LAPORAN TAHUNAN Badan Ketahanan Pangan 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN TAHUNAN Badan Ketahanan Pangan 2016"

Transkripsi

1 LAPORAN TAHUNAN Badan Ketahanan Pangan 2016 Gerakan Tanam Cabai Kawasan Rumah Pangan Lestari Kementerian Pertanian 2017

2 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... i iii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud Tujuan... 4 II VISI DAN MISI BADAN KETAHANAN PANGAN Visi Misi Tujuan Strategis Tugas dan Fungsi Sasaran Strategi Struktur Organisasi Dukungan Sumberdaya Manusia Program dan Anggaran Website Badan Ketahanan Pangan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Badan Ketahanan Pangan III CAPAIAN KINERJA PROGRAM Skor PPH Ketersediaan (NBM) Penurunan Penduduk Rawan Pangan Stabilisasi Harga Pangan Strategis Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen Koefisien Variasi Pangan (beras) di Tingkat Konsumsen i

3 3.4 Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) Cadangan Pangan Pemerintah Toko Tani Indonesia Konsumsi Energi dan Protein serta Skor PPH Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Pangan Hewani Skor PPH Pengembangan Penganekaragaman Pangan Keamanan Pangan Segar IV KELEMBAGAAN KETAHANAN PANGAN Unit Kerja Ketahanan Pangan Daerah Dewan Ketahanan Pangan Sidang Regional (Sireg) Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota Wilayah Barat Indonesia Sidang Regional (Sireg) Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota Wilayah Tengah Indonesia Sidang Regional (Sireg) Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota Wilayah Timur Indonesia Perkembangan Kelembagaan Ketahanan Pangan Nasional V. KEGIATAN NASIONAL BADAN KETAHANAN PANGAN Gelar Pangan Nusantara Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) Ke Tahun Pencanangan Gerakan Tanam Cabai di Lokasi 94 KRPL Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) ii

4 VI. KERJA SAMA BADAN KETAHANAN PANGAN Kerjasama Internasional Kegiatan Dalam Rangka Dukungan Kerjasama Internasional 106 VII SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI) BADAN KETAHANAN PANGAN Struktur dan Tugas Tim Satlak-PI Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) Badan Ketahanan Pangan Prestasi Tim Satlak-PI Badan Ketahanan Pangan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) VIII TANTANGAN, PERMASALAHAN, DAN UPAYA PERBAIKAN Permasalahan Aspek Ketersediaan Pangan Aspek Keterjangkauan Pangan Aspek Konsumsi Dukungan Kelembagaan dan Manajemen Ketahanan Pangan Hambatan dan Kendala Upaya Tindak Lanjut iii

5 GAMBAR DAFTAR GAMBAR, TABEL, DAN GRAFIK Halaman Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian... 8 Pejabat Eselon I dan Eselon II Badan Ketahanan Pangan s.d Mei Pejabat Eselon I dan Eselon II Badan Ketahanan Pangan s.d Desember Gambar 4 Pengunjung TTI Center Berdasarkan Jenis Pekerjaan... Gambar 5 Alasan Utama Belanja ke TTI Center... Gambar 6 Manfaat KRPL Untuk Masyarakat... Gambar 7 Struktur Organisasi Tim Satlak-PI Badan Ketahanan Pangan TABEL Tabel 1 Jumlah Pegawai Badan Ketahanan Pangan Menurut Golongan Ruang (Kondisi Desember 2016) Tabel 2 Jumlah Pegawai Ketahanan Pangan Menurut Golongan dan Tabel 3 Pendidikan Akhir (kondisi Desember 2016)... Pegawai dengan Jabatan Fungsional Khusus di Badan 11 Ketahanan Pangan Tabel 4 Pagu dan realisasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 dan 2016 (Update data sampai dengan Januari 2017) Tabel 5 Realisasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Berdasarkan Per Kegiatan Tahun Tabel 6 Tabel Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun Tabel 7 Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein serta Skor PPH Ketersediaan Tabel 8 Keragaaan Ketersediaan Pangan Menurut Kelompok Bahan Makanan Tabel 9 Ketersediaan Pangan Strategis Tahun iv

6 Tabel 10 Angka Rawan Pangan Tahun Tabel 11 Perkembangan Dana Bansos dan Realisasi Kawasan Mandiri Pangan Tahun Tabel 12 Harga Pangan Di Tingkat Produsen dan Bahan Pangan Pokok Strategis Di Tingkat Konsumsen Tahun Tabel 13 Perkembangan Harga GKP, GKG, dan Beras Tingkat Petani Berdasarkan Pantauan BPS Tahun Tabel 14 Perkembangan Harga Pangan Strategis Tingkat Konsumen Tahun 2016 Berdasarkan BPS Tabel 15 Rincian Realisasi Dana Bantuan Pemerintah Tahun 2016 Per Provinsi Tabel 16 Revisi Alokasi Dana Bantuan Pemerintah Penguatan-LDPM Tahun Tabel 17 Alokasi Dana Bantuan Pemerintah Untuk Kegiatan Pengembangan Kegiatan Lumbung Pangan Tahun Tabel 18 Realisasi Pencairan Dana Bantuan Pemerintah Tahap Pengembangan Tahun Tabel 19 Data Serapan Gabah Divre Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 1 April Tabel 20 Data Serapan Gabah Divre Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 20 September Tabel 21 Data Serapan Gabah Divre Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 28 Desember Tabel 22 Gapoktan dan TTI Pelaksana PUPM di 32 Provinsi Tabel 23 Transaksi Kegiatan Gapoktan di 32 Provinsi Tabel 24 Jumlah Pengunjung TTI Center Tabel 25 Penjualan Komoditas Pangan TTI Center Tabel 26 Perkembangan Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Rata-rata Tahun Tabel 27 Konsumsi Pangan Hewani Tabel 28 Perkembangan Skor PPH Tahun Tabel 29 Pencapaian Kinerja Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Tahun Tabel 30 Kelompok Yang Tidak Mencairkan Bantuan Pemerintah Pada Tahap Pengembangan Tabel 31 Kelompok Yang Tidak Mencairkan Bantuan Pemerintah Pada Tahap Penumbuhan Tabel 32 Rekapitulasi Unit Kerja Ketahanan Pangan Daerah v

7 Tabel 33 Perbandingan Percepatan Penyelesaian KN Tahun GRAFIK Grafik 1 Ketersediaan Ernergi Tahun Grafik 2 Ketersediaan Protein Tahun Grafik 3 Skor PPH Ketersediaan Pangan Tahun Grafik 4 Angka Rawan Pangan Tahun Grafik 5 Perkembangan Harga GKP, GKG, dan Beras Grafik 6 Perkembangan Harga Bawang Merah dan Cabai Merah Keriting Grafik 7 Perkembangan Harga GKP, GKG, dan Beras vi

8

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketahanan Pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang difokuskan pada peningkatan ketersediaan pangan, pemantapan distribusi pangan, percepatan penganekaragaman pangan, dan pengawasan keamanan pangan segar. Di sisi lain, pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan sebagai perwujudan pembangunan sosial, budaya, dan ekonomi sebagai bagian pembangunan secara keseluruhan. Saat ini, pemerintahan Presiden Joko Widodo melalui Kementerian Pertanian sedang menggalakkan program swasembada pangan, diharapkan 3 (tiga) tahun kedepan Indonesia mampu berswasembada pangan, tidak tergantung dengan impor dari negara lain, dan dapat memiliki ketahanan pangan yang kuat. Kedaulatan pangan harus terlebih dahulu dicapai sebelum mewujudkan ketahanan pangan. Upaya mewujudkan kedaulatan pangan ini adalah agar Indonesia sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara berdaulat. Kedaulatan pangan diterjemahkan dalam bentuk kemampuan bangsa dalam hal: (1) mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri, (2) mengatur kebijakan pangan secara mandiri, serta (3) melindungi dan menyejahterakan petani sebagai pelaku utama usaha pertanian pangan. Dengan kata lain, kedaulatan pangan harus dimulai dari swasembada pangan yang secara bertahap diikuti dengan peningkatan nilai tambah usaha pertanian secara luas untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Arah kebijakan Umum Kedaulatan pangan pada RPJMN , difokuskan pada: (1) Pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

10 pangan dengan peningkatan produksi pangan pokok; (2) Terjaminnya bahan pangan yang aman dan berkualitas dengan nilai gizi yang meningkat; (3) Stabilisasi harga bahan pangan; (4) Meningkatnya kesejahteraan pelaku usaha pangan. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan yang kuat dan berkesinambungan, berdasarkan Undang-Undang Pangan Nomor 18 tahun 2012 tentang pangan, maka implementasi pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan dengan memperhatikan 3 (tiga) komponen utama yang harus dipenuhi, yaitu: (1) Ketersediaan pangan yang cukup dan merata; (2) Keterjangkauan pangan yang efektif dan efisien; serta (3) Konsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang. Ketiga komponen tersebut dapat diwujudkan sampai tingkat rumah tangga, apabila: (1) Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang beragam untuk peningkatan ketersediaan pangan; (2) Melaksanakan diversifikasi pangan untuk mendorong konsumsi pangan masyarakat yang beragam, bergizi seimbang, dan aman; (3) Menjamin pasokan pangan ke seluruh wilayah dan terjangkau oleh masyarakat; (4) Memanfaatkan pasar pangan internasional secara bijaksana bagi pemenuhan konsumen yang beragam; serta (5) Memberikan jaminan bagi masyarakat miskin di perkotaan dan perdesaan dalam mengakses pangan yang bersifat pokok. Badan Ketahanan Pangan berupaya mewujudkan ketahanan pangan tersebut. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan sebagai salah satu unit kerja Eselon I Kementerian Pertanian memiliki tugas: "Melaksanakan pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang pemantapan ketahanan pangan", dalam melaksanakan fungsi koordinasi, Badan Ketahanan Pangan diperkuat dengan Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan yang dibentuk melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2006, dimana Dewan Ketahanan Pangan ini mempunyai tugas dalam merumuskan kebijakan ketahanan pangan nasional dan mensinergikan program pembangunan ketahanan pangan. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

11 Badan Ketahanan Pangan sebagai institusi yang menangani ketahanan pangan, terus mendorong upaya pemantapan ketahanan pangan melalui pengembangan berbagai model pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat diantaranya: Desa Mandiri Pangan/Kawasan Mandiri Pangan, Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM), Lumbung Pangan Masyarakat (LPM), dan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Pada tahun 2015, Badan Ketahanan Pangan mencoba mengembangkan model penanganan gejolak harga pangan melalui kegiatan Toko Tani Indonesia (TTI) bekerjasama dengan Bulog, namun pada tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan dalam penanganan stabilitas harga mengembangkan kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui Toko Tani Indonesia. Selain itu, Badan Ketahanan Pangan juga melaksanakan berbagai kegiatan pengkajian dan analisis ketahanan pangan diantaranya: Analisis Ketersediaan Pangan, Analisis Situasi Akses Pangan, Analisis Ketersediaan dan kebutuhan pangan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), serta melakukan pengembangan instrumen sistem deteksi dini rawan pangan melalui penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Peta FSVA) dan Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). Hasil analisis ini sangat penting sebagai bahan penyusunan kebijakan ketahanan pangan nasional yang disusun bersama dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Nasional. Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan program dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan pada tahun 2016, maka diperlukan Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan sebagai bahan informasi kepada publik. Laporan Tahunan ini secara garis besar memberikan informasi secara umum gambaran tentang capaian program dan kegiatan ketahanan selama tahun anggaran 2016 yang diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan di tahun berikutnya. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

12 1.2. Maksud Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan tahun 2016 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian kepada Menteri Pertanian selaku pimpinan tertinggi Kementerian Pertanian Tujuan Tujuan penyusunan laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan tahun 2016 ini adalah untuk : a. Memberikan bahan informasi pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran Badan Ketahanan Pangan. b. Memberikan bahan informasi tentang capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan tahun c. Mengetahui berbagai permasalahan dan tantangan serta upaya antisipasi program, kegiatan dan anggaran ketahanan pangan. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

13 BAB II VISI DAN MISI BADAN KETAHANAN PANGAN 2.1 Visi Visi merupakan suatu gambaran tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan. Visi adalah suatu harapan dan tujuan yang akan dicapai, dalam mencapai visi tersebut memerlukan waktu yang panjang dan kerja keras, karena akan berkembang sesuai dengan kondisi pembangunan ketahanan pangan, Untuk itu, Badan Ketahanan Pangan mempunyai visi, yaitu: Terwujud ketahanan pangan yang berlandaskan Kedaulatam dan Kemandirian Pangan 2.2 Misi Untuk mencapai visi diatas, Badan Ketahanan Pangan menetapkan misi, yaitu: a. Memantapkan ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan. b. Meningkatkan keterjangkauan masyarakat terhadap pangan. c. Mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat berbasis sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. d. Mewujudkan pangan segar yang aman dan bermutu. 2.3 Tujuan Strategis Tujuan program Badan Ketahanan Pangan adalah: a. Memperkuat penyediaan pangan yang beragam berbasis sumber daya lokal. b. Menurunkan jumlah penduduk rawan pangan. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

14 c. Memperkuat sistem distribusi pangan. d. Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat untuk memenuhi kecukupan gizi yang bersumber dari pangan lokal. e. Meningkatkan keamanan dan mutu pangan segar 2.4 Tugas dan Fungsi Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 45 tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian. Badan Ketahanan Pangan mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang peningkatan diversifikasi dan pemantapan ketahanan pangan. Pelaksanaan tugas diselenggarakan secara efektif dan efisien berdasarkan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Badan Ketahanan Pangan menyelenggarakan fungsi: a. Koordinasi, pengkajian, penyusunan kebijakan, pemantauan dan pemantapan di bidang ketersediaan pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan keamanan pangan segar; b. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang ketersediaan pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan keamanan pangan segar; c. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang ketersediaan pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan. dan peningkatan keamanan pangan segar; d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang ketersediaan pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan keamanan pangan segar; Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

15 e. Pelaksanaan administrasi Badan Ketahanan Pangan; dan f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. 2.5 Sasaran Strategis Sasaran strategis pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh Badan Ketahanan Pangan tahun adalah sebagai berikut: a. Meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam; b. Menurunnya jumlah penduduk rawan pangan; c. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen; d. Meningkatnya kuantitas dan kualitas konsumsi pangan masyarakat; e. Meningkatnya pangan segar yang aman dan bermutu. 2.6 Struktur organisasi Tugas Badan Ketahanan Pangan meliputi dibidang: penyediaan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, serta pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan gizi. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari Badan Ketahanan Pangan didukung oleh 4 (empat) Eselon II dengan struktur organisasi, sebagai berikut: a. Sekretariat Badan, bertugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. b. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, bertugas melaksanakan koordinasi pengkajian, penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang ketersediaan pangan dan penurunan kerawanan pangan. c. Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, bertugas melaksanakan koordinasi pengkajian, penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang distribusi dan cadangan pangan. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

16 d. Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, bertugas melaksanakan koordinasi pengkajian, penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan segar. Gambar 1. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

17 Gambar 2. Pejabat Eselon I dan Eselon II Badan Ketahanan Pangan Per Mei 2016 Struktur organisasi Pejabat Eselon I dan II Badan Ketahanan Pangan sampai dengan bulan Mei 2016, dapat dilihat pada gambar 2. Per bulan Juni 2016 Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat D, ME.d memasuki masa pensiun. Gambar 3. Pejabat Eselon I dan Eselon II Badan Ketahanan Pangan Per Desember 2016 Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

18 Pada tanggal 10 Oktober 2016, Menteri Pertanian melantik Ir. Mulyadi Hendiawan, MM sebagai Sekretaris Badan Ketahanan Pangan menggantikan Dr. Ir. Mei Rochjat D, ME.d yang telah pensiun. Pada tanggal 19 Desember 2016, Menteri Pertanian melantik Dr. Ir. Riwantoro, MM sebagai Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, dan Dr. Benny Rachman, MSi sebagai Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan; Dr. Benny Rachman, MSi sebagai Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan menggantikan Dr. Ir. Tjuk Eko Hari Basuki, M.St yang diusulkan menjadi widyaiswara. Pelantikan Pejabat Eselon I Lingkup Kementerian Pertanian berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 100/M Tahun 2015, dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini. 2.7 Dukungan Sumberdaya Manusia (SDM) Keberhasilan penyelenggaraan dan pelaksanaan tugas serta berbagai kegiatan program pembangunan ketahanan pangan yang dikelola Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, ditentukan oleh kemampuan sumberdaya manusia aparat yang tersedia. Jumlah pegawai Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 sebanyak 322 pegawai. Data tersebut berdasarkan perhitungan, dari awal hingga akhir tahun 2016, Pegawai Badan Ketahanan Pangan berkurang sejumlah 20 orang pegawai, diantaranya: 16 orang pegawai yang disebabkan karena pensiun dan 4 orang pegawai mutasi pindah tugas, sedangkan jumlah pengawai pindahan dari Ditjen Pemasaran Hasil Pertanian 32 orang pegawai. Rincian jumlah pegawai Badan Ketahanan Pangan berdasarkan golongan dan ruang dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini : Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

19 Tabel 1. Jumlah Pegawai Badan Ketahanan Pangan, Menurut Golongan Ruang (Kondisi Desember 2016) No Golongan Ruang A B C D E Jumlah 1 I II III IV Jumlah Jumlah pegawai Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 berdasarkan Golongan terbanyak adalah Golongan III berjumlah 239 pegawai, kemudian diikuti dengan golongan IV berjumlah 56 pegawai, golongan II berjumlah 26 pegawai dan golongan I berjumlah 1 pegawai. Untuk melihat jumlah pegawai berdasarkan golongan dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2. Jumlah Pegawai Badan Ketahanan Pangan, Menurut Golongan dan Pendidikan Akhir (Kondisi Desember 2016) No Gol/ Ruang S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 D1 SLTA SLTP SD Jumlah 1 I II III IV Jmlh Sumber : Data Subbag Kepegawaian Badan Ketahanan Pangan Berdasarkan tabel 2 di atas, jumlah pegawai terbanyak dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 123 pegawai dan selanjutnya diikuti dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 88 pegawai. Jumlah pegawai dengan pendidikan Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

20 S2 sebanyak 86 pegawai. Jumlah pegawai dengan pendidikan S3 relatif masih sedikit hanya berjumlah 10 pegawai. Bila dilihat dari komposisi jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan, bahwa pegawai di Badan Ketahanan Pangan lebih didominasi dengan tenaga teknis dan selebihnya adalah tenaga administrasi. Dalam rangka meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan kualitas aparatur dalam penyelenggaraan berbagai tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan, pada tahun 2016 telah dilakukan program tugas belajar sebanyak 12 orang, terdiri dari 6 pegawai mengikuti pendididikan S3 dan 19 pegawai mengikuti pendidikan S2. Dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi dan pengembangan sumber daya manusia, pengembangan karir melalui jabatan fungsional sebagai upaya peningkatan produktivitas sumber daya manusia dan memberikan kejelasan dan kepastian karier pegawai. Jabatan fungsional merupakan jabatan yang pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu, serta bersifat mandiri. Badan Ketahanan Pangan telah memiliki 11 jabatan fungsional dengan, jumlah pegawai yang telah memiliki jabatan fungsional sebanyak 65 orang pegawai, secara rinci dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 3 Pegawai dengan Jabatan Fungsional Khusus Badan Ketahanan Pangan No. Jabatan Fungsional Jumlah (OrangPegawai) 1 Pranata Komputer 3 2 Analis Kepegawaian 3 3 Statistisi 4 4 Pranata Humas 2 5 Analis Pasar Hasil Pertanian (APHP) 7 6 Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) 9 Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

21 No. Jabatan Fungsional Jumlah (OrangPegawai) 7 Arsiparis 7 8 Pustakawan 1 9 Perencana 1 10 Pengelola Pengadaan Barang/Jasa 1 11 Analis Ketahanan Pangan 27 Total 65 Sumber : data Subbag Kepegawaian Badan Ketahanan Pangan 2.8 Program dan Anggaran Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Badan Ketahanan Pangan memiliki Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat mencakup 4 (empat) kegiatan, yaitu: (1) Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Kerawanan Pangan; (2) Pengembangan Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan; (3) Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar; dan (4) Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya. Untuk mendukung suksesnya pelaksanaan program dan kegiatan ketahanan pangan tahun 2016, Badan Ketahanan Pangan memperoleh alokasi anggaran pagu sebesar Rp. 671,86 milyar dan realisasi anggaran sampai dengan tanggal 11 Januari 2016 setelah rekonsiliasi data keuangan tahun 2016 sebesar Rp. 638,58 milyar atau 95,05 persen dari pagu setelah diblokir, dengan perincian per kegiatan sebagai berikut: a. Pengembangan Distribusi dan Cadangan Pangan terealisasi sebesar Rp. 184,35 milyar atau 95,42 persen dari target Rp. 193,19 milyar. b. Pengembangan Ketersediaan dan Kerawanan Pangan terealisasi sebesar Rp. 228,99 milyar atau 93,69 persen dari target Rp. 244,40 milyar. c. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan terealisasi sebesar Rp.144,33 persen atau 96,57 persen dari target Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

22 sebesar Rp. 149,45 milyar. d. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya terealisasi sebesar Rp. 80,92 milyar atau 95,30 persen dari target sebesar Rp. 84,91 milyar. Tabel 4 : Pagu dan Realisasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 dan 2016 (Update Data s/d Januari 2017) Uraian Tahun Pagu (Rp. Milyar) 635,25 671,86 Realisasi (Rp. Milyar) 544,66 638,58 Tabel 5 : Realisasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Berdasarkan Per Kegiatan Tahun 2016 No Kegiatan Pengembangan Distribusi dan Cadangan Pangan Pengembangan Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Pagu Anggaran (Rp. milyar) Realisasi (Rp. milyar) % 193,19 184,35 95,42 244,40 228,99 93,69 149,45 144,33 96,57 84,91 80,92 95,30 Total 671,86 638,58 95,05 Capaian realisasi anggaran Badan Ketahanan Pangan tahun 2016 sebesar 95,05 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran pada tahun 2015 yang hanya mencapai 85,74 persen. Rendahnya penyerapan anggaran tersebut disebabkan oleh : Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

23 a. Seringnya terjadi revisi DIPA yang mengakibatkan perubahan POK. b. Mutasi pegawai atau pejabat pengelola keuangan. c. Terlambatnya penerbitan SK Pengelola Keuangan (Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Bendahara Pengeluaran). d. Pegawai pindahan kurang memahami mekanisme pencairan anggaran dan adanya kehati-hatian dalam pengelolaan anggaran. e. Mutasi dan serah terima jabatan tidak disertai dengan serah terima berkas/dokumen pelaksanaan kegiatan. f. Keterlambatan proses adminsitrasi di kabupaten/kota yang masuk dana Dekonsentrasi. g. Perubahan sasaran akibat perubahan anggaran dan tidak sesuai dengan pedoman/kriteria sasaran. h. Lokasi sasaran yang jauh dari penduduk. i. Infrastruktur dan kondisi alam. j. Kendala SOLID: (1) Beberapa kegiatan yang harusnya dilakukan di awal tahun harus tertunda karena adanya pemblokiran, (2) pencairan dana ditahun 2015 masih disalurkan ditahun 2016, (3) Beberapa kegiatan yang harusnya dilakukan diawal tahun harus tertunda karena adanya pemblokiran, dan (4) proses identifikasi yang agak terlambat karena blm siapnya masyarakat dalam penyusunan Rencana Usaha. 2.9 Website Badan Ketahanan Pangan Keberadaan website mempunyai peran penting bagi Badan Ketahanan Pangan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dalam menyebarluaskan informasi program dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan. Penyebarluasan informasi ketahanan pangan berbasis website sebagai bentuk pelayanan informasi kepada publik sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

24 Dalam rangka pengelolaan website, kegiatan utama yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan adalah Pengembangan Sistem Informasi Ketahanan Pangan, dimaksudkan untuk menyiapkan suatu sistem informasi manajemen yang ideal untuk meningkatkan dan memperkuat Sistem Informasi Ketahanan Pangan. Adapun llingkup kegiatan berupa: (1) melakukan penyusunan panduan website Badan Ketahanan Pangan; (2) pengembangan sistem informasi ketahanan pangan; (3) melakukan updating informasi ketahanan pangan pada website Badan Ketahanan Pangan; (4) melakukan pemantauan dan pembinaan webiste pada satker/unit kerja yang menangani ketahanan pangan di provinsi. Kegiatan Sistem Informasi berbasis website yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan tahun 2016 meliputi: a. Melakukan updating informasi ketahanan pangan dalam rangka menyediakan dan menyebarluaskan informasi melalui website Badan Ketahanan Pagan. Kegiatan pengelola website dikelola oleh Tim website Badan Ketahanan Pangan. b. Melakukan konsolidasi website dan pemantauan informasi ketahanan pangan di daerah. Kegiatan pemantauan website ke daerah ini bertujuan untuk melihat sejauhmana pengelolaan website yang dilaksanakan oleh satker ketahanan pangan provinsi dalam penyebaran informasi ketahanan pangan. Sementara kegiatan konsolidasi dilaksanakan dalam rangka untuk membina dan memperkuat website di daerah. Secara umum website pada satker/unit kerja yang menangani ketahanan pangan provinsi sudah memiliki website secara mandiri. Walaupun demikian masih terdapat terdapat 6 satker provinsi yang belum memiliki website dan masih menumpang pada website Pemerintah Provinsi, yakni Badan Ketahanan Pangan dan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Kalimantan Tengah, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Tenggara, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Maluku, Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara, Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan dan Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

25 Ketahanan Pangan Provinsi Papua Barat dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Papua. Kedepan upaya yang perlu dilakukan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah mendorong percepatan pembangunan website daerah melalui pendanaan dari APBD Provinsi dan mengikutsertakan satker daerah untuk mengikuti pelatihan website yang diadakan Badan Ketahanan Pangan maupun Pusdatin Kementan. c. Keikutsertaan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dalam lomba Website yang diadakan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian. Pada lomba website tahun 2016 tersebut, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian masuk lima besar dan memperoleh peringkat 4 (empat) untuk kategori unit kerja eselon I lingkup Kementerian Pertanian. Sementara untuk lomba website tingkat SKPD Provinsi, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau dan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat masuk dalam 5 (lima) besar dan masing-masing memperoleh peringkat 4 (empat) dan 5 (lima). Untuk lomba website yang diadakan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, untuk kategori SKPD Provinsi, Badan Ketahanan Pagan dan Penyuluhan Provinsi DI Yogyakarta memperoleh juara pertama. Dengan prestasi yang dicapai oleh satker daerah tentunya dapat memberikan motivasi bagi satker ketahanan pagan provinsi lainnya. Pentingnya pengembangan website khususnya untuk website Badan Ketahan Pangan baik di tingkat Pusat maupun untuk tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan keharusan dalam upaya penyebarluasan informasi ketahanan pangan yang selalu dituntut up to date. Informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat khususnya stakholder yang berkaitan dengan pembangunan ketahanan pangan. Dengan website yang mudah diakses, aspek membangun informasi ketahanan pangan akan lebih mudah dicapai dan memberikan edukasi/pengetahuan kepada masyarakat untuk mengetahui isu-isu ketahanan pangan yang berkembang saat ini. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

26 2.10 Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Badan Ketahanan Pangan Dalam rangka mendukung keterbukaan informasi publik, Badan Ketahanan Pangan sebagai salah satu Badan Publik di Kementerian Pertanian telah berkomitmen untuk mengelola informasi dan dokumentasi, sehingga jika ada permintaan Informasi Publik dari pemohon dapat dilayani sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Komitmen tersebut tercermin dari telah ditunjuknya Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pelaksana dan Pembantu Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pelaksana, dukungan sarana dan prasarana, serta penganggaran untuk mendukung kegiatan pelayanan informasi publik di Badan Ketahanan Pangan. Pengelolaan pelayanan informasi publik di lingkup Badan Ketahanan Pangan telah didukung dengan tersedianya sarana dan prasarana yang diintegrasikan dengan Ruang Perpustakaan. Fasilitas yang tersedia adalah counter desk dan perangkat komputer. Ruang perpustakaan yang difungsikan sebagai ruang pelayanan informasi publik ini berada di di Kantor Pusat Kementerian Pertanian Gedung E Lantai 3. Untuk mendapatkan informasi yang dihasilkan oleh Badan Ketahanan Pangan, selain dapat datang langsung, telepon atau melalui pelayanan online yakni bkphumas.kemtan@gmail.com juga dapat dilakukan dengan penyediaan informasi melalui situs web dengan alamat bkp.pertanian.go.id. Pelayanan informasi publik di PPID Badan Ketahanan Pangan didukung beberapa Staf Humas dan Tata Usaha di Sekretariat Badan Ketahanan Pangan terutama dalam membantu pelaksanaan tugas sehari-hari yaitu menghimpun informasi publik yang wajib disediakan dan juga pelayanan kepada pemohon informasi publik. Pengelolaan informasi publik yang berbasis internet, dapat diunduh pada website Badan Ketahanan Pangan dengan alamat Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

27 Website ini dikelola Bagian Evaluasi dan Pelaporan. Untuk meningkatkan kemampuan SDM dalam pengelolaan Informasi Publik di Badan Ketahanan Pangan, pejabat PPID maupun PPID Pembantu Pelaksana tidak hanya aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan PPID Utama, tetapi juga mempelajari dan menelaah peraturan perundang-undangan yang ada, maupun dari sumber bacaan lain yang relevan. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

28 BAB III CAPAIAN KINERJA PROGRAM Berdasarkan Indikator Kinerja Utama Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian pada tahun 2016, sasaran Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat Badan Ketahanan Pangan yaitu meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan dengan sasaran kegiatan utama yaitu: (1) Meningkatnya pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan; (2) Meningkatnya pemantapan distribusi dan harga pangan; (3) Meningkatnya pemantapan ketersediaan pangan dan penanganan rawan pangan; (4) Meningkatnya manajemen dan pelayanan administrasi dan keuangan secara efektif dan efisien dalam mendukung pengembangan dan koordinasi kebijakan ketahanan pangan. Masing-masing sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan menggunakan indikator kinerja. Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan dalam menjalankan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat diukur berdasarkan pencapaian outcome. Pengukuran tersebut dilakukan mengingat outcome merupakan hasil dari berfungsinya output yang telah dilaksanakan unit kerja Eselon II yaitu Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, serta Sekretariat Badan Ketahanan Pangan. Pengukuran capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan tersebut dilaksanakan secara bulanan. triwulanan dan tahunan. sedangkan pengukuran realisasi keuangan dan fisik output kegiatan dipantau secara mingguan. bulanan dan triwulanan melalui Laporan Sistem Monitoring Evaluasi (Simonev) dan PMK 249/2011 secara online. Laporan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN). Laporan Kegiatan Utama dan Strategis. serta Laporan Penetapan Kinerja (PK) dan Indikator Kinerja Kegiatan Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

29 (IKK) Badan Ketahanan Pangan dan Kementerian Pertanian. Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar mampu menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliabel sebagai bahan pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar untuk menyimpulkan kemajuan kinerja. mengambil tindakan dalam rangka mencapai target kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini : Tabel 6 Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2016 SASARAN PROGRAM 1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam 2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan 3. Stabilitas harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen INDIKATOR 1. Skor PPH Ketersediaan 2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan 3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg) TARGET REALISASI CAPAIAN Berhasil (95 %) - Capaian keberhasilan Skor PPH Ketersediaan hampir mendekati target. maka ketersediaan pangan sudah terpenuhi bagi masyarakat. sehingga capaian kinerja semakin baik. 1% 0.27 % - Krg Berhasil (27 %) - Sudah terjadi penurunan jumlah penduduk rawan pangan. namun penurunan masih kurang berhasil. HPP HPP Rp (Sangat Berhasil 117 %) - Harga gabah sudah diatas HPP. maka semakin tinggi pendapatan petani. sehingga capaian kinerja semakin baik. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

30 SASARAN PROGRAM 4. Peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan masyarakat INDIKATOR 4. Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen (Cv) Beras Cabai Merah Bawang Merah TARGET < 10% < 28 % < 18 % 5. Konsumsi Energi Kkal/Kap/hr 6. Konsumsi Pangan Hewani 7. Skor PPH Konsumsi REALISASI 1.74 % % % Kkal/Kap/Hr 200 Kkal/Kap/hr 211 Kkal/Kap/Hr CAPAIAN Diharapkan kesejahteraan semakin baik. petani - CV harga beras sudah sangat rendah/jauh dari target sehingga harga beras ditingkat konsumen sangat stabil. - CV harga cabai merah lebih rendah dari target, namun hampir mendekati target sehingga harga cabai merah kurang stabil. - CV harga bawang merah lebih tinggi dari target. sehingga harga bawang merah belum stabil. - Sangat Berhasil (105.2 %) Konsumsi energi. sudah melebihi target. maka konsumsi energi sudah sangat baik. sehingga capaian kinerja semakin baik. - Sangat Berhasil (105.5 %) Konsumsi pangan hewani. sudah melebihi target. maka konsumsi pangan hewani semakin banyak. sehingga capaian kinerja semakin baik Berhasil (99 %) - Capaian keberhasilan Skor PPH Konsumsi. hamper mendekati target. maka Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

31 SASARAN PROGRAM 5. Peningkatan pangan segar yang aman dan bermutu INDIKATOR 8. Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras 9. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi TARGET REALISASI CAPAIAN konsumsi pangan masyarakat semakin beragam dan seimbang. sehingga capaian kinerja semakin baik % 6.30 % - Sangat Berhasil (110 %) - Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras. sudah melebihi target. maka konsumsi pangan non beras semakin banyak. sehingga capaian kinerja semakin baik. 10% % - Sangat Berhasil (260 %) - Capaian kinerja sudah diatas target. berarti banyak produk pangan segar yang tersertifikasi. maka pelaku pertanian semakin paham tingkat keamanan produk pangan segar. sehingga capaian kinerja semakin baik. 10. Tingkat keamanan pangan segar yang diuji Sumber : Badan Ketahanan Pangan 80% % - Sangat berhasil (124 %) - Capaian kinerja keamanan pangan segar yang diuji. sudah diatas target. maka semakin aman pangan segar di masyarakat. sehingga capaian kinerja semakin baik. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

32 Dari tabel diatas dapat diketahui, bahwa capaian kinerja Perjanjian Kinerja Tahun 2016 adalah: dari 10 indikator, yang mencapai nilai pencapaian diatas 100 persen (Sangat Berhasil) sebanyak 6 indikator, nilai pencapaian persen (Berhasil) sebanyak 2 indikator yaitu PPH Ketersediaan dan Skor PPH Konsumsi, dan nilai pencapaian dibawah 60 persen kurang sebanyak 1 indikator yaitu penurunan rawan pangan, meskipun mengalami penurunan jumlah penduduk rawan pangan. Sedangkan untuk indikator koefisien variasi harga beras jauh dibawah target sehingga harga beras stabil, cabai merah meskipun sudah dibawah target namun hampir mendekati target, sehingga harga cabai merah kurang stabil, sedangkan harga bawang merah diatas target sehingga harga bawang merah belum stabil Skor PPH Ketersediaan (NBM) Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan ketahanan pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat, rumah tangga, dan perseorangan secara berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan meningkatkan kuantitas serta kualitas konsumsi pangan, diperlukan target pencapaian angka ketersediaan pangan per kapita per tahun sesuai dengan angka kecukupan gizinya. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X tahun 2014 merekomendasikan kriteria ketersediaan pangan ditetapkan minimal kkal/kapita/hari untuk energi dan minimal 63 gram/kapita/hari untuk protein. Ketersediaan energi selama kurun waktu sudah jauh di atas rekomendasi WNPG X tahun 2012 dengan rata rata kkal/kapita/hari. Ketersediaan energi tersebut mengalami peningkatan rata-rata 0,63 persen per tahun. Kecenderungan peningkatan ketersediaan energi selama periode ini disebabkan terjadinya peningkatan ketersediaan energi yang cukup besar pada periode karena adanya peningkatan produksi beberapa komoditas pangan. Kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa ketersediaan energi secara umum sudah cukup baik. Kelebihan ketersediaan Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

33 pangan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai stok atau cadangan maupun untuk diekspor. Seperti halnya ketersediaan energi, tingkat ketersediaan protein pada periode juga sudah melebihi rekomendasi angka kecukupan gizi WNPG X tahun 2012 dengan ketersediaan protein rata-rata 89,66 gram/kapita/hari. Namun ketersediaan protein tersebut mengalami penurunan rata-rata 1,19 persen per tahun. Upaya dalam peningkatan ketersediaan protein antara lain : (1) berkoordinasi dengan instansi terkait dalam upaya peningkatan produksi komoditas yang mengandung protein nabati dan hewani, (2) sosialisasi dan promosi terkait dengan ketersediaan protein di tingkat rumah tangga. Jika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok pangan hewani memberikan porsi sumbangan dengan jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan kelompok pangan hewani. Secara nasional, ketersediaan energi dan protein per kapita per tahun dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini. Tahun * Total Pertumbhn Rata2 Pertumbhn (%) Tabel 7. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein serta Skor PPH Ketersediaan Tahun Energi (Kalori/Hari) Protein (Gram/Hari) Skor PPH Total Nabati Hewani Total Nabati Hewani Ketersediaan Rata-rata Keterangan : NBM 2016 Perkiraan Sumber: Badan Ketahanan Pangan (BKP). Kementerian Pertanian Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

34 Grafik 1. Ketersediaan Energi Tahun Grafik 2. Ketersediaan Protein Tahun Grafik 3. Skor PPH Ketersediaan Pangan Tahun Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

35 Tingkat ketersediaan pangan selain dilihat dari kecukupan gizinya, baik energi dan protein, juga dinilai dari sisi keberagaman ketersediaan gizi berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH). PPH tingkat ketersediaan dihitung berdasarkan ketersediaan energi Neraca Bahan Makanan (NBM). Keberagaman ketersediaan pangan akan mendukung pencapaian keberagaman konsumsi pangan sehingga dapat dicapai sasaran konsumsi pangan yang diharapkan. Perkembangan skor PPH tingkat ketersediaan berdasarkan Neraca Bahan Makanan tahun menunjukkan skor rata-rata 87,72 persen dengan kecenderungan meningkat rata-rata 0,51 persen per tahun. Skor PPH tingkat ketersediaan dari NBM tahun 2016 adalah 85,24, apabila dibandingkan tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 4,48. Penurunan tersebut disebabkan oleh: (1) mulai tahun 2014 perhitungan angka PPH ketersediaan telah menggunakan angka ketersediaan energi kkal/kapita/hari sesuai dengan rekomendasi WNPG X tahun sebelumnya angka ketersediaan energi kkal/kap/hari; (2) pemindahan kandungan gizi komoditas rumput laut yang sebelumnya masuk ke dalam kelompok hewani. di masukan ke kelompok nabati. Untuk mencapai keberagaman ketersediaan pangan yang ideal dan memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) tingkat ketersediaan yang dianjurkan. maka yang perlu ditingkatkan lagi selama tahun adalah ketersediaan kelompok pangan hewani serta sayuran dan buah. Ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita per hari pada tahun 2016 (angka sangat sementara) masing-masing sebesar kkalori, 83,07 gram, dan 79,64 gram. Situasi ketersediaan pangan tersebut masih mengalami perubahan, karena data yang digunakan bersifat sangat sementara, estimasi/perkiraan dan sasaran, sehingga belum dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

36 A. Ketersediaan Menurut Kelompok Bahan Makanan Keragaan situasi ketersediaan bahan makanan pada periode 2014 dan 2015 menurut kelompok bahan makanan secara rinci seperti pada tabel 8 berikut : Tabel 8 Keragaan Ketersediaan Pangan Menurut Kelompok Bahan Makanan Tahun Kelompok Bahan Makanan Energi (kkal) (%) Catatan: *) Angka Sementara Tahun 2014 Tahun 2015 *) Prote in (gra m) (%) Lemak (gram) (%) Ener gi (kkal) Padi-padian ,83 55,57 60,51 12,82 20, Makanan (%) 61,5 Prote in (gra m) (%) Lem ak (gra m) (%) 9 57,13 60,23 13,11 22,68 berpati 272 7,09 1,37 1,49 1,05 1, ,83 1,28 1,35 1,00 1,73 Gula 227 5,92 0,10 0,11 0,32 0, ,52 0,09 0,09 0,31 0,54 Buah biji berminyak 224 5,84 14,08 15,33 15,34 24, ,00 15,11 15,93 15,26 26,40 Buah-buahan 71 1,85 0,76 0,83 0,44 0, ,85 0,77 0,81 0,47 0,81 Sayur-sayuran 35 0,91 1,65 1,80 0,33 0, ,83 1,50 1,58 0,30 0,52 Daging 61 1,59 4,10 4,46 4,83 7, ,62 4,12 4,34 4,95 8,56 Telur 22 0,57 1,68 1,83 1,60 2, ,63 1,80 1,90 1,71 2,96 Susu 24 0,63 1,24 1,35 1,35 2, ,63 1,25 1,32 1,37 2,37 Ikan 177 4,62 11,25 12,25 1,69 2, ,55 11,78 12,42 1,83 3,17 Minyak dan Lemak ,11 0,03 0,03 23,86 37, ,01 0,03 0,03 17,50 30,27 Total , , , , Komposisi ketersediaan energi dan protein menurut kelompok bahan makanan tahun 2014 dan 2015 sebagai berikut : 1) Kelompok Padi-Padian Kelompok padi-padian merupakan kelompok bahan makanan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap total ketersediaan energi dan protein. Ketersediaan energi kelompok padi-padian pada tahun 2015 lebih tinggi dari tahun 2014, dari kkal/kap/hari menjadi kkal/kap/hari atau meningkat sebesar 68 kkalori (2,96 persen). Demikian Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

37 pula ketersediaan protein dan lemak per kapita per hari meningkat dari 55,57 gram menjadi 57,13 gram protein, dan lemak meningkat dari 12,82 gram menjadi 13,11 gram, atau meningkat masing-masing sebesar 1,56 gram (2,81 persen) dan 0,29 gram (2,26 persen). Komoditas beras memberikan kontribusi terbesar dalam penyediaan energi, protein dan lemak pada kelompok ini. Kontribusi energi beras perkapita perhari pada tahun 2015 meningkat dibanding 2014 dari kkal menjadi sebesar kkal atau meningkat dari 165 kg/kap/tahun menjadi 172 kg/kapita/tahun (6,24 persen). Sementara itu, sumbangan terhadap protein dan lemak perkapita perhari meningkat, yaitu protein dari 38,23 gram menjadi 39,98 gram dan lemak 6,54 gram menjadi 6,84 gram. Peningkatan ini terjadi terutama karena produksi padi pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 75,40 juta ton GKG (47,30 juta ton beras) atau meningkat sebesar 4,55 juta ton GKG (6,42 persen) dari 70,85 juta ton GKG (44,45 juta ton beras) pada tahun Komoditas dalam kelompok padi-padian yang menyumbang energi terbesar kedua adalah jagung. Ketersediaan jagung per kapita per tahun, dalam bentuk energi, protein, dan lemak per kapita per hari pada tahun 2015 masing-masing mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014, yaitu dari 59,31 kg menjadi 59,40 kg, energi dari 468 kkal menjadi 469 kkal, protein 12,11 gram menjadi 12,13 gram dan lemak dari 5,70 gram lemak menjadi 5,71 gram. Hal tersebut terjadi karena meningkatnya produksi jagung dalam negeri dan volume impor tahun 2015 dibandingkan tahun 2014, yaitu dari 19,01 juta ton menjadi 19,61 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 604 ribu ton (3,18 persen). Impor jagung meningkat dari 3,35 juta ton menjadi sebesar 3,48 juta ton atau 0,13 juta ton (3,91 persen). Jagung tersebut sebagian besar dimanfaatkan sebagai bahan baku industri bukan makanan, khususnya pakan ternak. Pada tahun 2015 impor gandum menurun dibandingkan tahun 2014 dari Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

38 7,44 juta ton menjadi 7,42 juta ton atau menurun sebesar 21 ribu ton. Demikian halnya dengan ketersediaan tepung gandum sebagai turunan utama dari gandum menurun dari 5,35 juta ton atau 21,20 kg/kapita/tahun menjadi 5,19 juta ton atau 20,31 kg/kapita/tahun. Ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita per hari dari komoditas gandum tahun 2015 mengalami penurunan dibanding tahun 2014, yaitu masing-masing yaitu dari 193 kkal menjadi 185 kkal, 5,23 gram menjadi 5,01 gram dan 0,58 gram menjadi 0,56 gram. 2) Kelompok Makanan Berpati Komoditas yang masuk dalam kelompok pangan ini adalah ubi jalar, ubi kayu dan sagu. Sebagai penghasil karbohidrat yang potensial, kelompok makanan berpati dapat digunakan sebagai sumber pangan alternatif substitusi beras, untuk pakan ternak dan bahan baku industri. Kelompok pangan ini mensuplai untuk ketersediaan per kapita per hari energi, protein, dan lemak yang cukup tinggi, namun mengalami penurunan pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014, yaitu dari 272 kkal menjadi 262 kkal, 1,37 gram menjadi 1,28 gram dan 1,05 gram menjadi 1,00 gram. Komoditas ubi kayu merupakan penyumbang energi terbesar pada kelompok ini. Namun pada tahun 2015 ketersediaan energi mengalami penurunan dibanding tahun 2014 yaitu dari 51,30 kg/kapita/tahun atau 138 kkal/kapita/hari menjadi 44,69 kg/kapita/tahun atau 120 kkal/kapita/hari. Hal ini disebabkan adanya penurunan produksi ubi kayu dari 23,44 juta ton menjadi 21,80 juta ton. Ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita per hari pada tahun 2016 dari kelompok makanan berpati yaitu masing-masing sebesar 228 kkal, 1,05 gram dan 0,87 gram masih lebih rendah dibanding Hal tersebut belum bisa dijadikan acuan karena ketersediaan pada tahun 2016 masih mengalami perubahan. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

39 3) Kelompok Gula Kelompok ini terdiri dari komoditas gula pasir dan gula mangkok. Gula pasir merupakan komoditas penyumbang energi terbesar. Ketersediaan energi per kapita per hari dari kelompok gula pada tahun 2015 meningkat dibanding tahun 2014, yaitu dari 227 kkal menjadi 250 kkal, sedangkan untuk protein dan lemak relatif sama. Suplai energi tersebut didominasi oleh ketersediaan gula pasir yang meningkat pada tahun 2015 dibanding tahun 2014, yaitu dari 215 kkal/kapita/hari atau 21,57 kg/kapita/tahun menjadi 238 kkal/kapita/hari atau 23,87 kg/kapita/tahun, sedangkan gula mangkok hanya memberikan kontribusi energi sebesar 12 kkal/kapita/hari atau 1,18 kg/kapita/tahun menjadi 12 kkal/ kapita/hari atau 1,15 kg/kapita/tahun. Ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita per hari pada tahun 2016 dari kelompok gula yaitu masing-masing 158 kkal, 0,09 gram dan 0,31 gram. 4) Kelompok Buah/Biji Berminyak Buah/biji berminyak adalah kelompok bahan makanan yang mengandung minyak, yang berasal dari buah dan biji-bijian. Komoditas yang termasuk dalam kelompok ini adalah kacang tanah, kedelai, kacang hijau dan kelapa. Kelompok ini merupakan pensuplai protein nabati kedua terbesar setelah kelompok padi-padian. Ketersediaan energi dan protein per kapita per hari kelompok ini pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibanding tahun 2014, masing-masing dari 224 kkal menjadi 230 kkal, 14,08 gram menjadi 15,11 gram, sedangkan untuk lemak ketersediaan per kapita per hari mengalami penurunan dari 15,34 gram menjadi 15,26 gram. Komoditas yang paling berperan sebagai penyumbang energi dan protein terbesar dalam kelompok ini, adalah kedelai. Ketersediaan Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

40 kedelai sebagai bahan makanan yang akan dikonsumsi langsung maupun turunan/produk olahannya secara nasional pada tahun 2015, mengalami peningkatan dibanding tahun 2014, yaitu dari 2,52 juta ton menjadi sebesar 2,81 juta ton, yang sebagian besar berasal dari impor (70 persen), sedangkan produksi kedelai dalam negeri hanya menyumbang 30 persen. Ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita per hari dari komoditas kedelai meningkat pada tahun 2015 dibanding 2014, yaitu dari 104 kkal menjadi sebesar 115 kkal, 11,05 gram menjadi sebesar 12,19 gram, dan 4,57 gram menjadi 5,04 gram. Demikian pula volume ketersediaan kedelai meningkat dari 9,98 kg/kapita/tahun menjadi 11,01kg/kapita/tahun. Komoditas kelapa juga mensuplai energi yang cukup besar bagi kelompok ini. Namun demikian kontribusi energi, protein, dan lemak per kapita per hari pada tahun 2015 mengalami penurunan dibanding tahun 2014 masing-masing dari 80 kkal menjadi 76 kkal; 0,75 gram menjadi 0,72 gram dan 7,70 gram menjadi 7,36 gram. Penyediaan kelapa yang berasal dari produksi dalam negeri pada tahun 2015 mengalami penurunan dibanding tahun 2014 yaitu dari 12,02 juta ton equivalen kelapa daging menjadi sebesar 11,68 juta ton, sehingga volume ketersediaan kelapa per kapita mengalami penurunan dari 15,28 kg/tahun menjadi 14,61 kg/tahun. Ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita per hari pada tahun 2016 dari kelompok buah biji berminyak, yaitu masing-masing 153 kkal, 7,40 gram dan 11,50 gram, masih lebih rendah dari dua tahun sebelumnya karena data yang masuk belum lengkap dan sebagian besar masih angka sementara, estimasi dan angka sasaran. 5) Kelompok Buah-Buahan Kelompok ini merupakan pangan sumber vitamin dan mineral. Kontribusi energi per kapita/hari pada tahun 2015 sama dengan tahun 2014 yaitu sebesar 71 kkal. Sedangkan untuk protein dan lemak mengalami Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

41 peningkatan masing-masing dari 0,76 gram menjadi 0,77 gram dan 0,44 gram menjadi 0,47 gram. Komoditas yang memberikan kontribusi energi per kapita yang cukup besar adalah pisang dan salak. Pada tahun 2015 ketersediaan energi per kapita untuk pisang mengalami peningkatan dibanding tahun 2014 yaitu dari 34 kkal/hari atau 25,84 kg/tahun menjadi 36 kkal/hari atau 27,15 kg/tahun, sedangkan untuk salak mengalami penurunan dari 10 kkal/hari atau 4,13 kg/tahun menjadi 9 kkal/hari atau 3,51 kg/tahun. Impor terbesar pada kelompok ini didominasi oleh komoditas jeruk dan apel, namun mengalami penurunan pada tahun 2015 dibanding tahun 2014, masing-masing dari 0,15 juta ton menjadi sebesar 0,11 juta ton jeruk dan dari 0,14 juta ton menjadi sebesar 0,08 juta ton apel. Sementara itu, ekspor terbesar di dominasi oleh komoditas nanas yaitu 171 ribu ton pada tahun 2014 dan 173 ribu ton pada tahun Ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita per hari pada tahun 2016 dari kelompok buah-buahan untuk sementara tidak jauh berbeda dengan dua tahun sebelumnya namun akan mengalami perubahan apabila data sudah menjadi angka sementara ataupun angka tetap. 6) Kelompok Sayur-Sayuran Seperti halnya dengan kelompok buah-buahan, sayuran juga merupakan kelompok pangan sumber vitamin dan mineral. Kontribusi energi, protein dan lemak per kapita per hari pada tahun 2015 mengalami penurunan dibanding tahun 2014 yaitu masing-masing dari 35 kkal menjadi 32 kkal, dari 1,65 gram menjadi 1,50 gram dan dari 0,33 gram menjadi 0,30 gram. Komoditas yang memberikan kontribusi energi terbesar adalah kentang, yaitu sebesar 6 kkal/kapita/hari baik pada tahun 2014 maupun tahun 2015, namun ketersediaan perkapita per tahun menurun pada tahun 2015 dibanding tahun 2014 dari 5,31 kg menjadi 4,80 kg. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

42 Impor yang paling besar pada kelompok sayuran adalah bawang putih, namun mengalami penurunan pada tahun 2015 dibanding tahun 2014 yaitu dari 0,49 juta ton (97,83 persen) menjadi sebesar 0,48 juta ton (97,18 persen) dari total penyediaan dalam negeri. Ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita per hari kelompok sayur-sayuran pada tahun 2016, tidak jauh berbeda dengan dua tahun sebelumnya yaitu masing-masing 32 kkal, 1,50 gram dan 0,32 gram, namun data ini akan mengalami perubahan apabila sudah menjadi angka sementara atau angka tetap. 7) Kelompok Daging Daging merupakan pangan sumber protein hewani dan kelompok ini memberikan sumbangan energi dan protein hewani kedua terbesar setelah kelompok ikan. Pada tahun 2015 ketersediaan per kapita per hari untuk energi, protein dan lemak mengalami peningkatan dibanding tahun 2014 masing- masing dari 61 kkal (1,59 persen) menjadi 62 kkal (1,62 persen) dari total ketersediaan 4,10 gram menjadi 4,12 gram dan 4,83 gram menjadi 4,95 gram. Komoditas yang memberi kontribusi energi, protein dan lemak per kapita per hari terbesar pada kelompok ini, yaitu daging ayam ras yang pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibanding tahun 2014 masing-masing dari 30 kkal/kapita/hari (49,18 persen) menjadi 31 kkal/kapita/hari (50 persen) dari total kelompok daging, 1,79 gram menjadi 1,86 gram dan 2,46 gram menjadi sebesar 2,56 gram atau volume ketersediaan sebesar 6,18 kg/kapita/tahun menjadi 6,44 kg/kapita/tahun. Ketersediaan energi, protein dan lemak dari kelompok daging pada tahun 2016 kemungkinan akan mengalami kenaikan, dan saat ini tersedia naik masing-masing sebesar 63 kkal, 4,17 gram dan 5,03 gram, dan akan mengalami perubahan apabila sudah menjadi angka sementara dan angka tetap. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

43 8) Kelompok Telur Komoditas yang ada pada kelompok ini antara lain telur ayam buras, telur ayam ras dan telur itik. Kelompok telur memberikan kontribusi ketersediaan energi, protein dan lemak cukup tinggi. Pada tahun 2015 kontribusi per kapita per hari mengalami peningkatan dibanding tahun 2014, yaitu masing-masing dari 22 kkal (0,57 persen) menjadi 24 kkal (0,63 persen), dari 1,68 gram menjadi 1,80 gram, dan dari 1,60 gram menjadi 1,71 gram. Komoditas yang mendominasi ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita adalah telur ayam ras, pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibanding tahun 2014, yaitu masing-masing dari 16 kkal/hari menjadi 18 kkal/hari atau 4,84 kg/tahun menjadi 5,27 kg/tahun, dari 1,32 gram/hari menjadi 1,43 gram/hari dan dari 1,15 gram/hari menjadi 1,25 gram/hari. Ketersediaan per kapita per hari energi, protein dan lemak komoditas telur pada tahun 2016 untuk sementara ini relatif tidak jauh berbeda dengan dua tahun sebelumnya, yaitu masing-masing sebesar 24 kkal, 1,85 gram dan 1,76 gram. 9) Kelompok Susu Ketersediaan energi per kapita per hari kelompok susu pada tahun 2015 tidak mengalami perubahan dari tahun 2014 yaitu sebesar 24 kkal, sedangkan untuk protein dan lemak mengalami peningkatan yaitu masing-masing dari 1,24 gram menjadi 1,25 gram dan dari 1,35 gram menjadi 1,37 gram. Susu impor masih mendominasi ketersediaan susu. Pada tahun 2015 mengalami penurunan di banding 2014 yaitu dari 3,13 juta ton menjadi 3,12 juta. Meskipun demikian ketersediaan susu per kapita per tahun mengalami peningkatan yaitu dari 11,41 kg/kapita/tahun menjadi 11,49 kg/kapita/tahun. Sementara itu ketersediaan energi tidak mengalami Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

44 perubahan yaitu 19 kkal, sedangkan untuk protein dan lemak per kapita perhari mengalami peningkatan masing-masing dari 1,00 gram menjadi 1,01 gram dan dari 1,09 gram menjadi 1,10 gram. Ketersediaan per kapita per hari energi, protein dan lemak pada tahun 2016 yaitu masing-masing 9 kkal, 0,48 gram dan 0,53 gram, angka ini masih mengalami perubahan karena nilai impor susu masih sangat sementara baru sebesar 823 ribu ton (impor susu biasanya mencapai 3 juta ton). 10) Kelompok Ikan Produksi perikanan berasal dari produksi ikan tangkap dan budidaya, baik air tawar maupun laut, termasuk rumput laut. Namun demikian dari hasil kesepakatan, kandungan nilai gizi rumput laut dimasukkan ke dalam produk pangan nabati. Komoditas perikanan memberikan kontribusi ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita per hari yang cukup tinggi. Pada tahun 2015, kontribusinya mengalami peningkatan dibanding tahun 2014 yaitu masing-masing dari 177 kkal menjadi 213 kkal, dari 11,25 gram menjadi 11,78 gram dan dari 1,69 gram menjadi 1,83 gram. Pada tahun 2016 ketersediaan per kapita per hari energi, protein masing-masing sekitar 213 kkal, 11,48 gram dan 1,85 gram. Angka ini akan berubah seiring dengan perubahan data produksi dan besarnya nilai ekspor dan impor produk perikanan. 11) Kelompok Minyak dan Lemak Kelompok pangan ini terdiri dari minyak nabati dan lemak hewani. Minyak nabati terdiri dari minyak yang berasal dari kacang tanah, kopra dan sawit, sedangkan lemak hewani merupakan bagian dari kelompok daging. Kelompok ini menyumbangkan ketersediaan energi dan lemak terbesar yang kedua setelah kelompok padi-padian. Pada tahun 2015 ketersediaan energi dan lemak per kapita per hari Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

45 mengalami penurunan dibanding tahun 2014 yaitu masing-masing dari 426 kkal menjadi 307 kkal dan dari 23,86 gram menjadi 17,50 gram, sedangkan untuk ketersediaan protein tidak mengalami perubahan yaitu tetap sebesar 0,03 gram. Kontribusi kelompok minyak nabati terhadap ketersediaan energi dan lemak per kapita per hari merupakan yang terbesar, pada tahun 2015 mengalami penurunan dibanding tahun 2014 yaitu masing-masing dari 419 kkal menjadi sebesar 299 kkal dan dari 23,06 gram menjadi sebesar 16,67 gram, sedangkan untuk ketersediaan protein tetap tidak mengalami perubahan yaitu 0,02 gram. Komoditas minyak goreng yang berasal dari sawit menyumbang ketersediaan energi terbesar namun mengalami penurunan pada tahun 2015 dibanding tahun 2014, yaitu dari 396 kkal/kapita/hari atau 16,00 kg/kapita/tahun menjadi 278 kkal/kapita/hari atau 11,26 kg/kapita/tahun. Untuk minyak goreng dari kopra juga mengalami penurunan dari 20 kkal/kapita/hari atau 0,85 kg/kapita/tahun menjadi 18 kkal/kapita/hari atau 0,74 kg/kapita/tahun. Sementara itu pada tahun 2016 (angka sangat sementara) ketersediaan per kapita per hari energi, protein dan lemak masing-masing sekitar 809 kkal, 0,05 gram dan 44,18 gram. Angka ketersediaan ini akan mengalami perubahan apabila sudah menjadi angka sementara atau angka tetap. B. Ketersediaan Pangan Strategis Ketersediaan pangan strategis sangat diandalkan dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan. Pangan strategis dapat diartikan sebagai pangan yang terkait dengan kepentingan sebagian besar masyarakat, baik secara ekonomi, sosial dan budaya. Komoditas pangan strategis terdiri dari beras, jagung, kedelai, gula pasir, cabai, bawang merah, daging sapi. Komoditas-komoditas ini dibutuhkan setiap saat dan sangat penting perannya dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Kurangnya ketersediaan bahan pangan strategis dan gejolak harga yang Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

46 tidak wajar sangat mempengaruhi akses masyarakat terhadap bahan pangan tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan pangan strategis diperlukan upaya-upaya khusus dalam kegiatan budidaya, pasca panen maupun distribusinya. Tabel 9 berikut menggambarkan kemampuan produksi nasional dalam memenuhi ketersediaan pangan strategis pada tahun 2014 dan Tabel 9. Ketersediaan Pangan Strategis Tahun *) No Komoditas Produksi (000 ton) Ketersediaan Bahan Makanan (000 ton) Produksi Ketersediaan (000 ton) Produksi terhadap Ketersediaan (%) Beras (63) Jagung Kedelai (1.562) (1.851) Gula Pasir (2.859) (3.599) Cabai (50) (72) Bawang Merah Daging Sapi (52) (26) Catatan: *) Angka Sementara Produksi dalam negeri maupun dari impor dimanfaatkan juga untuk berbagai kebutuhan seperti pakan, bibit dan diolah untuk industri. Sedangkan ketersediaan bahan makanan sudah termasuk impor dan setelah dikurangi ekspor. Untuk ketersediaan komoditas beras, jagung dan bawang merah, seluruhnya bersumber dari produksi dalam negeri Penurunan Penduduk Rawan Pangan Kemiskinan dan kerawanan pangan merupakan masalah yang berkaitan dengan pencapaian pembangunan dan kesejahteraan suatu wilayah. Tingkat Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

47 perkembangan penduduk rawan pangan ditunjukkan dengan Angka Rawan Pangan yang merupakan gambaran situasi tingkat aksesibilitas pangan masyarakat dicerminkan dari tingkat kecukupan gizi masyarakat, yang diukur dari Angka Kecukupan Gizi (AKG). Data dasar yang digunakan untuk mengukur tingkat kerawanan pangan adalah data hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) yang dilaksanakan oleh BPS dimana angka kecukupan konsumsi kalori penduduk Indonesia per kapita per hari. Berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (WNPG) 2004 adalah 2000 kkal. Persentase rawan pangan berdasar angka kecukupan gizi (AKG) suatu daerah, dihitung dengan menjumlahkan penduduk dengan konsumsi kalori kurang dari 1400 kkal (70 persen AKG) perkapita dibagi dengan jumlah penduduk pada golongan pengeluaran tertentu. Angka rawan pangan sejak tahun ditunjukkan pada tabel 10 berikut:. Tahun Tabel 10. Angka Rawan Pangan Tahun Jumlah Penduduk Sangat Rawan Pangan (< 70% AKG) % Jumlah Penduduk Rawan Pangan (70%-89.9% AKG) % Jumlah Penduduk Tahan Pangan (>=90% AKG) , , , , , , , , , , , , , , ,15 Sumber: Data Susenas BPS berdasarkan pangsa pengeluaran dan konsumsi pangan dengan jumlah kecukupan gizi 2000 kkal/hari sesuai dengan WNPG VIII tahun % Keterangan: Sangat rawan Rawan Pangan Tahan pangan : (a) Konsumsi kalori perkapita perhari kurang < 70% dari AKG; : (b) Konsumsi kalori perkapita perhari 70-90% dari AKG; : (c) Kosumsi kalori perkapita perhari > 90% dari AKG. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

48 Grafik 4 Angka Rawan Pangan Tahun Sumber: Data Susenas BPS berdasarkan pangsa pengeluaran dan konsumsi pangan dengan jumlah kecukupan gizi 2000 kkal/hari sesuai dengan WNPG VIII tahun Keterangan: Sangat rawan : (a) Konsumsi kalori perkapita perhari kurang < 70% dari AKG; Rawan Pangan : (b) Konsumsi kalori perkapita perhari 70-90% dari AKG; Tahan pangan : (c) Kosumsi kalori perkapita perhari > 90% dari AKG, Persentase penduduk : (a) sangat rawan pangan pada tahun 2009 sekitar 14,47 persen, bertambah menjadi 15,34 persen pada tahun 2010, pada tahun 2011 bertambah menjadi 17,30 persen, dan pada tahun 2012 bertambah menjadi 19,52 persen. Pada tahun 2013 persentase penduduk sangat rawan turun menjadi 18,68 persen, pada tahun 2014 turun menjadi dan pada tahun 2015 turun menjadi 12,96 persen, selanjutnya pada tahun 2016 turun menjadi persen; (b) persentase penduduk rawan pangan pada tahun 2009 sebesar 27,46 persen, bertambah menjadi 31,12 persen pada tahun 2010, bertambah lagi menjadi 32,53 persen pada tahun 2011, dan pada tahun 2012 bertambah menjadi 32,97 persen. Pada tahun 2013 jumlah penduduk rawan bertambah menjadi 33,85 persen, pada tahun 2014 persentase Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

49 penduduk rawan sebesar 33,16 persen, selanjutnya pada tahun 2015 menjadi 28,57 persen, dan pada tahun 2016 turun menjadi 27,16 persen; (c) Persentase penduduk tahan pangan pada tahun 2009 sebesar 53,90 persen, bertambah menjadi 53,53 persen pada tahun 2010, tetapi pada tahun 2011 berkurang menjadi 50,18 persen; dan pada tahun 2012 berkurang menjadi 47,51 persen. Pada tahun 2013 bertambah menjadi 47,48 persen, sementara itu pada tahun 2014 persentase penduduk tahan pangan sebesar 49,90 persen. Selanjutnya pada tahun 2015 menjadi 58,48 persen, dan tahun 2016 meningkat menjadi 60,15 persen. Berdasarkan perkembangan angka rawan pangan pada grafik diatas terlihat bahwa penduduk rawan pangan mengalami perkembangan yang fluktuatif sejak tahun Kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dalam mendukung penurunan rawan pangan adalah kegiatan Pengembangan Desa/Kawasan Mandiri Pangan, Lumbung Pangan, Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Kegiatan penanganan daerah rawan pangan lebih difokuskan pada pencegahan dini daerah rawan melalui optimalisasi kegiatan FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas/Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan) dan SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) yang dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan informasi tentang kantong-kantong kerawanan pangan tingkat wilayah. FSVA disusun pada tingkat wilayah dengan menggunakan indikator yang sifatnya statis dan perubahannya jangka panjang periodepengambilan data setiap 2-3 tahun. Untuk memperkuat analisis FSVA dilakukan sistem pemantauan dan deteksi dini dalam mengantisipasi kejadian kerawanan pangan secara berjenjang dan dilakukan secara periodik (bulanan) dan terus menerus. SKPG merupakan serangkaian proses untuk mengantisipasi kejadian kerawanan pangan dan gizi melalui pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi situasi pangan dan gizi bulanan dan tahunan. Data bulanan dan tahunan tersebut menginformasikan tentang 3 (tiga) indikator utama yaitu ketersediaan, akses, dan pemanfaatan Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

50 pangan yang menjadi dasar untuk menginformasikan situasi pangan dan gizi di suatu daerah. Kegiatan SKPG kurang berjalan sesuai dengan target, karena (i) Daerah tidak optimal dalam melaksanakan dan memanfaatkan hasil analisis SKPG; (ii) Tingginya tingkat mutasi aparat sehingga petugas sering berganti; (iii) Tidak optimalnya peran Tim Pokja SKPG; dan (iv) Kurangnya kesadaran aparat terkait pentingnya kegiatan pemantauan pangan dan gizi melalui SKPG. Dalam rangka pengurangan kemiskinan dan rawan pangan, salah satu kegiatan yang dilaksanakan Badan Ketahanan Pangan adalah Pengembangan Desa dan Kawasan Mandiri Pangan. Kawasan Mandiri Pangan adalah kawasan yang dibangun dengan melibatkan keterwakilan masyarakat yang berasal dari desa-desa atau kampung-kampung terpilih (terdiri dari 5 kampung/desa), untuk menegakkan masyarakat miskin di daerah rawan pangan menjadi kaum mandiri. Tujuan umum kegiatan KMP adalah mewujudkan ketahanan pangan masyarakat berlandaskan kemandirian dan kedaulatan pangan. Secara keprograman, kegiatan KMP dilaksanakan melalui 5 tahapan yang meliputi: Tahap Persiapan, Penumbuhan, Pengembangan, Kemandirian dan Keberlanjutan (Exit Strategy). Untuk mendukung kegiatan pemberdayaan dalam KMP maka dialokasikan dana bantuan sosial bansos/bantuan pemerintah (banper) serta anggaran pembinaan dan pendampingan bagi daerah. Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan dimulai pada tahun 2013 di Kawasan Perbatasan, Kepulauan dan Papua-Papua Barat yang bertujuan untuk: (1) mengembangkan perekonomian kawasan adat di Papua-Papua Barat; (2) mengembangkan perekonomian kawasan perbatasan antar negara; dan (3) mengembangkan cadangan pangan masyarakat kawasan kepulauan. Perkembangan Kawasan Mandiri Pagan dapat dilihat pada tabel 11 berikut. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

51 Tabel 11. Perkembangan Dana Bansos dan Realisasi Kawasan Mandiri Pangan Tahun Tahun Total Rata-rata/ tahun Bansos/Banper (juta) Penerima Manfaat Sumber : Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Sasaran kegiatan Kawasan Mandiri Pangan di tahun 2016 berada di 192 kawasan di 145 Kabupaten/Kota pada 31 Provinsi yang terdiri dari 107 Kawasan Kepulauan, Perbatasan, Papua dan Papua Barat serta 85 KMP. Beberapa usaha yang sudah dijalankan Kawasan Mandiri Pangan adalah pengadaan saprodi, dagang hasil bumi, simpan pinjam, pembuatan produk turunan pertanian, penggemukan ternak dan masih banyak lagi usaha yang bertujuan sebagai sumber pendapatan anggota kelompok. Sumber penghasilan ini dipergunakan sebagai sumber untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Untuk pelaksanaan kegiatan KMP tahun 2016 (yakni KMP yang dimulai pada tahun 2015) terdapat perbedaan antara target dan capaian, dimana target pelaksanaan KMP diawal tahun 2016 adalah sebanyak 192 kawasan dan terealisasi sebanyak 181 kawasan atau 94,27 persen (yang terdiri dari 103 Kawasan Kepulauan. Perbatasan, Papua dan Papua Barat dan 78 KMP di provinsi lainnya). Penyebab terjadinya hal tersebut antara lain karena: 1. Terjadi pemekaran di salah satu wilayah Provinsi Kalimantan Timur menjadi Provinsi Kalimanatan Utara sehingga berpengaruh terhadap kesiapan provinsi baru dalam proses administrasi pencairan bansos dan pembinaan kegiatan; 2. Tantangan dari segi geografis di beberapa daerah di mana jarak antar lokasi yang jauh dan tidak hanya dihubungkan oleh daratan (tetapi juga perairan) sehingga dibutuhkan sumber daya (termasuk keuangan) yang Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

52 besar untuk pelaksanaan monev oleh aparat kabupaten dan provinsi; 3. Kapasitas SDM/aparat yang masih kurang di tingkat kabupaten; 4. Terdapat daerah yang tidak melakukan survei Data Dasar Rumah tangga (DDRT) pada Tahap Persiapan; 5. Penetapan lokasi pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan arahan yang sudah ditentukan. misalnya terdapat lokasi di mana masyarakatnya menerima bantuan lain seperti bantuan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP). Selain itu tantangan lain yang dihadapi adalah: terjadinya refocusing kegiatan dan anggaran, mutasi pejabat/pegawai, serta pendamping yang tinggal diluar desa binaan Stabilisasi Harga Pangan Strategis Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen Perkembangan Harga GKP, GKG dan Beras Tingkat Petani di Lokasi Panel Tahun 2016 a. Selama Tahun 2016 sebagian besar petani di lokasi panel menjual gabah dalam bentuk GKP dan GKG. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani berkisar antara Rp 4.057/kg s.d Rp 4.659/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Januari 2016, sedangkan harga terendah terjadi pada Bulan April Perubahan harga GKP di tingkat petani relatif kecil, yaitu turun 0,71 persen dan harga GKP tahun 2016 cenderung stabil koefisien varian (CV) sebesar 4,15 persen. Harga Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat penggilingan berkisar antara Rp 5.032/kg - Rp 5.548/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Januari 2016 dan harga terendah pada bulan Juni Sama halnya dengan perubahan harga GKP, harga GKG di tingkat penggilingan relatif kecil, yaitu turun 0,51 persen dan harga GKG tahun 2016 relatif stabil koefisien varian (CV) 3,01 persen. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

53 Harga beras medium di tingkat penggilingan berkisar antara Rp 8.556/kg - Rp 9.018/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Februari 2016 dan harga terendah pada bulan Septermber Perubahan harga GKG di tingkat penggilingan relatif kecil, yaitu turun 0,24 persen dan harga beras medium tahun 2016 relatif stabil dengan koefisien varian (CV) sebesar 1,74 persen. Harga gabah dan beras dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 5 persen dalam periode tertentu. b. Harga jagung pipilan kering di tingkat petani berkisar antara Rp 3.431/kg - Rp 4.054/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Februari 2016 dan harga terendah pada bulan Juni Perubahan harga jagung pipilan kering relatif kecil, yaitu turun 0,81 persen dan harga jagung pipilan kering tahun 2016 sedikit berfluktuasi sebesar 5,77 persen. Harga jagung dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 5 persen dalam periode tertentu. c. Harga kedelai biji kering di tingkat petani berkisar antara Rp /kg - Rp 7.367/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Februari 2016 dan harga terendah pada bulan Oktober Perubahan harga kedelai biji kering relatif kecil, yaitu turun 0,27 persen dan harga kedelai biji kering tahun 2016 sedikit berfluktuasi sebesar 3,85 persen. Harga kedelai dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 5 persen dalam periode tertentu. d. Bawang merah di tingkat petani berkisar antara Rp /kg - Rp /kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan November 2016 dan harga terendah pada bulan April Perubahan harga bawang merah sebesar 5,97 persen dan harga bawang merah tahun 2016 sedikit berfluktuasi sebesar 23,57 persen. Harga bawang merah dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 25 persen. e. Cabai merah di tingkat petani berkisar antara Rp /kg - Rp /kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Desember 2016 dan Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

54 harga terendah pada bulan April Perubahan harga bawang merah sebesar 8,20 persen dan harga bawang merah tahun 2016 berfluktuasi sebesar 23,90 persen. Harga bawang merah dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 25 persen (Tabel 12). Perkembangan Harga GKP, GKG dan Beras Tingkat Petani Berdasarkan Pantauan BPS Tahun 2016 : a. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani berkisar antara Rp 4.262/kg - Rp 5.211/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Februari 2016, sedangkan harga terendah terjadi pada Bulan April Perubahan harga GKP di tingkat petani relatif kecil, yaitu turun 0,02 persen dan harga GKP tahun 2016 relatif tinggi dengan koefisien varian (CV) sebesar 7,36 persen. b. Harga Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat penggilingan berkisar antara Rp 5.397/kg - Rp 5.869/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Februari 2016 dan harga terendah pada bulan September Perubahan harga GKG di tingkat penggilingan relatif kecil, yaitu turun 0,39 persen dan harga GKG tahun 2016 relatif stabil dengan koefisien varian (CV) 2,65 persen. Harga beras medium di tingkat penggilingan berkisar antara Rp 8.836/kg s.d Rp 9.622/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Februari 2016 dan harga terendah pada bulan Mei Perubahan harga GKG di tingkat penggilingan relatif kecil, yaitu turun 0,45 persen dan harga beras medium tahun 2016 relatif stabil dengan koefisien varian (CV) sebesar 2,96 persen (tabel 12). Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

55 Tabel 12. Harga Pangan Di Tingkat Produsen Dan Bahan Pangan Pokok-Strategis Di Tingkat Konsumen Tahun 2016 Bulan Harga GKP di Petani Harga GKG di Penggilin gan Harga Komoditas Pangan Strategis (Rp/Kg) Harga Beras Medium di Penggil ingan Jagung Pipilan Kering (JPK) di Petani Kedelai Biji Kering (KBK) di Petani Bawang Merah di Petani Cabai Merah Keriting di Petani Jan 4,659 5,548 8,992 3,937 7,092 22,06 25,77 5 Feb 4,555 5,441 9,018 4,054 7,367 19,78 22,28 3 Mar 4,196 5,187 8,809 3,573 6,765 28,17 27,26 9 Apr 4,057 5,077 8,620 3,441 6,634 15,52 15,97 5 May 4,104 5,074 8,598 3,460 6,741 19,83 28,27 5 Jun 4,135 5,032 8,572 3,431 6,673 20,32 22,62 8 Jul 4,168 5,087 8,709 3,439 6,528 23,76 23,16 4 Aug 4,226 5,119 8,673 3,465 6,528 23,35 25,31 1 Sep 4,240 5,111 8,554 3,509 6,660 27,34 27,14 8 Oct 4,281 5,154 8,651 3,469 6,511 27,94 34,42 3 Nov 4,305 5,173 8,706 3,480 6,523 36,93 32,64 8 Dec 4,292 5,236 8,754 3,567 6,842 30,15 40,87 0 Rata-Rata 4,268 5,187 8,721 3,569 6,739 24,60 27,14 1 Maksimal 4,659 5,548 9,018 4,054 7,367 36,93 40,87 8 Minimal 4,057 5,032 8,554 3,431 6,511 15,52 15,97 5 Pertb/bl (0.24 (0.71) (0.51) (%) ) (0.81) (0.27) CV (%) Sumber : Panel Harga Badan Ketahanan Pangan Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

56 Grafik 5 Perkembangan Harga GKP, GKG, dan Beras Harga (Rp/Kg) Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Harga GKP di Petani Harga Beras Medium di Penggilingan Harga GKG di Penggilingan Grafik 6 Perkembangan Harga Bawang Merah dan Cabai Merah Keriting Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

57 Tabel 13 Perkembangan Harga GKP, GKG dan Beras Tingkat Petani Berdasarkan Pantauan BPS Tahun 2016 Bulan GKP di Petani Harga (Rp/Kg) GKG di Penggilingan Beras Medium di Penggilingan Januari 5,206 5,805 9,548 Februari 5,211 5,869 9,622 Maret 4,703 5,622 9,444 April 4,262 5,593 8,959 Mei 4,440 5,600 8,836 Juni 4,501 5,526 8,973 Juli 4,376 5,473 8,932 Agustus 4,480 5,514 8,901 September 4,537 5,397 8,965 Oktober 4,905 5,413 8,981 November 5,070 5,426 9,050 Desember 5,117 5,551 9,069 Rata-Rata 4,734 5,566 9,107 Maksimal 5,211 5,869 9,622 Minimal 4,262 5,397 8,836 Pertb/bl (%) (0.02) (0.39) (0.45) CV (%) Sumber: BPS yang diolah BKP Grafik 7 Perkembangan Harga GKP, GKG, dan Beras Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

58 3.3.2 Koefisien Variasi Harga Pangan di Tingkat Konsumen a. Koefisien Variasi Harga Beras Berdasarkan data panel harga pangan BKP, sampai dengan TW III (Juli-Sept 2016). CV harga beras medium ditingkat konsumen (eceran) 0.30 persen yang berarti harga sangat stabil, bahkan jauh lebih stabil dibanding TW II. Harga beras rata-rata Juli-Sept Rp /Kg, sedikit lebih tinggi dari rata-rata TW II Rp /Kg, harga tertinggi Rp /Kg dan terendah Rp /Kg. Secara nasional koefisien vaiasi (CV) harga beras antar waktu (Juli-Sept) sangat stabil, namun apabila dilihat antar wilayah (provinsi). CV cukup berfluktasi (>10 persen), yaitu Juli 12,86 persen, Agustus 13,28 persen, dan September 13,38 persen. Terjadi disparitas harga gabah yang cukup besar antar wilayah/provinsi. Harga tertinggi Rp /Kg di Provinsi Kalimantan Tengah dan terendah Rp /Kg di Provinsi Jawa Tengah. Selain itu perkembangan harga pangan startegis periode Januari - Desember 2016 dapat dilihat pada tabel 14 di bawah ini. Tabel 14 Perkembangan Harga Pangan Strategis Tingkat Konsumen Th Berdasarkan BPS Harga Pangan Strategis (Rp/Kg) Bulan Beras Migor Gula Daging Daging Telur Cabai Cabai Bawang Umum Curah Pasir Sapi Ayam Ayam Rawit Merah Merah Kedelai Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-Rata Maksimal Minimal Pertb/bl (%) (0,08) 1,56 1,32 0,22 (0,96) (0,86) 8,46 4,70 2,40 0,02 CV (%) 0,75 5,57 8,27 1,06 5,88 6,91 27,08 27,85 11,68 0,08 Sumber: BPS diolah BKP Kementan Apabila dibandingkan rata-rata harga beras di tingkat konsumen Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

59 berdasarkan panel harga BKP yaitu Rp /Kg dan BPS /kg, dengan rata-rata harga beras di tingkat LUPM sebesar Rp /kg dan Toko Tani Indonesia sebesar Rp /Kg, maka harga beras di LUPM dan TTI lebih rendah. Sehingga dengan adanya kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat melalui Toko Tani Indonesia memberikan dampak terhadap stabilisasi harga dan akses pangan masyarakat lebih terjangkau. b. Koefisien Harga Bawang Merah Stabilnya harga bawang merah ditandai dengan koefisien harga (CV) bawang merah. Pada tahun 2016, target CV harga bawang merah adalah dibawah 18 persen, dan capaian keberhasilan stabilnya harga bawang merah lebih tinggi dari target yaitu 23,90 persen, sehingga harga cabai merah belum stabil. Berdasarkan pantauan BPS, rata-rata harga bawang merah /kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan November 2016 adalah Rp /kg dan harga terendah pada bulan Februari 2016 adalah Rp /kg. Pertumbuhan harga bawang merah sebesar 2,40 persen per bulan dan harga bawang merah tahun 2016 sedikit berfluktuasi karena koefisien harga sebesar 23,57 persen. Harga bawang merah dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 18 persen. c. Koefisien Harga Cabai Merah Stabilnya harga cabai merah ditandai dengan koefisien harga (CV) cabai merah. Pada tahun 2016, target CV harga cabai merah adalah dibawah 28 persen, dan capaian keberhasilan stabilnya harga cabai merah sudah dibawah target yaitu 23,57 persen, namun hampir mendekati target sehingga harga cabai merah kurang stabil. Berdasarkan pantauan BPS, rata-rata harga cabai merah /kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan November 2016 adalah Rp /kg dan harga terendah pada bulan Juni 2016 adalah Rp /kg. Pertumbuhan harga cabai merah sebesar 4,70 persen per bulan dan harga cabai merah tahun 2016 sedikit berfluktuasi karena koefisien Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

60 harga (CV) sebesar 23,57 persen. Harga cabai merah dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian diatas 28 persen. 3.4 Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM). Kegiatan Penguatan LDPM dilaksanakan dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani/kelompoktani/gapoktan padi dan jagung terhadap jatuhnya harga di saat panen raya dan masalah aksesibilitas pangan di saat paceklik. Badan Ketahanan Pangan menyalurkan dana Bantuan Pemerintah dari APBN kepada Gapoktan untuk memberdayakan kelembagaan Gapoktan agar mampu mendistribusikan hasil produksi pangan dari anggotanya sehingga harga yang diterima di tingkat petani maupun di wilayah stabil, serta menyediakan cadangan pangan dalam rangka penyediaan aksesibilitas pangan bagi anggotanya. Melalui penguatan modal usaha, diharapkan Gapoktan bersama-sama dengan anggotanya mampu secara swadaya membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha di bidang distribusi pangan, dan menyediakan pangan minimal bagi anggotanya yang kurang memiliki akses terhadap pangan disaat paceklik. Realisasi Dana Bantuan Pemerintah untuk Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2016 sebesar 24,1 M atau 95,83 persen dari target 25,15 Milyar, terdiri dari: 1) Tahap Penumbuhan sebesar 14,7 Milyar atau 98,00 persen untuk 98 Gapoktan dari target 15 Milyar untuk 100 Gapotan. 2) Tahap Pengembangan sebesar 9,45 Milyar atau 93,10 persen untuk 189 Gapoktan dari target 10,15 Milyar untuk 203 Gapoktan. Rincian realisasi dana bantuan pemerintah per provinsi dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini. Tabel 15. Rincian Realisasi Dana Bantuan Pemerintah Tahun 2016 Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

61 Per Provinsi Tahap Penumbuhan Tahap Pengembangan No. Provinsi Target Realisasi Total Pagu Total Realisasi Target Realisasi % % (%) (Dalam Juta) (Dalam Juta) (Dalam Juta) (Dalam Juta) (Dalam Juta) (Dalam Juta) 1 Aceh , , Sumut , , ,00 3 Sumbar , , ,96 4 Riau , , ,31 5 Kepri , Jambi , , ,00 7 Bengkulu , , ,00 8 Sumsel , , ,00 9 Lampung , , ,88 10 Banten , , ,00 11 D I Y , , ,00 12 Jabar , , ,00 13 Jateng , , ,00 14 Jatim , , ,49 15 Bali , , ,00 16 N T B , , ,31 17 N T T , , ,00 18 Kalbar , , ,00 19 Kalsel , , ,68 20 Kalteng , ,67 21 Sulsel , , ,00 22 Sulbar , , ,00 23 Sulteng , , ,00 24 Sultra , , ,00 25 Sulut , , ,86 26 Gorontalo , , Maluku , TOTAL , , ,02 Realisasi kegiatan Penguatan-LDPM tidak mencapai 100 persen disebabkan adanya revisi anggaran. Tahap Penumbuhan yang semula ditargetkan 100 Gapoktan direvisi menjadi 98 Gapoktan sedangkan Tahap Pengembangan Yang semula ditargetkan 203 Gapoktan direvisi menjadi 189 Gapoktan. Provinsi yang melakukan revisi seperti tabel 16 dibawah ini. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

62 Tabel 16. Revisi Alokasi Dana Bantuan Pemerintah Penguatan-LDPM Tahun 2016 Tahap Penumbuhan Tahap Pengembangan Provinsi Jlh Gap Pagu awal Pagu revisi Pagu awal Pagu revisi Alokasi Dana (Rp.Jt) Jlh Gap Alokasi Dana (Rp.Jt) Jlh Gap Alokasi Dana (Rp.Jt) Jlh Gap Alokasi Dana (Rp.Jt) 1 Aceh Sumut Sumbar Riau Kepri Jambi Bengkulu Sumsel Lampung Banten D I Y Jabar Jateng Jatim Bali N T B N T T Kalbar Kalsel Kalteng Sulsel Sulbar Sulteng Sultra Sulut Gorontalo Maluku TOTAL Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahap Penumbuhan provinsi yang melakukan revisi adalah Kalimantan Selatan 1 Gapoktan dan Kalimantan Tengah, seadangkan tahap Pengembangan provinsi yang melakukan revisi adalah Provinsi Sumatera Barat 3 Gapoktan, Riau 1 Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

63 Gapoktan, Lampung 1 Gapoktan, Jawa Timur 5 Gapoktan, Nusa Tenggara Barat 1 Gapoktan, Kalimantan Selatan 2 Gapoktan dan Sulawesi Utara 1 Gapoktan. 3.5 Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat pada tahun 2016 yang di biayai melalui dana dekonsentrasi sebanyak 54 unit lumbung yang masuk tahap pengembangan. Tahap pengembangan mencakup identifikasi kelompok lumbung pangan dan pengisian cadangan pangan melalui dana bantuan pemerintah. Tahap Pengembangan dilaksanakan di 4 provinsi yang dialokasikan dana Bantuan Pemerintah sebesar Rp. 20 juta kepada kelompok lumbung pangan yang telah mendapatkan bantuan pembangunan fisik lumbung melalui DAK bidang Pertanian Tahun 2013 dan DAK Tahun 2014 sebanyak 54 kelompok. Dana bantuan pemerintah tersebut dipergunakan untuk pengisian cadangan pangan. Kegiatan yang telah dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember terdiri dari kegiatan Pemantauan, Pembinaan, Koordinasi dan Sinkronisasi dalam kegiatan pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat. Tiap-tiap kelompok lumbung akan mendapatkan bantuan pemerintah sebesar 20 juta pada tahap pengembangan wajib untuk mengalokasi dana tersebut untuk pengisian. Sehubungan dengan pemanfaatan dana tersebut maka perlu dilakukan pemantauan ditingkat bawah. Hal ini dimaksudkan agar diketahui sejauh mana dana tersebut sebagai penyediaan stock cadangan pangan telah dimanfaatkan dan sejauh mana perkembangan modal tersebut dapat dihasilkan. Disamping itu kegiatan pemantauan ini juga guna mewujudkan sistem kendali dan kontrol yang baik ditingkat pengelola lumbung pangan. Kelompok sasaran penerima dana bantuan pemerintah tahun 2016 yang telah memasuki tahap pengembangan adalah sebanyak 54 unit lumbung. Daftar Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

64 alokasi dana bantuan pemerintah lumbung pangan tahun 2016 yang masuk tahap pengembangan dapat dilihat pada tabel 17 sebagai berikut. Tabel 17. Alokasi Dana Bantuan Pemerintah Untuk Kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Tahun No. Provinsi Jumlah Kelompok 1. Aceh 5 2. Sumatera Utara 8 3. Lampung Papua 1 Total 54 Alokasi anggaran untuk kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat tahun 2016 sebesar Rp. 1,08 milyar untuk 54 kelompok lumbung pangan masyarakat tahap pengembangan. Sampai dengan akhir Desember 2016, dana bantuan pemerintah kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat sebesar Rp. 1,08 milyar telah terealisasi sebesar Rp 1,02 milyar (94,44 persen) untuk 51 kelompok lumbung pangan dari target 54 kelompok lumbung. Provinsi yang telah mencapai realisasi pencairan dana bantuan pemerintah untuk Lumbung Pangan 100 persen adalah Aceh dan Papua. Sedangkan yang reliasasi kurang dari 100 persen adalah Sumatera Utara (87,5 persen) dan Lampung (95 persen). Realisasi dana bantuan pemerintah di masing-masing provinsi sampai dengan tanggal 31 Desember 2016, dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

65 Tabel 18. Realisasi Pencairan Dana Bantuan Pemerintah Tahap Pengembangan Tahun 2016 Posisi : 31 Desember 2016 No. Provinsi Target Realisasi % 1. Aceh Sumatera Utara ,5 3. Lampung Papua Total , Cadangan Pangan Pemerintah Pengelolaan stabilisasi pasokan dan harga pangan merupakan kewajiban pemerintah yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (pasal 13). Dalam undang-undang pangan ini dinyatakan bahwa sumber utama penyediaan pangan nasional berasal dari produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional (CPN). Bila dari kedua sumber tersebut tidak mencukupi, barulah dapat dipenuhi dari impor (pasal 14). Dengan demikian, ada dua hal yang sangat jelas dan tegas diamanatkan UU Pangan. Pertama, impor merupakan upaya terakhir atau the last resort dalam rangka penyediaan pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dengan harga terjangkau daya beli masyarakat. Kedua, CPN merupakan instrument penting dalam memenuhi penyediaan pangan dan untuk menjaga stabilisasi harga pangan. Indonesia baru memiliki cadangan pangan pemerintah untuk beras saja. Yang pelaksanaannya dikelola oleh BULOG. Dalam iklim ekstrem yang susah diprediksi, pasar internasional pangan yang tidak dapat dipercayai sepenuhnya bagi pemenuhan volume dan harga yang tidak diinginkan, dan masyarakat yang tidak menghendaki adanya ketergantungan pada pangan impor, maka amanat undang-undang pangan yang mewajibkan pemerintah mengembangkan CPN menjadi suatu langkah yang sangat strategis. Dengan membentuk CPN yang cukup, diharapkan gejolak harga pangan akan dapat diredam. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

66 Untuk membangun CPN tersebut, ada empat hal yang harus dirancang. Pertama, perlu ditetapkan komoditas pangan yang perlu dijaga stabilisasi pasokan dan harganya, karena untuk membangun CPN ini biaya yang harus ditanggung pemerintah akan cukup besar. Pemilihan komoditas sebaiknya difokuskan pada pangan yang mempunyai dampak strategis bagi ekonomi, sosial dan politik nasional. Untuk tahap awal, lima komoditas pangan pokok, yaitu: beras, jagung, kedelai, minyak goreng dan gula serta bawang merah dan cabai merah dapat dipertimbangkan untuk dibentuk cadangan pangannya, namun tidak perlu semuanya. Pemilihan jenis dan jumlah komoditas akan terkait dengan perencanaan sistem pengadaan, penyimpanan, dan penyalurannya. Sesuai dengan undang-undang pangan, CPN terdiri atas cadangan pangan pemerintah (pusat) dan cadangan pangan pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota), desa, serta cadangan pangan masyarakat (pasal 23 dan 27). Karena itu, langkah kedua perlu dibuat pengaturan pembagian tugas yang jelas dan terukur antara pemerintah pusat dan daerah, serta peran masyarakat. Salah satu pengaturan tugas tersebut diantaranya pemda tidak harus memiliki cadangan pangan yang sama dalam jenis dan jumlahnya dengan yang dimiliki pemerintah pusat, tetapi dapat disesuaikan dengan pola konsumsi pangan setempat. Ketiga adalah pembagian beban dalam membangun CPN tersebut. Porsi terbesar tetap harus diambil oleh pemerntah pusat, karena stabilisasi harga terkait erat dengan aspek ekonomi makro dan stabilitas ekonomi dan politik nasional. Peran pemda disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah dan besarnya jumlah penduduk di wilayahnya. Cadangan pangan masyarakat dibangun oleh masyarakat sendiri dalam bentuk lumbung pangan masyarakat atau cadangan pangan desa. Selain itu, sesuai dengan keperluannya, cadangan pangan beras berada pula pada setiap rumah tangga, penggilingan, pedagang, industri pengolahan, dan pengguna pangan seperti restoran. Keempat berupa penetapan besarnya volume CPN yang dapat memainkan peran untuk menjaga stabilitas harga. Pada prinsipnya besarnya volume Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

67 CPN untuk setiap komoditas pangan ditentukan oleh jenis pangan, sifat fisik dan kimia pangan, peran penting komoditas tersebut dalam ekonomi nasional, dan frekuensi kejadian dan beratnya volatilitas harga pangan, serta antisipasi kerawanan pangan akibat kekurangan pangan (gagal panen) dan bencana. Dalam rangka menghadapi bulan suci Ramadhan dan Lebaran, pemerintah meningkatkan cadangan pangannya melalui kegiatan Serapan Gabah Petani (SERGAP). Kegiatan ini dilakukan kerja sama antara BULOG, Kementan dan TNI. Badan Ketahanan Pangan merupakan salah satu eselon I di Kementerian Pertanian bertanggung jawab atas kegiatan serapan gabah di Provinsi Jawa Tengah. Tim Sergap BKP bekerjasama dengan BULOG bertugas di Provinsi Jawa Tengah mulai 1 April 2016 dengan wilayah kerja Sub Divre Semarang meliputi: Kota Semarang, Kota Salatiga, Kab. Semarang, Kab. Kendal, Kab Grobogan, dan Kab. Demak dan Sub Divre Pati meliputi: Kab. Pati, Kab Kudus, Kab. Jepara, Kab Rembang dan Kab. Blora. Tim Sergap BKP ditetapkan dengan Surat Tugas Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Nomor 905/TU.040/K.1/3/2016 tanggal 31 Maret 2016 tentang pengawasan dan pendampingan serapan gabah panen di Provinsi Jawa Tengah. Tim sergap bertugas melakukan pengawasan dan pendampingan dalam serapan gabah panen di Provinsi Jawa Tengah dengan target ton gabah kering panen (GKP). Namun dalam pelaksanaan di lapangan Pak Menteri Pertanian setelah panen di Demak dan Jepara mengatakan untuk penyerapan gabah di Jawa tengah ditambah 500 ribu ton menjadi 1,5 juta ton. Berikut data Serapan gabah Sub Divre Pati dan Sub Divre Semarang khususnya dan Divre Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 1 April 2016 (awal tim sergap BKP bertugas), dapat dilhat pada tabel 19, 20,21 berikut: Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

68 Tabel 19. Data Serapan Gabah Divre Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 1 April 2016 No. Sub Divre Target Realisasi Persentase 1 SEMARANG ,52 2 PATI ,80 3 Surakarta ,60 4 Banyumas ,17 5 Kedu ,87 6 Pekalongan ,20 JUMLAH ,19 Perkembangan Serapan gabah Sub Divre Pati dan Sub Divre Semarang khususnya dan Divre Provinsi Jawa Tengah sampau dengan tanggal 20 September 2016 (akhir tim sergap BKP bertugas). Tabel 20. Data Serapan Gabah Divre Provinsi Jawa Tengah sampai dengan tanggal 20 September 2016 No. Sub Divre Target Realisasi Persentase 1 SEMARANG ,81 2 PATI ,72 3 Surakarta ,80 4 Banyumas ,29 5 Kedu ,52 6 Pekalongan ,55 JUMLAH ,54 Perkembangan Serapan gabah Sub Divre Pati dan Sub Divre Semarang khususnya dan Divre Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 28 Desember Tabel 21. Data Serapan Gabah Divre Provinsi Jawa Tengah sampai dengan tanggal 28 Desember 2016 No. Sub Divre Target Realisasi Persentase 1 SEMARANG ,70 2 PATI ,50 3 Surakarta ,00 4 Banyumas ,80 5 Kedu ,00 6 Pekalongan ,10 JUMLAH ,60 Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

69 3.7 Toko Tani Indonesia NAWA CITA atau agenda prioritas Kabinet Kerja mengarahkan pembangunan pertanian ke depan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, agar Indonesia sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara berdaulat. Kedaulatan pangan diterjemahkan dalam bentuk kemampuan bangsa dalam hal: (1) mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri; (2) mengatur kebijakan pangan secara mandiri; serta (3) melindungi dan mensejahterakan petani sebagai pelaku utama usaha pertanian pangan. Dengan kata lain, kedaulatan pangan harus dimulai dari swasembada pangan yang secara bertahap diikuti dengan peningkatan nilai tambah usaha pertanian secara luas untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Menurut Rencana Strategis Kementerian Pertanian , Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang saat ini memasuki tahap ke-3 ( ) difokuskan untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan kompetitif perekonomian yang berbasis sumberdaya alam yang tersedia, sumberdaya manusia yang berkualitas dan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Pada RPJMN tahap-3 ( ), sektor pertanian masih menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Sasaran pembangunan pertanian ke depan perlu disesuaikan terkait dengan cakupan pembangunan pertanian yang lebih luas. Kementerian Pertanian menyusun dan melaksanakan 7 Strategi Utama Penguatan Pembangunan Pertanian untuk Kedaulatan Pangan (P3KP) meliputi (1) peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan lahan, (2) peningkatan infrastruktur dan sarana pertanian, (3) pengembangan dan perluasan logistik benih/bibit, (4) penguatan kelembagaan petani, (5) pengembangan dan penguatan pembiayaan, (6) pengembangan dan penguatan bioindustri dan bioenergi, serta (7) penguatan jaringan pasar produk pertanian. Salah satu strategi tersebut adalah penguatan jaringan pasar produk pertanian, hal ini yang mendasari kegiatan PUPM yang berguna untuk stabilisasi harga pangan dan jaminan pasar di tingkat produsen dan stabilisasi pasokan dan harga pangan di tingkat konsumen. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

70 Sejalan dengan hal tersebut Badan Ketehanan Pangan meluncurkan program kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) Toko Tani Indonesia (TTI), Kebijakan tersebut diarahkan untuk: (1) mendukung upaya petani memperoleh harga produki yang lebih baik; (2) meningkatkan kemampuan petani memperoleh nilai tambah dari hasil produksi untuk meningkatkan kesejahteraan petani; (3) membantu petani dalam hal jaminan pemasaran produk hasil pangan; (4) memperkuat kemampuan pengelolaan cadangan pangan nasional; dan (5) mempermudah akses pangan bagi konsumen baik dari sisi harga atau kuantitas. Tabel 22. Gapoktan dan TTI Pelaksana PUPM 2016 di 32 Provinsi Yang Operasional sampai Minggu ke-4 Desember No. Provinsi TOKO TANI GAPOTAN INDONESIA Target Realisasi Target Reaisasi 1 Aceh Sumatera Utara Riau Jambi Sumatera Barat Sumatera Selatan Lampung Bengkulu Bangka Belitung Banten DKI JAKARTA*) Jawa Barat DKI JAKARTA**) Jawa Tengah D.I Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

71 No. Provinsi TOKO TANI GAPOTAN INDONESIA Target Realisasi Target Reaisasi 22 Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Kepulauan Riau Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Kepulauan Riau 3 Keterangan : Tabel 23. Provinsi Wilayah I Total *) TTI DKI yang dipasok dari Gapoktan PUPM Banten **) TTI DKI yang dipasok dari Gapoktan PUPM Jawa Barat Transaksi Kegiatan Gapoktan Dan TTI Di 32 Provinsi sampai Minggu ke-4 (29 Desember 2016) Ton Kamis, 29 Desember 2016 (satu hari) Volume Beli Gabah Dari Petani Stok Beras Tingkat TTI Akumulasi Sept s.d Kamis, 29 Desember 2016 Total Volume Beli Gabah Dari Petani Kumulatif Penjualan Beras Tingkat TTI Riau Jambi Kepulauan Bangka Belitung Lampung , , Jawa Tengah , , , Kalimantan Timur Sulawesi Tengah Papua Barat Total Wilayah I , , , Wilayah II Jawa Barat , , Bali Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

72 Provinsi Kalimantan Selatan Nusa Tenggara Barat Kamis, 29 Desember 2016 (satu hari) Volume Beli Gabah Dari Petani Stok Beras Tingkat TTI Akumulasi Sept s.d Kamis, 29 Desember 2016 Total Volume Beli Gabah Dari Petani Kumulatif Penjualan Beras Tingkat TTI Sulawesi Selatan , Total Wilayah II , , Wilayah III Aceh Sumatera Utara , Sumatera Selatan Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Gorontalo Sulawesi Tenggara Maluku Papua Total Wilayah III , , Wilayah IV Sumatera Barat Kepulauan Riau Bengkulu Banten , DI Yogyakarta Jawa Timur 2, , , Kalimantan Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Utara Maluku Utara Total Wilayah IV 3, , , Grand Total 4, , , , Keterangan : Laporan dari 23 provinsi diluar DKI Jakarta Sumber: SITANI-BKP (2016) Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

73 Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan melakukan terobosan sebagai solusi permanen dalam mengatasi gejolak harga pangan antara lain melalui pembentukan Toko Tani Indonesia Center (TTIC) dalam rangka stabilisasi harga pangan khususnya pangan pokok strategis seperti beras, cabe merah, bawang merah, daging sapi, daging kerbau, gula, dan minyak goreng. Kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan pokok strategis, mendorong rantai distribusi pemasaran yang terintegrasi agar lebih efisien, menjaga harga konsumen yang dapat ditransmisikan dengan baik kepada harga petani (produsen), membangun informasi pasar antar wilayah sehingga dapat berjalan dengan baik, mencegah terjadinya Patron-Client (pemasukan pangan ke pasar suatu wilayah hanya boleh dipasok oleh pelaku usaha tertentu), dan mencegah penyalahgunaan market power oleh pelaku usaha tertentu. Adapun Tujuan kegiatan TTIC adalah: (1) Menyediakan produk pangan berkualitas dengan harga yang layak; (2) Memperpendek rantai jalur distribusi pangan; dan (3) Menstabilkan harga pangan. Penerima manfaat kegiatan TTIC adalah Masyarakat sebagai konsumen dan Produsen, Petani, Poktan, Gapoktan, pengusaha penggilingan padi, koperasi, distributor, dan agen. TTI Center launching tanggal 15 Juni 2016 oleh Menteri Pertanian. Komoditas pokok yang ditawarkan TTI dengan harga murah karena penjualan dilakukan langsung oleh Gapoktan/Kelompok Tani, produsen dan distributor bersama TTI langsung kepada masyarakat. Beberapa pihak yang terlibat dalam TTI antara lain Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian BUMN beserta Gapoktan/Kelompok Tani, BUMN, swasta dan asosiasi bidang pangan. Sejak saat launching, sampai saat ini TTIC terus berjalan dengan baik, dan mendapat respon positif dari masyarakat. Hal ini terbukti dengan jumlah pengunjung sampai dengan 29 Desember 2016 sebanyak orang dari wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya (Tabel 24). Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

74 Tabel 24. Jumlah Pengunjung TTI Center 15 Juni s.d 29 Desember 2016 BULAN JUMLAH PENGUNJUNG JUMLAH KENDARAAN RODA 2 JUMLAH KENDARAAN RODA 4 JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER (s.d 29 Desember) TOTAL Komoditas pangan yang dijual TTI Center antara lain : beras premium dengan harga Rp 7.900/kilogram, daging sapi Rp /kilogram, daging kerbau Rp / kilogram, bawang merah Rp /kilogram, cabe merah keriting Rp /kilogram, gula pasir Rp / kilogram, daging ayam Rp /kilogram, dan minyak goreng Rp /liter. Sampai dengan 29 Desember 2016 komoditas pangan strategis yang terjual di TTI Center sebagai berikut: beras 65,8 ton, daging sapi 86,1 ton, daging kerbau 19,9 ton, daging ayam 52 ton, cabe merah 6,7 ton, bawang merah 26,4 ton, gula 98 ton, telur 39,6 ton, bawang putih 20 ton dan mintak goreng 74,7 liter (Tabel 25). Tabel 25. Penjualan Komoditas Pangan TTI Center (kg) KOMODITAS 15 Juni s.d 30 Nov 1-29 Des Total BERAS DAGING SAPI DAGING KERBAU Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

75 DAGING AYAM CABE MERAH BAWANG MERAH GULA TELUR BAWANG PUTIH MINYAK GORENG Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 150 responden secara acak, diketahui bahwa pengunjung TTIC didominasi oleh perempuan sebanyak 65 persen dan laki-laki sebanyak 35 persen, dengan jenis pekerjaan adalah Ibu Rumah Tangga 43 persen, karyawan swasta 27 persen, PNS 7 persen, wiraswasta 5 persen, dan lain-lain 18 persen (Gambar 4). Gambar 4. Pengunjung TTI Center Berdasarkan Jenis Pekerjaan Hasil survei lainnya menunjukkan bahwa yang menjadi daya tarik masyarakat untuk berkunjung/belanja ke TTI mayoritas sebesar 44 persen karena harga yang murah, selanjutnya diikuti 18 persen karena tempat yang nyaman, 16 persen karena lokasi terjangkau, 8 persen produk yang bervariasi, 6 persen masa promosi dan sisanya lain-lain (Gambar 5). Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

76 Gambar 5. Alasan Utama Belanja ke TTI Center Berdasarkan penjelasan dari tabel dan gambar tersebut diatas, menunjukkan bahwa animo masyarakat untuk berkunjung serta belanja di TTI Center sangat tinggi, maka keberadaan TTI Center sangat diperlukan. Untuk itu, maka baik jumlah maupun cakupan TTI Center perlu diperluas serta bila memungkinkan ditambah jumlahnya, bukan hanya di DKI Jakarta akan tetapi di daerah lain yang menjadi barometer fluktuasi harga pangan pokok strategis. 3.8 Konsumsi Energi dan Protein serta Skor PPH Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi pangan penduduk per kapita per hari di tingkat rumah tangga dilihat dari masing-masing kelompok pangan menunjukkan hal yang belum beragam dan bergizi seimbang. Konsumsi kelompok pangan padi-padian mengalami fluktuasi namun cenderung mengalami penurunan dari tahun Walau demikian, penurunan tersebut masih melebihi konsumsi ideal. Di sisi lain, konsumsi kelompok pangan umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan serta sayur dan buah mengalami peningkatan meskipun konsumsinya masih lebih rendah dibandingkan konsumsi ideal. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

77 Tabel 26. Perkembangan Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Rata-rata Tahun Kelompok Bahan Pangan I. Padi-padian II. Umbi-umbian III. Pangan Hewani IV. Minyak dan Lemak V. Buah/biji berminyak VI. Kacang-kacangan VII. Gula VIII. Sayuran dan buah IX. Lain-lain Total Energi Tk.Konsumsi Energi (TKE) Skor PPH Untuk mencapai konsumsi energi yang ideal perlu diimbangi dengan peningkatan konsumsi umbi-umbian dan sumber karbohidrat lainnya. Meskipun tren konsumsi umbi-umbian mengalami peningkatan, namun konsumsi beras masih mendominasi kontribusi energi dari pangan sumber karbohidrat. Hal ini menyebabkan jumlah agregat kebutuhan konsumsi beras masyarakat masih tinggi. Kondisi ini menunjukkan konsumsi energi penduduk masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang yang dianjurkan. Untuk itu, di masa mendatang pola konsumsi pangan masyarakat diarahkan pada pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman. Upaya pemerintah dalam rangka penurunan konsumsi beras melalui peningkatan konsumsi pangan sumber karbohidrat lain seperti umbi-umbian masih mengalami hambatan, antara lain : (a) produksi umbi-umbian masih belum stabil, sehingga mempengaruhi harga umbi-umbian dipasar; (b) keterlibatan swasta dan pemerintah dalam teknologi pengolahan pangan lokal/umbi-umbian (seperti tepung-tepungan. berasan/butiran. dan lain-lain) belum memasuki tahap industrialisasi Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

78 (scaling up production). sehingga harga pangan lokal sumber karbohidrat masih tinggi di tingkat pasaran dan masyarakat belum mampu mengaksesnya; (c) teknologi penyimpanan pangan lokal/umbi-umbian dalam jangka waktu yang panjang belum banyak dan belum tersosialisasikan ke masyarakat; dan (d) berbagai produk olahan pangan lokal belum tersosialisasi dengan baik di masyarakat dan masih dianggap sebagai pangan inferior Konsumsi Pangan Hewani Capaian konsumsi pangan hewani dalam kkal/kap/hari telah melampaui target yaitu 211 kak/kap/hari atau 105,5 persen dari target yaitu 200 kak/kap/hari. Artinya konsumsi pangan hewani sudah terpenuhi bagi masyarakat sehingga capaian kinerja semakin baik. Dilihat dari aspek konsumsi pangan, ke depan perlu didorong keanekaragaman konsumsi pangan dengan kualitas gizi yang semakin meningkat berbasiskan konsumsi pangan hewani seperti tercantum dalam RPJP Nasional Tahun Setiap daerah di Provinsi Jambi mempunyai pola konsumsi pangan hewani dengan menu yang spesifik dan sudah membudaya serta tercermin di dalam tatanan menu sehari-hari. Menu yang tersedia biasanya kurang memenuhi standar gizi yang dibutuhkan, sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya dengan tidak mengubah karakteristiknya agar tetap dapat diterima oleh masyarakat. Konsumsi Pangan Hewani sebagai salah satu indikator kinerja Badan Ketahanan Pangan, karena untuk mengetahui keanekaragaman dan kecukupan konsumsi pangan hewani keluarga yang akan mempengarui dengan kualitas sumberdaya manusia keluarga. Konsumsi pangan hewani sebagian besar masih belum beragam sesuai dengan Pola Pangan Harapan, dan masih di dominansi pangan hewani ruminansia sedangkan konsumsi pangan hewani lain belum mendukung. Uraian capaian konsumsi pangan hewani dapat dilihat pada tabel 27 dibawah ini. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

79 Tabel 27. Konsumsi Pangan Hewani Tahun 2016 Komoditas Energi Protein Gram Kilogram Kkal/Hari Gram/Hari Per Hari Per Tahun Pangan Hewani 211,5 19,3 102,0 37,2 Daging Ruminansia 12,7 0,7 5,1 1,9 Daging Unggas 68,6 5,2 20,1 7,3 Telur 27,4 2,2 17,9 6,5 Susu 41,3 1,6 7,3 2,7 Ikan 61,5 9,6 51,6 18,8 Subtotal Pangan Hewani 211,5 19,3 102,0 37,2 Sumber : Susenas 2016, BPS diolah dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian konsumsi pangan hewani, antara lain: pengaruh kondisi sosial-budaya, ekonomi dan ketersediaan pangan hewani. Keanekaragaman sosial ekonomi masyarakat menjadi peluang dan potensi untuk mengembangkan pangan yang beragam, dan keanekaragaman pola makan dipengaruhi ketersediaan pangan. Pembangunan sistem pangan merupakan bagian pembangunan nasional yang strategis untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Keberhasilan dalam proses pembentukan SDM terletak pada keberhasilan memenuhi kecukupan pangan dan perbaikan pola konsumsi pangan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Capaian keberhasilan Skor PPH Konsumsi tahun 2016 yaitu 86 persen hampir mendekati target yaitu 86,2 persen, maka konsumsi pangan masyarakat semakin beragam dan seimbang, sehingga capaian kinerja semakin baik. Salah satu indikator untuk mengetahui pencapaian konsumsi pangan secara kualitatif adalah melalui pencapaian skor PPH, konsumsi pangan yang ideal digambarkan dengan skor PPH 100. Gambaran situasi konsumsi pangan. ditunjukkan dalam tabel 28 dibawah ini : Tabel 28. Perkembangan Skor PPH Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

80 Uraian Target Realis Target Realis Target Realis Target Realis Target Realis Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Sumber: Susenas BPS. diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP Keterangan : Target berdasarkan Renstra Revisi BKP dan Renstra BKP Berdasarkan tabel, kualitas konsumsi pangan yang ditunjukkan dengan skor PPH, tahun berfluktuatif antar tahun. Tahun mengalami penurunan dari 83,5 menjadi 81,4 dan kembali meningkat menjadi 86,0 pada tahun Realisasi capaian skor PPH di tahun mempunyai kesenjangan yang cukup besar dengan target yang ditetapkan. Adanya kesenjangan tersebut telah dievaluasi dan ditindaklanjuti dengan review target sasaran merujuk pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X tahun 2012 yaitu merekomendasikan pencapaian target skor PPH sebesar 95 menjadi target capaian tahun 2025 yang sebelumnya (sesuai Perpres 22 tahun 2009) dijadikan target capaian tahun Dengan demikian, telah dilakukan penghitungan ulang terhadap target pencapaian kualitas konsumsi pangan dengan baseline data tahun 2013 (skor PPH sebesar 81,4) menghasilkan target skor PPH 82,5 tahun 2014 dan 84,1 tahun 2015, setelah dilakukan perubahan terhadap target skor PPH tersebut, capaian kualitas konsumsi pada tahun 2014 dan 2015 telah melebihi target yang ditetapkan. bahkan persentase pencapaian skor PPH cenderung meningkat dari tahun 2014 yaitu sebesar 101,1 persen menjadi 101,3 persen pada tahun Tahun 2016 pencapaian Skor PPH sementara menunjukan kenaikan dari tahun 2015 yaitu dari 85,2 menjadi 86,0. Skor PPH ini telah memenuhi 99,7 persen dari target skor PPH tahun 2016 sebesar 86, Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

81 Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah sebuah konsep lingkungan perumahan penduduk yang secara bersama-sama mengusahakan pekarangannya secara intensif untuk dimanfaatkan menjadi sumber pangan dan gizi keluarga secara berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek potensi sumberdaya alam dan kebutuhan gizi warga setempat. Tujuan dari pelaksanaan KRPL adalah meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Untuk meningkatkan keragaman komoditas pangan dilakukan optimalisasi pekarangan. Optimalisasi pekarangan ini dikembangkan secara intensif melalui pengembangan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), antara lain dengan membangun kebun bibit dan mengutamakan sumber daya lokal yang disertai dengan pemanfaatan pengetahuan lokal (local wisdom), sehingga kelestarian alampun tetap terjaga. Implementasi konsep inilah dikenal dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Melalui konsep KRPL, diharapkan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan meningkatkan kesejahteraan menuju kemandirian pangan sekaligus melestarikan sumber daya alam. KRPL dilaksanakan dengan melakukan pemberdayaan intensif kepada ibu rumah tangga yang terwadahi dalam suatu kelompok dengan memanfaatkan teknologi budidaya tanam pada pekarangan. Adapun manfaat pelaksanaan kegiatan KRPL dapat dilihat pada gambar Gambar 6 dibawah ini. Gambar 6. Manfaat KRPL Untuk Masyarakat Tabel 29. Pencapaian Kinerja Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan TA 2016 Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

82 Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian kinerja Meningkatnya pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan Jumlah pemberdayaan pekarangan pangan desa desa 99,07 Sumber : Dokumen PK Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Secara umum seluruh indikator kinerja yang ditetapkan telah tercapai dengan baik dan sudah memenuhi kriteria berhasil (memenuhi range persen). Keberhasilan pemenuhan target ini diupayakan melalui: (1) penyusunan pedoman/panduan; (2) sosialisasi pedoman/panduan dilakukan di awal tahun dengan mengundang instansi pusat dan daerah; (3) penyusunan rencana aksi (jadwal palang); (4) mengadakan supervisi dan pemantauan; serta (5) sinergisme dan koordinasi dengan instansi terkait. Pada tahun 2016 jumlah desa P2KP yang diberdayakan sebanyak desa dengan realisasi desa dan 45 desa tidak merealisasikan. Desa lanjutan (kelompok pengembangan) dari tahun 2015 sebanyak desa mendapatkan dana sebesar Rp per desa/kelompok dengan rincian: (a) Rp untuk pengembangan pekarangan anggota; (b) Rp untuk peralatan pengembangan demplot kelompok; (c) Rp untuk kebun bibit; (d) Rp untuk peralatan pengolahan hasil. Dari kelompok terdapat 28 kelompok tidak mencairkan Bantuan Pemerintah dengan rincian: Tabel 30. Kelompok yang tidak mencairkan Bantuan Pemerintah Pada tahap Pengembangan Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

83 No Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah 1 DI Aceh Kota Sulubu Salam 1 Kota Banda Aceh 1 Aceh Tengah 1 Aceh Jaya 1 2 Sumatera Utara Pak-pak Barat 1 Nias Selatan 1 Toba Samosir 2 3 Sumatera Selatan Musi Banyuasin 3 4 Sumatera Barat Kota Padang 1 5 Kalimantan Tengah Kotawaringin Timur 1 6 Sulawesi Utara Kota Manado 1 7 Maluku Utara Kabupaten Morotai 1 8 Papua Kabupaten Jayapura 1 Kabupaten Dogiyai 1 Kabupaten Merauke 1 Desa baru (kelompok penumbuhan) tahun 2016 mendapatkan bansos sebesar Rp per desa/kelompok dengan rincian: (a) Rp untuk pengembangan pekarangan anggota; (b) Rp untuk kebun bibit; (c) Rp untuk pengembangan demplot kelompok. Dari kelompok terdapat 17 kelompok penumbuhan (desa baru) yang tidak mencairkan Bantuan Pemerintah dengan rincian sebagai berikut: Tabel 31. Kelompok yang tidak mencairkan Bantuan Pemerintah Pada Tahap Penumbuhan No Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah 1 Sumatera Utara Kabupaten Karo 1 2 Bengkulu Kabupaten Kaur 1 3 Jawa Timur Kabupaten Bojonegoro 1 Kabupaten Gresik 2 Kabupaten Mojokerto 5 4 Kalimantan Kabupaten Kotabaru 5 Selatan 5 Kalimantan Tengah Kabupaten Murung Raya 2 Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

84 Manfaat yang dirasakan masyarakat dari kegiatan KRPL antara lain: 1. Memberikan dampak terhadap peningkatan ketersediaan pangan keluarga yang berasal dari produksi hasil KRPL. Jenis komoditas yang dihasilkan adalah pangan dari umbi-umbian, komoditas sayur-sayuran, buah-buahan, telur dan daging ayam serta hasil dari ikan. Namun demikian, peningkatan ketersediaan paling tinggi pada kelompok komoditas sayur dan peningkatan yang tergolong rendah pada kelompok komoditas umbi-umbian/pangan hewani. 2. Menurut hasil kajian Diversifikasi Pangan tahun 2014, dampak penerapan Program KRPL terhadap konsumsi pangan keluarga sangat signifikan baik dalam volume maupun keragaman, karena sebagian besar hasil dari produksi KRPL diperuntukkan untuk konsumsi sendiri. Dampak tersebut secara terinci sebagai berikut: (1) Jenis sayuran yang dikonsumsi keluarga menjadi lebih banyak dan lebih beragam, (2) Jenis pangan hewani yang dikonsumsi relatif tetap, namun jumlah yang dikonsumsi mengalami peningkatan, (3) Rata-rata belanja pangan keluarga mengalami penurunan yang bervariasi antara Rp Rp /KK/hari, dan (4) Frekuensi konsumsi pangan relatif tetap, namun jumlah dan keragaman jenis pangan yang dikonsumsi relatif meningkat. Selain dalam bentuk peningkatan konsumsi pangan keluarga, program KRPL juga berdampak pada pendapatan keluarga karena sebagian hasil tersebut dijual untuk membeli jenis pangan yang lain atau kebutuhan bukan pangan. Peningkatan pendapatan sekitar 5 15 persen, tergantung pada hasilnya. Jika anggota KWT hanya menjual dalam bentuk segar (sayuran) maka tambahan pendapatannya relatif kecil, namun KWT yang menjual bibit sayuran dalam bentuk polybag atau menjual pupuk kandang dan lainnya akan mendapat tambahan pendapatan yang relatif signifikan. 3. Memberikan dampak positif, dapat dilihat dari: (a) Kegiatan KRPL di daerah sudah banyak di replikasi melalui anggaran provinsi dan Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

85 kabupaten/kota; (b) Dengan kegiatan KRPL dapat memanfaatkan barang-barang tidak terpakai/limbah rumah tangga (contoh: botol bekas, kaleng, plastik pouch, dll) Namun demikian, kegiatan KRPL belum memberikan dampak terhadap keberagaman pangan secara makro yang diukur dengan PPH. Hal tersebut dikarenakan pengaruh kegiatan KRPL ini masih terbatas pada kelompok penerima kegiatan KRPL belum mencakup masyarakat secara umum. Diperlukan replikasi kegiatan agar dapat memberikan dampak yang lebih luas. Selain itu, untuk meningkatkan keberagaman pangan juga diperlukan dukungan sosialisasi/promosi tentang peran penting penganekaragaman pangan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya hal tersebut. Badan Ketahanan Pangan telah dan sedang melaksanakan kegiatan pengembangan KRPL melalui dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan dengan target sasaran KRPL pada tahun 2015 sebesar KWT, namun sasaran tersebut menurun apabila dibandingkan pada tahun 2014 hal ini disebabkan adanya refocusing kegiatan seperti Toko Tani Indonesia dan Pendampingan Upsus Pajale. Sejak telah dikembangkan di desa, selanjutnya sasaran tahun 2016 yaitu KRPL lanjutan 2015 sebanyak dan KRPL Baru sebanyak desa Keamanan Pangan Segar Keamanan Pangan telah menjadi salah satu isu sentral dalam perdagangan produk pangan. Penyediaan pangan yang cukup disertai dengan terjaminnya keamanan, mutu dan gizi pangan untuk dikonsumsi merupakan hal yang tidak bisa ditawar dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Tuntutan konsumen akan keamanan pangan juga turut mendorong kesadaran produsen menuju iklim persaingan sehat yang berhulu pada jaminan keamanan bagi konsumen. Masalah keamanan pangan segar telah menjadi perhatian dunia mengingat Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

86 bahan pangan segar adalah produk yang memiliki karakteristik mudah rusak akibat terkontaminasi oleh cemaran fisik, kimia maupun mikrobiologi. Keamanan pangan tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan manusia, akan tetapi juga menentukan nilai ekonomi dari bahan pangan itu sendiri. Oleh karena itu, dalam perdagangan internasional telah ditetapkan persyaratan keamanan pangan segar serta penting pula terus dikuatkan unit kerja atau kelembagaan yang mempunyai peran penting dalam pengawas keamanan pangan. Pengawasan pangan segar yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan pada tahun 2016, salah satunya adalah pengawasan pada proses produksi (On Farm), yaitu dengan melakukan sertifikasi prima 1, 2 dan 3 serta surveilens oleh Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah/Pusat (OKKPD/OKKPP) kepada petani/kelompok tani/pelaku usaha. Sertifikasi prima 3 diberikan kepada produk pertanian yang memenuhi persyaratan dilihat dari aspek keamanan pangan; sedangkan untuk prima 2 dilihat dari aspek keamanan dan mutu pangan; dan prima 1 dari aspek keamanan dan mutu pangan serta sosial dan lingkungan. Hasil pengawasan pada proses produksi (sertifikat Prima 1, 2, 3), registrasi PD/PL, packing house pada tahun 2016 meningkat 26,04 persen dari target sasaran yang telah ditetapkan sebesar 10 persen bila dibandingkan dengan tahun Sedangkan hasil pengawasan pangan segar di peredaran yang dilakukan melalui monitoring/inspeksi baik dipasar tradisional maupun ritail modern pada tahun 2016 menunjukkan bahwa 99,61 persen aman dikonsumsi. Selain melakukan pengawasan keamanan pangan segar dengan sertifikasi prima, dilakukan juga pengawasan pangan segar di rumah kemas (packing house) dan pelaku usaha melalui pendaftaran rumah kemas dan pendaftaran Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) oleh OKKPD/OKKPP. Pengawasan ini bersifat sukarela, dimana hanya rumah kemas/pelaku usaha yang menginginkan produknya didaftar. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

87 Badan Ketahanan Pangan telah melakukan beberapa kegiatan terkait pengawasan keamanan pangan segar, antara lain pengambilan contoh pangan segar dan pengujian di laboratorium. Objek pengawasan keamanan pangan segar difokuskan pada pangan segar asal tumbuhan di peredaran. Mandat pengawasan keamanan pangan segar juga dilakukan oleh Badan Karantina Pertanian (Barantan) khususnya dalam mengawal lalu lintas pangan segar asal tumbuhan dari dan ke luar negeri. Pengawasan keamanan pangan segar asal hewan secara khusus dilakukan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Keswan) melalui Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner. Ruang lingkup pengujian adalah residu pestisida, mikroba dan logam berat. Pengujian residu pestisida sudah dilaksanakan sejak tahun Mengingat keamanan pangan sangat penting dalam peningkatan kualitas manusia, maka diperlukan petugas/sdm di bidang pengawasan keamanan pangan yang memiliki kompetensi yang terstandarkan. Beberapa kompetensi untuk petugas yang menangani keamanan pangan segar sudah merujuk pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sebagai standar komptensi profesi, yaitu SKKNI Pengawas Keamanan Pangan Segar dan SKKNI Petugas Pengambil Contoh (PPC) pangan segar. Untuk memenuhi kompetensi petugas yang menangani keamanan pangan. BKP telah melatih petugas dengan berbagai kompetensi dari tahun ke tahun, hingga tahun 2016 petugas yang menangani keamanan pangan, sebagai berikut : (1) PPC sebanyak 295 orang; (2) Auditor sebanyak 92 orang; (3) Inspektor sebanyak 36 orang; (4) PMHP sebanyak 20 orang; (5) PPNS sebanyak 20 orang; dan (6) Pengawas sebanyak 61 orang. Dalam menyelenggarakan fungsi pengawasan keamanan pangan segar di Indonesia, banyak tantangan yang dihadapi oleh Badan Ketahanan Pangan, antara lain : (1) Cakupan wilayah pengawasan yang sangat luas; (2) jumlah dan jenis pangan segar cukup beragam; (3) Rendahnya pengetahuan dan keterampilan produsen untuk memproduksi pangan yang aman dan bermutu; (4) Kesadaran konsumen dan retail yang masih perlu ditingkatkan; dan (5) Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

88 Keterbatasan jumlah dan kompetensi pengawas keamanan pangan segar. BAB IV KELEMBAGAAN KETAHANAN PANGAN 4.1. Unit Kerja Ketahanan Pangan Daerah Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

89 Peraturan Presiden tentang kelembagaan pangan tidak mengatur Pembentukan Kelembagaan Pangan di daerah. Unit kerja ketahanan pangan di daerah sifatnya otonomi dan bukan organisasi pusat (vertikal). Dalam penyelenggaraan ketahanan pangan, peran Pemerintah Daerah yaitu Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam mewujudkan ketahanan pangan tertuang dalam Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan bahwa penyelenggaraan ketahanan pangan, dilakukan dengan: (a) memberikan informasi dan pendidikan ketahanan pangan; (b) meningkatkan motivasi masyarakat; (c) membantu kelancaran penyelenggaraan ketahanan pangan; dan (d) meningkatkan kemandirian pangan. Mengingat pentingnya posisi ketahanan pangan dalam pembangunan, pemerintah mengambil langkah dengan menerbitkan (a) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, (b) PP Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah daerah dan Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah yang menjelaskan Pasal 3 ayat 2 butir m bahwa Ketahanan pangan masuk urusan wajib, dan (c) PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Provinsi Sebagai Daerah Otonom. Penataan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) serta penyusunan struktur organisasi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) saat ini dilakukan berdasarkan pada kerangka regulasi serta kebutuhan obyektif dan kondisi lingkungan strategis daerah. Kerangka regulasi yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 sebagai perubahan terhadap Peraturan Pemerintah sebelumnya. Selain Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, penataan kelembagaan perangkat daerah juga memperhatikan peraturan perundang-undangan yang memiliki relevansi dengan program penataan organisasi.berdasarkan Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah perangkat Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

90 daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan melalui Peraturan Daerah. Mulai Tahun 2017, seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yang berstatus kantor akan berubah menjadi dinas. Perubahan tersebut sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Pembentukan organisasi perangkat daerah yang berupa Dinas atau Badan diklasifikasikan berdasarkan Tipe A (beban kerja yang besar), Tipe B (beban kerja yang sedang) dan Tipe C (beban kerja yang kecil). Penentuan beban kerja bagi Dinas didasarkan pada jumlah penduduk, luas wilayah, besaran masing-masing Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, dan kemampuan keuangan Daerah untuk Urusan Pemerintahan Wajib dan berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan untuk Urusan Pemerintahan Pilihan. Sedangkan besaran beban kerja pada Badan berdasarkan pada jumlah penduduk, luas wilayah, kemampuan keuangan Daerah, dan cakupan tugas. Pemberian nama/nomenklatur Dinas dan Badan disesuikan dengan perumpunan dan klasifikasi yang telah ditentukan. Berikut Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi, yang berstatus berubah menjadi dinas : Tabel 32 Rekapitulasi SKPD Kerja Ketahanan Pangan Provinsi No. Unit Kerja Provinsi 1. Dinas Ketahanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan (unit kerja lain) 3. Dinas (unit kerja lain) dan Ketahanan Pangan 4. Badan Ketahanan Pangan dan (Unit Kerja Lain) Dinas Pangan 7 6. Dinas Pangan dan (unit kerja lain) 2 7. Dinas (unit kerja lain) 2 Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

91 No. Unit Kerja Provinsi Jumlah 34 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten/kota juga melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, SKPD Ketahanan Pangan yang berstatus kantor akan berubah menjadi dinas 4.2. Dewan Ketahanan Pangan Dewan Ketahanan Pangan (DKP) merupakan lembaga non-struktural yang dibentuk melalui Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 dan dipimpin langsung oleh Presiden Republik Indonesia sebagai Ketua, Menteri Pertanian sebagai Ketua Harian, dan Kepala Badan Ketahanan Pangan sebagai Sekretaris, dengan anggota DKP terdiri dari 12 kementerian dan 2 lembaga non kementerian. DKP mengemban fungsi koordinasi untuk mensinergikan kebijakan dan program ketahanan pangan lintas sektoral (pemerintah, pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, dan masyarakat) dengan tugas: (1) merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional yang meliputi aspek penyediaan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan gizi; dan (2) melaksanakan evaluasi dan pengendalian pelaksanaan pemantapan ketahanan pangan nasional. Koordinasi fungsional DKP diarahkan untuk menghimpun kekuatan bersama berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) yang memiliki komitmen tinggi pada isu ketahanan pangan. untuk menciptakan kekuatan yang lebih besar dalam mencapai tujuan bersama yaitu mengikis kelaparan dan kemiskinan. Selain itu, juga untuk menjembatani implementasi pelaksanaan Program Ketahanan Pangan dan kebijakan-kebijakan pendukung sampai ketingkat pemerintah Kabupaten/Kota dan seluruh masyarakat yang bergerak dalam kegiatan produksi, pengolahan, pemasaran dan konsumsi pangan, sehingga perwujudan ketahanan pangan menyentuh seluruh sendi Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

92 kehidupan manusia. Pelaksanaan koordinasi fungsional antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah melalui forum DKP sebagaimana tertuang dalam Perpres Nomor 83 Tahun 2006 dilakukan melalui wadah: (1) Sidang Regional DKP yang penyelenggaraannya dilakukan setiap tahun, dan (2) Konferensi DKP yang merupakan pertemuan dua tahunan. Berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Kelompok Kerja DKP dirasakan memberikan kontribusi dalam pemantapan ketahanan pangan nasional dengan memberikan masukan dan saran serta merumuskan kebijakan ketahanan pangan kepada DKP. Keberadaan DKP dalam menanggapi isu-isu ketahanan pangan seperti: upaya percepatan diversifikasi pangan, penanganan kerawanan pangan, penanggulangan konversi lahan pertanian, strategi penyediaan cadangan pangan, keamanan pangan, penguatan kelembagaan pangan, pengembangan industri pangan berbasis bahan lokal untuk mendukung penganekaragaman pangan, stabilisasi harga pangan, distribusi pangan yang efektif, dan lain-lain. Isu-isu tersebut ditindaklanjuti dalam pelaksanaan kegiatan Dewan Ketahanan Pangan yang bersifat analisis dan koordinatif melalui Sidang Regional Dewan Ketahanan Pangan, serta rapat- rapat koordinasi Pokja DKP, baik Pokja Ahli, Pokja Khusus, maupun Pokja Teknis pada tahun Sidang Regional (Sireg) Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota Wilayah Barat Indonesia Sireg Dewan Ketahanan Pangan Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota Wilayah Barat Indonesia tahun 2016 telah dilaksanakan pada tanggal Mei 2016 di Surabaya - Jawa Timur, dibuka oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian selaku Sekretaris Dewan Ketahanan Pangan, dan dihadiri 350 peserta yang terdiri dari Ketua DKP Kabupaten/Kota (Bupati/Walikota, Wakil Bupati/Walikota, Sekretaris Daerah, Asisten Daerah), Sekretaris DKP Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta Anggota dan Pokja DKP Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

93 Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sireg dipimpin oleh Wakil Bupati Karo-Sumatera Utara, sebagai Ketua, Bupati Samosir-Sumatera Utara sebagai Wakil Ketua, dan Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Selatan sebagai Sekretaris Sidang. Sireg Dewan Ketahanan Pangan Wilayah Barat menghasilkan beberapa kesepakatan, antara lain yaitu menyinergikan pembangunan pangan dan gizi di wilayah Sumatera dan sekitarnya Sidang Regional (Sireg) Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota Wilayah Tengah Indonesia Sidang Regional Dewan Ketahanan Pangan/Kota Wilayah Tengah Indonesia dilaksanakan pada tanggal dan tanggal Mei 2016 di Kota Palembang Sumatera Selatan (Sireg Wilayah Tengah), dengan tema Sinergitas Program Pangan dan Gizi menuju Kedaulatan Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

94 Pangan Nasional.Sireg DKP ini dibuka oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian selaku Sekretaris Dewan Ketahanan Pangan, dihadiri oleh Ketua Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota (Bupati/Walikota, Wakil Bupati/Wakil Walikota, Sekda, dan Asisten Sekretaris Daerah) dari wilayah Jawa dan Kalimantan. Sireg ini juga dihadiri oleh Kepala BKP Provinsi dan Kabupaten/Kota selaku Sekretaris DKP Provinsi dan Kabupaten/Kota dari wilayah Jawa dan Sumatera serta Kelompok Kerja (Pokja) DKP.Sireg Dewan Ketahanan Pangan dipimpin oleh Wakil Bupati Banyumas, Jawa Tengah selaku Ketua, Wakil Bupati Purbalingga selaku Wakil Ketua, dan Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat sebagai Sekretaris Sidang. Sireg Dewan Ketahanan Pangan Wilayah Tengah menghasilkan beberapa komitmen yang telah dirumuskan dalam bentuk Rumusan Kesepakatan Ketua DKP Kabupaten/Kota Wilayah Jawa dan Kalimantan, yang antara lain berisi tentang upaya peningkatan produksi pangan, stabilisasi pasokan dan harga pangan, pemenuhan pangan dan perbaikan gizi masyarakat, serta peningkatan peran kelembagaan pangan dan gizi. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

95 Sidang Regional Dewan Ketahanan Pangan/Kota Wilayah Tengah Indonesia Sidang Regional (Sireg) Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota Wilayah Timur Indonesia Sidang Regional Dewan Ketahanan Pangan/Kota Wilayah Timur Indonesia dilaksanakan pada tanggal 2-4 Agustus 2016 di Kota Pontianak Kalimantan Barat, dibuka oleh Gubernur Kalimantan Barat selaku Ketua DKP Provinsi Kalimantan Barat bersama dengan Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian selaku Sekretaris Dewan Ketahanan Pangan, dan dihadiri oleh para Bupati dan Walikota selaku Ketua DKP Kabupaten/Kota serta Sekretaris DKP tingkat provinsi dan kabupaten/kota dari Papua, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Bali. Sireg DKP tahun 2016 mengangkat tema Sinergi Program Aksi Pangan dan Gizi Menuju Kedaulatan Pangan Nasional. Sireg DKP Timur dipimpin oleh Bupati Buru Selatan selaku Ketua, Wakil Bupati Bolaang Mongondow Timur selaku Wakil, dan Bupati Bolaang Mongondow Selatan selaku Sekretaris dan dibantu oleh Kepala BKP Sulawesi Tengah. Sireg menghasilkan suatu rumusan kesepakatan yang merupakan komitmen dari para Bupati dan Walikota selaku Ketua DKP Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

96 Kabupaten/Kota untuk menyinergikan program aksi pangan dan gizi di daerah dalam rangka mendukung peningkatan kedaulatan pangan nasional. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa wilayah timur Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam penyediaan pangan. Hal ini juga perlu diperkuat melalui pengembangan sektor keterjangkauan pangan yang mencakup bidang distribusi, akses, hingga stabilitas pasokan dan harga pangan sehingga peredarannya terkendali sepanjang waktu hingga ke seluruh penjuru negeri. Disamping itu, dalam rangka memenuhi kebutuhan kebutuhan gizi masyarakat perlu dilakukan upaya peningkatan konsumsi pangan lokal sumber karbohidrat serta buah dan sayur sebagai sumber vitamin. Sedangkan pemenuhan kebutuhan protein bisa diperoleh dari ikan dan pengembangan usaha-usaha peternakan. Untuk itu, Sireg mengharapkan adanya dukungan strategis dari pemerintah pusat baik dalam hal infrastruktur maupun pengembangan sumber daya manusia sehingga pembangunan di wilayah timur Indonesia dapat berlangsung dengan cepat dan terarah sesuai rencana. Begitu pula dengan penguatan kelembagaan pangan di tingkat pusat dan daerah yang perlu dioptimalkan sebagai ujung tombak mewujudkan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan pangan nasional. Sidang Regional Dewan Ketahanan Pangan Wilayah Timur Tahun 2016 Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

97 4.3. Perkembangan Kelembagaan Ketahanan Pangan Nasional Menindaklanjuti pembentukan Badan Pangan Nasional (BPN), Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada tanggal 6 Januari 2017 memberikan arahan sebagai berikut : a. Perlu melakukan perbandingan dengan penanganan pangan diluar negeri; b. Badan Pangan Nasional harus terbentuk tanpa melakukan perubahan/revisi undang-undang; c. Peru diatur bagaimana caranya agar Badan Pangan Nasional dapat menjadi komando sebagaimana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sehingga tidak ada perubahan undang-undang sektoral; d. Masalah perijinan dibidang pangan harus dilaksanakan oleh BPN, termasuk penentuan agen pemerintah dibidang Pangan; e. Termasuk lisensi agen pangan swasta, pemberian lisensi harus dari BPN sebagaimana yang dilaksanakan oleh pertamina terhadap pom bensin; f. Tambahkan pengendalian stok pangan, nanti bisa dilaksanakan oleh BULOG, tetapi BPN tetap sebagai pengendali harga; g. Kepala Badan setingkat menteri; h. Badan Pangan Nasional harus melakukan koordinasi dengan Bulog. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

98 BAB V KEGIATAN NASIONAL BADAN KETAHANAN PANGAN 5.1 Gelar Pangan Nusantara Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Barat menyelenggarakan Pameran Gelar Pangan Nusantara ke 2 pada tanggal 4 7 Agustus 2016, di Rumah Radakng, Pontianak, Kalimantan Barat dilaksanakan, mengambil tema Pangan Lokal Penggerak Ekonomi Daerah dan Kemandirian Pangan, dibuka oleh Wakil Gubernur Provinsi Kalimantan Barat di Randakng, Kota Pontianak, Kalimantan Barat dan diikuti oleh 90 peserta yang terdiri dari Badan Ketahanan Pangan 33 provinsi seluruh Indonesia, dengan menampilkan aneka ragam produk pangan segar dan olahan yang berasal dari sumber daya lokal di seluruh Nusantara, juga didukung aktif Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, BULOG juga beberapa perusahaan swasta di bidang pertanian dan pangan. Selain itu, dihadiri oleh Pimpinan Komisi IV DPR RI yang membidangi pertanian, kelautan dan perikanan, Kasdam Tanjungpura, Danrem, Wakil Danlanud, serta berbagai unsur masyarakat. Rangkaian kegiatan pada Gelar Pangan Nusantara antara lain: Talkshow, Wisata Edukasi, Games, Lomba Makan Ikan, Demo Masak bersama Sisca Soewitomo, Lomba Kuliner, serta Lomba Gambar Kreasi dengan Biji-bijian. Selaian kegiatan utama pameran diadakan juga Bazaar TTI di area GPN ini tersedia komoditas pangan di antaranya beras, minyak goreng, bawang merah, bawang putih, cabai, dan gula pasir. Pada kesempatan tersebut, Kepala Badan Ketahanan Pangan - Kementerian Pertanian menyampaikan bahwa Sektor pertanian secara umum memberikan kontribusi pada pembangunan ekonomi nasional terutama dalam menyediakan pangan bagi masyarakat, pertumbuhan ekonomi regional, menghemat dan menambah devisa negara melalui ekspor impor, Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

99 menyediakan lapangan kerja. Kontribusi sektor pertanian cukup signifikan pada Semester II tahun 2016 sebesar 14,2 persen pada pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini. Sektor pangan, sebagai kontributor utama pertanian berdasarkan data The Economist Intelligence Unit menunjukkan Indeks Ketahanan Pangan Global atau Global Food Security Index (GFSI) bahwa tahun 2016 Indonesia meningkat dari peringkat ke 74 menjadi ke 71 dari 113 negara. Dengan adanya Gelar Pangan Nusantara diharapkan dapat mengangkat potensi pangan lokal yang ada di daerah guna mendukung kemandirian dan kedaulatan pangan nasional. Kepala Badan Ketahanan Pangan memberikan sambutan pada acara Gelar Pangan Nusantara ke-2 Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

100 5.2 Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-36 Tahun 2016 Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-36 Tahun 2016 yang di selenggarakan di Kompleks Perkantoran Terpadu Pemerintah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah Jumat 28 Oktober Peringatan HPS, mengangkat tema "Membangun Kedaulatan Pangan diera Perubahan Iklim". Hal ini untuk menyoroti dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian. Peringatan HPS dihadiri sebanyak perwakilan dari lokal Indonesia, termasuk 29 delegasi dari 27 negara dibawah FAO. Rangkaian acara Kegiatan HPS antara lain: a. Gelar Inovasi Teknologi pada peringatan Hari Pangan Sedunia tahun ini bertema "Inovasi Pertanian Lahan Kering Merespon Perubahan Iklim dalam rangka Kedaulatan Pangan dan Kemandirian Pangan." Gelar Inovasi Teknologi menampilkan Teknologi Unggulan Tanaman Pangan, Tanaman Perkebunan, Tanaman Hortikultura, Peternakan, Teknologi Tata Kelola Air, Performans Teknologi, Saung Inovasi sebagai wahana Display Produk, Klinik Agribisnis, dan Pelatihan. b. Aneka Lomba dan Demo, yaitu Lomba Cipta Menu Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (LCM B2SA) berbasis pangan lokal, Lomba Menggambar, serta Lomba Pemanfaatan olahan sayur dan buah. c. Penghargaan kepada Penggerak/Pelopor Pembangunan Pertanian Tahun 2016 kepada insan pertanian yang menciptakan inovasi baru bidang Pertanian dan Pangan serta berdampak nyata terhadap peningkatan produksi dan kesejahteraan petani. Pertanian RI membuka kegiatan pameran HPS yang diikuti oleh Kementerian/Lembaga BUMN pemerintah daerah, organisasi internasional, perusahaan swasta dan media publikasi bidang pertanian sebanyak 205 stand pameran. Acara Puncak peringatan HPS dibuka oleh Bapak Presiden Joko Widodo pada hari sabtu tanggal 29 oktober 2016 dengan mengawali kunjungan ke areal tanaman padi dengan menggunakan teknologi terbaru Jajar Legowo (Jarwo) Super di Desa Trayu, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

101 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian ikut berpartisipasi pada Acara Pameran Hari Pangan Sedunia (HPS) ke 36 Tahun 2016, yang diselenggarakan di Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Dalam pameran HPS ke 36 tersebut, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian menampilkan produk pangan lokal, produk TTI dan kegiatan SOLID (Smallholder Livelihood Development Program in Eastern Indonesia atau Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Kecil). Selain itu, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian juga membuka stand bazaar TTI dengan menjual produk, seperti beras, gula pasir, minyak goreng, bawang merah dan cabai merah. Kegiatan Bazar TTI di lokasi HPS ramai dikunjungi masyarakat untuk membeli kebutuhan pangan pokok. Stand Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian memberikan edukasi bagi para pengunjung tentang pentingnya keamanan pangan. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh anak sekolah untuk mengikuti praktek pengujian sederhana formalin rapid teskit dan mereka sangat antusias. Menteri Pertanian membuka pameran Peringatan HPS ke-36 Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

102 Pameran stand bazaar TTI Badan Ketahanan Pangan Kementerian 5.3 Pencanangan Gerakan Tanam Cabai di Lokasi Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Dalam rangka mencapai ketahanan pangan yang mantap dan berkesinambungan, ada 3 (tiga) komponen pokok yang harus diperhatikan: (1) Ketersediaan pangan yang cukup dan merata; (2) Keterjangkauan pangan yang efektif dan efisien; serta (3) Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman dan halal. Ketiga komponen tersebut perlu diwujudkan sampai tingkat rumah tangga, dengan: (1) Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang beragam untuk peningkatan ketersediaan pangan dengan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan; (2) Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk kesehatan; (3) Mengembangkan perdagangan pangan regional dan antar daerah, sehingga menjamin pasokan pangan ke seluruh wilayah dan terjangkau oleh masyarakat dalam kerangka Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

103 Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); (4) Memanfaatkan pasar pangan internasional secara bijaksana bagi pemenuhan konsumen yang beragam; serta (5) Memberikan jaminan bagi masyarakat miskin di perkotaan dan perdesaan dalam mengakses pangan yang bersifat pokok. Harga komoditas pangan yang selalu berfluktuasi dapat merugikan petani sebagai produsen, pengolah pangan, pedagang hingga konsumen dan berpotensi menimbulkan keresahan soaial. Fluktuasi pasokan dan harga pangan yang tidak menentu, tidak hanya akan menimbulkan keresahan sosial, tetapi juga akan mempengaruhi pengendalian inflasi. Salah satu jenis komoditas pangan strategis yang sering menimbulkan fluktuasi harga dan inflasi adalah cabai. Berbagai upaya dan kebijakan telah dilakukan oleh Pemerintah, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang mengacu pada permasalahan utama yang terjadi selama ini yaitu tingginya disparitas harga produsen dan konsumen, khususnya komoditas pangan stratetegis. Berdasarkan permasalahan diatas, Kementerian Pertanian melakukan solusi dalam mengatasi gejolak harga pangan komoditas cabai melalui pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari dengan upaya mengoptimalkan pekarangan di tingkat rumah tangga. Sebagai bentuk sosialisasi ke masyarakat, maka Kementerian Pertanian akan melaksanakan Pencanangan GERTAM CABAI Gerakan Nasional Penanaman Pohon Cabai di Lokasi Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Depok, Jawa Barat. Kegiatan Pencanangan Gerakan Nasional Penanaman Pohon Cabai di Lokasi Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) memberikan manfaat kepada masyarakat, dalam mengembangkan dan mengoptimalkan pekarangan di tingkat rumah tangga. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

104 Pencanangan Gerakan Tanam Cabai di Depok, Jawa Barat Stand Toko Tani Indonesia pada acara Pencanganan Gerakan Tanam Cabai Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

105 Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

106 5.4 Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) Dalam rangka memberikan motivasi kepada masyarakat dan aparatur pemerintah yang mempunyai pengaruh besar, kharisma dan berhasil menggerakkan masyarakat untuk melestarikan dan memperbaiki adat dan budaya lokal (local wisdom) dalam melaksanakan pemberdayaan, penguatan ekonomi dan pengelolaan lingkungan guna mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan diberikan penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) untuk menumbuhkan dan mendorong semangat kreatifitas serta partisipasi masyarakat untuk mengambil peran lebih besar dan memotivasi dalam mewujudkan kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan di daerah. Karena keberhasilan pembangunan pertanian tidak dapat dilepaskan dari dukungan dan kerja sama berbagai pihak, dari lintas sektor. Sasaran dalam pemberian Penghargaan APN adalah : (1) Masyarakat, yaitu: perseorangan, kelompok masyarakat, kelembagaan masyarakat, dan pelaku usaha pangan; (2) Pemerintah, yaitu: aparatur pemerintah dan pejabat pemerintah. Kategori pemberian penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) Tahun 2016 antara lain: a. Kategori Pelopor Ketahanan Pangan, yaitu perseorangan (bukan tokoh organisasi formal) yang merintis usaha baru (inovasi) dalam pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya finansial, sumber daya teknologi, dan sumber daya sosial di daerah/wilayahnya untuk mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan. b. Kategori Pemangku Ketahanan Pangan, yaitu perseorangan yang menjadi tokoh masyarakat setempat/adat (bukan PNS/pejabat pemerintah, bukan isteri/suami pejabat pemerintah), mempunyai pengaruh besar, kharisma, dan berhasil menggerakkan masyarakat untuk melestarikan dan memperbaiki adat dan budaya lokal (local wisdom) dalam melaksanakan pemberdayaan, penguatan ekonomi dan pengelolaan lingkungan guna mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan Pangan. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

107 c. Kategori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan, yaitu kelompok/gabungan kelompok masyarakat/ kelembagaan ekonomi pelaku usaha pangan skala kecil dan menengah yang berhasil mengelola kegiatan produksi pangan/pemberdayaan masyarakat/pengembangan industri pangan olahan/perakitan teknologi pangan dalam mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan. d. Kategori Pelayanan Ketahanan Pangan, yaitu perseorangan yang berprestasi dan aktif memberikan pengabdian/pelayanan kepada masyarakat dalam mewujudkan kemandirian pangan dan ketahanan pangan di wilayahnya yang melampaui tugas pokoknya dan/atau prestasi luar biasa. Lingkup pengabdian/pelayanan mencakup antara lain penyuluhan, penelitian/pengembangan, pengawasan/ pengendalian di bidang pangan, kesehatan hewan dan ikan, serta bentuk pelayanan fungsional lainnya dalam rangka pembangunan Ketahanan Pangan. e. Kategori Pembina Ketahanan Pangan, meliputi: (1) Kepala Desa/Lurah, yaitu kepala desa/lurah atau yang disebut dengan nama lain yang berhasil menggerakkan perangkatnya dan masyarakat dalam bidang pemberdayaan, kesehatan/gizi, ekonomi, dan peningkatan produksi pangan sesuai potensi daerah untuk mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan; (2) Gubernur, Bupati/Walikota, yaitu kepala daerah tingkat provinsi/kabupaten/kota yang berhasil menggerakkan perangkat daerah dan masyarakat dalam meningkatkan produksi pangan sesuai potensi daerah, mempercepat diversifikasi pangan, mengurangi kemiskinan/kerawanan pangan/gizi buruk dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan. Penerimaan Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) tahun 2016 sebanyak 73 orang yang terdiri dari lima kategori penerima yaitu: (a) Pembina Ketahanan Pangan sebanyak 18 orang; (b) Pelopor Ketahanan Pangan 5 orang: (c) Pelayanan Ketahanan Pangan 17 orang; (d) Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan 30 penerima; (e) dan Pemangku Ketahanan Pangan sebanyak 3 orang. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

108 Penghargaan kategori Pembina Ketahanan Pangan diberikan kepada 3 Gubernur; 5 Bupati/Wali Kota dan 10 Kepala Desa/Lurah yang berhasil menggerakkan perangkat daerah dan masyarakat dalam mengurangi kemiskinan, kerawanan pangan, gizi buruk, dan meningkatkan produksi pangan serta mempercepat diversifikasi pangan dalam mewujudkan kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan. Penghargaan kategori Pelopor Ketahanan Pangan diberikan kepada 5 penerima, baik perseorangan (bukan tokoh organisasi formal) yang merintis usaha baru (inovasi) dalam pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya finansial, sumber daya teknologi dan sumber daya sosial di daerah/wilayahnya untuk mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan. Berikut adalah penerima penghargaaan kategori Pelopor Ketahanan Pangan: (1) Suwarno, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur; (2) Andris Wijaya, Kab. Garut, Provinsi Jawa Barat; (3) Joni Saputra, Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat; (4) H. Ali Rahman, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau; (5) Untung Wijanarko, Kabupaten Sleman, Provinsi D.I. Yogyakarta. Pada kriteria Pelayanan Ketahanan Pangan, penghargaan diberikan kepada 8 orang penyuluh/pendamping; 3 orang peneliti; 6 pengawas/medik veteriner dan pengendali organisme pengganggu tanaman (popt) yang berprestasi dan aktif memberikan pengabdian/pelayanan kepada masyarakat dalam mewujudkan kemandirian pangan ketahanan pangan di wilayahnya yang melampaui tugas pokoknya dan/atau prestasi luar biasa. Kategori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan diberikan kepada 10 kelompok/gabungan kelompok pelaku produksi pangan; 9 kelompok/gabungan kelompok pelaku pemberdayaan masyarakat; dan 11 kelompok pelaku pengembangan pangan olahan/perakitan teknologi pangan yang berhasil mengelola kegiatan produksi pangan/pemberdayaan Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

109 masyarakat/ pengembangan industri pangan olahan/perakitan teknologi pangan dalam mewujudkan kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan. Terakhir, kategori Pemangku Ketahanan pangan diberikan kepada Abah Asep Nugraha (Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat); Uus Permana, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat; dan Akhmad Bakeri, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan. Tokoh-tokoh yang menerima penghargaan telah melewati proses pengusulan dan penilaian secara berjenjang dengan memperhatikan keunggulan dan dampak dari kegiatan yang dilakukan terhadap peningkatan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Presiden RI Negara memberikan penghargaan APN di Istina Negara Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

110 BAB VI KERJA SAMA BADAN KETAHANAN PANGAN 6.1 Kerjasama Internasional Partisipasi pada beragam pertemuan Internasional yang mengangkat isu ketahanan pangan dan gizi; pemberdayaan masyarakat dan perlindungan sosial khususnya bagi petani kecil, perempuan dan pemuda; peningkatan investasi di sektor pertanian dan pangan; mendorong kebijakan yang koheren dan pengarusutamaan kebijakan pangan dan gizi dalam pembangunan; peningkatan dukungan semua pemangku kepentingan; dan mendorong kerja sama internasional bidang ketahanan pangan. Berikut ini beberapa kegiatan kerja sama internasional yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan, sebagai berikut : a. Peningkatan Kesejahteraan Petani Kecil Smallholder Livelihood Development Project In Eastern Indonesia (SOLID) di Maluku dan Maluku Utara Peningkatan Kesejahteraan Petani Kecil (SOLID) di Maluku dan Maluku Utara. Kegiatan tersebut antara lain Pemberdayaan Petani Kecil dan Gender, dan kegiatan rumah tangga yang mendukung produksi pertanian dan pemasaran. Program SOLID dilaksanakan di 224 desa dan dirasakan manfaatnya oleh 27,789 KK (98 persen dari target sasaran 33,600 KK), yang tergabung kedalam 2,191 Kelompok Mandiri (KM) (83 persen dari target sasaran 22,400 KM). Fasilitas permodalan dalam bentuk dana hibah prestasi Monitoring Evaluation (MF) dan dana bergulir Revolving Fund (RF) diberikan kepada KM untuk membiayai usaha produktif yang dijalankan oleh KM maupun anggota KM. Sampai dengan akhir tahun 2016, total dana MF dan RF yang disalurkan kepada KM masing-masing sebesar Rp Milyar dan Rp Milyar. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

111 Selain fasilitasi permodalan, pada tahun 2016 KM menerima fasilitasi pelatihan-pelatihan teknis, demplot, sekolah lapang, anjang karya, serta bantuan sarana dan pra sarana untuk KM. Fasilitasi permodalan, pelatihan pengembangan kapasitas sertas sarana dan prasarana yang diberikan kepada KM berpengaruh terhadap perkembangan kegiatan produktif yang diusahakan oleh KM. Berdasarkan hasil survey tahun 2016, peningkatan hasil produksi pertanian dialami oleh hampir semua responden SOLID. Peningkatan produksi pertanian responden tersebut terjadi pada hampir semua komoditi/produk yang diusahakan, kecuali produk olahan pala. Peningkatan tersebut terkait dengan penggunaan teknologi baru, teknologi perbanyakan benih, teknik budidaya tanaman, dll. Meskipun produksinya dilaporkan meningkat, hanya 59 persen responden yang menyatakan bahwa pendapatan mereka naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya (belum ada program SOLID). Adanya peningkatan produksi pertanian dan pendapatan tersebut berpengaruh terhadap situasi ketahanan pangan responden SOLID. Dari seluruh responden, hanya 25 persen yang melaporkan mengalami kekurangan pangan selama 12 bulan terakhir. b. The Food Agriculture Organization (FAO) Asia Pacific Regional Conference (FAO-APRC) ke-33 Sebagai bagian dari masyarakat global, Indonesia telah hadir dan berperan aktif pada Konferensi FAO Regional ke-33, yang dilaksanakan tanggal 7-11 Maret 2016, di PICC, Putrajaya, Malaysia. Pertemuan ini merupakan pertemuan dua tahunan yang dilaksanakan oleh FAO Regional Asia Pasifik untuk membahas isu spesifik yang ada di kawasan dan menyepakati program aksi prioritas. Hadir pada pertemuan tersebut 44 negara anggota FAO di kawasan Asia Pasifik termasuk pengamat dari 1 negara anggota FAO, 8 lembaga internasional non pemerintahan, dan 34 organisasi lintas pemerintahan. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

112 Pada sesi Prioritization of Country and Regional Needs, para menteri dan delegasi menyambut baik empat inisiatif FAO di kawasan, diantaranya: Zero Hunger Challenge; Regional Rice Initiatives, Blue Growth, dan Pengembangan Rantai Nilai. c. OIC (the Organization for Islamic Cooperation). Pertemuan 7th Session of the Organization for Islamic Cooperation Ministerial Conference on Food Security and Agricultural Development dan the Inaugural Session of the General Assembly of Islamic Organization for Food Security (IOFS) telah diselenggarakan pada tanggal April 2016 di Hotel Radison, Astana, Kazakhstan. Pertemuan dihadiri 48 negara anggota OIC, perwakilan 4 institusi OIC, 2 lembaga regional, dan 2 Organisasi Internasional (Islamic Development Bank - IDB dan FAO). BKP berperan penting sejak penyiapan posisi Delri dikarenakan Sekretariat IOFS, dalam hal ini Kazakhstan, mengharapkan Indonesia dapat bergabung dalam mekanisme IOFS dan menandatangani statuta IOFS. Sejauh ini posisi Indonesia belum dapat bergabung dengan IOFS mengingat komoditas pangan yang dicadangkan adalah gandum. d. Agriculture Minister Meeting - G20. Pertemuan G20 bidang pertanian tahun 2016, khususnya The Second G20 Agriculture Deputies Meeting dan The G20 Agriculture Ministers Meeting telah berlangsung pada tanggal 1-3 Juni 2016 di Xi an, Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Pada pertemuan ini, Para Menteri Pertanian G20 menyepakati G20 Agriculture Ministers Meeting Communiqué. Pada sela-sela pertemuan G20, Delri juga berkesempatan melakukan pertemuan bilateral dengan beberapa negara mitra, yaitu Argentina dan Meksiko. e. Asian Vegetable Research Center (AVRDC) Salah satu lembaga non profit/ngo dari luar negeri yang telah bekerjasama dengan Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

113 Keamanan Pangan adalah Asian Vegetable Research Center (AVRDC). AVRDC merupakan organisasi yang bergerak di bidang riset dan pengembangan sayuran. Organisasi ini berkedudukan di Taiwan. Kerja sama yang dilakukan adalah berupa kegiatan Vegetables Go To School atau yang secara umum adalah kegiatan pengembangan kebun sekolah. Kerja sama ini telah dimulai sejak tahun 2013 yaitu ketika ada pelatihan yang diikuti oleh staf Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan tentang pengembangan kebun sekolah yang diselenggarakan di Taiwan. Melalui kerja sama dengan AVRDC ini telah diperoleh ilmu yang bermanfaat bagi pengembangan pekarangan dan kebun sekolah sebagaimana yang telah dimasukkan juga dalam buku pedoman pelaksanaan gerakan P2KP terkait dengan hal-hal teknis dalam pelaksanaan kegiatan KRPL. Pada tahun 2014 kegiatan Vegetables Go To School mulai diimplementasikan di Indonesia dengan tahap persiapan yaitu identifikasi lokasi sekolah dasar yang akan mendapatkan bantuan dari AVRDC, pelatihan guru pendamping, serta pengumpulan data awal sebagai data dasar yang nantinya akan dikaji sejauh mana pengaruh bantuan yang diberikan oleh AVRDC terhadap perkembangan dan pemahaman siswa sekolah dalam pengembangan kebun sekolah dan konsumsi sayuran. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang pangan dan gizi seimbang pada siswa sekolah serta mengembangkan percontohan model pembangunan pertanian pada usia sejak dini di sekolah-sekolah melalui budidaya sayuran ramah lingkungan agar anak-anak sekolah mencintai tanaman sebagai sumber kalori dan vitamin. Sedangkan tujuan secara umum dari project bantuan AVRDC ini adalah untuk mencari konsep dan model pengembangan kegiatan kebun sekolah yang tepat, yang dapat dijadikan referensi bagi pengembangan kebun sekolah di negara lain. Kegiatan pilot project ini dikembangkan di 6 (enam) negara yaitu: Bhutan, Nepal, Filiphina, Indonesia, Burkina Faso dan Tanzania. Kegiatan-kegiatan tersebut terus berlanjut pada tahun Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

114 f. The Food Agriculture Organization (FAO) dan The International Fund for Agricultural Development (IFAD). Kerja sama yang telah di jalin dengan FAO terkait erat dengan pembahasan Country Programme Framework (CPF) dan koordinasi project hibah Sagu yang dikerjasamakan melalui Technical Cooperation Program RI-FAO periode Kerja sama dengan IFAD dilaksanakan melalui project SOLID (Smallholder Livelihood Development Project in Eastern Indonesia periode Terkait dengan pelaksanaan proyek, untuk SOLID dikoordinasikan oleh Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, sedangkan Hibah Sagu dikoordinasikan oleh Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan. Sekretariat BKP ikutserta pada Inception Workshop TCP/INS/4503 Promoting Sago Starch Utilization in Indonesia yang diselenggarakan di Swiss-Bell Hotel Sulawesi Tenggara, pada tanggal 4-5 Februari 2015 dan Joint Review Mission SOLID - Central Maluku District (Maluku Province) and North Halmahera District (North Maluku Province) tanggal Oktober Kegiatan Dalam Rangka Dukungan Kerjasama Internasional a. Peningkatan Kapasitas Diplomasi dan Negoisasi Kerja Sama Internasional Bidang Ketahanan Pangan bekerja sama dengan Pusdiklat Kementerian Luar Negeri. Kegiatan ini telah dilaksanakan selama kurun waktu , dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing SDM pejabat/aparat lingkup Badan Ketahanan Pangan baik di tingkat pusat maupun daerah di kancah internasional. Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal Mei 2016 di Fave Hotel Premier Cihampelas, Bandung, Jawa Barat. b. Pelaksanaan Upaya Pengarusutamaan Gender (PUG) melalui pembentukan Pokja PUG di Badan Ketahanan Pangan yang beranggotakan perwakilan dari masing-masing Eselon II lingkup Badan Ketahanan Pangan. Kegiatan yang dilaksanakan mencakup sosialisasi, dan koordinasi kepada aparat daerah mengenai upaya Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

115 pengarusutamaan gender disertai dengan pemantauan pelaksanaan upaya PUG pada kegiatan prioritas BKP diantaranya kegiatan Kawasan Mandiri Pangan dan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Pada tahun 2016, BKP mendukung kerja sama Kementerian Pertanian dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) melalui kegiatan Desa Pangan Lestari, di lokasi pilot project, yaitu Provinsi D.I.Yogyakarta dan Provinsi Sulawesi Selatan. BKP juga mendukung pelaksanaan kegiatan OASE (Organisasi Aksi Solidaritas Era) Kabinet Kerja di Desa Kohod, Provinsi Banten. Untuk peningkatan kapasitas SDM BKP lingkup pusat dan beberapa daerah terkait, telah dilaksanakan pula Workshop PUG Bidang Ketahanan Pangan di Wisma Cipayung, Bogor pada tanggal 11 April c. Koordinasi penyiapan dan penyampaian laporan pinjaman dan hibah luar negeri TA Sesuai mekanisme yang ada, Sekretariat BKP menyampaikan laporan pinjaman dan hibah luar negari secara periodis per triwulan kepada Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Penyiapan pelaporan ini berkoordinasi dengan sekretariat pelaksana SOLID, AVRDC dan Sagu. Selama tahun 2016, BKP melaporkan empat laporan triwulan (TW I-IV) pelaksanaan program dan anggaran PHLN di BKP. Pelaporan tersebut mencakup pelaksanaan 2 hibah, yakni dana hibah pengembangan kebun sekolah melalui kerja sama dengan AVRDC (World Vegetable Center) dan hibah TCP (Technical Cooperation Program) FAO tentang pengembangan Sagu serta 1 (satu) pinjaman dan hibah luar negeri hasil kerja sama dengan IFAD, yaitu proyek SOLID. Selain itu, Sekretariat BKP juga memfasilitasi proses pendaftaran nomor register hibah yang baru pada kegiatan Vegetables Goes to School, dikarenakan proyek Vegetables Goes to School Fase I - AVRDC pada bulan Juni 2016 telah berakhir, dan berlanjut ke Fase II dengan mitra yang berbeda yaitu Swiss Tropical and Plant Health Institute (Swiss TPH). Rekomendasi ini sesuai dengan hasil konsultasi dengan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko, Kementerian Keuangan. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

116 d. Globally Important Agriculture Heritage System (GIAHS), dalam rangka ikut melestarikan dan mengembangkan sumberdaya dan warisan sistem pertanian dan pangan yang dicetuskan oleh Badan Pangan Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO), Badan Ketahanan Pangan menyelenggarakan Workshop Warisan Sistem Pertanian dan Pangan untuk Ketahanan Pangan (GIAHS-NIAHS): Identifikasi dan Inisiasi GIAHS/NIAHS Tingkat Nasional pada tanggal April 2016 di Hotel Mirah Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sekretariat Badan Ketahanan Pangan mengembangkan implementasi GIAHS/NIAHS (Globally/Nationally Important Agricultural Heritage System) di Indonesia berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Badan Ketahanan Pangan merupakan salah satu instansi yang secara aktif mensosialisasikan dan mengembangkan implementasi GIAHS dan NIAHS. Sekretariat Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian berkerja sama dengan Badan Ketahanan Pangan Daerah (BKPD) Provinsi Jawa Barat dan BPMPD Provinsi Bali untuk menggali potensi GIAHS/NIAHS untuk diangkat pada tingkat nasional dan global. Workshop Warisan Sistem Pertanian dan Pangan untuk Ketahanan Pangan (GIAHS-NIAHS): Identifikasi dan Inisiasi GIAHS/NIAHS Tingkat Nasional Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

117 e. Pengembangan Database Kerja Sama Ketahanan Pangan. Dalam rangka mendukung pencapaian ketahanan pangan, maka dilaksanakan berbagai kegiatan termasuk kerja sama dengan pihak terkait baik dari dalam maupun luar negeri. Sesuai dengan Permentan Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Subbag Kerja Sama Bagian Perencanaan Sekretariat Badan Ketahanan Pangan (BKP) menyelenggarakan tugas dan fungsi penyiapan bahan penyusunan kerja sama di bidang ketahanan pangan dan gizi. Terkait hal tersebut, terdapat banyak lembaga/pihak yang telah dan sedang melaksanakan kerja sama dengan BKP. Setidaknya terdapat 26 subtema kerja sama ketahanan pangan dan gizi yang ditangani oleh Subbag Kerja Sama, Setba BKP. Untuk itu, diperlukan pendataan data/informasi kerja sama ketahanan pangan dan gizi melalui pembangunan database kerja sama ketahanan pangan dan gizi berbasis website. Dalam pengembangan database ini, Sekretariat BKP bekerja sama dengan Pusdatin, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. f. Kunjungan Kerja dari Mitra Kerja/Mitra Pembangunan Internasional, diantaranya adalah Kunjungan Mr. Mark Smulders, FAO Representatif Indonesia; Duta Besar Kazakhstan untuk Indonesia; dan Mr. Muhammad Shakir Mujeedi, Direktur Jenderal Koordinasi dan Perencanaan Program, Kementerian Pertanian, Irigasi dan Peternakan Afghanistan. g. Pengembangan Kerja Sama Selatan Selatan melalui Penyelenggaraan Food Security and Nutrition Policy Analysis Cum Study Tour pada tanggal 7-11 November 2016 dengan pembiayaan dari FAO. Sepuluh orang pewakilan pejabat Kementerian Pertanian, Irigasi dan Peternakan Afghanistan mengikuti pelatihan tentang analisis manajemen ketahanan pangan dan gizi serta mempelajari contoh-contoh intervensi yang baik terkait ketahanan pangan dan gizi di Jakarta dan Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Peserta mempelajari Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

118 beragam topik berkaitan dengan kebijakan ketahanan pangan pemerintah Indonesia termasuk di dalamnya: ketersediaan dan kerawanan pangan, sistem peringatan dini ketahanan pangan dan gizi, metode dan penilaian neraca pangan, konsumsi dan diversifikasi pangan, keamanan pangan, kebijakan distribusi pangan dan pangan organik. Pejabat kementerian pertanian, irigasi dan peternakan Afghanistan juga mengunjungi Kawasan Rumah Pangan Lestari [KRPL] yang dikelola Kelompok Wanita Tani "Puspasari" di Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal Bogor. FAO Indonesia bersama Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian menyelenggarakan Pelatihan Analisis Kebijakan Ketahanan Pangan dan Gizi serta study tour untuk pejabat dari Kementerian Pertanian, Irigasi dan Peternakan Afghanistan untuk meningkatkan kemampuan manajemen ketahanan pangan dan gizi di negara Afganistan. Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 i RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2017 disusun sebagai salah satu bentuk

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 Harga (Rp/Kg) LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 11.000 9.000 7.000 5.000 3.000 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Harga GKP di Petani BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izinnya Laporan

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KEMENTAN REALISASI FISIK KEGIATAN BKP April REALISASI (Rp) Mei Juni KETERANGAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.11-/216 DS13-4386-848-854 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian (Musrenbangtan) Nasional Tahun 2015, 4 Juni 2015 FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 Sekretaris Badan Ketahanan Pangan BADAN KETAHANAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2018 NOMOR : SP DIPA /2018

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2018 NOMOR : SP DIPA /2018 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 15 Tahun

Lebih terperinci

Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

Sekretaris Badan Ketahanan Pangan e Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN I. EVALUASI e-proposal BKP 2016 II. RENJA 2016 Indikator Kinerja Program BKP 2016 Regulasi & Dasar Pertimbangan Arah Kebijakan

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN. Badan Ketahanan Pangan Tahun Kementerian Pertanian

LAPORAN TAHUNAN. Badan Ketahanan Pangan Tahun Kementerian Pertanian LAPORAN TAHUNAN Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 Kementerian Pertanian Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 - 2-3. 4. 5. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN INDIKATOR KINERJA (IKU) INSTANSI VISI MISI TUJUAN TUGAS : BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN :

Lebih terperinci

Revisi ke 01 Tanggal : 13 Maret 2018

Revisi ke 01 Tanggal : 13 Maret 2018 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 15 Tahun

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh SAMBUTAN SEKRETARIS BADAN KETAHANAN PANGAN PADA ACARA WORKSHOP KETAHANAN PANGAN NASIONAL 2015 Bali, 25 Juni 2014 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua;

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KEMENTAN REALISASI KEGIATAN BKP REALISASI (Rp) KETERANGAN FISIK Januari

Lebih terperinci

Revisi ke 01 Tanggal : 16 Januari 2017

Revisi ke 01 Tanggal : 16 Januari 2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN PRIORITAS KETAHANAN PANGAN TA.2015

RENCANA KEGIATAN PRIORITAS KETAHANAN PANGAN TA.2015 RENCANA KEGIATAN PRIORITAS KETAHANAN PANGAN TA.2015 1 A. EVALUASI KEGIATAN DAN ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2014 2 1. Per Jenis Belanja Dalam ribuan rupiah NO URAIAN PAGU REALISASI % 1 B. PEGAWAI 23.250.000

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) A.1. Visi dan Misi Visi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 2018 adalah Terwujudnya masyarakat Kalimantan

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN. OLEH : Dr. Ir. Gardjita Budi, M.Agr.St KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN

BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN. OLEH : Dr. Ir. Gardjita Budi, M.Agr.St KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN OLEH : Dr. Ir. Gardjita Budi, M.Agr.St KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN Hotel Bidakara Jakarta, 4 Januari 2017 1 A Kebijakan Pangan DAFTAR ISI B Evaluasi Ketahanan

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015 FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015 1 ARAHAN UU NO. 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN A. KERANGKA KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN Kedaulatan Pangan Kemandirian Pangan Ketahanan Pangan OUTCOME Masyarakat

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BADAN KETAHANAN PANGAN Jl. Panglima Batur Timur Banjarbaru Kalimantan Selatan Telp. 0511-4772471-4778047

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bontang, Desember 2015 Kepala, Ir. Hj. Yuli Hartati, MM NIP LAKIP 2015, Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang

KATA PENGANTAR. Bontang, Desember 2015 Kepala, Ir. Hj. Yuli Hartati, MM NIP LAKIP 2015, Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang KATA PENGANTAR Dengan Mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun 2015 Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang telah selesai disusun.

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah

Lebih terperinci

KEMAJUAN PELAKSANAAN (%) - Sosialisasi Pedum - Kawasan di Papua belum dapat dilaksanakan karena PPK harus koordinasi dan gubernur

KEMAJUAN PELAKSANAAN (%) - Sosialisasi Pedum - Kawasan di Papua belum dapat dilaksanakan karena PPK harus koordinasi dan gubernur A Penurunan Penduduk Rawan Pangan Per Tahun 1 % 10 % - Rakor/pertemuan dengan instansi terkait Mengingat capaian penurunan penduduk rawan pangan per tahun, sangat tergantung dengan instansi terkait, maka

Lebih terperinci

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55 Ketahanan Pangan dan Pertanian disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55 Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Februari 2015 KONDISI KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

1 % 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir tahun dan capaian tersebut tergantung pada instansi lain.

1 % 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir tahun dan capaian tersebut tergantung pada instansi lain. Matrik Pemantauan Capaian Kinerja Berdasarkan PK Triwulan III Tahun 2015 A PENETAPAN KINERJA Penurunan Penduduk Rawan Pangan Per Tahun 1 % 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir

Lebih terperinci

Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan Pangan I. Arahan UU No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan Kedaulatan Pangan Ketahanan Pangan Masyarakat dan perseorangan yang sehat, aktif, dan produktif, secara berkelanjutan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN BALAI BESAR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Badan Ketahanan Pangan Prov Kalimantan Selatan

Bab 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Badan Ketahanan Pangan Prov Kalimantan Selatan Badan Ketahanan Bab 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan pangan dan ketahanan pangan merupakan salah satu faktor kunci dalam pembangunan suatu bangsa. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF LAKIP Badan Ketahanan Pangan Tahun 2012 disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dan kinerja

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB Gedung Badan Ketahanan Provinsi Nusa Tenggara Barat 1. ALAMAT Badan Ketahanan Provinsi Nusa Tenggara Barat beralamat di Jl. Majapahit No. 29 Mataram Nusa Tenggara

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2. BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

(%) 1% 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir tahun dan capaian tersebut tergantung pada instansi lain

(%) 1% 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir tahun dan capaian tersebut tergantung pada instansi lain Matrik Pemantauan Capaian Kinerja Berdasarkan PK Triwulan IV Tahun 2015 A PENETAPAN KINERJA Penurunan Penduduk Rawan Pangan Per Tahun I II III IV PELAKSANAAN 1% 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN WAY KANAN

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI disampaikan pada : Temu Ilmiah Internasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian November 2014 OUTLINE 1. Pendahuluan 2. Permasalahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN KETAHANAN PANGAN DAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI

Lebih terperinci

429 Desa 80% - Sosialisasi Pedum - Di Prov Banten ada perubahan lokasi dari kab pandeglang ke kota serang

429 Desa 80% - Sosialisasi Pedum - Di Prov Banten ada perubahan lokasi dari kab pandeglang ke kota serang A PENETAPAN KINERJA Penurunan Penduduk Rawan Pangan Per Tahun 1 % 10 % - Rakor/pertemuan dengan instansi terkait Mengingat capaian penurunan penduduk rawan pangan per tahun, sangat tergantung dengan instansi

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010 Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian melaksanakan tugas pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang ketahanan pangan.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. No.397, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 43/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN KOTA PEKANBARU DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Padang, Desember 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KATA PENGANTAR. Padang, Desember 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang mengamanatkan Pemerintah Daerah untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013 GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi perubahan yang sedang dan akan terjadi akhir-akhir ini dimana setiap organisasi publik diharapkan lebih terbuka dan dapat memberikan suatu transparansi

Lebih terperinci

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 I. LATAR BELAKANG Peraturan Presiden No.83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan menetapkan bahwa Dewan Ketahanan Pangan (DKP) mengadakan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NO 1. Dipertahankannya ketersediaan pangan yang cukup, meningkatkan kemandirian masyarakat, pemantapan ketahanan pangan dan menurunnya

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaah Terhadap Kebijakan Nasional Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018, Kementerian PPN/Bappenas memangkas prioritas nasional agar lebih fokus menjadi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB Gedung Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat ALAMAT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat beralamat di Jl. Majapahit No. 29 Mataram

Lebih terperinci

DATA PROFIL SKPD. 3. ALAMAT Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare Pagar Alam

DATA PROFIL SKPD. 3. ALAMAT Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare Pagar Alam PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN (DKP2) Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare Pagar Alam Telepon (0730) 623 545 Faximili (0730) 623 545 Email : dkpppagaralam@gmail.com

Lebih terperinci

WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG 1 WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA, DINAS KETAHANAN PANGAN KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG PERTANIAN LAHAN KERING TERHADAP KETERSEDIAAN PANGAN DI PROVINSI NTT

DAYA DUKUNG PERTANIAN LAHAN KERING TERHADAP KETERSEDIAAN PANGAN DI PROVINSI NTT DAYA DUKUNG PERTANIAN LAHAN KERING TERHADAP KETERSEDIAAN PANGAN DI PROVINSI NTT Disampaikan pada : Lokakarya Pengintegrasian Pengelolaan Lahan Kering Berbasis Pertanian Konservasi dalam Penyunan Teknokratik

Lebih terperinci

Matrik Pemantauan Capaian Kinerja Berdasarkan PK Badan Ketahanan Pangan Triwulan II Tahun 2016

Matrik Pemantauan Capaian Kinerja Berdasarkan PK Badan Ketahanan Pangan Triwulan II Tahun 2016 Matrik Pemantauan Capaian Kinerja Berdasarkan PK Badan Ketahanan Pangan Triwulan II Tahun 2016 PENETAPAN KINERJA A Skor PPH Ketersediaan 89,71 % 1 Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan (Kawasan) 2 Jumlah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI MUSI RAWAS, Mengingat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan SPM Bidang Ketahanan ini dapat kami selesaikan. Laporan ini merupakan salah

Lebih terperinci

I. Tugas dan Fungsi Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Mukomuko

I. Tugas dan Fungsi Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Mukomuko Fungsi dan Tugas Berdasarkan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Mukomuko (berdasarkan Peraturan Bupati Mukomuko Nomor 36 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,

Lebih terperinci

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN A. KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI YANG DIANJURKAN Tabel 1. Komposisi Konsumsi Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan Nasional % AKG

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN Indikator Kinerja Program Tolok Ukur. Target (Vol & Satuan)

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN Indikator Kinerja Program Tolok Ukur. Target (Vol & Satuan) RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN SKPD : BADAN KETAHANAN PANGAN No. /Keg / Sub Keluaran Rencana Tahun Hasil Capaian 2015 Perkantoran 3.530.000 4.325.000 1. PROGRAM SETIAP Penyediaan Jasa

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018

PROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018 PROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018 Oleh: Sekretaris Badan Ketahanan Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Perencanaan Pembangunan Pertanian Tahun 2018 Jakarta, 26 Januari 2017 I

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN pada RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA.

SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN pada RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN pada RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2016 Surakarta, 29 s.d. 30 Oktober 2015 Assalamu alaikum Wr. Wb. Ykh.

Lebih terperinci

Revisi ke 01 Tanggal : 29 Februari 2016

Revisi ke 01 Tanggal : 29 Februari 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Kabupaten Lumajang sejalan dengan ditetapkannya Undang Undang Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah lebih mengutamakan pelaksanaan desentralisasi

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON SALINAN RANCANGAN NOMOR 72 TAHUN 2016, SERI D. 21 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR : 72 Tahun 2016 TENTANG FUNGSI, TUGAS POKOK DAN TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DENGAN

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS PENGEMBANGAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018

PROGRAM PRIORITAS PENGEMBANGAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018 PROGRAM PRIORITAS PENGEMBANGAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018 Oleh: Badan Ketahanan Pangan Disampaikan pada Pertemuan Musrenbangtan, Jakarta 30 Mei 2017 I PROGRES KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 REALISASI

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA UNSUR-UNSUR ORGANISASI DINAS KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia. Selain itu, ketahanan pangan

Lebih terperinci

BKP LAHAT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BKP LAHAT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BKP LAHAT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2014-2018 PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ketahanan pangan di Kabupaten Lahat mempunyai peran

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

Lebih terperinci

Notulensi. Peserta (Daerah dan Pusat) Prov. DKI Jakarta, Aceh, Lampung dan Bengkulu. Nama. Penanggung Jawab Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

Notulensi. Peserta (Daerah dan Pusat) Prov. DKI Jakarta, Aceh, Lampung dan Bengkulu. Nama. Penanggung Jawab Sekretaris Badan Ketahanan Pangan R U M U S A N HASIL DISKUSI KELOMPOK PERTEMUAN SINKRONISASI PERSIAPAN PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN KETAHANAN PANGAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA WILAYAH BARAT TAHUN 2017 HOTEL GRAND ROYAL PANGHEGAR, 1 FEBRUARI

Lebih terperinci

RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2016

RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2016 SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2016 Surakarta, 29 s.d. 30 Oktober 2015 TUJUAN Mengkoordinasikan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Padang, Januari 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT,

Kata Pengantar. Padang, Januari 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT, Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat (LKj BKP Sumbar) ini disusun sebagai salah satu perwujudan akuntabilitas atas pelaksanaan Visi, Misi, dan Pencapaian Sasaran

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Rawas,

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Rawas, BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS 2014 KATA PENGANTAR Berdasarkan Permendagri No 54 Tahun 2010, Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

PENGENDALIAN DAN EVALUASI ATAS RENCANA AKSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MERANGIN TAHUN ANGGARAN 2017

PENGENDALIAN DAN EVALUASI ATAS RENCANA AKSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MERANGIN TAHUN ANGGARAN 2017 PENGENDALIAN DAN EVALUASI ATAS RENCANA AKSI DINAS KETAHANAN KABUPATEN MERANGIN TAHUN ANGGARAN 2017 EVALUASI I V ANGGARAN 1 Meningkatnya Ketersediaan Ketersediaan Program Peningkatan Ketahanan (food availability)

Lebih terperinci

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA DINAS KETAHANAN PROVINSI JAWA TENGAH SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 Ungaran, Januari 2017 TUJUAN Menyamakan persepsi dan

Lebih terperinci

RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN BANTUL

RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN BANTUL RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN BANTUL RINCIAN TUGAS Kepala Badan Kepala Badan mempunyai tugas : a. memimpin penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan sesuai

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KETAHANAN PANGAN

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KETAHANAN PANGAN BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KETAHANAN PANGAN RENSTRA DINAS KETAHANAN PANGAN 2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Adanya perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MERANGIN TAHUN ANGGARAN 2017

RENCANA AKSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MERANGIN TAHUN ANGGARAN 2017 DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MERANGIN TAHUN ANGGARAN 2017 1 Meningkatnya Ketersediaan Ketersediaan (food Utama Program Peningkatan Ketahanan availability) (Kg/kapita/tahun): (pertanian/perkebunan)

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 54 BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Dalam rangka mendorong dan meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

B. TUGAS membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan ketersediaan dan kerawanan pangan serta distribusi pangan.

B. TUGAS membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan ketersediaan dan kerawanan pangan serta distribusi pangan. 1. Nama : H. AEP SARIPUDIN, ST, MM 2. NIP : 19660317 199403 1 005 3. Pangkat/Gol : Pembina / IV.a 4. Jabatan : Kabid. Ketersediaan dan Distribusi Pangan 5. Eselon : III (Tiga) / 6.. Pendidkan : S2 8. HP

Lebih terperinci

Kualitas Gizi Faktor Penting Pembangunan

Kualitas Gizi Faktor Penting Pembangunan Kebijakan Strategis RAN-PG 2016-2019: Kualitas Gizi Faktor Penting Pembangunan Prof. Dr. Bustanul Arifin barifin@uwalumni.com Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Dewan Pendiri dan Ekonom Senior INDEF

Lebih terperinci

13. URUSAN KETAHANAN PANGAN

13. URUSAN KETAHANAN PANGAN 13. URUSAN KETAHANAN PANGAN Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 10 TAHUN TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI, KEPALA BADAN, SEKRETARIS, SUB BAGIAN, BIDANG DAN SUB BIDANG PADA BADAN KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci