrologian. Selain itu juga kelengkapan alat pengujian yang sesuai standar akan memudahkan pihak Seksi Metrologi untuk menyesuaikan ukuran standar timbangan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal dengan standar ukuran timbangan yang digunakan pelaku usaha (SPPBE) yang nantinya akan menjadi tolak ukur atau indikator dari isi tabung elpiji 3 kg tersebut. 10

11 Implementasi Pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 (Wahyudi) 2. Kurangnya Sumber Daya Manusia Keberhasilan penyelenggaraan kegiatan kemetrologian yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legaltentunya akan dipengaruhi oleh tenaga penera maupun Penyidik Pegawai Negeri Sipil Metrologi Legal yang selanjutnya disingkat PPNS diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang tentang Metrologi Legal untuk meakukan pengawasan dan penyidikan terhadap pelanggaran di bidang metrologi legal baik dari kualitas maupun kuantitas. Dalam hal ini, tenaga penera maupun PPNS yang nantinya akan melakukan pengawasan dilapangan terhadap kegiatan kemetrologian yang dilaksanakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan melalui Seksi Metrologi untuk melakukan uji alat ukur terhadap elpiji 3 kg di SPPBE. Pada teori yang dipakai sebelumnya, yakni teori Soerjono Soekanto menyebutkan bahwa penegakan suatu aturan perundang-undangan erat kaitannya dengan penegak hukumnya.artinya keberhasilan penegakan suatu aturan dapat dipengaruhi oleh para penegak hukumnya baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Untuk Unit Pelaksana Teknis Daerah kota Samarinda sendiri terdapat kekosongan SDM pada bidang penera non fungsional dan lulusan diklat pranata laboratorium. Rinciannya terdapat 3 orang pada penera struktural, 8 orang pada penera fungsional, 3 orang pada pengamat tera dan 4 orang yang menjabat sebagai PPNS Metrologi. Kekosongan yang terjadi pada bagian penera non fungsional dan pranata 11

12 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 laboratorium kembali menunjukan tidak terlaksananya Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 48/M-DAG/PER/12/2010 tentang Pengelolahan Sumber Daya Manusia Kemetrologian. Hal ini tentunya akan menyebabkan dampak buruk berupa kinerja pada instansi tersebut tidak akan berjalan lancar. Komposisi pegawai dari segi kuantitas juga saat ini masih minim dibandingkan dengan beban kerja dalam pelaksanaan kegiatan. 10 Jumlah tenaga penera atau pegawai yang ada saat ini masih dianggap belum cukup mengingat jumlah kegiatan kemetrologian dan luasnya cakupan wilayah pelayanan UPTD Metrologi sehingga belum dapat terjangkau seluruhnya. Perlu adanya perbaikan manajemen pelayanan tera/tera ulang alat UTTP dan penambahan atau mendidik pegawai baru agar jumlah SDM bertambah yang nantinya akan membantu dalam kegiatan kemetrologian. Sehingga kegiatan kemetrologian dapat dilaksanakan dengan lancar tanpa adanya kemunduran jadwal yang telah disusun sebelumnya. 3. Tidak Melakukan Proses Produksi Kegiatan produksi yang dimaksud adalah kegiatan untuk memproduksi gas elpiji yang nantinya akan didistribusikan kepada masyarakat selaku konsumen. Tidak memproduksinya gas elpiji bagi SPPBE dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu keterlambatan penyediaan bahan dasar yang akan digunakan oleh PT.Pertamina dan dapat pula disebabkan 10 Ibid. 12

13 Implementasi Pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 (Wahyudi) jumlah persediaan yang ada di gudang peminbunan gas elpiji masih cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap gas elpiji. Bila salah satu dari faktor tersebut terjadi maka kegiatan kemetrologian yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda akan mengalami hambatan. Jadwal yang semula telah disusun akhirnya harus disusun ulang kembali terkait adanya pembatalan sementara kegiatan kemetrologian dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi sampai kegiatan produksi dari SPPBE tersebut berlangsung kembali. Hal ini tentunya akan mengganggu jadwal kegiatan kemetrologian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda yang lainnya, mengingat komposisi pegawai dibidang metrologi dari segi kuantitas yang ada saat ini masih minim dibandingkan intensitas atau beban kerja dalam pelaksanaan kegiatan. PENUTUP Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut Implementasi pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal terhadap uji alat ukur elpiji 3 kg di SPPBE kota Samarinda masih belum terlaksana dengan baik. Hal ini didasarkan pada hasil kegiatan kemetrologian yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan melalui Seksi Metrologi Kota Samarinda yang mengemban tugas memberikan perlindungan kepada masyarakat mengenai kebenaran pengukuran dan kepastian huum di dunia usaha sesuai Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Hasilnya menunjukan bahwa masih terdapatnya tabung 13

14 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 elpiji 3 kg yang isinya tidak sesuai dengan yang tertera pada label dan telah melewati batas toleransi. Dengan demikian telah terdapat penyimpangan dari ketentuan pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal yaitu barang dalam keadaan terbungkus yang dijual, dipamerkan atau ditawarkan harus memberitahukan isi, ukuran dan berat bersih barang tersebut. Kemudian faktor penghambat dalam implementasi pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal terhadap pelaksanaan uji alat ukur elpiji 3 kg di SPPBE kota Samarinda kurangnya sarana dan fasilitas yang berstandar, yaitu berupa alat-alat timbangan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan kemetrologian belum semua tersedia. Perlengkapan inilah yang nantinya akan menjadi tolak ukur terhadap alat timbangan yang digunakan pelaku usaha (SPPBE) sudah memenuhi standar atau tidak; kurangnya sumber daya manusia, yaitu kurangnya SDM kemetrologian yang komposisinya dari segi kuantitas maupun kualitas yang ada masih minim dibandingkan dengan intensitas dan beban kerja dalam pelaksanaan kegiatan yang menyebabkan kegiatan pengawasan tidak berjalan lancar; serta tidak sedang memproduksi, hal inilah yang menjadi salah satu hambatan dalam pelaksanaan uji alat ukur elpiji 3 kg karena harus menyusun kembali jadwal pengawasan yang bertepatan dengan kegiatan produksi yang dilakukan oleh SPPBE. Hal ini tentu akan mengganggu jadwal kegiatan kemetrologian lainnya mengingat jumlah SDM yang tersedia terbatas. Bagi jangka waktu pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan uji alat ukur elpiji 3 kg yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi, perlu 14

15 Implementasi Pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 (Wahyudi) adanya pengawasan yang lebih rutin dilakukan. Dengan adanya pengawasan yang lebih rutin dilaksanakan, maka tingkat pelanggaran atau penyimpangan menurut pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal dapat diminimalisir sehingga dampak kerugian yang dialami oleh masyarakat sebagai konsumen tidak bertambah. Bagi UPTD Metrologi Kota Samarinda perlu adanya penambahan jumlah SDM dalam tenaga penera agar jumlah kebutuhan kerja sesuai dengan beban pekerjaan, kekosongan-kekosongan dapat dihindarkan dan semua pekerjaan dibidang kemetrologian dapat dilaksanakan dengan lancar.selain itu hal paling penting perlu adanya kelengkapan berupa alat pengujian yang memenuhi kriteria standar menurut undang-undang yang berlaku.agar kegiatan kemetrologian yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar dan tepat sesuai jadwal yang telah disusun. DAFTAR PUSTAKA A. Buku Ali,Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta. Hartono, Sunaryati, 1994, Pandangan Terhadap Kebijakan Publik, Alfabeta, Bandung. Kansil, C.S.T., 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Nasution, Az., 2002, Hukum Perlindugan Konsumen : Suatu Pengantar, Diadit Media, Jakarta. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Disperindagkop, 2006, Transaksi Atas Dasar : Ukuran, Takaran, Timbangan, dan Perlengkapannya (UTTP), Samarinda. Pound, Roscoe, 1972, Pengantar Filsafat Hukum, Bhratara, Jakarta. Sudikno, 2010, Mengenal Hukum Sebuah Pengantar Edisi Revisi, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta. Soekanto, Soerjono, 1993, Faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, Rajawali Pers, Jakarta. 15

16 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 8 Sujanto, 1986, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Ghalia Indonesia, Jakarta. Sunggono, Bambang, 1997, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. B. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 08/M- DAG/PER/3/2010 tentang Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang, Dan Perlengkapannya (UTTP) yang Wajib Ditera Ulang Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 20/M- DAG/PER/5/2009 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan/atau Jasa Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31/M- DAG/PER/10/2011 tentang Barang Dalam Keadaan Terbungkus Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya MineralRepublik Indonesia Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penyedian dan Pendistribusian Liquified Petroleum Gas C. Artikel Internet Artikel berjudul Keadilan dan Kebenaran, blogspot.com./2012/02/keadilan-dan-kebenaran.html?m=1, diakses tanggal 20 Februari 2014, pukul WITA Artikel berjudul Pengertian Implementasi, diakses pada tanggal 23 Februari 2014, pukul WITA Artikel berjudul Pengertian Pengawasan, diakses tanggal 20 Februari 2014, pukul WITA D. Dan Lain-Lain (Dokumen Hukum, Jurnal Ilmiah, Skripsi) Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 03/PID.Sus/2013/PN. Bali. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Propinsi Kalimantan Timur. Fajarani,Lita Annita, 2010, Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT), Diklat Kemetrologian Pengamat Tera. Kifflie, Sunarto, 2009, Ketertelusuran Standar Ukuran : Bagi Kegiatan Metrologi Legal, Media Kemetrologian, Yogyakarta. 16

2 Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent

2 Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1566, 2014 KEMENDAG. Alat Ukur. Takar. Timbang. Perlengkapannya. Satuan Ukur. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71/M-DAG/PER/10/2014

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1719, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Unit Metrologi Legal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/M-DAG/PER/11/2016 TENTANG UNIT METROLOGI LEGAL DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamba

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.674, 2017 KEMENDAG. Pengawasan Metrologi Legal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/M-DAG/PER/5/2017 TENTANG PENGAWASAN METROLOGI LEGAL

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWATIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN

PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWATIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWATIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 06 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA DAN TERA ULANG ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PASAR BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMETROLOGIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMETROLOGIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1565, 2014 KEMENDAG. Alat Ukur. Takar. Timbang. Perlengkapan. Tera dan Tera Ulang. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/M-DAG/PER/10/2014 TENTANG

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 06 TAHUN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) METROLOGI LEGAL PADA DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEMETROLOG IAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEMETROLOG IAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEMETROLOG IAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Gubernur Sulewesi Tengah, Menumbang : a. Bahwa semakin

Lebih terperinci

BAB I INTRODUKSI. Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang. Pemerintahan Daerah, terdapat amanat pemindahan kewenangan dari

BAB I INTRODUKSI. Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang. Pemerintahan Daerah, terdapat amanat pemindahan kewenangan dari BAB I INTRODUKSI 1.1 Latar Belakang Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, terdapat amanat pemindahan kewenangan dari pemerintah provinsi kepada pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/M-DAG/PER/10/2011 TENTANG BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/M-DAG/PER/10/2011 TENTANG BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/M-DAG/PER/10/2011 TENTANG BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN

Lebih terperinci

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG TERA DAN ATAU TERA ULANG ALAT UKUR, ALAT TAKAR, ALAT TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 4.

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 4. WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG TERA DAN ATAU TERA ULANG ALAT UKUR, ALAT TAKAR, ALAT TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL TERHADAP BDKT

IMPLEMENTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL TERHADAP BDKT IMPLEMENTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL TERHADAP BDKT (Barang Dalam Keadaan Terbungkus) PADA MINIMARKET DI KOTA SAMARINDA Abstrak Sandi Oktaviarta, Implementasi Pasal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 14, 2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dalam Alinea ke-iv Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dalam Alinea ke-iv Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dalam Alinea ke-iv Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk selanjutnya disebut UUD 1945 yang berbunyi Kemudian dari pada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a. bahwa untuk melindungi kepentingan masyarakat

Lebih terperinci

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014)  Copyright 2014 JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 9 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SAMARINDA TERHADAP USAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/M-DAG/PER/10/2011 TENTANG BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/M-DAG/PER/10/2011 TENTANG BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/M-DAG/PER/10/2011 TENTANG BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PENGAWASAN TERHADAP TERA ULANG POMPA UKUR BAHAN BAKAR MINYAK OLEH DINAS KOPERASI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI LAMPUNG

PENGAWASAN TERHADAP TERA ULANG POMPA UKUR BAHAN BAKAR MINYAK OLEH DINAS KOPERASI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI LAMPUNG PENGAWASAN TERHADAP TERA ULANG POMPA UKUR BAHAN BAKAR MINYAK OLEH DINAS KOPERASI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI LAMPUNG Bina Putri Ayu Kumalasari, Dr. Yuswanto, S.H., M.H., Eka Deviani, S.H., M.H.

Lebih terperinci

PROPOSAL SARANA KEMETROLOGIAN DAN FASILITAS PENDUKUNGNYA

PROPOSAL SARANA KEMETROLOGIAN DAN FASILITAS PENDUKUNGNYA PROPOSAL SARANA KEMETROLOGIAN DAN FASILITAS PENDUKUNGNYA DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PASAR KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2016 PROPOSAL PENGEMBANGAN SARANA KEMETROLOGIAN DAN FASILITAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Metrologi. Legal. Unit Kerja. UPT. Pelaksana. Pelayanan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Metrologi. Legal. Unit Kerja. UPT. Pelaksana. Pelayanan. No.390, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Metrologi. Legal. Unit Kerja. UPT. Pelaksana. Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 50/M-DAG/PER/10/2009

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 50/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG UNIT KERJA DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS KOPERASI,

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA SAMARINDA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA SAMARINDA JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 8 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 50/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG UNIT KERJA DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA KERJA T.A 2018 DIREKTORAT METROLOGI

RENCANA KERJA T.A 2018 DIREKTORAT METROLOGI RENCANA KERJA T.A 208 DIREKTORAT METROLOGI Disampaikan pada : Sinkronisasi Kebijakan Perlindungan Konsumen & Tertib Niaga, 9 September 207 Outline 2 Sasaran dan Prioritas T.A. 208 3 PRIORITAS NASIONAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 15, 2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

daerah dalam melaksanakan pengawasan UTTP melalui kegiatan pos ukur ulang. Adapun tujuan penerbitan Petunjuk Teknis Pelaksanaan POSKUR adalah:

daerah dalam melaksanakan pengawasan UTTP melalui kegiatan pos ukur ulang. Adapun tujuan penerbitan Petunjuk Teknis Pelaksanaan POSKUR adalah: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu wujud keberhasilan pembinaan terhadap pelaksanaan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, melalui pelaksanaan kegiatan Pos Ukur Ulang (POSKUR)

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG R I A U PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA SURABAYA

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2011

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/ TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa Retribusi Daerah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan barang atau jasa yang memiliki kandungan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan barang atau jasa yang memiliki kandungan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan perekonomian nasional pada era globaliasasi saat ini diarahkan dan diharuskan dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN LABORATORIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN LABORATORIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN LABORATORIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang

Lebih terperinci

DAFTAR INFORAMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UKM KABUPATEN MUKOMUKO

DAFTAR INFORAMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UKM KABUPATEN MUKOMUKO DAFTAR INFORAMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UKM KABUPATEN MUKOMUKO NO INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN SECARA BERKALA I. Informasi tentang Profil DINAS PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 80/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN RINCIAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI PADA DINAS PERINDUSTRIAN,

Lebih terperinci

j. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. (3) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat

j. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. (3) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat BAB XLIII BALAI PENGELOLA LABORATORIUM METROLOGI PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BANTEN Pasal 198 Susunan Organisasi Balai Pengelola Laboratorium Metrologi pada Dinas Perindustrian Dan

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/M-DAG/PER/11/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG KEMETROLOGIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KETIDAKSESUAIAN PENCANTUMAN UKURAN YANG TERDAPAT PADA KEMASAN DENGAN PRODUK ASLINYA (STUDI PADA MINI MART DI SESETAN DENPASAR)

KETIDAKSESUAIAN PENCANTUMAN UKURAN YANG TERDAPAT PADA KEMASAN DENGAN PRODUK ASLINYA (STUDI PADA MINI MART DI SESETAN DENPASAR) KETIDAKSESUAIAN PENCANTUMAN UKURAN YANG TERDAPAT PADA KEMASAN DENGAN PRODUK ASLINYA (STUDI PADA MINI MART DI SESETAN DENPASAR) Oleh : Komang Prayuda Devi Kurniawati I Gede Putra Ariana Bagian Hukum Bisnis,

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PASAR KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA / TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA / TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA / TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, 2 Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 08 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 08 TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP) YANG DIGUNAKAN UNTUK TRANSAKSI BARANG DI KABUPATEN SELAYAR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 635/MPP/Kep/10/2004 TENTANG TANDA TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 635/MPP/Kep/10/2004 TENTANG TANDA TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 33 KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 635/MPP/Kep/10/2004 TENTANG TANDA TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2014, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem

2014, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1796, 2014 KEMENPAN RB. Pengamat Tera. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 1 No. 7, 2003 LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 1 PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, PERTAMBANGAN, KOPERASI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 - 1 - LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNISMETROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNISMETROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNISMETROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : bahwauntukmelaksanakanketentuanpasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melindungi kepentingan konsumen 1. Adapun hukum konsumen diartikan

BAB I PENDAHULUAN. yang melindungi kepentingan konsumen 1. Adapun hukum konsumen diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum yang memuat asasasas atau kaidah kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 10 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 10 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 10 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G REGISTRASI ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP)

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2017 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2017 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 11 Tahun 2017 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PELAYANAN TERA/TERA ULANG Diundangkan dalam Berita Daerah Kota Bogor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Penegakan Hukum dan Penegakan Hukum pidana. Penegakan hukum adalah proses di lakukannya upaya untuk tegaknya atau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Penegakan Hukum dan Penegakan Hukum pidana. Penegakan hukum adalah proses di lakukannya upaya untuk tegaknya atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penegakan Hukum dan Penegakan Hukum pidana 1. Penegakan hukum Penegakan hukum adalah proses di lakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL [LN 1981/11, TLN 3193]

UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL [LN 1981/11, TLN 3193] UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL [LN 1981/11, TLN 3193] BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 32 (1) Barangsiapa melakukan perbuatan yang tercantum dalam Pasal 25 1, Pasal 26 2, Pasal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Metrologi DKI Jakarta adalah unit teknis yang membantu tugas kedinasan dengan tugas pokok menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kemetrologian,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.459, 2015 PERATURAN BERSAMA. Pengamat Tera. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 12/M-DAG/PER/1/2015

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 17 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 39 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 17 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 39 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 17 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, TATA KERJA DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN DINAS PERINDUSTRIAN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1798, 2014 KEMENPAN RB. Pengawas Kemeterologian. Jabatan fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1217, 2016 KEMENDAG. UPT. Bidang Kemetrologian dan Bidang Standardisasi dan Pengendalian Mutu. Orta PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-DAG/PER/8/2016

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 31 2014 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1150, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Metrologi Legal. UTTP. Tanda Tera. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/M-DAG/PER/10/2012 TENTANG TANDA TERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup menurut tingkat kehidupan masing-masing. Dengan demikian, mencari

BAB I PENDAHULUAN. hidup menurut tingkat kehidupan masing-masing. Dengan demikian, mencari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perekonomian nasional harus dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan beraneka barang dan atau jasa. 1 Dalam praktiknya, kebutuhan

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 52/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kinerja Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KEGIATAN PELAYANAN BALAI PENGELOLA LABORATORIUM METROLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang :

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI STANDARDISASI METROLOGI LEGAL MENTERI PERDAGANGAN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamb No.1199, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. UTTP. Izin Pembuatan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/M-DAG/PER/7/2016 TENTANG IZIN PEMBUATAN ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG,

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

BUPATI TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 73 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 73 TAHUN 2002 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 73 TAHUN 2002 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI BIAYA TERA / TERA ULANG DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keinginan manusia untuk tampil cantik dan sempurna khususnya wanita merupakan suatu hal yang wajar. Untuk mencapai tujuannya, banyak wanita yang menghabiskan uangnya

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 180/MPP/Kep/5/2000. TENTANG TANDA TERA TAHUN 2001 MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk menyimpan dan meminjam uang. Namun, pada masa sekarang pengertian bank telah berkembang sedemikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang ukur mengukur secara luas (UUML, 1981). Upaya melindungi kepentingan umum dengan adanya jaminan kebenaran pengukuran serta

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.458, 2015 PERATURAN BERSAMA. Penera. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Ketentuan Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Bahwa setiap produk makanan dalam kemasan yang beredar di Kota. Bengkulu wajib mencatumkan label Halal, karena setiap orang yang

BAB IV PENUTUP. 1. Bahwa setiap produk makanan dalam kemasan yang beredar di Kota. Bengkulu wajib mencatumkan label Halal, karena setiap orang yang BAB IV A. Kesimpulan PENUTUP 1. Bahwa setiap produk makanan dalam kemasan yang beredar di Kota Bengkulu wajib mencatumkan label Halal, karena setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI NTB

GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI NTB GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI NTB 2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 7 Tahun 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya di bidang perindustrian, khususnya dalam perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi produk barang dan/atau

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 62/M-DAG/PER/12/2009 TENTANG KEWAJIBAN PENCANTUMAN LABEL

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 18 TAHUN 2015

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 18 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 18 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perdagangan dan industri akhir-akhir ini mulai mengalami kemajuan yang baik. Barang-barang yang diproduksi ataupun dijual sudah banyak dibungkus dalam kemasan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 62/M-DAG/PER/12/2009 TENTANG KEWAJIBAN PENCANTUMAN LABEL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk yang kemudian dapat dikonsumsi oleh masyarakat setelah

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk yang kemudian dapat dikonsumsi oleh masyarakat setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman yang semakin berkembang pesat ini, kegiatan perdagangan merupakan kegiatan yang terus menerus dan berkesinambungan karena adanya saling ketergantungan antara

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN ESELON PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.80,2012 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/M-DAG/PER/12/2011 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN

Lebih terperinci

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI

Lebih terperinci