E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)"

Transkripsi

1 Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Halaman : PROBLEMA GURU PEMBIMBING KHUSUS DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD N 14 KOTO PANJANG OLEH : Miftahul Jannah 1, Damri 2, Ardisal 3 ABSTRAK This research was done due to the findings in the field related to the learning process conducted by the special guidance teachers for the students with special needs at SD N 14 Koto Panjang.. In the learning process, the students were guided classically for their similar ability and similar difficulties. The learning programs were designed and applied as individual learning program (called as PPI) for the students with special needs. This research focused on the problems faced by the special guidance teachers to conduct Individual Learning Program in the form of planning, acting and evaluating. This was a descriptive qualitative research. The informants of the research were the special guidance teachers. The results of the research showed that the special guidance teachers taught in the special classes. the special guidance teachers was less sufficient and the teachers taught in the special classes were less experienced to create appropriate learning activities for the students with special needs. Therefore, it was expected to the teachers to have more understanding on the process of planning, acting and evaluating of individual learning program. Keywords: special guidance teachers; individual learning program; students with special needs PENDAHULUAN Keberadaan anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan kesamaan hak dalam memperoleh kesejahteraan dan kesehatan sebagai mana yang dijamin dalam UUD 1945, secara jelas tertuang dalam pasal 31 ayat 1 berbunyi setiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran, dan dipertegas oleh UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 menyatakan Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu bukan saja untuk anak normal tetapi juga untuk anak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusif adalah sistem pemberian layanan pendidikan dalam keberagamaan yang menghargai perbedaan dan dapat memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan kebutuhannya. Dalam pembelajarannya siswa berkebutuhan khusus dibantu oleh guru pembimbing khusus (GPK) yang berfungsi membantu guru kelas dalam membuat program layanan khusus dan melaksanakan pembelajaran secara individual. Sehingga kelak anak berkebutuhan khusus dapat menerima pembelajaran sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. 201

2 202 Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di SD N 14 Koto Panjang diketemukan siswa berkebutuhan khusus sebanyak 34 orang berada di berbagai tingkat kelas dengan jenis hambatan lambat belajar sebanyak 28 orang, low vision sebanyak 2 orang, autis ringan sebanyak 2 orang, hiperaktif sebanyak 1 orang dan tunadaksa sebanyak 1 orang diajar oleh guru kelasnya kecuali dalam pembelajaran agama dan penjaskes serta seorang guru pembimbing khusus. Dalam proses pembelajaran siswa dibantu oleh satu orang guru pembimbing khusus. Hal ini dilakukan karena tak ada pelayanan individual di dalam kelas melainkan mereka dibawa ke ruangan khusus. Padahal siswa harus dilayani secara bersamaan saat di dalam kelas, sehingga apabila anak berkebutuhan khusus mengalami masalah dalam pembelajaran mereka dilayani dan diajar oleh guru pembimbing khusus dengan jadwal dan tindakan tersendiri. Akibat dari kondisi ini guru pembimbing khusus tidak siap menanganinya. Dari kondisi diatas nyatalah bahwa pendidikan inklusif diantaranya menurut Kustawan (2012:7): Pendidikan Inklusif adalah sebuah falsafah pendidikan yang dapat mengakomodasi semua anak sesuai dengan kebutuhannya. Pada tataran operasional layanan pendidikannya menggeser pola segregasi menuju pola inklusif. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru, agar anak-anak berhasil. Setiap sekolah penyelenggara pendidikan inklusif seyogyanya mempunyai pendidik dan tenaga kependidikan yang memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi yang disyaratkan. Tenaga pendidik meliputi: guru kelas, guru mata pelajaran (Pendidikan Agama serta Pendidikan Jasmani dan Kesehatan), dan guru pendidikan khusus (GPK). Guru pembimbing khusus Menurut Kustawan (2012:74) adalah guru yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pendidikan khusus yang diberi tugas oleh kepala sekolah/kepala dinas/kepala pusat sumber untuk memberikan bimbingan/advokasi/konsultasi kepada pendidik dan tenaga kependidikan disekolah umum dan sekolah kejuruan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif. Terkait dengan tugas dan wewenang GPK diatas, ada pendapat lain diantaranya Skjorten, dkk (dalam indrawati, 2012: 67) menyatakan sebagai berikut: 1) Mendampingi guru kelas dalam menyiapkan kegiatan yang berkaitan dengan materi belajar. 2) Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus (special needs children) dalam menyelesaikan tugasnya dengan pemberian instruksi yang singkat dan jelas.

3 203 3) Memilih dan melibatkan teman seumur untuk kegiatan sosialnya. 4) Menyusun kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. 5) Mempersiapkan Anak Berkebutuhan Khusus (special needs children) pada kondisi rutinitas yang berubah positif. 6) Menekankan keberhasilan Anak Berkebutuhan Khusus (special needs children) dan pemberian reward yang sesuai dan pemberian konsekuensi terhadap perilaku yang tidak sesuai. 7) Meminimalisasi kegagalan Anak Berkebutuhan Khusus (special needs children) 8) Memberikan pengajaran yang menyenangkan kepada Anak Berkebutuhan Khusus (special needs children) 9) Menjalankan program pembelajaran yang terindividualkan (PPI). Jadi jelaslah bahwa peran Guru Pembimbing Khusus adalah disamping sebagai fasilitator dan mediator yang menampung dan melayani segala sesuatu yang menjadi; kebutuhan anak-anak berkelainan, juga bertugas melaksanakan pembelajaran individual. GPK tidak mempunyai peran pokok sebagai orang kunci atau key person" dalam pelaksanaan pendidikkan terpadu/inklusif. Menurut Abdurrahman (2009: 65) kegunaan PPI adalah untuk menjamin bahwa tiap anak berkebutuhan khusus memiliki suatu program yang diindividualkan untuk mempertemukan kebutuhan-kebutuhan khas yang dimiliki mereka dan mengkomunikasikan program tersebut kepada orang-orang yang berkepentingan dalam bentuk suatu program secara tertulis. Dengan adanya PPI guru diharapkan akan terdorong untuk melakukan asesmen tetang karakteristik belajar tiap anak dan melakukan usaha-usaha untuk mempertemukan dengan kebutuhan-kebutuhan individual mereka. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang kegiatan pembelajaran seperti diuraikan Budiyanto, dkk (2010: 22) : 1) Merencanakan kegiatan pembelajaran a) Merencanakan pengelolaan kelas b) Merencanakan pengorganisasian bahan c) Merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran d) Merencanakan penugasan sumber belajar e) Merencanakan penilaian 2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran a) Menyajikan materi-bahan pelajaran b) Mengimplementasikan metode, sumber belajar dan bahan latihan sesuai dengan kemampuan awal peserta didik c) Mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif

4 204 d) Mendemonstrasikan penugasan materi pelajaran dan relevansinya dalam kehidupan. e) Mengelola waktu, ruang, bahan dan perlengkapan pembelajaran. Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi dan tindak lanjut menurut Budiyanto, dkk (2010:24) penilaian pembelajaran individual antara lain: a. Menyusun program evaluasi b. Mengklasifikasikan kemampuan siswa c. Mengidentifikasi kebutuhan evaluasi d. Melaksanakan evaluasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung, baik secara lisan, tertulis maupun pengamatan e. Mengevaluasi hasil evaluasi Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan peneliti di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah problema guru pembimbing khusus dalam penyelenggaraan program pembelajaran individual bagi anak erkebutuhan khusus di SD N 14 Koto Panjang? Berdasarkan uraian diatas, mengenai problema guru pembimbing khusus dalam penyelenggaraan PPI di SDN 14 Koto Panjang, maka penelitian ini difokuskan pada: a. Bentuk merencanakan pembelajaran individual. b. Bentuk melaksanakan pembelajaran individual. c. Bentuk mengevaluasi atau tindak lanjut pembelajaran individual METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:121) penelitian deskriptif tidak dimasukkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan dan memahami kenyataan yang ada di lapangan dan berhubungan dengan Problema Guru Pembimbing Khusus dalam Penyelenggaran pendidikan inklusif pada kelas I dan II di SDN 14 Koto Panjang. yaitu subjek penelitian primer meliputi guru pembimbing khusus dan subjek penelitian sekunder yang meliputi seluruh siswa berkebutuhan khusus di kelas I sampai kelas VI. Subjek penelitian ini mengalami hambatan pada proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program pembelajaran individual, yang disebabkan oleh beberapa faktor mulai dari: tenaga kerja, jumlah anak dan waktu pemberian layanan. Pengumpulan data dilakukan

5 205 peneliti sendiri secara langsung dan mempertimbangkan fenomena konkret yang ada di lapangan dan dapat dipahami dalam kondisi tertentu meliputi teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Keabsahan data diperoleh dari lapangan melalui kriteria dan teknik tertentu. Dalam menetapkan data diperlukan teknik pemeriksaan data, yang meliputi diskusi dengan teman sejawat, triangulasi dan audit dengan dosen pembimbing. HASIL Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 14 Koto Panjang Kelurahan Limau Manis Kecamatan Pauh lokasi sekolah berada disebelah barat Universitas Andalas. Bangunan Sekolah ini permanen berada diatas tanah seluas ± 600 m 2. Peneliti menuliskan dan menggambarkan hasil penelitian dalam bentuk tulisan yang berkaitan dengan permasalahan yang diajukan pada fokus penelitian terdiri dari aspek yang akan diungkapkan untuk menggambarkan Problema guru pembimbing khusus dalam penyelenggaraan PPI mengenai bagaimana problema mrencanakan pembelajaran individual, problema melaksanakan pembelajaran individual dan problema mengevaluasi pembelajaran individual. Yang kemudian dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Problema guru pembimbing khusus dalam merencanakan pembelajaran individual Hal ini kemudian dibuktikan berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti tercantum dalam catatan lapangan (CL) dan catatan wawancara (CW), kemudian diuraikan sebagai berikut: a. Merencanakan pengelolaan kelas Berdasarkan pengamatan dilapangan terlihat bahwa guru kurang memperhatikan perencanaan pengelolaan kelas hal ini terlihat ketika masuk kedalam kelas terkadang guru langsung mengajak siswa berdoa dan mengulas pelajaran sebelumnya kemudian langsung memulai pembahasan materi selanjutnya ketika siswa telah dianggap memahami materi sebelumnya. Sehingga hal ini memungkinkan bahwa guru mendapatkan masalah dalam mengontrol siswa didalam kelas. Hal ini juga berakibat sulitnya siswa mengikuti pembelajaran didalam kelas. Pernyataan ini dapat dilihat dari catatan lapangan dan wawancara (CL 1 dan CW 1).

6 206 b. Merencanakan pengorganisasian bahan Berdasarkan hasil pengamatan di dalam kelas terlihat ibu memberikan bahan ajar sesuai dengan buku paket. Hal ini disesuaikan dengan pernyataan guru kelas yang menyatakan bahwa siswa tersebut kurang menguasai materi tertentu. Sehingga dalam prakteknya guru menyampaikan bahan ajar sesuai buku paket tanpa membuat bahan ajar sendiri. Meskipun demikian guru terkadang berhasil mengajarkan satu materi kepada siswa sehingga siswa lebih mudah memahami penjelasan materi yang diajarkan oleh guru. Pernyataan ini dapat dilihat dari catatan lapangan dan wawancara (CL 1 dan CW 1). c. Merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaraan Ketika mengajar guru pembimbing khusus mengajar seperti guru kelas pada umumnya hanya saja dibedakan oleh ruang kelas dan jumlah siswa. Sebelum mengajar guru selalu menanyakan keadaan siswa dan memberikan motivasi kepada siswa. Guru hanya memberikan motivasi kepada siswa dalam bentuk kata-kata dan perbuatan. Sehingga pada saat kegiatan pembelajaran dimulai siswa lebih aktif dan semangat. Pernyataan ini dapat dilihat dari catatan lapangan dan wawancara (CL 2 dan CW 2). d. Merencanakan penugasan sumber belajar Disini terlihat guru terfokus dengan program yang dibuat sebagai acuan. Dan belum terlihat didalam program tersebut tercantum materi dan penugasan. Bahwa untuk penugasan guru tidak menggunakan LKS (lembar kerja siswa) secara khusus, akan tetapi menggunakan soal-soal yang dibuat sendiri secara spontan atau langsung pada saat pembelajaran untuk pelajaran matematika dan menggunakan buku bacaan dan buku pelajaran secara langsung untuk belajar membaca. Pernyataan ini dapat dilihat dari catatan lapangan dan wawancara (CL 2 dan CW 2). e. Merencanakan penilaian Berdasarkan hasil pengamatan dalam merencanakan hasil penilaian di kelas tidak ada sistem penilaian khusus. Hal ini di karenakan untuk penilaian sudah ditetapkan oleh pemerintah sehingga tidak adanya perencanaan khusus yang dibuat oleh guru. Dengan tidak adanya kriteria penilaian khusus mengakibatkan tidak adanya perbedaan dalam penilaian antar siswa biasa dengan siswa berkebutuhan khusus. Sehingga dalam penilaian disamakan untuk semua siswa.

7 207 Pernyataan ini dapat dilihat dari catatan lapangan dan wawancara (CL 3 dan CW 3). f. Menentukan cara memotivasi siswa Dari hasil pengamatan yang dilakukan terlihat bahwa guru sangat aktif dalam memotivasi siswa, apalagi untuk siswa yang sangat sulit menerima pembelajaran, terkadang ketika belajar guru mendekati siswa dan membelai punggung siswa sehingga siswa selalu bersemangat dan tidak merasa terbebani ketika belajar. Motivasi harus digunakan dalam pembelajaran agar minat belajar siswa meningkat dan siswa tidak merasa minder ketika bergabung dengan teman sekelasnya setelah belajar dari kelas khusus. Pernyataan ini dapat dilihat dari catatan lapangan dan wawancara (CL 3 dan CW 3). 2. Problema guru pembimbing khusus dalam melaksanakan pembelajaran individual. Untuk mencapai hal tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran antara lain: a. Menyajikan materi-bahan pembelajaran Terlihat bahwa materi atau bahan ajar yang diajarkan sesuai dengan materi yang belum dikuasai siswa ketika berada di kelas asalnya. Sehingga ketika di kelas khusus materi yang belum dikuasai siswa lebih didalami kembali agar siswa dapat melanjutkan materi berikutnya bersama teman-temannya dikelasnya semula. Materi siswa tidak dibedakan semua disamakan, hanya saja cara penyampaian materi kepada siswa yang dimodifikasi agar materi tersebut mudah dipahami dan siswa dapat kembali belajar di kelas asalnya bersama teman-temannya. Pernyataan ini dapat dilihat dari catatan lapangan dan wawancara (CL 4 dan CW 4). b. Mengimplementasikan metode sumber belajar dan bahan latihan sesuai dengan kemampuan awal peserta didik. Terlihat guru saat itu mengajar menggunakan metode pembelajaran yang biasa (seperti metode ceramah, tanya jawab dan penugasan). Meskipun metode pembelajaran yang digunakan dianggap biasa, guru terkadang berhasil menggali kemampuan siswa dan keaktifan siswa didalam kelas, sehingga pembelajaran lebih terlihat menyenangkan. Guru menggunakan metode yang lebih bervariasi

8 208 ketika metode yang digunakan cocok dengan materi yang akan diajarkan. Pernyataan ini dapat dilihat dari catatan lapangan dan wawancara (CL 4 dan CW 4). c. Mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif. Seperti hasil pengamatan yang dilakukan setelah penyampaian materi guru memberikan tugas untuk diselesaikan kemudian guru memberi waktu kepada siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Setelah tugas yang diberikan selesai siswa mengumpulkan tugasnya ke meja guru, kemudian ibu meminta siswa Y untuk mengerjakan tugas ke depan, ketika itu teman-teman Y berteriak bahwa iya juga ingin mengerjakan tugas di depan kelas. Guru selalu mencoba untuk menciptakan lingkungan yang aktif dan menyenangkan terhadap siswa di kelasnya. Pernyataan ini dapat dilihat dari catatan lapangan dan wawancara (CL 5 dan CW 5). d. Mendemonstrasikan penugasan materi pelajaran dan relevansinya dalam kehidupan. Dari hasil pengamatan di kelas terlihat bahwa guru kelas menjelaskan bagaimana cara menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Setelah dijelaskan siswa mengerjakan tugas. Dan ketika siswa kurang memahami pembelajaran siswa kembali bertanya kepada guru. Guru terlihat belum maksimal dalam penyampaian materi pembelajaran. Sehingga siswa kembali bertanya kepada guru cara menyelesaikan tugas. Akan tetapi hal ini tidak bisa disalahkan semuanya kepada guru, bisa jadi siswa yang memang lambat dalam menerima informasi mengenai cara menyelasikan tugas. Pernyataan ini dapat dilihat dari catatan lapangan dan wawancara (CL 5 dan CW 5). e. Mengelola waktu, ruang, bahan dan perlengkapan pembelajaran. Dari hasil pengamatan di kelas terlihat bahwa guru kelas mengelola waktu, ruang, bahan dan perlengkapan pembelajaran dengan baik yang diberikan guru. Ketika mengelola waktu pembelajaran, terlihat guru mengaturnya dengan baik sehingga setiap pukul siswa istirahat dan terkadang sudah diperbolehkan pulang. Ketika siswa belajar di kelas khusus sesuai dengan jadwal yang ada guru mempersiapkan semua yang diperlukan misalnya perlengkapan pembelajaran dan bahan sesuai dengan kebutuhan siswa. Pernyataan ini dapat dilihat dari catatan lapangan dan wawancara (CL 6 dan CW 6).

9 Problema guru pembimbing khusus dalam mengevaluasi pembelajaran individual Untuk itu dalam evaluasi pembelajaran individual yang baik ada beberapa hal yang diperhatikan antara lain sebagai berikut: a. Menyusun program evaluasi Dari hasil pengamatan ketika proses pembelajaran di kelas terlihat bahwa dalam pemberian evaluasi tidak ada kriteria khusus untuk evaluasi. Melainkan disesuaikan dengan ketetapan kurikulum yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan potensinya. Pernyataan ini dapat dilihat dari catatan lapangan dan wawancara (CL 6 dan CW 6). b. Mengklasifikasikan kemampuan siswa Guru pembimbing khusus selalu berkomunikasi dengan guru kelas untuk melihat siswa yang belum mampu menyelesaikan satu materi dengan baik. Sehingga dalam prosesnya ketika siswa berada di kelas khusus guru memberikan tes sederhana sebagai awal untuk mengetahui batas kemampuan siswa. Ketika siswa kembali ke kelas semula siswa memiliki kepercayaan diri kembali untuk belajar bersama teman-temannya. Pernyataan ini dapat dilihat dari catatan lapangan dan wawancara (CL 7 dan CW 7). c. Mengidentifikasi kebutuhan evaluasi Dari hasil pengamatan setelah guru mengkalsifikasikan kemampuan siswa guru melanjutkan untuk mengidentifikasi kebutuhan evaluasi siswa. Disini kehati-hatian guru sangat dibutuhkan untuk memilih jenis evaluasi yang cocok untuk siswa, meskipun ketika evaluasi kenaikan kelas siswa soal evaluasi yang diberikan sama untuk seluruh siswa. Karena ketika pemberian evaluasi soal untuk semua siswa sama dan tidak berbeda. Pernyataan ini dapat dilihat dari catatan lapangan dan wawancara (CL 7 dan CW 7). d. Melaksanakan evaluasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung, baik secara lisan, tertulis maupun pengamatan Ketika proses pembelajaran berlangsung terlihat bahwa evaluasi diberikan dalam bentuk tes secara lisan dan tulisan disesuaikan dengan pelajaran serta materi apa yang sedang berlangsung. Evaluasi sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Evaluasi digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam

10 210 belajar. Pernyataan ini dapat dilihat dari catatan lapangan dan wawancara (CL 8 dan CW 8). e. Mengevaluasi hasil hasil evaluasi Berdasarkan hasil pengamatan peneliti belum terlihat bahwa guru melakukan evaluasi hasil evaluasi. Dikarenakan guru memberikan soal secara spontan ketika pemberian tugas. Sehingga guru belum mengetahui apakah soal-soal yang ia berikan cocok untuk siswa atau tidak. Pernyataan ini dapat dilihat dari catatan lapangan dan wawancara (CL 8 dan CW 8). Dari beberapa pernyataan diatas melalui pengamatan dan wawancara, terlihat masih adanya kekurangan dan kelebihan guru dalam melayani siswa di kelas khusus. Hal ini dimungkinkan kurangnya pengetahuan guru akan hal tersebut. Sehingga untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang baik bagi siswa guru merasa kurang maksimal. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian tentang Problema guru pembimbing khusus dalam penyelenggara pendidikan inklusif yang di peroleh dari hasil observasi dan wawancara, selanjutnya dilakukan pembahasan yang dikaitkan dengan teori-teori yang relevan untuk menjawab penelitian mengenai problema guru pembimbing khusus dalam proses perencanaan pembelajaran individual, problema guru pembimbing khusus dalam proses pelaksanaan pembelajaran individual dan problema guru pembimbing khusus dalam proses evaluasi pembelajaran individual. Kemudian ketiga sub pokok tersebut akan dibahas sebagai berikut: 1. Problema Guru Pembimbing Khusus Dalam Merencanakan Pembelajaran Individual Perencanaan pembelajaran adalah menyususn langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam aspek perencanaan akan dilihat bagaimana cara guru pembimbing khusus menyusun program pembelajaran, yang kemudian diaplikasikan dalam pembelajaran. Menurut guru pembimbing khusus dalam perencanaan pembelajaran tidak banyak hal yang dipersiapkan, guru hanya menyiapkan program pembelajaran dan laporan kemajuan siswa yang dibuat secara tertulis. Dalam buku bahan ajar pendidikan dan latihan profesi guru (2011: 37), prosedur umum pembelajaran individual dalam poin merencanakan pembelajaran adalah : Dalam membuat perencanaan pembelajaran guru berpedoman pada pembelajaran berbasis data (data-based instruction), yaitu prosedur

11 211 pembelajaran yang ramah yang menghasilkan kemajuan sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran dalam pengajaran yang baik. Efisiensi pembelajaran meningkat jika guru pada perilaku siswa yang merupakan isyarat guru tersebut mengenai bagaimana cara untuk mengajar siswa tersebut. Dengan begitu, langkah ini memerlukan pengembangan tentang suatu rencana pembelajaran yang dikombinasikan dengan informasi apa yang harus diajarkan pada langkah satu dengan mengajarkan informasi yang dikumpulkan pada angka dua. Dari pernyataan diatas bahwa sebelum pembelajaran dimulai ada baiknya seorang guru membuat perencanaan dalam pembelajaran sebagai pedoman untuk mencapai tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Sehingga wajar saja hal ini yang menjadi problema guru pembimbing khusus ketika membuat perencanaan dalam pembelajaran yang akan dibuat. Dan tidak menggunakan kurikulum khusus untuk siswa berkebutuhan khusus di kelas khususnya. Hanya saja guru selalu berinovasi untuk membuat rancangan media dan metode yang dibutuhkan siswa agar mudah memahami pembelajaran yang belum dikuasainya. 2. Problema Guru Pembimbing Khusus Dalam Melaksanakan Pembelajaran Individual Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan diri. Dalam pelaksanaan pembelajaran yang bertujuan agar kompensasi yang diharapkan guru pembimbing khusus dapat dicapai oleh siswa, terlihat dimana saat penyampaian materi dari indikator pencapaian belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan pembelajaran disusun. Meskipun hanya berbentuk program yang berisikan materi pembelajaran yang akan diajarkan. Dalam buku bahan ajar pendidikan dan latihan profesi guru (2011: 37), prosedur umum pembelajaran individual dalam poin d memulai pembelajaran adalah : Guru memulai pembelajaran yang mengatur data harian. Para guru menghadapi tingkah laku siswa dengan masalah belajar yang bervariasi dari masing-masing siswanya. Urutan pembelajaran dimulai dari penyajian, praktek melalui bimbingan atau pengawasan, praktek secara mandiri melalui taktik yang membantu memperoleh perkembangan data digunakan sepanjang urutan pembelajaran. Dengan adanya hal tersebut, inilah yang menjadi problema guru pembimbing khusus dalam proses pelaksanaan pembelajaran individual. Terkadang guru belum memiliki persiapan yang matang untuk memberikan pembelajaran. Akan tetapi guru pembimbing khusus harus selalu siap untuk melaksanakan pembelajaran yang baik. Sehingga tuntutan

12 212 dari guru kelas dapat diselesaikan. Dan siswa dapat kembali belajar di kelas awalnya bersama teman-temannya. 3. Problema Guru Pembimbing Khusus Dalam Mengevaluasi Pembelajaran Individual Evaluasi diberikan guru pembimbing khusus sebagai sarana untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam belajar. Guru memberikan tugas sehingga siswa berlatih dalam menyelesaikan tugas secara mandiri. Menurut Budiyanto, dkk (2010: 75) menyatakan bahwa: Evaluasi adalah proses kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan/ pencapaian tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Kegiatan evaluasi bertujuan untuk mengetahui keberhasilan/ ketuntasan belajar siswa dalam mencapai atau menguasai kompetensi- kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran. Evaluasi juga ingin mengetahui apakah proses pembelajaran telah berjalan secara efektif atau optimal. Isu yang paling penting terkait dengan evaluasi adalah teknis atau cara yang akan digunakan dalam evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. Dari pendapat berikut evaluasi siswa berkebutuhan khusus menjalani proses evaluasi yang sama sebagaimana diberlakukan ke siswa regular. Guru pembimbing khusus memberikan kesamaan dalam evaluasi dalam soal ujian dan waktu evaluasi ketika evaluasi terbeut dilakukan agar tidak ada perbedaan. Dengan demikian terlihatlah bahwa problema guru pembimbing khusus dalam evaluasi pembelajaran. Dimana ketika pemberian evaluasi untuk siswa berkebutuhan khusus disamakan dengan siswa regular. Mengingat tidak adanya perbedaan antar siswa dalam pembelajaran. Dengan adanya hal tersebut, guru pembimbing khusus bekerja lebih agar siswanya dapat memahami pembelajaran dengan mudah dan dapat menyelesaikan soal-soal saat evaluasi. Terlebih lagi ketika evaluasi kenaikan kelas, guru pembimbing khusus memberikan pengayaan untuk mengetahui kemajuan siswa. Sehingga nantinya ketika evaluasi kenaikan kelas siswa dapat menyelesaikannya dengan baik. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh, maka penulis menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: Problema Guru Pmebimbing khusus dalam perencanaan pembelajaran individual. Guru belum menyusun program khusus untuk siswanya. Dan tidak menggunakan kurikulum khusus untuk siswa berkebutuhan khusus di kelas khususnya. Hanya saja guru selalu

13 213 berinovasi untuk membuat rancangan media dan metode yang dibutuhkan siswa agar mudah memahami pembelajaran yang belum dikuasainya. Problema guru pembimbing khusus dalam pelaksanaan pembelajaran individual. gurupembimbing khsus melaksanakan pembelajaran berdasarkan laporan dari guru kelas yang menyatakan bahwa setelah pemberian materi di kelas awalnya siswa mend apatkan nilai rendah. Dengan adanya hal tersebut terkadang guru belum memiliki persiapan yang matang untuk memberikan pembelajaran.sehingga tuntutan dari guru kelas dapat diselesaikan. Problema guru pembimbing khusus dalam evaluasi pembelajaran individual. Dimana ketika pemberian evaluasi untuk siswa berkebutuhan khusus disamakan dengan siswa regular. Mengingat tidak adanya perbedaan antar siswa dalam pembelajaran. Dengan adanya hal tersebut, guru pembimbing khusus bekerja lebih agar siswanya dapat memahami pembelajaran dengan mudah dan dapat menyelesaikan soal-soal saat evaluasi. SARAN Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian yang dilaksanakan, maka ada beberapa saran yang diajukan oleh peneliti yaitu. Dalam proses pembelajaran agar lebih meningkatkan kinerja guru agar hasil yang diperoleh siswa lebih baik lagi. Dan siswa lebih termotivasi dalam belajar. Sehingga siswa lebih mudah menerima pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Kemudian untuk melengkapi semua kebutuhan siswa seperti program pembelajaran yang sesuai untuk siswa di kelas khusus. Agar tugas pokok guru pembimbing khusus tercapai dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Sehingga penambahan jumlah guru pembimbing khusus di sekolah akan lebih baik dalam menunjang kegiatan pembelajaran. Dan siswa berkebutuhan khusus tidak harus selalu belajar di kelas khusus yang terpisah dengan teman-temannya di kelas regular. Pemilihan kurikulum yang tepat juga di perlukan agar siswa berkebutuhan lebih diperhatikan dan dapat belajar sama dengan teman-temannya di kelas. Penelitian ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti kembali mengenai problema guru pembimbing khusus dari segi lainnya. Ataupun untuk mendalami salah satu dari penelitian mengenai problema guru pembimbing khusus dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran individual. Karena masih banyak lagi hal yang belum peneliti ungkap dalam penulisan ini.

14 214 DAFTAR RUJUKAN Aria Indrawati Guru Pembimbing Khusus, Pilar penting Penyangga Sistem pendidikan Inklusi. Diunduh di Mitranetra.or.id Diakses tanggal 26 desember Budiyanto, dkk Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Kemendikbud. Dedi Kustawan Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya. Jakarta Timur: PT. Luxima Metro Media Mulyono Abdurrahman Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rieka Cipta. Suharsimi Arikunto Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta Bahan Ajar, Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Pendalaman materi dan metodologi pembelajaran PLB. Bandung: UPI.

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Pelaksanaan Tugas Pokok Guru Pendidik Khusus di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN BAGI ANAK KESULITAN MEMBACA DI MIN KOTO LUAR PADANG (Deskriptif Kualitatif)

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN BAGI ANAK KESULITAN MEMBACA DI MIN KOTO LUAR PADANG (Deskriptif Kualitatif) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 644-652 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN BAGI ANAK KESULITAN

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :670-677 PREVALENSI ANAK BERKESULITAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 334-339 PREVALENSI ANAK KESULITAN BELAJAR di SEKOLAH DASAR NEGERI Se- KECAMATAN

Lebih terperinci

PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG

PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG Dewi Anggraeni Iswandia Dr. H. Kusmintardjo, M.Pd Dr. H. A. Yusuf Sobri, S. Sos, M.Pd Administrasi Pendidikan Fakultas

Lebih terperinci

SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri

SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) RINGAN MELALUI PEMBELAJARAAN KOOPERATIF SETTING INKLUSIF SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri Abstrak: Salah satu masalah

Lebih terperinci

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN INKLUSI DI SMK NEGERI 4 PADANG

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN INKLUSI DI SMK NEGERI 4 PADANG PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN INKLUSI DI SMK NEGERI 4 PADANG Oleh: Endrawati * Fitria Kasih** Rahma Wira Nita**

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam UUD 1945 dijelaskan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 514-526 EFEKTIFITAS MEDIA APLIKASI EDUKATIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id

Lebih terperinci

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni 2007 PENGERTIAN PENDIDIKAN INKLUSIF Pendidikan inklusif adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkin mengakomodasi semua

Lebih terperinci

P ERANAN TUTOR SEBAYA DALAM MEMBANTU PROSES PEMBELAJARAN BAGI SISWA TUNARUNGU DI SMP N 23 PADANG

P ERANAN TUTOR SEBAYA DALAM MEMBANTU PROSES PEMBELAJARAN BAGI SISWA TUNARUNGU DI SMP N 23 PADANG Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :727-735 P ERANAN TUTOR SEBAYA DALAM MEMBANTU PROSES PEMBELAJARAN BAGI SISWA

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Ramadhani

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Ramadhani PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DI SEKOLAH DASAR Oleh Ramadhani Rama_dhani62@rocketmail.com Absrak : Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Nur Hidayati, Sukarno, Lies Lestari PGSD, FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Slamet Riyadi

Lebih terperinci

LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA SLOW LEARNER OLEH GURU DI KELAS III

LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA SLOW LEARNER OLEH GURU DI KELAS III Layanan Pendidikan Guru... (Abdiyatun Khayati) 2.365 LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA SLOW LEARNER OLEH GURU DI KELAS III EDUCATION SERVICE FOR SLOW LEARNER BY CLAASROOM TEACHER IN GRADE III Oleh: Abdiyatun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah 141 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang digunakan di SMPN 9 dan SMPN 10 Metro untuk anak

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id Abstrak Artikel dengan judul Model penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah akan

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI PENJUMLAHAN DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) HARAPAN IBU METRO

ANALISIS KESULITAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI PENJUMLAHAN DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) HARAPAN IBU METRO MaPan : Jurnal Matematika dan Pembelajaran p-issn: 2354-6883 ; e-issn: 2581-172X Volume 5, No 2, December 2017 (187-200) DOI: https://doi.org/10.24252/mapan.2017v5n2a3 ANALISIS KESULITAN ANAK TUNAGRAHITA

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :27-38 PERSEPSI GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) PENYELENGGARA PENDIDIKAN

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) PREVALENSI ANAK BERKESULITAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN PAUH PADANG Oleh: Fitria Masroza Abstract This research background of differences in perception or perspective teachers of children who

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 281-290 PROFIL PENYELENGGARAAN KETERAMPILAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL)

Lebih terperinci

LAYANAN AKOMODASI GURU DALAM PEMBELAJARAN UNTUK SISWA LAMBAN BELAJAR (SLOW LEARNER) DI KELAS V

LAYANAN AKOMODASI GURU DALAM PEMBELAJARAN UNTUK SISWA LAMBAN BELAJAR (SLOW LEARNER) DI KELAS V 1.988 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 21 Tahun ke-5 2016 LAYANAN AKOMODASI GURU DALAM PEMBELAJARAN UNTUK SISWA LAMBAN BELAJAR (SLOW LEARNER) DI KELAS V ACCOMMODATION SERVICE IN LEARNING FOR

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF PELAKSANAAN TUGAS POKOK GURU PEMBIMBING KHUSUS PADA SEKOLAH INKLUSIF DI KECAMATAN GEDANGAN SIDOARJO

STUDI DESKRIPTIF PELAKSANAAN TUGAS POKOK GURU PEMBIMBING KHUSUS PADA SEKOLAH INKLUSIF DI KECAMATAN GEDANGAN SIDOARJO STUDI DESKRIPTIF PELAKSANAAN TUGAS POKOK GURU PEMBIMBING KHUSUS PADA SEKOLAH INKLUSIF DI KECAMATAN GEDANGAN SIDOARJO Dewi Ferlina Mart Diana dan Drs. Sujarwanto, M. Pd (Pendidikan Luar Biasa, Fakultas

Lebih terperinci

TAHUN AJARAN 2016/2017

TAHUN AJARAN 2016/2017 STRATEGI GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA KELAS INKLUSI DI SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Zulfi Rokhaniawati Disusun bersama: Dra. Hj. Trisharsiwi, M. Pd. Program Studi

Lebih terperinci

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (PENJAS ADAPTIF) DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KECAMATAN SENTOLO

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (PENJAS ADAPTIF) DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KECAMATAN SENTOLO Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran (Dimas Satrio R) 1 TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (PENJAS ADAPTIF) DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KECAMATAN SENTOLO

Lebih terperinci

PERANAN GURU DALAM MENANGANI SISWA DENGAN GANGGUAN AUTISME DI SEKOLAH INKLUSIF (STUDI DESKRIPTIF DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU RUHAMA)

PERANAN GURU DALAM MENANGANI SISWA DENGAN GANGGUAN AUTISME DI SEKOLAH INKLUSIF (STUDI DESKRIPTIF DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU RUHAMA) PERANAN GURU DALAM MENANGANI SISWA DENGAN GANGGUAN AUTISME DI SEKOLAH INKLUSIF (STUDI DESKRIPTIF DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU RUHAMA) Yusita Widiningtyas (Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kurikulum di sekolah inklusi antara SMP Negeri 29 Surabaya dan SMP Negeri. 3 Krian Sidoarjo. Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. kurikulum di sekolah inklusi antara SMP Negeri 29 Surabaya dan SMP Negeri. 3 Krian Sidoarjo. Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dari studi perbandingan manajemen kurikulum di sekolah inklusi antara SMP Negeri 29 Surabaya dan SMP Negeri 3 Krian Sidoarjo. Dapat diambil kesimpulan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KURIKULUM ADAPTIF DI SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIWANGAN, YOGYAKARTA

PELAKSANAAN KURIKULUM ADAPTIF DI SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIWANGAN, YOGYAKARTA Pelaksanaan Kurikulum Adaptif... (Isnaini Mukarromah) 908 PELAKSANAAN KURIKULUM ADAPTIF DI SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIWANGAN, YOGYAKARTA IMPLEMENTATION OF CURRICULUM

Lebih terperinci

Yuanis et al., Penerapan Model Quantum Learning...

Yuanis et al., Penerapan Model Quantum Learning... PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PKN POKOK BAHASAN GLOBALISASI PADA SISWA KELAS IV SDN JATISARI 01 JEMBER ( The Application Of Quantum Learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 29 PADANG Luchsyah Asdianti 1, Mukhni 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 29 PADANG Luchsyah Asdianti 1, Mukhni 2 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 9 PADANG Luchsyah Asdianti, Mukhni Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu ABSTRAK Dona Febriani. 2015. Efektifitas Media Bangun Ruang Transparan untuk Meningkatkan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI HAMBATAN-HAMBATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS III A SEKOLAH INKLUSI SDN GIWANGAN YOGYAKARTA

IDENTIFIKASI HAMBATAN-HAMBATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS III A SEKOLAH INKLUSI SDN GIWANGAN YOGYAKARTA IDENTIFIKASI HAMBATAN-HAMBATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS III A SEKOLAH INKLUSI SDN GIWANGAN YOGYAKARTA IDENTIFICATION OF OBSTACLES IN LEARNING TEACHER IN CLASS III A SCHOOL INCLUSION SDN GIWANGAN

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) TIPE SLOW LEARNERS

PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) TIPE SLOW LEARNERS PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) TIPE SLOW LEARNERS Muhammad Hairul Saleh, Dina Huriaty, Arifin Riadi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Banjarmasin Salehbale3@gmail.com, dina_rty@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA MENULIS DI KELAS III B SD NEGERI GIWANGAN

PEMBELAJARAN PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA MENULIS DI KELAS III B SD NEGERI GIWANGAN Pembelajaran Anak Berkesulitan... (Arih Afra Inayah) 87 PEMBELAJARAN PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA MENULIS DI KELAS III B SD NEGERI GIWANGAN STUDYING PROCESS FOR LEARNING DISSABILITIES IN READING

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) DAMPAK TEHNIK REMEDIAL TEACHING TERHADAP KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI GUGUS VI MATARAM TAHUN 2016/2017 JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA GURU MELALUI WORKSHOP DI SDN 20 SUNGAI LIMAU

UPAYA PENINGKATKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA GURU MELALUI WORKSHOP DI SDN 20 SUNGAI LIMAU UPAYA PENINGKATKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA GURU MELALUI WORKSHOP DI SDN 20 SUNGAI LIMAU Was was SDN 20 Sungai Limau Email: waswas20@gmail.com Abstract Based on the observations that

Lebih terperinci

Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran

Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran PE Premiere Educandum 7(1) 87 94 Juni 2017 Copyright 2017 PGSD Universitas PGRI Madiun P ISSN: 2088-550/E ISSN: 2528-517 Available at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/pe

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 41-52 PELAKSANAAN PENGEMBANGAN DIRI DI SMP NEGERI 23 PADANG (SEKOLAH PENYELENGGARA

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :678-688 KEKELIRUAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG PENGURANGAN PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Oleh karena itu negara memiliki kewajiban untuk

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG Novi Harista Putri 1, M. Nursi 2, Hendrizal 1 1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Luar Biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses penbelajaran karena kelainan fisik,

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Pembelajaran matematika dengan pendekatan tradisional didasarkan pada pandangan bahwa matematika sebagai strict body of knowledge yang

1. Pendahuluan Pembelajaran matematika dengan pendekatan tradisional didasarkan pada pandangan bahwa matematika sebagai strict body of knowledge yang 1. Pendahuluan Pembelajaran matematika dengan pendekatan tradisional didasarkan pada pandangan bahwa matematika sebagai strict body of knowledge yang meletakkan pondasi bahwa siswa adalah objek pasif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan, pemerataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan bagian dari hak asasi manusia dan hak setiap warga negara yang usaha pemenuhannya harus direncanakan dan dijalankan dan dievaluasi

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pendamping khusus ketika anak berkebutuhan khusus dengan ketunaan low

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pendamping khusus ketika anak berkebutuhan khusus dengan ketunaan low BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Individualized Educational Program (IEP) diberikan oleh guru pendamping khusus ketika anak berkebutuhan khusus dengan ketunaan low vision kurang bisa memahami

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SLOW LEARNERS

ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SLOW LEARNERS ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SLOW LEARNERS (Penelitian dilakukan di SDN Sumurjalak Plumpang Tuban) Midya Yuli Amreta 1) midyaamreta2@gmail.com

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETAHANAN DUDUK BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS I MELALUI PLANNED HUMOR MENGGUNAKAN BONEKA TANGAN (SSR di SLB Negeri 1 Padang)

MENINGKATKAN KETAHANAN DUDUK BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS I MELALUI PLANNED HUMOR MENGGUNAKAN BONEKA TANGAN (SSR di SLB Negeri 1 Padang) Volume Nomor September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 160-168 MENINGKATKAN KETAHANAN DUDUK BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS I MELALUI

Lebih terperinci

2. Kelas reguler dengan tambahan bimbingan dalam kelas (cluster): Anak. lain (normal) di kelas reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik

2. Kelas reguler dengan tambahan bimbingan dalam kelas (cluster): Anak. lain (normal) di kelas reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik 38 2. Kelas reguler dengan tambahan bimbingan dalam kelas (cluster): Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus. 3. Kelas reguler dengan pull out: Anak berkelainan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research, 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research, yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. mengidentifikasi masalah pembelajaran matematika yang terdapat di kelas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. mengidentifikasi masalah pembelajaran matematika yang terdapat di kelas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini di awali dari orientasi lapangan untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran matematika yang terdapat di kelas 2.B

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 3 Kalirejo Kudus kurang efektif. Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif menghargai keberagaman apapun perbedaannya. Pendidikan inklusif berkeyakinan bahwa setiap individu dapat berkembang sesuai dengan potensi yang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF ANAK TUNAGRAHITA DI SD NEGERI BANGUNREJO 2 KOTA YOGYAKARTA

PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF ANAK TUNAGRAHITA DI SD NEGERI BANGUNREJO 2 KOTA YOGYAKARTA Jurnal Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran (Teguh Priyono) 1 PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF ANAK TUNAGRAHITA DI SD NEGERI BANGUNREJO 2 KOTA YOGYAKARTA Activity Implementation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agar keberlangsungan hidup setiap manusia terjamin maka kebutuhan dasar akan pendidikan harus terpenuhi sehingga lebih bermartabat dan percaya diri. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga ataupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan bertujuan

Lebih terperinci

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010 AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010 SIAPAKAH? ANAK LUAR BIASA ANAK PENYANDANG CACAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN INKLUSIF Pendidikan inklusif

Lebih terperinci

PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL

PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL Oleh : MARDIANSYAH NIM. 11060308 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 JIWAN KARANGNONGKO KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013

PENERAPAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 JIWAN KARANGNONGKO KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013 PENERAPAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 JIWAN KARANGNONGKO KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI SRI WAHYUNINGSIH A54B090075 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adanya perubahan paradigma baru tentang pendidikan, yaitu pendidikan untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas usia, tingkat

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN Silvia Afdalina 1, Rahma Wira Nita 2, Rici Kardo 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan

Lebih terperinci

Joyful Learning Journal

Joyful Learning Journal JLJ 2 (3) (2013) Joyful Learning Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jlj PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA LANCAR AKSARA JAWA MELALUI MODEL WORD SQUARE KELAS V Jayanti Yudha Pertiwi, Sukardi,

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI CONCEPT MAPPING UNTUK PEMBELAJARAN TEMATIK JURNAL. Oleh PUTU AYU DAHLIAWATI Dr. Hi. Darsono, M.Pd. Dra. Hj. Yulina Hamdan, M.Pd.

PENERAPAN STRATEGI CONCEPT MAPPING UNTUK PEMBELAJARAN TEMATIK JURNAL. Oleh PUTU AYU DAHLIAWATI Dr. Hi. Darsono, M.Pd. Dra. Hj. Yulina Hamdan, M.Pd. PENERAPAN STRATEGI CONCEPT MAPPING UNTUK PEMBELAJARAN TEMATIK JURNAL Oleh PUTU AYU DAHLIAWATI Dr. Hi. Darsono, M.Pd. Dra. Hj. Yulina Hamdan, M.Pd. FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) PERSEPSI GURU KELAS TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD PAYAKUMBUH Oleh : Desi Kurniawati 1, Kasiyati 2, Amsyaruddin 3 Abstract The background of this study was the difference in perception or perspective

Lebih terperinci

Melalui pembelajaraan kooperatif setting inklusif dapat meningkatkan hasil belajar pengukuran siswa tunadaksa kelas VI SDLB Negeri Sabang

Melalui pembelajaraan kooperatif setting inklusif dapat meningkatkan hasil belajar pengukuran siswa tunadaksa kelas VI SDLB Negeri Sabang Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains (JEPS) Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains, 1(2), 2017,126-134 Melalui pembelajaraan kooperatif setting inklusif dapat meningkatkan hasil belajar pengukuran siswa

Lebih terperinci

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek 114 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015 UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BAGIAN BAGIAN TUMBUHAN MELALUI METODE KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 3 MALASAN KECAMATAN

Lebih terperinci

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta Risti Fiyana Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Matematika Dr.

Lebih terperinci

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X1 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA YLPI P-MARPOYAN PEKANBARU (Applied

Lebih terperinci

PEMAHAMAN GURU TENTANG KONSEP PERENCANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS RENDAH DI SD 2 PADOKAN BANTUL

PEMAHAMAN GURU TENTANG KONSEP PERENCANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS RENDAH DI SD 2 PADOKAN BANTUL Perencanaan Pembelajaran Tematik... (Riberto Weni) 543 PEMAHAMAN GURU TENTANG KONSEP PERENCANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS RENDAH DI SD 2 PADOKAN BANTUL TEACHERS UNDERSTANDING OF CONCEPTS OF THEMATIC

Lebih terperinci

Dwi Ratnasari Dewi SMP Negeri 11 Madiun

Dwi Ratnasari Dewi SMP Negeri 11 Madiun PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA TENTANG LINGKARAN DI KELAS VIII A SMPN 11 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Dwi Ratnasari Dewi SMP Negeri

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG Widya Danu Fadilah 1, Edrizon 1, Hendra Hidayat 1 1

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE PADA KONSEP DAUR HIDUP

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE PADA KONSEP DAUR HIDUP EDUSCOPE, Vol. 1 No. 1 Juli 2015 ISSN : 2460-4844 MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE PADA KONSEP DAUR HIDUP Rumini SD Negeri Tanjungrejo rumini@gmail.com

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :369-378 PELAKSANAAN KEGIATAN PRAMUKA BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (Studi

Lebih terperinci

BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN GUIDED DISCOVERY LEARNING SISWA KELAS XE SMA NEGERI1 TANJUNGSARI, GUNUNG KIDUL TAHUN AJARAN 2012/2013

BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN GUIDED DISCOVERY LEARNING SISWA KELAS XE SMA NEGERI1 TANJUNGSARI, GUNUNG KIDUL TAHUN AJARAN 2012/2013 UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014 BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN GUIDED DISCOVERY LEARNING SISWA KELAS XE SMA NEGERI1 TANJUNGSARI, GUNUNG KIDUL TAHUN AJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :287-297 PERAN PUSAT ASESMEN PKLK TERHADAP PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

Lebih terperinci

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write, Kemampuan Awal, Kemampuan Pemahaman Konsep.

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write, Kemampuan Awal, Kemampuan Pemahaman Konsep. PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N KECAMATAN LEMBAH GUMANTI Asmaul Husna Dosen Tetap Prodi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG SATUAN PANJANG MELALUI MEDIA BAGAN TABEL BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG SATUAN PANJANG MELALUI MEDIA BAGAN TABEL BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 291-300 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG SATUAN PANJANG MELALUI MEDIA

Lebih terperinci

Pembelajaran yang Ramah M.SUGIARMIN

Pembelajaran yang Ramah M.SUGIARMIN Pembelajaran yang Ramah M.SUGIARMIN Pemebelajaran yang ramah Pembelajaran yang inklusif, akrab" - ramah kepada anak" dan ramah kepada guru. Ini berarti : siswa dan guru belajar bersama sebagai suatu komunitas

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

AKOMODASI PENILAIAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR SPESIFIK KELAS II SD BANGUNREJO 2 YOGYAKARTA

AKOMODASI PENILAIAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR SPESIFIK KELAS II SD BANGUNREJO 2 YOGYAKARTA Akomodasi Penilaian Hasil Belajar...(Nike Setya Pratiwi) 973 AKOMODASI PENILAIAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR SPESIFIK KELAS II SD BANGUNREJO 2 YOGYAKARTA ACCOMMODATION

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DAN HASIL BEAJAR JURNAL. Oleh

PENERAPAN TEKNIK EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DAN HASIL BEAJAR JURNAL. Oleh PENERAPAN TEKNIK EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DAN HASIL BEAJAR JURNAL Oleh Sri Surani Kurniawati Dra. Asmaul Khair, M.Pd. Dr. Sowiyah, M.Pd. PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SDN 04 PUNJUL TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SDN 04 PUNJUL TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016 109 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SDN 04 PUNJUL TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah ditegaskan dalam UU RI 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDN 77 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDN 77 PEKANBARU 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDN 77 PEKANBARU Hatma, Jesi Alexander Alim, Syahrilfuddin misnariati@gmail.com, jesialexa@yahoo.com, via.syalisia@yahoo.com

Lebih terperinci

Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia...( Ervinda Noor Ramadhani) 1011

Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia...( Ervinda Noor Ramadhani) 1011 Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia...( Ervinda Noor Ramadhani) 1011 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KELAS VII DI SEKOLAH INKLUSI SMP TAMAN DEWASA IBU PAWIYATAN THE IMPLEMENTATION

Lebih terperinci

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI KECAMATAN LEMBAH GUMANTI Asmaul Husna Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL INCREASE OF LEARNING ENGLISH THROUGH APPLICATION REMEDIAL TEACHING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL INCREASE OF LEARNING ENGLISH THROUGH APPLICATION REMEDIAL TEACHING MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL INCREASE OF LEARNING ENGLISH THROUGH APPLICATION REMEDIAL TEACHING Rahmatiah SMP Negeri 33 Makassar Rahmatiah33makassar@gmail.com

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN PERKALIAN MENGGUNAKAN MEDIA KOTAKMATIKA DI KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN OLEH MISLAH NIM F

PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN PERKALIAN MENGGUNAKAN MEDIA KOTAKMATIKA DI KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN OLEH MISLAH NIM F PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN PERKALIAN MENGGUNAKAN MEDIA KOTAKMATIKA DI KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN OLEH MISLAH NIM F34211567 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA Pelaksanaan Pembelajaran Anak... (Titin Indrawati) 1.387 IMPLEMENTATION OF MENTAL RETARDATION CHILDREN LEARNING Oleh: Titin Indrawati, PGSD/PSD titinindraw@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah anak-anak normal yang tidak mengalami kebutuhan khusus dalam pendidikannya. Hal ini sudah berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunagrahita. Tunagrahita adalah kelambatan perkembangan mental seorang anak.

BAB I PENDAHULUAN. tunagrahita. Tunagrahita adalah kelambatan perkembangan mental seorang anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu anak yang mengalami kebutuhan khusus adalah anak tunagrahita. Tunagrahita adalah kelambatan perkembangan mental seorang anak. Anak lebih lambat mempelajari

Lebih terperinci

PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK

PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK Jurnal Pendidikan Rokania Vol. I (No. 1/2016) 20-26 20 PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK Oleh Nia Purnama Sari Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PERSEPSI GURU TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF SESUAI LATAR PENDIDIKAN DI KABUPATEN BLITAR

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PERSEPSI GURU TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF SESUAI LATAR PENDIDIKAN DI KABUPATEN BLITAR JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PERSEPSI GURU TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF SESUAI LATAR PENDIDIKAN DI KABUPATEN BLITAR Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING DI KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 9 MALANG

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING DI KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 9 MALANG 90 ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING DI KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 9 MALANG Siti Zaenab SMP Muhammadiyah 3 Malang Email: namakuzaenab@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :522-533 PELAKSANAAN PENGEMBANGAN BAKAT SISWA DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang berusaha menjangkau semua orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai upaya meningkatkan

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Pembelajaran...(Badar Eko Saputro)1

Upaya Meningkatkan Pembelajaran...(Badar Eko Saputro)1 Upaya Meningkatkan Pembelajaran...(Badar Eko Saputro)1 UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR LEMPAR MELALUI PENDEKATAN BERMAIN SISWAKELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI BENERWETAN KECAMATAN AMBAL KABUPATEN

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGRAAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGRAAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGRAAN (PKn) MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS IV Emaill : Yentidiah@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN Kegiatan PPL dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gamping, kelurahan Banyuraden, kecamatan Gamping, Sleman, Yogyakarta. Kegiatan PPL dimaksudkan agar

Lebih terperinci